Sedimen Deposit

29
MAKALAH GEOLOGI LAUT DEPOSIT SEDIMEN Disusun oleh : RAHTYA LUHCITA A. 230210110028 ARBYANTO AZMI 230210110029 HARRY MUHAMMAD H 230210110030 NAUFAN INDRA IKHSAN 230210110031 ANGGA PRATAMA N. 230210110032 LUTHFIYYAH AZIZAH 230210110033 ANDI DESANDI YUSHAR 230210110034 RONA SANDRO 230210110035 FATIMAH MAULIDA 230210110036

Transcript of Sedimen Deposit

Page 1: Sedimen Deposit

MAKALAH GEOLOGI LAUT

DEPOSIT SEDIMEN

Disusun oleh :

RAHTYA LUHCITA A. 230210110028

ARBYANTO AZMI 230210110029

HARRY MUHAMMAD H 230210110030

NAUFAN INDRA IKHSAN 230210110031

ANGGA PRATAMA N. 230210110032

LUTHFIYYAH AZIZAH 230210110033

ANDI DESANDI YUSHAR 230210110034

RONA SANDRO 230210110035

FATIMAH MAULIDA 230210110036

ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 2: Sedimen Deposit

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................i

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................1

1.2. Tujuan...............................................................................................1

1.3. Manfaat.............................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................3

2.1. Pengertian Mineral............................................................................3

2.2. Pembentukan Endapan Mineral........................................................6

2.2.1. Proses Magmatis........................................................................7

2.2.2. Proses Pegmatisme...................................................................10

2.2.3. Proses Pneumatolisis................................................................10

2.2.4. Proses Hydrotermal..................................................................10

2.2.5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)....................12

2.2.6. Proses Sedimenter....................................................................15

2.2.7. Proses Evaporasi......................................................................15

2.2.8. Konsentrasi Residu dan Mekanik............................................15

2.2.9. Supergen enrichment................................................................16

2.2.10. Metamorfisme........................................................................16

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................17

3.1. Kesimpulan.....................................................................................17

3.2. Saran................................................................................................17

i

Page 3: Sedimen Deposit

DAFTAR PUSTAKA................................................................................18

ii

Page 4: Sedimen Deposit

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses – proses pembentukan endapan mineral – mineral baik yang

memiliki nilai ekonomis,maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu

diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan , keterdapatan serta

pemanfaatan dari mineral – mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis

dapat  diketahui bagaimana keberadaan dan keterdapatannya dengan

memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari

beberapa proses eksplorasi  penyelidikan , pencarian endapan mineral, dapat

diketahui bahwa keberadaan suatu endapan mineral tidak terlepas dari beberapa

faktor yang sangat berpengaruh,antara lain banyaknya dan distribusi unsur – unsur

kimia, aspek fisika dan biologis.

Secara umumnya proses pembentukan   endapan mineral baik  jenis

endapan logam maupun non logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi

yang diakibatkan oleh aktivitas magma ,dan endapan mineral ekonomis selain

karena aktifitas magma ,juga dapat dihasilkan dari proses alterasi yaitu mineral

hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor.Pada proses

pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari

faktor faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis

pembentukan mineral.

1.2. Tujuan

1.      Mengetahui proses pembentukan deposit mineral

2.      Mengetahui sebaran deposit meneral

3.      Mengetahui potensi dari deposit mineral

1

Page 5: Sedimen Deposit

1.3. Manfaat

1. Dapat Mengetahui proses pembentukan deposit mineral (endapan mineral),

baik yang memiliki nilai ekonomis,maupun yang tidak bernilai ekonomis

2. Dapat mengetahui daerah mana saja yang dominan terhadap sebaran dari

deposit mineral

3. Di samping itu, kita juga dapat mengetahui potensi dari deposit mineral itu

sendiri, baik yang bersifat positif maupun yang negatif.

2

Page 6: Sedimen Deposit

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Mineral

Menurut defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat

anorganik yang terbentuk secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai

bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi,

mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas,

bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang

mempunyai bentuk geometris tertentu.

