Landasan Pengembangan Kurikulum

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia, perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Kalau bidang- bidang lain seperti ekonomi, pertanian, arsitektur, dan sebagainya berperan menciptakansarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, pendidikan berkaitan langsung dengan pembentukan manusia. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkan 1 . Dalam penyelenggaraan pendidikan formal, kurikulum disusun untuk pengkondisian iklim belajar yang sistematis. Kurikulum didefinisikan bukan sekedar daftar matakuliah, tetapi desain pendidikan guna menjamin ketercapaian mutu yangdiinginkan. Jadi dalam kurikulum harus tergambar mutu pendidikan yang diinginkan dan bagaimana pola pendidikan menjamin ketercapaian mutu tersebut. Kurikulum dipergunakan sebagai proses yang harus ditempuh oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar pada suatu pendidikan formal di bidang studi tertentu.Suatu kurikulum dirancang berorientasi pada harapan masyarakat dalam bentuk kegiatan proses belajar (kegiatan dan pengalaman yang diberikan) dan produk 1 Nana Syaodih S., Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik cetakan ke-11 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) hlm. 38 1

description

tentang landasan pengembangan kurikulum

Transcript of Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 1: Landasan Pengembangan Kurikulum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam keseluruhan

aspek kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan pendidikan berpengaruh langsung

terhadap perkembangan manusia, perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia.

Kalau bidang- bidang lain seperti ekonomi, pertanian, arsitektur, dan sebagainya

berperan menciptakansarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, pendidikan

berkaitan langsung dengan pembentukan manusia. Pendidikan menentukan model

manusia yang akan dihasilkan1.

Dalam penyelenggaraan pendidikan formal, kurikulum disusun

untuk  pengkondisian iklim belajar yang sistematis. Kurikulum didefinisikan bukan

sekedar daftar matakuliah, tetapi desain pendidikan guna menjamin ketercapaian mutu

yangdiinginkan. Jadi dalam kurikulum harus tergambar mutu pendidikan yang

diinginkan dan bagaimana pola pendidikan menjamin ketercapaian mutu tersebut.

Kurikulum dipergunakan sebagai proses yang harus ditempuh oleh peserta

didik melalui proses belajar mengajar pada suatu pendidikan formal di bidang studi

tertentu.Suatu kurikulum dirancang berorientasi pada harapan masyarakat dalam

bentuk kegiatan proses belajar (kegiatan dan pengalaman yang diberikan) dan produk

belajar (dampak dari kegiatan dan pengalaman yang diberikan).2

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup

sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan

hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan

dalam perkembangan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat

dikerjakansecara sembarangan.3

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memandang perlu suatu pembahasan

khusus tentang landasan-landasan yang digunakan dalam penyusunan sebuah

kurikulum dengan memperhatikan pendekatan-pendekatan sebagai alur pikir

bagaimana menentukan isi kurikulum tersebut.

1Nana Syaodih S., Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik cetakan ke-11 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) hlm. 382Sudjani, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dalam Menghasilkan Guru SMK di Era Global dan Otonomi (Artikel, 2010) http://hipkin.or.id/ diakses pada 24 Oktober 2013.3Nana Syaodih S., Op. Cit.

1

Page 2: Landasan Pengembangan Kurikulum

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada pembahasan makalah

ini sebagai berikut:

1. Apa saja landasan-landasan dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Islam?

2. Bagaimana Implikasi landasan-landasan dalam pengembangan kurikulum

Pendidikan Islam?

C. Tujuan Pembahasan

Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan pembahasannya adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui landasan-landasan dalam pengembangan kurikulum

Pendidikan Islam.

2. Untuk mengetahui Implikasi landasan-landasan dalam pengembangan kurikulum

Pendidikan Islam.

2

Page 3: Landasan Pengembangan Kurikulum

BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan-landasan Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok aktifitas pendidikan, dan

merupakan penjabaran dari idealism, cita-cita, tuntutan masyarakat atau kebutuhan

tertentu. Dari kurikulum inilah akan diketuhui arah pendidikan, alternatif pendidikan,

fungsi pendidikan serta hasil pendidikan yang hendak dicapai dari aktivitas

pendidikan. Karena itu, kurikulum selalu menjadi bahan perbincangan yang menarik

dan aktual, bahkan kalangan masyarakat pendidikan sering muncul ungkapan bahwa

“ganti materi ganti kurikulum”4, sehingga disini penulis akan memaparkan beberapa

landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum.

