Laporan Akhir Metode Gravitasi, Geofisika
-
Upload
rizvi-ahmadi -
Category
Documents
-
view
221 -
download
8
description
Transcript of Laporan Akhir Metode Gravitasi, Geofisika
Laporan Akhir Praktikum
Geofisika II
METODE GRAVITY
(GRAV)
Nama : JAENUDIN
NPM : 140310090026
Jadwal Praktikum : Selasa, 07.00-09.30 WIB
Asisten : Arif Darmawan
Laboratorium Geofisika
Jurusan/Prodi Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjadjaran
2012
Lembar Pengesahan
Geofisika II
(GRAV)
Nama : Jaenudin
NPM : 140310090026
Laporan Awal Speaken Praktikum
Jatinangor,..........................-2012
Asisten
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lapisan bumi paling luar terdiri dari lapisan kerak benua dan kerak samudera. Di
dalam kedua kerak ini memiliki perbedaan densitas (kerapatan) massa yang sangat
berpengaruh/rentan terhadap medan gravitasi. Oleh sebab itu terjadi variasi nilai
percepatan gravitasi ( anomaly gravitasi). Percepatan gravitasi merupakan medan yang
terjadi antara dua massa yang saling berinteraksi. Interaksi tersebut berupa adanya gaya
tarik-menarik sehingga kedua benda mengalami percepatan yang arahnya saling
berlawanan.
Metode gravity merupakan salah satu metode geofisika yang bersifat pasif (
memanfaatkan sumber yang alami) dan didasari oleh hokum Newton untuk gravitasi
universal. Metode ini memanfaatkan variasi densitas yang terdistribusi dalam lapisan
tanah. Setiap batuan/material mempunyai besar densitas yang berbeda-beda dan dapat
mempengaruhi terhadap variasi medan gravitasi bumi, sehingga terjadi anomaly
gravitasi.
Gravity meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variasi medan
gravitasi bumi. Alat ini bekerja berdasarkan hukum Newton dan hukum Hooke, yaitu
beban yang digantung oleh pegas. Dalam pengukuran medan gravitasi dengan
menggunakan gravity meter, kita diharapkan mengetahui cara mengkalibrasi alat
tersebut. Hal ini dikarenakan keadaan komponen-komponen alat tersebut setiap saat
dapat berubah dari keadaan baku. Perubahan tersebut bisa disebabkan oleh perubahan
temperature dan tekanan. Dalam mengkalibrasi alat, dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu cara laboratorium dan cara lapangan.
Pemrosesan data gravity yang sering disebut juga dengan reduksi data gravity,
secara umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu proses dasar dan proses
lanjutan. Proses dasar mencakup seluruh proses berawal dari nilai pembacaan alat
lapangan sampai diperoleh konversi pembacaan gravity meter ke nilai miligal (mgal),
koreksi apungan, koreksi pasang surut, koreksi lintang, koreksi udara bebas, koreksi
bouguer dan koreksi medan (terrain). Dalam pengolahannya, kita dapat menentukan
harga anomaly gravity dari setiap titik data yang kita ukur. Harga anomaly gravity
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan densitas batuan di dalam lapisan permukaan
bumi, oleh karena itu dalam koreksi bouguer dibutuhkan harga densitas rata-rata.
Densitas rata-rata ini dapat ditentukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode
Nettleton, dan metode Parasnis.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini diantaranya :
1. Memahami konsep Metode Gravity
2. Memahami konsep Anomali Gravity
3. Memahami bagian-bagian alat gravity meter
4. Dapat membaca alat gravity meter
5. Mampu mengoperasikan alat gravity meter
6. Menera kembali koefisien pegas yang berubah sehingga mengakibatkan perubahan
skala.
7. Menentukan harga CCF (Correction Calibration Factor).
8. Memahami cara akuisisi data
9. Memahami cara melakukan konversi pembacaan ke dalam mgal dari data bacaan
gravity meter.
10. Memahami dan dapat menghitung koreksi drift, koreksi udara bebas, koreksi
bouguer, dan menentukan koreksi pasang surut dengan cara interpolasi linier dari
table pasang surut.
11. Memahami cara menentukan koreksi medan inner zone dengan metode Robins-Oliver
dan metode Hammer serta menentukan koreksi medan outer zone denga
menggunakan metode Hammer Chart.
12. Memahami dan dapat menghitung nilai gravity pengamatan( gobs ) dan menghitung
gravitasi normal (gN) dengan menggunakan beberapa rumus formula gravitasi normal.
13. Memahami dan dapat menghitung anomaly gravitasi dan anomaly bouguer.
14. Menentukan harga rapat massa rata-rata dengan menggunakan metode Nettleton dan
metode Parasnis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Metode Gravity
Metode Gravity (gaya berat) dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah
permukaan berdasarkan perbedaan rapat masa jebakan mineral dari daerah sekeliling
(ρ=gram/cm3). Metode ini adalah metode geofisika yang sensitive terhadap perubahan
vertikal, oleh karena itu metode ini disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan
dasar, struktur geologi, endapan sungai purba, lubang di dalam masa batuan, shaff
terpendam dan lain-lain. Eksplorasi biasanya dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan
penampang. Perpisahan anomali akibat rapat masa dari kedalaman berbeda dilakukan
dengan menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Di pasaran sekarang didapat
alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi ( mgal ), dengan demikian anomali kecil
dapat dianalisa. Hanya saja metode penguluran data, harus dilakukan dengan sangat teliti
untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Metode gravity merupakan metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran
variasi medan gravitasi bumi. Pengukuran ini dapat dilakukan dipermukaan bumi, dikapal
maupun diudara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat
variasi rapat massa batuan dibawah permukaan, sehingga dalam pelaksanaanya yang
diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari satu titik observasi terhadap titik
observasi lainnya. Karena perbedaan medan gravitasi ini relatif kecil maka alat yang
digunakan harus mempunyai ketelitian yang tinggi.
Metode ini umumnya digunakan dalam eksplorasi minyak untuk menemukan
struktur yang merupakan jebakan minyak (oil trap), dan dikenal sebagai metode awal saat
akan melakukan eksplorasi daerah yang berpotensi hidrokarbon. Disamping itu metode
ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lain-lain. Meskipun dapat
dioperasikan dalam berbagai macam hal tetapi pada prinsipnya metode ini dipilih karena
kemampuannya dalam membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan
sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan
tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah
eksplorasi baik itu minyak maupun mineral lainnya. Eksplorasi metode ini dilakukan
dalam bentuk kisi atau lintasan penampang.
