DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA -...

110
PERILAKU COPING IBU YANG MEMPUNYAI ANAK PENDERITA THALASSAEMIA DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA 104070002387 _FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HJUAYATULLAH JAKARTA 2008

Transcript of DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA -...

Page 1: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

PERILAKU COPING IBU YANG MEMPUNYAI ANAK

PENDERITA THALASSAEMIA

DISUSUN OLEH :

GINA HIKMATUR HEDHA

104070002387

_FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HJUAYATULLAH

JAKARTA

2008

Page 2: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Perilaku Coping lbu yang Mempunyai Anak

Penderita Thalassaemia

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

Memperoleh gelar sarjana psikologi

Pembimbing I

Oleh:

Gina Hikmatur Redha

NIM: 104070002397

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing II

~~ /"

Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi

NIP. 150 300 679

Yufl'Anclriani, M.Si, Psi

FAKUL TAS PS!KOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H .I 2008 M

Page 3: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

PENGESAHAN PANITIA U.JIAN

Skripsi yang berjudul PERILAKU COPING IBU YANG l\/IEMPUNYAI ANAK

PENOERITA THALASSAEMIA telah diajukan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 15 September 2008. Skripsi ini telah diterima s13bagai salah satu

syarat untuk memperolah gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 15 September 2008

Dra. Ne t Hartati M. Si NIP 15 15938

1-~engUJI i

Ora. NIP.

Pembimbing I

M. $j

Neneng Tati Sumiati, Msi.Psi NIP: 150300679

Sidang Munaqasyah

Anggota:

Sekretaris Merangkap Anggota,

A,, Ora. Zahrotun N. ah M.Si NIP: 150238T/3

Penguji II

Neo~~;eti, M,;p,; NIP 150300679

Pembimbing II

Yufi And.ffi'..ani, Msi. Psi

Page 4: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

MOTTC>

'Kita nen.tl.a.l<naa mug,ad.ll<an

c:/l.cualan aw"a Alta na l

fiehaaal ~at:ana pem/Jen.a.'14211 tl.lt:l

fiet:ta pen.s.uatJlwa

Page 5: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

KATA MUTIARA

Kebanggaan; Hanyalah bagi mereka yang berilmu. Mereka adalah petunjuk bagi siapa saya yang meminta.

Harga diri; Terdapat pada tingkah lakunya yang baik. Orang-orang bodoh adalah musuh bagi mereka yang berilmu. Raihlah kemenangan dengan ilmumu. Niscaya ilmu adalah kekal. Semua manusia menanti mati, sedangkan ahli ilmu hidup abadi. (Ali ra)

Belajarlah llmu, karena belajar ilmu karena Allah itu merupakan suatu bukti takut kepadaNya,

menuntutnya adalah ibadah

mendiskusikan adalah tasbih

membahasnya adalah jihad

dan mengajarkan kepada orang yang belum mengetahuinya adalah sedekah

Dedicated to: Mamoy, papoy and all my family

Page 6: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

ABSTRAKSI

(C). Gina Hikmatur Redha

(A.). Fakultas Psikologi (8). Agustus 2008

(D). Perilaku Coping ibu yang Mempunyai Anak Penderita Penyakit Thalassaemia

(E). xv +91 halaman (F). Thalassaemia adalah sejenis penyakit anemia yang juga penyakit

keturunan (genetis) yang tidak bisa disembuhkan, adapun penderita thalassaemia harus menjalani transfusi darah seumur hidupnya. Apabila penderita tidak melakukan transfusi darah secara rutin dapat menyebabkan kematian.

Bayangan kematian inilah yang selalu menghampiri perasaan ketakutan pada orang tua. Penyakit thalassaemia merupakan penyakit yang sangat menguras materi dan imateril. Menguras materi dalam kasus ini adalah biaya untuk transfusi darah yang nominalnya tidak sedikit. Sedangkan menguras imateril, dalam kasus ini orangtua senantiasa merasa bersalah kepada anaknya karena penyakit yang diderita oleh anaknya adalah penyakit yang diturunkannya (oran!;;itua). lbu yang keadaanya lebih mudal1 tertekan daripada ayah menyebabkannya lebih mudah depresi, karena desakan-desakan yang terjadi guna memperpanjang kehidupan anaknya, oleh karena itu ibu akan melakukan coping yaitu usaha menangani dan mengasai situasi penuh stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya yaitu penyakit thalassaemia yang diderita oleh anaknya dengan cara melakukan perubahan kognitif, maupun prilaku guna memperoleh rasa aman pada dirinya yaitu anaknya akan bertahan hiolup. Coping memiliki dua jenis strategi yaitu pertama problem-focused coping, yang terdiri dari active coping, planning, seeking social support for instrument reasoan, suppression of competing activities dan restraint coping. Sedangkan yang kedua yaitu emotional-focused coping yang terdiri dari seeking social support for emotional reason, positiv1:: reinterprntation and growth, denial dan acceptance.

Penelitian ini be1iujuan untul< mengetahui bagaimana coping ibu yang mempunyai anak yang menderita penyakit thalassaiamia. Dengan metode kualitatif diharapkan bisa mendapatkan hasil penelitian yang mendalam dengan teknik observasi dan wawancara. Sample terdiri dari satu ibu yang mempunyai anak menderita penyakit thalassaemia minor, dan dua ibu yang mempunyai anak menderita penyakita thalassaemia mayor.

Page 7: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Hasil penelitian yang diperoleh dari ketiga subjek menunjukkan bahwa penyakit thalassaemia yang diderita oleh anaknya menimbulkan masalah-masalah yang harus dihadapi olehnya, adapun masalah­masalah tersebut antara lain: Merasa bersalah, kanena menurunkan gen thalassaemia kepada anaknya, tidal< dapat meneffima kenyataan bahwa anaknya menderita penyakil thalassaemia, kesulitan membangkitkan rasa percaya diri anal<, kesulitan mendapatkan uang untuk biaya tmasfusi darah, stigma yang salah para tetangga mengenai penyakit thalassaemia, tidal< adanya obat, yang dapat meny•embuhkan penyakit thalassaemia, keadaan anak yang selalu menurun, anak menderita thalassaemia seumur hidup, perasaan tidal< tega melihat anak ketika melakukan transfusi darah, dan kekhawatiran mem~1enai kelanjutan hidup anaknya. Sehingga para subjek memilih menggunakan strategi coping problem focused coping dengan jenis restrain coping dan seeking social support for instrumental reasons, dan strategi emotion focused coping dengan jenis denial, seeking social support for emotional reasons, dan acceptance

Kesimpulan hasil penelitian menunjukan bahwa tidal< ada perbedaan antara ibu yang mempunyai anak dengan thalassaemia minor dan mayor dalam menggunakan strategi coping. Dari pe1nelitian yang diperoleh, diharapkan dapat di jadikan referensi apabila terdapat kasus atau masalah yang sama.

Saran bagi para peneliti dalam hal observasi responden hendaknya dilakukan tidal< l1anya pada saat wawancara berlan!;;isung untuk menghindari keadaan yang telah di kontrol oleh responden, dan menyebabkan peneliti tidal< mendapatkan keadaan sesungguhnya dari responden, sebaiknya juga mengobservasi perilaku anak dan bagaimana interaksi antara ibu dan anak un!uk melihat apakah coping yang dilakukan oleh ibu cukup berhasil atau tidak.

(G). Daftar Bacaan 23 buku, 1 skripsi, 1 tesis, 1 jurnal, 7 website

Page 8: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

KATA PENGANTAR

Puji serta syul<ur tiada henti terucap kehadirat Allah SWr Dzat Yang Maha

Mutlak, karena dengan Rahmat dan HidayahNya yang te:lah dilimpahkan

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat

beserta salam kehadirat suri tauladan ummat sedunia, Nabi Muhammad

SAW, karena dengan segenap perjuangannya penulis dapat menikmati

nikmat keberagaman dunia.

Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan Akademik Fakultas

Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk

memperoleh gelar sarjana psikologi. Penulis menyadari dalam penulisan

skripsi yang berjudul "Perilaku Coping lbu yang Mempunyai Anak Penderita

Thalassaemia" tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pEmulis

mengucapkan terimakasih dan pengl1argaan yang tulus pada seluruh pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya

kepada:

1. lbu Ora. Netty Hartaty, M.si selaku Dekan Fakultas Psikologi dan lbu

Ora. Zahrotun nihayah, M.si. Psi selaku Pembantu Dekan beserta

jajarannya.

2. lbu Neneng Tati Sumiati, M.si. Psi dan lbu Yufi Andriani, M.si. Psi yang

telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Achmad Syahid selaku dosen penasehat kelas D angkatan

2004, yang telah memberikan arahan kepada penulis selama berkuliah

di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

4. Papa dan Mamaku yang tersayang, untuk semua cinta, doa dan

dukungannya yang tak temilai dan tak akan pernah terbayar "I Love

Page 9: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

You Both", karena alas semua cintah kasihnyalah skripsi ini bisa

selesai. Thanks ... mam and dad ...

5. l<eluarga besar Rasyid yang tercinta, untuk abang (Edooy, Gaox, lril),

kakak (Noenk, Maida), ade satu-satunya yang tersayang (Abon) dan

keponakan yang lucu-lucu dan kadang suka ngerecokin (Afi, Ciput,

Cuwa-cuwa, Ina, lntan, Indra, dan Cuna) "/Love you all and I am Very

lucky to be pan of you"

6. Saudara, sahabat, dan sekaligus teman baik ... (barudak kosan dan

barudak De-A salikur&salapan). Suka duka bareng-bareng, indah

bang et... jangan pada lupa kehidupan bareng-baneng di kosan oke

oke. Thanks . .for all.

7. Seluruh dosen dan Akademik Fakullas Psikologi, alas semua ilmu dan

pelayanan adminislratif yang diberikan kepada pEmulis selarna

penyelesaian kuliah di Fakullas Psikologi UIN Syafir Hidayatullah,

Jakarta.

8. Pelayanan Perpuslakaan Fakullas Psikologi, Perpustakaan utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan-perpustakaan urnurn

yang lainnya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini

9. Partisipan dalan skripsi ini yaitu lbu E, ibu H dan ll:lu S, serta anak­

anaknya yang menderila thalassaemia, makasih sudah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan moga kita letap menjaga

hubungan keluarga ini

10. Teman seperjuangan darma, cimoet, ulya, dan tarni, Thanks alas

sernua senyurn, kelawa, suka, cita, segala perhatian, dan supportnya

yang besar-besaran .. "You're the best I ever had"

11. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan dalarn rnenyelesaikan skripsi,

bersarna kita bangun dunia Psikologi yang tak terlupakan dalam

Page 10: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

angkatan 2004. Kita masuk bareng, dan moga aja kita keluar bareng

juga. Amien ... amien. Ayo semangat...

12. Muhammad Amirul Mu'minin yang selalu memberikan dukungan, dan

perhatiannya kepada penulis, semoga Allah mericlloi hubungan kita,

Amin ...

Akhir kata penulis sangat mengharapkan kritik clan saran yang membangun

dan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kemajuan penulis di

masa akan da!ang, semoga Allah senantiasa memberikan petunjukNya

kepada penulis. Amin Yaa Robal Alamin.

Jakarta, 20 Agus!us 2008

Penulis

Page 11: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

DAFTAR ISi

Halaman Judul ...................................................................................... .

Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . .. . . . . . . . .. . . . . . . ii

Halaman Pengesahan Panitia Ujian .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . iii

Motto...................................................................................................... iv

Kata Mutiara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v

Abstrak ................................................................................................... vi

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. .. . . . .. . . .. .. .. . . . . . .. viii

Daftar lsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi

Daftar Tabel ........................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1-14

1. 1 Latar Belakang Masai ah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.2 ldentifikasi Masalah ........ .. .................................. .............. 11

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................. 11

1.3.1 Pembatasan Masalah .................... ..................... ... 11

1.3.2 Perumusan Masalah ..................... ........................ 12

1.4 Tujuan dan Manfaat Peneli!ian . . . . . . . . .. . . . . .. . .. .. . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . 12

1.4.1 Tujuan Penelitian .................................................. 12

1.4.2 Manfaat Penelitian ..... ............. ....... ...... .. ............... 12

1.5 Sistematika Penulisan ... ..................... ........ ................ ....... 13

Page 12: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

BAB 2 LANDASAN TEORI .................................................................. 15-38

\.;/.1 Perilaku Coping................................................................. 15

2.1.1 Pengertian Perilaku Coping.................................... 15

J2.1.2 Jenis-jenis Coping.................................................. 16

2.1.3 Fungsi-fungsi Coping ................... .................. ........ 21

2.1.4 Proses-proses Coping... .... ............... .. ............. .. .... 22

2.1.5 Faktor-faktor yang mernpengarul1i Strategi

Coping................................................................... 22

2.2 Pen yak it Thalassaemia . . . . . .. .. .. . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . .. . . . . . .. . . .. . . . . . . . . 25

2.2.1 Pengertian Penyeakit Thalassaemia ...................... 25

2.2.2 Jenis-jenis Penyakit Thalassaemia. .. . . . . . . . .. .. .. .. . . . . . . . 28

2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Penyakit Thalassaemia ... 28

2.2.4 Aki bat Penyakit Thalassaemia .. ............................. 30

2.2.5 Cara-cara Mencegah Kelahiran Penderita

Thalassaemia........................................................ 31

2.2.6. Dampak Psikososial pada Anak dan Orang Tua

Aki bat Penyakit Thalassaeia. .. .. .. . . . . . .... .. .. ... . .. . .. . ... . . 32

2.3 lbu .................................................................................... 35

2.3.1 Pengertian lbu......................................................... 35

2.3.2 Karakteristik !bu .......................................... ......... ... 36

BAB 3 METODOLOGI PENEUTIAN ........................................... 39-48

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian. .. .. .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . 39

3.2 Metode Penelitian . . .. . . . . . . . . . .. .. .. . . . . .. . . .. . . . . . . . .. .. .. . . . . . .. .. .. . . . .. .. . 40

Page 13: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

3.3 Subyek Penelitian ............................................................ 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................... 42

3.5. lnstrumen Penelitian ............. ................ .............. .............. 44

3.5.1 Pedoman Wawancara ............. .... ............. .............. 44

3.5.2 Alat Perekam ......................................................... 45

3.5.4 Lem bar Observasi.................... ................. ............. 45

3.6 Teknik Analisa Data ......................................................... 45

3. 7 Prosedur Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . 46

3.7.1 Tahap persiapan .................................................... 46

3.5.4 Tahap Pelaksanaan ............................................... 47

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA

4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

4.2 Gambaran dan Analisa Kasus ......................................... .

4.2.1 Kasus E. .................................... "'···························

4.2.2 Kasus S ................................................................... .

4.2.3 Kasus H .................................................... : ........... .

4.3 Anal is is Perbandingan Kasus ......................................... .

4.3.1 Gambaran masalah-masalah yang dihadapi antar

subjek .................................................................. .

4.3.2 Gambaran Strategi Coping yang Dilakukan antar

49

51

51

59

69

78

78

su~ek ................................................................... 80

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 84

Page 14: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

5.2 Diskusi . .. . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . .. .. .. . . .. . . . . . . . .. .. . . . . . . . 85

5.3 Saran ............... ............................... ................................. 89

DAFTAR PUSTAKA

lampiran-iampirnn

Page 15: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

DAFTAR TABEL

Tabel 3.5.1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara .......................................... 44

Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................... 50

Tabel 4.3.1 Masalah-masalah yang dihadapi subjek .............................. 78

Tabel 4.3.2. Stategi Coping Antar Subjek ............................................. 80

Page 16: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

BAB 1

PENDAHUlUAN

1.1. Lat~u Belakang Masalah

Pada umumnya, setiap orang tua mempunyai keinginan untuk memiliki anak

yang sehat, mandiri kelak dimasa dewasanya, serta dapat berguna bagi

agama, nusa dan bangsa. Setiap orang tua mempunyai tanggung jawab

untul< mengasuh dan mendidik anaknya, dengan didikan yang sebaik­

baiknya. Namun dalam kenyatannya tidak semua analz dapat berkembang

dalam lingkungan dan kesehatan yang selalu baik. Sepe11i halnya yang

te1jadi pada Nafa. Nafa adalah salah satu anak dari ribuan pasien di

Indonesia yang memiliki kelainan thalassaemia di tubuhnya. Balita yang

masih berusia 19 bulan ini terpaksa harus merelakan kaki mungilnya ditusuk

jarum yang membawa darah baru bagi tubuhnya. Rutinitas wajib transfusi

bagi gadis mungil ini sudah dimulai sejak setahun lalu, kE;tika usianya baru

saja menginjak enam bulan. Kulitnya menghitam dan terlihat kisut, belum lagi

tubuhnya yang terlihat lebih kecil dibanding anak seusianya. Menurut kedua

orang iua Nafa, Halim dan Jumiati, kelainan yang diderita bocah mungil ini

terdeteksi sejak usianya enam bulan, kulitnya menghitam dan menjadi kisut.

