Laporan Data Kecelakaan Lalu Lintas Di Kecamatan Dau Kabupaten Malang
-
Upload
ayu-nindhi-kistianita -
Category
Documents
-
view
44 -
download
3
description
Transcript of Laporan Data Kecelakaan Lalu Lintas Di Kecamatan Dau Kabupaten Malang
LAPORAN DATA KECELAKAAN LALU LINTAS DI KECAMATAN
DAU KABUPATEN MALANG
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Epidemiologi Kecelakaan
Yang dibina oleh dr. Erianto Fanani
Oleh:
Ayu Nindhi Kistianita (130612607859)
Dhia Irfan Hanif (130612607892)
Nadiya Istighfaara (130612607862)
Yulinda Nur Maulidya (130612607855)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Desember 2015
i
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL...............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Analisis Situais.....................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Profil Puskesmas..................................................................................3
2.2 Data Kecelakaan yang dirawat di Puskesmas Dau..............................4
2.3 Data Frekuensi Kecelakaan di Kabupaten Malang............................11
2.4 Faktor Resiko.....................................................................................12
2.5 Dampak .............................................................................................18
2.6 Upaya Pencegahan.............................................................................18
BAB 3. PENUTUP................................................................................................25
3.1 Kesimpulan........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
ii
iii
PENDAHULUAN1. ANALISIS SITUASI
Kota Malang yang terletak pada ketinggian antara 440 – 667 meter diatas
permukaan air laut, merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena
potensi alam dan iklim yang dimiliki. Banyak wisatawan yang datang ke Malang
untuk menikmati berbagai wisata dan pemandangan alam yang disuguhkan.
Jumlah penduduk Kota Malang 857.891 jiwa (2014), dengan tingkat
pertumbuhan 3,9% per tahun. Dengan luas Kota Malang yang mencapai 110,06
km2, kepadatan penduduk Kota Malang mencapai 7800 jiwa/km2. Dengan
banyaknya penduduk yang menempati Malang Raya, ditambah dengan
banyaknya pendatang dari luar kota yang mencari ilmu di Malang, banyak titik-
titik kemacetan di beberapa tempat di Malang Raya yang mengakibatkan angka
kejadian kecelakaannya juga tinggi dan meningkat. Menurut Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (1997), kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang
lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang
mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0
km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada dasarnya, faktor utama
penyebab kemacetan di Malang adalah kapasitas jalan raya yang tidak seimbang
dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Buktinya, jumlah penjualan
sepeda motor untuk wilayah Malang Kota sebesar 1.700-1.800 unit/per bulan
tahun 2013. Apabila jumlah penjualan per bulan dikalikan satu tahun, maka
diperkirakan terjual 20.400 unit/per tahun. Ditambah lagi, jumlah penjualan
kendaraan roda empat yang bisa mencapai 7.000 unit/per bulan. Sehingga dapat
dibayangkan jumlah kendaraan yang keluar setiap harinya di Kota Malang tanpa
ada penambahan kapasitas jalan raya.
Salah satu wilayah yang rentan dan beresiko tinggi untuk terjadi
kecelakaan adalah wilayah Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Dilihat dari letak
geografisnya, Kecamatan Dau terletak di sebelah selatan Kota Batu dan
merupakan jalur yang dilewati oleh para wisatawan untuk datang ke Kota Batu,
sehingga banyak sekali kendaraan yang lalu lalang melintasi wilayah Kecamatan
Dau. Tidak jarang pula terjadi kemacetan di wilayah Kecamatan Dau ketika
1
liburan panjang tiba, karena begitu banyak wisatawan yang datang dan pergi dari
Kota Batu dan melewati Kecamatan Dau.
Oleh karena itu, perlu diketahui data angka kejadian kecelakaan di wilayah
Kecamatan Dau agar dapat menentukan upaya pencegahan dan pengendalian lalu
lintas di wilayah Kecamatan Dau.
2
PEMBAHASAN1. PROFIL PUSKESMAS
Puskesmas Dau terletak di Jalan Raya Mulyoagung No. 121 Kecematan
Dau Kabupaten Malang. Puskesmas Dau ini dipimpin oleh drg. Bambang
Pujaswendro. Puskesmas ini selain bertipe keperawatan juga merupakan
puskesmas yang mempunyai ikon yaitu WISATA (Wicara Santun, Akhlak
Terpuji, Amanah Dalam Pelayanan Publik). Puskesmas ini mempunyai visi dan
misi yaitu (DinkesKabMalang, 2009):
a. Visi
Mutu pelayanan kesehatan berstandar global dengan tarif terjangkau menuju
masyarakat kecamatan dau sehat dengan mewujudkan kawasan wisata husada
dan Kabupaten Malang berhati mulia.
