PKN kelompok 4.docx

38
Pendidikan Kewarganegaraan SISTEM KONSTITUSI Disusun Oleh : Tisar Tumari Effendi Jumriani Husnani Nuur Aanisa Malvin Bahari Prasad Alvin Valentino Gonzales FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 1

Transcript of PKN kelompok 4.docx

Page 1: PKN kelompok 4.docx

Pendidikan Kewarganegaraan

SISTEM KONSTITUSI

Disusun Oleh :

Tisar Tumari Effendi

Jumriani Husnani

Nuur Aanisa

Malvin Bahari Prasad

Alvin Valentino Gonzales

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

1

Page 2: PKN kelompok 4.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT. Atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan

penyusunan makalah dengan tema “Sistem Konstitusi” dapat

terselesaikan dengan lancar.

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita dari jalan

kesesatan menuju jalan yang terang benderang yang berupa syari’at

ajaran agama Islam.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis

dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya

dapat lebih baik.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak

kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,

mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan

saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan

pembuatan makalah ini.

Makassar, September 2013

Penulis

2

Page 3: PKN kelompok 4.docx

DAFTAR ISI

Halaman Sampul...................................................................................... i

Kata Pengantar......................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1B. Rumusan Masalah.........................................................................1C. Tujuan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konstitusionalisme dan Konstitusi..................................................3B. Pengertian Hukum Dasar Negara..................................................4C. Pengertian, Kedudukan, Sifat dan Isi UUD’45...............................5D. Amandemen dan Dinamika UUD’45..............................................7E. Sistem Ketatanegaraan Negara Republik Indonesia.....................13F. Sistem Kelembagaan Negara RI....................................................17G. Hubungan Antar Lembaga-Lembaga Negara RI............................19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................23B. Saran.............................................................................................23

Daftar Pustaka

3

Page 4: PKN kelompok 4.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

atau disingkat UUD 1945 atau UUD ’45, adalah konstitusi negara

Republik Indonesia saat ini. UUD1945 disahkan sebagai undang-

undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1950 di

Indonesia berlaku konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di

Indonesia berlaku UUDS 1950. Pada kurun waktu tahun 1999-2002,

UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang merubah

susunan lembaga-lembaga dalam system ketatanegaraan Republik

Indonesia.

Dalam pembahasan, akan dibahas lebih lanjut mengenai

Undang-Undang Dasar 1945, lembaga-lembaga Negara dan

hubungannya. Dengan mempelajari proses di atas maka kita sebagai

mahasiswa akan lebih memahami kedudukan Pancasila sebagai dasar

negara yang realisasinya sebagai sumber dari segala sumber hukum

negara Indonesia. Mahasiswa juga diharapkan untuk memiliki

kemampuan untuk memahami isi pembukaan UUD 1945, pembukaan

sebagai “staasfundamentalnorm”, memahami hubungan UUD 1945

dengan Pancasila dan pasal-pasal UUD 1945 serta mahasiswa

memiliki pengetahuan tentang reformasi hukum tata negara maka

mahasiswa diharapkan mempelajari latar belakang amandemen.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari konstitusi ?

2. Bagaimana kedudukan, sifat, dan isi dari Undang-Undang Dasar

1945 ?

3. Bagaimana proses amandemen dan dinamika pelaksanaan

Undang-Undang Dasar 1945 ?

4. Bagaimana sistem kelembagaan Negara RI ?

4

Page 5: PKN kelompok 4.docx

C. Tujuan

1. Memahami pengertian dari konstitusi

2. Mengetahui kedudukan, sifat, dan isi dari Undang-Undang Dasar

1945

3. Mengetahui proses amandemen dan dinamika pelaksanaan

Undang-Undang Dasar 1945

4. Memahami sistem kelembagaan Negara RI

5

Page 6: PKN kelompok 4.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konstitusionalisme dan Konstitusi

Konstitutionalisme adalah sebuah paham mengenai pembatasan

kekuasaaan dan jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi. Pengertian

yang lebih luasnya lagi, menurut Soetandyo ide konstitusi disebutnya

sebagai konstitusionalisme yaitu membatasi secara tegas dan jelas

mana kekuasaan yang terbilang kewenangan dan mana pula yang

apabila tidak demikian harus dibilang sebagai kesewenang-wenangan.

Inilah yang didalam konsep moral dan metaduyirisme disebut

“Konstitutionalisme”.

Secara garis besar konstitusi merupakan seperangkat aturan

main dalam kehidupan bernegara yang mengatur hak dan kewajiban

warga Negara dan Negara itu sendiri. Konstitusi suatu Negara biasa di

sebut dengan Undang-Undang Dasar (UUD) . dalam pengembangan

Negara dan warga Negara dan warga Negara yang demokratis,

keberadaan konstitusi demokrasi lahir dan Negara yang

demokrasi.Konstitusi menurut makna katanya berarti 'dasar susunan

badan politik' yang bernama negara. Konstitusi menggambarkan

keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa

kumpulan peraturan yang membentuk , mengatur atau memerintah

negara.

K.C Wheare F.B.F seperti dikutip Juniarto mengatakan:

Istilah constitution pada umumnya dipergunakan untuk menunjuk

kepada seluruh peraturan mengenai ketatanegaraan suatu negara yang

secara keseluruhan akan menggambarkan sistem ketatanegaraannya.

