laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mendapatkan bahan hasil pertanian yang berkualitas baik, maka dalam penanganan pascapanen harus dilakukan dengan baik sesuai dengan prosedur yang ada. Di Indonesia, salah satu BHP yang banyak dilihat adalah beras. Beras merupakan komoditas yang sangat penting bagi Indonesia, melihat bahwa masyarakat sangat berkegantungan dengan beras sebagai bahan makanan pokok. Sepantasnya memang bahwa beras disorot oleh masyarakat dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya. Biasanya setiap wilayah di Indonesia mempunyai pusat industri komoditas beras, karena memang dilihat pentingnya beras di setiap daerah. Pusat industri beras menjadi tempat transaksi jual beli beras. Penjualan dilakukan setelah beras yang dibeli mengalami perubahan dalam perwujudan nilai tambah seperti melalui perbaikan kualitas dengan teknologi, seperti pengemasan, pensortiran, grading dan lain-lain. Oleh karena itu industri beras ditantang untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas beras mereka. Salah satu upaya untuk peningkatan kualitas BHP adalah dengan melalui sortasi dan grading.

description

laporan modul 4 THP Teknologi Hasil Pertanian THP Pertanian Unpad Faperta

Transcript of laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

Page 1: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk mendapatkan bahan hasil pertanian yang berkualitas baik, maka dalam

penanganan pascapanen harus dilakukan dengan baik sesuai dengan prosedur yang

ada. Di Indonesia, salah satu BHP yang banyak dilihat adalah beras. Beras merupakan

komoditas yang sangat penting bagi Indonesia, melihat bahwa masyarakat sangat

berkegantungan dengan beras sebagai bahan makanan pokok. Sepantasnya memang

bahwa beras disorot oleh masyarakat dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya.

Biasanya setiap wilayah di Indonesia mempunyai pusat industri komoditas beras,

karena memang dilihat pentingnya beras di setiap daerah. Pusat industri beras

menjadi tempat transaksi jual beli beras. Penjualan dilakukan setelah beras yang

dibeli mengalami perubahan dalam perwujudan nilai tambah seperti melalui

perbaikan kualitas dengan teknologi, seperti pengemasan, pensortiran, grading dan

lain-lain. Oleh karena itu industri beras ditantang untuk mempertahankan dan

meningkatkan kualitas beras mereka. Salah satu upaya untuk peningkatan kualitas

BHP adalah dengan melalui sortasi dan grading.

1.2. Tujuan Percobaan

1. Mengukur dan mengamati proses sortasi dan grading bahan hasil pertanian

2. Melakukan perhitungan kualitas dan variable kualitas untuk mengkaji kelas

kualitas (grade), kerusakan yang tampak (visible), kerusakan yang tak tampak

(invisible damage), bahan asing (foreign materials), keretakan (sound grain

and crack)

Page 2: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembersihan

Pembersihan dalam penanganan bahan hasil pertanian adalah mengeluarkan

atau memindahkan benda asing atau kotoran dan bahan-bahan yang tidak diinginkan

dari bahan utama (produk yang diinginkan). Pembersihan bertujuan untuk

menghilangkan kotoran yang menempel pada bahan hasil pertanian. Kebersihan

sangat mempengaruhi kenampakan. Oleh karena itu sebelum dipasarkan, hasil

pertanian harus dibersihkan dari kotoran atau benda asing dan bagian-bagian yang

tidak diperlukan. Kotoran pada hasil pertanian sering dianggap sebagai sumber

kontaminasi, karena mengandung mikroorganisme yang dapat merusak hasil panen.

Jenis kotoran pada bahan hasil pertanian, berdasarkan wujudnya dapat

dikelompokkan menjadi:

1. Kotoran Berupa Tanah

Kotoran ini biasanya merupakan kotoran hasil ikutan yang menempel pada

bahan hasil pertanian pada saat bahan dipanen. Kotoran ini dapat berupa:

tanah, debu, dan pasir. Tanah merupakan media tempat berkembangnya

mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan hasil pertanian. Adanya

tanah pada bahan hasil pertanian terkadang sukar dihindarkan, karena

beberapa hasil pertanian terdapat di dalamtanah, seperti umbi-umbian.

