LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA...
Transcript of LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA...
0
LAPORAN AKHIRPENGABDIAN PADA MASYARAKAT
PELATIHAN DAN PENDAMPINGANMEMBACA CERITA BAHASA INGGRIS BAGI GURU SD
DI KECAMATAN SERIRIT
Oleh:
Ida Ayu Made Istri Utami, S.Pd., M.Pd. (Ketua)NIP: 198709172015042002
Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd (Anggota)NIP: 198805172012122002
G.A.P. Suprianti, S.Pd., M.Pd. (Anggota)NIP: 199002242014042001
Dr. Ni Komang Arie Suwastini, S,Pd., M.Hum. (Anggota)NIP: 198004042003122001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRISFAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHASEPTEMBER 2017
ii
HALAMAN PENGESAHANLAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
1 Judul IbM : IbM Pelatihan dan Pendampingan Membaca CeritaBahasa Inggris bagi Guru SD di Kecamatan Seririt
2 Nama Mitra Program IbM (1)Nama Mitra Program IbM (2)
::
SD Negeri 3 LokapaksaSD Negeri Umeanyar
3 Ketua Tim Pengusula. Nama (lengkap dengan gelar) : Ida Ayu Made Istri Utami, S.Pd., M.Pd..b. NIDN : 0817098701C Jabatan / Golongan : Tenaga Pengajar/IIIbd. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggrise. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganeshaf. Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa Inggrisg. Alamat Kantor/Tlp/Fax/Surel : Jl. Udayana No.11, Singaraja-Bali, 81117
4 Jumlah Anggota : 3 oranga. Identitas Anggota 1
- Nama Lengkap- NIDN- Perguruan Tinggi
:::
Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd.0017058801Universitas Pendidikan Ganesha
b. Identitas Anggota 2- Nama Lengkap- NIDN- Perguruan Tinggi
:::
G. A.P. Suprianti, S.Pd., M.Pd.0024029001Universitas Pendidikan Ganesha
c. Identitas Anggota 3- Nama Lengkap- NIDN- Perguruan Tinggi
:::
Dr. Ni Komang Arie Suwastini, S,Pd., M.Hum.0004048001Universitas Pendidikan Ganesha
5 Lokasi Kegiatan Mitra (1) :a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Kecamatan Seriritb. Kabupaten/Kota : Bulelengc. Propinsi : Balid. Jarak PT ke Lokasi Mitra (Km) : 22 KM
6 Lokasi Kegiatan Mitra (2)a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Kecamatan Seriritb. Kabupaten/Kota : Bulelengc. Propinsi : Balid. Jarak PT ke Lokasi Mitra (Km) : 22 KM
7 Luaran yang Dihasilkan : Peningkatan kemampuan membaca cerita oleh gurusd, RPP, Prosiding SENADIMAS
iii
8 Jangka Waktu Pelaksanaan : 8 Bulan
9 Biaya Total- DIPA Undiksha : Rp. 8.000.000,-- Sumber Lain : -
iv
Ringkasan
Teknik membaca cerita adalah sebuah teknik menyampaikan cerita oleh seorangindividu dengan menggunakan media buku dan dilakukan dengan cara membacakannya(Gallets, 2005). Dalam implementasinya di sekolah, guru sangat berperan penting dalammendorong antusiasme anak-anak untuk membaca pada teknik membaca cerita ini. Gerakan,efek suara, dan penggunaan alat peraga kurang menonjol dalam teknik ini.
Terdapat tiga target utama dari program P2M ini, yakni: (1) Guru SD di KecamatanSeririt memperoleh wawasan mengenai strategi inovatif dalam pembelajaran Bahasa Inggris,(2) Guru SD di kecamatan tersebut mendapatkan pemahaman mendalam mengenai media yangmendukung kegiatan tersebut, (3) Guru SD di kecamatan tersebut menjadi terampilmembacakan ceritan Bahasa Inggris. Adapun luaran dari program P2M ini adalah:Meningkatnya kemampuan guru SD di kecamatan seririt dalam membacakan cerita bahasainggris serta terdapatnya artikel yang akan diajukan ke Jurnal Widya Laksana.
Berdasarkan hasil Kuesioner awal, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar gurubelum pernah membacakan buku cerita saat pelajaran bahasa inggris, jikalaupun pernahmembacakan, sebagian besar cerita berasal dari buku paket dan internet yang hanya berupateks. Cerita tidak dilengkapi dengan gambar yang kurang menarik perhatian siswa. Selain itukegiatan dalam membacakan cerita kurang bervariasi dan komunikatif. Guru membacakan danmeminta siswa menyimak dan setelah itu guru akan menerjemahkannya kalimat per kalimatdengan maksud membuat siswa paham arti cerita tersebut. Dengan demikian, siswa malahmenjadi bosan dan kurang tertarik dengan kegiatan membaca. Dari hasil kuesioner tersebutdapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan ini sangat diperlukan untuk meningkatkanpengetahuan dan kemampuan peserta dalam membacakan cerita bahasa inggris denganmenarik.
Selanjutnya, saat peberian materi oleh narasumber, peserta berpartisipasi aktif yangkemudian peserta dibagi menjadi 8 kelompok berdasarkan gugus untuk berlatih mempraktekancara membacakan cerita. Narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian terkaitpraktek yang dilakukan masing-masing kelompok. Berdasarkan penilaian, dapat disimpulkanbahwa nilai total tertinggi diperoleh oleh kelompok 2 yakni 88 yang diikuti oleh kelompok 5dengan nilai 86 dan kelompok 8 serta 4 dengan nilai masing-masing 84 dan 79,5. Keempatkelompok dengan nilai tertinggi tersebut akan didampingi ke sekolah masing-masing.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membacakan cerita bahasainggris guru-guru pada saat pelatihan oleh kelompok peserta masuk dalam kriteria Baik. Untukitu, pendampingan lebih lanjut guna meningkatkan kemampuan guru masih diperlukan.
Kata Kunci : membaca, cerita
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………….. iHalaman Pengesahan …………………………………………….. iiRingkasan …………………………………………….. ivDaftar Isi …………………………………………….. vI. Pendahuluan …………………………………………….. 1II. Target dan Luaran …………………………………………….. 7III. Motode Pelaksanaan Kegiatan …………………………………………….. 8IV. Kelayakan Perguruan Tinggi …………………………………………….. 12V. Hasil yang Dicapai …………………………………………….. 14VI. Rencana Tahap Berikutnya …………………………………………….. 21VII. Kesimpulan dan Saran …………………………………………….. 22Daftar Pustaka …………………………………………….. 24
LAMPIRANLampiran 1. Absensi Peserta Pelatihan Membaca Cerita Bahasa InggrisLampiran 2. Foto-Foto Pelatihan Membaca Cerita Bahasa InggrisLampiran 3. Peta Lokasi PelatihanLampiran 4. Lembar ObservasiLampiran 5. Evaluasi Membaca Buku CeritaLampiran 6. Kuesioner 1Lampiran 7. Kuesioner 2
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang sudah lebih dari 10 tahun
diajarkan di sekolah dasar. Kebijakan tentang dimungkinkannya pelajaran Bahasa Inggris di
sekolah dasar secara resmi dinyatakan dalam kebijakan pemerintah, diantaranya adalah
Kebijakan Depdikbud RI No. 0487/4/1992, Bab VIII, yang menyatakan bahwa sekolahdasar
dapat menambah matapelajaran dalam kurikulumnya, asalkan pelajaran itu tidak bertentangan
dengan tujuan pendidikan nasional. Kebijakan ini kemudian disusul dengan SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993tentang
dimungkinkannya program bahasa Inggris di sebagai mata pelajaran muatan lokal SD, dan
dapat dimulai pada kelas 4 SD.
