LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PENELITIAN motivation …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-2-00300-MN...
Transcript of LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PENELITIAN motivation …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-2-00300-MN...
7
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PENELITIAN
2.1 Motivasi
2.1.1 Pengertian Motivasi
Menurut Winardi (2007, p1), motivasi berasal dari kata motivation yang
berarti “menggerakan”. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat
internal atau eksternal bagi seorang individu, yang meyebabkan timbulnya sikap
entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Sedangkan motivasi kerja adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri
seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh
sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan
nonmoneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau
negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang
bersangkutan.
Sedangkan menurut Makmur (2008, p176), motivasi adalah sejumlah
karakteristik menunjukkan pegawai yang berorientasi prestasi akan bekerja keras
apabila mereka memandang akan mendapatkan kebanggaan pribadi atas upaya
mereka.
Menurut Robbins (2008, p222), motivasi adalah proses yang menjelaskan
intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.
Sementara motivasi umum berkaitan dengan usaha mencapai tujuan apapun, saat
ini proses tersebut dipersempit menjadi tujuan-tujuan organisasional untuk
8
mencerminkan minat kita terhadap perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan.
Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
2.1.2 Sumber Motivasi
Menurut Suwatno (2011, p.175), sumber motivasi bisa digolongkan menjadi
dua, yaitu :
1) Motivasi Intrinsik :
Motivasi intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik
dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan
secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Jenis motivasi ini
timbul dalam diri individu atas dasar kemauan dari diri sendiri tanpa ada
paksaan dari orang lain.
2) Motivasi Ekstrinsik :
Motivasi ekstrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik
dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas
dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak
berkaitan dengan dirinya. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu.
9
2.1.3 Faktor-Faktor Motivasi
Menurut Sihotang (2007, p245), motivasi melibatkan 2 faktor :
1) Faktor-faktor individual
a) Kebutuhan-kebutuhan
b) Tujuan-tujuan orang
c) Sikap-sikap
d) Kemampuan-kemampuan orang
2) Faktor-faktor organisasi
a) Pembayaran gaji atau upah
b) Keselamatan kesehatan kerja
c) Supervisor
d) Para pengawas fungsional
Yang merupakan pekerjaan sulit dalam memotivasi sumber daya manusia
adalah menggabungkan faktor individu dengan faktor organisasi setiap pekerja
yang sangat beraneka ragam, karena motivasi seseorang itu dipengaruhi oleh dasar
pendidikannya dan kebutuhan-kebutuhannya.
2.1.4 Manfaat Motivasi
Manfaat motivasi yang utama menurut Arep Ishak & Hendri Tanjung (2003,
p16-17) adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat.
Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang
termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan
diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah
10
ditentukan, serta orang senang melakukan pekerjaannya. Sesuatu yang dikerjakan
karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat orang senang
mengerjakannya. Orang pun akan merasa dihargai/diakui, hal ini terjadi karena
pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termotivasi, sehingga orang
tersebut akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu
tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya akan
dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu
banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.
Ciri-ciri orang yang termotivasi :
1) Bekerja sesuai standar
2) Senang bekerja
3) Merasa berharga
4) Bekerja keras
5) Sedikit pengawasan
6) Semangat juang tinggi
2.1.5 Teori Motivasi
1) Teori Motivasi Abraham Maslow :
Teori Hirarki Kebutuhan menurut Abraham Maslow merupakan kebutuhan
dan kepuasan pekerja identik dengan kebutuhan biologis dan psikologis,yaitu
berupa materiil dan nonmateriil. Maslow dalam Suwatno (2011, p176-177)
mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia mempunyai lima tingkat atau
hirarki kebutuhan :
11
a) Fisiologikal : makanan, minuman, dan sembuh dari rasa sakit.
b) Keamanan dan keselamatan : kebebasan dari ancaman.
c) Sosial : kebutuhan atas persahabatan, berkelompok, interaksi, dan kasih
sayang
d) Penghargaan : kebutuhan atas harga diri dan penghargaan dari pihak
lain
e) Aktualisasi diri : kebutuhan untuk memenuhi diri melalui
memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian, dan potensi.
