Laporan DO

17
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN MODUL IX OKSIGEN TERLARUT Disusun oleh : Andiasti Nada Alifah 1406532242 Danastri P 1406605004 William Y M B 1406605055 Asisten Praktikum : Ayik Abdillah Tanggal Praktikum : 2-11-2015 Tanggal Disetujui : Nilai : Paraf Asisten : LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2015

Transcript of Laporan DO

Page 1: Laporan DO

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

MODUL IX

OKSIGEN TERLARUT

Disusun oleh :

Andiasti Nada Alifah 1406532242

Danastri P 1406605004

William Y M B 1406605055

Asisten Praktikum : Ayik Abdillah

Tanggal Praktikum : 2-11-2015

Tanggal Disetujui :

Nilai :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGANDEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK2015

Page 2: Laporan DO

Dissolved Oksigen

1. Tujuan

Menghitung nilai oksigen terlarut ( DO ) pada air sampel.

2. Dasar Teori2.1. Definisi DO (Dissolved Oxigen)

Dissolved oxygen ( kadar oksigen ) merupakan kadar ukuran relatif

suatu oksigen yang terlarut dalam suatu media tertentu yang dibutuhkan

semua makhluk hidup untuk pernapasan, pertumbuhan, metabolisme.

Sumber oksigen utama media cair adalah proses difusi dari lingkungan

sekitar media tersebut dan juga proses fotosintesis dari tumbuh tumbuhan

yang ada didalamnya.

Proses difusi dapat dipengaruhi kecepatanya oleh parameter-parameter

lainnya seperti suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,

gelombang dan pasang surut. Sehingga diperlukan alat ukur untuk

membantu mengetahui indikasi nilai dari kondisi riil kandungan kualitas

airnya oleh. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan alat ukur oksigen

terlarut namun pada saat ini alat ukur tersebut masi jarang dan mahal bagi

petambak petambak udang. oleh karena itu pada tugas akhir kali ini

dilakukan rancang bangun alat ukur dissolved oxygen dengan biaya

rendah.dengan memanfaakan persamaan weiss (e.g. Weiss, 1970) sebagai

dasar didapatkanya nilai dissolved oxigen.

2.2. Metode Pengukuran DO (Dissolved Oxigen)Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara,

yaitu Metoda titrasi dengan cara winkler dan Metoda elektrokimia.

Metoda titrasi dengan cara winkler secara umum banyak digunakan

untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan

menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih

dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH - KI, sehingga akan

terjadi endapan MnO2 .

Page 3: Laporan DO

Persamaan reaksi

Mn2+ + 2OH- → Mn(OH)2 (s) (persamaan 1)

Mn2+ + 2OH- + O2 → MnO2 (s) + H2O (persamaan 2)

Apabila sampel memiliki okseigen terlarut, maka yang terbentuk adalah

endapan coklat dan reaksi yang terjadi adalah seperti persamaan 2.

Apabila air sampel tidak mempunyai oksigen terlarut, maka yang

terbentuk adalah endapan berwarna putih dan reaksi yang terjadi adalah

seperti persamaan 1.

Dengan menambahkan H2SO4 atau HCl maka endapan yang terjadi

akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2)

yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini

selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3)

dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang

terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :

MnO2 + 2 KI + 2 H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH (persamaan 3)

2Na2S2O3.5H2O + I2 → Na2S4O6 + 2NaI + 5H2O (persamaaan 4)

Metoda elektrokimia.

Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah

cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter.

Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari

katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO

meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda

timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran

plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia

yang akan terjadi adalah :

Katoda : O2 + 2 H2O + 4- → 4 HO- (persamaan 5)

Anoda : Pb + 2 HO-→PbO + H2O + 2e- (persamaan 6)

Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada

katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus

terhadap konsentrasi oksigen terlarut. Penentuan oksigen terlarut (DO)

dengan cara titrasi berdasarkan metoda winkler lebih analitis apabila

dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan

Page 4: Laporan DO

dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya,

standarisasi larutan tiosulfat dan pembuatan larutan standar

kaliumbikromat yang tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan

kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh

hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Peranan suhu dan

salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut

dengan cara DO meter. Di samping itu, sebagaimana lazimnya alat yang

digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil

penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen

terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil

yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat

penentuannya hanya bersifat kisaran (Saimin, 2005).

2.3. Alasan DO (Dissolved Oxigen) Jadi Parameter

DO digunakan sebagai parameter karena dapat menunjukkan kadar oksigen

yang terpakai untuk menguraikan bahan polutan tersebut dimana hal

tersebut dapat mengindikasikan tingkat pencemaran yang terjadi. DO juga

menunjukan keseimbangan penghasilan (fotosintesis dan difusi) dan

pemakaian (respirasi aerobik, nitrifikasi, oksidasi kimia) oksigen. Semakin

besar nilai DO maka kualitas air semakin baik. Jika kualitas air baik maka

semakin banyak biota air yang dapat ditampung didalamnya.

Sebaliknya jika nilai DO rendah maka dapat diketahui bahwa air tersebut

tercemar. Dengan mengetahui nilai DO dapat ditentukan pengolahan seperti

apa yang dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas air.

2.4. Dampak DO (Dissolved Oxigen) Terhadap LingkunganDO mempunyai dampak yang cukup besar terhadap lingkungan. Apabila

DO rendah maka keseimbangan kehidupan akuatik akan terganggu. Banyak

tumbuhan dan hewan perairan yang akan mati. Apabila hewan dan

tumbuhan ini mati, maka jasad reknik yang terdapat pada air akan

menyebabkan peningkatan jumlah bakteri pengurai yang terdapat pada air.

Akibatnya air tidak dapat di konsumsi oleh masyarakat.

Page 5: Laporan DO

2.5. Faktor yang Mempengaruhi DO DO (Dissolved Oxigen)

1. Kedalaman, dengan semakin bertambahnya kedalaman suatu perairan

akan maka konsentrasi oksigen terlarut semakin rendah. Hal ini

disebabkan karena keberadaan fitoplankton yang melakukan

fotosintesis ada pada perairan yang masih mendapatkan cahaya

matahari. Sehingga pada kedalaman tertentu dimana intensitas cahaya

matahari berkurang, maka proses fotosintesis yang menghasilkan

oksigen pun berkurang.

2. Suhu perairan. menurut pendapat Yazwar (2008) bahwa suhu

berpengaruh langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan

fitoplankton dimana suhu yang optimal untuk pertumbuhan plankton

20-30oC. Semakin tinggi suhu air ( >300C )maka DO air akan turun. Hal

ini terjadi karena oksigen menguap ke udara.

3. Total Organik Matter atau jumlah bahan organik yang terdapat di

lingkungan perairan, semakin tinggi bahan organik (yang berasal dari

kelebihan pakan dan feces ikan) kelarutan oksigen akan menurun

dikarenakan penggunaan oleh bakteri dalam proses dekomposisi.

4. Karbon dioksida, bertambahnya karbon dioksida akan berbanding

terbalik dan menyebabkan penurunan oksigen terlarut di perairan.

Sifatnya yang lebih mudah larut di air akan menyebaban oksigen

‘terusir’ dari lingkungan perairan. Kenaikan karbondioksida akan

menyebabkan terhambatnya proses diffusi oksigen dari udara.

