laporan ektum kelompok 5

27
KANDUNGAN BIOMASSA POHON DI BLOK GROUND C 1 PADA HUTAN BURU MASIGIT KAREUMBI, KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT KELOMPOK 2 Anggie Hamdani (1210702004), Dania Asdainita (1210702011), Elya Agustina (1210702021), Gina Nuramalia (1210702026), Hariza Nur Fitri (1210702029), Hidayati Gusriani (1210702030)

description

ekolgitumbuhan

Transcript of laporan ektum kelompok 5

Page 1: laporan ektum kelompok 5

KANDUNGAN BIOMASSA POHON

DI BLOK GROUND C1 PADA HUTAN BURU MASIGIT KAREUMBI,

KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT

KELOMPOK 2

Anggie Hamdani (1210702004), Dania Asdainita (1210702011), Elya

Agustina (1210702021), Gina Nuramalia (1210702026), Hariza Nur Fitri

(1210702029), Hidayati Gusriani (1210702030)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2012

Page 2: laporan ektum kelompok 5

KATA PENGANTAR

Tidak ada hal lain yang pantas untuk diungkapkan selain rasa syukur ke

hadirat Allah SWT atas terselesaikannya karya ilmiah ini. Banyak harapan yang

ditambatkan dalam pengerjaa karya ilmiah ini, diantaranya adalah dengan

terselesaikannya karya ilmiah ini diharapkan pengetahuan mengenai ilmu ekologi

tumbuhan khususnya kajian mengenai analisa vegetasi bias semakin bertambah

khsusnya untuk insan akademik dan umumnya untuk masyarakat luas.

Hal yang diangkat didalam karya ilmiah ini adalah analisa vegetasi di

kawasan hutan buru kareumbi yang di titik beratkan pada bidang biomassa.

Akhirnya kesederhanaan ilmu lah yang menyebabkan adanya pengharapan dari

penulis akan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan

kualitas karya ilmiah ini.

Penulis

Page 3: laporan ektum kelompok 5

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan Kareumbi yaitu Kawasan seluas 12.420,70 hektar ini terletak pada area

yang menjadi kewenangan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten

Sumedang dan Kabupaten Garut. Sebagian besar area berada di Sumedang dan

Garut. secara geografis kawasan TB. Gunung Masigit-Kareumbi terletak antara 6°

51′ 31” sampai 7° 00′ 12” Lintang Selatan dan 107° 50′ 30″” sampai 108° 1′ 30”

Bujur Timur.

Hutan kareumbi memiliki tumbuhan yang beraneka ragam flora dan fauna.

Hutan alam yang ada merupakan tipe hutan hujan pegunungan bawah

(submontane forest), sedangkan hutan tanaman yang ada adalah hutan tanaman

pinus (Pinus merkusii) dan sebagian kecil hutan tanaman rasamala (Altingia

excelsa). Jenis-jenis pohon yang terdapat di hutan alam adalah sebagai berikut :

Pasang (Quercus sp.), saninten (Castanopis argentea), puspa (Schiima wallicchii),

rasamala (Altingea excelsa) dan Jamuju (Podocarpus imbricatus), dan beberapa

tumbuhan bawah seperti : tepus (Achasma megalocheiles), cangkuan (Pandanus

punctatus), kirinyuh (Eupathorium inulifolium), saliara (Lantana camara) dan

rumput-rumputan seperti : Alang-alang (Imperata cylindrica), jampang piit

(Panicum colonum) dan jukut pait (Axonopus compressus). Dan hutan Kareumbi

yaitu salah satu hutan yang belum terjamah oleh peneliti-peneliti. (latar

belakangnya ditambah,minimal 1 halaman)

1.2 Rumusan Masalah

(1) Kondisi kawasan Hutan Kareumbi

(2) Kondisi keanekaragaman flora dan fauna di Hutan Kareumbi

(3) Biomassa pohon di blok Groun C1 Hutan Kareumbi

(4) Faktor yang mempengaruhi biomassa di blok Ground C1 Hutan Kareumbi

(5) Manfaat Biomassa dalam analisa vegetasi

Page 4: laporan ektum kelompok 5

(6) Vegetasi tumbuhan di Hutan Kareumbi

(7) Hubungannya analisa vegetasi dengan biomassa

(8) Keadaan ekologi di blok Ground C1 Hutan Kareumbi

(9) Faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan pada vegetasi diblok