2) Teori Motivasi Herzberg :
Teori dua faktor oleh Frederick Herzberg dalam Suwatno (2011, p179)
dikenal dengan model dua faktor dari motivasi, yaitu faktor motivational dan
faktor hygiene. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivational adalah
hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, seperti kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karir, pekerjaan seseorang. Sedangkan yang
dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor – faktor yang
sifatnya ekstrinsik, seperti status seseorang dalam organisasi, hubungan
seorang individu dengan atasannya, kebijakan organisasi.
Teori ini menghasilkan dua kesimpulan. Pertama, terdapat satu kelompok
kondisi ekstrinsik yang meliputi upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status
dalam organisasi, prosedur perusahaan, mutu penyeliaan, hubungan seorang
karyawan dengan rekan sekerja, bawahan dan atasan. Kedua, terdapat juga satu
kelompok kondisi instrinsik yang meliputi pencapaian prestasi, pengakuan dari
12
orang lain, tanggung jawab, kemajuan dalam karir, pekerjaan itu sendiri, dan
kemungkinan berkembang.
3) Teori Clayton Aldelfer ERG :
Teori motivasi yang diungkapkan Alderfer dalam Suwatno (2011, p178)
dikenal dengan Teori ERG. ERG merupakan singkatan dari Existence yaitu
kebutuhan untuk berprestasi, Reletedness yaitu kebutuhan untuk berhubungan
dengan pihak lain, dan Growth yaitu kebutuhan akan pertumbuhan. Teori ini
menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan
pemuasannya secara serentak.
4) Teori Penetapan Tujuan :
Teori yang diungkapkan oleh Edwin Locke dalam Suwatno (2011, p180)
dikenal dengan teori penetapan tujuan atau goal setting theory. Locke
mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam
mekanisme motivasonal yaitu :
a) Tujuan mengarahkan perhatian.
b) Tujuan mengatur upaya.
c) Tujuan meningkatkan persistensi.
d) Tujuan menunjang strategi - strategi dan rencana - rencana kegiatan.
5) Teori Motivasi Douglas McGregor (Suwatno, 2011, p.181):
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori x (negatif) dan teori y
(positif), menurut teori x empat pengandaian yang dipegang manajer :
a) Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja.
13
b) Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam
dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c) Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d) Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua faktor yang
dikaitkan dengan kerja.
Menurut teori y empat pengandaian yang dipegang manajer :
a) Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan
kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan
aktivitas-aktivitas fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak
ada perbedaan, jika keadaan sama-sama menyenangkan.
b) Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
c) Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-
persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh
karyawan.
d) Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika
dimotivasi secara tepat.
6. Teori Achievement Mc Clelland :
Mc Clelland dalam Suwatno (2011,p178), menyatakan bahwa motivasi
berbeda–beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.
Karakteristik orang yang berprestasi tinggi memiliki tiga ciri umum, yaitu:
1) Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas – tugas dengan derajat
kesuliatan moderat.
14
2) Menyukai situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya upaya
mereka sendiri dan bukan karena faktor lain.
3) Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
Tabel 2.1 Teori Motivasi
Teori Motivasi
Pembeda
Ditujukan Untuk Isi Teori
Teori Motivasi Abraham Maslow
(Teori Hierarki Kebutuhan)
Setiap Individu Manusia mempunyai lima tingkat atau hirarki kebutuhan :
a.Fisiologikal : makanan, minuman, dan sembuh dari rasa sakit.
b.Keamanan dan keselamatan : kebebasan dari ancaman.
c.Sosial : kebutuhan atas persahabatan, berkelompok, interaksi, dan kasih sayang
d.Penghargaan : kebutuhan atas harga diri dan penghargaan dari pihak lain
e.Aktualisasi diri : kebutuhan untuk memenuhi diri melalui memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian, dan potensi
Teori Motivasi Herzberg
(Teori Dua Faktor)
Karyawan Faktor yang mendorong berprestasi :
a.Faktor Motivational : Bersifat intrinsik.
b.Faktor Hygiene: Bersifat Ekstrinsik.
15
Teori Motivasi Clayton Alderfer
(Teori ERG)
Setiap Individu ERG : Existence yaitu kebutuhan untuk berprestasi, Relatedness yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan Growth yaitu kebutuhan akan pertumbuhan. Teori ini menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.
