lapak komplekso

25
ANALISIS BAHAN BAKU KALSIUM GLUKONAT MENGGUNAKAN METODE NON INSTRUMEN I. Tujuan 1. Mengidentifikasi bahan baku kalsium glukonat secara kualitatif. 2. Menetukan kadar bahan baku kalsium glukonat dengan menggunakan metode titrasi kompleksometri. II. Prinsip 1. Pembentukkan kompleks khelat antara logam dan kompleksometri adalah reaksi pembentukkan ion (molekul) kompleks yang terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Pereaksi ini terjadi antara atom ion logam dengan kompleksan. III. Reaksi 1. Pembakuan EDTA dengan MgSO 4 Mg 2+ + HIn 2- ↔ MgIn - + H + Mg 2+ + H 2 Y ↔ MgY 2- + 2H + MgIn - + H 2 Y ↔ MgY 2- + HIn 2- + H + 2. Reaksi penentuan kadar Ca 2+

description

analisi kimia

Transcript of lapak komplekso

Page 1: lapak komplekso

ANALISIS BAHAN BAKU KALSIUM GLUKONAT

MENGGUNAKAN METODE NON INSTRUMEN

I. Tujuan

1. Mengidentifikasi bahan baku kalsium glukonat secara kualitatif.

2. Menetukan kadar bahan baku kalsium glukonat dengan menggunakan

metode titrasi kompleksometri.

II. Prinsip

1. Pembentukkan kompleks khelat antara logam dan kompleksometri

adalah reaksi pembentukkan ion (molekul) kompleks yang terdiri dari

satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom

(ion) pusat itu. Pereaksi ini terjadi antara atom ion logam dengan

kompleksan.

III. Reaksi

1. Pembakuan EDTA dengan MgSO4

Mg2+ + HIn2- ↔ MgIn- + H+

Mg2+ + H2Y ↔ MgY2- + 2H+

MgIn- + H2Y ↔ MgY2- + HIn2- + H+

2. Reaksi penentuan kadar Ca2+

Ca2+ + HgIn- ↔ CaIn2- + 4H+

Ca2+ + H2Y2- ↔ CaY2- + 2H+

CaIn2- + H2Y2- ↔ CaY2- + H4In

(Underwood, 2001).

Page 2: lapak komplekso

IV. Teori Dasar

Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titrant dan titrat saling

mengkompleks, jadi membentuk hasil berupa kompleks (Harjadi, 1993).

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat

saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi

pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan

penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu

pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-

tama akan diterapkan pada titrasi (Khopkar, 1990).

Kompleks-kompleks yang akan dibahas dibentuk oleh reaksi suatu

ion logam suatu kation, dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam

dalam kompleks itu disebut atom pusat, dan gugus yang terikat pada atom

pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan yang dibentuk oleh atom pusat

disebut bilangan koordinasi logam itu (Underwood, 1989).

Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion

bermuatan, dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut, sampai

terbentuk kompleks MLn. n adalah bilangan koordinasi dari ion logam, dan

menyatakan jumlah maksimum ligan monodentat yang dapat terikat

padanya. Ligan dapat dengan baik diklasifikasikan asat dasar banyaknya

titik lekat kepada ion logam. Begitulah, ligan-ligan sederhana seperti ion-ion

halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan

itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu

pasangan-pasangan electron menyendiri kepada logam (Underwood, 1989).

Bila molekul atau ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-

masing mempunyai pasangan satu pasangan elektron menyendiri,maka

molekul itu mempunyai dua atom penyumbanga, dan memungkinkan untuk

membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan

seperti ini disebut ligan bidentat. Ligan multidentat mengandung lebih dari

dua atom koordinasi per molekul. Sebelum ini, telah kita anggap bahwa

sepsis-spesisi yang kompleks itu tidak mengandung lebih dari stu ion logam,

Page 3: lapak komplekso

tetapi pada kondisi-kondisi yang sesuai, suatu kompleks binuklir, yaitu

kompleks yang mengandung dua ion logam, atau bahkan satu komplek

polinuklir yang mengandung lebih dari dua ion logam, dapat terbentuk

(Basset, 1994).