b. Misi
1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Program Kesehatan Masyarakat
2. Meningkatkan Profesionalitas Sumberdaya Manusia Kesehatan
3. Meningkatkan Kualitas Manajemen dan Tertib Adminitrasi
4. Meningkatkan Kualitas Tampilan Sarana dan Prasarana Fisik
5. Meningkatkan Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral
6. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat
7. Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Publik
8. Mewujudkan Kawasan Wisata Husada
9. Meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat
10. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan dan Masyarakat
Puskesmas Dau melayani seluruh daerah di Kecamatan Dau. Luas wilayah
di Kecamatan Dau sendiri yaitu 41,96 km² (1,41% luas Kabupaten Malang). Batas
Kecamatan Dau bagian utara yaitu Kota Batu dan Kecamatan Karangploso,
bagian timur berbatasan dengan Kota Malang, bagian selatan berbatasan dengan
Kecamatan Wagir, sedangkan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Blitar.
Topografi dari Kecamatan Dau adalah perbukitan dan dataran tinggi. Kecamatan
Dau terbagi menjadi 10 desa, 36 dusun , 78 RW(Rukun Warga), dan 336
RT(Rukun Tetangga). Dengan jumlah penduduk sebanyak 58.717 jiwa dengan
komoposisi 29.699 (50,58%) berjenis kelamin laki-laki dan 29.018 (49,42%)
3
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah penduduk yang begitu banyak
kepadatan penduduk di Kecamatan Dau banyak pula yakni 1.394 jiwa/km2.
Penduduk di Kecamatan Dau mayoritas beragama Islam sebesar 55.599 jiwa,
sisanya beragama Kristen (2.491 jiwa), Katolik 534 jiwa, Hindu (55 jiwa) dan
Budha (38 jiwa). Bidang usaha yang digeluti oleh penduduk di Kecamatan Dau
yakni pertanian (18.001 orang), karyawan (5.570 orang), perdagangan (3.339
orang), konstruksi (2.935 orang), jasa (1.915 orang), dan lain-lain (2.028 orang).
Selain itu di Kecamtan Dau merupakan salah satu daerah yang mempunyai
banyak tempat wisata yaitu Agro Petik Jeruk, Lembah Dieng, Sekaling, Coban
Parangtejo, Museum Zoologi, PWEC, dan Bedengan. Terdapat 31 TK(Taman
Kanak-kanak), 27 SD(Sekolah Dasar), 8 SMP(Sekolah Menengah Pertama), 3
SMA(Sekolah Menengah Atas), 1 SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), dan 3
PT(Perguruan Tinggi) yang terdapat di Kecamatan Dau (Ngalam10%, 2014).
Puskesmas Dau membawahi 2 Puskesmas Pembantu, 8 Polindes (Pondok
Bersalin Desa), dan 61 Posyandu. Terdapat 29 dokter praktek dokter, 10 praktek
bidan, dan 8 apotek di Kecamatan Dau (GalamediaLABS, 2014).
2. DATA KECELAKAAN YANG DIRAWAT DI PUSKESMAS DAU
Berikut ini merupakan data Kecelakaan Lalu Lintas dan Lain-lain (Pasien
dengan penyakit tertentu diluar kecelakaan) yang dirawat di UGD Puskesmas
Dau:
a. Data kecelakaan lalu lintas luka ringan dan dan Lain-lain (Pasien dengan
penyakit tertentu diluar kecelakaan) yang dirawat di UGD Puskesmas
Dau Tahun 2014
4
b. Data kecelakaan lalu lintas luka ringan dan dan Lain-lain (Pasien dengan
penyakit tertentu diluar kecelakaan) yang dirawat di UGD Puskesmas
Dau Tahun 2015
5
c. Perbandingan data kecelakaan lalu lintas dengan luka ringan dan dan
Lain-lain (Pasien dengan penyakit tertentu diluar kecelakaan) dengan
luka ringan yang di rawat di UGD Puskesmas Dau Tahun 2014-2015.
d. Data kecelakaan lalu lintas dengan luka ringan dan Lain-lain (Pasien
dengan penyakit tertentu diluar kecelakaan) yang dirawat di UGD
Puskesmas Dau Tahun 2014 berdasarkan Jenis Kelamin
6
e. Data kecelakaan lalu lintas dengan luka ringan dan Lain-lain (Pasien
dengan penyakit tertentu diluar kecelakaan) yang dirawat di UGD
Puskesmas Dau Tahun 2015 berdasarkan Jenis Kelamin
7
f. Perbandingan Data kecelakaan lalu lintas dengan luka ringan dan Lain-
lain (Pasien dengan penyakit tertentu diluar kecelakaan) yang dirawat di
UGD Puskesmas Dau Tahun 2014-2015 berdasarkan Jenis Kelamin
8
g. Data kecelakaan lalu lintas dengan luka ringan dan Lain-lain (Pasien
dengan penyakit tertentu diluar kecelakaan) yang dirawat di UGD
Puskesmas Dau Tahun 2014 berdasarkan Peserta BPJS atau tidak
9
h. Data kecelakaan lalu lintas dengan luka ringan dan Lain-lain (Pasien
dengan penyakit tertentu diluar kecelakaan) yang dirawat di UGD
Puskesmas Dau Tahun 2015 berdasarkan Peserta BPJS atau tidak
i. Perbandingan Data kecelakaan lalu lintas dengan luka ringan dan Lain-
lain (Pasien dengan penyakit tertentu diluar kecelakaan) yang dirawat di
UGD Puskesmas Dau Tahun 2014-2015 berdasarkan Peserta BPJS atau
tidak.