Hal yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik,

yang termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi

kompilasi, mineral mempunyai ruang limgkup yang lebih luas karena mencakup

semua zat yang ada dialam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian

tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang

terbentuk karena penguraian atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara

alamiah juga digolongkan kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan

tanah diatome. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam

sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang

diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk).

Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral.

Mulai dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral,

pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.

Untuk mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu

mengetahui sifat-sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral,

yaitu sifat fisik secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium).

Sifat fisik secara teori hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral

dan tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan

mineral-mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja.

Adapaun sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :

3

Page 7: Sedimen Deposit

1.Suhu Kohesi

Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom

pada sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan

mempunyai daya tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut

cenderung akan terkumpul dalam suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal

ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia dalam mineral yang

tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang

mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.

2. Reaksi Terhadap Cahaya

Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai

padanya. Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini

tidak dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan

timbulnya reaksi yang sama pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-

reaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik

mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran

warna.

3. Perawakan Kristal

Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok

mineral yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari

sumber utama mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya

mineral, sehingga mineral tidak terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan

ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut

sebagai struktur mineral.

4. Sifat Kelistrikan

Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan

juga meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada

4

Page 8: Sedimen Deposit

dua jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor)

dan yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator).

5. Sifat Radioaktivitas

Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam

mineral tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β,

dan γ. Ada mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti

Uranium(U), Radium(Ra), Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan

Kalium(K). Biasanya, mineral_mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam

mineral-mineral ikutan atau mineral-minera yang terbetas jumlahnya. Kegunaan

dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi

dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara

menghitung waktu paruhnya (half time).

6. Gejala Emisi Cahaya

Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam

proses-proses tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet.

Mineral Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh

emisi cahaya yang terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral

Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan

oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada

gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan

emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.

7. Bau dan Rasa

Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah

menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:

Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S).

Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter

Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).

Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik

mineral diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :

5

Page 9: Sedimen Deposit

Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin).

Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda.

Rasa Witter atau rasa pahit.

Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan

memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang

dihasilkan struktur kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf,

yang artinya tak mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca

& opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya

proses itu makin tenang dan lambat.

2.2. Pembentukan Endapan Mineral

Proses – proses pembentukan endapan mineral – mineral baik yang

memiliki nilai ekonomis,maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu

diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan , keterdapatan serta

pemanfaatan dari mineral – mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis

dapat diketahui bagaimana keberadaan dan keterdapatannya dengan

memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari

beberapa proses eksplorasi penyelidikan , pencarian endapan mineral, dapat

diketahui bahwa keberadaan suatu endapan mineral tidak terlepas dari beberapa

faktor yang sangat berpengaruh,antara lain banyaknya dan distribusi unsur – unsur

kimia, aspek fisika dan biologis.

Secara umumnya proses pembentukan endapan mineral baik jenis endapan

logam maupun non logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang

diakibatkan oleh aktivitas magma ,dan endapan mineral ekonomis selain karena

aktifitas magma ,juga dapat dihasilkan dari proses alterasi yaitu mineral hasil

ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor.Pada proses pembentukan

mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor faktor

tertentu.

Proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang

menghasilkan jenis mineral tertentu baik yang bernilai ekonomis maupun mineral

6

Page 10: Sedimen Deposit

yang hanya bersifat sebagai gangue mineral, tetapi disini akan difokuskan pada

pembentukan mineral secara magmatic concentration.