Diantara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai

mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat adalah:

a. Kekuatan basa dri ligan itu

b. Sifat-sifat penyepitan

c. Efek-efek sterik (ruang) (Ahmad, 2010).

EDTA ialah suatu ligan yang heksadentat (mempunyai enam buah

atom donor pasagan electron), yaitu melalui kedua atom N dan keempat

atom O (dari OH). Dalam pembentukan kelat, keenam donor (tetapi kadang-

kadang hanya lima) bersama-sama mengikat satu atom satu ion inti dengan

membentuk lima lingkaran kelat. Molekul EDTA dilipat mengelilingi ion

logam itu sedemikian rupa sehingga keenam atom donor terletak pada

puncak-puncak sebuah oktaeder (bidang delapan) dan inti terdapat di pusat

oktaeder (Harjadi, 1993).

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap

dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang

tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial

EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan

spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam

larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah

semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).

Macam-macam titrasi yang sering digunakan dalam

kompleksometri,antara lain :

a. Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang

tidak mengendap pada pHtitrasi, reaksi pembentukan kompleksnya

berjalan cepat. Contoh penentuannya ialah untuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.

Page 4: lapak komplekso

b. Titrasi kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam yang

mengendap pada pH titrasi,reaksi pembentukan kompleksnya berjalan

lambat. Contoh penentuannyaialah untuk penentuan ion Ni.3.

c. Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan

untuk ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator

logam yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada

kompleks ion-ion logam lainnya, contoh penentuannya ialah untuk ion-

ion Ca dan Mg (Bassett, 1994).

V. Alat dan Bahan

A. Alat

1. Beaker glass

2. Buret

3. Corong

4. Erlenmeyer

5. Kertas perkamen

6. Klem

7. Mortir

8. Pipet tetes

9. Pipet volume

10. Spatel

11. Stemper

12. Tabung reaksi

B. Bahan

1. AgNO3

2. Aquadest

3. CH3COOH

4. EBT

5. EDTA

6. HCl

Page 5: lapak komplekso

7. NH4

8. NH4Cl

9. NH4OH

10. MgSO4

VI. Prosedur

1. Pembuatan reagen

a. AgNO3 4%

0,4 gram AgNO3 ditimbang lalu ditambahkan aquadest hingga 10 ml.

b. Amonium Oksalat 2,5%

0,25 gram NH4 Oksalat ditimbang kemudian ditambahkan aquadest 10

ml lalu dipanaskan pada suhu 70-80ᴼ C selama 15 menit.

c. HCl 2 N

0,5 ml HCl 12 N ditambahkan aquadest hingga 6 ml.

d. EDTA 0,05 M

18,612 gram EDTA ditimbang lalu ditambahkan aquadest 1 L.

e. Buffer salmiak pH 10

0,675 gram NH4Cl ditimbang lalu ditambahkan 6,5 ml NH4OH 25%

kemudian ditambahkan aquadest hingga 1 L.

f. MgSO4

0,1232 gram MgSO4 ditimbang lalu ditambahkan aquadesr 10 ml.

2. Kulaitatif

a. 2 ml AgNO3 4% ditambahkan amonia tetes demi tetes hingga

endapan coklat pertama tepat larut kemudian ditambahkan sampel.

Didihkan kemudian diamati.

b. Sampel dilarutkan dalam aquades kemudian ditambahkan larutan

amonium oksalat 2,5% hingga terbentuk endapan putih. Endapan ini

kemudian ditambahkan beberapa tetes HCl dan diamati.

Page 6: lapak komplekso

c. Sampel dilarutkan dalam akuades kemudian ditambahkan larutan

amonium oksalat 2,5% hingga terbentuk endapan putih. Endapan ini

kemudian ditambahkan beberapa tetes asam asetat 3% dan diamati.

d. Zat uji dipanaskan dan dipijarkan dalam cawan kemudian diamati.

3. Kuantitatif

a. Pembakuan Na-EDTA

Larutan baku CaCl2 0,01 M sebanyak 25 ml ditambahkan 3 ml arutan

buffer salmiak pH 10 kemudian ditambahkan 5 tetes indikator EBT ke

dalam erlenmayer dan dihomogenkan dengan larutan. Setelah itu

larutan dititrasi dengan Na-EDTA dari warna merah anggur (ungu)

menjadi warna biru

b. Penetapan Kadar Kalsium Glukonat

Sebanyak 100 mg sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam

erlenmayer. Kemudain ditambahkan buffer salmiak pH 10. Kemudian

ditambahkan indikator EBT dan MgSO4. Setelah itu dilakukan titrasi

dengan Na-EDTA. Larutan dititrasi dari warna merah anggur (ungu)

hingga menjadi warna biru.

VII. Data Pengamatan

1. Uji kualitatif

a. Organoleptis

Warna : putih

Bau : tidak berbau

Rasa : tidak berasa

Bentuk : hablur

Page 7: lapak komplekso

Gambar 1. Organoleptis kalsium glukonat

b. Uji cermin perak

Gambar 2. Uji cermin perak

c. Uji

kelarutan

dengan

HCl

Gambar 3. Uji kelarutan dengan HCl

Perlakuan Hasil

Sampel dilarutkan dalam aquadest Larutan keruh

Larutan + amonium oksalat Terbentuk endapan putih

Larutan ditambah HCl Larutan bening dan endapan larut

d. Uji kelarutan dengan asam asetat

Perlakuan Hasil

2 ml AgNO3 4% + amonia Endapan coklat larut

Larutan + sampel Larut

Larutan dididihkan Cermin perak

Page 8: lapak komplekso

Gambar 4. Uji kelarutan dengan asam asetat

Perlakuan Hasil

Sampel dilarutkan dalam aquadest Larutan keruh

Larutan + amonium oksalat Terbentuk endapan putih

Larutan ditambah asam asetat Endapan tidak larut

e. Uji pengarangan dan pemijaran

a. Warna mula-mula : putih

b. Warna saat meleleh : abu-abu

c. Warna sisa pijar : kuning agak jingga

d. Bau yang muncul : bau karamel

e. Saat dipanaskan : menggelembung seperti sarang tawon

Gambar 5. Uji pengarangan dan pemijaran

2. Kuantitatif

a. Pembakuan Na-EDTA

1. V awal = 24,7 ml

V akhir = 19,6 ml

V titrasi = 5,1 ml

2. V awal = 19,6 ml

V akhir = 15,1 ml

V titasi = 4,5 ml

Page 9: lapak komplekso

b. Perhitungan pembakuan Na-EDTA

1. M1 V1 = M2 V2

0,01 x 25 = M2 x 5,1

M2 = 0,049 M

2. M1 V1 = M2 V2

0,01 x 25 = M2 x 4,5

M2 = 0,055 M

M rata-rata = 0,049+0,055

2=0,052 M

Gambar 6. Pembakuan EDTA

c. Penetuan kadar kalsium glukonat

1. massa sampel = 100 mg

V titran = 3,1 ml

2. massa sampel = 100,1 mg

V titran = 6,2 ml

V titra rata-rata = 3,1+6,2

2=4,65 ml

% Ca Glukonat = (V . M EDTA ) x BM Ca glukonat

mg sampelx100 %

= (4,65 x0,05 ) x 448,4

100x100 %=104,2 %

Page 10: lapak komplekso

Gambar 7. Penetuan kadar kalsium glukonat

VIII. Pembahasan

Praktikum kali ini yaitu berjudul Analisis Bahan Baku Menggunakan

Metode Non-Instrumen. Bahan baku yang kami gunakan adalah Kalsium

Glukonat yang memiliki rumus kimia C12H22CaO14. H2O dan bobot molekul

448,40. Kalsium glukonat ini biasa digunakan sebagai zat tambahan dalam

beberapa sediaan contohnya pada pasta gigi.

Dalam melakukan analisis kalsium glukonat dengan menggunakan

metode non instrumen dapat digunakan beberapa cara, yaitu secara kualitatif

dan kuantitatif. Untuk metode kualitatif dapat digunakan uji organoleptis,

uji cermin perak, dan uji kelarutan. Sedangkan untuk metode kuantitatif

dapat digunakan metode titrasi. Metode titrasi yang digunakan untuk

kalsium glukonat dalam praktikum kali ini adalah dengan cara Titrasi

Kompleksometri karena kalsium glukonat merupakan ion logam yang dapat

ditentukan kadarnya dengan titrasi menggunakan suatu pereaksi (sebagai

titran) yang dapat membentuk kompleks dengan logam tersebut.

Titrasi kompleksometri adalah adalah penetapan kadar zat

berdasarkan atas pembentukkan senyawa kompleks yang larut, yang berasal

dari reaksi antara ion logam / kation (komponen zat uji) dengan zat

pembentuk kompleks sebagai ligan (pentiter).

Salah satu senyawa komplek yang biasa digunakan sebagai penitrasi

dan larutan standar adalah ethylene diamine tetra acetic acid. Asam

Page 11: lapak komplekso

etilendiamintetraasetat (EDTA) termasuk ligan Polidentat, Ligan yang

mempunyai banyak gugus donor pasangan elektron.

Struktur EDTA

Hal pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah

menganalisis sampel secara kualitatif. Uji pertama yang dilakukan adalah uji

organoleptis. Yang harus diperhatikan dalam uji organoleptis ini adalah

bentuk, warna, bau,dan rasa. Sampel kalsium glukonat yang kami dapat

berbentuk hablur, berwana putih, tidak berasa dan tidak berbau. Hasil

organoleptis ini sesuai dengan Farmakope Indonesia.

Uji kulatitatif selanjutnya yang dilakukan adalah uji cermin perak

dengan cara memasukkan 2 ml AgNO3 ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan amonia tetes demi tetes hingga endapan pertama yang

terbentuk larut. Kemudian ditambahkan kalsium glukonat ke dalamnya dan

didihkan. Pada saat AgNO3 ditambahkan amonia terbentu endapan berwarna

coklat karena AgNO3 merupakan kation yang dapat membentuk endapan

dengan sedikit amonia dalam suasana netral namun endapan tersebut

menjadi larut apabila amonianya berlebih. Setelah itu dimasukan sampel

kalsium glukonat dan dididihkan terbentuk cermin perak, hal ini disebabkan

karena pereaksi tersebut  yang mengandung perak nitrat bereaksi positif

dengan glukosa dan setelah dipanaskan glukosa akan mereduksi

Ag+  menjadi Ag dan menghasilkan endapan yang menempel pada dinding

tabung, yaitu endapan cermin perak. Kalsium glukonat merupakan kalsium

organik yang termasuk kalsium glukosa. Oleh sebab itu kalsium glukonat

dapat menghasilkan cermin perak ketika direaksikan dengan AgNO3.

Page 12: lapak komplekso

Uji kualitatif yang selanjutnya dilakukan adalah uji kelarutan dengan

cara memasuki sampel kalsium glukonat ke dalam tabung reaksi kemudian

dilarutkan dengan aquadest lalu ditambahkan amonium oksalat 2,5% maka

akan terbentuk endapan berwana putih. Karena kalsium yang direaksikan

dengan amonium oksalat akan membentuk suatu endapan yang berwarna

putih. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan HCl ke dalam tabung

reaksi. Hasil yang didapat dari penambahan HCl ini adalah larutnya endapan

hingga larutan berwana bening kembali.

Uji kualitatif yang selanjutnya dilakukan adalah melarutkan sampel

kalsium glukonat dengan aquadest yang kemudian ditambahkan dengan

amonium oksalat 2,5% hingga terbentuk endapan putih yang sama seperti

uji yang sebelumnya. Kemudian ditambahkan beberapa tetes asam asetat

3%. Pada saat penambahan asam asetat 3% ini tidak terjadi perubahan

apapun sehingga endapan yang terjadi tetap mengendap dan tidak terlarut

seperti saat penambahan HCl.

Uji kualitatif yang terakhir dilakukan adalah uji pengarangan dan uji

pemijaran. Dalam uji ini, sampel kalsium glukonat langsung dibakar oleh

api. Warna kalsium glukonat yang semula berwarna putih berubah menjadi

warna abu-abu saat meleleh, sedangkan sisa pijar berwarna kuning agak

jingga karena zat yang mengandung logam jika dipijarkan akan

meninggalkan sisa dengan memberikan warna yang bermacam-macam

untuk tiap kation. Bau yang ditimbulkan yaitu berbau karamel karena

kalsium glukonat merupakan kalsium glukosa yang bersifat seperti gula

yaitu akan berbau karamel ketika dibakar. Selain perubahan warna dan bau,

kalsium glukonat juga berubah bentuknya ketika dibakar yaitu menjadi

menggelembung seperti sarang tawon. Sarang tawon ini merupakan

pengujian spesifik untuk kalsium glukonat.

Setelah uji kulitatif dilakukan prosedur selanjutnya yang dikerjakan

adalah uji kuantitatif. Uji kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui kadar

kalsium glukonat yang terkandung di dalam sampel.metode yang digunakan

pada saat uji kuantitatif adalah metode titrasi kompleksometri. Titrasi

Page 13: lapak komplekso

kompleksometri adalah adalah penetapan kadar zat berdasarkan atas

pembentukkan senyawa kompleks yang larut, yang berasal dari reaksi antara

ion logam / kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks

sebagai ligan (pentiter). Zat pengkompleks yang digunakan dalam

praktikum ini adalah EDTA yang berperan sebagai pentiter.

Metode kompleksometri yang digunakan untuk kalsium glukonat

adalah metode titrasi substitusi. Titrasi ini digunakan untuk ion-ion logam

yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam yang membentuk

kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam

lainnya, contoh penentuannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.

Hal pertama yang harus dilakukan sebelum memulai titrasi penetuan

kadar adalah terlebih dahulu melakukan pembakuan EDTA dengan larutan

baku CaCl2 0,01 M. Sebanyak 25 ml larutan baku CaCl2 dipipet dan

dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian ditambahkan 3 ml larutan

buffer salmiak pH 10. Penambahan larutan buffer pH 10 dimaksudkan

karena indicator EBT optimal pada pH 5-11 maka dari itu pH larutan harus

dijaga selama titrasi maka dari itu perlu ditambah larutan buffer. Setelah itu

ditambahkan indikator EBT ± 5 tetes ke dalam erlenmeyer kemudian

dihomogenkan maka larutan tersebut akan berubah warna menjadi warna

merah anggur/ungu. Kemudian larutan ini dititrasi dengan larutan EDTA

hingga larutan berubah warna menjadi warna biru. Titrasi ini dilakukan

duplo atau dua kali untuk menghindari adanya kesalahan pada saat titrasi.

Pada titrasi pembakuan yang pertama, dibutuhkan sebanyak 5,1 ml larutan

EDTA untuk merubah warna larutan yang semula berwarna merah anggur

menjadi biru. Sedangkan pada titrasi yang kedua dibutuhkan sebanyak 4,5

ml larutan EDTA. Setelah melakukan titrasi kemudian dilakukan

perhitungan untuk mengetahui molaritas dari larutan EDTA dengan rumus

M1.V1 = M2.V2. dari nilai perhitungan didapati molaritas rata-rata dari

larutan EDTA adalah 0,052 M.

Setelah diketahui nilai molaritas dari larutan EDTA, prosedur

selanjutnya yang dikerjakan adalah penentuan kadar dari kalsium glukonat.

Page 14: lapak komplekso

Sebanyak 100 mg kalsium glukonat ditimbang dan dimasukkan ke dalam

labu erlemeyer. Kemudian ditambahkan 5 ml MgSO4 yang dilarutkan dalam

aquadest dan 10 ml buffer salmiak pH 10. Kemudian indikator EBT

ditambahkan ke dalamnya dan larutan dititrasi dengan larutan EDTA.

Penambahan larutan buffer pH 10 dimaksudkan karena di dalam air

sering dijumpai pengotor sedikit oleh ion besi dan logam lain, serta buffer

pH 10 dapat menyingkirkan besi sebagai endapan jika jumlahnya kecil.

Kemudian titrasi ini menggunakan indikator EBT karena EBT optimal pada

pH 5-11 dan apabila EBT ditambahkan pada larutan yang mengandung ion

kalsium dan magnesium akan mengubah warna larutan dari merah anggur

menjadi biru laut yang digunakan sebagai titik akhir titrasi. Kemudian pH

larutan juga harus dijaga selama titrasi maka dari itu perlu ditambah larutan

buffer.

Dalam titrasi kompleksometri ini, indikator memiliki syarat yaitu

indikator tidak boleh memiliki ikatan yang lebih kuat dibandingkan dengan

logam sampel. Oleh sebab itu ditambahkan Mg ke dalam larutan karena

ikatan Mg dengan indikator lebih kuat dibandingkan ikatan Ca dengan

indikator sehingga pada saat penambahan indikator, indikator akan langsung

berikatan dengan Ca. Apabila Mg tidak ditambahkan terlebih dahulu maka

Ca akan langsung beriktan dengan indikator sehingga sulit menetukan titir

akhir titrasinya. Selain itu fungsi lain dari penambahan Mg adalah

mempertegas perubahan warna.Sedangkan pada saat penambahan larutan

EDTA tetes demi tetes, EDTA akan cenderung berikatan dengan Ca, karena

ikatan EDTA dengan Ca lebih kuat dibandingkan ikatan antara Mg dengan

EDTA.

Jadi, secara singkat tahapan yang terjadi pada saat titrasi

kompleksometri adalah :

1. Awal titrasi

Mg akan berikatan dengan indikator sehingga larutan berubah warna

menjadi warna merah anggur atau ungu, sedangakan Ca masih bebas

tidak terikat dengan apapun.

Page 15: lapak komplekso

2. Tengah titrasi

Pada saat penambahan EDTA ke dalam erlenmeyer, EDTA akan

berikatan dengan Ca, sedangkan Mg masih berikatan dengan indikator

sehingga warna yang terbentuk masih merah anggur atau ungu.

3. Akhir titrasi

Pada saat akhir titrasi, Ca akan habis karena berikatan kompleks dengan

EDTA sehingga kelebihan 1 tetes EDTA akan berikatan dengan ion Mg

sehinnga ikatan antara indikator dengan Mg akan terlepas dan indikator

menjadi bebas sehingga larutan berwana biru karena ketika indikator

EBT tidak berikatan atau dalam keadaan bebas akan berwarna biru.

Dari hasil titrasi ini didapati hasil pada titrasi pertama dibutuhkan 3,1

ml larutan EDTA untuk merubah warna larutan dari merah anggur menjadi

biru. Sedangkan pada titrasi kedua dibutuhkan 6,2 ml larutan EDTA.

Kemudian hasil titrasi ini dimasukkan ke dalam rumus

% kalsium glukonat=(V . M ) EDTA x BM kalsium glukonat

mg Kalsium glukonatx100 % dan

didapati hasil bahwa kadar rata-rata dari sampel kalsium glukonat adalah

104,2%. Hasil ini tidak sesuai dengan kadar kalsium glukonat yang terdapat

di Farmakope Indonesia. Kadar kalsium glukonat yang ditetapkan dalam

farmakope adalah tidak kurang dari 98, 0% dan tidak lebih dar 103, 0%.

Berbedanya kadar yang didapat dengan kadar yang telah ditetapkan oleh

Farmakope Indonesia dapat disebabkan karena beberapa faktor diantanya

adanya pengotor di dalam sampel, adanya kesalahan dalam pembuatan

reagen, dan kurang teliti dalam melakukan titrasi sehingga tidak tercapainya

titik akhir titrasi dengan benar.

IX. Kesimpulan

Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan :

1. Kalsium glukonat dapat diidentifikasi secara kualitatif dengan cara uji

organoleptis, uji kelarutan dan pengendapan, uji cermin perak, serta uji

pengarangan dan uji pemijaran.

Page 16: lapak komplekso

2. Kalsium glukonat dapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan

netode titrasi kompleksometri dan diketahui bahwa kadar yang

terkandung dalam sampel kalsium glukonat adalah 104,2%.

Page 17: lapak komplekso

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2010. Laporan Praktikum Kompleksometri. Available online at :

http://fidz91.blogspot.com/2010/08/laporan-praktikum-

kompleksometri.html [diakses tanggal 29 Maret 2013]

Basset, J. Denney, R,C. Jeffery, G, H. Medham, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia

Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT. Gramedia

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia

Underwood, A, L. 1989. Analisis Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga