LAMPIRAN 1 DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI …thesis.binus.ac.id/Doc/Lampiran/2011-2-00286-SP...
Transcript of LAMPIRAN 1 DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI …thesis.binus.ac.id/Doc/Lampiran/2011-2-00286-SP...
LAMPIRAN 1
DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA
LAMPIRAN 2
PERINCIAN PERHITUNGAN PEMBEBANAN PADA JEMBATAN
4.2 Menghitung Pembebanan pada Balok Prategang
4.2.1 Penentuan Lebar Efektif Lantai
Gambar 4.5 Lebar Efektif Lantai
Lebar efektif plat (Be) diambil nilai terkecil dari :
L/4 = 10 m, s = 1,80 m, 12h0 = 2,40 m
Diambil lebar efektif plat lantai Be = 1,80 m
Kuat tekan beton plat : = 33,2 MPa
Kuat tekan beton plat : = 33,2 MPa
Modulus elastisitas plat:
= 27,08 MPa
Modulus elastisitas balok prategang :
= 31,90 MPa
Nilai perbandingan modulus elastisitas plat dan balok = 0,8488
Lebar pengganti beton plat lantai jembatan : = 1,55 m
4.2.2 Penampang Balok Prategang
Berikut adalah perhitungan penampang balok pada tengah bentang yaitu struktur I-
girdernya.
Gambar 4.6 Sketsa Penampang I Girder Jembatan
Tabel 4.7 Momen inersia balok prategang
NO Dimensi Luas
Tampang A (m²)
Jarak Terhadap Alas y (m)
Statis Momen A y (m³)
Momen Inersia A y² ( )
Momen Inersia Io ( ) Lebar
b (m) Tinggi h (m)
1 1,600 0,20 0,32000 2,050 0,656000 1,344800 0,0010666670 2 0,575 0,10 0,05750 1,917 0,110228 0,211306 0,0000159722 3 0,450 0,10 0,04500 1,900 0,085500 0,162450 0,0000375000 4 0,100 0,15 0,01500 1,800 0,027000 0,048600 0,0000093750 5 0,250 1,55 0,38750 0,950 0,368125 0,349719 0,0775807292 6 0,225 0,25 0,05625 0,383 0,021544 0,008251 0,0000976563
h1
b1
H
h2
h3
h4 h5
h6
b2
7 0,700 0.30 0,21000 0,150 0.031500 0.004725 0,0015750000 1,09125 1,299897 2,129851 0,0803830000
Titik berat penampang terhadap alas balok (yb) = 1,299897/1,09125 = 1,19 m
Titik berat penampang terhadap sisi atas balok (ya) = h – yb = 0,96 m
Momen inersia terhadap alas balok (Ib) = 2,2
Momen inersia terhadap titik berat balok (Ix) = 0,654
Tahanan momen sisi atas (Wa) = 0,681 m³
Tahanan momen sisi bawah (Wb) = 0,55 m³
4.2.3 Penampang Balok Prategang dan Plat Lantai
Pada tabel berikut merupakan perhitungan manual penampang balok prategang
struktur I-girder dengan plat lantai (komposit).
Tabel 4.8 Momen inersia balok prategang dan plat lantai (komposit)
NO
Dimensi Luas Tampang A (m²)
Jarak Terhadap Alas y (m)
Statis Momen A y (m³)
Momen Inersia A y² ( )
Momen Inersia Io ( )
Lebar b (m)
Tinggi h (m)
0 1,800 0,20 0,36000 2,250 0,810000 1,822500 0,0012000000 1 1,600 0,20 0,32000 2,050 0,656000 1,344800 0,0010666670 2 0,575 0,10 0,05750 1,917 0,110230 0,211306 0,0000159722 3 0,450 0,10 0,04500 1,900 0,085500 0,162450 0,0000375000 4 0,100 0,15 0,01500 1,800 0,027000 0,048600 0,0000093750 5 0,250 1,55 0,38750 0,950 0,368125 0,349719 0,0775807292 6 0,225 0,25 0,05625 0,383 0,021544 0,008251 0,0000976563 7 0,700 0,30 0,21000 0,150 0,031500 0.004725 0,001575000 1,45125 2,109897 3,952351 0,081583000
Titik berat penampang terhadap alas balok (ybc) = 1,45 m
Titik berat penampang terhadap sisi atas balok (yac) = 0,90 m
Momen inersia terhadap alas balok (Ibc) = 4,0034
Momen inersia terhadap titik berat balok (Ixc) = 0,952
Tahanan momen sisi atas plat (Wac) = 1,0578 m³
Tahanan momen sisi atas balok (W’ac) = 1,360 m³
Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc) = 0,6566 m³
4.2.4 Pembebanan Balok Prategang
a. Berat Sendiri (MS)
a.1. Berat Diafragma
• Ukuran diafragma
- Diafragma tumpuan : Tebal = 0,20 m, Lebar = 1,10 m, Tinggi = 1,85 m
- Diafragma tengah : Tebal = 0,20 m, Lebar = 1,10 m, Tinggi = 1,10 m
• Berat 1 buah diafragma
- Diafragma tumpuan : W = 10,175 kN
- Diafragma tengah : W = 6,05 kN
• Jumlah diafragma
- Diafragma tumpuan : n = 6 buah
- Diafragma tumpuan : n = 9 buah
• Panjang bentang = 40 m
• Jarak diafragma : x2 = 20 m (dari tengah bentang)
x1 = 10 m (dari tengah bentang)
x0 = 0 m (dari tengah bentang)
• Momen maks. di tengah bentang L = Mmax = (1/2 n (x2 x1)) Wtotal
= 1216,875 kNm
• Berat diafragma ekivalen = Qdiafragma = (8 Mmax)/L²
= 6,0844 kN/m
a.2. Berat Balok Prategang
• Panjang bentang = 40 m
• Berat balok prategang + 10% = Wbalok = 1,1 A L wc
= 1210,3575 Kn
= Qbalok = Wbalok/L = 30,259 kN/m
a.3. Gaya Geser dan Momen akibat Berat Sendiri (MS)
Gambar 4.7 Berat sendiri jembatan
Beban : Qms = A w (kN/m)
Gaya geser : Vms = ½ Qms L (kN)
Momen : Mms = 1/8 Qms L² (kNm)
Tabel 4.7 Beban, Gaya dan Momen berat sendiri jembatan
No Jenis beban berat sendiri
Lebar b (m)
Tebal h (m)
Luas A (m²)
Berat sat. w (kN/m³)
Beban Qms (kN/m)
Geser Vms(kN)
Momen Mms (kNm)
1 Balok
Prategang 27,508 550,16 5501,6
2 Plat Lantai 1,8 0,20 0,37 25,00 9 180 1800 3 Diafragma 6,0844 121,688 1216,88
Total 42,5924 851,848 8518,48
b. Beban mati tambahan (MA)
Girder jembatan direncanakan mampu memikul beban mati tambahan berupa :
- Aspal beton setebal 50 mm untuk pelapisan kembali di kemudian hari (overlay)
- Genangan air hujan setinggi 25 mm apabila saluran drainase tidak bekerja
dengan baik.