5. pH (derajat keasaman), secara tidak langsung terlalu banyaknya

konsentrasi karbondioksida di perairan akan membuat ion karbonat

meningkat sehingga membuat nilai pH menjadi turun (pH asam). Pada

kondisi pH asam, kelarutan oksigen pasti rendah karena tingginya

respirasi. (Sumber : http://www.dkpp.mesujikab.go.id/artikel/44-

pentingnya-memperhatikan-oksigen-terlarut-dalam-proses-budidaya-

ikan , Diunduh pada Kamis, 5 November 2015, 20.00 WIB)

Page 6: Laporan DO

2.6. Standar Baku Mutu DO (Dissolved Oxigen)

Peraturan Pemerintah RI No. 82/ 2011 menegaskan bahwa kadar DO

minimum yang harus ada pada air adalah >2 mg/L. Klasifikasi dan kriteria

mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:

Tabel 1. Tabel Klasifikasi DO menurut PP no. 82 thn 2001

Komponen Satuan Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

DO mg/L 6 4 3 0

Keterangan :

Kelas 1 : air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau

peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama. Batas

minimum DO yaitu 6 mg/L.

Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air,

budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian. Batas minimum DO

yaitu 4 mg/L.

Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar,

peternakan dan pertanian. Batas minimum DO yaitu 3 mg/L.

Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/

pertanian. Batas minimum DO yaitu 0 mg/L.

2.7. Aplikasi Data DO (Dissolved Oxigen)Data DO air dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan

perlakuan terhadap air. Aktivitas manusia, khususnya budidaya ikan

memerlukan DO dalam kadar tertentu. Apabila tidak terpenuhi, maka

budidaya ikan akan terambat dikarenakan ikan sulit untuk hidup.

Selain itu DO juga dibutuhkan untuk mengontrol perkembangan hidup

organisme perairan. Apabila DO terlalu sedikit, maka organisme perairan

tidak dapat hidup.

Data DO juga diperlukan untuk menjaga kehidupan bakteri pengurai limbah.

Bakteri pengurai limbah tidak dapat hidup lama di perairan dengan tingkat

Page 7: Laporan DO

DO yang rendah. Hal ini dapat menyebabka proses penguraian limbah

menjadi terganggu.

2.8. Pengolahan DO (Dissolved Oxigen)

Pengolahan DO dapat dilakukan dengan proses aerasi. Proses ini merupakan

suatu usaha penambahan konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air

limbah, agar proses oksidasi biologi oleh mikroba akan dapat berjalan

dengan baik. Dalam prakteknya terdapat dua cara untuk menambahkan

oksigen ke dalam air limbah, yaitu :

1. Memasukkan udara ke dalam air limbah; Yaitu proses memasukkan

udara atau oksigen murni ke dalam air limbah melalui benda porous

atau nozzle. Nozzle tersebut diletakkan di tengah– tengah sehingga

akan meningkatkan kecepatan kontak gelembung udara tersebut dengan

air limbah, dan proses pemberian oksigen akan berjalan lebih cepat.

Oleh karena itu, biasanya nozzle ini diletakkan pada dasar bak aerasi.

Udara yang dimasukkan adalah berasal dari udara luar yang

dipompakan ke dalam air limbah oleh pompa tekan.

2. Memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen Adalah cara

mengontakkan air limbah dengan oksigen melalui pemutaran baling–

baling yang diletakkan pada permukaan air limbah. Akibat dari

pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke atas dan dengan

terangkatnya maka air limbah akan mengadakan kontak langsung

dengan udara sekitarnya. (Luluk Edahwati dan Suprihatin)

2.9. Hubungan DO (Dissolved Oxigen) dengan COD dan Warna

Saat kekeruhan dan warna suatu air meningkat maka kemampuan cahaya

untuk menembus permukaan air menurun. Hal ini dikarenakan partikel-

partikel yang ada di air menghambat masuknya cahaya kedalam sehingga

menghambat fotosintesis. Hal ini menyebabkan kandungan oksigen air

dalam air berkurang. Sehingga dengan meningkatnya kekeruhan dan ke

gelapan warna air maka DO akan turun.

Page 8: Laporan DO

Apabila nilai COD suatu air tinggi, maka nilai DO akan menjadi rendah.

