Gina Apriana Unand PKMP

download Gina Apriana Unand PKMP

of 35

Transcript of Gina Apriana Unand PKMP

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    1/35

    PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    EFEKTIVITAS TERAPI TEATER UNTUK MENINGKATKAN SOSIO-

    EMOSIONAL PADA ANAK DENGANAUTISME SPECTRUM DISORDER

    (ASD)

    BIDANG KEGIATAN:

    PKM PENELITIAN

    Diusulkan oleh:

    Gina Apriana (1110322011 / 2011)

    Marissa Ulkhair (1311311089 / 2013)

    Ririn Ajeng Kertiningsih (1311312021 / 2013)

    UNIVERSITAS ANDALAS

    PADANG

    2014

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    2/35

    i

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    3/35

    ii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ i

    DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

    RINGKASAN......................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4

    BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 8

    BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .................................... 12

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 13

    LAMPIRAN ........................................................................................... 14

    Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota ............................................... 15

    Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ........................................... 22

    Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas 25

    Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Kegiatan ...................................... 27

    Lampiran 5. Kriteria DiagnostikAutisme Spectrum Disorder ............... 28

    Lampiran 6. Kuesiner/daftar Check List Kemampuan Sosial Dan Emosional..30

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    4/35

    iii

    RINGKASAN

    Autisme Spectrum Disorder (ASD), adalah gangguan perkembangan berpengaruh pada

    komunikasi, interaksi sosial, imajinasi dan sikap (William dan Wright, 2007). Autisme bukan

    suatu gejala penyakit,tetapi berupa sindroma atau kumpulan gejala dimana terjadipenyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap

    sekitar,sehingga anak autis seperti hidup dalam dunianya sendiri (Yatim,2003). Beberapa

    gejala umum dari seseorang dengan ASD meliputi kurangnya kontak mata, kesulitan dalam

    memahami emosi sendiri dan masyarakat lainnya ,echolalia (pengulangan kata-kata dan

    frase), gangguan sensorik pengolahan, kepentingan obsesif, kepatuhan terhadap rutinitas, dan

    lainnya (CDC, 2012).

    Orang tua yang memiliki anak autism selalu mencemaskan apakah anaknya dapat

    sembuh secara total atau tidak. Wenar (1994) menyatakan bahwa autisma adalah gangguan

    yang tidak bisa disembuhkan ( not curable ), namun bisa diterapi ( treatable ). Kelainan yang

    terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun gejala-gejala yang ada dapat dikurangisemaksimal mungkin sehingga anak bisa bersosialisasi dengan anak-anak lain secara normal.

    Hal terpenting yang mempengaruhi kemajuan anak autisme adalah deteksi dini yang diikuti

    oleh penanganan yang tepat dan benar, serta intensitas terapi yang dijalani oleh anak autisme.

    Jika hal tersebut dilakukan, anak dengan autisme masih mempunyai harapan untuk lebih baik

    untuk dapat hidup mandiri (Yanwar Hadianto,2003).

    Terapi Teater adalah salah satu intervensi untuk membantu individu yang memiliki

    gangguan spektrum autisme (ASD), belajar keterampilan dengan konsep dan praktik yang

    menggambarkan pendekatan klinis dalam perkembangan social dan emosional. Hal ini

    menyajikan program terapi drama yang menarik dan lucu yang mendorong anak-anak dengan

    gangguan spektrum autisme (ASD) untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.Fokus dalam terapi ini adalah membantu individu tumbuh dan menyembuhkan dengan

    mengambil dan berlatih peran baru dengan melakukan imitasi. Memainkan drama atau teater

    akan meningkatkan vokal, wajah, dan ekspresi tubuh. Praktek gerakan dan suara yang akan

    berkomunikasi emosi dan ide-ide. (Leary, 2013). Tergantung pada tujuan dan kebutuhan

    klien, terapis teater memilih metode (atau beberapa) yang akan mencapai kombinasi yang

    diinginkan dari pemahaman, pelepasan emosional, dan belajar dari perilaku baru. Beberapa

    metode, alat proses reflektif teknik yang digunakan seperti Video modelling, Guided play,

    Improvisasation, Narrration, Role play, Storytelling, Movie-making, Power lines scripting,

    Simulation (Chasen dkk, 2011).

    Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektivitas

    Terapi Teater Untuk Meningkatkan Sosio-Emosional Pada Anak DenganAutisme Spectrum

    Disorder (ASD). Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan

    rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan one group pretest posttest. Sampel

    yang diambil dari siswa yayasan Autisme YPPA Padang sebanyak 10 orang dengan tingkatan

    ringan-sedang. Dengan pelaksanaan dari bulan Januari-Juni 2015. Pengumpulan data

    penelitian dilakukan dengan observasi,ceck listscrining test, observasi rekaman video serta

    wawancara pada responden.

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    5/35

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1LATAR BELAKANG MASALAH

    Anak berkebutuhan khusus secara fisik, psikologi, kognitif, atau social terhambat dalam

    mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan secara maksimal. Mereka membutuhkan bimbingan dan

    dukungan ekstra dari orang tua dan lingkungannya untuk tumbuh kembang agar dapat hidup

    mandiri. Pendidikan khusus sangat dibutuhkan agar agar dapat mengembangkan potensi mereka

    semaksimal mungkin sebagaimana anak-anak lainnya (Mangungsong, 2009).

    Autisme Spectrum Disorder (ASD), adalah gangguan perkembangan yang secara umum

    tampak ditiga tahun pertama kehidupan anak. ASD berpengaruh pada komunikasi, interaksi

    sosial, imajinasi dan sikap (William dan Wright, 2007). Autisme bukan suatu gejala

    penyakit,tetapi berupa sindroma atau kumpulan gejala dimana terjadi penyimpangan

    perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar,sehingga anak

    autis seperti hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak autis terjadi kelainan emosi, intelektual

    dan kemauan (Yatim,2003). Beberapa gejala umum dari seseorang dengan ASD meliputi

    kurangnya kontak mata, kesulitan dalam memahami emosi sendiri dan masyarakat lainnya,

    echolalia (pengulangan kata-kata dan frase), gangguan sensorik pengolahan, kepentingan obsesif,

    kepatuhan terhadap rutinitas, dan lainnya (CDC, 2012).

    Berdasarkan laporan UNESCO 2011 tercatat 35 juta orang penyandang autism diseluruh

    dunia. Ini berarti 6 dari 1000 orang di dunia mengidap autism. Dari penelitian Center for Disease

    (CDC) di Amerika Serikat 2008, perbandingan autism pada anak umur 8 tahun yang terdiagnosa

    adalah 1:80. Di Asia, penelitian Hongkong Studi 2008 melaporkan tingkat kejadian autisme

    dengan prevalensi 1,68 per 1000 untuk anak dibawah 15 tahun (Hadriani, 2013). Sedangkan di

    Indonesia, menurut Goodwill Ambassador PBB, Christine Hakim (2011 dikutip dari

    Radius,2011), prevalensi penyandang autism saat ini sebanyak 8 dari 1000 penduduk, prevalensi

    ini naik pesat dibandingkan dengan data WHO 10 tahun yang lalu yang hanya 1 dari 1000

    penduduk.