10
3. DATA FREKUENSI KECELAKAAN DI KABUPATEN MALANG
Berikut ini merupakan data kecelakaan berdasarkan karakteristik pengendara di
Kabupaten Malang pada tahun 2012:
11
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Karkateristik Pengendara Sepeda Motor yang
Mengalami Kecelakaan di Wilayah Polres Kabupaten Malang
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda
Motor di Wilayah Polres Kabupaten Malang
4. FAKTOR RESIKO
A. Man
Manusia merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Hal
ini bisa dipengaruhi oleh konsentrasi pengemudi, tingkat pendidikan, suasana
psikologis, jenis kelamin, umur, pekerjaan, disiplin, pengetahuan, dll. Berikut
12
adalah penjelasan dari faktor manusia yang menyebakan terjadinya kecelakaan di
daerah Dau Kabupaten Malang:
1) Umur
Dalam data yang diberikan oleh pihak Puskesmas Dau, dikatakan bahwa
untuk kasus kecelakaan yang terdata termasuk kecelakaan lalu lintas dan
kecelakaan umum :
a) 7-12 tahun : 6%
b) 13-18 tahun : 27%
c) 19-30 tahun : 31%
d) 30-60 tahun : 32%
e) 60 tahun > : 4%
Analisa faktor resiko :
1) Dari data diatas untuk kejadian pada usia sekolah menengah
menempati angka kejadian tertinggi ke tiga. Hal ini menurut
pemaparan dr Abu Bakar selaku dokter UGD Puskesmas Dau
merupakan hal wajar terjadi pada anak usia SMP dan SMA yang
didominasi oleh kecelakaan lalu lintas. Keadaan sosial masyarakat
dimana para orang tua telah membekali anak mereka sepeda motor
pada usia SMP dan SMA merupakan faktor terbesar. Selain itu,
pada usia tersebut masih memiliki ketidak stabilan emosi yang
mempengaruhi kemampuan berkendara. Ditambah lagi kesadaran
akan keselamatan berkendara dengan tidak menggunakan
keamanan layaknya helm pada saat berkendara.
2) Pada urutan ke dua dan pertama urutan umur, secara garis besar
merupakan usia produktif di masyarakat. Mobilitas yang tinggi
masyarakat Dau sebagai daerah perbatasan antara kota Malang dan
kota Batu dirasa menjadi alasan utama dengan tingginya angka
kecelakaan lalu lintas maupun umum pada usia produktif tersebut.
2) Jenis kelamin
Pada data kecelakaan proporsi jenis kelamin pada kecelakaan yakni :
a) Laki-laki : 77%
b) Perempuan : 23%
13
Ananlisa faktor resiko : Keadaan sosial masyarakat dimana laki-laki
sebagai penopang ekonomi keluarga mejadi alasan dimana angka kejadian
pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan.
3) Jenis pekerjaan
Pada data kecelakaan Puskesmas Dau, diketahui jenis pekerjaan sebagai
berikut :
a) Pelajar/mahasiswa : 42%
b) Pegawai/karyawan : 19%
c) Buruh : 35%
d) Lain-lain : 4%
Analisa faktor resiko :
1) Angka tertinggi masih dimiliki oleh kalangan pelajar dan
mahasiswa. Menurut dokter UGD Puskesmas Dau, dikatakan
bahwa kesadaran akan keselamatan berkendara dan emosi yang
labil sebagai pemicu tingginya angka pada kasus ini.
2) Angka kedua dimiliki buruh. Di kecamatan Dau terdapat banyak
kebun, sawah, dan peternakan dimana para buruh disana masih
belum dilindungi oleh alat pelindung kerja yang mumpuni. Buruh
disini juga diantaranya kurir sayur dan kurir susu yang kadang
melebihi muatan sehingga memicu kecelakaan lalu lintas.
3) Pegawai dan karyawan merupakan faktor yang mengikuti beberapa
kondisi sebelumnya, yakni mobilitas yang tinggi pada masyarakat
Dau.
