Laporan besar put bismillah

38
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usahatani merupakan suatu kegiatan pemanfaatan sumberdaya secara efektif dan efisien yang ada untuk mendapat keuntungan yang tinggi dari kegiatan pertanian yang dilakukan. Setiap kegiatan pertanian yang dilakukan disebut usahatani. Dalam menjalankan usahataninya, terkadang petani atau pelaku usahatani lain mengalami kendala-kendala manajemen yang menyebabkan keuntungan yang didapat menjadi tidak optimal, atau pemanfaatan sumberdaya yang tidak efektif dan efisien mengakibatkan tidak optimalnya keuntungan yang didapatkan. Jika keuntungan maksimal tidak bisa didapatkan atau malah usahatani yang dilakukan justru dirasa merugikan bagi pelaku usahatani, maka tidak akan ada artinya seorang pelaku usahatani menjalankan usahataninya secara terus- menerus. Ilmu usahatani merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji bagaimana cara memanfaatkan sumberdaya yang ada (sumberdaya modal, manusia dan alam) seefektif dan seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. 1.2. Tujuan Kegiatan analisis usahatani di beserta penyusunan laporan kegiatannya bertujuan untuk mengetahui sistem usahatani yang diterapkan dan kelayakan usahatani yang 1

Transcript of Laporan besar put bismillah

Page 1: Laporan besar put bismillah

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usahatani merupakan suatu kegiatan pemanfaatan sumberdaya secara efektif

dan efisien yang ada untuk mendapat keuntungan yang tinggi dari kegiatan pertanian

yang dilakukan. Setiap kegiatan pertanian yang dilakukan disebut usahatani.

Dalam menjalankan usahataninya, terkadang petani atau pelaku usahatani lain

mengalami kendala-kendala manajemen yang menyebabkan keuntungan yang didapat

menjadi tidak optimal, atau pemanfaatan sumberdaya yang tidak efektif dan efisien

mengakibatkan tidak optimalnya keuntungan yang didapatkan.

Jika keuntungan maksimal tidak bisa didapatkan atau malah usahatani yang

dilakukan justru dirasa merugikan bagi pelaku usahatani, maka tidak akan ada artinya

seorang pelaku usahatani menjalankan usahataninya secara terus-menerus.

Ilmu usahatani merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji bagaimana cara

memanfaatkan sumberdaya yang ada (sumberdaya modal, manusia dan alam) seefektif

dan seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.

1.2. Tujuan

Kegiatan analisis usahatani di beserta penyusunan laporan kegiatannya

bertujuan untuk mengetahui sistem usahatani yang diterapkan dan kelayakan usahatani

yang telah dilakukan oleh petani di Dusun Telasih Desa Kepuharjo Kecamatan

Karangploso Kabupaten Malang .

1.3. Manfaat

Analisis usahatani yang kami lakukan di Dusun Telasih Kecamatan

Karangploso ini bermanfaat untuk pendalaman kami dalam mengaplikasikan cara

menganalisis usahatani di masyarakat, dan laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca

yang ingin mengetahui bagaimana usahatani yang ada di Dusun Telasih Kecamatan

Karangploso dan alangkah lebih bermanfaat bila hasil analisis ini dapat diketahui oleh

narasumber yang kami wawancarai sehingga rekomendasi yang dibuat dapat

diterapkan.

1

Page 2: Laporan besar put bismillah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Usahatani

Pertanian telah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Di Indonesia, awalnya pertanian dilakukan hanya semata untuk dapat

bertahan hidup. Untuk memenuhi keperluan hidup, masyarakat menanam apa saja yang

diperlukan. Masyarakat berfikir sederhana bagaimana mempersiapkan lahan, alat-alat,

hewan dan sebagainya. Dari pengalaman bercocok tanam tersebut, nantinya akan

muncul kelompok manusia yang melanjutkan pekerjaan yang berhubungan dengan

bercocok tanam dan yang merasa tidak berbakat mereka akan memelihara dan

menggembalakan ternak. Kelompok masyarakat yang suka bercocok tanam akan

mencari lahan yang gampang ditanami sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Kelompok

masyarakat tersebut berkelompok di satu tempat,tetapi belum mempunyai tempat

bermukim secara tepat (permanen). Kalau tanah pertaniannya mulai merosot

kesuburannya, maka seluruh kelompok tersebut berpindah lahan pertanian, sehingga

berpindah pula tempat bermukim. Mereka membuka tanah baru lagi, bisa tanah hutan

atau tanah padang rumput. Setiap tiga tahun mereka berpindah, sistem pertanian

tersebut dikenal dengan nama “berladang” yang berpindah-pindah (shifting cultivation).

