Laporan Sedimen

28

Click here to load reader

Transcript of Laporan Sedimen

Page 1: Laporan Sedimen

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum wilayah pesisir didefinisikan sebagai daerah pertemuan

antara darat dan laut; kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik

kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti

pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan kearah laut

mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang

terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan

oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

Sedimen di wilayah pesisir sebenarnya merupakan fenomena alamiah

yang kompleks sehubungan dengan siklus erosi dan deposisi. Akan tetapi,

kegiatan manusia dapat mempengaruhi pola dan arah siklus tersebut dan

mempercepat laju erosi dan deposisinya yang biasanya berpengaruh negatif

terhadap ekosistem pesisir terutama estuari.

Page 2: Laporan Sedimen

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan diadakannya praktikum analisis butiran adalah untuk mengetahui

berbagai macam bentuk dan ukuran material butiran pasir sedimen dan sedimen

yang lolos pada saringan kurang dari 0,063 mm dengan menggunakan beberapa

metode yakni pengayakan dan pengklasifikasian dimana hasil tersebut akan

diplotkan ke dalam segitiga tekstur sehingga didapatkan tekstur sedimen.

Sedangkan maksudnya adalah untuk mengetahui hubungan antara

ukuran butir dengan beberapa proses sedimentasi, dan dapat mengaplikasikan

metode pengayakan, penentuan BO dan CaCO3 pada penelitian mahasiswa.

Page 3: Laporan Sedimen

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sedimen adalah hasil dari proses pengendapan di alam, sedangkan

sedimentasi adalah proses pengendapan yang biasanya dipengaruhi oleh agen

transportasi seperti angin, gelombang, arus dan lingkungan pengendapannya.

Sedimentasi akan dominan terjadi apabila kekuatan arus atau gaya dari agen

transporatasi mulai menurun sehingga berada di bawah titik daya angkutnya,

maka bahan-bahan yang berada dalam suspensi akan mulai terendapkan.

Kecepatan pengendapan suatu bahan tergantung dari gaya beratnya sehingga

umumnya bahan-bahan kasar akan lebih dulu terendapkan kemudian menyusul

bahan-bahan yang halus. Material sedimen baik yang berasal dari muntahan

muara sungai maupun hasil proses erosi di sepanjang pantai akan terangkut oleh

arus di perairan pantai dan tersebar sesuai dengan arah arus yang

mengangkutnya (Soewarno, 1991).

Menurut Komar (1976) dalam Harisal (2001), angkutan-angkutan sedimen

yang terjadi pada daerah dekat pantai dapat di bagi atas dua komponen yaitu ;

angkutan ke arah susur pantai dan angkutan ke arah lepas pantai. Material

sedimen yang mengalami transportasi merupakan material hasil erosi batuan

atau endapan di sepanjang pantai maupun material yang dimuntahkan oleh

sungai yang bermuara di kawasan pantai tersebut. Material yang berasal dari

sungai yang bermuara di pantai merupakan sumber utama sedimen di perairan

pantai. Besarnya angkutan sungai yang dimuntahkan sangat tergantung pada

morfologi dari sungai, batuan yang menyusun daerah aliran sungai, kerapatan

vegetasi dan keadaan iklim. Material hasil erosi pantai merupakan sumber

sedimen yang penting terutama di kawasan pantai yang tanpa muara sungai

atau muara sungai membentuk estuaria yang menahan laju sedimen dari sungai.

Page 4: Laporan Sedimen

Dahuri, dkk. (1996) menyatakan bahwa keseimbangan antara sedimen

yang di bawa sungai dengan kecepatan pengangkutan sedimen di muara sungai

akan menentukan berkembangnya dataran pantai. Apabila jumlah sedimen yang

di bawa ke laut segera diangkut ombak dan arus laut, maka pantai dalam

keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen melebihi kemampuan ombak

dan arus dalam pengangkutannya, maka dataran pantai akan bertambah.