Beban : QMA = A w (kN/m)
Gaya geser : VMA = ½ QMA L (kN)
Momen : MMA = 1/8 QMA L² (kNm)
Tabel 4.8 Perhitungan beban, gaya geser, dan momen beban mati tambahan
No Jenis beban
berat sendiri
Lebar b (m)
Tebal h (m)
Luas A (m²)
Berat sat. w
(kN/m³)
Beban QMA
(kN/m)
Geser VMA(kN)
Momen MMA (kNm)
1 Aspal beton 1,8 0,05 0,09 22,00 1,98 39,60 396 2 Plat Lantai 1,8 0,025 0,045 9,80 0,441 8,82 88,2
Total 2,421 48,42 484,2
c. Beban lajur “D” (TD)
Gambar 4.8 Beban lajur “D” jembatan
Beban lajur “D” terdiri dari beban terbagi merata UDL (Uniformly Distributed Load),
dan beban garis KEL (Knife Edge Load) seperti pada gambar. UDL mempunyai
intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L yang dibebani dan
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
q = 8,0 kPa untuk L≤30 m
q = 8,0 (0,5+(15/L)) kPa untuk L>30 m
KEL mempunyai intensitas, p = 44,0 kN/m
Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut :
DLA = 0,4 untuk L≤50 m
DLA = 0,4 – 0,0025 (L – 50) untuk 50<L<90 m
DLA = 0,3 untuk L≥90 m
Beban merata q = 8,0 (0,5+(15/L)) = 7 kPa
Beban merata pada balok QTD = Q s = 12,60 kN/m
Beban garis p = 44,0 kN/m
Faktor beban dinamis DLA = 0,40
Beban terpusat pada balok PTD = (1+DLA) p s = 110,88 kN
Gaya geser dan momen maksimum pada balok akibat beban lajur “D” :
VTD = (½ QTD L) + (1/2 PTD) = 307,44 kN
MTD = (1/8 QTD L²) + (1/4 PTD L) = 3628,8 kN
d. Gaya rem (TB)
Pengaruh pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah
memanjang, dan dianggap bekerja pada jarak 1,80 m di atas permukaan lantai jembatan.
Besarnya gaya rem arah memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan (Lt)
sebagai berikut :
Gaya rem, HTB = 250 kN untuk Lt ≤ 80 m
HTB = 250 + (2,5 ( Lt – 80)) kN untuk 80 < Lt < 180 m
HTB = 500 kN untuk Lt ≥ 180 m
Gambar 4.9 Gaya rem pada jembatan
TTB = HTB / nbalok = 62,50 kN
TTB = 5% beban lajur “D” tanpa faktor beban dinamis
QTD = Q s = 12,60 kN/m
PTD = p s = 79,20 kN
TTB = 0,05 ((QTD L)+ PTD) = 29,16 kN < HTB / nbalok
Diambil gaya rem, TTB = 62,50 kN
Lengan terhadap titik berat balok y = 1,80 + h0 + ha + yac = 2,9705 m
Beban momen akibat gaya rem M = TTB y = 185,66 kNm
Gaya geser dan momen maksimum padsa balok akibat gaya rem :
VTB = M/L = 4,642 kN
MTB = ½ M = 92,83 kNm
e. Beban Angin (EW)
Beban garis merata tambahan arah horizontal pada permukaan lantai jembatan akibat
angin yang meniup kendaraan di atas lantai jembatan dihitung dengan rumus :
TEW = 0,0012 Cw Vw² (kN/m)
Cw = Koefisien seret = 1,20
Vw = Kecepatan angin rencana = 35 m/det
TEW = 0,0012 Cw Vw² = 1,764 kN/m
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan tinggi 2
meter di atas lantai jembatan.
