laporan sedimen
description
Transcript of laporan sedimen
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sedimentologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai sedimen, yaitu pembentukan
lapisan tanah karena pengendapan tanah yang berpindah dari tempat lain. Proses
pembentukannya berasal dari berbagai sumber diantaranya dari pelapukan material batuan di
daratan, sisa kehidupan organisme, luar angkasa, serta proses fisika, biologi, dan kimia lainnya.
Walaupun batuan sedimen hanya berjumlah 0,029% dari total volume bumi, namun
distribusinya di permukaan bumi amatlah luas, tidak hanya di daratan tetapi juga di lautan. Di
daerah berbatuan beku dan metamorf, sedimen dijumpai sebagai endapan sungai atau danau.
Batuan yang cenderung mengelompok berdasaekan proses dan lingkungan pengendapannya.
Sedimen yang ada di bumi ini dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran butirannya. Ada
beberapa macam skala besar butir yang sering dipergunakan dalam analisa besar butir, antara
lain:
1. Skala besar butir ”Udden dan Wentworth
2. Skala besar butir ”Attenberg”
3. Skala besar butir ”Enginering”
Dalam mempelajari dinamika-dinamika yang terjadinya di lautan khususnya mengenai
kondisi geologi laut. Maka ilmu yang mempelajari tentang sedimen mutlak dipelajari.
Penguasaan sedimentologi berguna untuk mengetahui dinamika-dinamika pengendapan yang
terjadi dalam kurun waktu ratusan hingga ribuan tahun di laut. Sehingga nantinya informasi yang
didapat dari pengkajian sedimentasi mengenai suatu daerah dapat dimanfaatkan untuk ekloprasi-
eksloprasi mineral di bawah dasar laut.
1
Pada tanggal 31 Mei – 1 Juni 2010 mahasiswa Ilmu Kelautan melakukan kunjungan
sekaligus praktikum lapangan di PPPGL Cirebon. Kunjungan sekaligus praktikum lapangan ini
diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa Ilmu Kelautan mengenai sedimentasi.
Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktikum lapangan ini adalah untuk mengenalkan
kepada mahasiswa mengenai teknik - teknik pengambilan sampel sedimen di dasar laut dan juga
cara menganalisis sampel sedimen tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan laporan kegiatan selama kunjungan sekaligus praktikum lapangan ini
adalah untuk menguraikan hasil kunjungan sekaligus praktikum lapangan di PPPGL Cirebon.
1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan dari penulisan laporan ini, maka diharapkan dari penulisan laporan ini
adalah dapat menambah wawasan penulis khususnya dan pembaca pada umumnya mengenai
teknik-teknik pengambilan sedimen, instrumen-instrumen yang digunakan dalam pengambilan
sampel sedimen, hingga identifikasi partikel-partikel sedimen.
2
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Sedimen dan Batuan Sedimen
Partikel sedimen adalah material yang berasal dari fragmentasi batuan yang bahan
utamanya merupakan hasil pelapukan dan pengikisan permukaan bumi. Kata sedimen berasal
dari bahasa latin “sedimentum” yang berarti endapan. Sedimentasi adalah suatu proses
pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan.
Secara umum, material sedimen dapat berupa:
1. Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada.
2. Material organik.
3. Hasil penguapan dan proses kimia.
Dalam kehidupan sehari-hari kata sedimen banyak sekali pengertiannya disini
diterangkan tentang beberapa pengertian sedimen dan sedimentasi. Dalam kaitannya dengan
sedimen dan sedimentasi bebrapa ahli mendefinisikan sedimen dalam beberapa pengertian.
Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang
ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh airdan
juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam air
atau dalam bentuk larutan kimia. Sedangkan Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai
akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran
cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses
kimia yang terjadi di laut.
Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebgai proses pembentukan sedimen atau
batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada
suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta,
estuaria, laut dangkal sampai laut dalam. Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal
3
dari beberapa sumber yang menurut Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat
yaitu :
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil
erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik,
yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi
tertrransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup
seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami
dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di
dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan
tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit,
phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogenous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan masuk ke
laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar
angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material
yang bersal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan
jatuh di laut. Sedimen yang bersal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus
berupa debu volkanin, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang
bersal dari partikel didarat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana
proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah subtropis saat
musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam
jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain.
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen.
Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman
laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam
laut. Setelah mencapai dasar lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika
hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi kembali
oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara
4
butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung
penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral.
2.2 Klasifikasi Sedimen
Sedimen dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok berdasarkan ketentuan
tertentu, di antaranya:
1. Ukuran partikel sedimen.
2. Asal sedimen.
3. Tekstur.
4. Bentuk butir dan komposisi material pembentuknya.
Dalam analisis besar butir (grain size analysis), ada beberapa macam skala besar butir
yang dipergunakan antara lain:
1. Skala besar butir ”Udden dan Wentworth
2. Skala besar butir ”Attenberg”
3. Skala besar butir ”Enginering”
Dari ketiga macam skala besar butir yang telah disebutkan diatas, dapat kita pergunakan
salah satu diantara ketiga macam skala besar butir yang tersebut di atas. Selain skala-skala
tersebut diatas, juga ada skala besar butir LBPN-LIPI. Skala besar butir yang sering digunakan
adalah skla besar butir berbentuk logaritma yang merupakan deretan angka-angka hasil minus
logaritma dan disebut dengan skala ’phi’.
π (phi) = -2 log d
dimana d adalah diameter menurut skala Wentworth.
Hal ini disebabkan karena lebih mudah dalam perhitungan dan data yang diperoleh dapat
di plot ke dalam kertas semi log atau kertas probabilitas atau kertas lainnya.
5
Tabel 1. Skala besar butir berdasarkan Udden dan Wentworth
Jenis Batas Ukuran (mm)
Boulders/berangkal >256
Gravel/kerikil 2-256
Very coarse sand/
Pasir sangat kasar
1-2
Coarse sand 0,5-1
Medium sand 0.25-0,5
Fine sand/pasir
halus0,125-0,25
Very fine sand 0,0625-0,125
Silt/lanau/debu 0,002-0,0625
Clay/lempung 0,0005-0,002
Dissolved material <0,0005
6
Mud
Boulder, cobbles,
pebbles, granules
Sand
Tabel 2. Skala besar butir berdasarkan Attenberg
Nama Batas Ukuran mm
Bongkah (Block) 2000 – 200 mm
Kerikil (Cobbles) 200 – 20 mm
Kerikil (Pebbles) 20 – 2 mm
Pasir Kasar (Coarse
sand)2 – 0.2 mm
Pasir Halus (Fine sand) 0.2 – 0.02 mm
Lanau (Silt) 0.02 – 0.002
Lempung (Clay) < 0.00 mm
7
Tabel 3. Skala besar butir yang dipakai dalam analisa besar butir pada Lab.
