laporan 5
-
Upload
risqianingtias -
Category
Documents
-
view
36 -
download
0
Transcript of laporan 5
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Praktikum
Mengetahui adanya nitrasi inti benzene yang terdapat di dalam molekul protein
(tirosin, fenilalanin dan triptofan).
Mengidentifikasi adanya protein.
I.2 Latar Belakang
Protein-protein yang bersifat senyawa organik yang besar membuat dari asam
amino mengatur disuatu rantai linier dan bekerjasama oleh ikatan peptide antara
carboxyl dan gugus amino dari residu-residu asam amino yang bersebelahan. Urutan
dari asam amino disuatu protein digambarkan oleh suatu gen menjadi didalam kode
genetik. Meski kode genetic ini menyatakan 20 “yang standar” sel enocysteine asam
amino lebih didalam archaea yang tertentu – pyrrolysin, residu-residu disuatu protein
kadang-kadang secara kimiawi diuubah dimodifikasi post translational: bisa sebelum
protein itu dapat berfungsi didalam sel, atau sebagai bagian dari mekanisme-
mekanisme kendali. Protein-protein dapat juga bekerja sama untuk mencapai fungsi
tertentu, dan mereka seringkali rekanan untuk membentuk complexes yang stabil.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau sub unit enzim. Jenis protein lain
berperan dalam fungsi structural atau mekanis. Seperti misalnya protein yang
membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam system kekebalan
(imun) sebagai anti bosi, system kendali dalam bentuk hormone, sebagai kopr
penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara sebagai salah satu sumber
gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu
membentuk asam aminotersebut ( heterotrof).
Pengetahuan kita tentang protein telah sangat meningkat dalam beberapa tahun
terakhir, didorong oleh tekhnologi baru dalam bidang biologi molecular dan protein
penelitian. Hal ini telah menjadi jelas bahwa dari satu gen tidak hanya satu produk
gen tetapi banyak yang berbeda. Disebut protein spesies dihalikan yang semuanya
berhubungan dengan fungsi yang berbeda.
I.3 Dasar Teori
I.3.1 Pengertian protein
Protein (asal kata protos dari yunani yang berarti yang paling utama).
Merupakan senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan
satu sama lain dengan ikatan peptide molekul protein mengandung karbon,
hydrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus
kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain
berperan dalam fungsi structural atau mekanis. Seperti yang membentuk
batang dan sendi sitoskeleton. Protein yang terdapat. Protein yang terdapat
dalam makanan berfungsi sebagai zat uama dalam pembentukan sel-sel tubuh
sebagai sumber energy. Protein terlibat dalam system kekbalan sebagai anti
bodi.
Protein yang namanya berarti utama merupakan makro molekul yang paling
berlimpah didalam sel dan menyusul lebih dari setengah berat kering pada
hamper semu organisme. Protein merupakan instrument yang
mengekspresikan informasi genetic. Seperti juga terdapat ribuan gen didalam
inti sel. Masing-masing mencirikan suatu sifat nyata dari organisme, didalam
sel terdapat ribuan jenis protein yang berbeda. Masing-masing membawa
fungsi spesifik yang dibentuk oleh gen yang sesuai. Protein, karenanya bukan
hanya merupakan makromolekul yang berlimpah. Tetapi juga amat bervariasi.
Protein adalah suatu zat dalam susunan kimianya mengandung unsure-unsur
oksigen, karbon, hydrogen, nitrogen dan kadang-kadang mengandung unsure-
unsur lain seperti sulfur dan fosfor.
I.3.2 Jenis-jenis Protein
Protein menurut komposisi dapat dibagi, diantaranya:
a. Protein sederhana
Albumin
Albumin merupakan golongan protein yang paling penting dan
banyak dijumpai
Globulin
Globulin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan garam enes.
Histon
Histon merupakan protein penting, karena mengandung proporsi yang
tinggi asam amino essensial yaitu lisin dan arginin.