1. Landasan Religius

Menurut Muhaimin, pengembangan pendidikan agama islam mengacu

pada tiga paradigma, yaitu5:

a. Paradigma dikotomis, yang menganggap bahwa Pendidikan (agama) Islam

seolah – olah hanya mengurusi persoalan ritual dan spiritual, sementara

kehidupan ekonomi, politik, seni – budaya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi

serta seni dan sebagainya dianggap sebagai urusan duniawi yang menjadi

bidang garap pendidikan non agama. Pandangan dikotomi inilah yang

menimbukan dualism dalam sistem pendidikan. Istilah pendidikan agama dan

pendidikan umum, atau ilmu agama dan ilmu umum sebenarnya muncul dari

paradigm dikotomis tersebut. Para dikotomis mempunyai implikasi terhadap

pengembangan pendidikan agama Islam yang lebih berorientasi pada

keakhiratan, sedangkan masalah dunia dianggap tidak penting serta

menekankan pada pendalam al–‘ulum al–diniyah (ilmu – ilmu keagamaan)

yang merupakan jalan pintas untuk menuju akhirat, sementara sains (ilmu

pengetahuan) dianggap terpisah dari agama.

b. Paradigma Mekanisme, Paradigma mechanism ialah memandang

kehidupan terdiri atas berbagai aspek, dan pendidikan dipandang sebagai

4Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam dari Paradigma Pengembangan Manajemen Kelembagaan Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Press, 2009) hlm. 15Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi Edisi. I(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) hlm. 31

3

Page 4: Landasan Pengembangan Kurikulum

penanaman dan pengembangan seperangkat niali kehidupan yang masing –

masing bergerak dan berjalan menurut fungsinya. Relasi yang bersifat

horizontal–lateral (independen), mengandung arti bahwa beberapa mata

pelajaran (mata kuliah) yang ada dan pendidikan agama mempunyai

hubungan sederajat yang independen, dan tidak saling berkonsultasi. Relasi

yang bersifat literal – sekuensial, berarti diantara masing – masing mata

kuliah tersebut mempunyai relasi sederajat yang saling berkonsultasi.

Sedangkan relasi vertical – linier berarti menundukkan pendidikan agama

sebagai sumber nilai atau sumber konsultasi, sementara seperangkat mata

pelaksanaan (mata kuliah) yang lain adalah termasuk pengembangan nilai –

nilai insane yang mempunyai relasi veritkal – linier dengan agama.

c. Paradigma Organisme, Dalam konteks pendidikan Islam, paradigm

organism bertolak pandangan bahwa aktivitias kependidikan merupakan

suatu system yang teridiri atas komponen – komponen yang hidup bersama

dan bekerjasama secara terpadu menuju tujuan tertentu, yaitu terwujudnya

hidup religious atau dijiwai oleh ajaran dan nilai – nilai agama. Kebijakan

pengembangan madrasah berusaha mengakomodasikan tiga kepentingan

utama, yaitu: (1) sebagai wahana untuk membina ruh atau praktik hidup

keislaman; (2) memperjelas dan memperkokoh keberadaan madarasah

sederajat dengan system sekolah, sebagai wahana pembinaan warga Negara

yang cerdas, berpengatahuan, berkepribadian serta produktif; dan (3) mampu

merespon tuntuttan – tuntutan masa depan, dalam arti sanggup melahirkan

manusia yang memiliki kesiapan memasuki era globalisasi, industrialisasi

maupun era informasi. Secara konseptual – teoretis pendidikan agama di

sekolah berfungsi sebagai: (1) pengembangan keimanan dan ketakwaan

kepada Allah Swt. Serta akhlak mulia peserta didik seooptimal mungkin; (2)

penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagian hidup

di dunia dan akhirat; (3) penyesuaian mental peserta didik terhadap

lingkungan fisik dan sosial; (4) perbaikan kesalahan – kesalahan, kelemahan

– kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam

dalam kehidupan shari – hari; (5) pencegahan dari ha – hal negative budaya

asing yang dihadapinya sehari – hari; (6) pengajaran tentang ilmu

4

Page 5: Landasan Pengembangan Kurikulum

pengetahuan keagamaan secara umum; (7) penyaluran untuk mendalami

pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi

2. Landasan Filosofis

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum.

Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai

aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme,

progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun

senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai

terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.

Landasan filsafat ini berkaitan dengan tujuan pendidikan yang akan

dicapai sesuai dengan filsafat negara. Filsafat yang dianut negara Indonesia

adalah Pancasila, maka tujuan pendidikannya akan bersesuaian pula dengan

Pancasila. Tujuan pendidikan tiap Negara berbeda satu sama lainnya dikarenakan

perbedaan filsafat bangsa yang dianut. Yang perlu diketahui adalah adanya

kejelasan filsafat. Filsafat yang tidak jelas berimbas pada tujuan pendidikan yang

tidak jelas.6 dibawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran

filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum

a. Aliran Perenialisme, aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan

intelektual anak melalui pengetahuan yang abadi, universal dan absolut atau

perennial.7 Dalam hal ini, pendidikan bermaksud mengatur pikiran,

perkembangan rasio, dan pencarian kebenaran. Perenialisme sekuler

mendukung kurikulum sebuah akademi dengan tata bahasa, kepandaian

berbicara, logika, bahasa lam dan baru, matematika, dan peradaban dunia.8

Kurikulum yang diinginkan oleh aliran ini terdiri atas subyek atau mata

pelajaran yang terpisah sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan

seperti IPA atau IPS. Hanya mata pelajaran yang sungguh mereka anggap

dapat mengembangkan kemampuan intelektual seperti matematika, fisika,

kimia, biologi yang diajarkan, sedangkan yang berkenaan dengan emosi dan

jasmani seperti seni rupa, olah raga sebaiknya dikesampingkan. Pelajaran yang

6S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Cet.II. (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) hlm. 227Ibid. Hlm. 238Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Cet. II (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2008) hlm. 63

5

Page 6: Landasan Pengembangan Kurikulum

diberikan termasuk pelajaran yang sulit karena memerlukan intelegensi tinggi.

Kurikulum ini memberi persiapan yang sungguh-sungguh bagi studi

diperguruan tinggi.9

b. Aliran Idealisme, filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari

dunia supra-natural dari tuhan. Boleh dikatakan semua agama menganut

filsafat idealisme. filsafat ini umumnya diterapkan disekolah yang berorientasi

religius. Semua siswa diharuskan mengikuti pelajaran agama, menghadiri

khotbah dan membaca kitab suci. Biasanya disiplin termasuk ketat,

pelangggaran diberi hukuman yang setimpal bahkan dapat dikeluarkan dari

sekolah.namun pendidikan intelektual juga sangat diutamakan dengan

menetukan satandar mutu yang tinggi.10

c. Aliran Realisme, filsafat realisme mencari kebenaran di dunia ini sendiri.

Melalui pengamatan dan penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum

alam. Mutu kehidupan senantiasa dapat ditingkatkan melalui kemajuan dalam

ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan hidup ialah memperbaiki kehidupan

melalui penelitian ilmiah. Sekolah yang beraliran ini mengutamakan

pengetahuan yang sudah mantap dan esensial sebagai hasil penelitian yang

dituangkan secara sistematis dalam berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran.

Proses pembelajaran akan dimulai dengan teori-teori dan prinsip-prinsip yang

fundamental, kemudian praktek dan aplikasinya. Aliran ini tidak

memperhatikan minat anak, tetapi tiap anak didik harus bersungguh-sungguh

mempelajari buku berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sebagai bekal studi