    Saat ini belum ada penelitian khusus yang dapat menyajikan data autism pada anak di

    Indonesia. Bila di asumsikan dengan prevalensi autism pada anak di Hongkong, berdasarkan dari

    Badan Pusat Statistik jumlah anak di hongkong jumlah anak usia 5 hingga 19 tahun di Indonesia

    mencapai 66.000.805 jiwa, maka diperkirakan mendapat lebih dari 112 ribu anak penyandang

    auitime di Indonesia (Hadriani, 2013 dikutip dari Rahmi 2013). Di Sumatera Barat sampai saat

    ini juga belum ada data resmi tentang penderita autisme. Berdasarkan Survei Silvia Rahmi pada

    studi pendahuluan penelitian tahun 2013 dari 6 yayasan/sekolah autisme di Kota Padang terdapat

    148 anak penyandang autism. Pada studi pendahuluan peneliti jumlah anak autism di Yayasan

    Autisme YPPA Padang adalah 50 orang.

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    6/35

    2

    Gangguan yang dialami anak autisme begitu luas mencakup gangguan dalam komunikasi

    verbal dan non verbal serta terganggu dalam interaksi sosial dan kontrol emosi, maka terapi yang

    dilakukan juga terapi multidisipliner dan terpadu mulai dari terapi perilaku (behavior therapy),

    terapi okupasi, terapi wicara (speech therapy), terapi biomedis, terapi medikamentosa dan

    pendidikan khusus (Danuatmaja, 2003).

    Dengan adanya metoda diagnosis yang makin berkembang, hampir Berbagai jenis terapi

    telah dilakukan untuk mengembangkan kemampuan anak autisme agar dapat hidup mendekati

    normal. Dengan terapi dini, terpadu, dan intensif gejalagejala autisme dapat dihilangkan

    sehingga anak bisa bergaul secara normal, tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat, berkarya

    bahkan membina keluarga. Hal ini dikarenakan intervensi dini membuat selsel otak baru

    tumbuh, menutup selsel lama yang rusak. Jika anak autisme tidak atau terlambat mendapat

    intervensi hingga dewasa, maka gejala autisme bisa menjadi semakin parah, bahkan tidak

    tertanggulangi. Melalui beberapa terapi anak autisme akan mengalami kemajuan seperti anak

    normal lainnya . Tentunya terapi untuk tiaptiap anak autisme berbeda-beda tergantung pada

    gejala-gejala tertentu yang dimilikinya (Danuatmaja, 2003).

    Orang tua yang memiliki anak autism selalu mencemaskan apakah anaknya dapat

    sembuh secara total atau tidak. Wenar (1994) menyatakan bahwa autisma adalah gangguan yang

    tidak bisa disembuhkan ( not curable ), namun bisa diterapi ( treatable ). Kelainan yang terjadi

    pada otak tidak bisa diperbaiki namun gejala-gejala yang ada dapat dikurangi semaksimal

    mungkin sehingga anak bisa bersosialisasi dengan anak-anak lain secara normal. Hal terpenting

    yang mempengaruhi kemajuan anak autisme adalah deteksi dini yang diikuti oleh penanganan

    yang tepat dan benar, serta intensitas terapi yang dijalani oleh anak autisme. Jika hal tersebut

    dilakukan, anak dengan autisme masih mempunyai harapan untuk lebih baik untuk dapat hidup

    mandiri (Yanwar Hadianto,2003). Hal ini dikuatkan dari hasil penelitian Rika Sabri (2006)

    tentang pengaruh terapi terhadap kemajuan anak autisma bahwa, pemberian terapi perilaku,

    terapi okupasi dan terapi wicara berpengaruh terhadap kemajuan anak autisme.

    Terapi Teater adalah salah satu intervensi yang baik untuk membantu individu yang

    memiliki gangguan spektrum autisme (ASD), belajar keterampilan dan memahami aturan-aturan

    tidak tertulis dari hubungan sosial yang membingungkan mereka. Konsep dan praktik terapi

    drama menggambarkan pendekatan klinis dalam perkembangan social dan emosional. Hal ini

    menyajikan program terapi drama yang menarik dan lucu yang mendorong anak-anak dengan

    gangguan spektrum autisme (ASD) untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain, yang

    mengarah ke pengembangan kemampuan bahasa sosial, emosional, dan ekspresif penting (Leary,

    2013). Terapi Teater secara aktif melibatkan Mirror Neuron karena tubuh klien secara aktif,

    secara fisik terlibat dalam proses terapi. Sebagai klien berpartisipasi dan menonton drama dan

    improvisasi, mereka sering benar menempatkan diri mereka "di perspekti orang lain" dengan

    mengambil peran karakter lain.

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    7/35

    3

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Corbett dkk tahun 2011 tentang Theatre as Therapy

    for Children with Autism Spectrum Disorder menunjukan intervensi teater musical penuh

    menunjukan perbaikan dalam identifikasi wajah dan teori keterampilan pikiran, meningkatkan

    fungsi sosioemosional anak-anak dengan ASD. Dan pada penelitian Catie Oleary 2013 tentang

    The Effects of Drama Therapy for Children with Autism Spectrum DisordersMembuat kemajuan

    positif pada kemampuan social dan behavioral dan membuktikan therapy drama berpotensi

    menjangkau lebih bnayak anak-anak dengan ASD . Namun di Indonesia beluma ada yang

    melakukan penelitian seperiti ini.

    Dari penjabaran yang telah diuraikan diatas terlihat bahwa Terapi Teater memberikan

    efek yang bagus dalam meningkatkan sosio-emosional, oleh sebab itu penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Terapi Teater Untuk Meningkatkan Sosio-

    Emosional Pada Anak DenganAutisme Spectrum Disorder (ASD).

    1.2PERUMUSAN MASALAH

    Dapatkah Terapi Teater meningkatkan sosio-emosional pada Anak dengan Autisme Spectrum

    Disorder (ASD).

    1.3TUJUAN PROGRAM

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui Efektivitas terapi teater untuk meningkatkan sosio-emosional

    pada anak denganAutisme Spectrum Disorder (ASD).

    2. Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui tingkat sosio-emosiomal pada anak autis sebelum diberikan

    terapi teater.

    2. Untuk mengetahui tingkat sosio-emosional pada anak autis setelah diberikan

    terapi teater

    3. Untuk mengetahui perubahan sosio-emosional pada anak autis sebelum dan

    setelah pemberian terapi teater

    1.4LUARAN YANG DIHARAPKAN

    Penelitian Efektivitas Terapi Teater Untuk Meningkatkan Sosio-Emosional Pada Anak

    DenganAutisme Spectrum Disorder (ASD) diharapkan akan diperoleh hasil sebagai berikut:

    1. Sebuah terapi yang akan membantu anak dengan Autisme Spectrum Disorder (ASD)

    untuk meningkatkan kemampuan Sosio-Emosional.

