Lap Ekonper
-
Upload
ferdy-hajar-dewantara -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of Lap Ekonper
-
7/28/2019 Lap Ekonper
1/15
LAPORAN PRAKTIKUM
EKONOMI PERIKANAN
Disusun oleh :1. Ben Asri Primadewi BOA0060032. Juanita Anik J. BOA0060103. Danang Tri Atmaja BOA0060124. Nugrah Tarunianingtyas BOA0060185. Dwi Suryo Ismantoro BOA006022
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
PURWOKERTO
2008
-
7/28/2019 Lap Ekonper
2/15
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
1. Ben Asri Primadewi BOA006003
2. Juanita Anik J. BOA006010
3. Danang Tri Atmaja BOA006012
4. Nugrah Tarunianingtyas BOA006018
5. Dwi Suryo Ismantoro BOA006022
LAPORAN PRAKTIKUM EKONOMI PERIKANAN
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti
ujian semester mata kuliah Ekonomi Perikanan,
Program Studi D-III Pengelolaan Sumber Daya Perikanan
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto.
Diterima dan Disetujui
Pada tanggal, Juni 2008
Teuku JunaidiNIP
-
7/28/2019 Lap Ekonper
3/15
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Atas kehendak-Nya pula penulis
dapat menyelesaikan laporan Ekonomi Perikanan. Laporan praktikum ini disusun
sebagai persyaratan mengikuti ujian semester mata kuliah Ekonomi Perikanan
pada Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Teuku Junaidi selaku pengampu mata kuliah Teknik Pembenihan
Ikan.2. Rekan-rekan yang telah membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan
dengan baik.
3. Para staf dan karyawan perpustakaan Biologi dan perpustakaan UNSOED
Purwokerto.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak
kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Purwokerto, Juni 2008
Penulis
-
7/28/2019 Lap Ekonper
4/15
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKABAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
-
7/28/2019 Lap Ekonper
5/15
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara tradisional setelah nelayan memperoleh hasil ikan tangkapan,
mereka lalu mencoba menjual sendiri kepada konsumen setempat melalui cara
barter atau dengan nilai uang tertentu. Kegiatan ini tidak terorganisir dengan baik
dan kurang efisien dan tidak produktif, mutu ikan tidak dijaga sehingga harga ikan
cenderung menurun. Perkembangannya lain dengan adanya upaya bahwa
pemasaran ikan harus dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi
ikan dijual secara lelang dan terorganisir sehingga harga tidak ditentukan oleh
pembeli dan mutu ikan dapat dipertahankan serta nilai jual yang diperoleh nelayanlebih besar. Melihat kenyataan demikian, pelaksanaan lelang akhirnya menjadi
kebutuhan nelayan.
Pelelangan ikan adalah suatu kegiatan disuatu tempat pelelangan ikan guna
mempertemukan antara penjual dan pembeli ikan sehingga terjadi tawar-menawar
harga ikan yang mereka sepakati bersama. Dengan demikian pelelangan ikan
adalah salah satu mata rantai tata niaga ikan.
Menurut UU No 9/1985 tentang perikanan pada pasal 19 menyebutkan
bahwa Pemerintah mengatur tata niaga ikan dan melaksanakan pembinaan mutu
hasil perikanan. Tujuan pengaturan tata niaga oleh Pemerintah agar proses tata
niaga ikan berjalan tertib sehingga nelayan sebagai produsen dan
pembeli/konsumen sama-sama memperoleh manfaat dan saling menguntungkan.
Salah satu bentuk pengaturan yang telah diatur oleh Pemerintah adalah
mewajibkan setiap hasil tangkapan ikan agar dilakukan proses pelelangan ikan
kecuali ikan-ikan untuk ekspor, ikan-ikan dalam jumlah kecil untuk konsumsi
nelayan, ikan-ikan hasil tangkapan untuk penelitian. Dengan demikian proses
pelelangan ikan ini ditujukan untuk pengaturan tata niaga ikan didalam negeri.
Dengan pelelangan ikan demikian ditujukan kepada hasil tangkapan ikan yang
dijual bukan untuk tujuan ekspor.
Untuk memperlancar proses pelelangan ikan ini, Pemerintah telah
membangun tempat pelelangan ikan yang ada di Pelabuhan Perikanan atau
Pangkalan Pendaratan Ikan yang tersebar di seluruh Indonesia. Tempat pelelangan
ikan di suatu Pelabuhan Perikanan adalah merupakan sentral kegiatan perikanan.