Lahan yang ditinggalkan dijadikan belukar agar kembali subur. Kemudian sistem

bersawah di temukan, orang mulai bermukim ditempat yang tetap, tanaman padi yang

berasal dari daerah padang rumput dan kemudian juga diusahakan di daerah-daerah

hutan dengan cara berladang yang berpindah di atas tanah kering terbukti dapat tumbuh

baik ditempat-tempat yang tergenang air, bahkan produksinya lebih tinggi dari padi

alang. Pada persawahan ini belum mengenal bajak, pengolahan tanah dikenal dengan

cara menginjak-injak tanah basah sampai menjadi lumpur.

Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap di suatu lokasi yang

dikenal dengan nama “kampong” walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai,

namun usaha tani secara “berladang yang berpindah-pindah” belum

ditinggalkan,namun ada perubahan yang terjadi dalam pengusahaan jenis tanaman

umbi-umbian, daun-daunan dan buah-buahan. Pengusahaan jenis tanaman tersebut

dilakukan jika disekeliling tempat tinggal sehingga dengan demikian lahir sistem

usahatani pekarangan, sedangkan yang semula diusahakan secara berladang mulai

dijadikan tegalan yang permanen. Untuk selanjutnya usaha pertanian menjalar ke

semua arah,baik kearah pegunungan maupun ke arah pantai-pantai laut. Dengan

2

Page 3: Laporan besar put bismillah

bertambahnya penduduk bertambah pula keperluan akan tanah pertanian dan jenis

tanaman (Shinta, 2011).

2.2. Transek DesaTransek merupakan salah satu teknik PRA yang digunakan untuk melakukan

pengamatan langsung terhadap lingkungan dan sumberdaya masyarakat. Kegiatan ini

dilakukan dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa dan mengikuti suatu lintasan

tertentu yang telah disepakati bersama. Jenis-jenis transek ada transek sumberdaya

desa, transek sumberdaya alam dan transek dengan topik khusus. Jenis transek

berdasarkan lintasan ada (1) transek lintasan garis lurus, (2) transek lintasan zig zag,

pulang pergi, berputar, menyapu ke semua arah, (3) transek lintasan saluran air.

Transek desa merupakan kegiatan pengamatan pada suatu desa dimana telah disepakati

suatu garis sebagai transeknya. Pada transek itulah akan dilakukan pengamatan

mengenai berbagai hal yang ditemukan khususnya mengenai sumberdaya alam dan

manusia serta usahatani yang dijumpai pada transek tersebut (MACON, 2007).

2.3. Profil Usahatani2.3.1.Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara dengan banyak penduduk yang

bermata penaharian sebagai petani. Ciri-ciri sebagian besar usahatani Indonesia

adalah (1) merupakan usaha keluarga skala kecil sehingga volume produksi per

usahatani sangat kecil; (2) usahatani dikelola secara independen sehingga kualitas

produk yang dihasilkan dan waktu panen bervariasi antar petani; (3) usahatani

tersebar dalam kawasan luas (dispersal) sehingga biaya pengumpulan hasil

produksi besar pula dan juga sistem pemasaran hasil tidak efisien; (4) volume

kecil merupakan penghambat eksploitasi skala ekonomi; (5) kualitas yang

beragam membuat ongkos standarisasi tinggi; dan (6) tiadanya kepastian

informasi mengenai kualitas dan waktu panen menciptakan ongkos pencarian dan

risiko kesalahan informasi (Anonymous, 2014).

Kelembagaan petani memiliki titik strategis (entry point) dalam

menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang

ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan

profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat ini potret petani

dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang

3

Page 4: Laporan besar put bismillah

diharapkan. Menurut Dimyati dalam Sesbany (2014), permasalahan yang masih

melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah:

1. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah

manajemen produksi maupun jaringan pemasaran.

2. Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas

petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm).

3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum

berjalan secara optimal.

2.3.2.Tinjauan tentang Komoditas Pertanian

Tanaman padi merupakan komoditas pertanian yang terpenting dalam

kehidupan penduduk Indonesia. Selain itu, sektor pertanian khususnya komoditas

padimemegang peranan penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, yang mana

juga diharapkan dapat menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia.

Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam

pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Padi merupakan tulang

punggung ekonomi di pedesaan yang diusahakan oleh lebih dari 18 juta petani,

menyumbang hampir 70% terhadap Produk Domestik Bruto tanaman pangan,

memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi lebih dari 21 juta rumah

tangga dengan sumbangan pendapatan sekitar 25-35% (Kasryono, F.2000).

Komoditas pertanian padi dapat berjalan dengan baik di Indonesia

karena didukung dengan kondisi biofisik dan iklim yang sesuai dengan syarat

tumbuh tannaman padi. Jenis jenis pertanaman padi di Indonesia menurut (BPPP.

2008) Pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan faktor

pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi membutuhkan

curah hujan yang optimum >1.600 mm/tahun. Padi gogo memerlukan bulan

basah yang berurutan minimal 4 bulan. Bulan basah adalah bulan yang

mempunyai curah hujan >200 mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu

ada turun hujan sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan.

Suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24-29oC.

Untuk padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah, sedangkan pada

areal yang lebih terjal dapat ditanami di antara tanaman keras. Tanaman padi

dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (pH) optimum berkisar

4

Page 5: Laporan besar put bismillah

antara 5,5-7,5. Permeabilitas pada sub horizon kurang dari 0,5 cm/jam. Kriteria

kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman padi sawah dan padi gogo dapat dilihat

pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Selain agroekosistem, cara pengelolaan

tanaman juga mempengaruhi keberlanjutan agribisnis padi. Dengan menerapkan

pengelolaan tanaman terpadu (PTT) keberlanjutan agribisnis padi dapat

diwujudkan. Saat ini hampir seluruh teknologi budidaya tanaman menggunakan

konsep PTT, termasuk budidaya padi sawah dan padi gogo. Di Indonesia

komoditas padi yang paling sering dijumpai dan dibudidayakan oleh petani

adalah padi pada lahan sawah karena padi pada lahan sawah memiliki hasil yang

lebih besar dan juga ditunjang dengan kelimpahan lahan sawah di Indonesia.

Sampai saat ini sekitar 90% produksi padi nasional dipasok dari lahan sawah

irigasi yang sebagian telah terkonversi untuk berbagai keperluan di luar pertanian.

Sementara lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan pasang surut yang

tersebar luas di berbagai daerahbelum banyak berkontribusi dalam peningkatan

produksi padi. Ke depan, selain di lahan sawah irigasi, upaya peningkatan

produksi padi perlu pula diarahkan ke lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan

lahan pasang surut (Puslitbang Tanaman Pangan. 2005).

Menurut BPPP 2008,teknologi budidaya padi pada lahan sawah (terkait

komoditas pada objek praktikum) yang baik dan benar meliputi beberapa hal

yang harus diperhatikan sebagai berikut:

1. Benih Bermutu

Benih bermutu adalah benih dengan daya tumbuh (vigor) tinggi dan

bersertifikat. Pemilihan benih bermutu dilakukan dengan cara merendam

benih dalam larutan garam dengan menggunakan indikator telur. Telur

diletakkan didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai terangkat

kepermukaan, kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam air

garam, selanjutnya benih yang mengambang dibuang. Atau Dapat juga

dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr garam dapur dalam 1 lt

air) atau larutan pupuk ZA (1 kg pupuk ZA dalam 2,7 lt air), masukkan

benih ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (Volume larutan 2 kalivolume

benih), kemudian diaduk-aduk dan benih yang mengambang dibuang.

2. Persemaian

Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan

sebanyak ± 20 kg. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih

5

Page 6: Laporan besar put bismillah

dan kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya diperam

dalam karung selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara

membasahi karung dengan air. Untuk benih hibrida langsung direndam

dalam air dan selanjutnya diperam. Luas persemaian sebaiknya 400 m2/ha

(4% dari luas tanam). Lebar bedengan pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi

campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2.

Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan

akar bisa dikurangi. Antar bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm.

3. Persiapan Lahan

Tanam bibit muda (<21 HSS, hari setelah sebar), sebanyak 1-3

bibit/rumpun. Bibit lebih muda (14 HSS) dengan 1 bibit/rumpun akan

menghasilkan anakan lebih banyak, hanya pada daerah endemis keong mas

gunakan benih 18 HSS dengan 3 bibit/rumpun. Penyulaman dilakukan

sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam). Pada saat bibit

ditanam, tanah dalam kondisi jenuh air. Penanaman disarankan dengan

sistem jejer legowo 2 : 1 atau 4 : 1 (40x(20x10) cm atau (50x(25x12,5) cm,

karena populasi lebih banyak dan produksinya lebih tinggi dibanding

dengan sistem jejer tegel (Tabel 2). Cara tanam berselang seling 2 baris

tanam dan 1 baris kosong (legowo 2 : 1) atau 4 baris tanam dan satu baris

kosong (legowo 4 : 1), seperti terlihat pada Gambar 3. Keuntungan cara

tanam jejer legowo antara lain : Rumpun tanaman yang berada pada bagian

pinggir lebih banyak., Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran

pengumpulan keong mas atau untuk mina padi., Pengendalian hama,

penyakit dan gulma lebih mudah, Pada tahap awal areal pertanaman lebih

terang sehingga kurang disenangi tikus, penggunaan pupuk lebih berdaya

guna.

4. Pengairan

Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah

diari dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada

penambahan air. Pada hari ke-4 lahan sawah diari kembali dengan tinggi

genangan 3 cm. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal.

Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah

digenangi terus. Sejak 10-15 hari sebelum panen sampai saat panen tanah

dikeringkan. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran

6

Page 7: Laporan besar put bismillah

pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim

tanam kurang mencukupi, pengairan bergilir dapat dilakukan dengan selang

5 hari. Pada sawah-sawah yang sulit dikeringkan (drainase jelek), pengairan

berselang tidak perlu dipraktekan.

5. Pemupukan

Pemupukan berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam

bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman

berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam

tanah. Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi membutuhkan

hara N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg dan K sebanyak 17 kg. Dengan

demikian jika kita ingin memperoleh hasil gabah tinggi, sudah barang tentu

diperlukan pupuk yang lebih banyak. Namun demikian tingkat hasil yang

ditetapkan juga memperhatikan daya dukung lingkungan setempat dengan

melihat produktivitas padi pada tahun-tahun sebelumnya. Agar efektif dan

efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan

ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui

dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan

Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaan BWD digunakan untuk

mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih

tepat sesuai dengan kondisi tanaman.

Cara pemberian pupuk N dilakukan dengan cara disebar merata di

permukaan tanah. Pupuk Urea merupakan pupuk yang mudah larut dalam

air, sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan

pengeluaran air ditutup. Berdasarkan hasil penelitian, efisiensi pupuk N

dapat ditingkatkan dengan memasukan hara N ke dalam lapisan reduksi.

Namun teknologi ini tidak mudah diterapkan petani. Pemupukan P dan K

disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman.

Status hara tanah sawah dapat ditentukan langsung di lapangan dengan alat

PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah). Prinsip kerja PUTS adalah mengukur

hara P dan K tanah yang terdapat dalam bentuk tersedia, secara semi

kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan).

6. Pengendalian Gulma Secara Terpadu

Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna,

mengatur air dipetakan sawah, menggunakan benih padi bersertifikat, hanya

7

Page 8: Laporan besar put bismillah

menggunakan kompos sisa tanaman dan kompos pupuk kandang, dan

menggunakan herbisida apabila infestasi gulma sudah tinggi. Pengendalian

gulma secara manual dengan menggunakan kosrok (landak) sangat

dianjurkan, karena cara ini sinergis dengan pengelolaan lainnya.

Pengendalian gulma secara manual hanya efektif dilakukan apabila kondisi

air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu

Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan

pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga

pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami

dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai

cara pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring

populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi

pengendalian dapat lebih tepat. Hama yang sering menyerang tanaman padi

sawah antara lain keong mas, wereng coklat, penggerek batang, tikus dan

walang sangit. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman padi

yaitu penyakit hawar daun bakteri (HBD) dan penyakit blast

2.4. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani

Analisis dalam usahatani yang mencangkup biaya, penerimaaan dan

keuntungan sering juga disebut sebagai arus uang tunai. Arus uang tunai merupakan

suatu proses analisis tentang besarnya biaya dan pendapatan dari suatu usahatani

dengan dasar perhitungan berupa seluruh biaya penerimaan maupun pengeluaran

selama proses produksi dari uahatani berlangsung. Analisis usahatani dilakukan untuk

mengetahui ciri-ciri usahatani yangnbersangkutan. Analisis ini dilihat dari berbagai

aspek data, menurut Soekartawi (1995), ada tiga data yang sering dipakai dalam

melakukan analisis usahatani. Data tersebut meliputi penerimaan, biaya, dan

pendapatan usahatani. Menurut Maulidah, dkk (2010) Cara analisis terhadap tiga

variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow

analysis) dengan perincian sebagai berikut:

1. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani

selama proses produksi. Perhitungan biaya produksi dirumuskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

8

Page 9: Laporan besar put bismillah

Keterangan:

TC = Total Cost (biaya total)

TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total) TVC = Total Variable Cost (biaya

variabel total)

Penghitungan biaya produksi dalam usahatani berdasarkan jenis input yang

digunakan :

Keterangan:

TC = Biaya total yang dikeluarkan untuk membudidayakan komoditas

Xi = Jumlah fisik dari input yang diperlukan dalam usahatani

Px1 = Harga input

2. Penerimaan Usahatani

Perhitungan penerimaan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = P x Q

Keterangan:

TR = Total Revenue (penerimaan total)

P = Price (harga per kg)

Q = Quantity (jumlah produksi)

3. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani juga bisa disebut sebagai keuntungan/laba usahatani,

merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya selama proses

produksi. Rumusnya:

π = TR – TC

Keterangan:

π = pendapatan atau keuntungan usahatani

TR = Total Revenue (penerimaan total)

TC = Total Cost (biaya total)

2.5. Analisis Kelayakan Usahatani

2.5.1. R/C Ratio

R/C rasio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha

dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya  (cost). Analisis

9

Page 10: Laporan besar put bismillah

kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam

menerapkan suatu teknologi.

Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan

perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat

dinyatakan sebagai berikut:

R / C = PQ . Q / (TFC+TVC)

Keterangan:

R = penerimaan

C = biaya

PQ = harga output

Q = output

TFC = biaya tetap (fixed cost)

TVC = biaya variabel (variable cost)

Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu:

R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan

R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP

R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan

2.5.2. BEP(Break Even Point)

Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam

operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau

dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba

dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya

menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya

cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup

menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita

kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila

penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan

(Maulidah, 2012).

Disimpulkan bahwa Analisa break even point memberikan penerapan

yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam

mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan

yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui

keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point

10

Page 11: Laporan besar put bismillah

mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai

berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan

memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

a. Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit

Break even point volume produksi menggambarkan produksi minimal

yang harus dihasilkan dalam usaha agroindustri agar tidak mengalami

kerugian (Juanda dan Cahyono, 2000). Rumus perhitungan BEP unit seperti

berikut:

Keterangan:

BEP = Break Even Point (Titik Impas)

Q = Quantities (Produksi)

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC = Variable Cost (Biaya Variabel)

P = Harga Produk

b. Break Even Point (BEP) Rupiah

Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk

dengan kuantitas produk pada saat BEP (Juanda dan Cahyono, 2000).

Keterangan:

BEP = Break Even Point (Titik Impas)

TR = Total Revenue (Penerimaan)

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC = Variable Cost (Biaya Variabel)

11

Page 12: Laporan besar put bismillah

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Sejarah UsahataniLokasi survei yang kami lakukan berada pada Dsn.Telasih Ds.Kepuharjo

Kec.Karangploso Kab.Malang Jawa Timur. Dalam sejarahnya kegiatan usahatani sudah

menjadi tradisi turun temurun bagi penduduk sekitar dilihat dari banyaknya area yang

difungsikan sebagai sawah dan tegalan. Komoditas yang diusahakan di daerah tersebut

didominasi oleh tanaman padi namun juga ditemukan beberapa jenis tanaman

holtikultura seperti tomat, kubis, brokoli, sawi, andewi, cabai dan lain sebagaiya. Di

desa tersebut terdapat kelompok tani yang bernama Dewi Sri yang kegiatannya masih

aktif sampai sekarang.

Untuk sejarah usahatani petani yang menjadi narasumber kami ialah beliau

merupakan penduduk lokal Desa Kepuharjo yang memilih untuk melakukan urbanisasi

ke Kota Jakarta setelah menikah dan memiliki mata pencaharian sebagai sopir. Pada

tahun 2005 beliau memutuskan untuk kembali ke desa dan mulai menjalankan kegiatan

usaha tani dengan sistem bagi hasil. Lahan yang dijalankan oleh narasumber kami

merupakan milik orang lain yang statusnya sebagai tetangga, dalam hal ini beliau hanya

menjalankan kegiatan on farm yang meliputi penanaman, perawatan, perlindungan

terhadap hama dan penyakit serta panen. Sedangkan penjualan hasil panen dilakukan

oleh pemilik lahan yang nantinya dari penjualan hasil panen tersebut akan dibagi

hasilkan sebagai imbalan. Komoditas yang diusahakan oleh petani narasumber kami

ialah padi varietas Ciherang. Beliau memperoleh keterampilan bertani melalui

pengalaman yang diperolehnya secara otodidak serta melalui penyuluhan yang

dilakukan oleh dinas pertanian.

3.2. Transek Desaa. Gambar lokasi survei (dari Google Earth)

12

Page 13: Laporan besar put bismillah

b. Transek dari rumah petani ke lahan milik petani

Rumah petani Pemukiman Penduduk lahan tomat sawah padi bekas cafe

3.3. Profil Petani dan Usahatani

a. Profil Petani

Nama : Samsul Huda

Alamat : Dsn. Telasih Ds. Kepuharjo RT 03/RW 11

Kec. Karangploso Kab. Malang

Usia : 46 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan utama : Petani

Pekerjaan sampingan : Peternak kambing

Jumlah anggota keluarga : 5 orang

Keterangan anggota keluarga :

No

NamaHubungan

Dengan KKUmur

Pendidikan

Pekerjaan

UtamaSampinga

n1 Samsul

HudaKepala Keluarga 46 Th SMP Petani Peternak

2 Mahmudah Istri 37 Th SMP Ibu Rumah Tangga

-

3 Nurul Kuswanto

Anak 18 Th SMP Buruh Meubel

-

4 Cahya Wahyudi

Anak 13 Th SMP Pelajar-

5 Wawan Kurniawan

Anak 6 Th SD Pelajar-

Penguasaan lahan : Milik orang lain 12.000 m2

Kepemilikan ternak : Kambing 16 ekor

13

Page 14: Laporan besar put bismillah

b. Usaha Tani

Komoditas : Padi

Pola tanam : Monokultur

Kegiatan Bercocok tanam :

NoWaktu Tanam

Jenis Kegiatan Uraian

1 Bulan Juli MenyemaiDilakukan selama

20 hari

2 20 HstMemindahkan bibit padi di sawah , pemupukan dasar dan penyiangan

gulma

Pupuk yang digunakan ialah

Urea dan Phonska

3 40 HstPemupukan Ke 2 dan penyingan

gulma

Pupuk yang digunakan ialah Phonska dan ZA

4 120 Hst PanenPanen dilakukan

oleh 5 orang

Cara pengendalian hama yang dilakukan petani :

Pestisida Kimia : Dhesis, Nordox, Mipcin, Racumi, Round up, Rizotin

Mekanis : Penyiangan gulma

3.4. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani3.4.1. Biaya Usahatani (Satu Musim Tanam = 4 bulan)

a. Biaya Tetap (Total Fixed Cost/TFC)

No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp)/Unit Biaya (Rp)

1. Sewa lahan 12.000 m2 2.000.000

2. Sewa Alat: Traktor 1 2.200.000 2.200.000

3.

Penyusutan alat Cangkul Sabit Tabung

sprayer

342

3.0003.0007.500

9.00012.00015.000

Total Biaya Tetap 4.236.000

14

Page 15: Laporan besar put bismillah

b. Biaya Variabel (Total Variable Cost/TVC)

No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)

1. Benih/bibit: Ciherang 40 kg 4.000 160.000

2. Pupuk: Urea Ponska ZA

200 kg400 kg200 kg

3.0004.0002.000

600.0001.600.000400.000

3. Obat-obatan: Scor Desis Gramason Mipcin Racumi

88844

110.00060.00065.00060.00010.000

880.000480.000520.000240.00040.000

4. Tenaga kerja: Penanaman Pemupukan Penyiangan

gulma Penyemprotan Panen

5 HOK10 HOK4 HOK

6 HOK5 HOK

50.00050.00050.000

50.00050.000

250.000500.000200.000

300.000250.000

5. Air 2.000.000

Total Biaya Variabel 7.860.000

c. Total Biaya (Total Cost/TC)

No.

Biaya Total Biaya (Rp)

1. Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) 4.236.000

2. Total Biaya Variabel (Total Variabel Cost) 7.860.000

Total Biaya (Total Cost) 12.096.000

3.4.2. Penerimaan Usahatani

No.

Produksi Harga/kg Biaya

1. Gabah (7 ton=7000 kg) 4000 28.000.000

Penerimaan Usahatani 28.000.000

15

Page 16: Laporan besar put bismillah

3.4.3. Keuntungan Petani

No.

Uraian Jumlah (Rp)

1. Penerimaan (Total Revenue) 28.000.000

2. Total Biaya (Total Cost) 12.096.000

Keuntungan 15.904.000

16

Page 17: Laporan besar put bismillah

3.5. Analisis Kelayakan Usahatani3.5.1. R/C Ratio

RC

= Pq .Q(TFC+TVC )

RC

= 28.000.00012.096 .000

RC

=2 , 314814815

RC

=2 , 31

Artinya, setiap 1 rupiah yang dikeluarkan oleh petani sebagai biaya

produksi padi, akan menghasilkan 2,31 rupiah. Sehingga usahatani ini layak

untuk dijalankan karena telah memberikan keuntungan bagi petani.

3.5.2. BEP (Break Event Point)

BEPunit= TFCP−TVC /Q

BEPunit= 4.236 .000

4000−7.860.0 00

70 00

BEPunit=1 .472,29

Artinya, usahatani padi yang dijalankan oleh petani akan mencapai titik

impas apabila telah memproduksi 1.472,29 kg gabah.

BEPharga=TCQ

BEPharga=12.096 .00070 00

BEPharga=1 .728

BEPharga=1 .800

Artinya, usahatani padi yang dijalankan oleh petani akan mencapai titik

impas apabila harga yang diberikan sebesar Rp 1.800,- per kg.

17

Page 18: Laporan besar put bismillah

18

Page 19: Laporan besar put bismillah

3.6. Pemasaran Hasil Pertanian

Berdasarkan survei yang telah kami lakukan, Bapak Samsul selaku responden

menjual 100% dari hasil produksi padinya dan tidak mengambil hasil panen tersebut

untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan bibit. Disini disebabkan karena Bapak

Samsul hanya bertindak sebagai buruh tani dan bukan bertindak sebagai pemilik lahan

ataupun pemilik saprodi sehingga hak atas produksi atau hasil panen sepenuhnya

berada di tangan pemilik lahan. Pak Samsul hanya mendapat upah berupa uang dari

pemilik lahan. Walaupun hak untuk menjual hasil panen sepenuhnya adalah milik

pemilik lahan, namun pemilik lahan telah menyerahkan urusan penjualan dan

pemasaran kepada bapak Samsul dan hanya menerima hasil dari penjualan produksi

panen tersebut. Dari keterangan yang di dapat, Bapak Samsul menjual hasil panen

dalam bentuk gabah kering kepada pihak penggilingan padi hal ini dikarenakan untuk

menggiling padi dibutuhkan waktu dan biaya tambahan. Sistem pemasaran hasil

pertanian dari Bapak Samsul tidak melalui lembaga pemasaran khusus, melainkan

menjual secara langsung hasil panen kepada pihak penggilingan padi dengan alasan

seperti yang telah disebutkan di atas.

3.7. Kelembagaan Petani

Kelembagaan terkait usaha tani yang terdapat di daerah kediaman Bapak

Samsul adalah berupa KUD dan Poktan. Keberadaan dua kelembagaan ini masih aktif

hingga saat ini. KUD berperan dalam menyediakan modal bagi petani untuk

menjalankan usahatani. Namun peran dari KUD sendiri kurang dirasakan oleh Bapak

Samsul maupun petani sekitar dikarenakan KUD di daerah tersebut lebih berfokus pada

usaha peternakan dan produksi susu segar. Sedangkan untuk usahatani sendiri lebih

terfasilitasi oleh lembaga poktan setempat dimana dalam lembaga ini petani mendapat

berbagai penyuluhan mulai dari masalah hama, serta pengetahuan tentang praktik

budidaya sejak pembibitan hingga masa panen sehingga para petani bisa mendapat ilmu

dan bertukar pengetahuan dengan petani lainnya.

3.8. Kendala Usahatani

Kendala yang dialami Bapak Samsul maupun petani sekitar selaku pelaku

usaha tani berfokus pada permasalahan hama dan penyakit. Peningkatan populasi tikus

di areal persawahan terjadi akibat perburuan ular yang pada hakikatnya berperan

sebagai predator tikus. Serangan tikus yang cukup tinggi dirasa menjadi salah satu

19

Page 20: Laporan besar put bismillah

kendala utama dalam usahatani mereka. Hal ini dikarenakan serangan tikus dapat

menyebabkan kerusakan pada tanaman padi sehingga kualitas maupun kuantitas

produksi padi menurun. Selain hama tikus, penyakit juga menjadi masalah utama dalam

usahatani Bapak Samsul. Serangan penyakit dapat menyebabkan bulir padi menjadi

kosong (tidak terisi) sehingga produksi padi menjadi rendah.

Untuk mengatasi kedua masalah di atas Bapak Samsul biasanya menggunakan

berbagai pestisida kimia sintetik yang memiliki harga tinggi. Pengendalian hama

dengan berbagai jenis pestisida tersebut dilakukan oleh Bapak Samsul secara berkala

atau terjadwal artinya berbagai pestisida yang memiliki harga tinggi tersebut

dibutuhkan oleh Bapak Samsul di setiap musim tanam. Hal ini dapat dapat

meningkatkan biaya produksi dari usaha tani yang dijalankan Bapak Samsul tersebut.

Namun selain itu penggunaan pestisida kimia sintetik secara berkala seperti yang

dilakukan bapak samsul dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan akan berindikasi

kepada terjadinya degradasi lahan. Terjadinya degradasi lahan akan menurunkan daya

dukung lingkungan yang akan berdampak buruk pula pada menurunnya produktivitas

hasil pertanian. Hal ini belum disadari oleh Bapak Samsul maupun petani sekitar

sehingga perlu dilakukan penyuluhan ataupn upaya percontohan bagi petani atau pelaku

usaha tani di sekitar kediaman Bapak Samsul.

20

Page 21: Laporan besar put bismillah

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Petani di Dsn.Telasih mayoritas berusahatani komoditas padi dengan sistem

pertanaman monokultur sepanjang tahun tanpa pernah mengganti dengan komoditas

lain. Hasil produksi padi dijual keseluruhan kepada tengkulak dalam bentuk gabah.

Menurut analisis menggunakan perhitungan R/C Ratio diketahui bahwa usahatani yang

dijalankan petani ini layak untuk dilanjutkan karena telah menghasilkan keuntungan.

Kendala yang dihadapi oleh petani dalam berusahatani padi adalah serangan

hama dan penyakit terutama hama tikus. Serangan hama ini kemungkinan terjadi

karena sistem pertanaman yang monokultur sepanjang tahun. Selama ini, untuk

mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman, petani masih menggunakan

pestisida kimia sintetik karena dianggap lebih efektif dan belum pernah menerapkan

konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu

4.2. Saran

Sebaiknya petani mengganti varietas yang ditanam dengan jenis varietas yang

lebih tahan terhadap serangan hama atau dengan mengubah sistem budidaya yang

diterapkan dari monokultur menjadi polikultur baik secara tumpangsari maupun rotasi

tanaman. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit yang

menyerang tanaman padi terutama hama tikus yang menjadi hama penting di

pertanaman padi. Selain itu, sistem polikultur juga dapat menurunkan biaya produksi

karena penggunaan pestisida kimia sintetik dapat diminimalisir.

21

Page 22: Laporan besar put bismillah

V. LAMPIRAN

5.1. Transek Desa dan Peta Desaa. Transek Desa (Dari rumah narasumber ke lokasi lahan pertanian)

Rumah petani Pemukiman Penduduk lahan tomat sawah padi bekas cafe

b. Peta Desa

Peta Dusun Telasih, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Malang

5.2. Lampiran Foto Hasil Survei Lapang

Lahan pertanian yang dikelola oleh Bapak Samsul

Anggota kelompok bersama narasumber

22

Page 23: Laporan besar put bismillah

Padi yang rusak akibat serangan hama

5.3. Kalender Musim Tanam

No.Jenis

Kegiatan

Bulan (2014)Juli Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.Pengolahan Lahan

2.Penyemaian bibit

3. Penanaman

4.Pemupukan dasar

5. Penyiangan

6. Perawatan

7.Pemupukan kedua

8. Penyiangan

9. Perawatan

10. Panen

23

Page 24: Laporan besar put bismillah

5.4. Kuisioner Survei Lapang

24

Page 25: Laporan besar put bismillah

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2014. Pembangunan Pertanian Dan Perekonomian Pedesaan Melalui Kemitraan Usaha Berwawasan Agribisnis. 16 hlm.

Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Bogor: Puslitbang Tanaman Pangan

Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008. Teknologi Budidaya Padi. ISBN: 978-979-1415-22-4

Kasryno, F. 2000. Sumber Daya Manusia dan Pengelolaan Lahan Pertanian di Indonesia. FAE Vol. 18 No. 1 dan 2, Desember 2000 Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Hal. 25-51

MACON. 2007. Rencana Pengembangan Desa Kuala Tripa. Spatial Planning and Environment Management – Village Planning. Banda Aceh

Mauidah, S. 2012. Kelayakan Usahatani. Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya. Malang

Rangkuti (2005) dalam Maulidah,S (2012). Kelayakan Usahatani. Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya. Malang

Sesbany. 2014. Penguatan Kelembagaan Petani Untuk Meningkatkan Posisi Tawar Petani. Medan: STTP.

Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press)

Silvana Maulidah1, Destyana Ellingga Pratiwi. 2010. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Anggur Prabu Bestari (Financial Feasibility Analysis Of Prabu Bestari Grapes Farming) . AGRISE Volume X No. 3 Bulan Agustus 2010 ISSN: 1412-1425

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press

25