4) Suasana Psikologis
Suasana psikologis sangat menentukan seseorang dalam berkendara. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Marsad, dkk (2013) mengatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pengendara yang secara psikologis tidak
bagus, seperti lelah, mabuk, mangantuk dengan kejadian kecelakaan.
Konsentrasi pengemudi Dau merupakan daerah padat mahasiswa, yang
kebanyakan adalah mahasiswa UMM (Universitas Muhammadiyah
Malang). Mahasiswa dengan kebiasaan yang suka berangkat kuliah di
14
akhir waktu menyebabkan tergesa-gesa ketika berekendara untuk mengejar
waktu. Dan hal ini yang menjadi faktor terjadinya kecelakaan.
5) Kecepatan Tinggi
Kecepatan sebuh kendaraan akan akan memengaruhi waktu yang tersedia
bagi pengendara untuk mengadakan reaksi terhdap perubahan dalam
lingkungannya di samping dampak lainnya yang langsung maupun tidak
langsung (Komba, 2006). Dau merupakan wilayah yang merupakan salah
satu akses jalan yang menghubungkan dari kediri dan malang. Sehingga di
daerah Dau banyak sekali bus-bus yang mengendarai kendaraan dengan
kecepatan tinggi, hal ini karena supir bus merebutkan penumpang.
6) Disiplin dan Pengetahuan
Kesadaran masyarakat tentang rambu-rambu dan peraturan lalu lintas yang
masih kurang atau rendah, juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan
(Malang Pos, 2012).
B. Vehicle
Faktor kendaraan merupakan faktor yang terkecil dalam berkontribusi
menimbulkan kecelakaan lalu lintas, faktor kecelakaan yang berasal dari faktor
kendaraan antara lain, kondisi rem yang tidak baik, lampu kendaraan yang tidak
menyala terutama pada saat malam, ban pecah, dll (Marsaid, dkk, 2013). Menurut
data puskesmas Dau, berikut ini :
a) Kendaraan roda 2 : 61%
b) Kendaraan roda 4 : 32%
c) Kendaraan roda >4 : 7%
Analisa faktor resiko :
1) Kendaraan roda 2 meliputi sepeda ontel dan sepeda motor.
Memiliki angka yang tinggi karena juga dipengaruhi oleh faktor
sebelumnya yakni pelajar dan mahasiswa dimana hampir
keseluruhan kasus tersebut, mengunakan roda 2.
2) Kendaraan roda 4 termasuk didalamnya mobil pribadi, dan
angkutan umum (angkot). Angka yang tinggi juga dipengaruhi oleh
aktifitas yang tinggi dikalangan pegawai dan karyawan serta
15
keadaan angkot di daerah malang yang masih sering ugal ugalan di
jalan.
C. Road
Peningkatan jumlah kendaraan, namun lebar jalan sama sekali tidak
bertambah. Fasilitas jalan raya yang kurang mendukung peningkatan jumlah
kendaraan membuat resiko terjadinya kecelakaan semakin besar. Kondisi jalan
yang tidak baik seperti licin, bergelombang dkk (Malang Pos, 2012).
Tidak ada data pasti tentang keadaan jalan dan fasilitas transportasi
penunjang lainnya. Namun menurut wawancara dan pengamatan kami pribadi,
bahwa di daerah Dau secara umum jalannya telah teraspal. Artinya kualitas jalan
pun bisa dipastikan baik. Dengan keadaan tersebut, maka keadaan jalan yang
teraspal bukan menjadi faktor resiko terbesar dalam kecelakaan utamanya lalu
lintas
Namun perlu diketahui, bahwa kontur tanah di kecamatan Dau merupakan
daerah dataran tinggi dan pegunungan. Jalan dengan kondisi naik turun dan
memiliki banyak tikungan yang cukup tajam sempitnya ruas jalan dirasa bisa
memicu kecelakaan lebih besar dari sekedar keadaan aspal jalan yang cukup
bagus.
D. Environment
Lingkungan dan cuaca yang buruk (panas atau hujan) mempengaruhi
kelancaran lalu lintas dan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Terutama pada saat
musim penghujan, dimana jalanan yang licin juga (Malang Pos, 2012). Dalam
kondisi hujan pendangan pengendara sangat terbatas sehingga mudah sekali
terjadi kesalahan antisipasi. Selain itu hujan mengakibatkan jalan menjadi basah
dan licin yang juga merupaan faktor penyebab kecelakaan lalu lintas. Hal-hal lain
yang dapat memicu terjadinya kecelakaan saat cuaca hujan adalah jika pengendara
tidak berhati-hati. Hujan juga mempengaruhi kerja kendaraan seperti jarak
pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, dan jarak pandang
menjadi leih pendek karena lebatnya hujan (Sugiharto, 2009)
Dalam lingkup environment tidak ada hal yang menonjol dalam hal
penyebab kecelakaan. Namun keadaan lingkungan agraris pada kecamatan Dau
16
dengan jumlah buruh tani, kebun, dan peternakan dengan angka kejadian
kecelakaan menurut jenis pekerjaan bisa saja menjadi faktor resiko yang cukup
besar angkanya jika dilihat pada jenis pekerjaan.
