Lampiran Materi SAP Abortus
-
Upload
rita-lestari -
Category
Documents
-
view
209 -
download
16
Transcript of Lampiran Materi SAP Abortus
Lampiran Materi Satuan Acara Penyuluhan Abortus
SGD 5
I Gede Ardy Wiranata (1002105008)
Ni Luh Gede Seruni Lestari (1002105011)
Ni Ketut Dewi Jayanthi (1002105013)
Ni Kadek Deby Kristianti Utami (1002105015)
Lia Dwi Jayanti (1002105036)
I Gusti Agung Novi Lindaswari (1002105038)
Ni Kadek Ratih Mentari (1002105041)
Ni Luh Putu Devi Kusumayanti (1002105053)
I Putu Septiawan (1002105068)
Ni Nyoman Rita Lestari (1002105070)
Luh Putu Citra Dewi Jayanti (1002105071)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2013
Lampiran Materi SAP Abortus
Pengertian
Abortus adalah pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan dengan berat janin kurang dari 500 gram atau pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu.
Menurut Eastman abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus
belum sanggup hidup sendiri di luar uterus dengan berat antara 400-1000 gram, atau usia
kehamilan kurang dari 28 minggu. Sedangkan menurut Jeffcoat, abortus adalah pengeluaran
dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law.
Menurut Holmer, abortus terjadi sebelum kehamilan minggu ke-16. Kesimpulan dari beda
pendapat di atas adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan\
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
servik.
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20
minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat ( Mansjoer, Arif M, 1999)
Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh
pertama kehamilan ( William Obstetri, 1990)
Etiologi
Penyebab abortus sebagian tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor
sebagai berikut :
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan
cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.Gangguan
pertumbuhan dapat terjadi karena:
Kelainan kromosom
Kelainan yang sering terjadi pada abortus spontan ialah: trisomi poliploidi dan
kemungkinan pula kelainan kromosom seks. (Sarwono, 1991:303)
Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil
konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen. (Sarwono, 1991:303)
b. Kelainan pada placenta.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi
placenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun. (Sarwono, 1991:303)
c. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria
dan lain-lain dapat menyebabkan abortus toxin, virus dan plasmodium dapat
melalui placenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin
kemudian terjadilah abortus.Anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonis
umum dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis, toksoplasmosis
juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang. (Sarwono, 1991:303)
d. Kelainan tractus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan
abortus. Tetapi harus diingat bahwa retroversio uteri gravidi inkarserata atau
mioma submukosa yang memegang peranan penting.Sebab lain abortus dalam
trimester II ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan
bawaan pada servik, dilatasi berlebihan, amputasi atau robekan servik luas yang
tidak dijahit. (Sarwono, 1991:303)
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
a. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi
ke dalam kavum uteri, antara lain:
Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau
penyempitan lumen
Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan
usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia
Penggunaan IUD
b. Faktor Fungsional
Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri
yang abnormal
Refluks menstruasi
Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron
c. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
d. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
Manifestasi Klinis
a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
b. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
c. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
d. Pemeriksaan ginekologi :
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
atau tidak bau busuk dari vagina
Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup,ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak jaringan berbau busuk dari
ostium
Vaginal toucher : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat portio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
cavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri
Pemeriksaan Penunjang
a. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.
b. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
d. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan
anomali kongenital.
e. BMR dan kadar udium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea
f. Psiko analisa
g. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
h. Pemeriksaan ginekologi :
Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
Vagina touche : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri
Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis.
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan
alat-alat lain.
c. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat.
d. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan
flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci,
Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum),
Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp.,
Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas
padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke
perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling
sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus
non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus
hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah
Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus
pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
e. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah.
Penatalaksanaan
a. Tirah baring yang bertujuan agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang. Mengurangi aktivitas berat yang dapat menimbulkan kelelahan
maupun tekanan pada bagian abdominal.
b. Anjurkan pasien mengkonsumsi makanan tinggi protein dan tambahan vitamin c.
c. Menjaga higine terutama vulva higine untuk mencegah timbulnya infeksi
d. Menghindari hal-hal yang dapat memperburuk keadaan pasien dan hal yang dapat
menyebabkan pasien jatuh kepada keadaan komplikasi (syok, infeksi)
e. Ajarkan pasien tanda dan gejala terjadinya perburukan kondisi maupun komplikasi dan
kapan pasien perlu untuk datang ke pelayanan kesehatan.
Daftar Pustaka
Errol, Norwitz. 2008. At aGlance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlanga. Hlm: 16-17
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika. Hlm. 43-47.
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 226-237.
Scoot, James. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.
Hlm116-123.
Linda J. Vorvick, MD. EctopicPregnancy.
nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000895.htm Diunduh 3 April 2012 pukul01:40 WIB.
Josie, tenor. 2000. Ectopic Pregnancy. aafp.org/afp/2000/0215/p1080.html Diunduh 3 April
2012 pukul 02:10 WIB.
Prawirohardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Leveno,Kenneth J.dkk. 2009. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC.
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta : EGC.