Teori Motivasi Edwin Locke
(Teori Penetapan Tujuan)
Setiap Individu Penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasonal yaitu :
a.Tujuan mengarahkan perhatian.
b.Tujuan mengatur upaya.
c.Tujuan meningkatkan persistensi.
d.Tujuan menunjang strategi - strategi dan rencana - rencana kegiatan.
Teori Motivasi Douglas McGregor
(Teori X dan Y)
Karyawan Terdiri dari teori x (negatif) dan teori y (positif). Teori x menyatakan bahwa sebagian besar karyawan lebih suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas segalanya. Asumsi teori y menyatakan bahwa karyawan pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya.
Teori Motivasi McClelland
(Teori Achievement)
Setiap Individu Menyatakan bahwa motivasi berbeda – beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. (Need of Achievement, Need of Affiliation, Need of Power)
Sumber : Pengelolaan Penulis
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur motivasi karyawan yang bekerja di
RS. Sari Asih Karawaci karena dalam penelitian ini ditemukan adanya penurunan
motivasi karyawannya. Untuk mengamati dan mengukur motivasi setiap
16
karyawan RS. Sari Asih Karawaci, berarti harus mengkaji lebih jauh perilaku
mereka sebagai bagian dari organisasi. Bedasarkan tabel di atas, terdapat teori
motivasi yang berbeda satu sama lain. Teori yang dikembangkan oleh Herzberg
lebih spesifik terhadap permasalahan motivasi karyawan atau pegawai yang
bekerja di suatu instansi (pegawai pemerintahan, rumah sakit, instansi pelayanan
masyarakat lainnya) di tempat ia bekerja (Suwatno, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dorongan karyawan RS. Sari Asih
Karawaci yang bekerja secara intrinsik untuk menyenangi pekerjaan itu sendiri,
bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat,
serta dorongan faktor-faktor ekstrinsik untuk melihat apa yang diberikan oleh
rumah sakit kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal
yang diinginkan dari organisasi. Bedasarkan argumen tersebut di atas, maka
penelitian ini menggunakan teori motivasi Herzberg sebagai parameter indikator
untuk menyusun daftar pertanyaan di kuesioner penelitian.
2.2 Lingkungan Kerja
2.2.1 Pengertian Lingkungan Kerja
Santoso (2001) yang mengutip pernyataan Myon Woo Lee sang pencetus
teori W dalam Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia, bahwa pihak manajemen
perusahaan hendaknya membangun suatu iklim dan suasana kerja yang bisa
membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan bersama. Pihak
manajemen perusahaan juga hendaknya mampu mendorong inisiatif dan
kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan antusiasme untuk
17
bersatu dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan. Lingkungan kerja di
sekitar pekerja harus mendapat perhatian. Sebab hal tersebut merupakan salah satu
cara yang dapat ditempuh untuk menjamin agar karyawan dapat melaksanakan
tugas tanpa mengalami gangguan sehingga dapat mencurahkan perhatian penuh
terhadap pekerjaannya.
Sihombing (2004) menyatakan lingkungan kerja adalah faktor-faktor diluar
manusia baik fisik maupun non fisik, dimana lingkungan kerja yang kurang
mendukung pelaksanaan pekerjaan ikut menyebabkan kinerja yang buruk, seperti
kurangnya alat kerja, ruangan kerja yang pengap, ventilasi yang kurang serta
prosedur yang kurang jelas.
Menurut Mardiana dalam Sofyandi (2008), “ Lingkungan kerja adalah
lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari ”. Lingkungan
kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai
untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi
pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka
pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas
sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja
pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang
terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan
serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa lingkungan kerja adalah tempat dimana karyawan mengerjakan
pekerjaannya sehari-hari, termasuk lingkungan kerja fisik maupun non fisik,
18
dimana dalam penelitian ini ditujukan untuk meneliti faktor-faktor lingkungan
kerja yang mendukung kinerja karyawan.
2.2.2 Jenis-Jenis Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmayanti dalam bukunya “ Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas Kerja “ (2001, p21) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis
lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni: (a) lingkungan kerja fisik, dan (b)
lingkungan kerja non fisik, yang akan dijadikan parameter indikator dalam
penelitian ini.
Berikut penjelasan dari Lingkungan Kerja Fisik dan Lingkungan Kerja Non
Fisik menurut Sedarmayanti.
1) Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik
secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan kerja fisik
dapat dibagi dalam dua kategori, yakni:
a) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti:
pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya).
b) Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya:
temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,
getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.