lanjutan dan kehidupan dalam masyarakat.11

d. Aliran Progresivisme12, Tugas guru bukan mengajar dalam arti

menyampaikan pengetahuan, melainkan memberi kesempatan kepada anak

untuk melakukan berbagai kegiatan guna memecahkan masalah. Pengetahuan

yang diperoleh bukan dengan mempelajari mata pelajaran, melainkan karena

9S. Nasution, Op. Cit.10Ibid.11Ibid.12Aliran ini juga dikenal dengan nama Pragmatisme berkembang melalui struktur pendidikan di Amerika sebagai jawaban atas doktrin esensialisme. Lihat di Oemar Hamalik, Op. Cit. hlm 64. Aliran ini juga dikenal dengan Aliran Instrumentalisme/Utilitarianisme yang berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarakan pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran adalah tentatif (sementara) dan dapat berubah yang baik, ialah yang berakibat baik bagi masyarakat. Tujuan hidup ialah mengabdi kepada masyarakat dengan peningkatan kesejahteraan manusia. Lihat di S. Nasution, Op. Cit. hlm. 24

6

Page 7: Landasan Pengembangan Kurikulum

digunakan secara fungsional dalam memecahkan masalah.13 Sikap progresivis

yang menyatakan bahwa anak harus memahami pengalaman pendidikan “di

sisni ” dan “sekarang”, mepunyai filosofi “Pendidikan adalah Hidup”, “belajar

dengan melakukan”. Para progresivis mendorong sekolah agar menyediakan

pelajaran bagi setiap individu yang berbeda, baik dalam mental, fisik, emosi,

spiritual dan perbedaan social.14

e. Aliran Eksistensialisme, filsafat ini mengutamakan individu sebagai aktor

dalam menentukan apa yang baik dan benar. Norma-norma hidup berbeda

secara individual dan ditentukan masing-masing secara bebas, namun dengan

pertimbangan jangan menyinggung perasaan orang lain. Tujuan hidup adalah

menyempurnakan diri, merealisasikan diri. Sekolah yang berdasarkan

eksistensialisme mendidik anaka aggar menentukan pilihan dan keputusan

sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Ia harus bebas berpikir dan

mengambil keputusan sendiri secara bertanggung jawab. Sekolah ini menolak

segala kurikulum, pedoman, instruksi, buku wajib, dll dari pihak luar. Anak

harus mencari identitasnya sendiri, menentukan standarnya sendiri dan

kurikulumnya sendiri. Dengan sendirinya mereka tidak dipersiapkan untuk

menempuh ujian nasional.15

3. Landasan Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala

sosial hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau

masyarakat. Di dalam kehidupan kita tidak hidup sendiri, namun hidup dalam

suatu masyarakat. Dalam lingkungan itulah kita memiliki tugas yang harus

dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sebagai bakti kepada masyarakat

yang telah memberikan jasanya kepada kita. Tiap masyarakat memiliki norma

dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi. Norma dan adat kebiasaan tersebut

memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu masing-masing dari kita juga

memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda.16

13S. Nasution, Op. Cit.14Oemar Hamalik, Op. Cit. hlm 64.15S. Nasution, Op. Cit. hlm. 2516Dalila Sadida, Pengertian Kurikulum, Sistem, Landasan dan Prinsip Pengembangannya (http://sadidadalila.wordpress.com, 2010 ) diakses pada 29 Oktober 2013.

7

Page 8: Landasan Pengembangan Kurikulum

Asas sosiologi mempunyai peran penting dalam mengembangkan

kurikulum pendidikan pada masyarakat dan bangsa di muka bumi ini. Suatu

kurikulum pada prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita tertentu dan

kebutuhan masyarakat. Karena itu sudah sewajarnya kalau pendidikan

memperhatikan aspirasi masyarakat, dan pendidikan mesti memberi jawaban atas

tekanan-tekanan yang datang dari kekuatan sosio-politik- ekonomi yang

dominan. Dari sudut pandang sosiologis, dalam sistem pendidikan serta lembaga-

lembaga pendidikan terdapat bahan yang memiliki beragam fungsi bagi

kepentingan masyarakat, yakni17:

a. Mengadakan revisi dan perubahan social

b. Mempertahankan kebebasan akademis dan kebebasan melaksanakan

penelitian ilmiah

c. Mendukung dan turut memberi kontribusi kepada pembangunan

d. Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai tradisional serta mempertahankan

status quo

e. Mengeksploitasi orang banyak demi kesejahteraan golongan elite

f. Mewujudkan revolusi soaial untuk melenyapkan pengaruh-pengaruh

pemerintah terdahulu

g. Menyebarluaskan falsafah, politik atau kepercayaan tertentu

4. Landasan Psikologis

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, sedangkan

kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk mengubah

perilaku manusia. Oleh sebab itu, pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh

psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus

dikembangkan. Landasan psikologis ini mempunyai dua dimensi yang saling

berkaitan18 yaitu

a. Teori belajar, teori ini menjelaskan bagaimana sebenarnya siswa belajar.

