Laporan Diskusi Etnomedik
-
Upload
dewi-kurnia -
Category
Documents
-
view
45 -
download
0
Transcript of Laporan Diskusi Etnomedik
Pemicu
Gangguan Fungsi Ginjal
Bapak Ketut dari kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah membagi pengalamannya
pada sebuah seminar yang diadakan di Jakarta “ saya sering merasa lemas, mual dan rasa
tidak nyaman di lambung pada pertengahan tahun 2008. Semula saya menduga hal itu gejala
maag kronis, namun karena rasa sakit hilang timbul pada tanggal 13 Desember 2008 saya
menjalani serangkaian pemeriksaan di sebuah klinik. Hasilnya ternyata ginjal saya
bermasalah, kreatinin 19 mg/dl; kadar normal 0,6-1,1 mg/dl; kadar ureum 286 mg/dl, nilai
normal 10-50 mg/dl dan asam urat 12 mg/dl, kadar normal 2,3-6,1 mg/dl. Rasa sakit yang
saya rasakan semakin menjadi-jadi, perut terasa panas, makanan padat nyaris tidak dapat saya
telan karena selalu muntah.
Selama sebulan bobot badan menyusut drastis, semula 72 kg menjadi 53 kg. rujukan
berobat ke Semarang dan Jakarta pun saya jalani, tetapi tanda-tanda kesembuhan belum
tampak. Hasil terakhir yang mengejutkan saya adalah ditemukannya batu disaluran kemih,
ginjal bengkak dan fungsi ginjal 7% dan ginjal kanan 11%. Harapan hidup saya waktu itu
tipis sekali.
Pada Febuari 2009, saya dan istri mengikuti seminar dengan pembicara dr. Luluk
Zulfa. Dari seminar itu saya mengetahui khasiat teripang dan spirulina. Usai seminar saya
mulai mengkonsumsi 2 sendok makan Jeli Gamat dan 5 Tablet Spirulina Pacifica masing-
masing 2 kali sehari. Selain itu saya juga menggunakan BioN Pendant. Perubahan tahap demi
tahap mulai saya alami.
Saya yang semula berjalan 10 meter saja terasa lelah, kini dapat saya lalui dengan
mudah. Tepat 2 bulan berlalu saya kembali melakukan cek ulang dan hasilnya sangat
menggembirakan: kadar kreatinin 3 mg/dl, dan ureum 78 mg/dl. Dokter yang merawat kagum
dengan kemajuan yang saya alami. Menurut dokter fungsi ginjal sudah membaik. Kini
hampir satu tahun berlalu, kesehatan saya stabil, tak ada keluhan yang terjadi, dan kini saya
kembali dapat berjalan kaki sejauh yang saya mau. “
Sumber : Trubus, 466 September 2008
Buatlah : Analisa masalah yang dialami oleh bapak Ketut, dan bagaimana efek dari
pengobatan tradisional yang dilakukan oleh bapak Ketut dari segi kedokteran konvensional.
1
A. Klarifikasi dan Defenisi
1. Teripang
Gold-G Sea Cucumber dalam istilah sehari-hari disebut Timun Emas atau
Teripang/Gamat adalah bahan makanan yang berasal dari laut di daerah Asia
2. Spirulina
Spirulina adalah tumbuhan Mikro Ganggang yang telah hidup sejak 3,6 milyar
tahun yang lalu.
3. Jeli gamat
4. BioN pendant
B. Keywords
- Bapak Ketut mengalami lemas, mual, rasa tidak nyaman pada lambung, hilang
timbul.
- BB turun drastis.
- Khasiat teripang dan spirulina.
- Batu di saluran kemih.
- Mengkonsumsi jeli gamat dan spirulina.
C. Rumusan masalah
1. Apa permasalahan yang dialami oleh Bapak Ketut?
2. Bagaimana efek dari pengobatan tradisional dan konvensional yang dilakukan
oleh Bapak Ketut?
2
D. Analisis masalah
E. Hipotesis
1. Bapak Ketut menderita GGK.
2. Terdapat kandungan yang bermanfaat pada spirulina, teripang, dan BioN Pendant
yang dapat memperbaiki kondisi kesehatan Bapak Ketut yang sebelumnya belum
dapat diperbaiki dengan pengobatan konvensional.
3
Tn. Ketut
Gejala:• Perut terasa
panas • Selalu muntah • BB turun
drastis
Hasil pemeriksaan:• Kreatinin 19 mg/dl• Ureum 286 mg/dl• Asam urat 12 mg/dl• Ditemukan batu disaluran
kemih• Ginjal bengkak + fungsi
ginjal turun (kanan 11%, kiri 7%)
Mengikuti pengobatan konvensional
Belum ada tanda-tanda kesembuhan
Mengkonsumsi jeli gamat dan spirulina, serta menggunakan BioN pendant
Kandungan jeli gamat dan spirulina
Cara kerja obat Tn. Ketut kondisinya membaik
Efek samping
Efek BioN pendant
F. Learning Issue
1. Pengobatan tradisional:
a. Teripang,
b. Spirulina,
c. BioN Pendant,
d. Pengobatan tradisional lain.
2. Perbandingan pengobatan konvensional dan tradisional pada penyakit ginjal
Bapak Ketut.
3. Pengawasan pemeritah terhadap pembuatan, distribusi, dan penggunaan obat
tradisional (obat dalam dan luar negeri).
3. Dokter dan obat tradisional.
4. UU perlindungan konsumen.
4
G. Pembahasan
1. Pengobatan Tradisional
a. Pengembangan obat
1) Sejarah penggunaan obat
Pada mulanya penggunaan obat dilakukan secara empirik dari tumbuhan,
hanya berdasarkan pengalaman dan selanjutnya Paracelsus (1541-1493 SM)
berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan zat
aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya.
Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam praktek
pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan. Claudius Galen
(200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja obat yang
merupakan bidang ilmu farmakologi. Selanjutnya Ibnu Sina (980-1037) telah menulis
beberapa buku tentang metode pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta
cara pembuatan sediaan obat seperti pil, supositoria, sirup dan menggabungkan
pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab
untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik. Johann Jakob Wepfer (1620-1695)
berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi dan toksikologi obat pada hewan
percobaan, ia mengatakan :”I pondered at length, finally I resolved to clarify the
matter by experiment”. Ia adalah orang pertama yang melakukan penelitian
farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan. Percobaan pada hewan
merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan persyaratan sebelum obat
diuji–coba secara klinik pada manusia.
Institut Farmakologi pertama didirikan pada th 1847 oleh Rudolf Buchheim
(1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia). Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838-
1921) bersama dengan pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental
dalam kerja obat meliputi reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan
toksisitas selektif. Konsep tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di
Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman.
