Pengembangan Kurikulum Dan Metodologi Mengajar Program S1 Methodist
Landasan Pengembangan Metodologi Pembelajaran
-
Upload
rosyidi-ahmad-bin-mawardi -
Category
Documents
-
view
136 -
download
0
description
Transcript of Landasan Pengembangan Metodologi Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dengan
pendidikan maka akan terjadi interaksi (baik positif maupun negatif) antara
pendidik dan peserta didik. Interaksi inilah yang kemudian akan membentuk
pola pikir (kognitif), perasaan (afektif), dan tingkah laku (psikomotor) para
pelaku pendidikan. Interaksi pendidikan yang dimaksud tidak hanya berlaku di
lembaga pendidikan formal belaka, namun lebih daripada itu, interaksi
pendidikan dapat terjadi pada lembaga nonformal (pondok pesantren, madrasah
diniyyah, dan lain-lain), lingkungan keluarga (informal), dan lingkungan
masyarakat (pendidikan luar sekolah).
Adapun, makalah atau karya tulis ini akan membahas landasan
pengembangan metodologi pembelajaran PAI, apa sebenarnya yang menjadi
landasan pengembangan metodologi pembelajaran PAI akan penulis paparkan
di makalah ini.
. Oleh karena itu, karya tulis ini dimaksudkan untuk menyingkap dan
membahas hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pondasi-pondasi
perubahan dan perkembangan dengan judul makalah “landasan pengembangan
metodologi pembelajaran PAI”.
Makalah Ahmad Rosyidi. S.Pd.I & Elyza Shofyana 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Bahasa
Kajian bahasa ini penulis kemukakan untuk mengantarkan persepsi atau pandangan tentang term-term yang akan penulis bahas, berikut kajiannya:
1. landasan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan1: lan·das n alas;
tumpuan. Kata landasan dengan beberapa turunan kata dan maknanya
penulis artikan sebagai alas, bantalan, dasar dan tumpuan atau sebagai
pondasi.
2. Pengembangan
Pengembangan atau mengembangkan berarti sebuah proses, cara dan
perbuatan mengembangkan, hal ini berarti bahwa awal mulanya sesuatu
(baca: kurikulum) itu sudah ada, kemudian dikembangkan/dilebarkan atau
diluaskan ketingkat yang lebih baik.
3. Pengertian Metodologi
Metodologi berasal dari bahasa Latin " Meta " dan " Hodos " meta artinya
jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu
mengenai cara-cara mencapai tujuan.2
4. Menurut Gagne dan Briggs (1979:3)
Instruction atau Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.3
5. Pedidikan Agama Islam
1 Alwi Hasan Dkk. Departement Pendidikan Nasional. Edisi III, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. II. 2002. Hal: 6332 http://metodologipembelajaran.blogspot.com/3 http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/06/pengertian-pembelajaran/
Makalah Ahmad Rosyidi. S.Pd.I & Elyza Shofyana 2
Menurut Prof. Dr. Zakiah derajat menjelaskan pengertian pedidikan
agama Islam sebagai berikut Pendidikan agama Islam adalah usaha
berupa bimbingn an asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikanya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam
serta menjadikanya sebagai pandangan hidup ( wai of life).4
B. Landasan Pengembangan Metodologi pembelajaran PAI
Berikut adalah landasan-landasan pengembangan Metodologi
pembelajaran PAI yang penulis kaji dari beberapa literature yang mencakup
landasan filosofis, psikologis, dan yuridis.
1. landasan filosofis
Terdapat banyak pendapat terkait dengan definisi filsafat ini,
diantaranya5:
a. Plato (427 SM – 347 SM), filsafat adalah pengetahuan tentang segala
yang ada (ilmu pengetahuan yang bermint mencapai kebenaran yang
asli)
b. Aristoteles (382 SM – 322 SM), Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang meliputi kebenaran, yang dalamnya terkadang ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
c. Al-Faraby (Wafat 950 M), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang
alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
d. Prof. Dr. Fuad Hasan, menyimpulkan: filsafat adalah suatu ihtiar
untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari
akarnya suatu, dari akarnyasuatu hal yang hendak dimasalahkan.
e. Hatta dan Langeveld berpendapat bahwa hakikat filsafat akan dapat
diketahui jika orang tersebut telah belajar filsafat itu sendiri6.