Sedimentologi LGPN - LIPI
Mesh Bukaan (mm) Phi
4 4,670 -2,3
6 3,360 -1,7
8 2,380 -1,2
12 1,680 -0,7
16 1,190 -0,3
20 0,840 0,2
30 0,590 0,7
40 0,420 1,2
50 0,297 1,7
60 0,250 2,0
65 0,208 2,3
8
100 0,149 2,7
120 0,125 3,0
150 0,104 3,3
200 0,074 3,7
230 0,062 4,0
270 0,053 4,2
325 0,044 4,5
Sisa
9
BAB 3
Laporan Kegiatan
3.1 Waktu Dan Tempat Kegiatan
Kegiatan praktikum lapangan mata kuliah sedimentologi berupa kunjungan ke
laboratorium PPPGL Cirebon dan pengambilan sampel sedimen disekitar Perairan Kejawanan,
Cirebon selama 2 hari, yaitu pada tanggal 31 Mei – 1 Juni 2010 berlokasi di Kantor Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Laut (PPPGL), Cirebon. Adapun rangkaian kegiatan yang
dilakukan selama praktikum lapangan mata kuliah sedimentologi di PPPGL Cirebon adalah
sebagai berikut:
Hari pertama tanggal 31 Mei 2010:
1. Pengenalan laboratorium PPPGL Cirebon
2. Pengambilan sampel di sekitar perairan Kejawanan
3. Kunjungan kekapal Geomarin III
Hari kedua tanggal 1 Juni 2010:
1. Perkuliahan di Kantor Pusar PPPGL Cirebon
2. Analisis hasil sedimen yang telah diambil di Lab. PPPGL Cirebon (Grain size Analyisis
dan Analisis Pipet)
3.2 Pengambilan Sampel Sedimen Dasar Laut
Kegiatan pengambilan sampel sedimen dasar laut dilakukan di sekitar Perairan
kejawanan, Cirebon. Dalam pelaksanaan praktikum, mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok.
Kedua kelompok tersebut melakukan pengambilan sampel secara bergantian.
10
Pengambilan sampel sedimen dasar laut dilakukan dengan menggunakan sebuah kapal
nelayan di PPN Kejawanan Cirebon. Kondisi perairan pada saat itu bergelombang cukup tinggi
dan berangin kencang, hal ini disebabkan karena hari telah menjelang sore.
Peralatan yang digunakan pada saat itu adalah
1. Grab sampler
2. GPS (Global Positioning System)
3. Tali tambang
4. Wadah berupa ember untuk menampung hasil sedimen yang telah diambil
Berikut penjelasan singkat mengenai alat-alat yang digunakan:
3.2.1 Grab sampler
Untuk praktikum lapangan kali ini, grab sampler yang digunakan ialah yang berukuran
kecil. Grab sampler tersebut diikatkan pada tambang. Dan cara kerjanya secara manual, di mana
grab sampler tersebut diturunkan dan diangkat dengan tenaga manusia.
Gambar 1. Grab Sampler yang digunakan saat pengambilan sampel sedimen dasar laut
di sekitar perairan Kejawanan Cirebon
Grab sampler berfungsi untuk mengambil sedimen permukaan yang ketebalannya
tergantung dari tinggi dan dalamnya grab masuk kedalam lapisan sedimen. Alat ini biasa
digunakan untuk mengambil sampel sedimen pada perairan dangkal. Berdasarkan ukuran dan
11
cara operasional, ada dua jenis grab sampler yaitu grab sampler berukuran kecil dan besar.
Grab sampler yang berukuran kecil dapat digunakan dan dioperasionalkan dengan mudah, hanya
dengan menggunakan boat kecil alat ini dapat diturunkan dan dinaikkan dengan tangan.
Pengambilan sampel sedimen dengan alat ini dapat dilakukan oleh satu orang dengan cara
menurunkannya secara perlahan dari atas boat agar supaya posisi grab tetap berdiri sewaktu
sampai pada permukaan dasar perairan. Pada saat penurunan alat, arah dan kecepatan arus harus
diperhitungkan supaya alat tetap konstant pada posisi titik sampling.
Grab Sampler yang berukuran besar memerlukan peralatan tambahan lainnya seperti
winch (kerekan) yang sudah terpasang pada boat/kapal survey berukuran besar. Alat ini
menggunakan satu atau dua rahang/jepitan untuk menyekop sedimen. Grab diturunkan dengan
posisi rahang/jepitan terbuka sampai mencapai dasar perairan dan sewaktu diangkat keatas
rahang ini tertutup dan sample sedimen akan terambil. Keuntungan pemakaian grab sampler
adalah lokasi sampel dapat ditentukan dengan pasti, prakiraan kedalam perairan dapat diketahui,
sedangkan kerugiannya adalah kapal harus berhenti sewaktu alat dioperasikan, sampel teraduk,
dan beberapa fraksi sedimen yang halus mungkin hilang.