Dengan adanya dasar kebijakan tersebut, Bahasa inggris kemudian menjadi Bahasa lain
yang diperkenalkan kepada anak SD selain Bahasa Ibu. Reilly dan Ward (1997) menyatakan
bahwa Belajar bahasa baru, apalagi bahasa asing bagi anak-anak merupakan pengalaman
“traumatic” yang dekat kaitannya dengan rasa takut dan malu.Untuk itu, perlu dipikirkannya
proses belajar bahasa yang mampu membuat anak merasa nyaman dan tenang. Proses belajar
bahasa asing yang dipercaya membuat anak merasa nyaman dan tenang biasanya dapat dicapai
melalui pembelajaran bahasa yang sederhana dan menyenangkan sesuai dengan dunia anak.
Kegiatan belajar bahasa asing yang sesuai dengan dunia anak kemudian dijabarkan lagi
menjadi kegiatan pembelajaran yang mampu menarik perhatian anak. Pada hakekatnya,
menurut Curtain dan Pesola (1994), anak-anak akan belajar bahasa asing dengan baik apabila
proses belajar terjadi dalam konteks yang komunikatif dan bermakna bagi mereka. Ur (1996)
menyatakan bahwa terdapat tiga sumber perhatian untuk anak-anak di dalam kelas, yaitu
gambar, dongeng, dan permaianan. Anak-anak senang melihat gambar terutama yang menarik,
jelas dan berwarna. Semikian pula anak senang mendengar dongeng/cerita, kemudian suka
membaca apalagi dilengkapi dengan gambar-gambar.
Terkait dengan bahan ajar yang dapat menarik minat anak-anak, bahan ajar atau materi
merupakan sumber penting bagi guru dalam membantu siswanya untuk belajar Bahasa inggris.
Bahan ajar anak-anak SD dapat berupa buku teks, lembar kegiatan siswa (LKS), gambar, poster,
atau buku cerita. Moon (2000) menyatakan bahwa bahan ajar yang bermanfaat tidak hanya
tergantung dari bahan ajar itu saja, namun bagaimana bahan ajar tersebut digunakan untuk
membantu siswa belajar bahasa. Untuk itu, peran guru amatlah penting sebagai pelakasana yang
harus memiliki kemampuan dan keterampulan berbahasa Inggris yang mumpuni dan menguasai
2
teknik-teknik mengajar bahasa Inggris yang sesuai untuk anak-anak. Dengan kata lain, untuk
membantu siswanya agar berhasil dalam belajar bahasa, guru diharapkan mampu menguasai
Bahasa inggris dan pembelajaran bahasa agar dapat melaksanakan evaluasi ketepatan berbagai
macam metode, materi yang digunakan, serta pendekatan pembelajaran yang sesuai.
Salah satu metode yang bisa digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa
khususnya anak-anak SD adalah membaca cerita atau yang lebih dikenal dengan Story Reading.
Menurut Amstrong (2002), metode bercerita adalah teknik dengan membacakan buku cerita
yang bertujuan untuk mengenalkan kepada anak huruf-huruf yang membentuk sebuah kata dan
mendorong tumbuhnya kesiapan membaca pada anak. Metode ini merupakan sebuah upaya
untuk menciptakan lingkungan belajar mengajar yang memiliki manfaat antara lain: (1)
Menanamkan kecintaan anak untuk membaca buku, (2) Membuat anak menjadi lebih tenang
dan nyaman, (3) Membantu anak mengenal kata dan kalimat, serta (4) Menyampaikan pesan
moral untuk anak.
1.2.Analisis Situasi
Sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Buleleng, Kecamatan Seririt pernah
menjadi ibu kota Provinsi Bali. Dengan letak geografis yang menjadikan kecamatan ini sangat
strategis sebagai pusat perdagangan karena dekat dengan pantai dan pelabuhan, Seririt hingga
kini menjadi kecamatan yang padat penduduk. Terkait dengan keberlangsungan pendidikan,
ditunjang dengan kondisi alamnya yang heterogen dengan perbukitan dan pantai, masih banyak
terdapat lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan sarana pendidikan. Disamping itu,
masih terbatasnya pengembangan industri membuat kecamatan tersebut tetap nyaman dan asri.
Kecamatan Seririt merupakan kecamatan dengan 21 desa, yakni Desa Banjar Asem,
Desa Bestala, Desa Bubunan, Desa Gunungsari, Desa Joanyar, Desa Kalianget, Desa Kalisada,
Desa Lokapaksa, Desa Mayong, Desa Munduk Bestala, Desa Pangkungparuk, Desa Patemon,
Desa Pengastulan, Desa Rangdu, Desa Ringdikit, Desa Seririt, Desa Sulanyah, Desa
Tangguisia, Desa Ularan, Desa Umeanyar, dan Desa Unggahan. Berdasarkan Referensi Data
Kemdikbud, saat ini terdapat 54 sekolah dasar (SD) yang tersebar seluruh desa, baik negeri
maupun swasta. Kondisi ini sudah cukup mendukung usaha peningkatan kualitas pembelajaran.
Rata-rata guru SD yang ada di Kecamatan tersebut telah bergelar S1 (sarjana) dan hanya
beberapa guru yang masih D-II PGSD. Selain itu, dengan adanya Universitas Pendidikan
Ganesha yang berlokasi tidak jauh dari kecamatan seririt, program pengembangan profesi guru
di kecamatan tersebut cukup baik.
3
Lebih lanjut, sebagai kecamatan dengan potensi perdagangan serta dekat dengan
kawasan pariwisata (Lovina), dan kondisi lingkungan yang mendukung peningkatan kualitas
pendidikan masyarakatnya, Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran penting untuk diajarkan,
baik sebagai muatan lokal maupun mata pelajaran wajib, sedini mungkin. Bahasa merupakan
sebuah proses interaksi dimana anak-anak belajar bahasa dan memerlukan kesempatan yang
cukup untuk berinteraksi pada konteks yang bermakna dan menyenangkan dan juga kesempatan
bermain dengan bahasa itu sendiri saat secara tidak disadari menguasai kosakata dan struktur
bahasa tersebut (Samantaray, 20014). Dengan demikian, jika terdapat keinginan membuat
siswa SD menguasai bahasa dengan baik, sepatutnya diajarkan sedini mungkin dengan konsep
yang menyenangkan dan kontekstual.