Paham ini menimbulkan perdebatan awal dalam sistem

ketatanegaraan yang diatur dalam teks hukum dasar sebuah negara,

disebut “Konstitusi”.konstitusi memiliki beberapa pengertian yaitu:

- Konstitusi sebagai pengertian Sosial politik:

6

Page 7: PKN kelompok 4.docx

Bangunan-bangunan yang ada dalam masyarakat sebagai hasil

keputusan masyarakat itu sendiri.

- Konstitusi sebagai pengertian hukum :

- Keputusan-keputusan masyarakat dijadikan perumusan yang

normatif, yang kemudian harus berlaku.

B. Pengertian Hukum Dasar Negara

Ada dua macam hukum dasar, Yaitu hukum dasar tetulis (Undang-

Undang Dasar) dan hukum dasar tidak tertulis (Konvensi).

1. Hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar)

E.C.S Wade dalam bukunya constitutional Law mengataan

bahwa undang-undang dasar adalah suatu naskah yang

memaparkan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan

suatu negara dan menentukan cara kerja badan-badan tersebut.

Bagi mereka yang menganggap undang-undang dasar sebagai

sekumpulan asas, membagi menjadi baadan Legistaif, Eksekutif,

Yudikatif (Trias Politika), tetapi Indonesia tidak menganut sistem

tersebut melainkan menganut sistem pembagian kekuasaan dengan

lima lembaga negara).

2. Hukum dasar tak tertulis (konvensi)

Konvensi adalah hukum yang timbul dan terpelihara dalam

praktek penyelenggara negara secara tidak tertulis. Sifat-sifat

konvensi adalah sebagai berikut :

a. Merupakan kekuasaan yang muncul berulang kali dan

terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.

b. Tidak bertentangan dengan undang-undang dasar dan berjalan

sejajar.

c. Dapat diterima oleh seluruh rakyat.

d. Bersifat sebagai pelengkap yang terdapat di dalam undang-

undang dasar.

7

Page 8: PKN kelompok 4.docx

Konvensi misalnya terdapat pada praktek penyelenggara

negara yang sudah menjadi hukum dasar yang tidak tertulis seperti :

a. Pidato kenegaraan Indonesia setiap tanggal 16 Agustus di

dalam Sidang Dewan Perwakilan Rakyat.

b. Pidato presiden yang diucapkan sebagai keterangan

pemerintah tentang RAPBN pada minggu pertama Januari

setiap Tahunnya.

c. Pidato pertanggung jawaban Presiden dan ketua Lembaga

Negara lainnya dalam sidang tahunan MPR.

d. Mekanisme pembuatan GBHN

Keempat hal tersebut secara tidak langsung merupakan realisasi

UUD 1945. Yang berwenang mengubah konvensi menjadi

rumusan bersifat tertulis adalah MPR, dan rumusannya bukan

berupa hukum dasar melainkan tertuang dalam ketetapan MPR.

C. Pengertian, Kedudukan, Sifat dan Isi UUD’45

1. Pengertian Undang Undang Dasar 1945

Sebelum amandemen, yang dimaksud dengan undang-

undang dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari :

(1) Pembukaan, yang terdiri dari 4 alinea

(2) Batang tubuh UUD 1945, yang berisi pasal 1 s/d 37 yang

dikelompokkan dalam 16 bab, 4 pasal aturan peralihan dan 2

ayat aturan tambahan; serta

(3) Penjelasan UUD 1945 yang terbagi atas penjelasan umum dan

penjelasan pasal demi pasal.

Yang dimaksud dengan undang-undang dasar dalam UUD 1945

adalah hukum dasar tertulis yang bersifat mengikat bagi pemerintah,

lembaga Negara, lembaga masyarakat, dan warga negara Indonesia

dimana pun mereka berada, serta setiap penduduk yang berada di

wilayah Republik Indonesia. Sebagai hukum, UUD 1945 berisi

norma, aturan, atau ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.

8

Page 9: PKN kelompok 4.docx

2. Kedudukan Undang Undang Dasar 1945

Undang-undang dasar merupakan hukum dasar yang menjadi

sumber hukum. Setiap produk hukum seperti undang-undang,

peraturan, atau keputusan pemerintah. Bahkan setiap kebijaksanaan

pemerintah harus berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang

lebih tinggi dan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan

UUD 1945.

Dalam kerangka tata susunan norma hukum yang berlaku,

UUD 1945 merupakan hukum yang menempati kedudukan tertinggi.

Seperti telah dijelaskan, UUD 1945 ditetapkan dan dijelaskan oleh

PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18

Agustus 1945. Dalam ayat (2) aturan tambahan UUD 1945

disebutkan bahwa dalam 6 bulan sesudah MPR dibentuk, majelis itu

bersidang untuk menetapkan UUD. Aturan tambahan ini

menunjukkan bahwa status UUD 1945 adalah sementara.

Sesungguhnya rencana pembuat UUD 1945 adalah bahwa sebelum

tanggal 17 Agustus 1946 undang-undang dasar tetap diharapkan

dapat disusun oleh badan yang berwenang, yaitu MPR hasil pemilu

sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945 itu sendiri, tetapi suasana

poltik waktu itu tidak memungkinkan realisasi rencana tersebut. Kini

UUD 1945 tidak bersifat sementara lagi, karena telah ditetapkan oleh

MPR menjadi konstitusi tertulis. Namun UUD 1945 tetap bersifat

fleksibel.

