Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

100

description

Laporan Akhir EKPD 2009 Provinsi Jambi oleh Universitas Jambi

Transcript of Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

Page 1: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA
Page 2: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

KERJASAMA DEPUTI BIDANG EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN

KEMENTERIAN NEGARA PPN / BAPPENASDENGAN

UNIVERSITAS JAMBI

LAPORAN AKHIREvaluasi Kinerja Pembangunan Daerah

Provinsi Jambi

Page 3: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

i  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas petunjuk dan

pertolonganNya, pekerjaan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) 2009 Provinsi Jambi

pada sejumlah sektor telah dapat diselesaikan dan disusun laporannya.

Laporan evaluasi hasil kinerja pembangunan daerah Provinsi Jambi ini disusun berdasarkan

hasil identifikasi isu-isu pokok yang mengemuka dalam kehidupan masyarakat Jambi baik fakta,

permasalahan maupun opini sebagai dampak dari kebijakan dan proses pembangunan yang

dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jambi. Fakta dan permasalaan tersebut yang kemudian

dianalis dan dikaji berdasarkan pandangan keilmuan Tim Independen Universitas Jambi agar dapat

menjadi pertimbangan dan input bagi perbaikan kebijakan di masa akan datang.

Kendatipun upaya untuk melakukan evaluasi ini se-ilmiah mungkin sudah dilakukan, namun

disadari bahwa objektivitas dan emosionalitas mungkin masih mempengaruhi sebahagian dari isi

laporan ini. Kekurangan ini diakui sebagai kelemahan manusiawi dari tim itu sendiri. Jika pembaca

menemukannya dan memandangnya sebagai sebagai sesuatu yang mengganjal, tim terbuka untuk

mendiskusikannya dan memperbaikinya bila memang diperlukan.

Selesainya penulisan laporan evaluasi ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak terutama

pihak yang menginisiasi dan mensupport dana, yaitu Bappenas RI, dan pihak yang membantu

dalam penyediaan data dan informasi, yaitu instansi-instansi sektoral dalam lingkup pemerintah

Provinsi Jambi. Tanpa bantuan dan kerjasama semuanya, tidak mungkin evaluasi ini bisa dilakukan.

Karena itu kami menghaturkan ucapan terima kasih yang sangat dalam. Semoga upaya baik kita ini

diridoi oleh Yang Maha Berkuasa. Amin.

Demikianlah, semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.

Jambi, Desember 2009

Rektor Universitas Jambi

H. KEMAS ARSYAD SOMAD, SH, MH

Page 4: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

ii  

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

    Hal BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan EKPD 2009 Provinsi Jambi 1.3 Keluaran EKPD 2009 1.4 Metodologi Penelitian 1.5 Sistematika Penulisan Laporan  

 1 2 3 6 8 

BAB II HASIL EVALUASI A. Perkembangan Ekonomi Daerah B. Permasalahan Pembangunan Provinsi Jambi 2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI

2.1.1 Capaian Indikator Outcome a. Kondisi Daerah b. Outcome Pelayanan Publik

Analisis Relevansi Analisis Efektivitas

c. Outcome Demokrasi Analisis Relevansi Analisis Efektivitas

2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.1.3 Rekomendasi Kebijakan

2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

2.2.1 Capaian Indikator a. Kondisi Pendidikan b. Outcome Pendidikan

1) Angka Partisipasi Kasar Analisis Relevansi Analisis Efekvifitas

2) Angka Partisipasi Murni Analisis Relevansi Analisis efektivitas

3) Pendidikan Secara Keseluruhan Analisis Relevansi Analisis efektivitas

c. Outcome Kesehatan Analisis Relevansi Analisis efektivitas

2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.2.3 Rekomendasi Kebijakan

11 12 14 14 14 18 18 19 20 20 21 22 26 27 27 27 33 33 33 34 35 35 35 36 36 37 38 40 41 42 44

Page 5: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

iii  

 

2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI 2.3.1 Capaian Indikator

a. Perkembangan Sektoral b. Perkembangan Perbankan c. Outcome Perekonomian

1) Investasi Analisis Relevansi Analisis Efektivitas

2) Infrastruktur Jalan Analisis Relevansi Analisis Efektivitas

3) Perekonomian Secara Keseluruhan Analisis Relevansi Analisis Efektivitas

2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.3.3 Rekomendasi Kebijakan

2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

2.4.1 Capaian Indikator a. Kondisi SDA Jambi b. Kondisi Lingkungan Hidup

Analisis Relevansi Analisis Efektivitas

2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.4.3 Rekomendasi Kebijakan

2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT 2.5.1 Capaian Indikator

a. Kemiskinan dan Kesempatan Kerja b. Tingkat Pelayana Dinas PMKS c. Outcome Kesejahteraan Rakyat

Analisis Relevansi Analisis Efektivitas

2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.5.3 Rekomendasi Kebijakan

46 46 46 50 51 51 52 53 54 56 57 58 58 59 59 61 64 64 64 66 72 73 74 75 78 78 79 83 84 85 86 86 88

BAB III KESIMPULAN LAMPIRAN

90

  

 

Page 6: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

iv  

DAFTAR TABEL

    Hal 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 2.1.6 2.1.7 2.1.8 2.1.9 2.1.10 2.1.11 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5 2.2.6 2.2.7 2.3.1 2.3.2 2.3.3 2.3.4 2.3.5 2.3.6

Data Kejahatan Yang Merugikan Negara ………………………………… Data Kejahatan Konvensional …………………………………………….. Jumlah Perkara Pidana dan Perdata yang Masuk, Putusan dan Sisa Di Provinsi Jambi, Tahun 2004-2008……………………………………… Perkara Pidana Umum ringan/pelanggaran se – Kejati Jambi yang diputus dan dieksekusi dalam Tahun 2004 – 2008 ……………………… Perkara Tindak Pidana Khusus yang diselesaikan di Kejati Jambi tahun 2008 ………………………………………………………………….. Jumlah kecelakaan meninggal, luka ringan, luka berat dan kerugian material pada tahun 2004 – 2008 …………………………………………. Tingkat Pelayanaan Publik dan Demokrasi di Provinsi Jambi tahun 2004 – 2008 ………………………………………………………………… Dinas / Instansi dalam Pengurusan SITU, SIUP dan TDP di Kota Jambi ………………………….…………………………………………….. Syarat Dibutuhkan Dalam Pengurusan SITU, SIUP dan TDPdi Kota Jambi ……………………………………………………………………….. Jumlah Masyarakat Jambi Ikut Pemilu 2004 ..………………………….. Jumlah Masyarakat Yang Ikut Pada Pelaksanaan Pilkada .................... Perbandingan APK Provinsi Jambi dan Nasional Menurut Tingkatan Sekolah, Tahun 2004-2008 ……………………………………………….. Perbandingan Rata-rata Nilai Akhir Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………………….. Jumlah Kelahiran Dan Kematian Bayi Dan Balita Di Provinsi Jambi, Periode 2004-2008 …………………………………………………………. Jumlah Kematian Ibu Maternal Provinsi Jambi Periode 2004-2008 …... Status Gizi di Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ………………………… Pra Usila dan Usila Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Menurut Kab/Kota Dalam Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ............................... Jumlah Peserta KB Aktif Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 .................. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi Menurut Harga Konstan Tahun 2000 Periode Tahun 2004-2008 (juta rupiah) …………………………… Perkembangan Kontribusi Sektoral PDRB Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ………………………………………………………………………… Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 (juta rupiah) ………………………………………………………….. Kontribusi PDRB dari Sisi Pengeluaran Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 (juta rupiah) ………………………………………………………….. Perkembangan LDR Perbankan Provinsi Jambi Periode Tahun 2004-2008 (juta rupiah) …………………………………………………………. Perkembangan Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten Dalam Provinsi Jambi Periode Tahun 2004-2008 ……………………………….

15 16

16

17

17

18

18

22

24 25 25

28

29

28 39 39

40 40

46

47

48

49

51

55

Page 7: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

v  

 

   

2.3.7 2.3.8 2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.4.4 2.4.5 2.4.6 2.5.1 2.5.2 2.5.3 2.5.4 2.5.5 2.5.6

Perkembangan Jalan Provinsi dan Kabupaten Dalam Provinsi Jambi Periode Tahun 2004-2008 ………………………………………………… Perkembangan Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Jambi Menurut Harga Konstan Tahun 2000, Periode Tahun 2005-2008 ………………. Luas Kawasan Hutan di Provinsi Jambi menurut Fungsinya Tahun 2004-2008 ………………………………………………………………….. Produksi Kayu Hutan dan Hasil Hutan Ikutan menurut Jenis Produksi, Tahun 2006-2008 ………………………………………………………….. Jumlah Produksi dan Nilai Budidaya di Kolam dan Keramba Jaring Apung di Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ........................................... Produksi Pertambangan menurut Jenis Barang di Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ................................................................................... Perkembangan Luas Lahan Rehabilitasi dan Kawasan Konservasi di Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ........................................................... Perkembangan lahan HPH di Provinsi Jambi dan Indoneisa, Tahun 2004-2008 .............................................................................................. Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Provinsi Jambi, Februari 2006 – Februari 2009 ……………………………………………………… Perkembangan Pengangguran Terbuka dan Kemiskinan Provinsi Jambi, Tahun 2004-2008 ………………………………………………….. Perkembangan Tingkat Pelayanan Sosial dari Dinas Sosial (PMKS) Provinsi Jambi, 2004 – 2008 ……………………………………………… Perkembangan Tingkat Pelayanan Sosial dari Dinas Sosial (PMKS) Provinsi Jambi, 2004 – 2008 (sambungan)………………………………. Jumlah PMDN di Provinsi Jambi menurut Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Tahun 2004-2008 …………………………………………. Jumlah PMA di Provinsi Jambi menurut Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Tahun 2004-2008 …………………………………………..  

55

61

67

68

69

71

72

75

80

81

83

83

87

87

  

 

Page 8: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

vi  

DAFTAR GAMBAR

    Hal 1.1.1 1.1.2 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5 2.2.6 2.2.7 2.2.8 2.2.9 2.2.10 2.2.11 2.2.12 2.2.13 2.2.14 2.2.15

Kerangka Kerja EKPD 2009 ………………………………………………. Hubungan antara Indikator dan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi ……………………………………………………………………… Perbandingan Outcomes Pelayanan Publik Provinsi Jambi dan Nasional,Tahun 2004-2008 ……………………………………………….. Perbandingan Trend Outcomes Pelayanan Publik Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………. Perbandingan Outcomes Demokrasi Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………………….. Perbandingan Trend Outcomes Demokrasi Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ……………………………………………….. Perbandingan Pertumbuhan Nilai Rata-rata SMP/MTs Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 …………………………………………. Perbandingan Nilai Rata-rata SMA/SMK/MA Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………. Perbandingan Pertumbuhan Nilai Rata-rata SMA/SMK/MA Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………….. Perbandingan Angka Putus Sekolah SD/MI Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008……………………………………………….. Perbandingan Angka Putus Sekolah SMP/MTs Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………. Perbandingan Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 …………………………………………. Perbandingan Outcomes APK Provinsi Jambi dan Nasional Keseluruhan Tingkatan Sekolah, Tahun 2004-2008 ……………………. Perbandingan Trend Outcomes APK Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………………….. Perbandingan Outcomes APM Provinsi Jambi dan Nasional Tahun 2004-2008 ………………………………………………………………….. Perbandingan Trend Outcomes APM Provinsi Jambi dan Nasional,Tahun 2004-2008 ……………………………………………….. Perbandingan Trend Negatif Outcomes Status Indikator Pendidikan Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………… Perbandingan Trend Outcomes Status Indikator Pendidikan Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………….. Perbandingan Outcomes Indikator Kesehatan Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………. Perbandingan Trend Outcomes Indikator Kesehatan Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 …………………………………………. Persentase Penduduk Buta Huruf Kelompok Umur 15+ Tahun Provinsi Jambi dan Indonesia, Tahun 2004-2008 ..................................

4

5

19

20

21

21

29

30

31

32

32

33

34

34

35

36

36

37

41

42

43

Page 9: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

vii  

 

2.2.16 2.2.17 2.3.1 2.3.2 2.3.3 2.3.4 2.3.5 2.3.6 2.3.7 2.3.8 2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.4.4 2.5.1 2.5.2 2.5.3 2.5.4 2.5.5

Persentase Penduduk Buta Huruf Kelompok Umur 15-45 Tahun Provinsi Jambi dan Indonesia, Tahun 2004-2008 Persentase Penduduk Buta Huruf Kelompok Umur 45+ Tahun Provinsi Jambi dan Indonesia, Tahun 2004-2008 .................................. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi dan Nasional, 2004-2008 ……………………………………………………… Perkembangan Investasi PMA dan PMDM Di Provinsi Jambi, Tahun 2004-2008 …………………………………………………………………… Perbandingan Outcomes Investasi Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………………….. Perbandingan Trend Outcomes Investasi Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………………….. Perbandingan Outcomes Jalan (rusak) Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 .......................................……………………………… Perbandingan Trend Outcomes Jalan Rusak Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………. Perbandingan Outcomes Perekonomian Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………………….. Perbandingan Trend Outcomes Perekonomian Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ……………………………………………… Luas Kawasan Hutan di Provinsi Jambi menurut Fungsinya Tahun 2008 …………………………………………………………………………. Jumlah Produksi Budidaya di Kolam dan Keramba Jaring Apung di Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 ........................................................... Perbandingan Outcomes Rahabilitasi dan Konservasi Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 …………………………………………. Perbandingan Trend Outcomes Lahan Rehabilitasi dan Konservasi Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………… Pengangguran Terbuka dari Provinsi Jambi Februari 2006 s.d Agustus 2009 ………………………………………………………………………… Perkembangan Pengangguran Terbuka dan Kemiskinan Provinsi Jambi, 2004 – 2008 ………………………………………………………… Pertumbuhan Pengangguran dan dan Kemiskinan Provinsi Jambi, Februari 2006 – Agustus 2009 ……………………………………………. Perbandingan Outcomes Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008 ………………………………………………. Perbandingan Trend Outcomes Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

43

44

48

52

53

54

55

57

58

59

67

69

73

74

80

82

82

84

85

Page 10: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

 

EKPD 2009 Provinsi Jambi 1 

 

Laporan Akhir

Bab I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya terencana untuk

meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih baik

dan kesejahteraan bagi semua masyarakat. Pembangunan merupakan suatu proses yang

pencapaiannya dilakukan melalui tahapan-tahapan perencanaan sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Pada UU Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional telah dinyatakan bahwa perencanaan pembangunan dibagi ke dalam tiga tahapan

yaitu perencanaan pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan.

Keseluruhan tahapan pembangunan tersebut pada tingkat daerah sebagaimana

dituangkan dalam UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dirumuskan dalam

suatu dokumen perencanaan yang disebut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD).

Penyusunan rencana pembangunan merupakan bagian untuh dari upaya

pencapaian tujuan pembangunan yang harus pula mencakup implementasinya dalam

berbagai bentuk aktivitas pembangunan. Pelaksanaan pembangunan itu sendiri

membutuhkan pengawasan agar tujuan benar-benar dapat dicapai konsisten dengan

rencana yang telah disusun sebelumnya. Pada kenyataannya proses pembangunan

senantiasa dihadapakan pada berbagai permasalahan, kendala dan tantangan untuk

mewujudkan tujuan yang telah direncanakan. Dinamika kegiatan ekonomi, sosial, politik dan

budaya dalam realitasnya mungkin membutuhkan penyesuaian-penyesuaian langkah dan

kebijakan dalam upaya mewujudkan tujuan. Oleh sebab itu, implementasi suatu rencana

perlu dievaluasi keberhasilannya dengan menggunakan berbagai indikator kinerja yang

relevan pada masing-masing bidang kegiatan.

Page 11: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

      

2 Provinsi Jambi, EKPD 2009

Laporan Akhir

Sebagai upaya mewujudkan tujuan pembangunan jangka panjang yaitu masyarakat

yang lebih makmur dan sejahtera, Provinsi Jambi telah merumuskan rencana pembangunan

jangka menengah sebagaimana yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur Nomor 9

Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jambi Tahun

2006-2010. Hingga saat ini, implementasi RPJM tersebut telah memasuki tahun ketiga

melalui pelaksanaan RKPD sehingga membutuhkan evaluasi lanjutan dari kegiatan evaluasi

yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Melalui evaluasi secara berkesinambungan

diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan pada RPJM dibandingkan capaian pada tahun

sebelumnya. Selain itu, evaluasi kinerja pembangunan daerah sangat penting untuk

mengetahui sejauh mana arah, kebijakan dan keberhasilan kegiatan pembanganunan di

Provinsi Jambi sejalan dan selaraskan dengan tujuan pembangunan nasional yang telah

dituangkan dalam RPJM Nasional.

Evaluasi kinerja pembangunan daerah akan menghasilkan sebuah dokumen yang

memuat hasil penilaian secara objektif pelaksanaan proses pembangunan baik

keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai, maupun beberapa kegagalan berserta

kendala-kendala dan permasalahan yang dihadapi dan langkah-langkah yang telah

ditempuh untuk mengatasinya. Objektivitas evaluasi kinerja pembangunan dapat dicapai jika

dilakukan oleh institusi independen atau pihak lain di luar institusi perencana dan pelaksana

pembangunan tersebut. Terkait dengan persoalan ini, evaluasi kinerja pembangunan daerah

dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) melalui

kerjasamanya dengan pihak Universitas di daerah setempat. Evaluasi kinerja pembangunan

Provinsi Jambi dilakukan oleh Tim independen Universitas Jambi yang dibentuk oleh Rektor

Universitas Jambi dengan Surat Keputusan Rektor Nomor 177/J21/WS/2007 Tanggal 22

Juni 2007 sebagai wujud kerjasama dengan BAPPENAS.

1.2. Tujuan EKPD 2009 Provinsi Jambi Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai

relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008.

Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai

tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari

pembangunan daerah tersebut.

Page 12: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

 

EKPD 2009 Provinsi Jambi 3 

 

Laporan Akhir

Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna

sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan

pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah dilakukan

sebelumnya.

Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi lokal

guna mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan pusat dan daerah

periode berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan

Dana Dekonsentrasi (DEKON).

1.3. Keluaran EKPD 2009 1) Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Jambi

2) Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Jambi sesuai

sistematika buku panduan

1.4. Kerangka Kerja EKPD 2009 Kerangka kerja EKPD 2009 meliputi beberapa tahapan kegiatan utama yaitu

sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.1

(1) Penentuan Indikator Hasil (outcomes) Indikator kinerja dari tujuan/sasaran pembangunan daerah merupakan indikator

dampak (impacts) yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil (outcomes)

terpilih. Pengelompokan indikator hasil dan indikator pendukungnya, dilakukan dengan

memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:

• Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas;

• Relevant: mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target output

dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara target outcomes

dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan;

• Measurable : jelas dan dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati,

dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas dan biaya;

• Reliable: indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan tingkatan

kinerja;

• Verifiable: memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk

menghasilkan indikator;

• Cost-effective: kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan data.

Page 13: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

      

4 Provinsi Jambi, EKPD 2009

Laporan Akhir

Gambar 1.1.1 Kerangka Kerja EKPD 2009

Pengelompokan 5 kategori indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan tujuan/sasaran

pembangunan daerah meliputi:

A. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi.

B. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia.

C. Tingkat Pembangunan Ekonomi.

D. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam.

E. Tingkat Kesejahteraan sosial.

(2) Pemilihan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi Hubungan antar tingkat indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja dapat

dilihat dalam Gambar 1.1.2 yaitu:

Page 14: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

 

EKPD 2009 Provinsi Jambi 5 

 

Laporan Akhir

• Relevansi untuk menilai sejauh mana pembangunan yang dijalankan relevan terhadap

sasaran atau kebutuhan daerah dalam menjawab permasalahannya.

• Efektivitas, untuk melihat apakah pembangunan yang dilakukan berkontribusi terhadap

pencapaian baik tujuan spesifik maupun umum pembangunan daerah.

Gambar 1.1.2. Hubungan antara Indikator dan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi

• Efisiensi, untuk mengetahui bagaimana masukan (inputs) dirubah menjadi keluaran

(outputs)

• Efektivitas Biaya, untuk menggambarkan hubungan antara input dengan outcomes

pembangunan.

• Kualitas, yaitu pengukuran derajat kesesuaian antara hasil-hasil pembangunan dengan

kebutuhan dan harapan masyarakat.

• Waktu, yaitu ketepatan waktu/periode pencapaian kinerja yang ditetapkan. Produktivitas, untuk melihat nilai tambah dari setiap tahapan proses pembangunan

dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan.

Sesuai dengan tujuan EKPD Nasional Tahun 2009 bahwa mengingat keterbatasan

waktu dan sumber daya dalam pelaksanaan EKPD 2009 Provinsi Jambi, maka pendekatan

dalam melakukan evaluasi hanya meliputi relevansi dan efektivitas pencapaian.

Page 15: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

      

6 Provinsi Jambi, EKPD 2009

Laporan Akhir

(3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan Tahapan evaluasi di Provinsi Jambi dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan

dan tantangan utama pembangunan daerah serta mengidentifikasi tujuan pembangunan

daerah:

Tahap kedua adalah melengkapi dan mengoreksi Tabel Capaian

Tahap ketiga yaitu melakukan penilaian berkaitan dengan relevansi dan efektivitas

pencapaian.

Tahap keempat adalah melakukan identifikasi berbagai alasan atau isu yang menyebabkan

capaian pembangunan daerah (tidak) relevan dan (tidak) efektif. Tim Evaluasi Provinsi

menjelaskan “How and Why” berkaitan dengan capaian pembangunan daerah.

Tahap kelima adalah menyusun rekomendasi untuk mempertajam perencanaan dan

penganggaran pembangunan periode berikutnya.

1.5. Metodologi Penelitian

a. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui:

1) Pengamatan langsung Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan di

daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, lingkungan

hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah provinsi terkait.

2) Pengumpulan Data Primer

Data diperoleh melalui FGD dengan pemangku kepentingan pembangunan daerah. Tim

Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan dan

tanggapan peserta diskusi.

3) Pengumpulan Data Sekunder Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS daerah,

Bappeda dan SKPD terkait.

b. Metode Penentuan Capaian Indikator Hasil

Page 16: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

 

EKPD 2009 Provinsi Jambi 7 

 

Laporan Akhir

(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang

memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes).

(2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator

pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase. (3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak

dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.

(4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna

negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan

terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif).

(5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi

jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya). Contoh untuk

indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh:

• persentase penduduk miskin

• tingkat pengangguran terbuka

• persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak

• presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia

• presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial

Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif seperti dinyatakan

oleh No.4, sebagai berikut: Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100% -

tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan

sosial bagi anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut

usia) + (100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial}/5

Daftar indikator keluaran (outputs) yang menjadi komponen pendukung untuk

masing-masing kategori indikator hasil (outcomes) dapat dilihat pada Lampiran 1.

Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah

Relevansi dan Efektivitas.

Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana tujuan/sasaran

pembangunan yang direncanakan mampu menjawab permasalahan

utama/tantangan. Dalam hal ini, relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren

capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan

nasional.

Page 17: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

      

8 Provinsi Jambi, EKPD 2009

Laporan Akhir

Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara

hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas

pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah

membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

1.6. Sistematika Penyusunan Evaluasi Kinerja

Sistematika penyusunan laporan EKPD Provinsi Jambi mengacu pada format

penyusunan EKPD yang telah disusun secara standar oleh Bappenas. Susunan EKPD

dimaksud memuat komponen-komponen sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Tujuan (mengikuti latar belakang EKPD 2009 pada

panduan) 1.2 Keluaran 1.3 Metodologi 1.4 Sistematika Penulisan Laporan

BAB II HASIL EVALUASI

Deskripsi permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah serta identifikasi tujuan pembangunan daerah

2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 2.1.1 Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional dan analisa Analisis Relevansi Analisis efektifitas

2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung penunjang outcomes yang spesifik dan menonjol

2.1.3 Rekomendasi Kebijakan

2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 2.2.1 Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional dan analisa Analisis Relevansi Analisis efektifitas

2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung outcomes yang spesifik dan menonjol

2.2.3 Rekomendasi Kebijakan

Page 18: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

 

EKPD 2009 Provinsi Jambi 9 

 

Laporan Akhir

2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI 2.3.1 Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional dan analisa Analisis Relevansi Analisis efektifitas

2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung outcomes yang spesifik dan menonjol 2.3.3 Rekomendasi Kebijakan

2.4 KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM 2.4.1 Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional dan analisa Analisis Relevansi Analisis efektifitas

2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung penunjang outcomes yang spesifik dan menonjol 2.4.3 Rekomendasi Kebijakan

2.5 TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT 2.5.1 Capaian Indikator Grafik capaian indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial Provinsi Jambi dibandingkan dengan capaian indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial nasional. Analisis Relevansi Analisis efektifitas

2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator output penunjang outcomes yang spesifik dan menonjol 2.5.3 Rekomendasi Kebijakan

BAB III. KESIMPULAN

Page 19: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

10

Bab II

HASIL EVALUASI

2,1. Perkembangan Makro Ekonomi Daerah

Stabilitas ekonomi makro pada level perekonomian regional diperlihatkan oleh

keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, tingkat inflasi dan

aktivitas ekspor-impor. Keempat variabel akan dapat menciptakan stabilitas perekonomian

bila satu dengan yang lainnya bergerak secara beringan. Peningkatan laju pertumbuhan

ekonomi karena produksi barang dan jasa yang lebih banyak sebagai hasil dari intensitas

penggunaan faktor-faktor produksi pada tingkat yang lebih besar akan menciptakan

kesempatan kerja yang lebih luas dan menghasilkan sumber pendapatan bagi rumah

tangga.

Bila rumah tangga mengalokasikan pengeluarannya secara berimbang untuk

mengkonsumsi dan menabung maka laju inflasi akan terkendali pada tingkat yang rendah

dan stabil. Pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang lebih

besar, rumah tangga akan mampu menyumbang lebih besar kepada pemerintah daerah

dalam bentuk pembayaran pajak, retribusi daerah dan penerimaan daerah lainnya.

Penerimaan yang lebih tinggi memungkinkan pemerintah daerah meningkatkan

penyediaan infrastruktur pendukung bagi perkembangan aktivitas ekonomi.

Ketersediaan infrastruktur dan inflasi yang lebih terkendali menciptakan iklim yang

lebih baik untuk melakukan investasi. Pada tingkat investasi yang lebih tinggi akumulasi

modal akan meningkat yang memperbesar kapasitas produksi perusahaan dan industri

sehingga akan mendorong peningkatan suplai barang dan jasa termasuk suplai komoditas

ekspor. Ekspor yang lebih tinggi akan menghasilkan penerimaan devisa yang lebih besar

dan memungkinkan peningkatan impor bahan baku dan peralatan modal yang dibutuhkan

industri dan barang konsumsi bagi rumah tangga sehingga akan mendorong peningkatan

pertumbuhan ekonomi pada periode berikutnya.

Dinamika siklus yang dikemukakan di atas hanya dapat terjadi bila perekonomian

pasar bekerja dengan baik. Mekanisme pasar akan beroperasi seperti yang diharapkan bila

terdapat aturan main bagi setiap pelaku ekonomi. Pemerintah berkewajiban membuat

Page 20: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

11

aturan-aturan yang diperlukan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya

aktivitas ekonomi secara berkelanjutan dan stabil.

Setelah perekonomian nasional dilanda krisis sepuluh tahun yang lalu,

perekonomian Provinsi Jambi cukup stabil yang ditandai oleh laju pertumbuhan ekonomi

pada tingkat yang lebih tinggi. Namun pola pengeluaran agregat regional yang didominasi

oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga dan rendahnya tingkat tabungan dan investasi

menyebabkan laju inflasi daerah ini cenderung lebih tinggi dari perekonomian nasional.

Kondisi ini semakin diperberat oleh keterbatasan kemampuan keuangan pemerintah

daerah membiayai pengeluarannya dan orientasi struktur pengeluaran pemerintah daerah

yang masih memberat pada pengeluaran konsumtif serta terbatasnya peningkatan

penyediaan dan pemiliharaan infrastruktur khususnya transportasi. Hal ini tidak hanya

menganggu arus distribusi barang dan jasa, tetapi juga menimbulkan inefisiensi

transportasi.

Selain itu ketergantungan daerah Jambi yang cukup tinggi terhadap impor dan

terbatasnya komoditas ekspor menyebabkan kontribusi perdagangan terhadap PDRB

semakin menurun. Kondisi demikian mengganggu stabilitas perekonomian daerah yang

selanjutnya menjadi sumber ketidakstabilan perekonomian nasional. Oleh sebab itu,

pemantapan stabilitas perekonomian menjadi bagian penting dari agenda pembangunan

Provinsi Jambi seiring dengan agenda pembangunan nasional.

Sebagian besar sektor jasa-jasa bersifat lebih padat kapital dan teknologi, kecuali

sektor bangunan dan aktivitas perdagangan informal sehingga sektor-sektor tersebut tidak

dapat diandalkan sebagai penyerap tenaga kerja. Serapan tenaga kerja justeru lebih besar

pada sektor pertanian dan industri. Karakteristik demikian berdampak pada rendahnya

peningkatan kesempatan kerja pada awal pelaksanaan RPJMN, walaupun laju

pertumbuhan agregat regional relatif cukup tinggi. Jumlah angkatan kerja yang bekerja

pada Februari 2005 tercatat sebesar 1.097.000 orang kemudian meningkat menjadi

1.113.000 orang pada November 2005. Secara bersamaan pengangguran terbuka naik

dari 103.000 orang menjadi 133.000 orang atau tingkat pengangguran terbukanya

meningkat dari 8,6 persen menjadi 10,97 persen. Tingkat pengangguran kemungkinan

akan menjadi lebih tinggi bila diperhitungkan jumlah pengangguran tersembunyi atau

setengah menganggur mengingat besarnya peran sektor pertanian dan sektor informal

dalam kegiatan perdagangan dalam menyerap tenaga kerja. Pekerja sektor pertanian

mencpai 57,5 persen pada Februari 2005 kemudian naik menjadi 61,7 persen pada

Page 21: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

12

November 2005, sementara pekerja di sektor perdagangan mencapai 14,9 persen dan 13,7

persen pada waktu yang sama.

Bila diamati dari sisi pengeluaran agregat regional, pertumbuhan ekonomi masih

didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pemerintah,

sementara pembentukan modal tetap domestik regional bruto (investasi) dan ekspor

diharapkan berperan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi daerah, belum mampu tumbuh

pada tingkat yang lebih tinggi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga naik 3,68 persen dan

5,39 persen pada tahun 2004 dan 2005, sementara pengeluaran konsumsi pemerintah

meningkat 3,41 persen dan 6,21 persen pada tahun yang sama. Investasi mencatat

pertumbuhan negatif pada tahun 2004 sebesar -7,78 persen, ekspor di sisi lain hanya

tumbuh sebesar 1,23 persen pada tahun 2004. Pada tahun berikutnya investasi dan ekspor

masing-masing meningkat sebesar 5,29 persen dan 5,39 persen.

Pertumbuhan pengeluaran konsumsi yang cukup tinggi dengan pangsa hampir

mencapai 60 persen untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan 19 persen untuk

pengeluaran konsumsi pemerintah terhadap PDRB, berdampak terhadap tingginya laju

inflasi pada awal RPJMN. Hal ini mengingat pengeluaran konsumsi cenderung bersifat

inflatoir atau lebih mudah menimbulkan inflasi dibanding pengeluaran investasi yang

cenderung bersifat lebih produktif. Pada tahun 2004 laju inflasi mencapai 7,24 persen

kemudian naik menjadi 16,5 persen pada tahun 2005 bersamaan dengan penerapan

kebijakan peningkatan harga BBM oleh pemerintah. Laju inflasi tahun 2004 lebih tinggi dari

inflasi secara nasional sebesar 6,4 persen tetapi inflasi tahun 2005 sedikit lebih rendah

yaitu 17,1 persen ditingkat nasional.

2.2. Permasalahan Pembangunan Provinsi Jambi

1. Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Jambi relatif cukup tinggi, tetapi

dengan kualitas rendah sehingga:

i. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata juga rendah

ii. Pengangguran, anak putus sekolah, derajad kesehatan, kriminalisme relatif

tinggi

2. Kualitas Sumberdaya Manusia masih rendah dan sangat berfluktuasi antar wilayah.

Sejumlah wilayah memiliki angka IPM yang dalam kategori sangat rendah yang

berakibat rendahnya produktivitas tenaga kerja rata-rata

Page 22: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

13

3. Etos kerja masyarakat relative rendah serta daya saing kualitas SDM rendah

4. Kualitas infrastruktur sampai ke sentra-sentra produksi masih belum memadai

sehingga berdampak negatif terhadap kegiatan produksi

5. Sebagian besar komoditas andalan ekspor daerah masih dalam bentuk bahan baku

yang belum memiliki nilai tambah yang tinggi untuk daerah.

6. Sebagaian besar masyarakat mempunyai kesadaran yang rendah dalam

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sehingga tingginya pemanfaatan

potensi sumberdaya alam namun diikuti pula dengan meluasnya kerusakan

lingkungan

7. Kesenjangan pembangunan antara daerah bagian timur dengan daerah bagian

Barat dan antara kota dan pedesaan masih besar

8. Jumlah Peraturan Daerah yang bermasalah masih cukup tinggi

9. Kualitas pelayanan umum baik di sektor seluruh sektor pekonomian maupun sosial

masih rendah

Page 23: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

14

Sub Bab 2.1 INGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI

2.1.1. Capaian Indikator

a. Kondisi Daerah Penyelenggaraan clean government atau good governance pada sektor publik dan

bisnis yang belum baik berdampak pada rendahnya kualitas pelayanan pada masyarakat.

Hal ini ditandai antara lain dengan tingginya penyalahgunaan kewenangan dan

penyimpangan, rendahnya kinerja SDM Aparatur, belum memadainya sistem kelembagaan

dan ketatalaksanaan pemerintahan, serta masih banyaknya peraturan perundang-

undangan yang tidak sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan. Di

samping itu, sistem pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan

juga belum berjalan baik yang dicerminkan dengan tingginya tindak korupsi di lingkungan

aparatur pemerintahan.

Gangguan kemanan dan ketertiban masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor

yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Faktor-faktor tersebut diantaranya mencakup

ketidakadilan, kesenjangan kesejahteraan ekonomi, dan kepentingan sosial politik serta

provokasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pelaksanaan

pemilihan kepala daerah secara langsung di beberapa kabupaten yang tidak disertai oleh

pengetahuan politik masyarakat yang memadai, kematangan elit politik, dan kepatuhan

terhadap hukum dan hasil pemilu merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

kerusuhan dan konflik horizontal yang menimbulkan gangguan keamanan.

Namun tindak kejahatan yang merugikan negara tetap ada antara lain untuk kasus

Illagal Loging, Illegal Mining, Illegal Fishing dan Koropsi seperti yang terlihat pada Tabel

2.1.1, bahwa tindak kejahatan yang paling sering terjadi adalah untuk kasus Illegal Loging,

dan semenjak sistem keamanan diperketat sejak tahun 2006, tindak kejahatan ini menurun

namun untuk tahun-tahun terakhir ini kondisinya mulai meningkat, hal ini dikarenakan

sumber penghidupan lain kurang menjanjikan bagi mereka yang terbiasa dengan hidup

instant seperti pencurian kayu dan umumnya kembali pada profesi sebelumnya.

Page 24: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

15

Dari tabel ini juga terlihat bahwa tidak semua tindak kejadian yang dilaporkan pada

saat kejadian, namun dilaporkan setelah diselesaikan secara kekeluargaan dan secara

adat atau diselesaikan ditempat kejadian, misalnya tindak kejahatan illegal loging tahun

2007, yang dilaporkan sebanyak 44 kasus dan yang diselesaikan sebanyak 57 kasus.

Demikian pula untuk kejadian tahun 2008 untuk jenis kejahatan yang sama.

Tabel 2.1.1 Data Kejahatan Yang Merugikan Negara

Jenis Kejahatan Tahun

2004 2005 2006 2007 2008* L S L S L S L S L S

1. Illegal Loging 89 53 74 49 43 30 44 57 47 52 2. Illegal Minning/Peti - - - - - - 22 22 16 10

3. Illegal Fishing 2 1 1 1 - - - - - - 4. Korupsi 5 4 3 2 5 - 4 3 5 5 Jumlah 96 58 78 52 48 30 70 82 68 56

Sumber : Direktorat Reskrim Polda Jambi. Keterangan: L = dilaporkan, dan S = diselesaikan

Dari informasi Tabel 2.1.2 terlihat bahwa tindak kejahatan konvensional yang terjadi

di Provinsi Jambi untuk kurun waktu 2006-2008 cenderung meningkat, namun jumlah

tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebanyak 1.617 yang dilaporkan dan terendah tahun 2006

kasus sebanyak 669 kasus yang dilaporkan. Tindak kejahatan konvensional secara total

pada tahun 2006 dilaporkan sebanyak 669 kasus meningkat menjadi 1389 tahun 2007 dan

terus mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi sebanyak 1431 kasus.

Tindak pidana konvensional terbesar yang terjadi di provinsi Jambi adalah tindak

pidana pencurian berat yang menunjukkan kecenderungan meningkat terutama dalam

kurun waktu tiga tahun terakhir walaupun tidak setinggi tahun 2005. Jumlah kasus yang

dilaporkan pada tahun 2008 sebanyak 673 kasus meningkat dari 650 kasus pada tahun

2007. Kemudian diikui oleh tindak pidana pencurian kenderaan bermotor yang dilaporkan

meningkat dari tahun 2004 sampai tahun 2008. Tindak pidana penganiayaan berat pada

tahun 2008 sedikit turun jika dibandingkan dengan kejadian tahun 2007. Kasus pencurian

dengan kekerasan, perjudian dan tindak pidana pemubunuhan menunjukkan cenderung

juga meningkat dalam kurun waktu yang sama

Page 25: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

16

Tabel 2.1.2 Data Kejahatan Konvensional

No Jenis Kejahatan

TAHUN

2004 2005 2006 2007 2008*

L S L S L S L S L S

1 Pencurian Berat 472 324 675 406 318 195 650 421 673 452

2 Pencurian Dengan Kekerasan 126 73 142 58 61 30 134 55 142 74

3 Pencurian Kend. Bermotor 213 69 292 52 121 44 298 56 312 64

4 Penganiayaan Berat 296 157 313 193 129 81 229 187 218 197

5 Pembunuhan 21 18 24 21 15 14 32 15 34 17

6 Judi 143 137 171 172 25 26 46 64 52 66 Jumlah 1271 778 1617 902 669 390 1389 798 1431 870

Sumber : Direktorat Reskrim Polda Jambi. Keterangan: L = dilaporkan, dan S = diselesaikan

Berdasarkan data Tabel 2.1.3 bahwa Perkara Pidana dan Perdata yang masuk di

Provinsi Jambi antara kurun waktu 2004-2008 tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebanyak

282 perkara pidana dan 89 perkara perdata. Sedangkan sisa perkara pada tahun 2008

untuk kasus pidana adalah yang tertinggi yaitu sebanyak 31 kasus. Sedangkan untuk

kasus perkara perdata jumlah tertinggi terselesaikan terjadi pada tahun 2006, yaitu dari 52

kasus yang dilaporkan dapat diselesaikan sebanyak 33 kasus.

Tabel 2.1.3 Jumlah Perkara Pidana dan Perdata yang Masuk, Putusan dan Sisa

Di Provinsi Jambi, Tahun 2004-2008

Tahun Pidana Perdata Masuk Putus Sisa Masuk Putus Sisa

2004 88 78 10 34 33 2 2005 170 150 20 43 36 7 2006 217 200 17 85 52 33 2007 282 278 21 69 89 13 2008 274 264 31 62 63 12

Sumber : Pengadilan Tinggi Jambi, Tahun 2008

Secara umum Propinsi Jambi termasuk daerah yang relatif aman dan nyaman.

Gangguan keamanan yan terjadi berada dalam batas – batas yang dapat dikendalikan oleh

Page 26: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

17

aparat keamanan. Meskipun demikian, kriminalitas yang mengancam rasa aman, tenteram

dan damai cenderung meningkat, terutama dalam kurun waktu 2004-2008 di daerah Jambi.

Tabel 2.1.4 Perkara Pidana Umum ringan/pelanggaran se – Kejati Jambi yang diputus

dan dieksekusi dalam Tahun 2004 – 2008

Tahun

Jumlah yang diputus Jumlah Pelaksanaan putusan Huk.

badan Denda (Rp.)

Uang pengganti (Rp.)

Huk. badan

Denda (Rp.)

Uang Pengganti (Rp.)

2004 - 65.550,0 7000 - 65.550,0 7000 2005 - 120.845,5 9251 - 120 845,5 9251 2006 - 38.975,5 11 751 - 38 975,5 11 751 2007 - 149.877,5 14 852 - 149 877,5 14 852 2008 - 39.167 000 - - 39 167

000 -

Sumber : Kejaksaan tinggi Jambi

Sedangkan untuk tindak pidana khusus juga mengalami penurunan jika

dibandingkan pada tahun sebelumnya jika pada tahun 2007 jumlah pidana khusus yang

berasal dari polisi 16 dan berasal dari kejaksaan 27 maka pada tahun 2008 jumlah pidana

khusus yang berasal dari polisi berjumlah 13 dan yang berasal dari kejaksaan 23 kasus.

Tabel 2.1.5 Perkara Tindak Pidana Khusus yang diselesaikan

di Kejati Jambi tahun 2008

Tindak pidana Jumlah perkara Perkara yang telah

diselesaikan Asal polisi

Asal kejaksaan

Seleksi dan berkekuatan tetap SP3

Ekonomi 12 - 12 - Korupsi - 23 23 - HAM - - - - 2008 12 23 35 - 2007 16 27 43 - 2006 6 14 20 - 2005 12 24 5 - 2004 1 33 3 3

Sumber : Kejaksaan Tinggi Jambi

Informasi dari Tabel 2.1.6 menjelaskan bahwa jumlah kecelakaan di Provinsi Jambi

dalam kurun waktu 2004-2008 cenderung mengalami peningkatan terutama pada dua

tahun terakhir, bahwa jumlah kejadian kecelakaan pada tahun 2007 sebanyak 542

Page 27: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

18

meningkat menjadi 577 kejadian tahun 2008. Demikian juga kerugian material yang

diakibatkan oleh kecelakaan tersebut juga meningkat untuk periode yang sama.

Tabel 2.1.6

Jumlah kecelakaan meninggal, luka ringan, luka berat dan kerugian material pada tahun 2004 – 2008

Tahun kejadian

Luka ringan

Luka berat Meninggal

Kerugian material

(Rp.)

Kejadian kecelakaan

2008 325 326 434 1.934.935 577 2007 213 326 452 1.294.225 542 2006 209 315 445 710.223 152 2005 78 96 198 965.821 162 2004 76 72 157 762.451 153

Sumber : kantor Dit Lantas Polda Jambi

b. Indikator Outcomes Pelayanan Publik Analisis Relevansi

Secara umum tingkat pelananan publik di Provinsi Jambi menunjukkan

peningkatan, terutama untuk persentase kabupaten /kota yang memiliki PERDA pelayanan

satu atap, meningkat dari 1,90% pada tahun 2004 menjadi 19,40% pada tahun 2006 dan

terus meningkat menjadi 64,31% pada tahun 2008.

Tabel 2.1.7

Tingkat Pelayanaan Publik dan Demokrasi Di Provinsi Jambi tahun 2004 – 2008

Pelayanan Publik dan Demokrasi 2004 2005 2006 2007 2008 Pelayanan Publik % Jumlah kasus korupsi yang tertangani banding dilaporkan 92,6 83,64 92,34 94,17 93,75

% aparat yang berijazah minimal S1 25,9 26,3 26,93 27,6 28,99 % jumlah kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap 1,90 1,90 19,40 45,30 64,31

Demokrasi Gender Development Index (GDI) 58,60 59,60 56,4 57,33 54,63 Gender Empowerment Meassurement (GEM) 56,10 55,70 46,85 46,89 43,5

Page 28: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

19

Demikian juga terhadap jumlah aparat yang berijazah minimal S1 juga mengalami

peningkatan dati 25,9% pada tahun 2004 meningkat menjadi 26,93 % pada tahun 2006

dan menjadi 28,99% pada tahun 2008. Sedangkan jumlah kaus korupsi yang ditangani

dibandingkan dengan yang dilaporkan berada di atas 90% kecuali pada tahun 2005 yang

sebesar 83,6%. (lihat Tabel 2.1.7)

Grafik capaian indikator outcomes Provinsi Jambi dibandingkan dengan capaian

indikator outcomes nasional dapat di lihat pada Gambar 2.1.1 dan 2.1.2. Dari informasi

tabel tersebut terlihat bahwa capaian outcomes Provinsi Jambi untuk pelanan publik lebih

tinggi dari nasional terjadi pada tahun 2004-2008 lebih baik dibandingkan dengan capaian

outcomes nasional. Namun dilihat dari pertumbuhannya terdapat sedikit perbedaan hasil,

bahwa dilihat dari persentase pertumbuhan secara nasional lebih baik dari pertumbuhan

untuk provinsi Jambi tahun 2006 dan 2008, sedangkan pertumbuhan 2005 dan 2007 lebih

baik untuk Provinsi Jambi.

Gambar 2.1.1 Perbandingan Outcomes Pelayanan Publik

Provinsi Jambi dan Nasional,Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Analisis Efektivitas

Trend tingkat pelayanan publik pada tahun mulai tahun 2004 sampai 2007 untuk

provinsi Jambi cenderung menurun sejalan juga dengan penurunan kinerja nasional,

namun trend outcome terakhir kajian (2008) cenderung meningkat dan juga sejalan dengan

nasional. Sesuai dengan perkembangan posisi jabatan yang harus diisi oleh SDM yang

mempunyai kualifikasi/tingkat pendidikan tertentu, sehingga membutuhkan aparat bergelar

S1 persyaratan minimal tidak tertulis, yang dapat mengisi posisi di pemerintahan daerah.

Page 29: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

20

Selain itu, peraturan daerah pelayanan satu atap di tiap kabupaten/kota setiap tahunnya

meningkat, walaupun pelaksanaannya belum optimal.

Gambar 2.1.2 Perbandingan Trend Outcomes Pelayanan Publik Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

c. Indikator Outcomes Demokrasi

Analisis Relevansi Trend tingkat pelayanan publik dan demokrasi di Provinsi Jambi sejalan dengan

tren nasional. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah aparat setiap tahunnya yang

memiliki ijazah S1 dan peraturan daerah (perda) yang memuat pelayanan satu atap di tiap

kabupaten/kota. Semakin gencar tuntutan terhadap kualitas pelayanan publik maka

masing-masing SKPD (satuan kerja perangkat daerah) berusaha untuk mengumumkan

secara resmi langkah-langkah, persyaratan termasuk biaya yang timbul terhadap

pelayanan tersebut secara transparan. Namun demikian praktek-traktek transaksi tidak

resmi terutama dalam pengurusan perizinan (SITU dan SIUP) masih tetap terjadi sehingga

masih tetap tidak transparannya biaya yang harus dikeluarkan, dan waktu yang dibutuhkan

untuk pengurusan lebih lama. Bagi kabupaten/kota yang belum menerapkan pelayanan

satu atap, membutuhkan rangkaian birokrasi yang panjang, karena masing-masing SKPD

menetapkan waktu yang berbeda, dan tergantung pula berapa biaya lebih tak resmi yang

diminta untuk dipenuhi. Kalau tidak terpenuhi maka pelayanan akan menjadi lama dan

tidak mencerminkan peningkatan.

Page 30: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

21

Gambar 2.1.3

Perbandingan Outcomes Demokrasi Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Analisis Efektivitas

Sedangkan persentase tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan

legislatif dan Pilpres terjadi cukup stabil namun terjadi berapa sengketa calon pemilih. Hal

ini disebabkan antara lain banyak ketidakcocokan dalam data kependudukan terutama

untuk Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih Tetap.

Gambar 2.1.4

Perbandingan Trend Outcomes Demokrasi Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Page 31: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

22

2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol a. Perizinan

Capaian hasil yang spesifi dalam pelayanan pubil khususnya dalam mengurus SIUP

dan TDP (kasus untuk Kota Jambi mungkin juga sama dengan kasus di kabupaten). Liku-

liku yang harus ditempuh dalam pengurusan perizinan di Kota Jambi (khususnya sampai

sekarang) sangat tergantung pada siapa yang akan mengurusnya. Bagi penggurus izin

dapat melalu jalan pintas dengan menyediakan sejumlah uang pada instansi tertentu maka

pengurusan dapat dilakukan oleh instansi yang bersangkutan dengan baik.

Tetapi bagi kepengurusan perizinan yang memerlukan kelengkapan persyaratan

secara resmi misalnya untuk pengurusan perizinan perbankan, maka untuk mengurus

SIUP dan TDP memerlukan syarat-syarat (masing-masing dinas/instansi ada yang sama

dan ada yang berbeda) sebagai berikut : (1). Izin/advis kelurahan, (2). Akta Notaris

Perusahaan, (3). Izin dari Kelurahaan, (4). IMB, (5). Rekening Listrik, Air dan Telepon, (6).

Pas Photo pengurus, (7). KTP Pengurus (direksi), (8). Lunas PBB, (9). Izin/advis dari

Kecamatan, (10). NPWP, (11) Gambar/denah Bangunan, (12). Rekomendasi Damkar, (13).

Retribusi Kebersihan dan Pajak Reklame, (14). IPB, (15). SITU, (16). SIUP

Perusahan tidak untuk kepentingan umum, seperti izin ruko, swalayan, industri batu

bata, toko dan lainnya harus melalui 8 (delapan) meja birokrasi, urutannya birokrasi yang

harus dilewati sebagai berikut :

Tabel 2.1.8

Dinas/Instansi Terkait Dalam Pengurusan SITU, SIUP dan TDP di Kota Jambi

No. Dinas/Instansi Izin yang Dikeluarkan Syarat No. 1. Kantor Kelurahan Izin/advis Kelurahan 2, 3, 4, 5, 2. Kantor Pajak No. Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1, 2, 4, 6, dan 7 3. Kantor Camat Izin/advis Kecamatan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 4. Bapedalda Izin HO/UU Gangguan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 5. Dispenda Pajak Reklame dan Retrb.

Kebersihan 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 8

6. Dinas Tata Kota Surat Izin Tempat Usaha – SITU 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 13

7. Dinas Perindagkop

SIUP 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13 dan 14

8. Kantor Walikota Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, dan 16

Page 32: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

23

Sedangkan untuk perusahaan yang berhubungan dengan kepentingan umum,

seperti rumah sakit, bank, SPBU, Koperasi dan lainnya harus melalui 11 (sebelas) meja

birokrasi, urutan pengurusan yang harus dilewati seperti terlihat pada Tabel 2.1.9.

Belum lagi kalau gedung yang dipakai belum mempunyai IMB, maka perusahaan

yang bersangkutan harus mengurusnya terlebih dahulu, kalau tidak maka tahapan di atas

tidak dapat dilalui. Syarat-syarat untuk pengurusan IMB juga cukup banyak dan harus

mengalami liku-liku birokrasi yang berbelit pula. Ditambah wajib AMDAL bagi perusahaan

besar seperti Mall, Bank dan lainnya atau paling kurang harus mempunyai RPL (rencana

pengolahan limbah) yang akan berhadapan pula dengan instansi Bapedalda dan Tata Kota

kembali.

Mekanisme pengurusan ini hampir berlaku pada semua daerah kabupaten/kota di

Provinsi Jambi. Terlihat disini tidak ada koordinasi sama sekali antar dinas/instansi,

masing-masing membuat persyaratan tersendiri, dan bagi perusahaan yang ingin

mengurus izin-izin tersebut terpaksa dan harus melalui urutan meja birokrasi di atas.

Banyak perusahaan yang harus memenuhi syarat-syarat tumpang tindih dan dicopy

berkali-kali, tetapi diminta kembali dan kembali. Belum lagi masing-masing dinas/instansi

mengklaim bahwa izin melalui kantornya berkisar antara seminggu sampai sebulan.

Terlihat bahwa perusahan harus mengobankan berapa bulan yang harus dilewati oleh

perusahaan yang ingin mengurus izin sampai TDP, belum lagi kepala dinas/instansi yang

tidak berada di tempat yang tidak dapat diwakili oleh bawahannya, kadang kala

membutuhkan waktu yang lebih lama lagi, paling cepat mencapai waktu yang harus

dikorbankan sampai selesai TDP adalah 4 bulan.

Kesendatan birokrasi terjadi begitu saja karena pada SKPD yang sama

bergeraknya bahan kepengurusan harus dibawa sendiri oleh pemohon yang bersangkutan

kalau tidak maka bahan perusahaan akan mentok hanya sampai di meja yang

bersangkutan. Misal kalau bahan dari perusahaan yang sudah sampai pada bidang

kepengurusan IPB setelah perusahaan mengurus rekomendasi Damkar perusahaan harus

minta surat untuk membayar pajak reklame dan retribusi kebersihan pada Dispenda,

kemudian dibawa kembali ke Dinas Tata Kota, yang dialami seharusnya selesai IPB, dapat

langsung bergerak ke bidang pengurusan SITU dalam mekanisme kantor itu sendiri,

namun sempat lama tertahan karena yang ‘terpendap’ dibagian IPB. Perusahaan harus

mengambil sendiri bahannya kembali lalu diantar ke bagian SITU, disini terasa sekali

Page 33: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

24

betapa tidak efisiennya mekanisme kerja suatu instansi. Bagi pengusaha yang sebagai

pemohon merasa bosan dan lelah menghadapi hal yang demikian.

Tabel 2.1.9

Syarat Dibutuhkan Dalam Pengurusan SITU, SIUP dan TDP di Kota Jambi

No. Dinas/Instansi Izin yang Dikeluarkan Syarat No. 1. Kantor

Kelurahan Izin/advis Kelurahan 2, 3, 4, 5,

2. Kantor Pajak No. Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1, 2, 4, 6, dan 7 3. Kantor Camat Izin/advis Kecamatan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 4. Bapedalda Izin HO/UU Gangguan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 5. Dispenda Pajak Reklame dan Retrb.

Kebersihan 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 8

6. Dinas Tata Kota Surat mendapatkan rekomendasi Damkar

Tidak pakai syarat

7. Dinas Damkar Surat Rekomendasi Kebakaran 2, 3, 4, 8, 9, dan 11 8. Dinas Tata Kota Surat Izin Penggunaan

Bangunan (IPB) 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, dan 13

9. Dinas Tata Kota Surat Izin Tempat Usaha (SITU) 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 14

10. Dinas Perindagkop

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, dan 15

11. Kantor Walikota Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 15 dan 16

b. Peningkatan Peranan Pranata Demokrasi Konsolidasi demokrasi akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh

kelembagaan demokrasi yang kukuh. Sampai dengan saat ini dapat dikatakan bahwa

demokratisasi dalam kehidupan social politik telah berjalan pada jalur dan arah yang benar

ditunjukkan antara lain dengan terlaksananya pemilihan umum Presiden dan Wakil

Presiden tahun 2004 secara langsung, terbentuknya DPR, DPD dan DPRD hasil pemilihan

umum serta pemilihan kepala Daerah (Gubernur) secara langsung dan demokratis.

Realisasi kegiatan perwujudan kelembagaan demokratis di Provinsi Jambi,

ditunjukkan oleh Tabel 2.1.10. Jumlah Masyarakat yang berpartisipasi dalam Pemilu tahun

2004, adalah 1.853.888 orang. Tingkat partisipasi masyarakat dengan pesebaran

berdasarkan daerah adalah Kota Jambi 346,359 orang, Kabupaten Kerinci 213.320 orang,

Muaro Jambi 205.714 orang, Kabupaten Merangin 192.895 orang, Kabupaten Bungo

165.818 orang, Kabupaten tanjung Jabung Barat 164.895 orang, Kabupaten Tebo 155.709

Page 34: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

25

orang, Kabupaten Batang Hari 140.635 orang, Kabupaten Sarolangun 129.142 orang, dan

Kabupaten Tanjung jabung Timur 139.401 orang.

Tabel 2.1.10

Jumlah Masyarakat Yang Ikut Pemilu 2004

No Kabupaten/ Kota PPK PPS TPS Pendduk Pemilih

tetap Sementara Tambahan 1 Kerinci 11 278 1053 306.033 201.658 11.662 213.3202 Merangin 7 165 695 270.155 173.895 19.000 192.8953 Sarolangun 6 114 516 194.653 121.219 7.923 129.1424 Bungo 10 128 621 240.536 148.110 17.708 165.8185 Tebo 9 98 591 232.929 149.730 5.979 155.7096 Batanghari 8 109 549 210.690 131.302 9.333 140.6357 Muaro Jambi 7 130 691 285.011 186.378 19.336 205.7148 Tanjabbar 5 57 587 227.102 151.593 13.302 164.8959 Tanjabtim 6 63 543 201.344 133.217 6.184 139.40110 Kota Jambi 8 62 1237 452.611 313.710 32.649 346.359JUMLAH 77 1204 7083 2.621.064 1.710.812 143.076 1.853.888

Jumlah partai politik yang mengikuti Pemilihan Umum tahun 2004 adalah 24 partai

politik, yaitu PNI Marhaenisme, Partai Buruh demokrat, Partai Bulan Bintang, Partai

Merdeka, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Kebangsaan, Partai

Indonesia Baru, PNBK, Partai Demokrat, PKPI, PPDI, PPNUI, PAN, PKPB, PKB, PKS,

PBR, PDIP, PDS, Partai Golkar, Partai Patriat Pancasila, PSI, PPD, dan Partai Pelopor.

Tabel 2.1.11

Jumlah Masyarakat Yang Ikut Pada Pelaksanaan Pilkada

No Kabupaten/kota PPK PPS TPS LAKI - LAKI Wanita JUMLAH

1 KERINCI 11 278 972 106.536 112.094 218.6302 MERANGIN 9 170 726 93.720 89.209 182.9293 SAROLANGUN 8 114 513 64.655 63.555 128.2104 BATANGHARI 8 109 554 71.862 67.477 139.3395 MUAROJAMBI 7 130 728 104.346 95.236 199.5826 BUNGO 10 125 626 83.189 80.133 163.3227 TEBO 12 96 614 78.897 74.624 153.5218 TANJAB BARAT 5 61 606 82.804 75.388 158.1929 TANJAB TIMUR 11 89 556 68.649 63.468 132.11710 KOTA JAMBI 8 62 1.252 166.124 165.751 331.875 PROVINSI 89 1.234 7.147 920.782 886.935 1.807.717

Sumber: KPUD – Provinsi Jambi, 2009

Page 35: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

26

Dari ke-24 partai politik yang mengikuti Pemilu 2004 tersebut, hanya 10 partai politik

yang mendapatkan kursi di DPRD Provinsi Jambi, yaitu PNI Marhaenisme 1 kursi, PPP 4

kursi, Partai demokrat 2 kursi, PAN 8 kursi, PKPB 4 kursi, PKB 4 kursi, PKS 3 kursi, PBR 2

kursi, PDIP 6 kursi, dan Partai Golkar 11 kursi.

Adapun tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada)

Gubernur Jambi berjumlah 1.268.091 orang. Dari jumlah suara yang diberikan masyarakat

ini tercatat 1.244.237 suara yang sah dan 23.854 suara dinyatakan tidak sah. Dalam

pelaksanaan Pilkada di provinsi Jambi terlihat pula bahwa jumlah pemilih laki-laki lebih

banyak dibandingkan dengan pemilih wanita, jumlah pemilih laki-laki sebanyak 920.782

dan sedangkan jumlah pemilih wanita dalam Pilkada yang sama sebanyak 886.935.

2.1.3 Rekomendasi Kebijakan 1. Penyusunan, evaluasi dan sosialisasi pelayanan publik di daerah perlu melibatkan

berbagai komponen masyarakat tidak hanya dilakukan jajaran pemerintahan daerah

saja.

2. Secara umum, upaya peningkatan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan

kriminalitas belum menunjukkan hasil yang menggembirakan di propinsi Jambi.

Langkah – langkah perbaikan sangat diperlukan dimasa yang akan datang walaupun

intensitas gangguan keamanan, ketertiban dan tindak criminal masih relative rendah.

3. Langkah – langkah yang diperlukan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

mewujudkan keamanan dan ketertiban, meningkatkan disiplin aparat penegak hukum,

meningkatkan intensitas dan kualitas penerangan mengenai dampak buruk narkoba,

meningkatkan penyediaan rambu – rambu lalu lintas, dan mendorong koordinasi yang

semakin intensif diantara stakeholder.

Page 36: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

27

Sub Bab 2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

2.2.1. Capaian Indikator

a. Kondisi Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi sekaligus pewarisan nilai-nilai dari suatu

generasi kegenerasi lainnya. Dalam prespektif ekonomi pendidikan terbukti dapat memacu

pertumbuhan suatu negara. Peningkatan kualitas pendidikan akan meningkatkan

produktivitas yang nentinya akan meningkatkan pendapatan, sehingga pada giliran nya

akan menurunkan angka kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat. Mengingat peran

penting dan strategisnya pendidikan maka salah satu prioritas Pembangunan Nasional

adalah peningkatan akses dan pemerataan layanan pendidikan. Selain itu pemerintah

memperbaiki mutu dan relevansi pendidikan agar kompetensi lulusan dapat ditingkatkan

sesuai dengan kebutuhan pembangunan serta manajemen layanan pendidikan yang

transfaran bertanggung jawab dan akuntabel.

Sebagai bagian dari urusan wajib dari pemerintah daerah, maka sasaran pembangunan

pendidikan terkait dengan permasalahan yang dikelompokkan menjadi 1) kemampuan

aksesibilitas masyarakat terhadap pendidikan, 2) ketersediaan dan kemampuan tenaga

pendidik dan 3) aspek mutu pendidikan.

Secara lebih rinci kemampuan aksesibilitas masyarakat terhadap pendidikan dapat

terlihat pada tingkat proporsi anak yang terlayani pada pendidikan anak usia dini, Angka

Partisipasi Sekolah : (a) usia 7-12 tahun, (b) usia 13-15 tahun, dan (c) usia 16-18, proses

belajar mengajar dan sarana dan prasarana pendidikan, pemerataan kesempatan

memperoleh pendidikan terutama bagi anak kurang mampu, kesetaraan pendidikan antar

kelompok, terutama antara perkotaan dan pedesaan, angka buta aksara penduduk usia 10

tahun ke atas daya tampung lembaga kependidikan dari semua jenjang dan jenis

kependidikan.

Aspek lain yang juga mempengaruhi pembangunan pendidikan adalah

ketersediaan dan kemampuan tenaga pendidik yang meliputi tersedianya guru yang

memenuhi persyaratan layak mengajar. Sementara itu aspek mutu pendidikan menjadi

Page 37: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

28

tantangan tersendiri dengan indikator sekolah dengan program unggul sebagai basis

keterampilan para siswa untuk memasuki dunia kerja dan kualitas lembaga pendidikan

dasar dan menengah baik formal maupun non formal.

1) Angka Partisipasi Kasar Berdasarkan informasi dari Tabel 2.2.1 memperlihatkan bahwa Angka Partisipasi

Kasar (APK) di Provinsi Jambi secara umum menunjukkan perbaikan selama kurun waktu

2004-2008 untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Sekolah Menengah (SM). Ada tingkat SD, capaian APK Provinsi Jambi dalam kurun waktu

yang sama lebih tinggi dari tingkat APK Nasional, namun pada tingkat SMP APK Provinsi

Jambi mulai dari tahun 2006 s.d. 2008 lebih rendah dari APK tingkat SMP Nasional, dan

namun pada tingkat SM, APK Provinsi Jambi kurun sama lebih rendah dari APK Nasional.

Dari data Tabel 2.2.1 terlihat terjadinya penurunan kinerja pendidikan Provinsi

Jambi ditinjau dari angka partisipasi kasar menunjukkan bahwa kemampuan masyarakat

Jambi untuk melanjutkan sekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi selepas dari SD,

ternyata lebih rendah dari tingkat rata-rata nasional. Hal disebabkan oleh rata-rata

pendapatan per kapita masyarakat Jambi masih rendah sehingga sebagian dari anak-anak

mereka sudah dibawah untuk ikut bekerja paling kurang membantu keuangan keluarga.

Tabel 2.2.1

Perbandingan APK Provinsi Jambi dan Nasional Menurut Tingkatan Sekolah, Tahun 2004-2008

Tingkatan Sekolah Wilayah 2004 2005 2006 2007 2008

SD Jambi 109,29 107,27 113,35 112,01 110,51 Indonesia 107,13 104,91 109,96 110,35 109,37

SMP Jambi 85,04 84,60 81,47 79,94 77,76 Indonesia 82,24 80,52 81,87 82,03 81,08

SM Jambi 54,04 48,18 51,51 56,88 57,41 Indonesia 54,38 52,62 56,69 56,71 57,51

Sumber: Statistik Indonesia, 2004-2008

2) Rata-rata Nilai Akhir Rata-rata nilai akhir baik untuk tingkat SMP/MTs maupun tingkat SMA/SMK/MA

capaian provinsi Jambi lebih baik dibandingkan dengan capaian nasional kecuali untuk

tahun 2004. Jika rata-rata nilai akhir provinsi Jambi tahun 2004 adalah 4,21 untuk tingkat

Page 38: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

29

SMP/MTs dan 4,49 untuk tingkat SMA/SMK/MA, lebih rendah dari tingkat nasional sebesar

4,80 untuk tingkat SMP/MTs dan 4,47 untuk tingkat SMA/SMK/MA. Namun mulai dari tahun

2005 sampai 2008 rata-rata nilai akhir untuk kedua tingkatan sekolah lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata nilai akhir tingkat nasional. (lihat pada Tabel 2.2.2).

Tabel 2.2.2 Perbandingan Rata-rata Nilai Akhir

Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Tahun Rata-rata Nilai Akhir

SMP/MTs SMA/SMK/MA Jambi Nasional Jambi Nasional

2004 4,21 4,80 4,49 4,77 2005 4,73 5,42 5,99 5,77 2006 5,26 5,42 6,22 5,94 2007 5,63 5,42 6,10 6,28 2008 6,30 6,05 6,13 6,35

Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008

Ditinjau dari tingkat pertumbuhan, terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan nilai rata-

rata SMP/MTs provinsi Jambi lebih tinggi dari rata-rata nasional (terlihat dalam Gambar

2.2.1). Informasi ini juga mperlihatkan kecenderungan menurun sampai dengan tahun 2007

dan meningkat kembali pada tahun 2008. Meningkatnya pertumbuhan nilai-rata-rata ini

lebih banyak disebabkan oleh semakin waspada dan membaiknya sistem belajar mengejar

yang ada di provinsi Jambi.

Gambar 2.2.1 Perbandingan Pertumbuhan Nilai Rata-rata SMP/MTs

Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: - Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008 (data diolah) - Bappenas, 2008

Page 39: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

30

Disamping itu, semakin membaiknya nilai rata-rata tersebut disebabkan semakin

banyaknya volume pendidikan tambahan di luar jam sekolah dan semakin membaiknya

kesadaran orang tua murid akan pentingnya memotivasi anak-anak mereka untuk

meningkatkan kegiatan belajar ekstra di luar sekolah. Ketakutan dan kecemasan guru,

orang tua murid dan murid sendiri dengan nilai kelulusan secara nasional terus meningkat

menyebabkan mereka terpacu untuk belajar lebih baik dan semakin banyak pula jam ekstra

yang dilimpahkan sekolah terutama terhadap murid/siswa kelas akhir. Nilai rata-rata SMA/SMK/MA di provinsi Jambi terjadi fluktuasi bahwa nilai rata-rata

tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan nilai rata-raa sebesar 6,22 lebih tinggi dari tingkat

nasional. Namun setelah itu nilai rata-rata provinsi Jambi lebih rendah dibandingkan

dengan capaian nasional. Tingginya nilai rata-rata ini lebih banyak disebabkan oleh

longgarnya pengawasan sewaktu ujian walaupun pengawas ujiannya tidak boleh berasal

dari sekolah yang sama. Sejak tahun 2007, pengawasan terhadap ujian akhir terutama

ujian nasional diperketat, sehingga rata-rata nilai akhir lebih rendah dari sebelumnyan (lihat

Gambar 2.2.2).

Gambar 2.2.2

Perbandingan Nilai Rata-rata SMA/SMK/MA Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: - Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008 (data diolah)

- Bappenas, 2008

Dilihat dari tingkat pertumbuhan rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA, capaian provinsi

Jambi lebih tinggi pada tahun 2005 dan 2006, sedangkan pada tahun 2006 ke 2007 dan

2007 ke 2008 capaian provinsi Jambi lebih rendah dibandingkan dengan nasional (lihat

Page 40: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

31

Gambar 2.2.3). Tingkat pertumbuhan nilai rata-rata provinsi Jambi untuk tahun 2007 ke

2008 menunjukkan kecenderungan meningkat sedangkan ditingkat nasional menunjukkan

kecenderungan menurun.

Gambar 2.2.3 Perbandingan Pertumbuhan Nilai Rata-rata SMA/SMK/MA

Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: - Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008 (data diolah)

- Bappenas, 2008

3) Angka Putus Sekolah Angka putus sekolah di provinsi Jambi menunjukkan penurunan yang cukup

signifikan untuk keseluruhan jenjang pendidikan. Angka putus sekolah SD/MI di provinsi

Jambi yang cukup tinggi yang cenderung disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga. Data

menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi yang cukup tajam, jumlah putus sekolah tertinggi

terjadi pada tahun 2006, kemudian tahun 2004. Sedangkan untuk tahun 2007 sampai

2008, APS lebih rendah dibandingkan dengan kinerja tingkat nasional. (lihat Gambar

2.2.4).

Angka putus sekolah tingkat SMP/MTs di provinsi Jambi lebih rendah dibandingkan

dengan kinerja tingkat nasional, kecuali pada tahun 2006. Tingginya angka putus sekolah

tingkat SMP/MTs pada tahun tersebut lebih besar disebabkan oleh kondisi ekonomi Jambi

pada saat itu, seperti tingginya tingkat PHK besar-besaran industri perkayuan akibat dari

ketatnya pemberantasan illegal loging dan dengan sangat terpaksa industri perkayuan di

provinsi Jambi harus menutup usahanya maupun yang dinyatakan pailit oleh pengadilan.

Page 41: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

32

Gambar 2.2.4 Perbandingan Angka Putus Sekolah SD/MI

Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: - Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008 (data diolah)

- Bappenas, 2008

Disamping itu harga komoditas utama provinsi Jambi (karet dan sawit) meningkat

tajam baik dipasar internasional dan nasional berpengaruh pula terhadap harga-harga di

daerah ini. Pada saat tersebut banyak sekali pekerjaan alternatif yang menghasilkan uang

bagi masyarakat, sehingga banyak orang tua murid yang menarik anaknya untuk bekerja di

sektor ini. Tingkat pertumbuhan APS SMP/MTs provinsi Jambi pada Gambar 2.2.5

menunjukan informasi yang sama dan sejalan dengan informasi sebelumnya.

Gambar 2.2.5 Perbandingan Angka Putus Sekolah SMP/MTs Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: - Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2008 (data diolah) - Bappenas, 2008

Page 42: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

33

Angka putus sekolah tingkat SMA/SMK/MA di provinsi Jambi untuk kurun waktu

2004-2008 secara umum lebih tinggi dari tingkat nasional kecuali untuk tahun 2005.

Tingginya tingkat putus sekolah ini sebagian besar disebabkan oleh kemampuan ekonomi

masyarakat daerah ini lebih rendah sehingga menyebabkan banyaknya tingkat putus

sekolah pada tingkat yang lebih tinggi.

Gambar 2.2.6

Perbandingan Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Indikator Outcome Pendidikan a. Angka Partisipasi Kasar Analisis Relevansi

Informasi pada Gambar 2.2.7 juga memperlihatkan bahwa outcome APK Provinsi

Jambi menunjukkan bahwa capaian tahun 2004 dan 2005 lebih tinggi dibandingkan dengan

nasional, namun sejak tahun 2006 menunjukkan kinerja yang lebih rendah dibandingkan

dengan tingkat nasional. Jika dibanding dengan outcome APK nasional, maka APK

Provinsi Jambi pada umumnya sejalan dengan APK nasional. APK tertinggi di tingkat

nasional maupun di provinsi Jambi terjadi pada tahun 2005, kemudian menurun sedikit

pada tahun 2006, dan untuk kondisi outcomes tahun 2007 dan 2008 menunjukkan

pendingkatan.

Page 43: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

34

Gambar 2.2.7 Perbandingan Outcomes APK Provinsi Jambi dan Nasional

Keseluruhan Tingkatan Sekolah, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Analisis Efektivitas Namun apabila ditinjau dari trend outcome APK seperti yang ditunjuukan oleh

Gambar 2.2.8 bahwa trend outcome APK Provinsi Jambi sejalan dengan trend APK

nasional. Hanya posisi trend tahun 2007 yang memperlihatkan bahwa APK Provinsi Jambi

lebih baik dari nasional, namun pada tahun 2008 trend provinsi Jambi kembali lebih rendah

dari nasional, tetapi sama-sama menunjukkan kinerja yang positif dibandingkan dengan

tahun sebelumnya.

Gambar 2.2.8 Perbandingan Trend Outcomes APK

Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Page 44: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

35

b. Angka Partisipasi Murni

Analisis Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan provinsi Jambi selama kurun waktu

2004-2008 lebih baik dari APM nasional hanya terjadi pada tahun 2005, sesudah itu selalu

lebih rendah dibandingkan dengan capaian nasional. APM tertinggi provinsi Jambi terjadi

pada tahun 2005. (lihat Tabel 2.2.9).

Gambar 2.2.9 Perbandingan Outcomes APM Provinsi Jambi dan Nasional

Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Analisis Efektifitas Namun dilihat dari trend outcomes, terlihat searah dengan kecenderungan nasional.

Posisi trend provinsi Jambi lebih baik dari nasional terjadi pada tahun 2007, kemudian

kecendrungannya menurun kembali pada tahun 2008. Trend outcome APM provinsi Jambi

dan APM Nasional menunjukkan arah yang sama. Jika trend provinsi dari tahun 2005 ke

tahun 2006 menunjukkan penurunan demikian juga yang terjadi pada capaian kinerja APM

nasional. Hanya saja untuk periode tahun berikutnya dari 2006 ke 2007 posisi jambi lebih

tinggi sedikit dibandingkan dengan nasional, namun dan dari 2007 ke 2008 menunjukkan

arah yang sama dengan tingkat yang hampir berimbang dan sama-sama menunjukkan

trend positif.

Page 45: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

36

Gambar 2.2.10 Perbandingan Trend Outcomes APM

Provinsi Jambi dan Nasional,Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

c. Indikator Pendidikan Secara Keseluruhan

Analisis Relevanasi Secara keseluruhan indikator pendidikan provinsi Jambi menunjukkan terjadinya

ketidakstabilan dalam capaian outcomes selama kurun waku 2004-2008. Jika pada tahun

2004 indikator pendidikan menunjukkan bahwa capaian provinsi Jambi lebih rendah dari

nasional kemudian membaik untuk tahun 2007 dan 2008. (lihat Gambar 2.2.11).

Gambar 2.2.11 Perbandingan Trend Negatif Outcomes Status Indikator Pendidikan

Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Page 46: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

37

Ketidakstabilan ini disebabkan beberapa hal:

1) Bahwa sebagian besar penduduk Jambi yang hidup dari sektor pertanian sangat

tergantung pada harga komoditas utama daerah, seperti karet, kelapa sawit, kelapa,

Casiavera, kopi dan lain-lainnya.

2) Rata-rata pendapatan sebagian besar masyarakat Jambi berada sedikit di atas garis

kemiskinan, sehingga apabila terjadi gejolak harga produk utama (terutama menjadi

turun) menyebabkan sebagian mereka akan jatuh dibawah garis kemiskinan, dan akan

sangat berpengaruh pada kelanjutan pendidikan anak-anak.

3) Indeks biaya hidup yang cenderung meningkat dan jarang untuk turun sehingga

ketergantungan masyarakat pada harga komoditas yang baik akan berpengaruh pada

keberlanjutan sekolah.

Analisis Efektivitas Jika dilihat dari arah trend outcome provinsi Jambi menunjukkan fluktuasi yang

sangat tinggi dibandingkan dengan tingkat nasional, atau terlihat bahwa indikator

pendidikan Jambi menunjukkan ketidakstabilan.

Gambar 2.2.12 Perbandingan Trend Outcomes Status Indikator

Pendidikan Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Trend outcome pendidikan provinsi Jambi pada tahun 2005 lebih tinggi

dibandingkan dengan nasional, namun pada tahun 2006 menurun tajam dan lebih

rendahdibandingkan dangan nasional. Pada tahun 2007 kembali trend outcome pendidikan

lebih baik dari nasional dan baru pada tahun 2008 mendekati persamaan dengan kondisi

Page 47: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

38

capaian nasional. Tidak stabilnya kondisi pendidikan di provinsi Jambi seperti diuraikan di

atas sangat banyak kaitannya dengan kondisi perekonomian masyarakat. Bahwa sebagian

besar masyarakat Jambi tergantung pada perkembangan harga produk-produk pertanian

dan kondisi tingkat kemiskinan. Bila harga produk pertanian meningkat maka angka putus

sekolah menjadi lebih kecil demikian sebaliknnya. Sebagian masyarakat berada sedikit di

atas garis kemiskinan, turunnya harga produk pertanian dan terjadi kenaikan indeks biaya

hidup menyebabkan mereka jatuh pada kelompok masyarakat klasifikasi penduduk miskin.

2. Indikator Outcome Kesehatan Program pembangunan kesehatan yang selama ini dilaksanakan telah berhasil

dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun

masih dijumpai beberapa masalah dan hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan

pembangunan kesehatan. Derajat kesehatan yang optimal dapat dilihat dari unsur kualitas

hidup serta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya yaitu morbiditas dan status gizi.

a. Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi di provinsi Jambi menunjukkan perbaikan sampai tahun 2006

yaitu 0,30% atau 162 bayi mati dari total jumlah bayi lahi (54.794), namun persentase ini

meningkat menjadi 0,32% pada tahun 2007 dan 0,33% pada tahun 2008.

Tabel 2.2.3

Jumlah Kelahiran Dan Kematian Bayi Dan Balita Di Provinsi Jambi, Periode 2004-2008

Tahun Jumlah Jumlah

Bayi Mati

Angka Kematian Bayi (%) Lahir Hidup Lahir Mati Jumlah

2008 55430 297 55727 182 0,33 2007 54289 302 54591 174 0,32 2006 54480 314 54794 162 0,30 2005 62447 311 62758 268 0,43 2004 57614 269 57883 208 0,36

Sumber: Subdin PMPK Tahun 2008

b. Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu atau AKI adalah mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu

selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi,

Page 48: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

39

keadaan kesehatan kurang baik menjelang kehamilan. Kejadian berbagai komplikasi pada

kehamilan dan kelahiran. Tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan.

Pada tahun 2004 angka kematian ibu Provinsi Jambi adalah 40 orang per 100.000

kelahiran hidup, meningkat menjadi 70 orang per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2005, dan angka ini terus menurun menjadi 60 orang per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2007 dan pada tahun 2008.

Tabel 2.2.4 Jumlah Kematian Ibu Maternal Provinsi Jambi

Periode 2004-2008

Tahun Jumlah

Ibu Hamil

Jumlah Kematian Ibu Maternal % Kematin

Ibu Kematian Ibu Hamil

Kamatian Ibu Bersalin

Kamatian Ibu Infas Jumlah

2008 73675 10 42 8 60 0,08 2007 73452 9 43 8 60 0,08 2006 73274 9 48 7 64 0,09 2005 71022 16 45 9 70 0,10 2004 69194 9 24 7 40 0,06

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Tahun 2008

c. Status Gizi

Sasaran kegiatan peningkatan nilai gizi Provinsi Jambi adalah bayi, balita, ibu hamil

serta Wanita Usia Subur Masalah Gizi di Provinsi Jambi pada anak dikaji menurut berbagai

survei atau pemantauan lainnya

Tabel 2.2.5 Status Gizi Provinsi Jambi

Tahun 2004-2008

No STATUS GIZI TAHUN

2004 2005 2006 2007 2008 1 2 3 4

Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk

3,3 79,2 14,3 3,2

2,0 87,4 8,2 2,3

2,5 85,6 9,8 2,1

3,0 84,5

10,45 2,05

3,1 85,1 9,9 1,9

Sumber : Hasil PSG Provinsi Jambi tahun 2008 (Seksi Gizi). Di Provinsi Jambi Angka status Gizi Buruk mengalami penurunan sebesar 0,15%

dimana pada tahun 2008 menunjukkan angka 1,9 sedangkan tahun 2007 menunjukkan

angka 2,05. Pada tahun 2006 menunjukkan pada angka 2,1. Untuk mengetahui bagaimana

gambaran status gizi di Provinsi Jambi dapat dilihat pada tabel 2.2.5.

Page 49: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

40

d. Pelayanan Pras Usila dan Usila Jumlah pelayanan kesehatan untuk kelompok pra usila dan usila di provinsi Jambi

meningkat sampai dengan tahun 2007 yaitu sebesar 78,45%, kemudian menurun pada

tahun 2008 menjadi 66,33%.

Tabel 2.2.6 Pra Usila dan Usila Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Menurut Kab/Kota Dalam Provinsi Jambi Tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Penduduk

Pra Usila Dan Usila Jumlah Dilayani Kes %

2008 2 788 269 179.756 119.229 66,33 2007 2 742 196 157.345 123.434 78,45 2006 2.683.099 162.880 124.185 76,24 2005 2.657.300 530.921 38.563 7,26 2004 2.619.553 396.622 9.092 2,29

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Tahun 2008

e. Peserta KB Aktif Peserta KB aktif Provinsi Jambi tiap tahun mengalami penurunan dimana pada

tahun 2008 sebanyak 376.119 orang dari 461.688 pasangan usia subur (81,47%),

sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 356.433 orang dari 458.566 pasangan usia subur

(77,73). (lihat Tabel 2.2.7)

Tabel 2.2.7 Jumlah Peserta KB Aktif Provinsi Jambi

Tahun 2004-2008

Kabupaten/ Kota

Jumlah Pus

Peserta KB Baru Peserta KB Aktif Jumlah % Jumlah %

2008 461.688 61.153 13,25 376.119 81,47 2007 458.566 52.313 11,41 356.433 77,73 2006 449.688 59.698 13,28 337.533 75,06 2005 518.038 65.184 12,58 368.662 71,17 2004 497.195 64.457 12,96 396.435 79,73

Sumber: Subdin PPTK Dinas Kesehatan Prov. Jambi, 2008

Analisis Relevansi Secara keseluruhan indikator outcomes kesehatan provinsi Jambi dibandingkan

dengan capaian nasional dapat dilihat pada Gambar 2.2.13. Outcome kesehatan provinsi

Page 50: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

41

Jambi umumnya lebih baik dibandingkan dengan capaian nasional kecuali untuk tahun

2004. Besaran outcome tingkat provinsi bertumbuh relevan dengan outcome nasional

walaupun capaian provinsi Jambi jauh lebih besar dibandingkan dengan capaian nasional.

Capaian outcome provinsi yang demikian disebabkan oleh antara lain semakin

menjamurnya sekolah-sekolah kesehatan seperti Akademi Kebidanan, Akademi

Keperawatan, Akademi Gizi, Akademi Farmasi dan Akademi Perawatan Gigi dan lain-lain

menyebabkan penyebarannya cukup merata terutama untuk ibukota-ibukota

kabupaten/kota, dan tidak untuk daerah kecamatan dan desa yang distribusinya sangat

tidak merata.

Gambar 2.2.13 Perbandingan Outcomes Indikator Kesehatan

Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data Diolah

Dari hasil pengamatan dan informasi yang tersedia dari berbagai pihak bahwa

adanya kecenderungan tenaga kesehatan untuk memilih tempat pekerjaan di kota-kota

kecuali untuk lulusan kebidanan. Lulusan sekolah kesehatan lainnya lebih banyak bekerja

di perkotaan, hal ini mungkin disebabkan bahwa peluang untuk diperkotaan lebih besar

dibandingkan dengan di daerah perdesaan.

Analisis Efektivitas

Kalau dilihat dari trend outcomes, terlihat searah dengan kecenderungan nasional.

Pososi trend outcome tingkat provinsi Jambi tentang kesehatan pada tahun 2004 jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan capaian tingkat nasional. Posisi trend provinsi Jambi lebih baik

Page 51: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

42

dari nasional terjadi pada tahun 2007, kemudian kecendrungannya menurun kembali pada

tahun 2008.

Gambar 2.2.14

Perbandingan Trend Outcomes Indikator Kesehatan Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data Diolah

2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

Salah satu indikator spesifik yang menonjol di provinsi Jambi adalah persentase

jumlah penduduk buta huruf menurut kelompok umur, bahwa secara keseluruhan indikator

ini menunjukkan capaian provinsi Jambi lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata

Indonesia. Data dari informasi Gambar 2.2.15. untuk kelompok umur 15 tahun ke atas

menunjukkan angka provinsi lebih rendah dari Indonesia. Sejak tahun 2005 sampai dengan

tahun 2008, persentase buta huruf provinsi Jambi untuk kelompok ini menurun secara

gradual. Jika pada tahun 2005 tercatat sebagai 5,46% penduduk Jambi buta huruf, dan

terus terun menjadi 5,17% tahun 2007 dan terus menjadi 4,69% pada tahun 2008. Jika

dibandingkan dengan angka Indonesia menurut kurun waktu yang sama, yaitu 9,09%

(2005), 8,13% (2007), dan 7,81% (2008). Penurunan jumlah persentase buta huruf

kelompok umur 15+ di provinsi Jambi menunjukkan bahwa telah terjadi keberhasilan

pemerintah daerah mengentaskan buta aksara secara berhasil.

Page 52: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

43

Gambar 2.2.15 Persentase Penduduk Buta Huruf Kelompok Umur 15+ Tahun

Provinsi Jambi dan Indonesia, Tahun 2004-2008

Berdasarkan dari Gambar 2.2.16, bahwa persentase penduduk buta huruf menurut

kelompok umur 15-45 tahun provinsi Jambi menunjukkan capaian indikator yang lebih baik

juga dibandingkan dengan nasional. Sama halnya dengan kelompok umur 15+, untuk

kelompok umur 15-45 provinsi Jambi sejak tahun 2005 sampai 2008 juga lebih rendah

dibandingkan dengan nasional, juga menunjukkan indikasi penurunan secara terus

menerus, dan sampai dengan tahun 2008 hanya tinggal 1,11% sedangkan untuk Indonesia

sebesar 1,94%.

Gambar 2.2.16 Persentase Penduduk Buta Huruf Kelompok Umur 15-45 Tahun

Provinsi Jambi dan Indonesia, Tahun 2004-2008

Page 53: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

44

Berdasarkan dari Gambar 2.2.17, terlihat bahwa persentase penduduk buta huruf

menurut kelompok umur 45 ke atas di provinsi Jambi juga menunjukkan capaian indikator

yang lebih baik juga dibandingkan dengan nasional. Sama halnya dengan kelompok umur

15+, dan 15-45, persentase penduduk Jambi yang buta huruf umur 45 tahun ke atas

menunjukkan capaian yang lebih kecil dibandingkan dengan tingkat nasional. Namun

terdapat kecenderungan yang sama setiap tahunnya, dan terjadi sedikit peningkatan

persentase untuk tahun 2008 bagi kinerja provinsi Jambi mencapai 14,01%, juga hal yang

sama untuk kinerja di tingkat nasional sebesar 19,62%.

Gambar 2.2.17 Persentase Penduduk Buta Huruf Kelompok Umur 45+ Tahun

Provinsi Jambi dan Indonesia, Tahun 2004-2008

2.2.3. Rekomendasi Kebijakan

a. Rekomendasi Pendidikan 1. Penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang berkualitas

dan merata melalui penyediaan dan pengadaan buku BOS, beasiswa bagi siswa miskin, peningkatan daya tampung dan pembangunan prasarana pendukung di SD/MI/SDLB dan SMP/MTS.

2. Pimpinan proyek BOS seharusnya tidak dibebankan kepada kepala sekolah, karena terlihat lebih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya.

Page 54: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

45

3. Pembangunan fasilitas pelayanan pendidikan dasar, menengah dan Perguruan Tinggi. 4. Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan melalui program Paket A, Paket B, Paket C

b. Rekomendasi Kesehatan 1. Pembangunan kesehatan diutamakan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga

kesehatan terutama untuk daerah perdesaan dan terpencil.

2. Distribusi tenaga kesehatan pendayagunaan tenaga harus didistribusi secara merata.

3. Pengembangan karis tenaga kesehatan sangat perlu dikembangkan, baik untuk

tenaga sektor publik maupun tenaga sektor swasta.

4. Pendayagunaan tenaga kesehatan secara profesional

5. Penurunan biaya pengobatan baik untuk pembayaran terhadap tenaga kesehatan

maupun penurunan terhadap harga obat-obatan.

Page 55: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

46

Sub Bab 2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI

2.3.I. Capaian Indikator

a. Perkembangan Sektoral Perekonomian provinsi Jambi dari tahun 2004-2008 (harga konstan tahun 2000)

berkembang dengan tingkat perutumbuhan rata-rata di atas 5,5% per tahun. PDRB provinsi

Jambi didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi 30,48% pada tahun 2004 dan

kontribusi tahun 2008 sebesar 30,63% (lihat Tabel 2.3.1 dan Tabel 2.3.2). Kemudian diikuti

oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan kontribusi sebesar 16,69% pada

tahun 2008 dengan kontribusi yang konstan sejak tahun 2004. Sektor Industri menempati

posisi ke tiga dengan kontribusi sebesar 13,51%, dan kontribusi sektoral terkecil adalah

Sektor Listrik, Gas dan Air Minum dengan besaran di bawah 1,00% selama kurun waktu

2004-2008.

Tabel 2.3.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi Menurut Harga Konstan Tahun 2000

Periode Tahun 2004-2008 (juta rupiah)

SEKTOR 2004 2005 2006 2007 2008

1.Pertanian 3.643.691 3.811.541 4.243.612 4.437.448 4.686.096 2.Pertambangan dan penggalian 1.572.121 1.588.493 1.472.753 1.614.207 1.851.478 TOTAL SEKTOR PRIMER 5.215.812 5.400.034 5.716.365 6.051.655 6.537.574 3.Industri pengolahan 1.702.804 1.769.221 1.847.833 1.948.460 2.066.344 4.Listrik, gas dan air bersih 93.080 97.824 105.047 109.744 117.685 5.Konstruksi 444.302 535.289 570.984 654.223 721.482 6.Perdagangan, hotel & restoran 1.971.470 2.149.765 2.319.674 2.464.612 2.552.456

TOTAL SEKTOR SEKUNDER 4.211.657 4.552.099 4.843.538 5.177.040 5.457.969 7.Pengangkutan dan komunikasi 953.897 1.021.599 1.082.251 1.159.480 1.204.977 8.Keuangan, persewaan & js persh. 446.226 483.787 511.718 609.271 754.771 9.Jasa-jasa 1.126.294 1.162.454 1.209.748 1.277.716 1.341.436

TOTAL SEKTOR TERSIER 2.526.417 2.667.839 2.803.717 3.046.466 3.301.184

Produk Domestik Regional Bruto 11.953.885 12.619.972 13.363.621 14.275.161 15.296.727 PDRB Tanpa Migas 10.411.851 11.062.278 11.985.807 12.775.067 13.715.412 Jumlah Migas dan Hasil-Hasilnya 1.542.034 1.557.694 1.377.814 1.500.094 1.581.314

Sumber : Badan Pusat Statistik Menggunakan tahun dasar 2000=100

Page 56: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

47

Kalau dilihat dari kontribusi pengelompokan sektor, maka perekonomian provinsi

Jambi didominasi oleh Sektor Primer dengan kontribusi tahun 2004 sebesar 43,63%

kemudian turun stabil pada kisaran 42,20% mulai dari tahun 2005 sampai tahun 2008.

Kontribusi Sektor Sekunder menempai urutan kedua untuk kontribusi terhadap PDRB

dengan kontribusi tahun 2004 sebesar 35,23%, kemudian naik sampai tahun 2007 sebesar

37,27%, namun kontribusi menurun menjadi 35,68% pada tahun 2008. Kontribusi Sektor

Tersier dari tahun 2004-2008 berkisar 21,00% dengan kontribusi tertinggi terjadi pada

tahun 2008 sebesar 21,58%.

Berdasarkan data dari tabel yang sama terlihat pula bahwa PDRB tanpa migas

merupakan pembentuk utama perekonomian provinsi Jambi. Menurut data dari tabel yang

sama terlihat bahwa produk di luar migas menyumbang 87,10% dari PDRB untuk tahun

2004, kemudian meningkat menjadi 89,69% pada tahun 2006 dan kemudian menyumbang

sekitar 89,66% pada tahun 2008. Kontribusi sektor migas menunjukkan trend penurunan

seperti yang diinformasikan dari tabel yang sama. Jika pada tahun 2004 kontribusi migas

sebesar 12,90% turun menjadi 10,51% pada tahun 2007 dan 10,34% untuk tahun 2008.

Tabel. 2.3.2.

Perkembangan Kontribusi Sektoral PDRB Provinsi Jambi Tahun 2004-2008

SEKTOR Kontribusi Sektoral (%)

2004 2005 2006 2007 2008

1.Pertanian 30,48 30,20 31,75 31,09 30,63 2.Pertambangan dan penggalian 13,15 12,59 11,02 11,31 12,10 TOTAL SEKTOR PRIMER 43,63 42,79 42,78 42,39 42,74 3.Industri pengolahan 14,24 14,02 13,83 13,65 13,51 4.Listrik, gas dan air bersih 0,78 0,78 0,79 0,77 0,77 5.Konstruksi 3,72 4,24 4,27 4,58 4,72 6.Perdagangan, hotel & restoran 16,49 17,03 17,36 17,27 16,69

TOTAL SEKTOR SEKUNDER 35,23 36,07 36,24 36,27 35,68 7.Pengangkutan dan komunikasi 7,98 8,10 8,10 8,12 7,88 8.Keuangan, persewaan & js persh. 3,73 3,83 3,83 4,27 4,93 9.Jasa-jasa 9,42 9,21 9,05 8,95 8,77

TOTAL SEKTOR TERSIER 21,13 21,14 20,98 21,34 21,58 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB Tanpa Migas 87,10 87,66 89,69 89,49 89,66 Jumlah Migas dan Hasil-hasilnya 12,90 12,34 10,31 10,51 10,34

Page 57: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

48

Secara keseluruhan perekonomian provinsi Jambi bertumbuh dengan trend yang

meningkat. Jika pertumbuhan provinsi Jambi pada tahun 2005 sebesar 5,57% lebih tinggi

dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan perekonomian nasional yang sebesar 5,37%

pada periode yang sama. Pertumbuhan perekonomian provinsi ini terus meningkat dan

selalu berada di atas pertumbuhan nasional, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi

Jambi sebesar 5.89% naik menjadi 6,82% pada tahun 2007 dan terus mengalami

peningkatan pada tahun 2008 menjadi 7,16%. (lihat Gambar 2.3.1)

Gambar 2.3.1 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Jambi dan Nasional, 2004-2008

Tabel 2.3.3 Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi

Tahun 2004-2008 (juta rupiah)

JENIS PENGGUNAAN 2004 2005 2006 2007 2008 Pengeluaran Konsumsi 10.372.524 11.475.302 12.030.927 12.839.218 13.753.370 Rumah tangga 8.153.944 9.104.294 9.516.769 10.145.712 10.868.086 Lmbg Non Profit R. Tangga 60.338 63.097 66.766 70.887 75.934 Peng. Konsumsi Pemerintah 2.158.242 2.307.912 2.447.392 2.622.619 2.809.349 Pemb. modal tetap dom. bruto 1.781.161 1.875.859 2.014.790 2.320.286 2.485.490 Perubahan inventori 316.576 337.374 369.006 412.680 442.063 Diskrepansi statistik 1) 0 0 0 0 0 Ekspor barang dan jasa 4.154.885 5.651.929 6.620.305 7.683.996 8.231.096 Impor barang dan jasa (-/-) 4.671.260 6.720.492 7.671.407 8.981.018 9.620.467 Net Ekspor -516.375 -1.068.563 -1.051.102 -1.297.022 -1.389.371 PDRB 11.953.885 12.619.972 13.363.621 14.275.161 15.291.453 Pertumbuhan (%) 5,57 5,89 6,82 7,16

Jumlah Penduduk 2.619.553 2.657.300 2.683.099 2.742.196 2.788.269 PDRB per Kapita (RP) 4.563.330 4.749.171 4.980.666 5.205.741 5.484.210 Sumber : Badan Pusat Statistik- Jambi 2008

Page 58: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

49

Pertumbuhan perekonomian Jambi dapat pula dilihat dari sisi pengeluaran seperti

yang terlihat pada Tabel 2.3.3. Data tabel itu menginformasikan bahwa dari PDRB dari

Pengeluaran Konsumsi mendominasi PDRB di provinsi Jambi. Besaran pengeluaran

konsumsi pada tahun 2004 sebesar Rp. 10.372.524 juta atau setara dengan 86,77% dari

total PDRB, meningkat menjadi Rp. 12.030.927 juta pada tahun 2006 atau menyumbang

sebesar 90,03%, dan pada tahun 2008 sedikit turun menjadi Rp. 13.753.370 juta atau

kontribusi sebesar 89,94%.

Kontribusi terbesar kedua dari sisi pengeluaran provinsi Jambi adalah Pembentukan

Modal Tetap Domestik Bruto dengan kontribusi sebesar 14,90% pada tahun 2004,

kemudian turun menjadi 14,86% pada tahun 2005. Kontribusi ini terus meningkat sampai

tahun 2008, dengan kontribusi sebesar 15,08% pada tahun 2006, 16,25% pada tahun 2007

dan tahun 2008. Kenaikan kontribusi PMTDB ini menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi Jambi tidak semata-mata bertumpu pada pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi,

dan PMTDB ini akan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi secara lebih cepat.

Tabel 2.3.4 Kontribusi PDRB dari Sisi Pengeluaran Provinsi Jambi

Tahun 2004-2008 (juta rupiah)

JENIS PENGGUNAAN 2004 2005 2006 2007 2008

Pengeluaran Konsumsi 86,77 90,93 90,03 89,94 89,94

Rumah tangga 68,21 72,14 71,21 71,07 71,07

Lmbg Non Profit R. Tangga 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

Peng. Kons. Pemerintah 18,05 18,29 18,31 18,37 18,37

Pemb. modal tetap dom. bruto 14,90 14,86 15,08 16,25 16,25

Perubahan inventori 2,65 2,67 2,76 2,89 2,89

Diskrepansi statistik 1) 0 0 0 0 0

Ekspor barang dan jasa 34,76 44,79 49,54 53,83 53,83

Impor barang dan jasa (-/-) 39,08 53,25 57,41 62,91 62,91

Net Ekspor -4,32 -8,47 -7,87 -9,09 -9,09

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Berdasarkan data pada tabel yang sama, terlihat bahwa jumlah ekspor provinsi

Jambi dalam kurun waktu 2004-2008 lebih kecil dari total impor, sehingga Net Ekspor

menjadi negatif. Pangsa Net Ekspor provinsi ini kelihatannya semakin lama semakin

Page 59: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

50

mengecil, artinya bahwa jumlah impor barang dan jasa Jambi semakin lama semakin

melampaui jumlah ekspornya.

Berdasarkan data dari Tabel 2.3.4 terlihat bahwa pendapatan per kapita penduduk

Jambi meningkat dari tahun ke tahunnya. Jika pada tahun 2004 pendapatan per kapita

daerah sebesar Rp. 4.563.330, meningkat menjadi Rp. 4.980.666 pada tahun 2006, dan

akhirnya pada tahun 2008 pendapatan per kapita meningkat menjadi Rp. 5.484.210.

Tingkat pertumbuhan per kapita provinsi Jambi dalam periode 2004-2008 adalah sebagai

berikut: 4,07% untuk tahun 2005, kemudian 4,87% tahun 2006, seterusnya 4,52% tahun

2007, dan 5,35% tahun 2008.

b. Perkembangan Perbankan Tabel 2.3.5. memberikan informasi tentang perkembangan perbankan di provinsi

Jambi, yang menjelaskan total simpanan dan total pinjaman baik secara total maupun

secara klasifikasi perbankan. Jumlah dana yang disalurkan kembali ke masyarakat masih

sangat kecil baik secara total maupun berdasarkan klasifikasi bank yaitu terlihat dalam data

loan to deposit ratio (LDR) berkisar paling tinggi 26,39% pada tahun 2008. Bahwa jumlah

dana pihak ketiga (DPK) – dana simpanan masyarakat secara total pada tahun 2004

sebanyak Rp. 5.163.846 juta dan dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman

adalah sebesar Rp. 1.360.312 juta, sehingga rasio antara jumlah pinjaman dengan

simpanan (LDR) adalah sebesar 26,34%. Kondisi ini tidak jauh berbeda untuk periode

waktu 2005-2008, sehingga pada tahun 2008 tingkat LDR provinsi Jambi adalah sebesar

26,39%.

Tingkat LDR yang agak lebih tinggi menurut klasifikasi bank diberikan oleh bank

swasta yang terus meningkat dalam kurun waktu 2004-2008. Jika tingkat LDR bank swasta

nasional pada tahun 2004 sebesar 20,04% terus meningkat menjadi 38,01% pada tahun

2006 dan terakhir pada tahun 2008 meningkat menjadi 45,67%.

Tingkat LDR Bank Pemerintah menunjukkan kinerja yang berbalikan dengan tingkat

LDR bank swasta nasional. Di sini terlihat bahwa tingkat LDR bank pemerintah menurun

secara terus menerus semenjak tahun 2004, yang besaran angkanya adalah 30,14% pada

tahun 2004 terus turun sampai tahun 2008 menjadi 14,83%.

Bank Perkreditan Rakyat baru saja berkembang di provinsi Jambi sehingga

pangsanya dalam industri perbankan di daerah ini masih sangat kecil, walaupun demikian

Page 60: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

51

jumlah simpanan dan pinjaman yang dapat diberikan kepada masyarakat memperlihatkan

kecenderungan meningkat, sampai dengan tahun 2008 tingkat LDR dari kelompok bank ini

telah meningkat menjadi 21,84%

Tabel 2.3.5

Perkembangan LDR Perbankan Provinsi Jambi Periode Tahun 2004-2008 (juta rupiah)

Kelompok Bank dan Jenis Simpanan 2004 2005 2006 2007 2008

Total Simpanan 5.163.846 5.536.584 7.305.075 9.313.053 10.054.743 Total Pinjaman 1.360.312 1.591.135 1.866.783 2.363.981 2.653.290 LDR 26,34 28,74 25,55 25,38 26,39

Bank Pemerintah 2) Simpanan 3.223.861 3.472.956 4.658.965 6.038.888 6.346.705 Pinjaman 971.596 1.016.902 884.128 910.795 941.407 LDR 30,14 29,28 18,98 15,08 14,83 Bank Swasta Nasional Simpanan 1.939.985 2.029.235 2.554.862 3.128.642 3.576.490 Pinjaman 388.716 568.506 971.037 1.423.504 1.633.294 LDR 20,04 28,02 38,01 45,50 45,67 Bank Perk. Rakyat Simpanan 0 34.393 91.248 145.523 131.548 Pinjaman - 5.727 11.618 20.429 28.736 LDR 0,00 16,65 12,73 14,04 21,84

Sumber: SEKDA, BI – Jambi, 2008

Analisis Indikator Perekonomian

1. Investasi Perkembangan investasi untuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) telihat pada Gambar 2.3.2. Jumlah penenaman di provinsi

Jambi terjadi fluktuasi yang cukup besar. Investasi tertinggi untuk PMA terjadi pada tahun

2006 sebesar US$ 122,0 juta, kemudian yang tertinggi kedua terjadi pada tahun 2008

dengan jumlah US 97,9 juta. Sedangkan jumlah penanaman modal PMDN yang tertinggi

dalam kurun waktu yang sama adalah pada tahun 2007 sebesar Rp. 17.710,9 M, kemudian

turun pada tahun 2008 menjadi Rp. 11.363 M.

Page 61: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

52

Gambar 2.3.2 Perkembangan Investasi PMA dan PMDM

Di Provinsi Jambi, Tahun 2004-2008

Sumber: Bapemproda (BKPMD) Provinsi Jambi, 2008

Analisis Relevansi

Perkembangan indikator outcomes investasi provinsi Jambi dibandingkan dengan

capaian nasional dapat dilihat pada Gambar 2.3.3. Outcome investasi provinsi Jambi

umumnya lebih baik dibandingkan dengan capaian nasional untuk kurun waktu tahun 2004-

2008. Besaran outcome tingkat provinsi bertumbuh relevan dengan outcome nasional

walaupun capaian provinsi Jambi jauh lebih besar dibandingkan dengan capaian tingkat

nasional.

Capaian outcome provinsi sejalan dengan capaian tingkat nasional, dan kondisi

capaian daerah Jambi nampaknya sangat tergantung pada kondisi nasional diakibatkan

karena investasi yang masuk ke provinsi Jambi terutama investasi yang menggunakan

fasilitas negara harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari Badan Koordinasi Penanaman

Modal Nasional (BKPM) kemudian diteruskan ke tingkat daerah, dalam hal ini di provinsi

Jambi masuk ke Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah (Bapemproda). Sehingga

dengan demikian perkembangan investasi daerah akan sangat sejalan dengan investasi

nasional.

Page 62: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

53

Gambar 2.3.3 Perbandingan Outcomes Investasi

Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Perkembangan outcome investasi daerah Jambi didominasi oleh investasi bidang

perminyakan, gas bumi, pertambangan batubara, dan perkebunan, yang kesemuanya

melalui instansi Bapemproda. Investasi PMA sebagian besar adalah pada bidang

perminyakan dan jumlahnya tidak tetap dan berfluktuasi, demikian pula untuk investasi

PMDN.

Analisis Efektivitas Trend outcomes investasi provinsi Jambi terlihat searah dengan kecenderungan

nasional. Pososi trend outcome tingkat provinsi Jambi tentang investasi pada tahun 2005

jauh lebih rendah dibandingkan dengan capaian tingkat nasional. Posisi tahun 2006 antara

trend provinsi dan nasional terjadi sama-sama menurun.

Trend outcome investasi provinsi Jambi pada tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan

dengan tingkat nasional, namun pada tahun 2008 kembali outcome Jambi lebih kecil dari

capaian nasional. Secara umum trend outcome provinsi Jambi terjadi fluktuasi dan

trendnya semakin membaik.

Page 63: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

54

Gambar 2.3.4

Perbandingan Trend Outcomes Investasi Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

1. Perkembangan Infrastruktur Jalan

Jumlah panjang jalan di provinsi Jambi (nasional, provinsi dan kabupaten)

sepanjang 2.387,08 km. Luas jalan yang diklasifikasikan baik dari periode 2004-2008

paling tinggi ada pada tahun 2004 dengan panjang sebesar 948,28 (39,73%), kemudian

menurun pada tahun 2005 menjadi 747,86% (31,33%) dan naik kembali sampai tahun

2008 menjadi 911,35 km (28,11%). Panjang jalan yang klasifikasi sedang menunjukkan

angka peningkatan dalam kurun waktu yang sama kecuali untuk tahun 2008 yang

mengalami penurunan. Panjang jalan yang diklasifikasikan dalam status sedang pada

tahun 2004 sepanjang 634,28% dan meningkat menjadi 776,62 km (32,53%) pada tahun

2008. Klasifikasi jalan yang dikategorikan ke dalam status rusak pada tahun 2004

sepanjang 804,52 km (33,70%), kemudian stabil pada kisaran 33,00% pada tahun 2005

dan 2006. Sedangkan pada tahun 2007 terjadi kenaikan panjang jalan yang rusak

sepanjang 907,57 km (38,02%), dan kemudian terjadi lonjakan perbaikan yang terjadi pada

tahun 2008 dengan penurunan menjadi 700,10 km (29,33%). (secara rinci dapat dilihat

pada Tabel 2.3.6.)

Page 64: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

55

Tabel 2.3.6 Perkembangan Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten

Dalam Provinsi Jambi Periode Tahun 2004-2008

Tahun Baik Sedang Rusak Rusak Berat Total

2004 948,28 634,28 486,25 318,27 2387,08 % 39,73 26,57 20,37 13,33 100,00

2005 747,86 684,09 493 462,13 2387,08 % 31,33 28,66 20,65 19,36 100,00

2006 798,75 788,58 431,55 368,2 2387,08 % 33,46 33,04 18,08 15,42 100,00

2007 809,73 669,77 556,6 350,97 2387,08 % 33,92 28,06 23,32 14,70 100,00

2008 911,35 776,62 473,55 226,55 2387,08 % 38,18 32,53 19,84 9,49 100,00

Sumber: Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi, 2008

Data Tabel 2.3.7 menggambarkan perkembangan jalan provinsi dan kabupaten

yagn ada di provinsi Jambi, total panjang jalan adalah 1.567,1 km yang dikategorikan ke

dalam kondisi baik, sedang dan rusak. Jalan provinsi dan kabupaten yagn diklasifikasikan

dengan status baik dalam kurun waktu 2004-2008 terus menurun, jika jalan kondisi baik

tahun 2004 sepanjang 578,5 km (36,92%) turun terus menerus sampai tahun 2007 menjadi

sepanjang 342,8 km (21,87%) pada tahun 2007, dan kembali meningkat menjadi

sepanjang 463,35 km (29,57%).

Tabel 2.3.7 Perkembangan Jalan Provinsi dan Kabupaten

Dalam Provinsi Jambi Periode Tahun 2004-2008

Tahun Baik Sedang Rusak Total 2004 578,5 442,2 546,3 1567,1

% 36,92 28,22 34,86 100,00 2005 411,63 498,4 656,7 1567,1

% 26,27 31,80 41,91 100,00 2006 422,7 537,7 606,3 1567,1

% 26,97 34,31 38,69 100,00 2007 342,8 481,9 742,5 1567,1

% 21,87 30,75 47,38 100,00 2008 463,35 562,09 541,24 1567,1

% 29,57 35,87 34,54 100,00 Sumber: Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi, 2008

Page 65: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

56

Menurut informasi dari tabel yang sama, kondisi jalan dengan status rusak paling

besar adalah pada tahun 2007 sepanjang 742,5 km (47,38%) meningkat tajuma dari 546,3

km pada tahun 2004. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan anggaran yang cukup besar

dari APBD tingkat provinsi dan kabupaten sehingga mampu mengurani jalan rusak turun

menjadi 541,24 km (34,54%), namun kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun

2004 sebesar 34,86%.

Analisis Relevansi

Permasalahan utama yang dihadapi oleh provinsi Jambi dibidang infrastruktur

adalah kondisi jalan yang tidak kunjung membaik untuk kedua jalan nasional dan jalan

provinsi dan kabupaten. Sebaran outcome jalan dikategorikan rusak untuk jalan provinsi

lebih besar dibandingkan dengan kondisi jalan nasional, ini berarti bahwa program provinsi

untuk memperbaiki kondisi jalan daerah lebih lambat dibandingkan dengan dana yang

disediakan oleh pemerintah pusat untuk memperbaik kondisi jalan nasional. Di samping itu

jumlah dana yang mampu disediakan oleh daerah sangat terbatas sehingga kelihatannya

tambal sulam, satu ruas jalan diperbaiki yang lainnya mulai rusak, dan begitulah berkejaran

setiap saat dan belum mampu mengatasi secara lebih baik.

Gambar 2.3.5

Perbandingan Outcomes Jalan (rusak) Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Sampai sekarang masih banyak kabupaten di provinsi Jambi mempunyai daerah

terisolir akibat tidak pernah selesainya pembangunan jalan dan jembatan secara

Page 66: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

57

menyeluruh. Disamping itu tingkat kerusakan jalan baik nasional maupun provinsi dan

kabupaten lebih banyak disebabkan oleh tidak mampunya kekuatan jalan untuk menahan

volume kendaran yang semakin besar (mendekati 40 ton untuk truk pengangkut CPO),

sedangkan kapasitas jalan di provinsi Jambi hanya mampu menahan untuk kapasitas 15

sampai 20 ton saja. Khusus untuk jalan nasional, kerusakan banyak disebabkan oleh truk-

truk pengangkut batu bara yang setiap harinya berjumlah ratusan sehingga kondisi jalan

menjadi semakin rusak.

Analisis Efektivitas Jika dibandingkan capaian outcome dari tahun ke tahun, terlihat bahwa terjadinya

fluktuasi yang sangat tajam baik untuk jalan nasional maupun jalan provinsi dan kabupaten. Dampak pembangunan infrastruktur jalan untuk provinsi Jambi harus dievaluasi setiap

tahunnya karena dampak program perbaikan jalan hanya mampu bertahan dalam waktu

yang singkat, kadang kala hanya bertahan untuk satu saja. Trend outcome jalan pada

Gambar 2.3.10 memperlihatkan fluktuasi keadaan jalan yang berada pada siklus tahunan.

Efektivitas pembangunan jalan di daerah memerlukan dana rehab jalan yang harus

dianggarkan setiap tahun sehingga kerusakan jalan dapat diatasi setiap tahunnya dan kondisi

jalan dipertahankan dalam kurun waktu lama.

Gambar 2.3.6 Perbandingan Trend Outcomes Jalan Rusak

Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Page 67: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

58

2. Perkembangan Perekonomian Secara Keseluruhan

Analisis Relevansi

Tujuan utama provinsi Jambi dapat dilihat sejauh mana daerah mampu

meningkatkan kemakmuran masyarakat. Dampak pembangunan yang dilakukan oleh

daerah ini tercermin dari outcome secara keseluruhan indikator pembangunan

perekonomian daerah. Capaian outcome perekonomian pada tahun 2004 tingkat

kemakmuran rata-rata nasional lebih tinggi dibandingkan dengan capaian provinsi Jambi,

namun pada tahun 2005 terjadi lonjakan yang cukup berarti bagi provinsi Jambi yang

melampaui capaian outcome nasional, dan kondisi ini bertahan sampai dengan tahun

2006. Capaian outcome tahun 2007 dan 2008 provinsi Jambi lebih rendah dibandingkan

dengan capaian nasional dengan kecenderungan menurun.

Kondisi yang demikian lebih banyak disebabkan oleh sektor-sektor pembenduk

PDRB provinsi. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa kemakmuran masyarakat Jambi

sangat tergantung pada keadaan harga produk-produk pertanian dan perkebunan. Pada

tahun 2005 harga komoditas utama provinsi cukup baik sehingga tingkat kesejahteraan

masyarakat menjadi naik. Namun untuk perkembangan selanjutnya dengan indeks biaya

hidup daerah yang meningkat lebih tinggi dari kenaikan harga komoditas masyarakat

menyebabkan tingkat kemakmuran mereka juga berkurang. (lihat Gambar 2.3.7)

Gambar 2.3.7 Perbandingan Outcomes Perekonomian

Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Page 68: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

59

Analisis Efektivitas Apabila diperhatikan kesesuian antara hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan

yang diharapkan di daerah Jambi terlihat pada Gambar 2.3.8. Efektivitas pembangunan daerah

Jambi yang berfluktuasi dari tahun ke tahun, sama halnya capaian outcome tingkat nasional.

Capaian dampak pembangunan daerah Jambi maupun nasional dibandingkan dengan periode

antar waktu terlihat mempunyai fluktuasi yang tinggi. Dampak pembangunan terlihat membaik

dari capaian tahun 2007 baik nasional maupun provinsi, namun kondisi pada tahun 2008

kembali terjadi penurunan, dan kondisi Jambi sedikit lebih baik dibandingkan dengan capaian

tingkat nasional.

Gambar 2.3.8 Perbandingan Trend Outcomes Perekonomian Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

a. Pengeluaran Konsumsi dan PMTDB Teradapat dua capaian indikator spesifik yang menonjol untuk mendukung capaian

pembangunan di provinsi Jambi; 1). Tingkat pengeluaran konsumsi dan 2) tingkat

pembentukan modal tetap domestik bruto. Jumlah pengeluaran konsumsi provinsi Jambi

dari tahun 2004-2008 menunjukkan angka peningkatan yang cukup signifikan. Kalau

Page 69: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

60

pengeluaran konsumsi tahun 2004 sebesar Rp. 10.372.542 juta meningkat menjadi Rp.

13.753.370 juta dengan pertumbuhan rata-rata di atas 5% kecuali pertumbuhan dari tahun

2005 ke tahun 2006 sebesar 4,84%. Tingkat pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi sebesar

7,16% ditopang oleh tingkat pengeluaran konsumsi sebesar 7,12% jauh lebih tinggi dari

rata-rata nasional.

Demikian pula pembentukan modal tetap domestik bruto provinsi Jambi dari tahun

2004-2008 menunjukkan angka di atas 5,00% per tahun, dan pertumbuhan ekonomi Jambi

ditopang pula oleh PMTDB 7,12% tahun 2008 dan 15,16% pada tahun 2007.

b. Pertumbuhan Sektoral Tingkat pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi dalam periode 2004-2008

menunjukkan trend meningkat seperti yang terlihat pada Tabel 2.3.3. Tingkat pertumbuhan

sektoral PDRB tertinggi untuk provinsi Jambi disumbangkan oleh Sektor Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan pertumbuhan antara tahun 2007 ke 2008

sebesar 23,88%. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan Sektor Pertambangan dan

Penggalian pada kurun waktu yang sama sebesar 14,70% naik dari 9,60% pertumbuhan

tahun 2006 ke 2007. Pertumbuhan Jasa Kontruksi untuk periode yang sama menyumbang

kontribusi ke empat terbesar pada angka 10,28%, turun dari 14,58% untuk periode 2006 ke

2007. Kemudian diikuti oleh sektor-sektor PDRB lainnya yang menyumbang kurang dari

10%.

Pertumbuhan sektor tersier di provinsi ini menyumbang pertumbuhan tertinggi di

antara sektor utama. Tingkat pertumbuhan Sektor Tersier tahun 2004 sebesar 5,60%

meningkat tajam menjadi 8,66% pada tahun 2007 walaupun sedikit turun menjadi 8,36%

pada tahun 2008. Pertumbuhan Sektor Primer juga menunjukkan trend peningkatan seperti

dengan Sektor Tersier, jika pertumbuhan Sektor Primer tahun 2005 sebesar 3,53%

meningkat menjadi 5,87% pada tahun 2007 dan meningkat tajam menjadi 8,03% pada

tahun 2008. Dari data tabel yang sama terlihat bahwa Sektor Sekunder selama kurun

waktu yang sama tidak berkembang di provinsi Jambi malah terjadi kecenderungan

menurun. Jika pertumbuhan sektor ini pada tahun 2005 sebesar 8,08% turun menjadi

6,89% pada tahun 2007 dan 5,43% pada tahun 2008.

Page 70: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

61

Tabel 2.3.8 Perkembangan Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Jambi

Menurut Harga Konstan Tahun 2000, Periode Tahun 2005-2008

LAPANGAN USAHA Tingkat Petumbuhan (%) 2005 2006 2007 2008

1.Pertanian 4,61 11,34 4,57 5,60 2.Pertambangan dan penggalian 1,04 -7,29 9,60 14,70 TOTAL SEKTOR PRIMER 3,53 5,86 5,87 8,03 3.Industri pengolahan 3,90 4,44 5,45 6,05 4.Listrik, gas dan air bersih 5,10 7,38 4,47 7,24 5.Konstruksi 20,48 6,67 14,58 10,28 6.Perdagangan, hotel & restoran 9,04 7,90 6,25 3,56 TOTAL SEKTOR SEKUNDER 8,08 6,40 6,89 5,43 7.Pengangkutan dan komunikasi 7,10 5,94 7,14 3,92 8.Keuangan, persewaan & js persh. 8,42 5,77 19,06 23,88 9.Jasa-jasa 3,21 4,07 5,62 4,99 TOTAL SEKTOR TERSIER 5,60 5,09 8,66 8,36 Produk Domestik Regional Bruto 5,57 5,89 6,82 7,16 PDRB Tanpa Migas 6,25 8,35 6,58 7,36 Jumlah Migas dan Hasil-hasilnya 1,02 -11,55 8,87 5,41

Sumber : Badan Pusat Statistik Menggunakan tahun dasar 2000=100

Dari informasi mengenai perkembangan dan pertumbuhan sektoral tersebut untuk

provinsi Jambi terlihat ada kejanggalan dan ketidaklaziman. Bahwa lebih dari 30% PDRB

provinsi Jambi disumbangkan oleh Sektor Primer (Sektor Pertanian dan Sektor

Pertambangan dan Penggalian) namun produksi sektor ini

2.3.3. Rekomendasi Kebijakan Bertolak dari capaian agenda pemantapan stabilitas ekonomi makro seperti

dikemukakan di atas, langkah-langkah atau tindak lanjut yang perlu dilakukan proses

pembangunan di tahap berikutnya antara lain adalah upaya mendorong peningkatan

investasi agar perannya semakin meningkat terhadap PDRB dan proses akumulasi stok

kapital. Pemerintah daerah dapat mengoptimalkan perannya dalam mewujudkan iklim

investasi yang semakin kondusif di berbagai Kabupaten/Kota.

Page 71: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

62

Selain itu alokasi dana APBD perlu diorientasikan pada peningkatan proporsi jenis

pengeluaran yang bersifat lebih produktif untuk meningkatkan kapasitas perekonomian

daerah. Permasalah makro regional lainnya yang menjadi karakteristik perekonomian

Provinsi Jambi adalah kecenderungan laju inflasi yang relatif lebih dibanding provinsi-

provinsi lainnya di Sumatera.

Ketergantungan daerah ini yang tinggi terhadap komoditas impor dari daerah lain

dan luar negeri bersamaan dengan kondisi infrastruktur transportasi yang kurang memadai

menyebabkan tingginya biaya transportasi dan karenanya menjadi salah satu sumber

penyebab inflasi. Dalam kaitan ini, percepatan pengembangan aktivitas ekonomi lokal baik

dibagian hulu maupun industri pengolahannya di bagian hilir sangat mendesak untuk

mengurangi ketergantungan terhadap pasokan impor terutama komoditas bahan pangan.

Peningkatan infrastruktur transportasi beserta infrastruktiur ekonomi lainnya sekali lagi

menempati peran sangat penting untuk mendorong percepatan pengembangan aktivitas

ekonomi dan meningkatkan efisiensi biaya transportasi.

Beberapa Rekomendasi Kebijakan disarankan:

1. Pemerintah perlu memfokuskan program pembangunan ekonomi pada peningkatan

produktivitas komoditi unggulan masing-masing.

2. Meningkatnya peran dan pangsa sektor industri pengolahan produk primer pertanian

di pasar domestik, baik untuk bahan baku maupun produk akhir, sebagai cerminan

daya saing sektor ini dalam menghadapi produk-produk luar daerah maupun impor.

3. Mengembagkan sarana dan prasarana pertanian dan perdesaan yang berkeadilan

sesuai dengan daya dukung wilayah;

4. Mengembangkan usaha, kecil dan menengah (UMKM) yang diarahkan untuk

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan

lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; sedangkan pengembangan usaha skala

mikro lebih diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan

pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

5. Penyediaan skim-skim pembiayaan alternatif (sistem bagi-hasil dari dana bergulir,

sistem tanggung-renteng atau jaminan tokoh masyarakat setempat sebagai pengganti

anggunan) dengan tanpa mendistorsi pasar serta memberi dukungan terhadap upaya

peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan lembaga keuangan mikro

(LKM)

Page 72: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

63

6. peningkatan infrastruktur tenaga listrik yang efektif dan efisien, terutama upaya

memanfaatkan potensi sungai, gas dan sumber panas bumi daerah serta peningkatan

diversifikasi energi untuk pembangkit, pengurangan losses, peremajaan infrastruktur

yang kurang efisien.

7. peningkatan kinerja daya saing komoditas daerah secara berkelanjutan dengan

memperkuat landasan ekonomi sebagai kondisi yang dipersyaratkan (necessary

condition) bagi keberhasilan peningkatan kinerja daya saing.

8. mendorong pertumbuhan dan pengembangan kawasan sentra-sentra produksi dengan

menetapkan pembagian perwilayahan sesuai dengan potensi dan daya dukung masing-

masing wilayah

Page 73: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

64

Sub Bab 2.4 KUALITAS PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM

2.4.1. Capaian Indikator a. Kondisi SDA Jambi

Dalam perpektif pembangunan yang berkelanjutan, sumber daya alam dan

lingkungan hidup tidak hanya dapat dijadikan sebagai modal pertumbuhan ekonomi

(resource based economy) tapi juga berfungsi sebagai penopang sistem kehidupan (life

support system). Bagi Provinsi Jambi , sumber daya alam seperti pertambangan dan

pertanian sangat berperan sebagai sumber perekonomian daerah, dan masih sangat

signikan perannya di masa mendatang. Khusus untuk pertanian perannya sangat besar

dalam perekonomian Provinsi Jambi. Hal ini terindikasi oleh cukup tingginya kontribusi

sektor pertanian (tanamanan pangan, kehutanan, perkebunan, peternakan dan perikanan).

Sampai tahun 2004 kontribusinya mencapai 28,29 persen dari produk domestik regional

bruto (PDRB) Provinsi Jambi, dan menyerap cukup banyak tenaga kerja atau 60% dari total

angkatan kerja yang ada. (Bappeda Provinsi Jambi)

Namun untuk Provinsi Jambi, secara umum pengelolaan SDA yang yang dikelola

masih belum berkelanjutan dan masih mengabaikan kelestarian fungsi lingkungan hidup,

bahkan cendrung agresif, exploitatif dan expansif sehingga daya dukung lingkungan

menurun, ketersediaan SDA menipis, bahkan cendrung sudah berada pada tahap yang

sangat mengkuatirkan. Hal ini sangat terlihat sampai saat ini masih sangat maraknya

kejadian pembalakan liar, tebang berlebih serta penyeludupan kayu ke luar negeri yang

telah mempercepat pengurangan sebagian besar hutan di Provinsi Jambi.

Berbagai permasalahan muncul dan memicu terjadinya kerusakan sumber daya

alam dan lingkungan hidup di provinsi Jambi sehingga dikhawatirkan akan berdampak

besar keseimbangan ekosistim dan kehidupan masyarakat, antara lain:

(1) Terus menurunnya kondisi hutan Provinsi Jambi. Pegelolaan hutan yang tidak berkelanjutan yang telah dipraktekkan dalam dekade

terakhir telah menimbulkan dampak negatif. Kondisi ini juga berimplikasi pada degradasi

Page 74: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

65

daya dukung daerah aliran sungai (DAS) yang diakibatkan kerusakan hutan dan

sedimentasi yang tinggi menyebabkan kapasitas daya tampung sungai Batanghari dan

anak-anaknya semakin menurun. Kejadian ini sangat berdampak pada meningkatnya debit

air sungai secara tidak terkendali di musim hujan. Hal ini berakibat pada meningkatnya

frekwensi banjir sepanjang tahun. Seringnya banjir sangat berdampak pada pola tanam

dan sangat berpengaruh pada produktivitas hasil pertanian masyarakat. Bahkan tidak

jarang tingginya frekwensi banjir yang datang secara tiba-tiba telah menghancurkan

sumber kehidupan (pertanian) yang merupakan sumber ekonomi dan mata pencarian

sebagian besar masyarakat di Provinsi Jambi.

Permasalahan lainnya yang terjadi dalam pengelolaan kehutanan ini adalah masih

lemahnya penegakan hukum terhadap pembalakan liar (illegal logging), perambahan dan

okupasi kawasan hutan, perburuan satwa dan tumbuhan liar yang dilindungi, pembakaran

hutan, peredaran hasil hutan illegal, tebang berlebih (over cutting), dan tindakan illegal

lainnya banyak terjadi. Disamping itu rendahnya kapasitas pengelola kehutanan, sarana-

prasarana, kelembagaan, sumber daya manusia, demikian juga insentif bagi pengelola

kehutanan sangat terbatas bila dibandingkan dengan cakupan luas kawasan yang harus

dikelolanya berkontribusi terhadap sulitnya penanggulangan masalah kehutanan seperti

pencurian kayu, kebakaran hutan.

Sistem pemanfaatan hutan terutama hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan dari

ekosistem hutan, seperti nilai hutan sebagai sumber air, keanekaragaman hayati,

keindahan alam (wisata alam) yang memiliki potensi ekonomi, belum berkembang seperti

yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian, nilai jasa ekosistem hutan jauh lebih besar

dari nilai produk kayunya. Diperkirakan nilai hasil hutan kayu hanya sekitar 7 persen dari

total nilai ekonomi hutan, sisanya adalah hasil hutan non-kayu dan jasa lingkungan.

Pengelolan hutan ini adalah masyarakat sekitar hutan kurang dilibatkan dalam

pengusahaan dan penataan batas kawasan hutan. Masyarakat lokal (adat) yang banyak

berada di sekitar kawasan hutan dan di dalam juga merupakan potensi yang baik

sekaligus menjadi potensi permasalahan jika dalam pengelolaan hutan tersebut di abaikan,

sehingga yang muncul adalah klaim terhadap lahan hutan.

(2) Kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai). Pengelolan hutan yang tidak berkelanjutan di Provinsi Jambi seperti Illegal logging

(pembalakan liar), over cutting (tebang berlebih) serta tejadi konversi lahan perkebunan

Page 75: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

66

seperti sawit telah meningkatkan kerusakan ekosistim dalam tatanan DAS. Pada saat ini

diperkirakan DAS Batangahari sudah berada dalam kondisi kritis. Kerusakan DAS ini juga

dipacu oleh pengelolaan DAS yang kurang terkoordinasi antara hulu dan hilir serta

kelembagaannya yang masih lemah.

Sumberdaya alam Provinsi Jambi lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah

daerah kawasan pesisir dan laut seperti di Kab. Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung

Timur. Di perairan yang cukup luas ini hidup beraneka ragam sumberdaya hayati yang

berpotensi sebagai lahan budidaya ikan juga terdapat potensi hutan mangrove dengan

jenis bakau, pidada, serta jenis lainnya yang sangat potensial untuk menjaga kondisi pantai

dari erosi air laut. Sumberdaya kelautan dan pesisir di Provinsi Jambi tersebar di dua

kabupaten. Namun ekosistem pesisir dan laut semakin rusak dan terjadinya ekspolitasi

sumberdaya kelautan dan perikanan yang tidak terkendali menyebabkan kerusakan

ekosistim.

Disamping itu, laju sedimentasi yang cukup tinggi juga sangat berperan merusak

kawasan pesisir timur provinsi Jambi yang merupakan muara sungai Batang Hari. Hal ini

terlihat dari terjadinya pendangkalan yang cukup cepat, yang disebabkan cukup tingginya

laju sedimentasi sebagai akibat kegiatan pengelolan lahan hutan yang tidak berkelanjutan

di kawasan hulu sungai sungai Batang Hari dan anak-anaknya.

(3) Menurunnya kemampuan penyediaan air. Berkembangnya daerah pemukiman dan industri telah menurunkan area resapan

air dan mengancam kapasitas lingkungan dalam menyediakan air. Pada sisi lain, kapasitas

infrastruktur penampung air menurun sebagai akibat meningkatnya sedimentasi, sehingga

menurunkan keandalan penyediaan air untuk irigasi maupun air baku. Kondisi ini

diperparah dengan kualitas operasi dan pemeliharaan yang rendah sehingga tingkat

layanan prasarana sumberdaya air menurun semakin tajam.

b. Kondisi Lingkungan Hidup 1). Kondisi Hutan

Data di atas kertas kondisi kehutanan di provinsi Jambi terlihat dalam Tabel 2.4.1,

namun kondisi sebenarnya di dalam lingkungan masyarakat tidaklah demikian adanya

karena sebagian dari kawasan hutan tersebut sudah beralih fungsi. Sebagian besar

Page 76: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

67

peralihan fungsi itu digunakan masyarakat untuk perladangan dan pemanfaatan hutan

secara illegal loging, kebakaran hutan dan lainnya.