Berikut gambar penyebab atau faktor terjadinya kecelakaan menurut LAKA
LANTAS Malang
Dan bagan berikut merupakan faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas
secara umum,
17
(Rusyanto, 2012)
5. DAMPAK
Dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan lalu lintas dapat menimpa
sekaligus atau hanya beberapa diantaranya. Berikut beberapa kondisi yang
digunakan untuk mengklasifikasikan korban kecelakaan lalu lintas, yaitu (PP RI
No. 43 Tahun 1993):
a. Meninggal dunia
Korban kecelakaan yang dipastikan meninggal dunia sebagai akibat
kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah
kecelakaan tersebut
b. Luka berat
Korban kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau
harus dirawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari
sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian digolongkan sebagai cacat tetap
jika sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali
dan tidak dapat sembuh atau pulih untuk selama-lamanya
c. Luka ringan
Korban kecelakaan yang mengalami luka-luka yang tidak memerlukan
rawat inap di rumah sakit lebih dari 30 hari.
6. UPAYA PENCEGAHAN
Untuk meningkatkan keselamatan diperlukan penanggulangan yang
mencakup beberapa segi, yaitu perekayasaan sarana dan prasarana lalu lintas,
18
pembinaan unsur manusia pemakai jalan dan dalam bidang hukum dan
pengaturan. Langkah-langkah tersebut dikelompokkan dalam lima tahap:
1. Engineering (rekayasa)
Yaitu dengan merubah lingkungan sehingga pemakai jalan secara fisik
dituntun atau dibimbing untuk dapat bertindak secara tepat dan benar
dalam berlalu lintas. Misalkan: melalui penempatan rambu-rambu lalu
lintas, pemasangan lampu lalu lintas, perbaikan dan penyempurnaan marka
jalan, serta penyelenggaraan manajemen lalu lintas. Peningkatan
keselamatan jalan sangat tergantung pada ketersediaan fasilitas jalan. Jalan
raya yang terencana dengan baik dapat memberikan tingkat keselamatan
yang lebih baik, kesalahan penilaian menjadi kecil, tidak ada konsentrasi
kendaraan pada suatu saat atau tidak terjadi kesalahan persepsi di jalan,
dan dengan demikian terjadinya kecelakaan dapat dihindari dengan
penyediaan lebih banyak ruang dan waktu dalam perancangan. Banyak
kecelakaan yang sebenarnya tidak perlu terjadi karena fasilitas yang ada
tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari setiap kelompok pemakai
jalan
2. Education (pendidikan)
Yaitu dengan memberikan informasi dan latihan praktis kepada pemakai
jalan untuk mengatasi kecelakaan lalu lintas. Misalkan; melalui pemberian
penerangan tentang tata tertib lalu lintas, mengadakan kampanye tertib lalu
lintas yang ditujukan kepada masyarakat dengan melalui media cetak atau
elektronik, serta mengawasi dan membina sekola-sekolah mengemudi
yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
3. Enforcement (penegakan hukum)
Yaitu upaya yang dilakukan agar masyarakat mematuhi segala peraturan
lalu lintas yang ada, untuk membimbing kearah keselamatan pemakai jalan
pada waktu berlalulintas, sehingga tercipta keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas
4. Encouragement (penggalakan dan penggalangan)
Yaitu dengan menggalakan program-program keselamatan lalu lintas,
misalnya menggalakan penggunaan helm pada daerah kompleks
19
perumahan melihat biasanya pengendara yang berkendara di kompleks
perumahan merasa aman sehingga banyak yang tidak menggunakan helm,
dalam menggalakan program keselamatan jalan pihak kepolisian
bekerjasama denga berbagai instansi yang terlibat dalam manajemen
keselamatan lalu lintas.