3. Sifat Undang Undang Dasar 1945

Dalam penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen

menyatakan bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel, yakni

hanya memuat 37 pasal, ditambah 4 pasal aturan peralihan dan 2

ayat tambahan. Setelah amandemen keempat (ST MPR 2002), sifat

singkat dan supel masih mewarnai UUD 1945 karena ia masih berisi

hal-hal pokok dan masih dimungkinkan untuk terus disesuaikan

dengan perkembangan bangsa dan negara Indonesia. UUD 1945

9

Page 10: PKN kelompok 4.docx

hasil amandemen terdiri atas 3 pasal aturan peralihan dan 2 pasal

aturan tambahan.

Dengan aturan-aturan tertulis, yang hanya memuat aturan

pokok, Undang-undang Dasar menjadi aturan yang luwes, supel, dan

tidak ketinggalan zaman. Ini tidak berarti bahwa UUD 1945 tidak

lengkap atau tidak sempurna dan mengabaikan kepastian. Keluasan

atau fleksibilitas ini tetap menjamin kejelasan dan kepastian hukum

apabila aturan-aturan pokok itu menyerahkan pengaturan lebih

lanjutnya kepada aturan hukum dalam tingkat yang lebih rendah,

misalnya ketetapan MPR dan undang-undang, yang pembuatan,

pengubahan, dan pencabutannya lebih mudah daripada UUD 1945.

Selain itu, penjelasan UUD 1945 menekankan bahwa

semangat penyelenggara negara, semangat pemimpin pemerintahan

sangat penting. Karena itu, setiap penyelenggara negara dan

pemimpin pemerintahan selain harus mengetahui teks UUD 1945

juga harus menghayati semangatnya. Dengan semangat

penyelenggara negara dan pemimpin pemerintahan yang baik,

pelaksanaan aturan-aturan pokok yang tertera dalam UUD 1945akan

baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.

4. Isi Undang Undang Dasar 1945

Setelah UUD 1945 diamandemen 2002, maka tetap16 bab

walaupun bab IV tentang Dewan Pertimbangan Agung (DPA)

dihapus, namun jumlah babnya bertambah sebanyak 22 bab.

Demikian pula pasalnya tetap 37 pasal dan 3 pasal aturan peralihan

serta 2 pasal aturan tambahan, namun dari pasal-pasalnya

dikembangkan dan ditambah ayat-ayatnya, sehingga jumlah

pasalnya sebanyak 72 pasal.

D. Amandemen dan Dinamika UUD’45

a. Proses perubahan/amandemen Undang Undang Dasar 1945

Pasal terakhir Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen

juga memuat tentang perubahan undang-undang dasar, terutama

10

Page 11: PKN kelompok 4.docx

mengingat agar undang-undang dasar itu senantiasa sesuai dengan

perkembangan zaman dan aspirasi rakyat. Pasal 37, memuat 5 ayat

berkaitan dengan ketentuan tentang perubahan undang-undang

dasar, sebagai berikut :

1. Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat

diagendakan dalam siding Mejelis Permusyarawatan Rakyat,

apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah

anggota Majelis Permusyarawatan Rakyat.

2. Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar

diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang

diusulkan untuk diubah beserta alasannya.

3. Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang

Majelis Permusyarawatan Rakyat dihadiri olehsekurang-

kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyarawatan

Rakyat.

4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar

dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh

persen ditambah satu dan seluruh Majelis Permusyarawatan

Rakyat.

5. Khusus tentang bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia

tidak dapat dilakukan perubahan.

Pasal yang mengatur tentang perubahan Undang-Undang Dasar ini

ditentukan berkaitan dengan pasal-pasal Undang-Undang Dasar, jadi

bukan terhadap Pembukaan UUD 1945. Logikanya kalau hak itu

menyangkut perubahan Pembukaan UUD 1945, hak itu sama halnya

mengubah seluruh system negara yang meliputi bentuk negara, sifat

negara, berketuhanan, tujuan negara dan dasar negara Pancasila.

Mengingat pembukaan sebagai deklarasi bangsa Indonesia dan

dalam ilmu hukum disebut sebagai ‘Stoatsfun damentainomy’, yang

merupakan sumber norma hukum positif Indonesia.

11

Page 12: PKN kelompok 4.docx

b. Dinamika pelaksanaan Undang Undang Dasar 1945 sejak awal

kemerdekaan hingga era reformasi

1. Masa kemerdekaan (1945-1949)

Hal-hal yang terjadi pada masa ini :

Mempertahankan negara dari penjajah yang tidak mau

mengakui kemerdekaan Indonesia.

Terjadi penyimpangan sistem pemerintahan, dari sistem

presedensial menjadi parlementer, yang disebabkan karena

NKRI berubah menjadi negara RIS sesuai hasil sidang KMB.

Tgl 17 agustus 1950 negara RIS berubah menjadi NKRI

dengan UUDS 1950.

Pelaksanaan UUDS 1950 tidak memuaskan rakyat sehingga

stabilitas nasional tidak tercapai.