h = 2 m, jarak antara roda kendaraan x= 1,75 m
Transfer beban angin ke lantai jembatan QEW = (((1/2 h) /x) TEW = 1,008 kN/m
Gambar 4.10 Beban angin pada jembatan
Gaya geser dan momen maksimum akibat beban angin :
VEW = 1/2 QEW L = 20,16 kN
MEW = 1/8 QEW L² = 201,60 kNm
f. Beban Gempa (EQ)
Gaya gempa vertikal rencana, TEQ = Kv Wt
Berat sendiri, QMS = 45,5924 kN/m Beban mati tambahan, QMA = 2,421 kN/m
Wt = (QMS + QMA) L = 1920,536 kN
Kekakuan balok prategang, Kp = 48 Ec Ixc / L³ = 22092,345 kN/m
Waktu getar, T = 2 = 0,5912 detik
Koefisien geser dasar di tanah sedang untuk lokasi di wilayah gempa 6 di atas tanah
lunak, C = 0,07
Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton prategang penuh, S=1,3 F
dengan F= 1,25 – 0,025 n dan F harus diambil ≥ 1
untuk n = 1 maka, F = 1,25 – 0,025 n = 1,225
Faktor tipe struktur, S = 1,3F = 1,5925
Koefisien beban gempa horizontal, Kh = C S = 0,111475
Koefisien beban gempa vertikal, Kv = 50%Kh = 0,05574 (< 0.10)
diambil Kv = 0,10
Gaya gempa vertikal, TEQ = Kv Wt = 192,0536 kN
Beban gempa vertikal, QEQ = TEQ/L = 4,8013
Gambar 4.11 Beban gempa
Gaya geser dan momen maksimum akibat beban gempa vertikal :
VEQ = 1/2 QEQ L = 96,026 kN
MEQ = 1/8 QEQ L² = 960,26 kNm
g. Resume Momen dan Gaya Geser pada balok
Tabel 4.9 Momen dan gaya geser pada balok
NO Jenis beban Kode Beban Q (kN/m) P (kN) M (kNm) 1 Berat balok prategang Balok 27,508 - - 2 Berat plat Plat 9 - - 3 Berat sendiri MS 6,0844 - - 4 Mati tambahan MA 2,421 - - 5 Lajur “D” TD 12,6 110,88 - 6 Gaya rem TB - - 185,66 7 Angin EW 1,008 - - 8 Gempa EQ 5,029 - -
Momen maksimum akibat berat balok, Mbalok = 1/8 Qbalok L² = 5501,6
kNm
Momen maksimum akibat berat plat, Mplat = 1/8 Qplat L² = 1800 kNm
4.2.5 Kondisi awal (saat transfer)
Gambar 4.12 Kondisi awal (saat transfer)
Ditetapkan jarak titik berat tendon terhadap alas balok, z0 = 0,19 m
Eksentrisitas tendon, es = yb – z0 = 1,004 m
Momen akibat berat sendiri balok, Mbalok = 5501,6 kNm
Tegangan di serat atas,
0 = (-Pt/A) + (Pt es/Wa) – (Mbalok/ Wa) (persamaan 1)
Tegangan di serat bawah,
0,6 = (-Pt/A) - (Pt es/Wb) + (Mbalok/ Wb) (persamaan 2)
Besarnya gaya prategang awal,
Dari persamaan 1 : Pt = Mbalok / (es – (Wa/A) = 14868,165 kN
Dari persamaan 2 : Pt = [(0,6 Wb)+ Mbalok] / [(Wb/A)+ es] = 9412,492 kN
Besar gaya prategang yang diambil Pt = 9412,492 kN
4.2.6 Kondisi akhir
Digunakan kabel yang terdiri dari beberapa kawat baja untaian (strands cable) standar
VSL, dengan data sebagai berikut :
Tabel 4.10 Spesifikasi strands cable standar VSL
Jenis strands 7 wire super strands ASTM A-416 grade 270
Tegangan leleh strand fpy = 1676000 kPa Kuat tarik strand fpu = 1860000 kPa
Diameter nominal strand 0,01524 m Luas tampang nominal 1 strand Ast = 0,00014 Beban putus minimal 1 strand Pbs = 260,7 Kn
Jumlah kawat untaian (strands cable) Dipakai dua jenis strands yaitu 7 dan 12 Beban putus 1 tendon Pb1 = 3128,4 kN
Modulus elastis strands Es = 1,95E+08 Jumlah tendon, nt = 6 tendon
a. Posisi Tendon Tengah Bentang
Gambar 4.13 Posisi tendon tengah bentang
Tabel 4.11 Posisi Tendon Tengah Bentang
ns1 3 Tendon 12 Strands/tendon 36 ns2 1 Tendon 12 Strands/tendon 12 ns3 1 Tendon 12 Strands/tendon 12 ns4 1 Tendon 7 Strands/tendon 7 nt 6 ns 67
Persentase tegangan leleh yang timbul pada baja (% Jacking Force)
Po = Pt1 / (0,85 ns Pbs) = 63,437% < 80%(OK)
Gaya prategang akibat jacking Pj = Po ns Pbs = 11080,477 kN
b. Posisi Tendon di Tumpuan
Gambar 4.14 Posisi tendon di tumpuan
Tabel 4.12 Posisi Tendon di Tumpuan
ns1 1 Tendon 12 Strands/tendon 12 ns2 1 Tendon 12 Strands/tendon 12 ns3 1 Tendon 12 Strands/tendon 12 ns4 1 Tendon 12 Strands/tendon 12 ns5 1 Tendon 12 Strands/tendon 12 ns6 1 Tendon 7 Strands/tendon 7 nt 6 ns 67
c. Lintasan Inti Tendon
Gambar 4.15 Lintasan inti tendon