-
7/28/2019 Lap Ekonper
6/15
Dengan demikian semakin berfungsinya tempat pelelangan ikan untuk aktivitas
pelelangan ikan maka semakin berfungsi pula suatu Pelabuhan Perikanan. Namun
demikian tidak semua Pelabuhan Perikanan diharuskan memliki tempat
pelelangan ikan tergantung dimana pelabuhan perikanan itu berada dan fungsi
utamanya untuk apa, sebagai contoh pelabuhan perikanan yang berada di
Indonesia Bagian Timur dan lokasi pelabuhan perikanan yang berada pada daerah
terpencil yang jumlah penduduknya relatif sedikit dan umumnya melayani
aktivitas bongkar muat ikan untuk tujuan ekspor tidak memerlukan tempat
pelelangan ikan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pelelangan ikan bermanfaat antara
lain untuk meningkatkan nilai jual yang akan diperoleh nelayan yang pada
akhirnya akan merubah taraf hidupnya kearah lebih sejahtera. Walaupun
Pemerintah telah mengatur aktivitas pelelangan ikan ini, namun yang berjalan
hanya ada di Pulau Jawa saja khususnya di Jawa Tengah, sedangkan tempat-
tempat lain aktivitas lelang ikan ini belum berjalan.
C. Tujuan
Mengetahui kondisi ekonomi masyarakat kota Pekalongan terutama di
bidang Perikanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
-
7/28/2019 Lap Ekonper
7/15
Program Departemen Kelautan dan Perikanan adalah meningkatkan
produksi perikanan dengan segala konsekuensinya-termasuk tentu saja
meningkatnya jumlah angkatan kerja perikanan alias nelayan. Di sisi lain,
permintaan untuk menurunkan jumlah nelayan sebesar 50 persen tentu saja
banyak menimbulkan pertanyaan mengingat kondisi ekonomi masyarakat di
negeri ini (www.kompas).
Pembangunan perikanan memang seperti paradoks. Sumber daya
perikanan yang potensial dan mampu menggenjot penerimaan ekonomi yang
tinggi ternyata tidak tercermin dari kesejahteraan para pelaku perikanan itu
sendiri. Nelayan Indonesia masih tergolong kelompok masyarakat miskin dengan
pendapatan per kapita per bulan sekitar 7-10 dollar AS. Indikator ekonomi
keragaan perikanan juga belum menunjukkan angka yang menggembirakan.
Kontribusi dari sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih
berkisar dua persen (www.kompas).
Degradasi lingkungan yang terjadi juga memprihatinkan. Kondisi yang
diametrikal ini tentu saja kalau dibiarkan akan memperburuk kinerja perikanan itu
sendiri. Ada beberapa hal yang perlu dipikirkan dengan jernih mengenai kebijakan
ekonomi perikanan selama ini. Salah satu penyebab rendahnya kinerja perikanan
adalah karena terjadinya economic overfishing, bukan Malthusian overfishing.
Artinya, selain rasio antara biaya dan harga yang terlalu tinggi, perikanan
Indonesia sebenarnya telah mengalami overcapacity di beberapa wilayah pesisir di
Indonesia (www.kompas).
Kapasitas perikanan di sini tidak semata hanya menyangkut jumlah
nelayan, namun juga terkait dengan indeks dari berbagai input yang digunakan,
seperti jumlah trip, jumlah kapal, tonnage, day-fished, dan sebagainya. Dengandemikian, pengurangan jumlah nelayan semata tidak akan menyelesaikan
permasalahan economic overfishing yang terjadi. Penelitian penulis di beberapa
wilayah di pantai utara (Pantura) Jawa misalnya, mengindikasikan bahwa
kapasitas perikanan di wilayah tersebut sudah melebihi 35 persen dari kapasitas
bioeconomic optimal. Hal ini senada dengan terjadinya overcapacity secara global
yang sudah diklaim oleh Greboval dan Munro (1998). Dengan demikian,
pengurangan jumlah nelayan di samping tidak akan menyelesaikan permasalahan
http://www.kompas/http://www.kompas/http://www.kompas/http://www.kompas/http://www.kompas/http://www.kompas/ -
7/28/2019 Lap Ekonper
8/15
economic overfishing, dikhawatirkan malah akan menimbulkan masalah baru
(www.kompas).
Bagi perikanan di negara berkembang seperti Indonesia, hal tersebut dapat
berakibat kurang baik di tengah tingginya angka pengangguran dan sulitnya
memperoleh lapangan kerja. Selama ini sektor perikanan dianggap sebagai
employment of the last resort sehingga pengurangan jumlah nelayan hingga
separuhnya bisa jadi akan menimbulkan biaya sosial yang cukup tinggi
(www.kompas).
Di tahun 2004 nilai ekspor Pekalongan mencapai 2,904.52 ribu US $, dari
sektor perikanan (kakap merah, tuna steak, dan jenis ikan tangkap lainnya) dan
tekstil (garmen, kain batik,batik printing, kain sarung, rayon, batik sarung,
karpet). Pekalongan berpotensi sebagai tempat investasi di sektor perikanan dan
perkebunan. Komoditi unggulan sektor tersebut adalah perikanan tangkap, tebu,
teh, dan karet.
