LABOTARIUM TEKNOLOGI PANGAN manda
-
Upload
nur-diana-septi -
Category
Documents
-
view
248 -
download
1
description
Transcript of LABOTARIUM TEKNOLOGI PANGAN manda
LABOTARIUM TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UPN “VETERAN” JATIM
Pratikum : Uji Indrawi Nama : Alamanda Wana HujaediPercobaan : Uji Ambang Rangsangan NPM/Semester : 1233010019/VIITanggal : 01 Oktober 2015 Romb/Grup : 1 / FPembimbing : NPM/Teman Praktek : 1233010017
1233010018 1233010020
LAPORAN RESMI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengujian organoleptik mempunyai macam-macam cara. Cara-cara
pengujian itu dapat digolongkan dalam beberapa kelompok. Cara pengujian yang
paling populer adalah kelompok pengujian pembedaan (defference tests).
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan
sifat sensorik atau organoleptik antara dua contoh. Meskipun dalam pengujian
dapat saja sejumlah contoh disajikan bersama tetapi untuk melaksanakan
pembedaan selalu ada dua contoh yang dapat dipertentangkan. Untuk
mempertentangkan contoh-contoh yang diuji dapat menggunakan bahan
pembanding (reference), tetapi dapat pula tanpa bahan pembanding. Jika hanya
berminat pada ada atau tidak ada perbedaan antara dua contoh produk maka
bahan pembanding tidak perlu. Sebaliknya jika berminat pada pengaruh suatu
perlakuan maka diperlukan bahan pembanding (Susiwi 2009).
Keandalan (reliability) dan uji pembedaan tergantung dan pengenalan sifat
mutu yang diinginkan, tingkat latihan, dan kepekaan masing-masing anggota
panelis. Jumlah anggota panelis mempengaruhi derajat keandalan hasil
pengujian. Meskipun dernikian uji pembedaan yang dilakukan secara saksama
dengan menggunakan panelis yang terlatih akan memberikan hasil pembedaan
yang jauh lebih baik daripada yang dilakukan tanpa menggunakan panelis
terlatih meskipun dengan anggota panelis yang besar jumlahnya. Uji pembedaan
biasanya menggunakan anggota panelis yang berjumlah 15-30 orang yang
terlatih. Metode uji pembedaan yang umum digunakan adalah uji pasangan
( paired comparison ), uji dua tiga (duo trio test), uji segi tiga (triangle test),
uji pembanding ganda (dual standard). (Soekarto, 1985).
1.2 Tujuan Pratikum
Secara terperinci tujuan pratikum uji indrawi percobaan uji pembedaan
adalah:
Untuk mempelajari beberapa faktor yang mempengaruhi dalam uji
ambang pembedaan.
Untuk menilai perbedaan atau persamaan antara dua produk atau
komoditi yang sama.
1.3 Manfaat Pratikum
Dilihat dari tujuan pratikum, manfaat pratikum uji indrawi percobaan uji
pembedaan adalah:
Dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi dalam uji ambang
rangsangan.
Dapat mengetahui perbedaan atau persamaan antara dua produk atau
komoditi yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Pembedaan
Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai pengaruh macam – macam
perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri
pangan, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua
produk dari komoditi yang sama (Soekarto, 1985).
Pengujian organoleptik yang termasuk di dalam uji pembedaan antara lain :
uji pembedaan pasangan, uji pembedaan segitiga, uji pembedaan duo trio, uji
pembedaan pembanding ganda, uji pembedaan pembanding jamak, uji
pembedaan pasangan tunggal, uji pembedaan pasangan jamak, dan uji
monadik. Data yang diperoleh dalam uji pembedaan kemudian dicocokan denga
tabel statistik berekor satu “one sample test” atau berekor dua “two sample test”.
Tabel statistik berekor satu “one sample test” berfungsi untuk mengetahui antar
contoh yang digunakan, sedangkan tabel statistik berekor dua “two sample test”.
Berfungsi untuk menyatakan beda nyata diantara kedua contoh tersebut (Winiati,
2001).
Pada hasil yang diperoleh pada tabel statistik berekor satu “one sample test”
maupun berekor dua “two sample test” dipengaruhi oleh banyaknya jumlah
anggota panelis pada saat pelaksanaan. Suatu produk dinyatakan berbeda
dengan pembanding atau dengan produk lainnya bila jumlah panelis yang
menyatakan beda sesuai dengan jumlah panelis tersebut (Soekarto, 1985).
A. Uji Pembedaan Pasangan
Ada dua cara uji pembedaan pasangan, yaitu dengan dan tanpa dengan
bahan pembanding. Dari dua contoh yang disajikan yang satu merupakan
bahan pembanding atau sebagai kontrol sedangkan yang lain sebagai
pembanding, dinilai atau yang diuji. Dalam uji pasangan, pengujian dapat
dianggap cukup jika panelis telah dapat menyatakan ada atau tidak adanya
perbedaan, karena hanya dua contoh yang disajikan bersama – sama, maka
change of probability dari masing – masing contoh untuk dipilih adalah 50%.
Jumlah panelis yang dibutuhkan biasanya diatas 10 panelis. Pengujian ini
berfungsi untuk menilai ada atau tidaknya perbedaan antara dua macam
produk (Soekarto, 1985).
B. Uji Pembedaan segitiga
Uji perbedaan segitiga digunakan untuk mengetahui perbedaan yang
kecil. Pengujian ini lebih peka dari pada uji pasangan. Dalam pengujian ini
kepada masing – masing panelis disajikan secara acak 3 contoh berkode.
Dua dari 3 contoh itu sama dan yang kediga berlainan. Panelis diminta
memilih satu diantara 3 contoh yang berbeda dari 2 yang lain. Dalam uji ini
tidak ada contoh baku atau pembanding, karena contoh yang dinilai ada tiga
maka peluang secara acak adalah 33,3% (Soekarto, 1985). Penyajian
contoh dalam uji pembedaan segitiga sedapat mungkin harus harus dibuat
seragam agar tidak terdapat kesalahan atau bias karena pengaruh penyajian
contoh (Winiati, 2001).
C. Uji Duo – Trio
Uji ini seperti halnya pada uji segitiga, tiap – tiap anggota panel disajikan
3 contoh, 2 contoh dari bahan yang sama dan contoh ketiga dari bahan lain.
Bedanya ialah salah satu dari 2 contoh yang sama itu dicicip atau dikenal
dulu dan dianggap sebagai contoh baku. Dalam penyuguhannya ketiga
contoh itu dapat diberikan bersamaan atau contoh bakunya diberikan lebih
dahulu baru kemudian kedua contoh yang lain disuguhkan. Dalam
pelaksanaan uji panelis diminta untuk memilih satu diantara 2 contoh terakhir
yang sama dengan contoh baku atau pembanding, karena contoh yang
dinilai ada dua maka peluang secara acak adalah 50% (Soekarto, 1985).
BAB III
METODELOGI PRATIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pratikum
Pratikum uji indrawi percobaan uji ambang rangsangan dilaksanakan pada
tanggal 08 Oktober 2015 di Labtarium Uji Indrawi Progam Studi Teknologi
Pangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat
- Gelas
- Sendok
- Piring
b. Bahan
- Tortilla
- Sirup
- Kecap
3.3 Prosedur Kerja
a. Diagram Alir
Menyiapkan alat dan bahan
Penyaji menyajikan sampel
Panelis diminta untuk menguji apakah ada perbedaan antara sampel satu
dengan sampel yang lainnya
Melakukan tabulasi data dalam pengujian
b. Cara Penyajian
Uji Pembedaan Pasangan
Disediakan 2 (dua) sampel sirup dengan merk dan kode yang
berbeda. Sempel diletakan pada gelas saji dan setiap sampel
disajikan secara acak dengan pengujian perbedaan warna, rasa, dan
aroma.
Uji Pembedaan Duo-Trio
Disediakan 3 (tiga) sampel tortilla dengan 2 (dua) merk yang berbeda
dan masing – masing sampel diberikan kode yang berbeda. Dalam
penyajiannya sampel baku terlebih dahulu disajikan untuk dinilai,
setelah dinilai sampel bakunya ditarik kembali dan kemudian
dilanjutkan dengan penyajian sempel contoh. Sempel diletakan pada
piring saji dan setiap sampel disajikan secara acak dengan pengujian
perbedaan warna, rasa dan kerenyahan.
