Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

88

description

Dokumen Laporan Akhir EKPD 2009 Provinsi Sulawesi Tenggara oleh Universitas Haluoleo

Transcript of Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Page 1: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU
Page 2: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pembangunan nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya

terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa

depan daerah yang lebih baik dan kesejahteraan bagi semua masyarakat. Hal

ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa

Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan

kebijakan dan program pembangunan di daerah masing-masing.

Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk

menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang

waktu 2004-2008. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah

pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan dan

apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut.

Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang

berguna sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil

kebijakan pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa

yang telah dilakukan sebelumnya.

Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai

kondisi lokal guna mempertajam perencanaan dan penganggaran

pembangunan pusat dan daerah periode berikutnya, termasuk untuk

penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi

(DEKON).

.

1.2. Tujuan dan Keluaran

Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) Tahun 2009 bertujuan untuk :

1. menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang

waktu 2004-2008.

2. melihat apakah pembangunan daerah Sulawesi Tenggara telah mencapai

tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan

manfaat dari pembangunan tersebut.

3. secara kuantitatif akan memberikan informasi penting yang berguna sebagai

alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan

Page 3: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 2

pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang

telah dilakukan sebelumnya.

4. memberikan rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi daerah Sulawesi

Tenggara guna mempertajam perencanaan dan penganggaran

pembangunan pusat dan daerah periode berikutnya, termasuk untuk

penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi

(DEKON).

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 meliputi:

1. Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di provinsi

Sulawesi Tenggara

2. Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan di provinsi

Sulawesi Tenggara sesuai sistematika yang telah ditentukan.

1.3. Metode Evaluasi Evaluasi kinerja Daerah (EKPD) menggunakan pendekatan diskripsi

kuantitatif, yaitu menjelaskan dan menggambarakan fenomena-fenomena

secara rinci dan jelas sesuai dengan fakta yang sesungguhnya dan dedukung

oleh data hasil pengamatan yang akurat. Dalam kegiatan EKPD ada beberapa

indicator kinerja yang menjadi focus kajian, yaitu indikator dampak (impacts)

yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil (outcomes) terpilih.

Pengelompokan indikator hasil serta pemilihan indikator pendukungnya,

dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:

• Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas;

• Relevant: mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target

output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara

target outcomes dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan;

Pengelompokan 5 kategori indikator hasil (outcomes) yang

mencerminkan tujuan/sasaran pembangunan daerah meliputi:

(1) Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi.

(2) Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia.

(3) Tingkat Pembangunan Ekonomi.

(4) Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam.

(5) Tingkat Kesejahteraan sosial.

Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok

indikator hasil adalah sebagai berikut:

Page 4: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 3

(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih

yang memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil

(outcomes).

(2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator

pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase.

(3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak

dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.

(4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna

negatif, maka sebelum dirata-ratakan dikonversikan terlebih dahulu menjadi

(100%) – (persentase pendukung indikator negatif). Sebagai contoh adalah

nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin tinggi, maka

kesejahteraan sosialnya semakin rendah.

(5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil

dibagi jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya).

Penilaian kinerja pembangunan daerah menggunakan pendekatan

Relevansi dan Efektivitas. Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana

tujuan/sasaran pembangunan yang direncanakan mampu menjawab

permasalahan utama/tantangan. Relevansi pembangunan daerah dilihat apakah

tren capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian

pembangunan nasional. Efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat

kesesuaian antara hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang

diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian

pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

pengumpulan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui:

1. Pengamatan langsung : Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai

subjek dan objek pembangunan di daerah, diantaranya dalam bidang sosial,

ekonomi, pemerintahan, politik, lingkungan hidup dan permasalahan lainnya

yang terjadi di wilayah provinsi terkait.

2. Pengumpulan Data Primer : Data diperoleh melalui FGD dengan pemangku

kepentingan pembangunan daerah. Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator

rapat/diskusi dalam menggali masukan dan tanggapan peserta diskusi.

3. Pengumpulan Data Sekunder : Data dan informasi yang telah tersedia pada

instansi pemerintah seperti BPS daerah, Bappeda dan Satuan Kerja

Perangkat Daerah terkait.

Page 5: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 4

1.4. Sistimatika Penulisan Sistimatika penulisan laporan kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan

Dearah 2009 disusun sebagai berikut ;

1. Sitematikan Penulisan Laporan Akhir

Kata Pengantar (ditandatangani oleh Rektor PTN)

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Tujuan

1.2 Keluaran

1.3 Metodologi

1.4 Sistematikan Laporan Akhir

BAB II. HASIL EVALUASI

2.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI

2.1.1. Capaian Indikator

2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

2.1.3. Rekomendasi Kebijakan

2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

2.2.1. Capaian Indikator

2.2.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

2.2.3. Rekomendasi Kebijakan

2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI

2.3.1. Capaian Indikator

2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

2.3.3. Rekomendasi Kebijakan

2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

2.4.1. Capaian Indikator

2.4.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

2.4.3. Rekomendasi Kebijakan

2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT

2.5.1. Capaian Indikator

2.5.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

2.5.3. Rekomendasi Kebijakan

BAB III. KESIMPULAN

LAMPIRAN

Page 6: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 5

BAB II. HASIL EVALUASI

Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi di Kawasan

Timur Indonesia berada dalam Wilayah Pulau Sulawesi. Posisi Provinsi Sulawesi

Tenggara cukup strategis, yaitu berada pada episentrum Kawasan Timur Indonesia

dan dilalui alur transportasi laut internasional antara Samudra Fasifik dan Samudra

India. Posisi strategis ini, secara geografis di dukung pula luas wilayah, yang

sebagian besar berupa lautan (maritim) sekitar 72 persen, dan sisanya berupa

wilayah daratan (kontinental). Wilayah maritim akan dikembangkan dengan

memanfaatkan sumberdaya kelautan secara optimal dengan tetap memperhatikan

konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan kelestarian

daya dukung lingkungan. Kekayaan laut dan budaya yang terkandung di dalam

wilayah maritim ke depan diharapkan akan dapat memberikan kontribusi pada

peningkatan kesejahteraan rakyat Provinsi Sulawesi Tenggara.

Sementara itu, wilayah daratan dikembangkan dengan memperhatikan

potensi yang telah ada, yaitu dengan mengembangkan sektor pertanian dalam arti

luas dengan menerapkan berbagai teknologi yang dapat meningkatkan produksi dan

produktivitas serta pelestarian plasma nutfah. Pertanian, kelautan dan perikanan

sampai saat ini memberikan kontribusi terbesar pada nilai Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB), yang sekaligus membentuk struktur ekonomi Sulawesi

Tenggara.

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara adalah jumlah pengangguran dan masyarakat miskin yang masih tinggi.

Penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara secara absolut masih tergolong

cukup besar mencapai 23% sehingga upaya-upaya penanganan penduduk miskin ini

menjadi perhatian pemerintah. Terkait dengan penduduk miskin, pemerintah

memberikan perhatian yang besar, terutama terkait dengan upaya-upaya

peningkatan pendapatan melalui pengembangan kebijakan revitalisasi pertanian,

pengembangan infrastruktur dibidang pertanian, penyediaan modal, pemasaran,

penerapan teknologi dan pengembangan perdagangan dan industri yang berbasis

hasil-hasil pertanian. Kebijakan ini juga harus mewarnai kebijakan Pembangunan

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, terutama pada upaya peningkatan

kesejahteraan rakyat dan akses pada pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Page 7: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 6

Pada tahun 2006 jumlah penduduk yang termasuk kategori Angkatan Kerja

sebanyak 924.763 jiwa, sedangkan jumlah Angkatan Kerja tersebut yang bekerja

sebanyak 835.322 jiwa dan yang sedang mencari pekerjaan sebanyak 89.441 jiwa

atau sekitar 9,67 % dari jumlah Angkatan Kerja. Angka ini menunjukkan bahwa

tingkat pengangguran di Sulawesi Tenggara masih relatif tinggi.

Permasalahan lain adalah ketersedian sarana infrastruktur jalan yang masih

terbatas. Pada tahun 2007, total panjang jalan di Provinsi Sulawesi Tenggara

mencapai 7.785,62 Km yang terdiri dari Jalan Negara sepanjang 1.293,87 Km, Jalan

Provinsi sepanjang 488,80 Km, Jalan Kabupaten sepanjang 6.002,95 Km.

Berdasarkan peranannya, Jalan Negara dan Jalan Provinsi sepanjang 1.782,67 Km

terdiri dari Jalan Arteri sepanjang 434,31 Km, Jalan Kolektor-1 sepanjang 854,56 Km

dan serta Jalan Kolektor-2 sepanjang 488,80 Km. Permasalahan jalan yang utama

adalah terbatasnya jaringan jalan serta belum memadainya daya dukung dan

dimensi jalan sehingga kurang mampu mengimbangi pesatnya arus angkutan.

Demikian juga Permasalahan tranportasi laut yang ada belum memadai karena

belum lengkapnya prasarana pelabuhan dan kondisi angkutan lanjutan relatif yang

belum mendukung.

Masa depan Provinsi Sulawesi Tenggara akan sangat ditentukan oleh

kemampuan masyarakat dan aparatur daerah melihat dan mengemas berbagai

peluang pembangunan ke dalam rencana-rencana pembangunan, baik Rencana

Jangka Pendek, Rencana Jangka Menengah maupun Rencana Jangka Panjang.

Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya akan dihadapkan beberapa tantangan,

antara lain;

1). Di bidang kependudukan tantangan untama adalah pertumbuhan penduduk

yang menunjukkan adanya percepatan laju pertumbuhan penduduk yang cukup

signifikan, misalnya pada yang periode tahun 2005 – 2006 yang sebesar 2,10

persen, kondisi ini perlu mendapat perhatian kaitannya dengan upaya

peningkatan angka pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara atau

dengan kata lain bagaimana menyeimbangkan tingkat pertumbuhan penduduk

dengan angka pertumbuhan ekonomi.

2. Di bidang Ekonomi dan sumberdaya alam, tantangan utama adalah tumbuh dan

berkembangnya ruko-ruko serta semakin banyaknya potesi sumberdaya alam

sudah mulai dikenal masyarakat yang memerlukan pengelolaan secara optimal

untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 8: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 7

3. Dibidang politik dan demokrasi, tantangan utama adalah tingginya kesadaran

masyarakat dalam berpolitik dan semakin terbukanya pemikiran masyarakat

dalam mengemukakan pendapat, masukkan dan bahkan kritikan terhadap

proses penyelenggaraan pembangunan

4. Dibidangan pendidikan yang menjadi tantangan utama adalah menjamurnya

tempat-tempat kursus, sekolah akademik, Sekolah Tinggi dan perguruan tinggi

Swasta yang menawarkan pelayanan yang prima.

5. Dibidang pemerintahan yang menjadi tantangan utama adalah berkembangnya

pemekaran kabupaten/kota sebagai daerah otonom baru, yang harus diserta

peningkatan penyediaan sarana dan prasarana pelayanan dasar kepada

masyarakat/publik dan ketersedian sumberdaya aparatur yang memenuhi

kapasitas yang dibutuhkan dalam mengisi struktur pemerintahan yang

kenyataannya masih sangat terbatas.

Memperhatikan kondisi saat ini, tantangan yang dihadapi, dan prediksi

kondisi umum daerah serta visi dan misi pembangunan yang telah dirumuskan maka

tujuan pembangunan daerah provinsi Sulawesi Tenggara kedepan adalah:

1. Mewujudkan manusia Sulawesi Tenggara yang religious, tangguh, berdayasaing

dan mandiri

2. Mewujudkan pendidikan masyarakat Sulawesi Tenggara yang berkualitas

dengan biaya yang terjangkau

3. Mewujudkan masyarakat Sulawesi Tenggara yang sehat baik jasmani maupun

rohani

4. Mewujudkan perekonomian Sulawesi Tenggara yang tangguh berbasis pada

potensi daerah/lokal.

5. Mewujudkan tata kelolah pemerintahan Sulawesi Tenggara yang baik, bersih

dan transparan.

Untuk mengetahui sejauh mana permasalahan dan tantangan pembangunan

di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat teratasi serta tujuan pembangunan di Sulawesi

tenggara telah tercapai, maka dipandang perlu melakukan pengawasan dan

evaluasi pada beberapa indicator hasil (outcome) yang mencerminkan

tujuan/sasaran pembangunan daerah yang secara rinci diuraikan sebagai berikut ;

Page 9: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 8

2.1. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi 2.1.1. Capaian Indikator Pelayanan Publik

Tingkat pelayanan publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

pada dasarnya merupakan wujud pelaksanaan fungsi, tugas dan tanggung

jawab pemerintah daerah. Tingkat pelayanan publik dalam implementasi

kebijakan otonomi daerah dapat diukur melalui sejumlah indikatror yang

tercakup dalam dimensi-dimensi/karakteristik konsep ‘good governance”.

Indikator utama yang dijadikan rujukan dalam mengevalusi kinerja

pemerintah daerah di bidang pelayanan publik adalah: (1) Persentase jumlah

kasus korups yang tertangani dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan; (2)

Persentase jumlah aparat pemerintah daerah yang berijazah minimal S-1; (3)

Persentase jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan

satu atap. Ketiga indikator tersebut adalah merupakan bagian dari karakteristik

konsep good governance yang telah ditekankan oleh pemerintah untuk menjadi

landasan utama dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik di tingkat pusat

maupun di tingkat daerah. Bahkan ditekankan dalam konsep reformasi

administrasi/reformasi birokrokarasi bahwa keberhasilan penyelenggaraan

pemerintahan daerah dalam konteks otonomi daerah, dapat diukur dari

keberhasilan pemerintah daerah dalam menerapkan konsep good governance

dengan sembilan karakteristiknya, yaitu: participation, rule of low, transparancy,

responsiveness, consensus orientation, equity, efficiency and effektiveness,

accountability, strategic vision (Mardiasmo, 2002; Dwiyanto, 2006).

Berkaitan dengan itu, sasaran yang hendak dicapai oleh Pemerintah

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam bidang pelayanan publik untuk kurun

waktu 2004-2009 meliputi berbagai dimensi : (a) berkurangnya secara nyata

praktek korupsi pada birokrasi dan dimulai pada tataran pejabat yang paling

atas; (b) terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksana pemerintahan

yang bersih, effisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel; (c)

terhapusnya aturan, peraturan dan praktek yang sifatnya diskriminatif terhadap

warga negara, kelompok atau golongan masyarakat; (d) terwujudnya

peningkatan kapasistas aparatur pemerintah daerah melalui peningkatan dan

pengembangan pendidikan formal dan pendidikan informal; (e) tercitanya

mekanisme pelayanan birokrasi pemerinahan daerah yang lebih efektif, efisien,

Page 10: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 9

trensparan dan ekuntabel melalui sistem pelayanan satu atap yang mempunyai

kekuatan hukum dakam bentuk Peraturan Daerah (Perda).

Komitmen pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk

memberantas tindak pidana korupsi sebagaimana yang ditetapkan dalam

rencana strategis daerah (Renstrada) untuk dicapai dalam kurun waktu 2004 –

2009, ternyata belum dapat diwujudkan sesuai dengan harapan. Terdapat

berbagai kendala sebagai masalah utama yang dihadapi dalam upaya

pemberantasan tindak pidana korupsi di daerah ini. Kendala-kendala yang

paling menonjol antara lain : (a) Masih kurangnya dukungan masyarakat dalam

memberi keterangan atau kesaksian dalam upaya mengungkap kaasus tindak

pidana korupsi di daerah. Hal ini disebabkan oleh perlindungan saksi yang

belum menjamin keamanan para saksi. (b) Masyarakat cenderung menghindar

untuk menjadi saksi karena tidak mau direpotkan untuk dimintai keterangan oleh

petugas seiap saat dubutuhkan. Masyarakat beranggapan lebih bermanfaat

menekuni pekerjaannya sehari-hari, daripada membuang-buang waktu untuk

memberi kesaksian kepada petugas; (c) Kemampuan petugas penyidik yang

masih terbatas sehingga pembuktian secara hukum atas suatu kasus, kadang-

kadang memakan waktu yang cukup lama, bahkan ada yang di SP3-kan karena

dianggap tidak cukup bukti; (d) Belum transparannya penanganan kasus-kasus

korupsi yang melibatkan para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, sehingga

rasa percaya masyarakat terhadap penegak hukum semakin merosot di daerah

ini; (e) Para elit pemerintahan dan elit politik belum memperlihatkan keteladanan

dalam pencitraan aparatatur yang bersih dan berwibawa; (f) Secara yuridis

formal, undang-undang mengharuskan bahwa alat bukti atas suatu kasus tindak

pidana korupsi, harus lebih dari satu. Ini juga merupakan kendala, sebab

walupun pembuktian sudah cukup kuat tetapi baru satu alat bukti, ternyata

belum memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke tingkat penuntutan/peradilan.

Selanjutnya, komitmen Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

untuk meningkatkan kapasitas aparaturnya, secara bertahap telah dapat

diwujudkan, sehingga dalam kurun waktu 2004-2009 telah memperlihatkan

pengaruh yang cukup berarti terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas

pelayanan publik di daerah ini. Masalah untama yang dihadapi sehingga

capaian indikator ini belum optimal sesuai dengan target dan sasaran yang telah

ditetapkan melalui rencana strategis daerah (Renstrada) adalah:(1) masih

terbatasnya anggaran pengembangan kapasitas aparatur yang mampu

Page 11: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 10

disedakan setiap tahunnya. (2) Masih terbatsnya jumlah tenaga tetap yang

memiliki kemampuan teknis profesional pada setiap unit kerja.

Sedangkan komitmen pemerintah di daerah ini untuk semakin meperbaiki

dan meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui pelayanan satu atap, juga

semakin menunjukkan kemajuan yang cukup berarati. Hal ini ditandai dengan

semakin bertambahnya jumlah kabupaten/kota yang telah memiliki sistem

pelayanan satu atap yang diformalkan melalui peraturan daerah dari tahun ke

tahun dalam kurun waktu 2004-2009. Adapun masalah utama yang dihadapi

oleh pemerinatah daerah kabupaten/kota dalam mewujudkan pelayanan satu

atap, adalah keterbatasan sumber daya manusia aparatur yang memiliki

kemampuan teknis profesional.

Untuk mengukur keberhasilan Pemerintah Daerah Provinsi Sualwesi

Tenggara dalam bidang pelayanan publik selama lima tahun terakhir (2004-

2009) dapat ditelusuri melalui capaian indikator sebagai berikut: (1) Persentase

jumlah kasus korups yang tertangani dibandingkan dengan jumlah yang

dilaporkan; (2) Persentase jumlah aparat pemerintah daerah yang berijazah

minimal S-1; (3) Persentase jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki peraturan

daerah tentang pelayanan satu atap.

Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai kantor/instansi yang

terkait, dapat diketahui bahwa melalui tiga indikator pelayanan publik yang

dijadikan sebagai rujukan dalam evaluasi kinerja Pemerintah Daerah Provinsi

Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2004-2005, telah terjadi peningkatan

pelayanan publik dan peningkatan ini telah sejalan dengan target dan sasaran

pembangunan yang telah ditetapkan oleh oleh pemerintah daerah. Namun

disadari bahwa capaian indikator tersebut belum terwujud secara optimal

berdasarkan target pemerintah daerah yang ditetapkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daereah (RPJMD) 2004-2009 dan masih

dibawah dari target pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009.

Data yang diperoleh dalam tahap evaluasi akhir menunjukkan capaian dari

setiap indikator pelayanan publik di daerah ini yang selengkapnya dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Pertama: Persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan

dengan jumlah yang dilaporkan. Keberhasilan capaian indikator pemberantasan

tindak pidana korupsi, sangat ditentukan oleh beberapa faktor penentu antara

Page 12: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 11

lain : (a) Kemandirian lembaga peradilan dalam penanganan kasus-kasus

korupsi; (b) Tidak adanya disikriminasi dalam penaganan kasus tindak pidana

korupsi; (c) Transparansi dalam proses penanganan kasus tindak pidana

korupsi; (d) Terciptanya rasa keadilan masyarakat dalam penanganan dan

putusan-putusan yang ditetapkan oleh lembaga perdilan. Berdasarkan data

yang diperoleh dalam tahapan evaluasi kinerja Pemerintah Daerah Provinsi

Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2004-2009, secara nyata ada

peningkatan upaya penegakan hukum khususnya penaganan tindak pidana

korupsi yang secara fungsional ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Sulawesi

Tenggara. Peningkatan upaya penegakan hukum yang dimaksud dapat dilihat

dari beberapa indikator yang dikemukakan itu. Peningkatan tersebut sejalan

dengan target dan sasaran yang ditetapkan oleh pihak pemerintah daerah.

Namun demikian dalam kenyataannya capaian indikator-indikator itu secara

umum belum sesuai dengan target yang ditetapkan oleh pihak Pemerintah

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dan juga belum sesuai dengan target

nasional. Data capaian dari setiap faktor penentu keberhasilan pemberantasan

tindak pidana korupsi di Daerah Provinsi Sukawesi Tenggara dapat dilihat

sebagai berikut :

a) Faktor kemandirian lembaga peradilan dalam penanganan kasus tindak

pidana korupsi memperlihatkan tanda yang positif. Protes dan teriakan

masyarakat yang ditujukan pada lembaga peradilan karena disinyalir adanya

intervensi pihak penguasa, ternyata semakin berkurang dari tahun ke tahun

dalam kurun waktu 2004-2009. Hal tersebut tidak terlepas dari komitmen

Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara untuk menciptakan aparatur di daerah

ini yang bersih dan berwibawa.

b) Faktor diskriminasi penanganan kasus tindak pidana korupsi pada tahap

penyidikan oleh pihak kejaksaan tinggi masih tetap mewarnai masmedia di

daerah ini. Penanganan kasus korupsi dengan modus gratifikasi yang

melibatkan mantan Walikota Kendari dan Wakil Walikota Kendari yang

diproses sejak tahun 2008, memperlihatkan adanya diskriminasi. Kasus

gratifikasi mantan walikota yang nilainya lebih besar, tersendat-sendat,

sangat lamban dan mengundang keterlibatan massa demonstran untuk

menekan pihak kejaksaan agar serius menangani kasus gratifikasi mantan

Walikota Kendari. Sebaliknya kasus gratifikasi mantan Wakil Wakil Walikota

Kendari yang nilainya lebih kecil, ternyata berjalan lebih cepat sampai

Page 13: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 12

penahanan pada rumah tahanan (Rutan) Kelas II Kendari (Kendari Pos, 30

Oktober 2009). Demikian pula dugaan kasus korupsi Bupati Bombana yang

melibatkan anaknya (Haikal Atikurrahman) sudah dilaporkan oleh berbagai

kompenen masyarakat Bombana disertai bukti-bukti awal adanya dugaan

korupsi APBD sebesar 7,6 milyar, ternyata sampai saat ini belum ada

kejelasan sehingga pihak Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara mendapat

tekanan berupa unjuk rasa dari salah satu komponen masyarakat

Kabupaten Bombana yaitu Komite untuk Demokrasi, Keadilan dan

Transparansi Anggaran (Kendari Pos, 27 Oktober 2009)

c) Faktor transparansi dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi oleh

aparat penegak hukum pada Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara, masih

memperlihatkan adanya indikasi yang tidak transparan. Data yang

dikumpulkan memperlihatkan bahwa laporan yang diterima oleh pihak

Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara dari berbagai komponen masyarakat

tentang adanya dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh beberapa

Bupati Kepala Daerah selama kurun waktu 2009, antara lain Bupati Konawe,

Bupati Konawe Selatan, Bupati Bombana dan Bupati Buton Utara, ternyata

belum ada kejelasan status penanganannya sampai saat ini (Antara lain

Kendari Pos, 27 Oktober 2009).

d) Faktor rasa keadilan masyarakat dalam penanganan dan pemberian putusan

putusan oleh lembaga peradilan di Daerah Sulawesi Tengagra, kelihatan

masih menjadi sorotan masyarakat di daerah ini. Kasus dugaan korupsi

APBD tahun 2007-2008 sebesar Rp. 7,6 milyar yang melibatkan Haikal

Atikurrahman (anak kandung Bupati Bombana), diduga bahwa pihak

Kejaksaan Tinggi Sualwesi Tenggara tengah mengurus Surat Penghentian

Penyidikan Perkara (SP3). Dengan data korupsi yang begitu besar itu, dan

seharusnya menjadi hak-hak masyarakat melalui pelayanan publik yang

dituangkan dalam APBD Kabupaten Bombnana tahun 2007-2008, diduga

diselewengkan untuk memperkaya diri sendiri oleh Bupati Bombana yang

melibatkan anaknya (Kendari Pos, 27 Oktober 2009).