19
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap
karyawan, maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik
mengenai fisik dan tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian
digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan.
2) Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang
berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun
hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.
Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang
tidak bisa diabaikan.
Karyawan yang bekerja di rumah sakit dapat dikatakan sebagai abdi
masyarakat yang bekerja untuk kepentingan kesehatan masyarakat, sehingga
dituntut untuk selalu memberikan kinerja yang baik. Locke dalam Mangkunegara
(2005) menyatakan faktor lingkungan merupakan hal yang sangat menentukan
seorang individu (pegawai) mampu berprestasi atau tidak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dukungan lingkungan kerja terhadap
kinerja karyawan pada RS. Sari Asih Karawaci karena di dalam penelitian ini
ditemukan banyaknya keluhan karyawan yang berhubungan dengan lingkungan
dan suasana kerja yang kurang kondusif, sementara untuk mendukung kinerja
karyawan, suatu organisasi harus mempunyai lingkungan kerja yang baik dan
kondusif. Permasalahan lingkungan kerja di RS. Sari Asih Karawaci bukan hanya
lingkungan kerja fisik (sarana kantor, bau tidak sedap, atau suara yang bising)
yang harus diperbaiki, melainkan juga lingkungan kerja non fisik yang berupa
20
hubungan sosial dalam kantor sehingga kedua jenis lingkungan kerja tersebut
akan dijadikan sebagai parameter indikator untuk menyusun daftar pertanyaan di
kuesioner penelitian.
2.3 Kinerja Karyawan
2.3.1 Pengertian Kinerja
Menurut Barry Cushway (2002, p198), kinerja adalah menilai bagaimana
seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan.
Sedangkan menurut Veizal Rivai (2004, p309) mengemukakan bahwa kinerja
merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja
yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Menurut August W. Smith dalam Suwatno (2011, p196), “Performance is
output derives from processes, human otherwise”, arti dari pernyataan tersebut
bahwa kinerja merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh manusia.
Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan penilaian berkaitan
dengan perilaku nyata yang ditampilkan dan hasil dari proses yang dilakukan oleh
manusia. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya.
2.3.2 Pengertian Karyawan
Pengertian karyawan adalah seseorang yang ditugaskan sebagai pekerja dari
sebuah perusahaan untuk melakukan operasional perusahaan dan dia bekerja
21
untuk digaji. Menurut Wick Alexander (2001, p24), definisi karyawan dapat
digolongkan menjadi :
1) Karyawan percobaan : klasifikasi untuk semua karyawan yang baru
bekerja selama dua bulan. Selama waktu ini karyawan dapat
mengundurkan diri atau diberhentikan dengan pemberitahuan dalam
jangka waktu pendek.
2) Karyawan tetap : karyawan purna waktu yang telah menyelesaikan masa
percobaan dengan memuaskan.
3) Karyawan paruh waktu : Setiap karyawan yang bekerja kurang dari 25
jam dalam satu minggu.
Menurut A.A. Waskito (2009,p265), karyawan adalah orang dalam sebuah
lembaga (kantor, perusahaan dan sebagainya) dengan mendapat gaji (upah),
karyawan juga disebut sebagai pegawai, buruh, pekerja.
Dalam penelitian ini, karyawan yang dijadikan penelitian kami adalah
karyawan yang telah bekerja minimal 2 tahun sehingga digolongkan karyawan
tetap.
2.3.3 Pengertian Kinerja Karyawan
Menurut Payaman (2005,p10), kinerja karyawan adalah kemampuan dan
keterampilan melakukan kerja. Kompetensi setiap orang dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu :
1) Kemampuan dan keterampilan kerja
2) Motivasi dan etos kerja
22
Menurut Robert dan John (2006, p378), kinerja karyawan merupakan semua
hal yang dilakukan oleh karyawan dan yang tidak dilakukan oleh karyawan.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja
karyawan merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja individu
maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh
kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta
keinginan untuk berpretasi.
Teori mengenai kinerja karyawan ini akan membantu penelitian dalam
mengungkapkan bagaimana mengukur kinerja karyawan di perusahaan serta
aspek-aspek yang menentukan suatu penilaian kinerja karyawan di dalam
perusahaan.