Hal ini dikarenakan terdapat oksigen terlarut yang dinakan organisme untuk

menguraikan bahan-bahan undegradable

3. Alat dan BahanAlat

1. Winkler 1 buah

2. Buret 25 ml 1 buah

3. Pipet volume 5 ml 1 buah

4. 10 ml 1 buah

5. 50 ml 1 buah

6. Pipet tetes 1 buah

7. Erlenmeyer 250 ml 1 buah

Bahan

1. Mangan sulfat

2. Air suling

3. Amilum/ kanji

4. Alkali iodida azida

5. Asam sulfat pekat (H2SO4)

6. Sodium thiosulfat (Na2S2O3)

Page 9: Laporan DO

4. Cara Kerja

Menuangkansampel ke gelas

ukur

Menuangkansampel ke botol

winkler

MemasukkanMnSO4 1ml danAlkali Azida 1

HomogenkanBiarkanmengendap

Masukkan H2SO4

1 ml

Page 10: Laporan DO

5. Data Pengamatan

Setelah dilakukan praktikum maka didapatkanalah data sebagai berikut

Tabel 1. Tabel Pengamatan Volume Titrasi Na2S2O3

Larutan Vo Na2S2O3 Vt Na2S2O3 Perubahan Warna

Sampel 1,0 ml 1,1 ml Biru bening

6. Pengolahan Data

mlmlmlml

ml

0067,1 11300

300

atMangansulf VAzida Alkali V winklerV winklerVfaktor F

L/546,1 50

0067,18000096,01,0

titrasisampel 8000/L)( DO

mgml

mlml

FNVmg

Keterangan :

V = Volume Na2S2O3 (ml)

Pipet 50 mllarutan dari

Winkler ke gelasErlenmeyer

Teteskan Amilumsampai larutanberwarna biru

Titrasi denganSodium thiosulfat

hingga tepat bening

Page 11: Laporan DO

N= Normalitas Na2S2O3 (mg/L)

F= Faktor Pengenceran

7. Analisis7.1. Analisis Percobaan

Pada percobaan kali ini praktikan menghitung nilai Oksigen Terlarut

(DO) yang terdapat pada air sampel inlet Danau Mahoni. Pertama, praktikan

menuangkan air sampel ke dalam botol winkler hingga meluap. Penuanngan

ini harus dilakukan dengan memiringkan galon yang berisi air sampel ke

dinding verikal gelas ukur. Hal ini ditujukan untuk menghindarkan

bertambahnya oksigen dari udara bebeas ke dalam gelas ukur karena

turbulensi.

Selanjutnya praktikan menuangkan air sampel ke dalam botol

winkler 300 ml. Penuangan ini juga dilakukan dengan memiringkan gelas

ukur terhadap sisi luar gelas winkler untuk mengindari turbulensi.

Penuangan ini dilakukan hingga air di botol winkler meluber (tumpah). Hal

ini ditujukkan untuk mengindari terbentuknya ruangan kosong yang diisi

oleh udara didalam botol ini. Ruang kosong yang terdapat di botol winkler

ini dapat menyebabkan nilai oksigen yang terdapat di dalam sampel tidak

representatif dikarenakan oksigen yang terdpat pada udara terikat pada air.

Selanjutnya praktikan memipet Mangan sulfat (MnSO4) sebanyak 1

ml ke dalam botol winkler. Pemipetan mangan sulfat juga harus melewati

dinding vertikal dari botol winkler agar tidak terjadi turbulensi. Lalu

praktikan memipet Alkali iodida azida 1 ml melalui dinding vertikal winkler.

Pemipetan Alkali iodida azida ini ditujukan agar terbentuknya suasana basa

dalam botol winkler, kemudian praktikan melakukan homogenisasi pada

botol winkler agar larutan yang terdapat di dalamnya homogen.

Dalam suasana basa Mangan sulfat (MnSO4) akan di oksidasi dari

Mn2+ menjadi Mn4+. Setelah terjadi oksidasi maka akan terbentuk endapan.