Skieroprotein (Albuminoid)
Skleroprotein mempunyaibentuk dan fungsi pelindung dan dicarikan
oleh ketidak larutannya dalam air dan dalam kebanyakan pelarut.
b. Protein terkonjugasi
Fosfoprotein
Glikoprotein
Kromoprotein
Nucleoprotein
Lipoprotein
c. Protein menurut pembagian fungsi:
Protein struktur
Protein kotraktil
Enzim
Hormon
Anti bodi
I.3.2 Sifat-sifat protein
Protein kadang-kadang diperkenalkan sebagai molekul makro pemberi
keterangan, karena urutan asam amino dari dalam urutan basa dari bagian yang
bersebgketa dalam DNA yang mengarahkan biositesa protein. Tiap jenis
protein ditandai sifat-sifat:
1. Susunan kimia yang khas. Setiap protein individual merupakan senyawa
murni.
2. Babul molecular yang khas semula dalam satu contoh tertentu dari protein
mempunyai bobot moleculer yang sama. Jenis polimer ini disebut
monodispers. Suatu contoh acak dari polimer yang polidispenser
mencakup berbagai plastic buatan maupun polisakarida alam seperti kanji
dan selulosa.
3. Urutan asam amino yang khas. Urutan asam amino dari protein tertentu
adalah terinci secara genetik. Akan tetapi, perubahan-perubahan kecil
dalam urutan asam amino dari protein tertentu dapat menjadi melalui
hasil-hasil yang diinginkan jika protein “yang diperbaiki”, diciptakan
melalui proses pemilikan alamiah pada tingkat molecular. Mutasi dapat
juga mempunyai akibat-akibat yang mencelakakan, seperti yang kita lihat
apabila kita meninjau anemia sel sabit.
I.3.4 Macam-macam uji protein
Analisis protein dilakukan dengan dua metode yaitu secara kulitatif dan
kuantitatif terdiri dari:
Analisa Kualitatif
1. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam
larutan protein setelah dicampur menjadi endapan putih yang dapat
berubah menjadi kuning apabila dipanaskan reaksi yang terjadi ialah
nitrasi pada inti benzena reaksi ini positif untuk protein yang
mengandung tirosin, fenilatonin, dan triprofon.
2. Rekasi Hopkins-cole
Larutan yang mengandung troprofan dapat direaksikan dengan
pereaksi Hopkins-cole yang mengandung asam glioksilat. Pereaksi ini
dibuatdari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Adanya
protein ditunjukkan dengan timbulnya cincin ungu pada batas antar
lapisan.
3. Reaksi millon
Pereaksi adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Protein ditunjukkan dengan adanya endapan putih yang dapat berubah
menjadi merah oleh pemanasan.
4. Reaksi natrium nitroprosida
Natrium nitroprosida dalam larutan amoniak akan menghasilkan
warna merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas.
5. Reaksi sakaguchi
Perekasi yang digunakan ialah noftol dan natrium hipobromit. Reaksi
ini berbentuk hasil positif apabila ada gugus guanidine contohnya
arginin. Perubahan terjadi ialah adanya perubahan warna menjadi
metal.
6. Metode biuret
Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH. Kemudian ditambahkan
larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa
yang mengandung gugus asam anida. Uji ini memberikan reaksi
positif yaiu ditandai dengan timbulnya warna violet atau biru violet.
Analisa Kuantitatif
1. Metode Kjeldahl
Merupakan metode sederhana untuk penetapan nitrogen total pada
asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen.
Sampel didestruksikan dengan asam sulfat dan katalis dengan
katalisator yang sesuai sehingga menghasilkan ammonium sulfat.
Setelah pembebasan alkali dengan kuat, ammonia yang terbentuk
disuling uap secara kuantitatif kedalam larutan penyerap dan
ditetapkan secara titrasi.
2. Metode Titrasi Formal
Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan
dengan formalin akan membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya
dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan
mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH sehingga hasil
titrasi dapat diakhiri dengan tepat.
3. Metode Lowry
Pembuatan reagen lowry merupakan larutan asam fosfotonsitat-asam
fosfomolibolat dengan perbandingan (1:1) dan dicampur 2% natrium
karbonat dalam 100 ml natrium hidroksida dan ditambahkan dengan
1ml tembaga (II) sulfat serta 1ml kalium natrium tartrat
4. Metode Spektofotometri
Asam amino penyusun protein diantaranya adalah triprofon, tirosin,
dan fenilalanin yang mempunyai gugus aromatic. Reaksi adsorbs
sinar yaitu 280/260 menentukan factor korksi dari metode ini.
