laporan ektum kelompok 5
-
Upload
dyna-kholidaziah -
Category
Documents
-
view
114 -
download
5
description
Transcript of laporan ektum kelompok 5
KANDUNGAN BIOMASSA POHON
DI BLOK GROUND C1 PADA HUTAN BURU MASIGIT KAREUMBI,
KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT
KELOMPOK 2
Anggie Hamdani (1210702004), Dania Asdainita (1210702011), Elya
Agustina (1210702021), Gina Nuramalia (1210702026), Hariza Nur Fitri
(1210702029), Hidayati Gusriani (1210702030)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Tidak ada hal lain yang pantas untuk diungkapkan selain rasa syukur ke
hadirat Allah SWT atas terselesaikannya karya ilmiah ini. Banyak harapan yang
ditambatkan dalam pengerjaa karya ilmiah ini, diantaranya adalah dengan
terselesaikannya karya ilmiah ini diharapkan pengetahuan mengenai ilmu ekologi
tumbuhan khususnya kajian mengenai analisa vegetasi bias semakin bertambah
khsusnya untuk insan akademik dan umumnya untuk masyarakat luas.
Hal yang diangkat didalam karya ilmiah ini adalah analisa vegetasi di
kawasan hutan buru kareumbi yang di titik beratkan pada bidang biomassa.
Akhirnya kesederhanaan ilmu lah yang menyebabkan adanya pengharapan dari
penulis akan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
kualitas karya ilmiah ini.
Penulis
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hutan Kareumbi yaitu Kawasan seluas 12.420,70 hektar ini terletak pada area
yang menjadi kewenangan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten
Sumedang dan Kabupaten Garut. Sebagian besar area berada di Sumedang dan
Garut. secara geografis kawasan TB. Gunung Masigit-Kareumbi terletak antara 6°
51′ 31” sampai 7° 00′ 12” Lintang Selatan dan 107° 50′ 30″” sampai 108° 1′ 30”
Bujur Timur.
Hutan kareumbi memiliki tumbuhan yang beraneka ragam flora dan fauna.
Hutan alam yang ada merupakan tipe hutan hujan pegunungan bawah
(submontane forest), sedangkan hutan tanaman yang ada adalah hutan tanaman
pinus (Pinus merkusii) dan sebagian kecil hutan tanaman rasamala (Altingia
excelsa). Jenis-jenis pohon yang terdapat di hutan alam adalah sebagai berikut :
Pasang (Quercus sp.), saninten (Castanopis argentea), puspa (Schiima wallicchii),
rasamala (Altingea excelsa) dan Jamuju (Podocarpus imbricatus), dan beberapa
tumbuhan bawah seperti : tepus (Achasma megalocheiles), cangkuan (Pandanus
punctatus), kirinyuh (Eupathorium inulifolium), saliara (Lantana camara) dan
rumput-rumputan seperti : Alang-alang (Imperata cylindrica), jampang piit
(Panicum colonum) dan jukut pait (Axonopus compressus). Dan hutan Kareumbi
yaitu salah satu hutan yang belum terjamah oleh peneliti-peneliti. (latar
belakangnya ditambah,minimal 1 halaman)
1.2 Rumusan Masalah
(1) Kondisi kawasan Hutan Kareumbi
(2) Kondisi keanekaragaman flora dan fauna di Hutan Kareumbi
(3) Biomassa pohon di blok Groun C1 Hutan Kareumbi
(4) Faktor yang mempengaruhi biomassa di blok Ground C1 Hutan Kareumbi
(5) Manfaat Biomassa dalam analisa vegetasi
(6) Vegetasi tumbuhan di Hutan Kareumbi
(7) Hubungannya analisa vegetasi dengan biomassa
(8) Keadaan ekologi di blok Ground C1 Hutan Kareumbi
(9) Faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan pada vegetasi diblok
Ground C1 Hutan Kareumbi (Cukup 2 saja untuk mengetahui kondisi ekologi di
hutan kareumbi,untuk mengetahui kandungan biomassa)
1.3 Tujuan Penelitian
Maksud kegiatan ini adalah menelaah, mengumpulkan, mengkompilasi,
mempelajari, dan menganalisis biomassa penyebaran flora di Ground C1 Hutan
Kareumbi.
Adapun tujuannya yaitu mempelajari cara-cara pengukuran biomassa dan
mengetahui biomassa tumbuhan penyebaran flora di Ground C1 Hutan Kareumbi
kedalam suatu bentuk rekomendasi yang diharapkan, dapat memberikan suatu
gambaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi hutan Kareumbi dan mengetahui
hubungan atara analisa vegetasi dengan biomas pohon di Hutan Kareumbi ini.