Untuk menilai kinerja pemberantasan tidak pidana korupsi di Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu lima tahun (2004 – 2009)

dapat dilihat melalui penyajian data berikut ini, dengan membandingkan antara

jumlah kasus yang diporkan kepada pihak Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara,

Page 14: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 13

dengan jumlah kasus yang ditangani sampai pada tingkat penyidikan dapat

dilihat pada Tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi pada Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara dan Nasional yang ditangani dibanding dengan yang dilaporkan dalam kurun waktu 2004-2008

Tahun Kasus Tindak Pidana Korupsi

yang ditangani Trend Jumlah Kasus Tindak

Pidana Korupsi Sultra Nasional Dilaporakan Ditangani

2004 69.44 97.00 - - 2005 71.43 97.00 -0.03 0.00 2006 44.44 94.00 0.38 0.03 2007 60.00 94.00 -0.35 0.00 2008 78.26 94.00 -0.30 0.00

Sumber : Kejaksaan Tinggi Sultra dan Bappenas tahun 2009

Trend perkembangan jumlah kasus tindak pidana korupsi yang ditangani

dibandingkan dengan jumlah dilaporkan kepada pihak Kejaksaan Tinggi

Sulawesi Tenggara selama lima tahun terakhir (2004-2009) dapat dilihat melalui

grafik yang disajikan berikut ini :

0

20

4060

80

100

120

2004 2005 2006 2007 2008-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi yang diTangani di Sultra Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi yang diTangani Nasional Tren Provinsi

Tren Nasional

Gambar 1. Tren Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi yang di tangani oleh pengadilan Sultra dan Nasional Kurun Waktu 2004-2009

Berdasarkan trend perkembangan kasus tindak pidana korupsi tersebut,

dapat dijelaskan bahwa kinerja pelayanan publik pada bidang pemberantasan

tindak pidana korupsi di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara selama lima tahun

Page 15: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 14

terakhir (2004-2009) mengalami fluktuasi turun naik yang dapat dikelompokkan

menjadi 2 kategori kinerja sebagai berikut:

(1) Dari tahun 2004 mengalami penurunan secara terus menerusi selama 3

tahun berturut-turut (2005, 2006, 2007).

(2) Kemudian mengalami peningkatan kembali mulai dari tahun 2008 sampai

dengan tahun 2009.

Kedua: Persentase jumlah aparat pemerintah daerah yang berijazah

minimal S-1. Data yang diperoleh dari berbagai kantor/instansi yang terkait

memperlihatkan bahwa jumlah aparat Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara yang berijazah minimal S-1 dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini

(2004-2009) sudah tergolong cukup memadai dan sejalan dengan rencana

strategis daerah yang dituangkan dalam Renstrada tahun 2004-2009. Oleh

karena itu, secara umum dapat dikatakan bahwa capaian indikator ini sudah

sejalan dengan target dan sasaran yang telah ditetapkan melalui RPJMD 2004-

2009 oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, namum belum

mencapai target dan sasaran secara optimal. Disadari sesungguhnya bahwa

capaian indikator ini masih dibawah dari target dan sasaran nasional

sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2004-2009. Berbagai faktor penentu yang berpengaruh

terhadap capaian indikator ini, dapat dijelaskan menurut data yang diperoleh

dari kantor/instansi yang terkait sebagai berikut :

(1) Masih terbatasnya anggaran pengembangan kapasitas aparatur yang

mampu dialokasikan setiap tahunnya, sehingga jumlah aparat (pegawai)

yang dapat diikutkan dalam program pengembangan kapasitas melalui

penyediaan anggaran program pemngembangan kemampuan sumber daya

aparatur, juga masih terbatas. Di lain sisi, organisasi Pemerintah Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 3 (tiga) sekretariat, 14 (empat

belas) dinas, 10 (sepuluh) badan dan 4 (empat) kantor, membutuhkan

tenaga yang memiliki kemampuan profesional dengan basis pendidikan

minimal S-1. Sejalan dengan itu, program pengembangan sumber daya

aparatur yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara telah menunjukkan hasil yang cukup memadai. Penomena untuk

tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah pegawai di lingkungan organisasi

Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 5.396 orang,

Page 16: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 15

hanya 1.025 orang (19%) yang berpendidikan minimal S1. Ini berarti bahwa

yang berpendidikan di bawah dari S1 mencapai jumlah 4.371 orang (81%)

dari total pegawai. Demikian pula penomena tahun 2007 menunjukkan

bahwa jumlah pegawai tetap pada organisasi Pemerintahan Provinsi

Sulawsi Tenggara sebanyak 6.737 orang atau naik sebesar 19% dari total

pegawai pada tahun 2006. Jumlah pegawai yang berpendidikan minimal S-

1 pada tahun 2007 sebanyak 2.381 orang atau 24 % dari jumlah pegawai

seluruhnya. Ini beratri bahwa yang berpendidikan dibawah dari S-1 masih

mendominasi (76%) dari jumlah pegawai pada organisasi pemerintah di

daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Data menunjukkan bahwa telah terjadi

perkembangan yang cukup signifikan tentang jumlah aparat pemerintah

daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang berijazah minimal S-1 selama

kurun waktu 2004-2009 sebagai berikut: Tahun 2004 sebanyak 12% ;

Tahun 2005 sebanyak 15 %; tahun 2006 sebanyak 19%; tahun 2007

sebanyak24%; tahun 2008 sebanyak 29%, dan tahun 2009 sebanyak 33%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ;

Tabel 2. Persentase Aparat Pemerintah Daerah Provinsi Sultra yang Berijazah Monimal S-1 tahun 2004-2009

Tahun

Persentase Aparat Pemerintah Daerah Provinsi Sultra yang

Berijazah Monimal S-1

Trend Persentase Aparat Pemerintah Daerah Provinsi

Sultra yang Berijazah Monimal S-1

Sultra Nasional Sultra Nasional 2004 12 29.9 - - 2005 15 31 -0.25 -0.04 2006 19 31.93 -0.27 -0.03 2007 24 30.6 -0.26 0.04 2008 29 30.99 -0.21 -0.01

Sumber : Kantor Sekretariat Daerah Sultra dan Bappenas tahun 2009

(2) Masih terbatasnya jumlah tenaga tetap pada setiap unit kerja, sehingga

pemberian kesempatan pengembangan kapasitas aparatur melalui jalur

pendidikan formal, hanya dalam bentuk izin belajar, dalam arti pegawai

hanya diizinkan meninggalkan tugas pada jam-jam perkuliahan. Selebihnya

tetap digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas pada unit kerjanya

masing-masing. Kondisi kepegawaian pada tahun 2007 menyebabkan

membengkaknya jumlah tenaga kontrak yang mencapai 507 orang, dan

meningkat menjadi 1.834 orang pada tahun 2008.

Page 17: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 16

Ketiga: Persentase jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki peraturan

daerah pelayanan satu atap. Terbatasanya jumlah sumber daya manusia

aparatur yang memiliki kemampuan teknis profesional pada organisai

pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara

merupakan salah satu faktor yang menghambat proses terwujudnya sistem

pelayanan satu atap di setiap daerah kabupaten/kota.

Namun demikian, berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan

dalam rangka evaluasi ini memperjelas bahwa pelaksanaan pelayanan satu

atap oleh daerah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara

dilaksanakan sesuai dengan kondisi kemampuan dan ketersediaan sumber

daya manusia di setiap daerah kabupaten/kota. Perkembangan jumlah daerah

kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara dipicu oleh oleh kebijakan politik

berupa pemekaran daerah otonom sejak tahun 2005. Data menunjukkan dari 1

Daerah Kota dan 4 Daerah Kabupaten pada tahun 2001, kini menjadi 2

Daerah Kota dan 8 Daerah Kabupaten pada tahun 2005. Selanjutnya pada

tahun 2006 menjadi 2 Daerah Kota dan 10 Daerah Kabupaten setelah

Kabupaten Konawe Utara dan Buton Utara ditetapkan sebagai Daerah Otonom

Masalah utama yang dihadapi dalam upaya mengefektifkan sistem

pelayanan satu atap pada setiap daerah kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi

Tenggara berdasarkan data/informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini,

adalah belum adanya komitmen para kepala daerah yang disebabkan oleh

adanya tarik-menarik kepentingan para kepala dinas/kantor/badan yang terkait

dengan sistem pelayanan satu atap.

Selanjunya data yang menunjukkan capaian indikator ini tergambar

melalui trend perkembangan jumlah kabupaten kota yang menerpkan sistem

pelayanan satu atap yang dituangkan dalam peraturan daerah. Data yang

diperoleh memperlihatkan bahwa jumlah daerah kabupaten/kota yang memiliki

perda pelayanan satu atap di Provinsi Sulawesi Tenggara, baru terbatas pada

2 kota, yaitu Kota Kendari dan Kota Bau-Bau dengan penjelasan sebagai

berikut: (1) Kota Kendari menerapkan sistem pelayanan satu atap sejak tahun

2002 dengan melibatkan 12 jenis perizinan yang dikelola oleh berbagai

dinas/instansi. Kemudian berkembang terus, dan pada tahun 2005 menjadi 40

jenis perizinan dan selanjutnya sampai pada tahun 2009 sudah menjadi 67

jenis perizinan yang dikelola dengan sitem pelayanan satu atap. Sejak tahun

2004 belum ada kabupaten/kota yang memiliki perda pelayanan satu atap; (2)

Page 18: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 17

Kota Bau-Bau menerapkan sistem pelayanan satu atap sejak tahun tahun 2003

yang diatur dengan perda yang didalamnya mencakup 12 jenis perizinan.

Dengan demikian, hingga saat ini masih terdapat 10 kabupaten di daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara yang belum memiliki perda pelayanan satu atap.

Demokrasi Darsi sisi pengembangan sistem demokrsi dalam pembangunan Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara untuk kurun waktu 2004-2009, diarahkan pada

peningkatan dan pengembangan demokrasi dan peranserta semua lapisan

masyarakat dalam berbagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang

merupakan kondisi ideal bagi tumbuh kembangnya sistem demokrasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan lokal.

Indikator yang dijadikan sebagai rujukan untuk mengevaluasi tingkat

demokrasi dalam penyelenggaran pemerintahan daerah, dirahkan pada 5 (lima)

indikator, yaitu: (1) Gender Development Indeks (GDI); (2) Gender Empowerment

Meassurement (GEM); (3) Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilkada

provinsi; (4) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan legislatif; (5) Tingkat

partisipasi masyarakat dalam pemilihan presiden.

Berkaitan dengan isu gender sebagai salah satu indikator tingkat

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka pihak

Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara telah memperlihatkan adanya

komitmen untuk memberi perhatian terhadap isu gender di daerah ini. Berkaitan

dengan itu, pemerintah daerah menetpkan kebijakan-kebijakan umum di bidang

gender, yang bertujuan untuk meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan daerah yang

diemban oleh lembaga yang secara struktural mempunyai tugas dan fungsi untuk

memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Bertolak dari

kebijakan umum yang diuraian di atas, maka selanjutnya disusun rencana

strategis daerah (Renstrada). Melalui Renstrada tersebut ditetapkan target dan

sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu 20004-2009 sebagai berikut: (a)

mewujudkan kemitrasejajaran antara perempuan dan laki-laki melalui jalinan pola

sikap dan perilaku yang saling peduli, saling menghargai, saling menghormati

dan saling mengisi, baik di tingkat keluarga, masyarakat, maupun dalam proses

pembangunan; (b) meningkatkan stabilitas dan kontrol yang memungkinkan

perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki untuk bersama-sama berperan dalam

Page 19: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 18

pembangunan sesuai dengan kodrat dan martabatnya, tanpa melupakan peran

bersama dalam mewujudkan keluarga sejahtera yang beriman sehat dan

bahagia; (c) memberdayakan lembaga-lembaga pengelola kemajuan perempuan

agar lebih berperan, berkualitas dan mandiri yang diwujudkan melalui program-

program GDI (Gender Development Indeks) dan program GEM (Gender

Empowerment Meassurement; (d) meningkatkan perlindungan terhadap

perempuan untuk mencegah terjadinya diskriminasi dan tindakan pelecehan atau

kekerasan terhadap perempuan; (e) terjaminnya keadilan gender dalam

berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik; (f) menurunnya

kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki yang

diukur dengan angka GDI dan GDM.

Selanjutnya, berkaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam

pemilihan kepala daerah, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dalam kurun

waktu 2004-2009, menunjukkan adanya komitmen Pemerintah Daerah Provinsi

Sulawesi Tenggara dalam menumbuhkan hak-hak demokrasi bagi masyarakat di

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kebijakan pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

dalam jangka waktu 2004-2009, dijabarkan dalam rencana strategis daeah

(Renstrada) yang mempunyai sejumlah target dan sasaran sebagai berikut: (a)

mengembangkan iklim dan budaya politik yang demokratis dengan

mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan keterbukaan

yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan masyarakat; (b)

meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik masyarakat dengan

mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju terwujudnya

budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan masyarakat dan pembangunan;

(c) meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat melaksanakan

funmgsinya dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik masyarakat;

(d) meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga negara Republik

Indonesia mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa, pembauran bangsa

dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus pada kokohnya

persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Target dan sasaran pembangunan bidang politik yang

ditetapkan oleh pihak pemerintah di daerah ini, telah sejalan dengan capaian-

capain selama kurun waktu 2004-2009 namun belum optimal dan tentunya telah

Page 20: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 19

sejalan pula dengan terget dan sasaran nasional yang tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, yang

sasarannya meliputi : (a) terlaksananya peran dan fungsi lembaga

penyelenggara negara dan lembaga kemasyarakatan sesuai dengan konstitusi

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (b) meningkatnya partisipasi

masyarakat dalam proses pengambilan keputusan politik; (c) terlaksananya

pemilihan umum yang demokratis, jujur, dan adil pada tahun 2009.

Indikator yang dijadikan rujukan dalam mengukur tingkat demokrasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan di Daerah provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari

5 (lima) indikator yang meliputi : (1) Gender development indeks (GDI); (2)

Gender impowerment Meassurement (GEM); (3) Tingkat partisipasi politik

masyarakat dalam pilkada provinsi; (4) Tingkat partisipasi masyarakat dalam

pemilihan legislatif; (5) Tingkat partisipasi masyarakat dalm pemilihan pesiden.

Capian indikator-indikator tersebut merupakan ukuran terhadap tingkat

demokrasi dalam enyelenggaraan pemerinahan di Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara. Data yang diperoleh dari berbagai kantor/instansi yang terkait dengan

aspek demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah ini dalam

kurun waktu 2004-2009, menunjukkan kondisi sebagai berikut :

Pertama: Indikator gender development indeks (GDI). Berdasarkan target

dan sasaran yang ditetpkan melalui rencana strategis daerah 2004-2009, maka

selanjutnya dapat dikemukakan data capaian-capaian dalam kurun waktu 2004-

2009. Namun sebelumya perlu dijelaskan bahwa lembaga yang bertanggung

jawab dalam bidang pemberdayaan perempuan di daerah ini, baru terbentuk

secara formal pada tahun 2006. Dengan demikian data yang disajikan dalam

laporan evaluasi ini hanya meliputi data tahun 2006-2009.

Program-program yang ditetapkan dan dilaksanakan berkaitan dengan

indikator gender development indeks (GDI) di daerah ini adalah meliputi program

dan kegiatan yang diarahkan pada upaya pencapaian target dan sasaran yang

telah ditetapkan sebelumnya. Dari aspek kelembagaan, ternyata pembentukan

lembaga formal yang bertanggung jawab dalam urusan peranan wanita di daerah

ini belum terbentuk sebelum tahun 2006. Artinya sebelum tahun 2006 belum ada

program-program yang terkait dengan upaya perbaikan endeks pembangunan

gender/peranan perempuan dalam pembangunan daerah. (b) Sejak tahun 2006

telah terbentuk kelembagaan dalam struktur organisasi pemerintahan daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara yang secara formal menangani urusan gender yang

Page 21: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 20

berstatus badan, dengan nama “Badan Pemberdayaan Perempuan”. Badan

inilah yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan program

yang terkait dengan pembangunan kualitas perempuan dalam rangka gender

development indeks (GDI) di daerah Provinsi Sulawesi tenggara. Program-

program yang ditujukan pada upaya pembangunan kualitas sumber daya

perempuan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasran GDI di Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009 dikelola

oleh 15 lembaga. Lembaga tersebut melaksanakan dua jenis prgram, yaitu

program-program yang berorientasi pada pencapaian target dan sasaran GDI

(gender development indeks) dan program-program yang berorientasi pada

upaya pencapaian target dan sasaran Gender impowerment Meassurement

(GEM). Data tentang lembaga penyelenggara program yang dimaksud.

selengkapnya disajikan berikut ini :

Tabel 3. Lembaga Penyelenggara Program Gender Development Indeks (GDI) dan Program Gender impowerment Meassurement (GEM) di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006 - 2009

No Nama Lembaga Alamat Penanggung Jawab 01 Aliansi Perempuan Sultra BPKB Sultra Nuhiddin 02 BKM Madani Kel. Benuanirae Abd. Malik 03 SKB Muna Raha La Sidale 04 SKB Bombana Kasipute Muh. Jalil 05 SKB Konsel Ranomeeto Kadir M. 06 PKBM Adhe Arifta Kel. Abeli La Sambawe 07 PKBM Binar Kel. Lapulu Fahmi 08 PKBM Aisyiyah Kec. Ranomeeto Farida Halik S.Pd. 09 YP Musilmat NU Balai Kota II/7 Hj. Suhaedar SH 10 PKBM Asmik Mubarak Kel. Dapudapura A. Merlina Arfan 11 LKP Bina Remaja Kel. Wua-Wua Muharni Mahmud 12 LKP Beringin Cerdas Kel. Watubangga Nursani Sela 13 PKBM Rajawali Desa Wonuasari Kuswara 14 PKBM Bunga Karang Desa Bobolio Hanapia. A. Ma 15 PKBM Cahaya Mata Desa Mataiwoi Hj. Neraeni, S. Pd

Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan Sultra, 2009.

Capaian indikator GDI di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam

kurun waktu 2006 sampai dengan 2009, dapat dijelaskan bahwa dilihat dari

aspek kelembagaan, ternyata ada lima lembaga penyelengara program GDI

yang melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian target dan sasaran GDI

di daerah ini. Lembaga-lembaga tersebut yaitu: (1) LKP Bina Remaja, (2) LKP

Page 22: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 21

Beringin Cerdas, (3) PKBM Rajawali, (4) PKBM Bunga Karang, dan (5) PKBM

Cahaya Mata. Jenis-jenis program yang diselenggarakan sebagai berikut:

a. Tahun 2004 belum ada kegiatan secara melembaga.

b. Tahun 2005 belum ada kegiatan secara melembaga.

c. Tahun 2006 ada 5 jenis kegiatan yang dilakukan dengan orientasi untuk

mewujudkan GDI, berupa pendidikan keluarga berwawasan gender (PKBG),

dengan rincian kegiatan berupa: (1) sosialisasi konsep gender, (2) Workshop

peningkatan sensitifitas gender, (3) Sosialisasi kebijakan Pemerintah Daerah

di bidang gender, (4) Sosialisasi bahan ajar responsifitas gender, (5) Fokus

group discussion (FGD).

d. Tahun 2007 ada 7 jenis program yang diselenggarakan oleh kelima lembaga

tersebut yaitu. Selain meneruskan pelaksanaan 5 jenis kegiatan pada tahun

2006, dilakukan pula pengembangan jenis kegiatan lainnya dalam bentuk: (1)

diskusi tentang peranan perempuan dalam pendidikan keluarga, (2) Diskusi

tentang peranan perempuan dalam kehidupan politik lokal.

e. Tahun 2008 tetap ada 7 jenis kegiatan GDI di daerah ini ,yang dilakukan oleh

kelima lembaga yang dikemukakan di atas, yaitu tetap melanjutkan tujuh

jenis kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2007.

f. Tahun 2009, ada 8 jenis kegiatan GDI yang dilaksanakan oleh kelima

lembaga tersebut. Selain melanjutkan 7 jenis kegiatan tahun 2008, juga

dikembangakan dengan 1 jenis kegiatan baru berupa pelatihan

kepemimpinan perempuan.

Walaupun jenis kegiatan GDI yang dilakukan oleh kelima lembaga yang

bergerak dalam bidang GDI di daerah provinsi Sulawesi Tenggara cenderung

tidak banyak variasi, namun yang bervariasi adalah objek atau sasaran

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut. Variasinya berupa daerah/wilayah

penyelenggaraan (diselenggarakan secara bergilir di berbagai daerah).

Berdasarkan data capaian dari indikator GDI, dapat dikatakan bahwa

walaupun belum sepenuhnya mencapai target dan sasaran RPJMD 2004-2009,

namun telah menunjukkan adanya kemajuan yang cukup signifikan dari tahun

ketahun. Kemajuan tersbut tentunya pula telah berada pada garis kebijakan

nasional, namun masih dibawah dari target dan sasaran nasional berdasarkan

RPJMN 2004-2009.

Kedua: Gender Empowerment Meassurement (GEM): Target dan sasaran

yang hendak dicapai dalam upaya mewujudkan GEM di Daerah Privinsi Sulawesi

Page 23: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 22

Tenggara dituangkan dalam Rencana Strategis Daerah (Renstrada) 2004-2009.

Data capaian-capain program GEM dalam kurun waktu 2004-2009 yang

diperoleh dari kantor/instansi yang terklait dapat dijelaskan bahwa secara umum

memperlihatkan adanya kemajuan yang signifikan dari tahun ke tahun selama

kurun waktu 2006-2009. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa

lembaga yang bertanggung jawab dalam bidang pemberdayaan perempuan di

daerah ini, baru terbentuk secara formal pada tahun 2006. Dengan demikian data

yang disajikan dalam laporan evaluasi ini terkait pelaksanaan program GEM,

hanya meliputi data tahun 2006-2009. Data untuk tahun sebelumnya tidak

ditemukan dalam kegiatan pengumpulan data evaluasi ini.

Program-program yang ditetapkan dan dilaksanakan berkaitan dengan

indikator Gender Empowerment Meassurement (GEM) di daerah ini adalah

meliputi program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai

target dan sasaran perwujudan GEM. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa: (a)

Dari aspek kelembagaan yang secara khusus bertanggung jawab di bidang

pemberdayaan perempuan, ternyata belum terbentuk sebelum tahun 2006.

Dengan demikian sebelum tahun 2006 belum ada program-program yang terkait

dengan upaya pemberdayaan kaum perempuan dalam pembangunan daerah.

(b) Sejak tahun 2006 telah terbentuk kelembagaan dalam struktur organisasi

pemerintahan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang secara formal

menangani urusan gender yang berstatus badan, dengan nama “Badan

Pemberdayaan Perempuan”. Badan inilah yang bertanggung jawab dalam

perencanaan dan pelaksanaan program yang terkait dengan perempuan kaum

perempuan dalam rangka mewujudkan Gender Eimpowerment Meassurement

(GEM) di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Program-program yang ditujukan

pada upaya pemberdayaan perempuan dalam rangka mewujudkan tujuan dan

sasran GEM di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 2006, 2007,

2008 dan 2009 dikelola oleh 15 lembaga. Lembaga tersebut telah disebutkan

pada bagian terdahulu. Lembaga-lembaga itu dibina dan dikoordinasikan oleh

Badan Pemberdayaan Kaum Perempuan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kelimabelas lembaga itu, melaksanakan dua jenis program, yaitu program yang

berorientasi pada pencapaian target dan sasaran gender development indeks

(GDI) dan program-program yang berorientasi pada upaya pencapaian target

dan sasaran Gender impowerment Meassurement (GEM). Data tentang lembaga

Page 24: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 23

penyelenggara program GEM yang dimaksud, selengkapnya telah disajikan pada

tabel sebelumnya.

Capaian indikator GEM di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun

waktu 2006 sampai dengan 2009, dapat dijelaskan bahwa dilihat dari aspek

kelembagaan, ternyata ada lima belas lembaga penyelengara program GFM

yang melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian target dan sasaran GEM

di daerah ini. Lembaga-lembaga tersebut yaitu : (1) Aliansi Perempuan Sultra, (2)

BKM Madani, (3) SKB Muna, (4) SKB Bombana, (5) SKB Konsel, (6) PKBM Adhe

Arifta, (7) PKBM Binar, (8) PKBM Aisyiyah, (9) YP Musilmat NU, (10) PKBM

Asmik Mubarak, (11) LKP Bina Remaja, (12) LKP Beringin Cerdas, (13) PKBM

Rajawali, (14) PKBM Bunga Karang, (15) PKBM Cahaya Mata. Kelima belas

lembaga itu secara langsung mendapat pembinaan sekalis dikoordinasikan oleh

Badan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Jenis-jenis kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka mewujudkan

program pemberdayaan kaum perempuan mulai dari tahun 2006 sampai dengan

tahun 2009, meliputi kegiatan-kegiatan dalam bentuk kersus/pelatihan

keterampilan perempuan, dengan frekuensi sebagai berikut: (1) Tahun 2006

sebanyak 9 kali kegiatan kursus/pelatihan keterampilan; (2) Tahun 2007

sebanyak 12 kali kegiatan kursus/keterampilan; (3) Tahun 2008 sebanyak 16 kali

kegiatan kursus/keterampilan; (4) Tahun 2009 sebanyak 15 kali kursus/pelatihan

keterampilan.

Walupun data frekuensi kegiatan GEM menunjukkan angka yang

meningkat dari tahun ke tahun, namun belum ada perhitungan angka GDI dan

GEM yang diperoleh dalam evaluasi ini. Hambatan utama yang dihadapi oleh

pihak Badan Pemberdayaan Perempuan di daerah ini adalah belum cukupnya

tenaga pengelola yang mempunya kemampuan untuk menunjang kinerja

lembaga secara memadai. Berdasarkan data capaian dari indikator GEM, dapat dikatakan bahwa

walaupun belum sepenuhnya mencapai target dan sasaran RPJMD 2004-2009,

namun telah menunjukkan adanya kemajuan yang cukup signifikan dari tahun

ketahun. Kemajuan tersbut tentunya pula telah berada pada garis kebijakan

nasional, namun masih dibawah dari target dan sasaran nasional berdasarkan

RPJMN 2004-2009.

Ketiga: Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Kepala

Daerah Provinsi (Pilkada Provinsi. Target dan sasaran indikator ini diarahkan

Page 25: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 24

pada upaya pencapaian target dan sasaran pembangunan daerah yang

dituangkan dalam rencana strategis daerah (Renstrada) 2004-2009, yang di

dalamnya bentuk kebijakan pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara dalam jangka waktu 2004-2009, dengan penjabaran sebagai berikut :

(a) mengembangkan iklim dan budaya politik yang demokratis dengan

mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan

keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan masyarakat;

(b) meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik masyarakat dengan

mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju terwujudnya

budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan masyarakat dan

pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat

melaksanakan funmgsinya dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi

politik masyarakat; (d) meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga

negara Republik Indonesia mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa,

pembauran bangsa dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus

pada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kebijakan tersbut sudah sesuai dengan

kebijakan pemerintah pusasat yang selanjutnya dioperasionalisasikan dalam

bentuk program dan kegiatan dalam bentuk penyelenggaraan Pilkada Provinsi,

Pilkada Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

Capaian indikator pemilihan kepala daerah provinsi (pemilihan gubernur

dan wakil gubernur) di daerah ini menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat

(wajib pilih) yang positif. Artinya jika dibandingkan antara jumlah Daftar Pemilih

Tetap (DPT) dengan jumlah wajib pilih yang menggunakan hak pilihnya,

memperlihatkan angka yang relatif tidak jauh berbeda. Untuk lebih jelasnya,

capaian indikator ini dapat dilhat melalui data pemilihan kepala daerah Provinsi

Sulawesi Tenggara (pemilihan gubernur dan wakil gubernur) yang berlangsung

pada tahun 2007 yang lalu. Dalam hubungan ini, data yang tersedia pada

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi Sulawesi Tenggara

sehubungan dengan penyelenggaran pemilihan gubernur dan wakil gubernur

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007 yang lalu, jumlah wajib pilih yang

terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), sebanyak 1.565.918 orang.

Sedangkan jumlah wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak pilihnya

sebanyak 1.390.489 orang. Angka ini menunjukkan bahwa angka partisipasi

Page 26: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 25

wajib pilih dalam penyelenggaran pilkada tersebut, adalah 88%. Artinya jumlah

wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak pilihnya adalah 88%. Angka ini

memperlihatkan adanya wajib pilih golput sebesar 12%. Jika dibandingkan

dengan angka golput dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur di berbagai

daerah provinsi lannya, baik di Sulawesi Selatan maupun di pulau Jawa yang

angka golputnya mencapai 38% sampai 40%, maka dapat dikatakan bahwa

pilkada Provinsi Sulawesi Tenggara yang diselenggarakan pada tahun 2007

yang lalu tergolong berhasil dengan baik.

Adapun masalah utama yang dihadapi sehingga masih adanya angka

golput sebesar 12% tersebut, antara lain dapat ditunjukan melalui hasil evalusi

akhir menunjukkan bahwa kondisi tingginya angka golput dalam pemilu adalah

disebabkan oleh kurang optimalnya kinerja KPU Daerah bersama pemerintah

daerah dalam mempersiapkan penyelenggaraan pemilu. Penomena

menunjukkan bahwa di setiap TPS di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara,

banyak wajib pilih yang hadir dan berkeinginan untuk menyalurkan hak

suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena tidak memiliki kartu suara.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tingakat kesadaran dan partisipasi

masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu di Sulawesi Tenggara cukup tinggi,

tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan kerja penyelenggara pemilu, baik

KPU Daerah maupun pemerintah daerah dalam mempersiapkan

penyelenggaraan pemilu. Kelemahan yang paling menonjol adalah pada

tahapan pemutahiran data peserta pemilu yang tidak dilakukan secara optimal

dan profesional. Penomena menunjukan, banyak pemilih yang terdaftar dan

mendapat kartu undangan dalam penyelenggaraan pemilihan Presiden dan

Wakil Presiden pada tahun 2004 yang lalu, ternyata tidak terdaftar lagi dan tidak

mendapat kartu undagan pemilu dalam penyelenggaraan pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur pada tahun 2007. Sebaliknya dijumpai adanya sejumlah

kartu undangan pemilih bagi warga masyarakat yang telah meninggal dunia

beberapa tahun yang lalu. Mereka yang mengalami kasus seperti ini

digolongkan sebagai wajib pilih yang golput dan inilah salah satu penyebab

angka golput relatif tinggi dalam penyelengaraan pilkada di daerah ini.

Penomena ini menunjukkan buruknya kinerja KPU Daerah dan pemerintah

daerah dalam mempersiapkan penyelenggaraan pemilu.

Keempat: Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan legislatif.

Indikator ini diarahkan pada upaya pencapaian target dan sasaran

Page 27: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 26

pembangunan di bidang plitik yang dituangkan dalam rencana strategis daerah

(Renstrada) 2004-2009, yang di dalamnya menunjukkan kebijakan pencapaian

target dan sasaran pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

dalam jangka waktu 2004-2009, berupa: (a) mengembangkan iklim dan budaya

politik yang demokratis dengan mengaktualisasikan prinsip persamaan,

kesetaraan, kebebasan dan keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi

dalam kehidupan masyarakat; (b) meningkatkan pendidikan politik dan

partisipasi politik masyarakat dengan mengembangkan komunikasi politik yang

lebih sehat menuju terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap

kehidupan masyarakat dan pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian

partai-partai politik agar dapat melaksanakan funmgsinya dalam meningkatkan

kesadaran dan partisipasi politik masyarakat; (d) meningkatkan dan

memantapkan pemahaman warga negara Republik Indonesia mengenai

wawasan kebangsaan, jati diri bangsa, pembauran bangsa dengan

mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi

ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus pada kokohnya persatuan

dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Kebijakan tersbut sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah pusasat

yang selanjutnya dioperasionalisasikan dalam bentuk program dan kegiatan

dalam bentuk penyelenggaraan Pilkada Provinsi, Pilkada Legislatif dan

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

Capaian indikator penyelenggaraan pemilihan legislatif di daerh ini

menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat (wajib pilih) yang bervariasi antara

pemilu legislatif tahun 2004 dengan pemilu legislatif tahun 2009. Untuk lebih

jelasnya, capaian indikator ini dapat dilhat melalui data pemilihan legislatif di

daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang berlangsung pada tahun 2004 dan

2009 yang lalu. Dalam hubungan ini, data yang tersedia pada Komisi Pemilihan

Umum Daerah (KPUD) Provinsi Sulawesi Tenggara sehubungan dengan

penyelenggaran pemilihan legislatif memperlihatkan bahwa jumlah wajib pilih

yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada tahun 2004 sebanyak

1.320.562 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak

pilihnya sebanyak 1.263.426 orang. Angka ini menunjukkan bahwa angka

partisipasi wajib pilih dalam penyelenggaran pemilu legislatif tahun 2004

sebesar 96%. Angka ini memperlihatkan bahwa wajib pilih yang golput hanya

sebesar 4%. Rendahnya angka golput tersebut menunjukkan membaiknya

Page 28: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 27

kinerja KPUD dan membaiknya dukungan pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan pemilu legislatif. Selanjutnya pada pemilu legislatif tahun

2009, jumlah wajib pilih yang terdaftar dalam Daftar Pemili Tetap (DPT)

sebanyak 1.901.060 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih yang menggunakan

haknya sebanyak 1.484.636 orang. Dengan demikian angka partisipasi

masyarakat hanya sebesar 78%, atau terdapat jumlah angka golput sebanyak

22%. Jika dibandingkan antara angka golput dalam pemilu legislatif tahun 2004,

terdapat peningkatan jumlah wajib pilih yang gulput sebesar 18%. Hal ini

menunjukkan bawa kinerja KPUD Provinsi dan dukngan pemerintah daerah

mengalami penurunan yang berdampak pada menurunnya tingkat partisipasi

masyarakat dalam proses politik melalui pemilu legislative

Masalah utama utama yang dihadapi sehingga masih adanya angka golput

yang cukup sebesar (22%) pada pemilu legislatif 2009, dapat dilihat melalui

hasil evalusi akhir yang menunjukkan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh

kurang optimalnya persiapan dan kurang profesionalnya KPU Daerah dalam

mempersiapkan penyelenggaran pemilu legislatif, termasuk pula kurangnya

dukungan pemerintah daerah dalam mempersiapkan penyelenggaraannya.

Penomena menunjukkan bahwa di setiap TPS di wilayah Provinsi Sulawesi

Tenggara, banyak wajib pilih yang hadir dan berkeinginan untuk menyalurkan

hak suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena tidak memiliki kartu

suara. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingakat kesadaran dan partisipasi

masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu di Sulawesi Tenggara cukup tinggi,

tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan kerja penyelenggara pemilu, baik

KPU Daerah maupun pemerintah daerah dalam mempersiapkan

penyelenggaraan pemilu. Kelemahan yang paling menonjol adalah pada

tahapan pemutahiran data yang tidak dilakukan secara optimal dan profesional.

Penomena menunjukan, banyak pemilih yang terdaftar dan mendapat kartu

undangan dalam penyelenggaraan pemilu legislatif 2004 yang lalu, ternyata

tidak terdaftar lagi dan tidak mendapat kartu undagan pemilu dalam

penyelenggaraan pemilu legislatif tahun 2009.

Kelima: Tingkat partisipasi masyarakat dalm pemilihan pesiden. Indikator

ini diarahkan pada upaya pencapaian target dan sasaran pembangunan di

bidang plitik yang dituangkan dalam rencana strategis daerah (Renstrada)

2004-2009, yang di dalamnya menunjukkan upaya pencapaian target dan

sasaran pembangunan politik di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam

Page 29: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 28

jangka waktu 2004-2009, Target dan sasaran itu mencakup: (a)

mengembangkan iklim dan budaya politik yang demokratis dengan

mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan

keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan masyarakat;

(b) meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik masyarakat dengan

mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju terwujudnya

budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan masyarakat dan

pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat

melaksanakan funmgsinya dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi

politik masyarakat; (d) meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga

negara Republik Indonesia mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa,

pembauran bangsa dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus

pada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kebijakan tersbut sudah sesuai dengan

kebijakan pemerintah pusasat yang selanjutnya dioperasionalisasikan dalam

bentuk program dan kegiatan dalam bentuk penyelenggaraan Pilkada Provinsi,

Pilkada Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

Capaian indikator penyelenggaraan pemilihan presiden di daerh ini

menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat (wajib pilih) yang bervariasi antara

pemilu presiden tahun 2004 dengan pemilu presiden tahun 2009. Untuk lebih

jelasnya, capaian indikator ini dapat dilhat melalui data penyelenggaraan pemilu

presiden di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang berlangsung pada tahun

2004 dan 2009 yang lalu. Data yang tersedia pada Komisi Pemilihan Umum

Daerah (KPUD) Provinsi Sulawesi Tenggara sehubungan dengan

penyelenggaran pemilu presiden memperlihatkan bahwa jumlah wajib pilih yang

terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada tahun 2004 sebanyak

1.329.652 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih terdaftar yang menggunakan hak

pilihnya sebanyak 1.313.823 orang. Data ini menunjukkan bahwa angka

partisipasi wajib pilih dalam penyelenggaran pemilu presiden tahun 2004

sebesar 98%. Dengan demikian wajib pilih yang golput hanya sebesar 2%.

Selanjutnya pada pemilu presiden tahun 2009, jumlah wajib pilih yang terdaftar

dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 1.908.679 orang. Sedangkan

jumlah wajib pilih yang menggunakan haknya sebanyak 1.565.918 orang.

Dengan demikian angka partisipasi masyarakat sebesar 82%, atau terdapat

Page 30: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 29

angka golput sebanyak 18%. Jika dibandingkan angka golput antara pemilu

presiden tahun 2004 dengan pemilu presiden tahun 2009, terdapat penurunan

angka partisipasi masyarakat dari 98% menjadi 82%, sehingga angka golput

meningkat dari 2% menjadi 18%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

angka partisipasi masyarakat dalam pemilu presiden tahun 2004 tergolong

sangat tinggi, sedangkan untuk tahun 2009 tergolong tinggi. Kondisi ini

menunjukkan bawa kinerja KPUD Provinsi Sulawesi Tenggara dalam

penyelenggaraan pemilu presiden secara umum tergolong baik sejalan dengan

baiknya dukngan dari pihak pemerintah daerah.

Masalah utama yang dihadapi sehingga masih adanya angka golput

sebesar (18%) pada pemilu presiden 2009, disebabkan oleh kurang optimalnya

kinerja KPU Daerah dalam pemutahiran daftar pemilu tetap (DPT). Penomena

menunjukkan bahwa di setiap TPS di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara,

banyak wajib pilih yang hadir dan berkeinginan untuk menyalurkan hak

suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena tidak terdaftar dalam DPT.

Secara keseluruhan tren capaian indicator hasil (outcomes) tingkat

pelayanan public dan demokrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara dibandingkan

nasional dapat digambarkan sebagai berikut ;

-10.0020.0030.0040.0050.0060.0070.00

2004 2005 2006 2007 2008-30-25-20-15-10-505

Persentase Tingkat Pelayanan Publik Provinsi Sultra(outcomes) Persentase Tingkat Pelayanan Publik Nasional(outcomes) Tren Provinsi Sultra

Tren Nasional

Gambar 2. Tren perkembangan indikator hasil (output) pelayanan publik di Sulawesi tenggara dan Nasional

Trend capaian pembangunan daerah Provinsi Sultra di bidang pelayanan

publik yang terdiri dari tiga indikator yaitu: (1) persentase jumlah kasus korupsi

yang ditangani dibandingkan dengan yang dilaporkan; (2) persentase aparat

yang berijazah minimal S-1; dan (3) persentase jumlah kabupaten kota yang

Page 31: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 30

memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, ternyata belum sepenuhnya

sejalan dengan dengan capaian pembangunan nasional. Meskipun belum

diperoleh angka pembanding secara nasional tentang capaian-capaian

pembangunan yang terkait dengan pelayanan publik seperti yang dijadikan

rujukan dlam evaluasi ini, namun dilihat dari target dan sasaran yang ingin

dicapai melalui RPJMN 2004-2009, dapat disimpulkan bahwa capaian daerah

Provinsi sulawesi Tenggara masih dibawah dari standar capaian nasional.

Namun jika dilihat secara spesifik dari capaan ketiga indikator pelayanan publik

di daerah ini, maka yang sudah sejalan dengan target dan capaian nasional

adalah indikator persentase dari aparat daerah daerah yang berijazah minmal

S-1. Trend perkembangan aparat yang berijazah minimal S-1 dapat dilihat

selama kurun waktu 2004-2009 sebagai berikut: Tahun 2004 sebanyak 12% ;

Tahun 2005 naik menjadi 15 %; tahun 2006 meningkat menjadi 19%; tahun

2007 meningkat lagi 24%; demikian pula tahun 2008 naik lagi menjadi 29%,

dan tahun 2009 menjadi 33%.

Capaian pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara di bidang

pelayanan publik yang mencakup tiga indikator, yaitu : (1) persentase jumlah

kasus korupsi yang ditangani dibandngkan dengan yang dilaporkan; (2)

persentase aparat yang berijazah minimal S-1; dan (3) persentase jumlah

kabupaten kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, secara

umum dapat digolongkan mengalami kemajuan dibandingkan tahun atau

periode sebelmnya, namun tidak berlaku merata untuk tiga indikator tersebut,

sebagai berikut: (1) Untuk indikator persentase jumlah kasus korupsi yang

ditangani dibandingkan dengan yang dilaporkan, menunjukkan trend yang

fluktuatif selama kurun waktu 2004-2009. Diawali dengan angka yang reltif

tinnggi pada tahun 2004, kemudian menurun pada tahun 2005 dan 2006 dan

2007, kemudian meningkat kembali pada tahun 2007 dan seterusnya sampai

dengan tahun 2009. Kondisi fluktuasi ini berlaku baik untuk kasus yang

dilaporkan maupun kasus yang ditangani. (2) Sedangkan untuk indikator

persentase jumlah aparat yang berijazah minimal S-1 memperlihatkan capaian

yang lebih baik dari tahun sebeumnya selama periode 2004-2009. Artinya,

indikator ini memperlihatkan angka perbaikan dari tahun ke tahun, sehingga

dapat disimpulkan bahwa untuk indikator ini selalu memperlihatkan perbaikan

capaian tahun sebelumnya. (3) Untuk indikator persentase jumlah kabupaten

kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, ternyata belum

Page 32: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 31

menunjukkan capaian yang lebik baik dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam

kurun waktu 2004-2009, hanya 2 kota yang sudah pempunyai peraturan

daerah pelayanan satu atap, yaitu Kota Kendari dan Kota Bau-Bau. Dengan

demikian sebanyak 10 kabupaten di daerah ini belum memiliki peraturan

daerah pelayanan satu atap.

Tren capaian pembangunan demokrasi di daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara dalam kurun waktu 2004-2009, digambakan melalui capaian 5

indikator yang dijadikan rujukan dalam pelaksanaan evaluasi ini. Capaian dari

masing-masing 5 indikator yang menentukan tingkat demokrasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan di daerah ini menunjukkan kondisi yang

beragam. Dengan demikian maka relevansinya terhadap capaian nasional di

bidang demokrasi tentunya bervariasi dari setiap indikator. Secara rinci, setiap

indikator dapat dilihat relevansinya dengan capaian nasional sebagai berikut:

(1) Tren capaian pembangunan daerah untuk indikator Gender Development

Indeks (GDI) di daerah ini dapat dikatakan masih dibawah dari capaian

nasional. Program pembangunan yang ditujukan untuk peningkatan capaian

GDI belum terwujud sesuai dengan target dan sasaran yang diinginkan. Upaya

untuk mewujudkan pembangunan bidang GDI masih terbatas pada kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lambaga swadaya masyarakat (LSM)

yang dalam operasionalnya melibatkan instansi pemerintah yang terkait.

Sedangkan keterlibatan lembaga pemerintahan juga masih sangat terbatas

karena keterbatasan anggara. Dengan keadaan seperti ini maka pengukuran

kemajuan GDI belum dilakukan (2) Tren capaian indikator Gender

Empowerment Meassurement (GEM) di daerah ini, juga mengalami hal yang

sama dengan GDI. Oleh karena itu, tren capaian program GEM masih jauh

dibawah capaian nasional. Bahkan pengukuran tingkat kemajuan GEM belum

ada. (3) Indikator tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilkada provinsi,

telah sejalan dengan capaian secara nasional. Capaian indikator ini

menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada gubernur

tahun 2007 sebesar 88%. Angka ini sejalan, bahkan melampaui capaian

partisipasi masyarakat dalam pemilu secara nasional. (4) Indikator tingkat

partisipasi masyarakat dalam pemilihan legislatif di daerah ini, bervariasi. Pemilu

legislatif tahun 2004 menunjukkan angka partisipasi masyarakat sebesar 96%

atau melampaui angka partisipasi masyarakat secara nasional dalam pilpres.

Sedangkan pemilu legislatif tahun 2009, angka partisipasi masyarakat menurun

Page 33: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 32

menjadi 78% atau berada di bawah capaian pemilu nasional. (5) Indikator

tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan presiden untuk pemilu 2004

mencapai angka 98% atau jauh diatas angka partisipasi masyarakat secara

nasional. Sedangkan pemilu presiden tahun 2009, angka partisipasi masyarakat

turun menjadi 82% namun angka ini relatif masih sejalan dengan angka

partisipasi masyarakat secara nasional.

Capaian pembangunan daerah Privinsi Sulawesi Tenggara Tenggara

bidang demokrasi, diukur dari 5 indikator. Kelima indikator itu memperlihatkan

capaian yang bervariasi. Oleh karena itu untuk dua indikator yang terkait dengan

isu gender, yaitu Gender Development Indeks (GDI) dan Gender Epowerment

Meassurement (GEM) dapat diakui telah mengalam kemajuan dibanding

tahun/periode sebelumnya, namun belum sesuai dengan target dan sasaran

yang ingin dicapai oleh pemerintah daerah. Demikian pula tiga indikator lainnya,

yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada, pemilu legislatif dan pemilu

presiden, secara umum menunjukkan penurunan angka partisipasi masyarakat

jika dibandingkan antara pemilu sebelumnya (pemilu legislatif dan pemilu

presiden 2004 dan 2009). Tentunya kondisi ini tidak memenuhi indikator

efektivitas.

2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Dari tiga indikator yang dijadikan ukuran dalam menilai kinerja pada bidang

pelaynan publik selama kurun waktu 2004-2009 di Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara, terlihat bahwa indikator yang tergolong spesifik dan menonjol adalah

indikator ‘persetase jumlah aparat yang beijazah minimal S1” yang secara

signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik di

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2004-2009. Capain

indikator yang spesifik dan menonjol tersebut, tidak terlepas dari adanya

kebijakan pemerintah daerah yang secara konsisten dari tahun ke tahun

menyiapkan alokasi anggaran untuk pengembangan kapasitas aparatur di

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, baik pengembangan melalui jalur

pendidikan formal maupun pengembangan melalui jalur pendidikan informal.

Jalur pendidikan formal meliputi pendidikan lanjut ke jenjang S-1 bagi tamatan

SMA dan sederajat serta pendidikan lanjut ke jenjang S-2 bagi tamatan S-1.

Secara rinci persentase aparat daerah yang berijazah minimal S-1 dapat dilihat

pada Gambar 3 berikut ;

Page 34: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 33

1215

19

24

29

33

0

5

10

15

20

25

30

35

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Persentase Aparat Daerah Berijazah S-1 di Sultra

Gambar 3 : Persentase aparat daerah yang berijazah minimal S-1 di

Sulawesi Tenggara kurun waktu 2004-2009

Untuk mendukung program pengembangan kemampuan sumber daya

aparatur, maka dalam penyusunan APBD oleh pihak pemerintah memberi

perhatian khusus melalui alokasi anggaran. Keberhasilan capaian indikator ini

tidak terlepas dari dukungan politik pihak legislatif (DPRD) yang turut memberi

persetujuan terhadap pengajuan anggaran yang dilakukan oleh pihak eksekutif.

Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan kemampuan/kualitas sumber

daya aparatur di daerah ini, tidak sekedar diupayakan melalui penyediaan

anggaran setiap tahunnya, tetapi ditindaklanjuti malalui kerjasama dengan

berbagai perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi

swasta yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Melalui kerjasama tersebut

memberi kesempatan kepada perguruan tinggi setempat untuk mengembangkan

program studi tertentu dalam bentuk pembukaan kelas-kelas ekstensi.

Berdasarkan capaian 5 indikator yang dijadikan rujukan dalam mengevalusi

tingkat demokrasi di Provinsi Sultra, maka indikator yang tergolong menonjol

dibandingkan dengan indikator lainnya, adalah indikator tingkat partisipasi

masyarakat dalam pemilihan presiden. Fenomena yang menonjol dari indikator

ini adalah penyelenggaraan pemilu presiden pada tahun 2004, ternyata angka

partisipasi masyarakat mencapai 98%. Ini artinya bahwa angka golput hanya 2%.

Kondisi ini memperlihatkan keberhasilan penyelenggaraan pemilu di tingkat lokal

yang melampaui keberhasilan pemilu tingkat nasional. Dengan demikian angka

partisipasi masyarakat sebesar 82%. Walaupun angka partisipasi masyarakat

kelihatannya menurun pada pemilu presiden tahun 2009, namun angka tersebut

masih pada batas yang tergolong tinggi, dimana angka golput hanya sekitar 18%.

Page 35: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 34

2.1.3. Rekomendasi Kebijakan Dengan berpedoman pada data capaian indicator hasil pelayanan

public dan demokrasi di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, maka terlihat

adanya beberapa indikator yang perlu mendapat perhatian oleh pemerintah

daerah untuk ditingkatkan. Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang

dipandang perlu untuk direkomendasikan sebagai berikut :

1. Perlu peningkatan penaganan yang serius terhadap kasus korupsi yang

telah dilaporkan oleh masyarakat dengan cepat, tetap, adil, transparan

dan tanpa tebang pilih.

2. Perlu pengembangan wawasan dan pengetahuan hukum bagi parat

aparat penegak hukum, sehingga tidak semata-mata terpaku pada

pasal-pasal aturan hukum, tetapi mampu melakukan penafsiran aturan

hukum berdasarkan nilai-nilai keadilan yang lebih luas dan

komprehensif atau dikenal sebagai rasa keadilan masyarakat. .

3. Perlu adanya komitmen pemeritah daerah untuk menaikkan jumlah

anggaran pengembangan kapasistas aparatur secara konsisten dan

berkesinambungan dari tahun ke tahun dan dilakukan secara simultan

antara jalur pendidikan formal (dari tingkatan SMA dan sederajat ke

jenjang S-1, S-2 dan S-3 secara proporsional) dan jalur pendidikan

infromal (diklat teknis profesional dan penjenjangan/sespim).

4. Perlu untuk diefektifkan sistem pelayanan satu atap di setiap

kabupaten/kota yang diiringi dengan kebijakan membuka peluang atau

memperbesar kesempatan bagi staf/pegawai untuk mengikuti diklat-

diklat teknis profesional.

5. Perlu pembenahan kelembagaan terkait pembangunan gender di

daerah ini, baik pembenahan struktur organisasinya, maupun

rekruitmen tenaga-tenaga profesional yang benar-benar memahami

konsep dan isu Gender Development Indeks (GDI) dan konsep/issu

Gender Empowerment Meassurement (GEM).

6. Perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja KPUD, baik di tingkat provinsi

maupun di tingkat kabupaten kota se Provinsi Sulawesi Tenggara.

Evaluasi ditujukan pada kemampuan profesional dalam mengemban

fungsi KPU sebagai lembaga politik.

Page 36: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 35

2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 2.2.1. Capaian Indikator

PENDIDIKAN Salah satu komponen mendasar untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia adalah melalui peningkatan kualtas pendidikan. Berkaitan dengan

peningkatan kualitas pendidikan, Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah

ini. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, Pemerintah Daerah menetapkan

rencana strategis Daerah (Renstrada) di bidang pendidikan yang memuat

kebijakan Pemerintah Daerah di bidang Pendidikan, antara lain; (i) kebijakan

dalam pemerataan da perluasan akses, (ii) kebijakan dalam peningkatan mutu,

relevansi, dan daya saing pendidikan, (iii) kebijakan dalam penguatan tata

kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik.Kebijakan ini sudah sesuai dengan

kebijakan Pemerintah Pusat di bidang pendidikan sebagai pilar untuk

meningkatkan indeks pembangungunan manusia Indonesia. Kebijakan tersebut

kemudian dijabarkan kepada beberapa progam dan kegiatan.

Meskipun Pemerintah Daerah memiliki komitmen sebagaimana yang

tertuang di dalam rencana strategis daerah (Renstrada), tetapi secara umum

masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara di

bidang pendidikan adalah berkaitan dengan belum meratanya akses

masyarakat terhadap pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil. Selain

itu, masalah lainnya adalah berkaitan dengan masih sarana dan prasarana

pendidikan sehingga mempengaruhi kualitas pendidikan di daerah ini.

Untuk melihat kondisi existing capaian pendidikan 5 tahun terakhir di

Sulawesi Tenggara dapat diketahui dari capaian indikator pendidikan, yaitu

indikator angka partisipasi murni (APM), angka partispasi kasar (APK), rata-rata

nilai akhir yang diperoleh siswa, persentase lulusan yang dicapai siswa pada

ujian akhir, angka putus sekolah, angka melek aksara bagi penduduk usia 15

tahun ke atas, dan persentase jumlah guru yang layak mengajar.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi

Sulawesi Tenggara diketahui bahwa ada peningkatan kualitas pendidikan dilihat

dari beberapa indikator pendidikan dari tahun ke tahun di daerah ini dan

peningkatan ini sudah sejalan dengan target dan tujuan yang telah ditetapkan

oleh Pemerintah Daerah. Namun demikian diakui bahwa masih ada beberapa

indikator yang belum sesuai dengan target yang nasional yang telah dicapai dan

Page 37: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 36

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Data dari setiap indikator dapat dilihat

sebagai berikut.

- Persentase angka partisipasi Murni (APM) SD.

- Persentase rata-rata nilai akhir

- Persentase angka putus sekolah

- Persentase angka melek aksara 15 tahun ke atas

- Persentase jumlah guru yang layak mengajar

Adapun pencapaian kelima indikator output dan putcomes Provinsi

Sulawesi Tenggara dan nasional secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai

berikut.

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi

Tenggara dan dari Bappenas Angka Partisipasi Murni (APM) SD Tahun 2004-

2008 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase APM SD di Sulawesi Tenggara dan Nasional

Tahun Persentase APM SD Sultra Nasional

2004 95,44 93,00 2005 95,31 93,30 2006 95,18 93,54 2007 95,94 93,75 2008 93,81 93,98

Sumber : Kantor Dinas Pendidikan Sultra dan Bappenas 2009

Indikator Angka Partisipasi Murni (APM) SD yang dicapai oleh

Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan capaian yang

melebihi/di atas dari capaian nasional. APM SD di Sulawesi Tenggara pada

tahun 2004 mencapai 95,44 %, tahun 2005 mencapai 95,31 %, tahun 2006

mencapai 95,18 %, tahun 2007 mencapai 95,94 %, tahun 2008 mencapai 93,81

%. Data APM SD pada tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan dengan

data APM SD empat tahun. Meskipun demikian secara nasional masih sesuai

dengan capaian APM SD secara nasional, yakni 93,96 %. Dibandingkan dengan

APM SD di daerah ini yang mencapai rata-rata 95,25 %, maka jika dilihat dari

Angka Partispasi Kasar (APK) SD pada tahun 2008 misalnya menunjukkan

angka yang lebih tinggi, yakni 101,32 %.

Page 38: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 37

Rata-Rata Nilai Akhir SMP/MTs dan SMA/SMK/MA

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi

Tenggara, rata-rata nilai akhir SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Tahun 2004-2008

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase Rata-Rata Nilai Akhir SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di

Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun Persentase Rata-Rata Nilai Akhir di

Sultra Persentase Rata-Rata Nilai Akhir Nasional

SMP/MTs SMA/SMK/MA SMP/MTs SMA/SMK/MA2004 4,09 4,30 4,80 4,77 2005 5,67 5,55 5,42 5,77 2006 5,67 5,74 5,42 5,94 2007 5,67 6,32 5,42 6,28 2008 6,35 6,33 6,05 6,35

Sumber : Kantor Dinas Pendidikan Sultra dan Bappenas 2009

Indikator rata-rata nilai akhir (ujian nasional) dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan seperti pada table 5. Capaian rata-rata nilai akhir di

Sultra sudah sesuai dengan target yang diinginkan oleh Pemerintah Daerah dan

capaian tersebut juga sejalan dengan capaian secara nasional, bahkan melebihi

rata-rata nasional. Begitu pula rata-rata nilai akhir untuk jenjang SMA/SMK/MA

dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan/peningkatan. Capaian rata-rata

nilai akhir SMA/SMK/MA pada tahun 2004 sebesar 4,30, tahun 2005 rata-rata

nilai akhir menjadi 5,55, kemudian capaian tersebut naik lagi pada tahun 2006

mencapai 5,74, tahun 2007 naik lagi menjadi 6,32, dan pada tahun 2008 naik

sedikit menjadi 6,33. kenaikan capaian rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA

tersebut cukup berarti sesuai dengan target dan yang diinginkan oleh

Pemerintah Daerah. Dibandinkan dengan capaian rata-rata nilai akhir secara

nasional, maka capaian rata-rata nilai akhir di Sulawesi Tenggara sudah sejalan

dengan capaian nasional. Begitu pula jika dilihat dari angka persentase

kelulusan yang dicapai di daerah in tiga tahun terakhir terus meningkat. Pada

Tahun 2006, persentase kelulusan SMP/MTs/SMPLB mencapai 87,39 %, angka

ini naik pada tahun 2007 yang mencapai 92,02 % dan naik lagi angka pesentase

kelulusan pada tahun 2008, yakni mencapai 97,24 %. Pencapaian kenaikan

angka persentase kelulusan tiga tahun terakhir ini menunjukkan prestasi yang

baik dan sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Dnas Pendidikan Provinsi

Sulawesi Tenggara.

Page 39: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 38

Angka Putus Sekolah di Sulawesi Tenggara dan Nasional Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi

Tenggara, angka putus sekolah SD Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel

berikut ;.

Tabel 6. Persentase Angka Putus Sekolah di Sulawesi Tenggara dan Nasional

dalam Kurun Waktu Tahun 2004-2009

Tahun

Persentase Angka Putus Sekolah Prov. Sultra

Persentase Angka Putus Sekolah Nasional

SD SMP/ MTs

SMA/ SMK/MA

SD SMP/ MTs

SMA/ SMK/MA

2004 1,29 8,46 6,39 2,97 2,83 3,14 2005 8,18 3,71 2,20 3,17 1,97 3,08 2006 1,57 4,35 3,19 2,41 2,88 3,33 2007 1,35 3,46 5,66 1,81 3,94 2,68 2008 1,32 1,97 2,49 - -

Sumber : Diknas Sulawesi Tenggara

Berdasarkan Table 6 Indikator angka putus sekolah di Sulawesi

Tenggara mengalami fluktuasi untuk angka putus sekolah jenjang pendidikan

dasar (SD) dan pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup berarti..

Penurunan angka putus sekolah tersebut sesuai dengan target yang ditetapkan

oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara. Untuk angka putus sekolah

jenjang SMP/MTs juga mengalami fluktuasi capaian, tetapi fluktuasi capaian

tersebut hanya terjadi pada tahun 2005-2007. Pada tahun 2004, angka putus

sekolah SMP/MTs mencapai 8,46 %, angka putus sekolah ini mengalami

penurunan sehingga pada tahun 2005 angka putus sekolah tersebut sebesar

3,71 %, tapi pada tahun 2006 naik angkanya dan pada tahun 2006 tersebut

mencapai 4,35 %, tahun 2007 turun menjadi 3,46 %, dan pada tahun 2008

mencapai 1,97 %. Untuk angka putus sekolah jenjang SMA/SMK/MA juga

mengalami fluktuasi jumlah capaiannya. Angka putus sekolah SMA/SMK/MA

pada tahun 2004 mencapai 6,39 %, turun pada tahun 2005 menjadi 2,20 %, naik

pada tahun 2006 mencapai 3,19, naik lagi pada tahun 2007 mencapai 5,66 %,

tetapi pada tahun 2008 menurun menjadi 2,49 %. Dibandingkan dengan capaian

secara nasional, khusus untuk persentase angka putus sekolah tingkat SD

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian nasional. Akan tetapi untuk

persentase angka putus sekolah untuk tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA

jumlah persentasenya di Sulawesi Tenggara masih relatif lebih besar

dibandingkan dengan persentase secara nasional.

Page 40: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 39

Angka Melek Aksara di Sulawesi Tenggara dan Nasional Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi

Tenggara dan data Bappenas, angka melek aksara 15 tahun ke atas Tahun

2004-2008 dapat dilihat pada Tabel berikut ;.

Tabel 7. Persentase Angka Melek Aksara 15 Tahun KeAtas di Sulawesi

Tenggara dan Nasional Tahun Persentase Angka Melek Aksara 15 Tahun Ke Atas

Sultra Nasional 2004 90,73 90,40 2005 91,33 90.90 2006 92,03 91,50 2007 93,05 91,87 2008 94,50 92,19

Sumber : Diknas Sulawesi Tenggara

Indikator angka melek aksara usia penduduk 15 tahun ke atas mengalami

peningkatan capaiannya dari waktu ke waktu. Capaian ini sudah sesuai dengan

target Pemerintah Daerah. Angka melek aksara usia 15 tahu ke atas tahun 2004

mencapai 90,73 %, naik pada tahun 2005 mencapai 91,33 %, dan naik lagi pada

tahun 2006 mencapai 92,03 %, terus naik lagi tahun 2007 mencapai 93,05 %,

dan pada tahun 2008 mencapai 94,50 %. Hal ini tidak terlepas dari semakin

responsifnya masyarakat Sulawesi Tenggara terhadap pentingnya pendidikan.

Dibandingkan dengan capaian persentase angka melek aksara isa 15 tahu ke

atas, maka capaian angka melek aksara usia 15 tahun ke atas di Sulawesi

Tenggara sedikit di atas capaian angka nasional.

Jumlah Guru Yang layak Mengajar di Sulawesi Tenggara dan Nasional

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi

Tenggara, jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Tahun

2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar di Sulawesi Tenggara

dan Nasional dalam Kurun Waktu Tahun 2004-2009 Tahun Persentase Jumlah Guru Yang

Layak Mengajar Prov. Sultra Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar Nasional

SMP/MTs SMA/SMK/MA SMP/MTs SMA/SMK/MA 2004 81,64 81,84 81,12 69,47 2005 81,54 84,82 81,01 72,44 2006 80,92 86,51 78,04 82,55 2007 91,30 90,15 86,26 84,05 2008 92,30 91,40 - -

Sumber : Diknas Sulawesi Tenggara

Page 41: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 40

Indikator persentase jumlah guru yang layak mengajar jenjang SMP/MTs

dan SMA/SMK/MA mengalami peningkatan dari tahun ke tahun di daerah ini.

sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

bahwa kualifikasi pendidikan tenaga pendidik jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK

adalah Sarjana (S1) dan D IV. Capaian ini sudah sesuai dengan target

Pemerintah Daerah. Persentase jumlah guru yang layak mengajar di SMP/MTs

tahun 2004 81,64 %, turun pada tahun 2005sedikit menjadi 81,54 %, turun lagi

sedikit pada tahun 2006 menjadi 80,92 %, dan pada tahun 2007 naik menjadi 91,3

% dan pada tahun 2008 mencapai 92,30 %. Kenaikan persentase jumlah guru

yang layak mengajar yang menalami peninkatan yang signifikan terjadi pada

jenjang SMA/SMK/MA. Persentase jumlah guru yang layak mengajar di

SMA/SMK/MA pada tahun 2004 mencapai 81,84 %, naik pada tahun 2005

menjadi 84,82 %, naik lagi pada tahun 2006 menjadi 86,51 %, dan naik lagi pada

tahun 2007 menjadi 90,15 %, dan pada tahun 2008 mencapai 91,40 %. Kenaikan

persentase jumlah guru yang layak mengajar tidak terlepas dengan tuntutan UU

No. 20 Tahun 2003 bahwa kualifikasi penddikan guru SD, SMP/MTs, dan

SMA/SMK/MA minmal Sarjana (S1) dan/atau D IV. Dibandingkan dengan capaian

persentase jumlah guru yang mengajar secara nasional, maka tampak capaian

angka persentase yang dicapai oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Tenggara di

atas capaian secara nasional.

KESEHATAN Komponen lain yang sangat mendasar dalam rangka meningkatkan kualitas

sumber daya manusia adalah berkaitan dengan kondisi existing kesehatan

masyarakat. Seperti halnya Pemerintah Daerah yang memiliki komitmen untuk terus

meninkatkan kualitas pendidikan di daerah ini, Pemerintah Daerah Sulawesi

Tenggara juga memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas derajat kesehatan

masyarakat di daerah ini. Komitmen tersebut dapat dilihat dari ditetapkannya

rencana strategis daerah (Renstrada) di bidang kesehatan yang memuat beberapa

kebijakan di bidang kesehatan antara lain; (i) meningkatkan jumlah, jarngan, dan

kualitas pusat-pusat pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk pemerataan

pelayanan kesehatan masyarakat, terutama di daerah terpencil serta pengembangan

dan relokasi fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Sulawesi

Tenggara sebagai pusat kesehatan rujukan yang memadai sesuai tuntutan

Page 42: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 41

perkembangan Iptek kesehatan, (ii) mengembangkan sistem jaminan kesehatan

masyarakat yang berprinsip keadilan sebagai pengejawantahan cara pandang dari

paradigma sakit ke paradigma sehat sejalan dengan visi Indonesia Sehat 2010.

sejalan dengan komitmen tersebut akan ditingkatkan mutu pelayanan kesehatan

perorangan lanjutan dengan prioritas pembebasan biaya pelayanan kesehatan kelas

III pada RSUD Kabupaten/Kota dan RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara, (iii)

meningkatkan pemahaman akan pentingnya kesehatan dan menerapkan pola hidup

sehat guna terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat mulai dari tatanan individu,

keluarga, dan masyarakat serta pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

kesehatan. Kebijakan tersebut kemudian dijabarkan kepada beberapa progam dan

kegiatan.

Meskipun Pemerintah Daerah memiliki komitmen sebagaimana yang tertuang

di dalam rencana strategis daerah (Renstrada), tetapi secara umum masalah utama

yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara di bidang

kesehatan adalah berkaitan dengan masih rendahnya kualitas kesehatan penduduk.

Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya angka kematian ibu melahirkan dan angka

kematian bayi. Selain itu, proporsi balita yang menderita gizi kurang masih tinggi dan

masih seringnya terjadi kasus gizi buruk. Usia harapan hidup masih belum begitu

baik. Angka kematian akibat penyakit menular masih cukup tinggi serta

kecenderungan semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Masalah lainnya

yang masih dihadapi oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah

berkaitan dengan terjadinya kesenjangan kualitas kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan yang bermutu dan kinerja pelayanan kesehatan yang rendah

(LAKIP Dinas Kesehatan 2008). Untuk melihat kondisi existing kesehatan

masyarakat dapat diukur dan dilihat dari beberapa indikator, antara lain; umur

harapan hidup (UHH), angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI),

prevalensi gizi buruk, prevalensi gizi kurang, dan persentase tenaga kesehatan

perpenduduk. Adapun pencapaian kelima indikator output dan putcomes Provinsi Sulawesi

Tenggara dan nasional secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Page 43: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 42

Umur Harapan Hidup Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,

umur harapan hidup penduduk Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Persentase Umur Harapan Hidup Penduduk di Sulawesi Tenggara dan

Nasional Tahun Persentase Umur Harapan Hidup Penduduk

Sultra Nasional 2004 66 67,6 2005 66,8 68,1 2006 67 68,5 2007 69,1 69,8 2008 70 70,5 Sumber : Kantor Dinas Kesehatan Sultra dan Bappenas

Indikator umur harapan hidup penduduk yang dicapai oleh Pemerintah

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan capaian masih lebih rendah/di

bawah dari capaian nasional. Umur harapan hidup penduduk di Sulawesi Tenggara

pada tahun 2004 mencapai 66 tahun, dan mengalami kenaikan relatif sedikit menjadi

66,8 tahun 2005, tahun 2006 naik sedikit menjadi 67 tahun, tahun 2007 umur

harapan hidup naik menjadi 69,1 tahun dan pada tahun 2008 naik menjadi 70 tahun.

