LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... ·...

31
i LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING PENGENDALIAN Diaphorina citri KUWAYAMA VEKTOR PENYAKIT CVPD PADA TANAMAN JERUK DENGAN CENDAWAN ENTOMOPATOGEN ISOLAT LOKAL BENGKULU Tahun ke 1 dari 3 tahun yang diusulkan Oleh Ir. Nadrawati, M.P. NIDN. 0012046011 (Ketua) Sempurna Br Ginting, SP, M.Si. NIDN. 0023058204 (Anggota) Ir. Tri Sunardi, M.P. NIDN. 0028045603 (Anggota) Dibiayai oleh : Dana DIPA Universitas Bengkulu Tahun Anggaran 2014 Nomor: SP DIPA-23.04.2.415310/2014 Tanggal 5 Desember 2013 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU TAHUN 2014

Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... ·...

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

i

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

PENGENDALIAN Diaphorina citri KUWAYAMA VEKTOR

PENYAKIT CVPD PADA TANAMAN JERUK DENGAN

CENDAWAN ENTOMOPATOGEN ISOLAT

LOKAL BENGKULU

Tahun ke 1 dari 3 tahun yang diusulkan

Oleh

Ir. Nadrawati, M.P. NIDN. 0012046011 (Ketua)

Sempurna Br Ginting, SP, M.Si. NIDN. 0023058204 (Anggota)

Ir. Tri Sunardi, M.P. NIDN. 0028045603 (Anggota)

Dibiayai oleh :

Dana DIPA Universitas Bengkulu Tahun Anggaran 2014

Nomor: SP DIPA-23.04.2.415310/2014 Tanggal 5 Desember 2013

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2014

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

ii

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

iii

RINGKASAN

Tanaman jeruk Rimau Gerga Lebong merupakan salah satu komoditas potensial desa

Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong karena mampu meningkatkan penghasilan

masyarakat. Produktivitas jeruk di Indonesia sampai saat ini masih rendah berkisar 8,6 – 15

ton/ha/tahun, sedangkan di daerah tropik lainnya mencapai 40 ton/ha (Ditlin, 1994).

Produktivitas yang rendah tersebut disebabkan serangan Diaphorina citri Kuwayama

(Homoptera: Psyllidae). D. citri merusak dengan mencucuk dan mengisap cairan sel pada

tangkai daun, tunas-tunas muda atau jaringan tanaman lainnya yang masih muda sehingga

daun jeruk mengkerut, menggulung dan pertumbuhannya menjadi terhambat. Pada

serangannya berat, bagian tanaman yang terserang menjadi layu, kering dan kemudian mati.

Upaya pengendalian D.citri yang dilakukan saat ini lebih dominan menggunakan pestisida

kimia (informasi petani jeruk), kondisi ini menyebabkan matinya musuh alami dan

mendorong terjadinya peledakkan populasi hama dan kerusakan lingkungan pada kurun

waktu mendatang.

Cendawan entomopatogen adalah salah satu cara pengendalian yang berwawasan

lingkungan yang saat ini sedang dikembangkan. Beberapa keunggulan lain dari cendawan

tersebut adalah mudah dikembangkan dengan harga murah, efektif mengendalikan hama,

dapat tersebar luas setelah bersporulasi pada inang sasaran dan dapat bertahan pada kondisi

yang tidak menguntungkan. Cendawan entomopatogen dapat ditemukan di tanah maupun

pada serangga sakit, dan di Bengkulu pencarian isolat dan pengujiannya pada serangga hama

masih sangat terbatas dan khususnya pengujian pada D. citri belum pernah dilakukan, oleh

karenanya perlu dilakukan koleksi cendawan entomopatogen dari tanah maupun serangga

sakit khususnya disekitar pertanaman jeruk guna mendapatkan keragaman spesies dan isolat

lokal yang efektif untuk mengendalikan serangga hama D. citri .

Langkah pencapaian tujuan tersebut mencakup eksplorasi, isolasi cendawan

entomopatogen, melakukan identifikasi, skrining isolat yang ditemukan dan menguji

patogenesitasnya dengan berbagai jumlah konidia pada D. citri di laboratorium.

Hasil pengujian diperoleh 8 jenis entomopatogen dari tanah dan serangga terinfeksi.

Hasil pengujian seleksi cendawan entomopatogen terhadap seangga dewasa D. citri

diperoleh 4 isolat yang mematikan D. citri 50 persen atau lebih yaitu isolat Beauveria

bassiana asal walang sangit Leptocorixa acuta Pondok Suguh, Metarrhizium anisopliae,

Verticillium lecanii asal tanah Rimbo Pegadang Lebong dan Metarrhizium spp. asal tanah

Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

entomopatogen M. anisopliae dan B. bassiana dengan konsentrasi 1010

efektif mematikan

nimfa D. citri 80-90% pada hari ke delapan setelah aplikasi, dengan LC 50 dan LC 80 M.

anisopliae masing-masing 0,1 x 107 ; 0,1 x 10

10 konidia/ml, dan B. bassiana 0,4 x 10

7 ; 0,8 x

1010

konidia/ml. Karakterisasi diameter koloni maupun daya kecambah untuk ketiga isolat

yang diuji menunjukkan berbeda nyata, isolat dengan diamater koloni dan daya kecambah

tertinggi terdapat pada M. anisopliae.

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

iv

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinnya-Nya laporan

akhir kegiatan penelitian ini dapat diselesaikan. Kegiatan penelitian ini dilakukan di

laboratorium Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Tujuan kegiatan ini

adalah untuk mendapatkan jenis entomopatogen yang efektif untuk mengendalikan

Diaphorina citri.

Dengan terselesaikannya laporan ini, kami selaku tim pelaksana penelitian

menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DP2M) yang telah

memberikan dana dalam penelitian Hibah Bersaing ini.

2. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu

3. Pihak – pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan ini.

Kami sangat mengharap kegiatan penelitian ini dapat dilanjutkan sampain didapatkan

entomopatogen yang efektif mengendalikan D. citri di lapangan.

Bengkulu, 10 Nopember 2014

Penulis

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

RINGKASAN

PRAKATA

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1. PENDAHULUAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Cendawan entomopatogen

Diaphorina citri

Gejala serangan D. citri

CVPD (Citrus Vein Floem Degeneration)

Hasil Studi Pendahuluan

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT

BAB 4. METODE PENELITIAN

Eksplorasi/Koleksi Cendawan Entomopatogen

Seleksi Isolat Entomopatogen

Uji Patogenesitas Entomopatogen pada D. citri

Uji Karakterisasi Cendwan Entomopatogen

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6. RENCANA DAN TAHAP BERIKUTNYA

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

...........................

...........................

...........................

...........................

............................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

...........................

Halaman

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

1

3

3

4

5

6

7

8

9

9

9

10

11

12

19

20

21

23

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

vi

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Isolat cendawan entomopatogen asal Bengkulu

2. Rerata mortalitas nimfa D. citri setelah

diperlakukan dengan berbagai jenis dan

konsentrasi cendawan entomopatogen

3. Karakterisasi fisiologi spesies cendawan

entomopatogen terpilih

4. Lethal concentration (LC) beberapa spesies

cendawan entomopatogen terhadap nimfa D. citri

...........................

...........................

...........................

...........................

