Lapkas Pityriasis Rosea Romi

30
1 BAB I PENDAHULUAN Pitiriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya yang dimulai dengan sebuah lesi perimer yang dikarakteristikkan dengan gambaran herald patch berbentuk eritema dan skuama halus yang kemudian diikuti dengan lesi sekunder yang mempunyai gambaran khas. 1  Pitiriasis rosea adalah kelainan kulit yang termasuk dalam golongan dermatosis papuloeritroskuamosa yang sering ditemukan, sifatnya akut,  self limiting disease, tidak menular, dan biasanya didapatkan pada anak-anak dan dewasa muda. Etiologinya masih belum diketahui, namun dalam suatu penelitian,  partikel HHV telah te rdeteksi pada 70% pasien penderita pitiriasis rosea. Dimana virus-virus ini memang ditemukan pada masa kanak-kanak awal dan tetap ada  pada fase laten. Namun apa yang menjadi penyebab reaktivasi virus ini belum diketahui. 1 Istilah Pitiriasis Rosea pertama kali dideskripsikan oleh Robert Willan  pada tahun 1798 dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada tahun 1860, Gilbert memberi nama Pitiriasis Rosea yang berarti skuama berwarna merah muda (rosea). 2  Insiden tertinggi pada usia antara 15    40 tahun. 3  Wanita lebih sering terkena dibandingkan pria dengan perbandingan 1.5 : 1. 2  Pitiriasis rosea memiliki berbagai macam varian, dapat dibedakan  berdasarkan predileksi tempatnya serta efloresensi yang dominan, contohnya  pitiriasis rosea inversa, giganta, irritate, vesicular, papular dan lain sebagainya. Tidak ada tes laboratorium yang menunjang diagnosa pitiriasis rosea. Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan bertujuan untuk menyingkirkan diagnosa banding sifilis sekunder karena keduanya cukup sulit untuk dibedakan terutama pada tipe pitiriasis r osea yang atipikal (tidak khas). 4 Predileksi tempat yang paling banyak ditemukan yaitu pada batang tubuh, kemudian juga di lengan atas dan paha atas. Beberapa kasus menunjukkan lesi menyebar hingga ke leher, aksila dan sela paha. Namun jarang menyebar hingga ke wajah, lengan bawah dan tungkai bawah. Penyebaran lesi pada batang tubuh

Transcript of Lapkas Pityriasis Rosea Romi

Page 1: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 1/30

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pitiriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya

yang dimulai dengan sebuah lesi perimer yang dikarakteristikkan dengan

gambaran herald patch  berbentuk eritema dan skuama halus yang kemudian

diikuti dengan lesi sekunder yang mempunyai gambaran khas.1 

Pitiriasis rosea adalah kelainan kulit yang termasuk dalam golongan

dermatosis papuloeritroskuamosa yang sering ditemukan, sifatnya akut,  self

limiting disease, tidak menular, dan biasanya didapatkan pada anak-anak dan

dewasa muda. Etiologinya masih belum diketahui, namun dalam suatu penelitian,

 partikel HHV telah terdeteksi pada 70% pasien penderita pitiriasis rosea. Dimana

virus-virus ini memang ditemukan pada masa kanak-kanak awal dan tetap ada

 pada fase laten. Namun apa yang menjadi penyebab reaktivasi virus ini belum

diketahui.1

Istilah Pitiriasis Rosea pertama kali dideskripsikan oleh Robert Willan

 pada tahun 1798 dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada tahun 1860,

Gilbert memberi nama Pitiriasis Rosea yang berarti skuama berwarna merah muda

(rosea).2 

Insiden tertinggi pada usia antara 15  –   40 tahun.3  Wanita lebih sering

terkena dibandingkan pria dengan perbandingan 1.5 : 1.2 

Pitiriasis rosea memiliki berbagai macam varian, dapat dibedakan

 berdasarkan predileksi tempatnya serta efloresensi yang dominan, contohnya

 pitiriasis rosea inversa, giganta, irritate, vesicular, papular dan lain sebagainya.

Tidak ada tes laboratorium yang menunjang diagnosa pitiriasis rosea.Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan bertujuan untuk menyingkirkan

diagnosa banding sifilis sekunder karena keduanya cukup sulit untuk dibedakan

terutama pada tipe pitiriasis rosea yang atipikal (tidak khas).4

Predileksi tempat yang paling banyak ditemukan yaitu pada batang tubuh,

kemudian juga di lengan atas dan paha atas. Beberapa kasus menunjukkan lesi

menyebar hingga ke leher, aksila dan sela paha. Namun jarang menyebar hingga

ke wajah, lengan bawah dan tungkai bawah. Penyebaran lesi pada batang tubuh

Page 2: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 2/30

2

sumbu panjangnya mengikuti garis lipatan kulit, pada daerah punggung lesi

tersebar membentuk gambaran pohon natal yang terbalik (inverted christmas tree

appearance) atau huruf V terbalik, sedangkan pada daerah dada dan perut

 penyebaran lesi membentuk huruf V. Lesi kulit ini dapat menghilang secara

spontan dalam waktu 3-8 minggu, namun ada juga yang bertahan hingga 3-5

 bulan, dan biasanya tidak ada keluhan dari penderita kecuali gatal ringan sampai

sedang.4,6

Diagnosis Pitiriasis Rosea dapat ditegakkan dengan anamnesis dan

 pemeriksaan fisik. Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk

memastikan diagnosis apabila sulit menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea.

Pitiriasis Rosea bisa didahului dengan gejala prodromal (lemas, mual, tidak nafsu

makan, demam, nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe). Setelah itu muncul gatal

dan lesi di kulit.4 Banyak penyakit yang memberikan gambaran seperti Pitiriasis

Rosea seperti dermatitis numularis, sifilis sekunder, dan sebagainya.1 

Beberapa penyakit yang menyerupai gambaran klinis pitiriasis rosea selain

sifilis sekunder diantaranya pitiriasis versikolor, tinea korporis, psoriasis,

dermatitis seboroik, erupsi obat, lichen planus, dan lain sebagainya. Pemeriksaan

histopatologi sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosa banding. Diagnosa

 pitiriasis rosea dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan klinis, pada

anamnesa harus dicari ada tidaknya riwayat prodormal sebelum timbulnya erupsi

kulit.3

Umumnya pengobatan yang diberikan untuk pitiriasis rosea hanya bersifat

simptomatis, karena erupsi kulitnya akan menghilang secara spontan. Namun

 pemberian obat dapat memberikan keuntungan karena mempersingkat lamanya

 perjalanan penyakit karena erupsi akan hilang dengan lebih cepat. Untuk keluhangatal yang ringan sampai sedang dapat diberikan kortikosteroid topikal, bedak

yang mengandung asidum salisilikum, serta antihistamin. Namun bila gatalnya

sangat mengganggu dapat diberikan kortikosteroid sistemik. Selain pemberian

obat-obatan, penatalaksanaan pitiriasis rosea dengan fototerapi hanya bermanfaat

untuk mengurangi gejala klinis yang berat saja, namun tidak dapat mengurangi

rasa gatal yang timbul dan tidak mempercepat penyembuhan erupsi kulit.3,4,6

Page 3: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 3/30

3

BAB 1I

LAPORAN KASUS

1.1 

Identitas Pasien

 Nama : Nn. SZ

Umur : 19 tahun

Agama : Islam

Alamat : Bireuen

Suku Bangsa : Aceh

 No Rekam Medis : 21.20.75

Tanggal MRS : 25-02-2014

Tanggal KRS : 25-02-2014

1.2  Anamnesis

Keluhan Utama : Bercak merah disertai gatal pada dada dan punggung.

