Lanjuttan Tugas Bu Mumpuni

18
2.6 Kerugian tidak memiliki jamban Dengan masih adanya masyarakat di sutau wilayah yang BAB sembarangan, maka wilayah tersebut terancam beberapa penyakit menular yang berbasis lingkungan diantaranya : Penyakit Cacingan, Cholera (muntaber), Diare, Typus, Disentri, Paratypus, Polio, Hepatitis B dan masih banyak penyakit lainnya. Semakin besar prosentase yang BAB sembarangan maka ancaman penyakit itu semakin tinggi itensitasnya. Keadaan ini sama halnya dengan fenomena bom waktu, yang bisa terjadi ledakan penyakit pada suatu waktu cepat atau lambat. Sebaiknya semua orang BAB di jamban yang memenuhi syarat, dengan demikian wilayahnya terbebas dari ancaman penyakit penyakit tersebut. Dengan BAB di jamban banyak penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Kalau membahas soal jamban maka tentunya harus lengkap dengan sarana Air Bersih untuk menunjang keberlangsungan pemanfaatan jamban. 2.7 Kriteria Jamban Sehat Jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau sayarat Sanitasi adalah sebagai berikut : 1. Kotoran tidak dapat dijangkau oleh binatang penular penyakit, seperti : Kecoa, tikus, lalat dll. 2. Tidak menimbulkan bau 3. Kotoran ditempatkan disuatu tempat, tidak menyebar ke mana mana 4. Tidak mencemari sumber air bersih 5. Tidak menggangu pemandangan/estetika 6. Aman digunakan Untuk memenuhi syarat no.1 dan 3, maka kotoran ditempatkan di satu tempat, bisa lobang jamban atau septik tank, ukuran volumenya disesuaikan dengan kebutuhan atau jumlah pemakai. Untuk memenuhi syarat no 1 dan 2, maka digunakan kloset yang dilengkapi leher angsa, dimana pada leher angsa akan tergenang air utnuk mencegah bau yang timbul dari lobang jamban atau septic tank, dan mencegah masuknya binatang binatang seperti

description

akhi_129

Transcript of Lanjuttan Tugas Bu Mumpuni

2.6 Kerugian tidak memiliki jamban

Dengan masih adanya masyarakat di sutau wilayah yang BAB sembarangan, maka wilayah tersebut terancam beberapa penyakit menular yang berbasis lingkungan diantaranya : Penyakit Cacingan, Cholera (muntaber), Diare, Typus, Disentri, Paratypus, Polio, Hepatitis B dan masih banyak penyakit lainnya. Semakin besar prosentase yang BAB sembarangan maka ancaman penyakit itu semakin tinggi itensitasnya. Keadaan ini sama halnya dengan fenomena bom waktu, yang bisa terjadi ledakan penyakit pada suatu waktu cepat atau lambat.

Sebaiknya semua orang BAB di jamban yang memenuhi syarat, dengan demikian wilayahnya terbebas dari ancaman penyakit penyakit tersebut. Dengan BAB di jamban banyak penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Kalau membahas soal jamban maka tentunya harus lengkap dengan sarana Air Bersih untuk menunjang keberlangsungan pemanfaatan jamban.

2.7 Kriteria Jamban Sehat

Jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau sayarat Sanitasi adalah sebagai berikut :

1. Kotoran tidak dapat dijangkau oleh binatang penular penyakit, seperti : Kecoa, tikus, lalat dll.2. Tidak menimbulkan bau3. Kotoran ditempatkan disuatu tempat, tidak menyebar ke mana mana4. Tidak mencemari sumber air bersih5. Tidak menggangu pemandangan/estetika6. Aman digunakan