2) Sumber obat
Sampai akhir abad 19, obat merupakan produk organik atau anorganik dari
tumbuhan yang dikeringkan atau segar, bahan hewan atau mineral yang aktif dalam
penyembuhan penyakit tetapi dapat juga menimbulkan efek toksik bila dosisnya
5
terlalu tinggi atau pada kondisi tertentu penderita Untuk menjamin tersedianya obat
agar tidak tergantung kepada musim maka tumbuhan obat diawetkan dengan
pengeringan. Contoh tumbuhan yang dikeringkan pada saat itu adalah getah Papaver
somniferum (opium mentah) yang sering dikaitkan dengan obat penyebab
ketergantungan dan ketagihan.
Dengan mengekstraksi getah tanaman tersebut dihasilkan berbagai senyawa
yaitu morfin, kodein, narkotin (noskapin), papaverin dll. yang ternyata memiliki efek
yang berbeda satu sama lain walaupun dari sumber yang sama Dosis tumbuhan kering
dalam pengobatan ternyata sangat bervariasi tergantung pada tempat asal tumbuhan,
waktu panen, kondisi dan lama penyimpanan. Maka untuk menghindari variasi dosis,
F.W.Sertuerner (1783-1841) pada th 1804 mempelopori isolasi zat aktif dan
memurnikannya dan secara terpisah dilakukan sintesis secara kimia. Sejak itu
berkembang obat sintetik untuk berbagai jenis penyakit.
3) Pengembangan obat baru
Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai
sumber yaitu dari tanaman (glikosida jantung untuk mengobati lemah jantung),
jaringan hewan (heparin untuk mencegah pembekuan darah), kultur mikroba
(penisilin G sebagai antibiotik pertama), urin manusia (choriogonadotropin) dan
dengan teknik bioteknologi dihasilkan human insulin untuk menangani penyakit
diabetes. Dengan mempelajari hubungan struktur obat dan aktivitasnya maka
pencarian zat baru lebih terarah dan memunculkan ilmu baru yaitu kimia medisinal
dan farmakologi molekular.
Setelah diperoleh bahan calon obat, maka selanjutnya calon obat tersebut akan
melalui serangkaian uji yang memakan waktu yang panjang dan biaya yang tidak
sedikit sebelum diresmikan sebagai obat oleh Badan pemberi izin. Biaya yang
diperlukan dari mulai isolasi atau sintesis senyawa kimia sampai diperoleh obat baru
lebih kurang US$ 500 juta per obat. Uji yang harus ditempuh oleh calon obat adalah
uji praklinik dan uji klinik.
a) Uji Praklinik
Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini
diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil
farmakokinetik dan toksisitas calon obat. Pada mulanya yang dilakukan
pada uji praklinik adalah pengujian ikatan obat pada reseptor dengan
kultur sel terisolasi atau organ terisolasi, selanjutnya dipandang perlu
6
menguji pada hewan utuh. Hewan yang baku digunakan adalah galur
tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing atau beberapa
uji menggunakan primata, hewan-hewan ini sangat berjasa bagi
pengembangan obat. Hanya dengan menggunakan hewan utuh dapat
diketahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan
atau aman.
Penelitian toksisitas merupakan cara potensial untuk mengevaluasi :
(1) Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis
(2) Kerusakan genetik (genotoksisitas, mutagenisitas)
(3) Pertumbuhan tumor (onkogenisitas atau karsinogenisitas)
(4) Kejadian cacat waktu lahir (teratogenisitas)
Selain toksisitasnya, uji pada hewan dapat mempelajari sifat
farmakokinetik obat meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan
eliminasi obat. Semua hasil pengamatan pada hewan menentukan apakah
dapat diteruskan dengan uji pada manusia. Ahli farmakologi bekerja sama
dengan ahli teknologi farmasi dalam pembuatan formula obat,
menghasilkan bentuk-bentuk sediaan obat yang akan diuji pada manusia.
Di samping uji pada hewan, untuk mengurangi penggunaan hewan
percobaan telah dikembangkan pula berbagai uji in vitro untuk
menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker
menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan mikroba, uji
antioksidan, uji antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat
pada hewan tetapi belum semua uji dapat dilakukan secara in vitro. Uji
toksisitas sampai saat ini masih tetap dilakukan pada hewan percobaan,
belum ada metode lain yang menjamin hasil yang menggambarkan
toksisitas pada manusia, untuk masa yang akan datang perlu
dikembangkan uji toksisitas secara in vitro.
Setelah calon obat dinyatakan mempunyai kemanfaatan dan aman pada
hewan percobaan maka selanjutnya diuji pada manusia (uji klinik). Uji
pada manusia harus diteliti dulu kelayakannya oleh komite etik mengikuti
Deklarasi Helsinki.
7
b) Uji klinik
Uji klinik terdiri dari 4 fase yaitu :
Fase I , calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah
sifat yang diamati pada hewan percobaan juga terlihat pada manusia. Pada
fase ini ditentukan hubungan dosis dengan efek yang ditimbulkannya dan
profil farmakokinetik obat pada manusia.
Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu, diamati efikasi pada
penyakit yang diobati. Yang diharapkan dari obat adalah mempunyai efek
yang potensial dengan efek samping rendah atau tidak toksik. Pada fase ini
mulai dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan obat.
Fase III melibatkan kelompok besar pasien, di sini obat baru
dibandingkan efek dan keamanannya terhadap obat pembanding yang
sudah diketahui.
Selama uji klinik banyak senyawa calon obat dinyatakan tidak dapat
digunakan. Akhirnya obat baru hanya lolos 1 dari lebih kurang 10.000
senyawa yang disintesis karena risikonya lebih besar dari manfaatnya atau
kemanfaatannya lebih kecil dari obat yang sudah ada. Keputusan untuk
mengakui obat baru dilakukan oleh badan pengatur nasional, di Indonesia
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, di Amerika Serikat oleh FDA
(Food and Drug Administration), di Kanada oleh Health Canada, di Inggris
oleh MHRA (Medicine and Healthcare Product Regulatory Agency), di
negara Eropah lain oleh EMEA ( European Agency for the Evaluation of
Medicinal Product) dan di Australia oleh TGA (Therapeutics Good
Administration).
Untuk dapat dinilai oleh badan tersebut, industri pengusul harus
menyerahkan data dokumen uji praklinik dan klinik yang sesuai dengan
indikasi yang diajukan, efikasi dan keamanannya harus sudah ditentukan
dari bentuk produknya (tablet, kapsul dll.) yang telah memenuhi
persyaratan produk melalui kontrol kualitas.