Namun sangat disayangkan, kualifikasi guru Bahasa Inggris di SD belum sesuai dengan
bidang keilmuannya. Hampir 90% guru yang mengajar Bahasa Inggris di SD di kecamatan
Seririt merupakan guru kelas dengan kualifikasi Sarjana Pendidikan Guru SD. Berdasarkan data
dari Unit Pelaksana Pendidikan (UPP) Kecamatan Seririt, guru bahasa Inggris yang ada di
Kecamatan seririt untuk tingkat sekolah dasar hanya berjumlah 10 orang. Dari 54 SD, hanya 10
SD di Kecamatan Seririt yang memiliki guru bahasa Inggris. Dampak dari hal ini adalah guru-
guru yang tidak berlatarbelakang Bahasa Inggris hanya mengajar seadanya. Berdasarkan
wawancara dengan beberapa guru SD, mereka hanya mengajar berdasarkan buku paket atau
mengajar materi sesuai kemampuan mereka. Beberapa kepala sekolah membenarkan hal
tersebut dan menyatakan juga bahwa ketersediaan buku paket sangat minim, satu buku paket
diberikan untuk dua orang siswa, selain itu, tidak ada media pembelajaran khusus untuk
pelajaran bahasa Inggris kecuali beberapa flashcard yang sangat terbatas. Ditambahkan oleh
kepala sekolah SD di daerah tersebut, alokasi dana lebih diarahkan pada mata pelajaran regular,
bukan pada bahasa Inggris yang hanya muatan lokal.
Secara faktual, telah dilakukan berbagai usaha peningkatan kompetensi mengajar
Bahasa Inggris bagi guru-guru SD khususnya di kecamatan Seririt. Hal ini disebabkan karena
guru merupakan motor utama penggerak perbaikan kualitas pendidikan. Secara teoritis,
pengajaran Bahasa, khususnya Bahasa Inggris sebagai bahasa asing perlu diajarkan dengan
menggunakan strategi yang menyenangkan bagi anak-anak, salah satunya dengan membacakan
cerita (Story Reading). Teknik membaca cerita adalah sebuah teknik menyampaikan cerita oleh
seorang individu dengan menggunakan media buku dan dilakukan dengan cara
membacakannya (Gallets, 2005). Ellis & Brewster (1991) menyatakan bahwa buku cerita
mampu memperkaya pengalaman belajar siswa, memotivasi dan menyenangkan selain
membangun sikap positif terhadap bahasa asing. Ditambahkan bahwa dengan penggunaan
4
cerita di dalam kelas, siswa dapat berbagi pengalaman sosial satu dengan yang lain (Ellis &
Brewster, 1991). Siswa, khususnya anak-anak, menyukai cerita yang terus menerus diulang
sehingga penguasaan bahasa dapat terjadi secara tidak disadari.
Pada kenyataannya, kemampuan guru membacakan cerita masih sangat rendah. Selain
karena tidak terbiasa membacakan buku cerita, guru-guru juga masih belum menyadari
pentingnya pengajaran bahasa Inggris dengan media buku cerita, baik bagi kemampuan bahasa
Inggris maupun pendidikan karakter siswa bersangkutan. Menurut Somadi (2012), karya sastra,
dalam hal ini berupa cerita, merupakan sebuah alat dalam pendidikan karakter sebab karya
sastra membentuk mental image pada otak anak yang akan mempengaruhi sikapnya dalam
kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut Johnsen & Johnsen (1998) memaparkan bahwa dengan
cerita anak-anak dapat belajar hal yang benar dengan cara yang lebih santai. Dengan demikian,
pengajaran cerita berbahasa Inggris tidak hanya akan bermanfaat bagi perkembangan akademis
siswa, namun juga baik dalam menungjang perkembangan karakter mereka.
1.3.Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian analisis situasi di atas, masalah-masalah yang dapat dipaparkan
adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran Bahasa inggris masih menggunakan metode yang
konvensional.
2. Pembelajaran Bahasa Inggris belum banyak menggunakan media ajar yang inovatif.
3. Kurang terlatihnya guru SD di Kecamatan seririt dalam membacakan cerita Bahasa
Inggris.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, Rumusan Masalah Pengabdian Masyarakat ini
adalah: Apakah kemampuan membaca cerita Bahasa Inggris guru SD di Kecamatan
Seririt dapat ditingkatkan melalui Pelatihan dan Pendampingan membaca cerita Bahasa
Inggris?
5
1.4.Tinjauan Pustaka
Seperti telah dipaparkan pada latar belakang sebelumnya, pengajaran anak-anak
memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda jika dibandingkan pengajaran bagi kaum
dewasa. Harmer (2001) menyatakan bahwa setidaknya ada tujuh sifat belajar anak-anak yang
berbeda dengan orang tua, dan salahsatunya yakni anak akan merespon terhadap makna
walaupun mereka tidak mengerti semua kata-kata secara keseluruhan. Anak-anak juga belajar
tidak hanya dari apa yang di dengar dan dilihat tetapi juga dari apa yang mereka lakukan.
Terlebih, anak-anak memiliki waktu konsentrasi yang terbatas. Dengan adanya perbedaan
karakteristik tersebut, perlakuan terhadap anak-anak juga harus berbeda dengan perlakuan
terhadap pembelajar dewasa.
Agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara baik, seorang guru di tuntut untuk bisa
menciptakan suasana dan kondisi belajar yang sesuai dengan sifat anak-anak seperti tersebut di
atas. Selain itu ia juga diharapkan bisa menggunakan teknik pembelajaran yang menarik sesuai
dengan dunia anak-anak tersebut. Salah satu teknik yang baik digunakan yakni dengan cerita.
Menurut Wright (1995:3), cerita yang di dalamnya termuat sejumlah banyak kata,
menyajikan pengalaman bahasa yang kaya. Selain itu cerita juga mampu memotivasi, kaya
unsur pengalaman bahasa dan tidak mahal. Teknik membaca cerita adalah sebuah teknik
menyampaikan cerita oleh seorang individu dengan menggunakan media buku dan dilakukan
dengan cara membacakannya (Gallets, 2005). Dalam implementasinya di sekolah, guru sangat
berperan penting dalam mendorong antusiasme anak-anak untuk membaca pada teknik
membaca cerita ini. Gerakan, efek suara, dan penggunaan alat peraga kurang menonjol dalam
teknik ini. Teknik membaca cerita memfokuskan siswa pada tulisan-tulisan yang ada pada buku
cerita dan suara dari guru. Matlin (2005) mengatakan bahwa seseorang akan mampu mengingat
kata ketika hanya memperhatikan bentuk (physical appereance) dari kata tersebut (misalnya
huruf kapital dalam kata tersebut) atau suara dari kata tersebut (misalnya rhyme atau suara dari
kata tersebut).