Belum lagi nafsu makannya yang turun drastis. Kekhawatiran Jumiati

semakin kentara karena puteri sulungnya, Wiwi yang kini berusia sembilan

Page 17: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

2

tahun juga mengidap gejala yang sama saat pertama kali didiagnosis

menderita thalassaemia. Sejak itulah, bersama sang kakak, Nafa terpaksa

menjadi pasien rutin Pusat Thalassaemia RS Cipto Mangunkusumo. Dalam

sebulan, Halim dan istrinya yang bermukim di Seman;an, Kalideres, Jakarta

Barat ini, bisa tiga kali mendatangi RSCM untuk menjalani proses transfusi

darah kedua buah hatinya. Sejak menikah pada akhir tahun 90-an, kedua

pasangan asal Betawi ini tidak pernah menyangka akan memiliki anak yang

menderita kelainan ini. Kini, Halim dan Jumiati hanya bisa bersabar menjalani

pengobatan kedua puterinya. Jumiati mengaku l<asihan dan tidak tega

melihat keadaan dua puterinya. Apalagi bila sudah waktunya transfusi darah,

nafsu makan Nafa menjadi berkurang, sering terjatuh se1:iap kali berjalan dan

suka merintih kesakitan karena Nafa merasa badanya mulai tidak enak

(http://www.republika.eo.id/koran_detail.asp).

Penyakit thalassaemia seperti yang dialami oleh Nafa adalah penyakil

kelainan darah yang diturunkan, yang di tandai oleh adanya sel darah merah

yang abnormal (ada kelainan). Kelainan darah yang diala1mi oleh penderita

thalassaemia ini menyebabkannya tidak bisa menghasilkan sel darah secara

normal. Akibatnya sel darahnya mudah sekali pecah sehingga harus terus

menerus ditransfusi darah. Seseorang yang menderita thalassaemia harus

mentransfusi darah secara teratur setiap tiga minggu sarnpai satu bulan

Page 18: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

sekali. Penderita thalassaemia setiap bulannya akan me1ngeluarkan biaya

untuk pengobatan minimal 3-5 juta rupiah, antara lain, untuk biaya tranfusi

darah berikut peralatannya (Faisal Yatim, 2003).

3

Indonesia termasuk wilayah dengan penderita thalassaemia cukup banyak.

Data dari Rumah Saki! besar dan Rumah Saki! pendiclikan, gen pembawa

sifat thalassaemia berkisar 8-10%. Berarti ada 8-10% or:ang pembawa sifat

thalassaemia terdapat di antara 100 penduduk. Jumlah penderita

thalassaemia yang tercatat di seluruh Indonesia sebanyak 8000 orang. Di

Jakarta diperkirakan ada 1000 penderita thalassaemia. Di seluruh dunia,

jumlah pembawa sifat thalassaemia sebanyak 8-15%, se1dangkan di Jakarta

diperkirakan sekitar 5%. Dapat diperhitungkan bahwa dengan penduduk

Indonesia 200 juta berarti ada sel<itar 10 juta pembawa sifat thalassaemia

(Faisal Yatim, 2003). Ketua Harian Yayasan Thalassaemia Indonesia,

Ruswandi mengatakan jumlah penderita thalassaemia di Indonesia dari tahun

ke tahun cenderung meningkat. Menurutnya, penderita thalassaemia saat ini

masih kurang mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Padahal

thalassaemia merupakan penyakit yang angka kematiannya cukup besar

(http://www.depkes.go.id/index.php).

Page 19: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

4

Menurut Djayadiman thalassaemia belum bisa disembuhkan, dan sedikit

sekali penderita thalassaemia yang dapat menikmati hidup sampai usia 30

tahun meskipun rajin berobat dan memperoleh tranfusi darah secara teratur.

Transfusi darah menjadi satu-satunya jalan untuk memperpanjang kehidupan

penderitanya, karena apabila tidak menjalani tranfusi darah secara teratur

maka kinerja organ tubuh akan terganggu sehingga penderita thalassaemia

akan mengalami pembesaran pada perut seperti bengkak. Akan tetapi

transfusi darah dapat menyebabkan penumpukan zat besi di dalam tubuh

penderita thalassaemia. Kandungan zat besi yang menumpuk ini akan

menjadi racun yang dapat membahayakan nyawa penderitanya. Akibatnya,

selain transfusi darah, para penderita thalassaemia ini juga harus menjalani

pengobatan untuk mengeluarkan penumpukan zat beisi dari dalam tubuhnya.

Adapun cara mengeluarkan zat besi yang menumpuk dalam tubuh penderita

thalassaemia ini adalah dengan memberikan suntikan Deferasirox secara

rutin 5 kali dalam seminggu kepada penderita, akan tetapi kebanyakan

penderita tidak menjalankan rutinitas ini karena proses suntikan Deferasirox

ini sangat menyakitkan, membosankan clan untuk memperoleh suntikan ini,

penderita harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Biaya untuk tranfusi

darah dan untuk suntikan Deferasirox sangat sulit dijangkau oleh para

penderita thalassaemia yang 85 persen penderitanya berasal dari keluarga

kurang mampu. Sehingga mereka seringkali menghaclapi kebinggungan

Page 20: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

untuk mendapatkan uang bagi anaknya yang menderita thalassaemia dan

juga untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya

(http://www.republika.eo.id/koran_detail.asp).

5

Penyakit thalassaemia ini selain membutuhkan biaya yang sangat mahal juga

dapat mengakibatkan dampak psikososial pada penderitanya. Menurut Hasto

Prianggoro (dalam http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php) penderita

thalassaemia akan merasa lain dari anak-anak sebayanya yang normal,

misalnya pada anak perempuan akan mengalami keterlambatan dalam

pubertas (delay puberty), mengalami keterlambatan juga dalam menstruasi,

bahkan buah dada tidak tampak menonjol. Selain itu, karena sebentar­

sebentar ditransfusi darah, anak juga bisa stres, sehingga anak tersebut akan

merasa kehilangan kepercayaan dirinya akibat mengganggap atau tahu

penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Penderita thalassaemia ini tidak hanya

menganggung penderitaan akibat penyakitnya, tetapi juga menanggung

akibat dari transfusi darah yang rutin dilakukannya seperti kulit menjadi hitam

(gosong). Peran orang tua dalam membangkitkan perasaan percaya diri

anaknya sangat dibutuhkan oleh anak.

Page 21: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Orang tua yang memiliki anak menderita penyakit thalassaemia ini harus

memikirkan bagaimana kelanjutan hidup anaknya, mulai dari mencari biaya

untuk transfusi darah, suntikan dan obat bagi anaknya, orang tua juga harus

memikirkan bagaimana membuat anaknya percaya diri clan tidak merasa

berbeda dengan anak-anak sebayanya yang normal.

6

Selain pikiran di alas juga, orang tua yang mempunyai anak menderita

thalassaemia, selalu dihampiri oleh perasaan takut akan kehilangan anaknya

apabila ritual seperti transfusi darah, suntikan clan obat tidak terpenuhi.

Bayangan akan kematian inilah yang selalu menghampiri perasaan ketakutan

orang tua apabila suatu saat akan kehilangan anak yang disayanginya akibat

penyakit thalassaemia ini. Penyakit thalassaemia ini merupakan penyakit

yang sangat menguras materi dan imateril. Menguras materi dalam kasus ini

setiap transfusi darah membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga cara

apasaja akan orang tua lakukan guna menyambung kehidupan sang anak.

Adapun cara-cara yang dilakukan orang tua antara lain mulai dari gaji yang di

peroleh bapak perbulannya akan ditukarkan dengan transfusi darah untuk

anaknya, selain itu uang tabungan, sampai harta benda apapun yang bisa

menghasilkan uang, akan ditukarkannya juga dengan transfusi darah untuk

anaknya. Sedangkan menguras imateril, dalam kasus ini orangtua senantiasa

Page 22: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

7

meningkat dan mengancam kesehatan mentalnya. Karena desakan-desakan

yang terjadi guna memperpanjang kehidupan anaknya.

Orang tua menyadari akan l<edudukan anaknya antara l1oin anak sebagai

anugrah dari Allah, anak sebagai amanat dari Allah, anak sebagai bukti

kebesaran dan kasih sayang Allah dan anak sebagai peianjut, penerus dan

pewaris orang tua (Hartono, 1997). Dengan menyadari akan kedudukan

anaknya membuat orang tua menjadi lebih tabah dan sabar dalam

menghadapi penyakit yang diderita oleh anaknya kare:na anal< adalah milik

Allah yang dititipkan kepadanya, sehingga anak akan kembali kepada

pemiliknya yaitu Allah SWT. Seper!i dalam surat Al-Baqarah ayat 155-156

yang berbunyi:

Artinya: "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,

kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah

kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) Orang-orang yang

apabila ditimpa musibah, mereka berkata: "innaa li/laahi wa innaa i/aihi

raajiuun (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali)"

Page 23: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

8

Menurut Majdi As-Sayyid Ibrahim (2004, dalam http://lwww.as­

syifa.blogspot.com/2004/12/keutamaan-sabar-menghadapi-cobaan.html)

Setiap orang akan menghadapi cobaan di dalam hidupnya, cobaan itu baik

yang menimpa langsung pada dirinya atau suaminya atau anaknya ataupun

anggota keluarga yang lainnya. Akan Tetapi justru disitulah akan tampak

kadar iman seseorang. Allah menurunkan cobaan kepacla umatnya, agar Dia

bisa menguji iman umatnya, apakah umatnya akan sabar dalam

menghadapinya atau kebalikannya yaitu menghadapinyi:i dengan marah­

marah. Oleh l<arena itu l1endaknya orang tua menghadapi segala cobaan

yang terjadi pada anaknya dengan sabar dan memasrahkan segala

masalahnya kepada Allah. Menurut Carver, C.S & Schel<!r, M.F (1989), dengan

kita memasrahkan segala masalah kita kepada Tuhan itu adalah salah satu

bentuk coping yang masuk kedalam emotional focused coping yaitu turning

to religion.

Menurut Hurlock (2000), terdapat perbedaan antar jenis kelamin dalam

streotip peran seks tradisional pada ciri kepribadian yaitu wanita dengan

kepribadian feminim dan pria dengan kepribadian maskulin, yang mengarah

pada perbedaan peran pria dan wanita dalam keluarga. Pria sebagai ayah

sering diidentikkan sebagai sosok yang menjaga dan melindungi keluarga

(bekerja untuk mencari nafkah) dan tugas-tugas kepemimpinan, sehingga ia

Page 24: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

9

memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk berintraksi dengan anak-anaknya

dan memiliki ikatan emosional yang lemah dengan anaknya. Peran pria

sebagai ayah berbanding terbalik dengan peran wanita sebagai ibu yang

sering diidentikkan sebagai penjaga lingkungan domestil~ dan Jebih

ditekankan pada kompetensinya memelihara, mengasuh anak serta

melakukan aktivitas rumah tangga lainnya, sehingga t1al ini, membuat ibu

akan mendapat banyak kesempatan untuk berintraksi deingan anaknya,

memiliki ikatan emosional yang kuat dan menjadi lebih perhatian kepada

keadaan anaknya menderita penyakit thalassaemia.

Dengan naluri agresif dan protektif yang dimiliki seorang ibu menjadikannya

hipe1waspada tentang semua aspek mengenai keselamatan dan kesehatan

anaknya. Sikap hiperwaspada yang dimiliki oleh ibu, menyebabkan

kecemasan empat kali lebih sering di temui pada ibu, stre,sor yang sangat

responsif pada perempuan membuatnya jauh lebih cepat cemas daripada

suaminya. Keadaan ini menyebabkan ibu terpusat pada bahaya yang

dihadapi dan bereaksi dengan cepat untuk melindungi anaknya (Lounann

Brizendine, 2006).

Abu Muhammad (1999) juga mengatakan bahwa wanita mempunyai

perbedaan dengan laki-laki dalam mengadapi problema kehidupan, wanita

Page 25: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

10

lebih banyak rewel dan menggunakan perasaannya sehingga

menyebabkannya lebih mudah kacau dibandingkan den!~an laki-laki, dan laki­

laki juga dalam menghadapi problema kehidupan lebih memakai logikanya.

Penelitian yang dilakukan oleh Bamaisaiye, Bakare, &. Olatawura (dalam

Midence, dkk,. 1993) menyatakan bahwa pengaruh kondisi anak yang

menderita penyakit kronis pada keluarga terutama dirasakan oleh ibu.

Penelitian mengenai efek dari kondisi anak yang menderita penyakit siklemia

terhadap orang tua ini menunjukan bahwa 93% ibu menyatakan bahwa

keadaan anak tersebut membuat perkawinan mereka tidak bahagia.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa 80% dari ibu men&1atakan bahwa

kondisi anak yang saki! berpengaruh terhadap kehidupan pekerjaan,

pendidikan dan kesehatan mental mereka. Sedangkan pengaruh bagi ayah

hanya 20%.

Hasil penelitian di atas terlihat bahwa kondisi anak yang menderita penyakit

kronis seperti thalassaemia memberikan pengaruh yang sangat besar

dirasakan oleh ibu. lbu merasakan perasaan tidak berdaya, frustasi dan

dapat mengancam kesehatan mentalnya.

Page 26: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

11

Berdasarkan beberapa pembahasan di atas, penulis tertarik untuk

mengetahui lebih jauh bagaimanakah ibu dalam men1ihadapi masalahnya

agar terhindar dari distres psikologis akibat penyakit yang dialami oleh

anaknya. Karena itu judul dalam penelitian ini adalah "Perilaku Coping ibu

yang Mempunyai Anak Pem:lerita Thalassaemia".

1.2. lde11tifikasi Masaiah

Berkaitan dengan tema penelitian ini, maka dapat diketahui identifikasi

masalahnya sebagai berikut:

1. Masalah-masalah psikologis apa saja yang dialami ibu yang

mempunyai anak penderita thalassaemia?

2. Bagaimanakah pola-pola penyesuaian coping seorang ibu yang

mempunyai anak penderita thalassaemia sebagai solusi terhadap

masalah-masalah yang timbul karena penyakit th<dassaemia?

3. Bagaimanakah cara membangkitkan rasa percaya diri anak penderita

thalassaemia?

1.3. Pembatasa11 dan Perumusa11 Masalah

1.3.1. Pembatasan Masaiah

Dari identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini dibatasi dengan

permasalahan penelitian sebagai berikut:

Page 27: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

l

1. Coping adalah suatu usaha untuk mengubah secara konstan aspek

kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan-tuntutan eksternal

(berasal dari lingkungan) maupun internal (berasal dari indivudu) yang

dinilai sebagai beban dan atau telah melampaui sumber daya

individu.

2. lbu memiliki anak penyakit thalassaemia ini adalah ibu yan~1

mempunyai masalah-masalah yang timbul dari p1:inyakit

thalassaemia.

1.3.2. Perumusa111 Masaiah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

"Bagaimanakah perilaku coping ibu yang mempunyai arn>k penderita penyakit

thalassaemia?"

1.4. Tujua111 da111 Manfaat pe111elitia111

1.4.1. Tujuan Masalah

Untuk mengetahui coping ibu yang mempunyai anak penyakit thalassaemia

sehingga dapat membantu anaknya menjalani kehidupan dan dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapinya sebagai orang tua yang

mempunyai anak menderita penyakit thalassaemia.

Page 28: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

13

1.4.2. Manfaat Masalah

Diharapkan penelitian ini membawa manfaat, diantaranya:

a. Secara Teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi

dan wawasan bagi ilmu psikologi secara umum dan khususnya bagi

psikologi klinis untuk dijadikan wacana atau bahan bacaan yang

dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan.

b. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

para pembaca dalam menambah informasi atau masukan kepada

orang tua yang mempunyai anak menderita penyakit thalassaemia.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan

informasi perilaku coping orang tua yang mempunyai anak menderita

penyakit thalassaemia dan membantu orang tua dalam menangani

masalah yang timbul dari penyakit thalassaemia.

1.5. Sistematika Pen11.1iisa11

Untuk memudahkan pemahaman pada tulisan ini, mal<a penulis menyusun

dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I :Bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian juga sistematika penulisan.

Page 29: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

14

BAB II :Bab Landasan teori yaitu menguraikan pengertian perilaku coping,

jenis-jenis coping, fungsi-fungsi coping, proses-proses coping, faktor­

faktor yang mempengaruhi strategi coping , peng1ertian penyakit

thalassaemia, jenis-jenis penyakit thalassaemia, faktor-faktor

penyebab penyakit thalassaemia, akibat penyakit thalassaemia, cara­

cara mencegah kelahiran thalassaemia, dampak psikososial pada

anak dan orang tua akibat penyakit thalassaemia, pengertian ibu, dan

karakteristik ibu.

BAB Ill :Bab Metode Penelitian yang terdiri dari pendekatan dan metode

penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, pedoman wawancara, ala! perekam, lembar observasi, dan

prosedur penelitian.

BAB IV : Bab Hasil Penelitian yang terdiri dari gambaran umum subjek

penelitian, riwayat kasus, analisa kasus, dan perbandingan antar

kasus.

BAB V : Bab Penutup yang terdiri dari kesimpulan, diskusi, saran

melodologis dan saran praktis.

Page 30: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

BAB2

LANDASAN TEORI

Pada bab 2 ini akan penulis uraikan mengena landasan teori yang meliputi:

pengertian perilaku coping, jenis-jenis coping, fungsi-fungsi coping, proses­

proses coping, faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping, penge1iian

penyakit thalassaemia, jenis-jenis penyakit thalassaemia, faktor-faktor

penyebab penyakit thalassaemia, akibat penyakit thalass.aemia, cara-cara

mencegah kelahiran penderita thalassaemia, dampak psikososial pada anak

dan orang tua dari penyakit thalassaemia, pemge1iian ibu dan karakteristik

ibu.

2.1. Perilaku Coping

2.1.1. Pengertian Perilaku Coping

Coping berasal dari kata cope yang berarti lawan, menghadapi, mengatasi.

Dalam kamus psikologi coping disebutkan seibagai setiap perbuatan atau

tindakan penanggulanggan, dimana individu melakukan interaksi dengan

lingkungan sekitarnya, dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah

(Chaplin, 1995).