Pengembangan obat tidak terbatas pada pembuatan produk dengan zat
baru, tetapi dapat juga dengan memodifikasi bentuk sediaan obat yang
sudah ada atau meneliti indikasi baru sebagai tambahan dari indikasi yang
sudah ada. Baik bentuk sediaan baru maupun tambahan indikasi atau
perubahan dosis dalam sediaan harus didaftarkan ke Badan POM dan
8
dinilai oleh Komisi Nasional Penilai Obat Jadi. Pengembangan ilmu
teknologi farmasi dan biofarmasi melahirkan new drug delivery system
terutama bentuk sediaan seperti tablet lepas lambat, sediaan liposom, tablet
salut enterik, mikroenkapsulasi dll. Kemajuan dalam teknik rekombinasi
DNA, kultur sel dan kultur jaringan telah memicu kemajuan dalam
produksi bahan baku obat seperti produksi insulin dll.
Setelah calon obat dapat dibuktikan berkhasiat sekurang-kurangnya sama
dengan obat yang sudah ada dan menunjukkan keamanan bagi si pemakai
maka obat baru diizinkan untuk diproduksi oleh industri sebagai legal drug
dan dipasarkan dengan nama dagang tertentu serta dapat diresepkan oleh
dokter.
Fase IV, setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran
(post marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai
kondisi, berbagai usia dan ras, studi ini dilakukan dalam jangka waktu
lama untuk melihat nilai terapeutik dan pengalaman jangka panjang dalam
menggunakan obat. Setelah hasil studi fase IV dievaluasi masih
memungkinkan obat ditarik dari perdagangan jika membahayakan sebagai
contoh cerivastatin suatu obat antihiperkolesterolemia yang dapat merusak
ginjal, Entero-vioform (kliokuinol) suatu obat antidisentri amuba yang
pada orang Jepang menyebabkan kelumpuhan pada otot mata (SMON
disease), fenil propanol amin yang sering terdapat pada obat flu harus
diturunkan dosisnya dari 25 mg menjadi tidak lebih dari 15 mg karena
dapat meningkatkan tekanan darah dan kontraksi jantung yang
membahayakan pada pasien yang sebelumnya sudah mengidap penyakit
jantung atau tekanan darah tinggi , talidomid dinyatakan tidak aman untuk
wanita hamil karena dapat menyebabkan kecacatan pada janin, troglitazon
suatu obat antidiabetes di Amerika Serikat ditarik karena merusak hati .
c) Obat Herbal dan Fitofarmaka
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, memiliki
lebih kurang 30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies di antaranya
termasuk tumbuhan berkhasiat (180 spesies telah dimanfaatkan oleh
industri jamu tradisional) merupakan potensi pasar obat herbal dan
9
fitofarmaka. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia
telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu
terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada
(Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon
Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang nDalem dan relief candi Borobudur
yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan
tumbuhan sebagai bahan bakunya. Obat herbal telah diterima secara luas
di negara berkembang dan di negara maju. Menurut WHO (Badan
Kesehatan Dunia) hingga 65% dari penduduk negara maju dan 80 % dari
penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal. Faktor
pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju
adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi
penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern
untuk penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses
informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia. Pada th 2000
diperkirakan penjualan obat herbal di dunia mencapai US$ 60 milyar.
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam
pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit,
terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Hal ini
menunjukkan dukungan WHO untuk back to nature yang dalam hal
tertentu lebih menguntungkan. Untuk meningkatkan keselektifan
pengobatan dan mengurangi pengaruh musim dan tempat asal tanaman
terhadap efek, serta lebih memudahkan dalam standardisasi bahan obat
maka zat aktif diekstraksi lalu dibuat sediaan fitofarmaka atau bahkan
dimurnikan sampai diperoleh zat murni Di Indonesia, dari tahun ke tahun
terjadi peningkatan industri obat tradisional, menurut data dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan sampai th 2002 terdapat 1.012 industri obat
tradisional yang memiliki izin usaha industri yang terdiri dari 105 industri
berskala besar dan 907 industri berskala kecil. Karena banyaknya variasi
sediaan bahan alam maka untuk memudahkan pengawasan dan perizinan
maka Badan POM mengelompokkan dalam sediaan jamu, sediaan herbal
terstandar dan sediaan fitofarmaka. Persyaratan ketiga sediaan berbeda
yaitu untuk jamu pemakaiannya secara empirik berdasarkan pengalaman,
sediaan herbal terstandar bahan bakunya harus distandardisasi dan sudah
10
diuji farmakologi secara eksperimental sedangkan sediaan fitofarmaka
sama dengan obat modern bahan bakunya harus distandardisasi dan harus
melalui uji klinik.
Dalam upaya peningkatan pemanfaatan bahan alam Indonesia yang
terjamin keamanannya, Badan POM bekerja sama dengan beberapa
perguruan tinggi termasuk ITB sedang meneliti 9 tanaman obat unggulan
nasional sampai ke uji klinis. Tanaman tersebut adalah salam, sambiloto,
kunyit, jahe merah, jati belanda, temulawak, jambu biji, cabe Jawa dan
mengkudu.
Dengan melihat jumlah tanaman di Indonesia yang berlimpah dan baru
180 tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh industri
maka peluang bagi profesi kefarmasian untuk meningkatkan peran sediaan
herbal dalam pembangunan kesehatan masih terbuka lebar. Standardisasi
bahan baku dan obat jadi, pembuktian efek farmakologi dan informasi
tingkat keamanan obat herbal merupakan tantangan bagi farmasis agar
obat herbal semakin dapat diterima oleh masyarakat luas.
b. Teripang
Gold-G Sea Cucumber dalam istilah sehari-hari disebut Timun Emas atau
Teripang/Gamat adalah bahan makanan yang berasal dari laut di daerah Asia.
Beberapa jenis teripang dikenal sebagai Gamat di Malaysia atau Teripang di
Indonesia dikatakan memiliki sifat penyembuhan yang sangat baik. Ada perusahaan-
perusahaan farmasi sudah memproduksi produk gamat ini dalam bentuk extrak dan
sirup. Ekstrak siap untuk dikonsumsi langsung atau dibuat menjadi minyak, krim, atau
kosmetik.
Efektivitas ekstrak teripang dalam perbaikan jaringan telah menjadi subjek
studi yang serius. Hal ini diyakini bahwa mentimun laut mengandung semua asam
lemak yang diperlukan untuk memainkan peran aktif dalam perbaikan jaringan.
