LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN...

91
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA PEMBUDAYAAN LITERASI INFORMASI SISWA TINGKAT SEKOLAH DASAR DI TANGERANG SELATAN Tahun ke -1 dari rencana 1 tahun Gina Fauziah, S.Sos,M.I.Kom 0403049001 (Ketua ) Ambar Widya Lestari,S.Pd.,M.Pd 0412029201 (Anggota) Dibiayai oleh: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor : 130/A5/SPKP/LPPM/UNPAM/III/2018 UNIVERSITAS PAMULANG 2018

Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN...

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

LAPORAN

AKHIR

PENELITIAN DOSEN PEMULA

PEMBUDAYAAN LITERASI INFORMASI SISWA

TINGKAT SEKOLAH DASAR DI TANGERANG SELATAN

Tahun ke -1 dari rencana 1 tahun

Gina Fauziah, S.Sos,M.I.Kom 0403049001 (Ketua )

Ambar Widya Lestari,S.Pd.,M.Pd 0412029201 (Anggota)

Dibiayai oleh:

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat

Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset,

Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Sesuai dengan Kontrak Penelitian

Nomor : 130/A5/SPKP/LPPM/UNPAM/III/2018

UNIVERSITAS PAMULANG

2018

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari
Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

RINGKASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kemapuan literasi

informasi siswa tingkat sekolah dasar mengunakan metode Super 3 (Plan, Do,

Review) dalam pelajaran Bahasa Indoensia. Penelitian ini menggunakan metode studi

kuantitatif deskirptif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive

sampling dengan jumlah responden 100 orang yang terdiri dari siswa sekolah dasar

kelas V pada SDN Puspitek, SDN Batan 01, SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu)

Al- Azhar Pamulang, SDIT Al-Zahra Indonesia dan SDIT Nur Fatahillah..

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa kemampuan literasi informasi siswa

kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari informasi) sebesar 58%

pada kategori baik yang artinya siswa mampu mengidentifikasi dan tahu cara mencari

informasi dengan baik dalam pelajaran bahasa Indonesia, kemampuan literasi

informasi pada tahap do (Pelaksanaan; menemukan, mengolah, dan menyajikan informasi

atau sintesis) sebesar 97% termasuk kedalam kategori baik, hal ini menandakan

sebagian besar siswa memiliki kemampuan yang baik untuk menemukan, mengolah

dan menyajikan kembali informasi atau sintesis dalam pelajaran bahasa Indonesia dan

kemampuan literasi informasi siswa pada tahap review (evaluasi) sebesar 100%

berada pada kategori baik, hal ini menandakan bahwa seluruh responden mampu

melakukan evaluasi pada informasi dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan baik,

sedangkan kemampuan literasi informasi secara keseluruhan dalam pelajaran bahasa

Indonesia 82% atau mayoritas pada ketegori baik, 16% kategori cukup dam 2%

kategori kurang. Hal ini menandakan pembudayaan gerakan literasi sekolah

berdampak positif pada kemapuan literasi informasi pelajaran bahasa indoneasia

siswa kelas V (lima) sekolah dasar di Tangerang Selatan. Adanya kegiatan literasi

yang dimasukan secara implisit ke dalam pelajaran bahasa Indonesia memberikan

hasil yang baik terhadap kemampuan literasi informasi siswa yang dilihat

berdasarkan nilai rapot dan kemampuan siswa dalam melakukan Plan, do,review

dalam pelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan literasi informasi yang baik akan

lebih efektif jika di terapkan pada setiap mata pelajaran, sehingga kemampuan literasi

informasi sudah dapat dirasakan manfaat nya sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Kata kunci : Gerakan Literasi Sekolah, Literasi siswa sekolah dasar, Literasi

informasi.

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

SUMMARY

The purpose of this study was to determine how the ability of information literacy of

elementary school students using the Super 3 method (Plan, Do, Review) in

Indonesian language lessons. This study uses quantitative descriptive study method

with a sampling technique using purposive sampling with the number of respondents

100 people consisting of grade V elementary school students at SDN Puspitek, SDN

Batan 01, SDIT (Integrated Islamic Primary School) Al-Azhar Pamulang, SDIT Al-

Zahra Indonesia and SDIT Nur Fatahillah. Based on the results of the study stated

that the information literacy skills of fifth grade students in the plan stage (identify

and find information) by 58% in the good category, which means students are able to

identify and know how to find information well in Indonesian language learning,

information literacy skills in the (Implementation; finding, processing, and presenting

information or synthesis) 97% included in the good category, this indicates that most

students have a good ability to find, process and re-present information or synthesis

in Indonesian language lessons and student information literacy skills at the stage of

review (evaluation) of 100% in the good category, this indicates that all respondents

are able to evaluate the information in Indonesian language lessons well, while the

overall information literacy ability in Indonesian language lessons is 82% or the

majority in ketego well, 16% is enough category and 2% is lacking category. This

indicates that the civilization of the school literacy movement has a positive impact

on the literacy ability of Indonesian language learning information for fifth grade

(five) elementary school students in South Tangerang. The existence of literacy

activities that are implicitly included in the Indonesian language lesson provides

good results on students 'information literacy skills which are seen based on the

students' grades and ability to do Plan, do, review in Indonesian language lessons. A

good information literacy ability will be more effective if applied to each subject, so

that the information literacy ability can be felt as a benefit since sitting in elementary

school.

Keywords: Information School Literacy Movement, Literacy of Primary School

Students, Information Literacy.

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya penelitian ini dapat

diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Rasullah SAW,

sebagai manusia terbaik yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia. Tema

penelitian ini mengenai ―Pembudayaan Literasi Informasi Siswa Tingkat Sekolah

Dasar‖, hal ini menjadi sebuah respon nyata akan rendahnya tingkat minat baca

masyarakat Indonesia khususnya peserta didik tingkat Sekolah Dasar. Dengan adanya

penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dan literature bagi pemerintah

dalam mengembangkan GLS (Gerakan Literasi Sekolah) untuk lebih masif dan

inovatif, agar dapat berdampak signifikan terhadap peningkatan kemampuan literasi

informasi siswa sekolah dasar. Penelitian ini dapat diselesaikan atas bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Bpk Dr (HC) H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Grup yang telah

memberikan inspirasi dan semangat tanpa henti agar para civitas akademi

Universitas Pamulang dapat terus berkontribusi dalam melakukan penelitian

ilmiah.

2. Bpk. Dr. H Dayat Hidayat, M.M selaku Rektor Universitas Pamulang, yang

telah memberikan motivasi dan arahan untuk mengembangkan pontensi para

civitas akademika Unpam melalui penelitian.

3. Bpk. Dr. Ir. R. Budi Hasmanto, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi yang

telah mendukung penelitian ini

4. Bpk. Dr. Zaenal Abidin, S.Pd,M.Si, selaku Ketua program studi S1

Manajemen Universitas Pamulang, yang selalu memberikan bimbingan positif

terkait penelitian

5. Bpk. Dr. Ali Maddinsyah, S.E.,M.M, selaku ketua LPPM Universitas

Pamulang, yang selalu memberikan dukungan dan ruang diskusi dalam hal

penelitian.

6. Rekan-rekan dosen Universitas Pamulang atas kerja sama dan dukungan yang

telah diberikan.

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

7. Kepala Sekolah Dasar Negeri PUSPIPTEK, SDN Batan 01, Sekolah Dasar

Islam Terpadu (SD IT) Al-Azhar Pamulang, SDIT Nur-Fatahillah dan SD IT

Al-Zahra Indonesia yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian

ini.

8. Keluarga tercinta, suami, orang tua atas dukungan serta do’a nya agar

penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis,

Tangerang Selatan, Oktober 2018

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

RINGKASAN .............................................................................................. iii

PRAKATA ................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 13

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................ 35

BAB 4 METODE PENELITIAN .............................................................. 48

BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI .................................. 76

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ..................................... 80

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 81

LAMPIRAN ................................................................................................ 82

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Pembiasaan membaca sejak dini merupakan sebuah investasi emas dalam

melahirkan generasi penerus bangsa yang literat. Literacy Information berasal dari

pemahaman dasar literacy dan information.Literacy menurut arti katanya dalam

bahasa Inggris mengandung makna huruf, melek huruf dan yang berarti berkaitan

dengan kegiatan membaca dan menulis. Sedangkan kemampuan literasi informasi itu

sendiri, menurut UNESCO adalah ―mengarahkan pengetahuan akan kesadaran dan

kebutuhan informasi seseorang, dan kemampuan untuk mengidentifikasi,

menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi dan secara efektif menciptakan,

menggunakan, mengomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang

dihadapi; juga merupakan persyaratan untuk berpartisipasi dalam masyarakat

informasi, dan merupakan hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat‖

(Perpustakaan Nasional RI, 2007:16). Menurut American Library Association (ALA)

―untuk menjadi orang yang melek informasi itu dibutuhkan dan memiliki kemampuan

untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan

secara efektif‖. Untuk menjadi seorang yang literat tentu perlu ditanamkan

pembiasaan membaca sejak kecil, agar menjadi sebuah budaya pada aktivitas

seseorang.

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Indonesia belum mendapatkan peringkat yang memuaskan dari lembaga survey

nasional maupun internasional dalam hal minat baca, hal ini terbukti berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh lembaga survey terkait minat baca pada

tabel dibawah ini:

Tabel 1.1. Peringkat Minat Baca

No Lembaga Survey Tahun Peringkat

1 PISA

(Programme International For

International Reading Assesments)

2012 60 dari 65

2 PISA

(Programme International For

International Reading Assesments)

2015 69 dari 76

3 Central Connecticut State University 2016 60 dari 61

4 Perpustakaan Nasional RI 2017 36,48%

(rendah)

Sumber : berbagai sumber

Beberapa survey internasional mengenai literasi yang bekerjasama dengan

Kemendikbud, diantaranya PISA (Programme for International Reading Assesments)

yang diinisasi oleh Organization for Economic Coorporation and Development

(OECD) yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali sejak tahun 2000 dan diikuti

oleh 72 negara di seluruh dunia dan PIRLS (Progress in International Reading

Literacy Study) yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, sejak tahun 2001 yang

diikuti oleh 45 negara partisipan. Hasil survey PISA pada tahun 2015 menempati

urutan 69 dari 76 negara yang semula pada tahun 2012 menduduki peringkat 60 dari

65 negara kategori membaca. Sementara Central Connecticut State University asal

Amerika Serikat, telah merilis hasil penelitian menggunakan variabel PIRLS dan

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

PISA mengenai World’s Most Literate Nation Ranked pada Maret 2016 yang

menyatakan Indonesia pada peringkat ke 60 dari 61 negara. Penelitian yang telah

dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI pada tahun 2017 menunjukkan tingkat

kegemaran membaca masyarakat Indonesia adalah 36,48 persen atau rendah.

Jika melihat ke belakang, berdasarkan hasil survey mengenai minat baca

Indonesia memiliki posisi konsisten berada pada urutan bawah dari negara partisipan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Students

Assessment (PISA) terhadap kemampuan literasi (matematika, sains, dan bahasa)

siswa dari berbagai dunia khusus untuk literasi bahasa pada tahun 2003 prestasi

literasi membaca siswa Indonesia berada pada peringkat ke-39 dari 40 negara, tahun

2006 pada peringkat ke-48 dari 56 negara, tahun 2009 pada peringkat ke-57 dari 65

negara, dan tahun 2012 pada peringkat ke-64 dari 65 negara. (Kharizimi, 2015)

Gambar 1.1. Hasil Penelitian

PISA Programme for International Students Assessment

Sumber : nces.ed.gov

0

10

20

30

40

50

60

70

Tahun 2003 Tahun 2006 Tahun 2009 Tahun 2012

Indonesia

Negara partisipan

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Progress in

International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006. Indonesia mendapat

peringkat 41 dari 45 negara maju dalam bidang membaca pada anak-anak sekolah

dasar kelas VI di bawah koordinasi The International Association for the Evaluation

of Educational Achievement (IEA). Hasil-hasil penelitian internasional tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia secara umum tergolong

rendah, terutama dalam hal literasi bahasa. Aktivitas membaca dan menulis belum

dijadikan sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Depdiknas (Gipayana,

2004: 60) menyatakan ―sejumlah data hasil survei dari (IEA) mengenai kemampuan

bacatulis anakanak Indonesia bahwa sekitar 50% siswa SD kelas VI di enam provinsi

daerah binaan Primary Education Quality Improvement Project (PEQIP) tidak bisa

mengarang‖.

Hal ini tentu menjadi sebuah tugas bersama dari berbagai pihak dan element

masyarakat untuk menjadikan kegiatan baca tulis sebagai sebuah kebiasaan. Hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga survey nasional maupun

internasional mendapatkan tanggapan serius dari pemerintah, dengan terbentuknya

Gerakan Literasi Nasional (GLS) yang dikembangkan dari Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang

Penumbuhan Budi Pekerti yang salah satu tujuannya adalah menumbuhkembangkan

kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter sejak di keluarga, sekolah,

dan masyarakat. Menumbuhkan kebiasaan membaca merupakan sebuah

pembudayaan gerakan literasi sekolah yang diterapkan pada sekolah dasar. Salah satu

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

kebiasaan yang baik yang dianggap penting adalah kegiatan membaca Hasan

(Farihatin, 2013) mengemukakan bahwa ―kemampuan literasi dasar memiliki peranan

penting dalam kehidupan seseorang untuk kesuksesan akademiknya‖. Oleh karena

itu, pembentukan generasi yang literat perlu dibentuk sejak usia dini.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) tentu membutuhkan dukungan dan partisipasi

aktif dari tim sekolah, yakni guru dan pustakawan. Tujuan umum dari GLS itu sendiri

adalah menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan

ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar

mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat (Kemdikbud, Desain Induk:5). Penanaman

gemar membaca penting untuk diterapkan sedini mungkin bagi anak-anak, sehingga

ketika para siswa berada pada tingkatan sekolah menengah bahkan perguruan tinggi

mereka akan lebih siap untuk menerima dan mengembangkan literasi informasi lebih

dalam. Pembudayaan Literasi informasi yang sudah diterapkan sedini mungkin akan

berpengaruh pada kemampuan literasi informasi siswa.

