Laporan Asidimetri ITP 09-10

19
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK Oleh: ANDRI PRASETYO S DEA HIDA P FENY MARGITA L HARDHANI PUTRI H TIARA AYU P ILMU & TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of Laporan Asidimetri ITP 09-10

Page 1: Laporan Asidimetri ITP 09-10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK

Oleh:

ANDRI PRASETYO S

DEA HIDA P

FENY MARGITA L

HARDHANI PUTRI H

TIARA AYU P

ILMU & TEKNOLOGI PANGAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

Acara I

ASIDIMETRI

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Asidimetri adalah penentuan kadar basa dari suatu contoh dengan

menggunakan larutan baku standar serta indikator pH yang sesuai. Larutan

baku standar asam digunakan sebagai titran sedangkan larutan yang akan

ditentukan kadar basanya digunakan sebagai titrat. Pada praktikum ini akan

dilakukan standarisasi HCL, penentuan kadar basa pada soda,dan pada

karbonat atau bikarbonat.

Pembuatan larutan standar dari zat yang berbentuk cair sering

disebut cara pengenceran, yaitu dari zat cair yang lebih pekat menjadi lebih

cair. Cara ini dapat dilakukukan pada cairan yang telah diketahui

normalitasnya. Apabila suatu larutan standar dibuat dari zat cair yang telah

diketahui normalitasnya. Boraks digunakan sebagai bahan baku dalam

penetapan normalitas HCl karena mudah diperoleh dalam keadaan murni,

cukup stabil, dan memiliki berat ekuivalen yang tinggi.

Soda kue bukan merupakan suatu basa, baik basa kuat ataupun

basa lemah, jika dalam zat kimia terbagi menjadi 3 kelompok yaitu asam,

basa, dan garam. Maka soda kue termasuk ke dalam garam yang bersifat

basa atau zat yang mempunyai pH lebih dari 7. Rumusnya adalah NaHCO3

atau Na2CO3 atau campuran keduanya, kadang dapat berupa (NH4)2CO3.

Soda kue itu adalah hasil reaksi suatu basa dengan gas CO2 yang akan

menghasilkan garam karbonat alias soda kue. Larutan dengan pH seimbang

adalah larutan yang bersifat netral (tidak asam ataupun basa) atau

mempunyai pH 7 atau bisa pengertian lain yaitu larutan yang dapat

mempertahankan atau menyeimbangkan pH nya sendiri, disebut sebagai

larutan dapar atau penyangga atau BUFFER yang mempunyai sifat jika

Page 3: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

ditambah sedikit air/basa/asam pH nya tidak akan berubah larutan buffer

dapat dibuat bermacam-macam pH nya tergantung yang diinginkan. Untuk

suatu reaksi pada pH yang tetap, biasanya digunakan pada analisis

kuantitatif buffer dibuat dari campuran garam dari basa kuat + asam

lemahya atau sebaliknya campuran dari garam asam kuat + basa lemahnya

misal buffer pH 10 dibuat dari NH4Cl (garam dari asam kuat HCl) dan

NH4OH (basa lemah).

Asidimetri telah banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang.

Bahkan, kini titrasi dapat dilakukan secara otomatis dengan dikendalikan

oleh komputer. LDR digunakan untuk mengetahui perubahan warna yang

terjadi dan akan menghasilkan sinyal analog dan sinyal ini akan diubah

menjadi sinyal digital oleh ADC 0804. Software Borland Delphi 4

digunakan untuk memprogram komputer sehingga sistem dapat bekerja

dengan baik.

2. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara I Asidimetri ini adalah :

a. Untuk menganalisis standardisasi HCl dengan larutan baku primer

Na2B4O7.

b. Untuk menentukan kadar basa pada berbagai macam soda.

c. Untuk menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dengan 2 indikator.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara I Asidimetri dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Maret

2010 pada pukul 13.00-15.00 WIB bertempat di Laboratorium Rekayasa

Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Bahan

Natrium karbonat kasar yang disebut abu soda,biasanya digunakan

sebagai bahan penetral komersial. Titrasi dengan asam standar ke titik

akhir metil jingga memberikan alkalinitas total, yang terutama disebabkan

Page 4: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

oleh natrium karbonat. Sedikit natrium hidroksida dan natrium bikarbonat

mungkin juga terdapat di dalamnya. Hasilnya biasanya dinyatakan sebagai

presentase natrium karbonat atau natrium oksida. Karena seringnya

sampel-sampel itu tidak homogen,maka digunakan metode porsi-porsi

allkuot. Baik metil merah atau metil jingga dapat digunakan sebagai

indikator (Underwood, 2006).