Halaman

12

16

17

18

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Gejala ulat hongkong terinfeksi cendawan

entomopatogen

2. Koloni dan sel cendawan entomopatogen

3. Mortalitas D. citri setelah diperlakukan dengan

berbagai isolat cendawan entomopatogen

4. Gejala D. citri terinfeksi cendawan

entomopatogen

5. Sporulasi in vivo beberapa spesies cendawan

entomopatogen pada tubuh nimfa setelah

diinokulasi

6. Beberapa konidia cendawan entomopatogen yang

sedang berkecambah

...........................

...........................

............................

...........................

...........................

...........................

Halaman

13

13

14

15

16

17

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Susunan Organisasi Tim Peneliti

...........................

Halaman

23

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

1

BAB 1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman jeruk Rimau Gerga Lebong merupakan salah satu komoditas potensial desa

Rimbo Pengadang, Kecamatan Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong karena mampu

meningkatkan penghasilan masyarakat. Jeruk Rimau Gerga berwarna kuning rasanya manis

dan segar, buahnya cukup besar sehingga menjadikan jeruk ini sangat potensial untuk

dikembangkan. Jeruk keprok ini dapat dijadikan salah satu produk unggulan hortikultura

daerah maupun nasional. Pada tahun 2013 penambahan areal tanam seluas 500 ha

(Supriyanto, 2013).

Produktivitas jeruk di Indonesia sampai saat ini masih rendah berkisar 8,6 – 15

ton/ha/tahun, sedangkan di daerah tropik lainnya mencapai 20 ton/ha, bahkan di daerah

produsen utama jeruk dunia di daerah subtropik dapat mencapai 40 ton/ha (Ditlin, 1994).

Produktivitas yang rendah itu antara lain disebabkan oleh adanya serangan Diaphorina citri

Kuwayama (Homoptera: Psyllidae). D. citri merupakan hama utama pada tanaman jeruk

karena perannya sebagai vector penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). CVPD

disebabkan oleh bakteri Gram negatif Candidatus liberibacter asiaticus yang ditularkan

serangga vektor Diaphorina citri dan melalui mata tempel pada pembibitan jeruk (Wirawan

et al., 2000). Di Indonesia serangan CVPD paling parah pernah terjadi di Sambas

(Kalimantan Barat) dan Tejakula (Bali) pada tahun 1985 yang mengakibatkan terjadinya

kematian ranting-ranting muda (Nurhadi et al.,1989). Serangan CVPD di Tulungagung

sampai 62,34% dan di Bali Utara sampai 60% (Dwiastuti et al., 2003).

Upaya pengendalian D. citri yang dilakukan oleh petani sampai saat ini lebih

dominan menggunakan pestisida kimia. Hal ini menyebabkan matinya musuh alami dan

mendorong terjadinya kerusakan lingkungan serta peledakkan populasi hama pada kurun

waktu mendatang. Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2010

pasal 32 menjelaskan bahwa pengendali OPT agar dilakukan dengan ramah lingkungan.

Salah satu pengendalian hama yang ramah lingkungan dapat dilakukan dengan pengendalian

hayati menggunakan cendawan entomopatogen.

Cendawan entomopatogen merupakan salah satu jenis agen hayati yang dapat

digunakan untuk mengendalikan hama tanaman.Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh

dari pemanfaatan cendawan entomopatogen yakni mempunyai kapasitas reproduksi yang

tinggi, siklus hidup yang pendek, dan dapat bertahan dalam kondisi yang tidak

menguntungkan (Wahyono, 2006). Metarrhizium spp, Beauveria bassiana, Nomurae rileyi,

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

2

Hirsutella citiformis, Lecanicillium lecanii telah banyak diteliti dan dapat menimbulkan

penyakit pada serangga hama. Metarrhizium spp yang diisolasi dari Spodoptera exempta

dapat mematikan S. litura 90% (Nadrawati, 2008); B. bassiana mampu membunuh kutu

kebul Bemisia tabaci dengan mortalitas mencapai 50% pada kerapatan konidia 108/ml

(Juniawan et al., 2013). Berikut L. lecanii dengan kerapatan konidia 107/ml matikan 100%

B. tabaci (Prayogo, 2012), dan H. citiformis dengan kerapatan konidia 108

konidia/ml dapat

mematikan 50% imago D. citri pada waktu 11,72 hari (Dwiastuti dan Kurniawati, 2007).

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan eksplorasi cendawan entomopatogen guna

mendapatkan keragaman spesies dan isolat lokal yang bisa diandalkan untuk mengendalikan

D. citri. Salah satu tolok ukurnya adalah mendapatkan cendawan yang mampu bersporulasi

secara in vivo dan in vitro yang ditunjukkan dengan LC80 cendawan tersebut pada D. citri.

Hal ini dilakukan sehubungan dengan sifat spesifik cendawan entomopatogen terhadap

inangnya dan potensinya untuk dapat diperbanyak secara massal dan dapat tersebar luas

setelah bersporulasi pada inang sasaran.

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Cendawan Entomopatogen

Cendawan entomopatogen merupakan salah satu jenis agen hayati yang dapat

digunakan untuk mengendalikan hama tanaman. Boucias dan Pendland (1998)

mengemukakan, cendawan entomopatogen dicirikan oleh kemampuannya untuk menempel

dan menembus kutikula inang dan dapat tumbuh ke bahagian internal inang (hemocoel) dan

mengkonsumsinya sehingga nutrient di dalam hemolymph habis oleh pertumbuhan cendawan

yang begitu cepat, ahirnya inang akan mati, di samping itu cendawan dapat menghancurkan

jaringan lainnya atau dengan melepaskan zat beracun yang mengganggu perkembangan inang

secara normal. Beberapa diantara zat beracun (toxin) yang dihasilkan cendawan yang dapat

membunuh serangga adalah: beauvericin, bassianolide, cyclosporin A, tolypocladium, dan

oosporein oleh B. bassiana; asam Oxalic oleh B. brongniartii; destruxins, cytochalasins,

swainsonine oleh M. anisopliae, Keragaman intraspesies pada cendawan entomopatogen

umum terlihat pada perbedaan virulensinya (Hajek & Leger, 1994), dan hal-hal yang

mempengaruhi perbedaan intraspesies diantaranya adalah sumber isolat, inang dan faktor

daerah geografis asal isolat (Beretta et al., 1998). Hal ini akan berakibat pada keragaman

karakter di dalam spesies baik secara fisiologis maupun genetik. Secara umum dikemukakan

bahwa strain dari spesies cendawan patogen yang diisolasi dari satu jenis inang lebih virulen

untuk inang tersebut dari pada strain yang diisolasi dari inang yang lain.

Keefektifan cendawan emtomopatogen terhadap serangga hamajuga dipengaruhi oleh

kerapatan konidia, umur dan stadia perkembangan inang serta waktu aplikasi (Prayogo,

2009). Salah satu faktor lain yang mempengaruhi keefektifan cendawan entomopatogen

dalam mengendalikan hama adalah tingkat virulensi isolat. Virulensi antar isolat cendawan

entomopatogen disebabkan karena adanya keragaman intraspesies. Hal ini disebabkan isolat

yang diperoleh dari lokasi yang sama tetapi dari jenis serangga yang berbeda atau sebaliknya,

yaitu isolat dari lokasi yang berbeda tetapi dari jenis serangga yang sama dimungkinkan

memiliki karakter yang berbeda baik secara fisiologis maupun genetis.

Kesuksesan agens hayati seperti cendawan entomopatogen dalam mengendalikan

hama harus mempunyai kemampuan untuk memproduksi inokulum dalam jumlah yang besar.