1.5.Tujuan Kegiatan
Berdasarkan permasalahan yang dihadadapi oleh guru-guru SD di Kecamatan Seririt
seperti yang disampaikan di atas, maka tujuan kegiatan ini adalah Memberikan Pelatihan dan
Pendampingan membaca cerita Bahasa Inggris yang dapat:
1. Memperbaiki proses pembelajaran Bahasa inggris yang dulunya menggunakan strategi
yang konvensional menjadi lebih inovatif dan bermakna
6
2. Meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris dengan pemanfaatan media berupa buku
cerita
3. Melatih guru SD di Kecamatan seririt dalam membacakan cerita Bahasa Inggris
1.6.Manfaat Kegiatan
Hasil Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan akan memberikan
kontribusi positif dalam meningkatkan kemampuan guru-guru SD dalam membacakan cerita
Bahasa Inggris sebagai strategi pengajaran Bahasa Inggris. Secara lebih eksplisit manfaat
kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Guru SD di Kecamatan Seririt akan memperoleh wawasan mengenai strategi inovatif
dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Selain itu, guru-guru di kecamatan tersebut juga akan
mendapatkan pemahaman mendalam mengenai media yang mendukung kegiatan tersebut.
Guru-guru tentunya akan menjadi terampil membacakan ceritan Bahasa Inggris dengan
mengikuti kegiatan pelatihan serta dilanjutkan dengan pendampingan ke sekolah masing-
masing.
b. Siswa SD di Kecamatan Seririt akan mendapat kesempatan diajar dengan menggunakan
strategi membaca cerita Bahasa Inggris oleh guru mereka sebab guru-guru tersebut telah
terlatih dan terampil. Kemampuan Bahasa Inggris siswapun akan meningkat seiring minat
yang juga meningkat sebagai akibat pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna
dengan strategi membacakan cerita.
c. Dinas Pendidikan dan pemerintah kecamatan Seririt memperoleh peluang untuk memiliki
SDM (Guru SD) yang berkualitas dan professional. Guru-guru tersebut juga dapat menjadi
pelatih siswa yang akan mengikuti lomba Story Reading.
Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat mengimplementasikan hasil
penelitian yang dilakukan. Secara umum Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat
melaksanakan salah satu darma dari tri dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Pada
Masyarakat.
7
BAB IITARGET DAN LUARAN
2.1 Target
Target dari program P2M ini adalah:
a. Guru SD di Kecamatan Seririt memperoleh wawasan mengenai strategi inovatif dalam
pembelajaran Bahasa Inggris.
b. Guru SD di kecamatan tersebut mendapatkan pemahaman mendalam mengenai media
yang mendukung kegiatan tersebut.
c. Guru SD di kecamatan tersebut menjadi terampil membacakan ceritan Bahasa Inggris.
2.2 Luaran
Adapun luaran dari program P2M ini adalah:
1. Meningkatnya kemampuan guru SD di kecamatan seririt dalam membacakan cerita
bahasa inggris
2. Terdapatnya artikel yang akan diajukan ke Jurnal Widya Laksana
8
BAB IIIMETODE PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Kerangka Pemecahan Masalah
Berangkat dari pemaparan analisis situasi serta permasalahan yang dihadapi mitra,
maka kerangka pemecahan masalah dalam program pengabdian masyarakat ini dapat dilihat
dalam diagram alur berikut:
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemecahan Masalah P2M
PERMASALAHAN
a. Proses pembelajaran Bahasa inggrismasih menggunakan metode yangkonvensional.
b. Pembelajaran Bahasa Inggris belumbanyak menggunakan media ajaryang inovatif.
c. Kurang terlatihnya guru SD diKecamatan seririt dalammembacakan cerita Bahasa Inggris.
PEMECAHAN MASALAH
a. Pelatihan dan pendampingan guruSD Kecamatan Seririt untukmengembangkan rencanapelaksanaan pembelajaran BahasaInggris yang menggunakan metodeyang lebih inovatif (StoryReading)
b. Pelatihan dan pendampingan guruSD Kecamatan Seririt untukmenggunakan media ajar berupabuku cerita Bahasa Inggris.
c. Pelatihan dan pendampingan guruSD Kecamatan Seririt untukmembaca cerita Bahasa Inggris.
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Memberikan Pelatihan danpendampingan membuat RencanaPelaksanaan Pembelajaran yangmelibatkan kegiatan membaca ceritaBahasa Inggris.
METODE KEGIATAN
1.Pelatihan membuat RPP2.Pelatihan membaca cerita
Bahasa Inggris3.Pendampingan dalam
mengimplementasikanketerampilan membaca ceritaBahasa Inggris dalam prosespembelajaran
9
3.2. Khalayak Sasaran
Kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) ini merupakan kegiatan yang bertujuan
membantu Guru Bahasa Inggris SD meningkatkan profesionalisme dalam merancang
pembelajaran dengan strategi inovatif, menggunakan media ajar, serta mengaplikasikannya
dalam bentuk membacakan cerita Bahasa Inggris. Sehubungan dengan hal tersebut, khalayak
sasaran strategis dan tepat dilibatkan adalah seluruh guru Bahasa Inggris SD di Kecamatan
Seririt.
3.3. Keterkaitan
Kegiatan P2M ini akan melibatkan institusi Undiksha dan SD di Kecamatan Seririt.
Kedua instansi yang terlibat ini memperoleh keuntungan secara bersama-sama sebagai berikut:
1. SD di kecamatan Seririt akan memperoleh manfaat dari kegiatan P2M ini dalam hal
peningkatan keterampilan Guru dalam membaca cerita Bahasa Inggris guna menarik
perhatian siswa untuk belajar Bhasa Inggris.
2. Universitas Pendidikan Ganesha melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat berperan
menyeediakan dana, sehingga mendukung pelaksanaan dharma ketiga dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
3.4 Metode Kegiatan
Berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara, kesepakatan oleh guru-guru sekolah
dasar di Kecamatan Seririt (mitra) dan tim pengusul beberapa permasalahan prinsip yang
menjadi prioritas untuk di atasi dalam program pengabdian masyarakat ini yaitu:
1. Menyepakati pelatihan sebagai upaya peningkatakan pengetahuan guru serta
keterampilan mengajar guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif. Pelatihan
akan diberikan oleh pakar yang merupakan pengajar TEFL (Teaching English as
Foreign Language) dan TEYL (Teaching English for Young Learners) di program studi
pendidikan bahasa Inggris. Model pelatihan akan dilakukan seperti proses seminar yang
diisi dengan diskusi dan tanya jawab untuk lebih mempertajam pengetahuan dan
pemahaman peserta. Dari proses diskusi dan tanya jawab ini diharapkan peserta secara
terbuka menyampaikan berbagai hal yang belum dipahami. Setelanya, akan diadakan
workshop pembuatan RPP menggunakan strategi inovatif (Story Reading) yang
kemudian akan mendapat komentar dan masukkan dari peserta lain serta narasumber.
