Lapak gel Na-Diclofenac.docx
-
Upload
arvin-cester-rastafara -
Category
Documents
-
view
441 -
download
16
Transcript of Lapak gel Na-Diclofenac.docx
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA
GEL NATRIUM DIKLOFENAK
Disusun oleh:
Rika Nuraeni
P17335113038
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN D-III FARMASI
2014
1
GEL NATRIUM DIKLOFENAK
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan gel natrium
diklofenak 1%
2. Mengetahui permasalahan pada sediaan dan menentukan penyelesaian yang
diambil untuk sediaan.
3. Mengetahui efek farmakologi atau kegunaan dari bahan aktif dan bahan tambahan
lain.
4. Melakukan evaluasi dan mengetahui hasil evaluasi sediaan gel natrium
diklofenak sebanyak 1%
II. PENDAHULUAN
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
gel kadang – kadang disebut jeli. (Departemen Kesehatan RI, 1995)
Gel kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, tepenetrasi oleh suatu cairan. (Departemen Kesehatan RI, 1979)
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah
kecil senyawa organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing
terbungkus dan saling terserap oleh cairan. (Formularium Nasional, 1978:315)
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dalam partikel anorganik yang kecil atau molekul organik
yang besar dan saling menyerap cairan. Gel dalam makromolekulnya disebarkan ke
seluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, cairan ini disebut gel satu
fase. Dalam hal, dimana massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang
berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai sistem dua fase dan sering pula disebut
magma atau susu. Gel dan magma dianggap sebagai dispersi koloid oleh karena
masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloid. (Ansel, 1989)
2
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya
dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid, mempunyai kekuatan yang
disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi. (Ansel, 1989)
Sediaan gel sering mengandung fase sederhana, merupakan sistem semipadat
transparan yang semakin banyak digunakan sebagai formulasi sediaan topikal. Fase
cair dari gel dapat dipertahankan dalam tiga dimensi matriks polimer. Obat dapat
dipenetrasi dalam matriks atau dilarutkan dalam fase cair. (Langley, Chris &
D.Belcher, 2008)
Sifat / Karakteristik Gel (Lachman, 496 – 499):
a. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,
aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.
b. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang
baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan
kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan
tube, atau selama penggunaan topikal.
c. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang
diharapkan.
d. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM
besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.
e. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga
pembentukan gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh
polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan
membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut
akan membentuk gel.
f. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelation. Dalam hal tertentu gel akan keruh jika :
1. Gelling agent tidak mampu melarutkan seluruh bahan aktif (hanya terdispersi
dalam bentuk koloidal)
2. Gel berasal dari agregat yang terdispersi homogen (biasanya gelling agent
dari golongan anorganik yang tidak larut)
3. Mengandung fase minyak Emulgel
3
Syarat-syarat dalam Sediaan Gel
Gel yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Lieberman, 1989: Martin
and Cammarata, 1990) :
1. Homogen
Bahan obat dan dasar gel harus mudah larut atau terdispersi dalam air atau
pelarut yang cocok atau menjamin homogenitas sehingga pembagian dosis
sesuai dengan tujuan terapi yang diharapkan.
2. Bahan dasar yang cocok dengan zat aktif
Bila ditinjau dari sifat fisika dan kimia bahan dasar yang digunakan harus cocok
dengan bahan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang diinginkan.
3. Konsistensi gel menghasilkan aliran pseudoplastis tiksotropik
Karena sifat aliran ini sangat penting pada penyebaran sediaan jika dioleskan
pada kulit tanpa penekanan yang berarti pada pemencetan dapat keluar dari
wadah misalnya tube.
4. Stabil
Gel harus stabil dari pengaruh lembab dan suhu selama penggunaan dan
penyimpanan.
Sifat dan Karakteristik Gel
a. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi
larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara
matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel
kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang
dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.
b. Sineresis
Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel, akibat
adanya kontraksi di dalam massa gel. Mekanisme terjadinya kontraksi
berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat
terbentuknya gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis,
sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Adanya perubahan pada ketegaran gel
akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan
bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun
organogel.
4
c. Efek Suhu
Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga
pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Gelling agent
golongan polimer pada air yang dingin hanya terlarut dan membentuk larutan
yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena
pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.
d. Efek Elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik
dimana koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan
konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu
untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser.
e. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran
non–newton (menggunakan alat brookfield) yang dikarakterisasi oleh penurunan
viskositas dan peningkatan laju aliran.
Bahan pembentuk gel (Anief, 1997).
Bahan yang dapat digunakan sebagai pembentuk gel biasanya adalah
hidrokolid organik (misalnya tragacant, natrium alginat, turunan selulosa dan turunan
polikarboksilat) dan hidrokoloid anorganik (misalnya bentonit dan veegum).
1. Tragacant
Jumlah tragacant yang dibutuhkan untuk membentuk gel tergantung pada
tujuan penggunaan.Sebagai lubrikan biasanya digunakan dengan konsentrasi 2-3%
sedangkan sebagai pembawa obat topikal digunakan sekitar 5%. Penggunaan
tragacant kurang diminati karena viskositasnya dipengaruhi oleh pH dan film yang
ditinggalkan pada kulit cenderung membentuk flek dan mudah terdegradasi oleh
mikroba.
2. Natrium alginate
Natrium alginat digunakan sebagai lubrikan dengan konsentrasi 1,5-2%
sedangkan pada topikal digunakan 5-10%. Natrium alginat kurang disukai karena
warna kuning tua dan membentuk massa gel yang kurang baik.
5
3. Derivat selulosa
Derivat selulosa penggunaannya lebih luas sebagai bahan pembentuk gel
karena dapat menghasilkan gel yang netral terhadap alkali dan asam dengan
viskositas yang sangat stabil dan resistensinya sangat baik terhadap mikroba.
Kejernihannya yang tinggi karena bebas dari pengotor yang tidak larut dan
memberikan lapisan film bila mengering pada kulilt. Derivat selulosa yang
biasanya digunakan adalah NaCMC, HPMC, dan lain-lain.
4. Pektin
Pektin dapat digunakan sebagai dasar gel untuk produk asam. Penggunaannya
hampir selalu dengan gliserin sebagai humektan dalam basis gel untuk sediaan
topical. Pektin sangat mudah mengalami degradasi oleh mikroba sehingga faktor
penyimpanan perlu mendapatkan perhatian khusus.
5. Bentonit
Bentonit digunakan sebagai basis gel untuk topical dengan konsentrasi 7-20%.
Gel yang dihasilkan mempunyai pH 9 sehingga kurang cocok untuk kulit dan
viskositasnya tidak stabil.
6. Carbomer
Carbomer merupakan polimer dari asam akrilat dan dapat membentuk gel
pada konsentrasi 0,5%.