Perbedaan media pertumbuhan yang digunakan untuk produksi massal tergantung pada

kebutuhan nutrisi cendawan entomopatogen yang digunakan. Menurut Moore dan Prior

(1993) karakteristik yang digunakan untuk produksi massal harus mempunyai sporulasi yang

tinggi pada media buatan, virulensi yang tinggi dalam melawan organisme target, dan

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

4

kemampuan untuk bertahan pada lingkungan tempat hama tersebut berada. Indikator

virulensi cendawan entomopatogen yang baik antara lain perkecambahan, pertumbuhan dan

sporulasi yang tinggi.

Sumber nutrisi (media) berperan sebagai faktor yang menentukan bagi pertumbuhan

dan virulensi cendawan entomopatogen. Nutrisi merupakan substansi yang digunakan sebagai

biosintesis dan energi pembebasan yang menyajikan faktor utama dalam viabilitas,

kelangsungan hidup, dan keberlanjutan organisme. Selain itu, pertumbuhan miselia dan spora

pada media buatan tergantung pada isolat cendawan yang digunakan dan komponen yang

digunakan dalam media. Pada umumnya, untuk menyelesaikan secara lengkap siklus hidup

cendawan entomopatogen, maka kebanyakan patogen harus kontak dengan inangnya, masuk

ke dalam tubuh inang, reproduksi di dalam jaringan inang dan mempunyai propagul untuk

kontak dan menginfeksi inang baru.

Diaphorina citri

D. citri kutu loncat jeruk mempunyai tiga stadia hidup, yaitu serangga dewasa, telur,

dan nimfa. Siklus hidupnya mulai dari telur sampai dewasa berlangsung antara 16- 18 hari

pada kondisi panas, sedangkan pada kondisi dingin sampai 45 hari. Selama setahun serangga

ini dapat mencapai 9 - 10 generasi.Stadium dewasa ditandai dengan terbentuknya sayap dan

kutu ini dapat terbang atau meloncat.Warna kutu dewasanya coklat muda sampai coklat tua,

matanya berwarna kelabu dan bercak-bercak coklat.Bagian abdomennya berwarna hijau

terang kebiruan dan orange. Panjang tubuhnya sekitar 2,7– 3,3 mm. Ciri lainnya adalah pada

saat makan, serangga ini posisinya menungging atau membentuk sudut 450 (Deptan. 2002).

Kopulasi segera berlangsung setelah serangga menjadi dewasa.Selanjutnya, serangga

betina mencari ranting-ranting yang bertunas dan peletakan telurnya mulai berlangsung

setelah 8 - 20 jam setelah kopulasi.Masa bertelur bervariasi yaitu antara 10 - 40 hari,

sedangkan jumlah telurnya dapat mencapai 800 butir.Telur berbentuk lonjong dan agak

menyerupai buah adpokat, warna kuning terang.Cara meletakkan telurnya tidak teratur,

kadang-kadang berkelompok atau terpisah sendiri-sendiri. Bagian tanaman yang menjadi

tempat meletakkan telur adalah tunas-tunas daun atau jaringan tanaman yang masih muda,

seperti tangkai tunas dan permukaan daun bagian atas dan bawah yang belum membuka.

Setelah 2- 3 hari telur menetas menjadi nimfa (Deptan. 2002).

Nimfa yang baru menetas hidup berkelompok pada jaringan tanaman muda dan

mengisap cairan tanaman.Setelah nimfa berumur 2 - 3 hari, kemudian menyebar dan mencari

makan pada daun-daun muda di sekitarnya.Periode nimfa berlangsung selama 12 - 17 hari

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

5

dan selama ini terjadi 5 kali pergantian kulit.Setelah pergantian kulit yang pertama nimfa

bertambah aktif mencari makanan dan berpindah dari satu daun ke daun lainnya, dan nimfa

tersebut merusak tanaman, bila dibandingkan dengan serangga dewasanya warna nimfa

tersebut kuning sampai kuning kecoklatan. Kelima instar nimfa tersebut dapat dibedakan

berdasarkan ukuran, bentuk awal perkembangan terbentuknya sayap dan penyusunan sklerit

pada toraks bagian dorsal. D. citri tertarik pada tunas-tunas muda sebagai tempat peletakan

telur, sehingga pertunasan tanaman merupakan faktor penting dalam perkembangbiakannya.

Di Jawa Barat, tanaman jeruk bertunas 5 kali dalam setahun sehingga terdapat 5 periode kritis

dimana D. citri mencapai jumlah yang sangat tinggi. Untuk mengetahui populasi D. citri

perlu diamati kuncup dan tunas (Deptan. 2002).

Telur pada pucuk Nimfa Nimfa instar 1 sampai 5

Buluh berlilin Kutu dewasa

Sumber:http://citrusbiosecurity.blogspot.com/2010/10/kutu-loncat-jeruk-asia-

diaphorina-citri.html

Di Indonesia tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Madura, Bali, dan Sulawesi.

Hama ini juga diketahui telah menyebar di negara-negara Asia seperti Pakistan, India, Cina,

Filipina, Jepang dan Amerika Selatan, Brazilia (Deptan. 2002)

Gejala Serangan Diaphorina citri

Kerusakan karena aktivitas D. citri adalah daun jeruk menjadi berkerut-kerut,

menggulung atau kering, dan pertumbuhannya menjadi terhambat serta tidak

sempurna.Selain daun yang masih muda, kutu ini dengan stiletnya menusuk dan menghisap

cairan sel pada tangkai daun, tunas-tunas muda atau jaringan tanaman lainnya yang masih

muda.Gejala lainnya adalah hasil sekresi alau kotorannya berupa benang yang berwarna putih

dan bentuknya menyerupai spiral. Apabila serangannya berat, bagian tanaman yang terserang

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

6

menjadi layu, kering dan kemudian mati. Apabila hama ini menyerang satu tanaman dengan

merata, maka pertumbuhan bunga menjadi terhambat dan produksi akan berkurang (Deptan.

2002).

CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)

Bakteri patogen CVPD mempunyai bentuk pleomorpik (beberapa bentuk). Bentuk

batang panjang berukuran 100-250 x 500-2.500 nm, berbentuk sperical (membulat)

diameternya 700-800 nm. Bakteri ini tidak dapat dikulturkan. L. asiaticus hidup di dalam

jaringan floem mengakibatkan sel-sel floem mengalami degenerasi sehingga menghambat

tanaman menyerap nutrisi. Penyebaran ke bagian tanaman lain tergolong lambat, meskipun

bakteri hidup dalam floem. Gejala baru terlihat 4-6 bulan setelah tanaman terinfeksi. Bahkan

di lapangan gejala terlihat jelas setelah 1-3 tahun (Deptan, 2013).

Penyebaran CVPD antar daerah atau kebun (secara geografis) biasanya melalui mata-

tempel atau bibit terinfeksi, sedangkan penyebaran di dalam kebun antar tanaman melalui

serangga kutu loncat (Diaphorina citri) atau mata-tempel yang terinfeksi. Tipe hubungan

patogen dalam tubuh serangga pembawa (vektor) bersifat persisten, sirkulatif dan non

propagatif, artinya jika vektor CVPD telah mengandung L. asiaticus maka bila kondisinya

ideal selama hidupnya akan terus mengandung bakteri, tetapi tidak diturunkan pada anaknya.

