Lab Skill Sirkumsisi

8
SIRKUMSISI SIRKUMSISI 1. Introduksi a. Definisi Sirkumsisi atau yang dikenal oleh masyarakat sebagai khitan atau sunat, atau dalam budaya jawa dikenal dengan istilah “sumpit” pada dasarnya adalah pemotongan sebagian dari preputium penis hingga keseluruhan glans penis dan corona radiata terlihat jelas. b. Ruang lingkup Semua anak laki-laki atau pria dewasa melakukan tindakan sirkumsisi karena alasan agama, kesehatan atau terapi (pada tumor preputium ataau kondiloma preputium) c. Indikasi Sirkumsisi: 1. Phymosis : gangguan dimana preputium tidak dapat ditarik melewati glans penis, dikarenakan congenital (bawaan) atau infeksi. Adanya fibrosis (pengerasan) pada preputium, bisa mengakibatkan obstruksi (sumbatan) urin. 2. Paraphymosis : gangguan dimana preputium tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal. Paraphymosis dapat menyebabkan oedema bahkan gangren. 3. Condyloma Accuminata (veneral wart) : tumor jinak jaringan epiel, akibat infeksi human papiloma virus (HPV) tipe tertentu d. Kontra indikasi Sirkumsisi : 1. Epispadia : suatu kelainan bawaan dimana ostium urethra (lubang kencing) terdapat pada bagian dorsal (punggung/ belakang) batang penis sehingga urin akan terpancar ke atas. 2. Hypospadia : kelainan bawaan dimana ostium urethra terdapat di bagian venral (ventral/ depan). 1

Transcript of Lab Skill Sirkumsisi

Page 1: Lab Skill Sirkumsisi

SIRKUMSISI

SIRKUMSISI

1. Introduksi

a. Definisi

Sirkumsisi atau yang dikenal oleh masyarakat sebagai khitan atau sunat, atau dalam

budaya jawa dikenal dengan istilah “sumpit” pada dasarnya adalah pemotongan sebagian dari

preputium penis hingga keseluruhan glans penis dan corona radiata terlihat jelas.

b. Ruang lingkup

Semua anak laki-laki atau pria dewasa melakukan tindakan sirkumsisi karena alasan

agama, kesehatan atau terapi (pada tumor preputium ataau kondiloma preputium)

c. Indikasi Sirkumsisi:

1. Phymosis : gangguan dimana preputium tidak dapat ditarik melewati glans penis,

dikarenakan congenital (bawaan) atau infeksi. Adanya fibrosis (pengerasan) pada

preputium, bisa mengakibatkan obstruksi (sumbatan) urin.

2. Paraphymosis : gangguan dimana preputium tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal.

Paraphymosis dapat menyebabkan oedema bahkan gangren.

3. Condyloma Accuminata (veneral wart) : tumor jinak jaringan epiel, akibat infeksi human

papiloma virus (HPV) tipe tertentu

d. Kontra indikasi Sirkumsisi :

1. Epispadia : suatu kelainan bawaan dimana ostium urethra (lubang kencing) terdapat pada

bagian dorsal (punggung/ belakang) batang penis sehingga urin akan terpancar ke atas.

2. Hypospadia :  kelainan bawaan dimana ostium urethra terdapat di bagian venral (ventral/

depan).

3. Kelainan hemostasis : adanya gangguan pembekuan darah, dapat dikarenakan hemofilia,

trombositopenia, aplastik anemia, defisiensi Vit. K.

4. Infeksi pada penis

e. Diagnosis Banding (tidak ada)

f. Pemeriksaan Penunjang (tidak perlu)

2. Kompetensi terkait dengan modul/ List of skill

Persiapan pra operasi:

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Informed consent

Melakukan Sirkumsisi

Penanganan komplikasi

Follow up dan rehabilitasi

4. Alat dan Bahan :

1. Sirkumsisi set

2. Spuit 3 cc

1

Page 2: Lab Skill Sirkumsisi

3. Jarum jahit jaringan

4. Duk steril

5. Obat anestesi local (lidokain, prokain, bupivakain) yang tidak dicampur adrenalin

6. Povidon Iodine

7. Kasa steril

8. Catgut plain

9. Plester

10. Handscoen

5. Tehnik Operasi

Ada beberapa urutan dalam melakukan prinsip khitanan, yaitu:

1. Tindakan aseptis

a. bisa menggunakan : iodine (betadine), alkohol 60-90%, iodofor,atau heksaklorofen 3%

b. cara : usapkan/ apuskan iodine di atas permukaan bagian yang akan diinsisi (dipotong)

atau dioperasi; lakukan dengan ggerakan melingkar ke arah luar;dalam sekali gerakan,

tidak diulang-ulang.

2. Anestesi (pembiusan)

a. bahan : lidocaine 2%

b. cara :

a) Teknik infiltratif

i. suntikan lidocaine 2% ke dalam laisan kulit subkutan di area pangkal penis

(proksimal)

ii. suntikan pada arah jam 1, 5, 7, dan 11.

iii. Setiap posisi suntikan sebanyak 0,5 cc.

b) teknik blok

i. pada arah jam 12 tusukan jarum hingga fascia buck

ii. suntikan lidocaine sebanyak 0,5-1 cc.

iii. dengan teknik infiltratif, tambahkan anestesi pada arah jam 6.

iv. boleh ditambah pada arah jam 3 dan 9.

3. Diseksi (pembebasan perlengketan preputium pada glans penis)

Setelah kulup dibuka secara manual (menggunakan tangan), dapat dilakukan dengan

beberapa cara:

-          menggunakan kassa kering

-          menggunakan klem arteri

4. Pembersihan smegma

Smegma dibersihkan menggunakan kassa atau kalau sulit, dapat menggunakan pinset.

5. Insisi (pemotongan)

Setelah membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis dari smegma

menggunakan kasa betadin sampai corona glandis terlihat, maka lakukan :

1. Kembalikan preputium pada posisi semula.

2. Klem preputium pada jam 11, 1 dan jam 6

2

Page 3: Lab Skill Sirkumsisi

3. Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis

4. Lakukan jahit kendali mukosa – kulit pada jam 12

5. Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan frenulum

pada klem jam 6

6. Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena, ligasi dengan jahitan

melingkar)

7. Jahit angka 8 pada frenulum

8. Dilanjutkan penjahitan antara mukosa dan kulit berturut turut pada posisi jam 12,

3,dan jam 9.

9. Bila dirasa perlu dapat ditambahkan beberapa jahitan lagi

10.. Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di sekeliling luka jahitan

11. Balut luka dengan kasa steril

12. Buka duk dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan

13. Pemberian obat dan edukasi pasien

6. Komplikasi operasi

a. Penyulit dini:

1. Hematom adalah berkumpulnya darah di mukosa akibat rupturnya pembuluh darah

sehingga menimbulkan tonjolan. Manajemen : segera temukkan sumber pendarahan,

hentikan pendarahan; bersihkan darah yang terakumulasi tadi.

2. Edema adalah berkumpulnya cairan di ekstra vaskular (di luar pembuluh darah). Hal ini

dapat diakubatkan pemberian anestesi yang berlebihan, sehingga cairan anestesi tersebut

berkumpul di sub-mukosa. Edema ini dapat hilang sendiri dalam 24 jam karena diserap

pembuluh limph.

3. Glans penis terluka bisa karena tertusuk atau tersayat. Manajemen : gunakan balut tekan,

atau dikompres andrenalin.

4.Syok anafilaktik/ neurogenik yaitu kurangnya perfusi (suplay) darah ke organ-organ vital

(otak, jantung) sehingga mengakibatkan penurunan kondisi orang tersebut. Manajemen :

segera suntikan adreanlin.