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    8/35

    4

    2. Program dan metode yang efektif untuk meningkatkan kemampuan social, emosional,

    verbal dan kognitif pada anak denganAutisme Spectrum Disorder (ASD).

    1.5KEGUNAAN PROGRAM

    Program penelitian ini memiliki beberapa kegunaan dan manfaat , antara lain:

    1.

    Bagi peneliti

    Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu Terapi Teater ini sebagai intervensi dalam

    memberikan intervensi kepada anak Autisme Spectrum Disorder (ASD) dengan

    gangguan sosio-emosional.

    2. Bagi masyarakat

    Dapat dijadikan tambahan pengetahuan khususnya bagi para orangtua dalam merawat

    dan memberikan terapi yang cocok pada anak dengan Autisme Spectrum Disorder

    (ASD.

    3. Bagi institusi

    Dapat digunakan sebagai tambahan bahan referensi dan bacaan serta tambahan ilmu

    untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

    4. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

    Memberikan informasi mengenai terapi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan

    anak denganAutisme Spectrum Disorder (ASD).

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Autisme

    Autis berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Autisme berarti preokupasi terhadap

    pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran

    subjektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karenaitu, penyandang autisme sering disebut orang yang hidup di alamnya sendiri (Handojo, 2003).

    Adapun gejala-gejalanya meliputi gangguan kognitif (kemampuan), bahasa, perilaku,

    komunikasi, dan gangguan interaksi sosial (Judarwanto, 2006).

    Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma atau kumpulan gejala

    dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbicara dan bahasa dan

    kepedulian terhadap sekitar. Autisme tidak termasuk dalam golongan penyakit tetapi suatu

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    9/35

    5

    kumpulan gejala kelainan perilaku dan kemajuan perkembangan, seperti emosi, intelektual dan

    kemauan. (Yatim, 2003).

    2.2Perubahan Sosial dan Emosional Anak Autisme

    Anak-anak dengan autisme tampak mengalami masalah keterampilan sosial yang berat.Mereka jarang mendekati orang lain dan pandangan mata mereka seolah melewati orang lain

    atau membalikkan badan memunggungi mereka. Hanya sedikit anak dengan autisme yang lebih

    dulu mengajak bermain anak-anak lain dan mereka biasanya tidak responsif kepada siapa pun

    yang mendekati mereka. Mereka tidak mampu memahami perspektif dan reaksi emosi orang

    lain, sehingga mmembuat beberapa teoris berpendapat bahwa mereka kurang memiliki empati.

    Anak-anak dengan autisme kadang-kadang melakukan kontak mata, namun pandangan mata

    mereka memiliki kualitas yang tidak wajar. (Davison dkk, 2010).

    Beberapa anak autistik tampaknya tidak mengenali atau tidak membedakan antara orang

    yang satu dengan yang lain. Meskipun demikian, mereka memiliki ketertarikan dan menciptakan

    kelekatan kuat dengan berbagai benda-benda mati (seperti balok, tombol lampu, kunci, batu,

    selimut) dan berbagai benda mekanis (seperti kulkas, peneyedot debu). Jika benda tersebut

    merupakan sesuatu yang dapat mereka bawa, mereka dapat berjalan kemana-mana dengan

    menbawa benda tersebut sehingga menghambat mereka dengan berbagai hal lain yang lebih

    bermanfaat (Davison dkk, 2010).

    Meskipun anak-anak autistik yang memiliki keberfungsian tinggi dapat belajar dengan

    mengerti pengalaman emosional dengan mengonsentrasikan upaya kognitif. (Sigman,

    1994,hlm,15). Berbagai studi laboratorium terhadap anak-anak dengan autisme yang memiliki

    keberfungsian tinggi menemukan bahwa meskipun anak-anak tersebut dapat menunjukkan

    sedikit pemahaman terhadap emosi orang lain, mereka tidak sepenuhnya memahami mengapadan bagaimana orang lain dapat merasakan berbagai emosi yang berbeda. (Capps dkk., 2010).

    2.2 Terapi Teater

    Terapi Teater adalah salah satu intervensi untuk membantu individu yang memiliki

    gangguan spektrum autisme (ASD), belajar keterampilan dengan konsep dan praktik yang

    menggambarkan pendekatan klinis dalam perkembangan social dan emosional. Hal ini

    menyajikan program terapi drama yang menarik dan lucu yang mendorong anak-anak dengan

    gangguan spektrum autisme (ASD) untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.

    Fokus dalam terapi ini adalah membantu individu tumbuh dan menyembuhkan dengan

    mengambil dan berlatih peran baru dengan melakukan imitasi. Memainkan drama atau teater

    akan meningkatkan vokal, wajah, dan ekspresi tubuh. Praktek gerakan dan suara yang akan

    berkomunikasi emosi dan ide-ide. (Leary, 2013). Tergantung pada tujuan dan kebutuhan klien,

    terapis teater memilih metode (atau beberapa) yang akan mencapai kombinasi yang diinginkan

    dari pemahaman, pelepasan emosional, dan belajar dari perilaku baru. Beberapa metode, alat

    proses reflektif teknik yang digunakan seperti Video modelling, Guided play, Improvisasation,

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    10/35

    6

    Narrration, Role play, Storytelling, Movie-making, Power lines scripting, Simulation (Chasen

    dkk, 2011).

    2.3 Pengaruh Terapi Teater untuk meningkatkan Sosio-emosional pada anak auits

    Sebuah teori baru-baru ini menunjukkan bahwa ASD mungkin disebabkan setidaknyasebagian oleh penurunan sistem Mirror Neuron (Oberman & Ramachandran, 2007). Mirror

    Neuron ditemukan pada awal 1990-an oleh tim ahli saraf di Parma, Italia yang memetakan

    neuron individu dalam korteks motorik monyet untuk melihat mana neuron terhubung ke otot /

    gerakan yang mana (Iacobon dkk, 2005). TeoriMirror Neuronpenting untuk melihat secara rinci

    karena sistem Mirror Neuron juga berteori sebagai asal dari empati, pemahaman sosial, dan

    belajar meniru, semua kemampuan di mana orang-orang di autisme spektrum terbatas dan semua

    kemampuan yang dapat dikembangkan melalui terapi drama (Goleman, 2006; Iacoboni, 2008),

    Dalam korteks pre-motor otak, di mana gerakan tubuh direncanakan dan diaktifkan untuk

    membuat gerakan dengan maksud tertentu, dan ada neuron cermin yang aktif ketika organismemembuat gerakan ketika melihat, mendengar, atau dalam beberapa cara indera, tindakan yang

    sama dilakukan oleh organisme lain (Gallese, Eagle, & Migone, 2005). Pada dasarnya, ini

    berarti bahwa kita "memahami" tindakan orang lain dengan mensimulasikan dalam otak kita

    sendiri seolah-olah kita sedang mengambil tindakan diri kita sendiri (Bailey, 2011).