Persamaan lintasan inti tendom, Y(e0) = 4 f X/L² (L – X) dengan f = es
x0 = 38, e0 = 0,191, L/2 + x0 = 58, es + e0 = 1,195
= 0,0412
= 0.,0412
4.2.7 Kehilangan Tegangan (Loss of prestress) pada kabel
a. Kehilangan tegangan akibat gesekan angkur (anchorage friction)
Gaya prategang akibat jacking (jacking force), Pj = 11080,477 kN
Kehilangan gaya akibat gesekan angkur diperhitungkan sebesar 3% dari gaya prategang
akibat jacking P0 = 97% Pj = 10748,063 kN
b. Kehilangan tegangan akibat gesekan kabel (jack friction)
Perubahan sudut lintasan tendon, = 0,0824
Koefisien gesek, = 0,25
Koefisien wobble, = 0,066
Gaya prategang akibat jacking setelah memperhitungkan kehilangan prategang akibat
gesekan angkur, P0 = 10748,063 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan kabel :
dengan e = 2,7183
untuk Lx = 20,3 m, Px = 10182,09 kN
c. Kehilangan tegangan akibat pemendekan elastis (elastic shortening)
Luas tampang tendon baja prategang, At = ns Ast = 0,00938 m²
Modulus rasio antara baja prategang dengan balok beton, n = Es/Ebalok = 6,113
Jari-jari inersia penampang balok beton, i = = 0,779 m
Ke = At/[A (1+(es²/i²))] = 0,0213
Tegangan baja prategang sebelum kehilangan prategang (di tengah bentang),
= 1862142,86 kPa
Kehilangan tegangan pada baja oleh regangan elastik dengan memperhitungkan berat
sendiri, = 230679 kPa
Tegangan beton pada level bajanya oleh pengaruh gaya prategang Pt,
= 29287 kPa
Kehilangan tegangan pada baja oleh regangan elastik tanpa pengaruh berat sendiri,
= 89516 kPa
Kehilangan prategang akibat pemendekan elastis, = 839,66 kN
d. Kehilangan tegangan akibat pengangkuran (anchoring)
Panjang tarik masuk (berkisar antar 2 - 7 mm) diambil 6 mm, = 0,002 m
Kemiringan diagram gaya, m = tan ω = (P0 – Px)/Lx = 27,885 kN/m
Jarak pengaruh kritis slip angkur dari ujung, Lmax = = 11,45 m
Kehilangan prategang akibat pengangkuran, = 638,567 kN
P’max = P0 – ( = 10428,78 kN
Pmax = P’max – = 9588,72 kN
e. Kehilangan tegangan akibat relaksasi tendon
e.1. Pengaruh susut
= Regangan dasar susut
untuk kondisi kering udara dengan kelembaban < 50%, = 0,0006
= Koefisien yang tergantung pada pemakaian air semen untuk beton mutu tinggi
dengan faktor air semen w = 0,40 dan cement content = 4,5 kN/m³,
= 0,905
= Koefisien yang tergantung tebal teoritis (em), em = 2 A/K = 0,3785 m
= 1,05
= Koefisien yang tergantung pada luas tulangan baja memanjang non prategang.
Persentase luas tulangan memanjang terhadap luas tampang balok,
p = 0,5%. = 0,999
= 0,0005696
Tegangan susut,
= 111072 kPa
e.2. Pengaruh rangkak (creep)
P initial (keadaan saat transfer) di tengah bentang, Pi = Px - = 9342,43 kN
Pi / (ns Pbs) = 53,48% UTS
Tegangan beton di serat atas,
fa = (-Pi/A) + (Pi es/Wa) – (Mbalok/ Wa) = -2989,71 kPa
Tegangan beton di serat bawah,
fb = (-Pi/A) - (Pi es/Wb) + (Mbalok/ Wb) = -15742,60 kPa
Regangan akibat rangkak,
= Koefisien yang tergantung pada kelembaban udara dimana dalam perhitungan
sebelumnya diambil kondisi kering dengan kelembaban udara < 50%,
= 3 = 0,938
= 0,2
= 0,000264
Tegangan akibat rangkak, = 51480 kPa
= 162552 kPa
= 995942,43 kPa
Besar tegangan terhadap UTS = 53,48% UTS
X = 0, Jika < 50% UTS
X = 1, Jika = 50% UTS
X = 2, Jika = 70% UTS
X = 1,488
Relaksasi setelah 1000 jam pada 70% beban putus (UTS), c = 2,5%
= 31002,124 kPa
Kehilangan prategang jangka panjang = = 193554,124 kPa
= 1815,54 kN
Gaya efektif di tengah bentang balok, Peff = Pi - = 7526,89 Kn
Kehilangan prategang pada kabel :
Kontrol tegangan pada tendon baja pasca tarik segera setelah penyaluran gaya prategang
Tegangan ijin tendon baja pasca tarik : 0,7fpu = 1302000 kPa
Tegangan yang terjadi pada tendon baja pasca tarik,fp = Peff/At = 806278,25 kPa < 0,7fpu
(OK)
4.2.8 Tegangan yang terjadi pada penampang balok
a. Keadaan awal (saat transfer)
Tegangan beton di serat atas,