Terjadi 7 kali pergantian kabinet, yaitu :

1) Kabinet Natsir (6 september 1950 - 27 april 1951)

2) Kabinet Sukiman (27 april 1951 - 3 april 1952)

3) Kabinet Wilopo (3 april 1952 - 1 agustus

1953)

4) Kabinet Ali Sastroamijoyo I (1 agustus 1953 – 12

agustus 1955)

5) Kabinet Burhanudin Harahap (12 agustus 1955 – 24

maret 1956)

6) Kabinet Ali Sastroamijoyo II (24 maret 1956 – 9 april

1957)

7) Kabinet Juanda (9 april 1957 – 10 juli 1959)

Karena konstituante gagal dalam melaksanakan tugasnya

dalam mengadakan sidang yang selalu tidak tercapai, maka

Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

2. Masa orde lama (1959-1966)

Tanggal 15 Juli 1959 – 11 Maret 1966 adalah masa orde

lama yang ditandai dengan diserahkannya Supersemar oleh

12

Page 13: PKN kelompok 4.docx

Presiden Soekarno kepada Letjen Soeharto. Di masa orde lama

banyak terljadi penyelewengan terhadap Pancasila, seperti

pengangkatan presiden seumur hidup, dan pembubaran DPR

oleh presiden.

UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan

konsekuen. Penyimpangan yang terjadi antara lain :

a. Presiden memegang kekuasaan sepenuhnya dan MPR

mengangkatnya sebagai presuden seumur hidup

b. Presiden membuat UU tanpa persetujuan DPR.

c. Presiden membubarkan DPR yang tidak menyetujui APBN

yang diajukannya.

Sehingga puncak dari segala penyimpangan itu adalah

terjadinya pemberontakan G/30/S/PKI (Gerakan PKI 30

September 1965). Sehingga lewat Supersemar dari Presiden,

Letjen Soeharto diberikan kekuasaan Untuk mengambil

tindakan pemulihan keadaan dan stabilitas negara.

3. Masa orde baru

Sejak diselenggarakannya seminar TNI/AD II di Seskoad

Bandung pada tanggal 25 – 31 Agustus 1966 lahirlah Orde

Baru. Orde Baru mempunyai :

Landasan konstitusi : UUD 1945

Landasan struktural : Kabinet Ampera

Landasan operasional : Tap MPR

Masa orde baru berhasil menyalurkan aspirasi rakyat dan

mengoreksi kesalahan yang dilakukan di masa orde lama, dan

pelaksanaan Pancasila dilakukan secara murni dan konsekuen.

Orde baru menghendaki kepentingan nasional tetapi tidak

meninggalkan komitmen anti-kolonalisme.

Orde Baru menginginkan suatu tatanan hidup

perekonomian dan politik yang stabil serta melaksanakan cita-

cita demokrasi politik.

13

Page 14: PKN kelompok 4.docx

Mekanisme kegiatan ketatanegaraan lima tahunan secara

garis besar sebagai berikut :

1. MPR mengadakan sidang umum, dan pemilu

2. Dalam sidang umum MPR bertugas :

a) Menetapkan GBHN.

b) Memilih presiden dan wakilnya, untuk melaksanakn

GBHN.

3. Presiden, wakilnya, dan para menteri negara menjalankan

tugas berdasarkan UUD 1945.

4. Tugas Presiden :

a) Membentuk lembaga tinggi negara, yaitu DPA dan BPK.

b) Melaksanakan pemilu tepat waktu.

c) Mengajukan APBN setiap tahun tepat waktu dan harus

menyusun Repelita.

d) Membuat UU dengan persutujuan DPR dalam rangka

pelaksanaan UUD 1945 dan GBHN.

5. DPR bertugas mengawasi pelaksanaan tugas presiden.

6. Lembaga negara lainnya melaksanakan tugasnya harus

sesuai dengan UUD 1945 dan UU.

4. Masa reformasi

Pada masa ini, adanya pendapat dan kajian untuk

mengamandemen/perubahan UUD 1945. Hal tersebut bertujuan

agar UUD 1945 dapat menyesuaikan dengan perkembangan

bangsa dan negara Indonesia. Perubahan atau amandemen

UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu :

1. Amandemen Pertama : Sidang Umum MPR (oktober 1999).

Menyangkut 5 persoalan pokok, meliputi :

Perubahan tentang lembaga pemegang kekuasaan

membuat UU

Perubahan tentang masa jabatan presiden.

Perubahan tentang hak progretive presiden.

14

Page 15: PKN kelompok 4.docx

Perubaghan tentang fungsi menteri.

Perubahan redaksional.

2. Amandemen Kedua : Sidang Tahunan MPR (thn 2000).

Mengenai 9 persoalan meliputi, 7 pengaturan mengenai :

Wilayah Negara

Hak Asasi Manusia

DPR

Pemerintah Daerah

Pertahanan dan Keamanan

Lambang Negara

Lagu Kebangsaan

3. Amandemen Ketiga : Sidang Tahunan MPR (oktober

2001).