Riwayat Penyakit Sekarang 

Pasien datang ke Poli Klinik Kulit dan Kelamin RS dr.Fauziah

Bireuen dengan keluhan bercak merah disertai gatal di dada dan punggung 3

minggu SMRS. Bercak awalnya berjumlah 1 berbentuk oval dengan

diameter ± 3 cm di bagian dada. Sisik halus juga didapatkan mengelilingi

 bercak kemerahan. Karena mengeluh gatal pasien juga menggaruknya baik

disengaja maupun tidak. 2 minggu SMRS, bercak kemerahan bertambah

 banyak dan timbul di punggung namun berukuran kecil dan memberat 1

munggu SMRS. Gatal juga masih dirasakan oleh pasien.

Riwayat Penyakit DahuluDisangkal

Riwayat Penggunaan Obat

Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Disangkal

Page 4: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 4/30

4

1.3  Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Kompos mentis

Berat badan : 58 kg

Keadaan Gizi : Baik

KEPALA  : Normocephali

Wajah : Simetris

Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-),

Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut : Kering (-), tonsil tenang, faring hiperemis (-)

Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)

Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

THORAKS

Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris, ginekomastia (-/-)

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Tidak dilakukan

ABDOMEN

Inspeksi : Datar

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Tidak dilakukan

EKSTREMITAS

Ekstremitas superior :

Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-)

Kuku : onikodistrofi (-), pitting nail (-), onikolisis (-);

Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);

Kulit : lihat status dermatologikus

Page 5: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 5/30

5

Ekstremitas inferior :

Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-);

Kuku : onikodistrofi (-), pitting nail (-), onikolisis (-);

Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);

Kulit : lihat status dermatologikus

Status Dermatologikus

Distribusi : Regional

Ad regio : thoracalis anterior posterior

Lesi : multipel, berbatas tegas, ukuran milier sampai lentikuler,

 bentuk oval dan anular

Efloresensi : eritema, skuama halus berwarna putih

Ad regio thoracalis anterior posterior

Gambar 1. inverted chr istmas tree appearance  

PEMERIKSAAN PENUNJANG

-  Tidak dilakukan

Page 6: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 6/30

6

RESUME

Seorang wanita berusia 19 tahun datang ke Poli Klinik Kulit dan Kelamin

RS dr.Fauziah Bireuen dengan keluhan utama bercak merah disertai gatal di dada

dan punggung 3 minggu SMRS. Bercak awalnya berjumlah 1 berbentuk oval

dengan diameter ± 3 cm di dada bagian atas. Sisik halus juga didapatkan

mengelilingi bercak kemerahan. Karena mengeluh gatal pasien juga

menggaruknya baik disengaja maupun tidak. 2 minggu SMRS, bercak kemerahan

 bertambah banyak dan timbul di punggung namun berukuran kecil dan memberat

1 munggu SMRS. Gatal juga masih dirasakan oleh pasien.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan status generalis dalam batas norma

namun pada daerah dada terdapat kelainan kulit. Pada pemeriksaan dermatologi

didapatkan :

Distribusi : Regional

Ad regio : thoracalis anterior posterior

Lesi : multipel, berbatas tegas, ukuran milier sampai lentikuler,

 bentuk oval dan anular

Efloresensi : eritema, skuama halus berwarna putih.

DIAGNOSIS BANDING

1. Pitiriasis Rosea

2. Tinea Korporis

3. Psoriasis Gutata 

DIAGNOSIS KERJA

Pitiriasis Rosea

USULAN PEMERIKSAAN

  Pemeriksaan histopatologi

  Pemeriksaan dengan lampu Wood

  Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10-20%

Page 7: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 7/30

7

PENATALAKSANAAN

UMUM

1. 

Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara

 pengobatannya

2.  Bila terasa gatal, sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena

dapat menyebabkan luka dan infeksi sekunder.

KHUSUS

1. 

Sistemik : 

Kortikosteroid sistemik : metil prednisolon 2x8mg

Antihistamin golongan H1 : Cetirize 2 x 10 mg

2.  Topikal :

Kortikosteroid topikal : 0.05% klobetasol propionate dioleskan

 pada daerah yang gatal.

PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Quo ad cosmeticum : dubia ad bonam

Page 8: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 8/30

8

PEMBAHASAN

Diagnosis kerja Pitiriasis Rosea diambil berdasarkan anamnesis dan

 pemeriksaan fisik.

Keluhan penderita Pitiriasis Rosea dapat didahului dengan munculnya

gejala mirip infeksi virus seperti gangguan traktus respiratorius bagian atas atau

gangguan gastrointestinal. Lesi utama yang paling umum ialah munculnya lesi

soliter berupa makula eritem atau papul eritem pada batang tubuh atau leher, yang

secara bertahap akan membesar dalam beberapa hari dengan diameter 2-10 cm,

 berwarna pink salmon, berbentuk oval dengan skuama tipis. 

Lesi yang pertama muncul ini disebut dengan Herald patch/Mother

plaque/Medalion.  Jika lesi ini digores pada sumbu panjangnya, maka skuama

cenderung untuk melipat sesuai dengan goresan yang dibuat, hal ini disebut

dengan “Hanging curtain sign”.  Herald patch  ini akan bertahan selama satu

minggu atau lebih, dan saat lesi ini akan mulai hilang, efloresensi lain yang baru

akan bermunculuan dan menyebar dengan cepat. Umum ditemukan beberapa lesi

 berbentuk anular dengan bagian tengahnya yang tampak lebih tenang. 

Pada pitiriasis rosea gejalanya akan berkembang setelah 2 minggu, dimana

ia mencapai puncaknya. Karenanya akan ditemukan lesi-lesi kecil kulit dalam

stadium yang berbeda. Fase penyebaran ini secara perlahan-lahan akan

menghilang setelah 2-4 minggu. Lesi-lesi ini muncul terutama pada batang tubuh

dengan sumbu panjang sejajar pelipatan kulit. Tampilannya tampak seperti pohon

natal yang terbalik (inverted christmas tree appearance). Tapi bagaimanapun,

terlepas dari tampilan lesi yang mirip dengan pohon natal, terbalik ataupun tidak,

tidak diragukan lagi  Herald patch  merupakan lesi patognomonik dari pitiriasisrosea. 