1.4. Manfaat Penelitian
Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap
karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik
melalui proses fotosintesis. Berbeda dengan hewan, tumbuhan membuat
makanannya sendiri yang disebut dengan produktivitas primer yang terbagi atas
produktivitas primer bersih dan produktivitas primer kotor. Produktivitas primer
kotor adalah laju total dari fotosintesis, termasuk bahan organik yang habis
digunakan di dalam respirasi selama waktu pengukuran. Hal ini dikenal juga
sebagai fotosintesis total atau asimilasi total. Sedangkan produktivitas primer
bersih adalah laju penyimpanan bahan organik di dalam jaringan-jaringan
tumbuhan selama waktu pengukuran. Jadi kata kunci dari definisi di atas adalah
laju, dimana elemen waktu harus diperhatikan, yakni jumlah energi waktu yang
diikat di dalam waktu tertentu (Heddy, 1986).
Mengingat besarnya peranan bahan organik dalam meningkatkan
produktivitas tanah, maka perlu dicari sumber bahan organik yang berpotensi dan
tersedia secara lokal. sumber bahan organik yang berpotensi sebagai penyedia
unsur hara adalah bahan organik yang berkualitas tinggi yaitu memiliki C/N rasio
<>Biasanya masyarakat di lahan kering memanfaatkan sumber bahan organik
yang berasal dari lingkungan usaha taninya seperti sisa panen tanaman pangan
ataupun sisa tanaman legum. Tetapi ketersediaan bahan organik dari sumber ini
menjadi terbatas karena digunakan juga sebagai pakan ternak. Selain pemanfaatan
sisa panen, kotoran ternak juga dapat digunakan sebagai sumber bahan organik.
Namun keadaan pemeliharaan ternak yang tidak terkonsentrasi pada satu tempat
menyebabkan sumber bahan ini juga menjadi terbatas dan membutuhkan biaya
yang cukup mahal untuk pengangkutan ke lokasi (Odum, 1993).
Penghitungan biomassa dapat dilakukan dalam sebuah kegiatan atau
proyek mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan. Hanya kegiatan yang
bertipe substitusi karbon tidak memerlukan penghitungan biomassa. Jenis-jenis
kegiatan lainnya seperti pencegahan deforestasi, pengelolaan hutan tanaman dan
agroforestry memerlukan penghitungan biomassa.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Umum Lokasi
2.1.1 Letak, Luas, dan Kawasan Taman Wisata Masigit Kareumbi
Secara geografis kawasan Taman Wista Masigit Kareumbi terletak antara
6° 51′ 31” sampai 7° 00′ 12” Lintang Selatan dan 107° 50′ 30″” sampai 108° 1′
30” Bujur Timur secara administrasi pemerintahan terletak di wilayah kabupaten
Dati II Bandung, Garut Dan Sumedang, sedangkan menurut administrasi
pengelolaannya di bawah sub seksi KSDA sumedang, Sub. Balai KSDA jabar I,
Balai KSDA III.
Menurut surat keputusan mentri pertanian Nomor. 297/Kpts/Um/5/1976,
luas kawasan taman Buru Gunung Masigit adalah 12.443,1 Ha. Terdapat empat
blok yang ada pada Tataman Wista Masigit Kareumbi, pembagian blok tersebut di
buat berdasarkan fungsi dari tiap – tiap blok yang terdapat di Taman Wista
Masigit Kareumbi adapun blok – blok tersebut adalah ; Blok ciceur dimana blok
ini di fungsikan sebagai area wisata buru, blok Cibugel ; blok ini di fungsikan
sebagai area penagkaran Rusa Sambar dan beberapa hewan lainya. Blok Cigoler
difungsikan sebagai kawasan wisata keluarga dimana pada blok ini terdapat
sebuah taman safari mini lengkap dengan area bermain dan fasilitas outbound.
Blok Cipancar difungsikan sebagai area perkemahan, di blok ini juga terdapat area
pemanfaatan yang berpungsi sebagai area pendidikan dan latihan.