Meliputi 16 pokok, yaitu:

Kedaulatan rakyat

Tugas MPR

Syarat-syarat presiden dan wakil presiden

Pemilihan presiden dan wakil presiden secara

langsung

Pemberhentian presiden

Presiden berhalangan tetap

Kekosongan wakil presiden

Perjanjian Internasional

Kementrian Negara

DPD

Pemilihan Umum

APBN, pajak dan keuangan negara

Badan Pemeriksa Keuangan

Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah Agung

Komisi Yudisial

Mahkamah Konstitusi

15

Page 16: PKN kelompok 4.docx

4. Amandemen Keempat: Sidang Tahunan MPR (agustus

2002).

Berkenaan dengan 9 persoalan, yaitu :

Komposisi keanggotaan MPR

Pemilu presiden dan wakil presiden

Presiden dan wakil presiden tidak dapat menjalankan

kewajiban dalam masa jabatan secara bersamaan

Dewan pertimbangan yang bertugas memberi

nasehat kepada presiden

Mata uang

Bank sentral

Badan-badan lain dalam kekuasaan kehakiman

Pendidikan

Kebudayaan

Perubahan ini dimaksudkan untuk menyempurnakan Batang

Tubuh UUD 1945 dan tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,

karena merupakan Ikrar berdirinya NKRI dan memuat Pancasila

sebagai Dasar Negara.

E. Sistem Ketatanegaraan Negara RI

Sistem pemerintahan Indonesia di jelaskan di dalam penjelasan

UUD 1945 (sebelum amandemen), yang menyebutkan tujuh kunci

pokok sistem pemerintahan Indonesia meskipun UUD 1945 telah di

amandemen, ketujuh kunci pokok tersebut masih relevan dalam sistem

pemerintahan Indonesia dewasa ini. Ketujuh kunci pokok itu adalah:

1. Indonesia adalah Negara yang Berdasarkan Hukum (Rechtsstaat)

Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum

(rechtsstaat); tidak berdasar kekuasaan belaka (machts–staat).

Artinya, setiap tidakan harus berdasarkan hukum, sehingga dapat di

pertanggung jawabkan secara hukum dan tekanan yang dilakukan

terhadap hukum juga berarti terhadap kekuasaan. Hal ini terkandung

16

Page 17: PKN kelompok 4.docx

di dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakan perwujudan cita

hukum yang menjiwai Batang Tubuh UUD 1945 maupun dasar

hokum yang tidak tertulis.

Yang dimaksud dengan Negara hukum bukan hanya, dalam

arti formal saja, yaitu sebagai penjaga atau alat didalam menindak

segala bentuk kejahatan dan ketidakadilan, tetapi juga dalam arti

materil, yaitu alat dalam menciptakan kesejahteraan sosial seluruh

rakyat Indonesia, yang sesuai dengan alinea dalam pembukaan

UUD 1945. Cirri-ciri Negara berdasarkan hukum dalam arti materil

adalah sebagai berikut:

a. Adanya pembagian kekuasaan dalam Negara; lihat UUD 1945

pasal 2 ayat (1),4,5,19,20,23E dan 24,24A-C dan pasal-pasal

lain sampai amandemen keempat.

b. Diakuinya hak asasi manusia yang tertuang dalam konstitusi dan

peraturan perundang-undangan; lihat UUD 1945 pasal

27,28,28A-28J,29 ayat (2) dan 31 ayat (1).

c. Adanya dasar hukum bagi kekuasaan pemerintah (asas

legalitas); lihat UUD 1945 pasal 1 ayat (3)

d. Adanya peradilan yang bebas dan merdeka serta tidak memihak;

lihat UUD 1945 pasal 24

e. Semua warga Negara memiliki kedudukan yang sama di mata

hukum dan pemerintahan, wajib menjunjung hukum dan

pemerintahan tersebut tanpa terkecuali, dan berhak

mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan; lihat UUD 1945 pasal 27 ayat (1) dan (2).

Pemerintah berkewajiban memajukan kesejahteraan umum serta

mencerdaskan rakyat Indonesia; lihat UUD 1945 awal tentang Hak

Asasi Manusia, Pasal 31,33 dan 34.

17

Page 18: PKN kelompok 4.docx

2. Sistem konstitusional

Pemerintahan Indonesia bersifat konstitusional, bukan absolut

(tidak terbatas). Pertanyaan itu menunjukkan bahwa pemerintahan di

jalankan menurut sistem konstitusional. Dalam sistem ini,

penggunaan kekuasaan secara sah oleh aparatur negara dibatasi

secara formal berdasarkan UUD 1945. Hal ini menujukkan bahwa

kekuasaan aparatur negara dan pemerintahan bersumber dari UUD

1945 atau undang-undang yang menyelenggarakan UUD 1945.

3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan rakyat

Kedaulatan, berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

menurut UUd 1945 (pasal 1 ayat 2). Badan yang diberi kewenangan

untuk melaksanakan kedaulatan ini adalah MPR, yang merupakan

penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. Majelis ini bertugas

menetapkan UUD, serta melantik dan memberhentikan presiden dan

wakil presiden. Sedangkan presiden harus menjalankan haluan

Negara berdasarkan haluan-haluan yang telah ditetapkan oleh MPR,

serta bertanggung jawab kepada majelis ini. Karena ia adalah

mandataris MPR, maka dia wajib menjalankan putusan-putusan

majelis. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tugas

MPR sangat luas dan segala keputusannya mencerminkan

keinginan dan aspirasi rakyat. Anggota MPR terdiri dari anggota

DPR dan DPD yang dipilih oleh rakyat melalui pemilu.