2.2.1. Proses Magmatis

Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra

basa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral

silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai

membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral

yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis

ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

Magmatik awal, yang terbagi atas:

Disseminated, contohnya Intan

Segregasi, contohnya Crhomite

Injeksi, Contohnya Kiruna

Magmatik akhir, yang terbagi atas:

Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg

Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack

Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa

Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein

Magmatik Awal

Deposit magmatik awal dihasilkan dari pembekuan magma langsung yang disebut orthotectic dan orthomagmatic. Deposit ini terbentuk oleh :

(1) kristalisasi langsung tanpa konsentrasi(2) segregasi kristal yang terbentuk lebih dahulu dan (3) injeksi material padat ke tempat lain oleh difrensiasi. Mineral bijih

mengkristal lebih dulu dibanding batuan silikat dan sebagian kemudian terpisah karena

difrensiasi kristalisasi.

a. Diseminasi

Proses kristalisasi magma untuk pertama kali, terjadi relatif pada kedalaman besar, menghasilkan batuan beku granular. Kristal mineral (termasuk mineral bijih dalam bentuk fenokris) yang terbentuk dalam proses ini tidak

7

Page 11: Sedimen Deposit

terkonsentrasi, tapi tersebar merata (disseminated) di dalam tubuh batuan beku intrusive, bisa berbentuk dike, pipa atau massa berbentuk stok. Ukuran depositnya sangat besar dibandingkan jenis deposit lainnya. Contoh deposit adalah pipa intan Afrika Selatan yang tersebar merata dalam batuan kimberlite dan korundum yang tersebar dalam nephelin syenite di Ontario.

b. Segregasi

Segregasi magmatik awal adalah konsentrasi pertama pertama yang menghasilkan unsur-unsur berharga dari magma, terbentuk karena difrensiasi kristalisasi akibat gaya gravitasi. Karena kristalisasi tersebut, sebagian material menjadi lebih berat dari larutan sehingga material tersebut terendapkan dan terakumulasi pada bagian bawah dapur magma. Bentuk deposit mineral jenis ini biasanya lenticular dan berukuran kecil. Kadang juga ditemukan dalam bentuk layer dalam batuan induk. Contoh depositnya adalah deposit kromit Bushveld Igneous Complex (BIC) di Afrika Selatan.

c. Injeksi (Injections)

Beberapa deposit bijih magmatik terbentuk dalam grup ini. Mineral bijih kemungkinan

terbentuk karena difrensiasi kristalisasi, lebih dulu atau bersamaan dengan dengan mineral batuan silikat yang berasosiasi dengan mineral bijih tersebut. Mineral-mineral yang terbentuk tidak terakumulasi pada tempatnya terendap, tapi di-injeksi-kan dan terkonsentrasi pada batuan samping. Contoh deposit seperti ini adalah dike titanoferous magnetit di Cumberland, dan pipa platinum di Afrika selatan.

Magmatik Akhir

Deposit magmatik akhir terdiri atas deposit mineral bijih yang mengkristal dari magma residual setelah pembentukan batuan silikat sebagai bagian akhir dari proses magmatik. Gejala yang sering diperlihatkan berupa pembentukan mineral-mineral kemudian yang memotong endapan magmatik awal, dicirikan oleh adanya reaction rim pada sekeliling mineral yang telah terbentuk. Deposit yang terbentuk berasal dari proses difrensiasi kristalisasi, akumulasi gravitatif dari heavy residual liquid, dan pemisahan liqud sulfide droplets (yang disebut liquid immiscibility), dan berbagai bentuk difrensiasi lainnya.

Perbedaan nyata antara proses magmatik awal dan akhir adalah deposit magmatic awal terbentuk pada tempat dimana tubuh intrusi batuan beku (magma) terbentuk dan setelah akumulasi mineral bijih membeku, tidak ada lagi perpindahan tempat. Sedang pada deposit magmatik akhir, kadang-kadang akumulasi tersebut masih berpindah dan diendapkan pada batuan samping.

a. Residual Liquid Segregation

8

Page 12: Sedimen Deposit

Pemisahan yang terjadi di dalam dapur magma oleh proses difrensiasi kristalisasi sudah terjadi mulai dari tahap awal sampai konsolidasi akhir. Karena mineral-mineral mafik mengkristal lebih dulu, maka magma residu yang lebih bersifat felsik menjadi sangat kaya akan silika, alkali, dan air. Kristal yang terbentuk pertama cenderung akan bergerak ke dasar dapur magma karena berat jenisnya lebih besar dari liquid residu-nya. Deposit mineral pada tipe ini terbentuk karena adanya proses difrensiasi kristalisasi dan akumulasi magma residual. Contoh endapannya adalah deposit Titanomagnetik di Bushveld.