Tabel 2.4.1

Luas Kawasan Hutan di Provinsi Jambi menurut Fungsinya Tahun 2004-2008

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

Gambar 2.4.1 Luas Kawasan Hutan di Provinsi Jambi

menurut Fungsinya Tahun 2008

Sumber: Data diolah

Data resmi dari Dinas Kehutan Jambi, luas kawasan hutan provinsi Jambi (hutan

produksi, hutan wisata dan suaka serta hutan lindung) 2.179.436 ha. Dari luas total provinsi

Jambi 5.100.000 ha, maka luas kawasan Jambi 42,73 %. Persentasi luas kawasan hutan

ini masih cukup baik mengingat luas minimal kawasan hutan sebesar 30 %.

Tahun

Fungsi Hutan (Ha)

Hutan Produksi

Hutan Lindung

Hutan Wisata dan Suaka

Alam

Hutan Dikonversi Jumlah

2004 1.278.700 191.130 679.120 2.920.560 5.069.5102005 1.278.700 191.130 679.120 2.920.560 5.069.5102006 1.312.190 191.130 676.120 2.920.560 5.100.0002007 1.312.190 191.130 676.120 2.920.560 5.100.0002008 1.312.190 191.130 676.116 2.920.560 5.099.996

Page 77: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

68

Tabel 2.4.2

Produksi Kayu Hutan dan Hasil Hutan Ikutan menurut Jenis Produksi, Tahun 2006-2008

Jenis Produksi Satuan Produksi

1. Kayu Bulat m3 242.187,75 286.583,82 108.722,13

2. Kayu Bulat Kecil (KBK) m3 78.884,50 49.202,63 17.784,28

3. Kayu Gergajian m3 116.022,56 72.028,19 13.001,07

4. Plywood m3 232.314,57 142.056,87 98.718,02

5. Bhn Baku Serpih /Venner m3 4.428.728,45 5.271.518,95 68.586,27

6. Block board m3 33.814,94 1.514,41 57,647. P u l p Ton 694.390,46 674.081,00 506.084,798. Rotan Tabu - tabu batang 10.000 75.000 64.500

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

Berdasarkan atas perkembangan volume produksi dapat dilihat bahwa produksi

kayu bulat, kayu bulat kecil, kayu gergajian, plywood, bahan baku serpih dan block board

menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Hal yang sama terjadi pada produksi pulp dab

rotan tabu-tabu. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan pada sumberdaya

hutan sehingga menyebabkan turunnya produksi hasil hutan (lihat Tabel 2.4.2)

2). Kondisi Perikanan

Produksi perikanan laut, peraiaran umum dan perikanan budidaya pada tahun 2008

meningkat pesat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan produksi terbesar terjadi

pada perikanan perairan umum dan perikanan laut. Hal ini menunjukkan pembangunan

pada sub sektor perikanan telah menunjukkan peningkatan yang sangat besar.

Peningkatan produksi dibanding tahun-tahun sebelunya terjadi pula pada perikanan

budidaya (kolam dan keramba). Produksi ikan di kolam meningkat lebih besar disbanding

produksi ikan keramba. Hal ini menunjukkan pembangunan di bidang perikanan budidaya

telah berkembang dengan baik. Jumlah produksi budidaya kolam dalam kurun waktu 2004-

2008 menunjukkan peningkatan yang sangat berarti, meningkat hampir dua kali lipat. Jika

produksi budidaya kolam pada tahun 2004 sebanyak 4.583 ton, meningkat menjadi

9.335,80 ton pada tahun 2008

Page 78: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

69

Tabel. 2.4.3

Jumlah Produksi dan Nilai Budidaya di Kolam dan Keramba Jaring Apung di Provinsi Jambi Tahun 2004-2008

Tahun

Ikan di Kolam Ikan di Keramba Produksi/

(ton) Nilai

(Rp.000) Produksi/

(ton) Nilai

(Rp.000) 2008 9.335,8 115.839.959 10.037,5 118.728.414 2007 2006 2005 2004

8.193,16.033,45.531,44.583,0

88.260.11363.750.55855.462. 88038.803.358

8.634,5 5.616,7 4.575,4 3.562,8

93.153.755 57.550.609 32.479.735 32.423.943

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, 2008

. Demikian pula dengan jumlah produksi budidaya karamba jaring apung meningkat

jauh lebih besar dibandingkan dengan budidaya kolam. Jika pada kurun waktu yang sama,

produksi budidaya karamba jaring apung sebesar 3.562,80 ton pada tahun 2004,

meningkat lebih dari dua kali lipat dalam kurun waktu 5 tahun pada tahun 2008 dengan

produksi sebesar 10.037,50 ton. (lihat Tabel 2.4.2)

Gambar. 2.4.2 Jumlah Produksi Budidaya di Kolam dan Keramba Jaring Apung

di Provinsi Jambi Tahun 2004-2008

Sumber: Dinas Perikanan da Kelautan Jambi

Page 79: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

70

3). Kondisi Pertambangan Dengan beroperasi dan akan dibukanya beberapa pertambangan, seperti tambang

batubara di beberapa kabupaten, terutama di kabupaten Bungo yang dibawa menggunaan

ratusan truk setiap harinya ke wilayah Sumatera Barat. Kegunaan batubara yang sangat

besar terutama untuk kebutuhan pabrik semen menyebabkan jalan raya tran Sumatera

setiap hari kerusakan semakin berat, mulai dari daerah kabupaten Bungo (Jambi), lewat

kabupaten Darmasraya, Sijunjung, Sawahlunto (Sumatera Barat) menyperlu mendapat

perhatian ke depan.

Di samping itu pertambangan batubara, khususnya pertambangan yang sifatnya

terbuka (open pit mining) seperti yang terdapat pada seluruh pertambangan batubara yang

ada di provinsi Jambi, telah merubah bentangan alam berpengaru langsung pada ekosistim

dan habitat aslinya. Pertambangan terbuka ini sudah mengganggu keseimbangan fungsi

lingkungan hidup dan berdampak buruk bagi kehidupan manusia.

Kondisi lingkungan lainnya ini, khususnya untuk provinsi Jambi di perburuk dengan

maraknya pertambangan tanpa izin (PETI) di sepanjang DAS Batang hari dan anak-anak

sungainya. Aktivitas PETI yang juga menggunakan ‘Air Raksa atau Mercury’’ ini disamping

akan mencemari air sungai yang sangat dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari, dan telah

pula mencemari air untuk kegiatan pertanian dan perikanan, walaupun kondisi tahun 2009

sudah mulai diperketat pengawasan terhadap kerberadaan PETI terutama di sepanjang

Sungai Batanghari

Dalam satu dekade terakhir ini, terjadinya kecendrungan peningkatan yang

signifikan pencemaran akibat limbah padat, cair, maupun gas, tidak terlepas dari terjadinya

peningkatan pendapatan dan perubaan gaya hidup masyarakat di perkotaan disamping

peningkatan jumlah penduduk. Untuk limbah padat, hal ini membebani sistem pengelolaan

sampah, khususnya tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Selain itu, sampah juga

belum diolah dan dikelola secara sistematis, hanya ditimbun begitu saja (land fill), sehingga

mencemari tanah maupun air, dan mengancam kesehatan masyarakat. Terjadinya

penurunan kualitas air di badan-badan air akibat kegiatan rumah tangga, pertanian, dan

industri juga memerlukan upaya pengelolaan limbah cair yang terpadu antar sektor terkait.

Sampai saat ini kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan di provinsi

Jambi masih rendah, demikian pula pandangan sebagian masyarakat bahwa lingkungan

hidup akan selalu mampu memulihkan (recovery) daya dukung dan kelestarian fungsinya

Page 80: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

71

sendiri. Pandangan tersebut menjadikan masyarakat tidak termotivasi untuk ikut serta

memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup di sekitarnya. Keadaan juga

diperpuruk oleh permasalahan lainnya seperti seperti kebodohan, kemiskinan dan

keserakahan.

Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumberdaya air, baik

air permukaan maupun air tanah. Kerusakan lingkungan yang semakin luas akibat

kerusakan hutan secara signifikan telah menyebabkan penurunan daya dukung Daerah

Aliran Sungai (DAS) dalam menahan dan menyimpan air. Hal yang memprihatinkan

adalah indikasi tejadinya proses percepatan laju kerusakan daerah tangkapan air dan

tingginya tingkat sedimentasi sungai yang sampai sekarang belum pernah dilakukan

pengerukan terhadap sungai terutama sungai Batanghari.

Produk tambang utama provinsi Jambi adalah minyak bumi, gas bumi, dan batu

bara, sedangkan yang lain masih belum dieksploitasi dan eksplorasi secara optimal.

Produksi minyak bumi provinsi Jambi pada tahun 2004 sampai 2008 menunjukkan

kecenderungan yang menurun akibat dari sebagian tambang yang sudah terkuras habis

dan sudah dieksploitasi semenjak zaman pemerintahan Belanda.

Sedangkan produksi dua produk pertambangan utama lainnya menunjukkan

kecenderungan penaikan karena makin banyak ditemukan dan mulai diekploitasi, terutama

batubara yang sangat gencar diusahakan dalam kurun waktu 4 (empat tahun terakhir).

Tabel 2.4.4

Produksi Pertambangan menurut Jenis Barang Di Provinsi Jambi Tahun 2004-2008

No Jenis Bahan Tambang 2004 2005 2006 2007 2008

1 Minyak Bumi (000 barel) 8. 995,23 9 .265,06 8.375,79 7.354,71 6.795,02

2 Gas Bumi (MMBTU) 21.836.170 44.182.883 97.960 697 92.410.629 97.654 085

3 Batu Bara (m ton) 2.215.496,24 4.216.057,27

Sumber : Dinas Pertambangan Provinsi Jambi

4). Kondisi Lahan Rehabilitasi dan Konservasi

Hutan konservasi di provinsi Jambi terdiri dari hutan lindung dan hutan taman

nasional. Rehabilitasi hutan yang dilakukan ada di dalam lahan hutan dan di luar hutan,

Page 81: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

72

namun rehabilitasi yang paling dominan dilakukan adalah rehabilitasi lahan luar hutan.

Data Tabel 2.4.5. memberikan informasi bahwa lahan luar hutan yang direhabilitasi di

provinsi Jambi palin luas pada tahun 2006 sebanyak 4.573 Ha, sedangkan yang mampu

dilakukan pada tahun 2008 seluas 974 Ha.

Tabel 2.4.5 Perkembangan Luas Lahan Rehabilitasi dan Kawasan Konservasi

Di Provinsi Jambi Tahun 2004-2008

Tahun

Jambi Indonesia Rehabilitasi lahan luar

hutan

Luas kawasan

konservasi

% Rehab Thd Lh. Konserv.

Rehabilitasi lahan luar

hutan

Luas kawasan

konservasi

% Rehab Thd Lh. Konserv.

2004 2445 733.908 0,33 390.896,00 22.715.297 1,72 2005 100 719.995 0,01 70.410,00 22.703.151 0,31 2006 4573 719.995 0,64 301.020,00 22.702.527 1,33 2007 930 730.595 0,13 239.236,00 20.040.048 1,19 2008 974 730.595 0,13 239.236,00 20.040.048 1,19

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, 2008

Luas lahan kawasan konservasi di provinsi Jambi pada tahun 2004 seluas 733.908

Ha, turun menjadi 719.995 Ha akibat dari konversi kawasan yang berubah status menjadi

lahan perkebunan dan yang lainnya. Sedangkan pada tahun 2007 naik menjadi 730.595

Ha yang diakibatkan adanya tambahan lahan konservasi di Bukit 12 sebagai lahan

konservasi untuk penduduk asli Suku Anak Dalam (suku Kubu).

Analisis Relevansi Gambar 2.4.3 menunjukkan hasil outcomes kualitas pengelolaan SDA dan

Lingkungan Hidup di provinsi Jambi, yang menunjukkan indikasi kecenderungan membaik

pada periode tahun 2006-2008 walaupun belum sebaik yang dilakukan pada tahun 2005.

Data pengelolaan SDA dan Lingkungan hidup yang tersedia di provinsi Jambi yang

tersedia dan dapat dibandingkan dengan data nasional hanya lahan rehabilitasi dan

konservasi saja. Sedangkan data rehabilitasi lahan kritis dan rehabilitasi kelautan tidak

tersedia.

Hasil outcomes pengelolaan SDA dan Lingkungan hidup di provinsi Jambi pada

tahun 2004 dan 2005 lebih rendah dibandingkan dengan nasional, sedangkan untuk tahun

2006 dan 2007 lebih tinggi dari nasional, dan untuk tahun 2008 lebih rendah dari nasional.

Page 82: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

73

Laju kecenderungan kualitas pengelolaan SDA dan LH provinsi Jambi kelihatannya searah

dengan nasional.

Gambar 2.4.3

Perbandingan Outcomes Rahabilitasi dan Konservasi Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

Arah pengelolaan SDA dan LH di provinsi Jambi parallel dengan yang yang

dilakukan secara nasional, hal ini disinyalir karena program rehabilitasi dan program-

progam kehutanan masih terasa sangat dipengaruhi oleh kebijakan yang dilakukan oleh

pusat. Program-program perbaikan pengelolaan SDA dan LH dari pusat besar, kemudian

diterima dalam bentuk dana DAK dan dana dekontrasi di provinsi dan dijalankan sebagian

besar sesuai dengan petunjuk teknis dari pusat. Sedangkan anggaran rehabilitasi yang

dilakukan oleh dana daerah masih sangat kecil dan belum mampu mengatasi

permasalahan lahan kritis dan lahan konservasi yang tejadi di provinsi Jambi. Pihak

eksekutif dan legislative (DPRD) di provinsi Jambi semenjak dulu sampai sekarang masih

menganggap tanggung jawab rehabilitasi hutan dan lahan konservasi adalah tanggung

jawab pemerintah pusat. Konsentarasi keuangan pemerintah daerah lebih banyak

diprioritaskan untuk pencukupan dan rehabilitasi infrastruktur jalan dan jembatan terutama

yang mendukung sentra-sentra produksi komoditas daerah.

Analisis Efektivitas Di lihat dari kecenderungan arah (trend) outcomes daerah Jambi dibandingkan

dengan nasional juga searah, hanya saja hasil outcomenya terjadi sedikit perbedaan.

Kalau outcome pengelolaan SDA dan LH provinsi Jambi lebih rendah dibandingkan dengan

Page 83: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

74

nasional, namun untuk tahun 2006 sama-sama menurun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Trend outcomes tahun 2006 dan 2007 kembali meningkat namun outcomes

provinsi Jambi lebih baik dibandingkan dengan nasional, dan trend outcome tahun 2008

untuk provinsi Jambi lebih rendah dari nasional. Kondisi yang demikian disebabkan oleh

selama kurun waktu 2004-2008 telah terjadi 3 (tiga) kali penggantian Kepala Dinas

Kehutanan, dan konsentrasi keproyekkan mungkin saja akan berbeda untuk masing-

masing pimpinan.

Gambar 2.4.4 Perbandingan Trend Outcomes Lahan Rehabilitasi dan Konservasi

Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data diolah

2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

Indikator spesifik dan menonjol dalam pengendalian SDA dan Lingkungan Hidup di

provinsi Jambi adalah turun secara drastisnya jumlah lahan HPH dari tahun 2004-2008,

dengan tingkat pertumbuhan negatif yang sangat tinggi. Jika luas HPH yang terdapat di

provinsi Jambi tahun 2004 seluas 821.995 Ha, turun drastis menjadi 328.349 Ha pada

tahun 2005, dan menjadi 135.705 Ha pada tahun 2007 dan 2008. Semakin menurunnya

jumlah HPH di provinsi Jambi menunjukkan bahwa kemampuan lahan produksi sudah

sangat menurun. Laju penurunan jumlah lahan HPH Indonesia juga mengalami penurunan

Page 84: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

75

yang cukup besar tetapi dalam bentuk pertumbuhan negatifnya lebih kecil dibandingkan

dengan kondisi di provinsi Jambi.

Menurut ketentuanyang diatur dalam UU. No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan

menyatakan bahwa pengelolaan hutan itu akan diserahkan kepada PT. Inhutani. Namun

yang tejadi di provinsi Jambi sebagian besar lahan bekas HPH tersebut dibiarkan terlantar,

sebagian besar diserobot penguasaanya oleh masyarakat, dan sebagian lagi dibiarkan

menjadi lahan tidur dan marginal. Lahan bekas HPH ini oleh masyarakat dijadikan sasaran

illegal loging, sehingga menyebabkan hutan Jambi semakin lama semakin kritis.

Tabel 2.4.6 Perkembangan lahan HPH

Di Provinsi Jambi dan Indoneisa, Tahun 2004-2008

Tahun Luas HPH (Ha) J a m b i % g Jambi Indonesia % g Indo

2004 821.995 21.412.319

2005 328.349 -60,05 27.715.184 29,44

2006 299.974 -8,64 28.424.883 2,56

2007 133.705 -55,43 28.271.043 -0,54

2008 133.705 0,00 26.273.140 -7,07

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, 2008

2.4.3. Rekomendasi Kebijakan Pembangunan kehutanan diarahkan untuk :

1. Penegakan hukum yang tepat terhadap pelaku kegiatan penebangan liar (illegal

logging) dan perdagangan kayu illegal, pembakaran hutan serta perambahan dan

okupasi kawasan hutan.

2. Memperbaiki sistem pengelolaan hutan melalui meningkatkan keterlibatan masyarakat

secara langsung di dalam dan disekitar hutan.

3. Meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan dalam wilayah DAS, serta

meningkatkan pengawasan dan penegakan hukumnya.

Page 85: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

76

4. Peningkatan pelaksanaan Rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan dengan

peningkatan beban anggaran daerah.

Pembangunan kelautan diarahkan untuk :

1. Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir secara lestari

berbasis masyarakat.

2. Membangun sistem pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan sumber daya

laut dan pesisir, yang disertai dengan penegakan hukum yang ketat.

3. Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir serta merehabilitasi ekosistem yang rusak.

4. Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah pesisir, laut,

perairan tawar.

5. Menggiatkan kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan

sumber daya laut dan pesisir.

Pembangunan pertambangan diarahkan untuk :

1. Meningkatkan eksplorasi dalam upaya menambah cadangan migas dan sumber daya

mineral lainnya.

2. Meningkatkan eksploitasi dengan selalu memperhatikan aspek pembangunan

berkelanjutan, khususnya mempertimbangkan kerusakan hutan, keanekaragaman

hayati dan pencemaran lingkungan.

3. Meningkatkan akurasi data, promosi, dan pelayanan informasi mineral, batubara, air

bawah tanah dan panas bumi.

4. Menerapkan Good Mining Practice di lokasi tambang yang sudah ada.

5. Menginventarisasi dan merehabilitasi lahan dan kawasan pasca tambang.

6. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan.

7. Meningkatkan pelayanan dan informasi pertambangan.

Pembangunan lingkungan hidup diarahkan untuk :

Mengarusutamakan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke

seluruh bidang pembangunan.

1. Meningkatkan koordinasi lintas daerah/pusat dalam pengelolaan lingkungan hidup (LH).

2. Meningkatkan penegakan hukum secara konsisten terhadap pencemar lingkungan.

3. Meningkatkan pembinaan terhadap dunia usaha dalam pengelolaan LH.

4. Meningkatkan kapasistas kelembagaan pengelola LH.

Page 86: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

77

5. Meningkatkan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan.

6. Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu lingkungan hidup dan

berperan aktif sebagai kontrol-sosial dalam memantau kualitas lingkungan hidup.

Page 87: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

78

Sub Bab 2.5 TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT

2.5.1 Capaian Indikator Peningkatan kesejahteraan rakyat merupakan muara dari keseluruhan proses dan

sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pembangunan. Tingkat kesejahteraan

masyarakat antara lain dicerminkan oleh tingkat pendapatan riil, akses terhadap

pendidikan, kesehatan, perumahan yang layak dan berbagai pelayanan publik lainnya,

serta kualitas lingkungan hidup. Dilihat dari sisi ekonomi, tingkat kesejahteraan masyarakat

dalam tahun 2007 sedikit membaik berkat dorongan peningkatan penerimaan atas nilai jual

beberapa komoditas yang dihasilkan Provinsi Jambi seperti karet dan kelapa sawit. Namun

peningkatan harga berbagai komoditas lainnya terutama produk pangan yang sebagian

besar didatangkan dari luar daerah disertai kondisi infrastruktur transportasi yang belum

begitu memadai telah memicu tingginya laju inflasi di daerah ini yang selanjutnya

berdampak terhadap tertekannya daya beli masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berberapa indikator antara lain:

indikator kemiskinan, angkatan kerja, kesempatan kerja, pengangguran dan lain-lain. Sasaran utama peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam RPJMD 2004-2009 adalah

penurunan jumlah penduduk miskin dan terpenuhinya hak dasar masyarakat miskin. Bila

dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tersebut ternyata belum disertai oleh penguatan

struktur ekonomi daerah.

Stagnasi perubahan struktur kesempatan kerja antar sektor terjadi yang ditunjukkan

oleh belum pulihnya peran sektor industri manufaktur sebagai penyedia lapangan

pekerjaan bagi tambahan angkatan kerja setiap tahun. Penurunan peran sektor industri

manufaktur dalam menyerap tenaga kerja setelah industri perkayuan menghadapi krisis

bahan baku yang berakhir dengan terhentinya operasional sebagian besar industri tersebut

tidak diantisipasi secara cepat melalui pengembangan berbagai jenis industri pengolahan

berbasis pertanian lainnya.