Gamat/teripang adalah merupakan hewan spesies dari keluarga Holothuroidea.
Holothuroidea adalah kelas hewan laut (filum Echinodermata) dengan tubuh yang
panjang dan kulit kasar, yang ditemukan di dasar laut di seluruh dunia. Banyak
holothurian spesies dan genera, informal dikenal sebagai teripang, yang diambil untuk
11
dikonsumsi manusia. Produk yang dipanen juga disebut sebagai ketimun laut, atau
seperti teripang, bêche-de-mer, balate, atau siput laut.
Teripang emas (Stichopus horrens) yang umum digunakan dalam bentuk
Gamat / teripang kering atau dalam bentuk bubuk biasanya dibuat menjadi lotion atau
salep tropikal. Kadang-kadang dicampur ke dalam tanah liat dan diterapkan sebagai
masker wajah, atau dimasukkan ke dalam teh dan dikonsumsi untuk keluhan perut.
Pengguna percaya bahwa larutan teripang dapat menyembuhkan luka, kulit melepuh,
dan borok, dan mengklaim bahwa ia memiliki efek menguntungkan pada sistem
kekebalan tubuh.
Kandungan Sea Cucumber (teripang emas) berdasarkan hasil penelitian adalah:
1) Protein
2) Omega-3 (EPA & DHA)
3) Condroitin Sulfate & Mukopolisakarida
4) Mineral-mineral seperti: Magnesium, Mangan,Sodium, Zink, Kuprum, Fosforus,
Iodin, Potasium, Natrium, Kalium dll
5) Vitamin E, Genisten, Beta Caroten
Teripang kaya akan grow factor sehingga dapat memperbaiki sel-sel rusak.
Kandungan protein hingga 82% dan asam lemak essensial mujarab memperkuat sel
hati untuk mengeluarkan antibodi. Karena itu juga teripang (gamat) kerap disebut
imunomodulator.
Lantaran kandungan kolagen yang tinggi, teripang (gamat) ampuh melakukan
regenerasi sel secara singkat. Menurut dr. Zen, gamat larut dalam air sehingga
langsung terserap di hati tanpa mengalami detoksifikasi. "Karena itu, gamat tidak
menimbulkan efek samping," tambahnya.
Di Indonesia, pemanfaatan teripang sebagai bahan pangan dibanding produk
perikanan lainnya tergolong kurang populer karena nilai estetika yang rendah dilihat
dari bentuk fisik teripang yang terkesan menjijikkan. Saat ini Indonesia menjadi salah
satu negara pengekpor teripang kering terkemuka selain Filipina dan Kaledonia baru.
Mutu teripang kering dari Indonesia masih dibawah standar perdagangan sehingga
nilai jual produk teripang lebih rendah dari produk negara-negara pesaingnya. Potensi
teripang cukup besar karena Indonesia memiliki perairan pantai dengan habitat
teripang yang cukup luas
12
c. Spirulina
Spirulina adalah tumbuhan Mikro Ganggang yang telah hidup sejak 3,6 milyar
tahun yang lalu. Spirulina Pacifica merupakan ”makanan” yang kaya akan zat gizi
sehingga dapat dikonsumsi oleh semua golongan usia dari anak-anak hingga lansia,
termasuk wanita hamil dan menyusui. Spirulina Pacifica membantu melengkapi zat
gizi yang kurang dari konsumsi makanan sehari-hari sekaligus meningkatkan daya
tahan tubuh. Bagi ibu hamil Spirulina Pacifica pun aman untuk dikonsumsi,
memberikan suplai zat gizi esensial untuk ibu dan janin, GLA di dalamnya akan
menunjang produksi ASI yang berkualitas. Spirulina Pacifica juga dapat diberikan
kepada mereka yang menderita keluhan Diabetes Mellitus, Hipertensi, Anemia,
Sembelit, Wasir, Hepatitis, Herpes, Thyroid, Tumor/kista dan dapat dikonsumsi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh
1) Kandungan Spirulina
Secara umum Spirulina memiliki kandungan sebagai berikut:
a) 60 - 70% Protein
b) 20 - 25% Karbohidrat
c) 3 - 5% Lemak
d) 5 - 8% Mineral dan Vitamin
e) 2 - 5% Air
f) Pigmen
2) Manfaat Spirulina
Spirulina adalah sumber nutrisi 100% alami dan merupakan makanan yang bersifat
alkali. Agar tubuh tetap sehat, sangat penting bagi kita untuk mengkonsumsi makanan
sehari-hari dengan proporsi seimbang antara 80% makanan ber-alkali dan 20%
makanan bersifat asam. Tubuh yang sehat mengandung alkali yang rendah (PH 7.3 -
7.4).
Spirulina Pacifica membantu membuang kotoran didalam usus besar. Seandainya
pada suatu waktu feses berwarna kehijauan ini adalah disebabkan pigmen klorofil
yang terdapat di dalam Spirulina
Spirulina atau yang biasa disebut gagang biru-hijau kaya akan protein dan
vitamin A, C , E dan B kompleks, termasuk vitamin B12 dan B6. Banyak dari
vitamin- vitamin ini yang menghambat antioksidan yang menggganggu pembuangan
13
racun dan radikal bebas, membantu tubuh melawan penyakit dan menjaga kondisi
badan agar tetap sehat.
Tidak seperti mikrooerganisme lainnya yang dianggap sebagai sumber protein
seperti kacang-kacangan, spirulina tidak mempunyai dinding selulosa, tetapi sebuah
lapisan murein yang mudah pecah. Ini juga menjelaskan alasan kenapa protein dalam
spirulina mudah dicerna.
Phycocyanin memberikan spirulina warna yang unik yaitu biru-hijau dan
phycocyanin ini juga dikabarkan merupakan senyawa anti kanker yang hanya dapat
ditemukan pada alga biru-hijau.
Sebuah penelitian menemukan bahwa spirulina mempunyai efek yang sangat
menakjubkan dalam mengurangi proses inflamasi. Dari hasil penelitian, spirulina
dapat digunakan untuk terapi penyakit – penyakit dibawah ini :
a) Anemia defisiensi zat besi
b) Anemia pernisiosa
c) Defisiensi vitamin A
d) Inhibisi transmisi virus HIV dari ibu ke anak
e) Inhibisi infeksi sel T4 Helper oleh HIV
f) Prefentif kanker
g) Proteksi efek radiologi
h) Memperkuat sistem imun
Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa phycocyanin mempunyai peranan
penting dalam melindungi gagal ginjal akibat merkuri dan obat-obatan, dan spirulina
mungkin juga dapat digunakan untuk mengurangi disfungsi ginjal.