Angka kematian Bayi Sulawesi

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara dan dari Bappenas angka kematian bayi Tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Angka Kematian Bayi di Sulawesi Tenggara dan Nasional

Tahun Persentase Angka Kematian Bayi Sultra Nasional

2004 67 35 2005 41 -2006 32 - 2007 41 34 2008 39 -

Sumber : Kantor Dinas Kesehatan Sultra dan Bappenas

Indikator angka kematian bayi 5 tahun terakhir di Provinsi Sultra mengalami

penurunan. Angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2004 mencapai 67 per seribu

kelahiran hidup, kemudian menurun pada tahun 2005 menjadi 41 per seribu

kelahiran hidup, menurun lagi pada tahun 2006 menjadi 32 per seribu kelahiran

hidup, tetapi pada tahun 2007 naik kembali menjadi 41 per seribu kelahiran hidup,

Page 44: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 43

dan pada tahun 2008 mencapai 39 per seribu kelahiran hidup. secara umum

mengalami penurunan yang cukup berarti selama lima tahun terakhir.

Angka Kematian Ibu Sulawesi

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara

Angka kematian ibu Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Persentase Angka Kematian Ibu di Sulawesi Tenggara dan Nasional

Tahun Persentase Angka Kematian Ibu Sultra Nasional

2004 - 307 2005 3,59 262 2006 - 255 2007 312 228 2008 300 -

Sumber : Kantor Dinas Kesehatan Sultra dan Bappenas

Indikator angka kematian ibu melahirkan 5 tahun terakhir di Provinsi

Sulawesi Tenggara mengalami penurunan. Pada tahun 2002 angka kematian ibu

melahirkan mencapai 359 per seratus ribu kelahiran hidup menurun menjadi 312

per seratus ribu kelahiran hidup pata tahun 2007. Jumlah angka kematian ibu

melahirkan terus menurun pada tahun 2008 menjadi 300 per seratus ribu kelahiran

hidup. Dibandingkan dengan jumlah angka kematian ibu melahirkan secara

nasional, maka tampak bahwa angka kematian ibu melahirkan di Sulawesi

Tenggara masih relatif tinggi. Misalnya, pada tahun 2007, angka kematian ibu

melahirkan secara nasional mencapai 228 per seratus ribu kelahiran hidup, tetapi

angka kematiann ibu melahirkan di Sulawesi Tenggara pada tahun 2007 masih

mencapai 312 per seratus ribu kelahiran.

Prevalensi Gizi Buruk

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,

prevalensi gizi buruk Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Persentase Prevalensi Gizi Buruk di Sulawesi Tenggara dan Nasional

Tahun Persentase Prevalensi Gizi Buruk Sultra Nasional

2004 - - 2005 10,04 -2006 2,65 -2007 3,50 - 2008 3,50 -

Sumber : Kantor Dinas Kesehatan Sultra dan Bappenas

Page 45: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 44

Indikator persentase prevalensi gizi buruk 5 tahun terkahir di Provinsi

Sulawesi Tenggara juga mengalami penurunan. Pada tahun 2005 status gizi buruk

di daerah ini mencapai 10,04 %, status gizi buruk ini kemudian menurun pada

tahun 2006 menjadi 2,5 %, dan pada tahu 2007 dan 2008 status gizi buruk

mencapai 3,5 %.

Prevalensi Gizi Kurang

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, prevalensi gizi kurang Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Persentase Prevalensi Gizi Kurang di Sulawesi Tenggara dan Nasional

Tahun Persentase Prevalensi Gizi Kurang Sultra Nasional

2004 - 19.6 2005 19,34 19.2 2006 13,64 - 2007 18,20 13 2008 18,20 13

Sumber : Kantor Dinas Kesehatan Sultra dan Bappenas

Indikator persentase prevalensi gizi kurang 5 tahun terakhir di Provinsi

Sulawesi Tenggara juga mengalami penurunan. Pada tahun 2005 status gizi

kurang di daerah ini mencapai 19,34 %, staus gizi kurang ini kemudian menurun

pada tahun 2006 menjadi 13,64 % dan tahun 2007 dan 2008 status gizi kurang

mencapai 18,2 %.

Persentase Tenaga Kesehatan Perpenduduk

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, tenaga kesehatan perpenduduk Tahun 2004-2008 tidak tersedia.

Indikator persentase tenaga kesehatan per penduduk satu tahun terkahir di

Provinsi Sulawesi Tenggara masih sangat kurang. Data yang ada pada Kantor

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa tenaga

kesehatan yang ada pada tahun 2008 masih kurang dan belum sesuai dengan

target yang ditetapkan. Selengkapnya mengenai persentase tenaga kesehatan

per penduduk tahun 2008 dapat dirinci sebagai berikut : (i) tenaga dokter spesialis

baru mencapai 3,5/100.000 penduduk dari target 6/100.000 penduduk, tenaga

dokter umum baru mencapai 14,63/100.000 penduduk dari target 40/100.000

Page 46: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 45

penduduk, dokter gigi baru mencapai 2,26/100.000 penduduk, tenaga apoteker

baru mencapai 5,13/100.000 penduduk dari target 10/100.000 penduduk, Sarjana

Kesehatan Masyarakat baru mencapai 23,76/100.000 penduduk dari target

107/100.000 penduduk, tenaga paramedis keperawatan sudah mencapai

118/100.000 penduduk dari target 117/100.000 penduduk, dan tenaga kebidanan

baru mencapai 55,06/100.000 penduduk dari target 100/100.000 penduduk.

KELUARGA BERENCANA Salah satu unsur lain yang memberikan kontribusi terhadap indeks

pembangunan manusia adalah berkaitan dengan keberadaan program Keluarga

Berencana (KB). Unsur program Keluarga Berencana (KB) ini memiliki kaitan

yang erat dengan tingkat pendidikan penduduk dan berkaitan pula dengan

tinkat/derajat kesehatan penduduk. Rumah tangga yang memiliki anak 2 saja

karena mengikuti program Keluarga Berencana memiliki kecenderungan tingkat

pendidikan anak-anaknya lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang

memiliki anak banyak. Begitu pula, rumah tangga yang memiliki anak 2 saja

memiliki kecenderungan tingkat kesehatan anak-anaknya dan keluarganya lebih

baik dibandingkan dengan keluarga yang memiiliki jumlah anak yang banyak.

Indikator yang dapat mengukur tingkat keberhasilan program Keluarga

Berencana (KB) di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat diukur dengan indikator

persentase jumlah penduduk yang ikut program KB dan persentase laju

pertumbuhan penduduk di daerah ini. Dibandingkan dengan capaian nasional,

persentase jumlah penduduk ber-KB di Provinsi Sulawesi Tenggara di atas rata-

rata nasional, sebagai contoh misalnya pada tahun 2008, persentase jumlah

penduduk ber-KB secara nasional baru mencapai 53,19 %, sedangkan di daerah

ini persentase jumlah penduduk ber-KB sudah mencapai 65,39 %.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan penduduk di

daerah ini, Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki komitmen

untuk mendorong masyarakatnya untuk terus mengikuti program Keluarga

Berencana (KB). Komitmen ini terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui

Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi

Tenggara dengan membuat program-program yang berkaitan dengan

pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan peningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Untuk melihat kondisi existing keluarga berencana dapat diukur dan

Page 47: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 46

dilihat dari beberapa indikator, antara lain; Persentase penduduk ber-KB dan

Persentase laju pertumbuhan penduduk

Adapun pencapaian kedua indikator output dan putcomes Provinsi Sulawesi

Tenggara dan nasional secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut;.

Penduduk Ber-KB Berdasarkan data pada Kantor BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara,

penduduk ber-KB Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Persentase Penduduk Ber-KB di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun Persentase Penduduk Ber-KB

Sultra Nasional 2004 60,10 56,71 2005 65,31 57,89 2006 65,03 57,91 2007 70,68 57,43 2008 65,39 53,19

Sumber : Kantor BKKBN Sultra dan Bappenas

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase jumlah

penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara yang ikut program Keluarga Berencana (ber-

KB) mengalami “pasang-surut” atau datanya fluktuatif. Pada tahun tertentu, jumlah

penduduk yang ikut program Keluarga Berencana (ber-KB) mengalami peningkatan,

tetepai pada tahun tertentu persentase jumlahnya mengalami penurunan. Data dari

setiap indikator dapat dilihat pada uraian sebagai berikut.

Indikator yang berkaitan dengan penduduk yang ikut program Keluarga

Berencana (penduduk ber-KB) yang dicapai di daerah ini secara umum mengalami

peningkatan dari waktu ke waktu, tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan.

Persentase jumlah penduduk yang mengikuti program Keluarga Berencana

(penduduk ber-KB) tahun 204 mencapai 60,10 %, mengalami peningkatan

jumlahnya pada tahun 2005 mencapai 65,31 %, tahun berikutnya, yakni tahun 2006

relatif sama dengan capaian 65,03 %, dan pada tahun 2007 mengalami

peningkatan dengan capaian 70,68 %, tetapi pada tahun 2008 capaiannya menurun

menjadi 65,39 %. Meskipun demikian, capaian penduduk ber-KB di daerah ini lebih

tinggi dibandingkan dengan capaian secara nasional.

Page 48: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 47

Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data pada Kantor BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara, laju

pertumbuhan penduduk Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk di Sulawesi Tenggara dan

Nasional Tahun Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk

Sultra Nasional 2004 0,80 1,29 2005 2,72 0,83 2006 1,99 1,52 2007 1,47 1,55 2008 2,14 1,28

Sumber : Kantor Dinas Kesehatan Sultra dan Bappenas 2009 Indikator yang berkaitan dengan persentase laju pertumbuhan penduduk

yang dicapai di daerah ini. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukan laju

pertumbuhan penduduk di daerah ini juga mengalami angka ang fluktuatif. Pada

tahun 2004, persentase laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara

mencapai 0.2 %, tetapi pada tahun 2005 meningkat cukup signifikan menjadi 2,72

%, dan pada tahun 2006 menurun angkanya menjadi 1,99 %, dan terus menurun

pada tahun 2007 mencapai 1,47 %, tetapi pada tahun 2008 meningkat dan

mencapai 2,14 %. Dibandingkan dengan capaian secara nasional, persentase laju

pertumbuhan penduduk di daerah ini lebih besar dibandingkan dengan capaian

secara nasional.

Secara keseluruhan Tren capaian Indikator hasil (outcomes) Tingkat kualitas

sumber daya manusia di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional dalam kurun

Waktu 2004-2008 dapat dilihat pada Gambar 4.

Tren Capaian Indikator hasil (outcomes) Tingkat Kualitas Sumber Daya

Manusia di Provinsi Sulawesi Tenggara sudah mampu menjawab permasalahan

pembangunan SDM di Sultra. Selanjutnya Capaian Indikator hasil (outcomes)

Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia di Provinsi Sulawesi Tenggara sejalan dan

bahkan lebih baik dari capaian nasional, terutama bidang Kesehatan. Kondisi ini

dapat dicapai karena dukungan pemerintah daerah melalui peningkatan anggaran

pembangunan kesehatan dari dana APBD dari sebelumnya tahun 2007 hanya

mencapai 5 % APBD meningkat menjadi 15 % APBD tahun 2009 (70.156.167.000/

alokasi anggaran per tahun). Peningkatan kualitas kesehatan juga didukung oleh

program kesehatan melalui pembebasan biaya kesehatan masyarakat. Begitu pula

Page 49: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 48

peningkatan kualitas/mutu pendidikan di Sultra terus meningkat dengan kebijakan

Pemda Sultra melalui pembebasan biaya operasional pendidikan (BOP) yang

dituangkan dengan Peraturan Gubernur Sultra Nomor 24 Tahun 2008.

010203040506070

2004 2005 2006 2007 2008-40-30-20-100102030

PersentaseTingkat Kulialitas SDM ProvinsiSultra(outcomes) Persentase Tingkat Kulialitas SDM Nasional(outcomes) Tren Provinsi Sultra

Tren Nasional

Gambar 4. Tren capaian Indikator hasil (outcomes) Tingkat kualitas sumber daya

manusia di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional dalam Kurun Waktu 2004-2008.

Tren capaian pembangunan daerah bidang pendidikan sejalan dengan

capaian pembangunan bidang pendidikan secara nasional. Meskipun secara

nasional angka capaian pembangunan bidang pendidikan di Provinsi Sulawesi

Tenggara masih di bawah rata-rata nasional 4 tahun terakhir (tahun 2004-2007),

tetapi 1 tahun terakhir angka capaian pembangunan bidang pendidikan di daerah ini

meningkat dan lebih baik (lebih tinggi) dari angka capaian rata-rata secara nasional.

Angka capaian pembangunan bidang pendidikan di Provinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2008 mencapai 42, sedangka angka capaian bidang pendidikan secara

nasional hanya 36. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan bidang pendidikan di

Provinsi Sulawesi Tenggara sudah relevan dan sejalan dengan target

pembangunan bidang pendidikan secara nasional. Bahkan pada tahun 2008,

pembangunan bidang pendidikan di provinsi ini lebih baik dan melampui angka

dibandingkan dari capaian secara nasional. Meskipun secara umum (keseluruhan

item dalam indikator bidang pendidikan angka capaian di daerah ini di atas angka

rata-rata capaian nasional, tetapi ada beberapa item dari indikator pendidikan masih

rendah, seperti masih retif tingginya angka putus sekolah (khususnya di tingkat

sekolah menengah).

Page 50: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 49

Sejalan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan masyarakat

tercermin dari jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan masyaralat dan

berkurangnya angka buta aksara. Dilihat dari enduduk umur 10 tahun ke atas yang

dapat menamatkan pendidikan dasar mencapai 22,34 % (447.133 orang).

Sedangkan penurunan angka buta aksara di daerah ini dapat dilihat dari tahun 2005

mecapai 3,76 % menurun pada tahun 2006 menjadi 3,63 %, dan tahun 2007

menurun lagi menjadi 3,12 % dari jumlah penduduk atau sekitar 66.140 orang.

Tren capaian pembangunan daerah bidang kesehatan sejalan dengan

capaian pembangunan bidang kesehatan secara nasional. Meskipun secara

nasional angka capaian pembangunan bidang kesehatan di Provinsi Sulawesi

Tenggara masih di bawah secara nasional 1tahun terakhir (tahun 2004), tetapi 4

tahun terakhir angka capaian pembangunan bidang kesehatan di Sultra lebih

baik (lebih tinggi) dari angka capaian secara nasional. Angka capaian

pembangunan bidang kesehatan di Sultra tahun 2008 mencapai 86, sedangkan

angka capaian bidang kesehatan nasional secara nasional hanya 30. Hal ini

menunjukkan bahwa pembangunan bidang kesehatan di Provinsi Sulawesi

Tenggara sudah relevan dan sejalan dengan target pembangunan bidang

kesehatan secara nasional. Bahkan pada tahun 2008, pembangunan kesehatan

di provinsi ini lebih baik dibandingkan dari capaian rata-rata secara nasional.

Pada tahun 2008, misalnya untuk bidang kesehatan mengalami peningkatan

kualitas derajat kesehatan masyarakat Sultra melalui peningkatan jumlah

Puskesmas (210), Puskesmas Pembantu (436), Puskesmas Keliling, Posyandu

(2454), Desa Siaga (546), Poskesdes (717), rumah sakit (22), apotik (92), toko

obat (165), dan sarana farmasi/gudang farmasi (11 uah) dan sarana kesehatan

lainnya.

Tren capaian pembangunan daerah bidang KB sejalan dengan capaian

pembangunan bidang KB secara nasional. Meskipun secara nasional angka

capaian pembangunan bidang KB di Sultra masih di bawah secara nasional 5

tahun terakhir (tahun 2004-2008), tetapi indikator persentase jumlah penduduk

ber-KB di Provinsi Sulawesi Tenggara di atas rata-rata nasional, sebagai contoh

misalnya pada tahun 2008, persentase jumlah penduduk ber-KB secara nasional

baru mencapai 53,19 %, sedangkan di daerah ini persentase jumlah penduduk

ber-KB sudah mencapai 65,39 %. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan

bidang KB di Provinsi Sulawesi Tenggara sudah relevan dan sejalan dengan

target pembangunan bidang KB secara nasional.

Page 51: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 50

Capaian pembangunan daerah bidang pendidikan dari tahun ke tahun relatif

konstan. Akan tetapi ada indikator tertentu, seperti angka melek akasara usia

penduduk 15 tahun ke atas mengalami peningkatan capaiannya dari waktu ke

waktu. Capaian ini sudah sesuai dengan target Pemerintah Daerah. Angka melek

aksara usia 15 tahu ke atas tahun 2004 mencapai 90,73 %, naik pada tahun

2005 mencapai 91,33 %, dan naik lagi pada tahun 2006 mencapai 92,03 %, terus

naik lagi tahun 2007 mencapai 93,05 %, dan pada tahun 2008 mencapai 94,50

%. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan bidang pendidikan di Provinsi

Sulawesi Tenggara memberikan hasil yang baik dan berdampak pada

peningkatan kualitas pendidikan di daerah ini.

Capaian pembangunan daerah bidang kesehatan dari tahun ke tahun

mengalami peninkatan. indikator angka kematian bayi 5 tahun terakhir di Provinsi

Sulawei Tenggara mengalami penurunan. Angka kematian bayi (AKB) pada

tahun 2004 mencapai 67 per seribu kelahiran hidup, kemudian menurun pada

tahun 2005 menjadi 41 per seribu kelahiran hidup, menurun lagi pada tahun 2006

menjadi 32 per seribu kelahiran hidup, tetapi pada tahun 2007 naik kembali

menjadi 41 per seribu kelahiran hidup, dan pada tahun 2008 mencapai 39 per

seribu kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan bidang

kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara memberikan hasil yang baik dan

berdampak pada peningkatan derajat kesehatan di daerah ini. Begitu pula

indikator umur harapan hidup (UHH) penduduk yang dicapai oleh Pemerintah

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa capaian penduduk yang ber-KB

mengalami kemajuan. Dampak keberhasilan pembangunan di bidang

kependudukan dapat dilihat juga dari perubahan komposisi penduduk menurut

umur yang tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk tidak

produktif (penduduk muda umur 0-14 tahun dan penduduk tua umur 60 tahun

atau lebih) atau semakin rendahnya angka beban ketergantungan . semakin kecil

angka beban ketergantungan (dependency ratio) akan memberikan kesempatan

bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya. Komposisi

penduduk Sulawesi Tenggara menurut kelompok umur menunjukkan bahwa

penduduk yang berusia muda (0-4 tahun) sebesar 36,01 %, yang berusia

produktif (15-64 tahun) sebesar 59,90 %, dan yang berusia tua (di atas 65 tahun)

sebesar 4,09 %). Dengan demikian, maka angka beban tanggungan

(dependency ratio) penduduk Sulawesi Tenggara pada tahun 2007 sebesar

Page 52: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 51

66,94 %. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2006 sebesar

68,71 %.

Secara umum capaian Indikator hasil (outcomes) Tingkat Kualitas Sumber

Daya Manusia di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan harapan yang positif

terhadap pencapaian tujuan yg direncanakan. Selain itu capaian Indikator hasil

(outcomes) Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia di Provinsi Sulawesi

Tenggara menunjukan peningkatan dari waktu ke waktu.

2,2,2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Dari lima indikator tingkat keberhasilan bidang pendidikan, maka capaian

indikator yang spesifik adalah indikator persentase jumlah guru yang layak mengajar

mulai dari tingkat pendidikan SD, SMP/MTs, SMA/SMK/MA. Pada tahun 2008,

misalnya, persentase jumlah guru yang layak mengajar di daerah ini mencapai 91,40

%, sedangkan secara nasional baru mencapai 85,13 %. Ini menunjukkan bahwa di

daerah ini, jumlah guru yang layak mengajar di semua jenjang pendidikan (mulai dari

SD sampai SMA/SMK/MA) lebih baik dibandingkan dengan capaian nasional.

Tingginya capaian persentase jumlah guru yang layak mengajar di Provinsi

Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan capaian secara nasional tidak terlepas

dengan program-program peningkatan kualitas tenaga pendidik yang dilaksanakan

oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat, antara lain, program kualifikasi guru

dari SPG/SGO/PGA untuk mengikuti pendidik S1, program penyetaraan dan

kualifikasi guru-guru SMP/MTs dan SMA/SMK/MA untuk mengikuti pendidikan S1 di

berbagai perguruan tinggi di Indonesia, termasuk guru-guru yang mengikuti program

kualifikasi di FKIP Universitas Haluoleo. Khusus untuk guru-guru SD/MI di daerah ini,

jumlah guru yang mengikuti program penyetaraan dan peningkatan kualifikasi tenaga

pendidik dari tahun ke tahun di FKIP Universitas Haluoleo maupun FKIP Universitas

Terbuka terus meningkat.

Dari enam indikator tingkat keberhasilan pembangunan bidang kesehatan,

maka capaian indikator yang spesifik adalah indikator UHH penduduk Sulawesi

Tenggara. Pada tahun 2004, UHH penduduk Sulawesi Tenggara mencapai 66 tahun

meningkat pada tahun 2008 mencapai 70 tahun. Peningkatan UHH penduduk

Sulawesi Tenggara tidak terlepas dengan semakin kualitas sarana dan parasarana

kesehatan serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan memberikan kontribusi

terhadap peningkatan umur harapan hidup. Selain itu, meningkatkanya UHH

penduduk Sulawesi Tenggara berkaitan dengan visi pemerintah daerah Sulawesi

Page 53: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 52

Tenggara, yakni “Bahteramas”, yang kemudian dijabarkan oleh Dinas Kesehatan

Sulawesi Tenggara melalui visinya “Terwujudnya Masyarakat Sulawesi Tenggara

Yang Sehat”,. Secara rinci peningkatan umur harapan hidup penduduk di Sultra

dapat dilihat pada Gambar berikut;

66

66.8 67

69.1

70

64

65

66

67

68

69

70

2004 2005 2006 2007 2008

Persentase Umur Harapan Hidup Penduduk di SULTRA

Gambar 5 ; Peningkatan umur harapan hidup penduduk di Sultra

Capaian indikator umur harapan hidup (UUH) penduduk Sultra yang terus

meningkat seiring dengan capaian umur harapan hidup (UUH) penduduk secara

nasional. Ini menunjukan bahwa pemerintah daerah dan pemerintah pusat memiliki

komitmen untuk meningkatkan kualitas/derajat kesehatan masyarakat melalui

program kesehatan yang bersifat populis, seperti pemberian jaminan kesehatan bagi

penduduk miskin, pengobatan gratis (pembebasan biaya pengobatan), dll.

Dari dua indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan program Keluarga

Berencana (KB), maka capaian indikator yang spesifik adalah berkaitan dengan

indikator persentase jumlah penduduk mengikuti program Keluaraga Berencana

(penduduk ber-KB) di Provinsi Sulawesi Tenggara. Tahun 2008 misalnya, jumlah

penduduk ber-KB secara nasional hanya mencapai 53,19, sedangkan capaian

penduduk ber-KB di Sulawesi Tenggara sudah mencapai 65,39 %. Capaian

penduduk ber-KB di atas rata-rata nasional tidak terlepas dari semakin membaiknya

tingkat pendidikan dan kesehatan penduduk Sulawesi Tengara. Kesadaran

penduduk di daerah ini untuk memiliki anak yang relatif sedikit (2 anak saja cukup)

menjadi kunci keberhasilan KB di daerah ini.