5. Emergency Preparedness
Merupakan upaya pertolongan medis pada kecelakaan lalu lintas untuk
mencegah cidera yang dialami korban menjadi lebih parah dan
menghindari kematian pada korban. Sekitar 50% kematian kecelakaan
jalan terjadi dalam waktu 15 menit sejak kejadian akibat luka pada otak,
jantung, dan pembuluh darah besar. Tiga puluh lima persen (35%)
meninggal dalam 1-2 jam akibat kegagalan dan pembusukan organ. Waktu
terpenting dalam kesempatan bertahan hidup korban kecelakaan adalah 30-
60 menit pertama sebagai waktu stabilisasi awal. Pengalaman medis
disunia menunjukkan bahwa stabilisasi korban terluka dan rujukan ke
rumah sakit spesialis dalam janga “waktu keemasan” dapat meningkatkan
potensi pasien untuk bertahan dan sembuh total. Jasa ambulans ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan:
a. Respon cepat atas kecelakaan serius atau membahayakan jiwa
b. Menjaga kelangsugan hidup di lokasi
c. Dukungan pra rumah sakit dan stabilisasi pasien
d. Mengurangi angka kematian dan luka seirus bagi korban kecelakaan
Jarak antara terjadinya kecelakaan dengan pertolongan pertama yang
diberikan sangat menentukan besarnya resiko kematian pada korban
kecelakaan lalu lintas. Batas jarak waktu pemberian pertolongan pertama
yang baik sulit ditentuka karena tergantung dari keadaan korban (WHO,
2004). Pihak medis yang melakukan penanganan paska kejadian serigkali
kehilangan waktu emas untuk menyelamatkan nyawa korban akibat
keterlambatan datang ke rumah sakit atau tidak mendapatka pertolongan
pertama yang tepat. Kondisi ini mencerminkan adanya urgensi untuk
mewujudkan suatu sistem tanggap darurat yang tidak hanya mudah
dihubungi oleh seseorang dari lokasi kejadian, namun juga responsif bila
20
ada kecelakaan yang terjadi didalam daerah domainnya. Responsif dalam
hal ini perlu diukur dengan indikator lamanya waktu respon maksimal dari
sejak menerima panggilan kejadian hingga sampai di lokasi kejadian.
Pelayanan kesehatan yang baik memainkan peranan penting dalam
menurunkan angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Hal ini dapat
terjadi karena keparahan kecelakaan lalu lintas dapat dicegah melalui
perawatan medis.
Menurut Laksamana (2010), dalam rangka mencegah dan mengurangi angka
kecelakaan lalu lintas diperlukan langkah-langkah antisipasi mewujudkan
kesadaran hukum masyarakat untuk berlalu lintas sebagai berikut:
1. Menciptakan Budaya Taat Hukum Masyarakat untuk Tertib Lalu Lintas
Budaya taat hukum (Law Biding Society) bukanlah suatu yang diciptakan
tetapi sesuatu yang tumbuh atau ditumbuhkan antara lain karena
masyarakat merasa memperoleh manfaat dan ketaatan atas hukum. Dan
sudut budaya hukum haruslah diarahkan pada pertanyaan-pertanyaan yang
dapat mengidentifikasi variabel-variabel dalam budaya hukum dan
institusi hukum yang mampu meningkatkan efektivitas hukum, pencapaian
sesuatu hanya dapat dilakukan jika budaya hukum menopang konsepsi
instrumental dan hukum untuk mengarah secara jelas dan hubungan
dengan sistem hukum. Tolok ukur tegaknya hukum dibidang lalu lintas
sangat tergantung pada budaya masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh
latar belakang pendidikan, lingkungan, budaya, posisi atau kedudukan
serta kepentingan-kepentingan lainnya. Oleh karena itu, kesadaran hukum
masyarakat untuk berlalu lintas (Legal culture) yang merupakan nilai-nilai
(values) dan cara pandang/sikap (attitudes) yang terdapat dalam suatu
masyarakat, dimana values dan attitudes tersebut itulah yang
menempatkan suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat.
Faktor masyarakat dan kebudayaan memegang peranan sangat penting.
Hal ini disebabkan karena taraf kesadaran hukum dan kepatuhan hukum.
Penciptaan budaya taat hukum masyarakat untuk berlalu lintas harus
menghilangkan persepsi bahwa arti hukum bukanlah hanya sebatas
petugas, sehingga persepsi ini berakibat pada baik buruknya hukum
21
senantiasa tergantung pada pola perilakunya petugas yang menegakkan
hukum.
2. Penegakkan Hukum Lalu Lintas sebagai Upaya Menciptakan Kesadaran
Hukum Masyarakat untuk Terciptanya Ketertiban (rechtorder)
Pada dasarnya kegiatan penagakkan hukum lalu lintas yang meliputi
kegiatan simpatik, penindakan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan
lalu lintas dikelompokkan berupa pencegahan dan penindakan. Dibidang
pencegahan meliputi kegiatan pendidikan terhadap masyarakat,
pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli yang pelaksanaannya tidak
dapat dipisah-pisahkan karena merupakan suatu sistem lalu lintas untuk
mewujudkan keamanan dan ketertiban lalu lintas. Dibidang penindakan
meliputi penindakan pelanggaran dan penyelidikan kecelakaan lalu lintas
dimana penindakan pelanggaran lalu lintas dapat dilakukan secara edukatif
yaitu memberikan teguran dan peringatan dengan cara simpatik terhadapt
para pelanggar lalu lintas (tindakan ini hanya ditujukan terhadap
pelanggaraan lalu lintas yang sifatnya ringan dan terhadap pelanggar yang
masih asing atau tidak tahu dengan kondisi suatu wilayah), sedangkan
secara yuridis adalah penindakan dengan menggunakan tilang serta
melakukan penyidikan terhadap kecelakaan lalu lintas yang meliputi sejak
penanganan kecelakaan dan olah TKP. Penindakan secara yuridis
ditujukan kepada para pelanggar peraturan perundang-undangan lalu
lintas.