Page 31: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Lazarus dan Folkman (1988, dalam Taylor 2003 dan Sheridan 1992)

mendefinisikan coping sebagai: suatu usaha untuk mengubah secara

konstan aspek kognitif dan perilal<u untuk mengelola tuntutan-tuntutan

eksternal (berasal dari lingkungan) maupun internal (berasal dari indivudu)

yang dinilai sebagai beban dan atau telah melampaui sumber daya

individu.

16

Kenneth Matheny (1986, dalam Rise 1999) menyatakan coping sebagai "any

effort, healtly or unhealtly, conscious or unconscious, to prevent, eliminate or

weaken stressor or to tolerate their effect in the least hurtful manner".

Kesimpulan dari definisi-definisi di atas bahwa coping adalah : usaha-usaha

kognitif dan tingkah laku individu untuk mengatasi dan mengurangi tuntutan

eksternal maupun internal.

2.1.2. Jenis-jenis Coping

Secara umum Lazarus dan Folkman (1979, dalam Sarafino; 1994) membagi

coping menjadi 2 dimensi yaitu:

1. Coping yang terpusat masalah (Problem Focused Coping)

Yaitu usaha berupa perilaku individu untuk mengatasi masalah,

tekanan, tantangan dengan mengubah kualitas hubungan dengan

Page 32: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

17

lingkungan. Dalam hal ini individu secara aktif mencari penyelesaian

dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang

menimbulkan masalah. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk

memecahkan masalah atau mengubah suatu situasi yang menjadi

sumber sires. Coping ini cendrung dipergunakan saat individu merasa

memiliki tenaga untuk mengatasi suatu situasi yang menimbulkan

stres dan merasa yakin bahwa hal tersebut dapat diubah dengan

melakukan sesuatu yang konstruktif.

2. Coping yang terpusat emosi (Emotion Focused Coping)

Dalam coping terpusat emosi, individu melakukan usaha-usaha yang

bertujuan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa melakukan usaha

untuk mengubah stressorsecara langsung. Usahi1-usaha yang

ditampilkan digunakan untuk respon emosional te1~hadap stres.

Perilaku nyata seperti mengeluarkan uneg-uneg dengan orang yang

dirasa dekat, atau dalam bentuk strategi kognitif, seperti meniadakan

fakta-fakta yang tidak menyenangkan. Strategi coping seperti ini

seringkali digunakan apabila individu merasa tidak mampu untuk

mengubah situasi stres yang dihadapinya.

Page 33: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Sementara itu Carver, C.S & Scheler, M.F (1989) membagi 2 jenis coping

yang umum menjadi lebih variatif, yaitu:

a. Coping terpusat pada masalah (problem-focuseid coping)

18

i ). Active coping (perilaku aktif), suatu proses pengambilan tindakan aktif

untuk mencoba memindahkan atau menghindari sumber stress

(stressor) atau untuk memperbaiki efek dari stressortersebut. Active

coping termasuk melakukan suatu lindakan langsung, meningkatkan

usaha individu, dan mencoba untuk melaksanaka11 usaha coping

dengan langkah yang bijaksana. Contoh active coping: Saya

mengambil tindakan langsung untuk menghadapi masalah.

2). Planing (perencanaan) yaitu memikirkan tentang t>agaimana cara

untuk mengatasi sumber stress (Stressor). Planning juga melibatkan

pemikiran kedepan dengan strategi-strategi, meimi'kirkan tentang

langkah apa yang harus diambil dan seberapa baik kemungkinan

hasilnya dalam menangani masalah. Contoh Planning: saya berpikir

mengenai langkah-langkah apa yang harus saya ambil, untuk

memecahkan masalah .

3). Supression of competiting activities (penekanan kegiatan lain) yaitu

membatasi ruang gerak atau aktivitas individu yang tidak berhubungan

dengan masalah. Dalam hal ini individu mengesampingkan kegiatan

lain, mencoba untuk menolak atau menghindar dari gangguan

Page 34: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

19

peristiwa lain yang tidak berhubungan dengan masalah, bahkan bila

perlu mengabaikannya, guna menghadapi sumber stress (stressor).

lndividu mengurangi keterlibatannya dalam kegiatan lain juga meminta

perhatian atau membatasi pengolahan informasi yang diterima guna

memfokuskan pada tantangan atau ancaman yang sedang

dihadapinya. Contoh jenis coping ini adalah: saya menyisihkan

kegiatan lain agar saya dapat berkonsentrasi pada masalah ini.

4). Restrain coping {penundaan perilaku mengatasi stress), yaitu latihan

untuk mengontrol atau mengendalikan diri. Dalam hal ini individu

menunggu kesempatan yang tepat untuk bertindak, dan tidak

bertindak secara terburu-buru. Contoh jenis coping ini adalah: saya

menahan diri agar tidal< melakukan sesuatu sampai situasinya

memungkinkan guna menghindari memperburuk keadaan.

5). Seeking social support for instrumental reasons {pencarian dukungan

sosial berupa bantuan), usaha individu untuk mendapatkan dukungan

sosial dengan cara meminta nasihat, bantuan, atau informasi dari

orang lain untuk membantu dalam menyelesaikan masalah. Contoh

jenis coping ini adalah: saya mencoba mendapatkan nasihat dari

seseorang tentang apa yang harus saya lakukan.

Page 35: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

20

b. coping terpusat pada emosi (emotional-focused coping).

1 ). Seeking social support for emotional reasons (pencarian dukungan

untuk alasan emosional), yaitu mencari dukun~1an moral, simpati dan

pemahaman. Coping ini memiliki dua fungsi ganda yaitu pertama;

dapat menenangkan individu yang merasa tidak <1man oleh keadaan

stress yang dialami, kedua; dapat meningkatkan kemungkinan

dilakukannya coping terpusat masalah. Contoh jenis coping ini adalah:

saya berbicara kepada seseorang mengenai perasaan saya.

2). Positive reinterpretation and growth (interpretasi k.embali sec:ara positif

dan pendewasaan diri), disebut juga penilaian kembali yang positif.

lndividu bertujuan untuk lebih mengendalikan emosi-ernosi yang tidal<

rnenyenangkan daripada rnenghadapi surnber strnss secara langsung.

Contoh coping jenis ini adalah; saya mencoba rnengambil hikmahnya

dari apa yang telah terjadi, agar rnenjadi lebih posi!if.

3). Denial (penolakan), yaitu respon yang terkadang rnuncul pada

penilaian primer. Dalam denial dilaporkan adanya penyangkalan atau

penolakan untuk mempercai adanya surnber stress atau rnencoba

untuk bertindak seolah-olah sumber stress tersebut tidak ada. Contoh

jenis coping ini adalah: saya menolak untuk percaya bahwa hal ini

terjadi.

Page 36: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

21

4). Acceptance (penerimaan), yaitu suatu respon coping yang fungsional

dimana individu yang menerima kenyataan dari situasi stress yang

dihadapi menjadi seperti individu yang terikat dalam usaha

menghadapi situasi yang ada. Contoh jenis coping ini adalah: saya

belajar untuk hidup dengan situasi ini.

5). Turning to religion (memasrahkan diri pada agama), individu mencoba

mencari ketenangan dalam ajaran agama. Contoh coping jenis ini

adalah: saya berdoa dan mencari pertolongan Tul1an.

2.1.l. Fungsi-fungsi Coping

Cohen dan Lazarus (1979, dalam Taylor 2003) mengeimukakan bahwa

coping memiliki lima tugas utama, yaitu:

1. Untuk mengurangi kondisi-kondisi lingkungan yang menyakitkan dan

memperbesar kemungkinan untuk mengalihkannya.

2. Untuk menerima dan menyesuail<an diri dengan p'eristiwa atau

kenyataan yang tidak menyenangkan.

3. Untuk mempertahankan citra diri yang positif.

4. Untuk mempertahankan keseimbangan emosional.

5. Untuk terus melanjutkan hubungan yang memuaskan dengan orang

lain.

Page 37: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Secara umum fungsi coping adalah: untuk menghilangkan kondisi

tertekan yang dirasakan agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

serta dapat diterima oleh lingkungan secara positif, sehingga berada dalam

l<eadaan yang tidak tertekan lagi.

2.1.4. Proses-proses Coping

22

Lazarus (1976, dalam Blonna;2005) yang memandang coping sebagai

proses yang terjadi bila orang mengalami stress, menyatakan proses coping

di dahului oleh proses-proses stres, yaitu:

1. Penilaian primer, yaitu proses mempersepsikan adanya sesuatu

ancaman bagi seseorarng.

2. Penilain sekunder, yaitu proses pengolahan di otak tentang suatu

potensi respon terhadap ancaman.

3. Barulah pada tahap selanjutnya dilakukan coping yaitu: proses

yang memutuskan respon yang digunakan untuk mengiladapi

masalah.

2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Strategi Coping

Zainun (2002, dalam www.e-psikologi.com), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi individu dalam memiliil strategi coping yang akan digunakan

dalam mengatasi permasalahannya yaitu:

Page 38: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selarna dalam usaha

mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cul~up

besar .

b. Keyakinan atau pandangan positif

23

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang san~1at penting, seperti

keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan individu

pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang ak:an menurunkan

kemampuan strategi coping tipe : problem-solving focusc~d coping .

c. Keterampilan memecahkan masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa

situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk mienghasilkan

alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut

sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya

melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

Page 39: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

d. Keternmpilan sosiai

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah

laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku

dimasyarakat.

e. Duk1.mgan sosiai

24

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan

emosional pada diri individu yang diberikan oleh oran~i tua, anggota keluarga

lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya .

f. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau

layanan yang biasanya dapat dibeli.

Dapat diketahui bahwa setiap individu memilih strntegi coping yang

berbeda, sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan yang diperlukan untuk

menghadapi suatu permasalahan, karena tekanan-tekanan yang ditimbulkan

oleh permasalahan-permasalahan setiap individu memiliki tingkatan yang

berbeda-beda, sehingga dalam pemilihan strategi coping pun berbeda pula.

Page 40: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

25

2.2. Penyakit Thalassaemia

2.2.1. Pengertian Penyakit Thalassaemia

Vullo (1995, dalam http//www.thalassaemia.org.cy/books/what_is/chapter_ 18.

htm) nama thalassaemia berasal dari kata yunani "Thalassa" yang berarti

"Laut". Nama ini diberil<an sesuai dengan kenyataan bahwa orang yang

berada di daerah laut mediterani seperti Italia, Yunani dan Syria memiliki

jumlah penderita penyakit tertinggi. Penyakit ini baru dikukuhkan secara

medis pada tahun 1925 oleh Dr. Thomas Looley dan Dr. Pearl Lee yang

menemukan 5 klien merek a menderita penyakit yang sama yang kini disebut

dengan penyakit thalassaemia .

Thalassaemia (Yayasan Thalassaemia Indonesia, 1987) adalah suatu

kelainan darah yang terdapat di banyak negara di dunia dan khususnya pada

orang-orang yang berasal dari daerah Laut Tengah, Timur Tengah atau Asia,

1-<elainan darah ini jarang ditemuil<an pada orang-orang yang berasal dari

Eropa Utara.

Menurut Yusuf Yudi Prayudi (2007, dalam

http://prayudi. word press. com/2007103/28/talasemia) Tt1alassaemia adalah

penyakit gangguan pembentukan haemoglobin sehingga menyebabkan

berkurangnya sel darail merah (eritrosit) dalam darah. Bila dalam kondisi

Page 41: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

26

normal, eritrosit bisa be1iahan selama 3-4 bulan, sedangkan pada penderita

Thalassaemia, eritrosit berumur lebih pendek, bahkan bisa bertahan hanya

dalam waktu 1 bulan saja.

Thalassaemia merupakan sejenis penyakit anemia yang juga penyakit

keturunan (genetis) yang tidak bisa disembuhkan, penderita thalassaemia

pun harus menjalani transfusi darah seumur hidupnya. Gejala utamanya si

penderita terlihat pucat, peru! membesar karena pembengkakan limpa dan

hati, kelesuan, bibir, lidah, tangan, kaki dan bagian yang lainnya berwarna

puca!, sesak Nafas, hilang selera makan dan bengkak di bagian abdomen,

dan kecacatan tulang. Bila penderita thalassaemia tidal< diobati secara bail<,

akan terjadi perubahan bentuk muka dan warna kulit menghitam

(http://www.info-sehat.com/content.php).

Darah terdiri dari bermilyar-milyar sel merah, sel-sel tersebut berwarna merah

karena di isi oleh haemoglobin. Haemoglobin mempunyai peran penting bagi

darah yaitu sebagai benda yang membawa oksigen dari paru-paru ke semua

bagian dalam tubuh manusia. Dalam kasus thalassaemia, sel-sel m1eral1

terbentuk amat tidak sempurna, sel-selnya tidal< mengandung cukup

haemoglobin, sehingga tidal< mampu memberikan oksige11 yang dibutuhkan

oleh tubuh. Pada darah normal sel-sel merah rata-rata hanya hidup empat

Page 42: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

27

bulan, kemudian akan memproduksi lagi sel-sel merah untuk menggantikan

yang mati, pada penderita thalassaemia sel-sel merah rnati lebih cepat

daripada darah normal dan satu-satunya jalan untuk rnenggantikan sel-sel

darah yang mati adalah dengan rnenjalankan transfusi darah. Transfusi darah

tersebut akan menjadi rutini!as seumur hidup yang harus dijalani oleh

penderita thalassaemia, l~arena sampai saat ini belum ada cara lain untuk

menyembuhkan penyakit thalassaemia (Yayasan thalassaemia Indonesia,

1987).

Transfusi darah mempunyai kendala bagi si penderita thalassaemia, yaitu

transfusi darah ditujukan untuk mendapatkan sel-sel damh merah yang baik,

menggantikan sel-sel merah yang mati, akan tetapi pada darah normal sel­

sel merah yang mati mengandung zat besi yang akan dipergunakan lagi oleh

sel-sel merah baru, karena pada penderi!a thalassaemia tidak bisa

memproduksi sel-sel merah yang baru, maka zat besi yang terkandung

dalam sel-sel merah yang mati menumpuk, dan terus menumpuk dalam

badan, yang menjadi racun adalah besi yang ditumpukkan dimana-mana,

dalam jantung, dalam hati, dan lambat faun menjadi keras. Adapun obat

untuk mengeluarkan zat besi tersebut adalah suntikan yang selama 20

malam dalam sebulan terus disuntikan. Sunlil\an ini mHngandung obat yang

disebut Desferal, yang gunanya mengikat z.at besi yan9 tertumpuk di

Page 43: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

·1. ~------·~-< J

PERPUSTAKAAN UTJ\MJ~ _JI UIN SYAHID JAKARTA [

28

badan dan dikeluarkannya melalui urin (Yayasan thalas~.aemia Indonesia,

1987).

2.2.2. Jenis-jenis Penyakit Thalassaemia

Adapun jenis-jenis penyakit thalassaemia (Yayasan Thalassaemia Indonesia,

1987) adalah:

1. Thalassaemia minor adalah thalassaemia bawaan. Orang demgan

thalassaemia bawaan ini adalah orang-orang yang tampak normal dan

sehat, tetapi dapat meneruskan thalassaemia mayor kepada anak-

anak mereka. Seorang pembawa sifat thalassaemia memerlukan

pengobatan yang tidak serumit thalassaemia mayor.

2. Thalassaemia mayor adalah penyakit darah serius yang bermula sejak

awal kanak-kanak, anak-anak yang memiliki thala~>saemia mayor tidak

dapat membentuk Haemoglobin yang cukup dalam darah,

memerlukan !ransfusi darah yang sering, dan p13rawatan medis.

2.2.3. Faktor-faktor Penyebab Penyakit Thaias•saemia

Menurut Yayasan Thalassaemia Indonesia (1987 ), peny13bab thalassaemia

adalah murni karena keturunan, adapun kemungkinan-kemungkinanya antara

lain:

Page 44: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

1. Apabila ayah dan ibu masing-masing tidak mempunyai sifat

thalassaemia, maka semua anak-anak kandungnya akan

mempunyai darah normal, dan tidak ada kemungkinan anak­

anaknya menderita thalassaemia.

29

2. Apabila ayah mempunyai sifat thalassaemia dan ibu mempunyai

darah normal, maka beberapa anak-anak kandungnya

kemungkinan mempunyai sifat thalassaemia (Thalassaemia minor),

tetapi tidal< seorangpun dari anak-anak tersebut mempunyai

thalassaemia mayor.

3. Apabila ayah mempunyai darah normal dan ibu mempunyai sifat

thalassaemia, maka beberapa dari anak-anak kandungnya

mungkin mempunyai sifat thalassaemia (thalassaemia minor),

tetapi tidak seorangpun dari anak-anak terseibut akan mempunyai

thalassaemia mayor.

4. Apabila ayah dan ibu masing-masing mempu1111ai sifat

thalassaemia, maka anak-anak kandungnya bisa dilahirkan dengan

thalassaemia mayor. Untuk setiap kelahiran ada 25% kemungkinan

anal< itu mempunyai thalassaemia mayor, tetapi anal< tersebut

mungkin saja punya sifat thalassaemia atau mungkin juga

mempunyai darah normal.

Page 45: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

30

2.2.4. Akibat Penyakit Thalassae1nia

Adapun akibat dari penyakit thalassaemia (Yayasan Thalassaemia Indonesia,

1987) antara lain:

1. Muka terlihat pucat. Karena haemoglobin sebagai pemberi warna

merah pada sel-sel merah dan membawa oksi~1en ke seluruh tubuh

jumlahnya sangat kurang, sehingga menyebabkan berkurangnya

produksi haemoglobin dan mudah rusaknya sel darah merah.