Kutu loncat dapat menularkan CVPD pada tanaman sehat 168-360 jam setelah menghisap

bakteri. Penularan melalui alat-alat pertanian terkontaminasi perlu diwaspadai seperti yang

dilaporkan di Thailand. Sebaran geografis penyakit ini sangat luas terdapat pada hampir di

semua sentra jeruk di Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, dan NTB. Kalimantan yang selama ini

bebas, mulai dicurigai tercemar juga. Penyakit ini ditemukan di daerah dengan ketinggian

rendah (10 m dpl.) sampai ketinggian 1.000 m dpl. Sebagian besar varietas komersial peka

terhadap penyakit ini kecuali varietas jeruk besar dan konde Purworejo bersifat toleran

(Deptan, 2013).

Hasil Studi Pendahuluan

Hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di laboratorium Proteksi Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu memperlihatkan bahwa entomopatogen

Metarrhizium spp isolat lokal Bengkulu yang diperoleh dari serangga dapat mematikan 90%

S. litura (Nadrawati, 2008). Sementara hasil penelitian Sunardi dan Nadrawati (2008),

penggunaan 200 g/l Metarrhizium pada media beras jagungdapat menekan populasi Plutella

xylostella pada tanaman kubis, dan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2008),

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

7

penggunaan M. brunneum pada rayap Schedorhinotermes javanicus dengan kerapatan

konidia 106

konidia/ml menyebabkan mortalitas 50%, sedangkan pada M. anisopliae hal

tersebut terjadi pada kerapatan 5.106 konidia/ml dan B. bassiana pada kerapatan 10

7

konidia/ml.

Dari penelitian lain dilaporkan bahwa entomopatogen Nomurae rileyi dapat

mematikan S. exigua pada tanaman bawang daun (Angraini, 2007), Dwiastuti dan

Kurniawati (2007) melaporkan bahwa H. citiformis dengan konsentrasi 108 konidia/ml dapat

mematikan 50% serangga uji D. citri dengan waktu 11,72 hari. Keterkaitan antar penelitian

dapat dilihat pada diagram dibawah ini dan berdasarkan hasil penelitian di atas maka perlu

dilakukan suatu penelitian yang komprehensif mengenai pengendalian D. citri pada tanaman

jeruk dengan menggunakan cendawan entomopatogen khususnya isolat lokal Bengkulu yang

berawasan lingkungan.

Informasi awal tentang penelitian cendawan entomopatogen yang sudah dilakukan:

Berdasarkan diagram diatas terlihat potensi penggunaan cendawan entomopatogen

sebagai agen hayati pengendali hama, dan oleh karenanya perlu dilakukan sederan penelitian

untuk memecahkan persoalan yang hama D. citri pada tanaman jeruk.

Riset Anggraini, 2007 (bimbingan

Nadrawati). Patogenesitas Nomuraea

rileyi pada S. exigua di laboratorium

Konsentrasi 10 10

per ml N. rileyi

mematikan 70 % S. exigua

Riset Nadrawati, 2008. Potensi

Metarrhizium pada S. litura

Metarrhizium spp yang diisolasi dari

S. exigua mematikan 90% S. litura

Riset Sunardi dan Nadrawati, 2008.

Efektivitas Metarrhizium terhadap P.

xylostella dan Crocidolomia

pavonana pada tanaman kubis

Metarrhizium dengan konsentrasi 200

g per liter efektif menurunkan

populasi P. xylostella

Riset Ginting, 2008. Patogenesitas

beberapa isolat cendawan

entomopatogen pada rayap

Metarrhizium brunneum dan M.

anisopliae lebih efektif dibandingkan

B. bassiana pada rayap

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

8

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan beberapa spesies dan isolat lokal cendawan entomopatogen di

Bengkulu, dan memperbanyaknya pada medium beras jagung

2. Menguji spesies dan isolat tersebut pada D. citri di laboratorium

3. Menguji kemampuan daya kecambah cendawan entomopatogen

4. Mendapatkan spesies dan isolat lokal yang berdaya bunuh tinggi pada D. citri yang

ditunjukkan dan mengetahui LC80.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian antara lain menambah pengetahuan akan potensi

entomopatogen isolat lokal Bengkulu yang berpeluang untuk dikembangkan sebagai kandidat

agen pengendalian hayati yang bersifat ramah lingkungan, yang semuanya ini tidak terlepas

dari pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan. Disamping itu diperoleh isolat

lokal Bengkulu yang berpotensi untuk mengendalikan hama D. citri vektor CVPD, pengganti

insektisida yang tidak berwawasan lingkungan.

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

9

BAB 4. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Bengkulu. Khusus pengambilan sampel adalah sentra tanaman jeruk di Bengkulu.

Pelaksanaan tahap-tahap penelitian adalah sebagai berikut:

Eksplorasi Jamur Entomopatogen.

Eksplorasi dilakukan dengan dua metode guna mendapatkan spesies cendawan

entomopatogen. Pertama, menggunakan umpan serangga (insect bait method) seperti

dilakukan Trizelia et al., (2011). Serangga umpan yang digunakan ialah larva Tenebrio

monilitor Linn. (ulat Hongkong). Tanah yang digunakan untuk memerangkap cendawan

entomopatogen diambil secara purposive sampling. Tanah diambil dari pertanaman jeruk

petani. Tanah tersebut lalu digali sedalam 5-10 cm kemudian diambil sebanyak 1kg, lalu

dimasukan kedalam kantung plastik diberi label berupa lokasi dan tanggal pengambilan

sampel. Tanah kemudian diayak dengan ayakan dan dimasukan kedalam nampan plastik

berukuran 35x28x7 cm2 dengan ketebalan tanah 5cm, setelah itu 50 ekor ulat hongkong

masing-masing dimasukan kedalam nampan, tutup nampan dipasang kain puring putih yang

telah dilembabkan. Tujuh hari kemudian ulat yang terinfeksi cendawan diisolasi di

laboratorium pada laminar air flow yang telah disterilkan dengan alkohol 70%. Kedua

mencari serangga terinfeksi cendawan di pertanaman jeruk petani dan sekitarnya. Serangga

terinfeksi yang ditemukan dimasukan ke dalam cawan petri berdiameter 9 cm, yang telah

dialasi dengan kertas saring, lalu ditutup rapat dan diproses lanjut di laboratorium.

Isolasi dan Identifikasi ulat hongkong yang terinfeksi cendawan permukaannya

disterilkan dengan alkohol 70% selama tiga menit. Kemudian dibilas air steril sebanyak tiga

kali dan dikeringanginkan diatas kertas saring steril. Lalu serangga tersebut diletakkan dalam

cawan petri (diameter 9 cm) berisi tissue lembab steril dan diinkubasikan untuk merangsang

tumbuhnya cendawan. Jamur yang keluar dari tubuh ulat bambu diambil dengan jarum

inokulasi, dibiakan pada media PDA (Potato Dextrosa Agar) dan diinkubasikan selama enam

hari pada suhu kamar. Cendawan tersebut diidentifikasi berdasarkan bentuk morfologinya,

identifikasi menggunakan buku yang ditulis oleh Barnett (1962) dan jurnal terkait.

Seleksi Isolat Entomopatogen.

Cendawan entomopatogen yang telah ditemukan melalui eksplorasi, di isolasi dan

identifikasi selanjutnya diseleksi. Seleksi dilakukan menggunakan serangga uji D.citri.