Ground C1 Hutan Kareumbi (Cukup 2 saja untuk mengetahui kondisi ekologi di

hutan kareumbi,untuk mengetahui kandungan biomassa)

1.3 Tujuan Penelitian

Maksud kegiatan ini adalah menelaah, mengumpulkan, mengkompilasi,

mempelajari, dan  menganalisis biomassa penyebaran flora di Ground C1 Hutan

Kareumbi.

Adapun tujuannya yaitu mempelajari cara-cara pengukuran biomassa dan

mengetahui biomassa tumbuhan penyebaran flora di Ground C1 Hutan Kareumbi

kedalam  suatu  bentuk  rekomendasi  yang  diharapkan, dapat memberikan suatu

gambaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi hutan Kareumbi dan mengetahui

hubungan atara analisa vegetasi dengan biomas pohon di Hutan Kareumbi ini.

1.4. Manfaat Penelitian

Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap

karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik

melalui proses fotosintesis. Berbeda dengan hewan, tumbuhan membuat

makanannya sendiri yang disebut dengan produktivitas primer yang terbagi atas

produktivitas primer bersih dan produktivitas primer kotor. Produktivitas primer

kotor adalah laju total dari fotosintesis, termasuk bahan organik yang habis

digunakan di dalam respirasi selama waktu pengukuran. Hal ini dikenal juga

sebagai fotosintesis total atau asimilasi total. Sedangkan produktivitas primer

bersih adalah laju penyimpanan bahan organik di dalam jaringan-jaringan

tumbuhan selama waktu pengukuran. Jadi kata kunci dari definisi di atas adalah

laju, dimana elemen waktu harus diperhatikan, yakni jumlah energi waktu yang

diikat di dalam waktu tertentu (Heddy, 1986).

Page 5: laporan ektum kelompok 5

Mengingat besarnya peranan bahan organik dalam meningkatkan

produktivitas tanah, maka perlu dicari sumber bahan organik yang berpotensi dan

tersedia secara lokal. sumber bahan organik yang berpotensi sebagai penyedia

unsur hara adalah bahan organik yang berkualitas tinggi yaitu memiliki C/N rasio

<>Biasanya masyarakat di lahan kering memanfaatkan sumber bahan organik

yang berasal dari lingkungan usaha taninya seperti sisa panen tanaman pangan

ataupun sisa tanaman legum. Tetapi ketersediaan bahan organik dari sumber ini

menjadi terbatas karena digunakan juga sebagai pakan ternak. Selain pemanfaatan

sisa panen, kotoran ternak juga dapat digunakan sebagai sumber bahan organik.

Namun keadaan pemeliharaan ternak yang tidak terkonsentrasi pada satu tempat

menyebabkan sumber bahan ini juga menjadi terbatas dan membutuhkan biaya

yang cukup mahal untuk pengangkutan ke lokasi (Odum, 1993).

Penghitungan biomassa dapat dilakukan dalam sebuah kegiatan atau

proyek mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan. Hanya kegiatan yang

bertipe substitusi karbon tidak memerlukan penghitungan biomassa. Jenis-jenis

kegiatan lainnya seperti pencegahan deforestasi, pengelolaan hutan tanaman dan

agroforestry memerlukan penghitungan biomassa.

Page 6: laporan ektum kelompok 5

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Umum Lokasi

2.1.1 Letak, Luas, dan Kawasan Taman Wisata Masigit Kareumbi

Secara geografis kawasan Taman Wista Masigit Kareumbi terletak antara

6° 51′ 31” sampai 7° 00′ 12” Lintang Selatan dan 107° 50′ 30″” sampai 108° 1′

30” Bujur Timur secara administrasi pemerintahan terletak di wilayah kabupaten

Dati II Bandung, Garut Dan Sumedang, sedangkan menurut administrasi

pengelolaannya di bawah sub seksi KSDA sumedang, Sub. Balai KSDA jabar I,

Balai KSDA III.