3.2.2 Global Positioning System (GPS)
Salah satu perlengkapan modern untuk navigasi adalah Global Positioning System (GPS),
yaitu perangkat yang dapat mengetahui posisi koordinat bumi secara tepat yang dapat secara
langsung menerima sinyal dari satelit. Perangkat GPS modern menggunakan peta sehingga
merupakan perangkat modern dalam navigasi di darat, kapal di laut, sungai dan danau serta
pesawat udara.
Secara umum, GPS banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang, di antaranya:
Keperluan militer
Navigasi
Sistem Informasi Geografis
Sistem pelacakan kendaraan
12
Pemantau gempa
Terdapat berbagai macam jenis GPS yang diproduksi saat ini. Adapun GPS yang
digunakan pada kegiatan pengambilan sampel ini adalah GPSMAP 230.
Gambar 2. GPS yang digunakan untuk penentuan titik lokasi pengambilan sampel GPS
yang digunakan adalah GPSMAP 230
3.2.3 Tali Tambang
Tambang pada kegiatan pengambilan sampel sedimen kali ini, selain digunakan sebagai
pengikat grab sampler juga digunakan untuk mengukur kedalaman titik pengambilan sampel.
Pengukuran dilakukan dengan menandai bagian tambang yang berada pada batas permukaan air
laut saat grab sampler dimasukkan ke laut. Pengukuran dengan tambang pada dasarnya kurang
akurat karena sifatnya hanya mengira-ngira. Dalam pengukuran kedalaman sebaiknya digunakan
alat echosounder yaitu sebuah alat pengukur kedalaman yang bekerja dengan prinsip
memancarkan gelombang akustik (pinging) dan menerima kembali pantulan gelombang tersebut
(echo) dari dasar laut dengan memanfaatkan karakteristik gelombang akustik dalam air.
13
Gambar 3. Tali tambang yang digunakan untuk mengikat grab sampler dan juga
sebagai alat ukur kedalaman
3.2.4 Prosedur Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menurunkan grab sampler. Gab sampler harus
dalam posisi terbuka dan lurus setelah itu grab sampler diturunkan secara perlahan hingga dirasa
telah menyentuh dasar laut. Kemudian grab sampler sedikit digoyangkan agar mulutnya
menutup. Setelah itu, secara cepat grab sampler ditarik kembali ke atas perahu. Grab sampler
kemudian dibuka lalu sampel sedimen yang ada di dalam grab sampler dituangkan ke dalam
sebuah wadah berupa ember lalu air yang ada dalam ember dibuang sehingga yang tersisa adalah
sedimen. Kemudian sedimen tersebut dimasukkan ke kantung plastik dan diberi label.
Sampel sedimen dasar laut diambil dari tiga titik lokasi berbeda. Sampel pertama diambil
pada koordinat South = 06°43.542’ dan East = 108°35.395’ pada kedalaman 2 meter sebanyak
300 gram, sampel kedua diambil pada koordinat South = 06°43.332’ dan East = 108°35.231’
pada kedalaman 2,5 meter sebanyak 250 gram dan sampel ketiga diambil pada koordinat South =
06°43.730’ dan East = 108°35.317’ kedalaman 2 meter sebanyak 300 gram.
14
Gambar 4. Proses pengambilan sampel sedimen dasar laut sekitar Perairan kejawanan
3.3 Analisis Hasil Pengambilan Sedimen
Kegiatan analisis sedimen dilakukan di laboratorium milik PPPGL Cirebon. Terdapat dua
metode yang yang dilakukan pada kegiatan ini, yaitu grained size dan analisis pipet. Metode
grained size dilakukan untuk menganalisis sedimen yang kasar, sedangkan analisis pipet
digunakan pada sedimen yang lebih halus.