Untuk memenuhi syarat no.1 dan 3, maka kotoran ditempatkan di satu tempat, bisa lobang jamban atau septik tank, ukuran volumenya disesuaikan dengan kebutuhan atau jumlah pemakai. Untuk memenuhi syarat no 1 dan 2, maka digunakan kloset yang dilengkapi leher angsa, dimana pada leher angsa akan tergenang air utnuk mencegah bau yang timbul dari lobang jamban atau septic tank, dan mencegah masuknya binatang binatang seperti lalat, kecoa, nyamuk, tikus dll. Untuk memenuhi syarat no. 4 , dalam membuat jamban terutama lokasi lobang jamban atau septic tank atau lobang resapan dibuat sejauh mingkin dari sumber air yang ada misalnya Sumur Gali dsbnya, atau setidak tidaknya tidak kurang dari 10 meter jarak antara sumur dan lobang jamban. Sedangkan untuk memenuhi syarat no 5 dan 6 , hendaknya jamban dibuat dari bahan bahan yang memadai baik kekuatannya maupun konstruksinya dibuat sedemikan rupa agar kelihatan indah dan rapi.

Jangan lupa pemeliharaan jamban perlu dibiasakan setiap hari, misalnya membersihkan dan menyikat lantai agar tidak licin, menguras bak air agar terhindar dari penyakit Demam Berdarah Dengue, siram kloset dengan air secukupnya setelah digunakan, tidak membuang sampah, puntung rokok, pembalut wanita, air sabun, lisol kedalam kloset.

2.8 Syarat Membuat Jamban Sehat

Buang air besar (BAB) sembarangan bukan lagi zamannya. Dampak BAB sembarangan sangat buruk bagi kesehatan dan keindahan. Selain jorok, berbagai jenis penyakit ditularkan.

Sebagai gantinya, BAB harus pada tempatnya yakni di jamban. Hanya saja harus diperhatikan pembangunan jamban tersebut agar tetap sehat dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.

Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:

1. Tidak mencemari air

Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.

1. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter2. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.3. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut2. Tidak mencemari tanah permukaan

1. Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.2. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.3. Bebas dari serangga

1. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah2. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk. 3. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya4. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering5. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

1. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan2. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air3. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran4. Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodic5. Aman digunakan oleh pemakainya

1. Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya

1. Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran2. Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran3. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh4. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:1007. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

1. Jamban harus berdinding dan berpintu2. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

2.9 Kriteria Jamban Sehat

Jamban Sehat secara prinsip harus mampu memutuskan hubungan antara tinja dan lingkungan. Sebuah jamban dikatagorikan SEHAT jika :

1. Mencegah kontaminasi ke badan air

2. Mencegah kontak antara manusia dan tinja

3. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang

4. Mencegah bau yang tidak sedap

5. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik & aman bagi pengguna.

Secara konstruksi kriteria diatas dalam prakteknya mempunyai banyak bentuk pilihan, tergantung jenis material penyusun maupun bentuk konstruksi jamban. Pada prinsipnya bangunan jamban dibagi menjadi 3 bagian utama, bangunan bagian atas (rumah jamban), bangunan bagian tengah (slab/dudukan jamban), serta bangunan bagian bawah (penampung tinja).

1. Rumah jamban (bangunan bagian atas)

Bangunan bagian atas bangunan jamban terdiri dari atap, rangka dan dinding. Dalam prakteknya disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.

Beberapa pertimbangan pada bagian ini antara lain :

- Sirkulasi udara yang cukup

- Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar

- Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim hujan)

- Kemudahan akses di malam hari- Disarankan untuk menggunakan bahan local

- Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci tangan

2. Slab / dudukan jamban (bangunan bagian tengah)

Slab berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat berpijak. Pada jamban cemplung slab dilengkapi dengan penutup, sedangkan pada kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa) fungsi penutup ini digantikan oleh keberadaan air yang secara otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya. Selain slab, pada bagian ini juga dilengkapi dengan abu atau air. Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit) setelah digunakan akan mengurangi bau dan kelembaban, dan membuatnya tidak menarik bagi lalat untuk berkembang biak. Sedangkan air dan sabun digunakan untuk cuci tangan.

Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah:

- Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap gangguan serangga atau binatang lain.