4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di

bawah Majelis Permusyarawatan Rakyat

Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa Presiden

Republik Indonesia memegang kekuasaan dan tanggung jawab

dalam menjalankan pemerintahan. Dalam melakukan kewajibannya,

presiden dibantu oleh seorang wakil presiden.

Tugas dan kewajiban Presiden serta Wakil Presiden dapat

dilihat dalam pasal-pasal UUD 1945 hasil amandemen keempat.

18

Page 19: PKN kelompok 4.docx

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat

UUD 1945 telah menggariskan kerjasama antara presiden dan

Dewan Perwakilan Rakyat, antara lain dalam membentuk undang-

undang dan menetapkan anggaran serta belanja Negara,

pengangkatan duta dan konsul, penganugerahan gelar dan tanda

jasa, pemberian amnesti dan abolisi dan lain-lain. Dalam perkara-

perkara tersebut presiden harus, mendapatkian persetujuan DPR .

karena itu presiden dan DPR harus bekerjasama, tetapi tidak dalam

arti presiden bertanggung jawab kepada DPR karena kedudukan

presiden tidak tergantung kepada DPR. Presiden tidak dapat

membekukan dan/atau membubarkan DPR (lihat pasal 7C) dan DPR

pun tidak dapat menjatuhkan presiden karena mereka adalah mitra

kerja. DPR hanya mengawasi presiden dalam menjalankan

pemerintahan. Tetapi DPR dapat mengajukan usul pemberhentian

presiden kepada MPR (lihat pasal 7A, 7B).

6. Menteri negara adalah pembantu presiden dan menteri negara tidak

bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat

UUD 1945 menyatakan bahwa presiden dibantu oleh Menteri-

menteri Negara dan dapat memberhentikan menteri-menteri Negara

menurut ketentuan UU (lihat pasal 17). Menteri-menteri Negara itu

tidak bertanggung jawab kepada DPR. Kedudukan mereka tidak

tergantung kepada DPR tetapi kepada presiden karena mereka

adalah pembantu presiden. Presiden berhak mengangkat dan

memberhentikan menteri. Pembentukan, pengubahan, dan

pembubaran kementrian diatur oleh undang-undang.

7. Kekuasaan kepala negara tidak terbatas

Penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa “meskipun kepala

Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, ia bukan diktator,

artinya kekuasaanya tidak tak terbatas “. Seperti di jelaskan

sebelumnya. Sistem pemerintahan konstitusional tidak bersifat

absolut . Keberadaan DPR dan menteri Negara dapat mencegah

19

Page 20: PKN kelompok 4.docx

terjadinya pemerintahan yang absolut atau kekuasaan mutlak. Dalam

hal ini kedudukan dan peran DPR sangatlah kuat, karena selain tidak

dapat dibubarkan oleh presiden, dia juga berwenang mengajukan

usul dan persetujuan pembentukan undang-undang maupun

penetapan anggaran dan belanja Negara. Selain itu, karena semua

anggota DPR adalah anggota MPR maka DPR memiliki wewenang

untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta

pertanggungjawaban presiden. Jika presiden benar-benar melanggar

haluan yang telah ditetapkan oleh MPR. Jadi jelas bahwa hubungan

antara MPR, DPR, dan Presiden sangat erat.

F. Sistem Kelembagaan Negara RI

Kelembagaan Negara Setelah Perubahan UUD 1945 :

Legislatif Eksekutif Yudikatif

Sebelum perubahan UUD 1945, alat-alat kelengkapan negara

lembaga kepresidenan, MPR, DPR, DPA, BPK, dan kekuasaan

kehakiman. Setelah amandemen keseluruhan terhadap UUD 1945,

kelengkapan atau kelembagaan negara menjadi delapan, yakni MPR,

DPR, DPD, PRESIDEN, MA, MK, KY, dan BPK, posisi masing-masing

lembaga setara, yaitu sebagai lembaga tinggi negara yang memiliki

korelasi satu sama lain dalam menjalankan fungsicheck and

balances antar lembaga tinggi tersebut.

20

BPK

MK / MA / KY

KEKUASAAN KEHAKIMAN

WAPRESDPD/DPR

MPR PRESIDEN

UUD

Page 21: PKN kelompok 4.docx

Reformasi ketatanegaraan di Indonesia terkait dengan lembaga

kenegaraan sebagai hasil dari proses Amandemen UUD 1945 dapat

dilihat pada tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut yang

dikelompokan dalam kelembagaan Legislatif, Eksekusif, Yudikatif, dan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dalam ketatanegaraan Indonesia,

lembaga legislatif dipresentasikan pada tiga lembaga, yakni MPR, DPR,

dan DPD.

Di negara-negara demokratis, lembaga eksekusif terdiri dari

kepala negara, seperti Raja, Perdana Menteri, atau Presiden beserta

menteri-menterinya. Dalam sistem presidensial seperti di Indonesia,

para menteri merupakan pembantu presiden dan langsung dipimpin

olehnya, sedangkan dalam sistem parlemen para menteri dipimpin oleh

seorang perdana menteri.

Kekuasaan Eksekusif dimaknai sebagai kekuasaan yang

berkaitan dengan penyelenggaraan kemauan negara dan pelaksanaan

UU. Dalam negara demokrasi kemauan negara dinyatakan melalui

undang-undang. Tugas utama lembaga Eksekusif adalah menjalankan

undang-undang. 

