Lap Sedimen

31
I.DASAR TEORI Pengertian Sedimen Dan Sedimentasi Beberapa ahli mengidentifikasi sedimen dalam berbagai pengertian.Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen dalam pecahan batuan,mineral atau material organik yang di transportasikan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara,angin,es atau oleh air dan juga termasuk di dalamnya material yang diendapkan dan material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia. Sedangkan Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan- pecahan batuan yang bercampur hancuran cekungan dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang berbentuk lewat proses kimia. Pettiijohn (1975)mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan yang di akibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang di sebut dengan lingkungan pengendapan berupa

Transcript of Lap Sedimen

Page 1: Lap Sedimen

I.DASAR TEORI

Pengertian Sedimen Dan Sedimentasi

Beberapa ahli mengidentifikasi sedimen dalam berbagai

pengertian.Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen dalam

pecahan batuan,mineral atau material organik yang di

transportasikan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh

media udara,angin,es atau oleh air dan juga termasuk di

dalamnya material yang diendapkan dan material yang

melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia. Sedangkan

Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi

dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang

bercampur hancuran cekungan dan tulang dari organisme laut

serta beberapa partikel lain yang berbentuk lewat proses kimia.

Pettiijohn (1975)mendefinisikan sedimentasi sebagai proses

pembentukan sedimen atau batuan yang di akibatkan oleh

pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu

tempat yang di sebut dengan lingkungan pengendapan berupa

sungai, danau, pantai,delta estuaria laut dangkal sampai laut

dalam. Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasl dari

beberapa sumber yang menurut Reinick (dalam Kennt,1992)

dibedakan menjadi empat,

yaitu:

1. Lithogenuous sedimen, yaitu sedimen yang berasal dari

erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land.

Material ini dapat mengalir dari darah sungai melalui

proses mekanik,yaitu transpor oleh arus sungai dan atau

arus laut akan terendapkan jika energi transportnya telah

melemah.

Page 2: Lap Sedimen

2. Biogeneous sedimen, yaitu sedimen yang bersumber

dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan

rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang

mengalami dekomposisi.

3. Hidrogenous sedimen, yaitu sedimen yang terbentuk

karna adanya reaksi kimiadi daalam air laut dan

membentuk yang tidak terlarutdalam air laut sehingga

akan tenggelam ke dasar laut Sebagai contoh dari

sedimen ini adalah magnetit,phosporit dan glukonit.

Cosmogerous sedimen, yaitu sedimen yang berasal dari

berbagai sumber dan masuk ke laut melalui media

udara.Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar

angkasa,aktivitas gunung berpi atau partikel darat yang

terbawa oleh ngin.Material dari luar angkasa merupakan

sisa-sisa meteorik gang meledak di atmosfir dan jtuh d

laut.Sedimen yang berasal dari letusan gunung berapi

dapat berukuran halus berupa debu volkanin,atau berupa

fragmen-frakmen aglomerat.Sedangkn partikel darat

yang terbawa angin abanyak terjadi pada daerah kering

dimana proses eolian dominan.Namun demikian dapat

jujga terjadi pada daerah sub tropis saat musim kering

dan angin bertiup kuat.dalam hal ini namun sedimen

tidak dala jumlah yang dominan di banding sumber-

sumber lain.

Page 3: Lap Sedimen

Ukuran Butir Sedimen

Berbagai sifat fisik sedimen ditelaah sesuai dengan

tujuan dan kegunaanya,diantaranya adalah tekstur

sedimen yang meliputi ukuran butir (grain size),bentuk

butir (particle shape), dan hubungan antar butir

(fabrik),struktur sedimen , komposisi mineral, serta

kandungan biota. Dari berbagai sifat fisik tersebut

ukuran butir menjadi sangat penting karna umumnya

menjadi dasar dalam penamaan sedimen yang

bersangkutan serta membantu analisa proses

pengendapannya,karna ukuran butir berhubungan erat

dengan dinamika transportasi dan deposisi (krumbein &

Slss(1963)). Berkaitan dengan sedimentasi mekanik,

ukuran butir akan mencerminkan resistensi

butiransedimen terhadap proses pelapukan media dalam

proses transportasi dan deposisi(Friedman &

Sanders,1978).

Klasifikasi berdasarkan ukuran butir sedimen

dilakukan dengan membagi ukuran butir dala fraksi

ukuran butir yang umumnya mendasarkan pad klasifikasi

yang di buat oleh Wentworth dengan satuan dalam mm

atau klasifikasi yang di kembangkan oleh Krumbein

dengan satuan dalam phi.Hubungan antara diameter

butiran dalam mm dan dalam skalaphi ditunjukkan

dalam skala phi ditunjukkan oleh persamaan phi = -2 log

d,dimana d diameter butiran dalam mm. Diagram

klasifikasi tersebutseperti pada tabel 1.