fca = (-Pt1/A) + (Pt1 es/Wa) – (Mbalok/ Wa) = -2951,8 kPa
Tegangan beton di serat bawah,
fcb = (-Pt1/A) - (Pt1 es/Wb) + (Mbalok/ Wb) = -15936 kPa
< -0,8fc’ (AMAN)
b. Keadaan setelah kehilangan prategang
Gambar 4.16 Diagram beton kondisi awal
Tegangan beton di serat atas,
fa = (-Peff/A) + (Peff es/Wa) – (Mbalok/ Wa) = -3970,39 kPa
Tegangan beton di serat bawah,
fb = (-Peff/A) - (Peff es/Wb) + (Mbalok/ Wb) = -11767,03 kPa
< -0,45fc’ (AMAN)
c. Keadaan setelah plat lantai setelah dicor (beton muda)
Tegangan beton di serat atas,
fa = (-Peff/A) + (Peff es/Wa) – (Mbalok+plat/ Wa) = -6602,35 kPa
Tegangan beton di serat bawah,
fb = (-Peff/A) - (Peff es/Wb) + (Mbalok+plat/ Wb) = -7452,09 kPa
< -0,45fc’ (AMAN)
4.2.8.4 Keadaan setelah plat dan balok menjadi komposit
Gambar 4.17 Diagram beton komposit
Eksentristas tendon untuk penampang komposit, e’s = es + (ybc – yb) = 1,2397 m
Tegangan beton di serat atas plat,
fac = (-Peff/Ac) + (Peff e’s/Wac) – (Mbalok+plat/ Wac) = -3395,55 kPa
Tegangan beton di serat atas balok,
f’ ac = (-Peff/Ac) + (Peff e’s/Wa) – (Mbalok+plat / W’ac) = - 3835,98 kPa
Tegangan beton di serat bawah balok,
fbc = (-Peff/Ac) - (Peff e’s/Wbc) + (Mbalok+plat / Wbc) = - 6984,33 kPa
< -0,45fc’ (AMAN)
4.2.9 Tegangan yang terjadi pada balok komposit
a. Tegangan akibat berat sendiri (MS)
Gambar 4.18 Diagram balok komposit
Tegangan beton di serat atas plat, fac = -MMS / Wac = - 8490,46 kPa
Tegangan beton di serat atas balok, f’ac = -MMS / W’ac = - 6645,19 kPa
Tegangan beton di serat bawah balok, fbc = MMS / Wbc = 13190,59 kPa
b. Tegangan akibat beban mati tambahan (MA)
Tegangan beton di serat atas plat, fac = -MMA / Wac = - 482,61 kPa
Tegangan beton di serat atas balok, f’ac = -MMA / W’ac = - 377,72 kPa
Tegangan beton di serat bawah balok, fbc = MMA / Wbc = 749,77 kPa
c. Tegangan akibat susut dan rangkak
c.1. Tegangan akibat susut beton
Gambar 4.19 Diagram tegangan balok komposit
Eksentrisitas tendon, e’ = yac – (h0/2) = 0,8203 m
Gaya internal yang timbul akibat susut
= 0,0005696
= 2,139
= 1718,714 kN
Tegangan beton di serat atas plat, fca = (Ps/Aplat) – (Ps/Ac) – (Ps e’/Wac) = 2901,42 kPa
Tegangan beton di serat bawah plat, f’ca = (Ps/Aplat) – (Ps/Ac) – (Ps e’/W’ac) = 3206,82
kPa
Tegangan beton di serat atas balok, f’ca = (-Ps/Ac) – (Ps e’/W’ac) = -2337,42 kPa
Tegangan beton di serat bawah plat, f’ca = (-Ps/Ac) + (Ps e’/W’bc) = -945,53 kPa
c.2. Tegangan akibat rangkak beton
Gambar 4.20 Diagram tegangan akibat rangkak balok komposit
Residual creep berdasarkan NAASRA Bridge Design dinyatakan dengan persamaan :
= Tegangan pada balok setelah plat lantai selesai dicor (beton muda)
= Tegangan pada balok setelah plat lantai dan balok menjadi komposit
Tabel 4.13 Tegangan akibat rangkak pada beton
(kPa) (kPa) (kPa)
Tegangan beton di serat atas plat, fca -3395,55 -2995,55 Tegangan beton di serat bawah plat, f’ca - 3835,98 -3384,10 Tegangan beton di serat atas balok, f’ca - 3835,98 -6602,35 2440,49 Tegangan beton di serat bawah balok, fcb -6984,33 -7452,09 412,66
c.3 Superposisi tegangan susut dan rangkak
Tabel 4.14 Tegangan akibat susut dan rangkak pada beton
Tegangan pada beton Susut (kPa)
Rangkak (kPa)
Susut dan Rangkak (kPa)
Tegangan beton di serat atas plat, fca 2901,42 -2995,55 -94,13 Tegangan beton di serat bawah plat, f’ca 3206,82 -3384,10 -177,28 Tegangan beton di serat atas balok, f’ca -
2337,42 2440,49 103,07
Tegangan beton di serat bawah balok, fcb -945,53 412,66 -532,87
d. Tegangan akibat prategang (PR)
Gambar 4.21 Diagram tegangan akibat prategang balok komposit
Tegangan beton di serat atas plat, fac = (-Peff/Ac) + (Peff e’s/Wac) = 3882,04 kPa
Tegangan beton di serat atas balok, f’ac = (-Peff/Ac) + (Peff e’s/W’ac) = 2236,32 kPa
Tegangan beton di serat bawah balok, fbc = (-Peff/Ac) - (Peff e’s/Wbc) = -19876,70 kPa