Manfaat lain dari metode gravitasi adalah bahwa pengukuran dapat dilakukan di
daerah budaya banyak dikembangkan, dimana metode geofisika lainnya mungkin tidak
bekerja. Sebagai contoh, pengukuran gravitasi bisa dibuat di dalam bangunan, di daerah
perkotaan dan di daerah kebisingan budaya, listrik, dan elektromagnetik. Pengukuran
kondisi bawah permukaan dengan metode gravitasi membutuhkan sebuah gravimeter dan
sarana untuk menentukan lokasi dan elevasi relatif sangat akurat dari stasiun gravitasi.
Unit pengukuran yang digunakan dalam metode gravitasi adalah gal, berdasarkan
gaya gravitasi di permukaan bumi. Gravitasi rata-rata di permukaan bumi adalah sekitar
980 gal. Unit umum digunakan dalam survei gravitasi daerah adalah milligal (10 - gal 3).
Teknik aplikasi lingkungan memerlukan pengukuran dengan akurasi dari beberapa gals μ
(10-6
gals), mereka sering disebut sebagai survei mikro.
Sebuah survei gravitasi rinci biasanya menggunakan stasiun pengukuran berjarak
dekat (beberapa meter untuk beberapa ratus kaki) dan dilakukan dengan gravimeter
mampu membaca ke beberapa μ gals. Detil survei digunakan untuk menilai geologi lokal
atau kondisi struktural.
Sebuah survei gravitasi terdiri dari melakukan pengukuran gravitasi di stasiun
sepanjang garis profil atau grid. Pengukuran diambil secara berkala di base station (lokasi
referensi stabil noise-free) untuk mengoreksi drift instrumen.
Data gaya berat berisi anomali yang terdiri dari dalam efek lokal regional dan
dangkal. Ini adalah efek lokal dangkal yang menarik dalam pekerjaan mikro. Banyak
diterapkan pada data lapangan mentah. Koreksi ini termasuk lintang, elevasi udara bebas,
koreksi Bouguer (efek massa), pasang surut Bumi, dan medan. Setelah pengurangan tren
regional, sisa atau data gayaberat Bouguer anomali sisa dapat disajikan sebagai garis
profil atau di peta kontur. Peta anomali gaya berat sisa dapat digunakan untuk kedua
interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Rincian tambahan metode gravitasi diberikan dalam
Telford et al (4); Butler (5); Nettleton (6), dan Hinze (7).
Metode gravitasi tergantung pada variasi lateral dan kedalaman dalam kepadatan
material bawah permukaan. Kepadatan dari tanah atau batuan merupakan fungsi dari
densitas mineral pembentuk batuan, porositas medium, dan densitas dari cairan mengisi
ruang pori. Rock kepadatan bervariasi dari kurang dari 1,0 g / cm 3 untuk beberapa batu
vulkanik vesikuler lebih dari 3,5 g / cm 3 untuk beberapa batuan beku ultrabasa.
Sebuah kontras densitas yang memadai antara kondisi latar belakang dan fitur yang
sedang dipetakan harus ada untuk fitur yang akan terdeteksi. Beberapa geologi yang
signifikan atau batas hidrogeologi mungkin tidak memiliki kontras densitas medan-
terukur di antara mereka, dan karenanya tidak dapat dideteksi dengan teknik ini.
Sedangkan metode gravitasi langkah-langkah variasi densitas bahan bumi, itu adalah
penerjemah yang, berdasarkan pengetahuan tentang kondisi lokal atau data lain, atau
keduanya, harus menginterpretasikan data gravitasi dan tiba di solusi geologi yang wajar.
Peralatan Geofisika yang digunakan untuk pengukuran gravitasi permukaan
termasuk gravimeter, sebuah cara mendapatkan posisi dan sarana yang sangat akurat
menentukan perubahan relatif dalam ketinggian. Gravimeters dirancang untuk mengukur
perbedaan yang sangat kecil di medan gravitasi dan sebagai hasilnya merupakan
instrumen yang sangat halus. Gravimeter ini rentan terhadap shock mekanis selama
transportasi dan penanganan.
B. Gravity Meter
Titik ukur gravitasi di lapangan tidak tetap, berpindah dari suatu tempat (titik) ke
tempat lain. Oleh karena itu diperlukan alat yang mudah dioperasikan, tidak mudah rusak
atau berubah settingnya dalam perjalanan, dan mempunyai ketelitian baik sesuai dengan
penggunaannya. Pengukuran dengan metode benda jatuh bebas tentu tidak mungkin
digunakan. Para pakar telah merancang alat pengukuran gravitasi di lapangan yang
disebut gravity meter atau gravimeter. Pada dasarnya alat ini bekerja berdasarkan benda
yang digantungkan pada pegas.
Gambar 2.10 sebuah gravimeter
Ketika benda digantungi beban m dititik 0 maka pegas akan mulur sepanjang xo
dari keadaan setimbang. Dalam hal ini berlaku hukum Hooke F= kxo = mgo dimana k, m
dan go masing-masing menyatakan konstanta pegas, massa benda yang digantungkan dan
gravitasi mutlak pada titik 0. Jika percobaan ini dilakukan pada sejumlah titik 1 , 2,3,....,n
yang nilai gravitasi mutlaknya diketahui maka diperoleh kumpulan persamaan sebagai
berikut :
Nilai x dapat diukur dengan sangat teliti dan nilai g juga dapat diukur teliti dengan
berbagai metode. Jika m/k adalah konstan maka grafik x terhadap g adalah linier yang
melewati titik pangkal O. Masalahnya adalah apakah m/k benar-benar konstan. Massa
memang konstan tetapi k mungkin tidak konstan untuk berbagai x. Perhatikan bahwa k
memerlukan ketelitian yang tinggi dalam g sehingga pergeseran sedikit saja dari k akan
sangat berarti dalam pengaruhnya terhadap ketelitian g. Oleh karena itu :
Dimana :
Karena nilai go, g1, g2 ...gn diketahui maka gj dapat diperoleh. Demikian juga halnya
xj karena xj dapat diperoleh dari hasil pembacaan alat. Dengan menganggap m/k
konstan pada interval tertutup [ xj-1 , xj ] maka diperoleh pedanan satuan nilai x dengan
g untuk interval tersebut.
1. Gravity Meter La Coste Romberg
Dalam klasifikasinya, Gravity meter La Coste Romberg termasuk dalam tipe
Zero Length Spring, disamping tipe-tipe lainnya yaitu Weight on Spring (Galf Gravity
Meter dan Atlas Gravity Meter). Macam lain dari tipe Zero length spring ini ialah :
Frost, Magnolia, dab North Americana Gravity Meter.