2. Menyepakati pelatihan sebagai upaya peningkatakan pengetahuan guru serta
keterampilan mengajar guru dalam membuat media yang inovatif dan mendukung
10
strategi Story Reading. Pelatihan akan diberikan oleh pakar yang merupakan pengajar
Material & Media Development for Teaching Young Learners di program studi
pendidikan bahasa Inggris. Kegiatan ini akan sejalan dengan pelatihan pembuatan RPP.
Peserta akan melengkapi RPP dengan pembuatan media yang diperlukan sesuai dengan
RPP yang dibuat. Media tersebut kemudian akan mendapat komentar dan masukkan
dari peserta lain serta narasumber.
3. Pelatihan dan pendampingan praktek pembelajaran dengan menggunakan strategi Story
Reading berdasarkan RPP dan Media yang telah dibuat sebelumnya. Pada bagian ini,
pakar TEFL (Teaching English as Foreign language), TEYL (Teaching English for
Young learner), dan Children Literature dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Undiksha akan menjadi Narasumbernya. Praktek pendampingan ini akan menggunakan
RPP serta media yang telah dilatihkan sebelumnya, sehingga benar-benar bersifat
sistematis dan praktis bagi para peserta. Pada proses pelatihan dan pendampingan ini
proses evaluasi dan refleksi selalu dilakukan oleh guru bersama dengan tim
pendamping, sehingga dengan cepat dapat dipetakan kondisi-kondisi yang perlu
diperbaiki dan disesuaikan berdasarkan pengematan serta kesepakatan antara guru
dengan tim pendamping. Demikian juga dengan siklus berikutnya setelah pembelajaran
akan dilakukan evaluasi dan refleksi untuk memperbaiki tindakan sampai pada tim
menganggap guru telah mampu melaksanakan praktek pembelajaran sesuai.
4. Menyepakati adanya praktek pembelajaran secara mandiri. Setelah dilakukan
pendampingan, para guru akan diberikan kesempatan untuk melangsungkan praktek
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat tanpa didampingi oleh tIm pakar
Undiksha Singaraja. Namun diakhir pembelajaran, para guru diberikan untuk
menyampaikan berbagai hal yang telah dilakukan dan kendala-kendala yang dihadapi
sehingga dapat diberikan masukan tim pakar Undiksha Singaraja.
Setelah melihat detail model pelaksanaan program sebagaimana yang dipaparkan di
atas, maka metode pelaksanaan program ini akan dilakukan dengan adaptasi dari siklus
penelitian tindakan kelas. Adapun desain pelaksanaan tiap siklusnya dapat digambarkan sebagi
berikut:
11
Bagan 2. Siklus Pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat
Dari bagan 2 di atas, dapat dilihat bahwa pelaksanaan P2M ini akan dimululai dari: (1)
Pelatihan dan pengembangan RPP yang mengimplementasikan Story Reading sebagai salah
satu strategi inovatif dan Media yang dapat menunjang pengaplikasiannya, (2) Pelatihan
tentang cara membacakan cerita Bahasa Inggris yang sesuai dengan RPP serta media yang
dikembangkan sebelumnya, (3) pelatihan dan pendampingan praktek mengajar dengan
menggunakan strategi Story Reading, dan (5) praktek mengajar mendiri/refleksi dan evaluasi.
Demikian seterusnya sampai para guru memiliki keterampilan yang memadai dalam
mengimplementasika strategi tersebut.
Pelatihan PengembanganRPP dan Media dengan
implementasi StoryReading
SIKLUS I
Pelatihan Story Readingberdasarkan RPP dan Media
yang telah dikembangkan
Praktek MengajarMendiri/Refleksi dan
Evaluasi
Pelatihan danPendampingan
Praktek Mengajar
SIKLUS II
Dst
Pelatihan StoryReading
Pelatihan PengembanganRPP dan Media dengan
implementasi Story Reading
Pelatihan danPendampingan
Praktek Mengajar
Praktek MengajarMendiri/Refleksi dan
Evaluasi
12
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Motivasi yang sangat kuat dimiliki oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM)
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) dalam memberikan kontribusi positif bagi
masyarakat melalui berbagai pusat layanan yang dimilikinya, antara lain Pusat Layanan
Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat Layanan Penerapan IPTEK dan Dampak
Lingkungan, Pusat Layanan KKN dan KKL, dan Pusat Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi
Bisnis. Terdapat peningkatan jumlah kegiatan P2M dosen Undiksha dari tahun 2010 hingga
2015 yakni berturut-turut 16 kegiatan di tahun 2010, 133 kegiatan di tahun 2011, 140 kegiatan
di tahun 2012, 108 kegiatan di tahun 2013, 159 kegiatan di tahun 2014, dan 205 kegiatan di
tahun 2015. Disaming itu, jumlah dosen yang terlibat PKM dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
700 orang dari PT sendiri, 49 dari Kemendiknas, dan 24 dari institusi dalam negeri di luar
Kemendiknas.
Selama 2015, LPM telah berhasil melaksanakan berbagai kegiatan pengabdian dengan
memberdayakan potensi stakeholder dan masyarakat sekitar. Berdasarkan data base LPM tahun
2013, terdapat 108 kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah berhasil dilaksanakan baik
dengan pendanaan dari DIPA lembaga maupun dari DP2M Dikti dengan total besaran dana
sebesar Rp.1.901.500.000,-.
Data pelaksana P2M tahun 2014, kegiatan P2M terus terselenggara dalam upaya
menjembatani kebutuhan masyarakat akan aspek pemberdayaan yang bisa diabdikan oleh tim
pelaksana P2M lembaga. Terdapat 159 kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah
berhasil dilaksanakan, dengan total penggunaan dana sebesar Rp. 2.681.250.000,-.
Peningkatan jumlah kegiatan pengabdian yang telah dilaksanan oleh tim pelaksana di
bawah naungan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Undiksha bahwa dijumpai data di
tahun 2015, peningkatan capaian dalam kegiatan P2M baik dari kegiatan pengabdian dengan
sumber dana DIPA lembaga maupun DP2M Dikti, dengan jumlah capaian 205 kegiatan.
Berdasarkan capaian yang diperoleh LPM Undiksha dapat dikategorikan sebagai bentuk kinerja
yang sangat membanggakan dan akan semakin termotivasi untuk meningkatkan kinerja LPM
ke depannya.
Kecara keseluruhan, kinerja LPM Undiksha sudah sangat memuaskan dan memiliki
standar kualitas yang memadai. Hal ini dapat dilihat dari kinerja LPM Undiksha selama satu
tahun terakhir. Selama satu tahun terakhir LPM Undiksha telah memenangkan berbagai
program, baik yang bersifat lokal maupun nasional dan melaksanakan pengabdian pada
13
masyarakat. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu tahun terakhir adalah : (a)
mempasilitasi pengembangan teknologi tepat guna, (b) pengembangan model belajar
pemberdayaan masyarakat, (c) melakukan publikasi ilmiah, dan (d) mengikuti pertemuan
ilmiah yang bersifat lokal dan nasional.
