PITYRIASIS ROSEA

12
PITYRIASIS ROSEA I. DEFINISI Pityriasis rosea ialah penyakit kulit yang dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan, dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit. [1] Istilah pityriasis rosea, adalah istilah yang pertama kali digunakan oleh Gibert pada tahun 1860 dan berarti merah muda (rosea) skuama (pityriasis). Pityriasis rosea biasanya bersifat akut, dapat sembuh dengan sendirinya yang memberikan gambaran seperti plak, bersisik tipis berbentuk oval di badan ( herald patch). [2] II. EPIDEMIOLOGI Pityriasis rosea dapat menyerang semua umur dan frekwensinya yang sama pada pria dan wanita. [3] Pityriasis rosea dilaporkan semua etnis di belahan dunia, rata-rata insiden di sebuah pusat penelitian dilaporkan sekitar 0,16 % (158,9 kasus per 100.000 orang dalam satu tahun). Banyak penelitian menunjukkan bahwa lebih dominan pada perempuan dengan perbandingan 1,5:1. Pityriasis rosea sering menyerang yang berumur 1

description

referat Pityriasis Rosea

Transcript of PITYRIASIS ROSEA

Page 1: PITYRIASIS ROSEA

PITYRIASIS ROSEA

I. DEFINISI

Pityriasis rosea ialah penyakit kulit yang dimulai dengan sebuah lesi inisial

berbentuk eritema dan skuama halus kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih

kecil di badan, lengan, dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit. [1]

Istilah pityriasis rosea, adalah istilah yang pertama kali digunakan oleh Gibert

pada tahun 1860 dan berarti merah muda (rosea) skuama (pityriasis). Pityriasis

rosea biasanya bersifat akut, dapat sembuh dengan sendirinya yang memberikan

gambaran seperti plak, bersisik tipis berbentuk oval di badan ( herald patch).[2]

II. EPIDEMIOLOGI

Pityriasis rosea dapat menyerang semua umur dan frekwensinya yang sama

pada pria dan wanita. [3] Pityriasis rosea dilaporkan semua etnis di belahan dunia,

rata-rata insiden di sebuah pusat penelitian dilaporkan sekitar 0,16 % (158,9 kasus

per 100.000 orang dalam satu tahun). Banyak penelitian menunjukkan bahwa

lebih dominan pada perempuan dengan perbandingan 1,5:1. Pityriasis rosea

sering menyerang yang berumur antara 10 sampai 35 tahun. [2] Pityriasis rosea

adalah bentuk inflamasi pada kulit self-limitting yang lebih banyak menyerang

anak-anak dan remaja yang sehat. Biasanya, erupsi makulopapular dengan adanya

skuama yang meninggi dan memiliki tepi yang terletak pada badan dan daerah

proksimal dapat diamati. Wajah biasanya tidak terpengaruh pada pityriasis rosea.

Namun, pada pasien kulit hitam pityriasis rosea lebih sering melibatkan

daerah ini. Selain itu, literatur juga menyatakan bahwa anak-anak berkulit hitam

dengan pityriasis rosea tampaknya memiliki lebih sering mengalami lesi papular

dan berlanjut dengan gejala sisa pigmentasi. Amer dkk mempelajari bahwa 50

1

Page 2: PITYRIASIS ROSEA

anak-anak hitam Amerika dengan pityriasis rosea, 30% dari mereka bagian wajah

ikut terlibat, lesi papular dan perubahan pigmen sebanyak 62%. [4]

III. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ini tidak mengenal ras dan etnik,

banyak terjadi pada musim hujan, faktor kebersihan tidak berpengaruh dan seperti

halnya dengan faktor keturunan, dan terjadi pada lingkungan yang mempunyai

cuaca yang dingin.[3] Secara historis, pityriasis rosea diperkirakan disebabkan oleh

suatu agen infeksius, yang memberikan gambaran seperti ruam yang dikenal

sebagai eksantem virus. Yang terjadi pada pityriasis rosea jarang memberikan

imunitas setelah episode awal. Beberapa studi memperlihatkan beberapa variasi

dalam kejadiannya. Pada pengelompokan di beberapa komunitas, mereka yang

menderita pityriasis rosea memberikan gejala seperti orang yang menderita flu (flu

like symptoms).Beberapa penelitian dalam 50 tahun terakhir telah memperlihatkan

variasi patogen yang bertanggung jawab atas terjadinya pityriasis rosea. Patogen

ini termasuk beberapa bakteri, jamur, dan yang paling utama adalah virus. Diawali

oleh suatu penelitian yang dilakukan oleh Drago dkk di tahun 1997, penelitian

terakhir memperlihatkan etiologi dan pathogenesis pityriasis rosea difokuskan

pada dua HHVs, yaitu HHV-7 dan HHV-6.[2] Hal ini dapat membuktikan bahwa

kemungkinan pityriasis rosea terjadi karena reaktivasi virus yang laten daripada

infeksi virus primer. Penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki hal-hal tentang

infeksi primer atau reaktivasi patogen yang sangat dibutuhkan. [5]

Herald patch dan lesi sekunder secara histologi tampak sama. Adanya

perubahan yang tampak tidak menentukan diagnostik. Dalam epidermis,

spongiosis, vesikula dan patch para-keratosis terlihat sama. Lapisan dermis bagian

atas menunjukkan adanya edema dan infiltrate sel mononuklear pada eksositosis

ke dalam epidermis, di mana mereka dapat membentuk pustula, terutama pada

daerah subkorneal. Infiltrate tersebut utamanya terdiri dari limfosit T helper dan

juga sel langerhans, dan antigen HLA-DR terekspresi pada permukaan

2

Page 3: PITYRIASIS ROSEA

keratinosit. Terkadang keratinosit dyskeratotic sesekali terlihat, dan terkadang

berdampingan dengan sel langerhans. [6]

IV. GEJALA KLINIK

Pityriasis rosea (PR), ditandai dengan adanya erupsi awal dari plak

pembawa (mother patch), yang diikuti oleh erupsi skuama oval yang meluas

biasanya di badan dan ekstremitas proksimal sepanjang garis langer pada daerah

dada, memberikan karakteristik "christmast tree appearance". [7] Sekitar 5-10 hari

setelah timbulnya herald patch yang luas, erupsi yang simetris dapat terlihat di

daerah badan dan tungkai proksimal. Lesi tipikal berbentuk oval atau bulat,

kurang dari 1 cm diameter, sedikit meninggi, dan berwarna merah muda sampai

coklat. Lesi tersebut ditutupi oleh skuama halus yang memberikan tampilan

berkerut, beberapa lesi terlihat jelas pada daerah tengahnya, menghasilkan skuama

di pinggiran lesi.[5]

Pada penyakit ini perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan

keluhan tambahan : timbul bercak seluruh tubuh terutama daerah yang tertutup

pakaian berbentuk bulat panjang dan mengikuti lipatan kulit. Diawali suatu bercak

yang besar di sekitarnya terdapat bercak agak kecil. Ukuran bercak dari seujung

jarum pentul sampai sebesar uang logam. Dapat diketahui oleh gejala prodormal

ringan seperti badan lemah, sakit kepala, dan sakit tenggorokan.[3]

3

Page 4: PITYRIASIS ROSEA

Gambar 1 : Lesi utama (herald patch) dari Pityriasis rosea berdiameter 1-4 cm.[6]

Terdapat dua bentuk utama lesi yang timbul. (1) plak kecil yang

menyerupai plak primer yang tersebar dan (2) plak kecil berwarna merah,

biasanya bentuk papul namun tidak disertai sisik yang tersebar di perifer. Kedua

bentuk lesi ini dapat muncul secara bersamaan.[2]

Gambar 2 : Diagram sistematik dari plak primer dan distribusi tipikal dari plak sekunder

sepanjang garis belahan bagian dada berbentuk pohon natal.[2]

4

Page 5: PITYRIASIS ROSEA

Gambar 3 : Pityriasis rosea dengan herald patch di dada kanan.[6]

Pada penyakit ini dapat tersebar di seluruh tubuh, terutama pada tempat

yang tertutup pakaian. Makula eritroskuamosa anuler dan solitary, bentuk lonjong

dengan tepi hampir tidak nyata meninggi dan bagian sentral bersisik, agak

berkeringat. Sumbu panjang lesi sesuai dengan lipatan kulit kadang-kadang

menyerupai gambaran pohon cemara. Lesi inisial (herald patch = medallion)

biasanya solitar, bentuk oval, anular, berdiameter 2-6 cm. Jarang terdapat lebih

dari 1 herald patch. [3] Kecuali bentuk yang lazim berupa eritroskuama, pityriasis

rosea dapat juga berbentuk urtika, vesikel, dan papul, yang lebih sering terdapat

pada anak-anak.[1]

Pada pityriasis rosea klasik, biasanya memperlihatkan adanya lesi tunggal

pada tubuh yang dalam beberapa hari kemudian akan terlihat lesi-lesi kecil.

Pruritus berat dapat didapatkan 25% dari pasien dengan komplikasi PR, sedikit

sampai sedang di 50%, dan tidak ditemukan di 25% sisanya. Pada sebagian kecil

pasien, gejala seperti flu (flu like symptoms) telah dilaporkan, termasuk malaise

umum, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, demam, dan arthralgia.[2]

5

Page 6: PITYRIASIS ROSEA

V. DIFERENSIAL DIAGNOSIS

a. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit pada daerah yang banyak

mengandung kelenjar sebasea.[3] Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama

yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Bentuk yang

berat di tandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak

disertai eksudasi dan krusta tebal, sering meluas ke dahi, glabela, telinga

postaulikular dan leher. Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah

skuama yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat seboroik.

Psoriasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat skuama-skuama

yang berlapis-lapis, disertai tanda tetesan lilin dan autspitz. Tempat predileksinya

juga berbeda. Jika psoriasis mengenai scalp sukar di bedakan dengan dermatitis

seboroik. Perbedaannya adalah skuamanya lebih tebal dan putih seperti mika,

kelainan kulit juga pada perbatasan wajah dan scalp dan tempat-tempat lain sesuai

dengan predileksinya.[1] Lokalisasinya tempat-tempat yang banyak mengandung

kelenjar palit misalnya kulit kepala, belakang telinga, alis mata, cuping hidung,

ketiak, dada, antara scapula dan daerah suprapubis. [3]

b. Tinea korporis

Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut.

Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas

tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di

tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan

krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah

satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan

pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bentuk

dengan tanda radang yang lebih nyata, lebih sering dilihat pada anak-anak

daripada orang dewasa karena umumnya baru mendapatkan infeksi baru pertama

kali. [1]

6

Page 7: PITYRIASIS ROSEA

c. Sifilis sekunder (S II)

Biasanya S II timbul setelah 6 sampai 8 minggu sejak S I dan sejumlah

sepertiga kasus masih disertai S I. Gejala yang penting untuk membedakannya

dengan berbagai penyakit kulit yang lain ialah : kelainan kulit pada penyakit ini

umumnya tidak gatal, sering disertai limpadenitis generalisata, pada S II dini

kelainan kulit juga terjadi pada telapak tangan dan kaki. Lesi dapat berbentuk

roseola, papul dan pustule atau bentuk lain.[1]

(a) (b)

Gambar 4 : sifilis sekunder (a) seperti ruam berbentuk makular pada infeksi lainnya,

tidak berhubungan dengan infeksi lokal akibat organisme (b) papul merah

tembaga yang khas pada sifilis sekunder.[1]

VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Karena dapat menyerupai sifilis stadium II, perlu dilakukan pemeriksaan

serologis, dan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10%.[3] Pada kasus

pityriasis rosea klasik, banyak pasien tidak membutuhkan biopsy kulit karena

diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan pada manifestasi gejala dan hasil

pemeriksaan histopatologi biasanya tidak spesifik. Gambaran histopatologik yang

paling sering didapatkan adalah parakeratosis fokal, berkurangnya jumlah hingga

hilangnya lapisan sel granular, akantosis ringan, spongiosis ringan, edema papiler,

7

Page 8: PITYRIASIS ROSEA

infiltrasi dari limfosit kejaringan intertisial perivaskuler dan superficial kulit, dan

ekstravasasi eritrosit fokal.[2] Hasil histopatologi pada pityriasis rosea tidak

patognomonik pada penyakit ini. Biopsi biasanya memperlihatkan limfositik,

perivaskular, utamanya infiltrasi pada daerah superfisial yang terkait dengan

eksositosis. Pada epidermal spongiosis dengan focal parakeratosis, tidak ada atau

terjadi penurunan pada lapisan granular dan ekstravasasi eritrosit ke dalam dermis

papillary juga perlu dicatat.[5]

VII. TERAPI

Pityriasis rosea merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan

sendirinya, tidak diperlukan pengobatan aktif pada kasus yang tanpa komplikasi.

Edukasi pasien diperlukan untuk semua kasus, yaitu penjelasan tentang penyakit

serta perjalanan penyakit ini agar pasien lebih tenang dan bisa menjalani

pengobatan dengan baik. Jika rasa gatal dan efloresensi kulit memberat, dapat

diberikan kostikosteroid topical potensi sedang. Yang menarik, Drago dkk telah

melaporkan bahwa pasien yang di berikan acyclovir dosis tinggi

(misalnya ,800mg lima kali sehari dalam satu minggu), memberikan resolusi lebih

cepat dibandingkan dengan placebo selama satu minggu.[2] Pengobatan hanya

bersifat simptomatik, untuk gatalnya dapat diberikan sedative, sedangkan sebagai

obat topical dapat diberikan bedak asam salisilat.[1]

VIII. KOMPLIKASI

Pasien mungkin mengeluhkan gejala-gejala mirip flu (flu-like symptoms),

namun biasanya ringan. Tidak ada komplikasi serius yang bisa ditemukan pada

pasien pityriasis rosea. [2]

IX. PROGNOSIS

Prognosis baik karena penyakit sembuh spontan biasanya dalam waktu 3-8

minggu.[1] Pityriasis rosea bersifat self-limitting, sehingga semua pasien dengan

pityriasis rosea dapat sembuh dengan spontan dari penyakitnya. Durasi penyakit

biasanya bervariasi antara 4 dan 10 minggu, dengan beberapa minggu pertama

8

Page 9: PITYRIASIS ROSEA

terkait dengan lesi kulit inflamasi yang baru dan mungkin gejala seperti flu (flu

like symptoms).[2]

9