Dalam teori ini terdapat lima kelompok teori belajar diantaranya,

1) Teori behaviorisme, seorang behavioris memandang pelajar sebagai

organisme yang merespons terhadap stimulus dari dunia sekitarnya, yang

17Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik Cet. I(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011) hlm. 9718Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2010) hlm. 25

8

Page 9: Landasan Pengembangan Kurikulum

dikenal sebagai S – R atau S- R – O (O=organisme). Peranan guru ialah

menyajikan stimulus tertentu yang membangkitkan respons merupkan

hasil belajar yang diinginkan.Untuk mengatur proses S – R secara

sistematis maka bahan pelajaran dipecahkan atau dibagi-bagi menjadi

butir-butir informasi spesifik. Jadi bahan pelajaran yang dipecahkan

menjadi serangkaian yang berurutan, disajikan satu demi satu kepada

siswa, ia harus lebih dulu menguasai satu langkah sebelum maju ke

langkah berikutnya lebih sulit dan kompleks.

2) Teori psikologi daya. Menurut penganut aliran ini, belajar ialah

mendisiplin dan menguatkan daya-daya mental, terutama daya pikir,

melalui latihan mental yang ketat. Bila “otak” telah dikembangkan

melalui studi matematika, bahasa klasik dan humaniora, maka pelajar

akan mampu berpikir rasional dan dapat mentransfer proses belajar itu

pada bidang studi lain.

3) Teori pengembangan kognitif. Menurut teori tersebut pematangan mental

berkembang secara berangsur-angsur pada individu berkat interaksinya

sebagai pelajar dengan lingkungan. Dengan bertambhnya usia anak proses

memimpin secara kontiniu yang dibentuk secara lngsung agar mencapai

tingkat pemikiran dan perbuatan yang lebih kompleks dan lebih matang.

4) Teori lapangan. Teori ini menggunakan konsep behaviorisme dan

perkembangan kognitif dengan memasukkan unsur “O” (O=organisme

atau individu) didalam rumus S-R menjadi S-O-R. Para ahli psikologi

lapangan sangat mengutamkan pelajar dalam proses belajar. Individu

dianggap sentral dalam teori lapangan itu.

5) Teori kepribadian. Selama periode 1920-an dan 1930-an Hartshon dan

May  mengadakan penelitian tentang kelakuan moral anak-anak. Mereka

mencoba menganalisis pendapat anak-anak tentng sejumlah sifat moral

seperti kejujuran, keramahan dan lain-lain. dengan penelitian mereka

meletakkan dasar penelitian selanjutnya yang mendalami alasan-alasan

emosional – psikologis dibelakang kelakuan anak (seperti cinta, kasih,

rasaa benci dan rasa bersalah).

9

Page 10: Landasan Pengembangan Kurikulum

b. Hakikat pelajar. Secara individual hakikat teori berkenaan dengan taraf i)

motivasi, kesiapan, kematangan intelektual, kematangan emosional dan latar

belakang masalah yang dihadapi oleh peserta didik.

5. Landasan Yuridis

Pancasila yang kita akui dan terima sebagai filsafat dan pandangan

hidup bangsa kita, yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari,

dijadikan pula landasan pendidikan kita. Seperti dinyatakan dalam ketetapan

MPR No. II/MPR/1968, Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia dan

negara kita. Di samping itu, bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup

bangsa Indonesia. Kesadaran dan cita-cita moral Pancasila sudah berurat, berakar

dalam kebudayaan bangsa Indonesia,yang mengajarkan bahwa hidup manusia

akan mencapai kebahagiaan, jika dapat dikembangkan keselarasan dan

keseimbangan, baik dalam hidup manusia secara pribadi, dalam hubungan dengan

alam, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar

kemajuan lahiriah, dan kebahagiaan rohaniah19. Seperti kita ketahui, Pancasila

terdiri atas :