Musthafa (2014) mengemukakan bahwa ―Perkembangan literasi merupakan

bagian dari proses perkembangan semiotik lebih besar yang di dalamnya mencakup

gerak-gerik tubuh (gesture), berpura-pura melakukan sesuatu bertindak sebagai orang

lain (make-believe play), menggambar, membicarakan buku cerita, menjelaskan

tanda-tanda jalan atau label makanan, dll.‖ Pembudayaan gerakan literasi sekolah

melalui GLS (Gerakan Literasi Sekolah) merupakan sebuah langkah dalam

membentuk generasi yang literat agar bangsa Indonesia mampu bersaing dalam skala

nasional maupun internasional.

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Sekolah Dasar (SD) adalah tingkat pendidikan yang strategis dalam pembentukan

generasi literat, karena merupakan sekolah formal pertama bagi anak bangsa. Seiring

perkembangan zaman, sekolah dasar negeri berlomba untuk meningkatkan kualitas

sekolahnya, salah satu indikatornya adalah nilai akreditasi pada sekolah tersebut.

Adapun sekolah dasar swasta yang juga memiliki kualitas bertaraf internasional juga

berlomba untuk mendapatkan nilai terbaik pada akreditasi sekolah. Nilai akreditasi

terbaik terlebih disertai dengan penghargaan yang dimiliki oleh sekolah dasar

dijadikan sebuah tolak ukur kualitas pendidikan sekolah dasar negeri maupun swasta.

Berikut daftar sekolah dasar negeri dan swasta di Kota Tangerang Selatan, Provinsi

Banten.

Tabel 1.2. Daftar SDN dan SDIT

No Nama Sekolah Akreditasi Kecamatan

1 SDN Puspiptek A Setu

2 SDN Batan Indah A Setu

3 SDIT Al-Azhar Pamulang A Pamulang

4 SDIT Al-Zahra Pamulang A Pamulang

5 SDIT Nur Fatahillah A Serpong

Sumber : http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id

Menurut data yang diperoleh dari data pokok pendidikan dasar dan menengah,

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kota Tangerang Selatan, terdiri dari 7

Kecamatan diantaranya: Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Pamulang, Kecamatan

Serpong, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Serpong Utara,

dan Kecamatan Setu.

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Pembelajaran literasi secara implisit masuk ke dalam Kurikulum atau dikenal

dengan istilah K13 sekolah dasar pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Literasi pada

secara sederhana merupakan kemampuan membaca dan menulis atau sering dikenal

dengan istilah melek aksara. Namun, dalam konteks abad ke-21 literasi itu sendiri

mengalami perluasan makna yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan

menulis, melainkan mampu mengidentifikasi, menggunakan serta mengevaluasi

sebuah informasi. Terkaitnya literasi informasi pada pelajaran bahasa Indonesia

diantaranya pada bab mengarang dan menceritakan kembali isi dari sebuah cerita

yang telah dibaca sebelumnya dengan sumber yang beragam, seperti buku cerita,

buku pelajaran bahasa indonesia maupun artikel yang diperoleh melalui internet.

Selain itu adanya aktivitas membaca yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar

sebelum kegiatan belajar mengajar di mulai, merupakan response yang diberikan dari

pihak sekolah dalam mendukung gerakan literasi sekolah yang di canangkan oleh

pemerintah agar meningkatkan minat baca dikalangan siswa sekolah dasar.

Terdapat beragam jenis teori dan model literasi informasi yang telah diadopsi

oleh berbagai lembaga pendidikan di dunia, diantaranya The Big6 skill yang telah di

telah dikembangkan di beberapa negara ASIA seperti Malaysia Thailand Singapura

(APISI, 2007). Selain itu The Big6 Skills cocok untuk diterapkan bagi siswa dari

segala usia yakni sejak usia TK hingga kelas 12 (Berkowitz dan Eisenberg, 1996).

Pembudayaan literasi informasi tingkat sekolah dasar diharapkan mampu menjadi

pondasi dalam menigkatkan kemampuan literasi informasi siswa dikemudian hari.

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Big 6™ adalah sebuah model literasi informasi yang dikembangkan oleh pustakawan

Michael B.Eisenberg and Robert E. Berkowitz di Amerika Serikat pada tahun 1988.

The Big6 menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk mengajar informasi

dan ketrampilan informasi serta teknologi. Pengembang model the Big6 skill juga

menciptakan model sederhana bagi para siswa di sekolah dasar untuk memudahkan

mereka dalam mengembangkan keterampilan literasi informasi sejak dini sehingga

akan menjadi sebuah budaya literasi informasi. Model ini disebut dengan Super3

yaitu Plan, Do dan Review. Model super3-big6 didesain khusus untuk diaplikasikan

pada siswa tingkat sekolah dasar, karena program dan penerapan yang lebih

sederhana dibandingkan dengan model big6. Pembelajaran literasi informasi yang

dikombinasikan dalam pelajaran bahasa Indonesia serta aktivitas membaca bahan

bacaan sebelum KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dimulai, merupakan sebuah

bentuk pembiasaan agar tercipta sebuah budaya literasi informasi yang

berkesinambungan, sehingga mampu meningkatkan kemampuan literasi informasi

siswa tingkat sekolah dasar. Adanya pojok bacaan atau reading corner yang

disediakan pada setiap kelas juga sebagai bentuk dukungan kepada program GLS

(Gerakan Literasi Sekolah) agar mampu menghasilkan generasi yang literat,

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai ―Pembudayaan Literasi Informasi Siswa Tingkat Sekolah Dasar di

Tangerang Selatan‖

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Tingkat minat baca peserta didik Indonesia termasuk kedalam kategori

rendah.

2. Belum ada aktivitas dan output yang selaras dalam kegiatan Gerakan

Literasi Sekolah (GLS) pada sekolah dasar negeri maupun swasta di

Tangerang Selatan.

3. Belum tercipta sinergi positif antara pepustakaan sekolah dan guru kelas

pada aktivitas literasi informasi.

4. Tidak semua siswa sekolah dasar negeri maupun swasta menyukai

pelajaran bahasa Indonesia.

5. Pemanfaatan pojok bacaan atau reading corner belum maksimal.

6. Pengetahuan dan wawasan siswa pada sekolah dasar negeri maupun

swasta mengenai jenis bahan bacaan masih terbatas,

7. Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi jenis bahan bacaan masih

kurang.

8. Tidak semua siswa mampu menemukan, mengolah dan menyajikan

kembali informasi pada pelajaran bahasa Indonesia.

9. Kemampuan siswa dalam mengevaluasi informasi pada pelajaran bahasa

Indonesia belum optimal.

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan

sebelumnya, pembudayaan gerakan literasi sekolah dasar memiliki output dan

kegiatan yang beragam, namun memiliki tujuan dan satu ruang lingkup yang

sama yakni sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan literasi informasi

siswa sejak dini. Karena adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga agar

penelitian ini bisa dilakukan secara mendalam maka pembatasan penelitian ini

adalah menjelaskan bagaimana pembudayaan GLS (Gerakan Literasi Sekolah)

terhadap kemampuan literasi informasi pada pelajaran bahasa Indonesia siswa

tingkat sekolah dasar dalam melakukan tahapan literasi informasi menggunakan

model super3, yakni plan (perencanaan), do (pelaksanaan) dan review (evaluasi).

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Bagaimana peran pembudayaan gerakan literasi sekolah terhadap

kemampuan literasi informasi siswa pada tahap Plan atau perencanaan

(identifikasi dan pencarian informasi) dalam pelajaran bahasa Indonesia?

2. Bagaimana peran pembudayaan gerakan literasi sekolah terhadap

kemampuan literasi informasi siswa pada tahap Do atau pelaksanaan

(menemukan, mengolah dan menyajikan kembali informasi) dalam

pelajaran bahasa Indonesia?

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

3. Bagaimana peran pembudayaan gerakan literasi sekolah terhadap

kemampuan literasi informasi siswa pada tahap Review atau

mengevaluasi informasi dalam pelajaran bahasa Indonesia?

4. Bagaimana peran pembudayaan gerakan literasi sekolah terhadap

kemampuan literasi informasi siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia?

1.5.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, tujuan penelitian ini antara

lain :

1. Untuk mengetahui bagaimana peran pembudayaan gerakan literasi

sekolah terhadap kemampuan literasi informasi siswa pada tahap Plan

atau perencanaan (identifikasi dan pencarian informasi) dalam pelajaran

bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana peran pembudayaan gerakan literasi

sekolah terhadap kemampuan literasi informasi siswa pada tahap Do atau

pelaksanaan (menemukan, mengolah dan menyajikan kembali informasi)

dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

3. Untuk mengetahui bagaimana peran pembudayaan gerakan literasi

sekolah terhadap kemampuan literasi informasi siswa pada tahap Review

atau mengevaluasi informasi dalam pelajaran bahasa Indonesia

4. Untuk mengetahui bagaimana peran pembudayaan gerakan literasi

sekolah terhadap kemampuan literasi informasi siswa dalam pelajaran

bahasa Indonesia.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

bermafaat bagi berbagai pihak, baik bersifat akademis maupun praktis

sebagai berikut:

1. Aspek teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu mengenai

literasi informasi tingkat sekolah dasar, serta dapat menambah bahan

bacaan atau literatur bagi peneliti berikutnya.

2. Aspek praktis

Penelitian ini dapat memberikan pandangan dan metode dalam

menerapkan gerakan literasi informasi pada tingkat sekolah dasar.

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gerakan Literasi Sekolah

Kemampuan menulis masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, sama

halnya dengan kemampuan membaca. Gipayana (2004) mengungkapkan

sejumlah data hasil survei dari international educational achievement (IEA)

mengenai kemampuan baca tulis anak-anak Indonesia bahwa sekitar 50% siswa

SD kelas VI di enam provinsi daerah binaan Primary Educational Quality

improvement project (PEQIP) yaitu Aceh, Sumatera Barat, Yogyakarta, Bali,

Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara) tidak bisa mengarang. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for

International Students Assessment (PISA) terhadap kemampuan literasi

(matematika, sains, dan bahasa) siswa dari berbagai dunia khusus untuk literasi

bahasa pada tahun 2003 prestasi literasi membaca siswa Indonesia berada pada

peringkat ke-39 dari 40 negara, tahun 2006 pada peringkat ke-48 dari 56 negara,

tahun 2009 pada peringkat ke-57 dari 65 negara, dan tahun 2012 pada peringkat

ke-64 dari 65 negara. (Kharizimi, 2015).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI pada tahun

2017 juga menunjukkan tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia

adalah 36,48 persen atau rendah. Peringkat minat baca masyarakat Indonesia

pada lembaga survey internasional maupun nasional terus konsisten berada pada

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

posisi terendah. Hal ini yang menginisiasi terbentuknya sebuah organisasi GLS

(Gerakan Literasi Sekolah).

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan untuk

mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui

berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/ atau

berbicara. Konsep kemampuan literasi yang menjadi landasan dari GLS, bukan

hanya kemampuan membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan perluasan

konteks abad ke-21 yang menyatakan bahwa kemampuan literasi informasi

individu adalah kemampuan lebih dari sekedar membaca dan menulis. Gerakan

Literasi Sekolah atau GLS merupakan sebuah upaya dari pemerintah yang

dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan lembaga pendidikan sekolah

sebagai organisasi pembelajaran yang bisa menjadikan warganya literat

sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Menurut panduan gerakan literasi

sekolah di sekolah dasar tujuan khusus dari terbentuknya GLS antara lain: ―(a)

Menumbuh kembangkan budaya literasi di sekolah, (b) meningkatkan kapasitas

warga dan lingkungan sekolah agar literat,(c) menjadikan sekolah sebagai taman

belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu

mengelola pengetahuan, (d) menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan

menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca‖

(Panduan GLS Sekolah Dasar, 2016: 2). Realiasasi dari tujuan terbentuknya

GLS tingkat sekolah dasar tentu membutuhkan kerja cerdas dan dukungan

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

praktis dari berbagai pihak dalam lembaga pendidikan, diantaranya pendidik

(guru), kepala sekolah, pustakawan sekolah dasar. Langkah pelaksanaan GLS di

sekolah dasar melalui beberapa tahapan karena mempertimbangkan kesiapan

dari masing-masing sekolah. Kesiapan yang dimaksud antara lain, ketersediaan

fasilitas, sarana dan prasarana literasi, kesiapan masyarakat sekolah (peserta

didik, tenaga pengajar, dan orang tua), dan kesiapan sistem pendukung lainnya

(dukungan yayasan maupun lembaga, partsipasi publik dan kebijakan yang

terkait). Agar memastikan keberlangsungan GLS Sekolah Dasar, maka

dilakukan dalam tiga tahapan, yakni tahap pembiasaan, pengembangan dan

pembelajaran, seperti yang tertera pada bagan dibawah ini:

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Gambar 2.1. Tahapan Pelaksanaan GLS di Sekolah Dasar

Sumber: Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar, 2016

Tiga tahapan terus harus dilakukan secara terus menerus dan akan lebih baik

jika dilakukan evaluasi dari aktivitas literasi informasi yang telah dilakukan.

2.2. Budaya Literasi infomasi

Budaya merupakan suatu kebiasan yang dilakukan secara terus menerus oleh

individu maupun sekolompok masyarakat. Kegiatan literasi informasi tidak

terlepas dari kegiatan menulis dan membaca, fakta memprihatinkan terungkap

dari pemeringkatan Literacy International World Most Literate Nations Ranked

yang diterbitkan oleh Central Connecticut State University, Maret 2016 yang

menunjukan bahwa kemampuan membaca dan menulis masyarakat Indonesia

berada pada urutan ke-60 dari total 61 negara yang menunjukan bahwa

kemampuan membaca dan menulis masyarakat Indonesia berada pada urutan ke-

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

60 dari total 61 negara. Hal ini menjadi sebuah cermin bagi masyarakat Indonesia

untuk menjadi literasi informasi sebagai sebuah budaya yang harus dipupuk sejak

dini. Kebiasaan membaca dan menulis akan menjadi kegiatan yang

menyenangkan asalkan terjadi sinergi yang harmonis antara pihak pengajar dan

pustakawan. Pembudayaan literasi informasi, didukung penuh oleh pemerintah

dengan membentuk organisasi GLS (Gerakan Literasi Sekolah) dimana sekolah

memiliki tanggung jawab lebih dalam pembudayaan geerakan literasi informasi

siswa sejak dini.