Pada percobaan pendektesian karbonat kadang tertinggal pada asam

dan tidak dapat larut sehingga menjadi residu. Hal ini terjadi karena dalam

kasus pada zat alami atau produk tekanan tinggi,untuk menurunkan tingkat

metatesis,atau karena hubungan kelarutan yang tidak terlihat,sehingga

metatesis dapat menggantikan. Dalam kasus ini kebanyakan berhubungan

dengan sulfida,dengan perak halida,kompleks besi sianida,fosfat dan juga

arsenik (diasumsikan bahwa fosfat dan arsenik akan terdeteksi dalam

analisis untuk dasar pemilihan dan tidak diuji kembali.Maka yang dipilih

dalam tes residu adalah sulfida,halida,sianida,fluorit,dan borate.

Pendeteksian karbonat berdasarkan atas fakta bahwa jika dipanaskan

dengan asam kuat semua karbonat akan menguap dan berubah menjadi

Co2, yang diabsorbsi dalam larutan BaOH karena pengaruh dari barium

karbonat. Percobaan mengenai karbonat sesungguhnya tidak dapat

dijadikan larutan yang disiapkan oleh sodium karbonat atau dalam residu

sodium karbonat,maka porsi pada sampel original digunakan

(Douglas,1901)

Pereaksi atau larutan yang selalu dijumpai di laboratorium dimana

pembakuannya dapat ditetapkan berdasarkan pada prinsip netralisasi asam-

basa (melalui asidi/alkali-metri) diantaranya adalah :

1. Asam-asam seperti HCl,H2SO4,CH3COOH,H2C2O4 dan,

2. Basa-basa seperti NaOH,KOH,Ca(OH)2,Ba(OH)2,NH4OH

Asam atau basa tersebut memiliki sifat-sifat yang dapat menyebabkan

konsentrasi larutannya sukar bahkan tidak mungkin dipastikan langsung

dari proses hasil pembuatan/pengencerannya. Oleh karena itu pembakuan

diperlukan untuk pemastian konsentrasi larutannya. Bebarapa larutan

Page 5: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

setelah dibakukan bahkan dapat berfungsi sebagai larutan baku sekunder

dan dapat disimpan atau dikemas untuk persediaan (Ham,2006).

2. Tinjauan Teori

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan

konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap

dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh yang akan

dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknown). Prosedur analitis yang

melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui

disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi

melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan

suatu basa yang tepat saling menetralkan. Pada proses titrasi ini digunakan

suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi

selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna

menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Anonima,2010).

Pada zaman yang serba modern ini banyak alat dan cara analisis

yang dapat mengetahui kadar suatu analat dengan cepat , tepat, dan mudah.

Tetapi analisis kuantitatif secara volumetri masih tetap digunakan. Dalam

titrimetri, analat direaksikan dengan suatu bahan lain yang diketahui/dapat

diketahui jumlah molnya dengan tepat. Bila bahan tersebut berupa larutan

,maka konsentrasinya harus diketahui dengan teliti dan larutan tersebut

dinamakan larutan baku.Tidak semua pereaksi dapat digunakan sebagai

titran. Untuk itu pereaksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan yang jelas

(dasar teoritis).

b. Cepat dan irreversible .

c. Ada petunjuk akhir titrasi ( indicator).

d. Larutan baku yang direaksikan dengan analat harus mudah didapat dan

sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya

tidak mudah berubah bila disimpan.

Page 6: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

Berdasarkan reaksinya suatu titrasi digolongkan menjadi 2 yaitu :

1) Reaksi Metatetik (titrasi berdasarkan pertukaran ion),meliputi :

1. Netralisasi (asidimetri dan alkalimetri).

2. Presipitimetri ( berdasarkan terbentuknya endapan).

3. Kompleksometri (berdasarkan pembentukan persenyawaan

kompleks yaitu ion kompleks atau garam yang sukar mengion).

2) Reaksi Redoks (titrasi berdasarkan perpindahan electron),meliputi :

1. Permangganatometri, Dikhromatometri , Seriometri (berdasarkan

penggunaan oksidator kuat).

2. Iodometri dan Iodimetri (Titrasi yang menyangkut reaksi)

(Anonimb,2010).