Amandemen UUD 1945 telah membawa perubahan kehidupan

ketatanegaraan dalam pelaksanaan kekuasaan kehakiman.

Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa kekuasaan

kehakiman dilaksanakan pertama oleh mahkamah agung dan badan

peradilan yang ada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum,

agama, militer, dan tata usaha negara. Kedua oleh mahkamah

konstitusi.

Disamping perubahan mengenai penyelenggaraan kekuasaan

kehakiman, UUD 1945 juga  mengintroduksi suatu lembaga baru yang

berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, yaitu

Komisi Yudisial (KY), lembaga ini bersifat mandiri, dan mempunyai

wewenang mengusulkan pengangkatan hakim agung, dan juga

21

Page 22: PKN kelompok 4.docx

mempunyai wewenang lain dalam rangka menegakkankehormatan,

keluhuran martabat, serta prilaku hakim.

G.Hubungan Antara Lembaga

1. Hubungan antara MPR dan Presiden

MPR sebagai pemegang kekuasaan tertinggi mengangkat

presiden. Dalam menjalankan tugas pokok dalam bidang eksekutif

(pasal 4(1)) presiden tidak hanya menyelenggarakan pemerintahan

negara yang garis-garis besarnya telah ditentukan oleh MPR saja,

akan tetapi termasuk juga membuat rencana penyelenggaraan

pemerintahan negara. Demikian juga presiden dalam bidang legislatif

dijalankan bersama-sama dengan DPR (pasal 5)

2. Hubungan antara MPR dan DPR

Majelis Permusyawaratan Rakyat (disingkat MPR) adalah

lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga

tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Sebelum

Reformasi, MPR merupakan lembaga tertinggi negara. MPR

bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.

MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih

melalui pemilihan umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan

keputusan Presiden. Sebelum reformasi, MPR terdiri atas anggota

DPR, utusan daerah, dan utusan golongan, menurut aturan yang

ditetapkan undang-undang.

MPR memiliki kekuasaan untuk mengubah UUD, maka antara

DPR dan MPR harus melakukan kerjasama yang simultan dalam

me;akaukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan yang

dilakukan oleh Presiden. Dalam hal ini DPR dapat menggunakan

hak-hak tertentu seperti hak angket, hak amandemen, hak

interpelasi, hak budget, hak tanya inisiatif (Pasal 20-A)

3. Hubungan antara DPR dan Presiden

Hubungan antara DPR dam Presiden terletak pada hubungan

kerja. Hubungan kerja tersebut antara lain  adalah mengenai proses

22

Page 23: PKN kelompok 4.docx

pembuatan undang-undang antara presiden dan DPR yang diatur

dalam pasal 20 ayat 2, 3, 4, dan 5. Yaitu setiap rancangan undang-

undang harus dibahas oleh presiden dan DPR untuk mendapat

persetujuan bersama (ayat 2). Jika rancangan undang-undang itu

tidak mendapat persetujuan bersama, maka maka rancangan

undang-undang itu tidak dapat diajukan lagi pada masa persidangan

itu (ayat 3). Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang

telah disetujui bersama, (ayat 4) dan apabila presiden dalam waktu

30 hari setelah rancangan undang-undang itu disetujui bersama,

undang-undang itu sah menjadi undang-undang dan wajib

diundangkan (ayat 5). Untuk terbentuknya undang-undang, maka

harus disetujui bersama antara presiden dengan DPR. Walaupun

seluruh anggota DPR setuju tapi presiden tidak, atau sebaliknya,

maka rancangan undang-undang itu tidak dapat diundangkan.

Selanjutnya mengenai fungsi pengawasan yang dimiliki oleh

DPR. Yaitu mengawasi presiden dan wakil presiden dalam

pelaksanaan kekuasaan eksekutif. Dan DPR dapat mengusulkan

pemberhentian Presisiden sebagai tindak lanjut pengawasan (pasal

7A). Dalam bidang keuangan, RUU APBN diajukan oleh presiden

untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan

DPD (pasal 23 ayat 2). Apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang

diusulkan presiden, pemerintah menjalankan APBN tahun lalu(pasal

23 ayat 3).

Hubungan kerja lain antara DPR dengan Presiden antara lain:

melantik presiden dan atau wakil presiden dalam hal MPR tidak

dapat melaksanakan sidang itu (pasal 9), memberikan pertimbangan

atas pengangkatan duta dan dalam hal menerima duta negara lain

(pasal 13), memberikan pertimbangan kepada presiden atas

pemberian Amnesti dan Abolisi (pasal 14 ayat 2), memberikan

persetujuan atas pernyataan perang, membuat perdamaian dan

perjanjian dengan negara lain (pasal 11), memberikan persetujuan

23

Page 24: PKN kelompok 4.docx

atas pengangkatan komisi yudisial (pasal 24B ayat 3), memberikan

persetujuan atas pengangkatan hakim agung (pasal 24A ayat 3).

4. Hubungan antara DPR dengan menteri-menteri

Menteri tidak dapat dijatuhkan dan diberhentikan oleh DPR,

tapi konsekuensi dari tugas dan kedudukannya, Presiden harus

memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR, para Menteri juga dari

pada keberatan-keberatan DPR yang dapat mengakibatkan

diberhentikannya Menteri.

