Lap. Batu Sedimen

download Lap. Batu Sedimen

of 15

Transcript of Lap. Batu Sedimen

BAB III HASIL DESKRIPSI 3.1 Peraga Batuan 106 No. Urut :1 Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik Deskripsi Megaskopiso Warna o Struktur o Tekstur

: Coklat : Laminasi : Ukuran Butir : Pasir Halus (1/8 mm) Bentuk Butir : Well Rounded Kemas Sortasi : Tertutup : Baik

Deskripsi Komposisio Fragmen o Matriks o Semen

: Pasir Halus (1/8 mm) : Non Visible : Silika Batuan ini memiliki tekstur yang well rounded, energi transportnya

Petrogenesa yaitu transportasi besar. Energi pengendapan yang kecil dan memiliki jarak transport yang jauh. Batuan ini mengendap pada daerah hilir sungai. Gambar Batuan

Laminasi

Gambar 3.1 Batuan Peraga 106

Nama Batuan 3.2 Peraga Batuan 126 No. Urut :2

: Batu Pasir (Wentworth, 1922)

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik Deskripsi Megaskopiso Warna o Struktur o Tekstur

: Abu abu : Wavy Laminasi : Ukuran Butir : Pasir Sedang ( - mm) Bentuk Butir : Well Rounded Kemas Sortasi : Tertutup : Baik

Deskripsi Komposisio Fragmen o Matriks o Semen

: Pasir Sedang ( - mm) : Non Visible : Karbonat

Petrogenesa Batuan ini memiliki memiliki struktur laminasi terbentuk karena energi transportasi yang kecil dan jarak transportasi yang jauh. Sehingga diketahui lingkungan pengendapannya berada di daerah transisi. Gambar Batuan

Pasir sedang

Gambar 3.2 Batuan Peraga 126

Nama Batuan 3.3 Peraga Batuan 134 No. Urut :3

: Batu Pasir (Wentworth, 1922)

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik Deskripsi Megaskopiso Warna o Struktur o Tekstur

: Coklat : Non Structure : Ukuran Butir : Kerakal (4 64 mm) Bentuk Butir : Subangular Kemas Sortasi : Terbuka : Buruk

Deskripsi Komposisio Fragmen o Matriks o Semen

: Kerakal (4 64 mm) : Pasir Sangat Halus : Karbonatan

Petrogenesa Batuan ini memiliki tekstur yang Subangular, energi transportnya yaitu transportasi besar dan memiliki jarak transport yang dekat. Batuan ini mengendap pada daerah transisi. Gambar Batuan

Kerakal

Pasir Sangat Halus

Gambar 3.3 Batuan Peraga 134

Nama Batuan 3.4 Peraga Batuan 108 No. Urut :4

: Breksi (Wentworth, 1922)

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik Deskripsi Megaskopiso Warna o Struktur o Tekstur

: Putih : Non Structure : Ukuran Butir : Lanau (1/256 1/16 mm) Bentuk Butir : Well Rounded Kemas Sortasi : Tertutup : Baik

Deskripsi Komposisio Fragmen o Matriks o Semen

: Lanau (1/256 1/16 mm) : Non Visible : Karbonat

Petrogenesa Batuan ini memiliki tekstur yang well rounded, energi transportnya yaitu transportasi kecil dan memiliki jarak transport yang jauh. Berdasarkan tekstur dan struktur batuan ini mengendap pada daerah hilir sungai. Gambar Batuan

Lanau

Gambar 3.4 Batuan Peraga 108

Nama Batuan 3.5 Peraga Batuan 8 No. Urut :5

: Batu Lanau (Wentworth, 1922)

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik Deskripsi Megaskopiso o o

Warna Struktur Tekstur

: Abu abu : Non Structure : Ukuran Butir : Kerakal (4 64 mm) Bentuk Butir : Sub Rounded Kemas Sortasi : Terbuka : Buruk