Gravity meter La Coste Romberg ini mempunyai pembacaan dari 0 sampai
dengan 7000 mgal, dengan ketelitian 0,01 mgal dan drift rata-rata kurang dari 1 mgal
setiap bulannya. Untuk operasionalnya, Gravity meter ini memerlukan temperature
yang tetap ( contoh untuk LRG, alat yang dipakai Pertamina, pada suhu 51o C), oleh
karena itu dilengkapi dengan Thermostat untuk menjaga keadaan temperature supaya
tetap. Dengan adanya Thermostat ini, maka diperlukan baterai 12 Volt, disamping
untuk pembacaan benang palang (cross hair) dab Bable Level. Berat gravity meter ini
termasuk baterai dan kotaknya kurang lebih 19 pound, sedangkang baterai charger
dan piringan levelnya kira-kira 8 pound.
Gambar 1.1 Gravity Meter LaCoste Romberg (Austin,2004)
2. Prinsip Kerja Gravity Meter
Secara sederhana, mekanisme LaCoste Romberg Seismograph ini terdiri dari
suatu beban pada ujung batang yang ditahan oleh zero length spring yang berfungsi
sebagai spring utama. Perubahan besarnya gaya tarik bumi akan menyebabkan
perubahan kedudukan benda, dan pengamatan dilakukan dengan pengaturan kembali
kedudukan beban pada posisi semula(Null Adjusment). Pengaturan kembali ini
dilakukan dengan memutar measuring screw. Banyaknya pemutaran measuring screw
terlihat pada dial counter, yang berarti besarnya variasi gaya tarik bumi dari suatu
tempat ke tempat lain.
Gambar 1.2 Sketsa Diagram dari LaCoste Romberg
Perubahan kedudukan pada ujung batang, disamping adanya gaya tarik bumi,
juga disebabkan oleh adanya goncangan-goncangan. Untuk menghilangkan
goncangan maka pada ujung batang yang lain dipasang Shock Eliminating Spring.
Zero length spring dipakai pada keadaan dimana gaya per berbanding lurus dengan
jarak antara titik per dan titik dimana gaya bekerja. Jika keadaan zero length
sempurna, maka berlaku :
Dimana k adalah konstanta Per, sedangkan s adalah jarak antara titik ikat Per dimana
gaya bekerja.
Dari gambar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa peralatn tersebut tidak
tergantung besar sudut α, ß, dan θ, sehingga jika terjadi penyimpangan sudut yang
kecil dari titik keseimbangan maka gaya pada sistem ini tidak dapat kembali lagi dan
secara teoritis dapat diatur mempunyai periode yang tidak berhingga, biasanya
perioda alat ini sekitar 15 detik.
3. Kalibrasi Gravity Meter
Sebelum melakukan pengambilan data, Gravity Meter harus dikalibrasi terlebih
dahulu. Kalibrasi gravity meter dilakukan karena keadaan komponen-komponen alat
ukur tersebut setiap saat dapat berubah dari keadaan baku. Perubahan tersebut bisa
disebabkan oleh temperatur, tekanan udara atau penyebab mekanisme lainnya.
Kalibrasi gravity meter dilakukan untuk menera kembali koefisien pegas yang
berubah sehingga mengakibatkan perubahan skala. Peneraan dilakukan dengan
membaca gravity meter melalui suatu jalur kalibrasi dengan titik-titik yang
mempunyai nilai gravity baku. Dengan cara membandingkan nilai bacaan gravity r
dari pengukuran dengan nilai gravity baku sehingga diperoleh faktor skala.
Kalibrasi dapat dilakukan dengan 2 cara , yaitu:
a. Cara Laboratorium
Dilakukan untuk menentukan nilai-nilai konversi bacaan alat ukur ke dalam
mgal. Hal ini telah dilakukan oleh pabrik dan diterbitkan dalam bentuk tabel.
b. Cara lapangan
Cara lapangan bertujuan untuk menguji nilai skala Gravity Meter, yaitu dengan
menentukan nilai skala baru untuk kemudian dibandingkan terhadap nilai pada
tabel konversi. Dengan demikian dapat diketahui apakah nilai skala masih sesuai
atau perlu dikoreksi. Nilai kalibrasi CCF dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Dengan : g1 , g2 ialah nilai gravity yang telah diketahui pada stasiun 1 dan 2.
r1 , r2 ialah nilai bacaan Gravity meter yang telah dikonversi dalam
mgal pada stasiun 1 dan 2 setelah dikoreksi pasang surut dan apungan(drift).
Apabila nilai konversi dari pabrik masih benar, maka nilai CCF ( Correctin
Calibration Factor) harus mendekati satu. Bilai nilai CCF setelah diuji dengan
pengukuran berulang-ulang, ternyata menyimpang terlalu jauh dari satu, maka
nilai konversi tersebut tidak sesuai lagi.
Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam menguji nilai CCF adalah sebagai
berikut :
Drift linier yang didapat dari hasil perhitungan tidak boleh melebihi 0,030
mgal tiap kitaran.
Nilai CCF yang diperoleh harus berada dalam selang kepercayaan:
Dalam pembuatan jalur kalibrasi, diperlukan pemilihan stasiun yang tepat sesuai
dengan beberapa persyaratan sebagai berikut:
1) Jalur kalibrasi harus mempunyai jarak yang relatif pendek, dengan
bedaketinggian yang cukup besar.
2) Apabila jalur kalibrasi terdiri dari beberapa stasiun, maka beda gravity antar
stasiun kalibrasi sebaiknya 50-60 mgal.
3) Lokasi stasiun sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan pada setiap saat,
bebas dari getaran ataupun gangguan lainnya.
4) Stasiun harus permanen dan stabil.
5) Pembuatan jalur kalibrasi minimal menggunakan tiga alat.
6) Pembuatan jalur kalibrasi yang baru hendaknya dilaporkan pada Komite
Gaya Berat Nasional.
C. Konsep Dasar Metode Gravity
1. Medan Gravitasi dan Potensial Gravitasi
Interaksi antara dua benda yang berjarak r ialah timbulnya gaya tarik menarik
antar kedua benda tersebut. Bila perbandingan massa kedua benda bernilai sangat
besar, maka benda yang mempunyai massa lebih besar akan menimbulkan medan
gravitasi terhadap benda yang massanya jauh lebih kecil. Sehingga benda yang
mempunyai massa jauh lebih kecil tersebut akan mengalami medan gravitasi oleh
benda bermassa besar. Jika kita analogikan pada massa benda m dipermukaan bumi
dengan massa bumi M, maka dapat kita katakan bahwa massa bumi M sebagai
sumber medan gravitasi terhadap benda m.Fisisnya benda m akan mengalami
percepatan gravitasi bumi yang besarnya :
r diukur sebagi jarak benda m terhadap pusat massa bumi. Dimensi medan gravitasi
ialah N/kg atau m/s2. Medan atau percepatan gravitasi sebenarnya tidak tepat
mengarah ke pusat bumi, karena efek rotasi bumi akan menimbulkan percepatan
sentripetal. Dalam hal ini pusat lingkaran bukanlah pusat bumi karena lingkaran
tersebut adalah lingkaran garis bujur, yaitu lingkaran yang sejajar garis khatulistiwa.
Namun efek ini sangat kecil dibanding percepatan tarikan bumi, oleh karena itu dapat
diabaikan, dan dianggap bahwa g vertikal ke bawah.
Persebaran benda atau batuan pada lapisan bumi ialah tidak homogen, oleh
karena itu antara batuan yang satu terhadap yang lainnya saling berpengaruh. Ketidak
homogenan ini dikarenakan adanya perbedaan densitas atau distribusi rapat massa.
Sehingga setiap batuan atau material memberikan harga respon gravitasi yang
berbeda-beda. Perbedaan respon gravitasi tersebut sangatlah kecil, maka dibutuhkan
satuan yang berorder mikro. Dalam satuan SI, satuan dasar g ialah m/s2, bila dalam
satuan cgs ialah cm/s2 atau gal, maka perbedaan g sering juga ditulis dalam satuan
mgal (mili gal).
1 gal = 1 cm/s2
= 1000 mgal
= 10.000 gu
= 1.000.000 μgal
*gu =gravity unit
2. Konversi Nilai Pembacaan ke dalam Miligal
Cara melakukan konversi adalah sebagai berikut:
Misal hasil pembacaan gravity meter 1714,360. Nilai ini diambil nilai bulat sampai
ratusan yaitu 1700. Dalam tabel konversi nilai 1700 sama dengan 1730,844 mGal
Sisa dari hasil pembacaan yang belum dihitung yaitu 14,360 dikalikan dengan faktor
interval yang sesuai dengan nilai bulatnya, yaitu 1,01772 sehingga hasilnya menjadi
14,360 x 1,01772 = 14.61445 mGal.
Kedua perhitungan diatas dijumlahkan, hasilnya adalah (1730,844 + 14.61445) x
CCF = 1746.222 mGal. Dimana CCF (Calibration Correction Factor) merupakan nilai
kalibrasi alat Gravity meter LaCoste & Romberg type G.525 sebesar 1.000437261.
D. Reduksi Data Gravity
Seperti telah disebutkan terdahulu bahwa kenyataannya bumi kita ini adalah bulat dan
homogen isotropik, sehingga terdapat variasi harga percepatan gravitasi untuk masing-
masing tempat. Hal-hal yang dapat mempengaruhi harga percepatan gravitasi adalah :
1. Koreksi Pasang Surut
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek gravitybenda-benda di luar
bumi seperti matahari dan bulan. Efekgravity bulan di titik P pada permukaan
bumi diberikan olehpersamaan potensial berikut ini :
( ) (
)
[ (
) (
)]
Dimana : D = deklinasi , i = inklinasi , t = moon hour dan c= jarak rata-rata ke
bulan.
Cara lain untuk memperoleh koreksi harga pasang surut adalah dengan
memakai tabel dari EAES – dari Geophysical Prospecting yang diterbitkan setiap
tahun, koreksi tidal ini bervariasi antara 0,3 mgal – 0,1 mgal.
2. Koreksi Apungan ( Drift)
Koreksi apungan diberikan sebagai akibat adanyaperbedaan pembacaan
gravity dari stasiun yang sama padawaktu yang berbeda, yang disebabkan karena
adanyaguncangan pegas alat gravimeter selama prosestransportasi dari satu
stasiun ke stasiun lainnya. Untukmenghilangkan efek ini, akusisi data didesain
dalam suaturangkaian tertutup, sehingga besar penyimpangan tersebutdapat
diketahui dan diasumsikan linier pada selang waktutertentu (t).
(
)
3. Koreksi Udara Bebas
Merupakan koreksi pengaruh ketinggian terhadap medangravitasi bumi,
yang merupakan jarak stasiun terhadapspheroid referensi. Besarnya faktor koreksi
(Free AirCorrection/FAC) untuk daerah ekuator hingga lintang 45o atau -45
o
adalah –0,3085 mGal/m. Sehinga besarnya anomali pada posisi tersebut menjadi
FAA (Free AirAnomali), yaitu:
FAA =
FAC =0,3086 h
Dengan h=hp-ho , ho = ketinggian di base.
4. Koreksi Bouguer(BC)
Koreksi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatanbenda berupa slab
tak berhingga yang besarnya diberikanoleh persamaan:
Dengan h = elevasi ketinggian dan ρ ialah densitas rata-rata. Salah satu metode
yang digunakan untuk mengestimasirapat massa adalah metode Nettleton. Dalam
metode inidilakukan korelasi silang antara perubahan elevasi terhadap suatu
referensi tertentu dengan anomali gravity-nya, sehingga rapat massa terbaik
diberikan oleh harga korelasi silang terkecil sesuai dengan persamaan.
∑ ( ) ∑( )
Selain metode Nettleton’s, estimasi rapat massa dapat puladiturunkan melalui
metode Parasnis. Selanjutnya, setelah BC diberikan, anomaly gravity menjadi
Simple Bouguer Anomaly .
5. Koreksi Medan ( Terrain)
Koreksi ini diterapkan sebagai akibat dari adanyapendekatan Bouguer.
Bumi tidaklah datar tapi berundulasisesuai dengan topografinya. Hal ini yang
bersifatmengurangi dalam SBA ( Simple Bouguer Anomaly ),sehingga dalam
penerapan koreksi medan, efek gravityblok-blok topografi yang tidak rata harus
ditambahkanterhadap SBA. Dengan demikian anomali gravity menjadi :
dengan CBA adalah Complete Bouguer Anomaly dan TC adalah Terrain
Correction. Perhitungan TC ini dapatmenggunakan Hammer chart seperti pada
gambar di bawah ini :
Gambar 1.3 Hammer Chart yang digunakan untuk koreksi medan
Berdasarkan besarnya radius dari titik pengukuran gravity,Hammer Chart tersebut
dapat dikelompokkan menjadi :
a. Inner Zone
Memiliki radius yang tidak terlalu besar sehinggabisa didapatkan dari
pengamatan langsung dilapangan. Dapat dibagi menjadi beberapa zona:-
Zona B : radius 6,56 ft dan dibagi menjadi 4sektor.- Zona C : radius 54,6 ft
dan dibagi menjadi 6sektor.
b. Outer Zone
Zona ini memiliki radius yang cukup jauh, sehinggabiasanya perbedaan
ketinggian dengan titikpengukuran gravity menggunakan analisa petakontur.