2. Limpa membesar, dan diangkat. Limpa beriungsi untuk membersihkan

(menghancurkan) sel darah yang sudah rusak, selain itu limpa juga

beriungsi untuk membentuk sel darah merah pada janin. Pada

penderita thalassaemia, sel darah merah yang rusak sangat

berlebihan sehingga kerja limpa sangat berat. Akibatnya limpa

menjadi membengkak. Selain itu tugas limpa lebih diperberat untuk

memproduksi sel darah merah lebih banyak. Pada suatu saat limpa

dapat merugikan, hal ini terjadi bila aktifitas limpa berlebihan dalam

mengllancurkan sel darah. Akibatnya haemoglobin penderita cepat

turun, hal ini dapat terlihat dari lebih seringnya anal< mendapat

transfusi (1 bulan lebih dari 1 kali transfusi). Olell karena itu limpa

harus diangkat karena membahayakan penderila.

Page 46: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

31

3. Terjadinya perubahan bentuk tulang muka. Surnsum tulang pipih

adalah tempat memproduksi sel darah. Tulang muka adalah salah

satu tulang pipih. Pada thalassaemia karena tubuh selalu kekurangan

darah, rnaka pabril< sel darah merah dalam sel sumsurn tulang pipih

akan berusaha memproduksi sel darah merah sebanyak-banyaknya.

Karena pekerjaannya yang meningkat maka sumsum tulang ini akan

membesar, pada tulang muka pembesaran ini dapat dilihat dengan

jelas dengan adanya penonjolan dahi, jarak antara kedua rnata

menjadi jauh, tulang pipi menonjol.

4. Transfusi darah dan suntikan obat Desferal seumur hidup.

5. Frekuensi penderita penyakit thalassaemian terus meningkat, dengan

penderita sekitar 2000 orang per tahun.

2.2.5. Cara-cara Mencegah Kelahiran Penderita Thalassaemia

Kelahiran penderita thalassaernia dapat dicegah dengan 2 cara (Yayasan

Thalassaemia Indonesia, 1987), yaitu:

1. Mencegah perkawinan antara 2 orang pembawa sifat thalassaernia

2. Merneriksa janin yang dikandung oleh pasangan pembawa sifat, dan

menghentikan kehamilan bila janin dinyatakan sebagai penderita

thalassaemia

Page 47: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

32

Sebaiknya semua orang indonesia dalam masa subur diperiksa kemungkinan

membawa sifat thalassaemia. Karena frekuensi pembawa sifat thalassaemia

di Indonesia berkisar antara 6-10%, artinya setiap 100 orang ada 6 orang

sampai 10 orang pembawa sifat thalassaemia. Tetapi apabila ada riwayat

sepe1ii di bawah ini, pemeriksaan pembawa sifat thalassaemia sangat

dianjurkan:

1. Ada saudara sedarah yang menderita thalassaemia.

2. Kadar haemoglibin relatif rendah, walaupun sudah minum obat

penambah daral1 seperti zat besi.

3. Ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun

haemoglobinnya normal, ini bisa diketahui dengan eek darah ke

dokter.

2.2.6. Dampak Psikososial pada Anak dan ()rang Tua Akibat

Penyakit Thalassaemia

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-3

(dsingkat menjadi PPDGJ Ill) maupun Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders edisi ke-4 (disingkat menjadi DSM IV, dalam Kaplan 1997)

penyakit dalam keluarga dianggap sebagai stresor psikososial. Stresor

psikososial menurut PPDGJ II adalah setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja atau

Page 48: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

dewasa) sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau

menanggulangi stresor yang timbul. DSM IV membagi stresor menjadi stresor

yang akut yang berlangsung kurang dari 6 bulan dan keadaan yang bertahan

yang berlangsung lebih dari 6 bulan. Penyakit thalassaemia dapat

digolongkan sebagai stresor psikososial oleh karena pacla diri pasien te1jadi

perubahan yang berkesinambungan sehingga dapat dianggap sebagai

keadaan yang bertahan.

Penderita thalassaemia mengharuskannya transfusi darah tiap bu Ian,

keadaan ini merupakan stresor terberat karena mengancam kehidupan atau

eksistensi penderita thalassaemia. Keadaan ini merupakan stresor frsik bagi

penderita thalassaemia tetapi tidak bisa diatasi sendiri oleh penderita

thalassaemia tetapi harus ditanggulangi bersama orangtua, keluarga dan

rumah sakit, maka stresor ini juga merupakan stresor psikososial bagi

keluarga.

Di samping menghadapi stresor karena penyakitnya, anak yang menderita

thalassaemia menghadapi satu macam stresor lagi yaitu stresor yang

berhubungan dengan proses tumbuh kembang yang sedang berlangsung

Page 49: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

dalam dirinya, contohnya adalah pendidikan (sekolah) yang tetap harus

dijalankannya meskipun berada dalam keadaan sakit.

34

Penurut penelitian Nash (dalam Edith, 2001) thalassaemia merupalzan

stresor seumur hidup bagi anak maupun orang tuanya. Hal ini disebabkan

karena anak bergantung baik secara fisik maupun psikis pada orang tuanya,

semua kebutuhannya harus dipenuhi dan disediakan oleh orang tuanya. Apa

yang terjadi pada anak akan berpengaruh terhadap orang tua dan sebaliknya

keadaan afektif, sikap dan perilaku orang tua akan berpengaruh terhadap

anak. Sehingga mental orang tua berpengaruh terhadap anak. Anak yang

menderita thalassaemia harus mampu menyesuaikan diri dengan

penyakitnya sedangkan orang tua harus dapat menerima mempunyai anak

yang menderi!a thalassaemia dan menyesuaikan diri clengan keaclaan

anaknya.

Selain itu Warclhani (2004, dalam Efriyani Djuwita, 2006) mengatakan anak­

anak clengan penyakit kronis dalam hal ini thalassaemia memiliki self-esteem

yang rendah baik karena adanya perbedaan flsik yang mereka miliki dari

anak normal lainnya seperti kulit yang menghitam akibat penimbunan zat

besi atau terganggunya pertumbuhan fisik seperti tidak tumbuh buah dada

Page 50: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

pada wanita juga dapat menjadi salah satu faktor yang menurunkan self­

esteem mereka.

2.3. lbu

2.3.1. Pengertian ibu

35

Dalam kamus besar bahasa indonesia ( 1989) kata ibu didefinisikan sebagai

sebutan untuk orang perempuan yang telah melahirkan, wanita yang telah

bersuami, panggilan ta'zim bagi wanita.

Menurut Ali Qaimi (2002) ibu adalah sosok yang mulia, sehingga Ali Qaimi

mendefinisikan ibu dengan beberapa definisi antara lain yaitu:

1. lbu adalah sumber mata air terpenting yang mimgalirkan

ketenangan, kebahagiaan, dan kecintaan dalam keluarga. Sosok

seorang ibu sangat berperan penting dalam IT!Ellahirkan

ketentraman, kedamaian, kemampuan, kekuat<>n. dan kebebasan

dalam jiwa anak (Ali Qaimi, 2002).

2. lbu adalah penjelmaan cinta yang sungguh agung. Di dalam

rumah, ia ingin menjadi figur yang dicintai. Berkah belaian kasih

sayangnya, sebuah rumah akan menjadi surga; berkat kata­

katanya yang merdu dan indah, segenap an1;igc>ta keluarga akan

Page 51: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

diliputi kebahagiaan dan kedamaian, dan ber~:at tindakan­

tindakannya, sebuah rumah akan menjadi kota impian.

36

Pengaruh ibu dalam pembentukan kepribadian sang anak sangatlah

dominan. Dengan jari-jarinya yang lembut, seorang ibu akan mengelus

anaknya. Dengan hati yang dilipu!i kecintaan, dirinya akan berusaha

menumbuhkan semangat dalam diri anak. Dengan belaianya yang halus, ibu

akan mampu menghilangkan kesedil1an dan meredakan kepiluan dalam

dalam hati anaknya (Ali Qaimi, 2002).

2.3.2. Karakteristik lbu

Sosok ibu adalah sosok cinta tanpa syarat, cinta dan perasaan, cinta tanpa

campur tangan akal, cinta yang ditopang kekuatan dan kt3dalaman yang

melebihi cinta jenis apapun. Cinta seorang ibu bukan dimaksudkan untuk

memperolah imbalan materi ataupun moril. ltulah cinta esensial yang

dicurahkan kepada sosok manusia mungil (bayi atau anak kecil) yang tak

berdaya, begitu lemah, dan yang tidak sanggup membela diri hanya untuk

menghadapi seekor nyamuk sekalipun. Oleh karena itu, ibu akan berusaha

keras mendidik anak-anaknya dengan baik dan menyelamatkan mereka dari

segenap bahaya kehidupan. Demi anaknya, seorang ibu dengan tegar dan

Page 52: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

tanpa pamrih akan menghadapi berbagai bahaya seraya melupakan

kelezatan dan keindahan hidup (Ali Qaimi, 2002).

Seorang ibu akan rela berkorban, sifat pengorbanan ini merupakan

perwujudan dari nilai-nilai kemuliaan dirinya. Tanpa mempedulikan dirinya

sendiri, ia akan mengarahkan perhatian serta usahanya semata-mata demi

mewujudkan tujuan-tujuan anaknya (Ali Qaimi, 2002).

37

Kasih sayang ibu tidak ada batasnya kepada anak-anaknya, ibu bersedia

menanggung segala macam duka-derita, kalau saja s1~mua pengorbanan dan

kesenduannya itu bisa menumbuhkan kebahagiaan, kele1starian dan

keselamatan anaknya. Dengan segala upaya ibu akan berusalla untuk

melindungi anaknya dari segala macam mara bahaya yang bersifat

lahiriah seperti penyakit keturunan, cacat, dan buta maupun batiniall

seperti memberikan makanan yang sehat dan menyusui (Kartini kartono,

1992).

Di lladapan keindallan dan keballagian dunia, ia tidak melihat apapun selain

keadaan buah hatinya. Dirinya tak ingin menukar anaknya dengan apapun.

Page 53: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Ketika anak jatuh sakit, seorang ibu akan terjaga dan misngawasinya

sepanjang malam dengan hati yang pilu tanpa sedikitpun merasa lelah dan

letih (Ali Qaimi, 2002).

38

Kaum lbu mempunyai perasaan kasih sayang khusus yang tidak sama

dengan kaum bapak, karena ibu melahirkan anak, mein~1asuh anak. sehingga

ibu mempunyai k.esetaraan dengan anaknya yaitu ba!Ji ibu, kesenangan anak

adalah kesenangannya, permasalahan anak adalah permasalahannya. Hal

itu muncul dari dasar lubuk. hati ibu yang menjadikan ibu begitu cepat

bertindak berdasarkan perasaanya dan naluri kasih sayangnya, sedangkan

kaum bapak bertindak dalam hal menghidupi anaknya dan bertanggung

jawab kepada anak dan istrinya (Syaikh 'Ali, 2003).

Page 54: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

BAB3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab 3 ini penulis akan uraikan rnengenai rnetodologi penelitian yang

rneliputi: pendekatan dan rnetode penelitian, teknik pengurnpulan data,

instrurnen penelitian, pedornan wawancara, alat perekarn, lernbar observasi,

dan prosedur penelitian

3.1. Pendekatan Penelitian

Perilaku coping yang ditarnpilkan oleh ibu yang rnernpunyai anak penderita

penyakit thalassaernia rnerupakan hal yang sifatnya subjektif pada setiap

individu, sehingga penggunaan pendekatan kualitatif clalarn penelitian ini

lebih tepat, karena peneliti berrnaksud rnernperoleh data yang rnendalam

untuk mengungkap tentang bagairnana perilaku coping ibu yang rnempunyai

anak penderita thalassaernia. Selain itu, peneliti tidak berusaha untuk

rnernanipulasi setting penelitian (natural setting) karena peneliti hanya

berorientasi pada penernuan, sehingga pendekatan kuali!atif lebih cocok

digunakan dalam penelitian ini. Menurut Bogdan clan Taylor dalarn Lexy

Moleong (2004) bahwa rnetodolagi kualitatif adalah prose1dur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan clari orang­

orang dan perilaku yang diarnati.

Page 55: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

40

3.2. Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus, hal ini dipilih

karena seperti yang dikemukakan oleh Yin, "Penelitian tidak memiliki kontrol

atas kejadian-kejadian yang (telah) berlangsung, studi kasus sendiri dapat

pula memberi nilai tambah pada pengetahuan kita secara unik mengenai

fenornena individual serta dapat digeneralisasikan keproposisi teoritis".

Secara umurn study kasus sebagai salah satu rnetode yang dipakai dalam

penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial, urnurnnya stucli kasus digunakan bila

pertanyaan-pertanyaan yang tirnbul dari topik penelitian sebagian besar

berupa "bagaimana dan mengapa". Peneliti tidak memiliki kontrol alas

kejadian-kejadian yang berlangsung, dan fokus dari penelitian adalah

fenomena saat ini dalam konteks kehidupan sesungguhnya (Yin, 2004 ).

Yin menyatakan dalam study kasus terdapat dua pola yaitu single case

design clan multiple case design. Dalam single case design digunakan pada

pengalaman tunggal, mewakili sebuah kasus yang unik atau ekstrim, dan

menganalisa kasus yang tidak dapat dianalisa secara penelitian ilmiah.

Sedangkan pada multiple case design menggunakan responden lebih dari

satu orang. Dalam hal ini peneliti harus hati-hati dalam menyertakan subjek,

Page 56: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

41

karena setiap kasus memiliki replikasi pada masing-masing kasus. Setiap

kasus harus dipandang secara menyeluruh dan terfokus.

Pada penelitian ini menggunakan pola multiple case design karena

menggunakan lebih dari satu responden, dengan pola ini diharapkan dapat

memperoleh gambaran secara menyeluruh dan mendalam tentang

penghayatan responden terhadap keadaan yang dialaminya.

3.3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para ibu yang mempunyai anak menderita

thalassaemia, yang memiliki karakteristik sebagai berikut

1. lbu yang mempunyai anak yang menderita penyakit thalassaemia,

baik thalassaemia minor dan mayor.

2. Pendidikan minimal SMA/setara. Hal ini dimaksudkan agar subyek

lebih mudah memahami maksud pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti dan dapat memberikan jawaban yang cukup

jelas.

Pemilihan subjek dilakul<an dengan snowball. Menurut Poerwandari (2001)

pengambilan subjek dengan snowball adalah pengambilan subjek secara

Page 57: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

berantai dengan meminta informasi pada orang yang telal1 diwawancarai

atau dihubungi sebelumnya.

42

Poerwandari (2001) mengutip dari Patton (1980) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif tidak menentukan jumlah subjek yang digunakan, yang

terpenting adalah kekayaan data yang diperoleh, sehingga penelitian

kualitatif cendrung menggunakan subjel{ yang sedikit. SE:ilain itu juga karena

penelitian ini menekankan pada proses dan kedalaman yang dihayati secara

subjektif bukan pada generalisasi, maka penelitian ini ha.nya akan

menggunakan tiga orang ibu sebagai subjek penelitian yang terdiri dari satu

ibu yang mempunyai anak menderita penyakit thalassaemia minor dan dua

orang ibu yang mempunyai anak menderita penyakit thalassaemia mayor,

adapun penggolongan ini tidak bermaksud apa-apa, hanya saja peneliti ingin

memaparkan bagaimana perilaku coping ibu yang mempunyai anak

menderita penyakit thalassaemia minor dan thalassaemia mayor.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara secara mendalam.

Peneliti memilih metode wawancara secara mendalam karena dengan

metode ini peneliti dapat menggali berbagai informasi yang menyeluruh

mengenai penghayatan subjek terhadap masalah yang cliteliti. Selain itu

Page 58: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

wawancara akan dilakukan dengan teknik terbuka terstruktur, dimana

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan telah dibuat secara jelas dan

terinci dalam bentuk catatan (pedoman wawancara).

43

Banister (1994, dalam Poerwandari 2001) menyatakan wawancara

merupakan percakapan dan Tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai

tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilal<ukan untuk memahami mal<na­

makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topil< yang diteliti,

dan bermal<sud untuk melakukan eksplorasi terhadap masalall tersebut

Wawancara bersifat flel<sibel, dapat diadaptasi sesuai kondisi subjek dan

l<ebutuhan peneliti sehingga ia dapat mengulang perti;myaan untuk

memastikan bahwa pertanyaan yang diajui<an telall dimengerti olell subjek.

Selain menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara,

penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi

sebagai penunjang. Observasi merupakan teknik pengurnpulan data esensial

dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendel<atan kualitatif, agar dapat

memberikan data yang akurat dan bermanfaat (Patton, dalam Poer;wandari

2001).

Page 59: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

44

Adapun tujuan observasi dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan setting

atau situasi lingkungan dan juga mendeskripsikan sikap dan tingkah laku

subjek penelitian.

3.5. Instrument Penelitian

3.5.1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan hal-

hal yang akan diteliti (Poerwandari, 2001). Pedoman wawancara digunakan

dalam penelitian ini dibuat berdasarkan teori pada bab dua dan

permasalahan pada bab satu. Pedoman wawancara mengacu pada teori

yang dirangkum dari beberapa penelitian mengenai perilaku coping.

Pedoman wawancara yang telah dibuat, diajukan kepada dosen pembimbing

untuk diperiksa, kemudian diadakan perbaikan-perbaikan jika diperlukan.