5. Hubungan antara Presiden dengan menteri-menteri

Presiden mempunyai wewenang untuk mengangkat dan

memberhentikan menteri. para menteri bertugas untuk membantu

presiden untuk menjalankan program-program pemerintahannya

sesuai dengan bidang masing-masing. para menteri biasanya dipilih

karena koalisi partai dan dari kalangan profesional. 

Para menteri adalah pembantu presiden. Menteri mempunyai

pengaruh yang besar terhadap Presiden dalam menentukan politik

negara yang menyangkut departemennya. Dalam praktek

pemerintahan, Presiden melimpahkan sebagian wewenang kepada

menteri-menteri yang berbentuk presidium.

6. Hubungan antara Mahkamah Agung dengan lembaga negara lainnya

Dalam Penjelasan UUD 45 Kekuasaan Kehakiman adalah

kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan

pemerintah ataupun kekuasaan atau kekuatan lainnya.

7. Hubungan antara BPK dengan DPR

Menurut UU No. 15 Tahun 2004, BPK wajib menyerahkan

laporan pemeriksaan-nya kepada Lembaga Perwakilan Rakyat

(DPR, DPD dan DPRD). Segera setelah diserahkannya kepada

Lembaga-Lembaga Perwakilan Rakyat itu, BPK wajib untuk

memuatnya dalam website-nya agar dapat di akses oleh masyarakat

luas. Hal-hal yang mengandung unsur pidana dilaporkan oleh BPK

kepada penegak hukum (Kepolisian, Kejaksaan dan KPK-Komisi

24

Page 25: PKN kelompok 4.docx

Pemberantasan Korupsi). Pada gilirannya, Pemerintah, Lembaga-

Lembaga Perwakilan dan para penegak hukum tersebut

menindaklanjuti temuan pemeriksaan serta rekomendasi BPK.

Sebagai lembaga legislatif yang memiliki hak bujet, DPR dan DPRD

dapat menerbitkan Undang-Undang dan mendesak Pemerintah

untuk memperbaiki sistem pengelolaan uang serta asetnya.

Lembaga Perwakilan Rakyat juga dapat meneruskan kasus tindakan

kriminal untuk diusut lebih lanjut oleh penegak hukum.

Dengan menggunakan hak legislasinya, DPR dan DPRD

memiliki hak dan wewenang masing-masing untuk menindak lanjuti

temuan-temuan BPK. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

menyebut bahwa BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut

rekomendasi hasil pemeriksaannya itu. BPK pun dapat memproses

secara pidana auditee yang tidak serius melakukan koreksi terhadap

temuannya. Temuan-temuan yang mengandung unsur pidana

seperti ini wajib diserahkan oleh BPK kepada penegak hukum.

Temuan pemeriksaan BPK tersebut merupakan bukti awal yang

dapat diperdalam dan ditindaklanjuti oleh penegak hukum.

Hubungan kerja BPK dengan DPR, baik yang menyangkut

hasil temuan maupun tentang tindak lanjut hasil pemeriksaan. Dalam

UUD 45 Pasal 23 E ayat (2) menegaskan bahwa hasil pemeriksaan

BPK disampaikan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan

kewenangannya. Pasal 23E ayat(3) berbunyi : hasil pemeriksaan

tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan

sesuai dengan undang-undang . Jadi UUD45 menegaskan bahwa

yang “utama” menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK itu adalah

“lembaga perwakilan”, baru badan ( lain ) sesuai undang-undang.

25

Page 26: PKN kelompok 4.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam membentuk Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia,

diperlukan adanya pendukung-pendukung. Yaitu, adanya perubahan

dalam UUD 1945 (Amandemen UUD 1945). Karena, menurut pendapat

kami, bila tidak ada perubahan dalam tatanan hukum yang baru kita

sulit untuk menuju tujuan negara Republik Indonesia. Dan dalam

membentuk tatanan negara diperlukan persatuan dalam negara agar

terdapat kedaulatan rakyat yaitu seperti yang tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan sebagai berikut: “

………, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu

dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk

dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

dengan berdasarkan kepada …..” dan agar tercapai tujuan negara,

sistem ketatanegaraan yang terdiri dari perubahan UUD 1945, negara

kesatuan, bentuk pemerintahan republik, sistem pemerintahan

presidensial, dan sistem politik demokrasi, harus berjalan dengan baik

agar tujuan negara kita bisa tercapai.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan agar pengetahuan kita

tentang sistem ketatanegaraan Republik Indonesia dapat bertambah.

Apabila terjadi perubahan pada manajemen reformasi, penegakkan

hukum serta yang menyangkut masyarakat luas sebaiknya dipikirkan

dan dipersiapkan secara matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak

diinginkan.

26

Page 27: PKN kelompok 4.docx

DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi Azea, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Prof. Dr. Pendidikan

Kewarganegaraan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

2009.

C.F.Strong, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern: Kajian Tentang Sejarah

dan Bentuk-Bentuk Konstitusi Dunia, (terj.), Bandung: Penerbit

Nuansa dan Nusamedia, 2004, hal. 330.

Jimly Asshiddiqie, 1994 Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi

dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-van

Hoeve)

27