2.3. Literasi Informasi Siswa Sekolah Dasar

Untuk mengetahui tingkat kemampuan literasi siswa di seluruh dunia, dapat

dilihat melalui hasil studi internasional yang dipercaya sebagai instrument untuk

menguji kopetensi global, yaitu PIRLS (Progress in International Reading

Literacy Study), PISA (Programme for International Student Assessment), dan

TIMSS (Trend in Internasional Mathematics and Science Study). Untuk

mengetahui kemampuan literasi bahasa dilakukan hanya oleh PIRLS dan PISA,

sedangkan TIMSS untuk mengatahui kemampuan literasi matematika dan sains.

PIRLS merupakan studi literasi membaca yang dirancang untuk mengetahui

kemampuan anak sekolah dasar dalam memahami bermacam ragam jenis

bacaan. ―Penilaiannya difokuskan pada dua tujuan membaca yang sering

dilakukan anak-anak, baik membaca di sekolah maupun di rumah, yaitu

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

membaca cerita/karya sastra dan membaca untuk memperoleh dan

menggunakan informasi‖ (Dewantoro, 2017).

Membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Hodgson

dalam Tarigan (1994). Adanya pemahaman terhadap isi bacaan, tujuan membaca

makin jelas. Sesuai pendapat Idris (2008) tujuan membaca

meliputi:(1)memperolehinformasi, (2) mengembangkan berpikir kritis, (3)

menambah wawasan dan pengalaman, (4) menikmati isi bacaan atau

kesenangan, (5) mengembangkan minat baca. SD merupakan sekolah

pembelajaran dasar bagi siswa dalam membaca kritis yakni membaca hati-hati,

aktif, reflektif dan analitik. Kemampuan membaca dan menulis merupakan

kemampuan literasi dasar yang sudah seharusnya dimiliki oleh siswa sekolah

dasar. Menurut Nurjamal dalam Sumirat, Darwis (2011:69) mengemukakan

―bahwa menulis sebagai sebuah keterampilan berbahasa adalah kemampuan

seseorang dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan pemikiran-

pemikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan media tulisan‖

Berdasarkan pengertian di atas, keterampilan menulis sangat penting dan perlu

diasah agar siswa dapat menyampaikan ide/gagasan melalui bahasa tulis dengan

baik dan benar sejak dini.

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Adanya kemampuan literasi informasi siswa tingkat sekolah dasar

merupakan sebuah modal sebagal seorang pembelajar sepanjang hayat. Perlu

adanya sinergi positif dari berbagai element pada lembaga pendidikan. Barbara

Humes (2000) memaparkan hasil penelitian yang mengungkap ―faktor penting

yang dapat menghasilkan integrasi dari keterampilan literasi informasi dan

kurikulum sekolah antara lain;(1) Sekolah memiliki kemauan kuat untuk

menghasilkan peserta didik yang berkemampuan tinggi dalam berpikir kritis,

penyelesaian masalah, dan kemampuan berliterasi informasi, (2) Manajemen

perpustakaan memiliki komitmen jangka panjang untuk mengintegrasikan mata

pelajaran perpustakaan dalam kurikulum sekolah, (3) Tenaga pendidik dan

pustakawan bekerja sama dalam pengembangan kurikulum.‖Adanya

kemampuan literasi informasi pada seorang peserta didik khususnya tingkat

sekolah dasar juga perlu dukungan dan langkah praktis dari orangtua.

(Amariana, 2012) menemukan temuan dari penelitiannya tentang perkembangan

literasi bahwa ―keterlibatan orangtua memiliki peranan yang sangat besar dalam

mengembangkan kemampuan bahasa dan literasi anak‖. Menulis dipandang

sebagai sebuah proses, tetapi juga sebuah hasil. Brown (dalam Idris, 2008: 338)

menyebutkan bahwa tulisan merupakan hasil pikiran yang dibuat dalam bentuk

draf dan diperbaiki dengan keterampilan khusus yang tidak dimiliki oleh setiap

pembicara secara alamiah. Selanjutnya, tujuan secara paedagogis, Chaedar

Alwasilah, 1994:36) berpendapat bahwa menulis dapat digunakan sebagai alat

untuk mempertajam dan memperhalus pikiran. Karenanya, penanaman

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

kemampuan dasar menulis dapat dimulai dari tingkat SD. Jika dasarnya sudah

kuat, tentu perluasan dan pendalaman materi suatu mata pelajaran di tingkat

selanjutnya kemungkinan tidak akan mengalami kesulitan dan akan berdampak

positif pada nilai koginitif siswa.

Kemampuan berbahasa Indonesia, termasuk keterampilan literasi dasar

sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dalam kompetensi, pemilihan

materi dan distribusinya di sekolah dasar. Sekolah dasar menjadi dasar

pembelajaran literasi karena merupakan langkah awal seorang anak belajar

membaca dan menulis pada lembaga pendidikan formal. Sekolah dasar

bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung,

pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai tingkat

perkembangannya serta menyiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan

selanjutnya (Ahmad Rofi'uddin & Darmiyati Zuhdi, 2001:96). Melalui

pendidikan sekolah dasar, peserta didik diharapkan dapat memperoleh bekal

kemampuan literasi yang baik, yakni membaca dan menulis. Ebel & Pearson

(dalam menyebutkan faktor pemengaruh kemampuan pemahaman bacaan siswa

dan perkembangan minat baca itu bergantung pada:(1) pesertadidik, (2)keluarga,

(3) kebudayaannya, dan (4) situasi sekolah. Adanya pembelajaran literasi

informasi yang secara implisit masuk pada mata pelajaran bahasa Indonesia

merupakan sebuah metode yang dilakukan oleh pihak sekolah sebagai bentuk

upaya penanaman kemampuan literasi informasi siswa sejak dini.

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah ada beberapa upaya yang

bisa diadopsi untuk dilakukan oleh pihak guru dalam melaksanakan kegiatan

literasi sekolah antara lain:

Mengadakan Lomba Literasi

Mengadakan lomba gerakan literasi sekolah merupakan salah satu upaya

yang dilakukan oleh guru pengadaan lomba literasi ini diadakan semua

kelas wajib mengikuti lomba literasi.

Menggunakan Metode Menyampul Buku

Menggunakan sampul dari koran atau kertas sampul ini merupakan metode

yang dilakkan agar pelaksanaan gerakan literasi sekolah tetap berjalan

dengan sesuai pelaksanaan untuk meningkatkan minat siswa menjaga buku

dan merawat buku sebagai langkah awal cinta terhadap minat baca peserta

didik.

Membuat Pojok Literasi.

Selanjutnya hal yang telah dilakukan guru di sekolah untuk melaksanakana

kegiatan gerakan literasi sekolah yaitu dengan membuat pojok literasi.

Pojok literasi adalah semacam pustaka kecil untuk menyimpan sumber

literasi yang dapat digunakan pada saat gerakan literasi sekolah pojok

literasi ini bahaan bacaanya dibawa sendiri dan masing-masing dari

rumahnya sendiri.

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Memberikan Nilai Tambahan

Selanjutnya ada lagi upaya yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan

literasi dengan mensosialisasikan kepada siswa, bahwa siswa yang

mengikuti kegiatan dengan baik akan mendapatkan nilai

tambah‖.(Silabus.org/kegiatan-literasi-sekolah).

2.4. Literasi Informasi

Literacy Information berasal dari pemahaman dasar literacy dan

information. Literacy menurut arti katanya dalam bahasa Inggris

mengandung makna huruf, melek huruf dan yang berarti berkaitan dengan

kegiatan membaca dan menulis. Information menurut arti katanya

mengandung sesuatu yang dikatakan, atau bagian dari pengetahuan (The

Concise Oxford Dictionary, 1990). Istilah literasi informasi diperkenalkan

pertama kali oleh Paul G.Zurkowski pada tahun 1974. Zurkowski (Presiden

Information Industry Association) mengusulkan bahwa prioritas utama dari

program nasional US National Commission on Libraries and Information

Science adalah membangun sebuah program utama untuk mencapai literasi

informasi universal di tahun 1984 (Zurkowski, 1974). UNESCO (2007)

―Literasi informasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami,

menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan menghitung, menggunakan bahan

tercetak dan tertulis dengan konteks yang berbeda-beda. Literasi adalah

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

rangkaian kesatuan dalam belajar yang memungkinkan individu untuk

mencapai tujuan mereka, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi,

dan untuk berpartisipasi penuh dalam komunitas mereka dan masyarakat

lebih luas."

Literasi informasi adalah kemampuan kognitif yang dibutuhkan oleh

individu untuk mengenali kapan informasi dibutuhkan dan memiliki

kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan secara

efektif informasi yang dibutuhkan. literasi informasi menjadi dasar untuk

menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat. Hal ini bisa diterapkan untuk

semua disiplin ilmu, lingkungan belajar, dan untuk semua jenjang pendidikan

khususnya pendidikan sekolah dasar ―Seseorang yang melek informasi

mampu untuk: (a) Mengetahui sejauh mana informasi yang dibutuhkan, (b)

Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, (c)

Mengevaluasi informasi dan sumber yang kritis, (d) Memasukkan informasi

terpilih menjadi basis pengetahuan seseorang (e) Menggunakan informasi

secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu, (f) Memahami isu-isu

ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan informasi, mengakses dan

menggunakan informasi secara etis dan sah‖ (Muin,Azwar,2015).

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

2.5. Model Literasi Informasi.

Sejak diperkenalkan tahun 1974, model literasi informasi kemudian

berkembang. Perkembangan ini menunjukkan keragaman pendekatan dan

metode terhadap pemahaman Literasi informasi di beberapa negara maju.

Kebanyakan model literasi informasi yang berkembang adalah untuk aplikasi

bagi siswa tingkat sekolah dasar hingga siswa menengah atas (SMA), karena

sekolah merupakan lembaga formal yang wajib untuk diikuti bagi manusia

pembelajar. Hal ini menunjukkan kesadaran bahwa para peserta didik perlu

diberikan keterampilan untuk memecahkan masalahnya secara sistematis sejak

dini, agar mereka siap menjadi pekerja yang information literate di dunia kerja

yang akan datang. Terdapat beberapa jenis model literasi informasi yang pada

prakteknya sudah dilakukan pada negara-negara maju

1. British Model

Sebuah model yang pertama dikembangkan pada tahun 1981 oleh Michael

Marland dalam bukunya Information Skills in the Secondary Curriculum

(Wools, 2006). Model ini adalah yang pertama kali muncul setelah pertama

kali dicetuskan konsepnya pada tahun 1974. Model ini diterapkan di sekolah

dan disebut dengan keterampilan informasi dan mempunyai sembilan

langkah untuk memecahkan masalah, yaitu;

Memformulasikan dan menganalisa kebutuhan

Mengidentifikasi dan memeriksa sumber-sumber informasi

Menelusuri dan menemukan sumber-sumber individu

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Menguji, memilih sumber-sumber informasi

Mengintegrasikan sumber-sumber informasi tersebut

Menyimpan dan mensortir informasi

Menginterpretasikan,menganalisa,mensintesiskan dan mengevaluasi

informasi

Mempresentasikan

Mengkomunikasikan informasi dan

Mengevaluasi.

2. Empowering8

Pada tahun 2004, sebuah modul yang dirancang khusus untuk

kepentingan orang-orang Asia dirumuskan dalam sebuah pertemuan

International Workshop on Information Skills for Learning yang diorganisasi

oleh IFLA/ALP dan NILIS di University of Colombo, Sri Lanka. Model yang

dihasilkan oleh peserta dari negara-negara Asia ini disebut dengan

Empowering 8 dan dipercaya sebagai model yang cocok penerapannya di

negara-negara Asia. Diantaranya adalah:

Mengidentifikasi masalah

Mengeksplorasi sumber informasi

Memilih sumber informasi

Menyusun informasi yang diperoleh

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Menciptakan sebuah pengetahuan baru dari informasi yang

terkumpul sebagai jawaban dari masalah

Mempresentasikan pengetahuan baru yang sudah tercipta

Memberi penilaian terhadap pengetahuan baru tersebut

Mengaplikasikan pengetahuan baru tersebut.

3. Tujuh Langkah Knowledge Management

Pada tahun 2007, di Indonesia telah lahir sebuah model baru literasi

dengan nama tujuh langkah knowledge management yang dikembangkan

oleh Diao Ai Lien dan rekan-rekan dari Universitas Atmajaya. Model ini

merupakan gabungan antara Big 6™ dan Empowering 8 yaitu dengan

menambahkan kemampuan ke-8 dari Empowering 8 ke dalam Big 6™ (Diao

Ai Lien et.al, 2007:6). Model ini dikembangkan untuk membantu para

mahasiswa dan mahasiswi dalam menyelesaikan tugas penelitian atau tugas

akhir mereka di kampus.Tujuh langkah dalam model ini adalah:

Merumuskan masalah

Mengidentifikasi dan mengakses informasi

Mengevaluasi sumber informasi dan informasi

Menggunakan informasi

Menciptakan karya

Mengevaluasi karya

Menarik pelajaran

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

4. Big Six (Big 6™ )

Big 6™ adalah sebuah model literasi informasi yang dikembangkan oleh

pustakawan Michael B.Eisenberg and Robert E. Berkowitz di Amerika

Serikat pada tahun 1987. The Big6 menggunakan pendekatan pemecahan

masalah untuk mengajar informasi dan ketrampilan informasi serta teknologi.