Lokasinya juga sering ditemukan di lengan atas dan paha atas. Lesi-lesi

yang muncul berikutnya jarang menyebar ke lengan bawah, tungkai bawah, dan

wajah. Namun sesekali bisa didapatkan pada daerah tertentu seperti leher, sela

 paha, atau aksila. Gatal ringan-sedang dapat dirasakan penderita, biasanya saat

timbul gejala. 

Page 9: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 9/30

9

Pada kasus ini, didapatkan adanya lesi kulit dalam stadium yang berbeda,

muncul pada bagian dada depan dan belakang, tampilannya mengikuti kosta tubuh

dan sejajar dengan pelipatan kulit. Dari anamnesis, didapatkan keluhan gatal-gatal

 pada daerah lesi, lesi pertama yang berbentuk oval, dikelilingi oleh skuama halus,

 berjumlah satu dan ± 3cm, terdapat pada daerah dada belakang bagian atas, lesi

 bersifat eritematosa disertai skuama halus dan berbatas tegas. Hal ini sesuai

dengan kepustakaan.

Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan pada daerah ekstremitas

Pada pemeriksaan dermatologi didapatkan :

Distribusi : Regional

Ad regio : thoracalis anterior posterior

Lesi : multipel, berbatas tegas, ukuran milier sampai lentikuler,

 bentuk oval dan anular

Efloresensi : eritema, skuama halus berwarna putih.

Pemeriksaan fisik diatas sesuai dengan kepustakaan mengenai Pitiriasis

Rosea.

Pasien tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan sehingga ini

 jelas bukan merupakan reaksi alergi. Sebelum ini, pasien tidak pernah menderita

 penyakit seperti sekarang ini, orang-orang disekitar pasienpun tidak ada yang

sedang sakit seperti ini. Maka penyakit pasien ini bukan merupakan penularan

dari orang lain. Sebelum ini, pasien juga belum pernah menderita penyakit kulit

lain.

Diagnosis banding

 

Tinea korporis.  Herald patch  atau bercak yang besar pada

 pitiriasis rosea dapat menyerupai tinea corporis. Tinea corporis

 juga memiliki lesi papuloeritemaskuamosa yang bentuknya

anular, dengan skuama, dan central healing . Namun pada

tepinya bisa terdapat papul, pustul, skuama, atau vesikel.

Bagian tepi lesi yang lebih aktif pada infeksi jamur ini

Page 10: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 10/30

10

menunjukkan adanya hifa pada pemeriksaan sitologi atau pada

kultur, yang membedakannya dengan pitiriasis rosea. Dapat

disingkirkan karena Tinea corporis gatalnya sangat hebat,

 jarang menyebar luas pada tubuh dan skuamanya kasar namun

 perlu dilakukan pemeriksaan sinar wood atau sediaan langsung

dengan KOH 10-20% untuk membantu menyingkirkan

diagnosis banding ini. 

  Psoriasis Gutata. Psoriasis yang ditandai dengan eupsi papul di

trunkus bagian superior dan ekstremitas bagian proksimal.

Dapat disingkirkan karena pada Psoriasis gutata, aksis panjang

lesi tidak sejajar dengan garis kulit, dan skuamanya tebal

namun perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk

membantu menyingkirkan diagnosis banding ini.

Pengobatan sedapat-dapatnya mencari penyebab atau faktor yang

memprovokasi. Pityriasis rosea merupakan penyakit kulit yang penyebabnya

masih belum diketahui jelas, tetapi banyak yang mengemukakan bahwa

 penyebabnya adalah virus. Hal ini didasarkan pada sifat penyakit ini yang dapat

sembuh sendiri dalam 3-8 minggu (self limitting disease). Hanya diperlukan

imunitas yang baik untuk mempercepat penyembuhan. Adapun obat-obatan yang

diberikan, hanya untuk menghilangkan rasa gatal, agar tidak digaruk. Karena

garukan akan menyebabkan infeksi sekunder.

Secara topikal, untuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan zink

oksida, kalamin losion atau 0,25% mentol. Pada kasus yang lebih berat dengan

lesi yang luas dan gatal yang hebat dapat diberikan glukokortikoid topikal kerjamenengah (bethametasone dipropionate 0,025% ointment 2 kali sehari). Pada

 pasien ini, diberikan kortikosteroid topikal berupa 0,05% klobetasol propionate,

yang merupakan kortikosteroid topikal super poten.

Secara sistemik, pemberian antihistamin oral sangat bermanfaat untuk

mengurangi rasa gatal. Untuk gejala yang berat dengan serangan akut dapat

diberikan kortikosteroid sistemik atau pemberian triamsinolon diasetat atau

asetonid 20-40 mg yang diberikan secara intramuskuler. Pada pasien ini diberikan

Page 11: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 11/30

11

kortikosteroid sistemik dosis kecil karena keluhan yang dialami sudah berulang,

 berupa prednisone 2x8 mg. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan

H1, misalnya hidroksilin HCl. Pada pasien ini diberikan Cetirizie 10 mg 2 x 1

untuk mengurangi gatalnya sehingga pasien tidak menggaruk-garuk badannya.

Page 12: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 12/30

12

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 

DEFINISI

Pitiriasis rosea ialah penyakit akut, kelainan kulit berupa timbulnya

 papuloskuamosa yang dapat hilang dengan sendirinya, umumnnya menyerang

anak-anak dan dewasa muda yang sehat, walaupun sebenarnya dapat ditemukan

 pada semua umur. Penyebabnya belum diketahui, diduga virus sebagai penyebab

timbulnya erupsi. Penyakit ini merupakan salah satu dari penyakit kulit yang

 paling sering ditemukan pada praktek klinis.4  Riwayat perjalanan penyakit dan

 penemuan klinis yang didapatkan hampir selalu sama. Anak ataupun dewasa

muda yang terkena penyakit ini, tidak merasakan gejala yang berarti, kemudian

timbul bercak merah dan bersisik yang bisa muncul di batang tubuhnya, paha atas,

atau di daerah bahu. Pitiriasis rosea mungkin akan lebih sulit untuk didiagnosa

apabila lesi-lesi kecil yang muncul setelah lesi pertama belum didapatkan secara

klinis.4  Lesi yang timbul bisa disalahartikan sebagai infeksi jamur atau

dermatitis.5

2.2  EPIDEMIOLOGI

Kurang lebih 75% kasus pitiriasis rosea didapatkan pada usia antara 10-35

tahun.4,5 Puncak insidensnya terdapat pada usia antara 20-29 tahun.6 Namun ada

 juga yang mengatakan puncak insidensinya terdapat pada usia antara 15-40

tahun.3,7 Namun bagaimanapun penyakit ini bisa muncul dari usia 3 bulan sampai

dengan 83 tahun.4  Insidensnya meningkat terutama pada musim semi, musim

gugur, dan musim dingin.