Perbanyakan D. citri pada tanaman Muragaya (kemuning) dilakukan di rumah kasa.

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

10

Perbanyakan cendawan entomopatogen menggunakan media beras jagung. Setelah biakan

isolat cendawan entomopatogen tersedia, lalu dilanjutkan dengan menyeleksi isolat cendawan

tersebut. Seleksi isolat jamur entomopatogen ini dilakukan seperti metode Herlinda et al.,

(2008) dalam menyeleksi isolat-isolat B. bassiana pada walang sangit. Caranya ialah dengan

menyemprotkan suspensi cendawan entomopatogen dengan kerapatan 108 konidia ml-1 pada

serangga uji. D. citri diinfeskan 10 ekor ke tanaman kemuning dalam kurungan plastik

berbentuk silinder (diameter 20 cm dan tinggi 30cm) yang bagian atasnya ditutupi kain kasa,

setiap isolat cendawan entomopatogen disemprotkan ke serangga pada tanaman tersebut.

Percobaan diulang tiga kali. Setiap 24 jam selama delapan hari dicatat jumlah serangga yang

mati, sedangkan jumlah serangga yang tersisa juga dicatat. Cendawan entomopatogen yang

paling efektif untuk D. citri dicirikan atas paling tingginya mortalitas D. citri tersebut.

Isolat yang bisa mematikan 50% serangga D. citri akan dilakukan uji

patogenesitasnya pada D. citri tersebut, termasuk uji daya kecambah konidia, dan diameter

koloni.

Uji patogenitas cendawan entomopatogen pada D. citri

Pengujian dilakukan terhadap nimfa instar 3-4 dengan menggunakan rancangan acak

lengkap 2 faktor. Faktor pertama adalah jenis isolat/spesies, dan faktor kedua adalah jumlah

konsentrasi konidia cendawan entomopatogen. Adapaun konsentrasi perlakukan adalah 1010

,

109

, dan 108

konidia/ml, dengan 3 ulangan. Pada setiap unit percobaan sebanyak 30 ekor

nimfa yang sudah diinfeskan pada tanaman kemuning dalam polibag disemprot sesuai dengan

konsentrasi perlakuan kemudian di kurung dengan kurungan plastik dan diatasnya bertutup

kain kasa. Mortalitas dihitung setiap hari selama 8 hari setelah penyemprotan.

Data mortalitas diolah dengan sidik ragam dan kalau terdapat perbedaan yang nyata

antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji DMRT 5%.

Persentase mortalitas larva dihitung dengan menggunakan rumus :

M = A / B x 100 %

Keterangan :

M = Persentase mortalitas

A = Jumlah serangga yang mati terinfeksi cendawan

B = Jumlah serangga yang diuji

Untuk menentukan patogenesitas cendawan entomopatogen dengan konsentrasi dan

waktu lethal 50 dan 80% (LC50 dan LC80) dari masing-masing isolat maka data diolah

dengan menggunakan analisis probit.

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

11

Uji Karakterisasi Fisiologi Cendawan Entomopatogen in Vitro

Uji karakterisasi cendawan entomopatogen dilakukan dengan mengamati daya

kecambah konidia dan diameter koloni cendawan entomopatogen yang mematikan 50 %

serangga D. citri.

Uji Daya kecambah konidia

Pengamatan daya kecambah dihitung dengan cara mengambil satu tetes suspensi dari

setiap perlakuan konsentrasi dan diletakkan di atas objek gelas steril dan ditutup dengan

cover glass, kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang telah berisi kertas saring

lembab dan diinkubasi pada suhu 24 0C selama 12 - 24 jam. Masing-masing perlakuan

diulang 4 kali. Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali,

persentase konidia yang berkecambah dihitung dari 100 konidia. Konidia dinyatakan telah

berkecambah apabila tabung kecambah (germ tubes) telah muncul lebih panjang dari

diameter konidia.

Uji Diameter koloni

Media PDA yang telah ditumbuhi mycelium masing-masing isolat berumur 5 hari

ditumbuhkan pada media PDA lainnya di dalam cawan petri dan diinkubasi dalam inkubator

dengan suhu 24 0C. Diameter koloni dari masing-masing isolat diukur setiap 3 hari sampai

hari ke 15.

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

12

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolat Jamur Entomopatogen.

Eksplorasi jamur entomopatogen yang telah dilakukan ditemukan 8 isolat cendawan

entomopatogen di sentra produksi jeruk kecamatan Rimbo Pegadang, Kampung Melayu

Padang Serai, Pondok Suguh (Tabel 1). Hasil penelitian menunjukkan metode eksplorasi

dengan umpan serangga lebih efektif, karena sebagian besar B. bassiana dan M. anisopliae

yang diidentifikasi adalah dengan metode umpan serangga. Hal ini karena tanah merupakan

habitat utama bagi cendawan entomopatogen dan sumber infeksi bagi serangga dilapangan

sebagai faktor mortalitas hama secara alami (Deciyanto & Indrayani, 2008; Nuraida &

Hasyim, 2009). Pada umpan serangga yang terserang B. bassiana tampak tubuh serangga

mengeras, dan juga terdapat kelompok spora yang berwarna putih. Warna koloni semua

isolat B. bassiana secara makroskopis adalah putih, sedangkan secara mikroskopis konidia

berwarna hialin, berbentuk bundar dan terdiri dari satu sel basal yang sering mengembung,

menghasilkan kuntum konidia berkelompok atau zigzag. Suharto et al., (1998) yang

menyatakan spora B. bassiana berbentuk bulat, bersel satu, hialin dan terbentuk secara

tunggal pada sterigma yang pendek. Sedangkan warna semua isolat M. anisopliae secara

makroskopis di awal pertumbuhan berwarna putih, kemudian berubah warna menjadi hijau

gelap. V. lecani dan Hirsutella ditandai dengan koloni berwarna putih, secara mikroskopis

spora hialin, berbentuk silindris dan membentuk rantai. V. Lecanii pialit tunggal muncul

pada konidiofora dengan posisi tegak dan sedikit berbeda dengan kedudukan hifa. Konidia di

ujung aatau paralel berkelompok, silinder, ujung membulat atau berbentuk ellips (Gambar 1,

2). Hal ini diperjelas oleh Barnett (1962) yang menyatakan spora M. anisopliae bersel satu,

hialin, dan berbentuk bulat silinder.

Tabel 1. Isolat cendawan entomopatogen asal Bengkulu

Isolat Inang Asal kecamatan Metode Eksplorasi

M. anisopliae 1 Tenebrio molitor Rimbo Pegadang Umpan serangga

B. bassiana 1 Tenebrio molitor Rimbo Pegadang Umpan serangga

Verticilium

lecanii

Tenebrio molitor Rimbo Pegadang Umpan serangga

Metarrhizium spp Tenebrio molitor Padang Serai Umpan serangga

B. bassiana 2 Leptocorixa acuta Pondok Suguh Umpan serangga

B. bassiana 3 Tenebrio molitor Padang Serai Umpan serangga

M. anisopliae 2 Tenebrio molitor Pondok Suguh Umpan serangga

Hirsutella

citriformis

Ngengat lepidoptera Padang Serai Mengoleksi serangga

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

13

B. bassiana V.lecanii M.anisopliae H. citriformis

Gambar 1. Gejala ulat hongkong terinfeksi cendawan entomopatogen

H. citriformis V. lecanii M. anisopliae B. bassiana

Konidia V. lecanii Konidia

B. bassiana Konidia M. anisopliae

Gambar 2. Koloni dan sel cendawan entomopatogen

Seleksi Cendawan entomopatogen Terhadap D. citri.