Metode Grained Size
Dalam analisis skala besar butir digunakan metode grained size yaitu dengan menggunakan
ayakan. Adapun alat-alat yang digunakan selama analisis skala besar butir dengan metode
grained size adalah sebagai berikut:
1. Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan sampel sedimen yang telah diambil.
15
1 2 3 4
5 6
2. Ayakan
Ayakan ini terdiri dari berbagai tingkatan, dari mesh lapisan atas yaitu lapisan yang
dapat mengayak lapisan kasar hingga lapisan bawah yang paling halus. Tingkatan ayakan
(Grained size) yaitu dari -2 hingga 4.
3. Timbangan Digital
Alat ini digunakan untuk menimbang sampel sedimen yang sudah diayak sesuai besar
butir agar diketahui beratnya.
Analisis sedimen dengan metode grained size dilakukan melalui proses pengayakan.
Sedimen yang telah diambil kemudian diambil sebanyak 100 gram. Kemudian sedimen yang
diperoleh kemudian dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven selama kurang lebih dua hari.
Metode grained size ini dilakukan dengan menggunakan metode ayakan yang terdiri atas 13
susun. Tiap ayakan memiliki ukuran (phi) yang berbeda-beda, yakni 4, 3.5, 3, 2.5, 2,
1.5, 1, 0.5, 0, -0.5, -1, -.1.5, dan -2. Proses pengayakan ini berkisar antara 10-15 menit.
Waktu yang diperlukan dalam analisa ayakan ini sangat perlu diperhatikan, terutama untuk
butiran yang sangat halus. Menurut penelitian, butiran-butiran yang berada di atas jala saringan
pada waktu diayak tidak akan masuk serentak pada lubang-lubang jala tersebut, tetapi secara
perlahan-lahan yang sangat tergantung waktu.
Setelah proses pengayakan dengan alat pengayak otomatis, maka akan terlihat butiran
sedimen yang paling kasar akan berada pada ayakan paling atas, sedangkan butiran sedimen
yang paling halus akan berada pada ayakan paling bawah. Setelah pengayakan selesai, maka
hasil ayakan tadi masing-masing dipindahkan ke wadah berupa mangkuk dan dipilah-pilah
berdasarkan ukuran butirannya (dari yang paling kasur hingga yang paling halus). Setelah itu,
sampel sedimen yang telah dipilah tadi ditimbang menggunakan timbangan digital.
16
Gambar 5. Ayakan berlapis yang terdiri dari 13 susun dari tingkatan ayakan (Grained
size) -2 hingga 4.
Gambar 6. Alat untuk pengayak. Cara kerjanya selama proses pengayakan dilakukan secara otomatis
17
Gambar 7. Timbangan Digital untuk menimbang sampel sedimen yang telah selesai
diayak
Analisis Pipet
Analisis sedimen dengan uji pipet ini bertujuan untuk memperoleh sedimen dengan tingkat
besar butiran yang lebih halus. Beberapa alat yang digunakan dalam uji ini di antaranya: gelas
ukur besar, gelas kimia, dan pipet besar.
Dalam uji pipet ini berfungsi untuk memilah kembali sedimen hingga ditemukan bentuk
yang lebih halus. Yakni dari ukuran 4 hingga 8. Alat yang digunakan dalam uji pipet ini yaitu
tabung ukur yang akan diisi sample sedimen, gelas kimia kecil untuk menyimpan hasil pipetan
dan pipet besar.
Prosedur Pengujian analisis pipet :
1. Sample diambil 20 gr dilarutkan dalam 1 liter air.
18
2. Kemudian untuk menghilangkan gelembung, ditambahkan cairan kimia Na+ oksalat, dan
natrium karbonat agar sample tercampur atau teraduk dengan baik.
3. Kemudian sample yang sudah dilarutkan pada 1 liter air ini diaduk dan kemudian sample
nya dimabil setelah pengadukan selama 1 menit,dan diamkan selama 20 detik.
Pengambilan kedua,sample diaduk lagi selama 1 menit,diambil sample 20 ml, diamkan
lagi selama 16 detik. Lalu pemipetan selanjutnya dilakukan pada aturan detik
selanjutnya.Proses pengadukan dan pengambila sample sudah diatur dalam tabel.
Pengambilan sampel pada uji pipet ini harus dilakukan dengan segera (berkelanjutan),
karena jika sampel terlalu lama diendapkan maka perhitungan menggunakan uji pipet
gagal dan harus diulangi kembali.
4. Setelah melakukan tahapan tersebut kemudian sedimen yang didapat dari hasil uji pipet
dikeringkan dalam oven kemudian ditimbang kembali.
Gambar 8. Analisis Pipet
19
3.4 Hasil Dokumentasi di Lab. PPPGL Cirebon
Gambar 9. Kapal Peneliti Geomarin II
Gambar 10. Cold storage untuk tempat penyimpanan hasil sedimen yang telah diambil agar tetap awet dan tertulis nama penelitinya
20
Gambara 11. Rak hasil sedimen yang telah dikeringkan. Tertulis nama peneliti dan tempat dimana sedimen tersebut diambil
Gambar 11. ROV (Remote Operating Vehicle) yaitu alat/wahana bawah air untuk alat bantu penelitian di dalam air dan dikendalikan dari kapal dengan remote
21
Gambar 12. Monitor dan Power Supply, instrumen lainnya yang bekerja bersaman dengan ROV. Monitor untuk menampilkan gambar yang ditangkap oleh ROV dan
Power Supply untuk suplai tenaga ke ROV
Gambar 13. Kabel yang dihubungkan dengan ROV
22
Gambar 13. Tabung udara, menembakkan udara ke dalam hingga menimbulkan bunyi yang keras yang kemudian bunyinya diterima kembali dan dianalisa oleh komputer yang ada di kapal. Digunakan untuk memetakan kondisi dasar permukaan laut. Cara
kerjanya seperti echosounder.
23
BAB 4
Penutup
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Pengambilan sampel sedimen dasar laut dapat dilakukan dengan menggunakan grab
sampler.
2. Analisis skala besar butir yang kasar dapat digunakan metode ayakan sedangkan yang
lebih halu menggunakan analisis pipet.
3. Hal yang harus diperhatikan dalam proses pengayakan adalah waktu yaitu berkisar 5 – 10
menit.
4. sedimen yang telah diambil harus dimasukkan dalam cold storage agar kondisi sedimen
yang telah diambil tidak berubah sehingga dapat diteliti.
5. GPS merupakan suatu perlengkapan modern untuk navigasi yang dapat mengetahui posisi
koordinat secara tepat yang dapat secara langsung menerima sinyal dari satelit.
6. Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu harus mengetahui koordinat posisi
pengambilan sedimen dengan menggunakan GPS.
4.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum, sebaiknya perencanaa. waktu telah dipersiapkan dengan
matang, sehingga tidak mengganggu jalannya kegiatan praktikum. Lalu, mahasiswa juga harus
berperan aktif selama praktikum berlangsung sehingga mahasiswa dapat memahami bagaimana
proses analisis setelah pengambilan sedimen sehingga mahasiswa terampil dalam analisis
sedimen dan tidak hanya menguasai teori ataupun melihat proses analisis di laboratorium.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Echosounder. Diakses pada tanggal 1 Juni 2010.
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas. Diakses pada tanggal 1 Juni 2010.
Anonim. http://indrayaksa.wordpress.com/2009/10/05/pengertian-sedimen-pettijohn75-3/.
Diakses tanggal 1 Juni 2010
Anonim. http://k-o-n-inews.blogspot.com/2010/04/praktikum-mata-kuliah-sedimentologi.html.
Diakses tanggal 1 Juni 2010
Anonim. http://www.id.wikipedia.org.wiki/GPS. Diakses pada tanggal 1 Juni 2010.
Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT. Grasindo: Jakarta.
25