Material sedimen yang berbutir halus (lanau sampai lempung) pada

umumnya akan mengalami proses pengangkutan dengan cara suspensi dan

akan terangkut lebih jauh dari sumbernya dari pada material yang berbutir kasar,

material sedimen yang terangkut kemudian terendapkan di daerah dimana daya

agen transportasi sudah mulai berkurang sehingga berat material lebih besar di

banding daya angkutnya (Rochmanto, 1996).

Kramadibrata (1981), menyatakan bahwa penyebab sedimentasi adalah

arus, pasang surut dan perbedaan berat jenis air laut dan air tawar di tempat

terjadinya sedimentasi. Namun yang paling menentukan dalam proses

sedimentasi ini adalah arus, sedangkan kecepatan sedimentasi di pengaruhi oleh

curah hujan, iklim tingkat pelepasan dan erosi.

Ukkas (1992) menyatakan bahwa sedimentasi merupakan akibat dari

adanya erosi dan memberi dampak banyak, antara lain terjadi endapan yang

mengganggu stabilitas pantai dan juga mempengaruhi organisme biotik

disekitarnya utamanya terumbu karang.

Menurut Mappa dan Kaharuddin (1991), bahwa proses sedimentasi di

daerah pantai dapat di bagi menjadi 3 golongan, yaitu::

1. Sedimen Mekanis

Suplai sedimen umumnya dari daratan di angkut oleh sungai berupa

material-material halus dan kasar. Sedimen yang tiba dipantai akan di aduk atau

di transportasi dan di resedimentasi oleh arus dan gelombang dapat membentuk

Page 5: Laporan Sedimen

beaches, barrier, spit, tombolo dan delta. Sedimen mekanis dapat pula

bersumber dari hasil aktivitas abrasi laut yang akan diendapkan di sepanjang

pantai.

2. Sedimen Kimiawi

Daerah pantai merupakan daerah yang peka terhadap perubahan-

perubahan fisika dan kimiawi air laut terutama perubahan salinitas, pH,

temperatur dan densitas. Akan tetapi pada kondisi normal perairan pantai

bersifat basa, unsur-unsur atau koloid-koloid yang bersifat basa yang asalnya

dari daratan akan terendapkan melalui reduksi kimia di daerah pantai akibat

naiknya pH air laut.

3. Sedimen Organik

Aktifiatas organik di daerah pantai langsung atau tidak langsung dapat

membentuk akumulasi berupa sedimen organis seperti perkembangan terumbu

karang, sangkang mollusca, sisa pepohonan atau organisme lainnya dan

pembentukan lapisan (peat) oleh proses biokimia. Selanjutnya dikatakan bahwa

sedimentasi yang paling berpengaruh pada daerah pantai adalah sedimen

mekanis.

Lingkungan sedimentasi dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu ; sedimen

laut dangkal yang mencakup kedalaman lebih kecil 500 meter hingga pantai dan

sedimen laut dalam yang meliputi Bathyal, Abysal, Hadal dan Trench.

Lingkungan sedimentasi laut dangkal yang meliputiestuari, delta, lagoon dan

paparan pasang surut, proses mekanis dan organis sangat nyata didaerah ini

sehingga jenis-jenis sedimennya di dominasi oleh sedimen mekanis dan organis

(Mappa dan Kaharuddin, 1991).

Sedimen pantai pada umumnya disusun oleh material dari berbagai ukuran

yang memungkinkan untuk diendapkan di sepanjang pantai. Ukuran butir

endapan pantai sangat bervariasi. Endapan tersebut dapat berukuran mulai dari

Page 6: Laporan Sedimen

beberapa meter sampai kurang dari 0,1 mm. Terminologi yang digunakan untuk

menggolongkan sedimen pantai didasarkan pada ukuran diameter butirannya.

Tabel 1. Skala Wentworth untuk mengklasifikasikan partikel-partikel sedimen

(Holme dan Mc Intyre, 1984 dalam Harisal 2001).