4 Abdul Rachman Shaleh, pendidikan agama & pembangunan watak bangsa (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, 2005) Hal 6
5 Drs. H. A. Musthofa. Filsafat Islam. Bandung: cv pstika setia. 2004 hal: 106 Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu mengurai ontology, epistimologi, dan aksiologi
pengetahuan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009. Hal: 66
Makalah Ahmad Rosyidi. S.Pd.I & Elyza Shofyana 3
Terlepas dari beberapa definisi diatas, landasan filosofis dalam hal
pendidikan atau pengembangan kurikulum digunakan untuk menjawab
tentang hakikat pendidikan, tujuan pendidikan, siapa pendidik dan peserta
didik, apa dan bagaimana proses interaksi pendidikan dan lain-lain yang
merupakan pertanyaan-pertanyaan mendasar dan membutuhkan jawaban
yang mendasar pula. Beberapa pertanayaan ini tentunya tidak cukup
dijawab dengan akal saja, namun diperlukan kajian yang mendalam,
sehingga seseorang akan dikatakan berpikir secara filsafat mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut7:
1) Berpikir radikal, berasal dari kata radix yang berarti akar, sehingga
seorang filusuf dituntut untuk berupaya menemukan radix pada
seluruh kenyataan
2) Mencari asas
3) Memburu kebenaran
4) Mencari kejelasan
5) Berpikir rasional artinya berpikir secara logis, sistematis dan kritis.
Adapun kajian filsafat dikategorikan menjadi tiga, yakni:
1) Metafisika yang membahas segala yang ada dalam alam ini
2) Epistimologi membahas kebenaran dan
3) Aksiologi membahas tentang nilai/value
Berbedanya pandangan filosofi seseorang maka akan berbeda pula
langkah atau strategi seseorang, hal ini-pun terjadi dalam dunia pendidikan
karena filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi manusia
termasuk masalah-masalah pendidikan yang sering disebut dengan filsafat
pendidikan8. Hal ini terjadi pada kurikulum pendidikan Islam (berbasis
7 Ali Maksum. Pengantar Filsafat dari masa klasik hingga postmodernisme. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2010. Hal:
8 Prof.Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal: 39
Makalah Ahmad Rosyidi. S.Pd.I & Elyza Shofyana 4
pondok pesantren) yang menempatkan kurikulum agama sebanyak 50-
70% dari kurikulum yang non agama/ilmu umum.
Landasan filosofis dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3)
humanisme.
a) Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah
kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan
pengalaman siswa.
b) Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini,
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.
Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan
obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan
tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak,
tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu
proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang
diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam
perkembangan pengetahuannya.
c) Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya,
potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.9
2. Landasan Psikologis
Psikologis diartikan10: ilmu yg berkaitan dng proses mental, baik
normal maupun abnormal dan pengaruhnya pd perilaku; ilmu pengetahuan
tentang gejala dan kegiatan jiwa;
9 http://tunas63.wordpress.com/2009/09/07/landasan-pembelajaran-tematik/10 Alwi Hasan Dkk. Departement Pendidikan Nasional. Edisi III, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Cet. II. 2002.: Hal: 901
Makalah Ahmad Rosyidi. S.Pd.I & Elyza Shofyana 5
Perkembangan emosional dan psikologi peserta didik turut
berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum. Hal ini bertolak karena
manusia satu dengan yang lainnya berbeda. Manusia sebagai makhluk yang
sempurna berbeda dengan makhluk yang lain seperti binatang dan tumbuh-
tumbuhan karena berkat kemampuan-keampuan psikologis.
Kondisi psikologis yang dimaksud adalah kondisi karakteristik psiko-
fisik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk
perilaku dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku ini merupakan
manifestasi dari cirri-ciri kehidupan, baik yang tampak maupun yang tidak
tampak, prilaku psikomotor, afektif maupun kognitif11. Terdapat minimal dua
bidang psikologi yang mendasar dalam kurikulum yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak
masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai
dengan dewasa12.
Terdapat beberapa pendapat para ahli terkait dengan klasifikasi
perkembangan manusia, diantaranya yang diungkapkan oleh Rousseau yang
mengklasifikasi perkembangan anak sebagai berikut: Masa bayi (infancy),
usia 0-2 tahun merupakan perkembangan fisik, 2-12 tahun masa
perkembangan sebagai manusia primitive, masa 12-15 tahun masa bertualang
yang ditandai dengan perkembangan intelektual dan kemampuan nalar yang
pesat, masa remaja usia 15-25 tahun masa hidup sebagai manusia yang
beradab, pertumbuhan seksual, social moral dan kata hati13.
Perkembangan remaja setidaknya meliputi beberapa hal sebagai
berikut14:
1) Perkembangan intelek
2) Perkembangan kreativitas
3) Perkembangan emosi
11 Op, Cid Prof.Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Hal: 4512 Ibid.Hal: 4613 Op, Cid Prof.Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Hal: 4914 Prof. Dr. Muhammad Ali dan Prof. Dr. Muhammad Asrori. Psikologi perkembangan peserta didik. Jakarta: PT. Busmi Aksara. 2010. Hal: 8
Makalah Ahmad Rosyidi. S.Pd.I & Elyza Shofyana 6
4) Perkembangan bakat khusus
5) Perkembangan hubungan sosial
6) Perkembangan kemandirian
7) Perkembangan bahasa
8) Perkembangan nilai, moral dan sikap
Adapun psikologi belajar, merupakan studi tentang bagaimana
individu belajar, secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai perubahan
tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman15. Terdapat beberapa teori
belajar, diantaranya16:
1) Teori disiplin mental theistic yang berasal dari psikologi daya,
menurut teori ini seorang anak memiliki daya untuk mengingat,
mengamati, berpikir memecahkan masalah. Kalau daya tersebut
dilatih maka anak didik akan mudah untuk memecahkan masalah.
2) Teori disiplin mental humanistic bersumber pada psikologi huanistik
klasik dari Plato dan Aristotetles, hamper sama dengan teori disiplin
mental theistic, perbedaannya hanya terdapat pada penekanan bagian-
bagian, latihan bagian atau aspek tertentu saja.
3) Teori naturalism atau natural unfoldment atau self actualization yang
berpangkal pada psikologi naturalism romantic.
4) Teori belajar apersepsi atau herbartisme, bersumber pada psikologi
strukturalisme, pencetusnya bernama herbart, menurut teori ini belajar
adalah untuk membentuk apersepsi.
Masih terdapat beberapa teori belajar yang lain, diantaranya
behaviorisme, teori kognitif dan lain-lain.
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan
isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat
keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
15 Op, Cid Prof.Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Hal: 5216 Ibid hal: 53-56
Makalah Ahmad Rosyidi. S.Pd.I & Elyza Shofyana 7
Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana
isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan
bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
3. Landasan yuridis
Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap
peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-
b).
Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep
peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak system pendidikan
Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang
Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah,
Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan
Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau
titik tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku
yang patut ditaati. Landasan hukum pendidikan dapat diartikan peraturan
baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan pendidikan. Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur
pendidikan antara lain :
1. Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 31
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Makalah Ahmad Rosyidi. S.Pd.I & Elyza Shofyana 8
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
5. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
6. PP Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
7. PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru
8. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
9. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
10. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaaan
Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
11. Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
12. Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah.17
17 http://himcyoo.wordpress.com/2011/12/01/landasan-yuridis-pendidikan/
Makalah Ahmad Rosyidi. S.Pd.I & Elyza Shofyana 9
BAB III
PENUTUP
Yang menjadi landasan pengembangan metodologi pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:
a. landasan filosofis
Landasan filosofis dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tiga
aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3)
humanisme.
b. lansasan psikologis
c. landasan yuridis
Makalah Ahmad Rosyidi. S.Pd.I & Elyza Shofyana 10
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rachman Shaleh, pendidikan agama & pembangunan watak bangsa
(Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, 2005)
Ali Maksum. Pengantar Filsafat dari masa klasik hingga postmodernisme.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2010.
Alwi Hasan Dkk. Departement Pendidikan Nasional. Edisi III, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Cet. II. 2002.:
Drs. H. A. Musthofa. Filsafat Islam. Bandung: cv pstika setia. 2004
Prof. Dr. Muhammad Ali dan Prof. Dr. Muhammad Asrori. Psikologi
perkembangan peserta didik. Jakarta: PT. Busmi Aksara.
Prof.Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum teori dan
praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu mengurai ontology, epistimologi, dan
aksiologi pengetahuan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009.
http://metodologipembelajaran.blogspot.com/
http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/06/pengertian-pembelajaran/
http://tunas63.wordpress.com/2009/09/07/landasan-pembelajaran-tematik/
http://himcyoo.wordpress.com/2011/12/01/landasan-yuridis-pendidikan/
Makalah Ahmad Rosyidi. S.Pd.I & Elyza Shofyana 11