Penyimpanan gel
Sediaan gel merupakan sediaan yang mengandung air atau pelarut lain yang
mudah menguap seperti etanol, maka pada waktu penyimpanan besar sekali
kemungkinan terjadinya penguapan yang menyebabkan sediaan menjadi lebih padat
dan kering (xerogel). Untuk mencegah hal tersebut maka digunakan wadah bermulut
lebar, tertutup rapat dan ditempat sejuk (Ansel, hal: 511)
Efek Farmakologi Obat
Diclofenac merupakan derivat fenilasetat (1974) termasuk NSAID yang
terkuat daya antiradangnya dengan efek samping yang kurang kuat dibandingkan obat
yang lainnya (indometasin, piroxicam). Obat ini sering digunakan untuk segala
macam nyeri, juga pada migrain dan encok. Secara parenteral sangat efektif untuk
6
menanggulangi nyeri kolik hebat (kandung kemih dan kandung empedu). Kerusakan
hati fatal telah dilaporkan.
Reasorpsinya dari usus cepat dan lengkap, tetapi BA-nya rata-rata 55% akibat
FPE besar. Efek analgetisnya dimulai setelah satu jam, secara rektal dan intramuskular
lebih cepat masing-masing setelah 30 dan 15 menit. penyerapan garam-K lebih pesat
dari pada garam-Na. PP-nya diatas 99% plasma, t½-nya kurang lebih satu jam.
Ekskresi melalui kemih berangsung untuk 60% sebagai metabolit dan 20% dengan
empedu dan tinja. (Tan dan Rahardja, 2008)
Dalam klasifikasi selektivitasnya penghambatan COX, termasuk kelompok
preferential COX-2 inhibitor. Adsorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung
cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek
metabolisme lintas pertama (first pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh
singkat yakni 1-3 jam, diclofenac diakumulasi dicairan sinovial yang menjelaskan
efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007)
Natrium diklofenak digunakan untuk menghilangkan rasa sakit gejala lokal
dan pergelangan kaki, dan epiconditis. Untuk sediaan topikal digunakan kadar 1%.
Dengan dosis 4 kali sehari dioleskan pada bagian yang sakit. (Martindale.2009 hal
45) Diclofenac mempunyai aktivitas analgetik, antipiretik, dan antiimflamasi.
Diclofenac mempunyai kemampuan melawan COC-2 lebih baik dibandingkan obat
lain. (Goodman & Gilman.2010). Mekanisme kerja farmakologi secara pasti belum
jelas, namun banyak aksi/aktivitas dalam darah adalah menginhibisi sintesis
prostaglandin. (AHFS 2010, hal 2086)
7
III. FORMULASI1. Bahan aktif
1.1 Natrium diklofenak [BM 318.1] [British Pharmacopoea hal 1893]Zat Natrium Diclofenac
Sinonim Natrium diklofenak
Struktur
Rumus molekul CH10Cl12NNaO2
Pemerian Putih, atau agak kekuningan, sedikit
higroskopis, bubuk kristal.
Kelarutan Sedikit larut dalam air, mudah larut dalam
methanol, larut dalam ethanol 96%, sedikit
larut dalam aseton.
Stabilitas Larutan yang sudah tidak mengandung
oksigen lebih stabil dibandingkan dengan
yang mengandung oksigen.
[Pharmaceutical Codex hal 875]
Inkompabilitas Dalam larutan dengan pH lebih kecil dari 2,
potensi berkurang dan cepat rusak dalam
larutan alkali hidroksida.
Keterangan lain Kegunaannya sebagai siklooksigenase inhibitor,
analgesik, antiinflamasi.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
8
cahaya.
Kadar penggunaan Penggunaan topikal dalam sediaan gel
sebanyak 1%.
2. Eksipien2.1 CMC-Na [HOPE 6th, p : 118 - 120]
Nama Zat Vaselin Flavum
Sinonim Akucell, Aqualon CMC, Aquasorb, Blanose, Carbose D,
carmellosum natricum, Cel-O-Brandt, cellulose gum,
Cethylose, CMC sodium, E466, Finnfix, Glykocellan,
Nymcel ZSB, SCMC, sodium carboxymethylcellulose,
sodium cellulose glycolate, Sunrose, Tylose CB, Tylose
MGA, Walocel C, Xylo-Mucine.
Struktur
Titik lebur 227oC
Pemerian Serbuk putih atau agak putih, tidak berbau, tidak berasa,
bubuk granul, higroskopis.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter, dan
toluen. Mudah terdispersi didalam air, disemua
temperatur.
Stabilitas CMC-Na stabil, meskipun berupa material yang
higroskopis. Dalam kondisi lembab yang tinggi, dapat
mengabsorpsi 50% air. Dalam pelarut air, dan
penyimpanan yang lama, harus ditambahkan pengawet.
9
CMC-Na harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
sejuk dan kering.
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan larutan asam kuat, dan dengan
garam besi yang terlarut, dan beberapa metal.
Penyimpanan Disimpan dalam tempat tertutup baik, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk dan kering.
Kegunaan Coating agent, stabilizing agent, suspending agent, tablet
and capsule disintegrant, tablet binder, viscosity-
increasing agent, water-absorbing agent.
Kadar kegunaan Emulsifying agent 0.25–1.0%
Gel-forming agent 3.0–6.0%
Oral solutions 0.1–1.0%
2.2 Amylum Manihot [HOPE 6th: Hal. 685-690]
Nama Zat Amylum manihot
Sinonim Tapioca starch
Struktur
Rumus Molekul (C6H10O5)n
pH 4.0 – 8.0
Pemerian Serbuk sangat halus, putih
[FI ed IV; Hal. 107]
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dingin dan
ethanol
[FI ed IV; Hal. 107]
Stabilitas Pati kering stabil jika dilindungi dari
kelembapan yang tinggi. Larutan atau pasta
10
pati tidak stabil dan mudah dimetabolisme
oleh mikroorganisme.
Inkompatibilita
s Pati inkompatibel dengan oksidator kuat
Penyimpanan Pati harus disimpan dalam wadah kedap
udara di tempat sejuk dan kering.
Kegunaan Gelling agent
Kadar
Penggunaan
10 bagian dari perbandingan 10:90:5 [IMO;
Hal. 71]
2.3 Hidroksipropil Metil Celulosa [HOPE 6th; Hal 326-329]
Nama Zat Hidroksipropil metil selulosa
Struktur
Rumus molekul CH3CH(OH)CH2
Titik lebur Brown di 190-200ºC; chars di 225-230ºC. kaca suhu transisi adalah 170-180ºC.
Pemerian Tidak berbau dan tidak berasa, berwarna putih krim,
berserat atau serbuk granul.
Kelarutan Larut dalam air dingin, membentuk larutan koloid kental.
Praktis tidak larut dalam air panas, kloroform, etanol 95%
dan eter. Tetapi larut dalam campuran etanol dan
diklorometan, campuran metanol dan diklorometan, dan
campuran air dan metanol.
11
Stabilitas Serbuk HPMC adalah material yang stabil, bentuknya higroskopis setelah pengeringan. pH stabil 3-11. Dapat mengalami reverrsible fase sol-gel pada pemanasan dan pendinginan berturut-turut.
Inkompabilitas Inkompatibel dengan agent pengoksidasi. HPMC tidak
akan membentuk kompleks dengan garam logam atau ion
organik dari sediaan yang tidak larut.