2.3.4 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya
kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat
diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan tersebut.
Menurut Bambang Wahyudi (2002, p101), penilaian kinerja adalah suatu evaluasi
yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja / jabatan
seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya. Sedangkan menurut
23
Henry Simamora (2004, p338), penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh
organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan.
Aspek standar kinerja menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005, p18)
terdiri dari :
1) Aspek kuantitatif :
a) Proses kerja dan kondisi pekerjaan
b) Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan
c) Jumlah kesalahan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
d) Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja
2) Aspek kualitatif :
a) Ketetapan kerja dan kualitas pekerjaan
b) Tingkat kemampuan dalam bekerja
c) Kemampuan menganalisa data atau informasi, kemampuan atau
kegagalan menggunakan mesin atau peralatan
d) Kemampuan mengevaluasi (keluhan atau keberatan konsumen)
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja karyawan di RS. Sari Asih
Karawaci karena dalam penelitian ini terdapat permasalahan kinerja karyawannya.
Permasalahan kinerja karyawan yang terjadi di RS. Sari Asih Karawaci adalah
banyaknya kesalahan-kesalahan mendasar dalam pengoperasian peralatan, proses
kerja dengan waktu yang cenderung lama, serta kualitas pekerjaan yang
mengecewakan pasien.
Bedasarkan aspek-aspek standar kinerja menurut A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara (2005, p18) salah satunya adalah setiap karyawan harus mampu
24
mengevaluasi keluhan atau keberatan konsumen dalam menilai kinerja mereka,
oleh karena itu dengan adanya permasalahan kinerja karyawan RS. Sari Asih
Karawaci yang berkaitan dengan aspek kualitatif dan kuantitatif, maka kami
menggunakan kedua aspek standar kinerja tersebut untuk dijadikan parameter
indikator yang menilai kinerja karyawan RS. Sari Asih Karawaci.
2.4 Hubungan Motivasi Dengan Kinerja
Motivasi merupakan suatu dorongan bagi karyawan untuk memberikan suatu
kontribusi bagi perusahaan. Menurut Motowidlo, 2003 dalam jurnal Applied
Psychology, motivasi dapat menunjukkan suatu tingkatan dimana perilaku para
karyawan yang berhasil dalam memberikan kontribusi di pencapaian tujuan
organisasi.
Menurut suatu forum diskusi manajemen di cokroaminoto.wordpress.com,
faktor motivasi memiliki hubungan langsung terhadap kinerja individual
karyawan. Sedangkan faktor kemampuan individual dan lingkungan kerja
memiliki hubungan yang tidak langsung dengan kinerja. Kedua faktor tersebut
keberadaannya akan mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Karena kedudukan
dan hubungannya itu, maka sangatlah strategis jika pengembangan kinerja
individual karyawan dimulai dari peningkatan motivasi kerja.
Diyah Dumasari Siregar dalam tulisannya menyatakan, bahwa karyawan dan
perusahaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Karyawan memegang
peran utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila karyawan
memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan
25
berjalan kencang, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang
baik bagi perusahaan. Di sisi lain, bagaimana mungkin roda perusahaan berjalan
baik, kalau karyawannya bekerja tidak produktif, artinya karyawan tidak memiliki
semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja dan memiliki moril yang
rendah.
Sudah menjadi tugas manajemen agar karyawan memiliki semangat kerja dan
moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Berdasarkan pengalaman dan dari
beberapa buku, biasanya karyawan yang puas dengan apa yang diperolehnya dari
perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia akan terus
berusaha memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya karyawan yang kepuasan kerjanya
rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal yang menjemukan dan
membosankan, sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan asal-asalan. Untuk itu
merupakan keharusan bagi perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa saja
yang membuat karyawan puas bekerja di perusahaan. Pemahaman tentang jenis
atau tingkat kebutuhan perorangan karyawan oleh perusahaan menjadi hal
mendasar untuk meningkatkan motivasi. Dengan tercapainya kepuasan kerja
karyawan, produktivitas pun akan meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kinerja
karyawan RS. Sari Asih Karawaci, oleh karena itu diharapkan RS. Sari Asih
Karawaci mampu meningkatkan dan mengatasi permasalahan motivasi
karyawannya karena berpengaruh secara langsung terhadap kinerja karyawannya.
26
2.5 Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Kinerja
Menurut Mangkunegara (2004) faktor lingkungan kerja organisasi sangat
menunjang bagi individu dalam mencapai kinerja. Faktor lingkungan organisasi
yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai,
target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja
harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja
yang memadai.
Seperti yang telah diuraikan di atas, menurut forum
cokroaminoto.wordpress.com, faktor lingkungan kerja memiliki hubungan yang
tidak langsung terhadap kinerja. Akan tetapi, lingkungan kerja tidak kalah
pentingnya di dalam pencapaian kinerja karyawan. Dimana lingkungan kerja
mempengaruhi karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan adanya
lingkungan kerja yang memadai tentunya akan membuat karyawan betah bekerja,
sehingga timbul rasa semangat untuk bekerja dan kegairahan kerja karyawan
dalam melaksanakan pekerjaannya, kinerja karyawan akan meningkat. Sedangkan
lingkungan yang tidak memadai dapat mengganggu konsentrasi karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya sehingga menimbulkan kesalahan dalam bekerja dan
kinerja karyawan akan menurun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan kerja dengan
kinerja karyawan pada RS. Sari Asih Karawaci, oleh karena itu diharapkan RS.
Sari Asih Karawaci, Tangerang mampu meningkatkan dan mengatasi
permasalahan lingkungan kerja karena berpengaruh terhadap kinerja
karyawannya, meskipun secara tidak langsung.
27
2.6 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan motivasi kerja,
lingkungan kerja, dan kinerja karyawan. Emilia Rosyana Putri ( 2001 ) dalam
penelitiannya yang berjudul pengaruh faktor – faktor motivasi terhadap kinerja
karyawan. Analisis penelitian yang digunakan adalah analisis regresi berganda
menggunakan program SPSS. Hasil dari penelitian adalah adanya faktor – faktor
motivasi seperti gaji, lingkungan kerja, hubungan interpersonal, dan keamanan
kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Sedangkan menurut Joko Purnomo ( 2008 ) dalam penelitiannya mengenai
kepemimpinan, motivasi kerja, dan lingkungan kerja, terhadap kinerja karyawan
menunjukkan hasil yang signifikan. Dimana variabel motivasi kerja dan
lingkungan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
karyawan. Penelitian Joko Purnomo tersebut dilakukan terhadap pegawai negeri
sipil pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jepara yang terbukti
bahwa motivasi dan lingkungan kerja mempengaruhi kinerja karyawan.
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan di RS.
Sari Asih Karawaci, Tangerang.
28
2.7 Kerangka Penelitian
Sumber : Pengelolaan Penulis
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Motivasi
(X1)
Motivasional (Intrinsik) :
• Kesempatan bertumbuh
• Kemajuan dalam karir
• Pekerjaan seseorang
Hygiene (Eksentrik) :
• Status seseorang dalam
organisasi
• Hubungan seorang individu
dengan atasannya
• Kebijakan organisasi
Lingkungan Kerja
(X2)
Lingkungan Kerja Fisik :
• Penerangan di tempat kerja
• Suhu Udara di tempat kerja
• Ke lembaban di tempat kerja
• Sirkulasi udara di tempat kerja
• Kebisingan di tempat kerja
• Getaran mekanis di tempat kerja
• Bau tidak sedap di tempat kerja
• Tata warna di tempat kerja
• Dekorasi di tempat kerja
• Musik di tempat kerja
• Keamanan di tempat kerja
• Pusat Kerja (Kursi atau meja)
Lingkungan Kerja Non-Fisik :
• Hubungan dengan atasan
• Hubungan sesama rekan kerja
• Hubungan dengan bawahan
Kinerja Karyawan
(Y)
Aspek Kuantitatif :
• Proses Kerja dan kondisi
pekerjaan
• Waktu yang
dipergunakan dalam
melaksanakan pekerjaan
• Jumlah kesalahan dalam
menyelesaikan suatu
pekerjaan
• Jumlah dan jenis
pemberian pelayanan
dalam bekerja
Aspek Kualitatis :
• Ketetapan kerja dan
kualitas pekerjaan
• Tingkat kemampuan
dalam bekerja
• Kemampuan atau
kegagalan menggunakan
mesin atau perlatan
• Kemampuan
mengevaluasi (keluhan
atau keberatan
konsumen)