5.Pendarahan pasca operasi yaitu keluarnya darah setelah operasi selesai, baik setelah

beberapa menit atau beberapa jam. Manajemen : segera henikan pendarahan mulai dari

mengunakan balurt tekan hingga kemabli di ligasi.

b. Komplikasi lanjut:

1. Infeksi; karena kontaminasi baik dari perlengkapan yang kurang steril atau dari lingkungan

yang kurang steril, ditandai dengan adanya edema, pus (nanah), dan demam. Manajemen :

berikan antibiotik, kompres cairan NaCl fisiologis, dan jaga higienitas

2. Preputium tumbuh lagi; hal ini disebabkan pemotongan kulit dan mukosanya terlalu

pendek. Manajemen : dikhitan kembali.

3. Sukar kencing; hal ini dapat diakibatkan oleh adanya sumbatan pada muara saluran kencing

luar oleh bekuan darah. Manajemen : bersihkan sumbatan

4. Meatal stenosis yaitu adanya pengerutan pada saluran kencing. Manajemen : rujuk kepada

3

Page 4: Lab Skill Sirkumsisi

urolog untuk dialakuakn pembedahan lebih lanjut.

5. Peyronie disseases yaitu pembengkokan pada batang penis karena terbentuknya jaringan

parut akibat komplikasi infeksi pada bagian dalam batang penis.

7. Mortalitas (tidak ada)

8. Perawatan Pascabedah

-Pelepasan perban hari kedua. Atau bila terkena urine, segera diganti atau dilepas

-Pemberian salap antibiotika.

-Memakai celana longgar setelah hari ke 3

9. Follow-up

-Sesuai indikasi

10. Kata Kunci: sirkumsisi, preputium

11. DAFTAR CEK PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR OPERASI

No Daftar cek penuntun belajar prosedur operasiSudah

dikerjakanBelum

dikerjakanPERSIAPAN PRE TINDAKAN

1 Anamnesa 2 Pemeriksaan Fisik3 Inform consent4 Peralatan dan instrumen minor surgery

PERSIAPAN LOKAL DAERAH OPERASI1 Penderita diatur dalam posisi terlentang2 Lakukan desinfeksi dan tindakan asepsis / antisepsis

pada daerah operasi.3 Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.

ANASTESI1 Lokal dengan lidokain 2% dengan tehnik blok dan

infiltrasi

TINDAKAN OPERASI1 Diseksi (pembebasan perlengketan preputium pada

glans penis) dan pembersihan smegma.2 Kembalikan preputium pada posisi semula.3 Klem preputium pada jam 11, 1 dan jam 6 4 Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis 5 Lakukan jahit kendali mukosa – kulit pada jam 12 6 Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri

dengan menyisakan frenulum pada klem jam 6 7 Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem

arteri/vena, ligasi dengan jahitan melingkar) 8 Jahit angka 8 pada frenulum 9 Dilanjutkan penjahitan antara mukosa dan kulit

berturut turut pada posisi jam 12, 3,dan jam 9.10 Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di

sekeliling luka jahitan11 Balut luka dengan kasa steril12 Pemberian obat dan edukasi pasien

PERAWATAN PASCA BEDAH1 Perawatan luka operasi

Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda 4

Page 5: Lab Skill Sirkumsisi

11. DAFTAR TILIK

Berikan tanda dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan memuaskan, dan berikan tanda bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta T/D bila tidak dilakukan pengamatan

Memuaskan Langkah/ tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau penuntun

Tidak memuaskan

Tidak mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan prosedur standar atau penuntun

T/D Tidak diamati Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama penilaian oleh pelatih

Nama peserta didik Tanggal

Nama pasien No Rekam Medis

DAFTAR TILIK

No Kegiatan / langkah klinikKesempatan ke

1 2 3 4 5

Peserta dinyatakan :

Layak

Tidak layak

melakukan prosedur

Tanda tangan pelatih

Tanda tangan dan nama terang

12. REFERENSI1. Syamsuhidajat R, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.

5