3,4,6,8,9

  Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dandidapatkan kira-kira sebanyak 2% dari setiap kunjungan pasien yang berobat jalan

 pada ahli penyakit kulit. Prevalensi terjadinya pitiriasis rosea lebih banyak

ditemukan pada golongan sosioekonomi masyarakat kelas menengah dan yang

kurang mampu.4  Insidens pada pria dan wanita hampir sama, walaupun sedikit

lebih banyak ditemukan pada wanita.3,4,6  Prevalensinya tidak dipengaruhi oleh

golongan ras tertentu. Penyakit ini biasanya bertahan antara 6-8 minggu, tapi

dapat juga didapatkan variasi lamanya sakit yang berbeda.4

Page 13: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 13/30

13

2.3  ETIOLOGI

Penyebab terjadinya pitiriasis rosea masih belum diketahui, walaupun

sudah dikemukakan beberapa dugaan penyebab timbulnya penyakit ini. Sudah

lama dipikirkan bahwa virus sebagai penyebab timbulnya penyakit ini, karena

adanya gejala prodromal yang biasa muncul pada infeksi virus bersamaan dengan

munculnya bercak kemerahan di kulit.  Human herpes virus 7  telah dikemukakan

sebagai penyebabnya, namun beberapa penelitian telah gagal menunjukkan bukti-

 bukti yang meyakinkan.6 Penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini terfokus pada

 peranan HHV-6 dan HHV-7 pada pitiriasis rosea. Dalam suatu penelitian, partikel

HHV telah terdeteksi pada 70% pasien penderita pitiriasis rosea. Partikel-partikel

virus ini ditemukan dalam jumlah banyak diantara serat-serat kolagen dan

 pembuluh-pembuluh darah pada lapisan dermis atas dan bawah. Partikel virus ini

 juga berada selang-seling diantara keratinosit dekat dengan perbatasan dermal-

epidermal.4

Watanabe dkk telah membuktikan kepercayaan yang sudah lama ada

 bahwa pitiriasis rosea merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh virus.

Mereka mendemonstrasikan replikasi aktif dari HHV-6 dan HHV-7 dalam sel

mononuklear pada lesi kulit, hal ini sama dengan mengidentifikasi virus-virus

 pada sampel serum pasien.3  Dimana virus-virus ini hampir kebanyakan

didapatkan pada masa kanak-kanak awal dan tetap ada pada fase laten dalam sel

mononuklear darah perifer, terutama CD-4 dan sel T, dan pada air liur.3,4 Erupsi

kulit yang timbul dianggap sebagai reaksi sekunder akibat reaktivasi virus yang

mengarah pada terjadinya viremia.3,5,10 Sumber lain mengatakan beberapa penulis

menduga herpes simpleks virus 10 yang menjadi penyebabnya.8

Penelitian baru-baru ini menemukan bukti dari infeksi sistemik aktifHHV-6 dan HHV-7 pada kulit yang kelainan, kulit yang sehat, air liur, sel

mononuklear darah perifer, dan serum dari pasien penderita pitiriasis rosea.

Terdapat hipotesis bahwa reaktivasi HHV-7 memicu terjadinya reaktivasi HHV-6.

 Namun apa yang menjadi pemicu utama reaktivasi HHV-7 masih belum jelas.

Pitiriasis rosea tidak disebabkan langsung oleh infeksi virus herpes melalui kulit,

tapi kemungkinan disebabkan karena infiltrasi kutaneus dari infeksi limfosit yang

tersembunyi pada waktu replikasi virus sistemik. Bukti lain mengesankan

Page 14: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 14/30

14

reaktivasi virus mencakup kejadian timbulnya kembali penyakit dan timbulnya

 pitiriasis rosea pada saat status imunitas seseorang mengalami perubahan.

Didapatkan sedikit peningkatan insidens pitiriasis rosea pada pasien yang sedang

menurun imunitasnya, seperti ibu hamil, dan penerima transplantasi sumsum

tulang.4

Chlamydia pneumonia, Mycoplasma pneumonia  dan  Legionella

 pneumonia  telah dikemukakan sebagai agen penyebab pitiriasis rosea yang

 berpotensi kuat, namun belum ada penelitian yang menunjukkan kenaikan kadar

antibodi yang signifikan terhadap mikroorganisme yang telah disebutkan di atas

 pada penderita pitiriasis rosea.4,6 Erupsi kulit yang mirip dengan pitiriasis rosea

dapat timbul sebagai akibat dari reaksi obat. Macam-macam obat yang

 berhubungan dengan munculnya erupsi kulit mirip pitiriasis rosea antara lain:

Barbiturat, , ,

Bismuth,

Captopril, , ,

Clonidine, ,

Toksoid difteri 

D-penicillamine 

Senyawa emas, ,

Imatinib (Gleevec),

Isoretinion 

Ketotifen (Zaditor),

Levamisole4 Methopromazine3,4

Metronidazole4

Omeprazole4

Terbinafine4

Hidroksiklorokuin4

Interferon,

Lisinopril,

Arsen 

Tripelennamine hidroklorida 

Ergotamine 

Penicillamine 

Vaksin Hepatitis B,

Vaksin pneumokokus pada anak

dengan sindrom nefrotik 4 

2.4  HISTOPATOLOGI

Pemeriksaan histopatologi sangat membantu dalam meyingkirkan

diagnosa banding. Gambaran histopatologi dari pitiriasis rosea meliputi:

  Akantosis ringan

 

Parakeratosis fokal

Page 15: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 15/30

15

  Ekstravasasi eritrosit ke lapisan epidermis

  Spongiosis dapat ditemukan pada kasus akut

  Infiltrat perivaskular ringan dari limfosit ditemukan pada dermis.3 

Gambar 1. Gambaran Histopatologis Pitiriasis Rosea

(http://emedicine.medscape.com/article/1107532-workup#a0723) 