( The nutritional Aspect of Spirulina, Jacquest Falquet, Antenna Thecnologies.).
d. BioN Pendant
BioN Pendant diproses dari batuan vulkanik, perpaduan lebih dari 30 jenis
mineral anorganik yang mampu memancarkan FIR dengan lebih kuat. Panjang
gelombang yang dipancarkan oleh BioN Pendant serupa dengan FIR dari sinar
matahari yaitu 6-14 Mikron, dimana panjang gelombang ini sesuai & dapat diterima
oleh tubuh manusia (9.4 Mikron).
14
FIR pada pendantpun dapat menembus kulit sedalam 7 cm, menyebabkan
getaran /fibrasi yang mampu untuk mengatifkan molekul air, mengurangi resiko
perlekatan kolestrol pada pembuluh darah.
Pancaran FIR BioN Pendant yang lebih kuat menjadikan BioN Pendant dapat
digunakan sebagai terapi untuk membantu :
1) Mengurangi rasa sakit & peradangan
2) Meningkatkan fungsi autonomic system syaraf & kekuatan otot
3) Penetrasi kehangatan untuk meningkatkan sirkulasi selama 24 jam sehari
4) Membantu regenerasi & mempercepat penyembuhan
5) Menaikan kadar oksigen dalam sel & energi
6) Mengelastiskan pembuluh darah
7) Mengaktifkan molekul air dalam tubuh
8) Mengurangi pembentukan asam laktat di jaringan otot
9) Mengeluarkan racun yang tersimpan dalam tubuh
10) Mengurangi asam lemak di jaringan
11) Mencegah pertumbuhan bakteri
e. Pengobatan Alternatif lain
1) Jenis –jenis pengobatan alternatif
a) Alternative Medical System/ Healing System – non medis
terdiri dari Homeopathy, Naturopathy, Ayurveda dan Traditional Chinese
Medicine (selanjutnya disingkat TCM)
b) Mind Body Intervention terdiri atas Meditasi, Autogenics, Relaksasi
Progresif, Terapi Kreatif, Visualisasi Kreatif, Hypnotherapy,
Neurolinguistik Programming (NLP), Brain Gym, dan Bach Flower
Remedy.
c) Terapi Biologis terdiri dari Terapi Herbal, Terapi Nutrisi, Food
Combining, Terapi Jus, Makrobiotik, Terapi Urine, Colon Hydrotherapy.
d) Manipulasi Anggota Tubuh terdiri atas Pijat/Massage, Aromatherapy,
Hydrotherapy, Pilates, Chiropractic, Yoga, Terapi Craniosacral, Teknik
Buteyko.
e) Terapi Energi terdiri dari Akupunktur, Akupressur, Refleksiologi, Chi
Kung, Tai Chi, Reiki, dan Prana healing.
15
2) FIR (Far Infrared Rays)
Tanggal 7 Agustus 1981, Journal of American Medical
Association (JAMA) melaporkan bahwa banyak orang yang pergi ke tempat –
tempat yang dapat memelihara kesehatan jantung mereka. Selain itu,
dilaporkan bahwa penggunaan sauna secara teratur dapat membakar kalori
sama seperti saat kita berolahraga.
Telah ditemukan bahwa sauna dengan inframerah memungkinkan orang–
orang di kursi roda, yang sebelumnya tidak dapat menggerakkan dirinya dan
tidak dapat melakukan pelatihan kesehatan jantung atau berolahraga untuk
mendapatkan efek dari pelatihan kesehatan jantung tersebut. Hal ini
juga memungkinkan untuk lebih banyak variasi dalam setiap
program pelatihan yang berkelanjutan.
Aliran darah selama seluruh tubuh hipertermia dilaporkan naik dari 5-
7 liter yang normal menit sebanyak 13 liter per menit.
Karena penetrasi sinar inframerah (lebih dari satu setengah inci ke dalam
jaringan tubuh), terdapat efek pemanasan di dalam jaringan otot dan organ
dalam. Tubuh merespon panas ini dengan peningkatan induksi – hipotalamus
baik dalam volume dan laju jantung.
Penelitian medis menegaskan penggunaan sauna memberikan
pengkondisian jantung seperti tubuh yang bekerja untuk mendinginkan diri
dan melibatkan peningkatan substansial dalam denyut jantung, cardiac output,
dan tingkat metabolisme.
Sebagai konfirmasi keabsahan dari bentuk pengkondisian kardiovaskular,
penelitian yang dilakukan oleh NASA di awal 1980-an menyimpulkan
bahwa stimulasi inframerah pada fungsi kardiovaskular akan menjadi cara
yang ideal untuk memelihara kesehaan jantung para astronot Amerika selama
penerbangan ruang angkasa jangka panjang.
Panas inframerah, Konsumsi kalori, dan Berat Control Dalam Surat
Wellness nya Oktober 1990, Universitas California Berkeley melaporkan
bahwa "tahun 1980-an adalah dekade yang berdampak tinggi aerobik kelas
dan tinggi-jarak tempuh pelatihan. Namun ada sesuatu yang elitis tentang cara
latihan yang ditentukan: hanya akan melakukan latihan berat, Anda harus
meningkatkan detak jantung Anda menjadi antara X dan Y, dan satu-satunya
cara untuk pergi adalah untuk "pergi untuk membakar." Striktur seperti
16
diasuransikan yang paling 'nyata' senam relatif muda dan dalam kondisi yang
baik untuk memulai dengan.Banyak orang Amerika terjebak dalam boom
kebugaran, tapi mungkin hanya sebagai banyak yang jatuh di pinggir
jalan. Seperti yang telah kita dilaporkan, penelitian terbaru menunjukkan
bahwa Anda tidak harus menjalankan maraton menjadi sehat - bahwa
membakar hanya 1,000 kalori seminggu sudah cukup. Apa saja, asalkan luka
bakar kalori (Flickstein, Aaron M.)
3) Hipnoterapi
Artinya menggunakan intervensi hipnotis dalam tata cara psikoterapi.
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku.
Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran
menggunakan hipnotis. Hipnoterapi menggunakan sugesti atau pengaruh kata
- kata yang disampaikan dengan teknik - teknik tertentu. Satu - satunya
kekuatan dalam hipnoterapi adalah komunikasi.
Tahapan proses hipnoterapi
a) Pre - Induction (Interview)
Pada tahap awal ini hipnoterapis dan klien untuk pertama kalinya
bertemu. Setelah klien mengisi formulir mengenai data dirinya,
hipnoterapis membuka percakapan untuk membangun kepercayaan
klien, menghilangkan rasa takut terhadap hipnotis / hipnoterapi dan
menjelaskan mengenai hipnoterapi dan menjawab semua pertanyaan
klien. Sebelumnya hipnoterapis harus dapat mengenali aspek - aspek
psikologis dari klien, antara lain hal yang diminati dan tidak diminati,
apa yang diketahui klien terhadap hipnotis, dan seterusnya.
Pre - Induction dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan,
serta hal - hal lain yang bersifat mendekatkan seorang hipnoterapis
secara mental terhadap klien (building rapport). Hipnoterapis juga
akan membangu pengharapan mental klien terhadap masalah yang
dihadapinya (building mental expectancy).
Pre - Induction merupakan tahapan yang sangat penting. Seringkali
kegagalan proses hipnoterapi diawali dari proses Pre - Induction yang
tidak tepat.
17
b) Suggestibility Test
Maksud dari uji sugestibilitas adalah untuk menentukan apakah klie
masuk ke dalam orang yang mudah menerima sugesti atau tidak.
Selain itu, uj sugestibilitas juga berfungsi sebagai pemanasan dan juga
untuk menghilangkan rasa takut terhadap proses hipnoterapi, Uji
sugestibilitas juga membantu hipnoterapis untuk menentukan teknik
induksi yang terbaik bagi sang klien.
c) Induksi
Induksi adalah cara yang digunakan oleh seorang hipnoterapis untuk
membawa pikiran klien berpindah dari pikiran sadar (conscious) ke
pikiran bawah sadar (sub conscious), dengan menembus apa yang
dikenal dengan Critical Area. Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi
rileks. maka frekuensi gelombang otak dari klien akan turun dari Beta,
Alfa, kemudian Theta. Semakin turun gelombang otak, klien akan
semakin rileks, sehingga berada dalam kondisi trance. Inilah yang
dinamakan dengan kondisi ter -hipnotis. Hipnoterapis akan mengetahui
kedalaman trance klien dengan melakukan Depth Level Test (tingkat
kedalaman trance klien).
d) Deepening (Pendalaman Trance)
Jika dianggap perlu, hipnoterapis akan membawa klien ke trance yang
lebih dalam. Proses ini dinamakan deepening.
e) Suggestions / Sugesti
Selanjutnya hipnohipnoterapis akan memberikan sugesti - sugesti
positif yang bersifat mengobati kepada klien. Sugesti - sugesti ini yang
diharapk akan tertanam di pikiran bawah sadar klien dan menghasilkan
perubahan positif terhadap masalah klien. Pada saat klien masih berada
dalam trance hipnoterapis juga akan member Post Hypnotic
Suggestion, sugesti yang diberikan kepada klien pada saat proses
hipnotis masih berlangsung dan diharapkan terekam terus oleh pikiran
bawah sadar klien meskipun klien telah keluar dari proses hipnotis.
Post Hypnotic Suggestion adalah salah satu unsur terpenting dalam
proses hipnoterapi.
18
f) Termination
Akhirnya dengan teknik yang tepat, hipnoterapis secara perlahan –
lahan akan membangunkan klien dari "tidur" hipnotisnya dan
membawanya ke keadaan yang sepenuhnya sadar
2. Perbandingan pengobatan konvensional dan tradisional pada penyakit ginjal
Bapak Ketut.
Spirulina merupakan alga biru-hijau (cyanobacterium) yang telah dikonsumsi
sejak jaman dahulu oleh orang-orang Meksiko. Alga ini dijual dalam bentuk suplemen
makanan karena tingginya kandungan protein,asam g-linolenic, vitamin-vitamin and
mineral-mineral. Banyak laporan yang melaporkan efek terapeutik spirulina dalam
mengatasi diabetes, arthritis, anemia, penyakit kardiovaskular dan kanker. Spirulina
juga dikenal mengandung anti oksidan seperti phycocyanin, b-carotene, tocopherol,
asam g-linolenic dan senyawa fenolik .
Ekstrak spirulina diketahui mempunyai aktifitas antioksidan yang tinggi
dibandingkan dengan ala lainnya, seperti chlorella dikarenakan kandungan senyawa
fenoliknya yang tinggi1. Spirulina juga menghalangi efek negatif reaksi inflamasi
terhadap proses neurogenesis, secara tidak langsung menurunkan astrogliosis, dan
berpotensial bertindak secara langsung pada stem sel dan mempromosi proliferasi
sumsum tulang dan stem sel CD34+ manusia dalam kultur2. Spirulina mempunyai
efek hipolipidemia, anti oksidan dan anti inflamasi yang telah teruji secara klinis3.
1. Protein 86.8%
2. Antiseptik alamiah
3. Kolagen 80%
4. Chondroitin
5. Trace Mineral
6. Omega 3, 6 dan 9
7. Mukopolisakarida
8. Glucosaminoglycans (GAG’s)
Selain memiliki beberapa kandungan diatas, gamat juga memiliki zat anti kanker
alamiah dan kandungan CGF (CELL GROWTH FACTOR) yang tinggi sekali.
19
Studi di China mengungkapkan bahwa Sea Cucumber (Teripang, Tripang,
Gamat) juga mengandung saponin glycosides. Komponen ini mempunyai suatu
struktur yang serupa dengan komponen ginseng yang aktif, ganoderma, dan tumbuh-
tumbuhan bumbu tonic yang terkenal. Studi di China ini menunjukkan adanya anti
kanker pada saponin dan polisakarida yang terkandung di dalam Sea Cucumber. Studi
modern ini membuktikan bahwa Sea Cucumber dapat digunakan sebagai suatu tonik
dan suplemen gizi.
Penelitian yang modern ini telah membuktikan bahwa Sea Cucumber
bermanfaat untuk penyakit musculoskeletal inflam-matory, khususnya arthritis
rematik, osteoarthritis, dan ankylosing spondylitis (penyakit rematik yang
mempengaruhi tulang belakang).
Efek terhadap HIV/AIDS: Dalam penelitian medis, lektin telah ditemukan
mempunyai efek therapeutic pada Human Immunodeficiency Virus (HIV). Hasil tes
laboratorium yang menggunakan sel limfoid, menunjukkan bahwa lektin tumbuhan
yang dikenal sebagai jacalin, secara sempurna dapat menghalangi virus HIV. Di
samping kemampuannya untuk menggumpalkan sel-sel yang sangat berbahaya, lektin
juga berperan sebagai indikator adanya tumor.
3. Pengawasan pemeritah terhadap pembuatan, distribusi, dan penggunaan obat
tradisional (obat dalam dan luar negeri).
a. UU PERLINDUNGAN KONSUMEN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi pelindungan kepada konsumen.
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang daan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Perlindungan konsumen bertujuan:
1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemdirian konsumen untuk
melindungi diri sendiri;
2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negative pemakaian barang dan/atau jasa;
20
3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsure
kepastian hokum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi.
5) Mmenumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjjawab dalam
berusaha;
6) Meningkatkan kualitas barang dan/jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
Pasal 8 ayat 1 disebutkan pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memprdagangkan barang dan/jasa yang:
1) Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang
tersebut;
3) Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan
menurut ukuran yang sebenarnya;
4) Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/jasa
tersebut;
5) Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
6) Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;
7) Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
8) Tidak mengikuti ketentuan bereproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan
“halal” yang dicantumkan dalam label;
9) Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal
21
pembuatan, akibat samping, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan
lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat;
10) Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam
bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya pada pasal 8 ayat 2 pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang
yang rusak, cacat, atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara
lengkap dan benar atas barang dimaksud. Pada pasal 8(3) pelaku usaha dilarang
memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan
tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.
Sedangkan pasal 9 ayat 1, disebutkan pelaku usaha dilarang menawarkan,
memproduksi, dan mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar,
dan atau seolah-olah:
1) Barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga
khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu,
sejarah atau guna tertentu;
2) Barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;
3) Barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki sponsor,
persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, cirri-ciri kerja atau
aksesori tertentu;
4) Barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai
sponsor, persetujuan, atau afiliasi;
5) Barang dan/atau jasa tersebut tersedia;
6) Barang tersebut tudak mengandung cacat tersembunyi;
7) Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;
8) Barang tersebut berasal dari daerah tertentu;
9) Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau jasa lain;
10) Menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tidak
mengandung resiko atau efek samping tampak keterangan yang lengkap;
11) Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
4. Dokter dan Obat Tradisional
a. Pengertian
Pengobatan komplementer-alternatif adalah pengobatan non konvensional
yang ditujukan unutk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya
22
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi, yang berlandaskan
ilmu pengetahuan biomedik yang belum diterima dalam kedokteran konvensional.
Obat herbal adalah menggunakan pengobatan yang berasal dari tanaman, bisa
berupa daun, akar, biji-bijian dan lainnya, yang mengandung bahanyang berkhasiat
untuk tubuh.
Fitofarmaka adalah sediaan oabat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan klinik bahan baku dan produk
jasanya telah distandarisasi. (KMK 121)
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan tersebut
yang secara turun-temurun yang telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. (Zein)
b. Pengobatan Komplementer-Alternatif
1) Ruang Lingkup
a) Intervensi tubuh dan pikiran
b) Sistem pelayanan pengobatan
c) Cara penyembuhan manual
d) Pengobatan farmakologi dan biologi
e) Diet dan nutrisi unutk pencegahan dan pengobatan
f) Cara alain dalam diagnosa dan pengobatan.
2) Tenaga Pengobatan
Dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan yang memiliki pendidikan terstruktur
dalam bidang pengobayan komplementer alternatif. Dilakukan di faslitas
pelayanan kesehatan seperti
a) Rumah sakit pendidiakn
b) Rumah sakit non pendidikan
c) Rumah sakit khusus
d) Rumah sakit swasta
e) Praktek perorangan
f) Praktek berkelompok
g) Puskesmas. (PERMENKES 1109)
3) Standar Penyelenggaraan Pelayananan Medik Herbal
23
Langkah-langkah dalam tindakan pelayanan medik herbal harus sesuai dengan
standar pelayanan medik, yaitu:
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
c) Pemeriksaan penunjang
d) Penegakkan diagmosis dengan ilmu kedokteran
e) Informed consent
f) Pemberian obat herbal hanya dilakukan pada pasien dewasa
g) Pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis yang ditegakkan
h) Penggunaan pengobatan herbal dilakukan dengan menggunakan tanaman
berkhasiat obat
i) Dalam memberikan obat herbal perlu dilakukan hal berikut:
(1) Sedapat mungkin tidak mengkombinasikan dengan obat kimia
(2) Mencatat hasil pelayanan yang meliputi setiap kejadian atau
perubahan yang terjadi pada pasien termsuk efek samping
(3) Mencatat setiap intervensi oabt herbal yang diberikan termasuk
dosis atatu takaran, cara pemberian, bentuk sediaan.
j) Rujukan
Dilakukan ke fasilitas pelayaan kesehatan yang lebih mampu apabila
terjadi kasus yang tidak tertangani. (KMK 121)
5. Peran Pemerintah Dalam Pengobatan Tradisional
a. Pengawasan Pemasukan Bahan Baku Obat Tradisional
Bahan baku obat tradisional adalah simplisia atau sediaan galenik yang
digunakan sebagai bahan pembuatan obat tradisional dan tidak dalam kemasan yang
siap digunakan oleh konsumen. Setiap pemasukan bahan baku obat tradisional wajib
mendapatkan persetujuan pemasukan dari Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Pemasukan bahan baku obat tradisional juga wajib memenuhi ketentuan
importasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Untuk mendapatkan
persetujuan importir wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan.
Persetujuan pemasukan bahan baku obat dikenakan biaya per item bahan baku sesuai
ketentuan peraturan perundangundangan. Setiap persetujuan pemasukan sebagaimana
dimaksud dalam pasal hanya berlaku untuk satu kali pemasukan (setiap shipment).
24
Pemasukan bahan baku obat tradisional dapat dibatasi dengan mempertimbangkan
ketersediaan hasil budidaya dan atau hasil produksi dalam negeri.
Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan pengawasan terhadap
pemasukan, penyaluran dan atau penggunaan bahan baku obat tradisional. Importir,
distributor, industri obat tradisional dan atau industri farmasi yang memasukkan
bahan baku obat tradisional wajib melakukan pendokumentasian setiap pemasukan,
penyaluran dan atau penggunaan bahan baku obat tradisional. Pelanggaran terhadap
ketentuan dalam peraturan ini dapat dikenai sanksi administratif dan atau sanksi
pidana sesuai peraturan perundang-undangan. Sanksi administratif antara lain berupa:
(a) peringatan lisan atau tertulis; (b) penghentian sementara kegiatan; dan (c)
rekomendasi pencabutan izin impor.
b. Pengawasan Pemasukan Obat Tradisional
Yang berhak memasukkan obat tradisional impor ke dalam wilayah Indonesia
adalah importir, distributor, industri obat tradisional dan atau industri farmasi yang
memiliki izin impor sesuai peraturan perundang-undangan, yang diberi kuasa oleh
produsen di negara asal. Obat tradisional yang dapat dimasukkan ke dalam wilayah
Indonesia untuk diedarkan adalah obat tradisional yang telah memiliki izin edar.