Keterangan lain Density (bulk) 0.341 g/cm3
Density (tapped) 0.557 g/cm3
Density (true) 1.326 g/cm3
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan
kering.
Kadar penggunaan 0.25% - 5.0%
2.4 Carbomer [HOPE 6th; Hal 110]
Zat Aktif Carbomer
Sinonim Acrypol; Acritamer; acrylic acid polymer; carbomera;
Carbopol;
carboxy polymethylene; polyacrylic acid; carboxyvinyl
polymer;
Pemulen; Tego Carbomer.
12
Struktur
Rumus molekul (C3H4O2)n
Titik lebur Dekomposisi terjadi dalam waktu 30 menit pada 260oC.
Pemerian Berwarna putih, bersifat asam, bubuk higroskopik,
memiliki karakteristik sedikit berbau.
Kelarutan Dapat mengembang di air dan gliserin dan setelah terjadi
reaksi netralisasi dalam ethanol 95%.
Stabilitas Bahan higroskopik yang dapat dipanaskan dalam
temperatur dibawah 104oC
Inkompabilitas Inkompatibel dengan fenol, polymer kationik, asam kuat
Keterangan lain Density (bulk) 0.2 g/cm3 (powder); 0.4 g/cm3 (granular).
Density (tapped) 0.3 g/cm3 (powder); 0.4 g/cm3
(granular).
Penyimpanan Carbomer harus disimpan dalam wadah kedap udara,
wadah terlindung dari kelembaban. Penggunaan kaca,
plastik, atau kontainer berlapis resin direkomendasikan
untuk penyimpanan.
Kadar penggunaan Gelling agent konsentrasi 0.5-2.0%
2.5 Propilen Glikol [HOPE 6th, Hal : 592-593]
Zat Aktif Propylene Glycol
Sinonim
1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl ethyleneglycol; methyl glycol; propane-1,2-diol;
propylenglycolum.
13
Struktur
Rumus molekul C3H8O2 76.09
Titik lebur -59oC
PemerianCairan jernih, tidak berwarna, kental dan lengket, praktis
tidak berbau, manis, sedikit asam mirip gliserin
Kelarutan
Larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin dan
air; larut dalam eter 1:6 ; tidak larut dengan mineral oil/
fixed oil; tapi akan melarutkan sebagian esensial oil.
StabilitasStabil ketika dicampur dengan etanol 95%, gliserin atau
air, dan larutan yang telah disterilisasi oleh autoklaf.
InkompabilitasPropilen glikol inkompatibel dengan zat kimia
pengoksidasi seperti potassium permanganat.
Keterangan lainTitik didih 188oCDensity 1.038 g/cm3 at 20oC
PenyimpananDalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk dan kering
Kadar penggunaan
Pengawet, desinfektan, humektan, solvent; plasticizer;
agen penstabil, kosolvent.
Solvent dan kosolvent topikal 5-80%
2.6 TEA [HOPE 6th, Hal : 754-755]
Zat Aktif Triethanolamine
SinonimTEA; Tealan; triethylolamine; trihydroxytriethylamine; tris(hydroxyethyl)amine; trolaminum.
14
Struktur
Rumus molekul C6H15NO3 149.19
Titik lebur 20–21oC
PemerianCairan jernih,Warna agak kekuningan, larutan kental dan
lengket, sedikit berbau amoniakal.
KelarutanLarut dalam air, metanol, aseton, CCl4, 24 bagian
benzena, 63 bagian Ethyl eter
Stabilitas
Triethanolamine akan berubah kecoklatan jika terpapar
udara dan cahaya. 85% Triethanolamine cendrung
membuat lapisan di bawah suhu 15oC.
Inkompabilitas
Triethanolamine akan bereaksi dengan asam mineral dan
membentuk kristal garam dan ester. Dengan asam lemak
tinggi, triethanolamine membentuk garam yang larut
dalam air, dan memiliki karakter seperti sabun. TEA juga
dapat bereaksi dengan tembaga dan membentuk garam
kompleks. Pelunturan dan pengendapan dapat terjadi
pada penampilan garam logam berat. TEA dapat bereaksi
dengan zat kimia seperti tiorul klorida, untuk mengganti
grup hidroksi dengan halogen.Hasil produksi ini sangat
toxic, menyerupai serbuk kuning nitrogen.
Keterangan lain Titik didih 335oC
PenyimpananTriethanolamine harus disimpan dalam wadah kedap
udara, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.
Kadar penggunaanAlkalizing agent (sesuai pH yang diinginkan) ;
emulsifying agent
2.7 Methylparaben [HOPE 6th : 442]
15
Nama Zat Methylparaben
Sinonim Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid
methyl ester; metagin; Methyl Chemosept; methylis
parahydroxybenzoas; methyl p-hydroxybenzoate; Methyl
Parasept; Nipagin M; Solbrol M; Tegosept M; Uniphen
P-23.
Struktur
Rumus molekul C8H8O3
Pemerian Kristal tidak berwarna atau kristal putih bubuk. Tidak
berbau atau berbau khas lemah. Mempunyai sedikit rasa
terbakar.
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam karbon
tetrachlorida, mudah larut dalam ethanol dan dalam eter.
[FI IV Hal 551]
Stabilitas Stabil pada pH larutan 3-6 [kurang dari 10%
terdekomposisi]. Larutan air pada pH 8 terjadi hidrolisis
secara cepat.
Inkompabilitas Aktivitas antimikroba methylparaben sangat berkurang
dengan adanya surfaktan no-ionik, seperti tween 80.
Namun, propylenglycol [10%] telah ditunjukkan untuk
mempotensiasi aktivitas antimikroba dari paraben.
Inkompatible dengan bahan lain, seperti bentonit, Na.
Alginat, minyak essensial, sorbitol,= dan atropin. Juga
bereaksi dengan berbagai gula. Methylparaben berubah
warna dengan adanya besi, dan akan terhidrolisis oleh
16
basa lemah dan asam kuat.
pH 4-8
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering.
Kegunaan Antimicrobial preservative
Kadar penggunaan 0,18%
2.8 Propylparaben [BM 180.20] [HOPE 6th hal 596]
Zat Propylparaben
Sinonim Aseptoform P, CoSept P, E216, 4-hydroxybenzoic acid
propylester, Nipagin P, Nipasol M, propagin, Propyl
Aseptoform, propylbutex, Propyl Chemosept, propylis
parahydroxybenzoas, propyl phydroxybenzoate, Propyl
Parasept, Solbrol P, Tegosept P, Uniphen P-23.
Struktur
Rumus molekul C10H12O3 BM 180.20
Titik lebur 295oC
Pemerian Bubuk putih, Kristal, tidak berbau, dan tidak berasa.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam ethanol
95% dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih.