Hasil pelepasan dewasa D. citri dalam kurungan kasa yang diaplikasikan dengan

beberapa jenis isolat cendawan menunjukkan bahwa kematian ditemukan pada semua

perlakuan. Kematian D. citri pada semua perlakuan terjadi pada hari keempat setelah

diaplikasikan dan mencapai puncak kematian pada hari ke delapan. Data mortalitas D. citri

pada masing-masing cendawan secara rinci dapat diikuti pada Gambar 3.

Pada inokulasi langsung terhadap serangga uji, konidia lebih cepat menempel dan

berkecambah pada tubuh larva pada lipatan antar ruas tubuh serangga. Semakin banyak

jumlah konidia yang menempel pada tubuh serangga, maka mortalitas akan semakin cepat

apa lagi didukung dengan kondisi temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan yang

diinginkan cendawan entomopatogen. Banyaknya jumlah konidia jamur entomopatogen

berhubungan dengan tingkat konsentrasi yang digunakan, karena semakin tinggi konsentrasi

maka jumlah konidia semaki tinggi, dan mortalitas juga akan semakin tinggi (Hasyim dan

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

14

Azwana, 2007). Tabel 2, menunjukkan bahwa isolat M. anisopliae, B. bassiana, dan V.

lecanii digolongkan ke dalam cendawan yang berpotensi untuk mengendalikan hama D.

citri karena mampu mematikan serangga tersebut dirumah kasa sampai diatas 50%.

Kematian tertinggi didapatkan dengan perlakuan M. anisopliae asal Rimbo Pegadang

Lebong dan B. bassiana asal L. acuta. Hal ini dimungkinkan B. bassiana memproduksi

toksin Beauvericin yang mengakibatkan gangguan pada fungsi hemolimfa, gangguan inti sel

serangga inang dan hilang kesadaran serta kerusakan jaringan tubuh secara menyeluruh

(Deciyanto & Indrayani, 2008). Dan M. anisopliae memproduksi cyclopeptida, destrtuxin A,

B, C, D, E dan. Destruxin berpengaruh pada organela sel target (mitokondria, reticulum,

endoplasma dan membran nukleus) menyebabkan paralisis sel dan kelainan fungsi lambung

tengah, tubulus malphigi, hemocyt dan jaringan otot (Widiyanti dan Mulyadihardja, 2004).

Keterangan: Ma1 = isolat M. anisopliae asal tanah Rimbo Pegadang, Bb1 = B. bassiana asal tanah Rimbo

Pegadang, Vl = V. lecanii asal tanah Rimbo Pegadang, M spp = asal walang sangit Pondok

Suguh, Bb3 = B bassiana asal tanah Padang Serai, Ma2 = M anisopliae asal tanah Pondok Suguk

dan Hc = H. citriformis asal ngengat Padang serai

Gambar 3. Mortalitas D. citri setelah diperlakukan dengan berbagai isolat cendawan

entomopatogen

Isolat cendawan Verticillium lecanii yang diperoleh dari Rimbo Pegadang Lebong

mampu menyebabkan mortalitas D. citri 50%. Menurut Prayogo dan Suhardono (2005),

cendawan V. lecanii merupakan salah satu jenis cendawan yang dikatakan paling efektif

untuk mengendalikan hama pengisap polong kedelai. Keefektifan terlihat dari mortalitas

imago R. linearis hingga mencapai 81%. Keefektifan cendawan juga terlihat dari kerusakan

polong yang setara dengan akibat aplikasi insektisida deltametrin. Dan beberapa serangga

dewasa D. citri yang terinfeksi cendawan hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Ma 1 Bb 1 Vl M spp Bb 2 Bb 3 Ma 2 Hc

Mort

alit

as d

ewas

a D

. ci

tri

isolat cendawan entomopatogen

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

15

B. bassiana adalah cendawan mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang

halus (hifa). Kemudian hifa-hifa membentuk koloni yang disebut miselia. Cendawan ini

tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap

serangga inangnya. Cendawan B. bassiana menyerang banyak jenis serangga, diantaranya

kumbang, ngengat, ulat, kepik dan belalang. Cendawan ini umumnya ditemukan pada

serangga yang hidup di dalam tanah, tetapi juga mampu menyerang serangga pada tanaman

atau pohon.

D. citri yang terinfeksi jamur patogenik menyebabkan serangga kurang aktif, terjadi

perubahan warna tubuh, integumen menjadi sedikit mengkerut. Herlinda et al. (2005)

melaporkan bahwa gejala yang muncul pada D. citri terinfeksi cendawan patogenik adalah

warna tubuh berubah dari hijau menjadi hijau kekuningan.

Metarrhizium Verticilium

Beauveria

Gambar 4. Gejala D. citri terinfeksi cendawan entomopatogen

Uji Patogenesitas Cendawan Entomopatogen pada Nimfa D. citri

Berdasarkan seleksi cendawan entomopatogen pada D. citri diperoleh 3 jenis

cendawan terpilih M. anisoplie, B. bassiana dan V. lecanii. Cendawan terpilih tersebut diuji

patogenesitasnya pada nimfa D. citri instar 3-4 (Tabel 2).

Setiap spesies cendawan yang diuji pada penelitian ini, tingkat kerapatan konidia

memperlihatkan reaksi yang nyata terhadap mortalitas nimfa D. citri. Secara umum terdapat

korelasi antara tingkat kerapatan konidia dengan mortalitas, semakin tinggi tingkat kerapatan

yang diperlakukan juga menunjukkan tingkat mortalitas nimfa D. citri yang tinggi, cendawan

M. anisopliae dan B. Bassiana dengan konsentrasi 108 -10

10 konidia/ml mematikan >70%

nimfa D. citri (Tabel 2). Dalam hal ini diperkirakan semakin tinggi kerapatan yang

diaplikasikan pada nimfa, memunkinkan kontak konidia dengan tubuh nimfa dalam jumlah

yang lebih banyak. Keadaan ini memberi peluang yang lebih baik bagi konidia untuk

berkecambah dan menembus tubuh nimfa D. citri, kecuali perlakuan dengan V. lecanii.

Disamping toksin yang dihasilkan oleh M. anisoplie seperti destruksin A, B, dan E yang

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

16

membunuh nimfa dengan meransang atau memacu terjadinya kemerosotan jaringan serangga

sehingga kehilangan keutuhan struktur membrane dan pada akhirnya terjadi dehidrasi sel.

Dan dimunkinkan juga terjadi peyumbatan spirakel yang dapat menyebabkan kematian

sebelum serangan pada hemocoel. Sementara B. bassiana mengandung toksin beauverisin,

beauverolit, isorolit dan asam oksalat. Menurut Soetopo dan Indrayani (2007), bahwa B.

basiana menghasilkan toksin beauvericin yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang

terinfeksi secara menyeluruh sehinga dapat mengakibatkan kematian pada serangga.