Dalam asidi-alkalimetri, BE adalah berat zat yang mereaksi atau

membutuhkan satu gram ion ion H+ atau H-,dengan perkataan lain BE

adalah BM dibagi jumlah ion H+ yang direaksi atau diikat oleh sebuah

molekul zat yang bersangkutan. Pada titrasi standarisasi harus diusahakan

ketelitian yang sebesar-besarnya,setidaknya lebih teliti daripada titrasi

yang menggunakan NaOH itu nantinya. Untuk Boraks atau natrium

tetraborat dekahidrat (Na2B4O7.10H2O untuk pekerjaan yang sangat teliti,

kristalnya dikristal ulang dua kali dari larutan air,kemudian dikeringkan

dalam desikator dengan kelembaban relatif 70% atau diatas larutan jenuh

sukrosa ditambah NaCl (Harjadi,2006).

Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri. Sementara

asidimetri dapat diartikan sebagai pengukuran jumlah asam ataupun

pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garam), dengan

asam sebagai titran. Secara tersirat, bahwa titrasi asidimetri-alkalimetri

menyangkut reaksi dengan asam dan/atau basa diantaranya : asam kuat –

basa kuat, asam kuat – basa lemah, asam lemah – basa kuat, asam kuat –

garam dari asam lemah, basa kuat – garam dari basa lemah

(Anonimc,2010).

Modifikasi metoda Asidimetri untuk mengukur konsentrasi sulfur

dioksida dan ammoniak di dalam rumah. Modifikasi dilakukan dengan

Page 7: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

menurunkan persamaan matenatis berdasarkan perubahan pH larutan

absorber, analisis sulfur dioksida dan amraoniak dalam sampel secara

potensiometri dan mengubah ponpa isap dengan pampa bertenaga baterei

kering. Konsentrasi terendah yang bisa diditeksi dengan metoda ini adalah

3,45 μg/M3 untuk sulfur dioksida dan 8,89 μg/ M3 untuk

ammoniak (Rahman,2010).

Analisis penentuan konsentrasi asam bebas di dalam larutan uranil

nitrat secara potensiometrik didasarkan atas reaksi asam-basa (asidimetri).

Mula-mula larutan uranil nitrat yang mengandung asam bebas diencerkan

keasamannya hingga sekitar 0,1-0,6 N kemudian ditambahkan 1 ml

ammonium oksalat jenuh sebagai larutan penyangga dan dititrasi dengan

sodium hidroksida 0,1 N [1]

.Persyaratan yang ditetapkan selama titrasi

berlangsung adalah:

a. Perbandingan molekul antara asam bebas dengan uranium adalah 5:1

b. Konsentrasi uranium dalam larutan yang dianalisis sekitar 7-50 gr U/ltr

(Yudhi,2006).

Berkenaan dengan bahan katalis vanadium V oksida sudah sering

digunakan. Namub,dalam beberapa kasus hasil yang diperoleh tidak akurat

yang diperoleh dalam determinas fluorite menggunakan

asidimetri.beberapa V oksida ditaruh dalam tabung reaksi,menambah

konsumsi dari larutan alkali standar. V oksida digunakan tanpa ada

komplikasi, termasuk spektrofotomeri,titrasi dengan thorium

nitrat,petensiometri dengan ion fluorit,atau kromatografi untuk determinasi

flourit (Dressler,2003).

Dalam laporan ketiga dalam seri ini ,telah memperbaiki peralatan

untuk perbedaan potensiometri,termasuk dalam pompa gas. Data yang

diberikan menunjukkan kegunaan metode untuk ketepatan pengukuran.

Namun dalam penilitian laboratorium lebih sering dalam larutan asam.

Sampai akhir-akhir ini pengukuran konduktan,transfer nilai, dan lain-lain

telah dihambat dengan metode nilai yang kecil yaitu asidimetri. Percobaan

menggunakan eektroda quinhydrone untuk asidimetri,namun tak berhasil.

Page 8: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

Ini mungkin karena cepatnya oksidasi dari substrat setelah mencapai poin

normal. Sebuah usaha juga telah dilakukan untuk mendapat akurasi yang

diinginkan dengan menggunakan indikator,dengan pewarnaan standar,

tanpa ada usaha lain yang lebih baik. Dengan penelitian yang lebih jauh,

dapat mengembangkan ketepatan yang cukup (Mac Inees, 2010) .