Dudukan jamban dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan (menghindari licin, runtuh, atau terperosok).

- Bangunan dapat menghindarkan/melindungi dari kemungkinan timbulnya bau.

- Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup.

3. Penampung tinja (bangunan bagian bawah)

Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk persegi, lingkaran, bundar atau yang lainnya. Kedalaman tergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan bahan penguat seperti anyaman bambu, batu bata, ring beton, dan lain lain.

Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah antara lain:

- Daya resap tanah (jenis tanah)

- Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan

- Ketinggian muka air tanah

- Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan terhadap sumber air minum (lebih baik diatas 10 m)

- Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/kapasitas)

- Diutamakan dapat menggunakan bahan local

- Bangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole

Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban (sehat) harus mencapai 100% pada seluruh komunitas. Keadaan ini kemudian lebih dikenal dengan istilah Open Defecation Free (ODF).

3.0 Suatu masyarakat disebut ODF jika :

1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban.2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.3. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.4. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban sehat.5. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.7. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.8. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana jamban dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid pada jam sekolah.9. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting untuk menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai.

3.1 Suatu komunitas yang sudah mencapai status Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan, pada tahap pasca ODF diharapkan akan mencapai tahap yang disebut Sanitasi Total. Sanitasi Total akan dicapai jika semua masyarakat di suatu komunitas, telah:1. Semua masyarakat berhenti BAB di sembarang tempat.2. Semua masyarakat telah mempunyai dan menggunakan jamban yang sehat dan memeliharanya dengan baik.3. Semua masyarakat telah terbiasa mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun setelah BAB, setelah menceboki anak, sebelum makan, sebelum memberi makan bayi, dan sebelum menyiapkan makanan.4. Semua masyarakat telah mengelola dan menyimpan air minum dan makanan dengan aman.5. Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat) dengan benar.3.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.Komunitas merupakan kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial berdasarkan kesamaan kebutuhan dan nilai-nilai untuk meraih tujuan. Target program yang ada pada STBM sendiri terdiri dari 5 (lima) Pilar yaitu :1. Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (ODF)2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)3. Pengelolaan Makanan dan Minuman Rumah Tangga4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah TanggaYang mana cakupan area pendekatan utamanya adalah tingkat rumah tangga secara kolektif. Untuk menjalankan itu semua harus digerakkan dan disinergikan melalui 3 komponen pendekatan yaitu :1. Menciptakan Kebutuhan (Demand Creation)2. Ketersediaan Pasokan (Supply Improvement)3. Lingkungan yang Mendukung (Enabling Environment)3.3 GAMBARAN UMUMJorong Kayu Kalek Nagari Koto Anau merupakan salah satu lokasi replikasi PAMSIMAS Kab. Solok tahun 2011. Berdasarkan hasil pemantauan awal, pada tanggal 6 April 2011, jorong ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 563 Jiwa, dan 145 KK. Dari 106 Rumah terdapat 5 rumah yang memiliki sarana Jamban Keluarga, 3 diantaranya Memenuhi Persyaratan Kesehatan (Leher angsa & tangki septik). Dan terdapat 2 buah sarana jamban yang terletak di SD dan POSKESRI.Untuk Air minum, penduduk menggunakan air yang berasal dari 3 sumber mata air dan 1 buah sumur gali dan sebahagian kecil menggunakan air hujan. Sedangkan untuk air bersih, penduduk masih menggunakan air banda (Sungai). Sebagian besar penduduk masih menggunakan air sungai sebagai tempat MCK.I PEMICUAN Pemicuan I (Masjid Kayu kalek, 20 Juni 2011) Pemicuan dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2011 di masjid Kayu Kalek. Dengan jumlah peserta sebanyak 28 peserta dan tim fasilitator (3 orang Tim Kesehatan Puskesmas, dan 4 orang Tim Pamsimas). Adapun alur kegiatan pemicuan adalah sebagai berikut:1. Perkenalan2. Mapping3. Hitung Volume Tinja4. Alur Kontaminasi5. Simulasi Air6. Puncak Pemicuan7. Penutup