Tabel 3.5.1. Kisi-kisi Pedoman Wancanwara

Perilaku coping

Coping pada masalah Coping pada emosi

-1 . Coping aktif 1. Mencari dukungan emosional 2. Perencanaan 2. Mengambil hikmah dibalik 3. Mengesampingkan kejadian aktivitas pesaing " Penolakan _).

4. Manahan diri 4. Penerimaan 5. Mencari dukungan 5. Kembali pada keyakinan/agama

/bantuan ·-

Page 60: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

45

3.5.2. Alat Perekam

Alat perekam digunakan agar peneliti dapat berkonsentrasi penuh pada

proses wawancara. Penggunaaan alat perekam juga dapat meminimalkan

bias. Selain itu juga agar peneliti dapat memutar ulang hasil wawancara yang

telah dilakukan. Adanya alat perekam mungkin dapat membuat subjek

merasa tidak nyaman, oleh karena itu sebelum wawancara dilakukan peneliti

akan meminta izin kepada subjel< untuk menggunakan alat perekam

sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar. Dalam penelitian ini

menggunakan MP4 sebagai alat perekam.

3.5.3. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan

pengarnatan terhadap gambaran fisik subjek, sikap, perilaku subjek selama

wawancara berlangsung, keadaan tempat wawancara, gambaran fisik subyek

dan hambatan-hambatan selama wawancara.

3.6. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah tahapan setelah semua data dapat dikatakan terkumpul,

yang kemudian diolah menjadi suatu laporan. Analisa data adalah proses

pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian

Page 61: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

46

dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

(Lexy J. Moleong, 2000). Oleh karena itu, teknik analisa data yang penulis

lakukan adalah dengan menggambarkan data hasil rekaman secara kualitatif,

untuk memberikan makna pada data tersebut dan menjelaskan pola atau

kategori, dan mencari hubungan antar berbagai konsep. Kemudian hasil

wawancara yang telah dilaksanakan akan diverbatimkan kedalam lembar

yang telah disiapkan untuk dikelompokan-kelompokan kedalam teori

yang sesuai dengan keadaan subjek yang sebenamya. Dan pada tahap

akhir, semua data dapat diinterpretasikan dengan bahasa yang mudah

dipahami.

3.7. Prosedur Penelitian

3.7 .1. Ta hap persiapan

Sebelum melakukan tahap penelitian ini, maka peneliti melakukan persiapan

sebagai berikut:

1. Peneliti menyusun pedoman wawancara yimg berhubungan

dengan keadaan ibu dan anak penderita thalassaemia beserta

masalah-masalah yang terjadi dan coping.

2. Menunjukkan pedoman wawancara pada pembimbing skripsi

untuk mendapatkan masukan-masukan.

Page 62: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

47

3. Melakukan perbaikan dan tambahan yang diperlukan terhadap

pedoman wawancara.

4. Merumuskan verbalisasi untuk wawancara.

5. Membuat surat kesedian responden untuk di wawancarai.

3.7.2. Tahap Pelaksanaan

Setelah persiapan untuk melauan wawancara dilakukan, kemudian langkah

selanjutnya yaitu:

a. Penelliti mencari subjek yang sesuai dengan judul

penelitian.

b. Peneliti mendatangi subjek penelitian dan meminta

kesediaannya untuk menjadi subjek penelitian, dengan mengisi

surat kesediaan.

c. Setelah subjek bersedia, peneliti menjelaskan kembali maksud

diadakannya penelitian ini dan peneliti meminta ijin untuk

menggunakan alat perekam pada saat wawancara

berlangsung.

Page 63: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

d. Wawancara dilakukan di kediaman para subjek, hal ini

dilakukan agar subjek merasa nyaman ketika wawancara

berlangsung.

e. Penelitian di lapangan berlangsung dari pertengahan Juni

sampai akhir Juli 2008.

48

Page 64: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

BAB4

Hasil Penelitian

Pada bab 4 akan penulis uraikan bagaimana l1asil pengolahan data yang

terkumpul, meliputi gambaran umum subjek penelitian, observasi umum

kasus, observasi khusus kasus, gambaran kasus, analisa kasus, dan

perbandingan antar kasus.

4.1. Gambaran Ummn Subjek Penelitian

Subjek yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, yaitu 1 ibu yang

mempunyai anak yang menderita thalassaernia minor dan 2 ibu yang

mempunyai anak yang menderita thalassaemia mayor. Data dalam penelitian

ini penulis dapatkan dari wawancara dengan subjek y;:1itu ibu yang

mempunyai anak yang menderita penyakit thalassaemia minor dan mayor.

Nama-nama subjek dalarn penelitian ini sengaja penulis samarkan dengan

menggunakan inisial huruf, sehingga kerahasiaan dan kenyamanan subjek

penelitian dapat terpenuhi, sebagaimana yang diisyaratkan dalam etika

penelitian. Berikut gambaran umum subjek:

Page 65: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

50

Table 4.1. Gambara111 Umum Subjek Pe111elitian

Keterangan E s H

Usia 32 Tahun 50 Tahun 32 Tahun

Pekerjaan Guru TK Dagang lbu Rumah

Tangga

Agama Islam Islam Islam

Pendidikan 01 SMA SMA

Anak yang JK A F

Thalassaemia

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan LakHaki

Usia 10 Tahun 15 Tahun 15 bulan

Anak Ke 1 dari 1 4 dari 4 2 dari 2

bersaudara bersaudara bersaudara

Lama Penyakit 3 Tahun 9 Tahun 7 Bulan

Jen is Thalassaemia Thalassaemia Thalassaemia

Thalassemia minor mayor mayor

Page 66: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

4.2. Gambaran dan Analisa kasus

4.2.1. Kasus E

51

E adalah seorang ibu berusia 32 tahun. Memiliki berat badan sekitar 48 kg

dan tinggi badan 154 cm. E cendrung memiliki bentuk muka tirus, bentuk

tubuh seimbang antara berat badan dan tinggi badan, berkulit sawo matang

dab rambut pendek sebahu berwarna hitam. E mengenakan kaos panjang

berwarna merah muda dan dipadukan dengan celana hitam, tidak

berkrudung, rambutnya tergerai dengan tidak menggunakan make-up dan

asesoris apapun.

Ketika diminta untuk menjadi responden dalam penelitian ini, E langsung

bersedia sambil tersenyum dan berkata:

"tapi nanyanya jangan yang susah-susah yah .. na .. "

Sebelum wawancara dilakul<an, penulis terlebih dahulu mengadakan

pendekatan dengan E dengan bersilaturahmi ke rumah E di Bandung

tepatnya di Soreang, agar E bersedia menjadi responden dalam penelitian.

Pendekatan penulis dengan E sangat dekat, karena antara penulis dengan E

ada ikatan kekeluargaan, sehingga E yang merupakan kaka supupu penulis

langsung bersedia membantu penulis untuk menjadi sampel penelitian.

Page 67: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Wawancara dilakukan pada tanggal 4 Juli 2008 mulai pukul 09.00 sampai

dengan 15.00 WIB. Wawancara dilakukan di tempat tinggal Edi sebuah

kontrakan berukuran 3 X 15 meter di kawasan padat penduduk.

Awai wawancara E kelihatan sedikit canggung dan malu-malu dalam

menjawab pertanyaan. Namun setelah dijelaskan bahwa pertanyaan yang

akan diberikan bukan untuk dinilai benar atau salah dan data yang diambil

akan benar-benar dijaga kerahasiaannya, E baru mengerti sehingga sedikit

santai dan tidak malu-malu dalam menjawab pertanyaan.

52

E mempunyai seorang suami dengan 1 orang anak yaitu JK yang rnenderita

penyakit Thalassaemia dan masih duduk di bangku sekc1lah dasar kelas 5. E

bekerja sehari-hari sebagai guru TK sejak tahun 2004, siedangkan suaminya

mempunyai pekerjaan yang tidal< menetap atau biasa di sebut dengan kerja

serabutan. Wawancara dilakukan terhadap Edan JK.

Anaknya yaitu JK adalah seorang anak laki-laki berusia ·to tahun yang telah

terdeteksi menderita thalassaemia minor pada akhir tahun 2004 yang lalu.

Pertama kali E mengetahui anaknya menderita thalassaE'lmia setelah E dan

JK mengalami hal yang rumit dan lama. Awalnya JK mengalami panas tinggi,

dan dirawat selama 5 hari, pada hari pe1iama JK di diagnosa mengalami

Page 68: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

53

penyakit paru-paru, 2 hari kemudian JK di diagnosa mernpunyai penyakit

Bronhitis, dan setelah JK melakukan macarn-macam tes yang dianjurkan

oleh dokter barulah pada hari ke 5, JK terdeteksi mempunyai kelainan pada

darahnya dan diketahui JK menderita penyakit Thalassaemia.

Pada saat rnenjawab pertanyaan tentang awal mula anaknya terdeteksi

rnenderita penyakit thalassaemia, E merendahkan volume suaranya dan

terlihat sedikit rnengeluarkan air mata.

Pada waktu E diberi tahu oleh dokter mengenai penyakit thalassaemia, E

sebelumnya tidak pernah mendengar penyakit thalassaemia, E juga tidak

mengetahui darnpak apa yang akan terjadi pada anaknya. Akl1irnya dokter

menjelaskan kepada E dengan hati-hati dan perlahan-lahan rnengenai

penyakit thalassaemia, rnulai dari penyebab penyakit thalassaernia yaitu

karena faktor turunan, cara bertahan hidup dengan transfusi darah seurnur

hidup, sampai dampak apa yang akan te1jadi pada anaknya yang menderita

penyakit tl1alassae111ia seperti perut anak menjadi rnembesar karena lirnpa

rnernbengkak.

"waktu ibu dijelaskan oleh dokte1; ibu seakan tidak percaya, kenapa anak ibu kena? Soa/nya penyakit thalassaemia adalah penyakit y.:mg di turunkan oleh salah satu atau kedua orang tua, dari pihak ibu tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit thalassaemia dan dari pihak suami ibu juga seperlinya

Page 69: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

54

tidak ada, /alu dari siapa penyakit thalassaemia ini diturunkan? (suaranya melemah) ibu sempat binggung dan merasa bersalah ke>pada anak ibu karena mungkin karena ibu, JK menderita penyakit thalassaemia, penyakit y;:mg di derita oleh JK seumur hidupnya ... kemudian dokt.er juga menjelaskan kepada ibu bahwa penyakit thalassaemia be/um ada obatnya dan cara untuk mempertahankan hidup JK hanya dengan transfusi darah satu atau dua kali sebulan, ibu harus mencari cara bagaimana JK bisa di transfusi darah, dengan cara apapun akan ibu jalankan, asa/ JK tetap hicfup"(wawancara di rumah subkek, 4 juli 2008, pukul 11.05 wib).

E merasakan masalah yang paling berat saat itu adalah untuk menerima

kenyataan bahwa anaknya terdeteksi menderita penyakit thalassaemia.

Responnya pertama kali saat ia mengetahui anaknya menderita penyakit

thalassaemia adalah menangis, takut, kaget dan kesedihan yang mendalam.

"waktu itu ... (suaranya pelan dan berat) ibu merasa sedih ... sedih banget .. , sempet ga percaya, kenapa anak ibu menderita penyakit tha/assaemia? /bu ga tega, ngeliat JK darah daging ibu, tergolek lemas, pucat, dan teriak kesakitan pada waktu pe1tama kali JK menerima transfusi darah "(sambil menangis dan mencoba menirukan teriakan anaknya), ibu se/a/u menemani anak ibu, setiap ia transfusi darah" (wawancara di rumah subjek, 4 Juli 2008, pukul 11.20 WIB).

E sangat mengkhawatirkan kehidupan anaknya, karena pertama kali JK

mengetahui bahwa dia menderita penyakit thalassaemia dan dijelaskan oleh

E konsekuensi yang harus di terimanya karena dia meinderita penyakit

thalassaemia seperti tidak boleh lelah, harus sering istirahat, dan tidak boleh

main, karena bila JK cape dan lelah, JK akan pucat dan 11arus mendapatkan

transfusi darah. JK sempat minder dengan teman-temannya karena JK

merasa dirinya berbeda dengan teman-temanya, tidak. bisa bermain

Page 70: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

55

bersama. JK jug a menjadi lebih pendiam, dalam belajar JK menjadi

menurun, dalam makan JK menjadi lebih susah makan, dan badan JK

menjadi lemas dan tak bergairah.

E merasakan beban ini sangat berat, karena E harus membangkitkan

semangat anaknya, selain itu juga E harus mencari jalan agar anaknya bisa

terus mendapatkan iransfusi darah secara rutin, rupiah demi rupiah E

kumpull~an untuk transfusi dan obat anakknya, dengan pendapatan bulanan

E sebagai guru TK di desa, dengan penghasilan suami yang tidak menentu

sampai dengan mencari-cari pinjaman kepada saudara. Selain itu juga E di

hadapkan dengan masalah tetangga yang rnenjauhkan diri dengan keluarga

E, karena ada anggapan dari tetangga yang menyebutkan bahwa penyakit

yang di derita oleh JK adalah penyakit yang rnenular yang dapat

menyebabkan anak atau anggota keluarga menjadi pucat, lemes, dan kurang

bergairah dalam hidup.

"/bu merahasiakan penyakit JK kepada tetangga karena untuk menghindari pandangan tetangga yang be/um memahami tentang penyakit thalassaemia dan ibu takut JK di kucilin ama tetangga soalnya pemah waktu itu, ibu ngasih makanan ke tetangga, eh ... tetangga ma/ah nolak pemberian ibu, tetangga bilang tar takut ketu/aran penyakit JK, yah .. .ibu mah, sama sekali ga ada maksud untuk ngeracunin atau apalah, niat ibu mah baik, ibu mah tabahin aja, walaupun sedih juga, suami ibu sering nguatin ibu .. keitanya udah sabar aja .. (sambil memperaktikan pada waktu suami membelai kepalanya dan menguatkannya), tapi tar ibu juga bakal bilang penyakit JK, kalo waktunya tar tepat, den JK bisa kuat menjalankan kehidupannya. /bu se/alu menguatkan

Page 71: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

JK untuk tetap semangat" (wawancara di rumah subjelk, 4 Juli 2008, pukul 12.35).

E dalam menghadapi masalahnya selalu membutuhkan teman bicara untuk

sedikit mengurangi tekanan yang timbul dari masalah-masalahnya. Seperti

pada waktu pertama kali JK di deteksi menderita penyakit thalassaemia, E

56

menceritakannya kepada saudara apa yang dialami oleh anaknya, menurut E

dengan E menceritakan masalah-masalahnya kepada orang terdekat, E

merasa masalahnya menjadi lebih ringan.

"masalah-masalah yang ibu hadapi se/alu ibu serahkan kepada Allah, ibu bertawaka/ aja, karena ibu tahu Allah memberikan col>at:m kepada ibu yang berat karena ibu mampu menjalankan cobaan itu (sambil mata berkaca­kaca), suami ibupun se/alu menenangkan ibu, bi/a ibu sudah terlihat tidak kuat melihat keadaan JK, dengan menginggatkan ibu untuk mengembalikan sega/a yang tetjadi kepada Allah" (wawancara di rumah :subjek, 4 Juli 2008, pukul 13.40).

Hampir setiap malam E bangun untuk melaksanakan shalat tahajud meminta

kepada Allah agar anaknya selalu diberikan kesehatan dan umur yang

panjang sampai anaknya mempunyai keluarga. E yakin dengan adanya

masalah-masalah yang E hadapi, pasti ada hikmah yang bisa E petik.

Menurutnya kejadian ini mungkin dapat lebih mendekatkannya kepada sang

pencipta kehidupan.

Page 72: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

57

"walaupun banyak masalah yang ibu hadapi, tetapi ibu senantiasa berharap bahwa anak ibu bisa hidup lebih lama sampai anak ib11 berkeluarga, dan bisa menjadi orang yang berguna bagi dunia dan akhirat, mejadi anak yang shaleh, dan bisa membanggakan keluarga. /bu senantiasa mendoakan yang terbaik untuk anak ibu".

Analisis Kasus

Coping yang ditampiikan

Masalah paling berat yang dirasakan oleh E adalah pe1nerimaan pertama kali

anaknya terdeteksi penyakit thalassaemia. E menunjukkan coping

penolakan (denial) dimana ia menolal' dan tidak percaya dengan apa yang

terjadi. Selain itu juga ia merasa bersalah kepada anaknya karena rnungkin

anaknya menderita penyakit thalassaemia disebabkan turunan darinya.

Untuk mengurangi bebannya, ia mencari dukungan em1:isi dengan bercerita

dan berbagi duka dengan saudara (seeking social support for emotion

reasons) yang termasuk kedalam coping yang berpusat pada masalah

(emotional focused coping).

Selain itu, ia juga menampilkan coping menahan diri (restraint coping) yang

termasuk ke dalam coping yang berpusat pada masalah (problem focused

coping) dengan merahasiakan penyakit JK kepada tetangga. Sambil

menunggu waktu yang tepat untuk memberitahukan penyakit JK kepada

tetangga. lni juga dilakukannya agar anaknya tidak minder dan kuat

Page 73: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

59

Sehingga dapat disimpulkan, E dalam menghadapi masalahnya

menampilkan coping yang terpusat pada masalah dan coping yang berpusat

pada emosi. Adapun coping yang berpusat pada masalah yang ditampilkan

oleh E antara lain: menahan diri (restraint coping) dan meminta bantuan

(seeking social support for instrumental reasons), sedangkan coping yang

berpusat pada emosi yang ditampilkan oleh E antara lain: penolakan

(denial), mencari dukungan emosi (seeking social support for emotion

reasons), memasrahkan diri pada agama (turning to relii7ion), mengambil

hikmah (positive reinterpretation and growth), dan penerimaan

(acceptance).

4.2.2. Kasus S

S adalah seorang wanita paruh baya yang berusia 50 tal1un. Memiliki berat

badan sekitar 55 kg dan tinggi badan 148. S cendrung m1amiliki bentuk muka

oval, bentuk tubuh sedikit gemuk, berkulit sawo matang dan rambut lurus

panjang. S menggunakan baju daster batik terkesan sepE~rti umumnya

penampilan ibu rumah tangga lainnya, rambutnya dikuncir dengan tidak

menggunakan make-up dan asesoris apapun.

Page 74: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

60

Sebelum kegiatan wawancara di lakukan, penulis terlEibih dahulu

mengadakan pendekatan dengan S dengan cara datang kerumahnya 3 hari

sebelum wawancara guna mendapatkan kenyamanan dan keakrabatan

antara penulis dengan S, sehingga pada saat penulis meminta kesediaan S

untuk menjadi responden dalam penelitian, S langsung bersedia membantu

penulis untuk menjadi sampel penelitian.

Wawancara dilakukan selama dua harL Wawancara pertama dilakukan pada

hari Jumat 11 Juli 2008 pukul 10.00 sampai pukul 12.00 \NIB, wawancara

pertama ilanya sebentar karena S mempunyai kesibukan yang tidak bisa

diganggu, sehingga wawancara dilanjutkan keesokan harinya yaitu pada hari

Sabtu 12 Juli 2008 mulai pukul 08.00 sampai dengan 14.00 WIB. Wawancara

pertama dan kedua dilakukan di tempat tinggal responden, di sebuah

kontrakan 3 petak, !epatnya di petak pertama yaitu ruang tamu yan~l

merangkap sebagai ruang santai keluarga karena ada sebuah televisi

berukuran 14 in.

Awai wawancara E terlihat tidak canggung, dan menjawalD pertanyaan­

pertanyaan yang diberikan oleil penulis dengan antusias, jelas dan tegas. E

bersikap sangat keibuan kepada penulis karena E selalu menggunakan

Page 75: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

kontak mata dan terkadang membelai penulis ketika menjawab

pertanyaan.

61

S seorang janda yang telah di tinggal oleh suaminya 3 tahun yang lalu karena

sakit komplikasi, S memiliki 4 orang anak. Anaknya terdiri dari tiga orang laki­

laki dan satu orang perempuan. Ketiga anak tertua telah menikah dan

mendapatkan 4 orang cucu dari mereka, sedangkan anal< bungsunya tinggal

bersamanya.

Pada saat S menceritakan kehidupannya yang secara tiba-tiba di tinggal oleh

suaminya dan harus menjadi tulang punggung menggantikan suaminya, S

bercerita dengan volume suara yang rendah, dan makin lama suaranya

terdengar semakin gemetar, selain itu S mengusap matanya yang saat itu

terlihat sedikit mengeluarkan air mata.

S adalah seorang ibu yang setiap hari berjualan nasi uduk, dan lontong, di

ujung gang rumahnya. S tinggal bersama anak bungsunya yang perempuan

yaitu A.

Anak keempatnya, yaitu A adalah seorang anak remaja perempuan yang

berumur 15 tahun, yang telah terdeteksi menderita penyakit thalassaemia

mayor pada waktu umurnya 6 tahun. Pada saat itu suhu badan A sangat

panas, sehingga membuat S untuk langsung membawanya ke Rumah Saki!

kecil pinggiran kota Bogor. Setelah A diperiksa oleh dokter, A diberikan obat

Page 76: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

62

•penrnucm rpE1rras, BkElrn ttetapi setelalfl ttil!Ja !lrraTii ikamiwtiiarn \ke.ooaarnAttmlk juga

merribalk, melairlkan 'keaaaarn A menjadi meniburLik 'karena 'batian A 'terlihat

biru seperti kehabisan darah. Akhirnya S membawa A ke~ Rumah Sakit besar

di Bogor, A langsung mendapatkan perawatan intensif dari dokter, karena S

tidak mengetahui penyakit apa yang sebenarnya diderita oleh A,

membuatnya di marahi oleh dokter, karena apabila S terlambat sedikit

membawa A ke Rumah Saki!, A bisa kehilangan nyawanya akibat

kekurangan darah.

Akhirnya A dirawat di Rumah Saki!, A menjalani beberapa tes darah, dari tes

darah tersebut barulah S mengetahui bahwa A menderita penyakit

thalassaemia, sehingga A harus ditransfusi darah. setelah A mendapatkan

transfusi darah, badan A panasnya tidak turun juga. Kemudian S mencari

obat turun panas, setelah A diberi obat turun panas, badan A panasnya tidak

turun-turun juga. S mengompres badan A, badan A panasnya tidak juga

turun. Sampai S memandikan A dengan air mawar yang dipercayanya dapat

menurunkan panas, tetapi pada kenyataannya badan A panasnya tidak juga

turun. A diharuskan oleh dokter untuk transfusi darah, setelah A

mendapatkan transfusi darah ke dua kalinya, badan A panasnya tidak turun

juga. Pada hari ketiga, S menebus obat, dan susu. Akhirnya panas badan A

turun setelah A meminum susu yang di anjurl~an oleh clokter. Karena

keadaan A sudah semakin membaik, A sudal1 diizinkan untuk pulang, akan

Page 77: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

63

tetapi sebelum A pulang dari Rumah Saki!, dokter menjelaskan kepacla S

mengenai penyakit yang diderita oleh A.

Pada waktu S di jelaskan oleh dokter mengenai penyakit yang diderita oleh

A, S belum pernah mendengar nama penyakit thalassaemia, sehingga

membuat S terus menanyakan seperti apa penyakit thalassaemia itu, apakah

berbahaya atau tidak? dokter menjelaskan bahwa penyakit thalassaemia

adalah penyakit kelainan darah yang paling banyak te1jadi pada orang-orang

di seluruh dunia, akan tetapi penyakit thalassaemia tidak seganas penyakit

darah lainnya seperti leukemia, hanya saja apabila penderita terlambat

mendapatkan transfusi darah, penderita bisa lemas, dan tidak ada gairah

apapun, termasuk nafsu makan.

"waktu saya di kasih talw oleh dokter mengenai penyakit thalassaemia, saya kaget banget, sedih dan menolak, kenapa anak saya? (suaranya memberat dan berjeda), apa/agi waktu dokter menjelaskan kepada saya penderita thalassaemia limpanya bisa membengkang, dan harus dioperasi, selain itu kata dokter penyakit thalassaemia jug a penyakit yang di derita seumur hidup, karena be/um ada cara menyembuhkannya, kalaupun ada cara untuk bertahan hidup dengan transfusi dara/1 secara rutin" (wawancara di rumah subjek, 12 Juli 2008, pukul 09.00 WIB)

Pada awal penyakit thalassaemia terdeteksi pada A, S mengalami masa-

masa sangat sulit, karena S setiap bulan harus membawa A ke Rumah Saki!

untuk transfusi darah dengan biaya yang sangat tinggi, karena S belum

mengeiahui cara untuk melakukan transfusi darah dengan biaya yang lebih

Page 78: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

64

ringan. Kemudian S bertemu dengan seorang suster yang

memberitahukannya untuk pindah ke Rumah Sakit milik pemerintah di

daerah Bogar, dan memintanya untuk membuat surat jarninan untuk keluarga

kurang mampu, agar biaya transfusi menjadi lebih ringan. S sangat berterima

kasih sekali kepada suster di Rumah Saki! yang telah mernberitahukan

kepadanya mengenai cara untuk melakukan transfusi darah dengan biaya

yang lebih ringan. Akhirnya S mengikuti apa yang dikatal<an oleh suster

ptersebut untuk pindah ke Rumah Sakit pemerintah dan membuat kartu

berobat untuk kelurga tidak mampu. Setelah S pindah ke Rumah Sakit

pemerintah dan mendapatkan l<artu berobat untuk keluarga tidak mampu, S

tetap saja merasa berat, walaupun biaya untuk pengobatan anaknya sudah

menjadi lebih ringan, tetapi dengan keadaan suami yang kerjanya serabutan

menyebabkan l<euangannya tidak dapat diprediksikan sehingga apabila

sudah waktu anaknya transfusi darah, maka S kebingun~ian mencari uang

tambahan karena penghasilan dari suami sudah habis untuk biaya hidup

sehari-hari. Sewaktu S belum di tinggal oleh suami yang kerjanya serabutan

saja, keuangan keluarga sudah sangat susah, apalagi tiga tahun terakhir ini,

setelah S ditinggal suami dan menjadi janda, kehidupan S menjadi sangat

sulit karena S harus sendiri memenuhi kebutuhan anaknya untuk transfusi

darah secara rutin dan S juga harus sendiri memenuhi keibutuhan hidup dan

anaknya sehari-hari.

Page 79: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

65

"cara apapun saya ja/anin buat kehidupan anak saya, saya minjem uang kesana kemari dari saudara, tetangga sampai bank keliling, saya lakonin. Orang waktu itu saya di Rumah Sakit pemah kekurangan uang buat transfusi dan obat anak saya, jadi saya telepon ke saudara buat ke Rumah Sakit bawa uang pinjaman (sambil tertawa kecil). Apa aja dah saya lakuin buat anak saya, nah yah kan kalo transfusi darah anak saya biasanya abis tuh 4 kantong darah, nah Anak saya ka/o udah di transfusi darah barang dapet satu kantong aja matanya /angsung berwama, ga pucet lagi, kalo fiat anak kayak gitu, saya jadi sedikit /ega, tapi kalo saya inget utang saya, saya cuman bisa ngelus dada dan berharap bisa segera saya lunasi" (wawancara di rumafl subjek, 12 Juli 2008, pukul 09.40).

S selalu cerita kepada saudara dan orang-orang terdekat mengenai penyakit

yang diderita olefl A, seperti masalah kekurangan biaya untuk transfusi darah

A, dan kebutuhan sehari-hari. Selain masalah keuangan juga, S selalu

menceritakan kesedihannya kepada orang terdekat ketik.a menemani A untuk

menjalankan transfusi darah, karena dengan S menceritakan masalah dan

kesedihannya, S selalu mendapatkan dukungan dari orang terdekat, untuk

lebih kuat dan lebih sabar dalam menghadapi cobaan yang terjadi pada

anaknya dan keluarganya.

Pada saat S menemani anaknya un!uk transfusi darah, S sering menangis,

ketika melihat anaknya menjalani transfusi darah, karena pada waktu

transfusi darah, tangan anal<nya yang kecil ditusuk-tusuk jarum berulang-

ulang kali untuk menemukan urat. A selalu menangis bila tangannya sudah

ditusuk jarum untuk transfusi darah, hal ini membuat S sedil1 dan tidal< tega

lihat anaknya, tetapi S selalu menguatkan dirinya sendiri dengan mengkontrol

Page 80: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

dirinya dengan mengingat hasil setelal1 A mendapatkan transfusi darah,

misalnya A bisa ceria lagi, bisa menjalankan aktivitas sehari-harinya tanpa

ada hambatan.

66

Terkadang A apabila sudah melakukan transfusi darah, badannya suka gatal­

gatal, di badannya terdapat bentol-bentol kecil seperti ada nanah di

dalamnya, sehingga menyebabkan A tidak bisa tidur karnna kegatelannya

dan terkadang perih. Oleh karena itu S aktif menanyakan ke Rumah Sakit

mengenai apa yang menyebabkan anaknya setelah di transfusi darah

badannya suka gatel2, akhirnya S mengetahui kenapa A setelah transfusi

darah terkadang suka gatal, karena darah yang didapatnya tidak cocok

dengannya sehingga pada badan A terdapat bentol-bentol dan gatal. Untuk

menghindari anaknya gatal-gatal dan bentol-bentol kecil seperti ada

nanahnya, S suka memperhatikan darah yang S dapat dari PMI, bila darah

yang didapatnya berkerak, itu tandanya darahnya jelek dan tidak cocok

dengan A, maka S meminta untuk menukarkan darah ternebut dengan darah

yang lebih bagus, dan yang lebih cocok dengan A. Karena A sering gatal­

gatal, bentol-bentol kecil seperti ada nanahnya dan muka sering terlihat pucat

menyebabkannya malu untuk sekolah, karena tidak jarang teman-temannya

mengejeknya dengan drakula yang mukanya pucat dan hidup dari darah, S

hanya bisa menguatkan perasaan A, dan mengabulkan permintaan A untuk

berhenti sekolah di kelas 5 SD.

Page 81: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

67

"walaupun saya merasa tidak kuat menghadapi apa yang tetjadi dengan anak saya, tetapi saya setidaknya merasa bersyukur karena saya datang ke Ru mah Sakit dengan anak saya, dan saya pulang juga dengan anak saya, tidak seperti orang-orang yang datang ke Rumah Sakit, clan pulang hanya tinggal nama. Sa ya Jadin ya sadar kalau mungkin ini semua yang tetjadi memang sudah jalannya saya dan anak saya, saya harus bersabar menjalankan kehidupan ini, karena anak saya hanya bersandar kepada saya dan kalau saya tidak kuat, menjalankan semuanya, bagaimana dengan kehidupan anak saya. Harapan saya moga aja anak saya tetap hidup dan sehat sampai besar'' (wawancara di lakukan di rumah subjek, 12 Juli 2008, pukul 10.25 WIB).

Analisis kasus S

Coping yang di tampilkan

Ketika pertama kali S mengetahui penyakit yang diderita oleh A, perilaku

coping yang ditunjukkan oleh S adalah penolakan (denial) , dimana S

menolak penyakit yang diderita olel1 anaknya dan merasa tidak percaya

dengan apa yang terjadi dengan anaknya.

S meminta bantuan (seeking social support for instrumental reasons)

berupa meminjan uang yaitu dengan meminjam uang kepada siapa saja yang

dekat dengannya untuk biaya transfusi darah, obat, dan kehidupan sehari-

harinya.

Untuk mengurangi beban yang dirasakan oleh S, S mEm<:ari dukungan

emosi (seeking social support for emotional reasons) dengan menceritakan

masalah yang dihadapi olehnya dan anaknya kepada orang-orang

terdekatnya seperti saudara, tetangga dan teman. S selalu menangis bila

Page 82: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

69

4.2.3. Kasus H

H adalah seorang wanila berumur 32 tahun. Memiliki berat badan sekitar 47

kg dan linggi badan 148 cm. H cendrung memiliki wajah bulat, bentuk tubuh

sedikit gemuk, berkulit putih, rambut lurus pendek sebahu, dan

berpenampilan menarik dengan menggunakan baju kaos pendek berwarna

biru muda yang dipadukan dengan celana panjang berwarna biru tua, tidak

berkrudung, rambutnya tergerai, sedikit menggunakan make-up tetapi tidak

memakai asesoris apapun.

Sebelum kegiatan wawancara di lakukan, penulis terlebih dahulu

mengadakan pendekatan dengan H dengan datang sehari sebelum dilakukan

wawancara, guna mendapatkan gambaran keadaan kehidupan H dan

menjalin keakrabatan, sehingga ketika penulis memin!a l<esediaan untuk

menjadi responden dalam penelitian, H bersedia membantu penulis untuk

menjadi sampel penelitian.

Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Juli 2008 mulai pukul 09.00 sampai

dengan 13.00 WIB dan tanggal 22 Juli 2008 mulai pukul ·11.00 sampai 12.00.

Wawancara dilakukan di rumah responden, tepatnya di ruang TV keluarga

yang berdekatan dengan ruang tamu.

Pada saat wawancara berlangsung H terlihat sangat antusias dalam

menjawab pertanyaan dan bersikap sangat bersahabal d1:mgan penulis,

Page 83: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

sehingga antara E dan penulis tidak ada perasaan cang!Jung selama

wawancara berlangsung.

Ketiak wawancara, H sambil mengajak anaknya yang berusia 15 bulan

bermain. Beberapa anak berumur 7 tahun lalu lalang disekitar ruang tv

keluarga dan ruang tamu, sehingga terkadang membuat wawancara agak

sedikit terganggu namun wawancara tetap berjalan dengan baik.

70

Pada saat E menjelaskan awal mula bayinya terdeteksi menderita penyakit

thalassaemia, E terlihat sangat sedih dan bersuara rendah, karena bayi

mungilnya hampir meninggal bila tidak mendapatkan pertolongan pada saat

itu.

H memiliki 2 orang anak laki-laki, anak yang pertama usianya 7 tahun dan

anak yang kedua usianya baru 15 bulan. F adalah anak kedua yang berumur

15 bulan yang menderita penyakit thalassaemia mayor, yang terdeteksi pada

usianya 8 bulan yang lalu.

Suami H berusia 33 tahun, mempunyai peketjaan sebagai kuli bangunan.

Menurut H, suaminya akan bekerja apa saja mencari uang untuk keluarga

kecilnya terutama untuk memenuhi kebutuhan F yang menderita penyakit

thalassaemia, sedangkan untuk urusan rumah tangga H yang bertanggung

jawab penuh.

