Laporan Field Lab Yunita!

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi buruk merupakan problematika bangsa Indonesia yang tak kunjung terselesaikan hingga kini. Masalah gizi buruk merupakan masalah kesehatan masyarakat yang juga terkait dengan masalah kesejahteraan masyarakat (pendidikan, sosial ekonomi, budaya, dan politik). Di suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu cukup lama. Keadaan gizi atau status gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara kebutuhan kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk dan faktor tersebut saling berkaitan. Secara langsung, pertama yaitu anak kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu cukup lama. Kedua, anak menderita penyakit infeksi. Anak yang sakit, asupan gizi tidak dimanfaatkan 1

Transcript of Laporan Field Lab Yunita!

Page 1: Laporan Field Lab Yunita!

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi buruk merupakan problematika bangsa Indonesia yang tak kunjung

terselesaikan hingga kini. Masalah gizi buruk merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang juga terkait dengan masalah kesejahteraan masyarakat (pendidikan,

sosial ekonomi, budaya, dan politik). Di suatu kelompok masyarakat, anak balita

merupakan kelompok yang paling rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi.

Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai tingkat berat dan terjadi

secara perlahan-lahan dalam waktu cukup lama. Keadaan gizi atau status gizi

masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang diakibatkan oleh keseimbangan

antara kebutuhan kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang dikonsumsi seseorang.

Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan

nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata.

Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia,

kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang

banyak dijumpai pada balita.

Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk dan faktor tersebut

saling berkaitan. Secara langsung, pertama yaitu anak kurang mendapat asupan gizi

seimbang dalam waktu cukup lama. Kedua, anak menderita penyakit infeksi. Anak

yang sakit, asupan gizi tidak dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya

gangguan penyerapan akibat penyakit infeksi. Secara tidak langsung, penyebab

terjadinya gizi buruk yaitu tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, pola

asuh kurang memadai, dan sanitasi atau kesehatan lingkungan kurang baik serta akses

pelayanan kesehatan terbatas.

Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia dimana angka kematian ibu hamil yang cukup

tinggi. Penyebab utama anemia ini adalah kekurangan zat besi. Selama kehamilan

terjadi peningkatan kebutuhan zat besi hampir tiga kali lipat untuk pertumbuhan janin

dan keperluan ibu hamil (Depkes RI, 1999).

Untuk menanggulangi masalah anemia gizi besi pada ibu hamil maka

pemerintah melalui Depkes RI melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi

pada ibu hamil. Menurut Manuaba (1998), suplementasi tablet zat besi dan

1

Page 2: Laporan Field Lab Yunita!

peningkatan gizi merupakan upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan

anemia.

 

B. Tujuan Pembelajaran

1. Mampu melakukan pemantauan status gizi balita (screening status gizi):

a. Mampu melakukan pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB)

atau panjang badan (PB), dan umur (U) balita.

b. Mampu mengkategorikan hasil pengukuran dalam status gizi balita

menurut aturan WHO.

c. Mampu mengisi dan membaca Kartu Menuju Sehat Balita (KMS-

Balita).

d. Mampu melakukan tindakan berdasarkan keadaan balita pada KMS-

Balita.

2. Mampu melakukan pemantauan status gizi dan anemia gizi besi ibu hamil:

a. Mampu melakukan pengukuran antropometri ibu hamil baik dengan

menggunakan indicator BB/TB2 atau Body Mass Index (BMI) atau

menggunakan lingkar lengan atas (LLA).

b. Mampu mengkategorikan derajat anemia dari hasil pengukuran kadar

hemoglobin (Hb) menurut WHO.

c. Mampu mengisi dan membaca Kartu Menuju Sehat ibu hamil (KMS-

ibu hamil).

d. Mampu melakukan tindakan berdasarkan status gizi dan status anemia

ibu hamil menurut KMS-ibu hamil.

e. Mampu melakukan tindakan standar pelayanan antenatal minimal 5T

yaitu: timbang berat dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah,

pemberian imunisasi TT lengkap, ukur tinggi fundus uteri, dan

pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

C. Manfaat

Mahasiswa mampu mengerti prosedur yang benar serta melakukan

pemantauan status gizi pada balita dan anemia gizi ibu hamil.

2

Page 3: Laporan Field Lab Yunita!

BAB II

KEGIATAN

A. Kegiatan yang Dilakukan

Kegiatan Field Lab dilaksanakan pada tanggal 30 November, 11 dan 14

Desember 2010 di Puskesmas Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Pada tanggal 30

November 2010 mahasiswa diberikan pembekalan kegiatan Field Lab oleh

Instruktur Lapangan dan arahan mengenai cara pemantauan status gizi balita dan

anemia ibu hamil. Pada tanggal 11 Desember 2010 mahasiswa dibimbing oleh

Asisten Instruktur untuk semua kegiatan pengukuran status gizi balita dan ibu

hamil. Kemudian pada tanggal 14 Desember 2010, setelah mengamati prosedur

yang dilakukan oleh para kader, mahasiswa melakukan kegiatan pemantauan

status gizi pada balita dan ibu hamil yang bersedia menjadi probandus di

Posyandu Marsudi Waluyo, Dusun Tinumpuk secara mandiri.

B. Prosedur Kerja

1. Prosedur Penimbangan dengan Menggunakan Dacin

1.1. Persiapan Alat

Gantung dacin pada tempat yang kokoh seperti penyangga kaki

tiga atau pelana rumah/ kosen/ dahan pohon yang kuat.

Atur posisi batang dacin sejajar dengan mata penimbang.

Pastikan bandul geser berada pada angka NOL dan posisi pake

tegak lurus.

Pasang sarung/ celana/ kotak timbang yang kosong pada dacin.

Seimbangkan dacin dengan memberi kantung plastik berisikan

pasir/ batu di ujung batang dacin, sampai kedua jarum tegak lurus.

1.2. Pelaksanaan penimbangan

Bila ibu tidak membawa KMS, tanyakan berat badan balita 2 bulan

dan 1 bulan sebelumnya, karena untuk menentukan status

pertumbuhan perlu 3 titik pengukuran.

Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan pkaian

seminimal mungkin dan geser bandul sampai paku tegak lurus.

Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul

geser.

3

Page 4: Laporan Field Lab Yunita!

Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/ buku bantu dalam

kg dan ons.

Kembalikan bandul ke anngka nol dan keluarkan balita dari sarung/

celana/ kotak timbang.

2. Prosedur Pengukuran Panjang Badan

2.1. Dengan Papan Pengukur (untuk balita berumur kurang dari 2 tahun)

a. Persiapan alat

Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur

panjang badan.

Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan

pengukur.

Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat

menempelnya kepala dan pastikan meteran menunujukkan

angka nol dengan mengatur sekrup skala yang ada di bagian

kaki balita.

Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar.

Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat

menempelnya kepala dan pastikan meteran menunjuk angka

nol.

Geser kembali papan penggeser pada tempatnya.

b. Pelaksanaan Pengukuran Panjang Badan

Telentangkan balita di atas papan pengukur dengan posisi

kepala menempel pada bagian papan yang datar dan tegak lurus

(papan yang tidak dapat bergerak).

Pastikan puncak kepala menempel pada bagian papan yang

statis.

Posisikan bagian belakang kepala, punggung, pantat dan tumit

menempel secara tepat pada papan pengukur.

Geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian

kedua telapak kaki menempel pada bagian papan yang dapat

digeser (dengan cara menekan bagian lutut dan mata kaki).

Baca dan catat panjang badan balita dari angka kecil ke angka

besar.

2.2. Dengan Microtoise (untuk balita berumur lebih dari 2 tahun)

4

Page 5: Laporan Field Lab Yunita!

a. Persiapan Alat

Letakkan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada

dinding yang tegak lurus.

Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada

jendela baca menunujukkan angka nol.

Paku/ tempelkan ujung pita meteran pada dinding.

Tarik kepala microtoise ke atas sampai paku.

b. Pelaksanaan Pengukuran Tinggi Badan

Posisikan balita berdiri tegak lurus di bawah microtoise

membelakangi dinding.

Posisikan kepala balita berada di bawah alat geser microtoise,

pandangan lurus ke depan.

Posisikan balita tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang

belikat, pantat dan tumit menempel di dinding.

Posisikan kedua lutut dan tumit rapat.

Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala balita.

Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar

dengan garis merah.

Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari

angka kecil ke angka besar.

Catat hasil pengukuran tinggi badan balita pada kartu status.