Terminologi Diameter (mm)

Kerikil Bolder (boulder)

Bongkah (Cobble)

Kerakal (Pebble)

Kerikil (Granule)

Pasir ( Sand ) Pasir sangat kasar (Very Coarse Sand)

Pasir Kasar (Coarse Sand)

Pasir Sedang (Medium Sand)

Pasir Halus (Fine Sand)

Pasir Sangat Halus (Very Fine Sand)

Lumpur (Mud) Lanau (Silt)

Lempung (Clay)

> 256

64 – 256

4 – 64

2 – 4

1 - 2

0,5 – 1

0,25 – 0,5

0,125 – 0,25

0,0625 – 0,125

0,0039 – 0,0625

< 0,0039

Mappa dan Kaharuddin (1991) menyatakan bahwa pada zona pantai dapat

terjadi sedimentasi mekanik, kimiawi, maupun organik Sedimentasi mekanik

merupakan sedimentasi yang paling dominan, dimana suplai sedimen yang pada

umumnya berasal dari daratan diangkut oleh sungai berupa material-material

kasar dan halus. Sedimen yang tiba di pantai akan di aduk atau di retransportsi

dan di resedimentasi oleh gelombang dan arus sehingga dapat membentuk

beach, barrier, spit, tombolo, dan delta.

Beach adalah bentuk endapan klastik yang berkembang relatif sejajar

dengan garis pantai, umumnya tersusun oleh endapan pasir hingga bongkah-

bongkah batuan pantai (Kaharuddin, 1994). Lebih lanjut dikatakan bahwa barrier

Page 7: Laporan Sedimen

merupakan endapan pantai yang berfungsi sebagai penghalang terhadap ombak

dan arus, terletak di luar garis pantai dan umumnya tersusun oleh pasir dan

lanau.

Lidah pasir (spit) merupakan endapan pasir yang memanjang sejajar

dengan garis pantai, salah satu ujungnya masih berhubungan dengan garis

pantai. Nicholas dan Webber (1987) dalam Harisal (2001) mengemukakan

bahwa perpanjangan spit dapat terjadi akibat dari suplai material sepanjang

pantai tetapi pada saat suplai ini berkurang dapat menyebabkan pengikisan pada

bagian ujung dari spit, pengikisan dan bahkan pemutusan badan spit.

Menurut Rochmanto (1996), spit biasanya akan membentuk laut yang

tertutup di sebut laguna ( Lagoon). Kenampakan ini biasanya terbentuk pada

bibir muara sungai atau pada tepi suatu teluk. Arah dari endapan pasir ini pada

umumnya searah dengan arah arus susur pantai yang mengangkut sedimen.

Apabila endapan sedimen tersebut benar-benar menutup teluk maka endapan

pasir tersebut di sebut baymouth bars. Sementara itu, menurut Hutabarat dan

Evans (1994) Tombolo merupakan tanggul pasir yang menghubungkan daratan

utama dengan pulau yang ada di depan pantai.

Delta timbul oleh aliran sedimen yang terbawa oleh sungai dan memenuhi

mulut cekungan yang tenggelam oleh permukaan air hingga terendap

membentuk dataran rendah di pantai. Delta ini terbetuk pada level pasang di atas

normal dengan sedimentasi aliran arus sungai dan aksi ombak di dekat pantai

(Bird, 1992 dalam Harisal, 2001). Selanjutnya Carter (1988) dalam Harisal (2001)

menyatakan bahwa faktor utama yang mengontrol perkembangan delta yaitu

aliran sungai, proses-proses di pantai, struktur tektonik dan iklim.

Tidal flat merupakan endapan sedimen yang muncul pada saat air surut

dan tenggelam pada saat air laut pasang. Dunes merupakan bukit pasir yang

terbentuk oleh aktivitas angin di sepanjang pantai. Selanjutnya Rochmanto

Page 8: Laporan Sedimen

(1999) mengemukakan bahwa tidal flat atau dataran pasang surut adalah areal

atau mintakat pantai yang di pengaruhi oleh arus pasang surut.

Menurut Hutabarat dan Evans (1994), sedimen yang terbentuk bila ditinjau

dari asalnya maka sedimen dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu :

1. Sedimen Lithogeneus

Jenis sedimen ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat. Hal

ini dapat terjadi oleh karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim, seperti yang

disebabkan oleh karena adanya proses pemanasan dan pendinginan terhadap

batu-batuan yang terjadi secara berulang-ulang di pasir, oleh karena adanya

embun-embun es di musim dingin, atau oleh karena adanya aksi kimia dari

larutan bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air tanah terhadap

permukaan batu.