2.5  MANIFESTASI KLINIS

Kurang lebih pada 20-50% kasus, bercak merah pada pitiriasis rosea

didahului dengan munculnya gejala mirip infeksi virus seperti gangguan traktus

respiratorius bagian atas atau gangguan gastrointestinal.6  Sumber lain

menyebutkan kira-kira 5% dari kasus pitiriasis rosea didahului dengan gejala

 prodormal berupa sakit kepala, rasa tidak nyaman di saluran pencernaan, demam,

malaise, dan artralgia.4 Lesi utama yang paling umum ialah munculnya lesi soliter

 berupa makula eritem atau papul eritem pada batang tubuh atau leher, yang secara

 bertahap akan membesar dalam beberapa hari dengan diameter 2-10 cm, berwarna

 pink salmon, berbentuk oval dengan skuama tipis.4,6,8,10

Lesi yang pertama muncul ini disebut dengan Herald patch/Mother

plaque/Medalion.6,9  Insidens munculnya  Herald patch  dilaporkan sebanyak 12-

94%, dan pada banyak penelitian kira-kira 80% kasus pitiriasis rosea ditemukan

adanya Herald patch.4 Jika lesi ini digores pada sumbu panjangnya, maka skuama

cenderung untuk melipat sesuai dengan goresan yang dibuat, hal ini disebut

dengan “Hanging curtain sign”.  Herald patch  ini akan bertahan selama satu

Page 16: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 16/30

16

minggu atau lebih, dan saat lesi ini akan mulai hilang, efloresensi lain yang baru

akan bermunculuan dan menyebar dengan cepat.3  Namun kemunculan dan

 penyebaran efloresensi yang lain dapat bervariasi dari hanya dalam beberapa jam

hingga sampai 3 bulan.4 Bentuknya bervariasi dari makula berbentuk oval hingga

 plak berukuran 0,5-2 cm dengan tepi yang sedikit meninggi. Warnanya pink

salmon (atau berupa hiperpigmentasi pada orang-orang yang berkulit gelap) dan

khasnya terdapat koleret dari skuama di bagian tepinya.5,6  Umum ditemukan

 beberapa lesi berbentuk anular dengan bagian tengahnya yang tampak lebih

tenang.6

Gambar 2. Herald Patch

(http://www.everydayhealth.com/skin-and-beauty-pictures/skin-condition-

 pityriasis-rosea.aspx) 

Pada pitiriasis rosea gejalanya akan berkembang setelah 2 minggu, dimanaia mencapai puncaknya. Karenanya akan ditemukan lesi-lesi kecil kulit dalam

stadium yang berbeda. Fase penyebaran ini secara perlahan-lahan akan

menghilang setelah 2-4 minggu.4  Sumber lain yang menyebut erupsi kulit akan

menghilang secara spontan setelah 3-8 minggu.3  Namun pada beberapa kasus

dapat juga bertahan hingga 3-5 bulan.4,6 Lesi-lesi ini muncul terutama pada batang

tubuh dengan sumbu panjang sejajar pelipatan kulit.8 Tampilannya tampak seperti

 pohon natal yang terbalik (inverted christmas tree appearance). Hal ini

Page 17: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 17/30

17

membingungkan karena susunan lesi yang muncul membentuk garis yang

mengarah ke bawah dari columna vertebra bila dilihat dari belakang, namun jika

dilihat dari depan maka garisnya mengarah ke atas dari sentral abdomen. Hal ini

nampak tidak sesuai jika kita bandingkan dengan arsitektur dari pohon natal

sebenarnya. Tapi bagaimanapun, terlepas dari tampilan lesi yang mirip dengan

 pohon natal, terbalik ataupun tidak, tidak diragukan lagi Herald patch merupakan

lesi patognomonik dari pitiriasis rosea.5

Gambar 3. Inverted Christmas Tree

(http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM00515) 

Lokasinya juga sering ditemukan di lengan atas dan paha atas. Lesi-lesi

yang muncul berikutnya jarang menyebar ke lengan bawah, tungkai bawah, dan

wajah.5  Namun sesekali bisa didapatkan pada daerah tertentu seperti leher, sela

 paha, atau aksila. Pada daerah ini lesi berupa bercak dengan bentuk sirsinata yang

 bergabung dengan tepi yang tidak rata sehingga sangat mirip dengan Tinea

corporis. Gatal ringan-sedang dapat dirasakan penderita, biasanya saat timbul

gejala.3  Gatal merupakan hal yang biasa dikeluhkan dan gatalnya bisa menjadi

 parah pada 25% pasien. Gatal akan lebih dirasakan saat kulit dalam keadaan

 basah, berkeringat, atau akibat dari pakaian yang ketat. Akan tetapi, 25%

 penderitanya tidak merasakan gatal.4  Relaps dan rekurensi jarang sekali

ditemukan. Ekskoriasi jarang ditemukan.3  Efek dari terapi yang berlebih atau

adanya dermatitis kontak, umum ditemukan.8

Page 18: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 18/30

18

Terkadang pitiriasis rosea bisa muncul dalam bentuk distribusi yang tidak

khas, dan penegakan diagnosanya tergantung dari manifestasi klinis yang ada dan

lesi utama berupa Herald patch. Predileksi tempat yang atipikal mencakup telapak

kaki, wajah, scalp, dan genitalia. Sebagai tambahan, multipel  Herald patch 

ditemukan pada 5,5% kasus. Yang lebih tidak umum lagi, jenisnya sendiri tidak

khas, contohnya ruam kulit bisa dikelilingi oleh vesikel-vesikel.

2.6  VARIASI PITIRIASIS ROSEA

  Pitiriasis rosea inversa

Lesi kulit banyak terdapat di wajah dan distal ekstremitas, daerah

fleksor seperti aksila dan sela paha, hanya sedikit yang terdapat di

tubuh.

o  Umumnya terjadi pada anak-anak.4 

Gambar 4. Pitiriasis Rosea Inversa

(http://www.aafp.org/afp/2004/0101/p87.html) 

  Pitiriasis rosea unilateralis

o  Lesinya tidak melewati garis median tubuh.4 

Page 19: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 19/30

19

Gambar 5. Pitiriasis Rosea Unilateralis

(http://www.ijdvl.com/articles/2003/69/1/images/ijdvl_2003_69_1_42_5823_1.jp

g) 

  Pitiriasis rosea giganta

o  Ditemukan papul-papul atau plak yang besar.4 

  Pitiriasis circinata et marginata of Vidal

o  Bila plak-plak yang besar bergabung menjadi satu.4 

  Pitiriasis rosea irritata

Varian dengan lesi berupa makula dengan predileksi tempat yang

tidak khas (pergelangan tangan dan kaki), yang makin lama

mengalami perubahan dermatologi akibat iritasi berat atau keringat

yang berlebih.

o  Dapat menyerupai psoriasis gutata.4 

  Papular pitiriasis rosea

o  Umum ditemukan pada anak usia dibawah 5 tahun (toddler).3,4 

Terutama pada anak berkulit gelap keturunan Afrika dan wanita

hamil.3,4,9 

o  Warna makula bisa terlihat lebih gelap dibanding kulit sekitarnya.4 

Predileksi tempatnya sama seperti bentuk umumnya atau dapat

 juga pada daerah lipatan.3 

Page 20: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 20/30

20

Gambar 6. Papular Pitiriasis Rosea

(http://images.suite101.com/797607_com_papular_pi.jpg) 

  Vesicular pitiriasis rosea

o  Lebih sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

Menyerupai infeksi varisela.4 

Gambar 7. Vesicular Pitiriasis Rosea

(http://dermatology.cdlib.org/143/case_reports/VesicularPR/1.jpg) 

  Purpuric pitiriasis rosea

Hanya ada 10 kasus yang dilaporkan, anak-anak dan dewasa sama

 banyak.

Secara histopatologi terdapat perbedaan pada ekstravasasi eritrosit

ke stratum papilare dermis tanpa adanya bukti vaskulitis.4 

Manifestasi klinisnya berupa petechie, dan ekimosis sepanjang

 Langer line pada leher, tubuh dan ekstremitas proksimal.3 

o  Lesinya mungkin dengan skuama yang lebih sedikit atau

didominasi oleh pustule atau purpura.

Page 21: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 21/30

21

o  Cenderung meninggalkan tanda hipo atau hiperpigmentasi

 postinflamasi setelah sembuh, terutama pada orang-orang yang

memiliki banyak pigmen.4 

Gambar 8. Purpuric Pitiriasis Rosea

(https://reader008.{domain}/reader008/html5/0416/5ad3f4dc30f69/5ad3f4e750093.jpg) 

  Urticarial pitiriasis rosea

o  Varian yang jarang ditemukan.

Menyerupai urtikaria akut.4 

2.7  LABORATORIUM

Pitiriasis rosea merupakan diagnosa klinis. Tidak ada tes laboratorium

yang membantu dalam membuat diagnosa. Hasil biopsi lesi kulit yang dilakukan

hanya menampakkan terjadinya inflamasi nonspesifik. Harus diingat bahwa sifilis

sekunder juga termasuk dalam erupsi papuloeritroskuamosa dan dapat sulit

dibedakan dari pitiriasis rosea jika hanya berdasarkan penemuan klinis.6

  Oleh

karena itu, menanyakan riwayat hubungan seksual penting jika diagnosa pitiriasis

rosea masih diragukan. Pada pasien dengan riwayat adanya penyakit hubungan

seksual atau bekerja sebagai PSK yang membuat mereka termasuk dalam faktor

risiko, pemeriksaan serologis untuk sifilis perlu untuk dilakukan.6,10

Page 22: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 22/30

22

2.8  DIAGNOSIS

Diagnosa pitiriasis rosea ditegakkan berdasarkan anamnesa dan

 pemeriksaan fisik. Anamnesa harus bisa memberikan informasi yang berkenaan

dengan munculnya erupsi kulit pertama kali dan pengobatan apa saja yang sudah

dilakukan oleh pasien. Informasi mengenai gejala prodormal atau infeksi traktus

respiratorius bagian atas harus bisa didiapatkan. Pada pemeriksaan fisik harus

didapatkan adanya erupsi kulit berupa papiloeritroskuamosa. Pada pemeriksaan

klinis minimal terdapat dua lesi dari tiga kriteria di bawah ini:

  Makula berbentuk oval atau sirkuler.

  Skuama menutupi hampir semua lesi.

 

Terdapatnya koleret pada tepi lesi dengan bagian tengah yang lebih

tenang.

Sifilis stadium II gejalanya menyerupai pitiriasis rosea, harus dipikirkan

kemungkinan sifilis stadium II jika pasien masih aktif berhubungan seksual dan

tidak didapatkannya gambaran yang khas dari pitiriasis rosea. Untuk

membedakannya perlu dilakukan pemeriksaan serologis terhadap sifilis, biopsi

kulit juga mungkin bermanfaat. Evaluasi yang tepat meliputi uji floresen antibodi

langsung dari eksudat lesi, uji VDRL, atau dengan pemeriksaan mikroskop

lapangan gelap.4

2.9  DIAGNOSA BANDING

Diagnosa banding dari pitiriasis rosea mencakup:

1.  Sifilis stadium II (yang paling penting)4,6,7,8,9 

Sifilis stadium II dapat menyerupai pitiriasis rosea, namun biasanya

 pada sifilis sekunder lesi juga terdapat di telapak tangan, telapak kaki,membran mukosa, mulut, serta adanya kondiloma lata atau

alopesia.4,9,10  Tidak ada keluhan gatal (99%). Ada riwayat lesi pada

alat genital.8  Tes serologis terhadap sifilis perlu dilakukan terutama

 jika gambarannya tidak khas dan tidak ditemukan Herald patch.4

2.  Psoriasis gutata4,7,10 

Kelainan kulit yang terdiri atas bercak-bercak eritem yang meninggi

(plak) dengan skuama diatasnya. Eritem sirkumskrip dan merata, tetapi

Page 23: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 23/30

23

 pada stadium penyembuhan sering eritem yang di tengah menghilang

dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan

 berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan

 bervariasi, jika seluruhnya atau sebagian besar lentikuler disebut

sebagai psoriasis gutata. Umumnya setelah infeksi Streptococcus di

saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili, terutama pada

anak dan dewasa muda.11

3.  Lichen planus3,4,8 

Dapat menyerupai pitiriasis rosea papular.3  Lesinya memiliki lebih

 banyak papul dan berwarna violet/lembayung, ditemukan di membran

mukosa mulut dan bibir.8

4.  Dermatitis numularis4,6 

Gambaran lesinya berbentuk seperti koin dengan skuama yang dapat

menyerupai pitiriasis rosea. Namun tidak terdapat koleret dan

 predileksi tempatnya pada tungkai, daerah yang biasanya jarang

terdapat lesi pada pitiriasis rosea.6

5.  Parapsoriasis (Pitiriasis lichenoides kronik)4,8 

Penyakit ini jarang ditemukan, pada bentuk yang kronis mungkin

didapatkan “cigarrete paper”  atrofi. Penyakit ini dapat berkembang

menjadi mikosis fungoides.8

6.  Dermatitis seboroik 3,4,8,9 

Pada dermatitis seboroik, kulit kepala dan alis mata biasanya

 berskuama dan ruam kulitnya ditutupi skuama yang berminyak dengan

 predileksi tempat di sternum, regio intercapsular, dan permukaan

fleksor dari persendian-persendian.

3

7.  Tinea corporis3,4,6,9 

 Herald patch  atau bercak yang besar pada pitiriasis rosea dapat

menyerupai tinea corporis.4  Tinea corporis juga memiliki lesi

 papuloeritemaskuamosa yang bentuknya anular, dengan skuama, dan

central healing .6  Namun pada tepinya bisa terdapat papul, pustul,

skuama, atau vesikel. Bagian tepi lesi yang lebih aktif pada infeksi

 jamur ini menunjukkan adanya hifa pada pemeriksaan sitologi atau

Page 24: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 24/30

24

 pada kultur, yang membedakannya dengan pitiriasis rosea.4  Tinea

corporis jarang menyebar luas pada tubuh.3

8. 

Pitiriasis versikolor 4,6,7,8,9 

Karakterisitk dari pitiriasis versikolor ialah bercak merah, putih, atau

coklat berbentuk anular dengan skuama.4  Skuama halus tampak

terlihat saat pemeriksaan menggoreskan kuku jari pada lesi.8 Diagnosa

dapat ditegakkan dengan mencari adanya hifa dan spora pada

skuamanya dengan menggunakan lampu Wood dan larutan KOH.4

9. 

Erupsi kulit mirip pitiriasis rosea oleh karena obat3,4,8,9 

Senyawa emas dan captopril paling sering menimbulkan kelainan ini.10 

Setelah diketahui macam-macam obat yang bisa menginduksi

timbulnya erupsi kulit mirip pitiriasis rosea, kasusnya sudah berkurang

sekarang. Gambaran klinisnya ialah lesinya tampak lebih besar dengan

skuama yang menutupi hampir seluruh lesi, sedikit yang ditemukan

adanya  Herald patch, umumnya sering didapatkan adanya lesi pada

mulut berupa hiperpigmentasi postinflamasi. Sebagai tambahan, erupsi

kulit mirip pitiriasis rosea karena obat yang berlangsung lama

dikatakan ada hubungannya dengan AIDS.4

2.10  KOMPLIKASI

Gatal yang hebat bisa saja terjadi dan mengarah pada pembentukan

eksema dan infeksi sekunder akibat garukan.3

2.11  PENATALAKSANAAN

Kebanyakan pasien tidak memerlukan pengobatan karena sifatnya yangasimptomatik.3 Penatalaksanaan pada pasien yang datang berobat pertama kali:

a.  Tenangkan pasien bahwa ia tidak memiliki penyakit sistemik dalam

tubuhnya, penyakit ini tidak menular, dan biasanya tidak akan berulang

kembali.

 b.  Colloidal bath 

1 bungkus bubur gandum Aveeno dituangkan ke dalam bak mandi atau

ember besar yang berisi 6-8 inci air yang hangatnya suam-suam kuku.

Page 25: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 25/30

25

Pasien diminta untuk mandi selama 10-15 menit setiap harinya. Hindari

sabun dan air panas sebisanya untuk mengurangi rasa gatal yang ada.

c. 

Lotion kocok putih non-alkohol atau Calamine lotion digunakan 2 kali

sehari pada lesi kulit.

d.  Antihistamin jika ada keluhan gatal.

e. 

Terapi UVB dapat diberikan pada kasus dengan peningkatan suberitem,

sebanyak 1-2 kali seminggu. Gejala klinis yang berat akan berkurang

namun tidak akan berpengaruh terhadap rasa gatal dan lamanya sakit.8 

Kunjungan berikutnya:

a.  Jika kulitnya menjadi terlalu kering karena Colloidal bath dari lotionnya,

hentikan pemakaian lotion atau diganti dengan krim atau salep

hidrokortison 1%, gunakan 2 kali sehari pada daerah yang kering.

 b.  Teruskan fototerapi.8 

Jika disertai dengan gatal hebat:

a. 

Selain obat-obat di atas diberikan pula prednison 5 mg. Diberikan 4 kali 1

tablet selama 3 hari, kemudian 3 kali 1 tablet selama 4 hari, kemudian 2

tablet setiap pagi selama 1-2 minggu, sampai gatalnya menghilang.

 b. 

Eritromisin 250 mg, diberikan 2 kali sehari selama 2 minggu, telah dicoba

oleh beberapa penulis.8 

Dari suatu penelitian diketahui eritromisin dosis 250 mg yang diberikan 4

kali sehari pada orang dewasa dan dosis 25-40 mg/kgBB dibagi dalam 4 dosis

untuk anak-anak, dalam waktu 2 minggu semua gejala klinis yang nampak

sebelumnya telah hilang.3,4,9

Dapson yang diberikan per oral bekerja efektif pada 1 pasien dengan

 pitiriasis vesicular berat, dimulai dengan dosis 100 mg sebanyak 2 kali sehari.Steroid sistemik seperti triamcinolone 20-40 mg i.m. atau prednison 15-40 mg

 p.o. mungkin dapat mengurangi penyebaran ruam yang meluas dengan cepat atau

 pada kasus yang berat.4

Karena HHV-6 dan HHV-7 diduga berperan dalam timbulnya pitiriasis

rosea, pengobatan dengan antivirus herpes mungkin memberikan manfaat. Akan

tetapi asiklovir yang merupakan drug of choice untuk virus herpes simpleks tidak

efektif terhadap HHV-6 dan HHV-7. Gancyclovirlah yang efektif HHV-6 dan

Page 26: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 26/30

26

HHV-7, namun harganya mahal dan efek sampingnya juga banyak. Oleh sebab itu

untuk saat ini, pengobatan dengan antivirus herpes yang ada tidak dibenarkan.4 

Sejauh ini penyembuhan dengan agen antiviral tidak memberikan dampak apa-

apa.10

Asam salisilat 1% dalam parafin putih lunak atau obat salep emulsi dapat

mengurangi pembentukan skuama. Untuk kulit yang kering dan iritasi, emollient

dapat disarankan kepada pasien.3

Fototerapi dapat bermanfaat pada kasus-kasus yang lama

 penyembuhannya.5  Fototerapi UVB dapat mempercepat hilangnya erupsi kulit

yang ada.10  Satu-satunya efek samping dari terapi ini ialah kulit yang terasa

sedikit perih dan kekeringan pada kulit. Namun risiko terjadinya hiperpigmentasi

 postinfeksi dapat meningkat dengan terapi ini.4

Edukasi pasien

  Pasien biasanya khawatir akan berapa lama bercak di kulitnya akan hilang

dan apakah penyakitnya bersifat menular. Mereka harus ditenangkan

hatinya dengan meyakinkan bahwa pitiriasis rosea akan sembuh dengan

sendirinya dan tidak bersifat menular.

 

Pasien sebaiknya diminta untuk datang kembali apabila ruam masih tetap

ada setelah 3 bulan lebih dari re-evaluasi dan akan bijaksana jika

dipikirkan adanya diagnosa lain.6 

2.12  PROGNOSIS

Pitiriasis rosea merupakan penyakit akut yang bersifat  self limiting illnes 

yang akan menghilang dalam waktu kurang lebih 6 minggu.9  Namun pada

 beberapa kasus dapat juga bertahan hingga 3-5 bulan.

4,6

  Dapat sembuh tanpameninggalkan bekas. Relaps dan rekuren jarang ditemukan.3

Page 27: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 27/30

27

BAB IV

RESUME

Pitiriasis rosea adalah kelainan kulit yang termasuk dalam golongan

dermatosis papuloeritroskuamosa yang sering ditemukan, sifatnya akut,  self

limiting disease, tidak menular, dan biasanya didapatkan pada anak-anak dan

dewasa muda. Etiologinya masih belum diketahui, namun dalam suatu penelitian,

 partikel HHV telah terdeteksi pada 70% pasien penderita pitiriasis rosea. Dimana

virus-virus ini memang ditemukan pada masa kanak-kanak awal dan tetap ada

 pada fase laten. Namun apa yang menjadi penyebab reaktivasi virus ini belum

diketahui. Ada juga beberapa jenis obat yang menimbulkan erupsi kulit mirip

dengan pitiriasis rosea, antara lain barbiturate, captopril, senyawa emas, clonidine

dan lain sebagainya seperti yang telah disebutkan dalam pembahasan.