3. Peningkatan Keselamatn Lalu Lintas
Metode yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas
meliputi :
a. Metode pre-emptif
Metode pre-emptif sebagai upaya penangkal di dalam menanggulangi
kecelakaan lalu lintas pada dasarnya meliputi perekayasaan berbagai
bidang yang berkaitan dengan masalah transportasi dan lalu lintas
yang dilaksanakan melalui koordinasi yang baik antara instansi terkait
di dalam setiap perencanaan transportasi dan lalu Iintas. Disamping
itu pendekatan metode untuk meningkatkan performance pemakai
22
jalan khususnya pengemudi dengan pola “screening” atau pengenalan,
pendidikan, kampanye lalu lintas dan pelatihan sangat diperlukan
untuk mengurangi tingkat kecelakaan. Pendidikan yang dilakukan
adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat sejak dini terhadap
pentingnya kepatuhan dan kesadaran berlalu lintas, upaya yang
dilakukan berupa penyuluhan, spanduk, selebaran-selebaran, papan
pengumunan dan himbauan bagi pengguna jalan raya baik pengemudi
maupun pejalan kaki.
b. Metode preventif
Metode preventif adalah upaya yang ditujukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan lalu lintas yang dalam bentuk konkritnya
berbentuk kegiatankegiatan pengaturan, penjagaan ternpat-tempat
rawan, patroli, pengawalan dan lain sebagainya. Mengingat bahwa
kecelakaan lalu lintas itu dapat terjadi karena faktor jalan, faktor
kendaraan, faktor manusia dan faktor lingkungan secara simultan
(dalam satu sistem yaitu sistem lalu lintas) maka upaya-upaya
pencegahannya dapat ditujukan kepada pengaturan komponen-
komponen lalu lintas tersebut serta pengaturan sistem lalu Iintasnya
sendiri.
c. Metode represif
Metode represif dalam rangka meningkatkan keselamatan lalu lintas
pada hakekatnya merupakan upaya terakhir yang biasanya disertai
dengan penerapan upaya paksa. Tindakan represif dilakukan terhadap
setiap jenis pelanggaran lalu lintas atau dalam bentuk penanganan
terhadap peristiwa kecelakaan yang terjadi. Dalam bidang penegakan
hukum lalu lintas, metode represif dilakukan terhadap setiap
pelanggaran hukum, apabila dengan tindakan persuasif dan edukatif
yang dilakukan dalam metode preemptif dan preventif belum
menunjukkan hasil yang baik, misalnya walau sudah direncanakan,
diatur dan dikendalikan namun ternyata masih ada yang melanggar
peraturan lalu lintas maka terhadap warga masyarakat yang demikian
masih perlu diadakan tindakan secara represif dengan hukum yang
23
berlaku. Penindakan represif yang dilakukan secara efektif dan
intensif pada hakekatnya bukan semata-mata ditujukan untuk
memberikan pelajaran secara paksa atau untuk menghukum setiap
pelanggaran yang tertindak namun dimaksudkan untuk menimbulkan
kejeraan bagi yang bersangkutan agar tidak mengulangi perbuatannya
lagi, disamping itu dimaksudkan pula untuk menimbulkan efek agar
warga masyarakat lainnya tidak melakukan pelanggaran yang serupa.
Dengan demikian setiap penindakan represif juga mengandung unsur
preventif.