Page 4: Lap Sedimen

Tabel 1.

Klasifikasi ukuran butir sedimen menurut Wentworth

Milimeter phi Nama klas ukuran butir

>256 < -8 Bongkah (boulder)

16 - 256 -4 - -8 Berangkal (coble)

4 - 16 -2 - -4 Kerakal (pebble)

2-4 -1- -2 Kerikil (granule)

1 – 2 0- -1 Pasir sangat kasar (very c.

dand)

½ - 1 1 – 0 Pasir kasar (Coarse sand)

¼ - ½ 2 – 1 Pasir sedang (medium

sand)

1/8 – ¼ 3 – 2 Pasir halus (fine sand)

1/16 – 1/8 4 – 3 Pasir sangat halus (very f.

sand)

1/32 – 1/16 5 – 4 Lanau kasar (coase silt)

1/64 – 1/32 6 – 5 lanau sedang (Medium

silt)

1/128 – 1/64 7 – 6 Lanau halus(fine silt)

1/256 – 1/128 8 – 7 Lanau sangat halus (v. f.

silt)

<1/256 > 8 Lempung (clay)

Page 5: Lap Sedimen

Transport Sedimen Pada Suangi

Petti john(1975),Selley (1998) dan richard (1992) menyatakan

bahwa transport sedimen dalam aliran air di bedakan menjadi

tiga jenis, yaitu:

1. Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut

secara menggeser atau mengalir di aliran.

2. Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-

loncatbertumpu pada dasar aliran.

3. Sedimen layang (suspendid load)yaitu material yang terbawa

arus dengan cara melayang-lyang.

Sedimen yang di angkut secara suspensi umumnya

mempunyai butir lempung sampai lanau,tetapi

kondisikecepatan aliran dan konsentrasi tinggi kadang-kadang

pasir juga dapat diangkut secara suspensi. Bila kecepatan

konsentrasi berkurang maka cra pengangkutan suspensi akan

merubah menjadi saltasi dan selnjutnya menjdi roling.

Sebaliknya bila kecepatan dan konsentrasi bertambah, maka

pengangkutan secara rolng akan berubah menjadi saltasi dan

selanjtnya berubah menjadi menjadi saltasi dan selanjutnya

kembali menjadi suspensi. Jika arus tidak lagi mampu

mengangkut, maka material akan di endapkan menjadi

sedimen.

Untuk menentukan besarnya material yang di angkut oleh

aliran singai maka harus dihitung transportasi yang dalam

bentuk material tersuspensi, maupun dalam bentuk muatan

dasar. Material dalam bentuk material tersuspensi dihitung

dengan mengukur jumpah muatan padatan tersuspensi dalam

tiap liter air,sehingga debit material tersuspensi akn tergantung

Page 6: Lap Sedimen

jumlh mpt tersebutdan debit sungainya sendiri. Sedangkan

material dalam bentuk muatan dasar dapat di tentukan dengan

berbagai pendekatan, seperti pendekatan Du Boy, Shield,

Kalinske, Meyer-Peter-Miler,Schoklistsch dan

sebagainya(Yang,1996). Dasar dari berbagai

pendekatantersebut adalah shear stress, kecepatan, dan debit

sungai.

Transpor Sedimen Sepanjang Pantai

Transport sedimen sepnjang pantai merupakan gerakan

sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan

arus yang dibangkitkan (komar,1983).Transport sedimen ini

terjadi di glombang pecah dan garis pntai sehingga

berpengaruh terhadap perubahan garis pantai akibat sedimen

yang di bawanya( Carter, 1993). Menurut Triatmodjo (1999)

transport sedimen sepanjang pntai terdiri dari dua komponen

utama, yaitu transport sedimen bentuk mata gergaji dan

transport sedimen sepanjang garis pantai.

Transpor sedimen banyak menimbulkan fenomena

perubahan dasar perairan seperti pendangkalan muara sungai,

erosi pantai, perubahan garis pantai dan sebagainya (Yuono,

1994). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan,

terutama pada daerah pelabuhan, sehingga prediksinya sangat

di perlukan dalam perencanaan ataupun penentuan metode

pendangkalan. Menurut Triatmojo (1999) beberapa cara yang

biasanya digunakan antara lain :

Page 7: Lap Sedimen

a. Melakukan pengukuran ddebit sedimen pada setiap titik yang

ditinjau, sehingga berantai akan dapat di ketahui transport

sedimen yang di ketahui.

b. Menggunakan peta atau foto udara atau pengukuran yang

menunjukkan perubahan elefasi dasar perairan tertentu.

c. Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan

sedimen pada daerah yang di tinjau.