e. Tegangan akibat Beban lajur “D” (TD)
Tegangan beton di serat atas plat, fac = -MTD / Wac = - 3616,86 kPa
Tegangan beton di serat atas balok, f’ac = -MTD / W’ac = - 2830,80 kPa
Tegangan beton di serat bawah balok, fbc = MTD / Wbc = 5619,08 kPa
f. Tegangan akibat gaya rem (TB)
Tegangan beton di serat atas plat, fac = -MTB / Wac = - 92,52 kPa
Tegangan beton di serat atas balok, f’ac = -MTB / W’ac = - 72,42 kPa
Tegangan beton di serat bawah balok, fbc = MTB / Wbc = 143,74 kPa
g. Tegangan akibat beban angin (EW)
Tegangan beton di serat atas plat, fac = -MEW / Wac = - 200,94 kPa
Tegangan beton di serat atas balok, f’ac = -MEW / W’ac = - 157,27 kPa
Tegangan beton di serat bawah balok, fbc = MEW / Wbc = 312,17 kPa
h. Tegangan akibat beban gempa (EQ)
Tegangan beton di serat atas plat, fac = -MEQ / Wac = - 957,10 kPa
Tegangan beton di serat atas balok, f’ac = -MEQ / W’ac = - 749,09 kPa
Tegangan beton di serat bawah balok, fbc = MEQ / Wbc = 1486,93 kPa
i. Tegangan akibat beban pengaruh suhu (ET)
Gaya internal akibat perbedaan suhu, Pt = At Ebalok (
Tabel 4.15 Perhitungan gaya dan momen akibat pengaruh suhu
No Lebar b (m)
Tebal h (m)
Luas At (m²)
Temperatur Gaya Pt
(kg) z Momen
Atas
Bawah
0 1,55 0,2 0,31 15,0 10,0 12,5 1359,74 0,8205 1115,67
1 1,6 0,2 0,32 10,0 8,0 9 1010,592 0,6205 627,07
2 0,575 0,1 0,0575 8,0 7,0 7,5 137,57 0,4872 67,02
3 0,45 0,1 0,045 7,0 6,0 6,5 102,64 0,4705 48,29
4 0.1 0,15 0,015 6,0 4,5 5,25 27,64 0,3705 10,24
5 0,25 0,75 0,1875 4,5 0 2,25 148,04 0,0455 6,74
Ʃ Pt
= 2786,22
Ʃ Mt = 1875,03
Eksentrisitas = ep = Ʃ Mt / Ʃ Pt = 0,673 m
Tegangan yang terjadi akibat perbedaan suhu :
Tegangan beton di serat atas plat,
fca = - Ebalok + (Ʃ Pt / Ac) + (Ʃ Pt ep / Wac) = - 1388,26 kPa
Tegangan beton di serat atas balok,
f’ ca = - Ebalok + (Ʃ Pt / Ac) + (Ʃ Pt ep / W’ac) = - 39,95 kPa
Tegangan beton di serat bawah balok,
fcb = (Ʃ Pt / Ac) - (Ʃ Pt ep / Wbc) = - 857,29 kPa
4.2.10 Kontrol Tegangan terhadap kombinasi pembebanan
Mutu Beton, K-400 Kuat tekan beton, fc’ = 33200 kPa
Tegangan ijin tekan beton, Fc’ = -14940 kPa
Tegangan ijin tarik beton, Fc = 174 kPa
Tabel 4.16 Kombinasi pembebanan untuk tegangan ijin
Aksi Simbol Kombinasi Pembebanan
1 2 3 4 5 A. Aksi Tetap
Berat Sendiri MS √ √ √ √ √
Beban Mati Tambahan MA √ √ √ √ √
Susut dan rangkak SR √ √ √ √ √
Prategang PR √ √ √ √ √
B. Aksi Transien
Beban Lajur “D” TD √ √ √ √ √
Gaya Rem TB √ √ √ √
C. Aksi Lingkungan
Pengaruh Suhu ET √ √
Beban Angin EW √ √
Beban Gempa EQ √
a. Kontrol tegangan Kombinasi-1
Teg MS MA SR PR TD TB KOMB KET fac -8490,46 -482,61 -94,13 3882,04 -3616,86 -92,52 -8894,54 Aman f'ac -6645,19 -377,72 -177,28 2236,32 2830,8 -72,42 -2205,49 Aman f" ac -6645,19 -377,72 -103,07 2236,32 2830,8 -72,42 -2131,28 Aman fbc 13190,59 749,77 -532,87 -19876,7 5619,08 143,74 -706,39 Aman
b. Kontrol tegangan Kombinasi-2
Teg MS MA SR PR TD TB ET KOMB KET fac -8490,46 -482,61 -94,13 3882,04 -3616,86 -92,52 -1388,26 -10282,8 Aman f'ac -6645,19 -377,72 -177,28 2236,32 2830,8 -72,42 -39,95 -2245,44 Aman f" ac -6645,19 -377,72 -103,07 2236,32 2830,8 -72,42 -39,95 -2171,23 Aman fbc 13190,59 749,77 -532,87 -19876,7 5619,08 143,74 -857,29 -1563,68 Aman
c. Kontrol tegangan Kombinasi-3
Teg MS MA SR PR TD TB EW KOMB KET fac -8490,46 -482,61 -94,13 3882,04 -3616,86 -92,52 -200,94 -9095,48 Aman f'ac -6645,19 -377,72 -177,28 2236,32 2830,8 -72,42 -157,27 -2362,76 Aman f" ac -6645,19 -377,72 -103,07 2236,32 2830,8 -72,42 -157,27 -2288,55 Aman fbc 13190,59 749,77 -532,87 -19876,7 5619,08 143,74 312,17 -394,22 Aman
d. Kontrol tegangan Kombinasi-4
Teg MS MA SR PR TD TB ET EW KOMB KET fac -8490,46 -482,61 -94,13 3882,04 -3616,86 -92,52 -1388,26 -200,94 -10483,74 Aman f'ac -6645,19 -377,72 -177,28 2236,32 2830,8 -72,42 -39,95 -157,27 -2402,71 Aman