Dikutip dari situs resmi big6 skills, eduation, information technology kills

for student success, model the Big6 terdiri dari 6 tahap pemecahan masalah,

pada masing-masing tahap dikelompokkan dua indikator atau

komponen.Enam langkah dalam model Big 6™ adalah:

1. Definisi tugas

- Definisikan masalah informasi yang dihadapi

- Identifikasi informasi yang diperlukan

2. Strategi mencari informasi

- Menentukan semua sumber yang mungkin

- Memilih sumber terbaik

3. Lokasi dan akses

- Tentukan lokasi sumber secara intelektual maupun fisik

- Menemukan informasi dalam sumber

4. Menggunakan informasi

- Hadapi, misalnya membaca, mendengar, menyentuh,

mengalamati

- Ekstrak informasi yang relevan

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

5. Sintesis

- Mengorganisasikan dari banyak sumber

- Sajikan informasi

6. Evaluasi

- Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas

- Nilai proses dari segi efisiensi

Lebih lanjut penjelasan komponen dan subkomponen pada model literasi

informasi big6 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Komponen Big6 model

Komponen Sub komponen Perumusan masalah

- Merumuskan masalah

- Identifikasi informasi yang diperlukan

Strategi mencari informasi

- Menentukan sumber informasi

- Memilih sumber informasi terbaik

Lokasi dan akses

- Tentukan lokasi sumber secara intelektual maupun fisik

- Menemukan informasi di dalam sumber tersebut

Menggunakan informasi

- Membaca,mendengar, menyentuh, mengamati, dll

- Ekstrak informasi yang relevan

Sintesis

- Mengorganisasikan dari berbagai sumber

- Sajikan informasi

Evaluasi - Mengevaluasi hasil (efektivitas)

- Mengevaluasi proses (efisiensi)

Sumber : //http.www.big6.com

Model ini sangat populer tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga

di negara-negara lain yang sudah menyadari pentingnya penerapan literasi

informasi dalam proses belajar mengajar di sekolahnya. Eisenberg dan

Berkowitz juga secara aktif dan berkelanjutan melakukan promosi dengan

mengeluarkan terbitan-terbitan yang bermanfaat bagi pemakainya. Di

Indonesia sendiri, model ini juga sudah popular digunakan di banyak sekolah

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

maju dalam kegiatan program literasi informasi mereka. Bahan-bahan tentang

model ini juga sangat mudah diperoleh melalui internet dibandingkan model-

model lainnya. Itu sebabnya, pengguna model ini dapat dengan mudah

memperoleh hal-hal baru yang dikembangkan oleh Eisenberg dan Berkowitz

melalui internet. Dengan demikian, penggunaannya juga semakin

memasyarakat

Pengembang model Big6 juga menciptakan model sederhana bagi

para siswa di sekolah dasar untuk memudahkan mereka dalam

mengembangkan keterampilan literasi informasi sejak dini sehingga akan

menjadi sebuah budaya literasi informasi. Model ini disebut dengan Super3

yaitu Plan, Do dan Review.

gambar 2.2. Model Super3

Sumber : http// big6.com (dimodifikasi oleh penulis)

Pada dasarnya model super3 merupakan turunan dari model big6

yang memiliki sub komponen yang sama, namun yang membedakan adalah

aplikasi atau penerapan model pada tingkat siswa yang akan mengadopsi

model tersebut. Model super3-big6 didesain khusus untuk diaplikasikan pada

Plan

(Perencanaan)

Do (Pelaksanaan)

Review (Evaluasi)

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

siswa tingkat sekolah dasar, karena program dan penerapan yang lebih

sederhana dibandingkan dengan model big6.

Tabel 2.2. Komponen model Super3-Big6

Super3 Big6 Plan-Beginning

(Perencanaan) 1. What am I supposed to do?

2. What will it look like if do a really good job?

3. What do I need to find out to do the job?

1. Definisi Tugas

2. Strategi mencari

informasi

-

Do – Middle (Pelaksanaan kegiatan)

1. read, view,tell

2. make a picture, etc

3. Lokasi dan akses

4. Menggunakan

informasi

5. Sintesis

Review-End (Evaluasi)

4. do I do what I was supposed to do?

5. Do I feel ok about this?

6. Should I do something else before I turn in it?

6. Evaluasi

Sumber : The "Big6™" is copyright ©(1987) Michael B. Eisenberg and Robert

E.Berkowitz (dimodifikasi oleh penulis)

Model super3 biasa diterapkan pada lembaga pendidikan formal tingkat

pertama, atau sekolah dasar karena desain tahapan yang sederhana dan aplikatif.

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian

1

Leung, Yuet Ha Angel (2007)

Scholary Journal.

International

Association of School

Librarianship.

Selected Papers from

the Annual

Conference; Brantford

Cooperative Planning

and Teaching

(CPT)between

Teachers and the

Teacher Librarian in a

Hong Kong Primary

School to equip

students with

information literacy

skill

Menggunakan

cooperative

teaching

antara guru

dan

pustakawan

Periode jangka waktu

penelitian

Kegiatan siswa dalam meningkatkan

literasi informasi yakni, menlis

catatan, laporan dam essay dalam tahap

“locating, analyzing and presentation”

dilakukan selama 1 tahun membuat

siswa lebih rajin membaca, dan

manjadikan sekolah tersebut

mendapatkan award 5 the most school

reading di Hongkong

2

Bailey, Leactrice Joy

(2005)

Proquest

Dissertasions and

Theses

Varibles of

information literacy In

academicall succesful

elementary school in

Texas

Melibatkan

pihak kepala

sekolah, guru

dan

pustakawan

dalam aplikasi

variabel

literasi

informasi

Variabel : staffing,

budget, schedulling,

library use, resource,

principals support and

collaborate in

explonatory research

Variabel collaboration kurang dari 60%

yang artinya kolaborasi dari pihak

guru, kepala sekolah, dan pustakawan

masih kurang.

3

Lin Ching & Yu-Pin

Chen(2013). Journal

of Educational Media

& Library Sciences.

Development of

Information Literacy

Assessment and

Students Performance:

Menggunakan

model super3

dalam

program

Populasi penelitian

hanya siswa kelas 2

sekolah dasar

Kemampuan literasi siswa dan siswi

berbeda, namun memiliki kemampuan

literasi informasi yang baik pada

komponen do dan review. Terkecuali

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Fall2013, Vol. 51

Issue 1, p91-129. 39p.

A Case Study on a

Second-Grade

Information Literacy

Curriculum.

mengembangk

an literasi

siswa

pada komponen plan, siswa masih

membutuhkan arahan dan bimbingan

dari pihak guru.

4

Rully Khairul Anwar,

Edwin Rizal, Encang

Saepudin. (2015).

Jurnal kajian

informasi &

perpustakaan, Vol

3/No.1, Juni 2015

Kemampuan Literasi

Informasi Tentang

Apotek Hidup

Berbasis Individual

Competence

Framework

Menggunakan

kuesioner

dalam data

primer

penelitian

Menggunakan metode

individual competence

framework dengan

sampel penelitian siswa

Sekolah Mengengah

Atas

Kemampuan responden dalam

mengenal informasi, menemukan

informasi, mengelola informasi,

menerapkan informasi dan

menggunakan informasi mengenai

tanapam apotik hidup cuku baik.

Namun, kemampuan dalam

mengevaluasi informasi masih kurang

atau rendah.

5

Randy Widi Prayoga,

Heri Suwignyo, Titik

Harsiati (2017).

Jurnal Pendidikan:

Teori, Penelitian, dan

Pengembangan

Volume: 2 Nomor: 11

Bulan November

Tahun 2017 Halaman:

1498—1503

Peningkatan

Keterampilan Menulis

Melalui Penerapan

Program Literasi

Berbantuan Media

Buku Cerita Anak

Pada Siswa SD

Populasi

penelitian

siswa sekolah

dasar

Menggunakan metode

kualitatif dengan jenis

penelitian PTK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran telah dilaksanakan

dengan baik oleh guru dan siswa. Nilai

menulis cerita narasi mengalami

peningkatan dari siklus I sebesar 69,8

menjadi 80 pada siklus II dan

meningkat lagi menjadi 85 pada siklus

III.

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

2.6. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini membahas bagaimana kemampuan literasi informasi siswa

tingkat sekolah dasar menggunakan metode super3, yakni plan, do dan review

yang merupakan turunan dari metode big6. Adanya Gerakan Literasi Sekolah

atau GLS yang digalangkan oleh pemerintah, menjadi sebuah stimulus bagi

sekolah dasar negri dan swasta untuk membudayakan gerakan literasi sekolah

guna meningkatkan kompetensi literasi informasi para peserta didik.

Pembelajaran literasi informasi secara implisit masuk ke dalam pelajaran bahasa

Indonesia, karena pada dasarnya literasi itu sendiri merupakan kegiatan

membaca dan menulis. Pembudayaan literasi informasi sejak tingkat sekolah

dasar, diharapkan akan memberikan kontribusi positif pada semua mata

pelajaran terlebih jika sudah naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kemampuan literasi informasi bagi siswa akan berdampak pada kognitif dan

kompetensi peserta didik, selain itu ―Seseorang yang melek informasi mampu

untuk: (a) Mengetahui sejauh mana informasi yang dibutuhkan, (b) Mengakses

informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, (c) Mengevaluasi

informasi dan sumber yang kritis, (d) Memasukkan informasi terpilih menjadi

basis pengetahuan seseorang (e) Menggunakan informasi secara efektif untuk

mencapai tujuan tertentu, (f) Memahami isu-isu ekonomi, hukum, dan sosial

seputar penggunaan informasi, mengakses dan menggunakan informasi secara

etis dan sah‖ (Muin,Azwar,2015).

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2011: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa sekolah

dasar negri dan swasta di Tangerang Selatan pada tiga kecamatan yang

berbeda, yang terdiri dari : SDN Puspiptek (Kec Setu), SDN Batan Indah

(Kec Setu), SDIT Nur Fatahillah (Kec Serpong), SDIT Al Azhar Pamulang

(Kec Pamulang), dan SDIT Az Zahra Indonesia (Kec Pamulang). Berikut ini

adalah tabel jumlah siswa dari lima sekolah tersebut:

Tabel 3.1. Jumlah Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SDN Puspitek 739

2 SDIT Nur Fathilah 557

3 SDIT Al-azhar Pamulang, 713

4 SDIT Al Zahra 466

5 SDN Batan 827

Total 3.304

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

2. Sampel

Arikunto (1998) mengatakan bahwa ―sampel adalah bagian dari

populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)‖. Sampel merupakan

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling. Menurut Arikunto (2006) purposive sampling adalah ―teknik

mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata,

melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan

tertentu‖. Maka dengan teknik tersebut diperoleh sampel pada penelitian ini

berfokus pada siswa kelas V sekolah dasar negeri mauapun swasta atas dasar

pertimbangan peneliti. Rumus perhitungan jumlah sampel menggunakan

rumus Slovin, seperti yang tertera di bawah ini:

𝑛 =N

1 + N e 2

Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

E = Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel

yang masih bisa ditolerir (Umar, 2011: 78). Berdasarkan rumus di atas, maka

jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:

𝑛 =3304

1 + 3304 0,1 2

n = 97,06 di bulatkan menjadi 100

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak

sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%. Nilai kritis pengambilan

sampel pada penelitian sebesar 10%. Berdasarkan perhitungan yang telah

dilakukan maka jumlah sampel penelitian ini sebanyak 100 responden yang

terdiri dari;

Tabel 3.2 Jumlah Responden Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah

reseponden

1 SDN Puspiptek , Kec Setu 20 siswa/i

2 SDN Batan Indah, Kec Setu 20 siswa/i 3 SDIT Nur Fatahillah, Kec Serpong 20 siswa/i 4 SDIT Al Azhar Pamulang, Kec

Pamulang

20 siswa/i

5 SDIT Az Zahra Indonesia, Kec

Pamulang.

20 siswa/i

Total 100 siswa/i

Sumber: data penelitian ,2018

3.2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber primer yaitu data diperoleh langsung

dari pemberi data melalui observasi, wawancara dan angket/kuesioner.

Menurut Sugiyono (2011: 193) Bila dilihat dari sumber datanya maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data yang

langsung kepada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang

diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dalam penelitian melalui dua

kelompok sumber data, sebagai berikut :

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

1). Data Primer

Adalah data yang diperoleh langsung melalui hasil penyebaran

kuesioner yang dibagikan kepada 100 responden dalam bulan Juli-Agustus

2018, yang terdiri dari lima sekolah dasar negeri dan swasta di Tangerang

Selatan.

2). Data Sekunder

Adalah data yang peroleh penelitian ini bersumber dari beberapa buku,

jurnal online, tulisan-tulisan/artikel yang diperoleh melalui internet, serta data

juga diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa

narasumber (kepala sekolah, guru dan siswa).

3.3. Metode Penelitian

Metode Penelitian pada dasarnya berfungsi untuk mengolah data

sesuai dengan sasaran dan penelitian. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian survey dengan penjelasan

deskriptif. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006:3) penelitian survei

adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.

Penelitian ini menggunakan metode survey karena ingin melihat secara

deskriptif kemampuan literasi informasi siswa tingkat sekolah dasar

dengan adanya gerakan literasi sekolah menggunakan model super3.

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

3.4. Uji Validitas dan Realibilitas

Pada saat kegiatan pengumpulan data, maka yang tidak kalah

pentingnya adalah melakukan pengujian terhadap instrumen (alat ukur) yang

akan digunakan. Umumnya terjadi pada penelitian ilmu-ilmu sosial,

termasuk diantaranya penelitian ini adalah meneliti variabel-variabel yang

sifatnya abstrak sehingga sulit diukur, seperti yang dijelaskan Muhsidin dan

Abdurahman (2007:30) sebagai berikut ―Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial,

variabel-variabel yang diteliti sifatnya lebih abstrak sehingga sukar untuk

dilihat dan divisualisasikan, atau dijamah secara realita, tidak seperti ilmu-

ilmu eksakta. Karena itu, variabel-variabel dalam ilmu sosial, yang berasal

dari konsep, perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur

dan dipergunakan secara operasional. Untuk itulah uji reliabilitas dan

validitas diperlukan sebagai upaya memaksimalkan kualitas alat ukur, agar

kecendrungan keliru tadi dapat diminimalkan‖

Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk memastikan seberapa baik suatu instrumen

digunakan untuk mengukur konsep yang seharusnya diukur. Validitas konstruk

digunakan dalam penelitian ini. Uji validitas instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode korelasi point biserial sebagai berikut:

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Mp - Mq

rpbi = pq

St

Keterangan :

rpbi = Koefisien korelasi point biserial,

Mp = Jumlah responden yang menjawab benar,

Mq = Jumlah responden yang menjawab salah,

St = Standar deviasi untuk semua item,

P = Proporsi responden yang menjawab benar,

q = Proporsi responden yang menjawab salah.

(Kasmadi dan Sunariah, 2014: 78)

Dengan kriteria pengujian jika harga r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi

0,05 maka alat ukur tersebut valid, begitu pula sebaliknya jika harga r hitung <rtabel maka

alat ukur tersebut tidak valid.