14
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
5.1. Hasil Kegiatan
Pelatihan membaca buku cerita bagi guru-guru SD di Kecamatan Buleleng merupakan
salah satu wujud implementasi hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya terkait
pengembangan Bigbook untuk pengajaran membaca di SD. Kegiatan ini dikemas sebagai
pengabdian pada masyarakat, dimana tim peneliti terjun langsung memberikan pelatihan bagi
para guru sehingga manfaat dari hasil penelitian tersebut dapat dirasakan secara langsung.
Pelatihan dilaksanakan di sebuah Gedung Koperasi di kecamatan Seririt dengan pola 32 jam
pada tanggal 15-16 Agustus dengan jumlah peserta sebanyak 35 orang. Adapun narasumber
pada kegiatan tersebut merupakan pakar sastra inggris yang sudah memiliki pengalaman
mumpuni dalam membacakan cerita berbahasa inggris.
Kegiatan pelatihan berlangsung sangat menyenangkan yang dibuktikan dengan
atusiasme peserta baik dalam mendengarkan pemaparan narasumber, mencermati contoh yang
diberikan narasumber dalam membacakan cerita, diskusi, serta praktek simulasi membacakan
buku cerita. Selanjutnya, seusai mengikuti pelatihan, peserta diharapkan mampu
mengaplikasikan ilmu yang didapat dengan membacakan cerita berbahasa inggris bagi siswa di
sekolah masing-masing tempat bertugas, yang akan didampingi oleh tim pelaksana kegiatan ini.
Pendampingan dilakukan oleh tim anggota pengabdian pada masyarakat ini yang ditujukan
untuk meningkatkan kemampuan guru-guru SD dalam membacakan cerita berbahasa inggris
yang secara tidak langsung akan meningkatkan motivasi siswa serta prestasi belajar bahasa
inggris siswa.
Pada hari pertama, kegiatan diawali dengan pengisian kuesioner 1. Peserta juga diminta
mengisi kuesioner (kuesioner lengkap dapat dilihat pada lampiran 6) yang berisikan pertanyaan
mengenai pengalaman penggunaan media dalam mengajar secara umum dan pengalaman
membacakan buku cerita secara khusus. Adapun hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.1
berikut.
Tabel 5.1 Hasil Analisis Kuesioner 1
No. Pertanyaan Jawaban Peserta Keterangan1. Apakah anda pernah membacakan
buku cerita berbahasa inggris disekolah?
51,42% tidak pernah
42,85% pernah
5,71% jarang
15
No. Pertanyaan Jawaban Peserta Keterangan2. Bila ya, bagaimanakah kegiatan
mebacakan buku cerita tersebutberlangsung?
26,67% Membacakan danmeminta siswa menyimak
20% Membacakan danmeminta siswa menirukanucapannya
66,67% Membacakan danmenerjemahkannya
6,67% Membacakanmeskipun siswa termangukarena tidak memahamiartinya
3. Buku cerita apa yang biasadibacakan? Dimana memperoleh bukutersebut?
33,33% Internet
33,33% Buku Paket
20% Perpustakaan
13,33% Toko buku4. Apakah anda mengetahui manfaat
membacakan buku cerita bagikemampuan berbahasa anak?
51,42% Menambah Kosakata
25,71% Melatih pelafalan
17,14% Meningkatkanmotivasi belajar bahasaInggris
5. Apakah anda mengetahui manfaatmembacakan cerita bagipengembangan karakter anak?
100% menyatakan bahwacerita sangat baik untukmembantu mengembangkankarakter anak
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru belum
pernah membacakan buku cerita saat pelajaran bahasa inggris, jikalaupun pernah membacakan,
sebagian besar cerita berasal dari buku paket dan internet yang hanya berupa teks. Cerita tidak
dilengkapi dengan gambar yang kurang menarik perhatian siswa. Selain itu kegiatan dalam
membacakan cerita kurang bervariasi dan komunikatif. Guru membacakan dan meminta siswa
menyimak dan setelah itu guru akan menerjemahkannya kalimat per kalimat dengan maksud
membuat siswa paham arti cerita tersebut. Dengan demikian, siswa malah menjadi bosan dan
kurang tertarik dengan kegiatan membaca. Dari hasil kuesioner tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pelatihan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan peserta dalam membacakan cerita bahasa inggris dengan menarik.
16
Setelah pengisian kuesioner, kegiatan berlanjut dengan Pelaksanaan Pelatihan membaca
buku cerita. Pelatihan yang dilaksanakan selama 2 hari ini diawali dengan Registrasi peserta
yang ditangani oleh panitia (Daftar hadir lengkap dapat dilihat pada lampiran 1). Saat dilakukan
registrasi tersebut, masing-masing peserta mendapat map berisikan seluruh dokumen terkait
dengan pelatihan yang dilaksanakan, kuesioner 1, kuesioner 2, serta alat tulis. Selanjutnya,
acara pembukaan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan doa, laporan
ketua panitia, sambutan ketua UPP Kecamatan Seririt, dan Sambutan dari Ketua LPPM, yang
dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Dr. I Nyoman Sila, M.Hum. yang sekaligus membuka
acara secara resmi. Kegiatan pelatihan pada hari pertama dibagi menjadi 3 sesi, yakni pertama
penyampaian materi dari narasumber, kedua diskusi, dan contoh membacakan cerita oleh
narasumber. Sesuai dengan rancangan awal, metode pelatihan mengikuti metode ceramah &
diskusi, dimana setelah pemaparan materi oleh pembicara, dibukalah kesempatan berdiskusi
mengenai hal-hal yang belum jelas, masalah-masalah nyata yang dihadapi, serta komentar atau
saran terkait dengan materi bahasan. Beberapa gambar di bawah ini merupakan foto-foto yang
diambil saat pembukaan, sesi ceramah, dan diskusi.
17
Gambar 5.1 Pemaparan Materi oleh Narasumber
Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, dilakukan pula observasi guna mengamati
ketekunan, kesriusan, kejujuran, serta tanggung jawab peserta pelatihan. Penilaian dilakukan
dengan melihat aspek-aspek sikap peserta yang mencirikan perilaku dan kemampuan peserta.