f" ac -6645,19 -377,72 -103,07 2236,32 2830,8 -72,42 -39,95 -157,27 -2328,5 Aman
fbc 13190,59 749,77 -532,87 -19876,7 5619,08 143,74 -857,29 312,17 -1251,51 Aman
e. Kontrol tegangan Kombinasi-5
Teg MS MA SR PR EQ KOMB KET fac -8490,46 -482,61 -94,13 3882,04 -957,10 -6142,26 Aman f'ac -6645,19 -377,72 -177,28 2236,32 -749,09 -5712,96 Aman
f" ac -6645,19 -377,72 -103,07 2236,32 -749,09 -5638,75 Aman
fbc 13190,59 749,77 -532,87 -19876,7 1486,93 -4982,28 Aman
4.2.11 Lendutan Balok
I. Lendutan pada balok prategang (sebelum komposit)
a. Lendutan pada keadaan awal (transfer)
Pt1 = 9412,492 kN, es = 1,004 m, Mbalok = 5501,6 kNm
Qpt1 = 8 Pt1 es / L² = 47,25 kN/m
Qbalok = 8 Mbalok / L² = 27,51 kN/m
= 5/384 (-Qpt1 + Qbalok) / (Ebalok Ix) = -0,0315 m (Ke atas) < L/800 (OK)
b. Lendutan setelah kehilangan prategang
Peff = 7526,89 kN, es = 1,004 m, Mbalok = 5501,6 kNm
Qpeff = 8 Peff es / L² = 37,78 kN/m
Qbalok = 8 Mbalok / L² = 27,51 kN/m
= 5/384 (-Qpeff + Qbalok) / (Ebalok Ix) = -0,0164 m (Ke atas) < L/800 (OK)
c. Lendutan setelah plat selesai dicor (beton muda)
Peff = 7526,89 kN, es = 1,004 m, Mbalok+plat = 7301,6 kNm
Qpeff = 8 Peff es / L² = 37,78 kN/m
Qbalok+plat = 8 Mbalok+plat / L² = 36,508 kN/m
= 5/384 (-Qpeff + Qbalok+plat) / (Ebalok Ix) = -0,00203 m (Ke atas) < L/800 (OK)
d. Lendutan setelah plat dan balok menjadi komposit
Peff = 7526,89 kN, e’s = es + (ybc – yb) = 1,2397 m, Mbalok+plat = 7301,6 kNm
Ixc = 0,9234
Qpeff = 8 Peff e’s / L² = 46,66 kN/m
Qbalok+plat = 8 Mbalok+plat / L² = 36,508 kN/m
= 5/384 (-Qpeff + Qbalok+plat) / (Ebalok Ixc) = -0,0115 m (Ke atas) < L/800 (OK)
II. Lendutan pada balok komposit
a. Lendutan akibat berat sendiri (MS)
QMS = 42,5924 kN/m
= 5/384 QMS / (Ebalok Ixc) = 0,0482 m (Ke bawah)
b. Lendutan akibat beban mati tambahan (MA)
QMA = 2,421 kN/m
= 5/384 QMA / (Ebalok Ixc) = 0,00274 m (Ke bawah)
c. Lendutan akibat prategang (PR)
Peff = 7526,89 kN, es = 1,004 m
Qpeff = 8 Peff es / L² = 37,78 kN/m
= 5/384 -Qpeff / (Ebalok Ixc) = -0,04275 m (Ke atas)
d. Lendutan akibat susut dan rangkak (SR)
d.1 Lendutan akibat susut
Ps = 1718,714 kN, e’ = 0,8203 m
Qps = 8 Ps e’ / L² = 7,05 kN/m
= 5/384 Qps / (Ebalok Ixc) = 0,000797 m
d.2 Lendutan akibat rangkak
Lendutan pada balok setelah plat lantai selesai dicor (beton muda) = -0,00203m
Lendutan pada balok setelah plat dan balok menjadi komposit = -0,0115 m
Lendutan akibat rangkak = -0,00947 m
Lendutan (superposisi) akibat susut dan rangkak = -0,008673 m (atas)
e. Lendutan akibat beban lajur “D” (TD)
QTD = 12,6 kN/m, PTD = 110,88 kN
= [1/48 PTD / (Ebalok Ixc)] + [5/384 QTD / (Ebalok Ixc)] = 0,0193 m
(bawah)
f. Lendutan akibat beban rem (TB)
MTB = 185,66 kN/m
= 0,0642 MTB / (Ebalok Ixc) = 0,000647 m (bawah)
g. Lendutan akibat pengaruh suhu (ET)
Ʃ Pt = 2786,22kN/m, ep = 0,673 m
= 0,0642 Ʃ Pt ep / (Ebalok Ixc) = 0,0065 m (bawah)
h. Lendutan akibat beban angin (EW)
QEW = 1,008 kN/m
= 5/384 QEW / (Ebalok Ixc) = 0,00114 m
i. Lendutan akibat beban gempa (EQ)
QEQ = 5,029 kN/m
= 5/384 QEQ / (Ebalok Ixc) = 0,0057 m
4.2.12 Kontrol Lendutan terhadap Kombinasi beban
Lendutan maksimum yang diijinkan
a. Kontrol Lendutan Kombinasi-1
Lend MS MA SR PR TD TB KOMB KET
0,0482 0,00274 -0,008673 -0,04275 0,0193 0,000647 0,01946 OK
b. Kontrol Lendutan Kombinasi-2
Lend MS MA SR PR TD TB ET KOMB KET
0,0482 0,00274 -0,008673 -0,04275 0,0193 0,000647 0,0065 0,026 OK
c. Kontrol Lendutan Kombinasi-3
Lend MS MA SR PR TD TB EW KOMB KET
0,0482 0,00274 -0,008673 -0,04275 0,0193 0,000647 0,00114 0,0206 OK
d. Kontrol Lendutan Kombinasi-5
Lend MS MA SR PR EQ KOMB KET
0,0482 0,00274 -0,008673 -0,04275 0,0057 0,0052 OK
4.2.13 Kapasitas Momen Balok
Modulus elastis baja prategang ASTM A-416 Grade 270, Es = 195000 kPa
Jumlah total strands, ns = 67 buah
Luas nominal satu strand, Ast = 0,00014 m²
