LAP.8.3

12
LAPORAN INDIVIDU BLOK VIII INFEKSI TROPIS SKENARIO 3 OLEH : KIRANA MUSTIKASARI GOOO7095 KELOMPOK 4 NAMA TUTOR : Martini., Dra., MSi FAKULTAS KEDOKTERAN

description

laporan

Transcript of LAP.8.3

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN INDIVIDU

BLOK VIII INFEKSI TROPISSKENARIO 3

OLEH :

KIRANA MUSTIKASARI

GOOO7095

KELOMPOK 4

NAMA TUTOR :Martini., Dra., MSiFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS

2008BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di Indonesia salah satu penyakit infeksi yang banyak ditemukan terutama di daerah pedesaan adalah penyakit kecacingan. Hal ini didukung oleh kebiasaan serta pola hidup yang jauh dari sehat sehingga penularanpun mudah terjadi. Mengingat infeksi akibat parasit yang berlangsung lama mengakibatkan penderita baru datang ke dokter bila sudah terasa tanda-tanda ataupun sudah mengalami komplikasi. Kejadian ini juga terjadi pada agen penyerang yang lain seperti bakteri maupun protozoa.

Pada kasus dalam skenario datang pria, petani, usia 43 tahun dengan hasil anamnesis sakit perut , diare berlendir, kadang berdarah, kurang dari 1 bulan, cepat lelah, sering berkunang-kunang, dada berdebar, serta tubuh terasa gatal. Pemeriksaan fisik pecah-pecah ditepi mulut, dan konjungtiva pucat, nyeri tekan lepas daerah Mc Burney negative, takikardia, bising sistolih dan ronki basal paru. Pemeriksaan laboratorium diperoleh anemia berat , eosinofilia , pemeriksaan mikroskopis tinja didapat telur cacing, protozoa, dan bakteri.Rumah pasien berlantai tanah, sumber air minum berjarak 2 meter dari jamban terbuka serta tetangganya memiliki keluhan yang mrip berupa diare.

Hipotesis sementara untuk kasus skenario pasien yang datang terserang oleh berbagai organisme yang kemungkinan menimbulkan gejala klinis yang ada berdasarkan hasil temuan bakteri, cacing, maupun protozoa di dalam tinja. Dalam laporan ini akan dibahas lebih rinci kemungkinan mikroorganisme yang dapat menimbulkan gejala dan tanda klinsis berupa anemia, ronki basal paru serta diare berdarah sehingga mempermudah dalam menegakan diagnosis.B. RUMUSAN MASALAH

1. Mikroorganisme apa saja yang mungkin menimbulkan manifesti klinis seperti pada skenario?2. Bagaimana patofisiologi dari tanda klinis yang ada?

3. Bagaimana cara untuk menegakan diagnosis secara tepat?

4. Upaya pencegahan apa yang harus dilakukan oleh masyarakat untuk menurunkan angka kejadian infeksi yang ada?C. TUJUAN

1. Menetapkan diagnosis atau differensiasi diagnosis penyakit infeksi berdasarkan anmanesis, pemeriksaan fisik , dan pemeriksaan laboratorium

2. Melakukan pencegahan baik primer maupun sekunder penyakit infeksi dan komplikasinya terkait dengan faktor risiko yang dapat dirubah. D. MANFAAT

1. Sebagai sarana mahasiswa untuk mengetahui patogenesis, patofisiologis serta manifesti klinik yang khas dari penyakit infeksi dan mengetahui gejala dan tanda yang terjadi bersifat primer atau komplikasi.