    Selain membantu kita memahami tindakan orang lain, Mirror Neuron memungkinkan

    bagi kita untuk memahami apa yang orang lain rasakan, sebagian, karena emosi yang

    diekspresikan melalui tindakan: ekspresi wajah, pernapasan, gerakan, posisi tubuh, dll

    (Winkielman, & Ramachandran, 2007).

    Kemampuan penting lainnya yang secara teoritis berasal dari Mirror Neuron adalah

    kemampuan untuk belajar melalui imitasi. Mekanisme belajar bawaan ini dapat diamati bahkan

    pada bayi baru lahir yang secara otomatis akan meniru ekspresi wajah orang dewasa yang terlibat

    perhatian mereka (Blakemore & Frith, 2005). Pada 12 bulan, biasanya berkembang bayi dapat

    memprediksi tujuan tindakan orang lain dan meniru mimik wajah dan tangan (Iacoboni &

    Depretto, 2006). Kemudian kecenderungan untuk meniru menjadi penting dalam kemampuan

    kita untuk belajar berbicara. Ramachandran dan Oberman (2006) menunjukkan bahwa

    perkembangan bahasa pada anak usia membutuhkan anak untuk cermin dan meniru tindakan

    pidato orang tua untuk mengubah sinyal pendengaran berbicara dalam kata-kata yang bisa

    diucapkan dengan menggunakan bibir, lidah, mulut, dan napas. Perilaku sosial, olahraga,permainan, dan keterampilan fisik semua dipelajari oleh biasanya berkembang anak-anak

    melalui imitasi daripada melalui deskripsi verbal (Blakemore & Frith, 2005). Bahkan, bermain

    drama yang biasanya berkembang anak-anak secara otomatis mulai terlibat dalam sekitar usia 3

    adalah bentuk universal pembelajaran imitatif (Bailey, 1993; Ginsburg & Opper, 1969).

    Terapi Drama secara aktif melibatkan Mirror Neuron karena tubuh klien secara aktif,

    secara fisik terlibat dalam proses terapi. Sebagai klien berpartisipasi dan menonton pertandingan

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    11/35

    7

    drama dan improvisasi, mereka sering benar menempatkan diri mereka "di perspektif orang lain"

    dengan mengambil peran karakter lain. Melalui aksi, klien dapat menghasilkan bagian baru dari

    pikiran dan bereksperimen dengan perilaku baru, memperkuat koneksi baru otak, hubungan

    sosial baru, dan pemahaman baru dari diri mereka sendiri dan orang lain. (North Shore ARC,

    2008, hal. 2).

    Jika disfungsi dalam sistem neuron cermin merupakan penyebab atau faktor yang ASD,

    maka terapi drama justru menjadi intervensi yang sempurna karena dilakukan dengan

    menggunakan pembelajaran imitasi, dan memungkinkan untuk latihan berulang keterampilan

    dalam cara yang menyenangkan dan bermain. Salah satu penemuan paling penting tentang otak

    dalam 20 tahun terakhir adalah plastisitas otak: kemampuannya untuk tumbuh, berubah, dan re-

    kawat itu sendiri (Blakemore & Frith, 2005). Otak berubah melalui penggunaan (atau ketiadaan);

    seperti otot berubah melalui latihan (atau kurang olahraga). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan

    yang mendorong penggunaan neuron cermin yang orang dengan ASD mungkin di bawah-

    penggunaan akan memperkuat neuron cermin yang sudah mereka miliki dan, mungkin,

    mendorong pertumbuhan yang baru.

    Anak-anak dengan ASD membutuhkan interaksi hidup agar keterampilan sosial untuk

    menjadi 'terprogram' dalam otak mereka. Mereka belajar dengan melakukan, melalui

    pengalaman langsung, lebih dari apa yang mereka belajar dengan mengamati dan mendengarkan

    "(Grandin & Scardino, 1986; Grandin, 1995), (hal. 51).

    Sebuah keuntungan dari drama adalah bahwa peserta menerima umpan balik dalam

    proses adegan dari aktor lain dan dari penonton, serta setelah itu ketika kelompok membahas

    adegan dan / atau ketika mereka memutar ulang adegan dengan koreksi (Jensen & Dabney, 2000;

    Posner et al, 2008). Karena isu-isu sosial-emosional dan sensorik integrasi terlibat dengan ASD,terapis drama perlu menyadari bagaimana membuat adaptasi dan akomodasi yang tepat untuk

    kliennya. Adaptasi ini diperlukan tidak peduli teknik terapi drama atau metode mana yang

    digunakan. Penggunaan kegiatan nyata dan media visual dan kinestetik melibatkan perhatian

    sementara pendekatan mono-channel informasi akan mengurangi kelebihan indrawi. Rutin dan

    ritual menjamin prediktabilitas dan rasa aman bagi peserta. (Bailey, 2011).

    Dalam kasus apapun, orang-orang dengan ASD tampaknya "pemikir otak kanan."

    Artinya, mereka cenderung skor tinggi dalam kecerdasan cairan dan keterampilan nonverbal

    berpikir (visual, spasial, dan pembuatan pola) (Grandin, 1995). Sering kali, mereka adalah

    pelajar visual dan kinestetik. Beberapa mahir menciptakan dengan tangan mereka, tetapi yanglain mengalami kesulitan perencanaan bermotor (Grandin & Scariano, 1986). Kegiatan

    pantomim dan gerakan, oleh karena itu, mungkin menjadi titik awal yang baik untuk kelompok

    baru karena mereka akan mengakses kekuatan komunikasi dan, setelah anggota kelompok

    merasa diterima dan nyaman, keterampilan baru menggunakan teknik lisan dapat dibangun

    (Bailey, 2011)

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    12/35

    8

    Sherry Haar (2005,), seorang profesor pakaian dan tekstil di Kansas State University,

    telah menciptakan garis kostum terapi untuk meningkatkan integrasi sensorik, perkembangan

    motorik, dan keterampilan kognitif. Desain tematik kostum (bug dan kupu-kupu) memungkinkan

    anak untuk menggunakan imajinasinya saat berlatih keterampilan perkembangan. Kostum

    mencakup berbagai tekstur, band resistensi, dan bobot penting bagi taktil dan indera

    proprioseptif. Keterampilan motorik halus didorong melalui manipulasi penutupan (yaitu,

    ritsleting, tombol, kancing, dan tali) dan objek (yaitu, antena dan mata pada helm). Bentuk dalam

    berbagai warna dan ukuran bantuan dalam perkembangan kognitif. Tanjung bagian dari kostum

    mendorong anak untuk "terbang," demikian mempromosikan keseimbangan dan keterampilan

    motorik kasar lainnya.

    Dengan cara yang sama, wayang dan tokoh sandtray dapat digunakan untuk memainkan

    drama visual pada jarak dari klien, membuat mereka merasa lebih memegang kendali drama.

    Satu-satunya cara untuk belajar bagaimana menggunakan jelas, komunikasi ekspresif adalah

    memiliki model yang jelas dan didorong untuk berlatih. Drama terapis harus memimpin dan

    menjadi panutan bagi ekspresif. Mainkan permainan drama yang akan meningkatkan vokal,

    wajah, dan ekspresi tubuh. Praktek gerakan dan suara yang akan berkomunikasi emosi dan ide-

    ide (Bailey, 2011).