Outer Zone dibagi menjadi beberapa zona:- Zona D : radius 175 ft dan dibagi
menjadi 6sektor.- Zona E : radius 558 ft dan dibagi menjadi 8sektor.- Zona F
: radius 1280 ft dan dibagi menjadi 8sektor.- Zona G : radius 2936 ft dan
dibagi menjadi12 sektor.- Zona H : radius 5018 ft dan dibagi menjadi12
sektor.- Zona I : radius 8575 ft dan dibagi menjadi12 sektor.- Zona J : radius
14612 ft dan dibagi menjadi12 sektor.- Zona K sampai M, masing-masing
dibagi 12sektor.
Untuk menghitu Terrain Correction (TC) tiap sektordapat digunakan persamaan :
( √ √ )
Terrain correction untuk masing-masing stasiunpengukuran gravity adalah total
dari TC sektor-sektordalam satu stasiun pengukuran tersebut.
E. Pemisahan Anomali Regional dan Residual
Anomali bougue disebabkan oleh dua bagian yaitu anomali regional dan anomali
residual. Anomali regional bersifat smopth dan biasanya disebabkan oleh batuan-batuan
yang dalam. Sedangkan anomali residual bersifat kasar dan disebabkan oleh batuan-
batuan yang dangkal. Biasanya anomali residual yang dicari. Karena anomali tersebut
mempunyai fungsi yang berlainan maka kedua anomali tersebut harus dipisahkan untuk
memanfaatkan secara optimum.
Pemisahan anomali regional dan residual dapat dilakukan dengan bebecara , diantaranya :
1. Metode Griffin
Prinsip dari metode ini ialah mencari anomali regional dengan merata-ratakan harga
anomali Bouguer yang berjarak R dari titik pengamatannya. Besarnya jari-jari R
disesuaikan dengan besarnya radius kontur tertutup dari kontur anomali Bouguernya.
Anomali Residual = BA – AR
2. Metode Smoothing
Metode smoothing adalah metode yang menggunakan cara grafis. Anomali regional
mempunyai tendensi lebih smooth bila dibandingkan dengan Bouguer anomalinya.
Gambar 1.4 Pemisahan anomali regional dan residual dengan metode smoothing
3. Perata-rataan Bergerak (Moving Average)
Penurunan anomali residual dengan metode ini adalah proses secara tidak langsung
dimana keluaran dari perata-rataan bergerak adalah regionalnya. Sehingga residual
didapat dengan mengurangkan regionalnya terhadap anomali hasil pengukuran.
( ) ( ) ( ) ( )
Dimana N adalah lebar jendela dan n = (N-1)/2. Lebar jendela harus bilangan ganjil.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
A. Pengenalan Alat
1. Meletakkan piringan pada titik amat yang telah ditentukan. Jika titik amat
yang telah ditentukan lokasinya kurang baik (tanah labil, miring, gembur dll)
disarankan memindahkan titik amat tersebut. Kemudian cata dan buat sketsa
pergeseran titik amat tersebut.
2. Meletakkan kota pembawa Gravity meter di depan titik amat.
3. Berdirilah membelakangi matahari, agar sinar matahari tidak langsung
mengenai Gravity Meter.
4. Memperhatikan arah angin agar tidak menggangu pergerakan benang bacaan.
5. Bila cuaca dalam kedaan panas terik atau hujan, gunakan payung untuk
melindungi Gravity Meter.
6. Hindarkan benda-benda berat ( kunci, koin, topi, helm dll) agar Gravity meter
terhindar dari kemungkinan kejatuhan atau terkena benturan benda-benda
tersebut.
7. Ambillan posisi berlutut sebaik dan seenak mungkin. Pada daerah pengamatan
yang berbatu/ berkerikil gunakan alas lutut ( bantalan).
8. Meletakkan piringan apada titik amat/Bench Mark yang telah ditentukan.
Kemudian keluarkan dan angkat Gravity Meter.
9. Meletakkan gravity meter di atas piringan kemudian hidupkan lampu gravity
meter.
10. Geser gravity meter sampai nivo memanjang, dan nivo melintang mendekati
posisi tengah.
11. Jika kedua buah nivo tersebut posisinya sudah ditengah, bukalah sekrup
pengunci berlawanan dengan arah jarum jam.
12. Mengamati pergerakan benang bacaan pada lensa pengamatan dengan
memutar sekrup pembacaan secara perlahan-lahan searah maupun berlawanan
dengan arah jarum jam.
13. Untuk mendapatkan harga pembacaan, disarankan menggerakkan benang
bacaan dari arah kiri ke kanan ( dari sekali kecil ke sekali besar).
14. Melakukan pergerakan benang bacaan yang sama dari satu arah setiap
melakukan pembacaan Gravity Meter.
15. Menempatkan posisi garis baca ( reading line) dengan benar, yaitu kedaan
dimana batas bawah (bagian kiri ) dari benang bacaan berimpit dengan garis
baca.
16. Membaca angka-angka yang ditunjujkkan oleh skala pembilang gravity meter.
17. Mematikan lampu Gravity meter.
18. Mengunci kembali Gravity Meter tersebut dengan menggunakan skrup
pengunci searah jarum jam.
19. Mengangkat gravity meter., mamasukkan kembali ke dalam kotak pembawa.
Hati-hati terhadap socket penghubung Gravity meter dengan sumber arus,
jangan sampai terlepas ketika memasukkan Gravity Meter.
20. Menutup kotak pembawa Gravity meter.
B. Kalibrasi Gravity Meter
1. Pengukuran Kalibrasi
a. Gravity meter yang akan dikalibrasi terlebih dahulu diuji kepekaan dan
kebenaran posisi garis cahaya ( reading line).
b. Melakukan pengukuran pada jalur kalibrasi yang mempunyai perbedaan
nilai gravity yang stili dan stabil.
c. Pengukuran dikaukan minimal 3 seri.
d. Waktu maksimum yang diperbolehkan untuk setiap kitana 2-4 jam.
e. Setiap hasil bacaan harus dikoreksikan dengan koreksi pasang surut dan
apungan.
2. Pengukuran Akuisisi Data
a. Mulai pengukuran pada titik yang telah diketahui harga gravitasinya.
b. Melukakn pengukuran dengan menbentuk suatu loop.
C. Koreksi Data
1. Metode Robins-Oliver
a. Membuat sketsa medan luar sekitar titik amat terhadap arah Utara selatan
dan Timur barat
b. Mengukur jarak titik amat terhadap bukit atau lembah
c. Mengukur sudut kemiringannya.
d. Mengukur jarak antara kemiringan sebelah luar dengan jari-jari luar
daerah.
e. Menentukan harga koreksi medan dari table koreksi medan Robins dan
Oliver.
2. Metode Hammer
a. Membuat sketsa medan sekitar titik amat terhadap arah utara selatan dan
timur.
b. Mengukur ketinggian amat (ha)
c. Menentukan tinggi rata-rata.
3. Outer Zone
a. Membuat Hammer Chart sesuai dengan skala peta.
b. Siapkan peta topografi, kemudian himpitkan Hammer Chart pada peta
topografi.
c. kemudian hammer himpitang mencatat hasilnya pada tabel hitungan
koreksi tide.
D. Penentuan Rapat massa rata-rata
1. Metode Nettleton profile
a. Dari peta topografinya, buatlah penampang topografi B-T yang memotong
kontur yang melintang pda mmblock.
b. Menhitung harga anomali bouguer dengan menggunakan harga rapat
massa yang berbeda-beda. Kemudian plot harga BA terhadap jarak pada
kertas katir.
c. Bandingkan penampang topografi dengan penampang BA kemudian
tentukan nilai .
BAB V
DATA HASIL PERCOBAAN
Tipe Alat : Gravity Meter LaCoste Romberg G-914
No Station Waktu Reading Longitude Latitude
1 Base 921 1118.769 107o 46'29.2 06o 55'39.9
2 GF-1 954 1119.632 107o 46'24 06o 55'39.5
3 GF-2 1014 1120.39 107o 46'25.4 06o 55'42.8
4 GF-3 1033 1122.06 107o 46'26.8 06o 55'49.0
5 GF-4 1050 1124.029 107o 46'31.2 06o 55'52.7
6 GF-5 1107 1124.02 107o 46'37 06o 55'53.3
7 GF-6 1123 1121.59 107o 46'39.5 06o 55'49.3
8 GF-7 1140 1120.297 107o 46'40 06o 55'41.6
9 GF-8 1201 1117.885 107o 46'36.4 06o 55'33.9
10 GF-9 1217 1118.068 107o 46'33.2 06o 55'31.7
11 GF-10 1236 1117.172 107o 46'31.2 06o 55'35.0
12 GF-11 1254 1118.734
107o 46'34 06o 55'42.3
13 GF-12 1309 1122.555 107o 46'34.2 06o 55'48
14 Base 1330 1119.25 107o 46'30.1 06o 55'42.7
BAB VI
PENGOLAHAN DATA GRAVITY
A. Konversi Nilai pembacaan kedalam Miligals
Untuk mengonversi nilai pembacaan ke dalam satuan miligals, dapat dilakukan
denga aturan sebagai berikut :
( )
Dengan : CV = conversion value (mgals)
RV = Read value
CR = Counter Reading
FI = Factor Interval
Nilai CR, FI dan Value in mgals terdapat pada table konversi. Table konversi ini
berbeda-beda untuk setiap tipe alat. Pada percobaan ini, kita menggunakan
Gravity Meter LaCoste Romberg tipe G-914 dimana table konversinya
ditunjukknan pada table di bawah ini :
Tabel 6.1 Tabel konversi ke miligals Gravity Meter LaCoste Romberg G-914
Counter Reading
Values in Miligals
Factor For Interval
Counter Reading
Values in Miligals
Factor For Interval
0 0 1.02049 3600 3675.36 1.02276
100 102.05 1.02041 3700 3777.64 1.02289
200 204.09 1.02034 3800 3879.93 1.02301
300 306.13 1.02027 3900 3982.23 1.02312
400 408.15 1.02021 4000 4084.54 1.02324
500 510.17 1.02016 4100 4186.86 1.02335
600 612.17 1.02012 4200 4289.2 1.02346
700 714.2 1.02009 4300 4391.55 1.02356
800 816.21 1.02008 4400 4493.9 1.02366
900 918.22 1.02008 4500 4596.27 1.02375
1000 1020.23 1.02009 4600 4698.64 1.02384
1100 1122.24 1.02014 4700 4801.03 1.02391
1200 1224.25 1.02018 4800 4903.42 1.02399
1300 1326.27 1.02024 4900 5005.82 1.02407
1400 1428.3 1.02030 5000 5108.22 1.02413
1500 1530.33 1.02037 5100 5210.64 1.02418
1600 1632.36 1.02046 5200 5313.06 1.02423
1700 1734.41 1.02056 5300 5415.48 1.02426
1800 1836.47 1.02065 5400 5517.9 1.02429
1900 1938.53 1.02075 5500 5620.33 1.0243
2000 2040.61 1.02085 5600 5722.76 1.02429
2100 2142.69 1.02095 5700 5825.19 1.02426
2200 2244.79 1.02105 5800 5927.62 1.02422
2300 2346.89 1.02116 5900 6030.04 1.02416
2400 2449.01 1.02127 6000 6132.46 1.02409
2500 2551.13 1.02139 6100 6234.86 1.024
2600 2653.27 1.02151 6200 6337.26 1.0239
2700 2755.42 1.02162 6300 6439.65 1.0238
2800 2857.59 1.02176 6400 6542.03 1.02368
2900 2959.76 1.02189 6500 6644.4 1.02356
3000 3061.95 1.02204 6600 6746.76 1.02344
3100 3164.16 1.02217 6700 6849.1 1.0233
3200 3266.37 1.02229 6800 6951.43 1.02316
3300 3368.6 1.02242 6900 7052.75 1.02303
3400 3470.84 1.02254
3500 3573.1 1.02265
Dengan menggunakan aturan konversi di atas, kita dapatkan table hasil konversi
sebagai berikut :
Tabel 6.2 Hasil konversi nilai pembacaan ke mgals
No Station Waktu Reading Hasil konversi
mglas Longitude Latitude
1 Base 921 1118.769 1141.387008 107 46'29.2 06 55'39.9
2 GF-1 954 1119.632 1142.267388 107 46'24 06 55'39.5
3 GF-2 1014 1120.39 1143.040655 107 46'25.4 06 55'42.8
4 GF-3 1033 1122.06 1144.744288 107 46'26.8 06 55'49.0
5 GF-4 1050 1124.029 1146.752944 107 46'31.2 06 55'52.7
6 GF-5 1107 1124.02 1146.743763 107 46'37 06 55'53.3
7 GF-6 1123 1121.59 1144.264823 107 46'39.5 06 55'49.3
8 GF-7 1140 1120.297 1142.945782 107 46'40 06 55'41.6
9 GF-8 1201 1117.885 1140.485204 107 46'36.4 06 55'33.9
10 GF-9 1217 1118.068 1140.67189 107 46'33.2 06 55'31.7
11 GF-10 1236 1117.172 1139.757844 107 46'31.2 06 55'35.0
12 GF-11 1254 1118.734 1141.351303 107 46'34 06 55'42.3
13 GF-12 1309 1122.555 1145.249258 107 46'34.2 06 55'48
14 Base 1330 1119.25 1141.877695 107 46'30.1 06 55'42.7
B. Koreksi Pasang Surut, CCF ( Calibration Correction Factor) dan Drift
Untuk mengoreksi data dengan koreksi pasang surut, maka kita harus
mempuyai table koreksi pasang surut. Karena kita melakukan pengukuran pada
tanggal 5 Mei 2012, dari pukul 09.21 – 13.30 WIB, maka kita harus mempuyai
table pasang surut pada waktu tersebut.
Tabel 6.3 Pasang surut untuk 5 Mei 2012, pukul 09.21 -13.30 WIB.
No Waktu Tide No Waktu Tide
1 092100 -0,055 14 113100 0,094
2 093100 -0,046 15 114100 0,106
3 094100 -0,036 16 115100 0,117
4 095100 -0,025 17 120100 0,128
5 100100 -0,014 18 121100 0,138
6 101100 -0,003 19 122100 0,148
7 102100 0,009 20 123100 0,157
8 103100 0,021 21 124100 0,165
9 104100 0,033 22 125100 0,173
10 105100 0,045 23 130100 0,179
11 110100 0,058 24 131100 0,185
12 111100 0,07 25 132100 0,19
13 112100 0,082 26 133100 0,194
Karena waktu pengukuran tidak sama dengan data pasang surut, maka kita
gunakan teknik interpolasi dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :
( ) [ ] ( [ ] [ ]
[ ] [ ]) ( [ ])
Keteranga : tide (t) = nilai tide sebagai fungsi waktu (t)
Tide[i] = nilai tide ke-i
t[i] = waktu ke-i
t = waktu pada [ ] [ ]
untuk CCF nya kita gunakan 1,001 mgal dan koreksi drift dapat dicari dengan
rumusan sebagai berikut :
Keterangan : basef = pembacaan di base akhir
Basei = pembacaan di base awal
tf = waktu baca di base akhir
ti = waktu baca di base awal
maka didapat dari data : drift =0,00001, nilai drift yang didapat sangat kecil,
sehinggan kita tidak perlu mengoreksi koreksi drift.
Dengan menggunakan rumusan interpolasi di atas, kita dapatkan tabel hasil
koreksi tide,CCF sebagai berikut :
Tabel 6.4 Koreksi Tide dan CCF
No Station Waktu Reading Hasil konversi Tide Hasil kor
tide dan CCF
1 Base 92100 1118,769 1141,387008 -0,055 1140,331008
2 GF-1 95400 1119,632 1142,267388 -0,23212 1141,034267
3 GF-2 101400 1120,39 1143,040655 -1,20403 1140,835623
4 GF-3 103300 1122,06 1144,744288 -1,2038 1142,539484
5 GF-4 105000 1124,029 1146,752944 -1,2036 1144,548344
6 GF-5 110700 1124,02 1146,743763 -1,24992 1144,492847
7 GF-6 112300 1121,59 1144,264823 -1,24972 1142,014099
8 GF-7 114000 1120,297 1142,945782 -1,24952 1140,695262
9 GF-8 120100 1117,885 1140,485204 0,128 1139,612204
10 GF-9 121700 1118,068 1140,67189 -1,06083 1138,61006
11 GF-10 123600 1117,172 1139,757844 -0,81791 1137,938932
12 GF-11 125400 1118,734 1141,351303 0,024385 1140,374688
13 GF-12 130900 1122,555 1145,249258 -0,59375 1143,654512
14 GF-13 133000 1119,25 1141,877695 -0,33308 1140,543615
C. Koreksi Udara Bebas (FAC) dan Koreksi Bouguer (BC)
Untuk mengoreksi data dengan FAC dan BC, diharuskan mempunyai
informasi beda ketinggian (h) pada setiap titik pengukuran dan besar massa jenis
rata-rata (ρ). Koreksi FAC dan BC dirumuskan dengan :
Denga h = + untuk BC dan h= - untuk FAC dan densitas rata-rata yang digunakan
(dari hasil Metode Nettleton) didapat ρ
Dengan menggunakan rumusan di atas, kita dapatkan tabel hasil koreksi FAC dan
BC sebagai berikut :
Tabel 6.5 Koreksi FAC dan BC
D. Koreksi Lintang
Untuk mengoreksi lintang, maka kita harus dapat informasi mengenai posisi
geodetis untuk setiap titik pengukuran. Koreksi lintang di rumuskan sebagai
berikut:
( ) ( )
Dengan : ϕ = sudut lintang dalam radian. Dengan menggunakan rumusan ini, kita
untuk ϕ = 06o55’=6,91
o=0,1206 rad
Maka : g(ϕ) = 978106,5 mgal.
No Station Ketinggian beda tinggi
Hasil kor tide dan CCF
Bouguer Correction
Hasil koreksi BC dan FAC
1 Base 765 0 1140,331008 0 1140,331008
2 GF-1 766 1 1141,034267 0,1119531 1140,922314
3 GF-2 774 1 1140,835623 0,1119531 1140,72367
4 GF-3 772 7 1142,539484 0,7836717 1141,755813
5 GF-4 768 2 1144,548344 0,2239062 1144,324438
6 GF-5 768 3 1144,492847 0,3358593 1144,156988
7 GF-6 786 3 1142,014099 0,3358593 1141,678239
8 GF-7 801 36 1140,695262 4,0303116 1136,66495
9 GF-8 858 4 1139,612204 0,4478124 1139,164392
10 GF-9 868 103 1138,61006 11,5311693 1127,07889
11 GF-10 876 5 1137,938932 0,5597655 1137,379167
12 GF-11 876 111 1140,374688 12,4267941 1127,947893
13 GF-12 844 6 1143,654512 0,6717186 1142,982793
14 GF-13 876 111 1140,543615 12,4267941 1128,116821
E. Koreksi Medan ( Terrain Correction)
Kita melakukan pengukuran jauh dari medan-medan luar ( seperti gunung
dsb), sehingga untuk koreksi medan kita gunankan untuk inner zone, sehingga
kita harus mempunyai informasi tentang beda ketinggian untuk setiap titik
pengukuran. Pada pengukuran, jarak antar titik ialah 200 meter.
Dengan membaca Hammer Chart, maka kita dapat menentukan besar dari koreksi
terrain di setiap titik pengukuran. Berikut tabel hasil pembacaan Terrain
Correction Hammert Chat.
No Station Ketinggian beda tinggi Terrain
Hasil koreksi BC dan FAC
Hasil Terrain Correction
1 Base 765 0 0 1140,331008 1140,331008
2 GF-1 766 1 0 1140,922314 1140,922314
3 GF-2 774 1 0 1140,72367 1140,72367
4 GF-3 772 7 0,4 1141,755813 1141,355813
5 GF-4 768 2 0 1144,324438 1144,324438
6 GF-5 768 3 0,1 1144,156988 1144,056988
7 GF-6 786 3 0,1 1141,678239 1141,578239
8 GF-7 801 36 10 1136,66495 1126,66495
9 GF-8 858 4 0,1 1139,164392 1139,064392
10 GF-9 868 103 9 1127,07889 1118,07889
11 GF-10 876 5 0,2 1137,379167 1137,179167
12 GF-11 876 111 9 1127,947893 1118,947893
13 GF-12 844 6 0,3 1142,982793 1142,682793
14 GF-13 876 111 9 1128,116821 1119,116821
F. Menentukan Anomali Bouguer (BA)
Untuk menentukan besar harga anomali bouger, dapat dicari dengan persamaan :
( )
No Station Ketinggian G hasil koreksi Bouguer Anomali
1 Base 765 979064,931 958,4310077
2 GF-1 766 979065,5223 959,0223142
3 GF-2 774 979065,3237 958,8236695
4 GF-3 772 979065,9558 959,4558127
5 GF-4 768 979068,9244 962,4244379
6 GF-5 768 979068,657 962,1569875
7 GF-6 786 979066,1782 959,6782393
8 GF-7 801 979051,2649 944,76495
9 GF-8 858 979063,6644 957,1643915
10 GF-9 868 979042,6789 936,1788902
11 GF-10 876 979061,7792 955,2791666
12 GF-11 876 979043,5479 937,0478935
13 GF-12 844 979067,2828 960,7827931
14 GF-13 876 979043,7168 937,2168209
G. Pemisahan Anomali Regional dan Residual
Untuk memisahkan harga anomali Regional dan residual, maka kita dapat
menggunakan metode Moving Average, yaitu dengan menentukan lebar jendela
sebagai berikut :
Dengan : n = lebar jendela, m =jumlah data, maka di dapat n=3. Maka dengan
menggunakan rumusan :
( ) ( ) ( ) ( )
Tabel Anomali Regional dan Residual
No Station Bouguer Anomali Regional Residual
1 Base 958,4310077 958,4310077 0
2 GF-1 959,0223142 958,7589971 0,263317067
3 GF-2 958,8236695 957,1005988 0,276929293
4 GF-3 959,4558127 958,23464 0,77882732
5 GF-4 962,4244379 961,345746 1,07869184
6 GF-5 962,1569875 961,4198882 0,73709928
7 GF-6 959,6782393 955,5333923 4,14484704
8 GF-7 944,76495 935,8691936 9,104243613
9 GF-8 957,1643915 946,0360772 11,12831427
10 GF-9 936,1788902 923,5408161 13,36192588
11 GF-10 955,2791666 942,8353168 12,44384983
12 GF-11 937,0478935 924,0366177 13,98872425
13 GF-12 960,7827931 945,0158358 15,76695728
14 GF-13 937,2168209 937,2168209 0
BAB VII
INTERPRETASI DAN KESIMPULAN
A. Ploting Kontur ( 3D)
Dengan menggunakan software Surfer, dapat dibuat peta kontur anomali Bouguer
dari data gravity tersebut.
Gambar 6.1 Peta Anomali Bouger Gravity Daerah Unpad-Jatinangor
Gambar 6.2 Peta Anomali Regional Gravity Daerah Unpad-Jatinangor
Gambar 6.3 Peta Anomali Residual Gravity Daerah Unpad-Jatinangor
B. Grafik Anomali Gravity terhadap jarak spasi pengukuran
930
935
940
945
950
955
960
965
0 1000 2000 3000ano
mal
i bo
ugu
er(
mga
l)
Jarak(m)
Anomali Bouguer Gravity 2D
Anomali BouguerGravity 2D
920
925
930
935
940
945
950
955
960
965
0 1000 2000 3000
anomali regional
anomali regional
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
0 1000 2000 3000
anomali residual
anomali residual
Gambar 6.4 Rute pengukuran Gravity
Seperti yang kita lihat pada peta anomali residual di atas (gambar 6.3) , terlihat
bahwa ada dua buah antiklin dari suatu anomali gravity pada koordinat (107,7765
. 6,28) dan (107,7765 . 6,93). Ini menunjukkan bahwa di sekitar kedua titik
tersebut relatif mempunyai densitas tinggi. bilai kita bandingkan peta pengukuran
( seperti di atas), ternyata penyebaran densitas tinggi berada di dekat ATM Lama
s/d Fisip.
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum tentang metode Gravity , kita dapat
mengetahui konsep dasar metode gravity yang pada dasarnya metode ini termasuk
metode pasif atau memanfaatkan potensial alam yaitu medan gravitasi bumi.
Metode gravitasi memanfaatkan variasi densitas sebagai penyebab ternjadinya
anomali gravitasi, cara pemakaian alat gravity meter dilakukan dengan sangat
hati-hati, karena alat ini sensitivitasnya sangat kecil sehingga gerakan badan pun
akan mempengaruhi besar nilai baca. akuisisi data gravity dilakukan pada
lintasan tertutup, sehingga akan memudahkan dalam pembuatan peta kontur, baik
peta anomali regional dan peta anomlai residual, dan mengkonversi data ke dalam
satuan miligal dengan menggunakan tabel konversi dimana tabel konversi
tersebut berbeda untuk setiap tipe alat yang digunakan. Selanjutnya mereduksi
data dengan berbagai koreksi yaitu koreksi calibrasi, tidal, drift , udara bebas dan
koreksi bouger yang bergantung pada beda ketinggian dan densitas rata-rata.
Densitas rata-rata dapat dipeoleh baik menggunakan metode Nettleton maupun
mtode Parasnis. Setelah data direduksi, maka diperoleh harga anomali bouger
yang terdiri dari anomali regional dan residual. Pada intinya, metode gravity
hanya untuk menentukan anomali residual ( disebabkan oleh benda anomali),
sehingga dari peta anomali tersebut bisa diniterpretasikan baik secara forward
Modelling amaupn invers modelling.
Untuk pengukuran gravitasi di daerah unpad kita dapatkan peta anomali
residual gravity nya. Dari peta tersebut terdapat dua buah antiklin yang
menunjukkan lapisan batuan di titik tersebut mempunyai densitas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Simanlango, alfonsu.2010. Metode Gravity. http:alfonsusimalago.blogspot.com
Ganesakar.gsu.edu/penentuan rapat massa rata-rata.html
Rivansya.2008. “Fisika Medan Gravitasi”. http//slideshare.net
Odon,.2007.”Medan Gravitasi Bumi”.,http// ondoc.logand.com