b. Residual Liquid Injection

Liquid residual yang banyak mengandung logam yang terakumulasi di dalam dapur magma, sebelum terkonsolidasi, bisa mengalami pergerakan dan diinjeksikan ke tempat lain yang tekanannya lebih rendah (karena adanya tekanan dari batuan induk atau tekanan dari dalam magmanya sendiri) membentuk mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi (Residual Liqud Injection).

c. Residual Liquid Pegmatitic Injection

Pembentukan pegmatitik dihasilkan dari injeksi fluida magmatik yang mengandung bahan-bahan mineral pembentuk batuan yang masih tersisa, air, karbondioksida, konsentrasi rare elements, mineralizers, dan logam. Beberapa deposit pegmatite memiliki deposit mineral berharga dan layak untuk dieksploitasi. Tubuh pegmatitik biasanya berupa intrusi dike atau intrusi irregular.

Pegmatit yang memiliki nilai ekonomi umumnya berasosiasi dengan batuan beku felsik seperti granit dan diorit. Deposit pegmatite dicirikan oleh dominasi kuarsa, feldspar, dan mika; mineral tersebut membentuk zonasi dari dinding (wall) ke inti (core) injeksi. Feldspar dan mika dominan pada bagian dinding hingga intermediet, kuarsa dominan pada bagian inti. Kristal-kristal besar pada zona inti dihasilkan dari fluiditas magma yang sangat tinggi (viskositas rendah) memungkinkan ion-ion dapat bergerak lebih cepat untuk membentuk muka kristal. Deposit logam yang cukup penting adalah tantalium, niobium, tin, tungsten, molybdenum, dan uranium. Disamping itu, terdapat pula deposit mineral industri seperti feldspar, mika, kuarsa, korondum, kriolit, gemstone, rare earth, dan mineral-mineral yang mengandung beryllium, lithium, cesium, dan rubidium.

d. Immiscible Liquid Injection

Jika fraksi yang kaya akan sulfida telah terakumulasi (seperti dijelaskan diatas) dan kemudian mengalami gangguan sebelum terkonsolidasi, fraksi tersebut akan mendesak ke dinding dapur magma membentuk celah atau membentuk daerah breksiasi pada batuan samping dan akhirnya terkonsolidasi membentuk immiscible liquid injection.

• Setelah proses-proses di atas terjadi (Early Magmatic Process dan Late Magmatic Process) jika magma asalnya banyak mengandung unsur volatile, maka

9

Page 13: Sedimen Deposit

unsureunsur volatile tersebut bersama larutan sisa, disebut larutan magma sisa (rest magma) akan membentuk jebakan transisi ke pegmatitit-pneumatolitis.

• Apabila pembentukan deposit pegmatitit-pneumatolitis sudah berakhir, maka larutan sisa magmanya akan sangat encer, karena tekanan gasnya sudah menurun dengan cepat. Larutan terakhir ini akan membentuk jebakan hidrotermal.

2.2.2. Proses Pegmatisme

Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan

pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara

600˚C sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya

Granit.

2.2.3. Proses Pneumatolisis

Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai

membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer.

Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan

samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses

sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan

yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineral

pneumatolitis.

2.2.4. Proses Hydrotermal

Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh

temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk

sebelumnya. Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :

Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :

Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.

Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi

dengan kedalaman yang besar.

10

Page 14: Sedimen Deposit

Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan

Spalerite serta oksida besi.

Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.

Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :

Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan

hipotermal.

Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan

permukaan bumi.

Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami

proses penggantian antara lain berupa “crustification” dan “banding”.

Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida

Sn.