Page 84: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

71

Pada waktu umur F 3 bulan, F sering sekali batuk-batuk, H membawa F ke

Rumah Sakit daerah Fatmawati untuk diperiksa, kemudian pihak Rumah

Sakit menganjurkan F untuk di transfusi darah. Pada wal<:tu itu H belum

mengetahui penyakit apa yang diderita oleh F, karena dari pihak Rumah

Sakit hanya memberitahukan bahwa F kekurangan zat besi, dan bisa

dibilang anemia ringan. Dari umur F 3 bulan sampai 8 bulan, keadaannya

terus menerus menurun mulai dari muka pucat, perut kembung, sampai

badannya F yang mungil tergolek lemas tak berdaya. Me•lil1at keadaan F tiap

hari semakin memburuk, H membawanya ke Rumah Sa~;it daerah

Tanggerang. F diperiksa oleh dokter di sana, dan diberikan transfusi darah, H

menanyakan keadaan F kepada dokter, tapi dokter belum memberitahukan

apa yang sebenarnya terjadi pada F, baru setelah F menerima transfusi

darah yang kedua kalinya dokter memberitahukan mengi:mai apa yang terjadi

pada F. Dokter memberitahukan bahwa F menderita penyakit thalassaemia

yaitu penyakit kelainan sel darah merah. Kernudian H meinanyakan kepada

dokter apakah penyakit yang diderita anaknya adalah kanker? dan apakah

penyakit thalassaemia bisa sembuh? H sangat menghawatirkan keadaan

bayi mungilnya, dokter rnenjelaskan kepada H perihal penyakit yang diderita

oleh anaknya adalah bukan sejenis kanker, hanya saja k.arena sel darah

merah pada penderita thalassaernia urnurnya lebih pendE~k daripada sel

darah rnerah pada orang normal, maka penderita thalassaemia harus

Page 85: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

72

melakukan transfusi darah rutin untuk menggantikan sel darah merah yang

mati. Rutinitas transfusi darah ini harus senantiasa dilakukan karena apabila

rutinitas transfusi darah tidak dilakukan maka anak atau penderita

thalassaemia bisa jatuh lemas dan keadaannya bisa menurun drastis atau

bahkan penderita thalassaemia bisa meninggal. Sampai saat ini

thalassaemia belum ada obatnya, jadi tindakan yang bisa menyelamatkannya

hanya transfusi darah rutin, dan dokter juga memberitahukan kepada H

bahwa thalassaemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan oleh

orang tua, bisa dari ayah atau ibu atau keduanya.

Mendengar penjelasan dari dokter, H langsung terkaget-l<aget, badannya

menjadi lemes, dan H sedikit terguncang, karena menurutnya mana mungkin

bayi kecil mungil seperti F yang tidak mempunyai dosa apa-apa, bisa

menderita penyakit seumur hidupnya, dan bayangan kematian F langsung

terlintas di pikiran H. H juga merasa bersalah, karena H merasa mungkin dari

dirinya bayi mungilnya yang tanpa dosa terkena thalassaemia.

"saya sefafu berdoa, Ya Allah ... sehatkan F, jangan ambit F dari sisi hamba ... (matanya berkaca-kaca) saya sefafu meminta yang ter.baik buat anak saya, saya udah berusalla semampu saya untuk menjaga anak saya, semua tergantung Allah yang menakdirkan kehidupan anak saya" (wawancara dilakukan di rumah subjek , 18 Juli 2008, pukul 10.40 WIB).

Setelah 1-1 mengetahui anaknya menderita penyakit thalassaemia, 1-1 aktif

mencari informasi mengenai penyakit thalassaemia, karena H tidak

Page 86: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

menginginkan melihat F tergolek lemas seperti waktu F telat melakukan

transfusi darah karena H tidak mengetahui rutinitas harus dilakukan oleh F,

akhirnya H mendapatkan buku mengenai penyakit thalassaemia dari

tetangganya yang kuliah di kedokteran, sehingga H dapat mengetahui

penyakit thalassaemia lebih mendalam.

73

H selalu cerita ke semua orang mengenai penyakit F, karena menurutnya

dengan H menceritakan tentang masalahnya bisa mernbuatnya lega. Setiap

ada orang yang menanyakan kenapa F terlihat pucat, H langsung

menceritakan apa yang terjadi dengan F. orang-orang yang H ceritakan

kebanyakan dari mereka tidak mengetahui penyakit thalassaemia, yang

mereka tahu penyakit yang parah itu seperti kanker, dan leukemia. H

menceritakan apa yang dijelaskan oleh dokter kepada orang-orang, sehingga

orang-orang menjadi tahu mengenai penyakit thalassaemia.

Semenjak F didiagnosis menderita penyakit thalassaemia, H harus memutar

otak memikirkan bagaimana dengan kerjaan dan penghasilan suami sebagai

tukang bangunan yang tidak besar harus membawa anak secara rutin untuk

transfusi darah, akhirnya dengan informasi yang H dapat dari orang-orang

untuk mendapatkan keringanan biaya transfusi darah H harus membuat kartu

berobat untuk keluarga tidak mampu.

Page 87: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

74

"setelah saya buat kartu berobat untuk keluarga tidak mampu, biaya transfusi darah untuk anak saya menjadi gratis, tetapi karena bi/a anak saya transfusi darah di Rumah Sakit, saya harus menginap 2 sampai 3 hari, jadi saya harus mencari uang untuk biaya menginap saya, suami dan anak saya se/ama di Rumah Sakit, akhimya suami saya mendapatkan care untuk memenuhi biaya menginap di Rumah Sakit, yaitu merencanakan keuangan yang tiap minggunya suami saya dapatkan dari upah kerjanya, disisihkan untuk biaya menginap di Rumah Sakit, kami selalu merencanakan kE~uemgan saya dan suami dengan care seperti itu, karena bi/a tidak begitu, bagaimana saya membawa anak saya untuk transfusi darah? saya ga mau punya utang dimana-mana tar kan repot bayarnya gimana, udah pEmghasi/an suami pas­pasan buat sehari-hari dan pengobatan F, eh,, kudu mikirin utang /agi, aduh­aduh ga sanggup dah saya, lebi/1 baik begini" (wawancara dilakukan di rumah subjek, 18 Juli 2008, pukul 11. 1 O WIB).

Melihat F di transfusi darah, H selalu sedih, karena F yang masih bayi harus

merasakan suntikan dengan jarum yang besar-besar clengan berulang-ulang

ketika transfusi clarah, F selalu menangis tersedu-seclu, itu yang

menyebabkan H selalu sedih melihat anaklrnya transfusi clarah, bapaknya F

selalu tidak mau melihat anaknya ketika ditransfusi darah karena ticlak tega,

sehingga hanya Hlah yang menemani F pada waktu transfusi.

" anak saya sering di sebut drakula oleh tetangga, mungkin maksudnya becanda, tetapi kalau panggilan ini terus berlangsung sampai anak .saya besar, saya talwt anak saya menjadi mindet; dan ga mau bergaul dengan teman-temanya /agi, be/um lagi kalo tetanggga membanding-bandingkan perkembangan anak saya dengan anaknya yang normal, saya suka kesel, orang-orang kan tahu anak saya sakit, jadi pasti ada pf,,bedaannya dari ank­anak yang normal, anak saya sekrang umur ·t 5 bu/an, tete1pi be/um ilisa jalan, saya juga suka sedih melihat anak saya, kok be/um bisa }a/an juga ... (sambil menunjuk ke arah F), saya pasra/1 aja dah, nerima apa adanya anak saya, saya juga udah berusaha semampu saya untuk anak saya ... " (wawancara clilakukan cli rumah subjek, 18 Juli 2008, pukul 11.50 WIB).

Page 88: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

75

Harapan H untuk anaknya adalah semoga anaknya bisa bertahan hidup

sampai besar, cara apapun akan H tempuh bersama suami untuk kebaikkan

F. H mengakui bahwa memang anak titipan tuhan jadi memang sudah

seharusnya dijaga. H mengambil hikmah dari apa yang terjadi pada anaknya

dengan mungkin dengan kejadian ini H bisa lebih sabar, dan tabah dalam

menjalani hidup.

Analisis kasus

Perilaku coping yang muncul

Masalah pertama yang H hadapi adalah pada waktu H mengetahui bahwa

bayinya yang mungil terkena penyakit thalassaemia mayor, sehingga H

menunujukkan coping penolakan {denial) dimana H menolak dan tidak

percaya akan apa yang terjadi pada anaknya.

H menunjukkan coping kembali pada agama (turning to religion) dengan

selalu berdoa dan meminta kepada Allah yang terbaik buat kehidupannya,

keluarganya dan anaknya.

H menunjukkan coping active dengan mencari secara af\tif informasi

mengenai seluk-beluk penyakit thalassaemia, agar kejadian yang hampir

Page 89: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

76

membuat nyawa anaknya menghilang tidak terjadi lagi dan membuat H lebih

memahami benar seperti apa penyakit thalassaemia.

Untuk mengurangi bebannya, ia mencari dulmngan ~m1osi dengan bercerita

dan membagi duka kepada siapa saja yang menanyakan keadaan anaknya

(seeking social support for emotional reasons) yang termasuk ke dalam

coping yang berpusat pada emosi (emotional focused coping).

Selain itu, untuk menghadapi masalah keuangan untuk pengobatan F, H dan

suami memiliki perencanaan (planning) yaitu merencanakan keuangan

dengan selalu menyisihkan penghasilan suami tiap ming9unya untuk

transfusi darah anaknya.

Akhirnya H menunjukkan coping penerimaan (acceptance) yang termasuk

ke dalam coping yang berpusat pada emosi (emotional focused coping)

dengan menerima apa pun kondisi F dan memasrahkan kepada Allah yang

menentukkan takdirnya dan anaknya. H menampilkan coping mengambil

hikmah dari kejadian (positive reinterpretation and growth) dengan

menganggap semua hal yang terjadi pada anaknya supaya dia bisa lebih

bersabar dan tabah dalam menjalani kehidupannya.

Sehingga dapat disimpulkan, H dalam menghadapi masalahnya

menampilkan coping yang berpusat pada rnasalah dan coping yang berpusat

pada emosi. Adapun coping yang berpusat pada masalah yang ditampilkan

Page 90: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

oleh H adalah perencanaan (planning), sedangkan coping yang berpusat

pada emosi yang ditampilkan oleh H adalah penolakan (denial), kembali

pada agama (turning to religion), mencari dukungan emosi (seeking social

support for emotional reasons), penerimaan (Acceptanc<i) dan mengambil

hikmah (positive reinterpretation and growth).

77

Page 91: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

78

4.3. Analisa Perbandingan Antar Kasus

4.3.1. Gambaran anasalah-masalah yang dihadapi aritar subjek

Tabe! 4.3.1. masalah-masalah yang dihadapi

>-----------------1--E -rs-r H l Masa!ah-masalah yang dihadapi Tl -i

1 _ Merasa bersalah, karena menurunkan gen

thalassaemia kepada anaknya

2_ Tidak dapat menerima kenyataan,

anaknya menderita penyakit thalassaemia

3. Kesulitan membangkitkan rasa percaya

diri anak

4. Kesulitan mendapatkan uang untuk biaya

trnasfusi darah

5. Stigma yang salah para tetangga

mengenai penyakit thalassaemia

6. Tidak adanya obat, yang dapat

menyembuhkan penyakit thalassaemia

7. Keadaan anak yang selalu menurun

8. Anak menderita thalassaemia seumur

hid up

9. Perasaan tidak tega melihat anak ketika

melakukan transfusi darah

10. Kekhawatiran mengenai kelanjutan ilidup

anaknya

'11'11'1

, I ,

__J_J

Page 92: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

79

Keterangan : '1 berarti dialami, - berarti tidak dialami.

Dari label di atas dapat diketahui bahwa masalah yang dialami E antara lain:

Merasa bersalah, karena menurunkan gen thalassaemia kepada anaknya,

tidak dapat menerima kenyataan, anaknya menderita penyakit thalassaemia,

kesulitan membangkitkan rasa percaya diri anak, kesulitan mendapatkan

uang untuk biaya trnasfusi darah dan stigma yang salah para tetangga

mengenai penyakit thalassaemia. S mengalami masalah antara lain: Merasa

bersalah, karena menurunkan gen thalassaemia kepada anaknya, tidak

dapat menerima kenyataan, anaknya menderita penyakit thalassaemia,

kesulitan membangkitkan rasa percaya diri anak, kesulitan mendapatkan

uang untuk biaya trnasfusi darah, tidak adanya obat, yang dapat

menyembuhkan penyakit thalassaemia, anak menderita thalassaemia

seumur hidup dan perasaan tidak tega melihat anak keitika melakukan

transfusi darah. H mengalami masalah antara lain: Merasa bersalah, karena

menurunkan gen thalassaemia kepada anaknya, tidak dapat menerima

kenyataan, anaknya menderita penyakit thalassaemia, stigma yang salah

para tetangga mengenai penyakit thalassaemia, tidal< adanya obat, yang

dapat menyembuhkan penyakit thalassaemia, keadaan anak yang selalu

menurun, anak menderita thalassaemia seumur hidup. perasaan tidal< tega

melihat anak ketika melakukan transfusi darah dan kekhawatiran mengenai

kelanjutan hidup anaknya

Page 93: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

80

4.3.2. Gambaran strategi coping yang dilakukan antar subjek

4.3.2. tabel strategi coping antar subjek

Subyek Subyek Subyek Strategi Coping

E s H

Active coping (coping - y y

aktif)

Planning - - v

(Perencanaan)

Suppression of Problem

competing activities focused - - -

(penekanan kegiatan coping

lain) (coping yang

Restrain coping terpusat

(Penundaan perilaku y y -pad a

mengatasi stress) masalah)

Seeking social support

for instrumental

reasons (mencari y y -dukungan sosial

berupa bantuan)

Page 94: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

PERPUST;.'\f<Ar'\N UT/\MA I UIN SYAHID JAKARTA I

Subyek Subyek Strategi Coping

E s

Seeking social support

for emotional reasons

(pencarian dukungan -J -J

untuk alasan

emosional)

-Emotion Positive

focused reinterpretation and

coping growth (interpretasi -J -

(coping yang kembali secara positif

terpusat dan pendewasaan diri)

pada emosi) Denial (Penolakan) " " Acceptance

-J -J (penerimaan)

Turning to religion

(memasrahkan diri -J -pada agama)

Keterangan: Y berarti dipakai, - berarti tidak dipakai

81

Subyek

H

-J

-J

-J

-J

-J

Page 95: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

82

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa para ibu menggunakan 2 strategi

coping yang dikemukakan oleh Carver, C.S & Scheler, M.F yaitu problem­

focused coping (coping terpusat pada masalah) dan emotion-focus19d coping

(coping terpusat pada emosi). Sebagian besar strategi coping yang

digunakan oleh semua subyek penelitian sama. Strategi coping yang

digunakan olel1 E dalam bentuk problem-focused coping (coping terpusat

pada masalah) yaitu Restrain coping (Penundaan perilaku mengatasi stress)

dan Seeking social support for instrumental reasons (mencari dukungan

sosial berupa bantuan), sedangkan dalam bentuk emotion-focused coping

(coping terpusat pada emosi) yaitu Seeking social support for emotional

reasons (pencarian dukungan untuk alasan emosional), Positive

reinterpretation and growth (interpretasi kembali secara positif dan

pendewasaan diri}, Denial (Penolakan), AccE1ptance (penerimaan), dan

Turning to religion (memasrahkan diri pada agama). Strategi coping yang

digunakan oleh S dalam bentuk problem-focused coping (coping terpusat

pada masalah) yaitu Active coping (coping aktif), Restrain coping

(Penundaan perilaku mengatasi stress}, dan Seeking social support for

instrumental reasons (mencari dukungan sosial berupa bantuan}, sedangkan

dalam bentuk emotion-focused coping (coping terpusat pada emosi) yaitu

Seeking social support for emotional reasons (pencarian dukungan untuk

alasan emosional), Denial (Penolakan), dan Acceptance (penerimaan).

Page 96: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

83

Strategi coping yang digunakan oleh H dalam bentuk problem-focused coping

(coping terpusat pada masalah) yaitu Active coping (coping aktif), Planning

(Perencanaan), sedangkan dalam bentuk emotion-focusc'd coping (coping

terpusat pada emosi) yaitu Seeking social support for 1-;;motional reasons

(pencarian dukungan untuk alasan emosional), Positive reinterpretation and

growth (interpretasi kembali secara positif dan pendewasaan diri), Denial

(Penolakan), Acceptance (penerimaan), dan Turning to rr;;figion

(memasrahkan diri pada agama).

Page 97: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

BAB5

PENUTUP

Pada bab terakhir ini akan diuraikan kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi, pada bagian akhir

dikemukakan saran-saran yang mungkin menjadi masukan dan berguna bagi

penelitian selanjutnya.

5.1. Kesimpuian

Berdasarkan hasil data wawancara dan observasi yang diperolah dari

analisis yang dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam

penelitian ini adalah para ibu pertama kali meinampilkan strategi coping

dengan coping yang berpusat pada emosi (emotional focused coping) yaitu

ketika para ibu menghadapi permasalahan yang tidak dapat dicari

pemecahannya. Kemudian barulah para ibu menampilkan coping yang

berpusat pada masalah (problem focused coping) yaitu ketika para ibu

menghadapi masalah yang masih dapat dicari penyelesaiannya.

Adapun Mayoritas para ibu menampilkan strategi coping berpusat pada

emosi (emotional focused coping) dengan penolakan (denial) dengan

Page 98: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

85

menolak kenyataan bahwa anaknya menderita penyakit seumur hidupnya

dan belum ada obat yang dapat menyembuhkannya, mencari dukungan

emosi (seeking social support for emotion reasons) dengan membicarakan

masalah-masalahnya kepada orang terdekat dan terakhir dengan

penerimaan (acceptance), al<an apa yang terjadi pada anaknya. Sedangkan

untuk strategi coping yang berpusat pada masalah (problem focused coping)

mayoritas para ibu melakukan dengan meminta bantuan (seeking social

support for instrumental reasons), berupa meminjam uang untuk biaya

transfusi darah anaknya.