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupaka jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan penelitian

    yang digunakan adalah rancangan one group pretest posttest. Quasi eksperimental merupakan

    penelitian eksperimen semu, karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan

    eksperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi

    tidak dapat atau sulit dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

    Penelitian ini dilakukan untuk melihat keefektivan terapi teater untuk meningkatkan sosio-

    emosional anak denganAutism Spectrum Disorders, yaitu kelompok yang akan dilakukan

    pengukuran tingkat sosio-emosional sebelum diberikan terapi teater (pretest), kemudian

    diberikan intervensi dengan terapi teater, setelah itu dilakukan kembali pengukuran tingkat

    sosio-emosional setelah diberikan intervensi (posttest).

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,

    2010).Populasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah keluarga dari anak yang bersekolah di

    yayasan autisme YPPA Padang yang terdiagnosa Autisma sebanyak 30 orang.

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    13/35

    9

    2. Sampel

    Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

    2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

    sampling. Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu

    yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

    sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga dan anak autisma

    ringan dan sedang dengan jumlah 10 orang. Teknik pengambilan sampel adalah dengan melihat

    berat ringan gejala yang dialami. Kriteria sampel untuk anak autis adalah anak dengan kategori

    autis tanpa disertai penyakit lain, jadi sampel untuk anak autis sebanyak 10 orang. Kategori

    untuk anak dengan autis berat tidak dimasukkan karena kategori autis berat di sekolah ini adalah

    autisma ditambah dengan gangguan lain jadi anak mengalami gangguan yang kompleks.

    Kriteria sampel pada penelitian ini adalah:

    1.

    Anak Autisme Spectrum Disorder tingkat ringan-sedang2. Mengalami gangguan sosio-emosional

    3. Orang tua mengizinkan anak mengikuti pelatihan

    4.

    Orang tua mau ikut serta dalam pelatihan responden.

    C. Waktu dan tempat penelitian

    Penelitian ini akan dilakukan dari bulan Januari-Juni 2015 dan akan dilaksanakan di

    sekolah khusus Yayasan autisme YPPA Padang .

    D. Instrumen penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data

    (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat sosio-

    emosional responden sebelum dan setelah pemberian terapi teater adalah daftar Check

    List yaitu daftar untuk men cek, yang berisi nama subjek dan beberapa gejala serta

    identitas lainnya dari sasaran pengamatan (Notoatmodjo, 2010).

    E. Etika Penelitian

    Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta surat keterangan

    perizinan terkait penggunaan data dan informasi ke Dekan Fakultas Keperawatan

    Universitas Andalas, setelah itu peneliti mulai melakukan penelitian dengan

    memperhatikan etika penelitian yang meliputi:

    1. Lembar persetujuan menjadi responden (inform consent).

    2. Anonimity

    3. Confidentially (kerahasiaan)

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    14/35

    10

    4. Justice

    F. Metode Pengumpulan Data

    1. Metode Pengumpulan Data

    Data yang digunaka dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data

    primer didapatkan dengan pengamatan menggunakan instrumen daftar check list untuk

    mendapatkan data tentang tingkat sosio-emosional sebelum dan setelah pemberian

    intervensi. Data sekunder didapatkan dari informasi orng tua, guru dan pelatih yang ada di

    yayasan.

    2. Langkah-langkah Pengumpulan Data

    a. Setelah responden ditetapkan sesuai kriteria, daftar check list pretest dibagikan kepada

    masing-masing orang tua responden dan wawancara dengan responden untuk melakukan

    pengukuran tingkat sosio-emosional sebelum pemberian intervensi

    b. Sekitar 1 minggu pertama diagnosticdanscrinningresponden, wawancara dengan anak-

    anak dan orangtua mereka untuk menentukan tipe model terapi yang akan diberikan dan

    intervensi yang cocok bagi responden.

    c. Setiap responden didampingi oleh satu orang pelatih atau terapis, dimana nantinya akan

    melakukan pengamatan secara intensif merekam masing-masing responden sebelum,

    selama, atau sesudah latihan. Dan juga pelatih akan menjadi model dan pemandu.

    d. Setiap responden didampingi oleh satu orang pelatih atau terapis, dimana nantinya akan

    melakukan pengamatan secara intensif merekam masing-masing responden sebelum,

    selama, atau sesudah latihan. Dan juga pelatih akan menjadi model dan pemandu.e. Pemberian intervensi Video modelling , Video yang mereka lihat akan membantu

    membangun dan mempertahankan perilaku dalam memori yang kemudian perilaku

    tersebut di tiru dan di praktikkan. Perilaku model dapat disajikan dalam vivo (hidup),

    dicatat (misalnya difilmkan, direkam), atau dibayangkan. Menggambarkan tantangan

    pribadi dari pengalaman peserta ke dalam kehidupan nyata. Anak-anak akan di minta

    terlibat dalam setiap adegan dan mengulangi scripted serta bermain tanpa naskah.

    (Corbett & Maryam, 2005)

    f. Narration ; responden diminta untuk memahami isi dari cerita yang digunakan selama

    proses , refleksi verbal, rangkaian aktivitas, tindakan sandiwara yang terjadi dalam

    lingkungan. Narration ini memungkinkan individu untuk imitasi dan mengambil peran

    dalam rangka untuk belajar dari karakter lain. keterampilan komunikasi dapat langsung

    diterapkan untuk mereka yang autisme yang berjuang mengekspresikan emosi.

    g. Storytelling danPower lines scripting : Didokumentasikan ungkapan verbal dikonstruksi

    melalui pembuatan yang cepat, mencerminkan dan memberdayakan bahasa pragmatis

    kecerdasan emosional, pemecahan masalah dan keterampilan pemberdayaan diri

    Mencerminkan peristiwa fiksi dan non-fiksi yang mendukung konstruksi alur cerita,

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    15/35

    11

    representasi simbolis, proyeksi , evisioning, imitasi, pemeranan, interaksi pragmatis,

    kecerdasan emosional dan self-assesment terkait dengan keterampilan sosial yang

    berorientasi pada proses.

    h. Selanjutnya Responden akan melakukan Simulation; Pembuatan kembali peristiwa sosial

    tertentu dan pertemuan untuk memberdayakan imitasi dan latihan interaksi pragmatis dan

    respon.

    i. Tahap selanjutnya responden akan melakukan Role play bersama-sama. Sehingga

    reponden akan melakukan imitasi dan membuat diri sendiri sama dengan yang lain, atau

    menggambarkan diri dalam setting dan bingkai yang berbeda, mengalami suatu Bahasa

    dan gerak-gerik, individual atau di dalam grup. DifasilitasidenganGuided play seperti

    kostum, boneka, alat peraga, rumah keluarga mainan dan orang-orang, tokoh pemain dan

    Objek lakon lainnya . Di tambah dengan teknikImprovisasation pada saat percakapan

    atau keterampilan bermain, sehingga peserta dapat menghubungkan kreatifitas dengan

    emosional melalui gerakan, suara, gambar dan intonasi ekspresif

    j.