Deskripsi Komposisio o o

Fragmen Matriks Semen

: Kerakal (4 64 mm) : Pasir Kasar (1/2 1 mm) : Silika

Petrogenesa Batuan ini memiliki tekstur yang subrounded, energi transportnya yaitu transportasi besar dan memiliki jarak transport yang dekat. Berdasarkan Tekstur dan strukturnya batuan ini mengendap pada daerah tengah sungai. Gambar Batuan

Kerakal

Pasir halus

Gambar 3.5 Batuan Peraga 8

Nama Batuan 3.6 Peraga Batuan 10 No. Urut :6

: Konglomerat (Wentworth, 1922)

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik Deskripsi Megaskopiso o o

Warna Struktur Tekstur

: Putih : Non Structure : Ukuran Butir : Bentuk Butir : Kemas Sortasi ::-

Deskripsi Komposisio

Gypsum (CaSO4 NH2O) Sedimen evaport, terbentuk pada proses sedimentasi kimia yaitu

Petrogenesa evaporasi. Sedimen ini terbentuk pada daerah dengan tingkat penguapan yang tinggi. Biasanya tempat terbentuknya adalah di dasar laut. Gambar Batuan

Gypsum

Gambar 3.6 Batuan Peraga 10

Nama Batuan 3.7 Peraga Batuan 111 No. Urut :7

: Gypsum (Wenworth, 1922)

Jenis Batuan : Batuan Sedimen non Klastik Deskripsi Megaskopiso o o

Warna Struktur Tekstur

: Merah : Non Structure : Ukuran Butir : Bentuk Butir : Kemas Sortasi ::-

Deskripsi Komposisi o Silika Petrogenesa Batuan ini memiliki kandungan semennya yang silikaan, umumnya batuan ini terbentuk oleh pengendapan organisme berukuran halus. Batuan ini mengalami pengendapan di lingkungan laut dalam yang berasal dari organisme. Gambar Batuan

Chert

Gambar 3.7 Batuan Peraga 111

Nama Batuan 3.8 Peraga Batuan 117 No. Urut :8

: Chert (Wenworth, 1922)

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik Deskripsi Megaskopiso o o

Warna Struktur Tekstur

: Coklat : Non Structure : Ukuran Butir : Lanau (1/256 1/16 mm) Bentuk Butir : Well Rounded Kemas Sortasi : Tertutup : Baik

Deskripsi Komposisio o o

Fragmen Matriks Semen

: Lanau (1/256 1/16 mm) : Non Visible : Karbonat

Petrogenesa Batuan ini memiliki tekstur yang well rounded, energi transportnya yaitu transportasi kecil dan memiliki jarak transport yang jauh. Batuan ini mengendap pada daerah hilir sungai. Gambar Batuan

Lanau

Gambar 3.8 Batuan Peraga 117

Nama Batuan

: Batu Lanau (Wentworth, 1922) BAB IV PEMBAHASAN

4.1

Nomor Peraga Batuan 106 Peraga Batuan Nomor 106 ini merupakan batuan sedimen klastik yaitu

terbentuknya dari pengendapan kembali denritus atau perencanaan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang mengalami diagenesa yaitu perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen selama dan sesudah litifikasi. Tersusun oleh klastika klastika yang terjadi karena proses pengendapan secara mekanis. Secara megaskopis batuan peraga 106 memiliki warna coklat dengan struktur laminasi, yaitu struktur batuan yang memiliki perlapisan dengan tebal kurang dari 1 cm. Laminasi batuan sedimen terbentuk karena adanya perubahan kondisi fisik, kimia, dan biologi. Tekstur pada batuan ini berdasarkan ukuran butir, yaitu pasir halus (1/8 mm). Bentuk butir well rounded yaitu tingkat kebundarannya membundar baik. Memiliki kemas tertutup yaitu butiran butirannya saling bersentuhan satu sama lain. Sortasi pada batuan ini baik yaitu bila besar butir merata dan sama besar. Tekstur ini diakibatkan karena batuan sedimen ini terbentuk karena energi transport yang kuat sehingga partikel fragmen tidak terendapkan bersama batuan tersebut. Batuan ini terbentuk karena jarak transport yang jauh. Dan terbentuk pada lingkungan pengendapan daerah hilir sungai. Berdasarkan komposisi fragmen batuan yang penyusun utama terdiri dari pasir halus (1/8 mm), matriksnya non visible yaitu tidak terlihat dengan mata, dan semen penyusunnya adalah silika. Berdasarkan struktur, tekstur, dan komposisi batuan ini maka di beri nama batuan batu pasir berdasarkan penamaan Wenworth, 1922. 4.2 Nomor Peraga Batuan 126

Batuan ini termasuk jenis batuan sedimen klastik yang terbentuk dari pengendapan kembali denritus atau perencanaan batuan asal, yang memiliki warna abu-abu, dengan struktur wavy lamination yaitu penjajaran yang bergelombang akibat dari gaya eksogen dan memiliki tekstur berupa ukuran butirnya, maka termasuk ukuran pasir sedang yaitu sekitar 1/4 1/2 mm (Wentworth, 1922) dan bentuk dari butirnya ini termasuk well rounded yang bentuk butirnya membundar dengan baik. Termasuk dalam kemas tertutup yaitu butiran saling bersentuhan satu sama lain dan sortasi yang baik yaitu bila butir merata atau sama besar. Jika dilihat dengan seksama, batuan memiliki komposisi fragmen pengisinya berupa pasir sedang yaitu sekitar 1/4 1/2 mm (Wentworth, 1922). Dengan matriks yang tidak terlihat jelas dengan mata langsung sehingga termasuk matriks yang non visible. Dan memiliki semen yang karbonatan karena ketika di uji dengan larutan HCl bereaksi dan mengeluarkan buih pada batuan tersebut, sehingga batuan tersebut termasuk batuan dengan semen karbonat. Selain itu, terlihat adanya urat kalsit yang terdapat pada batuan inin yang diketahui akibat proses pembentukannya yang didaerah transisi antara laut dangkal dan sungai. Sehingga material atau zat-zat dari laut dangkal tersebut seperti kalsit sempat ikut mengisi batuan tersebut. Secara petrogenesanya, batuan ini memiliki warna abu-abu dengan struktur wavy lamination dan teksturnya yang well rounded dengan sortasi baik. Memiliki energi transportasi yang kecil dan jarak transportasi yang jauh. Sehingga diketahui lingkungan pengendapannya berada di daerah transisi. Dilihat dari warna, struktur, tekstur dan komposisi yang mengisi batuan tersebut, maka dapat diketahui bahwa batuan ini memiliki nama Batupasir (Wentworth, 1922). 4.3 Nomor Peraga Batuan 134 Peraga Batuan Nomor 134 ini merupakan batuan sedimen klastik yaitu terbentuknya dari pengendapan kembali denritus atau perencanaan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang

mengalami diagenesa yaitu perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen selama dan sesudah litifikasi. Tersusun oleh klastika klastika yang terjadi karena proses pengendapan secara mekanis. Secara megaskopis batuan peraga 134 memiliki warna coklat dengan struktur non struktur, yaitu struktur batuan yang belum dapat di bedakan. Tekstur pada batuan ini berdasarkan ukuran butir, yaitu kerakal (4 64 mm). Bentuk butir sub angular yaitu tingkat kebundarannya menyudut tanggung pada sudut sudutnya. Memiliki kemas terbuka yaitu butiran butirannya tidak saling bersentuhan satu sama lain. Sortasi pada batuan ini buruk yaitu bila besar butir tidak merata dan tidak sama besar. Tekstur ini diakibatkan karena batuan sedimen ini terbentuk karena energi transport yang besar sehingga partikel fragmen tidak terendapkan bersama batuan tersebut. Batuan ini terbentuk karena jarak transport yang dekat. Dan terbentuk pada lingkungan pengendapan daerah transisi. Berdasarkan komposisi fragmen batuan yang penyusun utama terdiri dari kerakal (4 64 mm), matriksnya pasir sangat halus (1/16 1/8 mm), dan semen penyusunnya adalah karbonat, bila di teteskan HCL maka akan berbuih. Berdasarkan struktur, tekstur, dan komposisi batuan ini maka di beri nama batuan Breksi berdasarkan penamaan Wenworth, 1922. 4.4 Nomor Peraga Batuan 108 Peraga Batuan Nomor 108 ini merupakan batuan sedimen klastik yaitu terbentuknya dari pengendapan kembali denritus atau perencanaan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang mengalami diagenesa yaitu perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen selama dan sesudah litifikasi. Tersusun oleh klastika klastika yang terjadi karena proses pengendapan secara mekanis. Secara megaskopis batuan peraga 108 memiliki warna putih dengan

struktur Non Structure, yaitu struktur batuan yang belum dapat di bedakan. Tekstur pada batuan ini berdasarkan ukuran butir, yaitu Lanau (1/256 1/16 mm). Bentuk butir well rounded yaitu tingkat kebundarannya membundar baik.

Memiliki kemas tertutup yaitu butiran butirannya saling bersentuhan satu sama lain. Sortasi pada batuan ini baik yaitu bila besar butir merata dan sama besar. Tekstur ini diakibatkan karena batuan sedimen ini terbentuk karena energi transport yang kecil. Batuan ini terbentuk karena jarak transport yang jauh. Dan terbentuk pada lingkungan pengendapan daerah hilir sungai. Berdasarkan komposisi fragmen batuan yang penyusun utama terdiri dari Lanau (1/256 1/16 mm), matriksnya non visible yaitu tidak terlihat dengan mata, dan semen penyusunnya adalah karbonat. Berdasarkan struktur, tekstur, dan komposisi batuan ini maka di beri nama batuan Batulanau berdasarkan penamaan Wenworth, 1922. 4.5 Nomor Peraga Batuan 8 Peraga Batuan Nomor 8 ini merupakan batuan sedimen klastik yaitu terbentuknya dari pengendapan kembali denritus atau perencanaan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang mengalami diagenesa yaitu perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen selama dan sesudah litifikasi. Tersusun oleh klastika klastika yang terjadi karena proses pengendapan secara mekanis. Secara megaskopis batuan peraga 8 memiliki warna coklat dengan struktur non struktur, yaitu struktur batuan yang belum dapat di bedakan. Tekstur pada batuan ini berdasarkan ukuran butir, yaitu kerakal (4 64 mm). Bentuk butir sub angular yaitu tingkat kebundarannya membundar tanggung pada sudut sudutnya. Memiliki kemas terbuka yaitu butiran butirannya tidak saling bersentuhan satu sama lain. Sortasi pada batuan ini buruk yaitu bila besar butir tidak merata dan tidak sama besar. Tekstur ini diakibatkan karena batuan sedimen ini terbentuk karena energi transport yang besar sehingga partikel fragmen terendapkan bersama batuan tersebut. Batuan ini terbentuk karena jarak transport yang dekat. Dan terbentuk pada lingkungan pengendapan daerah tengah sungai. Berdasarkan komposisi fragmen batuan yang penyusun utama terdiri dari kerakal (4 64 mm), matriksnya pasir sangat kasar (1/2 1 mm), dan semen

penyusunnya adalah silika. Berdasarkan struktur, tekstur, dan komposisi batuan ini maka di beri nama batuan Konglomerat berdasarkan penamaan Wenworth, 1922. 4.6 Nomor Peraga Batuan 10 Peraga Batuan Nomor 10 ini merupakan batuan sedimen non klastik yaitu batuan sedimen yang pembentukannya berbeda dengan batuan sedimen pada umumnya. Pada batuan sedimen non klastik, pengendapannya melalui proses kimia-biologi-biokimia. Pada batuan ini juga tidak memerlukan adanya batuan sumber dan proses fisik yang bekerja pada batuan sumber tersebut. Secara megaskopis batuan peraga 10 memiliki warna putih dengan struktur non struktur, yaitu struktur batuan yang belum dapat di bedakan. Tekstur pada batuan sedimen tidak di jelaskan berdasarkan ukuran butir, bentuk butir, kemas, dan sortasi. Batuan ini termasuk dalam kelompok sedimen evaporit, yaitu batuan yang terbentuk oleh proses sedimentasi kimia yang disebut evaporasi. Sedimen semacam ini terbentuk pada daerah dengan tingkat penguapan yang tinggi yaitu pada air laut bagian dalam, danau, dan lain-lain. Berdasarkan komposisi fragmen batuan yang penyusun utama terdiri dari Gypsum (CaSO4 nH2O). Berdasarkan struktur, tekstur, dan komposisi batuan ini di beri nama batuan Gypsum. 4.7 Nomor Peraga Batuan 111 Peraga Batuan Nomor 111 ini merupakan batuan sedimen non klastik yaitu batuan sedimen yang pembentukannya berbeda dengan batuan sedimen pada umumnya. Pada batuan sedimen non klastik, pengendapannya melalui proses kimia-biologi-biokimia. Pada batuan ini juga tidak memerlukan adanya batuan sumber dan proses fisik yang bekerja pada batuan sumber tersebut. Secara megaskopis batuan peraga 111 memiliki warna merah dengan struktur non struktur, yaitu struktur batuan yang belum dapat di bedakan. Tekstur pada batuan sedimen tidak di jelaskan berdasarkan ukuran butir, bentuk butir, kemas, dan sortasi. Batuan ini termasuk dalam kelompok sedimen silika, yaitu

batuan sedimen yang umumnya terbentuk di laut dalam. Pembentukannya karena proses kimia, biokimia, biogenik (kumpulan organisme silikaan), maupun produk vulkanisme bawah laut atau presipitasi anorganik dari silika yang di hasilkan dari magma dalam air. Berdasarkan komposisi, strukturnya batuan ini termasuk dalam golongan Chert. Chert adalah sedimen silika dengan butir halus baik berasal dari material anorganik, biokimia, biogenik, vulkanik atau hidrotermal. 4.8 Nomor Peraga Batuan 117 Peraga Batuan Nomor 117 ini merupakan batuan sedimen klastik yaitu terbentuknya dari pengendapan kembali denritus atau perencanaan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang mengalami diagenesa yaitu perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen selama dan sesudah litifikasi. Tersusun oleh klastika klastika yang terjadi karena proses pengendapan secara mekanis. Secara megaskopis batuan peraga 117 memiliki warna putih dengan struktur Non Structure, yaitu struktur batuan yang belum dapat di bedakan. Tekstur pada batuan ini berdasarkan ukuran butir, yaitu Lanau (1/256 1/16 mm). Bentuk butir well rounded yaitu tingkat kebundarannya membundar baik. Memiliki kemas tertutup yaitu butiran butirannya saling bersentuhan satu sama lain. Sortasi pada batuan ini baik yaitu bila besar butir merata dan sama besar. Tekstur ini diakibatkan karena batuan sedimen ini terbentuk karena energi transport yang kecil. Batuan ini terbentuk karena jarak transport yang jauh. Dan terbentuk pada lingkungan pengendapan daerah hilir sungai. Berdasarkan komposisi fragmen batuan yang penyusun utama terdiri dari Lanau (1/256 1/16 mm), matriksnya non visible yaitu tidak terlihat dengan mata, dan semen penyusunnya adalah karbonat. Berdasarkan struktur, tekstur, dan komposisi batuan ini maka di beri nama batuan Batulanau berdasarkan penamaan Wenworth, 1922.