Menurut surat keputusan mentri pertanian Nomor. 297/Kpts/Um/5/1976,

luas kawasan taman Buru Gunung Masigit adalah 12.443,1 Ha. Terdapat empat

blok yang ada pada Tataman Wista Masigit Kareumbi, pembagian blok tersebut di

buat berdasarkan fungsi dari tiap – tiap blok yang terdapat di Taman Wista

Masigit Kareumbi adapun blok – blok tersebut adalah ; Blok ciceur dimana blok

ini di fungsikan sebagai area wisata buru, blok Cibugel ; blok ini di fungsikan

sebagai area penagkaran Rusa Sambar dan beberapa hewan lainya. Blok Cigoler

difungsikan sebagai kawasan wisata keluarga dimana pada blok ini terdapat

sebuah taman safari mini lengkap dengan area bermain dan fasilitas outbound.

Blok Cipancar difungsikan sebagai area perkemahan, di blok ini juga terdapat area

pemanfaatan yang berpungsi sebagai area pendidikan dan latihan.

2.1.2 Kondisi Fisik Hutan Buru Masigit Kareumbi

a. Iklim

Sebagian besar iklim dari area Taman Wista Masigit Kareumbi tarmasuk

dalam tipe hujan C dengan curah hujan rata – rata pertahun 1900 mm,

kecuali di bagian barat laut bertipe hujan B. temperatur rata – rata adalah

23°C, sedangkan kelembaban udara rata – rata 80 %.

b. Tofografi

Topografi lapangan umumnya berbukit – bukit dan bergunung dengan

puncaknya sekitar 1736 meter di atas permukaan laut. Kemiringan lereng

Page 7: laporan ektum kelompok 5

di begian tengah kawasan di atas 30%. Di bagian tepi kelerengan

bervariasi antara 20% sampai 30%.

c. Hidrologi

Di beberapa tempat dapat di jumpai genegan – genagan air yang

menyerupai rawa dan di tumbuhi rumput – rumputan sebanyak 7 buah

yang tersebar. Selain itu juga di kawasan Taman Wista Masigit Kareumbi

terdapat beberapa sungai yang mengalir di dalamnya. Diantaranya adalah

sungai Cigunung, sungai Cikantap, sungai Cimanggung, sungai

Cihanjawah, sungai Citarik, sungai Cideres, sungai Cileunca, sungai

Cianten, dan sungai Cibayawak. Selain itu juga terdapat tiga buah air

terjun yaitu airterjun Cibangban, Cimacan dan Cimulu.

2.1.3 Keadaan biologi Hutan Buru Masigit Kareumbi

a. Flora

Enam puluh persen dari luas seluruh kawasan Taman Masigit Kareumbi

adalah hutan alam, sedangkan sisanya merupakan hutan tanaman Jenis-

jenis pohon yang terdapat di hutan alam adalah sebagai berikut : Pasang

(Quercus sp.), saninten (Castanopis argentea), puspa (Schiima wallicchii),

rasamala (Altingea excelsa) dan Jamuju (Podocarpus imbricatus), dan

beberapa tumbuhan bawah seperti : tepus (Achasma megalocheiles),

cangkuan (Pandanus punctatus), kirinyuh (Eupathorium inulifolium),

saliara (Lantana camara) dan rumput-rumputan seperti : Alang-alang

(Imperata cylindrica), jampang piit (Panicum colonum) dan jukut pait

(Axonopus compressus).

b. Fauna

Disamping rusa sambar (cervus unicolor) yang merupakan hasil

pembiakan sejak tahun 1966, jenis satwa liar yang terdapat di kawasan

TB. Gunung Masigit-Kareumbi antara lain : Kera (Macaca fascicularis),

babi hutan (Sus vittatus), anjing hutan (Cuon javanicus), macan tutul

(panthera pardus), kucing hutan (felis bengalensis), kijang (muntiacus

muntjak), kancil (tragulus javanicus), musang (paradoxurus

hermaphroditus), linsang (prionodon linsang), jelarang (ratufa bicolor),

ayam hutan (Gallus varius) (BKSDA 1998).