1) Ketuhanan yang Maha Esa.2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.3) Persatuan Indonesia.4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan / perwakilan.5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam undang-undang tentang dasar pendidikan dan pengajaran

disekolah, bab III, pasal 4, tercantum " Pendidikan dan pengajaran berdasarkan

asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia dan ataskebudayaan kebangsaan Indonesia" . Asas-asas itu

seyogianya diwujudkan dalam pendidikan di sekolahmaupun di luar rumah. Asas-asas

yang masih bersifat umum itu masih perludiuraikan agar lebih jelas untuk dijadikan

pedoman dalam pendidikan.20

Pendidikan nasional pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-

nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan

19Ibid.20Ibid.

10

Page 11: Landasan Pengembangan Kurikulum

perubahan jaman. Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia

pembangunan yang ber-Pancasila, yang kemudian diuraikan dalam sejumlah

butir-butir sebagai penjelasan makna tiap sila, diuraikan selanjutnya dalam

tujuan-tujuan yang lebihkongkrit berupa tujuan-tujuan institusional, antara lain

yang harus dicapai olehtiap tingkatan dan jenis sekolah.21

Dalam Tap. MPR No.II / MPR / 1988 tentang GBHN tercantum :

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan nasional harus juga mampu menumbuhkan dan memperdalam

rasa cinta kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim

belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri

serta sikap, perilaku yang inovatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan

mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun

diri sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.22

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai tujuan pendidikan sesuai

dengan UU nomor 2 tahun 1989 pasal 6 tentang sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak atas kesempatan yang seluas-

luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan

dan keterampilan yang sekurang-kurannya setara dengan pengetahuan,

kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan dasar, yang kemudian

diamandemen dalam UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.23

21Iyok, Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila (http://emperor-nisem08.blogspot.com, 2011) diakses pada 29 Oktober 2013.22S. Nasution, Op. Cit. hlm. 3723Undang-Undang Sisdiknas 2003 UU RI No. 20 tahun 2003 Bab II, Pasal 3

11

Page 12: Landasan Pengembangan Kurikulum

6. Landasan Teoritis

Ada kesepakatan secara umum bahwa teori merupakan suatu set atau

sistem pernyataan yang menjelaskan serangkaian hal. Tugas seorang teoritis

adalah merumuskan istilah-istilah dan pernyataan yang akan menjelaskan isi

bagian-bagian dan hubungan di antara bagian-bagian tersebut. Ada tiga fungsi

teori yang sudah disepakati para ilmuwan, yaitu, mendeskripsikan, menjelaskan,

dan memprediksi. Proses pembentukan suatu teori melalui beberapa langkah

yaitu, pendefinisian istilah, klasifikasi, mengadakan induksi dan deduksi,

informasi, prediksi dan penelitian, pembentukan model-model, dan pembentukan

subteori.24

Ada tiga konsep tentang kurikulum25 yaitu:

a. Kurikulum sebagai substansi, suatu kurikulum dipandang sebagai suatu

rencana kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik di sekolah, atau sebagai

suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat

menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan

ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum itu

mencakup lingkup tertentu. Suatu sekolah, kabupaten, provinsi ataupun

seluruh negara.

b. Kurikulum sebagai sistem/rencana pembelajaran, sistem kurikulum

merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem

masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan

prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan,

mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum

adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah

bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

c. Kurikulum Bidang Studi, Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum

dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi

adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.

Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar

tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian

24Elisabeth yuliasari, Resume: PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori danPraktek (Prof. DR. Nana Syaodih Sukmadinata) (http://elisabeth-yuliasari.blogspot.com, 03 September 2013) diakses pada 29 Okteber 2013 25Nana Syaodih S., Op. Cit. hlm. 27.

12

Page 13: Landasan Pengembangan Kurikulum

dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan

memperkuat bidang studi kurikulum.

Perkembangan Teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah

perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890

dengan tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara definitif berawal pada hasil

karya Franklin Babbit tahun 1918. Bobbit Bering dipandang sebagai ahli

kurikulum yang pertama, is perintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit

adalah orang pertama yang mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan

sebagai cara penentuan keputusan dalam penyusunan kurikulum. Dia jugalah

yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengidentifikasi kecakapan

pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar pengembangan

kurikulum.26

Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan

manusia. Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama,

terbentuk oleh sejumah kecakapan pekerjaan. pendidikan berupaya

mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna.

Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk dapat terjun dalam kehidupan

sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya maupun jenis

lingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut penguasaan

pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu

merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan

pengalaman yang harus dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-

pengalaman tersebut itulah yang menjadi bahan kajian teori kurikulum.27

7. Landasan Empiris

Kurikulum Pendidikan perlu diorientasi dan direorganisasi terhadap beban

belajar dan kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan .Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia terdapat dua Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU RI No.2 tahun 1989 dan UU RI No. 20

tahun 2003. Mengingat UU No. 2 tahun 1989 tentang SistemPendidikan Nasional

tidak memadai lagi, maka undang-undang tersebut perlu diganti

26Ibid.27Ibid.

13

Page 14: Landasan Pengembangan Kurikulum

dandisempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan UUD 1945. Menurut

UU No. 20 tahun 2003 pasal 4 dinyatakan:

a. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikanyang bermutu. 

b. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan intelektual,dan / atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

c. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yangterpencil berhak memperoleh pendidikan layanak khusus.

d. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus

e. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.Keadaan masyarakat yang semakin berkembang menuju arah yang lebih

komplek juga menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum. Diantara yang

perlu dipertimbangkan adalah:

a. Perkembangan masyarakat, Salah satu ciri masyarakat adalah selalu

berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu perkembangannya sangat

cepat, tetapi pada masyarakat lainnya agak lambat bahkan lambat sekali.

Karena adanya pengaruh dari perkembangan teknologi, terutama teknologi

industry transportasi, komunikasi, telekomunikasi dan elektronika, masyarakat

kita dewasa ini berkembang sangat cepat menuju masyarakat terbuka,

masyarakat informasi dan global.

b. Perkembangan ilmu pengetahuan, Perkembangan ilmu pengetahuan modern

tidak dapat dilepaskan dari peranan ilmuwan muslim. Selama beberapa abad,

sampai dengan abad ke-13, pengembangan ilmu pengetahuan didominasi

ilmuwan muslim. Dengan adanya perkembangan ilmu pengethauan tiap

waktunya sehingga mempengaruhi perkembangan kurikulum di dunia

pendidikan.

c. Perkembangan teknologi, Teknologi adalah cara melakukan sesuatu untuk

memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal (hardware dan

software) sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat

lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.

Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum PAI tersebut

ternyata mengalami perubahan–perubahan paradigma, walaupun dalam beberapa

hal tertentu paradigma sebelumnya masih tetap dipertahankan hingga sekarang.

Hal ini dapat dicermati dari fenomena berikut: (1) perubahan dari tekanan pada

14

Page 15: Landasan Pengembangan Kurikulum

hapalan dan daya ingat tentang teks-teks dari ajaran- ajaran Agama Islam, serta

disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari Timur Tengah, kepada

pemahaman tujuan, makna dan motivasi beragama Islam untuk mencapai tujuan

pembelajaran PAI; (2) perubahan dari cara berpikir tekstual, normatif, dan

absolutis kepada cara berpikir historis, empiris, dan kontekstual dalam

memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama Islam; (3)

perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam dari

para pendahulunya kepada proses atau metodologinga sehingga menghasilkan

produk tersebut; dan (4) perubahan pada pola pengembangan kurikulum PAI

yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isis

kurikulum PAI kearah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta didik,

masyarakat untuk mengidensifikasi tujuan PAI dan cara-cara mencapainya.28

B. Implikasi Landasan-landasan Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Islam

Pengaruh sosial budaya terhadap perkembangan kurikiulumKurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu

rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

28Muhaimin, Pengembangan Kurikulum... Op. Cit. hlm. 11

15

Page 16: Landasan Pengembangan Kurikulum

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.

Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.

Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

2.     Pengaruh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Perkembangan KurikulumPada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih

relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang

Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.

Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.

Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian..

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusi

16