Sasaran lain peningkatan kesejahteraan rakyat adalah pengurangan kesenjangan

antar wilayah dengan prioritas pembangunan perdesaan dan pengurangan ketimpangan

pembangunan wilayah. Provinsi Jambi termasuk kelompok daerah berpendapatan rendah

Page 88: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

79

di Sumatera, demikian juga di tingkat perekonomian nasional. Kondisi ini menempatkan

Provinsi Jambi sebagai daerah yang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan

per kapita masyarakatnya perlu dipacu lebih cepat untuk mencapai sasaran menurunnya

ketimpangan antar wilayah provinsi di tingkat nasional. Sebagai daerah berbasis

agrobisnis, dengan kontribusi sektor pertanian masih cukup tinggi dan sektor industri

didominasi oleh industri pengolahan hasil-hasil pertanian, maka pertumbuhan ekonomi

dapat dipacu melalui peningkatan nilai tambah pertanian di bagian hulu dan

pengembangan lanjutan produk-produk industri pada tingkat yang lebih tinggi.

Namun pada kenyataanya jika dihubungkan dengan jumlah pengangguran terbuka

dan tingkat kemiskinan mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat kemajuan

zaman, bahwa sebagian besar tingkat kemiskinan dan pengangguran terbuka terjadi di

sektor agraris. Menurut generasi muda pencari kerja, sektor agraris yang begitu

menjanjikan bagi sebagian orang bukanlah lahan pekerjaan yang menarik bagi mereka.

a. Kemiskinan dan Kesempatan Kerja Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor

seperti tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa,

lokasi, kondisi geografis, gender dan kondisi lingkungan. Seseorang atau sekelompok

orang dikatakan berada dalam kondisi miskin apabila tidak terpenuhi hak-hak dasarnya

untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Jadi

kemiskinan tidak dapat dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi tetapi juga

kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan terhadap seseorang atau

sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara lebih bermartabat. Inilah salah satu

alasan mengapa generasi muda pencari kerja sangat tidak tertarik untuk bekerja di sektor

agraris, dan gensi atau martabat mereka sepertinya tidak mampu terangkat kalau bekerja

di sektor ini. Tapi pada kenyataannya tidaklah berlaku demikian karena banyak pula

kesempatan kerja yang telah dimanfaatkan di sektor ini mampu melambungkan derajat

martabat mereka pada sisi yang lebih baik.

Berdasarkan data dari Tabel 2.5.1. terlihat bahwa jumlah angkatan kerja di Provinsi

Jambi semakin meningkat, kalau pada Februari 2006 jumlah angkatan kerja ebesar

1.193.456 orang, naik menjadi 675.071 orang untuk periode yang sama pada tahun 2007

Page 89: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

80

sebesar 1.312.739 orang, kemudian posisi pada Februari 2008 turun menjadi sebesar

1.256.895 jiwa.

Tabel 2.5.1 Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

Provinsi Jambi, Februari 2006 – Februari 2009

Bulan Angkatan Kerja BAK Bekerja Penggrn Jumlah Februari 2009 1.260.000 74.000 1.334.000 666.610 Agustus 2008 1.224.483 66.371 1.290.854 666.556 Februari 2008 1.182.673 74.222 1.256.895 675.071 Agustus 2007 1.146.861 76.090 1.222.951 653.402 Februari 2007 1.227.555 85.184 1.312.739 584.333 Agustus 2006 1.103.386 78.264 1.181.650 657.217 Februari 2006 1.100.584 92.772 1.193.356 631.419

Sumber: Susenas BPS Provinsi Jambi, 2009

Jumlah pengangguran terbuka di provinsi Jambi untuk kurun waktu Februari 2006

sampai Agustus 2009 menunjukkan angka yang bervariasi, jumlah tertinggi pengangguran

terbuka provinsi Jambi terjadi pada bulan Februari 2006 –Februari 2008 sebanyak 92.772

orang, dan terendah pada bulan Agustus 2008. (lihat Tabel 2.5.1), namun jika dilihat secara

keseluruhan antara kurun waktu taun 2004-2008 terlihat bahwa pengangguran terbuka

tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebanyak 394.378 orang (atau sekitar 14,84 % dari

total jumlah penduduk provinsi). Terdapat kecenderungan hasil surve menunjukkan bahwa

jumlah pengangguran terbuka pada bulan-bulan Agustus lebih rendah dibandingkan

dengan pengangguran terbuka pada bulan-bulan Februari selama kurun waktu survei.

Gambar 2.5.1. Pengangguran Terbuka dari Provinsi Jambi

Februari 2006 s.d Agustus 2009

Jumlah pengangguran terbuka daerah ini sejak tahun 2006 sampai 2008

memperlihatkan terjadi penurunan jumlah dari 177.709 atau (6,62%) pada tahun 2006,

Page 90: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

81

menurun menjadi 164.787 atau (5,91%) pada tahun 2008. Menurun tingkat pengangguran

terbuka di provinsi Jambi disebabkan peluang perkerjaan yang sifatnya sementara masih

terbuka, seperti meningkatnya tukang/pengusaha ojek hampir di setiap pelosok daerah ini.

Peluang pekerjaan ini sifatnya hanya terpaksa karena tidak tersedia peluang lain yang

cukup baik bagi pencari kerja.

Sedangkan jumlah penduduk miskin yang ada di provinsi Jambi dari tahun 2004

s.d. 2008 mengalami penurunan baik dalam jumlah maupun dari persentase seperti yang

dinyatakan dalam Tabel 2.5.2. Jika pertumbuhan penduduk miskin pada tahun 2005

sebesar 11,88%, tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun 2006 ke tahun 2007 adalah

sebesar 10,27% dan pertumbuhan tahun 2007 ke tahun 2008 adalah sebesar 9,32%.

Menurunkan jumlah kemiskinan di provinsi Jambi juga disebabkan oleh masih terbukanya

kempatan kerja yang sifatnya temporer, seperti menjadi tukang ojek, buruh tani dan buruh

bangunan. Namun penurunan jumlah kemiskinan ini juga diakibatkan oleh distribusi

pendapatan di provinsi Jambi cukup merata dengan indikasi angka Gini Rasio provinsi

Jambi sebesar 2,16% - tergolong pada ketimpangan pendapatan rendah (Bappeda, 2008).

Tabel 2.5.2

Perkembangan Pengangguran Terbuka dan Kemiskinan Provinsi Jambi, Tahun 2004-2008

Tahun Jumlah

Penduduk (orang)

Pengangguran Terbuka

% Pertbh Kemiskinan %

Pertbh

2004 2.619.553 158.199 6,04 326.134 12,45 2005 2.657.536 394.378 14,84 315.715 11,88 2006 2.683.099 177.709 6,62 305.068 11,37 2007 2.742.196 170.615 6,22 281.624 10,27 2008 2.788.269 164.787 5,91 259.867 9,32

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2008

Berdasarkan data Tabel 2.5.2 terlihat bahwa terdapat hubungan yang negatif antara

peningkatan jumlah penduduk provinsi Jambi dengan pengangguran terbuka dan

kemiskinan. Jika jumlah penduduk Jambi terjadi peningkatan yang terus menerus dalam

kurun waktu 2004-2008, tingkat kemiskinan terus menurun dari 326.134 orang pada tahun

2004 menjadi 259.867 orang pada tahun 2008. Demikian pula untuk tingkat pengangguran

terbuka, dengan kecenderungan yang sama dengan arah pengurangan kemiskinan.

Page 91: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

82

Gambar 2.5.2

Perkembangan Pengangguran Terbuka dan Kemiskinan Provinsi Jambi, 2004 – 2008

Gambar 2.5.3

Pertumbuhan Pengangguran dan dan Kemiskinan Provinsi Jambi, Februari 2006 – Agustus 2009

Tingkat pertumbuhan pengangguran dan kemiskinan selama kurun waktu 2004-

2008 terjadi trend penurunan kecuali untuk pertumbuhan kemiskinan dari tahun 2004 ke

tahun 2005 terjadi peningkatan. Secara umum tingkat pertumbuhan kemiskinan lebih tinggi

dari tingkat pertumbuhan pengangguran terbuka kecuali untuk tahun 2005 dimana tingkat

pertumbuhan pengangguran terbuka mencapai angka tertinggi.

Page 92: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

83

b. Tingkat Pelayanan Dinas PMKS Berdasarkan data Tabel 2.5.3 dan Tabel 2.5.4 terlihat bahwa tingkat pelayanan

sosial yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Provinsi Jambi masih relatif kecil. Jumlah usia lanjut pada tahun 2004 yang mampu dilayani

oleh Dinas PMKS provinsi Jambi adalah sebesar 2.051 orang (atau 1,92%) dari total usia

lanjut yang ada di daerah ini. Pada tahun yang sama, jumlah anak bermasalah yang

mampu dilayani oleh dinas yang sama adalah sebanyak 6.117 orang (atau 1,43%) dari

jumlah anak-anak bermasalah sosial, dan jumlah pelayanan dan rehabilitasi sosial yang

mampu ditangani oleh dinas yang sama berjumlah 1,386 orang (atau 1,19%).

Tabel 2.5.3 Perkembangan Tingkat Pelayanan Sosial dari Dinas Sosial (PMKS)

Provinsi Jambi, 2004 – 2008

Usia Lanjut Anak Bermasalah Sosial

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Tahun Jumlah Layanan PMKS Jumlah Layanan

PMKS Jumlah Layanan PMKS

2004 143.002 2.051 280.507 6.117 116.940 1.386

2005 155.094 1.768 281.243 5.476 126.730 1.533

2006 157.345 1.479 276.501 4.738 137.280 1.468

2007 162.880 1.775 250.402 3.530 142.071 1.449

2008 179.156 1.899 285.785 3.573 146.760 1.091

Sumber: Dinas PMKS Provinsi Jambi, berbagai seri laporan

Tabel 2.5.4 Perkembangan Tingkat Pelayanan Sosial dari Dinas Sosial (PMKS)

Provinsi Jambi, 2004 – 2008 (sambungan) Dinas PMKS Provinsi Jambi

Tahun Pelayanan Bagi Anak

Pelayanan Usia Lanjut

Rehabilitasi Sosial

2004 1,92 1,43 1,19 2005 2,89 1,14 1,21 2006 2,53 0,94 1,07 2007 2,75 1,09 1,02 2008 3,10 1,06 0,74

Perkembangan sampai dengan tahun 2008, dari tiga tingkat pelayanan sosial dari

Dinas PMKS terlihat juga bahwa jumlah tertinggi yang mampu dilayani oleh ini untuk usia

Page 93: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

84

lanjut sebesar 3,10% pada tahun 2008, sedangkan untuk pelayanan anak bermasalah

tertinggi pada tahun 2004 sebesar 1,43%, dan untuk pelayanan dan rehabilitasi sosial

tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 1.19%.

2.5.2 Outcomes Tingkat Kesejahteraan Rakyat Berdasarkan informasi dari Gambar 2.5.4. tergambar bahwa outcomes

Kesejahteraan Rakyat periode tahun 2004-2008 provinsi Jambi lebih tinggi dibandingkan

dengan outcomes nasional. Namun jika dilihat dari trend pertumbuhan provinsi Jambi

searah dengan trend pertumbuhan nasional.

Gambar 2.5.4 Perbandingan Outcomes Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data Diolah

Trend outcomes kesejahteraan rakyat provinsi Jambi (-4,53%) pada tahun 2005

lebih rendah dibandingkan dengan outcomes nasional (-2,53%). Pada tahun 2006 trend

outcomes provinsi Jambi (5,03%) meningkat tajam menjadi lebih tinggi dibandingkan

dengan outcomes nasional (1,70%), kemudian trend provinsi Jambi untuk tahun 2007 dan

tahun 2008 menurun searah dengan kecenderungan menurun positif untuk kedua daerah

perbandingan, namun lebih rendah dibandingkan dengan trend outcomes nasional.

Page 94: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

85

Gambar 2.5.5

Perbandingan Trend Outcomes Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Data Diolah

Analisis Relevansi Peningkatan kesejahteraan rakyat dapat dipengaruhi oleh berbagai tolok ukur,

seperti tingkat pengangguran terbuka, tingkat kemiskinan, dan layanan yang dilakukan oleh

dinas PMKS (Dinas Sosial). Arah kecenderungan (trend) peningkatan kesejahteraan rakyat

provinsi Jambi kelihatannya sejalan dengan arah peningkatan kesejahteraan rakyat

nasional. Hasil indikator kesejahteraan rakyat dari tahun ke tahun cukup membaik hal ini

sebagian besar disebabkan oleh semakin membaiknya harga-harga komoditas unggulan

sehingga banyak kemampuan daya beli masyarakat meningkat. Di samping itu tingkat

pertumbuhan harga komoditas lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat indeks biaya hidup

daerah Jambi. Indikator kesejahteraan rakyat dilihat dari tingkat pengangguran yang

menurun di mana kesempatan kerja yang meningkat mampu diisi oleh penduduk setempat,

dan belum mampu dan diminati oleh pencari kerja (pengangguran terbuka) yang berasal

dari luar daerah kecuali untuk sektor sekundernya seperti sektor perhubungan dan

komunikasi. Sejalan dengan itu tingkat kemiskinan juga berkurang karena peningkatan

Page 95: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

86

harga produk komoditas primer. Output yang dihasilkan oleh masyarakat mampu

mengangkat harkat martabat mereka lebih tinggi dari garis kemiskinan daerah.

Analisis Efektivitas

Hasil keseluruhan indikator kesejahteraan rakyat provinsi Jambi mempunyai

dampak yang posisitf bagi tujuan peningkatan kesejahteraan rakyat, hanya saja terdapat

kecenderungan menurun walaupun cukup baik dibandingkan dengan tahun-tahun awal

pengkajian. Hasil yang dicapai nampak juga sejalan dengan arah kecenderungan nasional.

Namun kalau dilihat dari tingkat pelayan yang mampu diberikan oleh Dinas PMKS masih

terlalu kecil dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk usia lanjut, anak-anak

bermasalah sosial, dan pelayanan dan rehabilitasi sosial baik untuk provinsi maupun untuk

nasional

2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Perkembangan jumlah kesempatan kerja dan jumlah tenaga kerja yang bekerja

sebagai akibat dari bertambahnya jumlah investasi dan jumlah perusahaan yang terbentuk

oleh penanaman modal tersebut. Pertumbuhan ekonomi diharapkan akan menjadi lebih

tinggi dengan masuknya investasi dan diharapkan pula jumlah tenaga kerja yang dapat

diserap oleh kegiatan penanaman modal akan dapat meningkat pula. Sehingga dengan

demikian salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah akan diiringi pula oleh

peningkatan peningkatan jumlah kesempatan kerja dan pengurangan tingkat

pengangguran.

Tingkat pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi yang cukup tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan ekonomi nasional, ternyata kurang berdampak positif terhadap

penyerapan tenaga kerja, hal ini terlihat bahwa jika menurut Tabel 2.3.3 dan Tabel 2.5.5.

terlihat bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Jambi yang terus meningkat dari 5,57% tahun

2005 meningkat terus menjadi 7,16% pada tahun 2008, yang diikuti oleh meningkatnya

jumlah investasi, namun tidak diiringi dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang

digunakan oleh perusahaan, demikian pula peningkatan jumlah perusahaan yang dibiayai

oleh PMDN dari kurun waktu 2004-2008 ternyata jumlah tenaga kerja yang digunakan

semakin berkurang.

Page 96: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

87

Tabel 2.5.5 Jumlah PMDN di Provinsi Jambi menurut

Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Prshn

Realisasi Investasi Tenaga Kerja Pertbhn

Ekonomi(Rp Juta) Indonesia Asing Jumlah

2004 120 9.090.812,7 31.498 81 31.579 2005 121 8.468.661,8 27.014 35 35.527 5,57 2006 124 9.144.985,1 39.576 23 39.599 5,89 2007 124 9.193.509,3 39.576 23 39.599 6,82 2008 126 8.838.272,4 28.546 34 28.580 7,16

Sumber: Jambi Dalam Angka, 2008

Informasi dari Tabel 2.5.6 tentang jumlah PMA di provinsi Jambi untuk periode yang

sama juga memperlihatkan gejala yang sangat kentara, bahwa berkembangnya jumlah

perusahaan dan peningkatan investasi PMA tidak diikuti dengan peningkatan jumlah

tenaga kerja yang digunakan.

Tabel 2.5.6

Jumlah PMA di Provinsi Jambi menurut Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Prshn

Realisasi Investasi Tenaga Kerja

(US$ 000) Indonesia Asing Jumlah 2004 48 706.921 7.706 13 7.719 2005 8 85.175 6.926 26 8.320

9 Rp. 26 001.510 2006 40 78.425 1.815 9 1.824 2007 40 78.425 1.815 9 1.824 2008 58 5.370,23 955 2 363

Sumber: Jambi Dalam Angka, 2008

Kedua jenis kegiatan investasi tersebut semakin memperkuat pernyataan bahwa

pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi yang tinggi dikategorikan kepada pertumbuhan

ekonomi yang kurang berkualitas. Beberapa indikasi tentang pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas antara lain bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan diikuti oleh: 1)

Page 97: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

88

peningkatan jumlah tenaga kerja yang digunakan; 2) pengurangan pengangguran; dan 3)

pengurangan tingkat kemiskinan di daerah.

2.5.3 Rekomendasi Kebijakan Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, penanggulangan

kemiskinan senantiasa menjadi priorotas pembangunan. Kebijakan, program dan kegiatan

penanggulangan kemiskinan selama ini, dapat dikelompokkan dalam empat aspek yaitu:

(1) menciptakan kesempatan kerja melalui proyek yang memiliki keterkaitan kedepan

maupun kebelakang terhadap sektor lainnya dalam penyerapan tenaga kerja. Dalam

hal ini pemerintah perlu memberikan iklim usaha yang kondusif kepada pihak swasta

yang berinvestasi

(2) menyempurnakan program pendukung pasar kerja dengan mendorong terbentuknya

informasi pasar kerja, membentuk berbagai bursa kerja, serta memperbaiki sistem

pelatihan bagi pencari kerja.

(3) pengurangan dan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin melalui penguatan

sumber daya manusia utamanya melalui peningkatan akses masyarakat miskin kepada

layanan dasar;

(4) pemberdayaan dan penguatan kelembagaan yang berpihak kepada masyarakat miskin.

Terkait dengan hal tersebut langkah-langkah priorotas yang perlu dilakukan oleh

pemerintah provinsi Jambi adalah:

(1) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan bagi masyarakat miskin,

terutama melalui keterjangkauan sekolah dasar dan menengah serta pelatihan

ketrampilan pada tingkat kabupaten;

(2) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin,

terutama penanganan pengurangan kematian ibu, balita dan gizi buruk;

(3) memperbaiki akses dan sanitasi dasar termasuk air minum bagi perkotan dan

perdesaan;

(4) mempercepat penanganan infrastruktur perdesaan serta daerah-daerah tertinggal dan

terisolir;

(5) memperluas program pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan kemandirian

masyarakat miskin agar dapat berpartisipasi dalam masalah kemiskinan;

(6) memperluas jangkauan pelayanan dan pasar usaha kecil dan mikro; dan

Page 98: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

89

(7) mengembangkan sistem jaminan sosial untuk penanganan resiko dan kerentanan

masyarakat miskin.

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan di Provinsi Jambi maka

perlu dilakukan beberapa langkah kebijakan yang menitikberatkan pada :

1. Menjaga ketersediaan dan stabilitas harga bahan pokok agar dapat menekan laju inflasi

dan dapat dijangkau oleh kelompok masyarakat miskin.

2. Mengembangkan kegiatan ekonomi yang berpihak pada kelompok rakyat miskin

3. Meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan kebutuhan dasar

4. Meningkatkan perlindungan terhadap rumah tangga miskin yang pemberdyaanya

sehingga secara perlahan dapat keluar dari lingkaran kemiskinan.

Page 99: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

90

Bab III

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja pembangunan daerah dalam 5 sasaran utama

pembangunan yaitu Pelayanan Publik dan Demokrasi, Peningkatan Kualitas

Sumberdaya Manusia, Pembangunan Ekonomi, Kualitas Pengelolaan Sumberdaya

Alam dan Tingkat Kesejahteraan Sosial Dalam periode 2004-2008, Pembangunan di

Provinsi Jambi memperlihatkan peningkatan yang secara berkelanjutan.

2. Trend pertumbuhan kinerja pembangunan di provinsi Jambi pada hampir semua

sasaran memperlihatkan pola yang hampir sama dengan trend nasional walaupun

sebagian berada diatas dan sebagian lagi dibawah trend nasional.

3. Sasaran-sasaran utama yang kinerjanya perlu lebih ditingkatkan dalam PJM-D

berikutnya ialah pengendalian pertumbuhan penduduk, angka kematian ibu dan

pengendalian lahan kritis.

4. Secara umum dapat dikatakan bahwa capaian pembangunan periode 2004-2009 di

provinsi Jambi sangat relevan dengan capaian pembangunan nasional.

5. Pelayanan publik di provinsi Jambi sangat relevan dengan tujuan pembangunan

nasional, dan tingkat efektivitasnya juga lebih baik dibandingkan perkembangan rata-

rata nasional.

6. Perkembangan kualitas SDM di provinsi ini masih relevan dengan tujuan

pembangunan nasional. Namun trend capaiannya tidak mengalami kemajuan yang

berarti yang salah satunya akibat kontribusi menurunnya persentase jumlah guru

yang layak mengajar pada tingkat SMP,

7. Tingkat pembangunan ekonomi menunjukkan perkembangan yang lebih tinggi

dibandingkan rata-rata tingkat nasional. Namun dari sisi efektivitas, terjadi fluktuasi

trend capaian indikator outcome yang menunjukkan kurang konsiten dalam

memelihara pembangunan ekonomi yang juga disebabkan laju investasi yang

fluktuatif.

8. Tingkat pengelolaan sumberdaya alam menunjukkan perkembangan pengelolaan

yang relevan dengan rata-rata tingkat nasional, namun belum begitu efektif

mencegah kerusakan yang ditunjukkan dengan masih meningkatnnya lahan kritis dan

Page 100: Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA

91

lahan sangat kritis, sementara perkembangan rehabilitasi lahan belum mampu

mengejar laju peningkatan lahan kritis tersebut.

9. Tingkat kesejahteraan sosial cukup relevan dengan tujuan pembangunan nasional

dan tren pencapaian kemajuannya juga relatif efektif hingga tahun 2008.