5.2. Diskusi

Dari hasil penelitian yang telah didapat, strategi coping yang pertama muncul

dari para ibu yang mempunyai anak menderita thalassaernia adalah tidak

rnenerima atau menolak (denial), yang termasuk kedalarn coping yang

terpusat pada emosi, seperti yang dikatakan oleh Carver et al. (1989) bahwa

respon ini rnuncul pada penilaian primer yaitu pada saat pertama kali para ibu

mendengar dan mendapat penjelasan mengenai penyakit yang diderita oleh

anaknya.

Kemudian karena para ibu tidak dapat mengubah situasi tersebut , mereka

mencari dukungan moral dan simpati dari sahabat, saudara ataupun orang

Page 99: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

90

atau tidak percaya diri karena fisiknya berbeda dengan anal< normal. Peran

ibu dalam membangkitl<an rasa percaya diri anak sangatlah dibutuhkan oleh

anaknya, guna menghadapi kehidupan sosial anaknya, oleh karena itu ibu

harus bisa mengatasi masalah-masalah yang menekan hidupnya. Para ibu

bisa mengatasi masalah-masalahnya dengan menggunakan coping, baik

coping yang berpusat pada masalah ataupu n coping yang berpusat pad a

emosi.

Diantara 2 jenis coping tersebut tidak ada yang lebih baik atau lebih unggul,

keduanya sama-sama memillki kelebihan dan kekurangan dalam mengatasi

permasalahan yang dihadapi oleh para ibu yang memiliki anak penderita

penyakit thalassaemia.

Saran praktis sehubungan dengan thalassaernia

Untuk menghindari penyakit thalassaemia diderita olet1 ainak pada masa

kehamilan hendaknya para ibu pada minggu ke 9 sampai minggu 13

memeriksakan kandungan, dimaksudkan untuk mengetahui apakah anak

yang sedang dikandung bebas dari kelainan darah thalassaemia atau tidak.

Bila anak yang dikandung membawa gen thalassaemia, para orang tua bisa

mendiskusikan kelanjutan kehamilan, apakah dilanjutkan atau tidak.

Page 100: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Apabila kehamilan dilanjutkan para orang tua harus siap menghadapi

kemungkinan-kemungkinan yang timbul dari anak yang rnenderita

thalassaemia, tetapi bila kehamilan tidak dilanjutkan, bisa menekan angka

penderita thalassaemia di Indonesia yang tiap tahun selalu meningkat,

sehingga dalam hal ini sudah tentu keputusan keluarga sangat

mempengaruhi kelanjutan kehidupan keluarganya.

91

Penyakit thalassaemia merupakan penyakit yang tiap tahunnya mengalami

peningkatan pada penderitanya, oleh karena itu sangat diperlukan suatu

bentuk promosi kesehatan dalam bentuk pemberian informasi selengkap­

lengkapnya atau penyuluhan tentang penyakit thalassaemia. Usaha ini

dilakukan sebagai upaya penekanan angka penderita tha!lassaemia yang tiap

tahun selalu meningkat.

Page 101: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

DAFTAR PUSTAKA

Abu Muhammad Jibril. (1999). Karakteristik Le/aki Sfwlih. Yogyakarta: Wihdah Press.

Ali Qaimi. (2002). Buaian /bu di Antara Surge dan Neraka; Peran /bu dalam Mendidik Anak. Bogor: Cahaya.

Bloona, Richard Ed.D., C.H.ES. (2005). Coping With Streiss in a Changing World, Third Edition. New York : Mc Graw Hill

Brizendine, Lounann. (2007). The Female Brain. Jakarta: PT. Cahaya lnsan Suci.

Carver, C. S. & Scheier, 1111.F. (1989). Assessing Coping Strategis; a theoretically based Approach. Journal of Personality end Social Psychology.

Chaplin. (2004). Kamus Lengkap Psiko/ogi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Echols, John M & Hasan Shadily. (1994). Kamus lngris-lndonesia; edisi ketiga. Jakarta: PT. Gramedia.

Efriyani Djuwita. (2006). Masalah Perilaku dan Emosi Anak Penderite Thalassaemia Mayor Usia Sekolah, di Rumah Sakit Cipto Mangukusumo.Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas lndone1sia, Depok.

Faisal Yatim. (2003). Talasemia, Leukemia, dan Anemia. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Hartono Ahmad Jaiz. (1997). Ragam Berkeluarga: Serasi Tapi Sesat. Jakarta: Pustaka Al-Kausar.

Hasto Prianggoro. Dampak Psikososial. http://www.tabloid­nakita.com/artikel.php. (22/05/08).

Hurlock, Elizabeth 8. (2000). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendeikatan Sepanjang Rentang Kehidupan, edisi kelima. Jakarta : Erlan!ma.

Page 102: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Kaplan & Sadock. (1997). Sinopsis Psikiatri: I/mu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Kfinis, edisi ketuju/J, jifid kedua. Jakarta : Binarupa Aksara

Kartini Kartono. (1992). Psikofogi Wanitajifid2; Mengenal Wanita SE?bagai !bu clan Nenek. Bandung: Mandor Maju.

Kristi Poerwandari. (1998). Penefitian Kuafitatif dalam Penefitian Psikologi. Jakarta: LP3 UI Perss.

Lexy J Moleong. (2004). Metoclo/ogi Penefitian Kuafitatif Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Midence.,K.Fuggle, P., Davies,S.C. (1993). Psychosocial Aspect of Sicle Cell Disease (SCD) in chifdhoocl and Adolescent: A Review. British Journal of Psychology, 32, 271-280.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. ( 1995). Ka mus Besar Bahasa Indonesia; Eclisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Rice, Phillip.L. (1999). Stress and Healt, third edition. Brooks: Cole Publishing Company.

Rusdi Maslim, Dr. (1993). Diagnostik Gangguan Jiwa PPDGJ; Edisi Ketiga. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI.

Sarafino, Edward P. (1994). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Sheridan, Charles L. (1992). Health Psychology: Challenging The Biomedical. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Syaikh 'Ali Al-Qadhi. (2003). Rumah Tanggaku Karirku. Jakarta: Mustaqiim.

Taylor, Shelley E. (2003). Health Psychology, fifth edition. New York: The McGraw-Hill Companies.

Yayasan Thalassaemia Indonesia (1987). Apakah Thalassaemia itu; Bagaimana Menanganinya. Jakarta: PT. Bumi Prakarsa Cipta.

Yayasan Thalassaemia Indonesia (1987). Apakah Thalassaemia itu; Mengapa Te!jadi clan Bagaimana penegahanny.s. ,Jakarta: PT. Bumi Prakarsa Cipta.

Page 103: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Yin, Robert K. (2004). Studi Kasus: Desain dan Metod19 . . Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Vullo. (1995). What is thalassaemia. http/ /www.thalassaemia.org. cy/books/what_is/chapter _ 18. htm. (28/05/08).

W. Edith Humris. (2001 ). Penyakit Thalassaemia Mayor Sebagai Faktor Pencetus Psikopatolodi pada Anak dan Orang Tu;;1 (Studi Kasus Mengenai Pasien Thalassaemia Mayor yang berumur 1-17 Tahun Beserta Orang Tuanya di Jakarta). Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, Depok.

Zainun Mu'tadin. 2002, Strategi Coping. http:/fwww.e­psikologi.com/remaja/220702.htm. (22/05/08).

http://www. republika. co. id/koran_ detail. asp

http://www. depkes. go. id/index. php

http://www.info-sehat.com/content.php

Page 104: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pedoman wawancara

a. bagaimana gambaran masalah yang dihadapi ibu yanri mempunyai anak

menderita thalassaemia?

1. Sebelum ibu mengetahui anak ibu menderita pe:nyakit thalassaemia,

apa yang ibu ketahui mengenai penyaki thalassaemia?

2. Gejala-gejala apa saja yang tampak pada anak ibu ketika ibu belum

mengetahui bahwa anak ibu menderita penyakit thalassaemia?

3. Kapan dan pada umur berapa anak ibu terdeteksi menderita penyakit

thalassaemia

4. Bagaimana perasaan ibu, pada waktu ibu mengetahui anak ibu

menderita penyakit thalassaemia?

5. Setelah ibu mengetahui anak ibu menderita penyakit thalassaemia,

adakah masalah-masalah yang timbul?

6. Masalah-masalah apa saja yang terjadi setelah ibu mengetahui anak

ibu menderita penyakit thalassaemia?

7. Menurut ibu dari masalah-masalah yang timbul karena anak ibu

menderita penyakit thalassaemia, masalah apaf<ah yang paling berat

bagi ibu?

8. Mengapa masalah yang timbul tersebut, menurut ibu paling berat?

9. Apal<ah masalah yang timbul tersebut menjadi tekanan bagi ibu?

10. Apa yang ibu rasakan dengan adanya masalah-masalah yan1~ timbul

karena anak ibu menderita penyakit thalassaemia?

11. Sejauh apa dampak masalah-masalah tersebut terhadap kehidupan

sehari-hari i bu?

Page 105: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

14.Siapa orang tersebut? Dan mengapa ibu membicarakan masalah­

masalah ibu kepadanya?apakah dengan ibu membicarakan masalah­

masalah ibu kepadanya membuat ibu menjadi l1:ibih baik dari

sebelumnya?mengapa begitu?

15. Apakah ibu pernah mencari sisi baiknya dari masalah-masalah yang

ibu hadapi? sisi baik apa?

16.Apal<ah ibu pernah menolak untul< percaya bahwa hal ini terjadi pada

l<ehidupan anak ibu?

17. Mengapa ibu menolal< untuk percaya akan apa yang terjadi pada

kehidupan ibu?pada saat apa yang menyebabl<an ibu tidak percaya

hal tersebut terjadi pada kehidapan anak ibu?

18. Adal<ah usaha keagamaan yang ibu lakukan untuk. menghadapi

masalah-masalah yang timbul karena anak ibu menderita penyakit

thalassaemia?

19. Upaya keagamaan apa yang ibu Jakukan dalam m1enghadapi masalah

yang timbul karena anak ibu menderita penyakit

thalassaemia?mengapa ibu melakukan upaya kea!~aman tersebut?)

20. Bagaimana aktivitas keagaman ibu setelah mengalami semua ini?

21. Bagaimana harapan ibu bagi anak ibu dan kehidupan ibu kedepan?

Page 106: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Pemyataan Kesediaan

Na ma

TTL

Pekerjaan

Ala mat

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan sebenar-·

benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul "Perilaku

Coping lbu yang Mempunyai Anak menderita Thalasi1aemia" yang

disusun oleh Gina Hikmatur Redha (Mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

Wawancara ini berkaitan dengan aspek pengalaman tingkah laku,

keadaan psil<ologis, dan emosi ibu yang berkaitan dengan keadaan anak

yang menderita penyakit thalassaemia.

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan

semata-mata untuk keperluan skripsi ini. Apabila ditemukan data yang

masih kurang lengkap, saya bersedia untuk diwawancarai kembali.

Wasalam,

Jakarta, Juli 2008

Interviewee interviewer

(inisial) (Gina l-likmatur R)

Page 107: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

lembar observasi

Subjek

Tempat

Tanggal

Jam

Catatan lapangan

: 1/2/3 (inisial)

s/d

1. keadaan tempat wawancara, cuaca, dan kehadiran pihak lain di sekitar

tempat wawancara

2. gambaran fisik dan penampilan subjel<

3. ringkasan sikap subjek selama berlangsungnya proses wawancara

(suara, intonasi, posisi tubuh, antusiasme, sikap k€,pada interviewer,

kontak mata , dan lain-lain)

4. gambaran dan hambatan selama wawancara

5. catatan khusus selama wawancara

Page 108: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

PERNYATAAN KESEDIAAN

Nama

TTL

Pekerjaan

Alam at

: ~ \\JrA '>u ('() fo-t. i : )OW°'- I f;D -l:£c \1U..(\

: ~c<le;o Na~ v c\vl\ /

:J/0 lfende" IOdah 2

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan sebenar-benamya

untuk kepertuan pembuatan skripsi dengan judul "Perilaku Coping lbu yang

Mempunyai Anak menderita Thalassaemia" yang disusun oleh Gina

Hikmatur Redha (Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta)

Wawancara ini berkaitan dengan aspek pengalaman tingkal1 laku, keadaan

psikologis, dan emosi ibu yang berkaitan dengan keadaan anak yang

menderita penyakit thalassaemia.

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan

semata-mata untuk keperluan skripsi ini. Apabila ditemukan data yang masih

kurang lengkap, saya bersedia untuk diwawancarai kembali.

Wasalam,

Jakarta, Juli 2008

Interviewee interviewer

(inisial) (Gina Hikmatur R)

Page 109: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

PERNYATAAN KESEDIAAN

Nama

TTL

: t,RiVA 1,AJAT1 Ct:FN) : \0 jut-J\ \Cjl {,

Pekerjaan

Alamat

?G"T\c c C)\)\U T~ \)1-

: jl j;t\-'1--AJA F0!2JJ\!:,-AY\/L! "--1 qi

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan sebenar-benamya

untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul "Perilaku Coping lbu yang

Mernpunyai Anak rnenderita Thalassaernia" yang disusun oleh Gina

Hikrnatur Redha (Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta)

Wawancara ini berkaitan dengan aspek pengalaman tingkal1 laku, keadaan

psikologis, dan emosi ibu yang berkaitan dengan keadaan anak yang

menderita penyakit thalassaemia.

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan

semata-mata untuk keperluan skripsi ini. Apabila ditemukan data yang masih

kurang lengkap, saya bersedia untuk diwawancarai kembali.

Wasalam,

Jakarta, Juli 2008

Interviewee interviewer J

~MUtjz (inisial) (Gina Hikmatur R)

Page 110: DISUSUN OLEH : GINA HIKMATUR HEDHA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24446/1/GINA... · perilaku coping ibu yang mempunyai anak penderita thalassaemia disusun

Lembar observasi

Subjek

Tempat

Tanggal

Jam

: 1 /2/3 (inisial)

Ll m0 J e v..-\2 ,?Jt;: 2ot~

: 0'6uos1d \3 L\S

Catalan lapangan

1. keadaan tempat wawancara, cuaca, dan kehadiran pihak lain di sekitar

tempat wawancara

2. gambaran fisik dan penampilan subjek

3. ringkasan sikap subjek selama berlangsungnya proses wawancara

(suara, intonasi, posisi tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer,

kontak mata , dan lain-lain)

4. gambaran dan hambatan selama wawancara

5. catatan khusus selama wawancara

YO.n0 t"nerooC]f::o_(' Se(:;cc<?JkC \VO.(\Cj <Y\GA"'Cl\\ "'--D Ci -'c V ee·uLr

p(>'-lCc.~ \(et' go... Jct()wcf dcu' L<cnw=<-1' rr1 ecf\ oi U.e ~ t, C 0<1. co..

cF \Cc.\\u\"\Cc!\ ckl'\'=-,Ct\"\ J.; te1Y"i'"-f'\ o.Occtcnc1 c\ LJCCl\"l

M'CW\ f\~1K \,ulo )e_\( : 1-1_\.\t,:_-'c 5C\w0 N\4,tC\fl'"J• .\:\c\o.(:\ -\::,n00; do,0 ~eclJ0.;·\

-'c Ol2f\<JC\.{\ ~loo\"--tt.o.\\ ,los+er co\:<:: lq_"'= P'-'+\\., , c~C\I\ 1"'e."a."'°'\"'\\e<._c'

\1

i L 'c•(\-cr•~ 1'C?.(\6C\f\ c\C{C,\<:'.Ckr . l'.J\..\ ru.1"11C\.h \:Glf\0:5c:t. \ui.\\\\c.Jc'- LXD-\.L.' 1e1G..i\o._-, ~ ~ ., '""'"'

cl:tpC\lcw(Yj!A., ronobu.-1-"yo. ()C\0j'«i1S> c\e>0 J' \"\ufl Ck 1l)a.. JdC\S, \:C10to...n0 .Tu U.tso:.0 1t'0czs j l\u1"\'JC1r\ 11\\-onci.h c,jctl\:::> -tor ~a.cl«11< J ['-..\:!\ , OOC'\ 1 • L ' .. h \ ' I k T h~ I • \ I \ >"' T•\O\.A\' c\'.01d0\'= S,C\r\-ta.i. cO..I'\ """°'-" cecG.I'"'-' l:.:;_cC\\'- 0-jQ\'Y)C<.(\,

IY\ Q.1\ ct(lO) Cj ci._('\

ltl\t<".r Ulewe r

WC\VV Cl\f\ (Cc( 0.. 'An00..1c C\.(\ ~~ 1,-:C{\; c\C\ (\ b er- h~o..p i{Q\. b(Aec_.CI

\cl\ '<10~ c\. \.el C\.\L.C VY\Q\\ 5 Su. (\e<.\=c.t1'°' le OI"\. \71.11. \'11C-\.:tc:\ c\ o,\\ f '2\ Ir qdq

vV t.\c,;r;c(\ CuSO... o 6Jc,1.,('.u.Ko.(\ d; ''~" ( () A/)(\ ('_.\()(J\C l A) I l>o..\C\'Y\

iVl\.IY8 '=""-"'1 \.,\ , GJ"'-"" "5 ·\C\.\' c\ci\: Jc>vf 1

<A.Jn"'-' on cc<Jo, <:'; J:A_(J te-OcAC\p oc.;>\ \-\a.n1l'.'t'I 'icW ',,,...