Laporan Proyek Anatomi Dan Fisiologi Hewan 5 Hematology

27
LAPORAN PROYEK ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN HEMATOLOGI Tanggal Percobaan : Rabu, 14 September 2012 Tanggal Pengumpulan : Rabu, 26 September 2012 Oleh Nada Mufidah (10611068) Kelompok 11 Asisten Maliki PROGRAM STUDI BIOLOGI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

Transcript of Laporan Proyek Anatomi Dan Fisiologi Hewan 5 Hematology

LAPORAN PROYEK ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN

HEMATOLOGI

Tanggal Percobaan : Rabu, 14 September 2012

Tanggal Pengumpulan : Rabu, 26 September 2012

Oleh

Nada Mufidah (10611068)

Kelompok 11

Asisten

Maliki

PROGRAM STUDI BIOLOGI

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah (Nivaldo, 2012).

Pengukuran parameter hematologi dilakukan untuk membandingkan sampel darah

yang didapat dengan parameter normal dan dapat dijadikan rujukan/referensi.

Dengan melakukan pengukuran parameter hematologi, dapat diketahui berbagai

kelainan atau ketidaknormalan dari sampel yang dibandingkan.

Pengukuran parameter hematologi digunakan di berbagai bidang khususnya

di bidang medis. Pengukuran parameter ini biasa dilakukan untuk mengetahui

adanya penyakit yang berhubungan dengan darah pada tubuh, misalnya anemia.

Darah orang yang sehat tidak akan sama dengan darah orang yang sakit. Dengan

membandingkan komposisi darah sampel dengan darah normal akan diperoleh

kejelasan mengenai penyakit yang diderita pasien.

1.2 Tujuan

Percobaan ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.

a. Menentukan nilai parameter hematologi darah mencit.

b. Menentukan status fisiologi mencit.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hematologi dan Parameter Pengukuran Hematologi

Hematologi adalah cabang ilmu kedokteran organ dalam, fisiologi,

patologi, kerja laboratorium klinik, dan kedokteran anak yang terfoskus pada studi

tentang darah, organ pembentuk darah, dan penyakit-penyakit yang berkaitan

dengan darah. Hematologi termasuk studi etiologi, peng obatan, prognosis dan

pencegahan penyakit yang berhubungan dengan darah(Anonim 1, 2012).

Parameter yang digunakan saat pengukuran darah diantaranya hematokrit

(Ht), hemoglobin (Hb), eritrosit, dan leukosit.

a. Hematokrit merupakan perbandingan antara volume sel darah merah dengan

plasma darah. Menurunnya kadar hematokrit dapat sebagai indikasi

rendahnya protein (Anonim 2, 2012).

b. Hemoglobin adalah suatu protein dalam eritrosit yang berperan dalam proses

pengangkutan oksigen dalam darah dan kadar hemoglobin darah berkaitan

dengan jumlah eritrosit matang dalam aliran darah. Rendahnya Hb

menunjukkan gejala anemia sedangkan tingginya Hb menunjukkan stres

(Anonim 2, 2012). Hemoglobin berisi 4 rantai polipeptida dan 4 heme group.

Masing-masing polipeptida disebut globin dan berikatan dengan 1 heme. Tiap

heme adalah molekul pigmen merah yang mengandung satu atom besi.

Hemoglobin normal terdiri dari 2 rantai polipeptida alpha dan 2 rantai beta

(Seeley, dkk. 2003).

c. Eritrosit. Pengukuran eritrosit dihitung dengan banyaknya eritrosit per

mikroliter darah. 98% oksigen yang ditranspor dalam darah berkombinasi

dengan hemoglobin, dan 1,5% larut dalam air pada plasma darah(Seeley, dkk.

2003).

d. Leukosit (sel darah putih) adalah sel berwarna bening-putih yangdisebabkan

kurangnya hemoglobin. Leukosit melindungi tubuh dari serangan

mikroorganisme dan melenyapkan sel tubuh yang telah mati serta puing-

puing sampah dalam tubuh. Sebagian besar bersifat motil (Seeley, dkk. 2003).

2

Berikut adalah nilai parameter hematologi normal mencit:

Tabel 1.1

Nilai Parameter Normal Mencit

Sumber: Anonim 3, 2012

Parameter Nilai Referensi

PCV (%) 36-54

Hgb (g/dl) 11 – 19,2

MCV (fl) 48 – 70

MCH (pg) -

MCHC (g/dl) 40

2.2 Komponen Darah

Darah terdiri dari beberapa jenis komponen, diantaranya adalah sebagai

berikut.

a. Eritrosit (sel darah merah) berbentuk piringan bikonkaf, tanpa nukleus,

mengandung hemoglobin yang membuat warna sel merah, diameternya 7,5

mikrometer. Struktur bikonkaf memperluas permukaan sel sehingga

perpindahan gas dari dan ke sel lebih rapid (Seeley, dkk. 2003).

b. Leukosit (sel darah putih) adalah sel berwarna bening-putih yangdisebabkan

kurangnya hemoglobin. Leukosit melindungi tubuh dari serangan

mikroorganisme dan melenyapkan sel tubuh yang telah mati serta puing-

puing sampah dalam tubuh. Sebagian besar bersifat motil (Seeley, dkk. 2003).

Leukosit terdiri dari:

1) Granulosit

a) Neutrofil, dicirikan nukleus dengan dua atau empat lobus yang

dihubungkan dengan filamen kecil, granula sitoplasmik berbercak

pink atau ungu kemerahan, diameter 10-12µm.

b) Basofil, dicirikan dengan nukleus dengan dua lobus yang tidak jelas,

granula sitoplasmik berberkas biru keunguan, ukuranya 10-12µm.

c) Eosinofil, nukleus kadang membentuk dua lobus, granula sitoplasmik

berberkas oranye kemerahan atau merah terang, diameternya 11-

14µm.

2) Agranulosit

3

a) Limfosit, nukleus bulat, sitoplasma membentuk cincin tipis sekeliling

nukleus, diameter 6-14µ.

b) Monosit, nukleus bulat, berbentuk ginjal atau tapal kuda, berisi lebi

banyak sitoplasma dibanding limfosit, diameternya 12-20µm (Seeley,

dkk. 2003).

c. Platelet atau trombosit adalah fragmen kecil dari sel, memiliki sedikit

sitoplasma dikelilingi membran plasma. Diameternya kira-kira 3µm.

Permukaannya mengandung glikoprotein dan protein yang memungkinkan

platelet menempel pada molekul lain, misalnya kolagen. (Seeley, 2003)

d. Plasma adalah bagian liquid dari darah yang berupa cairan kuning pucat yang

berisi sekitar 91% air dan 9% substansi lain seperti protein, ion, nutrien, gas,

dan produk buangan/sisa. Plasma merupakan koloid (Seeley, dkk. 2003).

Gambar 1.1

Hematopoiesis (Seeley, dkk. 2003)

2.3 Penyakit/Gangguan Darah

4

Terdapat beberapa penyakit yang berupa kelainan pada darah, diantaranya

adalah sebagai berikut.

a. Erythrocytosis (eritrositosis) adalah membludaknya jumlah eritrosit, sehingga

mengakibatkan bertambahnya viskositas darah, berkurangnya laju alir, dan

jika sudah parah dapat menyebabkan kebocoran dinding kapiler. Eritrositosis

relatif terjadi akibat menurunnya volume plasma darah, yang bisa disebabkan

oleh dehidrasi, diuretik, dan terbakar. Eritrositosis primer (disebut juga

polychythemia vera) adalah keadaan stem cell tidak berfungsi sebagaimana

mestinya sehingga menyebabkan overproduksi eritrosit, granulosit, dan

platelet. Eritrositosis sekunder dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai

oksigen, misalnya saat berada di tempat yang sangat tinggi, penyakit paru-

paru kronis atau gagal jantung kongestif (Seeley, dkk. 2003).

b. Anemia adalah penyakit yang ditandai dengan kurangnya hemoglobin dalam

darah. Hal ini dapat disebabkan bertambahnya eritrosit, berkurangnya jumlah

hemoglobin dalam masing-masing eritrosit, atau keduanya. Berkurangnya

hemoglobin mengurangi kemampuan untuk mengikat oksigen. Penderita

anemia menderita kekurangan energi dan selalu merasa lelah yang berlebihan.

Penderita dengan cepat menjadi pucat dan tersengal-sengal hanya dengan

kerja yang sedikit. Salah satu penyebab anemia adalah kekurangan nutrisi

seperti zat besi, folat, atau vitamin B12. Dapat pula disebabkan kehilangan

darah yang sangat banyak (hemorrhagic anemia) seperti trauma, ulcers, dan

pendarahan berlebihan saat menstruasi. Hemolytic anemia adalah kelainan

saat eritrosit dihancurkan dengan cepat, dapat disebabkan oleh kelainan

fungsi eritrosit yang diturunkan. Aplastic anemia disebabkan

ketidakmampuan sumsum tulang memproduksi eritrosit normal, biasanya

disebabkan oleh bahan kimia seperti benzena, obat-obatan, atau radiasi.

Thalassemia adalah penyakit menurun berupa tidak cukupnya produksi

globin pada hemaglobin. Sickle-cell anemia juga merupakan penyakit

menurun yang ditandai kebnormalan hemoglobin sehingga bentuk eritrosit

tidak lagi bulat bikonkaf tetapi berbentuk sabit dan lebih rapuh dari normal

(Seeley, dkk. 2003).

5

c. Von Willebrand’s Disease adalah kelainan pendarahan yang paling umum

ditemukan. Von willebrand platelet membantu platelet menempel pada

kolagen (Seeley, dkk. 2003).

d. Hemophilia adalah kelainan genetik yang ditandai clotting (pembekuan

darah) yang abnormah atau tidak ada. Karena tertaut kromosom seks X maka

lebih sering terjadi pada pria. Hemofilia A disebabkan defisiensi koagulasi

plasma faktor VIII, sedangkan hemofilia B terjadi karena defisiensi plasma

faktor IX (Seeley, dkk. 2003).

e. Leukemia adalah kanker sumsum tulang merah yang ditandai abnormalnya

produksi satu atau lebih jenis leukosit, yang biasanya immature. Karena

immature dan kurang sempurna fungsi imunologinya, maka penderita sangat

rentan terhadap infeksi. Produksi leukosit berlebih juga mempengaruhi

produksi eritrosit dan platelet yang berakibat anemia dan pendarahan (Seeley,

dkk. 2003).

6

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Dalam percobaan ini alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai

berikut.

Alat Bahan

1. Kaca objek

2. Pipet

3. Pipet khusus eritrosit

4. Pipet khusus alat ukur Sahli

5. Tisu

6. Kaca penutup

7. Hemocytometer

8. Alat ukur Sahli

9. Tabung kapiler mengandung

antikoagulan

10. Alat sentrifuga

11. Glukostrip

12. Tabung

13. Glukometer

14. Gunting

15. Mikroskop

1. Darah sampel

2. Larutan hayem

3. HCl 1 N

4. Aquades

5. Antikoagulan

6. Larutan Turk

7. Preparat

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Pembuatan Apusan Darah

Bagian tubuh yang akan diambil darahnya digosok terlebih dahulu

dengan alkohol 70%. Setelah itu bagian tersebut ditusuk. Tetesan pertama

diseka dengan tisu, kemudian tetesan berikutnya diteteskan ke kaca objek.

Setelah itu kaca objek yang lain diletakkan di tepi dekat tetes darah tersebut.

Kaca objek kedua ditarik ke belakang sedikit dengan sudut 45o dari kaca

7

objek yang ditetesi darah. Setelah darah menyebar ke tepian kaca objek

kedua, kaca objek didorong dengan cepat agar apusannya tipis dan merata.

Preparat apusan dicuci setelah kering, dimasukkan ke metil alkohol selama

5 menit, lalu ke giemsa selama 30 menit. Setelah itu preparat dicuci kembali

5 menit dan dikeringkan.

3.2.2 Pengamatan Tipe Sel Darah

Preparat diletakkan di meja objek mikroskop, diatur fokus dan

pembesarannya lalu diamati.

3.2.3 Penghitungan Jumlah Sel Darah Merah

Darah dihisap dengan pipet khusus sampai menunjukkan skala 0,5.

Dengan menggunakan pipet yang sama, larutan Hayem dihisap sampai skala

101. Pipet yang berisi darah da hayem tersebut dibolak-balik agar homogen.

Sebagian cairan dibuang. Kemudian ditetes ke sisi kaca penutup

hemocytometer. Setelah itu diamati di bawah mikroskop dan dihitung

jumlah eritrositnya.

3.2.4 Penghitungan Jumlah Leukosit

Darah dihisap dengan pipet khusus leukosit sampai mencapai skala

0,5. Dengan pipet yang sama, larutan turk dihisap sampai skala 11 sehingga

larutan turk dan darah berada dalam pipet yang sama. Pipet dibolak-balik

sampai campuran homogen. Beberapa tetes pertama dibuang, lalu tetes

selanjutnya diteteskan di sisi kaca. Setelah itu ditutup dengan penutup

hemocytometer. Leukosit dihitung di bawah mikroskop pada empat ruang

persegi di pojok terluar.

3.2.5 Pengukuran Konsentrasi Hemoglobin

Darah dihisap menggunakan pipet khusus alat ukur Sahli sampai skala

20µL. Darah kemudian diteteskan ke dalam tabung pada alat ukur Sahli

yang sudah diisi dengan satu tetes HCN 1 N, selanjutnya diaduk sampai

homogen. Warna larutan yang terbentuk dibandingkan dengan larutan

standar hemoglobin dalam tabung standar di sebelah tabung sampel. Larutan

sampel ditetesi dengan akuades dan diaduk agar homogen hingga warnanya

sebanding dengan warna larutan standar. Setelah warna larutan sampel

8

sebanding dengan warna larutan standar, skala pada tabung sampel diamati,

untuk menentukan konsentrasi hemoglobin sampel darah dalam satuan g/dL.

3.2.6 Pengukuran Volume Hematokrit

Tabung kapiler berdiameter 3 mm yang telah mengandung

antikoagulan diisi dengan darah dan ujungnya ditutup. Tabung diletakkan

pada alat sentrifuga khusus berkecepatan tinggi dengan ujung yang tertutup

mengarah ke tepi alat sentrifuga. Tabung disentrifugasi selama 5 menit

dengan kecepatan 10000-15000rpm. Setelah itu tabung hasil sentrifugasi

diamati .

3.2.7 Penghitungan Gula darah

Glukostrip dipasang pada glukometer dengan dimasukkan ke dalam

lubang penempatan glukostrip pada glukometer. Darah tikus diolesi dari

pembuluh darah tepi kaudalis dengan cara melukai ujung ekor tikus

kemudian ekor tikus dipijat hngga dara keluar. Glukometer akan berbunyi

juka darah yang ditampung telah cukup. Setelah darah ditampung di

glukostrip, ditunggu 11 detik kemudian dilihat hasil pengukuran KGD pada

monitor glukometer. Ujung ekor tikus yang dilukai diolesi dengan alkohol

70%.

9

BAB IV

DATA DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Data

Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 4.1

Histologi Hasil Pengamatan dan Literatur

Hasil Pengamatan Literatur

Apusan darah mencit, LM 400x

Sumber: Eroschenko, 2005

Jenis darah yang paling banyak dijumpai

adalah eritosit. Selain itu terdapat pula

Neutrofil, large lymphocyte dan pllatelet.

Neutrofil dan limfosit besar merupakan sel

darah putih yang berfungsi sebagai

pertahanan tubuh. Platelet atau trombosit

berupa kepingan darah kecil tanpa inti,

hanya dibungkus sitoplasma. Berfungsi

dalam pemulihan luka (clotting).