Persentase laju pertumbuhan pemduduk yang masih di atas rata-rata

nasional (Sulawesi Tenggara 2,14 %, sedangkan nasional 1,28 %) bukan karena

tingginya angka kelahairan di daerah ini, tetapi masih tingginya laju pertumbuhan

Page 54: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 53

penduduk di daerah ini lebih disebabkan karena faktor mobilitas penduduk dari luar

Sulawesi Tenggara masuk di daerah ini.

Perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang cenderung terus

meningkat telah memicu migrasi masuk ke daerah ini, terutama pedagang maupun

pengusaha untuk mengembangkan usahanya di daerah ini. Bahkan para pencari

kerja (penganggur) dari daerah lain di lyra Sulawesi Tenggara masuk (datang) ke

Sulawesi Tenggara dengan maksud mencari pekerjaan baik sektor formal (menjadi

PNS) maupun sektor informal. Perkembangan infrastuktur pemerintahan dan

perekonomian yang semakin baik dan maju menjadi faktor terjadinya migrasi di

daerah ini. Akibatnya, daerah ini menjadi salah satu tujuan pencari kerja. Di samping

itu, mobilitas penduduk masuk ke daerah ini semakin tinggi sebagai akibat semakin

berkembanagnya dan lancarnya transportasi udara, darat, dan laut di daerah ini.

2,2,3. Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan data capaian indikator pendidikan, kesehatan dan Keluarga

Berencana di daerah ini, maka ada beberapa indikator capaian yang perlu

ditingkatkan, yakni sebagai berikut.

1. Pemerintah daerah dan pemerintah pusat perlu membangun lembaga-lembaga

pendidikan non formal (dalam bentuk lembaga pendidikan keterampilan) untuk

mendidik siswa putus sekolah dengan membekali berbagai keterampilan

Bangunan, pertukangan, mesin, elektronik dll.) dan perlu pemberian beasiswa

khusus bagi siswa yang putus sekolah (mulai dari siswa yang putus sekolah di

tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA).

2. Pemerintah daerah perlu meningkatkan jumlah tenaga bidan yang disebar di

desa-desa, terutama di daerah terpencil dan pulau-pulau kecil, meningkatkan

pembangunan prasarana kesehatan, terutama Polides yang tersebar di desa-

desa se Sulawesi Tenggara dan pemberian insentif bagi tenaga kesehatan,

terutama bagi dokter spesialis dan tenaga bidan yang bertugas di daerah-daerah

terpencil.

3. Pemerintah daerah perlu meningkatkan kualitas pelayanan penduduk ber-KB

yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil dan pulau-pulau kecil di

Sulawesi Tenggara, Peningkatan jumlah tenaga Petugas Lapangan Keluarga

Berencana (PLKB) dan memperkuat kader-kader KB di desa-desa melalui

pelatihan-pelatihan, dan pendidikan yang memadai sehingga pengetahuan dan

wawasan kader-kader KB di desa-desa semakin luas dan memadai.

Page 55: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 54

2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI Setelah berbagai agenda pembangunan dilaksanakan sejak 5 tahun

terakhir, maka beberapa hal yang terkait dengan kinerja diukur dengan melihat

tren atau kecenderungan beberapa indikator makro ekonomi. Terkait dengan

evaluasi kinerja pembangunan ekonomi ada 3 agenda yang perlu dievaluasi

yaitu : a) kondisi makro ekonomi daerah yang mencakup laju pertumbuhan

ekonomi, persentase output manufaktur terhadap PDRB, persentase output

UMKM terhadap PDRB, pendapatan perkapita dan Laju Inflasi, b) Investasi yang

mencakup persentase pertumbuhan realisasi Investasi PMA dan persentase

realisasi Investasi PMDN, c) Infrastruktur yang mencakup panjang jalan nasional

berdasarkan kondisi dalam kilometer dan panjang jalan provinsi dan kabupaten

berdasarkan kondisi dalam kilometer.

2.3.1. Capaian Indikator EKONOMI MAKRO Laju Pertumbuhan Ekonomi Sultra dan Nasional

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran logis yang

sering digunakan dalam menilai kinerja ekonomi suatu daerah. Berdasarkan

uraian tersebut maka dapat dilihat bahwa dalam lima tahun terakhir

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan adanya

fluktuasi dari tahun ke tahun. Data pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara

dan Pertumbuhan ekonomi nasional sebagai berikut :

Tabel 16. Laju dan Tren Pertumbuhan Ekonomi Sultra dan Nasional

Tahun Laju Pertumbuhan

Ekonomi (%) Trend Pertumbuhan Ekonomi

Sultra Nasional Sultra Nasional 2004 7.55 4.25 - - 2005 7.31 20.84 -0.03 3.90 2006 7.68 19.48 0.05 0.07 2007 8.09 21.26 0.053 0.09 2008 7.27 20.34 -0.109 0.05

Sumber: Data Diolah

Tabel 16 terlihat bahwa kinerja ekonomi Sulawesi Tenggara dalam lima

tahun terakhir dapat dikelompokkan atas 3 bagian yaitu antara tahun 2004 dan

tahun 2005 dimana pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara mengalami

pennurunan, antara tahun 2005 hingga tahun 2007 terjadi peningkatan antara

Page 56: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 55

tahun 2007 dan tahun 2008, kembali mengalami penurunan kinerja ekonomi di

Sulawesi Tenggara.

Meskipun terjadi siklus pertumbuhan ekonomi lima tahun terakhir, namun

angka petumbuhan ekonomi tersebut masih dalam tingkat pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dimana rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sulawesi

Tenggara masih diatas 7%. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Sulawesi

Tenggara, hal ini tidak terlepas dari kontribusi sektor pertanian pada tahun 2007

sebesar 38,12% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,22%,

sebagai pemberi kontribusi terbesar dalam struktur Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Sulawesi Tenggara.

Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Sulawesi Tenggara

pada merupakan andil terbesar dari sub sektor perikanan (31%) dan

perkebunan (29,9)%, serta tanaman pangan 21,5% dibandingkan dengan sub

sektor lainnya peternakan 14% dan kehutanan hanya 3,5%. Besarnya kontribusi

subsector perikanan laut, hal tersebut tidak terlepas dari kondisi alam Provinsi

Sulawesi Tenggara yang memiliki perairan laut yang cukup luas dan potensi

yang cukup untuk pengembangan tanaman perkebunan maupun lahan

perswahan.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara, tidak hanya

karena adanya peningkatan kontribusi, sektor pertanian dan perdagangan,

restoran dan hotel, akan tetapi juga karena adanya kenaikan produksi sektor

lain kecuali pada sektor listrik, gas dan air bersih justru mengalami penurunan

dibandingkan pada tahun 2006 yang memberi sumbangan sebesar 1,01 % pada

tahun 2007 menurun menjadi 0,94 % kontribusinya dalam pembentukan PDRB

Sulawesi Tenggara.

Satu hal yang mengagetkan dari angka-angka di atas adalah bahwa

pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi menurun. Penurunan tersebut lebih

rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004.

Meskipun demikian laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara secara rata-

rata cukup baik karena, karena secara rata-rata masih berada di atas 7 persen.

Meskipun pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara terjadi penurunan

pertumbuhan dari pertumbuhan 7,51% tahun 2004 menjadi 7,27% tahun 2008,

namun pertumbuhan tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 6,3% pada tahun 2008.

Page 57: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 56

Jika dilihat dari aspek perkembangan petumbuhan ekonomi di Sulawesi

Tenggara terjadi votalitas, sementara pada tingkat nasional pertumbuhan

ekonomi menunjukan kecenderungan mengalami peningkatan. Hal tersebut

tergambar bahwa pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi nasional hanya

4,29%, dan mengalami peningkatan hingga pada tahun 2008, menjadi 6,3%.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi memberikan gambaran bahwa

kegiatan ekonomi mengalami peningkatan produksi barang dan jasa. Kondisi

kestabilan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sangat diperlukan bagi suatu

wilayah terutama untuk menjaga keseimbangan kebutuhan masyarakat, sebab

hal tersebut terkait dengan kestabilan inflasi, jika keseimbangan antara

permintaan dan penawaran barang dan jasa dimasyarakat tidak terjaga hal

tersebut akan terjadi permasalahan inflasi.

Persentase Ekspor Terhadap PDRB Satu hal yang perlu dicermati bahwa dalam perekonomian Sulawesi

Tenggara adalah kontribusi ekspor terhadap PDRB yang menunjukkan

peningkatan dari tahun ketahun, walaupun sempat terjadi penurunan di tahun

2006. Pada tahun 2008 kontribusi ekspor terhadap PDRB mengalami

penurunan, namun penurunan tersebut tidak besar sehingga jika dilihat

perkembangan kontribusi ekspor terhadap PDRB masih telatif stabil. Hal ini

dapat dilihat pada tahun 2004 kotribusi PDRB sebesar 8,45% pada tahun 2008

7,27%. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global,

sperti terjadinya krisis ekonomi yang melanda Amerika memberikan dampak

terhadap kinerja ekspor Sulawesi Tenggara, terutama pada sector

pertambangan yang mengalami pertumbuhan negative pada tahun 2008 yaitu

-3,26%. Sehingga secara keseluruhan hal tersebut berpengaruh terhadap

kontribusi ekspor terhadap PDRB Sultra. Namun penurunan kontribusi tersebut

masih dalam batas yang relative kecil, karena penurunannya hanya 0,82%.

Semakin besar persentase eksport terhadap PDRB, akan memberikan

dampak ekonomi atau effek multiplier terhadap kegiatan ekonomi masyarakat,

misalnya meningkatnya kesempatan kerja, pengangguran dapat ditekan,

peningkatan pendapatan masyarakat, dan pemerintah juga akan memperoleh

manfaat dengan miningkatnya kontribusi ekpor terhadap PDRB, seperti

peningkatan PAD. Jika dilihat komponen ekspor Sulawesi Tengara,

menunjukkan bahwa sebagian besar ekspor tersebut masih berasal dari ekspor

Page 58: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 57

hasil perikanan, pertambangan, dan perkebunan. Hal tersebut sesuai dengan

kondisi ekonomi Sulawesi Tenggara dimana PDRB Sultra masih didominasi oleh

sekor pertanian yaitu sebesar 35,40% pada tahun 2007.

Jika di bandingkan trend persentase ekspor nasional terhadap PDB

dengan persentase ekspor Sultra terhadap PDRB, trend persentase ekport

nasioanl terhadap PDB relative stabil dengan rata-rata 20% sejak tahun 2004

hingga 2008.

Tabel 17. Persentase Ekspor Terhadap PDRB dan PDB

Tahun Persentase Ekspor Terhadap

PDRB dan PDB Trend

Sultra Nasional Sultra Nasional 2004 8.45 20.07 - - 2005 8.72 20.84 0.03 0.04 2006 7.66 19.48 -0.12 -0.07 2007 8.09 21.26 0.06 0.09 2008 7.27 20.34 -0.10 -0.04

Sumber: Data diolah

Meskipun tidak terdapat kenaikan persentase ekspor terhadap PDB

secara signifikan sejak tahun 2004 hingga 2008, namun hal tersebut sudah

cukup memberikan kontribusi yang berarti bagi perekonomian nasional, sebab

dengan angka rata-rata sebesar 20%, saat sekarang ini terutama ketika terjadi

masalah ekonomi di Amerika telah memberikan dampak terhadap kinerja

ekspor Indonesia.

Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB Trend yang meningkat dalam persentase ekspor Sulawesi Tenggara

juga tidak terlepas dari peningkatan persentase output manufaktur terhadap

PDRB.

Tabel 18. Persentase Output Terhadap PDRB dan PDB Sultra dan Nasional

Tahun Persentase Output Terhadap

PDRB dan PDB Trend

Sultra Nasional Sultra Nasional 2004 6.20 28.07 - - 2005 5.79 27.41 -0.07 -0.02 2006 6.85 27.54 0.18 0.005 2007 7.90 27.06 0.15 -0.02 2008 7.41 27.87 -0.06 0.03

Sumber: Data Diolah

Page 59: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 58

Dalam lima tahun terakhir terlihat bahwa persentase output manufaktur

terhadap PDRB juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun meskipun

pada tahun 2008 terjadi penurunan (7,41%) pada tahun 2007 (7,90),

penurunan tersebut hanya 0,49%, namun jika dilihat dari perkembangan lima

tahun terakhir persentase output manufaktur relative stabil, hal tersebut sudah

memberikan indikasi bahwa ada kecenderungan perubahan struktur dalam

perekonomian Sulawesi Tenggara menuju industri manufaktur meskipun

kontribusinya masih rekatif rendah. Secara nasional juga mengindikasikan

persentase output manufaktur relative stabil selama lima tahun terakhir, masih

berada diatas 27%. Meskipun ada penurunan dari tahun 2004 (28,07%)

menjadi 27,87% pada tahun 2008.

Secara Nasional persentase output manufaktur terhadap PDB relative

stabil pada tahun 2004 sebesar 28,07% pada tahun 2008 sedikit mengalami

penurunan menjadi 27,87%, namun jika dilihat trend nya sejak tahun 2004

hingga tahun 2008 memiliki rend yang relative stabil.

Pendapatan Perkapita Seiring dengan semakin membaiknya beberapa indikator makro

ekonomi di Sulawesi Tenggara, tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi

Tenggara juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari trend

pendapatan perkapita yang meningkat dari waktu ke waktu pada tahun 2004

hanya sebesar 5,34 juta, pada tahun 2008 telah menjadi 10,69 juta, jadi dalam

jangka waktu lima tahun telah terjadi peningkatan 2 kali lipat dari tahun 2004

hingga 2008. Sebagaimana di ketahui bahwa untuk mengukur tingkat

kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari besarnya pendapatan perkapita

penduduk di suatu wilayah.

Tabel 19. Pendapatan Perkapita Sultra dan Nasional

Tahun Pendapatan Perkapita

(Juta) Trend

Sultra Nasional Sultra Nasional 2004 5.34 10.61 - - 2005 6.61 12.68 0.24 0.20 2006 7.63 15.03 0.15 0.19 2007 8.84 17.58 0.16 0.17 2008 10.69 21.7 0.21 0.23

Sumber: Data Diolah

Page 60: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 59

Di Sulawesi Tenggara, sejak tahun 2004-2008 pendapatan perkapita

menunjukkan trend yang positif, ini memberikan makna bahwa persentase

peningkatan nilai jumlah barang dan jasa lebih besar dari persentase

peningkatan pertumbuhan penduduk di Sulawesi Tenggara, sehingga terdapat

peningkatan kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Tenggara.

Pendapatan perkapita secara nasional juga mengalami peningkatan

sejak tahun 2004-2008 dengan rata-rata sebesar 15,52 juta lebih tinggi

dibandingkan dengan pendapatan perkapita di Sultra sebesar 7,82 juta.

Pendapatan perkapita di Sulawesi Tenggara masih rendah dibandingkan

dengan beberapa daerah di Indonesia lainnya. Peningkatan pendapatan

perkapita di Sulawesi Tenggara, pemerintah terus mendorong kegiatan

ekonomi masyarakat sehingga pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan.

Laju Inflasi Perkembangan Inflasi di Sulawesi Tenggara masih cukup tinggi pada

tahun 2004 sebesar 7,72%, namun tahun 2005 menjadi 21,45%. Peningkatan

tersebut cukup tinggi sebab sudah berada diatas 10%, tingginya angka inflasi

ini mempengaruhi kinerja ekonomi di Sultra, sebab daya beli masyarakat akan

semakin menurun, dan keinginan pengusaha untuk berinvestasi akan

mengalami hambatan.

Tabel 20. Laju Inflasi Sultra dan Nasional

Tahun Laju Inflasi

(%) Trend

Sultra Nasional Sultra Nasional 2004 7.72 6.10 - - 2005 21.46 10.50 1.78 0.72 2006 10.57 13.10 -0.51 0.25 2007 7.53 6.0 -0.29 -0.54 2008 15.28 1.03

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan trend perkembangan inflasi di Sulawesi Tenggara

menunjukkan ketidak stabilan tingkta inflasi, hal ini menunjukkan bahwa

tingkat inflasi tersebut belum dapat dikendalikan pada tingkat yang stabil yang

diharapkan yaitu pada tingkat dibawah 10%. Pada tingkat nasional tingkat

inflasi yang terjadi sejak tahun 2004 hingga tahun 2007 menunjukan adanya

sedikit kestabilan dan masih berada pada tingkat menghampiri angka 10%.

Page 61: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 60

INVESTASI Investasi merupakan salah satu indikator makro ekonomi dalam

menilai kinerja perekonomian suatu daerah. Investasi yang tinggi

menunjukkan semakin membaiknya iklim investasi dan adanya dorongan

pengusah untuk berinvestasi dalam suatu perekonomian perekonomian suatu

daerah dan sebaliknya investasi yang rendah menunjukkan perekonomian

daerah akan mengalami pertumbuhan yang rendah relatif rendah.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa dalam lima tahun terahir,

persentase realisasi invesatasi di Sulawesi Tenggara cenderung menurun dari

tahun ke tahun baik dari investasi PMA maupun investasi PMDN.

Tabel 21. Persentase Pertumbuhan Investasi PMA dan PMDN di Sulawesi

Tenggara dan Nasional Tahun 2004-2008

Tahun

Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA PMDN

Realisasi Tren Realisasi Tren Sultra Nasional Sultra Nasional Sultra Nasional Sultra Nasional

2004 59.44 25.82 - - 20.4 -16.04 2005 59.44 99.39 1.78 0.72 20.4 94.90 0 6.92 2006 28 -32.79 -0.51 0.25 59.77 -32.76 -1.93 1.35 2007 -5.57 68.91 -0.29 -0.54 45.2 72.60 0.24 3.22 2008 18.13 -41.62 1.03 -25.37 43.80 1.56 0.40

Sumber: Badan Penanaman Modal Sultra dan Bappenas, 2009

Tahun 2005 persentase pertumbuhan investasi PMA sebesar 59,44

persen. Tahun 2006 menurun lebih dari dua kali lipat menjadi 28 persen.

Tahun 2007 menurun lebih rendah lagi hingga minus 5,57 persen. Tahun 2008

pertumbuhan investasi kembali meningkat walaupun lebih rendah bila

dibandingkan dengan tahun 2005 maupun tahun 2006.

Sumber: Badan Penanaman Modal Sultra, 2009

Gambar 6. Pertumbuhan Realisasi PMA di Sulawesi Tengara Tahun 2005-2008

Page 62: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 61

Keadaan yang sama juga terjadi pada persentase pertumbuhan

investasi PMDN. Persentase pertumbuhan PMDN di Sulawesi Tenggara

mengalami fluktuasi dan cenderung menurun dari tahun ketahun. Tahun 2005

persentase pertumbuhan investasi PMDN tumbuh sebesar 20,4 persen.

Tahun 2006 meningkat menjadi 59,77 persen. Tahun 2007 kembali menurun

menjadi 45,2 persen dan tahun 2008 kembali menurun hingga minus 25,37

persen.

PERTUMBUHAN REALISASI PMDN SULTRA

20.4

59.7745.2

‐25.37‐50

0

50

100

2004 2005 2006 2007 2008

PMDN SULTRA

Sumber: Badan Penanaman Modal Sultra, 2009

Gambar 7. Pertumbuhan Realisasi PMDN Sultra Tahun 2005 -2009

INFRASTRUKTUR Infrastruktur merupakan salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya

dalam menunjang pembangunan di suatu daerah khususnya pembangunan

ekonomi. Salah satu infrastruktur dimaksud adalah sarana jalan. Jalan dapat

diklasifikasikan atas 3 yaitu jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten.

Bila dilihat berdasarkan klasifikasi tersebut maka, tampak bahwa panjang

jalan nasional di Sulawesi Tenggara cenderung tetap dari tahun ketahun.

Tahun 2004 panjang jalan nasional adalah 1294 km, sepanjang 899 km

dalam kategori baik, 223 km dalam kategori sedang dan sepanjang 172 km

dalam kategori buruk.

Tahun 2006 panjang jalan nasional di Sulawesi Tenggara tidak

mengalami perubahan yaitu 1294 km. Sementara itu kondisi jalan dalam

kategori baik menurun menjadi 482 km, kategori sedang eningkat menjadi

499 km dan kategori buruk meningkat menjadi 313 km.

Page 63: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 62

Tabel 22. Kondisi Jalan di Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2008 Infrastruktur 2004 2005 2006 2007 2008

Panjang jalan nasional berdasarkan kondisi ( km) 1294 - 1294 1328.92 1293.87 - Baik 899 - 482 732.56 748.89 - Sedang 223 - 499 294.04 225.8 - Buruk 172 - 313 302.32 319.18 Panjang jalan prov. dan kab. berdasarkan kondisi (km) 5245 - 3061 7093.85 1187.63 - Baik 2282 - 228 1829.79 119.87 - Sedang 949 - 1239 2217.47 421.7 - Buruk 2014 - 1594 3046.59 646.06

Sumber: Dinas Kimpraswil Sultra, 2009

Tahun 2007 panjang jalan mengalami pertambahan menjadi 1328,92

km dengan kondisi baik meningkat menjadi 732,56 km dari tahun

sebelumnya, kondisi sedang menurun dari tahun sebelumnya menjadi 294,04

km dan kondisi rusak menjadi 302,32 km. Sedangkan pada tahun 2008

panjang jalan 1293,87 km dengan kategiri baik sepanjang 748,89 km,

kategori sedang 225,8 km dan kategori buruk 319,18 km.

Indikator hasil (outcomes) tingkat pembangunan ekonomi di susun

oleh beberap indicator hasil (output), antara lain seperti ; laju pertumbuhan

ekonomi, persentase ekspor, persentase output, pendapatan perkapita dan

laju inflasi. Rata-rata dari gabungan indicator hasil (output) tersebut akan

mengambarkan kondisi capaian indicator hasil (outcomes) tingkat

pembangunan ekonomi suatu wilayah. Secara umum capaian indicator hasil

(outcomes) tingkat pembangunan ekonomi di Sulawesi Tenggara dan

Nasional dapat dilihat pada Gambar 8 ;

Page 64: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 63

0.005.00

10.0015.0020.0025.0030.0035.0040.00

2004 2005 2006 2007 2008-15

-10

-5

0

5

10

15

Persentase Tingkat Pembangunan EkonomiProvinsi Sultra(outcomes) Persentase Tingkat Pembangunan EkonomiNasional (outcomes) Tren Provinsi

Tren Nasional

Gambar 8. Tren Capaian Indicator Hasil (Outcomes) Tingkat Pembangunan Ekonomi Di Sulawesi Tenggara Dan Nasional tahun 2004-2008

Melihat trend di atas dapat dikemukakan bahwa kinerja ekonomi

Sulawesi Tenggara dalam lima tahun terakhir dapat dikelompokkan atas 3

bagian yaitu antara tahun 2004 dan tahun 2005 dimana pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara mengalami pennurunan, antara tahun 2005

hingga tahun 2007 terjadi peningkatan antara tahun 2007 dan tahun 2008,

kembali mengalami penurunan kinerja ekonomi di Sulawesi Tenggara.

Meskipun terjadi siklus pertumbuhan ekonomi lima tahun terakhir,

namun angka petumbuhan ekonomi tersebut masih dalam tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dimana rata-rata pertumbuhan ekonomi di

Sulawesi Tenggara masih diatas 7%. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di

Sulawesi Tenggara, hal ini tidak terlepas dari kontribusi sektor pertanian

pada tahun 2007 sebesar 38,12% dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran sebesar 15,22%, sebagai pemberi kontribusi terbesar dalam

struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Tenggara.

Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Sulawesi

Tenggara merupakan andil terbesar dari sub sektor perkebunan dan

perikanan dibandingkan dengan sub sektor lainnya pada sektor pertanian.

Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi alam Provinsi Sulawesi Tenggara

yang memiliki perairan laut yang cukup luas dan potensi yang cukup untuk

pengembangan tanaman perkebunan.

Page 65: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 64

Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara, tidak

hanya karena adanya peningkatan kontribusi, sektor pertanian dan

perdagangan, restoran dan hotel, akan tetapi juga karena adanya kenaikan

produksi sektor lain kecuali pada sektor listrik, gas dan air bersih justru

mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2006 yang memberi

sumbangan sebesar 1,01 % pada tahun 2007 menurun menjadi 0,94 %

kontribusinya dalam pembentukan PDRB Sulawesi Tenggara.

Meskipun pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara terjadi

penurunan pertumbuhan, jika dilihat pertumbuhan tahun 2004 sebesar

7,51% dibandingkan tahun 2008 sebesar 7,27%, namun pertumbuhan

tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

nasional yaitu sebesar 6,3% pada tahun 2008.

Jika dilihat dari aspek perkembangan petumbuhan ekonomi di

Sulawesi Tenggara terjadi votalitas, sementara pada tingkat nasional

pertumbuhan ekonomi menunjukan kecenderungan mengalami peningkatan.

Hal tersebut tergambar bahwa pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi

nasiona hanya 4,29%, dan mengalami peningkatan hingga pada tahun 2008,

menjadi 6,3%.

Terjadinya votalitas tersebut memberi makna bahwa peningkatan

PDRB belum dapat memberikan kepastian, akan tetapi masih ada factor

yang mempengaruhi sehingga terjadi votalitas tersebut seperti pada sector

pertanian dimana produksinya sangat bergantung pada kondisi alam, baik

pada kegitan pada sector perikananan maupun pada sector pertanian.

Mengingat bahwa sumbangan sector pertanian terhadap PDRB adalah yang

terbesar sehingga perubahan yang terjadi pada sector pertanian akan

berdampak secara total pada PDRB.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi memberikan gambaran bahwa

pada kegiatan ekonomi dimasyarakat mengalami kemajuan atau ada

peningkatan produksi barang dan jasa. Kondisi kestabilan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi sangat diperlukan bagi suatu wilayah terutama untuk

menjaga keseimbangan kebutuhan masyarakat yang terkait dengan

kebutuhan sehari-hari, sebab hal tersebut terkait dengan kestabilan inflasi,

jika keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa

dimasyarakat tidak terjaga hal tersebut akan terjadi permasalahan inflasi.

Page 66: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 65

Dengan melihat pada angka-angka inflasi di atas tampak bahwa

inflasi di Sulawesi Tengara berada dalam kategori sedang. Artinya roda

perekonomian di Sulawesi Tenggara masih bisa berjalan dengan baik,

meskipun perlu mendapat perhatian dari otoritas moneter. Inflasi yang

menembus hingga dua digit ini terutama disumbangkan oleh sektor

konsumsi dan bahan bangunan. Kesemuanya ini juga tidak terlepas dari

pengaruh inflasi national yang lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan

harga BBM dan saluran distribusi yang selalu terganggu.

2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spefisik dan Menonjol Di Sultra Berdasarkan indikator makro ekonomi dan data infrastrutur di

Sulawesi Tenggara, dapat dikemukakan bahwa indikator makro ekonomi

yang menonjol adalah pertumbuhan ekonomi berada di atas 7% pertahun

sejak tahun 2004 hingga tahun 2008. Tingkat pertumbuhan tersebut lebih

tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi secara nasional yaitu dibawah 7%

dari tahun 2004 – 2008. Inflasi merupakan salah satu indikator makro

ekonomi yang dapat menggangu kestabilan perekonomian jika berada pada

tingkat inflasi yang tingi, misalnya berada diatas 15% pertahun.

Selanjutnya bahwa kecenderungan PMDN mengalami penurunan

sejak tahun 2006 hingga tahun 2008 investasi domestic mengalami

penurunan. Peurunan PMDN ini dapat memberikan dampak ekonomi yang

kurang baik bagi kinerja perekonomian Sulawesi Tenggara dalam jangka

panjang.

2.3.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pemerintah provinsi perlu membuat suatu kebijakan yang dapat

mendorong iklim investasi di Sulawesi Tenggara, misalnya dengan

menyediakan infrastruktur yang lebih baik, perizinan yang tidak panjang, dan

menjamin keamanan untuk berinvestasi, serta melakukan promosi untuk

berinvestasi di Sulawesi Tenggara.

Pihak pemerintah benar-benar harus memantau kecenderungan

meningkatnya tingkat inflasi di daerah ini sebab inflasi didaerah ini

cenderung mengalami peningkatan. Tentunya dengan terus memantau

suplay barang kebutuhan masyarakat yang memiliki kecenderungan

harganya meningkat sebagai akibat suplay yang kurang.

Page 67: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 66

2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM 2.4.1. Capaian indicator. KEHUTANAN

Luas kawasan hutan Provinsi Sulawesi Tenggara adalah 2.608.349 Ha

atau 68,17% dari luas daratan. Penggunaan kawasan hutan di Provinsi

Sulawesi Tengara menurut fungsinya terdiri lima jenis, yaitu hutan produksi

biasa, hutan produksi terbatas, hutan lindung, hutan wisata/PPA dan hutan

produksi yang fapat dikonversi. Rincian luas pengunaan kawasan hutan dapat

dilihat pada Tabel berikut ;

Tabel 23. Penggunaan Kawasan Hutan di Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut Fungsinya.

No Penggunaan Kawasan Hutan di Provisi Sulawesi Tenggara

Luas (ha)

Persentase (%)

1. Hutan Produksi Biasa 633.431 24,28 2. Hutan Produksi Terbatas 419. 244 16,07 3. Hutan Lindung 1.061.270 40,69 4. Hutan Produksi yang dapat di Konversi 212.123 8,135. Hutan Wisata/PPA 282.281 10,82 J u m l a h 2.608.349 100

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara 2008

Dalam rangka menunjang kemampuan daya dukung dan kondisi spesifik

kehutanan Sulawesi Tenggara maka pengelolaan sumberdaya hutan dilakukan

dengan sistem Resource Based Management yakni pengelolaan sumberdaya

hutan di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan keseimbangan

antara aspek ekonomi, ekologis, dan sosial masyarakat, utamanya pada era

otonomi daerah yang penuh dengan tantangan dan peluang. Berbagai upaya

konservasi kawasan hutan telah dilakukan Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara melalui Dinas Kehutanan Provinsi telah dapat memberi kontribusi

yang cukup besar terhadap pengembangan sektor non kehutanan yang sangat

potensial dan strategis dalam mendukung pembangunan daerah Provinsi

Sulawesi Tenggara, seperti pengembangan Taman Nasional Kepulauan

Wakatobi dan Taman Hutan Raya yang memberi perlindungan terhadap flora

dan fauna serta kepentingan pariwisata, pendidikan dan penelitian.

Page 68: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 67

Capaian Indikator hasil (outcomes) Kualitas pengelolaan sumberdaya

hutan dapat dilihat dari beberapa Indikator keluaran (output) , yaitu :

a. Kehuatan

1. Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis.

2. Rehabilitasi Lahan luar hutan

3. Luas kawasan konservasi.

b. Kelautan

1. Jumlah Tindak Pidana Perikanan

2. Persentase terumbu karang dalam keadaan baik

3. Luas kawasan konservasi laut

Adapun pencapaian ketiga indikator keluaran (output) kualitas

pengelolaan sumber daya hutan di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional

secara secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Persentase Luas Lahan Rehabilitasi dalam Hutan terhadap Lahan Kritis

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam penanganan lahan kritis

telah menunjukan seriusan yang berarti. Berdasarkan data yang diperoleh dari

Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara persentase luas lahan rehabilitasi

dalam hutan terhadap lahan kritis terjadi peningkatan yang sangat siginifikan

dari tahun 2004 sebesar 0,48 persen meningkat menjadi 0,89 persen pada

tahun 2008. Jika dibandingkan dengan persentase kenaikan secara nasional

maka penanganan lahan kritis di Provinsi Sulawesi Tenggara jauh di atas

presentasi nasional. Secara rinci dapat dilihat pada Table 24 berikut ;

Tabel 24. Capaian indicator keluaran (output) Persentase Luas lahan rehabilitasi

dalam hutan terhadap lahan kritis di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun 2004-2008

Tahun Persentase Luas lahan

rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis

Tren Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan

terhadap lahan kritis Prov. Sultra Nasional Prov. Sultra Nasional

2004 0.48 1.03 - - 2005 0.99 0.93 -1.06 0.10 2006 0.84 0.83 0.15 0.11 2007 1.29 0.26 -0.54 0.69 2008 0.89 0.26 0.31 0.00

Sumber : Dishut Provinsi Sulawesi Tenggara dan Bappenas 2009

Page 69: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 68

Rehabilitasi Lahan Luar Hutan

Capaian indicator keluaran (output) Rehabilitasi lahan luar hutan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Dinas Kehutanan telah

menunjukan penurunan yang signifikan dari tahun ketahun. Sejak tahun 2004

luas rehabilitasi lahan luar hutan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara seluas

6.556 ha terus menurun sampai tahun 2007 seluas 1.951 ha. Pada tahun 2008

dan 2009 pengurusan rehabilitasi lahan luar hutan sudah ditangani oleh

pemerintah kabupaten/kota, sehingga dinas kehutanan provinsi tidak memiliki

data dua tahun terakhir tersebut. Secara rinci capaian indicator keluaran (output)

persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis di Provinsi

Sulawesi Tenggara dan Nasional dapat dilihat pada Table 25 berikut ;

Tabel 25. Capaian indicator keluaran (output) Luas lahan rehabilitasi luar hutan

di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun 2004-2009

Tahun Luas lahan rehabilitasi luar hutan Tren Luas lahan rehabilitasi luar hutan

Prov. Sultra Nasional Prov. Sultra Nasional 2004 6.556 390.896 - - 2005 2.807 70.410 0.57 0.82 2006 3.649 301.020 -0.30 -3.28 2007 1.951 239.236 0.47 0.21 2008 1.951 239.236 0.00 0.00

Sumber : Dishut Provinsi Sulawesi Tenggara dan Bappenas 2009 Luas kawasan konservasi

Capaian indicator keluaran (output) Luas kawasan konservasi

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Dinas Kehutanan telah

menunjukan penambahan luas dari tahun 2004 seluas 281.625,16 ha dan

bertambah luasannya tahun 2007 seluas 282.281,16 ha. Pada tahun 2008 dan

2009 luas lahan konservasi tidak bertambah (tetap). Secara rinci Capaian

indicator keluaran (output) luas kawasan konservasi di Provinsi Sulawesi

Tenggara dan Nasional dapat dilihat pada Table 26 ;

Page 70: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 69

Tabel 26. Capaian indicator keluaran (output) Luas Kawasan Konservasi di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun 2004-2009

Tahun Luas Kawasan Konservasi (ha) Tren Luas Kawasan Konservasi

Prov. Sultra Nasional Prov. Sultra Nasional 2004 281.625,16 22.715.297,35 - - 2005 281.516,66 22.703.151,16 0.00 0.00 2006 281.516,66 22.702.527,17 - 0.00 2007 282.281,16 20.040.048,01 (0.00) 0.12 2008 282.281,16 20.040.048,01 - -

Sumber : Dishut Provinsi Sulawesi Tenggara dan Bappenas 2009

KELAUATAN

Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari wilayah daratan

seluas 38.139,98 Km2 dan wilayah laut seluas 114.879,00 Km2, mempunyai

potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar. Potensi tersebut belum

sepenuhnya dapat dimanfaatkan dengan baik karena sumbangan sub sektor

perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tenggara baru

sekitar 6,17 % pertahun. Hal ini dapat ditingkatkan apabila seluruh potensi

kelautan dan perikanan dapat dimanfaatkan secara optimal yang antara lain

meliputi potensi perikanan, potensi wisata laut, potensi jasa kelautan, potensi

barang peninggalan dan bisnis kelautan. Potensi perikanan laut diperkirakan

mencapai 500.000 Ton dan yang dapat dimanfaatkan secara lestari diperkirakan

sebesar 250.000 Ton/tahun, sedangkan yang dimanfaatkan baru mencapai

168.339 Ton/tahun. Disamping itu terdapat pula potensi perikanan darat dan

pantai yang cukup menarik untuk diusahakan.

Berdasarkan gambaran tersebut di atas maka potensi kelautan dan

perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara masih banyak yang belum

dimanfaatkan sehingga memberi peluang bagi setiap pengusaha dan

masyarakat untuk dapat mengembangkan usaha perikanan di daerah ini. Oleh

karena itu kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan di Provinsi Sulawesi

Tenggara diarahkan pada upaya antara lain ; (1) Rehabilitasi dan konservasi

sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai upaya pemulihan kemampuan

produktifitas sumberdaya kelautan dan perikanan, (2) Peningkatan pengawasan

dan keamanan wilayah pesisir dan perairan laut dari ancaman perusakan dan

pencurian hasil-hasil laut.

Capaian Indikator hasil (outcomes) Kualitas pengelolaan sumberdaya

laut dapat dilihat dari beberapa Indikator keluaran (output) , yaitu : (1) Jumlah

Page 71: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 70

Tindak Pidana Perikanan, (2) Persentase terumbu karang dalam keadaan baik,

dan (3) Luas kawasan konservasi laut.

Adapun pencapaian ketiga indikator keluaran (output) kualitas

pengelolaan sumber daya hutan di Provinsi Sulawesi Tenggara dan

Nasional secara secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Jumlah Tindak Pidana Perikanan

Arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan di Provinsi

Sulawesi Tenggara diarahkan pada upaya Peningkatan pengawasan dan

keamanan wilayah pesisir dan perairan laut dari ancaman perusakan dan

pencurian hasil-hasil laut. Hasil pemantauan dan pengawasan Dinasi Kelautan

dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu tahun 2004

sampai 2009 telah ditemukan beberapa pelanggara yang dilakukan

masyarakat yang tergolong tindak pidana. Jumlah tindak pidana perikanan di

Provinsi Sulawesi Tenggara terus meningkat. Pada Tahun 2004 jumlah tindak

pidana perikanan berjumlah 55 kasus meningkat tajam pada tahun 2008

sebanyak 100 kasus. Jika dibandingkan dengan jumlah kasus secara

nasional pada tahun 2004 sebanyak 200 kasus dan tahun 2007 sebanyak

154, artinya pada tingkat nasional menunjukan penurunan jumlah tindak

pidana perikanan. Secara rinci capaian indikatori keluaran (output) jumlah

tindak pidana perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional dapat

dilihat pada Table 27 berikut ;

Tabel 27. Capaian indicator keluaran (output) jumlah tindak pidana perikanan di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun 2004-2009

Tahun Jumlah Tindak Pidana Perikanan Tren Jumlah Tindak Pidana Perikanan

Prov. Sultra Nasional Prov. Sultra Nasional 2004 55 200 - - 2005 60 174 2006 78 139 2007 91 116 2008 100 62

Sumber : Dishut Provinsi Sulawesi Tenggara dan Bappenas 2009

Page 72: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 71

Persentase terumbu karang dalam keadaan baik

Capaian indicator keluaran (output) Persentase terumbu karang dalam

keadaan baik di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan hasil penelusuran

di Dinasi Kelautan dan Perikanan, data tentang Persentase terumbu karang

dalam keadaan baik belum tersedia. Pada tingkat nasional data tentang

Persentase terumbu karang dalam keadaan baik, Secara rinci dapat dilihat

pada Table 28 berikut ;

Tabel 28. Capaian indicator keluaran (output) Persentase terumbu karang

dalam keadaan baik Nasional Tahun 2004-2009

Tahun Persentase terumbu karang dalam keadaan baik Nasional (ha)

2004 31.46 2005 31.49 2006 29.49 2007 30.62 2008 -

Sumber : Bappenas 2009

Luas kawasan konservasi laut

Capaian indicator keluaran (output) Luas kawasan konservasi laut

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Dinas Kelautan dan

Perikanan sejak tahun 2004 sampai 2008 tidak ada perubahan luasan yaitu,

1.507.800. Pada tingkat nasional terjadi penurunan dari 2006 seluas

5.556.999,44 turun menjadi 5.423.216,70 pada tahun 2007. Secara rinci

Capaian indicator keluaran (output) luas kawasan konservasi laut di Provinsi

Sulawesi Tenggara dan Nasional dapat dilihat pada Table 29 berikut ;

Tabel 29. Capaian indicator keluaran (output)Luas Kawasan Konservasi Laut

di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun 2004-2009 Tahun Di Sulawesi Tenggara (ha) Nasional (ha) 2004 1.507.800 - 2005 1.507.800 - 2006 1.507.800 5.556.999,44 2007 1.507.800 5.423.216,70 2008 1.507.800 -

Sumber : Dishut Provinsi Sulawesi Tenggara dan Bappenas 2009

Secara umum tren capaian indicator outcomes kualitas pengelolaah

sumberdaya alam di Provinsi Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan tren

capaian indicator outcomes kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan

Page 73: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 72

lingkungan di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional khususnya

perbandingan antara Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan

terhadap lahan kritis di Sulawesi Tenggara dan Nasional

sebagaimana terlihat pada grafik berikut:

00.20.40.60.8

11.21.4

2004 2005 2006 2007 2008-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadaplahan kritis SultraPersentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadaplahan kritis NasionalTren Provinsi

Tren Nasional

Gambar 9. Persentase dan Tren Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis di Sulawesi Tenggara dan Nasional

Tren capaian pembangunan daerah dalam menjaga kualitas

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan (hutan) di Provinsi Sulawesi

Tenggara, sejalan dan bahkan lebih baik dari tren capaian pada tingkat

nasional. Capaian indicator hasil kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan (hutan) di Provinsi Sulawesi Tenggara jikan dibandingkan dengan

dan capaian Nasional adalah berbanding terbalik. Artinya tren capaian

indicator outcomes kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

(hutan) di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dikatakan setiap tahun

meningkat sedangkan tingkat nasional menurun.

Pengelolaan sumberdaya hutan di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam

lima tahun terakhir menujukan adanya peningkatan, terutama pada indicator

Persentase Luas Lahan Rehabilitasi dalam Hutan terhadap Lahan Kritis dan

Luas kawasan konservasi serta jumlah tindak pidana perikanan. Namun

disadari bahwa tren capaian indicator outcomes kualitas Pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan di Provinsi Sulawesi Tenggara belum

dapat menunjukan kesesuaian antara hasil dan dampak yang muncul dalam

pencapaian tujuan pembangunan yang telah direncanakan.

Page 74: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 73

0100000020000003000000400000050000006000000700000080000009000000

2004 2005 2006 2007 2008-202468101214

Kulaitas Pengelolaan SDA dan Lingkungan Prov. Sultra Kulaitas Pengelolaan SDA dan Lingkungan Nasional

Tren Provinsi Tren Nasional

Gambar 10.Tren capaian indicator outcomes kualitas pengelolaan

sumberdaya alam di Provinsi Sulawesi Tenggara

Tren kualitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan di

Provinsi Sulawesi Tenggara sebagian indictor output sudah mampu

menjawab permasalahan kerusakan sumberdaya alam, namum ada

beberapa indicator yang pengelolaannya belum optimal. Demikian juga

perkemmbangan dari waktu ke waktu kualitas pengelolaan sumberdaya

alam dan lingkunan di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagian indicator outpus

sejalan dan bahkan lebih baik dari tren capaian nasional.

Berdasarkan analisis dari beberapa indicator keluaran (output)

kulaitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan belum menunjukan

kesesuaian antara capaian dengan dampaknya terhadap pencapaian tujuan

yang telah direncanan pemerintah. Namun jika dilihat dari tren capaian

indicator keluaran (output) kulaitas pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan di Provinsi Sulawesi Tengara telah menunjukan kondisi yang

semakin membaik dari tahun-tahun sebelumnya.

2.4.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Di Sulawesi Tenggara dalam mengukur kualitas pengelolaan

sumberdaya alam, khususnya sumber daya alam laut perlu ada indicator

jumlah tindak pinada perikanan merupakan indicator spesifik. Dari hasil

analsis menunjukan bahwa jumlah tindak pidana perikanan semakin

Page 75: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 74

meningkat. Pada tahun 2004 jumlah tindak pidana perikanan yang berhasil

diungkap oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Tenggara

meningkat secara signifikan, yaitu 55 kasus tahun 2004 meningkat menjadi

100 kasus tahun 2008. Secara rinci capaian indicator keluaran (output)

jumlah tindak pidana perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional

dapat dilihat pada gambarkan diagram berikut ;

Gambar 11: Grafik capaian indicator keluaran (output) jumlah tindak pidana

perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional

2.4.3. Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan data capaian indikator kualitas pengelolaan sumber daya alam

dan lingkungan di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dipertahankan atau di

tingkatkan, maka kebijakan pemerintah di sector kehutanan dan kelautan

dimasa yang akan datang adalah sebagai berikut ;

1. Penanganan lahan kritis dalam hutan perlu ditingkatkan dengan melibatkan

peran serta masyarakat local/masyarakat sekitar hutan agar terjamin

keberlanjutannya.

2. Perlu ada kejelasan regulasi tentang koordinasi antar Dinas Kehuatan

Provinsi dan Dinas Kehuatan Kabupetan/Kota menganai pelaksanaan

Rehabilitasi Lahan luar hutan di Sulawesi Tenggara, sehingga terjadi

sikronisasi/kesamaan data terutama data yang digunakan untuk

perencanaan kedepan.

3. Provinsi Sulawesi Tenggara perlu mempertahankan Luas kawasan

konservasi dan jika ada rencana peninjauan kembali perlu dilakukan secara

cermat (diutamakan kawasan yang kritis dan sudah dirambah dalam waktu

yang lama).

Page 76: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 75

4. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai

upaya pemulihan kemampuan produktifitas sumberdaya kelautan dan

perikanan.

5. Pengembangan kelembagaan masyarakat pesisir yang mengacu pada

nilai-nilai lokal yang optimal dalam pemanfaatan sumberdaya laut yang

berbasis pada kemandirian masyarakat lokal dan pelestarian fungsi

lingkungan hidup.

6. Peningkatan pengawasan dan keamanan wilayah pesisir dan perairan laut

dari ancaman perusakan dan pencurian hasil-hasil laut.

Page 77: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 76

2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT 2.5.1. Pencapaian Indikator

Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator

hasil dibagi jumlah dari penyusun indikator hasil. Tingkat kesejahteraan sosial

disusun oleh indikator output:

1. Persentase penduduk miskin

2. Tingkat pengangguran terbuka

3. Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia.

4. Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak

5. Persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial

Adapun pencapaian kelima indikator output dan indikator outcome

kesejahteraan sosial Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional secara berturut-

turut dijelaskan sebagai berikut:

Persentase Penduduk Miskin

1. Indikator Output Persentase Penduduk Miskin Di Sulawesi Tenggara

Berdasarkan hasil pengolahan indikator output persentase yang

spesifik, maka persentase penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara

dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 30. Persentase Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara 2004-2009

Tahun Jumlah Penduduk (Orang)

Penduduk Miskin (Orang)

Persentase Penduduk Miskin (%)

2004 1.911.103 418.532 21,90 2005 1.960.697 420.570 21,45 2006 2.001.818 467.825 23,37 2007 2.031.532 433.325 21,33 2008 2.075.000 405.248 19,53 2009* 2.118.300 400.994 18,93 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara 2008 (diolah) *Prediksi

2). Indikator Output Penduduk Miskin Nasional

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2009,

bahwa jumlah penduduk miskin Indonesia dalam kurun waktu tahun 2004 –

2009 terlihat pada Tabel 31.