Partikel batu-batuan diangkut dari daratan ke laut oleh sungai-sungai.

Beberapa sungai didunia yang mengalir ke daerah daratan yang begitu luas akan

memindahkan sejumlah besar sedimen ke dalam laut. Begitu sedimen mencapai

lautan penyebarannya kemudian ditentukan terutama oleh sifat - sifat fisik dari

partikel itu sendiri, khususnya oleh lamanya mereka tinggal melayang-layang

dilapisan (kolom) air.Partikel-partikel yang berukuran besar cenderung untuk

lebih cepat tenggelam dan menetap dari yang berukuran lebih kecil.

2. Sedimen Biogenous

Sisa-sisa rangka dari organisme hidup juga akan membentuk endapan

partikel-partikel halus yang dinamakan ooze yang biasanya mengendap pada

daerah-daerah yang letaknya jauh dari pantai. Sedimen ini digolongkan ke dalam

dua tipe utama yaitu calcareus dan siliceous ooze, dimana hal ini tergantung

pada jenis organisme dari mana mereka berasal dan macam bahan yang telah

bergabung ke dalam kulit atau rangka mereka.

3. Sedimen Hydrogeneous

Page 9: Laporan Sedimen

Jenis partikel dari sedimen golongan ini dibentuk sebagai hasil reaksi kimia

dalam air laut. Sebagai contoh, manganese nodules (bungkahan-bungkahan

mangan) berasal dari endapan lapisan oksida dan hidroksida dari besi dan

mangan yang terdapat didalam sebuah rangkaian lapisan konsentris disekitar

pecahan batu atau runtuhan ping-puing. Reaksi kimia yang terjadi disini bersifat

sangat lambat, dimana untuk membentuk sebuah nodule yang sangat besar

diperlukan waktu selama berjuta-juta tahun dan proses ini kemudia akan berhenti

sama sekali jika nodule telah terkubur didalam sedimen. Sebagai akibatnya

nodule-nodule ini banyak dijumpai dilautan pasifik, hal ini disebabkan karena

tingkat kecepatan proses sedimentasi untuk mengukur nodule-nodule yang

terjadi dilautan pasifik lebih lambat jika dibandingkan dengan lautan Atlantik.

Page 10: Laporan Sedimen

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktek lapang ini dilaksanakan pada hari Sabtu – Minggu, 6 – 7 Oktober

2010 yang berlokasi di Desa Bauluang Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar.

Analisis sampel sedimen dilakukan pada tanggal 10 – 26 November 2010, di

Laboratorium Geomorfologi dan Manajemen Pantai, Jurusan Ilmu Kelautan,

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum sedimentologi laut adalah :

a. Pengambilan sampel sedimen :

1. Bor tangan untuk mengambil sedimen pada daerah

supratidal.

2. Kantong sampel dan kantung plastik untuk

menyimpan sampel sedimen.

3. Spidol permanen untuk menandai sampel sedimen.

4. Alat tulis menulis untuk menulis data sampel

sedimen.

5. Kamera untuk memotret lokasi dan sampel

sedimen.

6. GPS untuk menentukan titik koordinat lokasi

pengambilan sampel sedimen.

b. Analisis Sampel Sedimen

1. Timbangan digital untuk menimbang berat sampel sedimen.

2. Satu set saringan (Sieve Net) untuk mengayak sampel sedimen.

3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanaskan atau

mengeringkan sampel sedimen.

Page 11: Laporan Sedimen

4. Talam-talam/kertas licin (pembungkus nasi) untuk menyimpan sampel

setelah diayak.

5. Sikat gigi untuk membersihkan sisa sedimen pada sieve net

6. Lap untuk membersihkan bekas atau sisa sampel.

7. Sendok untuk mempermudah mengambil sampel pada wadah.

8. Beaker glass volume 50 mL sebagai tempat sampel.

9. Cawan petri dan cawan porselin untuk menaruh sampel.

10. Pipet volume 10 mL untuk mengambil senyawa yang akan dicampur

pada sampel sedimen.