10

Apusan Darah Mencit, LM 1000x

Sumber: Eroschenko, 2005

Selain eritrosit dan platelet, dalam gambar

ini juga terdapat monosit yaitu sel leukosit

agranulosit yang besar, ukurannya

mencapai 20 mikron.

Aorta Dorsalis, LM 100x

Sumber: Wolf dan Scarbrough, 2012

Lumen berada di paling atas. Dalam

gambar ini terlihat vaso vasorum berada

pada tepi tunika eksterna.

Aorta Dorsalis, LM 400x

Sumber: Dee, 2012

Muscular artery sebagai transisi dari elastic

artery. Elemen-elemen elastik (serabut

11

elastik) tersebar dalam foto ini.

Arteri Penyebar, Lm 40x

Sumber: Eroschenko, 2005

Arteri Penyebar 400x

Sumber: Dee, 2012

I: Internal elastic membran

E: External elastic membran

Ciri ini mudah dikenali pada muscular

artery.

Arteri Penyebar, LM 100x

Sumber: Eroschenko, 2005

12

Vena Cava Posterior, LM 400x

Sumber: Wolf dan Scarbrough, 2012

Pada vena cava, tunika media terdiri dari

berlapis-lapis otot polos, beberapa

membentuk tumpukan otot halus secara

longitudinal pada tunika adventitia.

Vena Cava posterior, LM 400x

Sumber: Mescher, 2012.

Vena biasanya berada dekat arteri. Vena

cava mempunyai tunika intima yang

terbangun dengan baik, tetapi tunika

medianya relatif tipis dengan beberapa

lapis otot polos dan jaringan ikat. Baik

media dan adventitia mengandung fiber

elastik, tetapi tidak memiliki fiber elastik

media seperti pada arteri.

13

4.2 Hasil Perhitungan

4.2.1 Penghitungan Eritosit

Jumlah eritosit = 1081 / mm3

Pengenceran = 1000

Volume ruang hitung= 0,2 x 0,2 x 0,1 mm3

Penghitungan eritrosit = Jumlah eritrosit x pengenceran

Volume Ruang hidup.

= 54,5 x 106 / mm3

4.2.2 Pengitungan leukosit

Jumlah leukosit, minta mm3 darah = jumlah leukosit (l) x pengenceran

Vol. Ruang hidup

Pengenceran = 100

Volume masing-masing ruang hitung = 1 x 1 0,1 mm3

Jumlah eritrosit/mm3 = 247/4x0,1 = 247/0,4 = 61750 eritrosit/mm3.

4.2.3 MCV

Hematokrit = 28

Jumlah eritrosit = 54, 05 x 106/mm3

MCV = 28 x 10 = 2, 59 x10-7 µm3

1081 (10/µL)

4.2.4 MCH

Konsetrasi Hemoglobin = 11,76 g/dL

Jumlah eritrosit = 54,05 x 106 /mm3

MCH = 11,76 g/dL

1081 (106/µL)

= 1,0878 x 10-7 pg

4.2.5 MCHC

Konsentrasi Hemoglobin = 11,76 g/dL

Hematokrit = 28

MCHC = konsentrasi hemoglobin x 100%

Hematokrit

= 11,76 g/dL x 100% = 42%

28

14

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam percobaan ini digunakan berbagai macam reagen. Reagen adalah zat

yang ditambahkan pada suatu reaksi tanpa bereaksi dengan zat yang bersangkutan

maupun mempengaruhi hasil akhir (produk) dari reaksi tersebut.

Hayem’s Solution yang digunakan dalam penghitungan sel darah merah

terdiri dari HgCl2, NaCl, Na2SO4, dan H2O. Natrium sulfat pada Hayem berfungsi

mencegah penggumpalan eritrosit, sedangkan merkuri klorida berfungsi

mengawetkan apusan sel darah.

Larutan Turk pada penghitungan jumlah leukosit berfungsi sebagai larutan

fisiologis bagi leukosit dan melisiskan eritrosit. Asam asetat dalam larutan Turk

melisiskan eritrosit dan gentian violet memberi berkas warna pada nukleus

leukosit.

Heparin adalah polisakarida aktivator antithrombin, protein yang terdapat

pada plasma darah. Saat heparin ditambahkan pada antithrobin, terjadi reaksi anti-

koagulasi (anti-penggumpalan). Heparin mengaktifkan anti-thrombin dengan

mengubah konformasi protein yang meningkatkan faktor pengikatan Xa secara

spesifik dan dengan menyediakan permukaan untuk membuat trombin atau faktor

Xa berikatan disamping antitrombin pada kompleks jembatan terner. Giemsa

berfungsi sebagai zat pewarna. Akuades berfungsi sebagai pengencer larutan.

Alkohol berfungsi sebagai anti-patogen.

Larutan hayem terdiri dari merkuri klorida, natrium klorida, natrium sulfat,

dan air destilasi. Larutan turk terdiri dari asam asetat 6% dan pewarna gentian

violet. Heparin adalah suatu polisakarida alami yang terdiri dari rantai linear dan

polidispersa yang sangat banyak. Rantainya sangat panjang dengan segmen

tersulfat yang terseling segmen yang tidak ada sulfatnya.

Terdapat perbedaan antara hasil yang didapat dengan referensi. Hal ini dapat

dikarenakan oleh perhitungan yang salah sehingga perbedaan yang ada sangat

besar. Akan tetapi, tidak ada perbedaan bentuk pada sel-sel dalam apusan darah

15

mencit dibandingkan dengan referensi. Oleh karena itu, status fisiologi mencit

adalah sehat karena tidak terdapat kelainan pada struktur histologi jaringannya

walaupun perhitungannya memiliki perbedaan yang besar yang dapat disebabkan

oleh salah perhitungan.

16

BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut.

1. Nilai parameter hematologi darah mencit adalah jumlah eritrosit 54,05 x 106

per mm3, jumlah leukosit 61750 per mm3, MCV 2,59 x 10-7 µm3, MCH

1,0878x10-7 pg, dan MCHC 42%.

2. Mencit dalam percobaan ini memiliki status sehat.

17

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2012. "What is Hematology?".

http://www.news-medical.net/health/What-is-Hematology.aspx. Diakses

pada 25 September 2012 pukul 21.13.

Anonim 2. 2012. "Hematologi" .

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/5946/BAB

%20II_2009yos.pdf?sequence=8.

Anonim 3. 2012. “Reference Values for Laboratory Animals”.

http://www.ahc.umn.edu/rar/refvalues.html. Diakses pada tanggal 25

September 2012 pukul 22.07

Anonim 4. 2012. “The Structure of Heparin”.

http://www.heparinscience.com/The_structure_of_Heparin.html. Diakses

pada 26 September 2012 pukul 3.00.

Dee, Fred R dan tim Leaven MA. 2012. “Histology Laboratory”.

http://www.path.uiowa.edu/virtualslidebox/histo_path/histology_laborator

y/. Diakses tanggal 26 September 2012 pukul 7.57.

Eroschenko, Victor P. 2005. Di Fiore’s Atlas of Histology with Functional

Correlations. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Medeirs, Nivaldo. 2012. "Atlas of Hematology".

http://www.hematologyatlas.com/. Diakses pada tanggal 25 September

2012 pukul 00.26.

Mescher, Anthony L. 2012. Junqueira’s Basic Histology: Text and Atlas. 12th ed.

New York: The McGraw-Hill Companies.

Olson ST, Chuang YJ. 2002. "Heparin activates antithrombin anticoagulant

function by generating new interaction sites (exosites) for blood

clotting proteinases." Trends Cardiovasc Med 12(8): 331-8.

Seeley, Rod R., Trent D. Stephens dan Philip Tate. 2003. Anatomy and

Physiology. 6th ed. New York: The McGraw-Hill.

18

Simmons, Arthur. 1976. Technical Hematology. Philadelphia: J.B. Lippincott

Company.

Wolf, Milton dan Marc Scarbrough. 2012. “Vascular System”.

http://www.kumc.edu/instruction/medicine/anatomy/histoweb/vascular/

vascular.htm. Diakses tanggal 26 September 2012 pukul 7.56.

19