Lampiran Materi SAP Abortus

12
Lampiran Materi Satuan Acara Penyuluhan Abortus SGD 5 I Gede Ardy Wiranata (1002105008) Ni Luh Gede Seruni Lestari (1002105011) Ni Ketut Dewi Jayanthi (1002105013) Ni Kadek Deby Kristianti Utami (1002105015) Lia Dwi Jayanti (1002105036) I Gusti Agung Novi Lindaswari (1002105038) Ni Kadek Ratih Mentari (1002105041) Ni Luh Putu Devi Kusumayanti (1002105053) I Putu Septiawan (1002105068) Ni Nyoman Rita Lestari (1002105070) Luh Putu Citra Dewi Jayanti (1002105071) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Transcript of Lampiran Materi SAP Abortus

Page 1: Lampiran Materi SAP Abortus

Lampiran Materi Satuan Acara Penyuluhan Abortus

SGD 5

I Gede Ardy Wiranata (1002105008)

Ni Luh Gede Seruni Lestari (1002105011)

Ni Ketut Dewi Jayanthi (1002105013)

Ni Kadek Deby Kristianti Utami (1002105015)

Lia Dwi Jayanti (1002105036)

I Gusti Agung Novi Lindaswari (1002105038)

Ni Kadek Ratih Mentari (1002105041)

Ni Luh Putu Devi Kusumayanti (1002105053)

I Putu Septiawan (1002105068)

Ni Nyoman Rita Lestari (1002105070)

Luh Putu Citra Dewi Jayanti (1002105071)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2013

Page 2: Lampiran Materi SAP Abortus

Lampiran Materi SAP Abortus

Pengertian

Abortus adalah pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin dapat hidup

di luar kandungan dengan berat janin kurang dari 500 gram atau pada usia kehamilan kurang

dari 20 minggu.

Menurut Eastman abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus

belum sanggup hidup sendiri di luar uterus dengan berat antara 400-1000 gram, atau usia

kehamilan kurang dari 28 minggu. Sedangkan menurut Jeffcoat, abortus adalah pengeluaran

dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law.

Menurut Holmer, abortus terjadi sebelum kehamilan minggu ke-16. Kesimpulan dari beda

pendapat di atas adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan\

Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi

servik.

Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap

kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin

berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)

Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20

minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat ( Mansjoer, Arif M, 1999)

Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh

pertama kehamilan ( William Obstetri, 1990)

Etiologi

Penyebab abortus sebagian tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor

sebagai berikut :

a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan

cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.Gangguan

pertumbuhan dapat terjadi karena:

Kelainan kromosom

Page 3: Lampiran Materi SAP Abortus

Kelainan yang sering terjadi pada abortus spontan ialah: trisomi poliploidi dan

kemungkinan pula kelainan kromosom seks. (Sarwono, 1991:303)

Lingkungan kurang sempurna

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang

sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi

terganggu.

Pengaruh dari luar

Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil

konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya

dinamakan pengaruh teratogen. (Sarwono, 1991:303)

b. Kelainan pada placenta.

Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi

placenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian

janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi

menahun. (Sarwono, 1991:303)

c. Penyakit ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria

dan lain-lain dapat menyebabkan abortus toxin, virus dan plasmodium dapat

melalui placenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin

kemudian terjadilah abortus.Anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonis

umum dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis, toksoplasmosis

juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang. (Sarwono, 1991:303)

d. Kelainan tractus genitalis

Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan

abortus. Tetapi harus diingat bahwa retroversio uteri gravidi inkarserata atau

mioma submukosa yang memegang peranan penting.Sebab lain abortus dalam

trimester II ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan

bawaan pada servik, dilatasi berlebihan, amputasi atau robekan servik luas yang

tidak dijahit. (Sarwono, 1991:303)

Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar

penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan

beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:

a. Faktor mekanis

Page 4: Lampiran Materi SAP Abortus

Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi

ke dalam kavum uteri, antara lain:

Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia

lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan

kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat

infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.

Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,

apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau

penyempitan lumen

Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan

hipoplasi. Namun ini jarang terjadi

Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan

usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi

Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan

pada adneksia

Penggunaan IUD

b. Faktor Fungsional

Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri

yang abnormal

Refluks menstruasi

Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan

progesteron

c. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.

d. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.

Manifestasi Klinis

a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu

b. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi

c. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat

kontraksi uterus

d. Pemeriksaan ginekologi :

Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium

atau tidak bau busuk dari vagina

Page 5: Lampiran Materi SAP Abortus

Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah

tertutup,ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak jaringan berbau busuk dari

ostium

Vaginal toucher : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak

jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia

kehamilan, tidak nyeri saat portio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,

cavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri

Pemeriksaan Penunjang

a. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu

setelah abortus.

b. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.

c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

d. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan

anomali kongenital.

e. BMR dan kadar udium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak

gangguan glandula thyroidea

f. Psiko analisa

g. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.

h. Pemeriksaan ginekologi :

Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil

konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.

Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah

tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau

jaringan berbau busuk dari ostium.

Vagina touche : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak

jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia

kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan

adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri

Komplikasi

a. Perdarahan

Page 6: Lampiran Materi SAP Abortus

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan

jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi

apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis.

Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera

dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan

alat-alat lain.

c. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi

berat.

d. Infeksi

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan

flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci,

Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum),

Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada

lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp.,

Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas

padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke

perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling

sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus

non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus

hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah

Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus

pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.

e. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan

pembekuan darah.

Penatalaksanaan

a. Tirah baring yang bertujuan agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang

mekanik berkurang. Mengurangi aktivitas berat yang dapat menimbulkan kelelahan

maupun tekanan pada bagian abdominal.

b. Anjurkan pasien mengkonsumsi makanan tinggi protein dan tambahan vitamin c.

Page 7: Lampiran Materi SAP Abortus

c. Menjaga higine terutama vulva higine untuk mencegah timbulnya infeksi

d. Menghindari hal-hal yang dapat memperburuk keadaan pasien dan hal yang dapat

menyebabkan pasien jatuh kepada keadaan komplikasi (syok, infeksi)

e. Ajarkan pasien tanda dan gejala terjadinya perburukan kondisi maupun komplikasi dan

kapan pasien perlu untuk datang ke pelayanan kesehatan.

Page 8: Lampiran Materi SAP Abortus

Daftar Pustaka

Errol, Norwitz. 2008. At aGlance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlanga. Hlm: 16-17

Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika. Hlm. 43-47.

Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 226-237.

Scoot, James. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.

Hlm116-123.

Linda J. Vorvick, MD. EctopicPregnancy.

 nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000895.htm Diunduh 3 April 2012 pukul01:40 WIB.

Josie, tenor. 2000. Ectopic Pregnancy. aafp.org/afp/2000/0215/p1080.html Diunduh 3 April

2012 pukul 02:10 WIB.

Prawirohardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Leveno,Kenneth J.dkk. 2009. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC.

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta : EGC.