Tegangan leleh tendon baja prategang, fpy = 1676 MPa
Luas tampang tendon baja prategang Aps = ns Ast = 0,00938 m²
Tegangan efektif baja prestress, feff = Peff / Aps = 802,44
MPa
Rasio luas penampang baja prestress, = 0,00646
Untuk nilai L/H ≤ 35, fps = feff + 150 + f’c / (100 )
MPa
fps harus ≤ feff + 400 MPa
dan harus ≤ 0,8 fpy
Tinggi total balok prategang, H = h + h0 = 2,35 m, L/H = 17,02 < 35 (OK)
fps = feff + 150 + f’c / (100 ) = 1003,83 MPa
fps = feff + 400 = 1202,44 MPa
fps = 0,8fpy = 1340,8 MPa
Diambil kuat leleh baja prategang, fps = 1003,83 MPa
= 0,85 untuk fc’ ≤ 30 MPa
= 0,85 – (0,05 (fc’ – 30)/7) untuk fc’ > 30 MPa
harus ≥ 0,65
untuk fc’ = 33,2 MPa, maka nilai = 0,85 –( 0,05 (fc’ – 30)/7) = 0,827
Gaya tarik pada baja prategang, Ts = Aps fps = 9415,95 kN
Gaya tekan beton, Cc = Ts
maka, a = (Aps fps)/( fc’ b) = 0,4899 m
d = 2,165 m
lengan gaya L = d – (a/2) = 1,92 m
Momen nominal, Mn = Ts L = 18079,09 kNm
Momen kapasitas, Mkap = 0,816807,47= 14463,27 kNm
Gambar 4.21 Diagram momen balok komposit
4.2.14 Momen ultimit balok
a. Momen akibat susut dan rangkak
Gaya internal akibat susut, Ps = 1718,714 Kn
Eksentrisitas gaya susut terhadap pusat penampang, e’ = 0,8203 m
Momen akibat susut, MS = -Ps e’ = -1409,86 kNm
Momen akibat rangkak, MR = Peff (e’s – es) = 1774,09
kNm
Momen akibat susut dan rangkak, MSR = MS + MR = 364,23 kNm
b. Momen akibat pengaruh suhu
Gaya internal akibat susut, Pt = 2786,22 kN
Eksentrisitas gaya susut terhadap pusat penampang, ep = 0,673 m
Momen akibat suhu, MS = Pt ep = 1875,13 kNm
c. Momen akibat prategang
Gaya prategang efektif, Peff = 7526,89 kN
Eksentrisitas tendon, e’s = 1,2397 m
Momen akibat prategang, MPR = -Peff e’s = -9331,09 kNm
Tabel 4.18 Resume Momen Balok
Aksi / beban Faktor Beban
Ultimit Momen Momen Ultimit
M (kNm) Mu (kNm) A. Aksi Tetap Berat sendiri KMS 1,3 MMS 8518,48 KMS MMS 11074,02
Beban mati tambahan KMA 2,0 MMA 484,2 KMA MMA 968,4
Susut dan rangkak KSR 1,0 MSR 364,23 KSR MSR 364,23
Prategang KPR 1,0 MPR -9331,09 KPR MPR -9331,09 B. Aksi Transien Beban lajur “D” KTD 2,0 MTD 3628,8 KTD MTD 7257,6
Gaya rem KTB 2,0 MTB 92,83 KTB MTB 185,66 C. Aksi Lingkungan Pengaruh suhu KET 1,2 MET 1875,13 KET MET 2250,156
Beban angin KEW 1,2 MEW 201,6 KEW MEW 241,92
Beban gempa KEQ 1,0 MEQ 960,26 KEQ MEQ 960,26
4.2.15 Kontrol Kombinasi Momen Ultimit
Kapasitas momen balok, φ Mn = 14425,23 kNm
Momen ultimit akibat berat sendiri setelah dikalikan faktor beban, Mu = 11074,02 kNm
Momen ultimit akibat beban tambahan setelah dikalikan faktor beban, Mu = 968,40 kNm
Momen ultimit akibat susut dan rangkak setelah dikalikan faktor beban, Mu = 364,23
kNm
Momen ultimit akibat gaya prategang setelah dikalikan faktor beban, Mu = -9331,09
kNm
Momen ultimit akibat beban lajur “D” setelah dikalikan faktor beban, Mu = 7257,6 kNm
Momen ultimit akibat gaya rem setelah dikalikan faktor beban, Mu = 185,66 kNm
Momen ultimit akibat pengaruh suhu setelah dikalikan faktor beban, Mu = 2250,156
kNm
Momen ultimit akibat beban angin setelah dikalikan faktor beban, Mu = 241,92 kNm
Momen ultimit akibat beban gempa setelah dikalikan faktor beban, Mu = 960,26 kNm
a. Kontrol Kombinasi Momen setelah dikalikan faktor beban-1
Momen MS MA SR PR TD TB KOMB KET Mxx 11074,02 968,4 364,23 -9331,09 7257,6 185,66 10518,82 AMAN
b. Kontrol Kombinasi Momen setelah dikalikan Faktor Beban-2
Momen MS MA SR PR TD TB ET KOMB KET Mxx 11074,02 968,4 364,23 -9331,09 7257,6 185,66 2250,156 12768,976 AMAN
c. Kontrol Kombinasi Momen setelah dikalikan Faktor Beban-3
Momen MS MA SR PR TD TB EW KOMB KET Mxx 11074,02 968,4 364,23 -9331,09 7257,6 185,66 241,92 10760,74 AMAN
d. Kontrol Kombinasi Momen setelah dikalikan Faktor Beban-5
Momen MS MA SR PR TD EQ KOMB KET Mxx 11074,02 968,4 364,23 -9331,09 7257,6 960,26 11293,42 AMAN