I.3.5 Macam-macam Kerusakan Protein
Kerusakan protein diantaranya disebabkan oleh:
1. Autolysis
Penembakan tubuh organisme yang mati oleh enzim tanpa bantuan
bakteri. Contoh ikan mati enzim tubuh ikan merombak ikan tersebut maka
daging ikan jadi lunak
2. Denaturasi
Berubahnya sifat fisik dari protein. Pada daging ikan semula kenyal maka
menjadi kaku. Denaturasi disebabkan oleh suhu, zat kimia dan garam.
3. Koagulasi
Proses lebih lanjut dari denaturasi
4. Penambahan
Protein dirombak oleh mikroba menjadi asam amino, maka akan terjadi
bau busuk pada ikan
5. Pelarutan
BAB II
METODE
II.1 Alat dan Bahan
Rak dan tabung reaksi
Pipet tetes
Beaker glass
Labu ukur
Gelas ukur
Kaki tiga
Kawat kassa
Lampu spirits
II.2 Cara Kerja
Pengaruh logam berat
1. 4 tabung reaksi di isi dengan masing-masing 5 ml larutan albumin 2 % (pH ±
7).
2. Tabung 1 : ditambahkan larutan CuSO4 2 % tetes demi tetes dan diperhatikan
pengaruh tiap tetesan.
3. Penambahan pereaksi harus dilakukan berangsur-angsur agar pembentukan
presipitat yang larut kembali dengan kelebihan pereaksi dapat di lihat.
4. Percobaan diulangi terhadap Pb asetat 2 %, FeCl3 2 % dan HgCl2.
Salting out protein
1. 1 bagian putih telur mentah di tambah 4 bagian NaCl 1 % kemudian di
saring.
2. Pada sebagian larutan tersebut di tambah larutan (NH4)2SO4 jenuh sama
banyak.
3. Apakah ada protein yang diendapkan ? diencerkan sebagian campuran ini
dengan sedikit air. Apakah pengendapan ini reversible ?
4. Pada sisanya tambahkan (NH4)2SO4 padat hingga jenuh. Bagaimana
mengetahuinya, apa yang terjadi, apakah pengendapan reversible ?
5. Saring sisanya dan lakukan :
a. Test millon pada sebagian presipitat.
b. Tes biuret pada filtrate. Sebagai ganti larutan NaOH, gunakan dalam test
sedikit NaOH padat untuk menguraikan (NH4)2SO4 yang berlebih yang
dapat menghalangi pembentukan biuret.
Test biuret
1. 2 ml larutan albumin 2 % di tambah 2 ml NaOH 10 % di tambah 1 tetes
larutan CuSO4. Bila belum trbentuk warna merah jambu atau lembayung di
tambah kembali setetes CuSO4
Test ninhidrin
1. 2 ml larutan albumin 2 % (pH ± 7) tambahkan beberapa tetes laritan
ninhidrin 0,1 %.
2. Dipanaskan pada penangas air selama 10 menit. Diperhatikan warna biru
yang terbentuk.
Test xanthoprotein
1. 3 tabung reaksi masing-masing di masukkan albumin, kasein dan pepton
kemudian ditambahkan HNO3 pekat dan di panaskan. Amati yang terjadi.
2. Setelah dipanaskan kemudian didinginkan dan di tamabh dengan NaOH
pekat
3. Amati perubahan yang terjadi.
Test millon
1. 2 ml larutan albumin di tambah beberapa tetes pereaksi millon (terbentuk
endapan putih).
2. Dipanaskan dengan hati-hati, bila timbul warna merah berarti test ini positif.
Test Hopkins cole
1. 2 ml larutan albumin 2 % di tambah 2 ml pereaksi hokins cole kemudian di
tamabh H2SO4 pekat dengan hati-hati melalui dinding tabung sampai
terbentuk 2 lapisan cairan.
2. Diamkan terlebih dahulu, setelah beebrapa detik akan terlihat cincin ungu
pada perbatasan kedua cairan.
.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil Percobaan
Pengaruh logam berat
No
.Pereaksi Perlakuan Pengamatan Gambar
1. CuSO4
Albumin
ditambahkan
dengan CuSO4 tetes
demi tetes.
Terbentuk presipitat
berwarna hijau
kebiruan.
Larutan CuSO4
ditambahkan
berlebih.
Presipitat menjadi
lebih banyak.
Didiamkan menjadi
menggumpal
2. Pb asetat
Albumin
ditambahkan
dengan Pb asetat
tetes demi tetes.
Terbentuk presipitat
berwarna putih.
Larutan Pb asetat
ditambahakan
berlebih.
Terbentuk presipitat
lebih banyak.
3. FeCl
Albumin
ditambahkan FeCl
tetes demi tetes.
Terbentuk presipitat
berwarna coklat.
Larutan FeCl
ditambahkan
berlebih.
Terbentuk presipitat
lebih banyak.
4. HgCl2
Albumin
ditambahkan
dengan HgCl2 tetes
demi tetes.
Terbentuk presipitat
warna putih.
Larutan HgCl2
ditambahkan
berlebih.
Terbentuk presipitat
lebih banyak.
Salting out protein
No
.Perlakuan Pengamatan Gambar
1.
Putih telur + NaCl +
(NH4)2SO4.
Keruh dan terdapat
gumpalan.
Campuran di atas di
tambah air.
Larutan tidak berubah.
Tetap keruh dan terdapat
gumpalan.
2.
Putih telur + NaCl +
(NH4)2SO4.padat.
Terdapat presipitat,
larutan berwarna putih.
Filtrate dilakukan test
biuret.
Larutan berwarna biru
keunguan.
Presipitat dilakukan test
millon.
Larutan berwarna kuning
seulas.
Test biuret
No. Zat Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Albumin
Albumin
ditambah dengan
NaOH dan
CuSO4.
Terbentuk 2 fase. Fase
atas berwarna kuning dan
berubah menjadi
lembayung setelah di
tambah dengan CuSO4.
Fase bawah berwarna
putih.
2. Kasein
Kasein ditambah
dengan NaOH
dan CuSO4.
Kasein di tambah dengan
NaOH tetap bening
setelah di tambah dengan
CuSO4 menjadi warna
lembayung.
3. Pepton Pepton ditambah
dengan NaOH
dan CuSO4.
Pepton di tambah dengan
NaOH tetap bening
setelah di tambah dengan
CuSO4 menjadi warna
lembayung.
Test xanthoprotein
No
.Zat Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Albumin
Albumin di
tambah HNO3
Terdapat gumpalan
berwarna kuning.
Kiri ke kanan :
kasein, albumin dan
pepton
Dipanaskan dan di
tambah dengan
NaOH.
Gumpalan larut dan
berwarna kuning
muda.
2. Kasein
Kasein di tambah
HNO3
Larutan agak keruh.
Dipanaskan dan di
tambah dengan
NaOH.
Larutan menjadi
kuning seulas
3. Pepton
Kasein di tambah
HNO3
Larutan bening.
Dipanaskan dan di
tambah dengan
NaOH.
Larutan tidak
berubah, tetap
bening.
Test ninhidrin
No. Zat Perlakuan Pengamatan Gambar
1. AlbuminZat / sampel ditambahkan
dengan NaOH encer
sampai pH netral dan di
teteskan dengan ninhidrin.
Kemudian dipanaskan.
Larutan menjadi
biru tua.,
2. KaseinLarutan menjadi
ungu bening.
3. Pepton Larutan menjadi
biru tua.
Test millon
No
.Zat Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Albumin Zat / sampel ditambah
beberapa tetes pereaksi
millon kemudian
dipanaskan.
Terbentuk
endapan putih.
2. Kasein Larutan menjadi
keruh.
3. Pepton Larutan bening.
Test Hopkins cole
No
.Zat Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Albumin
Zat / sampel di
tambah pereaksi
Hopkins cole dan
H2SO4
Larutan berwarna coklat
bening.
2. Kasein
Terbentuk cincin ungu,
cairan berwarna coklat
sulas.
3. Pepton
Terbentuk cincin ungu,
cairan berwarna coklat
sulas
III.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan kembali uji terhadap protein. Pengujian
tersebut diantaranya uji pengaruh logam berat, salting out protein, test biuret, test
ninhidrin, test xanthoprotein, test millon dan test Hopkins cole.
Untuk pengujian pengaruh logam berat terhadap kelarutan protein, logam yang
ditambahkan adalah CuSO4, Pb asetat, FeCl dan HgCl2.penambahan logam berat sama
seperti penambahan asam-asam mineral kuat yang apabila ditambahkan berlebihan
tidak melarutkan albumin melainkan presipitat yang terbentuk lebih banyak.
Pada pengujian salting out protein yaitu dengan menambahkan garam sampai
keadaan jenuh. Garam yang ditambahkan yaitu NaCl dan (NH4)2SO4 Setelah
ditambahakan dengan garam, terbentuk gumpalan atau presipitat yang bersifat
ireversibel (tidak dapat kembali ke semula). Larutan yang terbentuk gumpalan
tersebut kemudian ditambahkan di saring dan dilakukan test biuret untuk filtratnya
dan test millon untuk presipitatnya. Pada test millon menunjukkan hasil yang negative
karena warna yang terbentuk adalah kuning seulas. Sedangkan untuk test biuret
menghasilkan hasil yang negative pula dengan menunjukkan warna biru. Hal ini
mungkin dikarenakan penambahan garam yang terlalu banyak dan penambahan
NaOH yang sedikit sehingga biuret tidak terbentuk.
Untuk test biuret dilakukan untuk mengidentifikasi adanya protein. Pada
pengujian untuk sampel albumin, kasein dan pepton dinyatakan positif pada pengujian
ini dengan terbentuknya warna lembayung setelah ditambahkan pereaksi CuSO4.
Pada test ninhidrin, sebelum sampel direaksikan dengan pereaksi ninhidrin
sampel ditambah dengan NaOH encer terlebih dahulu agar suasana pH menjadi netral.
Pada test ini sampel menunjukkan hasil yang positif yaitu dengan terbentuknya warna
kompleks biru yang disebabkan terbetuknya gugus aldehid.
Untuk test xanthoprotein dilakukan penambahan larutan asam nitrat pekat
ditambahkan dengan hati-hati kedalam larutan sampel. Untuk sampel alnumin setelah
dicampur menjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning. Apabila
dipanaskan gumpalan menjadi larut dan reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti
benzene. Sedangkan untuk sampel kasein hanya terbentuk larutan yang berubah
menjadi keruh saja dan untuk pepton tidak terjadi perubahan apapun. Reaksi ini
positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilatonin, dan triprofon.
Untuk test millon pereaksi yang digunakan adalah pereaksi millon yang di
buat dari larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Pada percobaan ini
hasil yang ditunjukkan adalah negative dikarenakan tidak timbulnya warna merah
setelah sampel direaksikan dengan pereaksi millon dan dipanaskan.
Pada test Hopkins cole menujukkan hasil yang positif pada sampel dengan
terbentuknya cincin ungu setelah di tambah dengan H2SO4 pekat secara perlahan-
lahan. Terbentuknya cincin ungu mungkin dikarenakan triptofan pada protein
berkondensasi dengan aldehid asam glioksilat dan dengan asam pekat sehingga
terbentuk kompleks warna.
BAB IV
SIMPULAN
Protein merupakan senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptida. Protein memiliki berbagai macam jenis, diantaranya adalah, golongan
utama berdasarkan peran biologi yaitu: enzim, protein transport, protein nutrient, protein
kontraksi, protein structural, protein pertahanan, protein pengatur dan yang lainnya.
Setelah dilakuakn percobaan dapat disimpulkan bahwa albumin atau protein tidak
dapat larut oleh logam berat. Untuk mngidentifikasi protein dapat dilakukan dengan test
biuret yang ditunjukkan dengan warna lembayung, test ninhidrin dengan timbulnya warna
biru, test millon yang membentuk warna merah setelah dipanaskan dan test Hopkins cole
dengan terbentuknya cincin ungu.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.g-excess.com/indeks2php?Option= com_conten&du_pdf=1&id=540.html.
Diakses pada tanggal 26 November 2011 pada pukul 16.00 WIB.
http://www.blogpribadi.com/2009/07/protein-24.html. Diakses pada tanggal 26 November
2011 pada pukul 16.15 WIB.
(http://kusmandanuuindra4.blogspot.com/2004/ protein.html). Diakses pada tanggal 26
November 2011 pada pukul 16.21 WIB.
http://www.ziamaystri.blogfriend.com/protein.html. Diakses pada tanggal 26 November 2011
pada pukul 16.30 WIB.
Lehninger, Albert.L.1995. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid I. Jakarta