Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

20
LAPORAN PENGOLAHAN LANJUTAN METODE GEOFISIKA KULIAH LAPANGAN KARANGSAMBUNG Anggota Kelompok 7 : 1. Rifki Mega Saputra 12312003 2. Giovanni Gestanio 12312006 3. Azizatun Azimmah 12312018 4. Muhammad Reminton Helmi 12312025 5. Andry Deni Wardana 12312041 6. Dhanissa Dilija Zoditama 12312048 7. Nurul Aini 12312057 8. Eric Candra Simanjuntak 12312066 9. Ganung Adi Prasetyo 12312070 10. Erlangga Ibrahim Fattah 22314010 11. Titis L 22314016 12. Gading Nur Rahmat S3112001 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015

Transcript of Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

Page 1: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

LAPORAN PENGOLAHAN LANJUTAN METODE GEOFISIKAKULIAH LAPANGAN KARANGSAMBUNG

Anggota Kelompok 7 :

1. Rifki Mega Saputra 123120032. Giovanni Gestanio 123120063. Azizatun Azimmah 123120184. Muhammad Reminton Helmi 123120255. Andry Deni Wardana 123120416. Dhanissa Dilija Zoditama 123120487. Nurul Aini 123120578. Eric Candra Simanjuntak 123120669. Ganung Adi Prasetyo 1231207010. Erlangga Ibrahim Fattah 2231401011. Titis L 2231401612. Gading Nur Rahmat S3112001

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKAFAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG2015

Page 2: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

BAB ITAHAP PENGOLAHAN DATA

1. Tahap - Tahap Pengolahan Data Metode Seismik Refraksi

1.1. Langkah Pengolahan Data dengan Software Vista 7.0

1. Buka Software Vista 7.0

2. Pilih File-Open Project

3. Setelah “File-Open Project”, pilih file “Kelompok 7.vwn” lalu Open

4. Tunggu jendela Vista 7.0 terbuka seperti gambar di bawah

Page 3: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

5. Pilih Shot 1 Line 1 (misalnya)

6. Setelah jendela terbuka, pilih “Seismic Data Plot Parameter”

7. Pilih Process, mark pada “Apply AGC Scalling” dan ganti nilai Win Length

dengan angka 50

8. Kemudian klik “Apply” dan “OK”

9. Muncul jendela seperti dibawah ini

Page 4: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

Sebelum melakukan picking data, maka klik First Break Picking lalu Manual

FBBreak Pick

10. Lalu lakukan picking dengan memilih gelombang pertama yang tiba ke

Geophone

11. Analisa tracenya untuk menentukan frekuensi dan fase dari gelombang dengan

melakukan klik pada “Interactive-Seismic Graph Window Display” lalu klik

Toggle Frequency Display

12. Simpan hasil picking dalam bentuk *.ascii

13. Lakukan convert menggunakan MATLAB agar hasilnya keluarannya berupa

*.TIM

14. Hasil Picking :

Page 5: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

1.2. Langkap Pengolahan Data dengan Software SeisREFA

1. Pindahkan seluruh data yang telah diubah ke format *.TIM ke folder SeisREFA

2. Buka DOSBox, kemudian ketik

Usahakan agar meletakkan DOSBox pada drive c: dan SeisREFA di dalam folder

DOSBox untuk memudahkan pengaksesan SeisREFA.

Kemudian Lakukan Pengisian pada jendela di atas :

Job Name Kelompok 7

Survey Line Name Line 1

Acquisition Date 8 Mei 2015

Receiver Spacing (m) 2

Dan isi Position (m), Elevasi (m) dan First Arrival Time (m.sec)

3. Klik Analysis untuk menganalisa First Arrival Time

Maka jendela akan menampilkan, kurva T-X, Velocity Base Layer, Velocity

Intermediete, Delay Time, Depth Section, dan Raypath Calculation.

Page 6: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

4. Setelah data terisi semua pada SeisREFA kemudian menekan ENTER sehingga

muncul hasil picking (kurva T-X).

5. Tekan ENTER sekali lagi sehingga muncul gambaran jumlah lapisan dan kecepatan masing-masing lapisan

6. Tekan ENTER lagi maka delay time dapat diketahui pada data shot yang dimasukkan

7. Tekan ENTER, sehingga muncul model bawah permukaan dengan kecepatan masing-

masing, berupa depth section dan raypath section

Depth Section

Page 7: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

Ray Path

8. Hasil SeisREFA :

LINE 1

Page 8: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

LINE 2

1.3.Langkah Pengolahan Data dengan Software HAGIWARA

1. Masukan data shot di kedua ujung awal dan akhir ke dalam excel.

2. Menentukan nilai Tab yaitu waktu perambatan gelombang dari ujung ke ujung.

3. Menentukan batas antara first break gelombang langsung dan gelombang refraksi.

4. Menentukan delay time gelombang refraksi.

5. Mengurangi waktu tiba di masing-masing geophone dengan delay time.

6. Mencari kecepatan v1 dengan membuat kurva travel time untuk gelombang langsung

kemudian dicari nilai gradiennya dimana kecepatan sama dengan satu per gradiennya.

7. Mencari kecepatan v2 dengan membuat kurva waktu tiba – delay time terhadap

posisi geophone kemudian dicari nilai gradiennya dimana kecepatan sama dengan

satu per gradiennya.

8. Penentuan trend untuk Tap 1st trend dan Tap 2nd didasarkan pada perubahan trend

yang terdapat pada Tap, pada Tap diatas ternyata di dapat 2 trend yang berbeda

sehingga bisa kita tafsirkan bahwa pada daerah tersebut terdapat 2 lapisan.

9. Mencari sin i dan cos i dengan menggunakan hukum Snellius.

Page 9: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

10. Menentukan ketebalan lapisan pertama dan merekonstruksi model dengan

memasukan topografi

11. Hasil Hagiwara

LINE 1:

LINE 2 :

Page 10: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

BAB II

HASIL PEMODELAN

2.1. MODEL SOFTWARE SEIS REFA

LINE 1

LINE 2

Page 11: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

2.2. MODEL SOFTWARE HAGIWARA

Line 1

Line 2

0.17

0.85

Page 12: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

0.8

0.16

Page 13: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

BAB III

ANALISA DAN INTERPRETASI

3.1. Analisis Data Lapangan

Seismik Refraksi:

Hasil analisa Trace menunjukkan frekuensi dominan dari source yang diterima oleh geophone. Sinyal berwarna hitam merupakan frekuensi yang diterima oleh geophone 1 pada line 1 pada shot 1 (near shot) sedangkan sinyal berwarna biru menggambarkan frekuensi rata-rata yang diterima oleh semua geophone pada shot 1 (near shot). Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa frekuensi dominan yang diterima oleh geophone 1 adalah 45 Hz dengan rata-rata frekuensi source 50 Hz. Sinyal yang dilingkari merupakan sinyal dengan frekuensi tinggi sekitar 80-180 Hz. Dalam hal ini kami memperkirakan bahwa sinyal tersebut merupakan noise yang berfrekuensi tinggi. Hal ini bisa disebabkan karena gangguan dari aktivitas manusia atau kendaraan yang berjarak cukup jauh tetapi masih mempengaruhi sinyal dari source. Geophone 24 berada di dekat jalan beraspal yang diperkirakan mendapat pengaruh dari getaran kendaraan yang berada di sekitar jalan tersebut.

Picking sinyal shot 1 line 1

Keadaan Geologi

Kondisi geophone dari 1 – 24 berada di atas tanah lapangan sepak bola dimana merupakan tanah urukan dan kondisi tanah saat itu becek dan berair. Terlihat seperti pada tabel kondisi geophone berikut :

Page 14: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

Tabel 1 Kondisi Geologi Geophone

Page 15: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

3.2. Analisa Model

Permodelan Metode Seismik refraksi

Kualitas data yang dihasilkan dari metode Seimik Refraksi ini sangat ditentukan dari

akuisisi data di lapangan dan bagaimana picking first arrival time pada saat pengolahan data

awal. Dari akuisisi data seismik banyak kendala yang memungkinkan menyebabkan data

kurang baik. Sedangkan pada saat melakukan picking harus dilihat trend slope dari grafik X-

T sehingga dapat diketahui data mana yang salah. Data yang salah ini dapat diperbaiki

dengan cara interpolasi dan ekstrapolasi dari data kiri kanannya yang dianggap baik.

Banyaknya noise pada geophone membuat sulit dalam picking yang benar. Hasil sinyal yang

diperoleh pada geophone 15 dan 16 terdapat noise dikarenakan kondisi tanah yang becek dan

berair.

Metode Hagiwara

Metode hagiwara mengolah data dari source near shot dan far shot. Metode hagiwara

menunjukkan adanya 2 lapisan dengan kedalaman lapisan pertama berkisar 2.5 m dan lapisan

kedua hanya 1 m. Kecepatan rata – rata sinyal pada lapisan pertama berikisar 0.17 m/s

sedangkan lapisan kedua 0.85 m/s. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan kedua lebih kompak

sehingga kecepatan sinya lebih cepat dibandingkan lapisan pertama. Lapisan kedua

diperkirakan merupakan tanah asalnya sedangkan lapisan kedua merupakan tanah urukan.

Software Seisrefa

Dengan Software Seisrefa dapat dilakukan analisis dari semua data shot sehingga seharusnya

menampilkan hasil yang lebih baik. Dai model Seisrefa terlihat bahwa terdapat 2 lapisan.

Lapisan pertama dengan kedalaman berkisar 2m memiliki kecepatan 0.3 m/s sedangkan

lapisan keduan dengan kedalaman 1m memiliki kecepatan 1.6 m/s. Hasil software seisrefa

memperkuat hasil metode Hagiwara dimana lapisan kedua diperkirakan merupakan lapisan

tanah yang lebih kompak sehingga menghasilkan nilai kecepatan yang lebih tinggi.

a. Permodelan Metode Gaya Berat dan MagnetikPada Permodelan magnetic diperlukan bentang yang cukup lebar sehingga hasil yang di dapat

lebih lengkap. Namun pada akuisisi data lintasan gravity dan megnetik sedikit berbeda

sehingga ketika dilakukan pemilihan lintasan permodelan yang akan di slice tidak dapat

Page 16: Laporan akhir geofisika(seisrefa).doc

menjangakau area survey secara keseluruhan. Hal ini membuat data yang akan dimodelkan

menjadi kurang akurat. Padahal harusnya kedua data dioverlay untuk melihat korelasi antar

metode. Permodelan dengan kedua metode ini harusnya dilakukan secara parallel karena

pada akhirnya harus berkorelasi. Namun karena keterbatasan informasi geologi membuat data

terlalu ambigu sehingga sulit dilakukan permodelan lebih lanjut.

4. Kendala dan SaranHambatan utama yang dihadapi saat pengolahan data lanjutan adalah data yang didapat dari

akuisisi kurang detail dan banyak yang tidak cocok. Sebaiknya, data yang diambil melebihi

dari data maksimum agar jika terdapat data yang rusak, dapat diganti dengan data lainnya.

Selain itu, kendala yang dialami adalah terdapat beberapa stasiun yang terletak jauh dari garis

slicing. Sebaiknya penempatan stasiun sebaiknya dipertimbangkan maksimal H-1 akuisisi

agar slicing dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Kemudian, kendala lainnya adalah

software ModelVision sering terhenti tiba-tba dan menghambat pemodelan, sebaiknya

menggunakan software yang lebih stabil. Kendala lain yang dihadapi adalah pemetaan

geologi yang bersifat subjektif. Hal ini menghambat dalam keakuratan data geologi yang

akan dikorelasikan dengan model. Sebaiknya pada saat pengolahan data lanjutan, diberi clue

tentang keadaan geologi pemetaan yang sebenarnya, jadi terdapat referensi saat pemodelan.

Kendala selanjutnya adalah kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai pemodelan

magnetic yang dikarenakan mahasiswa belum pernah mencoba pemodelan magnetic saat

kuliah.

5. Kesimpulan1. Pengambilan data saat akuisisi melebihi target minimum (minimal 2 atau 3 data

lebih).2. Penentuan stasiun dan survey lintasan maksimal H-1 akuisisi.3. Pemilihan software yang stabil.4. Clue tentang keadaan geologi di lokasi akuisisi diberikan sebelum pemodelan

agar membantu pemodelan.5. Sebelum kuliah karangsambung, mahasiswa diberi tugas terlebih dahulu

mengenai semua pemodelan tiap metode.