2.1.2 Kondisi Fisik Hutan Buru Masigit Kareumbi
a. Iklim
Sebagian besar iklim dari area Taman Wista Masigit Kareumbi tarmasuk
dalam tipe hujan C dengan curah hujan rata – rata pertahun 1900 mm,
kecuali di bagian barat laut bertipe hujan B. temperatur rata – rata adalah
23°C, sedangkan kelembaban udara rata – rata 80 %.
b. Tofografi
Topografi lapangan umumnya berbukit – bukit dan bergunung dengan
puncaknya sekitar 1736 meter di atas permukaan laut. Kemiringan lereng
di begian tengah kawasan di atas 30%. Di bagian tepi kelerengan
bervariasi antara 20% sampai 30%.
c. Hidrologi
Di beberapa tempat dapat di jumpai genegan – genagan air yang
menyerupai rawa dan di tumbuhi rumput – rumputan sebanyak 7 buah
yang tersebar. Selain itu juga di kawasan Taman Wista Masigit Kareumbi
terdapat beberapa sungai yang mengalir di dalamnya. Diantaranya adalah
sungai Cigunung, sungai Cikantap, sungai Cimanggung, sungai
Cihanjawah, sungai Citarik, sungai Cideres, sungai Cileunca, sungai
Cianten, dan sungai Cibayawak. Selain itu juga terdapat tiga buah air
terjun yaitu airterjun Cibangban, Cimacan dan Cimulu.
2.1.3 Keadaan biologi Hutan Buru Masigit Kareumbi
a. Flora
Enam puluh persen dari luas seluruh kawasan Taman Masigit Kareumbi
adalah hutan alam, sedangkan sisanya merupakan hutan tanaman Jenis-
jenis pohon yang terdapat di hutan alam adalah sebagai berikut : Pasang
(Quercus sp.), saninten (Castanopis argentea), puspa (Schiima wallicchii),
rasamala (Altingea excelsa) dan Jamuju (Podocarpus imbricatus), dan
beberapa tumbuhan bawah seperti : tepus (Achasma megalocheiles),
cangkuan (Pandanus punctatus), kirinyuh (Eupathorium inulifolium),
saliara (Lantana camara) dan rumput-rumputan seperti : Alang-alang
(Imperata cylindrica), jampang piit (Panicum colonum) dan jukut pait
(Axonopus compressus).
b. Fauna
Disamping rusa sambar (cervus unicolor) yang merupakan hasil
pembiakan sejak tahun 1966, jenis satwa liar yang terdapat di kawasan
TB. Gunung Masigit-Kareumbi antara lain : Kera (Macaca fascicularis),
babi hutan (Sus vittatus), anjing hutan (Cuon javanicus), macan tutul
(panthera pardus), kucing hutan (felis bengalensis), kijang (muntiacus
muntjak), kancil (tragulus javanicus), musang (paradoxurus
hermaphroditus), linsang (prionodon linsang), jelarang (ratufa bicolor),
ayam hutan (Gallus varius) (BKSDA 1998).
2.2 Biomassa
Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area atau
volume tertentu (IPCC,1995). Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah
materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan
ton berat kering per satuan luas (Brown, 1997 dalam Sutaryo, 2009).
Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua bagian
tumbuhan hidup. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap
karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik
melalui proses fotosintesis. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut,
terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup
dan tumbuh secara dinamis vegatasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada
tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik (Hamilton, dkk, 1988).
Pengukuran biomassa hutan mencakup seluruh biomassa hidup yang ada di
atas dan di bawah permukaan dari pepohonan, semak, palem, anakan pohon, dan
Gambar 1. Peta Lokasi Hutan Buru Masigit Kareumbi(Sumber: www.kareumbi.wordpress.com)
tumbuhan bawah lainnya, tumbuhan menjalar, liana, epifit dan sebagainya
ditambah dengan biomassa dari tumbuhan mati seperti kayu dan serasah pohon
(dan organisme foto-ototrof lainnya) melalui proses fotosintesis menyerap CO2
dari atmosfer dan mengubahnya menjadi karbon organik (karbohidrat) dan
menyimpannya dalam biomassa tubuhnya seperti dalam batang, daun, akar, umbi
buah dan-lain-lain. Keseluruhan hasil dari proses fotosintesis ini sering disebut
juga dengan produktifitas primer. Dalam aktifitas respirasi, sebagian CO2 yang
sudah terikat akan dilepaskan kembali dalam bentuk CO2 ke atmosfer. Selain
melalui respirasi, sebagian dari produktifitas primer akan hilang melalui berbagai
proses misalnya herbivora dan dekomposisi. Sebagian dari biomassa mungkin
akan berpindah atau keluar dari ekosistem karena terbawa aliran air atau agen
pemindah lainnya. Kuantitas biomassa dalam hutan merupakan selisih anatara
produksi melalui fotosintesis dan konsumsi. Perubahan kuantitas biomassa ini
dapat terjadi karena suksesi alami dan oleh aktifitas manusia seperti silvikultur,
pemanenan dan degradasi. Perubahan juga dapat terjadi karena adanya bencana
alam (Sutaryo, 2009).