PerkenalanPada awal pemicuan, fasilitator memperkenalkan diri dan mencairkan suasana dengan menanyakan suasana dan kondisi lingkungan yang berasal dari perkataan masyarakat, Ini bertujuan agar masyarakat tidak merasa kaku dan nyaman ketika berada pada saat pemicuan. Sehingga masyarakat secara terbuka memberikan informasi keadaan sekitar dan masyarakat pun secara tidak langsung turut berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan. MappingMapping (pemetaan) bertujuan untuk mengetahui atau melihat peta wilayah BAB masyarakat serta sebagai alat monitoring (pasca triggering setelah ada mobilisasi masyarakat).Setelah perkenalan, fasilitator mengajak masyarakat untuk menggambar keadaan kampung mereka dengan menggunakan peralatan seadanya seperti tepung (untuk batas wilayah), kertas hijau (rumah warga), kertas biru (sumber air bersih), kertas kado (aliran sungai), kertas putih (jamban sehat), dan kertas kuning (lokasi BABS).Semua peserta berpartisipasi aktif pada saat pemetaan. Fasilitator mengajak semua peserta kedalam peta. Masing-masing peserta menunjukkan rumah dan lokasi BAB. Setelah itu, fasilitator meminta masyarakat untuk mengamati keadaan desa mereka yang telah di kepung oleh BAB dengan menanyakan kepada peserta Bagaimana perasaan jika melihat keadaan kampong yang seperti ini?Kemudian, fasilitator mengajukan pertanyaan Apakah merasa bangga dan nyaman dengan keadaan yang telah dikepung oleh BAB?. Hitung Volume TinjaFasilitator dan masyarakat bersama-sama menghitung volume tinja yang dibuang sembarangan yang dihasilkan di lingkungan tersebut. Mulai dari menghitung jumlah KK dan jiwa, berapa kali dalam sehari jumlah tai yang dihasilkan, berapa banyak tai yang dihasilkan (Kg) dalam satu kali BAB. Kemudian jumlah tai yang dihasilkan dalam sehari (Kg) dikalikan dengan jumlah yang dihasilkan oleh satu orang dalam sehari, dikali dengan jumlah penduduk, hitung dalam sehari, seminggu, sebulan, dan setahun, dst. Fasilitator mengajak masyarakat membayangkan jika seandainya tai yang dihasilkan selama satu bulan ditumpuk dalam karung kemudian dibandingkan dengan tumpukan karung beras. Setelah itu fasilitator bertanya manakah yang lebih indah dilihat tumpukan karung beras atau tumpukan karung tai. Alur KontaminasiFasilitator menanyakan kepada masyarakat kemana semua kotoran itu menghilang. Apakah mungkin kotoran itu masuk kedalam air. Kemana saja kotoran itu pergi. Kemudian masyarakat berdiskusi atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh fasilitator. Simulasi AirFasilitator meminta dan menunjukkan satu gelas air minum. Kemudian menawarkan segelas air itu, kepada siapa yang mau meminumnya. Air yang ditawarkan tersebut diminum oleh warga yang dilihat oleh semua peserta.Fasilitator menunjukkan kembali segelas air minum yang baru, kemudian meminta salah seorang warga menarik sehelai rambutnya. Rambut tersebut dianggap seolah-olah kaki lalat disentuhkan ke tepung yang seolah-olah berupa kotoran, kemudian rambut yang terkena tepung dicelupkan ke dalam segelas air tersebut. Fasilitator menanyakan kepada peserta siapa yang bersedia minum air dalam gelas tersebut. Namun tak seorang pun peserta yang bersedia meminumnya. Kemudian fasilitator menanyakan alasan mengapa tidak bersedia meminumnya. Peristiwa ini sudah menimbulkan perasaan jijik peserta terhadap kotoran. Puncak PemicuanPada saat ini, masyarakat