Proses pengayaan sering terjadi.

Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :

Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.

Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).

Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.

Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).

Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.

Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”-

nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.

Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses

endapan hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses

mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang

terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan

batuan, yang berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein,

Saddle-reefs, Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan

collapse), Solution cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space

filling, Vessiculer fillings.

11

Page 15: Sedimen Deposit

2.2.5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)

Adalah proses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic

yang didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan

sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan

metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol

oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur

endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang

sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara

serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-

mineral baru yang lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral

membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang

digantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang

dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas :

Massive, Lode fissure, dan Disseminated.

Metasomatisme Kontak

Umumnya magma tidak sempat mencapai permukaan bumi, tapi

terkonsolidasi di dalam kerak bumi. Selama proses konsolidasi tersebut (1)

emanasi fluida bertemperatur tinggi (selama atau sesaat setelah konsolidasi

magma) menghasilkan efek pada invaded rock, dan (2) kristalisasi cenderung

menyebabkan konsentrasi volatil dalam residual liquid bertambah, sehingga pada

akhir konsolidasi terdapat volatile dalam jumlah besar yang akan bereaksi dengan

batuan samping.

Efek emanasi magma pada batuan samping terdiri atas dua tipe, yaitu (1)

efek panas

tanpa aksesi dari magma yang menghasilkan metamorfisme kontak, dan

(2) efek panas yang disertai aksesi dari dapur magma yang menghasilkan

metasomatisme kontak. Kedua tipe tersebut agak sulit dibedakan, dalam kaitannya

dengan deposit mineral metamorfisme kontak jarang menghasilkan deposit

mineral yang cukup ekonomis dan sebaliknya metasomatisme kontak sering

menghasilkan deposit mineral yang ekonomik.

12

Page 16: Sedimen Deposit

Metamorfisme kontak memperlihatkan sifat-sifat yang dipengaruhi oleh :

(1) endogene atau efek internal pada daerah diluar margin tubuh intrusif

dan

(2) exogene atau efek eksternal pada batuan yang kontak dengan intrusi

magma.

Dalam semua alterasi tersebut komposisi kimia batuan hampir tidak ada

perubahan. Alterasi semakin kuat pada daerah yang dekat dengan tubuh intrusi

dan menghasilkan suatu metamorphic aureule disekitar intrusi dalam berbagai

bentuk dan ukuran tergantung pada bentuk dan ukuran intrusi. Metasomatisme

kontak berbeda dengan metamorfisme kontak dalam hal banyaknya accessions

dari magma yang terlibat dalam reaksi. Dalam reaksi metasomatik dengan batuan

kontak, mineral baru yang terbentuk dibawah kondisi temperatur dan tekanan

yang tinggi bisa terdiri atas sebagian atau seluruhnya berasal dari magma.

Mineraloginya pun lebih bervariasi dan kompleks dibanding metamorfisme

kontak, sedang depositnya terbentuk dengan baik terutama pada batuan

calcareous.

Proses dan Efek

Emanation membawa unsur-unsur yang me-replace the intruded

rock membentuk mineral logam dan non-logam yang terdistribusi secara tidak

teratur dalam contact aureule. Tapi tidak semua intrusi magma dapat

menghasilkan deposit metasomatisme kontak berharga karena sangat terkait

dengan tipe magma dan lingkungan pembentukannya. Magma harus mengandung

unsur-unsur berharga, dan batuan kontak harus berupa batuan yang reaktif dan

pada the invaded zone sebaiknya dapat dicapai oleh sirkulasi air konat dan air

meteorik.

Temperatur.

Semakin jauh dari zona kontak, temperatur semakin menurun.

Penurunan tersebut (secara gradual selama pendinginan magma yang lambat)

13

Page 17: Sedimen Deposit

menyebabkan terjadinya zona mineralisasi disekitar tubuh intrusif. Disamping

temperatur, zonasi tersebut juga sangat tergantung pada chemical gradient.

Kehadiran mineral wollastonite, andalusite, sillimanite, kyanite, kuarsa, dan lain-

lain, mengindikasikan bahwa metasomatisme kontak terjadi pada temperatur

antara 300o-800oC, meski bisa juga (sangat jarang) terbentuk pada temperatur

yang lebih tinggi.

Rekristalisasi, Rekombinasi, dan Accessions.

Rekristalisasi dan rekombinasi mineral penyusun batuan terjadi

pada alteration halo. Rekristalisasi adalah indikasi paling ringan dalam aksi

kontak magma dengan invaded rock, terbentuk pada zona alterasi terluar.

Rekombinasi ion-ion terjadi dengan penambahan material dari magma.

Sebagai contoh, mineral AB dan CD te-rekombinasi menjadi AC dan BD,

kemudian menjadi ACX dan BDY, dimana X dan Y adalah Accessions dari

magma.

Dolomit + kuarsa (+ temperatur tinggi) → tremolite, kemudian seiring

dengan naiknya temperatur terbentuk forsterite, diopside, periclase, wollastonite,

monticellite, spurrite, merwinite, dan larnite.

Magmatic accession terutama terdiri atas logam-logam, silika, sulfur,

boron, chloride, fluorine, potassium, magnesium, dan sejumlah sodium.

Perubahan Volume.

Berbagai penelitian menunjukkan adanya ekspansi volume dalam

metasomatisme kontak. Lingdren yang meneliti deposit metasomatik di Morenici,

Arizona, menunjukkan jika CaO dalam 1cc CaCO3 dikonversi menjadi andradit

garnet, volume CaO akan berubah menjadi 1,40cc, atau terjadi ekspansi volume

hampir setengah dari volume semula.

Tahap Pembentukan.

14

Page 18: Sedimen Deposit

Metasomatisme kontak mulai terjadi sesaat setelah intrusi dan berlanjut

hingga setelah bagian terluar intrusif terkonsolidasi. Secara umum, tahap pertama

terjadi rekristalisasi dan rekombinasi dengan atau tanpa accessions dari magma.

Mineral yang pertama terbentuk adalah mineral-mineral silikat. Magnetit dan

hematite kadang terbentuk bersamaan atau sesudah pembentukan mineral-mineral

silikat tersebut, tapi secara umum kedua jenis mineral tersebut (silikat dan oksida)

mendahului pembentukan mineral-mineral sulfida. Berturut-turut terbentuk pyrite

dan arsenopyrite, disusul oleh pyrhotite, molybdenite, sphalerite, chalcopyrite,

galena, dan paling akhir terbentuk sulfo-salts. Pada beberapa tempat, sulfida

ditemukan terbentuk bersamaan dengan silikat, namun ini sangat jarang terjadi.

Transfer material antara fluida magmatik dengan batuan samping terutama terjadi

pada periode akhir konsolidasi magma, yaitu setelah pendinginan border atau chill

zone dan selama akumulasi magma sisa dimana mineralizer mulai terbentuk.

2.2.6. Proses Sedimenter

Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.

2.2.7. Proses Evaporasi

Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.

2.2.8. Konsentrasi Residu dan Mekanik

Terdiri atas :

Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-

lain.

Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan

eolian.

2.2.9. Supergen enrichment

15

Page 19: Sedimen Deposit

2.2.10. Metamorfisme

Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan

metamorfisme

16

Page 20: Sedimen Deposit

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

17

Page 21: Sedimen Deposit

DAFTAR PUSTAKA

Asisten, Team. 2003. “Penuntun Praktikum Kristalografi dan Mineralogi”.

Institut Teknologi Medan

Mondadori, Arlondo. 1977. ”Simons & Schuster’s Guide to Rocks and Minerals”.

Milan : Simons & Schuster’s Inc.

Noor, D. 2008. ”Pengantar Geologi”. Bogor : Universitas Pakuan

Salisbury, Edwar Dana. 1921. ”A Textbook of Mineralogy”. New York :

JohnWiley & Sons.

18