Apabila endapannya berwarna putih, maka air sampel tidak mengandung O2.

Apabila yang terbentuk adalah endapan coklat, maka terdapat O2 dalam air

Page 12: Laporan DO

uji sampel tersebut. Kemudian peraktikan menunggu endapan dalam

keadaan statis.

Persamaan reaksinya

Mn2+ + 2OH- → Mn(OH)2 (s) (persamaan 1)

Putih

Mn2+ + 2OH- + O2 → MnO2 (s) + H2O (persamaan 2)

Cokelat

Setelah endapan terbentuk, praktikan menambahkan H2SO4 1 ml.

Penambahan H2SO4 dilakukan dengan menyentuhkan ujung pipet volume

dengan dinding vertikal botol winkler dan membentuk sudut 450. H2SO4

akan mereduksi Mn4+ kembali ke Mn2+ dan akan terbentuk I2. Dimana

nilainya sebanding dengan jumlah oksigen terlarut yang terdapat di air

sampel. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut

MnO2(s) + 2I- + 4H+ → Mn2+ + I2 + 2H2O (persamaan 7)

Kemudian praktikan menghomogenkan larutan. Setelah itu praktikan

melakukan pemipetan 50 ml air dari winkler ke dalam erlenmeyer 250 ml.

Pemipetan 50 ml air ini juga harus dilakukan dengan menempelkan ujung

pipet ke bagian dinding vertikal erlenmeyer membentuk sudut 450 agar

terhindar dari turbulensi.

Lalu praktikan menambahkan amilum. Amilum berfungsi sebagai

indikator oksigen pada air dengan warna biru yang timbul pada air.

Perbedaan warna yang terjadi dapat dilihat pada gambar 1 dan 2

I3 - + Amilum →I2-Amilum (persamaan 8)

Kemudian Iodium dan amilum akan membentuk kompleks amilum-

iodium yang ditandai dengan terbentuknya warna biru. Berikut adalah

persamaan reaksi yang terjadi

I2 + 2 e - → 2 I (persamaan 9)

Page 13: Laporan DO

gambar 1. gambar 2.

Setelah itu praktikan mentitrasi larutan yang terdapat pada

erlenmeyer dengan Sodium thiosulfat (Na2S2O3) hingga warna larutan tepat

bening. Titrasi ini dilakukan dengan meletakkan alat berupa kertas titar

tegak lurus buret. Pemberian kertas titar ini ditujukan agar praktikan dapat

dengan mudah mengamati perubahan warna yang terjadi. Reaksi yang

berlangsung adalah sebagai berikut

2Na2S2O3.5H2O + I2 → Na2S4O6 + 2NaI + 5H2O (persamaan 4)

Kemudian praktikan mencatat Volume Sodium thiosulfat (Na2S2O3)

yang dipakai untuk ttitrasi.

7.2. Analisis Hasil

Pada praktikum ini praktikan membutuhkan data volume Sodium

thiosulfat (Na2S2O3) 0,096 N yang digunakan untuk mentitrasi sampel (air

inlet Danau Mahoni) hingga larutan tersebut berubah menjadi tepat bening.

Setelah melakukan percoban, ini nilai dissolved oksigen yang

didapatkan oleh praktikan sebesar 1,546 mg/l. Nilai ini dapat

diklasifikasikan ke dalam kelas tiga dimana air dengan DO pada kelas ini

dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar. Misalnya ikan Guppy,Ikan

Plastis, Ikan Molly, dan Ikan Cupang. Selain itu, air yang mempunyia DO

dengan kelas ini juga dapat digunakan untuk peternakan dan pertanian.

Batas minimum DO kelas tiga yaitu 3 mg/L. Nilai DO yang rendah ini

disebakan sampel dari percobaan kali ini diambil dari inlet Danau Mahoni.

Suplai Danau Mahoni yang berasal dari Danau Aghatis.

Page 14: Laporan DO

Danau Aghatis mempunyai warna yang gelap. Warna danau yang

gelap ini menyebabkan sinar matahari sulit untuk menembus air pada danau

sehingga tumbuhan dan fitoplankton yang hendak melakukan fotosintesis

terhambat prosesnya. Ketidakmampuan tumbuhan dan fitoplankton untuk

melakukan fotosintesis ini menyebabkan oksigen terlarut di Danau Aghatis

rendah.

Untuk menaikkan nilai DO pada Danau Mahoni dapat dilakukan

dengan melakukan aerasi. Areasi ini terbagi atas dua yaitu

Pertama, memasukkan udara ke dalam Danau Mahoni. Proses ini

dilakukan dengan memasukkan udara atau oksigen murni ke dalam air

danau melalui benda porous atau nozzle. Nozzle tersebut diletakkan di

tengah– tengah sehingga akan meningkatkan kecepatan kontak gelembung

udara tersebut dengan air limbah, dan proses pemberian oksigen akan

berjalan lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya nozzle ini diletakkan pada

dasar bak aerasi. Udara yang dimasukkan adalah berasal dari udara luar

yang dipompakan ke dalam air danau oleh pompa tekan.

Cara kedua adalah dengan mengontakkan air limbah dengan oksigen

melalui pemutaran baling–baling yang diletakkan pada permukaan air

limbah. Akibat dari pemutaran ini, air danau akan terangkat ke atas dan

dengan terangkatnya maka air danau ini akan mengadakan kontak langsung

dengan udara sekitarnya.

7.3. Analisis Kesalahan

Pada praktikum ini, terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan oleh

praktikan. Yang pertama adalah penuangan air sampel kedalam botol

winkler yang tidak selalu 450 terhadap dinding vertikal dari winkler. Hal

ini dapat menyebabkan nilai DO pada air sampel menjadi meningkat

karena terjadi turbulensi. Kemudian praktikan melakukan kesalahan dalam

pembacaan meniskus pada buret dan terdapat sisa larutan pada pada ujung

pipet yang tidak bisa dikeluarkan.

Page 15: Laporan DO

8. Kesimpulan Air sampel yang berasal dari inlet Danau Mahoni adalah 1,546 mg/l

dan tergolong kelas tiga.

Air inlet Danau Mahoni dapat digunakan untuk budidaya ikan air

tawar, peternakan dan pertanian.

Untuk menaikkan DO inlet Danau Mahoni dapat dilakukan dengan

metode aerasi.

Page 16: Laporan DO

Daftar Pustaka

Edahwati,Luluk dan Suprihatin. Kombinasi Proses Aerasi,Adsorpsi, dan Filtrasi

Pada Pengolahan Air Limbah Industri Perikanan. Surabaya: UPN Veteran

Salmin. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai

Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Bogor:IPB

Sawyer, McParty, and Parkin. (2002). Chemistry for Environment Engineering

and Science, 5th ed. Colombus: McGraw Hill.

Kementerian PU. (n.d.). Mutu Air. Diunduh pada Kamis, 5 November 2015,

20.30 WIB

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-13835-2407030053-Chapter1.pdf.

Diunduh pada Kamis, 5 November 2015, 19.00 WIB

http://bisakimia.com/2012/11/14/ukuran-kualitas-air/. Diunduh pada Kamis, 5

November 2015, 19.33 WIB

http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2001/82TAHUN2001PPLamp.pdf.

Diunduh pada Kamis, 5 November 2015, 21.00 WIB

http://www.dkpp.mesujikab.go.id/artikel/44-pentingnya-memperhatikan-oksigen-

terlarut-dalam-proses-budidaya-ikan, Diunduh pada Kamis, 5

November 2015, 20.00 WIB

Page 17: Laporan DO

Lampiran

Bagan Benar

Bagan Salah

Mind Map