LANDASAN TEORI tbc

4
 LANDASAN TEORI TUBERCULOSIS Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu kuman tbc juga dapat menerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Ada beberapa kasus, tbc menular melalui susu. Dalam hal ini kuman yang berperan adalah Mycobacterium bovis. Etiologi Kuman ini berbentuk batang. Mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam, sehingga pada tes BTA (batang tahan asam)bakteri ini akan menghasilkan warna merah, karena kuman ini menyerap asam. Kuman M.tb dapat dengan mudah mati apabila terkena sinar matahari langsung, tapi dapat bertahan hidup di tempat yang lembek. Epidemiologi TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TB paru dapat menularkan penyakit ini kepada 10 orang terdekatnya. Menurut WHO (Mei 2009) 1/3 penduduk dunia telah terinfeksi kuman M.tb. Kabar baiknya adalah tidak semua orang yang terinfeksi kuman M.tb menderita penyakit tuberculosis. Dalam hal ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit TBC. Manifestasi Klinis Penderita TBC akan mengalami gangg uan kesehatan seperti, batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat di malam hari tanpa sebab, sesak nafas, nyeri dada, dan penurunan berat badan serta nafsu makan. Gejala utama: batuk terus menerus selama ±3minggu atau lebih. Gejala tambahan yang sering di jumpai : dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemas, nafsu makan turun, berkeringat malam hari, meriang (demam yang tidak terlalu tinggi ±2minggu 1bulan) Gejala-gejala ini dapat di alami pula oleh orang dengan penyakit patu, maka dari itu kita harus melakukan pemeriksaan BTA pada pasien yang menunjukkan gejala-gejala seperti ini. Pemeriksa an klinis Tuberculin Skin test Di lakukan dengan menginjeksikan secara intracutan 0,1ml tween-stabilizedl iquid PPD pada bagian punggung atau dorsal dari lengan bawah. Dalam waktu 48-72 jam area yang disuntik akan menonjol

Transcript of LANDASAN TEORI tbc

5/13/2018 LANDASAN TEORI tbc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/landasan-teori-tbc 1/4

 

LANDASAN TEORI

TUBERCULOSIS

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC

terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu kuman tbc juga dapat

menerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang

terinhalasi oleh orang sehat. Ada beberapa kasus, tbc menular melalui susu. Dalam hal ini kuman yang

berperan adalah Mycobacterium bovis. 

Etiologi

Kuman ini berbentuk batang. Mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam, sehingga pada tes

BTA (batang tahan asam)bakteri ini akan menghasilkan warna merah, karena kuman ini menyerap asam.

Kuman M.tb dapat dengan mudah mati apabila terkena sinar matahari langsung, tapi dapat bertahan

hidup di tempat yang lembek.Epidemiologi

TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TB paru dapat menularkan penyakit

ini kepada 10 orang terdekatnya. Menurut WHO (Mei 2009) 1/3 penduduk dunia telah terinfeksi kuman

M.tb. Kabar baiknya adalah tidak semua orang yang terinfeksi kuman M.tb menderita penyakit

tuberculosis. Dalam hal ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak

bermanifestasi menjadi penyakit TBC.

Manifestasi Klinis

Penderita TBC akan mengalami gangguan kesehatan seperti, batuk berdahak kronis, demam subfebril,

berkeringat di malam hari tanpa sebab, sesak nafas, nyeri dada, dan penurunan berat badan serta nafsu

makan.

Gejala utama: batuk terus menerus selama ±3minggu atau lebih.

Gejala tambahan yang sering di jumpai : dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan nyeri

dada, badan lemas, nafsu makan turun, berkeringat malam hari, meriang (demam yang tidak terlalu

tinggi ±2minggu 1bulan)

Gejala-gejala ini dapat di alami pula oleh orang dengan penyakit patu, maka dari itu kita harus

melakukan pemeriksaan BTA pada pasien yang menunjukkan gejala-gejala seperti ini.

Pemeriksaan klinis

Tuberculin Skin test

Di lakukan dengan menginjeksikan secara intracutan 0,1ml tween-stabilizedliquid PPD pada bagian

punggung atau dorsal dari lengan bawah. Dalam waktu 48-72 jam area yang disuntik akan menonjol

5/13/2018 LANDASAN TEORI tbc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/landasan-teori-tbc 2/4

 

(bukan eritem), lalu diukur. Apabila di temukan hasilnya benjolan >5mm, maka penderita ini bias di

diagnose dengan penyakit Tuberculosis.

Akan tetapi, sekarang ini, tes mantoux hanya dilakukan pada anak-anak saja. Karena pada penelitiannya,

tes ini hanya untuk mendeteksi apakah ada atau tidaknya antibodi anti TBC pada orang tersebut.

Sedangkan hasil epidemiologi tahun 2010 Agustus 80% penduduk Indonesia sudah terpapar intigen

tuberculosis, walaupun tidak bermanifestasi menjadi penyakit TBC. Oleh dari itu, tes ini tidak

memberikan hasil yang akurat apabila di lakukan pada orang dewasa.

Radiologi

Pada gambaran radiologi akan di jumpai infeksi primer digambarkan dengan di jumpainya nodul

terkalsifikasi pada bagian perifer paru dengan kalsifikasi dengan limfe nodus, hilus. Sedangkan pada

proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran adanya cavitasi, pola milier, infiltrate terutama di apex

paru. Pada TB yang pleurisy akan menunjukkan gambaran adanya efusi pleura pada paru.Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan ini sering di lakukan walaupun tidak memberikan hasil yang spesifik. Karena pada

pemeriksaan darah ini, hanya akan di temukan peningkatan leukosit pada awal masa TB baru mulai aktif.

Dan adanya peningkatan Laju Endap Darah.

Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan ini sangatlah penting, apabila di temukan minimal 3 kuman pada sebuah sediaan BTA,

maka orang tersebut dapat di diagnosa penderita penyakit TB paru.

KLASIFIKASI 

A. KLASIFIKASI PENYAKIT

  Tuberculosis paru

Tuberculosis yang menyerang paru, di tunjukkan dengan hasil rontgen di temukannya cavitas

dan atau infiltrate di apex dan di lapangan paru. Dan hasil BTA atau BTA +

  Tuberculosis ekstra paru

Tuberculosis yang tidak menyerang paru melainkann organ lain selain paru. Misalnya kulit,

tulang, selaput jantung, selaput otak, persendian, usus, ginjal.

a.  Ringan

TB pada kelenjar limfe, tulang (kecuali tulang belakang), sendi.

b.  Berat

TB pada selaput otak, selaput jantung, tulang belakang, usus.

5/13/2018 LANDASAN TEORI tbc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/landasan-teori-tbc 3/4

 

B. KLASIFIKASI PASIEN

  Kasus baru

Pasien yang belum pernah sama sekali mendapat pengobatan OAT

  Relaps

Pasien yang sudah mendapat pengobatan OAT dan telah di nyatakan sembuh, tapi berobat lagi

karena BTA + lagi

  Pindahan

Pasien yang telah mendapat pengobatan di tempat lain, lalu pindah berobat ke tempat lain, dan

harus membawa surat rujukan / pindahan dari tempat dahulu

  Drop-out

Pasien yang telah mendapat OAT tapi karena putus obat 2 bulan atau lebih kembali mendapat

pengobatan OAT  Gagal

Pasien yang telah mendapat OAT setelah 5bulan dan tidak sembuh atau kembali aktif setelah

pemeriksaan control pada akhir bulan ke-5.

Pengobatan

Saat ini dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dalam waktu yang relative singkat.

Pengobatan ini dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse). Obat yang

digunakan kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol yang di kenal dengan

istilah fixed dose. Pengobatan ini di lakukan selama 6bulan dalam 2 tahap.

  Fase Intensif  Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol (2 bulan awal)

  Fase Lanjutan Rifampicin, Isoniazid (4 bulan setelahnya)

Apabila di temukan pasien yang relaps, maka dalam pengobatannya harus di tambah dengan

injeksi Streptomicin sebanyak 60x injeksi (2bulan) dengan dosis 50-100mg / kg BB.

5/13/2018 LANDASAN TEORI tbc - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/landasan-teori-tbc 4/4

 

Daftar Pustaka

1.  Tuberkulosis Paru, dr. Zulkifli A dan dr.Asril Bahar, 2006

2.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam UI Edisi 2, 2010