    Camera siap untuk merekan setiap gerak-gerik, wajah gerakan reponden. Untuk tindakanseluruh tubuh, seperti koreografi khusus, seluruh actor direkam untuk menunjukan

    tindakan penuh yang merekalakukan. Kamera yang dibingkai dalam close-up atau

    menengah close-up shot.

    k. Orang tua peserta di beri akses untuk merekam setiap tindakan peserta responden yang

    memungkinkan anak-anak mereka berulang kali mempraktekkan tindakan

    l.

    Terapi diberikan satu kali sehari selama 2 jam. Responden diobservasi dan di wawancarai

    setiap hari apakah ada peningkatan sosio-emosional. Pelatih akan mengevaluasi setiap

    hari. Video rekaman setiap tindakan responden menjadi sumber observasi bagi peneliti.

    m.Posttest dilakukan setiap satu kali dalam seminggu dalam satu bulan dengan memberikan

    kuesioner pada orang tua,daftar ceck list scrining test, observasi rekaman video sertawawancara pada responden.

    3. Teknik Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan tahapan

    sebagai berikut:

    a. Editing (pemeriksaan data)

    b. Coding (pengkodean data)

    c. Entry data (memasukkan data)

    d. Cleaning (membersihkan data)

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    16/35

    12

    G. Teknik Analisis Data

    1. Analisis Univariate

    Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

    setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Dala penelitian ini dilakukan analisis data

    untuk mengetahui gambaran peningkatan sosio-emosional anak dengan ASD sebelum dan

    sesudah diberikan intervensi.

    2. Analisis Bivariate

    Analisis bivariate adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel untuk

    menganalisis adanya hubungan atau pengaruh antara kedua variabel tersebut. Data diolah

    secara komputerisasi untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang dalam penelitian

    ini adalah terapi teater terhadap variabel dependen yaitu tingkat sosio-emosional. Sebelumdilakukan analisis bivariate, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan uji Shapiro

    Wilk, dimana dengan jumlah sampel

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    17/35

    13

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Persiapan

    Penelitian

    pendahuluan

    Penelitian utama

    Interpretasi data

    Analisa hasil

    Penyusunan laporan

    Bimbingan

    Pembuatan draft

    laporan akhir

    DAFTAR PUSTAKA

    Bailey, S. (2010). Drama therapy. In K. Siri & T. Lyons (Eds.), Cutting Edge Therapies for

    Autism 2010-2011. NY: Skyhorse Publishing.

    Bailey, S.D. (1993). Wings to fly: Bringing theatre arts to students with special needs.Rockville,

    MD: Woodbine House.

    Blumberg, M.L. (1981). Drama: An outlet for mental and physical handicaps. In R. Courtney G.

    Schattner (Eds.), Drama in therapy, Volume 2: Adults (pp. 101-110). New York: Drama Book

    Specialists.

    Budhiman, M. (2002). Makalah: Autistic spectrum disorder. Jakarta: Yayasan Autisma

    Indonesia.

    Centers for Disease Control and Prevention. (2014, August 29). Facts about ASDs. Retrieved

    from http://www.cdc.gov/ncbddd/autism/facts.html

    Chasen, L. R. (2011). Social Skills, Emotional Growth and Drama Therapy. Philadelphia, PA:

    Jessica Kingsley Publishers.

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    18/35

    14

    Corbett, B., Gunther, J., Comins, D., Price, J., Ryan, N., Simon, D., Schupp, C., & Rios, T.

    (2011). Brief Report: Theatre as Therapy for Children with Autism Spectrum Disorder. Journal

    of Autism and Developmental Disorders, 41 (4),505-511. Retrieved from

    http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10803-010-1064-1?LI=true#

    Data Autis di Indonesia, http://autismindonesia.org/, Diakses 10 September 2014

    Gallese, V., Eagle, M.N., & Migone, P. (2005). Intentional attunement: Mirror neurons and the

    neural underpinnings of interpersonal relations. Journal of the American Psychological

    Association, 55 (1), 131-175.

    Gamayanti, (2012), Better Future with Child with Autistic, Modul: Comprehensive Programme

    Training, IPK dan Kemuning Kembar.

    Handojo, Y. (2003). Autisma. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

    Mangungsong, Frieda.(2009). Psikologi dn Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. JilidKesatu, LPSP3, Depok

    Nelson. A. & Ramamoorthi, P. (2011). Drama Education for Individuals on the Autism

    Spectrum. Key Concepts in Theatre/Drama Education, 177-182.

    Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, Rineka

    Cipta,Jakarta

    OLeary, Katie (2013). The Effects of Drama Therapy for Children with Autism Spectrum

    Disorders. Journal of Autism and Developmental Disorders. Springfield

    Oberman, L.M. & Ramachandran, V.S. (2007). The simulating social mind: The role of themirror neuron systemand simulation in the social and communicative deficits of autism

    spectrum disorders.Psychological Bulletin,133 (2), 310-327.

    Prasetyono, D.s. (2008). Serba-Serbi anak Autis. DIVA Press, Jogjakarta Puspa Swara.

    R. Courtney & G. Schattner. (1981). Drama in therapy, Volume 2: Adults. New York: Drama

    Book Specialists.

    Rizzolatti, G. & Sinigaglia, C. (2006). Mirrors in the brain: How our minds share actions and

    emotions.London: Oxford University Press

    Silverman, T. (2006). Drama Therapy Theoretical Perspectives. In Brooke, S.L. (Ed.), Creative

    Arts Therapies Manual (pp. 223-231). Springfield, IL: Charles C. Thomas

    Stanislavski, C. (1961). Creating a role.New York: Theatre Arts Books

    Suryana, A. (2004). Terapi autisme, anak berbakat dan anak hiperaktif. Jakarta: Progres Jakarta.

    Yatim, F. (2003). Autisme suatu gangguan jiwa pada anak-Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

    http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10803-010-1064-1?LI=truehttp://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10803-010-1064-1?LI=truehttp://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10803-010-1064-1?LI=true
  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    19/35

    15

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Biodata Ketua dan anggota

    1. Ketua

    A.

    Identitas Diri1 Nama Lengkap Gina Apriana

    2 Jenis Kelamin Perempuan

    3 Program studi Ilmu Keperawatan

    4 NIM 1110321011

    5 Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 6 April 1992

    6 Email [email protected]

    7 No Telepon/HP 085289650066

    B. Riwayat Pendidikan

    SD SMP SMA

    Nama Institusi SD 07 Tanah Air

    Ulak Karang

    SMP 87 Pondok

    Pinang Jakarta

    Selatan

    SMA 1

    Padangganting

    Jurusan - - IPA

    TahunMasuk-lulus 1999 - 2005 2005 - 2009 2008 - 2011

    C . penghargaan dalam 10 thun terakhir

    No Jenis Penghargaan Intitusi Pemberi penghargaan Tahun

    1 Juara UMUM 1 SMA

    Padangganting

    SMA Padangganting 2010

    2 Harapan 3 Mapres Fakultas

    Keperawatan Unand

    Fakultas Keperawatan Unand 2013

    Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    20/35

    16

    dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai

    ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

    Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

    persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM-K

    Padang, 1 Oktober 2013

    Pengusul,

    Tanda tangan

    ( Gina Apriana )

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    21/35

    17

    2. Anggota

    A. Identitas Diri

    1 Nama Lengkap Marissa Ulkhair

    2 Jenis Kelamin Perempuan

    3 Program Studi Ilmu Keperawatan

    4 NIM 1311311089

    5 Tempat dan Tanggal Lahir Tapus, 30 Maret 1995

    6 E-mail [email protected]

    7 Nomor Telepon/HP 085356039035

    B. Riwayat Pendidikan

    SD SMP SMA

    Nama Institusi SDN 14 Sentosa SMP N 1 Rao

    Selatan

    SMA N 1 Lubuk

    Sikaping

    Jurusan - - IPA

    Tahun MasukLulus

    2001 - 2007 20072010 20102013

    C. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau

    institusi lainnya)

    No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

    Penghargaan

    Tahun

    1. Peringkat 1 Olimpiade Biologi Dinas Pendidikan

    Provinsi Sumbar

    2008

    2. Exchange Student Fakultas

    Keperawatan

    UNAND

    2014

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    22/35

    18

    Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

    dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-

    sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

    Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan

    dalam pengajuan Hibah PKM-K

    Padang, 2 Septemeber 2014

    Pengusul,

    ( Marissa Ulkhair)

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    23/35

    19

    3. Anggota

    A. Identitas Diri

    1 Nama Lengkap Ririn Ajeng Kartiningsih

    2 Jenis Kelamin Perempuan

    3 Program Studi Ilmu Keperawatan

    4 NIM 1311312021

    5 Tempat dan Tanggal Lahir Lahat, 25 April 1996

    6 E-mail [email protected]

    7 Nomor Telepon/HP 081367703927

    B. Riwayat Pendidikan

    SD SMP SMA

    Nama Institusi SD N 32 Lahat SMP N 2 Lahat SMA N 4 Lahat

    Jurusan IPA

    Tahun Masuk

    Lulus

    2001-2007 2007-2010 2010-2013

    C. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau

    institusi lainnya)

    No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

    Penghargaan

    Tahun

    1. PASKIBRAKA PEMDA Kab.

    Lahat

    2011

    2. Exchange Student Fakultas

    Keperawatan

    UNAND

    2014

    Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

    dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-

    sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    24/35

    20

    Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan

    dalam pengajuan Hibah PKM-K

    Padang, 2 Septemeber 2014

    Pengusul,

    ( Ririn Ajeng Kartiningsih)

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    25/35

    21

    Dosen Pembimbing

    B. Identitas Diri

    1 Nama Lengkap Ns. Ira Erwina, M.Kep, Sp.KepJ

    2 Jenis Kelamin Perempuan

    3 Program Studi Ilmu Keperawatan

    4 NIP 198101262008122001

    5 Tempat dan Tanggal Lahir Ns. Ira Erwina, M.Kep, Sp.KepJ

    6 Nomor Telepon/HP 081367703927

    B. Riwayat Pendidikan

    No. Program Tempat Tahun

    1 S1 Keperawatan PSIK FK Unand 2000-2005

    2 2000-2005 FIK UI 2008-2011

    Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

    dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-

    sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

    Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratandalam pengajuan Hibah PKM-K

    Padang, 2 Septemeber 2014

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    26/35

    22

    Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

    1. Peralatan Penunjang

    MaterialJustifikasi

    pemakaian

    Kuantitas Harga satuan

    (Rp)

    Jumlah (Rp)

    Kaset film Video modelling 5 80.000 400.000

    Camdig Alat rekam

    kegiatan

    1 1.000.000 1.200.000

    Property

    pentas

    Pentas untuk

    penampilan

    roleplay

    500.000 500.000

    Boneka Media role play 5 60.000 300.000

    Papan tulis Alat pemberian

    materi

    1 100.000 100.000

    DVDeksternal

    Untuk memutarfilm

    1 430.000 430.000

    Speaker Alat pengeras

    suara

    1 250.000 250.000

    Kabel

    sambungan

    Kabel sambungan 3 50.000 1 50.000

    Microfon untuk membantu

    memandu acara

    2 120.000 220.000

    Sewa LCD Pemutaran video 1 150.000 150.000

    SUB TOTAL (Rp) Rp. 3.600.000,00

    2. Bahan Habis Pakai

    MaterialJustifikasi

    pemakaian

    Kuantitas Harga satuan

    (Rp)

    Jumlah (Rp)

    Spidol Penjelasan

    materi

    3 buah 10.000,00 30.000,00

    Bolpoint Alat tulis

    peserta

    20 buah 3.000,00 60.000,00

    Book Note Alat tulis

    peserta

    20 buah 5.000,00 100.000,00

    Map Plastik Alat tulis

    peserta

    20 buah 7.000,00 140.000,00

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    27/35

    23

    Print modul Panduan 20 modul

    @5 lmbr

    10.000,00 120.000,00

    Pin dan panitia Simbolis

    peserta

    20 buah 5.000,00 100.000,00

    Cindera mata dan

    panitia

    Simbolis

    peserta

    30 buah 10.000,00 300.000,00

    Baju peserta dan

    panitia

    Simbolis

    peserta

    30 buah 100.000,00 3.000.000,00

    Konsumsi Peserta dan

    panitia sosialisasi

    A.Makan

    B.Snack

    C.Air mineral

    60 kotak

    60 kotak

    60 botol

    12.000,00

    10.000,00

    5.000,00

    550.000,00

    440.000,00

    165.000,00

    Dekorasi panggung Alat untuk

    penampilan

    bakat peserta

    1 1.500.000 1.500.000

    Kostum peraga Kostum role

    play

    20 50.000 1.000.000

    Alat peraga Media role

    play

    10 50.000 500.000

    Rumah keluarga

    mainan

    Media role

    play

    1 200.000 200.000

    SUB TOTAL (Rp) Rp.6.575.500,00

    3. Perjalanan

    MaterialJustifikasi pemakaian Kuantitas Harga satuan

    (Rp)

    Jumlah (Rp)

    Transportasi Perjalanan anggota

    menuju yayasan

    5 orang x

    5 bulan

    100.000 2.500.000,0

    SUB TOTAL (Rp) Rp. 2.500.000,00

    4. Lain-lain

    Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah (Rp)

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    28/35

    24

    pemakaian satuan

    (Rp)