Sedangkan Menurut Satromihardjo (1997), ada 3 fase pencegahan yang dapat
dilakukan untuk mengurangi angka kejadian kecelakaan lalu lintas, yaitu:
1. Pencegahan pada fase sebelum terjadi kecelakaan:
a. Pencegahan kecelakaan lalu lintas melalui pengendalian faktor
manusia, yaitu:
1) Ujian pengambilan SIM harus dilaksanakan dengan konsisten
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 44
Tahun 1993
2) Hanya mereka yang telah mengikuti sekolah mengemudi yang
diperkenankan ikut ujian pengambilan SIM
3) Bagi para pelanggar peraturan lalu lintas harus dikenai sanksi
hukum dengan konsistensi sesuai dengan Undang-undang
b. Pencegahan kecelakaan lalu lintas melalui pengendalian faktor
kendaraan yaitu berupa pengawasan kondisi kendaraan agar dalam
kondisi layak jalan
c. Pengendalian faktor jalan dalam rangka mencegah kecelakaan lalu
lintas yaitu jalan harus dirancang, dilengkapi, dipelihara dan
dioperasionalkan sesuai teknisnya
2. Pencegahan pada fase kejadian kecelakaan lalu lintas
Pada fase kejadian kecelakaan, diupayakan supaya resiko terjadinya
cedera seminimal mungkin. Kondisi jalan dalam fase ini tidak bisa
dikendalikan. Hal yang bisa dikendalikan adalah kondisi kendaraan dan
faktor manusianya
24
3. Upaya pencegahan pada fase setelah kejadian kecelakaan lalu lintas
Pada fase ini pencegahan pada faktor manusianya, agar korban tidak
menjadi lebih parah setelah mengalami cedera. Perolongan segera sevara
adekuat adalah kunci keberhasilan pencegahan fase ini. Terhadap korban
yang terancam jiwanya, mereka segera memberikan bantuan hidup dasar
(basic live support) dengan cara yang sederhana tetapi benar. Penolong
yang lain segera menghubungi kepolisian dan rumah sakit terdekat untuk
mengirimkan ambulans.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Kecamatan Dau Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah yang rentan dan beresiko tinggi untuk terjadi kecelakaan. Dilihat dari letak geografisnya, Kecamatan Dau terletak di sebelah selatan Kota Batu dan merupakan jalur yang dilewati oleh para wisatawan untuk datang ke Kota Batu, sehingga banyak sekali kendaraan yang lalu lalang melintasi wilayah Kecamatan Dau. Tidak jarang pula terjadi kemacetan di wilayah Kecamatan Dau ketika liburan panjang tiba, karena begitu banyak wisatawan yang datang dan pergi dari Kota Batu dan melewati Kecamatan Dau
2. Berdasarkan data angka kejadian kecelakaan yang dirawat di Unit Gawat Darurat Puskesmas Dau, dapat terlihat bahwa angka kejadian kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun 2014 ke tahun 2015. Sehingga perlu adanya upaya-upaya yang dapat mencegah dan mengurangi angka kejadian kecelakaan di wilayah Kecamatan Dau
3. Faktor Resiko; dilihat dari segi manusianya, rata-rata kelompok umur yang paling sering kecelakaan adalah umur 19-30 tahun dan umur 30-60 tahun yang merupakan usia-usia produktif. Berdasarkan jenis kelamin dan jenis pekerjaannya, kebanyakan memang laki-laki dan pelajar/mahasiswa. Sehingga dapat disimpulkan memang kelompok resiko paling banyak adalah kelompok usia produktif.
25
4. Dampak yang dapat ditimbulkan dari kejadian kecelakaan diantaranya adalah luka ringan, luka berat atau bahkan meninggal dunia.
5. Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalisir kejadian kecelakaan di wilayah Kecamatan Dau. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah; 1) Engineeering (rekayasa lingkungan), 2) Education (pendidikan), 3) Enforcement (Penegakan Hukum), 4) Enouragement (Penggalakan dan Penggalangan), 5) Emergency Preparedness
DAFTAT PUSTAKA
DinkesKabMalang. 2009. Puskesmas Dau Puskesmas Wisata. (Online),
(http://dinkes.malangkab.go.id/berita-19.html), diakses pada tanggal 28
November 2015.
Komba, D. 2006. Risk Factors Anda Traffic Accident In Tanzania : Case Study Of
Kibaha District . Tesis Fakultas Geografi. Norwegian University Of Science
And Tehnology (NTNU).
Malang, Post. 2012. Sehari Terjadi Dua Kecelakaan. (Online).
Ngalam100%. 2014. Kecamatan Dau. (Online),
(http://ngalam.id/read/4634/kecamatan-dau/), diakses pada tanggal 28
November 2015.
(http://malang-post.com/kriminal/59197-sehari-terjadi-dua-kecelakaan). Di akses
pada tanggal 28 november 2015. Laksamana. 2010. Kesadaran Berlalu Lintas
untuk Mencegah Angka Kecelakaan. Medan: STIH Swadaya Medan.
26
Rusyanto. 2012. Kasus Mabuk Saat Berkendara Di Jakarta. (online).
(https://edorusyanto.wordpress.com/2012/01/23/kasus-mabuk-saat-
berkendara-di-jakarta/). Di akses pada tanggal 28 november 2015.
PP RI No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan
Sastromihardjo. 1997. Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya. Penyebab Kematian
Utama Usia Produktif, Suatu Tantangan dalam Pencegahannya. (Online)
(eprints.undip.a.id/263/1/I.Riwanto_Sastromihardjo.pdf) diakses tanggal 27
November 2015
Sugiharto, A. 2009. Sejumlah Kecelakaan Terjadi Saat Hujan Di Jakarta.
(Online). Diakses melalui (http://www.antara.co.id/arc/2009/1/13). Pada
tanggal 28 november 2015
27