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Uji Reliabilitas

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil

pengukuran (Sukmadinata, 2009: 107). Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus

cronbachalpha sebagai berikut:

𝑟11 = 𝑘

𝑘 − 1 1 −

𝜎𝑏2

𝜎𝑡2

Keterangan:

r = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari,

k = Jumlah butir pertanyaan (soal),

2b = Jumlah variansi butir, dan

2t = Variansi total.

Jika nilai Cronbach's Alpha positif dan lebih besar daripada r-tabel, maka

instrumen tersebut Reliabel. Apabila koefisien cronbachalpha (r11) ≥ 0,6 maka dapat

dikatakan instrumen tersebut reliabel. Hasil uji reliabilitas kuesioner adalah nilai

cronbachalpha seluruh variabel ≥ 0,6.

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Realiblitas

p1 0,425 0,361 Valid

p2 0,503 0,361 Valid

p3 0,432 0,361 Valid

p4 0,464 0,361 Valid

p5 0,503 0,361 Valid

p6 0,776 0,361 Valid

p7 0,695 0,361 Valid

p8 0,526 0,361 Valid

p9 0,584 0,361 Valid

p10 0,689 0,361 Valid

p11 0,372 0,361 Valid

p12 0,690 0,361 Valid

p13 0,411 0,361 Valid

p14 0,633 0,361 Valid

p15 0,541 0,361 Valid

p16 0,515 0,361 Valid

p17 0,710 0,361 Valid

p18 0,652 0,361 Valid

p19 0,536 0,361 Valid

p20 0,465 0,361 Valid

p21 0,670 0,361 Valid

p22 0,455 0,361 Valid

p23 0,699 0,361 Valid

p24 0,877 0,361 Valid

p25 0,675 0,361 Valid

p26 0,559 0,361 Valid

p27 0,533 0,361 Valid

p28 0,558 0,361 Valid

p29 0,391 0,361 Valid

p30 0,676 0,361 Valid

p1 0,688 0,361 Valid

p2 0,612 0,361 Valid

p3 0,701 0,361 Valid

p4 0,817 0,361 Valid

p5 0,445 0,361 Valid

Titik

KritisKeterangan

Nilai R

tabel

Koefisien

ReliabilitasVariabel Item

Koefisiean

ValiditasKeterangan

Review (X3)

Evaluasi0,648 0,6 Reliabel

Kemampuan

Literasi

Informasi (Y)

0,703 0,6 Reliabel

Plan (X1)

Perencanaan0,649 0,6 Reliabel

DO (X2)

Pelaksanaan0,848 0,6 Reliabel

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011: 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan dokumentasi. Teknik

pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara

dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi

dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga

obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono, 2011: 203).

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono,

2011:194). Metode wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

terstruktur dan digunakan pada saat penelitian untuk mengetahui

tentang kegiatan literasi informasi yang telah berlangsung di sekolah.

3. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu

dengan pasti variabel yang diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan

dari responden (Sugiyono, 20011: 199). Metode angket digunakan

untuk mengetahui kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar.

Kuesioner yang diberikan dalam penelitian ini berupa pernyataan yang

berkaitan dengan gerakan literasi sekolah terhadap kemampuan literasi

informasi siswa menggunakan model super3 dalam pelajaran bahasa

Indonesia.

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

3.5.Teknik Pengolahan Data

Kuesioner yang disebarkan menggunakan skala gutman, kemudian hasil

kuesioner dihitung menggunakan tabulasi frekuensi dan menggunakan analisis

garis kontinum dan deskriptif untuk penjelasannya.

Tabel 3.3

Kriteria Pedoman Untuk Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 Sangat Rendah

0,20 – 0,39 Rendah

0,40 – 0,59 Sedang

0,60 – 0,79 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

BAB 4

HASIL ANALISIS

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisis dari data yang telah

diperoleh di lapangan. Analisis menggunakan analisis analisis deskriptif untuk

mengetahui Pembudayaan Literasi Informasi Siswa Tingkat Sekolah Dasar di

Tangerang Selatan.

4.1 Analisis Karakteristik Data Responden

Karakteristik responden terdiri dari data-data yang melekat pada responden,

yaitu jenis kelamin, usia, ranking, dan asal sekolah. Berikut adalah gambaran

karakteristik responden yang diperoleh dari 100 responden yang diteliti.

4.1.1 Jenis Kelamin

Berikut adalah gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis

Kelamin F %

Laki-Laki 49 49.0

Perempuan 51 51.0

Total 100 100.0 Sumber : data primer penelitan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah

Perempuan dengan persentase 51% dari total 100 responden dan responden Laki-laki

hanya 49%.

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

4.1.2 Usia

Berikut adalah gambaran karakteristik responden berdasarkan usia.

Tabel 4.2. Usia Responden

Usia F %

10 thn 79 79.0

11 thn 17 17.0

9 thn 4 4.0

Total 100 100.0

Sumber : data primer penelitan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 100 responden,

terdapat 79 orang (79%) yang berusia 10 tahun, 17 orang (17%) berusia 11

tahun, 4 orang (4%) berusia 9 tahun. Hal ini menandakan bahwa mayoritas

usia siswa kelas v (lima) sekolah dasar adalah 10 tahun.

4.1.3 Asal Sekolah

Berikut adalah gambaran karakteristik responden berdasarkan asal sekolah.

Tabel 4.3. Asal Sekolah Responden

Asal Sekolah F %

SD AL Azhar 15

Pamulang 20 20.0

SD Al Zahra

Indonesia 20 20.0

SDIT Nur

Fatahillah 20 20.0

SDN Batan Indah 20 20.0

SDN Puspiptek 20 20.0

Total 100 100.0 Sumber : data primer penelitan

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 100 responden yang

tersebar di 5 Sekolah dasar Tangerang selatan yang dibagi 20 responden pada setiap

sekolahnya.

4.1.4 Ranking Responden

Berikut adalah gambaran karakteristik responden berdasarkan Ranking

Responden.

Tabel 4.4. Ranking Responden

Ranking F %

Tidak ada

ranking 26 26.0

1 12 12.0

2 13 13.0

3 15 15.0

4 9 9.0

5 6 6.0

6 3 3.0

7 4 4.0

8 3 3.0

9 2 2.0

10 3 3.0

11 2 2.0

12 1 1.0

16 1 1.0

Total 100 100.0

Sumber : data primer penelitan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 100 responden, 26 orang

(26%) diantaranya yang tidak memiliki ranking, 12 orang (12%) diantaranya yang

memiliki ranking 1, 13 orang (13%) diantaranya yang memiliki ranking 2, 15 orang

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

(15%) diantaranya yang memiliki ranking 3, 9 orang (9%) diantaranya yang memiliki

ranking 4, 6 orang (6%) diantaranya yang memiliki pendidikan rangking 5.3 orang

(3%) diantaranya yang memiliki ranking 6, 3 orang (4%) diantaranya yang memiliki

ranking 7, 3 orang (3%) diantaranya yang memiliki pendidikan rangking 8.2 orang

(2%) diantaranya yang memiliki ranking 9, 3 orang (3%) diantaranya yang memiliki

ranking 10, 2 orang (2%) diantaranya yang memiliki pendidikan rangking 11.2 orang

(2%) diantaranya yang memiliki ranking 12, 1 orang (1%) diantaranya yang memiliki

ranking 16.

4.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menghitung persepsi responden terhadap

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti secara terperinci mengenai

aktivitas literasi informasi yang telah dilakukan oleh responden diluar jam sekolah.

4.2.1 Gambaran Kegiatan Di Luar Sekolah

Di bawah ini merupakan durasi responden melakukan kegiatan”membaca

buku pelajaran” dirumah setalah pulang sekolah.

Tabel 4.5. Gambaran responden mengenai Membaca buku pelajaran

No Tanggapan Bobot F Skor (%)

1 Tidak Pernah 1 2 2 10%

2 Pernah Sekali 2 10 20 50%

3 Lebih dari 5 jam 3 0 0 0%

4 3-5 Jam 4 7 28 35%

5 1-3 Jam 5 18 90 90%

Jumlah 37 140 185%

Sumber : data primer penelitan

Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Tabel di atas menjelaskan tanggapan-tanggapan penilaian responden

mengenai pernyataan ―Membaca buku pelajaran‖ diluar jam sekolah.. Dari tabel

tersebut terlihat sebanyak 10% responden menjawab Tidak Pernah, sebanyak 50%

menjawab Pernah Sekali, sebanyak 0% menjawab Lebih dari 5 Jam, sebanyak 28%

menjawab 3-5 Jam. Dan sebanyak 90% menjawab 1-3 Jam. Dari tanggapan-

tanggapan menunjukkan bahwa mayoritas persepsi responden membaca buku selama

1 sampai 3 Jam sebanyak 18 orang responden atau sebanyak 90%. Hal ini

menandakan bahwa kegiatan membaca buku pelajaran dirumah dilakukan termasuk

kedalam aktivitas harian siswa.

Tabel 4.6

Gambaran responden mengenai Menulis kembali pelajaran disekolah

Sumber : data primer penelitan

Tabel di atas menjelaskan tanggapan-tanggapan penliaian responden

mengenai pernyataan ―Menulis kembali pelajaran disekolah‖. Dari tabel tersebut

terlihat sebanyak 14% responden menjawab Tidak Pernah, sebanyak 54% menjawab

Pernah Sekali, sebanyak 0% menjawab Lebih dari 5 Jam, sebanyak 1% menjawab 3-5

Jam. Dan sebanyak 31% menjawab 1-3 Jam. Dari tanggapan-tanggapan menunjukkan

No Tanggapan Bobot F Skor (%)

1 Tidak Pernah 1 14 14 14%

2 Pernah Sekali 2 54 108 54%

3 Lebih dari 5 jam 3 0 0 0%

4 3-5 Jam 4 1 4 1%

5 1-3 Jam 5 31 155 31%

Jumlah 100 281 100%

Page 57: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

bahwa mayoritas persepsi responden pernah sekali menulis kembali pelajaran

disekolah sebanyak 54 orang responden atau sebanyak 54%. Darwis (2011:69)

mengemukakan ―bahwa menulis sebagai sebuah keterampilan berbahasa adalah

kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan pemikiran-

pemikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan media tulisan‖.

Durasi waktu yang digunakan oleh responden untuk menulis kembali pelajaran

disekolah kurang satu jam dalam satu hari merupakan kegiatan positif yang

menandakan bahwa menulis kembali di rumah pelajaran disekolah termasuk ke dalam

aktivitas keseharian responden.

Tabel 4.7

Gambaran responden mengenai Menggambar atau mewarnai gambar

No Tanggapan Bobot F Skor (%)

1 Tidak Pernah 1 7 7 7%

2 Pernah Sekali 2 31 62 31%

3 Lebih dari 5 jam 3 3 9 3%

4 3-5 Jam 4 13 52 13%

5 1-3 Jam 5 46 230 46%

Jumlah 100 360 100%

Sumber : data primer penelitan

Tabel di atas menjelaskan tanggapan-tanggapan penliaian responden

mengenai pernyataan ―Menggambar atau mewarnai gambar‖. Dari tabel tersebut

terlihat sebanyak 7% responden menjawab Tidak Pernah, sebanyak 31% menjawab

Pernah sekali, sebanyak 3% menjawab Lebih dari 5 Jam, sebanyak 13% menjawab 3-

5 Jam. Dan sebanyak 46% menjawab 1-3 Jam. Dari tanggapan-tanggapan

menunjukkan bahwa mayoritas persepsi responden mengammbar dan mewarnai

selama 1-3 Jam sebanyak 46 responden atau 46%. Aktivitas menggambar dan

Page 58: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

mewarnai dilakukan selama 1-3 jam, durasi waktu yang digunakan lebih lama

dibandingkan dengan kegiatan menulis kembali pelajaran di sekolah yang mayoritas

jawaban pernah sekali. Hal ini menandakan ketertarikan responden dalam sebuah

visualisasi cenderung dominan, dibandingkan dengan kegiatan menulis.

Tabel 4.8.

Menonton tv

No Tanggapan Bobot F Skor (%)

1 Tidak Pernah 1 0 0 0%

2 Pernah Sekali 2 9 18 9%

3 Lebih dari 5 jam 3 15 45 15%

4 3-5 Jam 4 27 108 27%

5 1-3 Jam 5 49 245 49%

Jumlah 100 416 100%

Sumber : data primer penelitan

Tabel di atas menjelaskan tanggapan-tanggapan penliaian responden

mengenai pernyataan ―Menonton Tv‖. Dari tabel tersebut terlihat sebanyak 0%

responden menjawab Tidak Pernah, sebanyak 9% menjawab Pernah sekali, sebanyak

15% menjawab Lebih dari 5 Jam, sebanyak 27% menjawab 3-5 Jam. Dan sebanyak

9% menjawab 1-3 Jam. Dari tanggapan-tanggapan menunjukkan bahwa mayoritas

persepsi responden menonton tv selama 1-3 Jam sebanyak 49 responden atau 49%,

hal ini memiliki kesamaan durasi waktu yang digunakan untuk menggambar dan

mewarnai yakni 1-3 jam. Pada tahun 2002 jumlah jam menonton TV pada anak di

Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1.560-1.820 jam/ tahun. Angka ini

jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1.000

jam/tahun. Yayasan pengembangan anak KIDIA (Kritis!Media Untuk Anak) pada

Page 59: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

tahun 2004 mencatat bahwa acara televisi di Indonesia yang termasuk kedalam

kategori aman untuk anak hanya 15%. Oleh karena itu, diperlukan adanya selektifitas

dalam acara televisi yang akan ditonton oleh anak-anak.