mulai memikirkan bagaimana cara menghentikan Buang air besar sembarangan, hal ini terlihat dari beragam jawaban yang dilontarkan peserta. Fasilitator menanyakan apa yang harus kita lakukan dengan kotoran ini, dengan apa sebaiknya dihilangkan, adakah cara yang sederhana untuk menghilangkannya. Apa langkah awal yang harus dilakukan.Dengan pertanyaan tersebut, para peserta mengatakan ingin segera menghilangkan kotoran yaitu dengan membangun jamban. Mulai dari jamban sederhana hingga yang mahal pun terpikirkan. Meskipun bertahap, mereka pun sepakat dan berjanji untuk segera membuat jamban yang dimulai dengan perjanjian membuat lubang septic sebagai langkah awal pembuatan jamban.Pemicuan II (Lapangan SDN 24 Koto Anau, 12 Januari 2012)Pemicuan dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2012 di lapangan SDN 24 Koto Anau. Dengan jumlah peserta sebanyak 17 peserta dan tim fasilitator (2 orang Tim Kesehatan, Pimpinan Puskesmas, dan 1 orang Tim Pamsimas). Gender peserta yang hadir adalah wanita dan anak-anak.Alur kegiatan ini tidak jauh berbeda dengan Pemicuan I. Namun, setelah tahap perkenalan, dilakukan Transect-walk. Fasilitator mengajak peserta untuk berjalan-jalan mengikuti aliran sungai dan tempat-tempat pembuangan tinja hingga tampak ada kotoran yang tersangkut. Kemudian fasilitator menanyakan apakah yang tersangkut itu. Fasilitator dengan sengaja mengajukan beragam pertanyaan dengan jangka waktu yang cukup lama hingga peserta menutup hidung akibat bau yang ditimbulkan. Kemudian fasilitator menanyakan kenapa menutup hidung. Apakah ada yang salah berdiri ditempat ini. Setelah melakukan transect-walk, maka alur kegiatan pun dilanjutkan seperti pada pemicuan I.Pada pemicuan ke II, fasilitator tidak hanya melakukan simulasi air. Karena simulasi tersebut pernah ditunjukkan sebelumnya, fasilitator melakukan simulasi pada makanan, air, dan tangan sebagai salah satu petunjuk alur kontaminasi. Pada tahap ini tidak jauh berbeda dengan simulasi air. Namun, fasilitator mengganti media air dengan 2 bungkus roti, sabun, air bersih, dan sapu tangan.Bungkusan roti pertama ditawarkan kepada peserta yang bersedia untuk memakan roti tersebut. Dengan ini, semua peserta menyaksikan komentar dari peserta bahwa roti ini aman dimakan. Setelah itu, fasilitator membandingkan dengan bungkusan roti ke-dua. Fasilitator memperagakan tangan menyentuh tepung yang dianggap seolah-olah tangan tersebut tidak dicuci dengan sabun setelah BAB. Dengan tangan tersebut, fasilitator memberikan roti yang ke-dua kepada salah satu peserta. Namun, tak satupun peserta yang mau memakan roti tersebut. Karena hal tersebut, maka fasilitator bertanya mengapa tidak mau memakan roti, padahal roti ke-dua sama dengan roti pertama. Apakah ada yang salah. Dimana letak kesalahannya. Dengan berbagai pertanyaan maka peserta menjawab makanan tersebut sudah tercemar oleh kotoran.Dengan demikian, fasilitator menanyakan apa yang harus dilakukan agar makanan ini aman dimakan. Dan peserta menjawab sebelum makan hendaknya cuci tangan pakai sabun. Kemudian fasilitator menanyakan kembali mengapa tangan harus dicuci pakai sabun, dan peserta menjawab karena tangan telah tercemar oleh kotoran. Fasilitator menanyakan kembali, jika seperti itu apa yang harus kita lakukan dengan kotoran hingga akhirnya peserta yakin untuk menyegerakan menyelesaikan pembuatan jamban.

II PENYULUHAN PHBS & KESLINGSebagai tindak lanjut dari pelaksanaan kegiatan, petugas sanitasi dan bidan jorong bersama tim Pamsimas mengadakan penyuluhan PHBS dan Kesling yang di adakan pada tanggal 6 Januari 2012 yang diadakan di SDN 24 Koto Anau. Acara ini dihadiri sebanyak 35 peserta dengan Gender pria, wanita, dan anak-anak.Dalam kegiatan ini, petugas sanitasi sebagai narasumber, tim pamsimas dan bidan desa sebagai pengatur dan pengawasan kegiatan. Jumlah masyarakat yang hadir telah menggambarkan keterwakilan dusun, laki-laki, perempuan, kaya dan miskin.Adapun materi yang disampaikan adalah berupa perkenalan, pengantar, hingga pemahaman warga terhadap hidup berperilaku bersih dan sehat beserta kesehatan lingkungan. Masyarakat telah memahami dan sepakat terhadap hasil penyuluhan tersebut.

III PELATIHAN NATURAL LEADERSetelah dilakukan pemicuan I, telah ditemukan secara alami peserta yang memiliki keinginan merubah perilaku dan bersedia sebagai pemantau perilaku kebiasaan Buang air besar masyarakat (Natural Leader). Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan Natural Leader sebagai tindak lanjut dari pemantauan perilaku masyarakat.Dalam kegiatan ini, petugas sanitasi tidak bisa hadir sebagai narasumber. Namun, petugas sanitasi memberikan kepercayaan kepada bidan desa dan tim pamsimas untuk melaksanakan kegiatan tersebut yaitu dengan memberikan Pedoman Pelatihan Natural Leader Dalam rangka Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang ditulis oleh petugas sanitasi pada tahun 2010. Sehingga, kegiatan ini pun dapat dilaksanakan dengan baik pada bulan Desember 2011.IV LINGKUNGAN SEKOLAHAgar pelaksanaan sanitasi dilakukan secara total, maka Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat juga perlu dilakukan di lingkungan pendidikan. Anak didik dilatih sejak dini untuk merubah perilaku menjadi pribadi yang berperilaku hidup bersih dan sehat. Adapun sekolah yang akan dilatih adalah SDN 24 Koto Anau.

Penyuluhan PHBS dan KESLING di SEKOLAHBersama dengan kegiatan Pemeriksaan Faktor Risiko Lingkungan Sekolah tanggal 6 April 2011, petugas sanitasi mengadakan penyuluhan PHBS dan Kesling yang dihadiri oleh Dokter Kecil dan Guru Kelas.Sedangkan penyuluhan ke-dua dan Demo CTPS dan Gosok gigi dilaksanakan pada bulan Desember 2011 oleh Bidan Desa dan tim Pamsimas. Petugas Sanitasi tidak bisa hadir pada kegiatan tersebut.

LOMBA KEBERSIHAN KELASPada tanggal 13 Januari 2012, dilaksanakan penilaian Lomba kebersihan kelas. Lomba ini dihadiri oleh peserta didik dan partisipasi dari Para Guru. Penilaian ini dilakukan oleh Tim kesehatan bersama Tim Pamsimas. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan semangat para peserta didik untuk menjaga kebersihan lingkungan dan membangun kepribadian hidup ber-PHBS. Dalam hal ini para peserta dan guru sepakat terhadap hasil penilaian lomba kebersihan kelas.V PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN JAMBANPada tanggal 22 Februari 2012, telah dilaksanakan Inspeksi Sanitasi Perumahan di kawasan pemukiman Jorong Kayu Kalek Nagari Koto Anau. Salah satu indicator kegiatan pamsimas adalah ketersediaan jamban. Dari hasil kegiatan, telah ditemukan rumah yang telah memiliki Sarana Jamban keluarga sebanyak 15 sarana yang Memenuhi Syarat, 2 Sarana yang Tidak Memenuhi Syarat (non septic tank), dan 8 sarana masih dalam proses.