2. Kotoran Berupa Sisa Pemungutan Hasil

Kotoran jenis ini meliputi kotoran sisa pemungutan hasil tanamanya itu

bagian tanaman yang bukan bagian yang dipanen, antara lain berupa: dahan,

ranting, biji, kulit.

3. Kotoran Berupa Benda-Benda Asing

Adanya kotoran yang berupa benda-benda asing seperti: unsur logam akan

memberi kesan ceroboh dalam penanganan hasil panen.

4. Kotoran Berupa Serangga Atau Kotoran Biologis Lainny

Page 3: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

Adanya kotoran yang berupa serangga seperti kecoa dan kotoran biologis

ainnya yang tercampur dengan bahan hasil pertanian dapat membawa bibit

penyakit seperti kolera, tipus, desentri dan lain-lain.

5. Kotoran Berupa Sisa Bahan Kimia

Kotoran berupa sisa bahan kimia dapat berasal antara lain dari obat-obatan

pestisida dan pupuk. Kotoran ini di samping mengganggu penampakan hasil

panen juga dapat menyebabkan keracunan pada konsumen. Pada konsentrasi

yang cukup tinggi, bahan kimia dapat menyebabkan keracunan secara

langsung. Sedangkan pada konsentrasi yang rendah dan bila terus menerus

akan tertimbun di dalam tubuh dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.

Secara umum dalam melakukan proses pembersihan dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu :

1. Dry method, yang diantaranya meliputi :

Penyaringan (screening)

Pemungutan dengan tangan (hand picking)

2. Wet method, yang diantaranya meliputi :

Perendaman (soaking)

Water sprays

Rotary drum

Brush washer

Shuffle of Shaker Washer

2.2. Sortasi

Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai

fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran, berat jenis,

tekstur, warna, benda asing atau kotoran), kimia (komposisi bahan, bau dan rasa

ketengikan) dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah mikroba

dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk bijian). Bahan yang

disortir adalah semua simplisia yaitu daun, batang, rimpang, korteks, buah, akar, biji

dan bunga. Ada dua macam proses sortasi, yaitu:

Page 4: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

1. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk

memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan

simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat,

maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar

yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Hal tersebut

dikarenakan tanah merupakan salah satu sumber mikroba yang potensial.

Sehingga, pembersihan tanah dapat mengurangi kontaminasi mikroba pada

bahan obat.

2. Sortasi Kering

Sortasi kering pada dasarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.

Tujuannyauntuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian

tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal

pada simplisia kering.Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik

(Anonim, 1985)

Mengapa kita melakukan sortasi. Tujuan dalam mensortasi bahan hasil

pertanian adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian maupun

kebersihannya (Widyastuti, 1997).

2. Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat.

3. Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat

kesalahan panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan asingyang

mencemari tanaman obat (Santoso, 2009)

Pada dasarnya, penyortiran bahan tanaman obat dilakukan sesuai dengan jenis

simplisia yang akan digunakan. Hal tersebut dikarenakan perlakuan terhadap setiap

jenis simplisia berbeda. Berikut ini adalah beberapa contoh batasan penyortiran

terhadap beberapa simplisia:

1. Simplisia daun

Yang diambil adalah daun yang berwarna hijau muda sampai tua. Yang

dibuang adalah daun yang berwarna kuning atau kecoklatan.

Page 5: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

2. Simplisia bunga

Misal pada simplisia bunga Srigading, yang dibuang adalah tangkai bunga dan

daun yang terikut saat panen (Widyastuti,1997).

3. Simplisia buah

Misal pada buah kopi, sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang

superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah,

berlubang dan terserang hama atau penyakit). Kotoran seperti daun, ranting,

tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas. Pada

simplisia buah Adas, buah yang sudah kering dipisahkan dari

tangkainyadengan cara memukul batang atau tangkai buah sehingga buah adas

lepas( Widyastuti,1997 ).

4. Simplisia rimpang

Biasanya, pada simplisia rimpang seringkali jumlah akar yang melekat pada

rimpang terlampau besar, sehingga harus dibuang (Anonim, 1985).

Dalam mensortasi bahan hasil pertanian tidak boleh sembarangan, karena di

sortasi sendiri memiliki peraturan mensortasi bahan. Menurut WHO Guidelines on

Good Agricultural and Collection Practice (GACP) for Madicinal Plants:

1. Pemeriksaan visual terhadap kontaminan yang berupa bagian-bagian tanaman

yang tidak dikehendaki atau digunakan.

2. Pemeriksaan visual terhadap materi asing.

3. Evaluasi organoleptik, meliputi : penampilan, kerusakan, ukuran, warna,

bau,dan mungkin rasa.

2.3. Grading

Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan konsumen

atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait erat dengan tingkat

selera konsumen suatu produk atau segmen pasar yang akan dituju dalam pemasaran

suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju adalah segmen pasar tingkat

menengah ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan grading

sangat menentukan apakah suatu produk laku pasar atau tidak.

Page 6: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

Pada kegiatan grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan pada

kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan,

kesegaran, ada atau tidak adanya serangan atau kerusakan oleh penyakit,adanya

kerusakan oleh serangga, dan luka atau lecet oleh faktor mekanis. Pada usaha

budidaya tanaman, penyortiran produk hasil panenan dilakukan secara manual,yaitu

menggunakan tangan. Sedangkan grading dapat dilakukan secara manual

ataumenggunakan mesin penyortir. Grading secara manual memerlukan tenaga yang

terampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan memerlukan lebih

banyak tenaga kerja.

2.4. Standar Nasional Beras

Saat melakukan sortasi tidak boleh sembarangan menetapkan mutu standar

beras seuai SNI beras yang ditentukan.

Gambar 1. Tabel SNI 6128: 2008

Sumber: http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt152102.pdf

Page 7: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

1. Wadah plastik

2. Moisture tester

3. Timbangan

4. Rice Standard Chart

3.1.2. Bahan

1. Beras

3.2. Prosedur Percobaan

1. Beras terlebih dahulu diambil sebanyak 500 gram

2. Lalu beras tersebut diukur kadar airnya menggunakan moisture center

3. Beras disortasi ke kriteria yang telah ditentukan yaitu butir yang utuh, butir

patah, butir menir, butir hijau atau mengapur, butir kuning atau rusak.

Dipisahkan juga bila terdapat benda-benda asing dan butir gabah

4. Lalu setelah itu hitung derajat sosoh dari beras tersebut dan hitung berapa

gram beras yang hilang

5. Bandingkan data yang sudah kita dapatkan dengan standar beras yang terbaru

Page 8: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan pada 50 gram BerasNo Komponen Berat (gram) Hasil (%) Standar (mutu

III) (%)1 Derajat sosoh - 92,64 95

2 Butir utuh 2,78 43,55 78

3 Butir patah 17,1 34,19 20

4 Butir menir 7,37 14,73 1

5 Butir hijau/mengapur 7,435 6,89 1

6 Butir kuning/rusak 0,21 0,41 1

7 Benda asing 0,02 0,03 0,02

8 Butir gabah - - 1

Total 49,93 99,81

Beras hilang 0,08 0,19

4.1. Rumus Dalam Perhitungan

1. Rata-rata kadar air beras : KA = KA1+KA 2+KA 3

3

2. Massa total (Mt) : Total jumlah komponen dari tabel 2 sampai 8

3. Beras hilang : Ma – Mt

4. Derajat sosoh :[ Ma−(komponen ditabel no5+6+7+8 )]

Ma x

100%

4.2. Kadar Air

1. KA1= 13%

2. KA2= 12,9%

3. KA3= 12,9%

Maka rata-ratanya = 13 %+12,9 %+12,9 %

3 = 12,93%

Page 9: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

4.3. Massa Total (Mt)

Mt = 21,78 + 17,1 + 7,37 + 7,435 + 0,21 + 0,02 + 0

= 49,97

4.4. Beras Hilang

Beras hilang = 50,01 – 49,93

= 0,08

4.5. Derajat Sosoh

Derajat sosoh = [50,01−(3,45+0,31+0,02+0 )]