Tabel 2. Rerata mortalitas nimfa D. citri setelah diperlakukan dengan berbagai jenis dan

konsentrasi cendawan entomopatogen

Jenis cendawan Mortalitas nimfa (%)

M. anisopliae 1010

konidia/ml

M. anisopliae 109 konidia/ml

M. anisopliae 108 konidia/ml

B. bassiana 1010

konidia/ml

B. bassiana 109 konidia/ml

B. bassiana 108 konidia/ml

V. lecanii 1010

konidia/ml

V. lecanii 109 konidia/ml

V. lecanii 108 konidia/ml

Kontrol

90,00 a

73,33 b

73,33 b

80,00 a b

73,33 b

63,33 b c

50,00 c

46,67 c d

30,00 e

0 ,00 g

Keterangan. Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah tidak berbeda

nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Disamping mortalitas, kemampuan bersporulasi pada inang menjadi sangat penting

bila untuk tujuan penularan pada serangga hidup yang lain, karena hifa maupun konidia

yang muncul dari bangkai serangga mati akan menyebar dengan bantuan angin ataupun air.

Gambar 5 menunjukkan gejala nimfa D. citri tersporulasi cendawan entomopatogen.

M. anisopliae M. anisopliae B. bassiana V. lecanii

Gambar 5 . Sporulasi in vivo beberapa spesies cendawan entomopatogen pada tubuh nimfa

setelah diinokulasi

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

17

Karakterisasi Fisiologi Cendawan Terseleksi Pada Media PDA: Daya Kecambah dan

Diameter Koloni

Kemampuan cendawan untuk tumbuh dan berkembang pada media buatan atau inang

akan menjadi penting bila cendawan tersebut diperbanyak diperbanyak dalam skala luas

untuk tujuan komersil. Namun pada umumnya cendawan entomopatogen dengan

patogenesitas yang tinggi dapat direkomendasikan pada penelitian selanjutnya walaupun

terdapat perbedaan dalam hal daya kecambah maupun diameter koloni.

Tabel 3. Karakterisasi fisiologi spesies cendawan entomopatogen terpilih: Diameter koloni

dan daya kecambah

Isolat/spesies Sumber inokulum Diameter koloni (cm) Daya kecambah (%)

M. anisopliae

B. bassiana

V. lecanii

Tanah

Walang Sangit

Tanah

5,1 a

4,5 b

9,0 c

24,00 a

42,25 b

82,50 c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama

adalah berbeda tidak nyata menurut BNT %

Diameter koloni dari masing-masing spesies setelah 15 hari berkisar 4,5 cm – 9,0 cm,

dan berdasarkan analisis statistik ketiga spesies tersebut berbeda nyata. Daya kecambah dari

masing-masing spesies menunjukkan V. lecanii memiliki kemampuan yang tinggi untuk

berkecambah dibandingkan dengan M. anisoplie maupun B. bassiana (Tabel 3). Kemampuan

konidia untuk berkecambah merupakan faktor penting untuk berhasilnya melakukan

penetrasi pada inang, namun pada penelitian ini ternyata V. lecanii yang mempunyai

kemampuan berkecambah yang tinggi tidak efektif untuk mengendalikan D. citri, sementara

untuk M. anisopliae maupun B. bassiana memperlihatkan laju pertumbuhan koloni yang

tebal, dan ini mungkin yang menyebabkan spesies cendawan ini mampu mematikan D. citi.

Perkecambahan masing entomopatogen yang diuji dapat dilihat pada Gambar 6.

V. lecanii

B. bassiana

M. anisopliae

Gambar 6. Beberapa konidia cendawan entomopatogen yang sedang berkecambah (10 x 40)

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

18

Lethal Consentration (LC).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai LC50 dan LC80 M. anisopliae dan B.

bassiana tergolong rendah dibandingkan dengan isolat V. lecanii yakni: 0,1 x 107 dan 0,1 x

1010

konidia/ml. Hal ini mengindikasikan bahwa M. anisopliae dan B. bassiana paling tinggi

tingkat patogenesitasnya dibandingkan spesies V. lecanii terhadap nimfa D. citri (Tabel 4 ).

Tabel 4. Lethal concentration (LC) beberapa spesies cendawan entomopatogen terhadap

nimfa D. citri

Spesies cendawan LC

50% (konidia/ml) 80% konidia/ml)

M. anisopliae 0,1 x 107 0,1 x 10

10

B. bassiana 0,4 x 107 0,8 x 10

10

V. lecanii 4 x 107 Tidak terdeteksi

Masing-masing cendawan entomopatogen mempunyai patogenesitas yang berbeda-

beda untuk mematikan nimfa D. citri. M. anisopliae mengeluarkan Destruxins sebagai

metabolit sekunder sementara B. bassiana memiliki Beauverolit. V. lecanii pada penelitian

ini sangat tidak efektif karena untuk mematikan 80 % serangga uji membutuhkan jumlah

konidia melebihi konidia perlakuan. Dan hal ini menunjukkan bahwa cendawan

entomopatogen memiliki kekhususan inang, (Prayogo 2012) mengemukakan bahwa V.

lecanii mampu mematikan 81 % R. linearis sementara pada penelitian ini mematikan 80 %

serangga uji pada konsentrasi yang melebihi konsentrasi perlakuan.

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

19

BAB 6. RENCANA DAN TAHAP BERIKUTNYA

Efektivitas entomopatogen pada serangga akan dipengaruhi oleh sumber makanan

yang dalam hal ini berupa jenis medium maupun formulasi dan lama penyimpanan medium.

Penyimpanan formulasi sampai waktu yang diperlukan merupakan salah satu faktor yang

turut mendukung keberhasilan introduksi agens hayati di lapangan. Entomopatogen yang baik

harus mampu bertahan dalam penyimpanan sampai dengan 18 bulan tanpa kehilangan

potensinya. Di Indonesia, informasi pemanfaatan cendawan entomopatogen M. anisopliae

dan B. bassiana masih sedikit sehingga teknologi formulasi pada cendawan tersebut juga

belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, kajian tentang formulasi kedua cendawan tersebut

perlu dilakukan. Kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan kajian mengenai :

1. Efikasi Jenis Medium dan Lama Penyimpanan Cendawan Entomopatogen terhadap

Diaphorina citri Kuwayama

2. Efikasi Cendawan Entomopatogen (Terpilih) pada Diaphorina citri Kuwayama di

Lapang

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

20

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan serangkaian penelitian yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan:

1. Koleksi entomopatogen dari tanah dan serangga terinfeksi didapatkan delapan isolat

entomopatogen dan isolat yang mampu mematikan 50 % serangga dewasa D. citri

adalah B. bassiana asal walang sangit L. acuta asal Pondok Suguh, Metarrhizium

asal tanah Rimbo Pegadang Lebong dan Padang Serai Bengkulu, dan V. lecanii asal

tanah Rimbo Pegadang Lebong

2. M. anisopliae dan B. bassiana merupakan spesies cendawan entomopatogen yang

paling efektif dengan tingkat patogenesitasnya paling tinggi dengan LC50, LC80

paling rendah terhadap D. citri. LC 50 M. anisopliae dan B. bassiana adalah 0,1 x 107

dan 0,4 x 107 . LC 80 masing-masing 0,1 x 10

10 dan 0,8 x 10

10 konia/ml.

SANWACANA

Terima kasih disampaikan kepada saudara Elya yang telah membantu dalam

pencarian D. citri . Terima kasih juga disampaikan kepada Direktur DP2M Dikti, yang

telah mendanai penelitian ini melalui Program Hibah Bersaing tahun 2014

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

21

DAFTAR PUSTAKA

Angraini, M. 2007. Patogenesitas Nomuraea rileyi pada Spodoptera exigua pada tanaman

bawang daun. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Unpublish

Barnett, H.L. 1962. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Second Edition. Burgess

Publishing Company. Minneapolis, Minnesota.