Page 8: laporan ektum kelompok 5

2.2 Biomassa

Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area atau

volume tertentu (IPCC,1995). Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah

materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan

ton berat kering per satuan luas (Brown, 1997 dalam Sutaryo, 2009).

Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua bagian

tumbuhan hidup. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap

karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik

melalui proses fotosintesis. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut,

terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu

sendiri maupun organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup

dan tumbuh secara dinamis vegatasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada

tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik (Hamilton, dkk, 1988).

Pengukuran biomassa hutan mencakup seluruh biomassa hidup yang ada di

atas dan di bawah permukaan dari pepohonan, semak, palem, anakan pohon, dan

Gambar 1. Peta Lokasi Hutan Buru Masigit Kareumbi(Sumber: www.kareumbi.wordpress.com)

Page 9: laporan ektum kelompok 5

tumbuhan bawah lainnya, tumbuhan menjalar, liana, epifit dan sebagainya

ditambah dengan biomassa dari tumbuhan mati seperti kayu dan serasah pohon

(dan organisme foto-ototrof lainnya) melalui proses fotosintesis menyerap CO2

dari atmosfer dan mengubahnya menjadi karbon organik (karbohidrat) dan

menyimpannya dalam biomassa tubuhnya seperti dalam batang, daun, akar, umbi

buah dan-lain-lain. Keseluruhan hasil dari proses fotosintesis ini sering disebut

juga dengan produktifitas primer. Dalam aktifitas respirasi, sebagian CO2 yang

sudah terikat akan dilepaskan kembali dalam bentuk CO2 ke atmosfer. Selain

melalui respirasi, sebagian dari produktifitas primer akan hilang melalui berbagai

proses misalnya herbivora dan dekomposisi. Sebagian dari biomassa mungkin

akan berpindah atau keluar dari ekosistem karena terbawa aliran air atau agen

pemindah lainnya. Kuantitas biomassa dalam hutan merupakan selisih anatara

produksi melalui fotosintesis dan konsumsi. Perubahan kuantitas biomassa ini

dapat terjadi karena suksesi alami dan oleh aktifitas manusia seperti silvikultur,

pemanenan dan degradasi. Perubahan juga dapat terjadi karena adanya bencana

alam (Sutaryo, 2009).

Karbon merupakan fungsi dari biomasa pohon. Biomasa merupakan fungsi

dari volume yang dibentuk dari dimensi tinggi dan diameter. Pertambahan

dimensi tinggi dan diameter terbentuk karena adanya proses fotosintesis yang

mengubah CO2 dan H2O menjadi selulosa. Besarnya kandungan karbon dapat

menduga besarnya serapan CO2 untuk keperluan fotosintesis yakni sebesar nilai

karbon dikalikan dengan berat molekul CO2 yakni sebesar 44/12 yang dinyatakan

dengan satuan ton/ha (Aminudin 2008). Kandungan karbon dalam biomasa

diasumsikan sebesar 50% dari nilai biomasa (Brown 1997).

Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses

fotosintesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya

karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan

menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun

vegetasi baik pohon, semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas

permukaan. Di bawah permukaan tanah, akar tumbuhan juga merupakan

penyimpan karbon selain tanah itu sendiri (spok). Karbon juga masih tersimpan

pada bahan organik mati dan produk-produk berbasis biomassa seperti produk

Page 10: laporan ektum kelompok 5

kayu baik ketika masih dipergunakan maupun sudah berada di tempat

penimbunan. Karbon dapat tersimpan dalam kantong karbon dalam periode yang

lama atau hanya sebentar. Peningkatan jumlah karbon yang tersimpan dalam

karbon pool ini mewakili jumlah karbon yang terserap dari atmosfer (Sutaryo,

2009).

2.3 Analisis Vegetasi Hutan

Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis

suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai

dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan

pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi

tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).Desain plot

dapat disesuaikan dengan desain inventarisasi karbon hutan atau menggunakan

metode analisis vegetasi yang relatif lebih cepat (Indrawan, 2002).

Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika

digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa

plot dan metode kwarter (Syafei, 1990). Untuk analisis yang menggunakan

metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan,

kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990). Kelimpahan setiap spesies individu

atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises

yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang

relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting

dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).

Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh

garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu

tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan

garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei,

1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan

pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

Menurut Muller (1974), Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk

menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai

penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks

Page 11: laporan ektum kelompok 5

Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR),

Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR). Indeks Nilai Penting dihitung

berdasarkan penjumlahan nilai kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR),

dan Frekuensi Relatif (FR).

III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu

Page 12: laporan ektum kelompok 5

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Februari 2012. Bertempat

di area hutan pinus blok ground C1 pada Hutan Buru Masigit Kareumbi.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah patok kayu, tali rapia,

gunting atau pisau, kompas, meteran, termohigrometer, pH meter (soil meter),

luxmeter, GPS (Global Positioning System), penggaris, blanko pengamatan, dan

alat tulis.

Bahan yang digunakan yaitu seluruh jenis tumbuhan yang dijadikan objek

penelitian analisis vegetasi di blok ground C1 pada Hutan Buru Masigit

Kareumbi.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Langkah pertama, lokasi penelitian ditentukan terlebih dahulu yaitu di atas

hutan pinus blok ground C1 pada Hutan Buru Masigit Kareumbi. Selanjutnya

dibuat plot dengan ukuran 20 x 20 m. Di dalam plot tersebut dibuat plot dengan

ukuran 10 x 10 m (untuk kategori tiang), 5 x 5 m (untuk pancang), dan 2 x 2 m

(untuk semai). Kemudian dilakukan identifikasi terhadap jenis tumbuhan yang ada

pada setiap plot. Jumlah individu dicatat dari masing-masing spesiesnya. Adapun

untuk tingkat pancang, tiang, dan pohon diukur diameter setinggi dada (DBH)

dari masing-masing individunya. Sementara untuk vegetasi tingkat semai

dominasi dihitung dengan cara membuat petak-petak bantu dalam plot (petak

bantu) yang tertutupi oleh setiap spesies. Serta diukur pula suhu, kelembaban,

intensitas cahaya, dan ketinggian pada setiap plot pengamatan

Selanjutnya data dari lapangan diolah (dibuat perhitungannya berdasarkan

rumus yang telah ada) dan dituangkan dalam bentuk tabel dan grafik untuk

kemudian dianalisis dan dibahas dalam laporan.

3.4 Analisis Data

- Rumus dan perhitungan INP metode transek

Page 13: laporan ektum kelompok 5

Tabel 1. Analisa Vegetasi Pohon Ground C1

No. Spesies Km Kr % Fm Fr % Dm Dr % INP %

1. Kaliandra 0.004 10 0.4 25 0.00011 2.8 37.8

2. Pinus 0.003 75 1 62.5 0.00363 89.1 226.6

3. Rasamala 0.006 15 0.2 12.5 0.00033 8.1 35.6

Total 0.004 100 1.6 100 0.00407 100 300

- Rumus dan perhitungan biomassa

Rumus yang digunakan adalah:

a. BK pohon = 0,11 x x D 2.62

Keterangan : Berat jenis kayu (g cm-3 ) = 0,7 g cm-3

D= Diameter pohon

b. Total biomassa pohon = BK1 + BK2 + BK3 + ……

c. Biomassa pohon persatuan luas = Total biomassa pohon

Luas plot pengamatan

Tabel 2. Perhitungan berat kering pohon pinus

No Spesies Diameter (cm) BK (kg)1 Pinus 1 31,5 648.732 Pinus 2 36 920.453 Pinus 3 29 522.364 Pinus 4 35,5 887.345 Pinus 5 32 676.066 Pinus 6 44 1557.27 Pinus 7 41 1294.158 Pinus 8 22 253.39 Pinus 9 24 318.1610 Pinus 10 27 433.1711 Pinus 11 31 622.112 Pinus 12 31,5 648.7313 Pinus 13 28 476.4814 Pinus 14 24,2 325.15