Dikecualikan dari ketentuan adalah obat tradisional yang digunakan untuk uji
laboratorium, sampel pendaftaran, penelitian, pameran dan digunakan untuk
kepentingan sendiri dalam jumlah terbatas sesuai kebutuhan. Setiap pemasukan obat
tradisional wajib memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan. Pemasukan
obat tradisional juga wajib mendapat persetujuan pemasukan dari Kepala Badan.
Permohonan pemasukan obat tradisional diajukan kepada Kepala Badan Pengawasan
Obat dan Makanan.
Permohonan pemasukan obat tradisional dikenakan biaya per item produk
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan pemasukan
sebagaimana hanya berlaku untuk satu kali pemasukan (setiap shipment). Dalam
rangka pengawasan importir, distributor, industri obat tradisional dan atau industri
farmasi yang memasukkan obat tradisional wajib melakukan pendokumentasian
distribusi obat tradisional. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan ini dapat
dikenai sanksi administratif maupun sanksi pidana sesuai peraturan perundang-
undangan.
c. Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal
Terstandar Dan Fitofarmaka
25
Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang dibuat dan atau
diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar dari Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan. Untuk memperoleh izin edar harus dilakukan
pendaftaran. Dikecualikan terhadap (a) obat tradisional, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka yang digunakan untuk penelitian; (b) obat tradisional impor untuk
digunakan sendiri dalam jumlah terbatas; (c) obat tradisional impor yang telah
terdaftar dan beredar di negara asal untuk tujuan pameran dalam jumlah terbatas; (d)
obat tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu
gendong; (e) bahan baku berupa simplisia dan sedíaan galenik.
Untuk dapat memiliki izin edar, obat herbal terstandar dan fitofarmaka harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi persyaratan
mutu, keamanan dan kemanfaatan / khasiat;
2) Dibuat sesuai dengan ketentuan tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik atau Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku;
3) Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin
penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka secara tepat,
rasional dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka pendaftaran.
Pendaftar obat tradisional dalam negeri, obat herbal terstandar dan fitofarmaka terdiri
dari:
1) Pendaftar obat tradisional tanpa lisensi, pendaftar obat herbal terstandar, pendaftar
fitofarmaka;
2) Pendaftar obat tradisional lisensi;
3) Pendaftar obat tradisional kontrak, obat herbal terstandar kontrak dan fitofarmaka
kontrak.
Industri di bidang obat tradisional dan industri farmasi dalam proses
pembuatannya wajib menerapkan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB) atau Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pendaftar obat tradisional
impor adalah industri di bidang obat tradisional atau industri farmasi atau badan usaha
di bidang pemasaran obat tradisional yang mendapat surat penunjukan langsung dari
industri di bidang obat tradisional atau pemilik nama dagang di negara asal. Industri
di bidang obat tradisional di negara asal wajib memenuhi persyaratan Cara Pembuatan
yang Baik (GMP) yang dibuktikan dengan surat keterangan sesuai data inspeksi
terakhir paling lama 2 (dua) tahun yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
26
Pendaftaran diajukan oleh pendaftar kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka
dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu pra penilaian dan penilaian. Pra penilaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan tahap pemeriksaan kelengkapan,
keabsahan dokumen dan dilakukan penentuan kategori. Penilaian merupakan proses
evaluasi terhadap dokumen dan data pendukung. Pendaftar wajib membuat obat
tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka atau mengimpor obat tradisional
yang telah mendapat izin edar selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah tanggal izin
edar dikeluarkan. Pendaftar harus menyerahkan kemasan siap edar kepada Kepala
Badan selambatlambatnya 1 (satu) bulan sebelum obat tradisional, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka dibuat atau obat tradisional diimpor. Pendaftar wajib
melaporkan informasi kegiatan pembuatan atau impor secara berkala setiap 6 (enam)
bulan kepada Kepala Badan.
Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dilarang mengandung:
1) bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat,
2) narkotika atau psikotropika,
3) hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
Obat tradisional dilarang dalam bentuk sediaan :
a. intravaginal,
b. tetes mata,
c. parenteral,
d. supositoria, kecuali digunakan untuk wasir.
Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dalam bentuk sediaan
cairan obat dalam tidak boleh mengandung etil alkohol dengan kadar lebih besar dari
1% (satu persen), kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan
pengenceran.
6. Kesimpulan
a. Bapak Ketut menderita GGK.
b. Terdapat kandungan yang bermanfaat pada spirulina, teripang, dan BioN Pendant
yang dapat memperbaiki kondisi kesehatan Bapak Ketut yang sebelumnya belum
dapat diperbaiki dengan pengobatan konvensional.
27
Daftar pustaka
Bachstetter AD, Jernberg J, Schlunk A, Vila JL, Hudson C, Cole MJ, et al. Spirulina
Promotes Stem Cell Genesis and Protects against LPS Induced Declines in
Neural Stem Cell Proliferation. PLoS ONE 5(5): e10496.
doi:10.1371/journal.pone.0010496.
Chu WL, Lim YW, Radhakrishnan AM, Lim PE. Protective effect of aqueous extract from
Spirulina platensis against cell death induced by free radicals. BMC
Complementary and Alternative Medicine 2010, 10:53.
Deng R, Chow TJ: Hypolipidemic, Antioxidant and Antiinflammatory Activities of
Microalgae Spirulina. Cardiovasc Ther. 2010 August ; 28(4): e33–e45.
doi:10.1111/j.1755-5922.2010.00200.x
Flickstein, Aaron M. Research on Far Infrared Rays. Diunduh dari :
www.migunofgreenville.com, 27 September 2011
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 121/ MENKES/ SK/ II/ 2008
Tentang Standar Pelayanan Medik Herbal
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 1078/Menkes/SK/VII/2003
tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor :
HK.00.05.42.2996 tentang Pengawasan Pemasukan Obat Tradisional, Kepala
Badan Pengawas Obat Makanan Republik Indonesia
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Makanan Republik Indonesia. Nomor :
HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat
Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, Kepala Badan Pengawas
Obat Makanan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/ MENKES/ PER/ IX/ 2007
Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer - Alternatif di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Prihantanto S.R . Lebih Dekat dan Sehat dengan Hypnotherapy. diunduh :
http://www.ibhcenter.org/uploads/ebook/lebih%20dekat%20dengan%20hypnotherapy.pdf
28
Voit R, Delaney M. 2005. Hypnosis in Clinical Practice: Steps for Mastering Hypnotherapy.
New York: Brunner-Routledge
Zein, Umar. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam upaya Pemelihraan Kesehatan.
Medan: USU
29