Karbon merupakan fungsi dari biomasa pohon. Biomasa merupakan fungsi
dari volume yang dibentuk dari dimensi tinggi dan diameter. Pertambahan
dimensi tinggi dan diameter terbentuk karena adanya proses fotosintesis yang
mengubah CO2 dan H2O menjadi selulosa. Besarnya kandungan karbon dapat
menduga besarnya serapan CO2 untuk keperluan fotosintesis yakni sebesar nilai
karbon dikalikan dengan berat molekul CO2 yakni sebesar 44/12 yang dinyatakan
dengan satuan ton/ha (Aminudin 2008). Kandungan karbon dalam biomasa
diasumsikan sebesar 50% dari nilai biomasa (Brown 1997).
Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses
fotosintesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya
karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan
menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun
vegetasi baik pohon, semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas
permukaan. Di bawah permukaan tanah, akar tumbuhan juga merupakan
penyimpan karbon selain tanah itu sendiri (spok). Karbon juga masih tersimpan
pada bahan organik mati dan produk-produk berbasis biomassa seperti produk
kayu baik ketika masih dipergunakan maupun sudah berada di tempat
penimbunan. Karbon dapat tersimpan dalam kantong karbon dalam periode yang
lama atau hanya sebentar. Peningkatan jumlah karbon yang tersimpan dalam
karbon pool ini mewakili jumlah karbon yang terserap dari atmosfer (Sutaryo,
2009).
2.3 Analisis Vegetasi Hutan
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis
suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan
pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi
tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).Desain plot
dapat disesuaikan dengan desain inventarisasi karbon hutan atau menggunakan
metode analisis vegetasi yang relatif lebih cepat (Indrawan, 2002).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa
plot dan metode kwarter (Syafei, 1990). Untuk analisis yang menggunakan
metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990). Kelimpahan setiap spesies individu
atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises
yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang
relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting
dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh
garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu
tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan
garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei,
1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Menurut Muller (1974), Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk
menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai
penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks
Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR),
Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR). Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR),
dan Frekuensi Relatif (FR).
III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Februari 2012. Bertempat
di area hutan pinus blok ground C1 pada Hutan Buru Masigit Kareumbi.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah patok kayu, tali rapia,
gunting atau pisau, kompas, meteran, termohigrometer, pH meter (soil meter),
luxmeter, GPS (Global Positioning System), penggaris, blanko pengamatan, dan
alat tulis.
Bahan yang digunakan yaitu seluruh jenis tumbuhan yang dijadikan objek
penelitian analisis vegetasi di blok ground C1 pada Hutan Buru Masigit
Kareumbi.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Langkah pertama, lokasi penelitian ditentukan terlebih dahulu yaitu di atas
hutan pinus blok ground C1 pada Hutan Buru Masigit Kareumbi. Selanjutnya
dibuat plot dengan ukuran 20 x 20 m. Di dalam plot tersebut dibuat plot dengan
ukuran 10 x 10 m (untuk kategori tiang), 5 x 5 m (untuk pancang), dan 2 x 2 m
(untuk semai). Kemudian dilakukan identifikasi terhadap jenis tumbuhan yang ada
pada setiap plot. Jumlah individu dicatat dari masing-masing spesiesnya. Adapun
untuk tingkat pancang, tiang, dan pohon diukur diameter setinggi dada (DBH)
dari masing-masing individunya. Sementara untuk vegetasi tingkat semai
dominasi dihitung dengan cara membuat petak-petak bantu dalam plot (petak
bantu) yang tertutupi oleh setiap spesies. Serta diukur pula suhu, kelembaban,
intensitas cahaya, dan ketinggian pada setiap plot pengamatan
Selanjutnya data dari lapangan diolah (dibuat perhitungannya berdasarkan
rumus yang telah ada) dan dituangkan dalam bentuk tabel dan grafik untuk
kemudian dianalisis dan dibahas dalam laporan.