Berretta MF, R.E. Lecuona, R.O. Zandomeni, O. Grau. 1998. Genotyping isolates of the

entomopathogenic fungus Beauveria bassiana by RAPD with fluorescent labels. J.

Invertebr. Pathol. 71: 145–150.

Boucias DG, J.C. Pendland. 1998. Principles of Insect Pathology. London: Kluwer Academic

Publishers.

Deciyanto S & I.G.A.A. Indrayani. 2008. Jamur entomopatogen Beauveria bassiana: potensi

dan prospeknya dalam pengendalian hama tungau. Perspektif 8 (2): 65-73.

Deptan. 2002. Pengenalan Penyakit CPVD Pada Tanaman Jeruk dan Upaya Pengendalianya.

BPTP.Sulawesi Selatan.

Deptan. 2013. www.bkp-pangkalpinang.deptan.go.id . CVPD (Citrus Vein Phloem

Degeneration). PDF.

[Ditlin] Direktur Bina Perlindungan Tanaman. 1994. Pengelolaan Organisme Pengganggu

Tumbuhan secara Terpadu pada Tanaman Jeruk. Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan.

Dwiastuti, M.E., A. Triwiratno, dan Suhariyono. 2003. Pengenalan penyakit CVPD pada

tanaman jeruk.Citrusindo Citrus Indonesia. Lolit Jeruk Vol 3.

Dwiastuti ME, dan M.Y. Kurniawati. 2007. Keefektifan entomopatogen Hirsutella citriformis

(Deutromycetes: Moniliales) pada kutu psyllid Diaphorina citri Kuw. J. Hort. 17 (3):

244-252.

Ginting S. 2008. Patogenisitas beberapa isolat cendawan entomopatogen terhadap rayap

tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dan Schedorhinotermes javanicus

Kemmer (Isoptera:Rhinotermitidae) [Tesis]. Departemen Proteksi Tanaman, Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hajek A.E, and Leger R.J. 1994. Interactions between fungal pathogens and insect hosts.

Annu. Rev. Entomol 39: 293-322.

Hasyim, A. dan Azwana. 2007. Patogenisitas Isolat Beauveria bassiana dalam

mengendalikan hama penggerek bonggol pisang, Cosmopolites sordidus Germar. J.

Horti. 13 (2): 120 – 130.

Herlinda S, S.I. Mulyati dan Suwandi. 2008. Selection of isolates of entomopathogenic fungi

and the bioefficacy of their liquid production against Leptocorisa oratorius nymphs. J.

Microbiol. Indones. 2 (3): 141-146.

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

22

Juniawan, M.F., F. Ulfi, Isnawati, dan Y. Prayogo. 2013. Pengaruh kombinasi jenis

cendawan entomopatogen dan frekuensi aplikasi terhadap mortalitas kutu kebul

(Bemisia tabaci). Lentera Bio 2 (1):37–41

Moore D, P.D. Bridge, P.M. Higgins, R.P. Bateman, C. Prior 1993. Ultra-violet radiation

demage to Metarhizium flavoridae conidia and the protection given by vegetable and

mineral oils and chemical sunscreens.Ann Appl Biol 122:605-616.

Nadrawati, 2008.Potensi M. anisopliae sebagai cendawan entomopatogen pada ulat grayak

S. litur.Jurnal Akta Agrosia 11(2): 151-156

Nuraida., A. Hasyim. 2009. Isolasi, identifikasi, dan karakterisasi jamur entomopatogen pada

rhizosfir tanaman kubis. Jurnal Hortikultura 19 (4): 419-432

Nurhadi, L. Setyobudi, & Handoko. 1989. Biologi kutu psyllid Diaphorina citri Kuwayama

(Homoptera: Psyllidae).Penelitian Hortikultura 3 (3). Solok: Balai Penelitian

Hortikultura.

Prayogo, Y. 2012. Keefektifan cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zare dan

Gams) terhadap Bemicia tabaci Gen. sebagai vektor soybean mosaik virus (SMV)

pada tanaman kedelai. Suara Perlindungan Tanaman. 2 (1):11-21

Soetopo D. dan I.G.A.A. Indrayani. 2007. Status teknologi dan prospek B. basisana untuk

pengendalian seranga hama tanaman perkebunan yang ramah lingkungan. J.

Perspektif. 6(1):29-46.

Sunardi, T. dan Nadrawati. 2008. Efektivitas Cendawan Metarrhizium anisopliae Sorokin

terhadap Plutella xylostella Curt dan Crocidolomia binotalis Zeller. Jurnal Akta

Agrosia 11 (2) : 157-161

Trizelia,. M.Y. Syahrawati, dan A. Mardiah. 2011. Patogenisitas beberapa isolat cendawan

entomopatogen Metarhizium spp. terhadap telur Spodoptera litura Fabricius

(Lepidoptera: Noctuidae). J. Entomol. Indon., 8 (1): 45-54

Suharto, Trisusilowati EB & Purnomo H. 1998. Kajian aspek fisiologik Beauveria bassiana

dan virulensinya terhadap Helicoverpa armigera. Jurnal Perlindungan Tanaman

Indonesia 4(2): 112-119.

Supriyanto A, 2013. Jeruk Rimau Gerga. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/512.html

Wahyono, ET. 2006. Pemanfaatan jamur entomopatogen dalam penanggulangan Helopeltis

antonii dan akibat serangannya pada tanaman Jambu Mente. Buletin Teknik

Pertanian.11 (1): 17-22.

Widiyanti NLP, Mulyadihardja. 2004. Uji toksisitas jamur Metarhizium anisopliae terhadap

larva nyamuk Aedes aegypti. Media Libang Kesehatan XIV (3)

Wirawan, I.G.P., L. Sulistyowati, and I.N. Wijaya. 2000. Penyakit CVPD Pada Tanaman

Jeruk (Analisis Baru Berbasis Bioteknologi). Dirjen Perlindungan Hortikultura.

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAINGrepository.unib.ac.id/20448/1/laporan akhir hibah... · Pasang Serai Bengkulu. Berdasarkan uji patogenesitas isolat terpilih didapatkan cendawan

23

LAMPIRAN

Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas Tahun I.

N0 Nama / NIDN Instansi

Asal

Bidang Ilmu Alokasi

Waktu

(jam/

minggu)

Tugas

1 Ir. Nadrawati,

MP

0012046011 Hama

Tanaman /

Pengendalian

hayati

15 Eksplorasi, identifikasi

perbanyakan cendawan

entomopatogen, skreening

cendawan, uji

patogenesitas cendawan,

analisis data, pelaporan

2 Sempurna Br

Ginting, SP,

M.Si

0023058204 Hama

Tanaman/Pen

gendalian

hayati

12 Eksplorasi, identifikasi

perbanyakan cendawan

entomopatogen, skreening

cendawan, uji

patogenesitas cendawan,

analisis data, pelaporan

3 Ir. Tri Sunardi,

M.P

028045603 Hama

Tanaman

12 Eksplorasi, perbanyakan

D. citri, uji patogenesitas

cendawan, analisis data,

pelaporan

4 Zul Efendi 1965061819

86031004

laboran 8 Persiapan alat, eksplorasi,

pembuatan media,

pemotretan