11. Kalkulator dan alat tulis menulis untuk menulis dan mengolah data.

12. Kertas saring Whatman no. 42 untuk menyaring sampel sedimen.

13. Roll metr untuk mengukur jarak lokasi tempat pengambilan sampel

sedimen.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah :

a. Pada analisis untuk penentuan besar fraksi pasir (sand) : sampel sedimen,

aquades.

b. Untuk analisis kandungan kapur (CaCO3) : HCl pekat.

C. Prosedur Kerja

1. Di lapangan

Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan cara pengambilan

langsung pada daerah pinggiran pantai (supratidal & intertidal) dan daerah yang

tergenang (subtidal). Pada daerah supratidal dengan menggunakan bor tangan

dengan cara mengambil sampel pada kedalaman 40 cm, 80 cm, dan 120 cm dan

masing-masing sampel dimasukkan kedalam kantong sampel. Pada daerah

intertidal dan subtidal dengan cara mengambil pada bagian permukaan saja

dengan tangan dan jangan sampai menggali pasir tersebut. Hal ini dilakukan

Page 12: Laporan Sedimen

untuk dapat mengetahui sebaran sedimen pada daerah pengamatan yang telah

ditentukan sebelumnya. Kemudian digunakan GPS untuk menentukan titki

koordinat lokasi pengambilan sampel.

2. Di Laboratorium

a. Prosedur Analisis Besar Butir Sedimen

Metode Ayakan Kering

Metode ini digunakan untuk mendapatkan fraksi pasir (sand). Adapun

prosedur kerjanya adalah :

1) Sampel sedimen yang diperoleh di lapangan dikumpulkan sesuai dengan

lokasi masing-masing sampel, kemudian dicuci dengan air aquades (untuk

menghilangkan bahan organik terapung) setelah itu dimasukkan ke dalam

beaker glass.

2) Sampel sedimen dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan

pengatur suhu dengan suhu 105 0C atau dikeringkan dengan bantuan sinar

matahari sehingga sampel sedimen betul-betul kering. Hindari tiupan angin

jika pengeringan di udara bebas.

3) Sedimen kering tersebut diambil dan kemudian ditimbang untuk dianalisis ±

100 gram sebagai berat awal.

4) Sampel dimasukkan ke dalam ayakan untuk diguncang secara merata

selama minimum 10 menit untuk sempurnanya pengayakan, sehingga

didapatkan pemisahan ukuran masing-masing partikel sedimen berdasarkan

ukuran ayakan.

5) Sampel dipisahkan dari ayakan (untuk antisipasi tertinggalnya butiran pada

ayakan disikat dengan perlahan).

6) Hasilnya kembali dihitung untuk mendapatkan berapa gram hasil masing-

masing tiap ukuran ayakan.

Page 13: Laporan Sedimen

b. Prosedur Analisis Kandungan Bahan Organik dan CaCO3

a) Analisis Kandungan Bahan Organik Sedimen

Adapun prosedur kerja dari analisis kandungan bahan organik dari sedimen

sebagai berikut :

1) Menimbang berat cawan petri.

2) Menimbang berat sampel sedimen yang telah dikeringkan sebanyak kurang

lebih 10 gram dan mencatatnya (cawan petri + sampel kurang lebih 10 gram)

sebagai berat awal.

3) Memanaskan dengan tanur pada suhu 600o C selama kurang lebih 3 jam.

4) Setelah mencapai tiga jam dikeluarkan dari tanur dan didinginkan dengan

menggunakan desikator.

5) Menimbang kembali sampel (cawan petri + sampel terbakar) yang sudah

dipanaskan sebagai berat akhir.

b) Analisis Kandungan CaCO3 Sedimen

Adapun prosedur kerja dari analisis kandungan kapur (CaCO3) dari

sedimen sebagai berikut :

1) Menimbang berat cawan petri.

2) Menimbang sebanyak 5 gram sampel sedimen yang telah

dikeringkan.

3) Menambahkan sebanyak 5,5 ml HCl pekat pada sampel yang

telah ditimbang.

4) Menguapkan HCl pekat yang telah ditambahkan pada sampel

hingga sampel kembali kering di atas hot plate pada ruang asam.

5) Menimbang kembali sampel sedimen yang sudah kering tersebut,

kemudian hasilnya sebagai berat akhir.

Page 14: Laporan Sedimen

6) Untuk menentukan berat standar melakukan hal yang sama

seperti di atas, tetapi 5 gram sampel sedimen diganti dengan 5 gram CaCO3

murni.

D. Analisis Data

Adapun analisis data yang akan dilakukan pada praktikum sedimentologi

ini sebagai berikut :

a. Untuk menghitung % berat sedimen pada metode ayakan kering digunakan

rumus sebagai berikut :

% Berat =

b. Untuk menghitung % berat kumulatif digunakan rumus :

% Kumulatif = % Berat 1 + % Berat 2

c. Untuk analisis substrat sedimen, menggunakan Skala Wenworth (Hutabarat dan

Evans, 2000) :

Kelas Ukuran Butir Diameter Butir (mm)

Boulders (Kerikil Besar) > 256

Gravel (Kerikil Kecil) 2 – 256

Very coarse sand (Pasir Sangat Kasar) 1 – 2

Medium sand (Pasir Sedang) 0,25 – 0,5

Fine sand (Pasir Halus) 0,125 – 0,25

Very fine sand (Pasir Sangat Halus) 0,0625 – 0,125

Silt (Debu) 0,002 – 0,0625

Page 15: Laporan Sedimen

Clay (Lempung) 0,0005 – 0,002

Dissolved material (Material Terlarut) < 0,0005

Selanjutnya untuk dapat mengelompokkan pembatasan fraksi masing-

masing tekstur tanah dapat digambarkan dengan jelas dalam gambar yang

berbentuk segitiga yang disebut Trianguler Textur atau segitiga tekstur. Titik

sudutnya menunjukkan 100 % salah satu fraksi, sedang tiap sisi

menggambarkan % berat masing-masing fraksi mulai 0 % sampai 100 %.

Segitiga ini terbagi atas 13 bidang atau zona yang menunjukkan masing-masing

tekstur tanah. Sebagai contoh : 35 % lempung + 40 % debu + 25 % pasir

termasuk tekstur tanah geluh lempengan, sedang 10 % lempung + 5 % debu +

85 % pasir termasuk pasir geluhan.

Adapun gambar segitiga tekstur sebagai berikut :

d. Untuk menghitung nilai Q1, Md, dan Q3 digunakan kertas grafik semilog. Dengan

mengetahui nilai dari Q1 dan Q3 maka dapat dihitung nilai dari sortasinya dengan

rumus sebagai berikut :

So = (Q1 / Q3)1/2

Page 16: Laporan Sedimen

Selanjutnya sortasi butiran sedimen dapat ditentukan dengan menggunakan

standar nilai sortasi sebagai berikut :

No Keterangan Skala1 Sangat Baik 1,0 < So < 1,172 Baik 1,17 < So < 1,203 Cukup baik 1,20 < So < 1,354 Sedang 1,35 < So < 1,8755 Jelek 1,875 < So < 2,756 Sangat Jelek So > 2,75

e. Untuk menghitung kandungan bahan organik pada sedimen adalah :

Kandungan bahan organik = ± (Baw – Bc) – (Bak – Bc)

% Bahan Organik =

Dimana : Baw = Berat awal (gram)

Bak = Berat akhir (gram)

Bc = Berat cawan (gram)

f. Untuk menghitung kandungan CaCO3 pada sedimen adalah :

Berat Akhir = BeratSetelah Penambahan HCl – BeratCawan Kosong

% Ca CO3 =

% Ca CO3 =

Berat CaCO3 =

Page 17: Laporan Sedimen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

B. Hasil

C. Pembahasan

Page 18: Laporan Sedimen

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Saran

Page 19: Laporan Sedimen

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Laporan Sedimen

LAMPIRAN