C. Metodologi

1. Bahan

a. HCl

b. Natrium Tetra Borat (Na2B4O7)

c. Soda Abu

d. Soda Kue

e. Boraks

f. Caustic Soda

g. Aquades

h. Indikator Metil Merah

i. Indikator pp

2. Alat

a. Pipet Tetes

b. Pipet Volume

c. Erlenmeyer

d. Buret dan Klem Holder (Penyangga Statif

e. Labu takar

f. Timbangan Analitik

Page 9: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

3. Cara Kerja

a. Standarisasi HCl dengan larutan Baku Primer Na2B4O7

b. Penentuan Kadar Basa pada Bermacam – macam Soda

Dititrasi Na2B4O7 tersebut dengan HCL sehingga terjadi perubahan warna

Ditambah indikator metil merah sebanyak 2-3 tetes

Dipipet 10 ml larutan Na2B4O70,1 M ke erlenmeyer

Dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan dilarutkan dengan aquades sampai tanda tera

2,5 gr Natrium tetraborat ditimbang

Dititrasi larutan bahan tersebut dengan HCL 0,1 N dan 0,5 N sampai terjadi perubahan warna

Ditambah indikator metil merah jingga

Dipipet 10 ml larutan bahan ke erlenmeyer

Dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan dilarutkan dengan aquades sampai tanda tera

2,5 gr bahan ditimbang

Page 10: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

c. Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat dengan 2 indikator

Dititrasi lagi dengan larutan standar HCL 0,1 N sampai terjadi perubahan warna

Ditambah 2 tetes indikator MO

Dititrasi larutan bahan tersebut dengan HCL 0,1 N sampai tidak ada perubahan warna

Ditambah indikator pp sebanyak 2 tetes

Dipipet 10 ml larutan bahan ke erlenmeyer

Dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan dilarutkan dengan aquades sampai tanda tera

2,5 gr bahan ditimbang

Page 11: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

D. Hasil dan Pembahasan

1. Standarisasi HCL dengan Larutan Baku Na2B4O7

a. Hasil Percobaan

Tabel 1.1 Hasil Standarisasi HCl dengan Larutan Baku Na2B4O7

V Na2B4O7 N Na2B4O7 V HCl N HCl ∆ Warna

10 2,618 x 10-3 27 9,69 x 10-4 Kuning - pink

Sumber : Laporan Sementara

b. Pembahasan

Boraks digunakan sebagai bahan baku dalam penetapan normalitas

HCl karena mudah diperoleh dalam keadaan murni, cukup stabil, dan

memiliki berat ekuivalen yang tinggi. Pada tahap awal, ke dalam larutan

Na2B4O7 dimasukkan 2-3 tetes indikator metil merah. Setelah itu, larutan

Na2B4O7 dititrasi dengan HCl hingga terjadi perubahan warna dari

kuning menjadi merah muda. Volume HCl akhir yang diperlukan adalah

sebesar 27 ml dan memiliki normalitas sebesar 9,69 x 10-4 N. Pada

praktikum kali ini diketahui bahwa normalitas boraks adalah sebesar

2,618 x 10-3dengan volume sebesar 10 ml. Hasil akhir titrasi adalah

terbentuknya campuran NaCl dengan otoborat (H3BO3) bebas, sehingga

pH larutan dapat dihitung, tanpa melihat perubahan volume dalam titrasi.

Adapun indikator yang paling cocok adalah Metil Merah (MM). Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi normalitas boraks yaitu massa boraks,

BE boraks, dan volume larutan. Sedangkan yang mempengaruhi

normalitas HCl yaitu volume HCl, volume boraks, dan normalitas

boraks. Normalits HCl berbanding lurus dengan normalitas boraks dan

volume boraks serta berbanding terbalik dengan volume HCl.

Page 12: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

2. Penentuan Kadar Basa dengan HCL 0,1 N dan 0,5 N

a. Hasil Percobaan Tabel 1.2 Hasil Penentuan Kadar Basa HCl 0,1 N

Kel Jenis Soda Berat

Bahan

V HCl ∆

Warna

Kadar

%

1 Soda Kue 2,5 49,5 Kuning - kuning muda 104,94

2 Soda Kue 2,5 47 Kuning – kuning pudar 99,64

3 Soda Kue 2,5 47 Kuning – pink 99,64

4 Soda Abu 2,5 48 Kuning – kuning muda 59,21

5 Soda Abu 2,5 46,5 Kuning – pink 128,34

6 Boraks 2,5 15,5 Kuning – pink 59,21

7 Boraks 2,5 17,2 Kuning – pink 65,704

8 Soda Kue 2,5 34,8 Kuning – pink 58,464

10 Soda Abu 2,5 65,3 Kuning – pink 263,812

12 Boraks 2,5 16,5 Kuning – pink 66,6

14 Causatic Soda 2,5 75 Kuning – pink 120

15 Causatic Soda 2,5 35 Kuning – pink 56

16 Causatic Soda 2,5 40 Kuning – pink 64

Sumber : Laporan Sementara

Page 13: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

Tabel 1.3 Penentuan Kadar Basa dengan HCl 0,5 N

Kel Jenis Soda Berat Bahan

V HCl ∆ Warna

Kadar %

1 Soda Kue 2,5 10,9 Kuning-kuning muda 115,54

2 Soda Kue 2,5 14 Kuning – kuning pudar 148,4

3 Soda Kue 2,5 11,5 Kuning – pink 121,9

4 Soda Abu 2,5 14 Kuning – kuning muda 72,58

5 Soda Abu 2,5 13 Kuning – pink 179,4

6 Boraks 2,5 3,8 Kuning – pink 72,58

7 Boraks 2,5 4,1 Kuning – pink 78,31

9 Soda Kue 2,5 11 Kuning – pink 116,6

11 Soda Abu 2,5 13 Kuning – pink 137,8

13 Boraks 2,5 4,8 Kuning – pink 96,58

15 Causatic Soda 2,5 8,2 Kuning – pink 65,6

16 Causatic Soda 2,5 22,5 Kuning – pink 180

17 Causatic Soda 2,5 20,5 Kuning – pink 164

Sumber : Laporan Sementara

b. Pembahasan

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan

konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap

dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Titik ekuivalen

merupakan saat yang menunjukkan bahwa ekuivalen pereaksi-pereaksi

tepat sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena

hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini

diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga

titik akhir titrasi dapat diketahui.

Page 14: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

Pada praktikum ini, penentuan kadar basa dilakukan dengan

menggunakan metode titrasi antara HCl dengan sampel bahan. Sampel

tersebut adalah soda kue (Na2CO3), boraks (Na2B4O7.5H2O), soda abu

(K2CO3), dan caustic soda (NaOH). Sebelumnya bahan tersebut ditimbang

sebanyak 2,5 gr dan dilarutkan. Diberi indikator metil jingga,dan dititrasi

dengan HCl 0,1 N dan HCl 0,5 N. Akan terjadi perubahan warna dari

kuning menjadi warna merah muda. Reaksi yang terjadai antara HCl

dengan soda-soda tersebut adalah :

Soda abu : K2CO3 + 2HCl 2KCl + H2O + CO2

Soda kue : Na2CO3 + 2HCl 2NaCl + H2O + CO2

Boraks : Na2B4O7 + 5H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO3

Caustic Soda : Na OH + HCl NaCl + H2O

Dalam penentuan kadar basa soda,menggunakan dua titran yaitu

HCl 0,1 N dan HCl 0,5 N. Hasil kadar basa pada titran HCl 0,1 N lebih

kecil daripada titran HCl 0,5 N. Pada titran HCl 0,1 N penentuan kadar

soda kue dilakukan oleh 4 kelompok, data masing masing adalah untuk

kelompok 1 sebesar 104,94%, kelompok 2 sebesar 99,64 %, kelompok 3

sebesar 99,64%, dan kelompok 8 sebesar 58,464%. Soda berikutnya

adalah soda abu, dan dilakukan penelitian oleh 3 kelompok. Dari

percobaan kadar basa didapat, kelompok 4 sebesar 59,21%,kelompok 5

sebesar 128,64%,dan kelompok 10 sebesar 263,812 %. Penghitungan

kadar boraks dilakukan oleh 3 kelompok, hasilnya kelompok 6 sebesar

59,21%, kelompok 7 sebesar 65,704%,dan kelompok 12 sebesar 66,6%.

Sedangkan percobaan menggunakan causatic soda dilakukan oleh

kelompok 14 dengan kadar sebesar 120%, kelompok 15 56%, dan

kelompok 16 sebesar 64%. Dari data-data tersebut, kadar soda terbesar

adalah soda abu oleh kelompok 10 sebesar 263,812% dan yang paling

kecil adalah causatic soda oleh kelompok 15 dengan nilai sebesar 56%.

Penentuan kadar soda berikutnya menggunakan HCL 0,5 N. Hasil

yang didapat pada soda kue yaitu kelompok 1 sebesar 115,54 %,kelompok

2 sebesar 148,4%, kelompok 3 sebesar 121,9% dan kelompok 9 sebesar

Page 15: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

116,6%. Kadar soda abu oleh kelompok 4 sebesar 72,58%,kelompok 5

sebesar 179,4%,dan kelompok 11 sebesar 137,8%. Penentuan kadar boraks

oleh kelompok 6 sebesar 72,58%, pada kelompok 7 sebesar 78,31%,dan

pada kelompok 13 sebesar 96,58%. Dan penentuan causatic soda pada

kelompok 15,16,dan 17 berturut – turut adalah 65,6 %, 180 %,dan 164 %.

Kadar basa terbesar terdapat pada causati soda kelompok 16 sebesar 180%

dan yang terkecil merupakan kadar causatic soda kelompok 15 sebesar

65,6%.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar basa dari suatu

contoh adalah normalitas HCl, volume HCl, berat ekuivalen sampel soda,

serta massa bahan.Secara rinci, kadar basa berbanding lurus dengan

normalitas HCl, volume HCl, dan berat ekuivalen serta berbanding terbalik

dengan massa beban. Dari hasil yang dapat, terdapat data yang melebihi

100%. Hal ini bisa terjadi karena kemungkinan soda belum tercampur

sempurna juga faktor kecermatan dalam pembuatan larutan, baik melalui

pengenceran maupun saat penitrasian. Karena bahan dan larutan dari

praktikum ini dibuat melalui acara sebelumnya, maka kesalahan analisis

pada acara sebelumnya dapat mengakibatkan ketidakakuratan hasil data

akhir pada sampel.

Page 16: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

3. Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat

a. Hasil percobaan

Tabel 1.4 Kadar Karbonat dan Bikarboant dengan 2 indikator

Kel Jenis Bahan

Berat Bahan

N

HCl

V

pp

∆ Warna V mo

∆ Warna

1 Karbonat 2,5 0,1 12 Pink tua- transparan 13,1 Transparan- pink

2 Karbonat 2,5 0,1 10 Pink tua- transparan 10,3 Transparan- pink

3 Karbonat 2,5 0,1 18 Pink tua- transparan 22 Transparan- pink

4 Karbonat 2,5 0,1 25,5 Pink tua- transparan 27,5 Transparan- pink

5 Karbonat 2,5 0,1 33,5 Pink tua- transparan 26,5 Transparan- pink

6 Bikarbonat 2,5 0,1 4 Pink tua- transparan 28,5 Transparan- pink

7 Bikarbonat 2,5 0,1 5,5 Pink tua- transparan 29,1 Transparan- pink

8 Karbonat 2,5 0,1 24 Pink tua- transparan 25 Transparan- pink

9 Karbonat 2,5 0,1 24 Pink tua- transparan 25 Transparan- pink

10 Karbonat 2,5 0,1 25,6 Pink tua- transparan 27,5 Transparan- pink

11 Karbonat 2,5 0,1 7,5 Pink tua- transparan 5,8 Transparan- pink

12 Bikarbonat 2,5 0,1 4,5 Pink tua- transparan 32 Transparan- pink

13 Bikarbonat 2,5 0,1 4 Pink tua- transparan 34,5 Transparan- pink

14 Bikarbonat 2,5 0,1 4 Pink tua- transparan 3,45 Transparan- pink

15 Bikarbonat 2,5 0,1 9,5 Pink tua- transparan 38 Transparan- pink

16 Bikarbonat 2,5 0,1 6,5 Pink tua- transparan 32,2 Transparan- pink

17 Bikarbonat 2,5 0,1 60 Pink tua- transparan 5,5 Transparan- pink

Sumber : Laporan Sementara

Page 17: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

b. Pembahasan

Pada penentuan kadar karbonat dan bikarbonat terdapat perbedaan

nilai pada tiap kelompoknya. Faktor yang harus ada adalah volume

titran. Adapun faktor lain yang harus diperhatikan adalah faktor

pengenceran, normalitas titran, berat setara titrat dan volume contoh.

Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

Pada karbonat = Na2CO3 + 2HCl 2NaCl + H2O + CO2

Pada bikarbonat = NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2

Titrasi pertama dengan menggunakan indikator pp , warna awal

pink tua dan berubah menjadi bening. pH kerja pp berada pada interval

8,0 sampai 9,6 dan pH titik ekivalen karbonat berada pada pH 8,3 (berada

di dalam rentang pH kerja fenolftalein). Oleh karena itu, pada titrasi

karbonat, digunakan indikator fenolftalein. Lalu diberi indikator metil

orange yang mempunyai trayek pH dari 3,1 – 4,4 ,dititrasi dengan HCl

0,1 N dan terjadi perubahahn warna dari bening menjadi pink. pH kerja

dari metil orange adalah 3,1-4,4 dan pH titik ekivalen dari hydrogen

karbonat adalah 3,9 (berada di dalam rentang pH kerja metil jingga). Oleh

karena itu, metil jingga juga digunakan sebagai indikator dalam titrasi

hidrogen karbonat.

E. Kesimpulan

Melalui acara I Asidimetri yang telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. HCl merupakan larutan baku sekunder yang mudah dipengaruhi oleh CO2

menentukan kemurniannya harus dilakukan standardisasi.

2. Perubahan warna yang terjadi pada standardisasi antara HCl dengan larutan

natrium tetra borat adalah dari warna kuning menjadi merah muda.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi normalitas boraks adalah massa boraks,

berat ekuivalen boraks, dan volume larutan.

Page 18: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi normalitas HCl adalah volume HCl,

volume boraks dan normalitas boraks.

5. Pada praktikum kadar basa baik dengan titran HCl 0,1 N dan 0,5 N HCl

tertinggi terdapat pada soda abu. Hal ini diakibatkan oleh sifat basa kuat yang

terkandung dalam sampel bahan tersebut.

6. Kadar basa terendah pada praktikum ini terdapat pada causatic soda sebesar

56% pada titrasi 0,1 N HCl.

7. Perubahan warna yang terjadi selama titrasi penentuan kadar basa yaitu

kuning menjadi merah muda.

8. Pada penentuan kadar karbonat, titrasi pertama dengan indikator pp terjadi

perubahan warna dari pink menjadi transparan. Lalu pada titrasi kedua dengan

indikator metil orange perubahan warna terjadi dari transparan dari pink.

9. Faktor yang mempengaruhi kadar karbonat maupun karbonat adalah

volume titran, faktor pengenceran, normalitas titran, berat setara titrat dan

volume contoh.

Page 19: Laporan Asidimetri ITP 09-10

Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas sebelas Maret

2009/2010

DAFTAR PUSTAKA

Anonima.2010. Asidimetri & Alkalimetri.tinz08.wordpress.com. Diaksses tanggal

22 Maret 2010 pukul 17.17 WIB.

Anonimb.2010. Analisis Kuantitatif Secara Volumetri. wathan89.wordpress.com.

Diakses tanggal 22 Maret 2010 pukul 21.16 WIB.

Anonimc.2010. Asidi-Alkalimetri . mohamaddiontiara.multiply.com. Diakses

tanggal 23 Maret 2010 pukul 13.48 WIB.

Douglas, Silas Hamilton.1901.Qualitative Chemichal Analysis.Gramedia.Jakarta

Dressler, Valderi L.2003. Determination of fluoride in coal using pyrohydrolysis

for analyte separation lattes.cnpq.br. Diakses tanggal 23 Maret 2010

pukul 14.15 WIB.

Ham, Mulyono.2006.Membuat Reagen Kimia.Bumi Aksara.Jakarta.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.

Mac Inees.2010. Differential Potentiometric Titration An Adaptation og The

Method To The Use of Hydrogen Electrodes. acs.org. Diakses tanggal 23

Maret 2010 pukul 15.00 WIB.

Rahman,A. 2010. Modifikasi Metoda Asidimetri Untuk Mengukur Konsentrasi

Sulfur Dioksida dan Ammoniak di dalam Rumah Tanpa Catu Listrik

PLN. www.digilib.ui.ac.id. Diakses tanggal 23 Maret 2010 13.45 WIB

Underwood, A. L dan R. A. Day, Jr. 2006. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi

Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Yudhi,Noor.2006. Analisis Asam Bebas Secara Bebas Secara Potensiometrik di

dalam Larutan Uranil Nitrat .www.scribt.com. Diakses tanggal 23 Maret

2010 pukul 14.00 WIB.