Erupsi kulit pada pitiriasis rosea memiliki ciri khas tertentu, dimana lesi

 primernya ialah lesi soliter berupa makula eritem atau papul eritem yang nantinya

akan membesar hingga kira-kira berukuran 2-10 cm berbentuk oval, berwarna

kemerahan dengan skuama tipis dan bisa terdapat koleret di tepinya. Lesi primer

ini disebut sebagai  Herald patch/Mother plaque/Medalion. Satu sampai dua

minggu setelah lesi primer timbul akan diikuti dengan munculnya lesi-lesi lain

 berupa makula berbentuk oval hingga plak berukuran 0,5-2 cm berwarna

kemerahan atau dapat juga berupa hiperpigmentasi pada orang-orang yang

 berkulit gelap, dengan koleret dari skuama di bagian tepinya.

Predileksi tempat yang paling banyak ditemukan yaitu pada batang tubuh,

kemudian juga di lengan atas dan paha atas. Beberapa kasus menunjukkan lesi

menyebar hingga ke leher, aksila dan sela paha. Namun jarang menyebar hinggake wajah, lengan bawah dan tungkai bawah. Penyebaran lesi pada batang tubuh

sumbu panjangnya mengikuti garis lipatan kulit, pada daerah punggung lesi

tersebar membentuk gambaran pohon natal yang terbalik (inverted christmas tree

appearance) atau huruf V terbalik, sedangkan pada daerah dada dan perut

 penyebaran lesi membentuk huruf V. Lesi kulit ini dapat menghilang secara

spontan dalam waktu 3-8 minggu, namun ada juga yang bertahan hingga 3-5

Page 28: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 28/30

28

 bulan, dan biasanya tidak ada keluhan dari penderita kecuali gatal ringan sampai

sedang.

Pitiriasis rosea memiliki berbagai macam varian, dapat dibedakan

 berdasarkan predileksi tempatnya serta efloresensi yang dominan, contohnya

 pitiriasis rosea inversa, giganta, irritate, vesicular, papular dan lain sebagainya.

Tidak ada tes laboratorium yang menunjang diagnosa pitiriasis rosea.

Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan bertujuan untuk menyingkirkan

diagnosa banding sifilis sekunder karena keduanya cukup sulit untuk dibedakan

terutama pada tipe pitiriasis rosea yang atipikal (tidak khas).

Beberapa penyakit yang menyerupai gambaran klinis pitiriasis rosea selain

sifilis sekunder diantaranya pitiriasis versikolor, tinea korporis, psoriasis,

dermatitis seboroik, erupsi obat, lichen planus, dan lain sebagainya. Pemeriksaan

histopatologi sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosa banding. Diagnosa

 pitiriasis rosea dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan klinis, pada

anamnesa harus dicari ada tidaknya riwayat prodormal sebelum timbulnya erupsi

kulit.

Umumnya pengobatan yang diberikan untuk pitiriasis rosea hanya bersifat

simptomatis, karena erupsi kulitnya akan menghilang secara spontan. Namun

 pemberian obat dapat memberikan keuntungan karena mempersingkat lamanya

 perjalanan penyakit karena erupsi akan hilang dengan lebih cepat. Untuk keluhan

gatal yang ringan sampai sedang dapat diberikan kortikosteroid topikal, bedak

yang mengandung asidum salisilikum, serta antihistamin. Namun bila gatalnya

sangat mengganggu dapat diberikan kortikosteroid sistemik. Selain pemberian

obat-obatan, penatalaksanaan pitiriasis rosea dengan fototerapi hanya bermanfaat

untuk mengurangi gejala klinis yang berat saja, namun tidak dapat mengurangirasa gatal yang timbul dan tidak mempercepat penyembuhan erupsi kulit.

Page 29: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 29/30

29

DAFTAR PUSTAKA

1. 

Blauvelt, Andrew. Pityriasis Rosea. Dalam: Dermatology in General

Medicine Fitzpatrick’s. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008: 362-65.

2.  Sterling, J.C. Viral Infections. Dalam: Rook’s textbook of dermatology;

edisi ke-7. 2004: 79-82.

3.  James William D, Berger Timothy G, Elston Dirk M. Andrew’s Disease of

The Skin Clinical Dermatology; edisi ke-10. Philadelphia, USA: Elsevier.

2006: 208-9.

4.  Gonzales Lenis M, Allen Robert, Janniger Camila Krysicka, Schwartz

Robert A. Pityriasis Rosea: An Important Papulosquamos Disorder.

International Journal of Dermatology. 2005: 757-64.

5.  Graham-Brown Robin, Bourke Johnny. Mobsy’s Color Atlas and Text of

Dermatology; edisi ke-2. Philadelphia, USA: Elsevier. 2007: 224-25.

6. 

Henderson David, Usatine Richard P. Pityriasis Rosea. Dalam: Usatine

Richard P, Smith Mindy Ann, Mayeaux Jr. E.J. editor. The Color Atlas of

Family Medicine. USA: McGraw Hill. 2009: 630-33.

7. 

Gawkrodger David J. Dermatology an Illustrated Colour Text; edisi ke-4.

Philadelphia, USA: Elsevier. 2008: 40-1.

8.  Hall John C. Sauer’s Manual of Skin Disease; edisi ke-9. Philadelphia,

USA: Lippincott William and Wilkins. 2006: 157-61.

9.  Tierney Jr. Lawrence M, Mcphee Stephen J. LANGE Current Medical

Diagnosis and Treatment; edisi ke-45. USA: McGraw Hill. 2006.

10. Weller Richard, Hunter John, Savin John, Dahl Mark. Clinical

Dermatology; edisi ke-4. Massachusetts, USA: Blackwell Publishing.2008: 71-8.

11. Djuanda Adhi. Dermatosis Eritriskuamosa. Dalam: Djuanda Adhi,

Hamzah Mochtar, Aisah Siti, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin;

edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007: 189-200.

12. Gambar 1. http://emedicine.medscape.com/article/1107532-workup#a0723

13. Gambar 2. http://www.everydayhealth.com/skin-and-beauty-pictures/skin-

condition-pityriasis-rosea.aspx

Page 30: Lapkas Pityriasis Rosea Romi

7/26/2019 Lapkas Pityriasis Rosea Romi

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-pityriasis-rosea-romi 30/30

14. Gambar 3. http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM00515

15. Gambar 4. http://www.aafp.org/afp/2004/0101/p87.html

16. 

Gambar 5. http://www.ijdvl.com/articles/2003/69/1/images/ijdvl

 _2003_69_1_42_5823_1.jpg

17. Gambar 6. http://images.suite101.com/797607_com_papular_pi.jpg

18. 

Gambar 7. http://dermatology.cdlib.org/143/case_reports/VesicularPR/

1.jpg

19. Gambar 8. http://www.scielo.br/img/revistas/abd/v78n2/13369f1.jpg