2. Sebagai sarana masyarakat untuk menambah informasi tentang penyakit infeksi dan upaya pencegahannya.BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIAREB. ASKARIASIS

Askariasis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacng gelang. Agen infeksi adalah spesies Askaris lumbricoides . Asacaris lumbricoides memiliki ciri antara lain bentuk bulat besar, cacing dewasa bisa mencapai 20-40 cm.(ipd). Angka kejadian di Indonesia masih tinggi baik pada anak-anak maupun dewasa. Larva cacing masuk melalui makanan atau minuman yang tecermar lalu masuk lewat mulut, menuju usus halus, larva keluar lalu masuk ke pembuluh darah atau mengikuti aliran pembuluh limfe menuju paru-paru lalu ke faring. Larva yang ada akan menuju eosofagus yang pada akhirnya akan menuju usus halus kembali berubah menjadi cacing dewasa yang kira-kira proses ini terjadi selama 60-75 hari.

Saat migrasi larva Askaris lumbricoides ini akan merusak dinding atau kapiler alveolus paru-paru yang menyababkan pendarahan,penggumpalan sel leukosit dan eksudat yang menyebabkan konsilidasi paru. Konsilidasi ini berupa pneumonitis askaris, sesak nafas, panas, batuk, batuk darah. Ditemukanya cacing dewasa pada anak menyebabkan gangguan dalam penyerapan nutrisi sedang pada orang dewasa bisa menyebabkan obstruksi usus. Gejala alergik juga biasanya muncul berupa urtikaria, gatal-gatal. Komplikasi yang terjadi bisa menyebabkan penyebaran di otak, ginjal, mata , sumsum tulang, dan kulit. Gangguan usus ringan juga dapat terjadi sehingga menimbulkaan rasa mual, nafsu makan kurang, diare maupun konstipasi. Cacing dewasa bisa keluar melalui hidung atau mulut saat batuk yang merupakan migrasi dai paru-paru menuju eosofagus.

Dalam penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan ditemukannya telur dalam tinja, ataupun cacing askaris yang keluar bersama muntah atau tinja penderta ( anak).

C. HOOKWORM DISEASE

Hookworm disease atau penyakit cacing tambang merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing yang penularannya melalui perantara tanah. Spesies cacing tambang yang menyerang manusia adalah Nekator amerikanus dan Ancylostoma duodenale. Kedua jenis cacing ini tersebar di seluruh Indonesia terutama daerah perkebunan dan pertanian serta angkanya meningkat pada daerah pedesaan.

Daur hidup dimulai dari telur yang keluar bersamaan dnegan tinja manusia, lalu berkembang menjadi larva rabditiform lalu menjadi larva filariform. Bila terinjak manusia maka akan terbawa masuk melalui pori-pori ke aliran darah menuju jantung kanan, ke paru-paru lalu ke bronkus dan trakea. Kemudian cacing masuk ke saluran pencernaan dan keluar kembali melalui tinja. Faktor risiko tinggi ditemukan pada daerah pedesaan , profesi petani, ataupun penggunaan kotoran manusia sebagai pupuk. Patologi dan timbulnya gejala terjadi pada 2 stadium utama yaitu:

Stadium larva , yaitu saat larva menembus kulit sehingga terjadi perubahan kulit /ground itch seperi gatal-gatal atau pruritus . Stadium dewasa , gejala dan tanda yang timbul terganntung pada species, jumlah cacing, keadaan penderita ( Fe dan protein).Manifesiti klinis yang timbul berupa rasa tidak enak di perut, kembung, flatus, diare , batuk kadang berdarah.

Penegakan diagnosis dapat dilakukan dari specimen tinja dan darah. Dari tinja mungkin ditemukan telur atau bila sudah lama bisa ditemukan larva, Harada mori atau biakan tinja digunakan untuk membedakan spesiesnya. Dari specimen darah dapat ditemukan anemia dan eosinofilia. Sputum juga dapat digunakan, biasanya dapat ditemukan larva.

Pengobatan secara umum dapat dilakukan dengan perbaikan nutrisi yang banyak mengandung vitamin C dan Fe, pemberian suplemen besi ( sulfatferosus).Pengobatan spesisfik dilakuakan dengan pemberian obat cacing seperti pirantel pamoat, mebendazol, albendazol, tetraklorintilen, befanium atau hidroksinaftat

Kompilikasi yang dapat timbul antara lain dermatitis, anemia tipe hipokromik mikrositik yang dapat menyebabkan kadar Hb turun hingga 5 mg/dl, jantung yang bekerja keras , bising jantung. Tranfusi darah dilakukan bila Hb < 8 mg/dl , hal ini dilakukan untuk menolong jantung supaya tidak bekerja begitu keras.D. DISENTRI

Disentri merupakan infeksi akut kolon yang disebabkan oleh genus Shigella. Shigella memiliki 4 jenis spesies yang bersifat pathogen pada manusia antara lain Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Shigella bondii, Shigella sonner. Shigellae merupakan batang gram negative , non motil, memiliki struktur antigenic yang kompleks ( mikro)

Infeksi shigellae hamper terbatas pada saluran gastrointestinal dan jarang melakukan penyebaran secara hematogen. Perjalanannya shigella yang masuk secara oral melawati mulut dan menuju lambung. Di lambung bakteri ini dapat bertahan terhapap PH yang rendah sehingga melawiti barier lambung dan menuju usus dan akhirnya berada di sigmoid.(Alwi, 2006). Proses patologik terjadi akibat invasi sel epithelial mukosa yang diinduksi oleh sel fagositosis, lolos dari vacuola vagositik, pelipatgandaan dan pengembangan dalam sel epithelial sitoplasma, dan melintas ke sel yang berdekatan. Mikroabses di dinding terminal ileum dan intestine yang besar mengarah pada nekrosis dari membrane mucous, ulserasi superficial, pendarahan dan pembentukan pseudomembran di area ulserasi. Hal ini terdiri dari fibrin, leukosit, sel febris, embran mucous nekrotik, dan bacteria.(mikro)

Sigella mengeluarkan toksin baik endotoksin maupun ektotoksin. Endotoksin memungkinkan menyebabkna iritasis pada usus.Eksotosisn merupakan protein yang antikenik dan bersifat merungikan. Eksotosin khusus Shigella dysentriae tidak tahan panas dan memperngaruhi usus dan susunan saraf pusat .(mikro)

Masa inkubasi berlangsung pendek gejala awal yang muncul berupa sakit perut, demma, dan diare cair.Bila infeksi telah mencapai usus bagian bawah maka tinja semakn banyak dan cair serta mengandung lender maupun darah. Pada disentri yang lebih berat akibat Shigella dysentriae akan timbul tanda diare yang terus menerus, muntah-muntah suhu tubuh sub normal, dehidrasi, septicemia dan juga menyebabkan kematian.

Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan serangkaian uji laboratorium diantaranya pemeriksaan tinja, kultur maupun uji khusus. Dalam tinja dapat ditemukan sel-sel pus , laukosit, eritrosit, makrofag, maupun kuman penyebab.Sedangkan pada proses pengkluturan specimen ditanam diatas media diferensial dan diatas media selektif yang dapat menekan enterobakterial lain. ( mikro)

Komplikasi yang timbul antara lain gangguan sirkulasi perifer, anuria, koma uremik yang berakhir pada kematian, bakterinemia, Haemolitic Uremic Syndrome( HUS), hipoglikemi, hipotermia, Artritis , stenosis, obstruksi usus terkadang juga ada bisul hemoroid. ( mikro, ipd).Uji khusus yang dilakukan antara lain PCR untuk mnemukan toktsk dalam tinja, pengerokan sigmoid untuk digmoidoskop, dan pemeriksaan aglutinasi.

Penatalakasannan dari disentri dilakukan dengan istirahat, memperbaiki keadaan dehidrasi dengan memberi infuse atau minum, dietdengan memberikan makanan yang lunak, maupun pemberian pengobatan yang spesifik. Pada pengobatan bakteri ini sudah resisten terhadap beberapa jenis obat diantaranya sulfonamide, streptmisin, kloramfenicol, tetrasiklin, sulfametazol, sehingga yang sekarang diyakini efektif antara lain bberaja jenis fluroquinon dan asam nalidiksik. ( ipd).

Pencegahan dilakukan dengan menjaga lingkunagn yang bersih, mengunakan sumber air minum yang tidak terkontaminasi, serta menanamkan budaya cuci tangan.E. AMEBIASIS

Penyakit amebiasis disebabkan oleh protozoa yaitu Entamoba histolytica.Manusia merupakan hospes dari penyakit ini .BAB 3

PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan tinja yang mengandung baik bakteri, cacing, maupun protozoa. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan penyakit yang diderita pasien saat ini. Sesuai skenario pasien mengalami anemia yang ditunjukan dengan gejala dan tanda seperti mengeluh cepat lelah setelah aktivitas, sering berkunang kunang , pada pemeriksaan fisik ditemukan pcah-pecah di tepi mulut, konjungtiva pucat dalam pemeriksaan laboratorium menunjukan anemia berat. Penyebabnya bisa akibat cacing seperti cacing tambang ataupun cacing gelang, karena pasien memiliki factor predisposisi seperti rumah yang masih berlantaikan tanah serta pekerjaannya sebagai petani. Kemungkinan besar pasien sering kontak langsung dengan tanah, padahal penularan penyakit akibat cacing ini dapat terjadi melalui tanah yang terinjak lalu larva masuk menembus pori-pori kulit manusia.

Berdasarkan patogenesis yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya cacing dewasa yang menetap dalam usus menghisap darah untuk mendapatkan makanan. Akibat hal itu usus juga mengalami ulkus dan apabila parah bisa menyebabkan perforasi usus. Anemia yang terjadi mengakibatkan jaringan diseluruh tubuh kekurangan pasokan oksigen. Akibatnya jaringan yang tidak begitu esensial dan letaknya diujung tidak mengdapatkan oksigen yang maksimal pula, tanda klinis seperti konjungtiva yang pucat maupun cepat lelah sering timbul. Kopensasi tubuh adalah berupa pacuan jantung yang cepat sehingga memungkinkan terangkutnya darah lebih banyak ke seluruh tubuh akan tetapi bila ini terlalu berlebihan menyebabkan kerja jantung yang tidak seimbang seperti katup yang tertutup tidak sempurna , tanda bising jantungpun menjadi muncul.

Diare yang timbul disertai darah dan lendir kemungkinan termasuk diare type disentri. Lendir yang timbul akibat infeksi yang menyerang mukosa usus dan menyebabkan diproduksinya lendir secara berlebih sehingga ikut dalam tinja. Darah yang ditemukan di tinja berasal dari tukak di usus dengan tanda-tanda peradangan. Predisposisinya dari sumber air minum yang digunakan oleh pasien terhitung tidak higenis karena sumurnya dekat dengan jamban terbuka untuk BAB.

Diagnosis secara tepat dan spesifik dari mikroorganisme penyebab sangat penting, karena untuk menentukan antibiotik yang tepat dan mencegah terjadinya keresistenan. Diagnosis dapat diperoleh dari hasil pengkulturan tinja serta pemeriksaan darah.Terapi yang dilakuakan selain pemberian antibiotik juga memberikan suplemen Fe dan vitamin C untuk mengatasi anemia yang diderita. BAB 4

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit askariasis maupun cacing tambang dapat menimbulkan anemia akibat sifat parasitnya yang menyerap darah untuk memperoleh sumber makanan di dalam usus manusia. Keduanya juga transmisi penularannya melalui media tanah serta larvanya menembus kulit. Diare juga dapat timbul sebagai gejala klinis keduanya.sedang diare yang berlendir dan berdarah merupakan tanda rusaknya mukosa usus yang dapat disebabkan oleh bakteri maupun protozoa.B. SARANPada penanganan kasus dalam skenario juga perlu diberi pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan bak lingkungan maupun diri, karena bila hal tersebut tidak dilakukan sangat mudah sekali terjadi kekambuhan dan menyebar ke penduduk sekitarnya. Hal yang bisa dilakukan seperti sosialisasi kebiasaan cuci tangan, pentingnya mengguankan alas kaki serta menjaga kehigenisan dan kebersihan makanan serta minuman.