50,01 x 100%

= 50,01−3,68

50,01 x 100%

= 46,3350,01

x 100%

= 92,64%

4.6. Hasil Persentase

1. Butir utuh = 21,9850,01

x 100% = 43,55 %

2. Butir patah = 17,1

50,01 x 100% = 34,19 %

3. Butir menir = 7,3750,01

x 100% = 14,73 %

4. Butir utuh = 3,45

50,01 x 100% = 6,89 %

5. Butir kuning = 0,21

50,01 x 100% = 0,42 %

6. Benda asing = 0,02

50,01 x 100% = 0,03 %

Page 10: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

7. Butir gabah = -

Page 11: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

BAB V

PEMBAHASAN

Percobaan kali ini mengenai sortasi beras dapat dilihat dari tabel 1. yang

menunjukkan bahwa butir utuh pada 50 gram beras yang diuji sebanyak 43,55%,

hasil ini menunjukkan bahwa beras 50 gram sangat sedikit dibandingkan standar

mutu yang ada gambar 1. yang utuhnya. Lalu selanjutnya butir yang digolongkan

butir patah adalah butir patah yang rata-rata masih memiliki ¾ bagian, yaitu sebanyak

34,19%, jika dilihat persentase butir yang patah cukup banyak, hanya berbeda sedikit

dengan butir yang utuh. Dari kedua golongan diatas, hal ini tidak menunjukkan

bahwa beras tersebut masih di bawah berstandar SNI.

Selanjutnya adalah beras yang digolongkan ke butir menir, butir menir adalah

butir beras yang memiliki ¼ bagian. Dari hasil pengamatan, butir beras yang

tergolong ke butir menir sebanyak 14,73%, jumlah ini menunjukkan butir menir pada

50 gram beras yang diuji sangat banyak dibandingkan dengan SNI maksimal butir

menir sebanyak 1%.

Selanjutnya adalah beras yang mengapur, beras yang mengapur adalah butir

beras yang bagian mulai berwarna putih. Di dalam hasil pengamatan, beras yang

tergolong mengapur sebanyak 6,89%. Jika dilihat di SNI, bahwa butir yang mengapur

dibawah 5%, bisa dibilang cukup banyak bila dibandingkan dengan pengamatan yang

dilakukan.

Butir kuning atau rusak adalah butir beras dimana lebih dari separuhnya

berwarna kekuningan atau kecoklatan. Untuk butir kuning atau rusak hanya diperoleh

sebesar 0,41% saja yang berarti memenuhi standar SNI yaitu maksimal 1%.

Lalu selanjutnya adalah benda-benda asing atau kotoran yang ditemukan di

beras 50 gram yang diuji sebanyak 0,03%. Benda-benda yang ditemukan seperti batu-

batu kerikil yang berukuran kecil, bahkan ditemukan juga sehelai rambut. Bila

dibandingkan dengan SNI, benda asing seharusnya maksimal 0,02%. Jadi masih

dibawah standar bila dibandingkan dengan beras uji pengamatan.

Page 12: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

Yang terakhir adalah pengamatan pada kadar air beras yang diuji. Pada beras

yang diuji dihitung tiga kali untuk menemukan kadar air. Didapatkan rata-rata kadar

air bera yang diuji sebesar 12,93%. Pada SNI kadar air beras maksimumnya adalah

14%. Maka dibilang bahwa kadar air pada beras ini tergolong baik.

Bila dilihat dengan SNI tahun 2008, bahwa beras yang diuji pada pengamatan

dibilang tidak memenuhi standar. Dilihat juga dari derajat sosoh, dimana beras yang

diuji memiliki derajat sosoh sebesar 92,64%, dan bila dilihat di SNI maka beras ini

masuk ke mutu V.tentu dikarenakan ada sekitar 0,08 gram (0,19%) mnghilang, maka

total berasnya adalah 49.93 (0,81%) yang masih tersisa.

Bila diperhatikan kalau SNI 2008 ini mengambil sebanyak 1000 gram (1 kg)

sebagai sampel, sehingga menghasilkan perbedaan angka yang signifikan dengan

beras yang diuji dan beras yang diuji untuk SNI. Lalu faktor lainnya adalah SNI

menggunakan mesin modern untuk menguji mutu beras, sedangkan saat kita

melakukannya menggunakan cara manual atau tradisional. Tetapi jika kita

menyampingkan dengan faktor-faktor tersebut, maka beras ini bisa dikategorikan

beras mutu V.

Page 13: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari percobaan kali ini mengenai sortasi dan grading suatu bahan hasil

pertanian (beras), kita dapat mengambil kesimpulan yaitu :

1. Beras yang beredar di pasaran belum tentu memenuhi standar SNI yang

ditentukan

2. Walaupun beras yang beredar sudah melalui tahap-tahapan pembersihan,

sortasi dan grading, bahkan berlabel SNI, belum tentu itu memenuhi standar.

Diakibatkan faktor seperti kemampuan, alat yang digunakan, penanganan

pasca panen, cara penyimpanan dan lain-lain

3. Proses sortasi bisa berbeda, karena ada yang manual dan mesin. Hal ini akan

menghasilkan nilai yang berbeda, karena kemampuan manusia dengan mesin

berbeda

4. Derajat sosoh ditentukan oleh massa awal dengan massa beras yang tidak utuh

dan tidak patah

5. Pembersihan, sortasi dan grading itu sangat penting dilakukan untuk

mendapatkan kualitas beras yang baik

6.2. Saran

1. Sebaiknya pratikum kali ini menggunakan mesin yang bisa menompang

pratikum, karena hal itu yang membuat menarik, seperti bagaimana cara

mesin itu bekerja. Jika kita menggunakan mesin, mungkin pratikum akan

semakin menarik

2. Harus membuat situasi nyaman saat pratikum, karena pratikum kali ini

membutuhkan kosentrasi yang tinggi

Page 14: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Sortasi Dan Pengecilan Ukuran Partikel. Diakses melalui

http://siskhana.blogspot.com, pada tanggal 26 Maret 2011.

Bertha, Julisti. 2009. Grading Gabah Dan Beras. Diakses melalui

http://btagallery.blogspot.com, pada tanggal 26 Maret 2011.

Dewi, M.K.Kemala. 2008. Proses Cleaning, Sortasi, Grading Dan Size Reduction

Pada Buah Apel. Diakses pada tanggal 26 Maret 2011.

Mansyur. 2007. Analisis Kelayakan Aspek Pemasaran Pendirian Pusat Grading

Industri Beras (Pgib) Perum Bulog – Tambun 2006.

Sudaryanto, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Mata Kuliah Teknologi Hasil Pertanian.

Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran.

Sutrisno, dkk. Pengembangan Teknologi Pasca Panen Diakses pada tanggal 26 Maret

2011.

Widyastuti, Yuli. 1997. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial. Trubus

Agriwidya, Semarang.

Page 15: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

LAMPIRAN

Gambar 2. Beras Utuh dan Patah Gambar 3. Timbangan Analitik

Gambar 4. Beras yang Diuji Gambar 5. Moisture Tester

Gambar 6. Beras untuk Kadar Air Gambar 7. Massa Awal

Page 16: laporan 4 THP Teknologi Hasil Pertanian

Gambar 8. Beras Menir Gambar 9. Beras Utuh

Gambar 10. Beras Patah