Dengan mengacu pada lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, hasil observasi
rinci dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Hasil Observasi saat Pelatihan
No Aspek yang di observasi SS S KS TS STS1 Ketekunan mendengarkan ceramah yang
disampaikan75% 25%
2 Keseriusan dalam melakukan diskusikelompok yang diminta
50% 50%
3 Keingintahuan lebih lanjut mengenai materiyang disampaikan
85% 15%
4 Keantusiasan dalam melakukan praktekmembaca buku cerita
100%
5 Keseriusan dalam mengomentari praktekrekan lain dalam membaca cerita
80% 20%
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa selama proses pelatihan, 75% peserta terlihat
sangat tekun dan 25% lainnya terlihat tekun. Ketekunan tersebut juga terlihat dari keseriusan
mereka dalam melakukan diskusi kelompok. Berdasarkan hasil observasi, 50% terlihat serius,
bahkan 50% lainnya terlihat sangat serius. Setelah pemaparan materi oleh narasumber, 15%
peserta terpantu memiliki keingintahuan lebih lanjut terhadap materi yang dipaparkan,
18
sedangkan 85% sisanya terlihat sangat antusias. Saat giliran peserta mendapat kesempatan
mempraktekan kemampuannya membacakan cerita, seluruh peserta terlihat sangat antusias,
meskipun tidak mendapatkan giliran praktek, mereka tetap aktif dan ceria berperan sebagai
siswa yang dibacakan cerita. Setelahnya, 80% peserta terlihat sangat serius dalam memberikan
komentar praktek rekan lain dalam membacakan cerita, dan 20% sisanya terlihat serius. Berikut
Beberapa gambar yang menunjukkan keseriusan peserta saat memperhatikan contoh membaca
buku cerita oleh narasumber.
Gambar 5.2. Praktek Membaca Cerita Oleh Peserta
19
Pada hari kedua, peserta kembali datang dengan kesiapan membacakan cerita berbahasa
inggris dalam bentuk simulasi. Peserta yang membacakan cerita hanya perwakilan dari
beberapa gugus. Masing-masing orang diberikan waktu 30 menit untuk membacakan cerita di
depan kelas. Pada kesempatan itu, peserta lainnya berperan menjadi siswa yang sangat
menghidupkan suasana. Kegiatan praktek berjalan sangat menyenangkan dan mengundang
gelak tawa peserta. Praktek tersebut kemudian dinilai dan diberikan komentar oleh narasumber
dan tim penilai guna memberikan masukkan untuk peningkatan kualitas peserta dalam
membacakan cerita.
Adapun hasil penilaian praktek membaca cerita peserta dilihat pada tabel di 5.3.
Tabel 5.3 Nilai Perwakilan Kelompok dalam Membacakan Cerita
Kelompok Pembahas 1 Pembahas 2 Rata-Rata1 75 78 76,52 87 89 883 80 78 794 77 82 79,55 88 84 866 70 72 717 74 74 748 85 83 84
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai total tertinggi diperoleh oleh
kelompok 2 yakni 88 yang diikuti oleh kelompok 5 dengan nilai 86 dan kelompok 8 serta 4
dengan nilai masing-masing 84 dan 79,5. Keempat kelompok dengan nilai tertinggi tersebut
akan didampingi ke sekolah masing-masing.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membacakan cerita bahasa
inggris guru-guru pada saat pelatihan oleh kelompok peserta masuk dalam kriteria Baik. Untuk
itu, pendampingan lebih lanjut guna meningkatkan kemampuan guru masih diperlukan.
Sama halnya pada saat awal kegiatan, di akhir kegiatan juga terdapat kuesioner terkait
dengan kesan dan pesan peserta mengenai kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan. Secara
lebih rinci, hasil kuesioner di akhir kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
20
Tabel 5.5 Hasil Kuesioner di Akhir Kegiatan
No. Pertanyaan Jawaban Peserta Ket.1. Apakah pelatihan membaca
cerita berbahasa inggris yangtelah anda ikuti menarik?
68,57% Mengatakan sangatmenarik
28,57% mengatakan menarik
2,85% mengatakan cukup menarik2. Bila Ya, Apa materi dari
pelatihan ini sesuai dengan apayang anda butuhkan dalampembelajaran?
65,71% mengatakan sesuai
34,28% mengatakan sangat sesuai
3. Setelah mengikuti pelatihan ini,apakah anda termotivasi untukmembacakan cerita dalampembelajaran di kelas?
54,28% mengatakan termotivasi
45,71% mengatakan sangattermotivasi
4. Apakah anda memerlukanpelatihan yang lebih mendalamterkait penggunaan ceritasebagai media belajar anak?
80% menyatakan perlu
20% menyatakan sangat perlu
5. Bila Ya, jenis pelatihan apa yanganda perlukan? Sebutkan secaralebih spesifik!
- Membaca cerita dengan mimikdan intonasi yang benar
- Menggunakan cerita dalambentuk audio visual
- Membuat cerita sendiri- Mengaktifkan program literasi di
sekolah- Menggunakan strategi inovatif
dalam mengajar bahasa inggris- Penggunaan lagu dan permainan
dalam mengajar
Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini kemudian dilanjutkan dengan
pendampingan pada tiap kelompok untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membacakan
cerita berbahasa inggris. Pendampingan akan berlangsung di 4 sekolah. Tim pengabdian pada
masyarakat mendatangi perwakilan kelompok ke sekolah masing-masing sebanyak 2 kali dan
melakukan pendampingan lebih intensif.
Pendampingan telah dilakukan terhadap 4 orang guru di 4 SD di Kecamatan Serirt.
Masing-masing guru mendapatkan kunjungan dua kali dari tim pengabdian. Dalam kunjungan
pertama, guru mengkonsultasikan RPP yang telah mereka susun sebelumnya, dimana dalam
RPP tersebut guru menyertakan kegiatan membaca cerita dalam proses pembelajaran. Selama
kunjungan pertama tersebut, tiga guru mengakui bahwa mereka menemukan masalah dalam
21
memilih buku bacaan yang sesuai dan tersedia di sekolah mereka. Untuk hal tersebut, tim
pengambdian membantu para guru dengan memberikan beberapa link halaman di internet yang
bisa mereka akses untuk mendapatkan buku bacaan yang sesuai digunakan. Selanjutnya salah
satu guru menyatakan siap dengan buku cerita yang akan digunakan, hanya saja masih tidak
yakin dengan kegiatan yang tepat diberikan kepada siswa setelah membaca cerita. Tim
pengabdian memberikan masukan beberapa jenis kegiatan menarik yang dapat diberikan
setelah membaca cerita, seperti mendiskusikan isi icerita, memberikan beberapa pertanyaan,
matching games yang berkaitan dengan cerita yang dibaca, atau lagu-lagu yang masih ada
kaitannya dengan tema cerita yang diberikan.
Dalam kunjungan kedua kepada masing-masing guru, tim pengabdian berkesempatan
untuk ikut dalam pengimplementasian kegiatan membaca cerita. Secara keseluruhan, ke-empat
guru sudah mampu mengimplementasikan hasil pelatihan membaca cerita yang diberikan
sebelumnya. Beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan misalnya terkait pelibatan siswa
dalam proses membaca cerita yang masih minim, sehingga siswa terkesan pasif dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya, tim pengabdian bersama-sama mendiskusikan hal tersebut dengan
guru yang dikunjungi. Masukan dan saran yang diberikan kepada guru disesuaikan dengan
karakteristik siswa di masing-masing sekolah.
22
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Kuesioner awal, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru
belum pernah membacakan buku cerita saat pelajaran bahasa inggris, jikalaupun pernah
membacakan, sebagian besar cerita berasal dari buku paket dan internet yang hanya berupa
teks. Cerita tidak dilengkapi dengan gambar yang kurang menarik perhatian siswa. Selain itu
kegiatan dalam membacakan cerita kurang bervariasi dan komunikatif. Guru membacakan dan
meminta siswa menyimak dan setelah itu guru akan menerjemahkannya kalimat per kalimat
dengan maksud membuat siswa paham arti cerita tersebut. Dengan demikian, siswa malah
menjadi bosan dan kurang tertarik dengan kegiatan membaca. Dari hasil kuesioner tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan peserta dalam membacakan cerita bahasa inggris dengan
menarik.
Selanjutnya, saat peberian materi oleh narasumber, peserta berpartisipasi aktif yang
kemudian peserta dibagi menjadi 8 kelompok berdasarkan gugus untuk berlatih mempraktekan
cara membacakan cerita. Narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian terkait
praktek yang dilakukan masing-masing kelompok. Berdasarkan penilaian, dapat disimpulkan
bahwa nilai total tertinggi diperoleh oleh kelompok 2 yakni 88 yang diikuti oleh kelompok 5
dengan nilai 86 dan kelompok 8 serta 4 dengan nilai masing-masing 84 dan 79,5. Keempat
kelompok dengan nilai tertinggi tersebut akan didampingi ke sekolah masing-masing.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membacakan cerita bahasa
inggris guru-guru pada saat pelatihan oleh kelompok peserta masuk dalam kriteria Baik. Untuk
itu, pendampingan lebih lanjut guna meningkatkan kemampuan guru masih diperlukan. Hasil
dari pendampingan yang dilakukan sebanyak dua kali ke masing-masing 4 sekolah di
kecamatan seririt, diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi oleh guru menyangkut
pemilihan buku cerita yang tepat dan aktifitas yang sesuai setelah kegiatan membaca. Secara
keseluruhan, guru sudah mampu mengimplementasikan hasil pelatihan membaca cerita di
dalam proses pembelajaran di kelas.
23
7.2 Saran
1. Perlu diadakan pelatihan yang lebih mendalam dan intensif terkait dengan membacakan
cerita berbahasa inggris
2. Berdasarkan kuesioner, diketahui bahwa jenis pelatihan yang diperlukan selanjutnya
adalah Membaca cerita dengan mimik dan intonasi yang benar, Menggunakan cerita dalam
bentuk audio visual, Membuat cerita sendiri, Mengaktifkan program literasi di sekolah,
Menggunakan strategi inovatif dalam mengajar bahasa inggris, serta Penggunaan lagu dan
permainan dalam mengajar.
24
DAFTAR PUSTAKA
Brewster, J., Ellis, G., & Girard, D.,(2002). The primary English teacher’s guide. England:
Pearson plc.
Ellis, G. & Brewster, J., (1991), The Storytelling Handbook for Primary Teachers, Penguin
Gallets, M.P. (2005). Storytelling and Story Reading: A Comparison of Effects on Children 's
Memory and Story Comprehension. Electronic Theses and Dissertations
Harmer, Jeremy. 2001. The Practice of English Language Teaching with DVD (4th Edition)
London: Longman Handbooks for Language Teachers.
Johnsen, S. & Johnsen, E. (1998). Literature as A Character Building Tool. Character Education
Through Literature. In Association with Amazon,com.
Samantaray, P. (2014). Use of Story Telling Method to Develop Spoken English Skill.
International Journal of Language and Linguistics. Vol. 1. No. 1. Pp. 40-44
Somadi, M.M.F.A. (2012). The Effect of A Story-Based Programme on Developing Moral
Values at the Kindergarten Stage. Interdiciplinary Journal of Contemporary Research
Business. Vol. 4 No.7 Pp. 534-559
25
Lampiran 1Absensi Peserta Pelatihan Membaca Cerita Bahasa Inggris
26
27
Lampiran 2Foto-Foto Pelatihan Membaca Cerita Bahasa Inggris
28
29
30
Lampiran 3Peta Lokasi Pelatihan
31
Lampiran 4Lembar Observasi
Nama Peserta :Asal Sekolah :NIP :
No Aspek yang di observasi SS S KS TS STS1 Ketekunan mendengarkan ceramah yang
disampaikan2 Keseriusan dalam melakukan diskusi kelompok
yang diminta untuk3 Keingintahuan lebih lanjut mengenai materi yang
disampaikan4 Keantusiasan dalam melakukan praktek membaca
buku cerita5 Keseriusan dalam mengomentari praktek rekan
lain dalam membaca cerita
Singaraja, Agustus 2017
Penilai,
(___________________________)
32
Lampiran 5.Evaluasi Menbaca Buku Cerita
Nama Peserta :Asal Sekolah :NIP :
No. Aspek yang dinilai Nilai
1 Pemahaman Isi Cerita
2 Kerunutan pengungkapan isi cerita
3 Kelancaran dan Kewajaran Pengungkapan
4 Ketepatan intonasi
5 Ketepatan ekspresi saat membaca
Singaraja, Agustus 2017
Penilai,
(___________________________)
33
Lampiran 6.Kuesioner 1
Nama Peserta :Asal Sekolah :NIP :
Petunjuk Pengisian:
Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru meluangkan waktu untuk mengisi angket ini sesuaidengan pengalaman nyata yang pernah dialami. Angket ini sama sekali tidak ada kaitannyadengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Atas kesediaan Bapak/Ibu Guru kamiucapkan terima kasih.
1. Apakah anda pernah membacakan buku cerita berbahasa inggris di sekolah?
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Bila Ya, bagaimana kegiatan membacakan buku cerita tersebut berlangsung?
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Buku cerita apa yang biasa dibacakan? Dimana memperoleh buku tersebut?
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Apakah anda mengetahui manfaat membacakan buku cerita bagi kemampuan berbahasa
anak?
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5. Apakah anda mengetahu manfaat membacakan cerita bagi pengembangan karakter anak?
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
34
Lampiran 7.Kuesioner 2
Nama Peserta :Asal Sekolah :NIP :
Petunjuk Pengisian:
Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru meluangkan waktu untuk mengisi angket ini sesuaidengan pengalaman nyata setelah mengikuti pelatihan tindakan kelas yang diadakan. Angketini sama sekali tidak ada kaitannya dengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Ataskesediaan Bapak/Ibu Guru kami ucapkan terima kasih.
1. Apakah pelatihan membaca cerita berbahasa inggris yang telah anda ikuti menarik?
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Bila Ya, Apa materi dari pelatihan ini sesuai dengan apa yang anda butuhkan dalam
pembelajaran?
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Setelah mengikuti pelatihan ini, apakah anda termotivasi untuk membacakan cerita
dalam pembelajaran di kelas?
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Apakah anda memerlukan pelatihan yang lebih mendalam terkait dengan penggunaan
cerita sebagai media belajar anak?
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5. Bila Ya, jenis pelatihan apa yang anda perlukan? Sebutkan secara lebih spesifik!
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………