Uji Pembedaan Segitiga
Disediakan 3 (tiga) sampel kecap dengan 2 (dua) merk yang sama
dan masing – masing sampel diberikan kode yang berbeda. Sampel
diletakan pada gelas saji dan setiap sampel disajikan secara acak
dengan pengujian perbedaan warna dan rasa.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Pembedaan Pasangan
Bahan yang digunakan untuk uji pembedaan pasangan adalah sirup. Hasil
pratikum untuk uji pembedaan pasangan dapat dilihat pada Tabel 1, sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Data Uji Pembedaan Pasangan
Keterangan:
Kode sampel 173 : Sirup ABC
Kode sampel 268 : Sirup marjan
Pada uji pembedaan pasangan ini dilakukan dengan menyiapkan 2 (dua)
buah macam sampel. Sampel yang digunakan adalah sirup ABC dan sirup
Pengujian
Panelis
Warna
Rasa Aroma
173dan268
173dan268
173dan268
1 1 1 12 0 0 03 0 0 04 0 1 15 1 0 16 1 0 17 0 1 08 1 1 19 1 1 1
10 1 0 111 0 1 012 1 0 113 1 1 114 1 1 015 1 1 116 0 0 017 1 1 118 1 1 119 1 1 120 1 1 1
Jumlah 14 13 14
marjan. Uji pembedaan pasangan ini dilakukan oleh panelis agak terlatih, yaitu
mahasiswa Teknologi Pangan UPN “Veteran” Jawa Timur yang mengikuti
pratikum uji indrawi, yaitu sebanyak 20 mahasiswa (20 panelis).
Menurut penelitian Aditya dkk., (2014), uji organoleptik pada tablet
effervescent wortel dengan metode uji pembedaan pasangan pada produk skala
labotarium dan sekala ganda meliputi rasa aroma, dan warna dengan melibatkan
15 orang panelis agak terlatih diperoleh hasil penilaian organoleptik dengan
tanggapan rasa dan warna yang berbeda sebesar 3, dan tanggapan aroma yang
berbeda sebesar 4. Berdasarkan tabel “two sample test” pada jumlah panelis 15
orang dapat dilihat probability level 5%, jumlah minimum yang beda 12
(Meilgaard et al., 2007), sedangkan pada hasil pengujian terhadap rasa, warna,
dan aroma jumlah beda < 12. Sehingga dapat disimpulkan effervescent hasil
penelitian pada skala laboratorium untuk rasa, warna dan aroma sama dengan
effervescent pada skala ganda.
Pada hasil pratikum uji pembedaan pasangan diperoleh tanggapan rasa yang
berbeda sebesar 13, dan tanggapan warna dan aroma yang berbeda sebesar
14. Berdasarkan tabel “two sample test” pada jumlah panelis 20 orang dapat
dilihat probability level 5%, jumlah minimum yang beda 15 (Meilgaard et al.,
2007), sedangkan pada hasil pengujian terhadap rasa, warna, dan aroma jumlah
beda < 15. Sehingga dapat disimpulkan hasil pratikum untuk sirup ABC memiliki
rasa, warna dan aroma sama dengan sirup marjan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Aditya (2014), dimana hasil yang diperoleh < (kurang dari atau lebih
kecil) dari tabel “two sample test” memiliki kesamaan antara produk yang jadi
pembanding dengan produk yang dibandingkannya.
Pada hasil penelitian Aditya dkk., (2014), memperoleh hasil probability level
5% jumlah minimum yang beda 12 panelis, sedangkan pada hasil pratikum
diperoleh probability level 5% jumlah minimum yang beda 15 panelis. Perbedaan
hasil probability level ini dipengaruhi oleh banyaknya panelis atau jumlah panelis
pada saat pelaksanaan uji. Dimana untuk penelitian Aditya dkk., (2014)
menggunakan panelis agak terlatih sebanyak 15 panelis, sedangkan pada
pratikum menggunakan panelis agak terlatih sebanyak 12 panelis. Menurut
Soekarto (1985), menyatakan pada hasil yang diperoleh pada tabel statistik
berekor satu “one sample test” maupun berekor dua “two sample
test”dipengaruhi oleh banyaknya jumlah panelis pada saat pelaksanaan. Jumlah
panelis yang dibutuhkan biasanya diatas 10 panelis.
2. Uji Pembedaan Duo-Trio
Bahan yang digunakan untuk uji pembedaan duo-trio adalah tortilla. Hasil
pratikum untuk uji pembedaan duo-trio dapat dilihat pada Tabel 2, sebagai
berikut:
Tabel 2. Hasil Data Uji Pembedaan Duo-Trio
Pengujian
Panelis
Warna Rasa Kerenyahan
425 150 425 150 425 1501 0 0 0 1 0 12 1 0 1 0 1 03 1 0 1 0 1 04 1 0 1 0 1 05 0 0 1 1 1 16 1 0 1 1 1 07 1 0 1 1 1 08 1 0 1 0 0 09 0 1 0 1 0 1
10 1 0 1 0 0 011 0 0 0 1 0 112 1 0 1 0 1 013 1 0 1 1 1 014 0 1 1 0 1 015 1 0 1 0 1 016 1 0 1 0 1 017 1 0 1 0 1 018 1 0 1 0 1 019 1 0 1 0 1 020 0 1 0 1 0 1
Jumlah 14 3 16 8 14 5Keterangan :
Kode sampel 425 : Tortilla happy tos
Kode sampel 150 : Tortilla pasar
Pada uji pembedaan duo-trio ini dilakukan dengan menyiapkan 3 (tiga) buah
macam sampel, dimana 1 sampel dijadikan sampel baku dan dua sampel lainnya
dijadikan sampel yang dibandingkan dengan sampel baku. Diantara 2 sampel
yang dibandingkan tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan sampel
baku. Sampel yang digunakan adalah tortilla happy tos dan tortilla pasar. Uji
pembedaan duo-trio ini dilakukan oleh panelis agak terlatih, yaitu mahasiswa
Teknologi Pangan UPN “Veteran” Jawa Timur yang mengikuti pratikum uji
indrawi, yaitu sebanyak 20 mahasiswa (20 panelis).
Menurut penelitian Nurdjanah dkk., (2012), pada uji pembedaan duo-trio
biskuit dengan formulasi tepung pisang batu dibandingkan dengan biskuit
dengan formulasi 100% tepung terigu meliputi warna, rasa, dan kerenyahan
dengan melibatkan 20 panelis agak terlatih diperoleh hasil penilaian organoleptik
dengan tanggapan warna yang berbeda sebesar 17, dan tanggapan aroma dan
kerenyahan yang berbeda sebesar 15. Berdasarkan tabel “two sample test”
pada jumlah panelis 20 orang dapat dilihat probability level 5%, jumlah minimum
yang beda 15 (Meilgaard et al., 2007), sedangkan pada hasil pengujian terhadap
rasa, warna, dan aroma jumlah beda 15 sampai > 15. Sehingga dapat
disimpulkan hasil penelitian biskuit dengan formulasi tepung pisang batu berbeda
dengan biskuit yang terbuat 100% tepung terigu baik dari segi warna, rasa
ataupun tekstur
Pada hasil pratikum uji pembedaan duo-trio diperoleh tanggapan warna tortilla
happy tos yang berbeda sebesar 14 dan tanggapan warna tortilla pasar yang
berbeda sebesar 3, tanggapan rasa tortilla happy tos yang berbeda sebesar 14
dan tanggapan rasa tortilla pasar yang berbeda sebesar 8, dan tanggapan
kerenyahan tortilla happy tos yang berbeda sebesar 14 dan tanggapan tortilla
pasar. Berdasarkan tabel “two sample test” pada jumlah panelis 20 orang dapat
dilihat probability level 5%, jumlah minimum yang beda 15 (Meilgaard et al.,
2007). Pada hasil pengujian terhadap rasa, warna, dan kerenyahan tortilla happy
tos untuk warna dan kerenyahan jumlah beda > 15, sedangkan untuk rasa
jumlah beda < 15. Sehingga dapat disimpulkan warna dan kerenyahan tortilla
happy tos memiliki kesamaan dengan sampel baku yang diberikan (tortilla
pasar), sedangkan untuk rasa tortilla happy tos memiliki perbedaan dengan
sampel baku yang diberikan (tortilla pasar). Pada hasil pengujian rasa, warna,
dan kerenyahan tortilla pasar jumlah beda < 15, yaitu untuk warna tortilla pasar
berbeda sebesar, rasa 8, dan kerenyahan 5. Sehingga dapat disimpulkan warna,
rasa, dan kerenyahan tortilla pasar memiliki kesamaan dengan sampel baku
(tortilla pasar). Hal ini dapat diartikan dalam pengujian uji pembedaan duo-trio
tidak terjadi kesalahan, sehingga data yang diperoleh akurat atau sesuai dengan
hasil yang diharapkan.
Pada penelitian Nurdjana dkk., (2012) bahan yang digunakan untuk
dibandingkan dengan sampel baku hanya satu, sehingga langsung ditentukan
apakah sampel ada perbedaan atau tidak dengan sampel baku. Pada pratikum
bahan yang digunakan untuk dibandingkan dengan sampel baku ada dua,
sehingga diperoleh hasil sampel mana yang sama dengan sampel baku. Hal ini
membuat hasil penelitian Nurdjana dkk., (2012) berbeda dengan hasil pratikum.
Menurut Soekarto (1985), dimana uji pembedaan duo-trio tiap – tiap anggota
panel disajikan 3 contoh, 2 contoh dari bahan yang sama dan contoh ketiga dari
bahan lain dan dalam pelaksanaan uji panelis diminta untuk memilih satu
diantara 2 contoh terakhir yang sama dengan contoh baku atau pembanding.
3. Uji Pembedaan Segitiga
Bahan yang digunakan untuk uji pembedaan segitiga adalah kecap. Hasil
pratikum untuk uji pembedaan segitiga dapat dilihat pada Tabel 3, sebagai
berikut:
Tabel 3. Hasil Data Uji Pembedaan Segitiga
Pengujian
Panelis
Warna Rasa
271 350 139 271 350 1391 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 1 03 0 1 0 0 1 04 0 0 0 0 1 05 0 0 0 0 1 06 0 0 1 0 1 07 1 0 0 1 0 08 1 0 0 0 0 19 1 1 1 1 1 1
10 0 0 0 0 1 011 1 0 0 1 0 012 1 0 0 0 1 013 0 0 1 0 0 114 0 0 1 0 0 115 0 0 1 0 0 116 0 1 0 0 0 017 0 1 0 0 1 018 0 0 0 0 1 019 0 0 0 1 0 0
20 0 1 0 0 1 0Jumlah 5 5 5 4 11 6
Keterangan :
Kode sampel 271 : Kecap bangau
Kode sampel 350 : Kecap ABC
Kode sampel 139 : Kecap bangau
Pada uji pembedaan segitiga ini dilakukan dengan menyiapkan 3 (dua) buah
macam sampel. Dimana dua diantara tiga sampel memiliki karakteristik yang
sama. Sampel yang digunakan adalah kecap ABC dan kecap bangau. Uji
pembedaan segitiga ini dilakukan oleh panelis agak terlatih, yaitu mahasiswa
Teknologi Pangan UPN “Veteran” Jawa Timur yang mengikuti pratikum uji
indrawi, yaitu sebanyak 20 mahasiswa (20 panelis).
Menurut penelitian Suryaningrum dkk., (2010), pada uji pembedaan segitiga
dengan sampel filet ikan patin siam, filet ikan jambal, filet ikan pasupati, filet ikan
nasutus, dan filet ikan hibrid nasutus menunjukkan bahwa panelis sangat mampu
membedakan (α<0,05%) filet ikan patin siam dengan empat jenis filet patin
lainnya (jambal, pasupati, nasutus, dan hibrid nasutus), ini sama dengan hasil
pratikum uji pembedaan segitiga dengan sampel kecap ABC dengan kecap
bangau. Pada hasil pratikum uji pembedaan segitiga panelis mampu
membedakan baik itu warna maupun rasa. Hal ini di tunjukan pada hasil uji
warna dan rasa untuk kode 271 dan 137 tidak berbeda nyata (α<0,05%), dimana
tanggapan warna dengan kode 271 dan 139 berbeda sebesar 5, dan tanggapan
rasa dengan kode 271 berbeda sebesar 4 dan 139 berbeda sebesar 6. Produk
yang diujikan dengan kode 271 dan 139 sama – sama menggunakan produk
kecap bangau yang memiliki karakteristik yang sama.
Persamaan hasil ini dikarenakan untuk hasil penelitian Suryaningrum dkk.,
(2010) panelis sangat mampu membedakan sampel satu dengan sampel lainnya,
karena daging filet patin siam berwarna kuning dan warna filet ikan lainnya tidak
berwarna sehingga dengan mudah dapat dibedakan dengan filet ikan lainnya.
Sedangkan pada hasil pratikum panelis mampu membedakan baik itu warna
maupun rasa kecap dengan merk yang sama dan karakteristik kecap yang sama,
karena untuk warna dan rasa kecap dengan kode 271 dengan 139 memiliki
persamaan yang nyata dan perbedaan yang nyata dengan kecap kode 350.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada hasil yang diperoleh pada tabel statistik berekor satu “one sample
test” maupun berekor dua “two sample test”dipengaruhi oleh banyaknya
jumlah panelis pada saat pelaksanaan.
Pada hasil uji pembedaan pasangan untuk sirup ABC memiliki rasa,
warna dan aroma sama dengan sirup marjan (α<0,05%).
Hasil uji pembedaan duo-trio untuk warna dan kerenyahan tortilla happy
tos memiliki kesamaan dengan sampel baku yang diberikan (tortilla pasar)
(α<0,05%), sedangkan untuk rasa tortilla happy tos memiliki perbedaan
dengan sampel baku yang diberikan (tortilla pasar) (α>0,05%), dan untuk
tortilla pasar memiliki kesamaan dengan sampel baku (tortilla pasar)
(α<0,05%).
Pada hasil pratikum uji pembedaan segitiga panelis mampu membedakan
baik itu warna maupun rasa (α<0,05%).
5.2 Saran
Sebaiknya dalam uji pembedaan ruangan pencicip atau isolasi memiliki
cahaya yang baik atau netral, sehingga bias dapat dihindari.