Sedimentasi Pada Perairan Sungai

Muara sungai di bedakan tiga kelompok yang tergantung pada

fakto dominn yang mempengaruhinya, yaitu dominasi faktor

gelombang, debit sungai atau pasang surut. Pada hakekatnya

ketiga sungai tersebt akan bekerja secara stimulan, walaupun

salah satunya akan terlihat debit dominan. Pada daerah muara

gelombang lebih dominn berpengaruh, biasanya akan

mengakibatkan transpor sedimen sepanjang pantai yang biasanya

masuk ke alur sungai dan mengendap. Endapan di muara sungai

jug dapt di bawa oleh energi pasang surut, namun biasanya tidak

terlalu besar . Besarnya endapan tergantung dari besarnya

gelombang dan ketersediaan sedimen di pantai. Semakin besar

gelombang, maka akan semakin banyak sedimen yang di bawa

mengendap di muara. Jika debit sungai mempunuai energi yang

kecil mak tidakakan mampu mengelontor endapan yang

terjadi,sehingga muar sungai mengalami pendangkalan. jik

proses tersebut terjadi dalam kurun waktu yang lama,maka

muara sungai akan benar-benar tertutup.

Page 8: Lap Sedimen

Analisa Granulometri

Dalam pembahasan tentang tekstur sedimen, distribusi

analisa ukuran butir yang biasan ya di sebut anakisa granulometri

penting di lakukan guna mendapatkan fraksi butir sedimen.

Dalam analisa sedimen kering di ayak dengan saringan

mempunyai ukuran lubang dari yang besar hingga yang halus.

Berat sedimen yang tidak lolos setiap saringan merupakan berat

sedimen yang lebih besar dari ukuran lubang saring yang di

maksut.

Untuk menggambarkan distribusi ukuran butir sediman

pada suatu kawasan, biasanya di gunakan empat parameter

statistik yitu rata-rata (mean), pemilihan (sortasi), kepencengan

(skewness),dan kurtosis. Ukuran butir rata-rata mencerminkan

secara umum seberapa besar butiran dimaksud dan berkaitan erat

dengan dinamika transportasi dan deposisi, terutama terkit

dengan energi media yang bersankutan.

Pemilahan merupakan perubahan ukuran butir terhadap

ukuran butir rata-rata pendek, maka dikatakanmempunyai

pemilihan baik. Sebaliknya apabila mempunyai penyebaran

ukuran butir terhadap rata-rata ukuran butir panjangdisebut

mempunyai pemilihan jelek.Menurut Folk dalam Richard(1992)

kepencengan merupakan penyimpangan distribusi ukuran butir

terhadap distribusi normal. Distribusi normal adalh ukuran butir

dimana pada bagian tengah sample mempunyai jumlah butir

terbanyak, dan ukuran butir yang lebih kasar serta lebih halus

tersebar disisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama.

Kepencengan bernilai positif bila dalam distribusi butir

berlebihan partikel halus dan bernilai negatif jika berlebihan

butiran kasar. Kurtosis menggambarkan hubungan sortasi dan

Page 9: Lap Sedimen

tingkat dominasi ukuran butir rata-rata yng dapat dilihat dari

grafik. Kurva yang runcing disebut sebagai lepticutic

menunjukkan dominasi ukuran butir rata-rata besar, dan kurva

yang tumpul disebut platycurtic menunjukkan kurang

dominannya ukuran butir rata-rata (Folk, dalam Richard,1992).

Page 10: Lap Sedimen

II. METODA

Data Sedimen

Sedimen I

No No MeshDiameter (mm)Ukuran butir (mm)Berat tertampung (gr)% Berat % Kumulatif

1 * - >0.063 2.42 2.44 2.44%

2 10 2 >2 14.98 15.11 17.55

3 35 0.5 0.5-2 46.24 46.63 64.18%

4 50 0.3 0.3-0.5 13.85 13.97 78.15%

5 120 0.125 0.125-0.3 16.04 16.18 94.33%

6 230 0.063 <0,063 5.63 5.67 100%

99.16

Sedimen II

No No MeshDiameter (mm)Ukuran butir (mm)Berat tertampung (gr)% Berat % Kumulatif

1 * - >0.063 2.08 2.12 2.12%

2 10 2 >2 11.99 12.19 14.31%

3 35 0.5 0.5-2 48.39 49.21 63.52%

4 50 0.3 0.3-0.5 14.27 14.51 78.03%

5 120 0.125 0.125-0.3 16.09 16.36 94.40%

6 230 0.063 <0,063 5.52 5.61 100.00%

98.34

Cara Kerja

Page 11: Lap Sedimen

1. Sedimen di ambil dan di pisah menjadi empat bagian dangan alat

pembagi/sedimen split

2. Kemudian diambil sedimen yang bersebrangan, lalu ditimbang

sampai dengan 100 gram.