Total produksi perikanan tangkap 62,008.00 ton (2004), tebu1,673.00 ton
(2003). Kabupaten Pekalongan memiliki dua tempat pelelangan ikan laun yang
menjadi sentra komoditi ini, yaitu; Kecamatan Wonokerto dan Jambean, dan dua
pelabuhan ; PPI Wonokerto and Pekalongan Port.
Di samping perikanan dan perkebunan, Pekalongan nampaknya
menjanjikan di sektor industri tekstil juga. Terdapat beberapa perusahaan tekstil
seperti; PT. Sampangan Duta (Dupantex), PT. Lokatex, dan PT. Karismatex. Di
kecamatan Buaran ditemukan pula industri kain tenun. Di Pekalongan juga
disediakan kawasan industri bernama Kawasan Industri PPNP.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
http://www.kompas/http://www.kompas/http://www.kompas/http://www.kompas/ -
7/28/2019 Lap Ekonper
9/15
KONDISI PERIKANAN DI PPN PEKALONGAN
a. Armada Perikanan
Tahun Purse seine Gill net Long line lainnya Jumlah
2002 467 60 137 71 735
2003 484 84 126 57 751
2004 482 135 11 93 721
2005 357 96 65 50 568
2006 243 137 26 38 444
2007 235 180 10 - 425
b. Produksi perikanan
Tahun Produksi (Kg) Nilai (Rp.)
2002 51.761.051 166.569.875.000,-
2003 55.158.282 168.976.553.000,-
2004 58.962.505 181.549.499.000,-
2005 43.350.327 177.962.018.000,-
2006 32.099.185 151.235.197.100,-
2007 29.285.464 131.742.543.000,-
c. Penyerapan tenaga kerja
Tahun Nelayan Pedagang/pengolah Pekerja lainnya jumlah
2002 18.255 406 3.933 22.594
2003 19.005 446 4.326 23.777
2004 19.235 499 4.086 23.820
2005 14.120 447 4.134 18.701
2006 10.400 379 3.721 14.500
2007 9.835 368 3.120 13.323
-
7/28/2019 Lap Ekonper
10/15
d. Jenis ikan :
Layang, Lemuru. Banyar, Bentong, Tongkol dan Tembang serta jenis ikan
lainnya.
e. Alat penangkap ikan :
Purse seine, gill net, Arad/cotok.
f. Musim ikan :
Puncak musim ikan : Oktober-November
Musim terendah : Januari-Pebruari
g. Daerah penangkapan ikan
Laut Jawa, Selat Karimata, Laut Cina Selatan, Selat Makasar, Laut Utara
NTB.
h. Usaha perikanan yang berkembang di sekitar Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pekalongan
jenis usaha
Tahun
2002 2003 2004 2005 2006 2007penangkapanikan 301 233 247 209 186 153
ikan segar 6 4 11 10 2 2pemindangan 13 5 12 2 1 -
pengasinan 40 24 40 18 10 9
pengalengan 1 1 1 1 1 1
Cold Stroge/room 5 8 5 2 2 2
Bengkel 12 11 12 11 8 5
Dock 5 5 6 5 5 5
BAP 10 5 7 5 5 4
Pabrik Es 6 5 5 5 4 3
Surimi - - - - - 1
-
7/28/2019 Lap Ekonper
11/15
B. Pembahasan
Wilayah dan Penduduk
Kota Pekalongan dengan wilayah seluas 4.525 ha terbagi dalam 4
kecamatan ( kecamatan Pekalongan utara, Barat, Selatan dan Timur ) serta 46
kelurahan. Lahan terbangun diwilayah ini mencapai 1.459 ha dan luas sawah terusberkurang hingga tinggal 2.508 ha yang menunjukkan berkembangan kota yang
pesat. Penduduk Kota Pekalongan sebanyak 263.574 jiwa dan 66 persennya
merupakan usia kerja.
Pertumbuhan dan Prasarana Ekonomi
Perekonomian Kota Pekalongan mengalami pertumbuhan cukup besar
terlihat dari pertumbuhan PDRB sekitar 4,42%/tahun. Sektor ekonomi
-
7/28/2019 Lap Ekonper
12/15
penyumbang utama PDRB adalah industri besar dan sedang serta perdagangan
besar dan eceran. Prasarana ekonomi diantaranya adalah jalan sepanjang 115.222
km 10 unit pasar, 10 unit perbankan negara dan swasta, serta tersedianya listrik,
air bersih dan telkom.
Sektor Industri
Industri yang telah berkembang sebanyak 87 jenis yang terbanyak adalah
industri tekstil dan pengolahan ikan. Industri tekstil mencakup 1.540 unit meliputi
industri pemintalan benang, penyempurnaan kain, tenun ATBM, ATM, batikdan
konveksi. Industri pengolahan hasil perikanan meliputi penggaraman,
pemindangan, pembekuan, dan pengasapan.
Sektor Perdagangan
Nilai ekspor tahun 2005 mencapai 2.023.782,14US US $ yang meliputi
tekstil dan ikan yang keduanya merupakan produk unggulan Kota Pekalongan.
Perdagangan lokal didukung oleh 10 unit pasar (grosir, swalayan dan tradisional ),
242 toko, 3.417 los dan 1.541 kios.
Sektor Perikanan
Kota Pekalongan memiliki pelabuhan ikan dan tempat pelelangan ikan
sebagai potensi pengembangan bisnis perikanan laut. Produksi perikanan pada
tahun 2005 sebesar 43.5159,9 ton dengan nilai Rp. 177.205.561.000,00 dan
perikanan darat sebesar 80.685 kg.
Sektor Wisata
Kota Pekalongan memiliki potensi wisata alam (pantai), wisata budaya
(lopis raksasa syawalan, sedekah laut sadranan, seni tari sintren ), wisata belanja
dan Museum Batik. Perkembangan Penduduk, Perkembangan urban dan industri
merupakan peluang pengembangan wisata di kota ini. (Sumber Kota Pekalongan
Dalam Angka th.2005) (http://wikimapia.org/)
http://wikimapia.org/http://wikimapia.org/ -
7/28/2019 Lap Ekonper
13/15
Jumlah penyerapan tenaga kerja selama enam tahun dari tahun 2002-2007
jumlah penyerapan tenaga kerja paling banyak pada tahun 2004 yaitu 23.820
orang, yang paling rendah pada tahun 2007 yaitu sebanyak 13.232 orang.
Demikian juga pada penghasilan produk perikanan paling banyak pada tahun
2004 dan paling sedikit pada tahun 2007.
MEKANISME PELELANGAN
1) Kapal perikanan yang masuk di PPNP melapor ke pos bersama (PPNP,
Syahbandar, KP3, Polair & Bea Cukai) untuk pemeriksaan dan mendapatkan
nomor urut kemudian berlabuh.
2) Mulai jam 24.00 malam, ikan dibongkar oleh para nelayan ABK dan disortir
sesuai dengan mutu maupun jenisnya untuk ditempatkan pada Fish basket
yang disediakan oleh KUD Makaryo Mino
3) mulai jam 03.00 malam, ditimbang diangkut oleh petugas SPSI
menggunakan gerobak dorong (Songkro) yang disediakan oleh KUD sekali
timbang, 3 basket (75 kg)
4) mulai jam 06.30 pagi setelah para bakul siap lelang, ikan dilelang sesuai
dengan nomor urut kapalnya, sekali lelang 12 basket (3000 kg).ikan dilelang
secara terbuka untuk umu dengan penawaran meningkat dan diberikan kepada
bakul yang berani harga tertinggi.Ikan segar/yang bermutu baik diprioritaskan,
dilelang dahulu.
5) nelayan menerima uang dari kasir TPI setelah dipotong 3 % dari jumlah
lelangnyaBakul membayar pada kasir TPI dengan ditambah 2 %
6) uang pungutan lelang 5% disetorkan ke BPD dan ke Dipenda Propinsi Jawa
Tengah cabang Pekalongan oleh kepala TPI.7) semua transaksi / kegiatan pelelangan ikan setiap hari tercatat dan dibukukan
menggunakan administrasi TPI
-
7/28/2019 Lap Ekonper
14/15
KESIMPULAN
1. Perekonomian Kota Pekalongan mengalami pertumbuhan cukup besar
terlihat dari pertumbuhan PDRB sekitar 4,42%/tahun.
2. Secara umum dapat disimpulkan bahwa penyelengaraan pelelangan ikan
sangat dibutuhkan nelayan dalam upaya mereka memperoleh kepastian
penanganan ikan yang cepat, memasarkan ikan hasil tangkapan dengan
harga yang wajar, dan mutu ikan terjaga, yang pada gilirannya akan
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
3. Pelelangan ikan di PPN Pekalongan timbul tenggelam. Pada saat lelang
pernah terselenggara yakni pada tahun 2007, peranan pelelangan ikan
terlihat sekali dalam rangka meningkatnya perolehan nelayan akibat dari
kapasitas hasil tangkapan menaik. Selain itu terlihat bahwa kualitas
pemasaran ikan juga mengalami peningkatan.
-
7/28/2019 Lap Ekonper
15/15
DAFTAR PUSTAKA
http://wikimapia.org/. Di akses pada tanggal i6 juni 2008.
www.kompas.com. Di akses pada tanggal 14 juni 2008.
http://wikimapia.org/http://www.kompas.com/http://wikimapia.org/http://www.kompas.com/