Page 78: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 77

Tabel 31. Persentase Penduduk Miskin Indonesia Tahun 2004-2009

Tahun Jumlah Penduduk (Orang)

Penduduk Miskin (Orang)

Persentase Penduduk

Miskin (%)

2004 216.381.600 36.146.900 16,71 2005 219.204.700 35.100.000 16,01 2006 222.051.300 39.300.000 17,70 2007 224.904.900 37.168.300 16,53 2008 227.779.100 34.963.300 15,35 2009 230.632.700 33.168.700 14,38

Sumber : BPS Indonesia 2008 (diolah)

Berdasarkan indikator output penduduk miskin provinsi Sulawesi

Tenggara dan Nasional di atas, maka dapat ditentukan indikator outcomes

tingkat dan tren kesejahteraan sosial di provinsi Sulawesi Tenggara dan

Nasional sebagai berikut:

Tabel 32. Indikator Outcomes Persentase Penduduk Miskin Di Sulawesi Tenggara dan Nasional

Tahun Persentase Penduduk Miskin Tren Sultra Nasional Sultra Nasional

2004 16,71 16.66 - - 2005 16,01 16.69 0,006 0,008 2006 17,70 17.75 -0,024 -0,020 2007 16,53 16.58 0,027 0,014 2008 15,35 15.48 0,004 0,014 2009 14,38 0,006 0,011

Sumber: Data Tabel 34 dan 35 diolah (2009) Pembangunan di berbagai sektor di Sulawesi Tenggara, sebagaimana

halnya dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, terus berjalan dan akan

tetap terus berjalan guna meningkatkan taraf hidup penduduknya, khususnya

penduduk miskin. Upaya penanggulangan kemiskinan di Sulawesi Tenggara

dewasa ini mengacu pada visi dan misi Pembangunan Sulawesi Tenggara

2008 – 2013 yaitu BANK SEJAHTERA yang disesuaikan dengan karakteristik

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, khususnya masyarakat miskin

yang menjadi sasaran program penanggulangan kemiskinan.

Page 79: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 78

Tingkat Pengangguran Terbuka 1. Indikator Output Tingkat Pengangguran Terbuka Di Sulawesi Tenggara

Yang dimaksud dengan pengangguran terbuka adalah seluruh

angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan

pertama kali maupun yang pernah bekerja sebelumnya. Berdasarkan data

Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008,

pengangguran terbuka Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2004

– 2009 terlihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 33. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2009

Tahun Angkatan Kerja (orang)

Pengangguran Terbuka (orang)

Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

2004 914.229 85.455 9,35 2005 886.546 79.081 8,92 2006 924.763 89.441 9,67 2007 955.763 61.162 6,40 2008 963.338 58.253 6,05

2009* 986.096 53.067 5,38 Sumber : BPS Sultra 2008 (diolah)* = Estimasi

2. Indikator Output Tingkat Pengangguran Terbuka Di Indonesia

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2008,

bahwa pengangguran terbuka di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2004 –

2009 terlihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 34. Tingkat Pengangguran Terbuka Di Indonesia Tahun 2004-2009

Tahun Angkatan Kerja

(orang) Pengangguran

Terbuka (orang)

Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

2004 103.973.378 10.251.351 9,86 2005 105.857.653 11.899.266 11,24 2006 106.388.935 10.932.000 10,28 2007 109.941.359 10.011.142 9,11 2008 111.947.265 9.394.515 8,39 2009 113.744.408 9.258.964 8,14

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS),

Berdasarkan indikator output tingkat pengangguran terbuka provinsi

Sulawesi Tenggara dan Nasional di atas, maka dapat ditentukan indikator

outcomes tingkat dan tren kesejahteraan sosial di provinsi Sulawesi

Tenggara dan Nasional sebagai berikut:

Page 80: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 79

Tabel 35. Indikator Outcomes Persentase Pengangguran Terbuka Di Sulawesi Tenggara dan Nasional

Tahun Persentase Pengangguran

Terbuka Tren

Sultra Nasional Sultra Nasional 2004 9.35 9.86 - -2005 8.92 11.24 -1,53 0,47 2006 9.67 10.28 1,09 -0,83 2007 6.40 9.11 1,30 3,62 2008 6.05 8.39 0,79 0,38 2009 5.38 8.14 0,27 0,71

Sumber: Data Tabel 33 dan 34 diolah (2009)

Lanjut Usia Oleh karena data persentase pelayanan bagi lanjut usia di Sulawesi

Tenggara tidak tersedia, maka analisis capaian indikator outcome tingkat

kesejahteraan sosial bagi lanjut usia tidak bisa dilakukan. Berdasarkan hasil

pengolahan indikator output yang spesifik, maka Jumlah lanjut usia di

Provinsi Sulawesi Tenggara dan nasional dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah lansia di Provinsi Sulawesi Tenggara dan nasional dalam

periode 2004-2009, secara berturut-turut dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 36. Jumlah Lanjut Usia (Lansia) Sulawesi Tenggara Dan Nasional Tahun Jumlah Lansia (Orang)

Sulawesi Tenggara Nasional 2004 70.377 16.590.045 2005 90.175 16.070.245 2006 114.692 16.080.409 2007 128.058 17.267.582 2008 124.922 17.501.025 2009 139.263 19.023.021

Sumber : Biro Pusat Statistik Sulawesi Tenggara dan Indonesia (2008)

Pelayanan Bagi Anak Oleh karena data persentase pelayanan bagi anak di Sulawesi

Tenggara tidak tersedia, maka analisis capaian indikator outcome tingkat

kesejahteraan sosial bagi anak tidak bisa dilakukan. Berikut ini sebaran

jumlah anak terlantar, jalanan, balita terlantar dan anak nakal di

kabupaten/kota se-Sulawesi Tenggara tidak tersedia datanya.

Page 81: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 80

Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Oleh karena data persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial di

Sulawesi Tenggara tidak tersedia, maka analisis capaian indikator outcome

tingkat kesejahteraan sosial dan rehabilitasi social tidak bisa dilakukan.

Tabel 37. Jumlah Pelayanan dan Rehabilitasi sosial Sulawesi Tenggara

Tahun Penyandang cacat*

Tuna susila**

Korban narkoba***

Jumlah pelayanan dan rehabilitasi

sosial 2004 24.960 0 56 25.016 2005 24.955 0 25 24.980 2006 24.955 0 34 24.989 2007 25.191 0 38 25.229 2008 25.309 0 63 25.372 2009 25.428 113 4 25.545

Sumber : * BPS Sultra 2008; ** Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tenggara (2009); *** BNP Prov. Sultra, 2009

Dalam pengukuran capaian indikator outcome tingkat kesejahteraan

rakyat masih terdapat keterbatasan-keterbatasan khususnya tidak tersedianya

tiga indikator output (pelayanan bagi lanjut usia, pelayanan bagi anak, dan

pelayanan dan rehabilitasi sosial) sehingga hasil perbandingan capaian indikator

outcome kurang menggambarkan tingkat kesejahteraan rakyat Sulawesi

Tenggara secara keseluruhan. Untuk itu agar hasil pengukuran tingkat outcome

kesejahteraan rakyat dapat digeneralisasi, maka hendaknya data indikator

output persentase pelayanan bagi anak (terlantar, balita terlantar, jalanan, dan

nakal), persentase pelayanan bagi lanjut usia, persentase pelayanan dan

rehabilitasi sosial (penyandang cacat, tuna susila, dan penyalahgunaan

narkoba) dapat disediakan khususnya bagi instansi/dinas yang terkait dengan

penyediaan data-data tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan indikator output persentase penduduk

miskin, dan tingkat pengangguran terbuka di sultra dan nasional, maka dapat

dibandingkan indikator outcomes tingkat kesejahateraan rakyat sultra dan

nasional. Capaian outcome tingkat dan tren kesejahteraan sosial sultra dan

nasional disajikan pada tabel berikut:

Page 82: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 81

Tabel 38. Perbandingan Capaian Indikator Outcome dan Tren Tingkat Kesejahteraan Sosial Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional

Tahun Tingkat Kesejahteraan Sosial Tren Kesejahteraan social Sultra Nasional Sutra Nasional

2004 84.38 86.72 - - 2005 84.81 86.37 0.52 -0.40 2006 83.48 86.01 -1.57 -0.42 2007 86.14 87.18 3.18 1.36 2008 86.47 88.13 0.39 1.08 2009 87.06 88.74 0.68 0.69

Rata-rata tren 0.64 0.46 Sumber: Data diolah (2009)

Dari data pada tabel 38, dapatlah digambarkan perbandingan antara

tingkat dan tren kesejahteraan sosial Provinsi Sulawesi Tenggara dengan

nasional sebagai berikut:

818283848586878889

2004 2005 2006 2007 2008 2009-2

-1

01

2

3

4

Capaian Outcome Kesejahteraan Sosial Di Sultra

Capaian Outcome Kesejahteraan Sosial NasionalTren Provinsi Sultra

Tren Nasional

Gambar 12: Tingkat dan tren kesejahteraan sosial Provinsi Sulawesi Tenggara dan nasional

Dari hasil perbandingan antara tingkat dan tren kesejahteraan sosial

sultra dan nasional pada Tabel 38 dan Gambar 12, terlihat bahwa tren

pembangunan/kesejahteraan sosial secara keseluruhan tren pembangunan

atau tingkat kesejahteraan sosial sultra dan nasional berfluktuasi setiap

tahunnya. Tren pembangunan/kesejahteraan sosial sultra berturut-turut

digambarkan bahwa antara tahun 2004-2005 meningkat 0.52%, tahun 2005-

2006 menurun sebesar 1.57%, selanjutnya tahun 2006-2007 meningkat

sebesar 3.18%, antara tahun 2007-2008 meningkat sebesat 0.39%, tahun dan

antara tahun 2008-2009 meningkat sebesar 0.68%. Sedangkan tren

pembangunan/kesejahteraan nasional berturut-turut digambarkan bahwa

Page 83: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 82

antara tahun 2004-2005 menurun sebesar 0.40%, antaraa tahun 2005-2006

juga mengalami penurunan sebesar 0.42%, selanjutnya antara periode

berikutnya terus mengalami peningkatan, yaitu antara tahun 2006-2007

meningkat sebesar 1.36%, selanjutnya antara tahun 2007-2008 sebesar

1.06%, dan antara tahun 2008-2009 meningkat sebesar0.69%.

Berdasarkan perbandingan tren di atas, secara keseluruhan tren

pembangunan/kesejahteraan sosial sultra sejalan dengan nasional (kecuali tren

antara tahun 2004-2005 terjadi perbedaan tren pembangunan/kesejahteraan

sosial, dimana sultra mengalami peningkatan sedangkan nasional mengalami

penurunan). Sejalannya tren pembagunan/tingkat kesejahteraan sosial

tersebut, ditunjukkan oleh terjadinya peningkatan tren

pembangunan/kesejahteraan sosial dalam kurun waktu lima tahun terakhir

(2004-2009), di mana rata-rata tren pembangunan/tingkat kesejahteraan sosial

sultra menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.64% dan rata-rata tren

pembangunan/tingkat kesejahteraan sosial nasional menunjukkan tren

peningkatan sebesar 0.46%. Hasil ini mengindikasikan bahwa capaian

pembangunan atau tingkat kesejahteraan rakyat sultra jika dilihat berdasarkan

indikator output persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran adalah

sejalan dengan tingkat/tren kesejahteraan sosial nasional, yaitu menunjukkan

tren peningkatan, dimana rata-rata tren pembangunan/kesejahteraan sosial

sultra lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tren pembangunan/

kesejahteraan sosial nasional.

Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi di daerah sultra masih cukup

menonjol antara yang kaya dan yang miskin, dan masih banyak yang perlu

dilakukan untuk penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan tersebut,

Menurunnya persentase penduduk miskin di Sultra lebih disebabkan karena

keluarga miskin bekerja keras, mempunyai aspirasi tentang kehidupan yang

lebih baik, dan motivasi untuk memperbaiki nasib. Mereka menciptakan

pekerjaan sendiri serta bekerja keras untuk memenuhi tuntutan hidup mereka.

Mereka juga memperbaiki nasib dengan cara beralih dari satu usaha ke usaha

lainnya dan tidak mengenal putus asa. Mereka sadar bahwa jika bermalas-

malsan dan bermasa bodoh berarti tidak dapat memperoleh sesuatu terutama

untuk dikonsumsi.

Seperti halnya dengan masalah kemiskinan, pengangguran juga

merupakan masalah yang harus segera diatasi. Tidak dapat dipungkiri di

Page 84: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 83

Sulawesi Tenggara juga setiap tahunnya ada kesempatan kerja formal yang

tersedia, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta.

Namun demikian kesempatan kerja formal yang tersedia tersebut tidak

sebanding dengan para pencari kerja sehingga terjadi persaingan yang sangat

ketat untuk memperolehnya. Jadi pengangguran terbuka di Sulawesi Tenggara

butuh perhatian serius.

Akan tetapi, jika indikator output tingkat pengangguran terbuka di

Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan secara nasional dalam kurun waktu

2004 – 2009 maka kondisi di Sulawesi Tenggara berada di bawah rata-rata

secara nasional.

Ada beberapa hal yang menyebabkan tingkat pengangguran terbuka di

daerah ini menurun, yakni (Dinas Nakertrans Prov. Sultra, 2009):

1. Banyaknya investor yang beroperasi atau membuka usaha di Sulawesi

Tenggara yang tentunya banyak menyerap tenaga kerja

2. Meningkatnya penyaluran tenaga kerja ke luar negeri. Saat ini di Sulawesi

Tenggara tercatat ada 14 penyalur tenaga kerja Indonesia (PJTKI).

Penyalur ini rutin menyalurkan tenaga kerja ke luar negeri dengan tujuan

utama ke Arab Saudi. Untuk bulan Agustus 2009, tiga dari 14 PJTKI

tersebut sudah menyalurkan TKI Sultra, masing-masing ke Arab Saudi

sebanyak 82 0rang dan Malaysia sebanyak 18 orang.

3. Selain kegiatan PJTKI tersebut, saat ini juga rutin terjadi pertukaran tenaga

kerja antar daerah se Indonesia.

4. Kecuali itu, juga di daerah ini, saat ini (2009) ditemukan tambang emas di

samping tambang-tambang lainnya, yang juga tentunya banyak tenaga

kerja yang bekerja di sana.

Tren capaian penurunan angka penduduk miskin di Sulawesi Tenggara

sejalan dengan capaian secara nasional. Namun demikian capaian angka

penurunan penduduk miskin di Sulawesi Tenggara masih berada di atas rata-

rata nasional selama periode 2004 – 2009. Pada tahun 2006 persentase

penurunan angka penduduk miskin lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya,

kendatipun setelah itu dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Ini

disebabkan karena pada tahun 2006 rakyat Indonesia khususnya penduduk

miskin termasuk di Sulawesi Tenggara mengalami penurunan daya beli yang

cukup signifikan sebagai akibat terjadinya kenaikan harga BBM pada tahun

2005. Kenaikan harga BBM ini pada gilirannya mengakibatkan naiknya harga-

Page 85: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 84

harga terutama harga-harga kebutuhan pokok. Dan dengan naiknya harga-

harga kebutuhan pokok menyebabkan penduduk miskin menjadi lebih miskin

dan bertambah jumlahnya.

Tren capaian indikator output tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi

Tenggara sejalan dengan capaian indikator output tingkat pengangguran

terbuka secara nasional selama kurun waktu 2004 - 2009. Namun demikian

capaian di daerah ini lebih rendah disbanding secara nasional. Ini berarti

bahwa kesempatan kerja di Sulawesi Tenggara lebih banyak tersedia

dibanding secara nasional.

Menurunnya persentase penduduk miskin di daerah ini pada tahun

2008/2009 adalah merupakan salah satu keberhasilan pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara. Hal ini terkait dengan program utama pemerintah daerah

dalam penanggulangan kemiskinan yaitu program Bangun Kesejahteraan

Masyarakat (Bahteramas). Adapun bentuk konkrit dari program ini adalah

pembebasan penduduk miskin dari pengobatan secara medis (pengobatan

gratis), pembebasan biaya sekolah (sekolah gratis) bagi anak SD – SLTA, dan

pemberian block grant kepada masing-masing desa sebesar Rp 100 juta.

Capaian tingkat penurunan pengangguran terbuka di Sulawesi Tenggara

selama kurun waktu 2004 – 2009, khususnya pada tahun 2008/2009

merupakan salah satu keberhasilan pemerintah daerah dalam menciptakan

lapangan kerja. Ini sejalan dengan kebijakan dan program yang ditetapkan

pemerintah daerah yaitu dalam rangka mendorong:

1. Tumbuhnya peluang usaha dan penciptaan iklim investasi yang dapat

menyerap tenaga kerja

2. Pelaksanaan pekerjaan fisik yang dilakukan secara langsung oleh

masyarakat sehingga lebih banyak menyerap tenaga kerja.

2.5.1. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

Pada dasarnya capaian indikator spesifik dan menonjol dalam

hubungannya dengan persentase penduduk miskin di daerah ini dapat

dikatakan bahwa, tidak ada. Hal karena indicator output persentase penduduk

miskin di Sulawesi Tenggara dibanding dengan secara nasional dalam kurun

waktu 2004 – 2009 berada di atas rata-rata nasional.

Tingginya indikator output persentase penduduk miskin di daerah ini

terutama pada tahun 2006, menunjukkan bahwa usaha penanggulangan

Page 86: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 85

kemiskinan masih belum optimal dan terkesan bersifat parsial atau

sektoral.Capaian indicator spesifik dan menonjol dalam hubungannya dengan

tingkat pengangguran terbuka terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 9,67

persen walaupun masih berada di bawah rata-rata secara nasional.

Tingginya capaian tersebut diakibatkan oleh kenaikan harga BBM pada

tahun 2005 yang berakibat pada tingginya harga faktor-faktor produksi

termasuk upah tenaga kerja. Hal ini berdampak pada banyaknya tenaga kerja

yang diberhentikan terutama tenaga kerja yang bekerja di perusahaan-

perusahaan di daerah ini. Mereka pada akhirnya, umumnya menjadi pekerja di

sektor informal.

2.5.2. Rekomendasi Bahwa pendekatan yang digunaklan dalam pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan terkesan bersifat parsial atau seakan-akan hanya

bersifat ekonomi semata sehingga dalam kenyataannya kurang

menguntungkan atau tidak optimal, oleh karena itu pemerintah ;

1. Penanggulangan kemiskinan harus bersifat multidimensional dengan

melibatkan semua pihak dan membangun sinergitas kuat.

2. Untuk memudahkan penanganan kemiskinan maka perlu perlu upaya

penyediaan data yang lengkap sampai tingkat desa/kelurahan

3. Pemerintah daerah perlu mengusahakan ketersediaan lapangan kerja dan

mempermudah proses perizinan dan jaminan intervensi pengusaha.

4. Perlu pengaturan pembayaran pajak terutama bagi masyarakat miskin,

memberi penghargaan kepada pengusaha penyumbang pajak terbesar.

5. Memberikan kemudahan pada sektor informal untuk mengakses sumber-

sumber modal dan menyediakan tempat usaha yang layak.

Page 87: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 86

BAB III K E S I M P U L A N

Kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) merupakan bagian

penting dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional seperti yang diatur

melalui UU No. 25 tahun 2004 yang menjelsakan tentang hirarki perencanaan,

proses perencanaan, mekanisme perencanaan, ruang lingkup perencanaan, isi

rencana, waktu pelaksanaan beserta stakeholder perencanaan pembangunan pada

setiap tingkat yakni nasional, provinsi, Kabupaten/Kota. Hasil kegiatan Evaluasi

kinerja Pembangunan Derah 2009 diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut;

1. Pada tingkat pelayanan public dan demokrasi, Kesadaran masyarakat dalam

berpolitik cukup tinggi, hal ini ditunjukan pada angka partisipasi masyarakat

dalam pesta demokrasi pada saat pemilihan gubernur, legislatif maupun

pemilihan presiden sangat tinggi (rata-rata di atas 80%).

2. Pada tingkat kualitas sumberdaya manusia capaian indicator outcomes secara

umum mengalami peningkatan. Namun peningtakan yang terjadi masih berada

dibawah angka nasional. Pada Tingkat Pembangunan Ekonomi, Rata-rata

pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara adalah 7 persen lebih tinggi

dibanding pertumbuhan ekonomi nasional 6,3 persen pada tahun 2008.

Sedangkan rata-Rata Pendapatan perkapita masyarakat Sultra masih rendah

yaitu 7.82 persen dibandingkan dengan rata-rata pendapatan perkapita secara

nasional yaitu 15.52 dalam kurung waktu 2004-2008

3. Pada tingkat kualitas pengelolaan sumber daya alam, terutama indicator

outcomes kehutanan dan kelautan menunjukan kualitas pengelolaan yang

belum baik. Pengelolaan sumber daya alam sector kehutanan dan kelautan

masih mencari model yang sesuai dengan kondisi daerah, sehingga pendataan

terhadap sumberdaya alam belum dilakukan secara optimal. Di sisi lain juga

terdapat kendalah regulasi yang belum diterapkan secara optimal,

kesalahafaham antara pemerintah provinsi dan Kabupaten/Kota masih terjadi.

4. Pada tingkat kesejahteraan social di Provinsi Sulawesi Tenggara pada umum

menunjukan perbaikan dari tahun ke tahun. Namun pada pelayanan

kesejahteraan social bagi anak jalanan, terlantar, balita terlantar dan anak nakal

pemerintah perlu memberikan perhatian yang serius sebelum masalah anak

jalanan, terlantar, balita terlantar dan anak nakal menjadi masalah social yang

besar di Sulawesi Tenggara

Page 88: Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU

Laporan Akhir EKPD 2009 87

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2007. Sulawesi Tengara Dalam Angka. BPS. 2008. Sulawesi Tengara Dalam Angka Dwiyanto, Agus (Editor).2006. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan

Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Diknas, 2008. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Dinas Pendidikan Nasional

Sulawesi Tenggara. Dinkes, 2008. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Dinas Kesehatan Sulawesi

Tenggara. BKKBN, 2008. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional Sulawesi Tenggara. Mardiasmo.2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah: Good Governance,

Democratization, Tranparancy, Public Policy. Yogyakarta: Andi. Bappeda, 2007. Rencana Strategi Daerah Sulawesi Tenggara Siagian, S.P. 1998. Administrasi Pembangunan. Jakarta: CV. Haji Masagung. T. Bintoro. 2000. Good Governance: Paradigma Baru Manajemen Pembangunan.

Jakarta: U.I. Press. T. Bintoro & Mustopadidjaja. 1998. Teori dan Strategi Pembangunan Nasional.

Jakarta: Gunung Agung. T. Moeljiarto. 1993. Politik Pembangunan Sebuah Analisis, Konsep, Arah dan

Strategi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Local Governance Assessment: A Case Study at Kabupaten Klaten. Yogyakarta:

Master in Public Policy and Administration Program UGM. 2006.