3. Setelah itu sedimen tersebut diayak dengan saringan bertingkat

selama kurang lebih 10 menit, dimana setiap saringan

mempunyai ukuran yang besar sampai yang halus.

4. Setelah terpisah menjadi beberapa bagian dari yang kasar sampai

yang halus, sedimen tersebut ditimbang lagi.

5. Lalu dicatat nomor mesh, diameter, ukuran butir dan berat

tertampung.

6. Dan dihitung % berat dan % komulatif dan dibuat kurva

komulatif.

7. Kemudian mencari mean, sortasi, skeiones dan kurtosis.

III. PEMBAHASAN

Page 12: Lap Sedimen

Perhitungan

Page 13: Lap Sedimen

Rumus :

Mean : Φ16 + Φ50 + Φ84

3

σ1 : Φ84 – Φ16 + Φ95 – Φ5

4 6,6

Sk : (Φ84+ Φ16 - 2Φ50 ) + (Φ95+ Φ5 - 2 Φ50)

2(Φ84 - Φ16) 2(Φ95 – Φ5)

K : (Φ95 – Φ5)

2,44(Φ75 – Φ25)

Sedimen I

Mean : 2 + 0.8 + 0.25 = 1.02

3

σ1 : 0.25 – 2 + 0,08 – 7 = - 1.485

4 6.6

Sk : ( 0.25 + 2 – 2(0.8) ) + ( 0.08 + 7 – 2 (0.8) )

2 (0.25 – 2 ) 2 ( 0.08 – 7 )

= - 0.58

K : ( 0.08 –7 ) = 1.77

2.44 ( 0.4 – 2 )

Page 14: Lap Sedimen

Sedimen II

Mean : 2 + 0.8 + 0.25 = 1.02

3

σ1 : 0.25 – 2 + 0.1 – 10 = - 1.935

4 6.6

Sk : ( 0.25 + 2 – 2(0.8) ) + ( 0.08 + 10 – 2 (0.8) )

2 (0.25 – 2 ) 2 ( 0.08 – 10 )

= - 0.613

K = ( 0.08 – 10 ) = 3.39

2,44 ( 0.3 – 1.5)

Kenampakan sedimen yang terjadi akibat berfariasinya

proses sedimentasi seperti ; aliran fluida, aliran graviti sedimen,

deformasi sedimen lunak, dan aktivitas geologi dapat terjadi pada

berbagai lingkungan pengendapan, baik darat, laut, maypun pada

ligkungan transisi. Adapun karakteristik media pengendap dan

kondisi geometri pada setiap lingkungan tersebut berbeda, maka

jenis-jenis sedimen yang diendapkan berbeda pula.

Dari hasil praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil dari

sedimen yang berupa ; diameter, ukuran butir, dan berat

tertampung, prosen berat, dan prosen komulatif.

1. Diameter

Page 15: Lap Sedimen

Diameter suatu sedimen dapat dibedakan dengan cara

mengayak atau dengan menggunakan saringan bertingkat,

dimana setiap saringan mempunyai ukuran lubang dari besar

hingga halus.

2. Ukuran Butir

Untuk memggambarkan distribusi ukuran butir sedimen,

digunakan empat parameter statistik yaitu ; rata-rata (Mean),

pemilahan (Sortasi), kepencengan (Skewness), dan kurtosis.

Untuk dapat menentukan nilai kategori dengan cara melihat

tabel dari beberapa nilai kategori di bawah ini :

1. Tabel nilai kategori Sortasi

Nilai Sortasi Kategori

< 0.35 Sangat Baik

0.35 – 0.50 Baik

0.50 – 0.71 Menengah Baik

0.71 – 1.00 Menengah

1.00 – 2.00 Jelek

2.00 – 4.00 Sangat Jelek

> 4.00 Ekstrem Jelek

2. Tabel nilai kategori Skewness

Nilai Skewness Kategori

> + 0.30 Menceng sangat halus

+ 0.30 - + 0.10 Menceng halus

+ 0.10 - - 0.10 Simetri

- 0.10 - -0.30 Menceng kasar

Page 16: Lap Sedimen

< -0.30 Menceng sangat kasar

Pada hasil praktikum didapat :

Sedimen I

Mean = 1.02

Sortasi = - 1.485

Skewness = - 0.58

Kurtosis = 1,17

Dari hasil tersebut dapat ditetukan bahwa sortasi/pemilahan

dari sedimen mempunyai katagori sangat baik, kerena nilai

sortasinya < 0.35. Nilai dari skewness yang diperoleh adalah

– 0.58 dapat dikategorikan menceng sangat kasar karena

nilainya < - 0.30.

Klasifikasi ukuran butir yang diperoleh adalah :

i. > 0.063 nama klasifikasi ukuran butirnya adalah pasir

sangat halus (very fine sand)

ii. > 2 nama klasifikasi ukuran butirnya adalah kerikil

(granular)

iii. 0.5 – 2 nama klasifikasi ukuran butirnya adalah pasir kasar

(coarse sand)

iv. 0.3 – 0.5 nama klasifikasi ukuran butirnya adalah pasir

sedang (medium sand)

v. 0.125 –0.3 nama klasifikasi ukuran butirnya adalah pasir halus

(fine sand)

vi. < 0.063 nama klasifikasi ukuran butirnya adalah lanau

kasar (coarse slit)

Untuk dapat menentukan klasifikasi ukuran butir sedimen

dapat dilakukan dengan membagi ukuran butir dalam fraksi

ukuran butir yang umumnya mendasar pada klasifikasi yang

dibuat oleh Wentworth yang disebut juga degan nama skala

Wentworth.

Page 17: Lap Sedimen

Sedimen II

Mean = 1.02

Sortasi = - 1.935

Skewness = - 0.613

Kurtosis = 3.39

Nilai mean, sortasi, skewness, dan ukuran butir mempunyai

nilai kategori yang sama.

IV. KESIMPULAN

1. Dalam pembahasan tentang tekstur sedimen, distribusi analisa

ukuran butir yang biasan ya di sebut anakisa granulometri

penting di lakukan guna mendapatkan fraksi butir sedimen.

Dalam analisa sedimen kering di ayak dengan saringan

mempunyai ukuran lubang dari yang besar hingga yang halus.

Page 18: Lap Sedimen

Berat sedimen yang tidak lolos setiap saringan merupakan

berat sedimen yang lebih besar dari ukuran lubang saring yang

di maksut.

2. Untuk menggambarkan distribusi ukuran butir sediman pada

suatu kawasan, biasanya di gunakan empat parameter statistik

yitu Untuk menggambarkan distribusi ukuran butir sediman

pada suatu kawasan, biasanya di gunakan empat parameter

statistik yitu rata-rata (mean), pemilihan (sortasi), kepencengan

(skewness),dan kurtosis.

3. Cara pengukuran rata-rata (mean), pemilihan (sortasi),

kepencengan (skewness),dan kurtosis.Di gunakan rumus :

Mean : Φ16 + Φ50 + Φ84

3

σ1 : Φ84 – Φ16 + Φ95 – Φ5

4 6,6

Sk : (Φ84+ Φ16 - 2Φ50 ) + (Φ95+ Φ5 - 2 Φ50)

2(Φ84 - Φ16) 2(Φ95 – Φ5)

K : (Φ95 – Φ5)

2,44(Φ75 – Φ25)

4. Perhitungan tersebut di ambil dari kurva kumulatif, dan

kurva tersebut didapat dari hasil praktikum dengan parameter

no mesh, diameter ukuran butir (mm) dan % kumulatif.

Page 19: Lap Sedimen

V. DAFTAR PUSTAKA

Friedman, G.M. and Sanders, J.E., 1978.

Principle of sedimentary. John Welley and Sons. New

York.

Gross, G.M. 1990. Oceanography, Sixth Ed. Mc

Millan. New York.

Kusumadinata, R.P. 1980. Prinsip-prinsip

Sedimentasi. Deprtemen Teknik ITB. Bandung.

Sugeng Widada dan Warsito Atmojo.

1999.Influk sedimen dan Laju sedimentasi di muara

Page 20: Lap Sedimen

sungai Pengkol, Jepara. J. Ilmu Kelautan,

16(IV) :233-238.

Triatmojo, B., 1999. Teknik Pantai, Beta Offset,

Yogjakarta, 397 pp.

LAPORAN PRAKTIKUMOSEANOGRAFI GEOLOGI

Page 21: Lap Sedimen

DISUSUN OLEH :

THONAS INDRA MARYANTOK2E001395

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFIFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2003

Page 22: Lap Sedimen