Total berat kering 9583.38

Tabel 3. Perhitungan berat kering pohon rasamala

Page 14: laporan ektum kelompok 5

No Spesies Diameter (cm) BK (kg)1 Rasamala 1 32 676.062 Rasamala 2 22 253.33 Rasamala 3 24 318.164 Rasamala 4 31,5 648.735 Rasamala 5 27 433.176 Rasamala 6 29 522.36

Total berat kering 2851.78

Tabel 4. Perhitungan berat kering pohon kaliandra

No Spesies Diameter (cm) BK (kg)1 Kaliandra 1 22 253.32 Kaliandra 2 29 522.363 Kaliandra 3 24 318.164 Kaliandra 4 27 433.17

Total berat kering pohon 1526.99

Diketahui:

a. Total biomassa pohon pinus 9583.38 kg

b. Total biomassa pohon rasamala 2851.78 kg

c. Total biomassa pohon kaliandra 1526.99 kg

d. Luas plot pengamatan 20 x 20 m = 400 m2

Perhitungan biomassa pohon per satuan luas:

a. Biomassa pohon pinus = 9583.38 kg = 23, 96 kg/m2

400 m2

b. Biomassa pohon rasamala = 2851.78 kg = 7, 13 kg/m2

400 m2

c. Biomassa pohon kaliandra = 1526.99 kg = 3, 82 kg/m2

400

IV PEMBAHASAN

Page 15: laporan ektum kelompok 5

Kawasan hutan buru kareumbi adalah kawasan hutan yang dibiarkan liar

untuk perburuan. Udara cukup lembab, kadar air cukup tinggi pda bagian topsoil

dan subsoil. Kawasan seluas 12.420,70 hektar ini terletak pada area yang menjadi

kewenangan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang

danKabupaten Garut. Sebagian besar area berada di Sumedang dan Garut.

Secara geografis kawasan TB. Gunung Masigit-Kareumbi terletak antara 6° 51′

31” sampai 7° 00′ 12” Lintang Selatan dan 107° 50′ 30″” sampai 108° 1′ 30”

Bujur Timur. Data dasar Kawasan yang didapat dari BBKSDA Jabar adalah

sebagai berikut:

Panjang Batas (1980): 128,46 KM

Orientasi Batas (1997) : Pal Batas seluruhnya 2201 buah (1117 baik, 802

rusak, 282 hilang).

Penataan Batas Blok : – Blok Pemanfaatan 7667,99 Ha

Blok Penyangga 4753,51 Ha

Kawasan ini merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk yang juga

menjadi penyangga bagi sungai Citarum, sungai terbesar di Jawa Barat.

Dalam kawasan ini terdapat pula beberapa sumber air berupa sungai diantaranya

adalah Sungai Cigunung, Cikantap, Cimanggu, Cihanyawar, Citarik Cideres,

Cileunca, Cianten, Cikayap, Cibayawak, Cibangau, Cisereh dan Cimacan. Dapat

ditambahkan juga Sungai Cideres, Citarik dan Cimulu.

Topografi kawasan umumnya berbukit sampai bergunung-gunung dengan

puncak tertinggi gunung Karenceng ± 1.763 m dpl.

Menurut klasifikasi iklim Schmidt Ferguson, kawasan ini termasuk tipe

iklim C dengan curah hujan rata-rata per tahun 1900 mm, kelembaban udara

berkisar antara 60 – 90 % dan temperatur rata-rata 23 º C.

Hutan alam Masigit Kareumbi di dominasi oleh jenis Pasang (Quercus

sp.), Saninten (Castanea argentea), Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia

excelsea). Sedangkan tumbuhan bawahnya terdiri dari tepus (Zingiberaceae),

Congok (Palmae), Cangkuang (Pandanaceae) dan lain-lain. Dari jenis liana dan

epiphyt yang terdapat di kawasan ini adalah Seuseureuhan (Piper aduncum),

Angbulu (Cironmera anbalqualis), Anggrek Merpati (Phalaenopsis sp), Anggrek

Bulan (Phalaenopsis amabilis), Kadaka (Drynaria sp), dan lain-lain. Hutan

Page 16: laporan ektum kelompok 5

tanaman ± 40 % didomonir oleh jenis pinus (Pinus merkusii), Bambu (Bambusa

sp),  dan Kuren (Acasia decurens).

Jenis-jenis fauna yang ada di kawasan TB G. Masigit Kareumbi antara

lain: Babi hutan (Sus vitatus), Rusa Tutul (Axis axis), Kijang (Muntiacus

muntjak), Anjing hutan (Cuon javanica), Macan tutul (Panthera pardus), Kucing

hutan (Felis bengalensis), Ayam hutan (Gallus sp), Kukang (Nycticebus

coucang), Bultok (Megalaema zeylanica), Kera (Macaca fascicularis), Lutung

(Tracypithecus auratus) dan Burung Walik (Chalcophals indica).

Dari hasil data pengamatan, didapat berat kering pinuslah yang memiliki

biomassa paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pohon pinus memiliki

simpanan karbon yang cukup tinggi. Simpanan karbon merupakan energy awal

produsen pada jarring maupun rantai makanan. Pinus merupakan jenis pohon

yang menghasilkan metabolit sekunder berupa resin, lignin dan minyak. Hal ini

bisa mempengaruhi berat jenisnya. Dan tentu saja sebagai sumber pemanfaatan

bagi manusia.tambhkan lg pembahasannya

V PENUTUP

5.1 simpulan

Page 17: laporan ektum kelompok 5

Keadaan dari hutan buru kareumbi dari segi flora yang ada didalamnya

tidak begitu bervariasi, kebanyakan dari beberapa kawasan yang terdapat

didalamnya mempunyai keadaan flora yang homogen, contohnya adalah kawasan

pinus dan raksamala. Untuk mengetahui biomassa dari suatu jenis pohon yang ada

di kawasan tersebut digunaka metode transek dengan menghitung diameter dari

jenis pohon yang akan di hitung biomassanya.

5.2 Saran

Harus lebih banyak dilakukan kajian mengenai kawasan hutan buru kareumbi

ini, karena masih sangay sedikit kajian mengenai kawasan ini. Dengan di

perbanyaknya kajian mengenai kawasan ini di harapka kekayaan dari kawasan ini

bias lebih banyak di ketahui oleh masyarakat luas dan bisa di manfaatkan untuk

kehidupan masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: laporan ektum kelompok 5

Aminudin S. 2008. Kajian potensi cadangan karbon pada pengusahaan hutan

rakyat : studi kasus hutan rakyat Desa Dengok, Kecamatan Playen,

Kabupaten Gunung Kidul. Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

BKSDA. .1998. Frofil Taman Buru Masigit

http//www.bksdajabar.com/index/referensi/frofile.htm

Brown, Sandra, 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical

Forests: a Primer. Rome: (FAO Forestry Paper - 134). FAO.

Hamilton, L.S dan HLM. N. King. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika.

Diterjemahkan oleh Krisnawati Suryanata. Yogyakarta : UGM Press.

Indrawan, A. Soerianegara, Ishamet. 2002. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:

Laboratorium Ekologi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Michael, M. 1994. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.

Muller-Dumbois D, Ellenberg H. 1974. Aim and Method of Vegetation Ecology.

Willey International Edition. John Willey and Sons, Chicester - New

York – Brisbanei – Toronto – Singapore

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi

Tumbuhan. Malang: JICA.

Sub Balai PPA Jawa Barat. 1984. Laporan inventarisasi satwa di Taman Buru

Gunung Masigit Kareumbi Sub Seksi PPA Sumedang. Bandung:

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam

Departemen Kehutanan.

Sutaryo, dandun. 2009. Penghitungan Biomassa Sebuah Pengantar Untuk Studi

Karbon. Bogor: Wetlands International Indonesia Programme

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB