laporan 5

23
BAB I PENDAHULUAN I.1 Tujuan Praktikum Mengetahui adanya nitrasi inti benzene yang terdapat di dalam molekul protein (tirosin, fenilalanin dan triptofan). Mengidentifikasi adanya protein. I.2 Latar Belakang Protein-protein yang bersifat senyawa organik yang besar membuat dari asam amino mengatur disuatu rantai linier dan bekerjasama oleh ikatan peptide antara carboxyl dan gugus amino dari residu-residu asam amino yang bersebelahan. Urutan dari asam amino disuatu protein digambarkan oleh suatu gen menjadi didalam kode genetik. Meski kode genetic ini menyatakan 20 “yang standar” sel enocysteine asam amino lebih didalam archaea yang tertentu – pyrrolysin, residu-residu disuatu protein kadang-kadang secara kimiawi diuubah dimodifikasi post translational: bisa sebelum protein itu dapat berfungsi didalam sel, atau sebagai bagian dari mekanisme-mekanisme kendali. Protein-protein dapat juga bekerja sama untuk mencapai fungsi tertentu, dan mereka seringkali rekanan untuk membentuk complexes yang stabil. Kebanyakan protein merupakan enzim atau sub unit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi structural atau mekanis. Seperti misalnya protein yang

Transcript of laporan 5

Page 1: laporan 5

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Praktikum

Mengetahui adanya nitrasi inti benzene yang terdapat di dalam molekul protein

(tirosin, fenilalanin dan triptofan).

Mengidentifikasi adanya protein.

I.2 Latar Belakang

Protein-protein yang bersifat senyawa organik yang besar membuat dari asam

amino mengatur disuatu rantai linier dan bekerjasama oleh ikatan peptide antara

carboxyl dan gugus amino dari residu-residu asam amino yang bersebelahan. Urutan

dari asam amino disuatu protein digambarkan oleh suatu gen menjadi didalam kode

genetik. Meski kode genetic ini menyatakan 20 “yang standar” sel enocysteine asam

amino lebih didalam archaea yang tertentu – pyrrolysin, residu-residu disuatu protein

kadang-kadang secara kimiawi diuubah dimodifikasi post translational: bisa sebelum

protein itu dapat berfungsi didalam sel, atau sebagai bagian dari mekanisme-

mekanisme kendali. Protein-protein dapat juga bekerja sama untuk mencapai fungsi

tertentu, dan mereka seringkali rekanan untuk membentuk complexes yang stabil.

Kebanyakan protein merupakan enzim atau sub unit enzim. Jenis protein lain

berperan dalam fungsi structural atau mekanis. Seperti misalnya protein yang

membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam system kekebalan

(imun) sebagai anti bosi, system kendali dalam bentuk hormone, sebagai kopr

penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara sebagai salah satu sumber

gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu

membentuk asam aminotersebut ( heterotrof).

Pengetahuan kita tentang protein telah sangat meningkat dalam beberapa tahun

terakhir, didorong oleh tekhnologi baru dalam bidang biologi molecular dan protein

penelitian. Hal ini telah menjadi jelas bahwa dari satu gen tidak hanya satu produk

gen tetapi banyak yang berbeda. Disebut protein spesies dihalikan yang semuanya

berhubungan dengan fungsi yang berbeda.

Page 2: laporan 5

I.3 Dasar Teori

I.3.1 Pengertian protein

Protein (asal kata protos dari yunani yang berarti yang paling utama).

Merupakan senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi yang

merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan

satu sama lain dengan ikatan peptide molekul protein mengandung karbon,

hydrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein

berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus

kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain

berperan dalam fungsi structural atau mekanis. Seperti yang membentuk

batang dan sendi sitoskeleton. Protein yang terdapat. Protein yang terdapat

dalam makanan berfungsi sebagai zat uama dalam pembentukan sel-sel tubuh

sebagai sumber energy. Protein terlibat dalam system kekbalan sebagai anti

bodi.

Protein yang namanya berarti utama merupakan makro molekul yang paling

berlimpah didalam sel dan menyusul lebih dari setengah berat kering pada

hamper semu organisme. Protein merupakan instrument yang

mengekspresikan informasi genetic. Seperti juga terdapat ribuan gen didalam

inti sel. Masing-masing mencirikan suatu sifat nyata dari organisme, didalam

sel terdapat ribuan jenis protein yang berbeda. Masing-masing membawa

fungsi spesifik yang dibentuk oleh gen yang sesuai. Protein, karenanya bukan

hanya merupakan makromolekul yang berlimpah. Tetapi juga amat bervariasi.

Protein adalah suatu zat dalam susunan kimianya mengandung unsure-unsur

oksigen, karbon, hydrogen, nitrogen dan kadang-kadang mengandung unsure-

unsur lain seperti sulfur dan fosfor.

I.3.2 Jenis-jenis Protein

Protein menurut komposisi dapat dibagi, diantaranya:

a. Protein sederhana

Albumin

Albumin merupakan golongan protein yang paling penting dan

banyak dijumpai

Globulin

Globulin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan garam enes.

Page 3: laporan 5

Histon

Histon merupakan protein penting, karena mengandung proporsi yang

tinggi asam amino essensial yaitu lisin dan arginin.

Skieroprotein (Albuminoid)

Skleroprotein mempunyaibentuk dan fungsi pelindung dan dicarikan

oleh ketidak larutannya dalam air dan dalam kebanyakan pelarut.

b. Protein terkonjugasi

Fosfoprotein

Glikoprotein

Kromoprotein

Nucleoprotein

Lipoprotein

c. Protein menurut pembagian fungsi:

Protein struktur

Protein kotraktil

Enzim

Hormon

Anti bodi

I.3.2 Sifat-sifat protein

Protein kadang-kadang diperkenalkan sebagai molekul makro pemberi

keterangan, karena urutan asam amino dari dalam urutan basa dari bagian yang

bersebgketa dalam DNA yang mengarahkan biositesa protein. Tiap jenis

protein ditandai sifat-sifat:

1. Susunan kimia yang khas. Setiap protein individual merupakan senyawa

murni.

2. Babul molecular yang khas semula dalam satu contoh tertentu dari protein

mempunyai bobot moleculer yang sama. Jenis polimer ini disebut

monodispers. Suatu contoh acak dari polimer yang polidispenser

mencakup berbagai plastic buatan maupun polisakarida alam seperti kanji

dan selulosa.

Page 4: laporan 5

3. Urutan asam amino yang khas. Urutan asam amino dari protein tertentu

adalah terinci secara genetik. Akan tetapi, perubahan-perubahan kecil

dalam urutan asam amino dari protein tertentu dapat menjadi melalui

hasil-hasil yang diinginkan jika protein “yang diperbaiki”, diciptakan

melalui proses pemilikan alamiah pada tingkat molecular. Mutasi dapat

juga mempunyai akibat-akibat yang mencelakakan, seperti yang kita lihat

apabila kita meninjau anemia sel sabit.

I.3.4 Macam-macam uji protein

Analisis protein dilakukan dengan dua metode yaitu secara kulitatif dan

kuantitatif terdiri dari:

Analisa Kualitatif

1. Reaksi Xantoprotein

Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam

larutan protein setelah dicampur menjadi endapan putih yang dapat

berubah menjadi kuning apabila dipanaskan reaksi yang terjadi ialah

nitrasi pada inti benzena reaksi ini positif untuk protein yang

mengandung tirosin, fenilatonin, dan triprofon.

2. Rekasi Hopkins-cole

Larutan yang mengandung troprofan dapat direaksikan dengan

pereaksi Hopkins-cole yang mengandung asam glioksilat. Pereaksi ini

dibuatdari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Adanya

protein ditunjukkan dengan timbulnya cincin ungu pada batas antar

lapisan.

3. Reaksi millon

Pereaksi adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.

Protein ditunjukkan dengan adanya endapan putih yang dapat berubah

menjadi merah oleh pemanasan.

4. Reaksi natrium nitroprosida

Natrium nitroprosida dalam larutan amoniak akan menghasilkan

warna merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas.

5. Reaksi sakaguchi

Perekasi yang digunakan ialah noftol dan natrium hipobromit. Reaksi

ini berbentuk hasil positif apabila ada gugus guanidine contohnya

Page 5: laporan 5

arginin. Perubahan terjadi ialah adanya perubahan warna menjadi

metal.

6. Metode biuret

Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH. Kemudian ditambahkan

larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa

yang mengandung gugus asam anida. Uji ini memberikan reaksi

positif yaiu ditandai dengan timbulnya warna violet atau biru violet.

Analisa Kuantitatif

1. Metode Kjeldahl

Merupakan metode sederhana untuk penetapan nitrogen total pada

asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen.

Sampel didestruksikan dengan asam sulfat dan katalis dengan

katalisator yang sesuai sehingga menghasilkan ammonium sulfat.

Setelah pembebasan alkali dengan kuat, ammonia yang terbentuk

disuling uap secara kuantitatif kedalam larutan penyerap dan

ditetapkan secara titrasi.

2. Metode Titrasi Formal

Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan

dengan formalin akan membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya

dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan

mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH sehingga hasil

titrasi dapat diakhiri dengan tepat.

3. Metode Lowry

Pembuatan reagen lowry merupakan larutan asam fosfotonsitat-asam

fosfomolibolat dengan perbandingan (1:1) dan dicampur 2% natrium

karbonat dalam 100 ml natrium hidroksida dan ditambahkan dengan

1ml tembaga (II) sulfat serta 1ml kalium natrium tartrat

4. Metode Spektofotometri

Asam amino penyusun protein diantaranya adalah triprofon, tirosin,

dan fenilalanin yang mempunyai gugus aromatic. Reaksi adsorbs

sinar yaitu 280/260 menentukan factor korksi dari metode ini.

I.3.5 Macam-macam Kerusakan Protein

Kerusakan protein diantaranya disebabkan oleh:

Page 6: laporan 5

1. Autolysis

Penembakan tubuh organisme yang mati oleh enzim tanpa bantuan

bakteri. Contoh ikan mati enzim tubuh ikan merombak ikan tersebut maka

daging ikan jadi lunak

2. Denaturasi

Berubahnya sifat fisik dari protein. Pada daging ikan semula kenyal maka

menjadi kaku. Denaturasi disebabkan oleh suhu, zat kimia dan garam.

3. Koagulasi

Proses lebih lanjut dari denaturasi

4. Penambahan

Protein dirombak oleh mikroba menjadi asam amino, maka akan terjadi

bau busuk pada ikan

5. Pelarutan

BAB II

METODE

Page 7: laporan 5

II.1 Alat dan Bahan

Rak dan tabung reaksi

Pipet tetes

Beaker glass

Labu ukur

Gelas ukur

Kaki tiga

Kawat kassa

Lampu spirits

II.2 Cara Kerja

Pengaruh logam berat

1. 4 tabung reaksi di isi dengan masing-masing 5 ml larutan albumin 2 % (pH ±

7).

2. Tabung 1 : ditambahkan larutan CuSO4 2 % tetes demi tetes dan diperhatikan

pengaruh tiap tetesan.

3. Penambahan pereaksi harus dilakukan berangsur-angsur agar pembentukan

presipitat yang larut kembali dengan kelebihan pereaksi dapat di lihat.

4. Percobaan diulangi terhadap Pb asetat 2 %, FeCl3 2 % dan HgCl2.

Salting out protein

1. 1 bagian putih telur mentah di tambah 4 bagian NaCl 1 % kemudian di

saring.

2. Pada sebagian larutan tersebut di tambah larutan (NH4)2SO4 jenuh sama

banyak.

3. Apakah ada protein yang diendapkan ? diencerkan sebagian campuran ini

dengan sedikit air. Apakah pengendapan ini reversible ?

4. Pada sisanya tambahkan (NH4)2SO4 padat hingga jenuh. Bagaimana

mengetahuinya, apa yang terjadi, apakah pengendapan reversible ?

5. Saring sisanya dan lakukan :

a. Test millon pada sebagian presipitat.

Page 8: laporan 5

b. Tes biuret pada filtrate. Sebagai ganti larutan NaOH, gunakan dalam test

sedikit NaOH padat untuk menguraikan (NH4)2SO4 yang berlebih yang

dapat menghalangi pembentukan biuret.

Test biuret

1. 2 ml larutan albumin 2 % di tambah 2 ml NaOH 10 % di tambah 1 tetes

larutan CuSO4. Bila belum trbentuk warna merah jambu atau lembayung di

tambah kembali setetes CuSO4

Test ninhidrin

1. 2 ml larutan albumin 2 % (pH ± 7) tambahkan beberapa tetes laritan

ninhidrin 0,1 %.

2. Dipanaskan pada penangas air selama 10 menit. Diperhatikan warna biru

yang terbentuk.

Test xanthoprotein

1. 3 tabung reaksi masing-masing di masukkan albumin, kasein dan pepton

kemudian ditambahkan HNO3 pekat dan di panaskan. Amati yang terjadi.

2. Setelah dipanaskan kemudian didinginkan dan di tamabh dengan NaOH

pekat

3. Amati perubahan yang terjadi.

Test millon

1. 2 ml larutan albumin di tambah beberapa tetes pereaksi millon (terbentuk

endapan putih).

2. Dipanaskan dengan hati-hati, bila timbul warna merah berarti test ini positif.

Test Hopkins cole

1. 2 ml larutan albumin 2 % di tambah 2 ml pereaksi hokins cole kemudian di

tamabh H2SO4 pekat dengan hati-hati melalui dinding tabung sampai

terbentuk 2 lapisan cairan.

2. Diamkan terlebih dahulu, setelah beebrapa detik akan terlihat cincin ungu

pada perbatasan kedua cairan.

Page 9: laporan 5

.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 10: laporan 5

III.1 Hasil Percobaan

Pengaruh logam berat

No

.Pereaksi Perlakuan Pengamatan Gambar

1. CuSO4

Albumin

ditambahkan

dengan CuSO4 tetes

demi tetes.

Terbentuk presipitat

berwarna hijau

kebiruan.

Larutan CuSO4

ditambahkan

berlebih.

Presipitat menjadi

lebih banyak.

Didiamkan menjadi

menggumpal

2. Pb asetat

Albumin

ditambahkan

dengan Pb asetat

tetes demi tetes.

Terbentuk presipitat

berwarna putih.

Larutan Pb asetat

ditambahakan

berlebih.

Terbentuk presipitat

lebih banyak.

3. FeCl

Albumin

ditambahkan FeCl

tetes demi tetes.

Terbentuk presipitat

berwarna coklat.

Larutan FeCl

ditambahkan

berlebih.

Terbentuk presipitat

lebih banyak.

4. HgCl2

Albumin

ditambahkan

dengan HgCl2 tetes

demi tetes.

Terbentuk presipitat

warna putih.

Larutan HgCl2

ditambahkan

berlebih.

Terbentuk presipitat

lebih banyak.

Page 11: laporan 5

Salting out protein

No

.Perlakuan Pengamatan Gambar

1.

Putih telur + NaCl +

(NH4)2SO4.

Keruh dan terdapat

gumpalan.

Campuran di atas di

tambah air.

Larutan tidak berubah.

Tetap keruh dan terdapat

gumpalan.

2.

Putih telur + NaCl +

(NH4)2SO4.padat.

Terdapat presipitat,

larutan berwarna putih.

Filtrate dilakukan test

biuret.

Larutan berwarna biru

keunguan.

Presipitat dilakukan test

millon.

Larutan berwarna kuning

seulas.

Test biuret

No. Zat Perlakuan Pengamatan Gambar

1. Albumin

Albumin

ditambah dengan

NaOH dan

CuSO4.

Terbentuk 2 fase. Fase

atas berwarna kuning dan

berubah menjadi

lembayung setelah di

tambah dengan CuSO4.

Fase bawah berwarna

putih.

2. Kasein

Kasein ditambah

dengan NaOH

dan CuSO4.

Kasein di tambah dengan

NaOH tetap bening

setelah di tambah dengan

CuSO4 menjadi warna

lembayung.

3. Pepton Pepton ditambah

dengan NaOH

dan CuSO4.

Pepton di tambah dengan

NaOH tetap bening

setelah di tambah dengan

CuSO4 menjadi warna

Page 12: laporan 5

lembayung.

Test xanthoprotein

No

.Zat Perlakuan Pengamatan Gambar

1. Albumin

Albumin di

tambah HNO3

Terdapat gumpalan

berwarna kuning.

Kiri ke kanan :

kasein, albumin dan

pepton

Dipanaskan dan di

tambah dengan

NaOH.

Gumpalan larut dan

berwarna kuning

muda.

2. Kasein

Kasein di tambah

HNO3

Larutan agak keruh.

Dipanaskan dan di

tambah dengan

NaOH.

Larutan menjadi

kuning seulas

3. Pepton

Kasein di tambah

HNO3

Larutan bening.

Dipanaskan dan di

tambah dengan

NaOH.

Larutan tidak

berubah, tetap

bening.

Test ninhidrin

No. Zat Perlakuan Pengamatan Gambar

1. AlbuminZat / sampel ditambahkan

dengan NaOH encer

sampai pH netral dan di

teteskan dengan ninhidrin.

Kemudian dipanaskan.

Larutan menjadi

biru tua.,

2. KaseinLarutan menjadi

ungu bening.

3. Pepton Larutan menjadi

biru tua.

Page 13: laporan 5

Test millon

No

.Zat Perlakuan Pengamatan Gambar

1. Albumin Zat / sampel ditambah

beberapa tetes pereaksi

millon kemudian

dipanaskan.

Terbentuk

endapan putih.

2. Kasein Larutan menjadi

keruh.

3. Pepton Larutan bening.

Test Hopkins cole

No

.Zat Perlakuan Pengamatan Gambar

1. Albumin

Zat / sampel di

tambah pereaksi

Hopkins cole dan

H2SO4

Larutan berwarna coklat

bening.

2. Kasein

Terbentuk cincin ungu,

cairan berwarna coklat

sulas.

3. Pepton

Terbentuk cincin ungu,

cairan berwarna coklat

sulas

III.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan kembali uji terhadap protein. Pengujian

tersebut diantaranya uji pengaruh logam berat, salting out protein, test biuret, test

ninhidrin, test xanthoprotein, test millon dan test Hopkins cole.

Untuk pengujian pengaruh logam berat terhadap kelarutan protein, logam yang

ditambahkan adalah CuSO4, Pb asetat, FeCl dan HgCl2.penambahan logam berat sama

seperti penambahan asam-asam mineral kuat yang apabila ditambahkan berlebihan

tidak melarutkan albumin melainkan presipitat yang terbentuk lebih banyak.

Pada pengujian salting out protein yaitu dengan menambahkan garam sampai

keadaan jenuh. Garam yang ditambahkan yaitu NaCl dan (NH4)2SO4 Setelah

ditambahakan dengan garam, terbentuk gumpalan atau presipitat yang bersifat

ireversibel (tidak dapat kembali ke semula). Larutan yang terbentuk gumpalan

tersebut kemudian ditambahkan di saring dan dilakukan test biuret untuk filtratnya

Page 14: laporan 5

dan test millon untuk presipitatnya. Pada test millon menunjukkan hasil yang negative

karena warna yang terbentuk adalah kuning seulas. Sedangkan untuk test biuret

menghasilkan hasil yang negative pula dengan menunjukkan warna biru. Hal ini

mungkin dikarenakan penambahan garam yang terlalu banyak dan penambahan

NaOH yang sedikit sehingga biuret tidak terbentuk.

Untuk test biuret dilakukan untuk mengidentifikasi adanya protein. Pada

pengujian untuk sampel albumin, kasein dan pepton dinyatakan positif pada pengujian

ini dengan terbentuknya warna lembayung setelah ditambahkan pereaksi CuSO4.

Pada test ninhidrin, sebelum sampel direaksikan dengan pereaksi ninhidrin

sampel ditambah dengan NaOH encer terlebih dahulu agar suasana pH menjadi netral.

Pada test ini sampel menunjukkan hasil yang positif yaitu dengan terbentuknya warna

kompleks biru yang disebabkan terbetuknya gugus aldehid.

Untuk test xanthoprotein dilakukan penambahan larutan asam nitrat pekat

ditambahkan dengan hati-hati kedalam larutan sampel. Untuk sampel alnumin setelah

dicampur menjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning. Apabila

dipanaskan gumpalan menjadi larut dan reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti

benzene. Sedangkan untuk sampel kasein hanya terbentuk larutan yang berubah

menjadi keruh saja dan untuk pepton tidak terjadi perubahan apapun. Reaksi ini

positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilatonin, dan triprofon.

Untuk test millon pereaksi yang digunakan adalah pereaksi millon yang di

buat dari larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Pada percobaan ini

hasil yang ditunjukkan adalah negative dikarenakan tidak timbulnya warna merah

setelah sampel direaksikan dengan pereaksi millon dan dipanaskan.

Pada test Hopkins cole menujukkan hasil yang positif pada sampel dengan

terbentuknya cincin ungu setelah di tambah dengan H2SO4 pekat secara perlahan-

lahan. Terbentuknya cincin ungu mungkin dikarenakan triptofan pada protein

berkondensasi dengan aldehid asam glioksilat dan dengan asam pekat sehingga

terbentuk kompleks warna.

Page 15: laporan 5

BAB IV

SIMPULAN

Protein merupakan senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi yang

merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain

dengan ikatan peptida. Protein memiliki berbagai macam jenis, diantaranya adalah, golongan

utama berdasarkan peran biologi yaitu: enzim, protein transport, protein nutrient, protein

kontraksi, protein structural, protein pertahanan, protein pengatur dan yang lainnya.

Setelah dilakuakn percobaan dapat disimpulkan bahwa albumin atau protein tidak

dapat larut oleh logam berat. Untuk mngidentifikasi protein dapat dilakukan dengan test

biuret yang ditunjukkan dengan warna lembayung, test ninhidrin dengan timbulnya warna

biru, test millon yang membentuk warna merah setelah dipanaskan dan test Hopkins cole

dengan terbentuknya cincin ungu.

Page 16: laporan 5

DAFTAR PUSTAKA

http://www.g-excess.com/indeks2php?Option= com_conten&du_pdf=1&id=540.html.

Diakses pada tanggal 26 November 2011 pada pukul 16.00 WIB.

http://www.blogpribadi.com/2009/07/protein-24.html. Diakses pada tanggal 26 November

2011 pada pukul 16.15 WIB.

(http://kusmandanuuindra4.blogspot.com/2004/ protein.html). Diakses pada tanggal 26

November 2011 pada pukul 16.21 WIB.

http://www.ziamaystri.blogfriend.com/protein.html. Diakses pada tanggal 26 November 2011

pada pukul 16.30 WIB.

Lehninger, Albert.L.1995. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid I. Jakarta