Tabel 4.9 Bermain Game

No Tanggapan Bobot F Skor (%)

1 Tidak Pernah 1 7 7 7%

2 Pernah Sekali 2 15 30 15%

3 Lebih dari 5 jam 3 8 24 8%

4 3-5 Jam 4 21 84 21%

5 1-3 Jam 5 49 245 49%

Jumlah 100 390 100%

Sumber : data primer penelitan

Tabel di atas menjelaskan tanggapan-tanggapan penliaian responden mengenai

pernyataan ―Bermain Game‖. Dari tabel tersebut terlihat sebanyak 7% responden

menjawab Tidak Pernah, sebanyak 15% menjawab Pernah sekali, sebanyak 8%

menjawab Lebih dari 5 Jam, sebanyak 21% menjawab 3-5 Jam. Dan sebanyak 49%

menjawab 1-3 Jam. Dari tanggapan-tanggapan menunjukkan bahwa mayoritas

persepsi responden Bermain Game selama 1-3 Jam sebanyak 49 responden atau 49%.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan . oleh Kaiser Family

Foundation pada 2.032 orang anak yang berusia antara 3 hingga 12 tahun mengenai

berapa sering anak-anak usia tersebut bermain video game ataupun game di

komputer. Hasilnya, adalah sekitar 73% anak laki-laki yang berusia 8-10 tahun rata-

rata bermain game selama satu jam dalam satu hari dan hamper 68% anak usia 12-14

tahun bermain game yang sebenarnya diperuntukan bagi anak usia 17 tahun keatas.

Page 60: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Akademi Dokter Anak Amerika dan Perhimpunan Dokter Anak Kanada menegaskan,

anak yang berusia 0-2 tahun tidak boleh terpapar oleh teknologi sama sekali kemdian

anak yang berusia 3-5 tahun dibatasi menggunakan teknologi hanya satu jam per hari.

Dan anak umur 6-18 tahun dibatasi 2 jam saja perhari. Adanya pembatasan waktu

untuk bermain game merupakan tindakan preventive yang harus dilakukan sejak dini

atas partispasi keluarga khususnya orang tua untuk mengantisipasi dampak negative

di kemudian hari.

Tabel 4.10. Bermain Media Sosial

No Tanggapan Bobot F Skor (%)

1 Tidak

Pernah 1 14 14 14%

2 Pernah

Sekali 2 20 40 20%

3 Lebih dari

5 jam 3 4 12 4%

4 3-5 Jam 4 12 48 12%

5 1-3 Jam 5 50 250 50%

Jumlah 100 364 100%

Sumber : data primer penelitan

Tabel di atas menjelaskan tanggapan-tanggapan penliaian responden mengenai

pernyataan ―Bermain Media Sosial‖. Dari tabel tersebut terlihat sebanyak 14%

responden menjawab Tidak Pernah, sebanyak 20% menjawab Pernah sekali,

sebanyak 48% menjawab Lebih dari 5 Jam, sebanyak 12% menjawab 3-5 Jam. Dan

sebanyak 50% menjawab 1-3 Jam. Dari tanggapan-tanggapan menunjukkan bahwa

mayoritas persepsi responden Bermain media sosial selama 1-3 Jam sebanyak 50

responden atau setengah dari total responden dengan persantase 49%. Fakta ini

Page 61: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas

Essex dan University College London, Inggris yang menyatakan bahwa anak

perempuan menghabiskan waktu selama satu jam atau lebih di media sosial sejak usia

10 tahun. Data survey penelitian antara tahun 2005 dan tahun 2015 terhadap 9.859

remaja Inggris berusia 10 sampai 15 tahun menyatakan bahwa anak perempuan lebih

sering menggunakan media social dibandingkan anak laki-laki. Durasi waktu yang

digunakan untuk mengkases media social tidak kemungkinan akan bertambah lama

seiring dengan bertambahnya usia anak, oleh karena itu diperlukan adanya edukasi

dan bimbingan secara serius oleh pihak keluarga untuk dapat menggunakan media

social dengan bijak dan mengakses konten yang sesuai dengan usia anak.

Tabel 4.11

Rekapitulasi Tanggapan Responden Kegiatan Di Luar Sekolah

No Pertanyaan Skor

1 Membaca buku pelajaran 360

2 Menulis kembali pelajaran

disekolah 281

3 Menggambar atau mewarnai

gambar 360

4 Menonton tv 416

5 Bermain game 390

6 Bermain media social 364

Total Skor 2171

Sumber:Data Primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tanggapan responden

mengenai Kegiatan Di Luar Sekolah, skor tertinggi sebesar 416 yaitu

menonton tv selama 1-3 jam, kemudian bermain game dan menggunakan

media social menjadi 3 jenis kegiatan yang selalu dilakukan oleh

Page 62: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

responden dengan durasi 1-3 jam. Sedangkan skor terendah sebesar 281

yaitu kegiatan menulis kembali pelajaran disekolah yang dilakukan kurang

dari satu jam dalam satu satu hari dan kegiatan kedua terndah adalah

membaca buku pelajaran yang sebanding dengan kegiatan menggambar

atau mewarnai sebesar 360. Total Skor keseluruhan tanggapan responden

mengenai kegiatan di luar sekolah dalah 2171. Berikut hasil rekapitulasi

kegiatan yang dilakukan oleh responden diluar jam sekolah dalam bentul

grafik.

Gambar 4.1. Rekapitulasi Kegiatan Di Luar Sekolah

Diagram diatas menunjukan bahwa kegiatan diluar sekolah yang

paling sering dilakukan oleh siswa adalah menonton televisi. Ikatan

Dokter Anak Indonesia dalam sebuah artikel www.smallcrab.com

mengatakan bahwa menonton televisi menghambat kemampuan anak usia

5-10 tahun dalam mengeekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan

360281

360416 390 364

050

100150200250300350400450

skor

skor

Page 63: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

agresivitas dan kekerasan serta tidak mampu membedakan antara realitas

dan khayalan. Jika durasi menonton televisi tidak mendapat pengawasan

dari keluarga khususnya orang tua, maka akan berdampak pada kemampun

literasi informasi anak di kemudian hari, dimana kemampuan menulis dan

membaca sebagai dasar dari kemampuan literasi. Di sisi lain, menurut

IDAI (Ikatan Doker Anak Indonesia) dampak dari seringnya menonton

televisi adalah “mendorong anak menjadi konsumtif, berpengaruh

terhadap sikap, mengurangi semangat belajar, membentuk pola pikir

sederhana, kurang kritis (linier atau searah dan pada akhirnya akan

mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan

kognitifnya), mengurangi konsentrasi, mengurangi kreativitas,

meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan), merenggangkan

hubungan antar anggota keluarga‖.

Skor kedua tertinggi dari kegiatan yang dilakukan diluar sekolah

adalah bermain game. Organisasi kesehatan dunia WHO (World Health

Organization) bakal menetapkan kecanduan bermain game sebagai salah

satu gangguan mental. Berdasarkan dokumen klasifikasi penyakit

internasional ke-11 (Internatioal Classified Disease/ICD)yang dikeluarkan

WHO, gangguan ini dinamai dengan istilah gaming disorder. Gaming

disorder oleh WHO dijelaskan sebagai bentuk perilaku bermain game

dengan gigih dan berulang, sehingga menyampingkan kepentingan hidup

atau aktivitas lainnya.

Page 64: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Menurut The Asian Parent Indonesia Stimulasi berlebihan dari

gadget (hp, internet, tv, ipad, dll) pada otak anak yang sedang

berkembang, dapat menyebabkan keterlambatan koginitif, gangguan

dalam proses belajar, tantrum, meningkatkan sifat impulsif, serta

menurunnya kemampuan anak untuk mandiri. Kemampuan literasi

informasi merupakan kemampuan koginitif dalam mengolah sebuah

informasi. Oleh karena itu, aktivitas anak dalam bermain game perlu

dibatasi secara serius. Sejalan dengan penelitian yang telah di lakukan

oleh Bristol University pada tahun 2010 mengungkapkan, bahaya

penggunaan gadget pada anak dapat meningkatkan risiko depresi,

gangguan kecemasan, kurang atensi, autisme, kelainan bipolar, psikosis,

dan perilaku bermasalah lainnya. Pada tahun Mei 2011, World Health

Organization (WHO) menyatakan ponsel dan gadget tanpa kabel lainnya

termasuk ke dalam kategori risiko 2B (penyebab kemungkinan kanker),

karena radiasi emisi yang dikeluarkan oleh alat tersebut. Pada tahun yang

sama James McNamee dari lembaga kesehatan Kada memberi peringatan

bahwa ―anak-anak lebih sensisitif terhadap radiasi dibanding dewasa,

karena otak manak dan sistem imun mereka masih berkembang.

Jadi, kita tidak bisa mengatakan bahwa resiko pada anak sama

dengan resiko pada orang dewasa‖ Aktivitas ketiga yang paling sering

dilakukan oleh anak diluar jam sekolah adalah bermain media sosial. Pada

tahun 2017, PUSKAKOM UI (Pusat Kajian Ilmu Komunikasi) telah

Page 65: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

melakukan penelitian mengenai dampak penggunaan media social bagi

anak dan remaja, salah satu deskripsinya adalah mengenai media social

dan pengaturan penggunaan.

Tabel 4.12. Pengaturan Penggunaan Media Sosial No Media Sosial Pengaturan Penggunaan

1 Facebook

Tidak digunakan untuk anak di bawah

13 tahun

Tidak memberikan informasi pribadi

palsu (memalsukan identitas) kepada

Facebook, dan tidak membuat akun

untuk siapapun tanpa izin kecuali untuk

diri sendiri

Tidak boleh membuat lebih dari satu

akun

2 Intsgram

Pengguna Instagram tidak

diperkenankan bagi anak berusia

dibawah 13 tahun

Pengguna tidak boleh membagikan

konten pronografi, kekerasan,

kebencian dan konten sejenisnya dalam

Instagram

Informasi yang diambil oleh Instagram

ialah informasi pribadi yang dibagikan

oleh pengguna dalam biodata profil

pengguna.

Instagram dapat menggunakan konten

yang dibagikan oleh pengguna dan

informasi yang diambil akan digunakan

untuk pengembangan layanan.

Konten berupa foto, video, pesan dan

materi lainnya dapat dibagikan oleh

pengguna dan dapat diakses secara

global (pengguna dapat mengatur

privasi dari konten yang dibagikan)

Konten yang sudah beredar dan

disimpan oleh pengguna/orang lain

tidak dapat dihilangkan meskipun

pengguna sudah menghapus konten

aslinya.

3

Whats App

Untuk menggunakan layanan Whatsapp

diperlukan alat canggih berupa ponsel

pintar. - Pengguna harus berusia di atas

13 tahun untuk dapat menggunakan

layanan Whatsapp

Pengguna harus menggunakan nomor

Page 66: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

handphone untuk dapat menggunakan

layanan Whatsapp dan pengguna harus

mengizinkan Whatsapp untuk

mengakses address book yang ada di

handphone pengguna.

Konten yang dikirimkan oleh pengguna

baik itu pesan, foto, video dan file

hanya tersimpan di handphone

pengguna.

Setiap konten yang dikirimkan tidak

disimpan di dalam server Whatsapp.

Sumber : Kajian Dampak Penggunaan Media Sosial bagi anak dan remaja

4.2. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari skala gutman selanjutnya dibuat skor yang

kemudian digambarkan dan di deskripsikan melalui penggunaan tabel

distribusi frekuensi untuk keperluan analisis data. Untuk menganalisis

setiap pertanyaan atau indikator, perhitungan setiap frekuensi jawaban

mempunyai jumlah, selanjutnya penulis membuat garis kontinum.

Sebelumnya ditentukan terlebih dahulu jenjang intervalnya, yaitu dengan

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (2005 :79) sebagai

berikut:

Nilai Indeks Maksimum (tertinggi) = 5 x6x100 = 3000

Nilai Indeks Minimum (terendah) = 1 x6 x100 = 600

Jarak Interval = (nilai maksimum-nilai minimum):5

= (3000-600):5=480

Page 67: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa nilai jenjang interval dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.13 Interpretasi Skor Interval

Sumber:Data Primer yang telah diolah

Berdasarkan garis kontinum di atas, dapat diketahui bahwa skor mengenai kegiatan di

luar sekolah sebesar 1271 yang berada di Interval 1920-2400, yaitu pada daerah

Baik.Dengan demikian, kegiatan di luar sekolah dalam kategori Baik.

Interval Keterangan

480-959 Tidak Baik

960-1439 Kurang Baik

1440-1919 Cukup Baik

1920-2399 Baik

2400-2880 Sangat Baik

Cukup Baik

960 480

1440 1920 2400 2880

1271

Tidak Baik

Kurang Baik

Baik

Sangat Baik

Page 68: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

4.2.2 Gambaran Mengenai membaca jenis bacaan yang dibaca di luar sekolah

Tabel 4.14 Frekuensi membaca “buku cerita atau novel”

No Tanggapan Bobot F Skor (%)

1 Setiap hari 1 5 5 5%

2 satu kali dalam

satu miggu 2 19 38 19%

3 Satu kali dalam

satu bulan 3 25 75 25%

4 Pernah sekali 4 41 164 41%

5 Tidak pernah 5 10 50 10%

Jumlah 100 332 100%

Sumber:Data Primer yang telah diolah

Tabel di atas menjelaskan tanggapan responden mengenai Berapa kali siswa

membaca buku cerita atau diluar jam sekolah. Dari tabel tersebut terlihat sebanyak 5%

responden membaca buku cerita atau novel setiap hari, sebanyak 19% menjawab satu

kali dalam satu minggu, sebanyak 25% menjawab satu kali dalam satu bulan,

sebanyak 41% menjawab pernah sekali. Dan sebanyak 10% menjawab tidak pernah

membaca buku cerita atau novel sama sekali. Dari jawaban responden diatas,

menunjukkan bahwa mayoritas siswa sejumlah 41 orang atau 41% membaca Buku

Cerita atau Novel sebanyak satu kali dalam satu bulan.

Page 69: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Tabel 4.15 Frekuensi membaca “buku ilmu pengetahuan”

No Tanggapan Bobot F Skor (%)

1 Setiap hari 1 4 4 4%

2 satu kali dalam

satu miggu 2 15 30 15%

3 Satu kali dalam

satu bulan 3 10 30 10%

4 Pernah sekali 4 27 108 27%

5 Tidak pernah 5 44 220 44%

Jumlah 100 392 100%

Sumber:Data Primer yang telah diolah

Tabel di atas menjelaskan tanggapan responden mengenai Berapa kali siswa

membaca ―buku ilmu pengetahuan‖ diluar jam sekolah. Dari tabel tersebut sebanyak

4% menjawab setiap hari, sebanyak 15% menjawab satu kali dalam satu minggu,

sebanyak 10% menjawab satu kali dalam satu bulan, sebanyak 27% menjawab pernah

sekali dan 44% menjawab tidak pernah sama sekali membaca buku ilmu

pengetahuan. Dari tanggapan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden

sebanyak 44 siswa atau 44% tidak pernah Membaca Buku ilmu pengetahuan diluar

jam sekolah.

Tabel 4.16 Frekuensi membaca “majalah anak-anak”

No Tanggapan Bobot F Skor (%)

1 Setiap hari 1 19 19 19%

2 satu kali dalam

satu miggu 2 41 82 41%

3 Satu kali dalam

satu bulan 3 18 54 18%

4 Pernah sekali 4 14 56 14%

5 Tidak pernah 5 8 40 8%

Jumlah 100 251 100%

Sumber:Data Primer yang telah diolah

Page 70: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Tabel di atas menjelaskan tanggapan responden mengenai Berapa kali siswa

membaca ―majalah anak-anak‖ diluar jam sekolah. Dari tabel tersebut sebanyak 19%

menjawab setiap hari, sebanyak 41% menjawab satu kali dalam satu minggu,

sebanyak 18% menjawab satu kali dalam satu bulan, sebanyak 14% menjawab pernah

sekali dan 8% menjawab tidak pernah sama sekali membaca majalah anak-anak. Dari

tanggapan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 41 siswa atau

41% Membaca majalah anak-anak satu kali dalam satu minggu diluar jam sekolah

Tabel 4.17 Frekuensi membaca “Buku Komik”

No Tanggapan Bobot F Skor %

1 Setiap hari 1 10 10 10%

2 satu kali dalam satu

miggu 2 20 40 20%

3 Satu kali dalam

satu bulan 3 11 33 11%

4 Pernah sekali 4 31 124 31%

5 Tidak pernah 5 28 140 28%

Jumlah 100 347 100%

Sumber:Data Primer yang telah diolah

Tabel di atas menjelaskan tanggapan responden mengenai Berapa kali siswa

membaca ―buku komik‖ diluar jam sekolah. Dari tabel tersebut sebanyak 10%

menjawab setiap hari, sebanyak 20% menjawab satu kali dalam satu minggu,

sebanyak 11% menjawab satu kali dalam satu bulan, sebanyak 31% menjawab pernah

sekali dan 28% menjawab tidak pernah sama sekali membaca buku komik. Dari

tanggapan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 31 siswa atau

31% pernah sekali membaca buku komik diluar jam sekolah.

Page 71: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Tabel 4.18 Frekuensi membaca “Artikel di Media Sosial”

No Tanggapan Bobot F Skor %

1 Setiap hari 1 22 22 22%

2 satu kali dalam satu

miggu 2 24 48 24%

3 Satu kali dalam

satu bulan 3 7 21 7%

4 Pernah sekali 4 31 124 31%

5 Tidak pernah 5 16 80 16%

Jumlah 100 295 100%

Sumber:Data Primer yang telah diolah

Tabel di atas menjelaskan tanggapan responden mengenai Berapa kali siswa

membaca ―artikel di media sosial‖ diluar jam sekolah. Dari tabel tersebut sebanyak 22%

menjawab setiap hari, sebanyak 24% menjawab satu kali dalam satu minggu,

sebanyak 7% menjawab satu kali dalam satu bulan, sebanyak 31% menjawab pernah

sekali dan 16% menjawab tidak pernah sama sekali membaca artikel di media sosial.

Dari tanggapan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 31 siswa

atau 31% pernah sekali membaca artike di media sosial diluar jam sekolah.

Tabel 4.19 Frekuensi membaca “Ensiklopedia”

No Tanggapan Bobot F Skor %

1 Setiap hari 1 24 24 24%

2 satu kali dalam

satu miggu 2 52 104 52%

3 Satu kali dalam

satu bulan 3 14 42 14%

4 Pernah sekali 4 6 24 6%

5 Tidak pernah 5 4 20 4%

Jumlah 100 214 100%

Sumber:Data Primer yang telah diolah

Tabel di atas Berapa kali siswa membaca ―ensiklopedia‖ diluar jam sekolah. Dari

tabel tersebut sebanyak 22% menjawab setiap hari, sebanyak 52% menjawab satu kali

Page 72: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

dalam satu minggu, sebanyak 14% menjawab satu kali dalam satu bulan, sebanyak

6% menjawab pernah sekali dan 4% menjawab tidak pernah sama sekali membaca

ensiklopedia. Dari tanggapan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden

sebanyak 52 siswa atau 52% membaca ensiklopedia sebanyak satu kali dalam satu

minggu diluar jam sekolah.

Tabel 4.20.

Rekapitulasi Tanggapan Responden Membaca jenis

bacaan di luar jam sekolah

No Pertanyaan Skor

1 Buku cerita atau novel 332

2 Buku ilmu pengetahuan 392

3 Majalah anak-anak 251

4 Buku komik 347

5 Artikel di social media 295

6 Ensiklopedia 214

Total Skor 1831 Sumber:Data Primeryang telah diolah

Berdasarkan tabel 4.20di atas, dapat diketahui tanggapan responden

mengenai Kegiatan Di Luar Sekolah,skor tertinggisebesar 392 yaitu

pernyataan mengenai membaca buku ilmu pengetahuan. Sedangkan skor

terendah sebesar 214 yaitu pernyataan mengenai membaca buku

ensiklopedia.Total Skor keseluruhan tanggapan responden mengenai

kegiatan di luar sekolah dalah 1831.

Analisis Kontinum

Total skor tersebut dimasukkan ke dalam garis kontinum, yang

Page 73: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

pengukurannyaditentukan dengan cara:

oNilaiIndeks Maksimum (tertinggi)=5 x6x100 =3000

oNilaiIndeks Minimum (terendah) =1 x6 x100 =600

oJarakInterval =(nilai maksimum-nilai minimum):5

=(3000-600):5=480

Tabel 4.21

Interpretasi Skor Interval

Interval Keterangan

480-959 Tidak Baik

960-1439 Kurang Baik

1440-1919 Cukup Baik

1920-2399 Baik

2400-2880 Sangat Baik

Sumber:Data Primeryang telah diolah

Berdasarkan garis kontinum di atas, dapat diketahui bahwa skor mengenai Membaca

jenis bacaan di luar sekolah sebesar 1831 yang berada di Interval 1440-1920, yaitu

pada daerah Cukup Baik.Dengan demikian, Membaca jenis bacaan di luar sekolah

dalam kategori Cukup Baik.

Cukup Baik

960 480

1440 1920 2400 2880

1831

Tidak Baik

Kurang Baik

Baik

Sangat Baik

Page 74: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

4.2.3 Gambaran Variabel Plan (Perencanaan)

Tabel 4.22

Tabulasi Frekuensi

Variabel Plan (Perencanaan)

Kriteria F Persentase

Baik 58 58%

Kurang 31 31%

Cukup 11 11%

Total 100 100%

Gambar 4.1

Diagram variabel plan

Dari tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwasebanyak 58% merupakan

kategori baik, sebanyak 11% merupakan kategori cukup dan sebanyak 31% ,

merupakan kategori kurang. Dengan hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan

bahwa pembudayaan gerakan literasi sekolah berperan terhadap kemampuan literasi

informasisiswa pada tahap Plan atau perencanaan (identifikasi dan pencarian

informasi) dalam pelajaran bahasa Indonesia sebagian besar dalam kategori yang

Baik. Kemampuan literasi informasi siswa dalam tahap Plan perencanaan

58%31%

11%

Plan

Baik

Kurang

Cukup

Page 75: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

(identifikasi dan pencarian informasi) dalam pelajaran bahasa Indonesia, merupakan

sebuah langkah awal untuk melakukan tahap selanjutnya. Kemampuan

mengidentifikasi dan mencari informasi yang efektif akan memudahkan siswa dalam

proses belajar. UNESCO (2007) ―Literasi informasi adalah kemampuan untuk

mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan

menghitung, menggunakan bahan tercetak dan tertulis dengan konteks yang berbeda-

beda. Literasi adalah rangkaian kesatuan dalam belajar yang memungkinkan individu

untuk mencapai tujuan mereka, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi, dan

untuk berpartisipasi penuh dalam komunitas mereka dan masyarakat lebih luas."

4.2.3 Gambaran Variabel Do (Pelaksaan)

Tabel 4.23

Tabulasi Frekuensi

Variabel Do (Pelaksaan)

Kriteria F Persentase

Baik 97 97%

Kurang 0 0%

Cukup 3 3%

Total 100 100% Sumber : Pengolahan data primer, 2018

Page 76: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

97%

0% 3%

Pelaksanaan

Baik

Kurang

Cukup

Gambar 4.2

Diagram Variabel Do

Dari tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 97% merupakan

kategori baik, dan sebanyak 3% merupakan kategori cukup. Dengan hasil perhitungan

di atas dapat disimpulkan bahwa pembudayaan gerakan literasi sekolah berperan

terhadap kemampuan literasi informasi siswa pada tahap Do atau pelaksanaan

(menemukan, mengolah dan menyajikan kembali informasi) dalam pelajaran bahasa

Indonesia sebagian besar dalam kategori yang Baik. Dalam tahap pelaksanaan atau

do, peneliti melihat kemampuan siswa dalam menemukan, mengolah dan menyajikan

informasi kembali dari sebuah buku ensiklopedia cilik berjudul ―panca indra‖ yang

diberikan sebagai stimulus sebelum proses pengisian kuesioner. Sesuai pendapat Idris

(2008: 337), tujuan membaca meliputi:(1)memperolehinformasi, (2) mengembangkan

berpikir kritis, (3) menambah wawasan dan pengalaman, (4) menikmati isi bacaan

atau kesenangan, (5) mengembangkan minat baca. Pada tahap do, responden dalam

penelitian ini mayoritas memiliki kemampuan literasi informasi yang baik.

Page 77: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

4.2.3 Gambaran Variabel Review (Evaluasi)

Tabel 4.24

Tabulasi Frekeunsi

Variabel Review (Evaluasi)

Kriteria F Persentase

Baik 100 100%

Kurang 0 0%

Cukup 0 0%

Total 100 100%

Dari tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa 100% merupakan kategori

baik artinya bahwa pembudayaan gerakan literasi sekolah berperan terhadap

kemampuan literasi informasi siswa pada tahap tahap Review atau mengevaluasi

informasi dalam pelajaran bahasa Indonesia dalam kategori yang Baik. Review

merupakan tahapan terakhir dalam model super3 untuk melihat kemampuan literasi

informasi siswa, berdasarkan tabulasi frekuensi diatas menyatakan bahwa 100%

responden memiliki kemampuan yang baik dalam mengevaluasi sebuah informasi

dalam pelajaran bahasa Indonesia.

100%

0% 0%

Evaluasi

Baik

Kurang

Cukup

Page 78: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

―Seseorang yang melek informasi mampu untuk: (a) Mengetahui sejauh

mana informasi yang dibutuhkan, (b) Mengakses informasi yang dibutuhkan

secara efektif dan efisien, (c) Mengevaluasi informasi dan sumber yang kritis,

(d) Memasukkan informasi terpilih menjadi basis pengetahuan seseorang (e)

Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu, (f)

Memahami isu-isu ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan informasi,

mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan sah‖

(Muin,Azwar,2015).

4.2.3 Gambaran Variabel Kemampuan Literasi

Tabel 4.25.

Tabulasi Frekuensi

Variabel Kemampuan Literasi Informasi

Kriteria F Persentase

Baik 82 82%

Kurang 2 2%

Cukup 16 16%

Total 100 100% Sumber : data primer, 2018

Page 79: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Dari tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 82% merupakan

kategori baik, dan sebanyak 16% merupakan kategori cukup. Dan sebanyak 2%

merupakan kategori kurang.Dengan hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan

bahwa Kempampuan Literasi Informasi dalam pelajaran bahasa Indonesia sebagian

besar dalam kategori yang Baik. Menurut American Library Association (ALA)

―untuk menjadi orang yang melek informasi itu dibutuhkan dan memiliki kemampuan

untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan

secara efektif‖.

82%

2%16%

Kemampuan Literasi Informasi

Baik

Kurang

Cukup

Page 80: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

BAB 5

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa fakta

lapangan mengenai gerakan literasi sekolah (GLS) yang di canangkan oleh

pemerintah dan tingkat kemampuan Literasi informasi siswa dalam pelajaran bahasa

Indonesia menggunakan model super3 (Plan, Do, Review). Berikut merupakan hasil

data lapangan mengenai pembudayaan Gerakan Literasi Sekolah pada SDN

Puspiptek, SDN 01 Buaran, SDIT Nur fatahillah, SDIT Al-Azhar Pamulang dan

SDIT Al-Zahra Indonesia ;

Tabel 5.1 Kegiatan GLS (Gerakan Literasi Sekolah)

No Sekolah Kegiatan GLS Kendala Output

1 SDN

Puspiptek Kegiatan

membaca 15

menit sebelum

KBM dimulai

Tersedia pojok

baca pada setiap

kelas

Siswa membaca

secara mandiri

buku yang

tersedia pada

pojok bacaan

Koleksi buku pada pojok

bacaan masih kurang

Tidak ada kerja sama

dengan perpustakaan

sekolah

Jenis buku pada pojok

bacaan belum sesuai

dengan peraturan GLS

(Gerakan Literasi

Sekolah)

Buku yang ada pada

pojok bacaan berasal dari

sumbangan siswa dan

dari koleksi perpustakaan

sekolah, dikarenakan

minimnya dana BOS.

Setiap siswa

membuat jurnal

pribadi yang

berisi resume

buku yang telah

dibaca

Siswa

menceritakan

kembali secara

lisan pada

pelajaran bahasa

Indonesia,

mengenai buku

yang telah

selesai dibaca

Page 81: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

SDN 01

Buaran Kegiatan

membaca 15

menit sebelum

KBM dimulai

Tersedia pojok

baca pada setiap

kelas

Siswa membaca

secara mandiri

buku yang

tersedia pada

pojok bacaan

Koleksi buku pada pojok

bacaan masih kurang

Tidak ada kerja sama

dengan perpustakaan

sekolah

Pemanfaatan pojok

bacaan tidak maksimal

Kegiatan membaca 15

menit sebelum KBM di

mulai belum menyeluruh

Siswa

menceritakan

kembali secara

lisan pada

pelajaran bahasa

Indonesia,

mengenai buku

yang telah selesai

dibaca

SDIT Nur

fatahillah Tersedia pojok

baca pada setiap

kelas

Adanya

kunjungan

berkala ke

perpustakaan

sekolah untuk

melakukan

kegiatan literasi

Siswa membaca

secara mandiri

buku yang

tersedia pada

pojok bacaan

Pemanfaatan pojok

bacaan tidak maksimal

Buku yang ada pada pojok

bacaan berasal dari

sumbangan siswa dan dari

koleksi perpustakaan

sekolah

Jenis buku pada pojok

bacaan belum sesuai

dengan peraturan GLS

(Gerakan Literasi

Sekolah)

Setiap siswa

membuat jurnal

pribadi yang

berisi resume

buku yang telah

dibaca

Siswa

menceritakan

kembali secara

lisan pada

pelajaran bahasa

Indonesia,

mengenai buku

yang telah

selesai dibaca

Terdapat pohon

literasi bagi

siswa yang

melakukan

kegiatan literasi

secara baik dan

aktif

SDIT Al-

Azhar

Pamulang

Tersedia pojok

baca pada setiap

kelas

Adanya

kunjungan

berkala ke

perpustakaan

Pemanfaatan pojok

bacaan tidak maksimal

Buku yang ada pada pojok

bacaan berasal dari

sumbangan siswa dan dari

koleksi perpustakaan

sekolah

Siswa

menceritakan

kembali secara

lisan pada

pelajaran bahasa

Indonesia,

mengenai buku

Page 82: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

sekolah untuk

melakukan

kegiatan literasi

Ada kegiatan

pekan literasi

setiap satu kali

dalam satu pecan

Siswa membaca

secara mandiri

buku yang

tersedia pada

pojok bacaan

Jenis buku pada pojok

bacaan belum sesuai

dengan peraturan GLS

(Gerakan Literasi

Sekolah)

yang telah

selesai dibaca

Setiap siswa

membuat jurnal

pribadi yang

berisi resume

buku yang telah

dibaca

SDIT Al-

Zahra

Indonesia

Tersedia pojok

baca pada setiap

kelas

Kegiatan

membaca 15

menit sebelum

KBM dimulai

Siswa membaca

secara mandiri

buku yang

tersedia pada

pojok bacaan

Pemanfaatan pojok

bacaan tidak maksimal

Buku yang ada pada pojok

bacaan berasal dari

sumbangan siswa dan dari

koleksi perpustakaan

sekolah

Jenis buku pada pojok

bacaan belum sesuai

dengan peraturan GLS

(Gerakan Literasi

Sekolah)

Siswa

menceritakan

kembali secara

lisan pada

pelajaran bahasa

Indonesia,

mengenai buku

yang telah

selesai dibaca

Siswa kelas 6

wajib membuat

persentasi

mengenai sebuah

buku atau artikel

yang telah selesai

dibaca.

Menurut panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar tujuan khusus

dari terbentuknya GLS antara lain: ―(a) Menumbuh kembangkan budaya literasi

di sekolah, (b) meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar

literat,(c) menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan

ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan, (d) menjaga

keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan

Page 83: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

mewadahi berbagai strategi membaca‖ (Panduan GLS Sekolah Dasar, 2016: 2).

Realiasasi dari tujuan terbentuknya GLS tingkat sekolah dasar tentu

membutuhkan kerja cerdas dan dukungan praktis dari berbagai pihak dalam

lembaga pendidikan, diantaranya pendidik (guru), kepala sekolah, pustakawan

sekolah dasar. Langkah pelaksanaan GLS di sekolah dasar melalui beberapa

tahapan karena mempertimbangkan kesiapan dari masing-masing sekolah.

Kesiapan yang dimaksud antara lain, ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana

literasi, kesiapan masyarakat sekolah (peserta didik, tenaga pengajar, dan orang

tua), dan kesiapan sistem pendukung lainnya (dukungan yayasan maupun

lembaga, partsipasi publik dan kebijakan yang terkait). Agar memastikan

keberlangsungan GLS Sekolah Dasar, maka dilakukan dalam tiga tahapan, yakni

tahap pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan secara

konsisten.

Tabel 5.2. Luaran yang direncanakan

No Luaran yang di rencanakan

1 Hasil penelitian ini menjadi naskah dalam pembuatan buku mengenai

literasi informasi tingkat sekolah dasar

2 Publish pada jurnal terkreditas Edulib, November 2018

Page 84: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Adapun rencana tahapan berikutnya dari penelitian ini adalah melakukan

penelitian lebih lanjut yang mengenai literasi sekolah tingkat sekolah dasar

menggunakan metode dan faktor yang berkaitan dalam meningkatkan kemampuan

literasi informasi siswa tingkat sekolah dasar, sehingga akan berpengaruh pada

tingkat kemampuan dan minat membaca siswa.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, serta mengacu

pada tujuan dan identifikasi masalah penelitian, maka didapatkan kesimpulan sebagai

berikut :

Pembudayaan gerakan literasi sekolah berperan terhadap kemampuan literasi

informasisiswa pada tahap Plan atau perencanaan (identifikasi dan pencarian

informasi) dalam pelajaran bahasa Indonesia sebagian besar yakni 58%

dalam kategori yang Baik. Kemampuan literasi informasi siswa dalam tahap

Plan perencanaan (identifikasi dan pencarian informasi) dalam pelajaran

bahasa Indonesia, merupakan sebuah langkah awal untuk melakukan tahap

selanjutnya. Kemampuan mengidentifikasi dan mencari informasi yang

efektif akan memudahkan siswa dalam proses belajar.

Pembudayaan gerakan literasi sekolah berperan terhadap kemampuan literasi

informasi siswa pada tahap Do atau pelaksanaan (menemukan, mengolah dan

Page 85: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

menyajikan kembali informasi) dalam pelajaran bahasa Indonesia sebagian

besar yakni 97% dalam kategori yang Baik. Dalam tahap pelaksanaan atau

do, peneliti melihat kemampuan siswa dalam menemukan, mengolah dan

menyajikan informasi kembali dari sebuah buku ensiklopedia cilik berjudul

―panca indra‖ yang diberikan sebagai stimulus sebelum proses pengisian

kuesioner.

Pembudayaan gerakan literasi sekolah berperan terhadap kemampuan literasi

informasi siswa pada tahap tahap Review atau mengevaluasi informasi dalam

pelajaran bahasa Indonesia seluruhnya atau 100% dalam kategori yang Baik.

Review merupakan tahapan terakhir dalam model super3 untuk melihat

kemampuan literasi informasi siswa, berdasarkan tabulasi frekuensi diatas

menyatakan bahwa 100% responden memiliki kemampuan yang baik dalam

mengevaluasi sebuah informasi dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Dari tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 82% merupakan

kategori baik, dan sebanyak 16% merupakan kategori cukup. Dan sebanyak

2% merupakan kategori kurang.Dengan hasil perhitungan di atas dapat

disimpulkan bahwa Kempampuan Literasi Informasi dalam pelajaran bahasa

Indonesia sebagian besar dalam kategori yang Baik

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, adanya pembudayaan GLS (Gerakan Literasi

Sekolah) yang di canangkan oleh pemerintah mendapat respon positif dari

Page 86: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

pihak sekolah meskipun pada praktiknya belum bisa menyeluruh. Kerjasama

yang dilakukan oleh pihak sekolah dan guru untuk menyisipkan kegiatan

literasi pada pelajaran bahasa Indoesia mendapat hasil yang baik yakni dari

nilai siswa pada rapot dan kemampuan siswa dalam melakukan literasi

informasi yang berada pada kategori baik. Adapun saran yang diberikan

adalah sebagai berikut :

1. Adanya evaluasi dan monitoring secara berkala dari pihak GLS untuk

memastikan kegiatan gerakan literasi sekolah berjalan menyeluruh

2. Terdapat aturan baku mengenai jenis buku pada pojok bacaan yang

didukung oleh dana yang di alokasi pada dana BOS untuk pengadaan

buku di sekolah dasar .

3. Pemberian penghargaan bagi sekolah yang telah melakukan GLS

secara konsisten dan inovatif sebagai motivasi bagi pihah sekolah,

yang akan berdampak pada meningkatnya kemampuan literasi

informasi siswa

4. Adanya pelatihan atau training yang diberikan kepada guru ajar

dalam praktik gerakan literasi sekolah oleh pemerintah

5. Kegiatan literasi akan lebih maksimal jika diterapkan pada setiap

mata pelajaran di sekolah dasar.

6. Adanya kerjasama dengan orang tua siswa untuk melakukan kegiatan

literasi di rumah.

Page 87: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

LAMPIRAN

Page 88: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Daftar Pustaka

Amariana, Ainin. 2012. Keterlibatan Orangtua dalam Perkembangan Literasi Anak

Usia Dini. Sripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi. (2001). Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Kelas Tinggi. Malang:Universitas Negeri Malang.

Bailey, Leactrice Joy (2005). Proquest Dissertasions and Theses. Varibles of

information literacy In academicall succesful elementary school in Texas

Chaedar Alwasilah. (2005). ―Kurikulum Berbasis Literasi‖, dalam , diakses 11

Agustus 2018.

Eko Nurdiyanti* dan Edy Suryanto PAEDAGOGIA, Jilid 13, Nomor 2, Agustus

2010, halaman 115 – 128118

Farihatin, Anisa Rohmati. 2013. Kegiatan Membaca Buku Cerita dalam

Pengembangan Kemampuan Literasi Dasar Anak Usia Dini. Skripsi Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Gipayana, Muhana. 2004. Pengajaran Literasi dan Penilaian portofolio dalam

Konteks Pembelajaran Menulis di SD. Jurnal Ilmu Pendidikan. Februari 2004,

Jilid 11, Nomor 1, Hal 59 – 70.

Humes, Barbara. (2000). Washington, DC : U.S. Dept. of Education, Office of

Educationa Research and Improvement, National Institute for Postsecondary

Education, Libraries, and Lifelong Learning

Leung, Yuet Ha Angel. 2007. Scholary Journal. International Association of School

Librarianship. Selected Papers from the Annual Conference; Brantford.

Cooperative Planning and Teaching (CPT)between Teachers and the Teacher

Librarian in a Hong Kong Primary School to equip students with information

literacy skill

Lin Ching & Yu-Pin Chen(2013) Journal of Educational Media & Library Sciences.

Fall2013, Vol. 51 Issue 1, p91-129. 39p. Development of Information Literacy

Assessment and Students Performance: A Case Study on a Second-Grade

Information Literacy Curriculum

Page 89: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Nurjamal, S., & Darwis. 2011. Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta

Muhana Gipayana. (2004). ―Pengajaran Literasi dan Penilaian Portofolio dalam

Konteks Pembelajaran Menulis di SD‖, dalam . Februari

2004,Jilid11,Nomor1,halaman59-70.

Puskur Depdiknas. (2004). ―NaskahAkademik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia‖,

dalam diakses pada tangga l3Agustus 2018.www.puskur.net

Mulyani Sumantri & Johar Permana. (2001). . Bandung: Maulana.

Tjalla, Awaluddin. 2011. Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Hasil-hasil

Studi Internasional. .

Musthafa, Bachrudin. 2014. Literasi Dini dan Literasi Remaja: Teori, Konsep, dan

Praktik. Bandung: CREST

Rully Khairul Anwar, Edwin Rizal, Encang Saepudin. 2015. Jurnal kajian informasi

& perpustakaan, Vol 3/No.1, Juni 2015. Kemampuan Literasi Informasi

Tentang Apotek Hidup Berbasis Individual Competence Framework

Randy Widi Prayoga, Heri Suwignyo, Titik Harsiati (2017) Jurnal Pendidikan: Teori,

Penelitian, dan Pengembangan Volume: 2 Nomor: 11 Bulan November Tahun

2017 Halaman: 1498—1503. Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui

Penerapan Program Literasi Berbantuan Media Buku Cerita Anak Pada Siswa

SD

Darwis, dkk. (2011). Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta.

Diao, Ai Lien. 2005. Current State of Information Literacy Awareness and Practices

in Indonesia Primary and Secondary Public Schools. Jakarta: UNDCA Atma

Jaya.

Hajar Dewantoro. 2017. Upaya Guru Dalam Melaksanakan Kegiatan Literasi Sekolah

Diakses 10 Agustus 2018. https://silabus.org/kegiatan-literasi-sekolah/

Tjalla, Awaluddin. 2011. Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Hasil-hasil

Studi Internasional.

Page 90: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari

Kharizimi, Muhamad. 2015. Kesulitas Siswa Sekolah Dasar Dalam Meningkatkan

Kemampuan Literasi. JUPENDAS, ISSN 2355-3650, Vol. 2, No. 2, September

2015

Michael B.Eisenberg and Robert E. Berkowitz 1987. ―Big6 Skills, Eduation,

Information Technology Skills for Student Success,. Diunduh pada 20 Juni

2018 http://www.big6.com/pages/about/big6

Muh. Azwar Mui.2015. Information Literacy Skill : Strategi Peelusuran Informasi

Online, cet. 3 (Makassar: Alauddin University Press, 2015), 10

Musthafa, Bachrudin. 2014. Literasi Dini dan Literasi Remaja: Teori, Konsep, dan

Praktik. Bandung: CREST

Park, Y. 2008. Patterns and predictors of elemnetary students’ reading performance:

evidence from the data of the Progress in International Reading Literacy Study

(PIRLS). ProQuest Dessertasion and Theses. Diunduh pada 15 September 2018.

http://www.proquest/ umi/pqd.web

Rizky Chandra Septania. 2018 Main Game Kini Masuk Kategori Gangguan Mental.

Di unduh tanggal 3 September 2018.http://tekno.kompas.com

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung

Topping, K. 2006. PISA/PIRLS data on reading achievement: Transfer into

international policy and practice. The Reading Teacher, 59, 6. Diunduh pada 10

September 2018 http://www.proquest/ umi/pqd.web

UNESCO. (2007). Education for all by 2015: Will we make it? EFA global

monitoring report 2008. UK: Oxford University Press.

Page 91: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULAlppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/laporan-akhir-pdp-2018-gina-fauziah-ssos...kelas V pada tahap plan (mengidentifikasi dan cara mencari