Stabilitas Pada pH 3-6 stabil dalam larutan berair, [kurang dari 10%
dekomposisi]. Terjadi hidrolisis cepat pada pH 8 [10%
atau lebih, setelah sekitar 60 hari pada suhu kamar]
17
Inkompabilitas Aktivitas mikroba berkurang apabila ada surfraktan
nonionic. Zat yang mengurangi aktivitas propylparaben
yaitu, magnesium alumunium silicat, magnesium
trisilikat, oksida besi kuning, propylparaben berubah
warna dengan adanya besi dan terhidrolisis oleh basa
lemah dan asam kuat.
Keterangan lain Kegunaan untuk pengawet atau antimicrobial
preservative dengan
Penyimpanan Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat
sejuk dan kering.
Kadar penggunaan konsentrasi 0.01-0.02 %.
2.9 Ethanol [HOPE 6th; Hal. 17]
Zat Ethanol
Sinonim Alcohol; Aethanolum.
Struktur
Rumus molekul C2H6O
Titik lebur -112oC
Pemerian Cairan tak berwarna; Jernih; Mudah menguap dan mudah
bergerak; Bau khas; Rassa panas; Mudah terbakar dengan
memberika nyala biru yang tak berasap.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan
dalam eter P.
Stabilita Mudah terbakar dengan adanya nyala biru tak berasap.
Inkompabilitas Dalam kondisi asam, larutan ethanol bereaksi keras
dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali
18
dapat menggelapkan warna karena reaksi dengan jumlah
sisa aldehid. Garam oraganik atau akasia dapat
diendapkan dari larutan atau disperse. Larutan ethanol
juga kompatibel dengan alumunium dan dapat
berinteraksi dengan beberapa obat.
Keterangan lain Pelarut
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kadar penggunaan Secukupnya.
19
3.0 Aquadest [BM 18.02] [HOPE 6 th hal 766]
Zat Aqua destilata
Sinonim Aqua, aqua purificata, hydrogen oxide.
Rumus molekul H O H
BM 18.02
Titik lebur Boiling point 100oC
Pemerian Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
memiliki rasa.
[JP15 hal 1236]
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya.
Stabilitas Secara kimiawi air stabil dalam semua keadaan fisik [es,
cair, dan uap]. Air meninggalkan sistem pemurnian
farmasi dan memasuki tangki penyimpanan harus
memenuhi persyaratan tertentu. Tujuannya ketika
merancang dan mengoperasikan penyimpanan dan
distribusi sistem untuk menjaga air dari melebihi batas
yang diijinkan selama penyimpanan. penyimpanan dan
distribusi sistem harus memastikan bahwa air dilindungi
terhadap ion dan organik kontaminasi , yang akan
mengakibatkan peningkatan konduktivitas dan karbon
organik total. Sistem ini juga harus dilindungi secara fisik
masuknya partikel asing dan mikroorganisme sehingga
pertumbuhan mikroba dapat dicegah atau diminimalkan.
Inkompabilitas Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain
yang rentan terhadap hidrolisis [dekomposisi dalam
adanya air atau uap pada suhu tinggi. Air dapat bereaksi
dengan logam alkalidan bereaksi dengan oksida logam
alkali. Airnya juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk
membentuk hidrat dari berbagai komposisi. Dan dengan
20
bahan organic tertentu dan kalsium karbida.
Keterangan lain Keguanaannya sebagai pelarut.
PenyimpananAir untuk tujuan tertentu harus disimpan dalam wadah
yang sesuai. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik
[FI III hal 96]
Kadar penggunaan Nilai khusus air yang digunakan untuk aplikasi tertentu
dalam konsentrasi hingga 100%
21
IV. PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIAN
No
.
Permasalahan Penyelesaian
1. Bahan aktif ditujukan untuk
penggunaan topikal didaerah
persendian, dan harus akseptebel.
Sediaan dibuat gel.
[Aulton, 2002]
2. Dalam pembuatan gel, dibutuhkan
bahan pembentuk gel atau gelling
agent.
Digunakan gelling agent.
3. Sediaan membutuhkan bahan untuk
meningkatkan penetrasi ke daerah
yang dituju.
Digunakan Propylen glicol.
4. Sediaan mengandung air 85-95%,
mengakibatkan sediaan menjadi
media ideal pertumbuhan mikroba.
Penambahan Pengawet.
Methylparaben [HOPE 6th : 442]
Propylparaben [HOPE 6th hal 596]
5. Bahan aktif memiliki range pH
yang sempit sehingga memung-
kinkan terjadinya ketidakstabilan
pH pada saat penyimpanan.
Penambahan pendapar TEA untuk
menstabilkan pH basa.
22
V. PENDEKATAN FORMULA
5.1 Optimasi I [Gelling agent Amylum manihot]
N
o.Nama Zat Jumlah Kegunaan
1. Natrium diklofenak 1% b/b Bahan aktif
2. Propilenglikol 10% b/bPelarut pengawet dan
penetran enhencer
3. Methyl paraben0.18 %
b/bPengawet
4. Propylparaben0.02%
b/bPengawet
5. Gelling agent 5% b/b Gelling agent
6. Propilenglikol 22,5%
b/bPelarut gelling agent
7. TEA qs b/b Pendapar
8. Ethanol qs b/b Pelarut bahan aktif
9. Aquadest Ad 100% Pelarut
VI. PENIMBANGAN
6.1 Sediaan dibuat sebanyak 10 gram dengan gelling agent Amylum manihot
No Nama Zat Jumlah
1.Natrium
diklofenak0.1 gram
2. Propilenglikol
1 gram BJ= BeratVolume
1.038g
cm3= 1 gram
volume
Volume = 0.99 mL ~1mL
3. Methyl paraben 0.018 gram
4. Propylparaben 0.002 gram
5. Amylum 0. 5 gram, air untuk Amylum manihot, ½ x 0.5
23
manihot gram = 0,25 mL
6. Propilenglikol 2,25 gram
7. TEA qs
8. Ethanol qs
9. Aquadest Ad 100% (± 1,75 mL¿ BJ= 1 g/cm3
VII. PROSEDUR PEMBUATAN
VII.1 Optimasi gelling agent Amylum manihot sebanyak 10 gram
1. Dicuci alat, bilas dengan aquadest, dan dikeringkan.
2. Ditimbang semua bahan di neraca analitik
a. Natrium diklofenak sebanyak 0.1 gram
b. Propilenglikol sebanyak 1 gram
c. Methylparaben sebanyak 0.018 gram
d. Propylparaben sebanyak 0.002 gram
e. Amylum manihot sebanyak 0. 5 gram
f. Air untuk Amylum manihot sebanyak 0,25 mL
g. Propilenglikol sebanyak 2,25 gram
h. TEA secukupnya
i. Ethanol secukupnya
3. Dibuat gelling agent dengan cara mencampurkan 0,5 g Amylum manihot,
2,25 g Propilenglikol, dan 0,25 mL aquadest didalam beaker glass dan
dipanaskan diatas penangas air, sampai terbentuk massa gel.
4. Dilarutkan Propylparaben sebanyak 0.002 gram dan Methylparaben
dengan 1 g propylenglikol, diatas kaca arloji kemudian dimasukan ke
dalam massa gelling agent, bilas kaca arloji 2 mL aqudest sebanyak 2 kali,
aduk ad homogen.
5. Dilarutkan Na-Diclofenac sebanyak 0.1 gram dan 1 gram ethanol diatas
kaca arloji kemudian dimasukan kedalam massa gelling agent, bilas kaca
arloji dengan 2 mL aqudest sebanyak 2 kali, aduk ad homogen.
6. Ditambahkan sisa aquadest sebanyak (± 1,75 mL¿ aduk ad homogen
7. Hasil optimasi disimpan di dalam beaker glass 100 mL, untuk kemudian
ditunjukan kepada dosen pembimbing.
24
25
V. PENDEKATAN FORMULA
5.2 Optimasi 2 gelling agent HPMC
N
o.Nama Zat Jumlah Kegunaan
1. Natrium diklofenak 1% (b/b) Bahan aktif
2. HPMC 4% (b/b) Gelling agent
3. Propilen glikol 10% (b/b)Pelarut pengawet dan penetrant
enhancer
4. Metil paraben 0.18% (b/b) Pengawet
5. Propil paraben 0.02% (b/b) Pengawet
7. Etanol qs (b/b) Pelarut
8. Aquadest Ad 100% (b/b) Pelarut
VI. PENIMBANGAN
6.2 Optimasi 2 Sediaan dibuat sebanyak 10 gram dengan gelling agent HPMC
No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
1. Natrium diklofenak 0.1 gram
2. HPMC 0.4 gram
3. Propilen glikol1 gram BJ= Berat
Volume
1.038g
cm3= 1 gram
volume
Volume = 0.99 mL ~1mL
4. Metil paraben 0.018 gram
5. Propil paraben 0.002 gram
7. Etanol qs
8. Aquadest 8.47 gram
26
VII. PROSEDUR PEMBUATAN
VII.2 Optimasi 2 gelling agent HPMC sebanyak 10 gram
1. Diuci alat. Dibilas dengan aquadest. Dan dikeringkan.
2. Disiapkan bahan yang akan ditimbang.
3. Ditimbang bahan satu per satu di neraca analitik.
a. Natrium diklofenak sebanyak 0.1 gram.
b. HPMC sebanyak 0.4 gram.
c. Metil paraben sebanyak 0.018 gram.
d. Propil paraben sebanyak 0.002 gram.
e. Propilenglikol sebanyak 1 gram.
f. Etanol sebanyak 1 gram.
4. Diukur aquadest pada gelas ukur sebanyak 4 ml. Dibilas dengan aquadest.
Dikeringkan.
5. Dikembangkan HPMC dengan cara :
Dispersikan HPMC dalam air panas sebanyak 30% jumlah air yang
digunakan, tunggu hingga HPMC sedikit mengembang, kemudian aduk
perlahan sambil ditingkatkan suhu sampai 80-90oC, aduk hingga terbentuk
massa gel.
6. Dilarutkan propil paraben sebanyak 0.002 gram dan metil paraben
sebanyak 0.018 gram ke dalam propilenglikol sebanyak 2 ml di kaca arloji.
Dimasukkan ke dalam gelling agent yang sudah dikembangkan. Diaduk ad
homogen. Dibilas kaca arloji dengan 2 ml aquadest.
7. Dilarutkan natrium diklofenak sebanyak 0.1 gram dengan 1 gram etanol di
beaker glass. Masukkan ke dalam gelling agent. Aduk ad homogen. Dibilas
beaker glass dengan 2 ml aquadest.
8. Dimasukkan sisa propilenglikol ke dalam massa gelling agent. Diaduk ad
homogen. Dibilas beaker glass dengan 2 ml aquadest.
9. Ditambahkan sisa aquadest sebanyak 4 ml yang telah diukur ke dalam
massa gelling agent. Diaduk ad homogen. Dibilas gelas ukur dengan
aquadest.
27
V. PENDEKATAN FORMULA
5.3 Optimasi 3 [Gelling agent Carbomer]
VI. PENIMBANGAN
6.3
Optimasi 3 Sediaan dibuat sebanyak 10 gram dengan gelling agent Carbomer
No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
1. Natrium diklofenak 0.1 gram
2. Carbomer 0.1 gram
3. Propilen glikol1 gram BJ= Berat
Volume
1.038g
cm3= 1 gram
volume
Volume = 0.99 mL ~1mL
4. Metil paraben 0.018 gram
5. Propil paraben 0.002 gram
6. TEA qs
7. Etanol qs
8. Aquadest 8.78 ram
28
No
.Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. Natrium diklofenak 1% b/b Bahan aktif
2. Carbomer 1% b/b Gelling agent
3. Propilen glikol 10% b/bPelarut pengawet dan
penetrant enhancer
4. Metil paraben 0.18% b/b Pengawet
5. Propil paraben 0.02% b/b Pengawet
6. TEA qs b/b Pendapar
6. Etanol qs b/b Pelarut
7. Aquadest Ad 100%
b/bPelarut
VII. PROSEDUR PEMBUATAN
VII.3 Optimasi 3 sediaan Na-diclofenac gel sebanyak 10 gram gelling agent
Carbomer
1. Dicuci alat. Dibilas dengan aquadest. Dikeringkan.
2. Disiapkan bahan yang akan ditimbang.
3. Ditimbang bahan satu per satu di neraca analitik.
g. Natrium diklofenak sebanyak 0.1 gram.
h. Carbomer sebanyak 0.1 gram.
i. Metil paraben sebanyak 0.018 gram.
j. Propil paraben sebanyak 0.002 gram.
k. Propilenglikol sebanyak 1 mL
l. Etanol sebanyak 1 gram.
4. Diukur aquadest di gelas ukur sebanyak 4 ml. Dibilas dengan aquadest.
5. Dikembangkan Carbomer dengan cara : Mengembangkan Carbomer dengan sisa
air sebanyak 81.8 gram, lalu dipanaskan, didispersikan aduk homogen, kemudian
menambahkan TEA hingga pH 6-11 (sesuai pH sediaan yang dibutuhkan : 7.5 pH)
6. Dilarutkan propil paraben sebanyak 0.002 gram dan metil paraben sebanyak 0.018
gram ke dalam propilenglikol sebanyak 2 ml di kaca arloji. Masukkan ke dalam
gelling agent yang sudah dikembangkan. Aduk ad homogen. Bilas kaca arloji
dengan 2 ml aquadest.
7. Dilarutkan natrium diklofenak sebanyak 0.1 gram dengan ditetesi etanol di kaca
arloji, hingga melarut. Masukkan ke dalam massa gelling agent. Aduk ad
homogen. Bilas kaca arloji dengan 2 ml aquadest.
8. Ditambahkan sisa propilenglikol ke dalam massa gelling agent. Aduk ad
homogen. Bilas beaker glass dengan 2 ml aquadest.
9. Hasil optimasi disimpan di dalam beaker glass 100 mL, untuk kemudian
ditunjukan kepada dosen pembimbing.
29
V. PENDEKATAN FORMULA
5.4 Optimasi 4 [Gelling agent CMC-Na]
N
o.
Nama Zat Jumlah Kegunaan
1. Natrium Diclofenac 1% b/b Bahan aktif
2. Propilenglikol 10% b/bPelarut pengawet dan
penetran enhencer
3. Methyl paraben0.18 %
b/bPengawet
4. Propylparaben0.02%
b/bPengawet
5.Gelling agent (CMC-
Na)3.5% b/b Gelling agent
6. TEA qs b/b Pendapar
7. Ethanol qs b/b Pelarut bahan aktif
8. Aquadest Ad 100% Pelarut
VI. PENIMBANGAN
6.4 Optimasi 4 Sediaan dibuat sebanyak 10 gram dengan gelling agent CMC-Na
No Nama Zat Jumlah
1. Natrium Diclofenac 0.1 gram
2. Propilenglikol
1 gram BJ= BeratVolume
1.038g
cm3= 1 gram
volume
Volume = 0.99 mL ~1mL
3. Methyl paraben 0.018 gram
4. Propylparaben 0.002 gram
5. Gelling agent (CMC-Na)0.35 gram, air untuk Na-CMC 20x3.5
gram = 7 mL
6. TEA qs
7. Ethanol qs
8. Aquadest Ad 100%
30
31
VII. PROSEDUR PEMBUATAN
VII.4 Optimasi sediaan Na-diklofenak gel sebanyak 10 gram gelling agent
CMC-Na
1. Dicuci alat, bilas dengan aquadest, dan dikeringkan.
2. Ditimbang semua bahan di neraca analitik
a. Natrium diklofenak sebanyak 0.1 gram
b. Propilenglikol sebanyak 1 mL
c. Methylparaben sebanyak 0.018 gram
d. Propylparaben sebanyak 0.002 gram
e. CMC-Na sebanyak 0.35 gram
Air untuk CMC-Na sebanyak 7 mL
f. TEA secukupnya
g. Ethanol secukupnya
h. Aquadest sebanyak 1.53 mL
3. Dikembangkan gelling agent dengan menaburkan CMC-Na sebanyak 0.35
gram diatas air panas sebanyak 7 mL (20 kalinya CMC-Na) yang sudah
disiapkan sebelumnya didalam beaker glass, diaduk hingga terbentuk massa
gel.
4. Dilarutkan Propylparaben sebanyak 0.002 gram dan Methylparaben dengan 1
g propylenglikol, diatas kaca arloji kemudian dimasukan ke dalam massa
gelling agent, bilas kaca arloji 2 mL aqudest, aduk ad homogen.
5. Larutkan Na-Diclofenac sebanyak 0.1 gram dan 1 gram ethanol didalam
beaker glass kemudian dimasukan kedalam massa gelling agent, bilas beaker
glass dengan 2 mL aqudest, aduk ad homogen.
6. Masukan TEA sebanyak 0.15 gram ke dalam massa gelling agent, bilas
cawan dengan 2 mL aqudest, aduk ad homogen.
7. Masukan sisa propylenglikol kedalam massa gelling agent, bilas beaker glass
dengan 2 mL aqudest, aduk ad homogen.
8. Tambahkan sisa aquadest aduk ad homogen
9. Kemas dan beri etiket
32
V. PENDEKATAN FORMULA
5.5 Pembuatan sediaan gel Na-diklifenak 100gram [Gelling agent CMC-Na]
N
o.
Nama Zat Jumlah Kegunaan
1. Natrium Diclofenac 1% b/b Bahan aktif
2. Propilenglikol 10% b/bPelarut pengawet dan
penetran enhencer
3. Methyl paraben0.18 %
b/bPengawet
4. Propylparaben0.02%
b/bPengawet
5.Gelling agent (CMC-
Na)
3.5%
b/bGelling agent
6. TEA qs b/b Pendapar
7. Ethanol qs b/b Pelarut bahan aktif
8. AquadestAd
100%Pelarut
VI. PENIMBANGAN
6.5 Sediaan dibuat sebanyak 100 gram dengan gelling agent CMC-Na
No Nama Zat Jumlah
1. Natrium Diclofenac 1 gram
2. Propilenglikol
10 gram BJ= BeratVolume
1.038g
cm3=1 0gram
volume
Volume = 9.6 mL
3. Methyl paraben 0.18 gram
4. Propylparaben 0.02 gram
5. Gelling agent (CMC-Na)3.5 gram, air untuk Na-CMC 20x3.5
gram = 70 mL
33
6. TEA qs
7. Ethanol qs
8. Aquadest Ad 100%
VII. PROSEDUR PEMBUATAN
VII.5 sediaan Na-diklofenak gel sebanyak 100 gram
1. Dicuci alat, bilas dengan aquadest, dan dikeringkan.
2. Ditimbang semua bahan di neraca analitik
a. Natrium diklofenak sebanyak 1 gram
b. Propilenglikol sebanyak 9.6 mL
c. Methylparaben sebanyak 0.18 gram
d. Propylparaben sebanyak 0.02 gram
e. CMC-Na sebanyak 3.5 gram
Air untuk CMC-Na sebanyak 70 mL
f. TEA sebanyak
g. Ethanol secukupnya
h. Aquadest sebanyak 15.7 mL
3. Dikembangkan gelling agent dengan menaburkan CMC-Na sebanyak 3.5 gram
diatas air panas sebanyak 7 mL (20 kalinya CMC-Na) yang sudah disiapkan
sebelumnya didalam beaker glass, diaduk hingga terbentuk massa gel.
4. Dilarutkan Propylparaben sebanyak 0.02 gram dan Methylparaben sebanyak 0.18
gram dengan 9.6 mL propylenglikol, diatas kaca arloji kemudian dimasukan ke
dalam massa gelling agent, bilas kaca arloji 2 mL aqudest, aduk ad homogen.
5. Larutkan Na-Diclofenac sebanyak 1 gram dan 1 gram ethanol didalam beaker
glass kemudian dimasukan kedalam massa gelling agent, bilas beaker glass
dengan 2 mL aqudest, aduk ad homogen.
6. Masukan TEA sebanyak 0.15 gram ke dalam massa gelling agent, bilas cawan
dengan 2 mL aqudest, aduk ad homogen.
7. Masukan sisa propylenglikol kedalam massa gelling agent, bilas beaker glass
dengan 2 mL aqudest, aduk ad homogen.
34
8. Tambahkan sisa aquadest sebanyak 7.7 mL aduk ad homogen
9. Kemas dan beri etiket
35
VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah
sampelHasil pengamatan Syarat
1. Volum
terpindahkan
Ditimbang wadah beserta isi obat
didalamnya dan tutup wadahnya,
sebelum ditimbang diberi label
terlebih dahulu. Kemudian dicatat
volume awal dari wadah tersebut.
Setelah itu isi wadah yang sama
dikeluarkan dan wadah dicuci bersih,
dikeringkan, lalu ditimbang kembali,
kemudian dicatat hasil volume
kosongnya. Dan dihitung volume isi
dari wadah tersebut dengan
mengurangkan volume awal dengan
volume akhir.
3
wadah
Wadah 1
W1= 14.207 gram
Wo= 4.316 gram
W1-Wo = 9.891 gram
Wadah 2
W1= 14.237 gram
Wo= 4.328 gram
W1-Wo = 9.909 gram
Wadah 3
W1= 14.020 gram
Wo= 4.107 gram
W1-Wo = 9.913 gram
Rata-rata uji volum
terpindahkan adalah
9.904 gram
Volume rata-tidak lebih
dari satu dari 30 wadah
volume kurang dari
95%, tetapi tidak
kurang dari 90% seperti
yang tertera pada etiket.
[FI IV hal 1089]
36
3. Organoleptik Dilakukan pengujian bau dan warna. 3
wadah
Sediaan terlihat jernih,
tidak terasa berbau tengik,
kental.
Kondisi organoleptik
sebelum dan sesudah
penyimpanan harus
sama.
4. Uji pH Dilakukan menggunakan indikator
universal dengan memasukkan
indikator ke dalam sediaan dan hasil
yang didapatkan dicocokan dengan
trayek pH.
3
wadah
Dari ketiga wadah yang
diuji dengan menggunakan
pH universal menghasil-
kan nilai pH 7. Sesuai
dengan nilai pH pada saat
sebelum pengujian.
Perbedaan rentang pH
dari setiap botol tidak
boleh lebih dari ± 1.
Dan nilai pH sebelum
dan sesudah pengujian
harus sama.
5. Uji
Homogenitas
Dilakukan dengan mengambil
sampel sediaan kemudian dioleskan
tipis pada kaca arloji, kemudian
diamati menggunakan indra peraba.
3
wadah
Sediaan memiliki partikel
yang terdispersi homogen.
Jika dioleskan pada
sekeping kaca atau
bahan transparan lain
yang cocok, harus
menunjukan susunan
yang homogen tidak
terdapat butiran-butiran
yang tidak terdispersi.
(Syamsuni,2007)
37
IX. PEMBAHASAN
Mayoritas gel dibentuk oleh agregasi partikel koloid sol, sistem padat
atau semipadat sehingga terbentuk sediaan yang terpenetrasi oleh cairan. Partikel
saling terhubung untuk membentuk jaringan, sehingga menjadikan kekakuan
pada struktur sediaan, fase kontinyu akan terjerat didalam matriks gel. Biasanya,
hanya sebagian kecil dari fase dispersi yang diperlukan untuk memberikan
kekakuan, misalnya 1% dari agar-agar dalam air menghasilkan gel. Sebuah gel
kaya cairan dapat disebut jelly, jika cairan dihilangkan dan hanya kerangka gel
saja, maka sediaan ini disebut xerogel. Gelatin kering, acacia tears dan
tragacanth ribbons merupakan contoh dari xerogels. (Aulton.2005)
Pada pembuatan gel, dibutuhkan suatu bahan yang dapat membentuk
massa gel pada sediaan. Dalam praktikum kali ini, kami mencoba melakukan
optimasi untuk mengetahui gelling agent dari bahan apakah yang dapat
menghasilkan konsistensi massa gel yang baik, bagus dan sesuai dengan bahan
aktif kami.
Sediaan gel, mengandung 85-95 % air. Dan dalam penyimpanannya,
dikhawatirkan akan terjadi kontak dengan udara atau pun medium lain, sehingga
sediaan menjadi media ideal dalam pertumbuhan dan kontaminasi
mikroorganisme, untuk menghindari hal tersebut, kami menambahakan
pengawet sebagai bahan untuk menghambat pertumbuhan dan kontaminasi
mikroba dalam sediaan selama penyimpanan. Dalam formula kami
menggunakan kombinasi pengawet methylparaben 0.18% dan propylparaben
0.02%. Pengawet ini digunakan karena bekerja efektif pada pH basa sehingga
sesuai dengan pH bahan aktif kami, natrium diklofenak yang memiliki nilai pH
basa yaitu sekitar 7.4 – 8.5.
Sediaan kami ditujukan untuk penggunaan topikal, yang tujuannya untuk
mengurangi rasa sakit dan gejala lokal pada keseleo pergelangan kaki ataupun
nyeri sendi lainnya. Dalam formula, kami membutuhkan suatu bahan sebagai
penetran enhancer untuk membawa obat agar dapat diadsorpsi ke daerah nyeri
yang dituju. Oleh karena itu, kami menambahkan propylenglikol sebagai bahan
untuk meningkatkan penetrasi obat ke daerah nyeri yang tersebut. Propylenglikol
juga digunakan untuk melarutkan bahan pengawet yang akan mudah larut jika
dalam propylenglikol.
38
Dalam optimasi pertama, kami mencoba dengan menggunakan gelling
agent dari campuran amylum manihot, propylenglicol dan air. Dengan
perbandingan 2:9:1. Mengembangkannya dengan cara mencampurkan amylum
manihot, air, dan propilen glikol dalam beaker glass kemudian dipanaskan diatas
penangas air hingga terbentuk massa gel. Setelah itu dilarutkan bahan-bahan
tambahan lain, pengawet dilarutkan dalam propylenglicol dan bahan aktif
dilarutkan dalam ethanol karena bahan aktif sedikt larut dalam air sehingga
dilarutkan dalam ethanol akan lebih baik dibandingkan dalam air. Setelah itu,
campurkan gelling agent dengan bahan tambahan dan bahan aktif, aduk ad
terbentuk massa gel. Pada optimasi ini kami melihat konsistensi massa gel yang
bagus dibentuk oleh amylum manihot ini, namun karena amylum manihot
merupakan gelling agent yang berasal dari alam sehingga dikhawatirkan akan
mudah berubah konsistensinya, maka kami pun melakukan optimasi untuk
gelling agent yang lain.
Dalam optimasi kedua, kami mencoba dengan menggunakan gelling
agent dari bahan derivat selulosa yaitu HPMC dengan kadar 4%.
Mengembangkannya dengan cara mendispersikan HPMC dalam air panas 6 kali
jumlah HPMC yang digunakan. ditunggu hingga HPMC sedikit mengembang,
kemudian suhu ditingkatkan lagi sampai mencapai 60o-70o C diatas penangas air.
Kemudian aduk ad mendapatkan massa gel yang jernih. Ketika sebelum
ditambahkan bahan tambahan lain, massa gel yang dibentuk dari HPMC 4% ini
sangat bagus dan jernih, namun ketika ditambahkan bahan tambahan lain dan
berikut bahan aktifnya ternyata gel dengan HPMC ini menjadi menurun
konsistensi gel nya atau menjadi cair, sehingga kurang cocok dengan sediaan
yang ingin kami buat.
Dalam optimasi ketiga, kami pun mencoba dengan menggunakan gelling
agent dari golongan sintetik yaitu carbomer dengan kadar 1%.
Mengembangkannya dengan cara mendispersikan carbomer dalam air hangat,
kemudian ditunggu sampai carbomer mengembang lalu diaduk perlahan sampai
terbentuk massa gel. Setelah itu, ditambahkan bahan tambahan lain berikut bahan
aktifnya. Pada optimasi ini ternyata massa gel tidak jernih dan terlihat seperti
gumpalan-gumpalan gel. Sehingga optimasi ini kurang memuaskan, maka kami
39
lanjutkan untuk mencoba optimasi keempat agar mendapatkan gelling agent
yang cocok dengan bahan aktif dan sediaan yang ingin kami buat.
Pada optimasi ke-empat, dengan gelling agent dari golongan semisintetik
yaitu CMC-Na dengan kadar 4%. Pertama, kami mengembangkan gelling agent
terlebih dahulu dengan cara, mendispersikan CMC-Na dalam air panas sebanyak
20 kalinya kemudian diaduk perlahan sampai terbentuk massa gel. Setelah itu,
ditambahkan zat tambahan lain berikut bahan aktifnya dan diaduk kembali
sampai homogen. Dalam optimasi ini, ternyata massa gel yang dihasilkan baik
dengan sediaan yang terlihat jernih dan semua bahan terdispersi secara homogen.
Maka dari itu, kami mengambil optimasi dengan gelling agent CMC-Na ini
untuk melanjutkan pada pembuatan sediaan skala besar sebanyak 100 gram.
Sediaan disimpan dalam wadah tertutup baik, dan terhindar dari kontak
cahaya atau sinar matahari langsung. Agar menghindari terjadinya perubahan
konsistensi massa salep dan terhindar dari penurunan efektifitas zat aktif.
Setelah satu minggu, dilakukan uji evaluasi sediaan, yaitu uji
organoleptik, uji pH, uji volum terpindahkan, dan uji homogenitas. Pada uji
organoleptik sediaan masih menunjukan penampilan yang sama yaitu memiliki
warna putih jernih, tidak berbau dan tidak berbau tengik. Kemudian ketika diuji
pH ternyata sediaan masih menunjukan pH yang sama dengan sebelumnya yaitu
dengan nilai pH 7. Pada uji volum terpindahkan sediaan memiliki rata-rata
volum dalam tiga kali replikasi yaitu 9.904 gram, hasil ini menunjukan bahwa
sediaan gel natrium diklofenak ini masih memenuhi syarat uji volum
terpindahkan yang tertera pada farmakope edisi IV yaitu volume rata-rata tidak
lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari
90% dan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Selanjutnya, ketika dilakukan
uji homogenitas dengan cara dioleskan tipis pada kaca arloji ternyata partikel
sediaan terdispersi secara homogen.
40
X. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut:
N
o.
Nama Zat Jumlah Kegunaan
1. Natrium Diclofenac 1% b/b Bahan aktif
2. Propilenglikol 10% b/bPelarut pengawet dan
penetran enhencer
3. Methyl paraben0.18 %
b/bPengawet
4. Propylparaben0.02%
b/bPengawet
5.Gelling agent
(CMC-Na)3.5% b/b Gelling agent
6. TEA qs b/b Pendapar
7. Ethanol qs b/b Pelarut bahan aktif
8. Aquadest Ad 100% Pelarut
Menurut hasil evaluasi, sediaan gel natrium diklofenak baik dan stabil.
Secara organoleptika, sediaan berwarna putih jernih, tidak berbau dan tidak
berbau tengik, namun memiliki konsistensi massa gel yang sedikit kental. Dalam
sediaan tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme. Kemudian ketika diuji
pH ternyata sediaan masih menunjukan nilai pH yang sama dengan sebelumnya
yaitu dengan nilai pH 7. Pada uji volum terpindahkan sediaan memiliki rata-rata
volum dalam tiga kali replikasi yaitu 9.904 gram, hasil ini menunjukan bahwa
sediaan gel natrium diklofenak ini masih memenuhi syarat uji volum
terpindahkan yang tertera pada farmakope edisi IV yaitu volume rata-rata tidak
lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari
90% dan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Selanjutnya, ketika dilakukan
uji homogenitas dengan cara dioleskan tipis pada kaca arloji ternyata partikel
sediaan terdispersi secara homogen.
41
XI. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional, edisi II.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.
London : Pharmaceutical Press.
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Langley, Chris & D.Belcher. 2008. Pharmaceutical Compounding and Dispensing.
London : Pharmaceutical Press
Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutic The Science of Dosage from Design. Elsevier Ltd.
The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 1994. The
Pharmaceutical Codex, 12th ed., Principles and Practice of Pharmaceutics.
London: The Pharmaceutical Press.
Avis, Lieberman, Lachman, 1993. Pharmaceutical Dosage Forms, Parenteral
Medication, Vol. II, 2nd Ed.
Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja.2008.Obat-Obat Penting. Ed. ke 6.
Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat.
Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press)
Sweetman, C Sean.2009.Martindale The Complete Drug The Complete Drug
Reference. Six-edition. London: Parmaceutical Press
The Department of Health.2009.British Pharmacopoeia.
London: The Stationery Office on behalf of the Medicines and Healthcare
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Goodman & Gilman. 2010. Manual Farmakologi dan Terapi.
Jakarta : EGC. hal 689
42
LAMPIRAN
Kemasan Sekunder
43
Etiket
44
Brosur
45
KOMPOSISIDiclofenac Sodium ………………………………….... 1%
FARMAKOLOGIDiclofenac merupakan derivat fenilasetat (1974) termasuk NSAID yang terkuat daya antiradangnya dengan efek samping yang kurang kuat dibandingkan obat yang lainnya (indometasin, piroxicam). Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri, juga pada migrain dan encok. Secara parenteral sangat efektif untuk menanggulangi nyeri kolik hebat (kandung kemih dan kandung empedu). Reasorpsinya dari usus cepat dan lengkap, tetapi BA-nya rata-rata 55% akibat FPE besar. Efek analgetisnya dimulai setelah satu jam, secara rektal dan intramuskular lebih cepat masing-masing setelah 30 dan 15 menit. penyerapan garam-K lebih pesat dari pada garam-Na. PP-nya diatas 99% plasma, t½-nya kurang lebih satu jam. Ekskresi melalui kemih berangsung untuk 60% sebagai metabolit dan 20% dengan empedu dan tinja.Dalam klasifikasi selektivitasnya penghambatan COX, termasuk kelompok preferential COX-2 inhibitor. Adsorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. mengalami efek metabolisme lintas pertama (first pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh singkat yakni 1-3 jam, diclofenac diakumulasi dicairan sinovial yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut.
INDIKASINyeri sendi bagian atas (siku, pergelangan tangan, tangan)Nyeri akibat keseleoEpikonditisOsteoartitis Reumatoid artitis
CARA PAKAI4 kali sehari, dioleskan pada bagian yang sakit.
HINDARKAN DARI CAHAYA MATAHARI LANGSUNG. SIMPAN DALAM SUHU 25oCTUTUP KEMASAN RAPAT-RAPAT DAN JAUHKAN DARI JANGKAUAN ANAK-ANAK.
HANYA UNTUK PEMAKAIAN LUAR
No. Batch B05140507No. Reg. DTL 13B0177728A1Mfg Date 19 Mei 2014Exp Date 19 Mei 2017
PT. BOUMPOUKI FARMA Tbk. BANDUNG – INDONESIA