3. Prosedur Penentuan Umur Balita

3.1. Tentukan tanggal, hari, dan tahun pada waktu balita ditimbang.

3.2. Kurangi dengan tanggal, hari, bulan, dan tahun balita pada waktu lahir.

3.3. Bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 hari s/d 30 hari,

dibulatkan 1 bulan.

3.4. Bila kelebihan atau kekurangan hari sebnyak 1 s/d 15 hari, maka

dibulatkan menjadi 0 bulan.

4. Prosedur Pengkategorian Status Gizi Menurut WHO-NCHS

4.1. Gunakan hasil pengukuran berat badan dan umur.

4.2. Lihat di tabel baku rujukan status gizi WHO-NCHS. Penting: tabel

untuk balita perempuan berbeda dengan balita laki-laki.

5. Prosedur Pengisisan dan Pembacaan KMS

Bila Anak Datang Untuk Penimbangan Pertama

5

Page 6: Laporan Field Lab Yunita!

5.1. Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran.

5.2. Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam KMS

balita.

Kolom “Posyandu” diisi nama Posyandu tempat anak didaftra.

Kolom “tanggal pendaftaran” diisi tanggal, bulan, dan tahun anak

didaftar pertama kali.

Kolom”nama anak” diisi nama jelas anak, sama seperti halaman

depan KMS.

Kolom “laki-laki” diisi tanda v apabila anak tersebut laki-laki dan

demikian pula bila perempuan.

Kolom “anak yang ke” diisi nomor urut kelahiran anak dalam

keluarga (termasuk anak yang meninggal).

Kolom “tanggal lahir” diisi bulan dan tahun lahir anak.

Kolom “berat badan lahir” diisi angka penimbangan berat badan

anak saat dilahirkan dalam satuan gram. “Berat badan lahir” ini

kemudian dicantumkan pada KMS pada bulan “0”.

Kolom “nama ayah” dan “nama ibu” beserta pekerjaannya diisi

nama dan pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.

Kolom “nama ayah” dan “nama ibu” beserta pekerjaannya diisi

nama dan pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.

Kolom “alamat” diisi alamat anak menetap.

5.3. Mengisi kolom bulan lahir.

5.4. Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS balita.

5.5. Mencatat keadaan kesehatan, makanan, dan keadaan lainnya.

5.6. Mengisi kolom pemberian imunisasi.

5.7. Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

5.8. Mengisi kolom periode pemberian ASI Eksklusif.

Bila Anak Datang Pada Penimbangan Kedua dan Seterusnya

Lakukan langkah 5.4., kemudian hubungkan titik berat badan bulan ini

dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus. Jika jarak penimbangan

bulan ini dan penimbangan sebelumnya lebih dari satu bulan, maka

titik berat badan tidak dapat dihubungkan dengan titik berat badan

sebelumnya.

6

Page 7: Laporan Field Lab Yunita!

Lakukan langkah 5.5., catat semua kejadian yang dialami anak pada

garis tegak sesuai bulan yang bersangkutan. Apabila anak mendapat

imunisasi lakukan langkah keenam.

Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (Februari atau

Agustus), maka jika anak diberi kapsul vitamin A, lakukan langkah

5.7.

Apabila umur bayi masih dibawah 5 bulan, lakukan langkah 5.8.

6. Melakukan Tindakan Berdasarkan Catatan dalam KMS-Balita

6.1. Bila garis pertumbuhan naik, diberikan pujian serta nasehat agar

meneruskan cara pemberian makanan kepada anaknya, namun dianjurkan

agar makan lebih banyak lagi karena anak akan terus tumbuh dan

diupayakan berat badannya bulan depan naik lagi.

6.2. Bila garis pertumbuhan tidak naik,

a. Timbangan tidak naik 1 kali (1T), tanyakan riwayat makanan dan

penyakitnya, kemudianberikan nasehat makanannya. Berikan motivasi

agar bulan depan naik berat badannya.

b. Timbangan tidak naik 2 kali (2T), tanyakan riwayat makanan dan

penyakit kemudian berikan nasehat makanannya. Apabila anak

kelihatan sakit segera dikirim ke Puskesmas/ fasilitas kesehatan lain.

c. Timbangan tidak naik 3 kali (3T), anak dirujuk ke Puskesmas/ fasilitas

kesehatan lain.

6.3. Jika garis pertumbuhannya di bawah garis merah (BGM), anak harus

segera dirujuk ke Puskesmas/ fasilitas kesehatan lain.

a. Jika tanda klinis (-), berikan makanan tambahan pemulihan (PMT-

Pemulihan).

b. Jika tanda (+), lakukan 10 langkah Tata Laksana Gizi Buruk dan obati

jika ada penyakit penyerta.

7. Prosedur Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

Mempersiapkan alat pengukur yaitu pita pengukur lingkar lengan atas.

Memperkenalkan diri dan menerangkan prosedur pengukuran serta

manfaatnya.

Memilih lengan yang akan diukur, yaitu yang jarang dipakai bekerja

(lengan kiri, jika kidal diukur lengan kanan).

Membebaskan lengan ibu hamil dari pakaian.

7

Page 8: Laporan Field Lab Yunita!

Mengukur panjang lengan, dengan titik pengukuran dari pangkal

(acromion) hingga siku (olecranon). Lengan ibu membentuk sudut 900 .

Merelaksasikan lengan ibu hamil.

Mengukur lingkar lengan atas pada titik tengah panjang dengan pita

pengukur LILA.

Membaca hasil pengukuran LILA.

C. Hasil Pengukuran

Status Gizi Balita

Status Gizi Ib

8

Nama Jenis

Kelamin

Umur Berat

Badan

(kg)

Tinggi/

Panjang

Badan

(cm)

IMT Lingkar

Kepala

(cm)

Bayu L 2 tahun 10.3 84 14.60 44

Bimo L 3 tahun 14 102 13.46 -

Doni L 2 tahun 11 82 16.36 47.5

Febryan L 5 tahun 13.6 98 14.16 50

Ganendra L 7 bulan 6.7 66 15.38 -

Sean L 26

minggu

12 80 18.75 48

Naswa P 9 bulan 7.5 68 16.22 44

Galih

Puspa

P 5 bulan 6.4 60 17.78 40

Sasya P 2,5 tahun 10.8 86 14.60 -

Rizki P 3 tahun 13.3 94 15.05 -

Nurul P 3 tahun 13.6 92 16.07 -

Page 9: Laporan Field Lab Yunita!

No Nama

Bumil

Umur

(thn)

Umur

Kehamilan

(minggu)

Berat

Badan

(kg)

Tinggi

Badan

(cm)

BMI Tekanan

Darah

LILA

(cm)

1 Ny.

Hariyani

32 32 69 158 27.64 110/70 30

2 Ny. Narni 27 24 53,5 156 21.98 110/80 24,5

3 Ny. Darmi 35 12 51 146 23.92 110/70 25

4 Ny. Opik 16 ? 53 151 23.24 110/80 23

9

Page 10: Laporan Field Lab Yunita!

BAB III

PEMBAHASAN

A. Status Gizi Balita

Dari kegiatan posyandu yang telah kami lakukan di Posyandu Marsudi

Waluyo, kami melakukan pengukuran status gizi terhadap 24 balita. Akan tetapi, kami

hanya akan menganalisis status gizi 5 balita saja. Hal tersebut dikarenakan beberapa

alasan. Pertama, balita yang diukur berusia sudah lebih dari 2 tahun, sehingga tidak

dapat dilihat status gizinya menggunakan grafik pemantauan status gizi dari WHO

NCHS 2005. Alasan kedua ialah karena pada beberapa balita kami hanya

mendapatkan data berat badan saja tanpa tinggi atau panjang badan. Data-data yang

akan kami analisis diantaranya sebagai berikut:

Nama Jenis

Kelamin

Tanggal

Lahir

Umur Berat

Badan

(kg)

Tinggi/

Panjang

Badan

(cm)

IMT Lingkar

Kepala

(cm)

Status

Gizi

Bayu L 9/12/2008 2 tahun 10.3 84 14.60 44 Gizi Baik

Doni L 28/11/200

8

2 tahun 11 82 16.36 47.5 Gizi Baik

Ganendra L 14/5/2010 7 bulan 6.7 66 15.38 - Gizi Baik

Naswa P 3/3/2010 9 bulan 7.5 68 16.72 44 Gizi Baik

Galih P P 13/7/2010 5 bulan 6.4 60 17.78 40 Gizi Baik

Berdasarkan pengukuran antropometri tersebut, dapat ditentukan status gizi

balita dengan memasukkan data ke tabel baku rujukan dari WHO NCHS 2005.

Menurut baku rujukan yang kami gunakan, ada beberapa indeks pengukuran yang

digunakan yaitu BB/U, PB/U, dan BB/TB. Setelah memasukkan data ke tabel baku

10

Page 11: Laporan Field Lab Yunita!

rujukan, didapatkan hasil bahwa kelima balita tersebut dinyatakan dalam status gizi

baik.

Dalam pengukuran antropometri di Posyandu Marsudi Waluyo, kami

menemukan seorang balita yang grafik KMS-nya Berada di bawah Garis Merah

(BGM). Data balita tersebut sebagai berikut:

Nama : Hamidah Putri Sania

Jenis Kelamin : Perempuan

Berat badan lahir : 1,2 kg (prematur)

Umur : 17 bulan

Berat badan sekarang : 7,5 kg

Akan tetapi, menurut baku rujukan WHO-NCHS dengan Indeks Berat Badan

Terhadap Umur Bayi Perempuan mulai dari 6 bulan hingga 2 tahun, status gizi balita

tersebut dikategorikan gizi kurang.

B. Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi ibu hamil dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran lingkar

lengan atas (LILA) ibu hamil, tekanan darah, berat badan, dan kadar hemoglobin.

Menurut baku rujukan yang ada, lingkar lengan atas ibu hamil ialah lebih besar dari

23,5 cm.

Dari data-data yang telah kami dapatkan hanya ada satu kasus status gizi kurang

pada ibu hamil di Dusun Tinumpuk, yaitu pada Ny. Opik.

Kadar Hemoglobin Jumlah Ibu Hamil

< 8 gr % 0

8- <11 gr % 20

11- <12 gr % 10

>12 gr % 23

Total 53

Sumber: pengukuran Hb di Puskesmas Ngadirojo bulan November 2010

Berdasarkan data pemeriksaan kadar hemoglobin ibu hamil di Puskesmas

Ngadirojo bulan November 2010, ibu hamil dengan kemungkinan anemia ringan

berjumlah 10 orang dan anemia sedang 20 orang, sedangkan anemia berat tidak ada

dari 53 ibu hamil.

11

Page 12: Laporan Field Lab Yunita!

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan Field Lab dengan topik Pemantauan Status Gizi Balita dan

Anemia Gizi Ibu Hamil di Posyandu Marsudi Waluyo berlangsung dengan baik dan

edukatif. Mahasiswa telah melakukan semua kompetensi dari tujuan kegiatan field

lab. Mahasiswa juga menemukan kasus yang tidak pernah ditemukan di dalam kuliah

seperti Balita di bawah Garis Merah (BGM). Kemudian, mampu memberikan

tindakan terhadap balita tersebut sesuai dengan prosedur yang ada.

B. Saran

1. Pada pemantauan status gizi balita ini berjalan cukup lancar namun perlu

kesadaran para orangtua untuk membawa anaknya ke Posyandu setiap bulan agar

pertumbuhan dan perkembangan anak dapat terus dipantau.

2. Balita yang sudah memiliki status gizi normal sebaiknya tetap mempertahankan

terus status gizi yang sudah baik ini, dengan cara : mempertahankan porsi makan,

makan cukup dengan pedoman gizi seimbang istirahat yang cukup, dan jaga

kesehatan.

3. Seharusnya posyandu dilaksanakan dengan pembagian sistem lima meja. Meja

pertama adalah pendaftaran, meja kedua adalah penimbangan berat badan, meja

ketiga adalah pengukuran tinggi atau panjang badan, meja keempat adalah

pengisian KMS, dan meja kelima adalah penyuluhan dari kader atau petugas

Puskesmas.

12

Page 13: Laporan Field Lab Yunita!

DAFTAR PUSTAKA

Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta. 2009. Manual Field Lab,

Keterampilan Pemantauan Status Gizi Balita dan Ibu Hamil. Surakarta: Field Lab FK UNS.

Tabel Penilaian Status Gizi WHO-NCHS

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.2005. Pedoman Upaya Penanggulangan Gizi Buruk

di Jawa Tengah.

http:/www.health-lrc.or.id/mpu/pedoman_gibur_agust05.pdf.

Sururi M. 2006. Penanggulangan Gizi Buruk. http://www.dinkespurworejo.go.id/index2.

13