3.4 Analisis Data
- Rumus dan perhitungan INP metode transek
Tabel 1. Analisa Vegetasi Pohon Ground C1
No. Spesies Km Kr % Fm Fr % Dm Dr % INP %
1. Kaliandra 0.004 10 0.4 25 0.00011 2.8 37.8
2. Pinus 0.003 75 1 62.5 0.00363 89.1 226.6
3. Rasamala 0.006 15 0.2 12.5 0.00033 8.1 35.6
Total 0.004 100 1.6 100 0.00407 100 300
- Rumus dan perhitungan biomassa
Rumus yang digunakan adalah:
a. BK pohon = 0,11 x x D 2.62
Keterangan : Berat jenis kayu (g cm-3 ) = 0,7 g cm-3
D= Diameter pohon
b. Total biomassa pohon = BK1 + BK2 + BK3 + ……
c. Biomassa pohon persatuan luas = Total biomassa pohon
Luas plot pengamatan
Tabel 2. Perhitungan berat kering pohon pinus
No Spesies Diameter (cm) BK (kg)1 Pinus 1 31,5 648.732 Pinus 2 36 920.453 Pinus 3 29 522.364 Pinus 4 35,5 887.345 Pinus 5 32 676.066 Pinus 6 44 1557.27 Pinus 7 41 1294.158 Pinus 8 22 253.39 Pinus 9 24 318.1610 Pinus 10 27 433.1711 Pinus 11 31 622.112 Pinus 12 31,5 648.7313 Pinus 13 28 476.4814 Pinus 14 24,2 325.15
Total berat kering 9583.38
Tabel 3. Perhitungan berat kering pohon rasamala
No Spesies Diameter (cm) BK (kg)1 Rasamala 1 32 676.062 Rasamala 2 22 253.33 Rasamala 3 24 318.164 Rasamala 4 31,5 648.735 Rasamala 5 27 433.176 Rasamala 6 29 522.36
Total berat kering 2851.78
Tabel 4. Perhitungan berat kering pohon kaliandra
No Spesies Diameter (cm) BK (kg)1 Kaliandra 1 22 253.32 Kaliandra 2 29 522.363 Kaliandra 3 24 318.164 Kaliandra 4 27 433.17
Total berat kering pohon 1526.99
Diketahui:
a. Total biomassa pohon pinus 9583.38 kg
b. Total biomassa pohon rasamala 2851.78 kg
c. Total biomassa pohon kaliandra 1526.99 kg
d. Luas plot pengamatan 20 x 20 m = 400 m2
Perhitungan biomassa pohon per satuan luas:
a. Biomassa pohon pinus = 9583.38 kg = 23, 96 kg/m2
400 m2
b. Biomassa pohon rasamala = 2851.78 kg = 7, 13 kg/m2
400 m2
c. Biomassa pohon kaliandra = 1526.99 kg = 3, 82 kg/m2
400
IV PEMBAHASAN
Kawasan hutan buru kareumbi adalah kawasan hutan yang dibiarkan liar
untuk perburuan. Udara cukup lembab, kadar air cukup tinggi pda bagian topsoil
dan subsoil. Kawasan seluas 12.420,70 hektar ini terletak pada area yang menjadi
kewenangan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang
danKabupaten Garut. Sebagian besar area berada di Sumedang dan Garut.
Secara geografis kawasan TB. Gunung Masigit-Kareumbi terletak antara 6° 51′
31” sampai 7° 00′ 12” Lintang Selatan dan 107° 50′ 30″” sampai 108° 1′ 30”
Bujur Timur. Data dasar Kawasan yang didapat dari BBKSDA Jabar adalah
sebagai berikut:
Panjang Batas (1980): 128,46 KM
Orientasi Batas (1997) : Pal Batas seluruhnya 2201 buah (1117 baik, 802
rusak, 282 hilang).
Penataan Batas Blok : – Blok Pemanfaatan 7667,99 Ha
Blok Penyangga 4753,51 Ha
Kawasan ini merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk yang juga
menjadi penyangga bagi sungai Citarum, sungai terbesar di Jawa Barat.
Dalam kawasan ini terdapat pula beberapa sumber air berupa sungai diantaranya
adalah Sungai Cigunung, Cikantap, Cimanggu, Cihanyawar, Citarik Cideres,
Cileunca, Cianten, Cikayap, Cibayawak, Cibangau, Cisereh dan Cimacan. Dapat
ditambahkan juga Sungai Cideres, Citarik dan Cimulu.
Topografi kawasan umumnya berbukit sampai bergunung-gunung dengan
puncak tertinggi gunung Karenceng ± 1.763 m dpl.
Menurut klasifikasi iklim Schmidt Ferguson, kawasan ini termasuk tipe
iklim C dengan curah hujan rata-rata per tahun 1900 mm, kelembaban udara
berkisar antara 60 – 90 % dan temperatur rata-rata 23 º C.
Hutan alam Masigit Kareumbi di dominasi oleh jenis Pasang (Quercus
sp.), Saninten (Castanea argentea), Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia
excelsea). Sedangkan tumbuhan bawahnya terdiri dari tepus (Zingiberaceae),
Congok (Palmae), Cangkuang (Pandanaceae) dan lain-lain. Dari jenis liana dan
epiphyt yang terdapat di kawasan ini adalah Seuseureuhan (Piper aduncum),
Angbulu (Cironmera anbalqualis), Anggrek Merpati (Phalaenopsis sp), Anggrek
Bulan (Phalaenopsis amabilis), Kadaka (Drynaria sp), dan lain-lain. Hutan
tanaman ± 40 % didomonir oleh jenis pinus (Pinus merkusii), Bambu (Bambusa
sp), dan Kuren (Acasia decurens).
Jenis-jenis fauna yang ada di kawasan TB G. Masigit Kareumbi antara
lain: Babi hutan (Sus vitatus), Rusa Tutul (Axis axis), Kijang (Muntiacus
muntjak), Anjing hutan (Cuon javanica), Macan tutul (Panthera pardus), Kucing
hutan (Felis bengalensis), Ayam hutan (Gallus sp), Kukang (Nycticebus
coucang), Bultok (Megalaema zeylanica), Kera (Macaca fascicularis), Lutung
(Tracypithecus auratus) dan Burung Walik (Chalcophals indica).
Dari hasil data pengamatan, didapat berat kering pinuslah yang memiliki
biomassa paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pohon pinus memiliki
simpanan karbon yang cukup tinggi. Simpanan karbon merupakan energy awal
produsen pada jarring maupun rantai makanan. Pinus merupakan jenis pohon
yang menghasilkan metabolit sekunder berupa resin, lignin dan minyak. Hal ini
bisa mempengaruhi berat jenisnya. Dan tentu saja sebagai sumber pemanfaatan
bagi manusia.tambhkan lg pembahasannya
V PENUTUP
5.1 simpulan
Keadaan dari hutan buru kareumbi dari segi flora yang ada didalamnya
tidak begitu bervariasi, kebanyakan dari beberapa kawasan yang terdapat
didalamnya mempunyai keadaan flora yang homogen, contohnya adalah kawasan
pinus dan raksamala. Untuk mengetahui biomassa dari suatu jenis pohon yang ada
di kawasan tersebut digunaka metode transek dengan menghitung diameter dari
jenis pohon yang akan di hitung biomassanya.
5.2 Saran
Harus lebih banyak dilakukan kajian mengenai kawasan hutan buru kareumbi
ini, karena masih sangay sedikit kajian mengenai kawasan ini. Dengan di
perbanyaknya kajian mengenai kawasan ini di harapka kekayaan dari kawasan ini
bias lebih banyak di ketahui oleh masyarakat luas dan bisa di manfaatkan untuk
kehidupan masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin S. 2008. Kajian potensi cadangan karbon pada pengusahaan hutan
rakyat : studi kasus hutan rakyat Desa Dengok, Kecamatan Playen,
Kabupaten Gunung Kidul. Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
BKSDA. .1998. Frofil Taman Buru Masigit
http//www.bksdajabar.com/index/referensi/frofile.htm
Brown, Sandra, 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical
Forests: a Primer. Rome: (FAO Forestry Paper - 134). FAO.
Hamilton, L.S dan HLM. N. King. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika.
Diterjemahkan oleh Krisnawati Suryanata. Yogyakarta : UGM Press.
Indrawan, A. Soerianegara, Ishamet. 2002. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:
Laboratorium Ekologi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Michael, M. 1994. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Muller-Dumbois D, Ellenberg H. 1974. Aim and Method of Vegetation Ecology.
Willey International Edition. John Willey and Sons, Chicester - New
York – Brisbanei – Toronto – Singapore
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Malang: JICA.
Sub Balai PPA Jawa Barat. 1984. Laporan inventarisasi satwa di Taman Buru
Gunung Masigit Kareumbi Sub Seksi PPA Sumedang. Bandung:
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
Departemen Kehutanan.
Sutaryo, dandun. 2009. Penghitungan Biomassa Sebuah Pengantar Untuk Studi
Karbon. Bogor: Wetlands International Indonesia Programme
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB