LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

22
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TUMBUHAN DASAR PERCOBAAN ATRAKTAN Disusun oleh Kelompok 5 Winda Asih Mitrasari A34130019 Okti Indah Purwanti A34130034 Dessy Ratnasari A34130053 Trendy Hartanto A34130066 Rafika Ridwan Wulandari A34130076 Asisten Maharani Mustika P A34120066 Nur Annisa Shalehah A34120104 Dosen Pengajar Dr Ir Nina Maryana M Si

Transcript of LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

Page 1: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

LAPORAN PRAKTIKUMILMU HAMA TUMBUHAN DASAR

PERCOBAAN ATRAKTAN

Disusun olehKelompok 5

Winda Asih Mitrasari A34130019Okti Indah Purwanti A34130034Dessy Ratnasari A34130053Trendy Hartanto A34130066Rafika Ridwan Wulandari A34130076

Asisten

Maharani Mustika P A34120066Nur Annisa Shalehah A34120104

Dosen PengajarDr Ir Nina Maryana M Si

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMANFAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2015

Page 2: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lalat buah (Bactrocera sp.) merupakan salah satu kelompok hama yang paling banyak menimbulkan kerugian terhadap produksi buah-buahan, selain tanaman buah, lalat buah juga dapat menyerang jenis tanaman lain. Menurut Tan (1996), lebih kurang 75% dari tanaman buah dapat diserang oleh hama ini, lalat buah dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies tanaman buah dan sayur-sayuran baik di daerah tropis maupun subtropis. Melimpahnya populasi beberapa spesies lalat buah perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomis pada beberapa tanaman buah dan sayuran. Melihat begitu menhghawatirkannya serangan lalat buah, maka diperlukan adanya usaha pengendalian. Pengendalian yang dilakukan perlu memerhatikan kesetimbangan lingkungan dan sebisa mungkin menghindari penggunaan pestisida dalam usaha pengendalian tersebut (Putra 1997).

Serangga memiliki cara yang unik untuk berkomunikasi dengan serangga yang lain, serangga saling memberikan informasi, dan mengetahui pasangannya melalui bau atau senyawa kimia. Zat komunikasi antar serangga ini disebut feromon. Feromon dihasilkan oleh serangga betina untuk menarik seragga jantan untuk datang dan melakukan kopulasi. Feromon seks ini dapat berperan sebagai atraktan atau senyawa pemikat bagi serangga jantan, dengan sifat serangga yang seperti ini maka dapat dikembangkan perangkap aroma dengan menggunakn atraktan yang memiliki aroma yang sama dengan feromon seks yang dihasilakan oleh serangga (Kusnaedi 1999).

Metil eugenol merupakan feromon sintetis (buatan) atau hormon penarik (attractan) lalat buah jantan yang dipunyai lalat betina untuk mengadakan perkawinan. Metil Eugenol sering digunakan untuk mengendalikan lalat buah  Bactrocera sp. Zat ini bersifat volatile atau menguap dan melepaskan aroma wangi dengan radius mencapai 20-100 m, tetapi jika dibantu oleh angin jangkauan bisa mencapai 3 km. Metil eugenol dapat dibuat secara langsung dari beberapa tanaman seperti tanaman cengkeh, kayu putih, daun wangi, dan selasih (Kardinan 2003).

Penggunaan atraktan merupakan cara pengendalian hama lalat buah yang ramah lingkungan, karena baik komoditas yang dilindungi maupun lingkungannya tidak terkontaminasi oleh atraktan. Atraktan ini tidak membunuh serangga bukan sasaran (serangga berguna seperti lebah madu, serangga penyerbuk atau musuh alami hama), karena bersifat spesifik, yaitu hanya memerangkap hama lalat buah, sehingga tidak ada risiko atau dampak negatif dari penggunaannya (Kuswadi et al. 1999).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan Metil Eugenol sebagai zat atraktan dalam menarik lalat buah (Bractocera sp.).

Page 3: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metil eugenol beberapa ml, insektisida, jarum suntik, kapas, kertas label, alat perangkap yang terbuat dari wadah plastik berlubang, kawat penggantung, dan areal pertanaman buah di taman koleksi IPB.

Metode

Wadah plastik yang sudah berlubang diberi kawat untuk menempelkan kapas dan kawat penggantung. Kapas ditetesi metil eugenol dengan menggunakan jarum suntik sebanyak 0,125-0,25 ml dan insektisida sebanyak 2 ml. Gunakan sarung tangan saat metil eugenol dan insektisida diteteskan. Alat perangkap dibawa ke pertanaman dan digantung di pohon. Pengamatan dilakukan selama satu minggu. Setiap dua hari sekali lalat buah dalam alat perangkap diambil. Lalat buah yang terperangkap diambil, dimasukan ke dalam wadah plastik kecil dan diidentifikasi sampai tingkat spesies.

Page 4: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Tabel 1 Jumlah Bachtocera yang didapat kelompok 1Spesies Hari

1Hari 2

Hari 3

Hari 4

Hari 5

Karakteristik morfologi

Bactrocera carambolae

8 7 7 6 9 Muka dengan sepasang spot hitam berukuran sedang berbentuk oval.Sayap dengan costal band tipis berwarna hitam kemerahan sedikit melewati R2+3 dan sedikit melebar di bagian apeks dari R2+3 yang juga melewati apeks dari R4+5.Abdomen III-IV berwarna coklat-oranye dengan pola “T” yang jelas dengan garis hitam tipis melintang pada margin dari tergum III dan melebar menutupi sisi bagian samping, garis medial longitudinal hitam berukuran sedang melewati ketiga tergum, anterolateral corners pada tergum IV berwarna hitam merah hingga hitam dan berbentuk persegi empat, anterolateral corners pada tergum V berwarna coklat-merah, sepasang spot (ceromae) oval berwarna coklat-oranye mengkilap pada tergum V.Toraks : Posrpronotal lobes dan notopleuro berwarna kuning, skutum hitam pucat dengan bagian belakang pita kuning sisi lateral berwarna coklat sekitar mesotonotal suture dan arah dalam postpronotal lobes, terdapat dua pita kuning yang lebar berbentuk parallel dai kedua didi lateral yang berakhir tepat atau di belakang ia.seta, skutelum berwarna kuning.Tungkai terdapat spot hitam berbentuk bulat panjang pada bagian preapical dari permukaan femur depan, semua tibia berwarna hitam-coklat kecuali tibia tengah lebih pucat di bagian apical.

Bactrocera umbrosa

3 4 5 2 5 Muka dengan sepasang spot hitam berukuran sedang dengan bentuk bulat.Pola pada sayap dengan warna kemerahan yang sangat spesifik dan dengan costal band tepat pada R4+5 dan melewati vena pada aspek, garis coklat melintang di tengah sayap dan melewati kedua vena melintang, garis coklat tipis melintang pada bagian aspeks.Abdomen tergum III-IV bervariasi dari coklat-oranye dengan garis medial longitudinal berwarna hitam melewati tergum IV dan V, ada sepasang spot ceromae

Page 5: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

mengkilap pada tergum ke VTokars : skutum berwarna hitam kecuali bagian samping ke sisi lateral, postpronotal lobes dan notopleuro berwarna kuning, ada pita kuning yang lebar hampir parallel disisi lateral dan berhenti di belakang intra alar seta, skutelum berwarna kuning.Tungkai dengan semua ruas berwarna coklat kekuningan

Bactrocera papaya

0 0 1 0 2 Muka berwarna kuning-coklat dengan sepasang spot hitam berbentuk oval.Sayap dengan costal band tipis berwarna hitam coklat tepat pada R2+3 atau hanya melewati cabang ini menjadi lebih memudar dan sisanya disekitar apeks menyempit dan sedikit lebih melebar atau berbentuk pancing ikan kecil di sekitar apeks R4+5.Abdomen tergum III-IV berwarna coklat oranye dengan pola “T” yang jelas dengan garis hitam tipis melintang pada anterior margin dari tergum III yang sedikit melebar di sisi lateral, medial longitudinal berwarna hitam berukuran sedang melewati ketiga tergum, anterolateral corners berwarna hitam pada tergum IV dan V, ada sepasang spot (ceromae) coklat oranye mengkilap pada tergum V.Toraks : postpronotal lobes dan notopleuro berwarna kuning, skutum hitam, sesudah pita kuning di sisi lateral gelap, di sekitar mesonotal suture dan postpronotal lobes juga berwarna coklat, pita kuning di sisi lateral lebar berbentuk parallel berakhir tepat atau dibelakang intra alar seta, skutelum berwarna kuning.Tungkai : Femur umunya berwarna kuning coklat, tibia depan dan belakang berwarna hitam kecoklatan, bagian pangkal tibia tengah berwarna hitam-coklat dan bagian apical berwarna kuning coklat.

Bactrocera philipinensis

1 0 0 0 1 Strip kuning pada bagian toraks sangat jelas. Abdomen berwarna coklat dengan hitam.

Page 6: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

Tabel 2 Jumlah Bachtocera yang didapat kelompok 2

Spesies Hari 1 Hari 2 Hari 3 Karakteristik morfologi1. Bactrocera papayae

12 9 5 warna wajah kuning pucat dengan sepasang spot oval hitam berukuran besar

2. Bactrocera carambolae

8 4 7 Pita hitam pada garis costa dan garis anal, Sayap bagian apeks berbentuk seperti pancing. Abdomen dengan pola T yang jelas dan terdapat pola hitam berbentuk segiempat pada tergum IV. Skutum kebanyakan berwarna hitam suram dengan pita /band berwarna kuning di sisi lateral.

Tabel 3 Jumlah Bachtocera yang didapat kelompok 3

Spesies Hari1 Hari2

Hari3 Hari4 Hari5

Karakteristik morfologi

Bachtocera dorsalis

- 3 - 11 9 Toraks berwarna hitam dengan garis kuning di tepi thoraks, pada bagian abdomen berwana coklat kekuningan, dan sayap yang transparan.

Bachtocera carambolae

- 7 - 23 5 Sayap bagian ujung berbentuk seperti pancing. Pada kepala terdapat spot hitam berbentuk oval. Pita kuning pada toraks terletak di sisi lateral lebar dan paralel. Abdomen dengan pola “T”. Pada bagian tungkai, berwarna hitam .

Bachtocera umbrosa

- 1 - 2 - bagian toraks terdapat pita kuning pada kedua sisi lateral. Pada sayap terdapat tiga seperti pita melintang. bagian kepala terdapat spot hitam berbentuk bulat lonjong kecil. Abdomen berwarna coklat kemerahan dengan warna hitam di sisi lateral. Tungkai berwarna kuning coklat.

Page 7: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

Tabel 4 Jumlah Bachtocera yang didapat kelompok 4

Spesies Bachtocera

Hari 2

Hari 4 Hari 6 Karakteristik morfologi

Bactrocera carambolae

20 15 14 Pita hitam pada garis costa dan garis anal, Sayap bagian apeks berbentuk seperti pancing. Abdomen dengan pola T yang jelas dan terdapat pola hitam berbentuk segiempat pada tergum IV. Skutum kebanyakan berwarna hitam suram dengan pita /band berwarna kuning di sisi lateral.

Bactrocera umbrosa

15 13 10 Terdapat pada bagian spot kepala, pita pada thorak,pola pada sayap, pola berbentuk T pada abdomen. Imago jantan dan betina mudah dibedakan dari morfologi ujung abdomennya. Imago betina mempunyai ciri khas pada ujung abdomen berbentuk runcing berfungsi sebagai peletak telur (ovipositor), sedangkan pada jantan berbentuk tumpul.

Tabel 5 Jumlah Bachtocera yang didapat kelompok 5

Spesies

Bachtocera

Hari

1

Hari

2

Hari

3

Hari

4

Hari

5

Karakteristik morfologi

1. Bactrocera carambolae

3 2 3 3 4 wajah berwarna kuning pucat serta terdapat sepasang spot oval hitam berukuran medium

2. Bactrocera papaya

2 4 3 2 4 warna wajah kuning pucat dengan sepasang spot oval hitam berukuran besar

3. Bactrocera limbifera

2 3 2 1 2 memiliki ukuran besar, Ujung femur pada tungkai hingga tibia memiliki warna gelap hingga hitam

4. Bactrocera mollucensis

3 2 1 2 1 berukuran besar, Sterna abdomen berwarna gelap

5. Bactrocera usitata

2 2 2 1 1 berukuran medium, Femur pada tungkai berwarna kuning pucat,

Page 8: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

dan tibia berwarna lebih gelap

6. Bactrocera vulta

2 1 2 3 2 berukuran medium, Abdomen berwarna gelap disertai dnegan pola “T” yang terdapat pada terga III hingga V

Tabel 6 Jumlah Bachtocera yang didapat kelompok 6

Spesies Hari 1

Hari 2

Hari 3

Hari 4

Hari 5

Karakteristik morfologi

1. Bactrocera dorsalis

12 2 4 2 8 Abdomen oval atau elongate, Warna scutum hitam, semua femora dengan tanda hitam, Costal band confluent dengan R2+3 tidak berkembang menjadi saluran yang berbeda pada ujung sayap,

2. Bactrocera latifrons

1. 3. Bactrocera nigrofemoralis

2. Bactrocera correcta

0

6

3

1

4

2

1

6

7

0

7

0

3

2

6

Abdomen oval atau elongate, Warna scutum hitam, semua femora dengan tanda hitam, Costal band confluent dengan R2+3 berkembang menjadi saluran yang berbeda pada ujung sayap.

Abdomen oval atau elongate, Warna scutum hitam, semua femora berwana merah kekuning-kuningan

Abdomen oval atau elongate, Warna scutum hitam,Sayap depan dengan band-kosta tapi entah terputus atau dengan bagian yang sangat sempit distalapex R2 + 3 sebelum ekspansi ke tempat di sayappuncak

Page 9: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

Pembahasan

Aktivitas lalat buah dalam menemukan tanaman inang ditentukan oleh warna, bentuk dan aroma dari buah. Lalat buah jantan mengenal pasangannya selain melalui feromon, juga melalui kilatan warna tubuh dan pita atau bercak pada sayap. Lalat buah pada umumnya jarang ditemukan pada pagi hari, tetapi dapat ditemukan pada siang hari sampai sore hari terutama menjelang senja. Untuk Bactrocera spp., kopulasi biasanya terjadi pada senja hari. Lalat buah banyak beterbangan di antara pohon buah-buahan bila buah sudah hampir matang atau masak (Warji 2008).

Pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan menggunakan senyawa perangkap/atraktan yang dikombinasikan dengan insektisida. Senyawa yang umum digunakan adalah metil eugenol, caranya dengan meneteskan pada segumpal kapas sampai basah namun tidak menetes, ditambah dengan insektisida dan dipasang pada perangkap yang sederhana, modifikasi dari model perangkap Stiener. Atraktan merupakan senyawa yang dapat menarik serangga untuk datang (Kardinan 2005). Penggunaan atraktan juga dianggap efektif dan ramah lingkungan, karena atraktan tidak meninggalkan residu pada buah (Kardinan 2003). Selain itu, menggunakan perangkap atraktan lebih hemat, bahannya mudah didapatkan, dan praktis dari segi ekonominya.

Atraktan yang sering digunakan oleh petani dalam mengendalikan serangan lalat buah adalah metil eugenol. Metil eugenol dapat menarik lalat buah jantan dari genus Bactrocera spp. dalam jumlah banyak (Sunarjono H 1987). Selain metil eugenol ada juga atraktan lain, yaitu protein hidrolisat yang berasal dari protein yang terhidrolisis. Protein hidrolisat merupakan makanan yang dibutuhkan oleh lalat buah betina untuk menghasilkan telur (Rahardjo et al. 2008), sehingga mampu menarik lalat buah betina untuk datang. Pengendalian lalat buah dapat dilakukan secara fisik, biologis, maupun kimiawi. Pengendalian lalat buah yang biasa dilakukan di Indonesia yaitu, berupa pembungkusan, sanitasi kebun, penggunaan perangkap dengan atraktan, dan eradikasi (Soeroto et al. 1995).

Persebaran spesies lalat buah di Kabupaten Bogor dan sekitarnya umumnya mengikuti pola persebaran inangnya serta dipengaruhi oleh jenis vegetasi tertentu, sehingga terbentuk spesialisasi habitat bagi spesies-spesies tertentu. Nishida (1980), faktor utama yang mempengaruhi keberadaan dan Persebaran spesies lalat buah adalah sumber makanan yang dapat berasal dari tanaman inang maupun tanaman non inang. Beberapa spesies lalat buah yang selalu ditemukan pada wilayah tertentu diketahui berperan sebagai spesies lalat buah hutan seperti B. limbifera, B. usitata, B. vulta dan B. mollucensis. Selain spesies lalat buah yang memiliki wilayah sebaran terbatas, terdapat beberapa spesies yang memiliki wilayah sebaran yang luas yaitu B. carambolae dan B. papayae. Luasnya wilayah sebaran dari kedua spesies ini diduga dapat dipengaruhi oleh kemampuan penyebaran yang baik serta kemampuan beradaptasi pada berbagai habitat yang berbeda (White dan Harris 1992).

Hasil yang diperoleh bahwa ditemukan Bactrocera carambolae, Bactrocera papayae, Bactrocera limbifera, Bactrocera moluccensis, Bactrocera

Page 10: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

usitata dan Bactrocera vulta. Spesies Bactrocera carambolae dan Bactrocera papaya merupakan spesies lalat buah yang paling banyak terperangkap dibandingkan dengan spesies lalat buah lainya. Berdasarkan hasil pengamatan pada hari pertama terdapat 14 ekor lalat terperangkap, hari kedua sebanyak 14 ekor lalat terperangkap, hari ketiga sebanyak 13 ekor lalat terperangkap, hari keempat sebanyak 12 ekor lalat terperangkap, dan pada hari kelima sebanyak 14 ekor lalat terperangkap. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa semakin lama hari pengamatan, jumlah lalat buah yang terperangkap semakin sedikit. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya berkurangnya aroma dari methyl eugenol akibat terjadinya penguapan dan pengaruh angin, faktor cuaca (hujan), lokasi penyimpanan perangkap.

Bactrocera carambolae memiliki wajah berwarna kuning pucat serta terdapat sepasang spot oval hitam berukuran medium (Gambar 1). Skutum didominasi oleh warna hitam disertai dengan warna cokelat yang terdapat pada bagian belakang lateral postsutural vittae, sekitar mesonotal suture dan di dalam postpronotal lobes. Terdapat lateral postsutural vittae dengan tipe paralel hingga sub paralel berukuran medium hingga lebar. Skutum pada didominasi oleh warna hitam dan warna cokelat pada bagian belakang lateral postsutural vittae. Costal band pada sayap overlapping terhadap R2+3. Terdapat pola “T” pada abdomen dengan medial longitudinal dark band melebar. Sudut anterolateral pada terga ke IV berbentuk persegi. Terdapat sepasang ceromae dengan warna cerah (Larasati Anik 2012).

Bactrocera papayae memiliki warna wajah kuning pucat dengan sepasang spot oval hitam berukuran besar (Gambar 2). Terdapat lateral postsutural vittae pada toraks dengan tipe paralel atau sub paralel yang berukuran medium hingga lebar. Lateral postsutural vittae berakhir pada atau melewati seta intra alar. Skutum didominasi oleh warna hitam dengan warna cokelat tua pada bagian belakang lateral postsutural vittae. Costal band pada sayap dapat terletak sejajar atau melewati R2+3, sel bc dan c kurang berwarna. Terdapat pola “T” pada abdomen, dengan medial longitudinal dark band yang menyempit dan sudut anterolateral pada terga IV yang berbentuk segitiga (Larasati 2012).

Bactrocera limbifera merupakan spesies lalat buah yang memiliki ukuran besar (Gambar 3). Wajah berwarna kuning pucat disertai dengan adanya sepasang spot oval hitam yang berukuran medium. Warna skutum didominasi oleh warna hitam. Postpronotal lobes berwarna kuning. Terdapat lateral postsutural vittae yang bertipe paralel atau subparalel yang memanjang mencapai seta intra alar. Costal band pada sayap berwarna hitam tebal dan lebar hingga sejajar dengan R4+5. Abdomen berwarna cokelat-oranye disertai dengan adanya pola “T”. Medial longitudinal dark band dan transversal dark band yang terdapat pada abdomen berukuran lebar. Ujung femur pada tungkai hingga tibia memiliki warna gelap hingga hitam (Larasati 2012).

Bactrocera moluccensis merupakan spesies berukuran besar (Gambar 4). Wajah berwarna kuning pucat disertai dengan adanya sepasang spot oval berukuran medium. Skutum berwarna merah-cokelat dengan spot berwarna kuning pucat diantara postpronotal lobe dan notopleura. Terdapat garis sempit berwarna kuning pucat yang melintang secara lateral dan medial. Lateral postsutural vittae lebar yang bertipe paralel atau subparalel yang memanjang hingga seta intra alar. Skutelum berwarna kuning. Tungkai berwarna berwarna

Page 11: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

kuning pucat. Costal band pada sayap melewati R2+3. Abdomen berwarna kuning pucat disertai dengan adanya pola “T” yang terdapat pada terga III hingga V. Terdapat sepasang ceromae yang berwarna kuning pucat pada terga V. Sterna abdomen berwarna gelap (Larasati Anik 2012).

Bactrocera usitata memiliki wajah berwarna kuning pucat disertai dengan adanya sepasang spot bulat hitam dengan ukuran besar (Gambar 5). Skutum berwarna hitam, sedangkan skutelum berwarna kuning. Lateral postsutural vittae bertipe meruncing dan berakhir sebelum seta intra alar. Femur pada tungkai berwarna kuning pucat, dan tibia berwarna lebih gelap. Costal band pada sayap melewati R2+3 hampir mendekati R4+5. Abdomen didominasi oleh warna cokelat-oranye, terdapat medial longitudinal dark band yang lebar. Lateral margin pada abdomen cukup lebar (Larasati 2012).

Bactrocera vulta berukuran medium (Gambar 6). Wajah berwarna kuning pucat disertai dengan adanya spot oval hitam berukuran besar. Skutum berwarna hitam, sedangkan skutelum dan postpronotal lobes berwarna kuning. Lateral postsutural vittae bertipe paralel dan subparalel. Terdapat medial postsutural vittae pada toraks. Costal band pada sayap sejajar dengan R4+5. Cubital streak berwarna gelap dan lebar. Abdomen berwarna gelap disertai dnegan pola “T” yang terdapat pada terga III hingga V. Medial longitudinal dark band lebar yang terdapat pada terga III hingga V. Terdapat sepasang ceromae dengan warna cerah pada terga V. Sterna abdomen berwarna gelap (Larasati 2012).

SIMPULAN

Metil eugenol efektif dalam menarik lalat buah jantan. Metil eugenol merupakan feromon sintetis (buatan) atau hormon penarik (attractan) yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah. Spesies Bractocera yang paling banyak terperangkap yaitu Bactrocera carambolae dan Bactrocera papayae.

Page 12: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

DAFTAR PUSTAKA

Kardinan A. 2003. Tanaman Pengendali Lalat Buah. Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka.

_________. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka.

Kusnaedi. 1999. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Jakarta (ID): Tanindo Press

Kuswadi ANT, Himawan, Darmawi M, Indarwatmi, Nasution IA. 1999. “Pemantauan dan Pengendalian Populasi Lalat Buah Bactrocera

Page 13: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

carambolae (Drew & Hancocl) dengan Metil Eugenol dalam Rangka Penerapan Teknik Serangga Mandul,” Prosiding Seminar Nasional PEI. Bogor. 293 – 300 pp.

Larasati A. 2012. Persebaran, keanekaragaman dan kunci identifikasi lalat buah (Diptera: Tephritidae) di Kabupaten Bogor dan sekitarnya. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nishida T. 1980. Food System of Tephritid Fruit Flies in Hawaii. Hawaii (AS): University of Hawaii.

Putra NS. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya.Yogyakarta (ID): Kanisius.

Rahardjo BT, Hurirawan T, Puspitasari M, 2008. Pengaruh subsitusi protein hidrolisat terhadap kemampuan kemampuan bertelur lalat buah Bactrocera carambolae Drew dan Hancock (Diptera: Tephritidae). J. Agritek. 16 (8):1-5.

Soeroto, Wasiati, Chalid NI, Henrawati T, Hikmat A. 1995. Petunjuk Praktis Pengendalian Lalat Buah. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Sunarjono H. 1987. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Bandung (ID): Sinar Baru.

Tan KH. 1996. Chemical Ecology of Fruit Flies, Bactrocera Species- An update dalam Problems and Management of Tropical Fruit Flies, Proceedings of the Second Symposium on Tropical Fruit Flies, 8-9 May 1995, Kuala Lumpur. Editor: T.H Chua dan S.G Khoo. Kai Wah Press. Malaysia. Hal.36-46.

Warji. 2008. Pendugaan kerusakan buah mangga arumanis akibat lalat buah dengan menggunakan gelombang ultrasonik. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

White IM, Harris MME. 1992. Fruit Flies of Economic Significance: Their Identification and Bionomics. Canberra (AU): CAB Publishing.

LAMPIRAN.

1. Bactrocera carambolae

Page 14: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

Gambar 1 Spesimen Bactrocera carambolae

2. Bactrocera papayae

Gambar 2 Spesimen Bactrocera papayae

3. Bactrocera limbifera

Gambar 3 Spesimen Bactrocera limbifera

4. Bactrocera mollucensis

Page 15: LAPORAN ATRAKTAN KELOMPOK 5.docx

Gambar 4 Spesimen Bactrocera moluccensis

5. Bactrocera usitata

Gambar 5 Spesimen Bactrocera usitata

6. Bactrocera vulta

Gambar 6 Spesimen Bactrocera vulta