    Pembuatan

    Proposal

    Pembuatan

    pengajuan

    proposal

    5 eksemplar 20.000,00 100.000,00

    Pembuatan

    laporan

    Pembuatan

    laporan akhir

    5 eksemplar 20.000,00 100.000,00

    Dokumentasi Untuk

    dokumentasi

    acara

    - - 100.000,00

    Pamphlet Media

    sosialisasi

    -

    -

    100.000,00

    Undangan Mengundang

    orang tua, anak

    dll

    60 eksemplar 5.000,00 300.000,00

    Spanduk Media

    pemberitahuan

    acara

    1 buah 250.000,00 250.000,00

    Backdrop Media

    pemberitahuan

    acara

    1 buah 135.000,00 135.000,00

    Banner Media

    pemberitahuan

    acara

    1 buah 250.000,00 250.000,00

    SUB TOTAL (Rp) Rp.1.450.000,00

    Total (Keseluruhan) Rp12.454.500,00

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    29/35

    25

    Lampiran 3. Susunan Organisasi tim Peneliti dan Pembagian tugas

    No Nama/NIM Program Studi Bidang Ilmu Alokasi

    WaktuUraian Tugas

    1 Gina Apriana

    1110321011

    Keperawatan Kesehatan 24

    jam/mgg

    Ketua :

    -

    Pelaksana penelitian- Sebagai pelatih terapi

    teater

    -Melakukan monitoring/

    kontrol terhadap

    pelaksanaan penelitian

    - Mengkoordinir

    Anggota

    - Mengatur pembagian

    tugas dan merancang

    jadwal kegiatan.

    - Melakukan kontrak/

    kerjasama dengan

    pihak Yayasan

    - Pelaksana terapi

    - Evaluasi kerja

    2 Marissa

    Ulkhair1311311089

    Keperawatan Kesehatan 30

    jam/mgg

    Sekretaris dan Bendahara

    -

    Pelaksana terapi- Menyimpan arsip-arsip

    - Pembuat surat

    menyurat

    - Merekap absen,

    kuesioner

    - Mencatat uang masuk

    dan keluar

    - Membuat laporan

    keuangan

    -

    Mengelola alokasi

    keuangan

    -

    3 Ririn Ajeng

    Kertaningsih

    1311312021

    Keperawatan Kesehatan 30

    jam/mgg

    Operasional

    - Sebagai pelatih terapi

    teater

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    30/35

    26

    - Sebagai pelaksana

    penelitian

    - Bertanggung jawab

    untuk penyediaan

    bahan, peralatan serta

    segala kebutuhan yang

    diperlukan.

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    31/35

    27

    Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    32/35

    28

    Lampiran 5. Kriteria diagnostik Autisme

    International Classification of Diseases (ICD) 1993 maupun Diagnostic and Statistical

    Manual (DSM-IV) 1994, merumuskan kriteria diagnosis untuk autisme infantil adalah :

    Enam atau lebih dari kriteria A,B dan C di bawah ini, dengan minimal dua kriteria dari A

    dan masing-masing satu dari B dan C :

    A.Hendaya dalam interaksi social yang terwujud dal;am minimal dua dari kriteria berikut :

    - Hendaya yang tampak jelas dalam penggunaan prilaku nonverbal seperti kontak mata,

    ekspresi wajah, Bahasa tubuh

    - Kelemahan dalm perkembangan hubungan dengan anak-anak sebaya sesuai dengan

    tahap perkembangan

    - Kurang melakukan hal-hal atau aktivitas bersama orang lain secara spontan

    - Kurangnya melakukan hal-hal atau aktivitas bersama orang lain secara spontan

    - Kurangnya ketimbalbaliakan social atau emosional

    B. Hendaya dalam komunikasi seperti terwujud dalam minimal satu dari kriteria berikut :

    - Keterlambatan atau sangat kurangnya Bahasa bicara tanpa upaya untuk menggantinya

    dengan gerakan nonverbal

    -

    Pada mereka yang cukup mampu berbicara, hendayana yang tampak jelas dalam

    kemampuan untuk mengawali atau mempertahankan percakapan dengan orang lain

    - Bahasa yang diulang-ulang atau idiosinkratik

    - Kurangnya bermain sesuai tahap perkembanganny

    C. Perilaku atauminat yang di ulang-ulang atau stereotip, terwujud dalam minimal satu dari

    kriteria berikut ini :

    - Preokupasi yang tidak normal pada objek atau aktivitas tertentu

    -

    Tingkah laku stereotip

    - Preokupasi yang tidak normal

    -

    Pada bagian tertentu dari suatu objek

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    33/35

    29

    Keterlambatan atau keberfungsian abnormal dalam minimal satu dari bidang berikut,

    berawal sebelum usia 3 tahun : interaksi social, Bahasa untuk berkomunikasi dengan orang

    lain, atau permainan imajinatif

    Gangguan yang tidak dapat dijelaskan sebagai gangguan Rett atau gangguan disintegrative

    di masa kanak-kanak.

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    34/35

    30

    Lampiran 6. Lembar Kuisioner KEMAMPUAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

    1. Apakah anak tersebut kurang memiliki pemahaman tentang bagaimana cara bermain

    dengak menyadari akan adanyn anak lain? Contohnya, anak tidak menyadari akan

    adanya aturan permainan yang tidak tertulis.

    | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |

    2. Jika anak sedang bebas bermain dengan anak lain, seperti saat makan siang di

    sekolah, apakah anak tersebut menolak melakukan kontak social dengan anak lain?

    Misalnya suka memilih tempat yang sunyi atau pergi ke ruangan perpustakaan.

    | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |

    3. Apakah anak tersebut tidak menyadari akan kebiasaan social atau tata cara bertingkah

    laku, lalu melakukan tindakan dan memberikan komentar-komentar yang tidak pada

    tempatnya? Contohnya, dia melontarkan suatu komentar pribadi kepada sesorang

    sedangkan dia sendiri tampaknya tidak sadar bahwa ucapannya itu akan membuat

    orang lain marah. | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |

    4. Apakah anak tersebut mengharapkan orang lain mengerti perasaan, pengalaman, dan

    pendapat mereka? Misalnya, dia tidak menyadari bahwa kita tidak dapat mengetahui

    hal tersebut karena pada saat itu kita tidak berada di samping dia.

    | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |

    5. Apakah anak tersebut perlu selalu diyakinkan kembali, terutama ketika ada perubahan

    atau jika terjadi suatu kesalahan? | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |

    6. Apakah anak tersebut tidak dapat mengekspresikan pengalaman emosionalnya?

    Contohnya anak tersebut memberikan reaksi tertekan atau mengasihi yang tidak

    sesuai dengan suatu situasi atau keadaan. | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |

    7. Apakah anak tersebut kurang memiliki kemampuan dalam mengekspresikan

    emosinya?

    | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |

    8.

    Apakah anak tersebut tidak berminat untuk ikut serta dalam pertandingan olah raga,

    permainan dan aktivitas lainnya? Angka nol (0) berarti anak tersebut menyukai

    pertandingan olah raga.

    | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |

  • 7/25/2019 Gina Apriana Unand PKMP

    35/35

    31

    9. Apakah anak tersebut berbeda dengan tren anak sekarang atau tekanan teman? Angka

    nol (0) berarti bahwa anak tersebut tergila-gila tren. Contohnya, anak tidak menuruti

    tren mutakhir dalam memilih mainan atau baju-baju.

    | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |