L4 skenario B

29
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK 14 Kelompok 4 Tutor : dr. Legiran, M. Kes Rahmat Ade Irawan 04061001008 Ashadi Oktavian 04071001022 Mustika Fatimah 04071001028 Silvi Dwi Putri 04071001035 Nyayu Prasetya 04071001049 Chaerannisa Akmelia 04071001052 Hediaty Syafiera 04071001061 Msy.Syarinta Adenina 04071001068 Erlangga Danu Saputra 04071001085 Julywaty Purba 04071001095 Febrina 04071001104 Bela Ronaldoe 04071001106 Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran

description

Neuropati DIabetik

Transcript of L4 skenario B

Page 1: L4 skenario B

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 14

Kelompok 4

Tutor: dr. Legiran, M. Kes

Rahmat Ade Irawan 04061001008

Ashadi Oktavian 04071001022

Mustika Fatimah 04071001028

Silvi Dwi Putri 04071001035

Nyayu Prasetya 04071001049

Chaerannisa Akmelia 04071001052

Hediaty Syafiera 04071001061

Msy.Syarinta Adenina 04071001068

Erlangga Danu Saputra 04071001085

Julywaty Purba 04071001095

Febrina 04071001104

Bela Ronaldoe 04071001106

Pendidikan Dokter Umum

Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya

2009

Page 2: L4 skenario B

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT karena atas izin-Nya,

laporan skenario II blok 14 ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tak lupa pula

salam dan salawat selalu penulis sampaikan kepada junjungan nabi besar Muhammad

SAW serta kepada para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis

mengucapkan terima kasih pula kepada pembimbing dr. Legiran, M. Kes yang telah

begitu banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Demikianlah laporan ini penulis susun dengan sebaik-baiknya. Semoga

laporan ini dapat memberi manfaat banyak bagi penulis dan para pembaca. Adapun

dalam penulisan laporan ini banyak terdapat kekurangan, penulis memohon maaf

serta meminta saran dan kritik dari pembaca agar laporan selanjutnya dapat menjadi

lebih baik dalam segala aspek.

Palembang, 26 November 2009

2

Page 3: L4 skenario B

DAFTAR ISI

i. Halaman depan................................................................... 1

ii. Kata pengantar.................................................................... 2

iii. Daftar isi............................................................................. 3

I. Klarifikasi istilah................................................................ 4

II. Identifikasi masalah............................................................ 4

III. Analisis masalah................................................................. 4

IV. Hipotesis.............................................................................. 5

V. Sintesis................................................................................. 5

VI. Daftar pustaka...................................................................... 26

3

Page 4: L4 skenario B

Abnormal Sensoric Sensation

Mr.K, 50 years old, weight 75 kg, height 155 cm, comes to visit a neurologist with

chief complaint of hypoesthesia and paraesthesia at both upper and lower extremities.

He has been suffering since the last two weeks after attending a dinner party. He tells

the doctor that he feels unwell, and sometimes there is pain prominently while he is

taking a rest. He felt better for a while after getting a massage therapy from a

physiotherapist about a week ago, but in the last two days the symptoms worsened,

the pain becomes more intense and his skin now more sensitive to touch

(hyperesthesia).

I. Klarifikasi istilah

1. neurologist: ahli saraf

2. hypoesthesia: penurunan kepekaan terutama terhadap sentuhan

3. para esthesia: perasaan yang abnormal yang timbul tanpa adanya rangsangan

4. physiotherapst: ahli terapi fisiologi

5. massage therapy: terapi pijat

6. prominent pain: nyeri yang mencolok

7. hyperesthesia: peningkatan kepekaan terutama terhadap sentuhan

II. Identifikasi masalah

1. Mr.K, 50 tahun, BB 75 kg, TB 155 cm, datang ke ahli saraf dengan keluhan

utama hipoestesi dan paraestesi pada ekstremitas sejak 2 minggu yang lalu

setelah menghadiri pesta makan malam.

2. Dia merasa tidak enak badan dan kadang-kadang terasa nyeri ketika dia

sedang istirahat.

3. Dia merasa lebih baik setelah mendapat terapi pijat dari fisioterapi sejak

seminggu yang lalu tetapi 2 hari terakhir nyeri terasa lebih kuat dan

hiperestesi.

III. Analisis masalah

1. apa penyebab hipoestesi dan paraestesi pada kasus?

2. bagaimana mekanisme hipoestesi dan paraestesi pada kasus?

3. apa hubungan jenis kelamin, usia, BB, dan TB pasien dengan keluhan

utamanya?

4. mengapa keluhan utama hanya terjadi pada ekstremitas?

4

Page 5: L4 skenario B

5. bagaimana mekanisme tidak enak badan yang dialami pasien?

6. bagaimana mekanisme nyeri?

7. apa saja jenis nyeri?

8. mengapa nyeri terasa mencolok ketika dia istirahat?

9. apa saja jenis fisioterapi saraf? jelaskan tentang terapi massage pada kasus?

10. mengapa nyeri bertambah hebat 5 hari setelah dia mendapat terapi massage?

11. bagaimana mekanisme hipoestesi pada awal kasus yang berubah menjadi

hiperestesi setelah 5 hari mendapat terapi massage?

12. bagaimana penegakan diagnosis kasus ini?

13. apa saja diagnosis banding kasus?

14. apa diagnosis kerja kasus?

15. bagaimana tatalaksana kasus?

16. apa komplikasi dari kasus? bagaimana mekanisme komplikasi tersebut?

17. bagaimana prognosis kasus? bagaimana mekanisme prognosis tersebut?

18. apa kompetensi dokter umum dalam kasus ini?

IV. Hipotesis

Mr.K, 50 tahun, BB 75 kg, TB 155 cm, mengalami sensasi sensoris abnormal yang

disebabkan gangguan protopatik.

V. Sintesis

1. Obesitas

BMI Mr.K = BB (kg)/TB2 (m)2

= 75 kg/(1,55)2 m2

= 31,22 kg/m2

Klasifikasi BMI

BB kurang <18,5

BB normal 18,5-24,99

BB brlebih >25

Preobes 25-29,99

Obes derajat 1 30-34,99

Obes derajat 2 35-39,99

Obes derajat 3 .40

a) tabel klasifikasi derajat obesitas berdasarkan BMI

Mr.K dengan BMI 31,22 kg/m2 termasuk ke dalam klasifikasi obesitas derajat 1.

5

Page 6: L4 skenario B

b) bagan hubungan usia dan obesitas dengan terjadinya aterosklerosis

2. Hipoestesi dan parestesi

c) bagan fisiologi sensorik raba protopatik dan proprioseptif

a. Hipoestesia

Daya elastisitas vaskular ↓

↓ produksi NO dan ↑ produksi

angiotensin

↑vasokonstriksi dan ↓ vasodilatasi

Hiperkolesterolemia

Viskositas darah ↑

Jejas endotel vaskular

↑permeabilitas terhadap lipid, monosit, trombosit

Usia > 40 tahun Obesitas

Makrofag ke intima dan memfagosit lipid

Mengaktifkan PDGFProliferasi dan migrasi sel otot polos vaskular ke intima

Proliferasi dan sintesis matriks ekstraseluler

Sel otot polos, lipid dan hasil oksidai LDL yang difagosit

makrofag → sel buih

Aterosklerosis: arteriolosklerosis dan

arteriosklerosis

Reseptor raba perifer

Ganglion radiks dorsalis

Substansia grisea medula spinalis

Substansia alba medula spinalis

Sinaps dengan talamus

Meissner Merkel

Kolumna dorsalis

Kornu dorsalis

Dari ventral ke medial lalu menyilang di tengah medula oblongata diapit

oliva inferior, pons lantai tegmentum pontis, mesensefalon di inferior dan

lateral nukleus ruber

Fasikulus grasilis-medial

(T7-bawah)

Fasikulus kuneatus-lateral

(T6-atas)

Lemniskus medialis

Korteks serebri

Inti ventro-posterior-

medial

Paccini

6

Page 7: L4 skenario B

Terjadi jika reseptor impuls protopatik musnah sebagian atau penghantaran

perifer dan sentralnya terhalang atau terputus. Misalnya: pada luka bakar,

infeksi herpes zoster, komplikasi DM (polineuropati), dll

Penyebab hipoestesi antara lain, yaitu:

1)Gangguan pada sistem saraf (pusat dan perifer)

2)Neuropati

3)Penyakit polineuropati (Lyme disease)

4)Diabetes melitus

b. Paresthesia

Paresthesia disebabkan oleh adanya gangguan fungsi neuron pada

jaras sensori. Kelainan in juga bisa terjadi di sistem saraf pusat (otak

dan medula spinalis), di akar saraf yang melekat pada medula spinalis,

atau pada sistem saraf tepi. Selain itu paresthesia juga bisa disebabkan

oleh kompresi saraf.

Penyebab parestesi antara lain, yaitu:

1)Gangguan pada SSP: stroke, TIA (transient ischemic attack), tumor,

trauma, multiple sclerosis, atau infeksi.

2)Gangguan SS perifer : Metabolic or nutritional disturbances,

Trauma, Inflammation, Connective tissue disease (arthritis, systemic

lupus erythematosus, polyarteritis nodosa, Sjögren's syndrome),

Toxins, Malignancy, Infections, Hereditary disease.

3)Kelainan metabolik atau nutrisi. Seperti diabetes, hipotiroidisme,

alkoholisme, malnutrisi, defisiensi B12)

4)Trauma. Seperi rusaknya, terjepit, atau tertekannya saraf.

5)Inflamasi.

6)Penyakit jaringan ikat yaitu arthritis, sistemic lupus erythematosus,

poliarteritis nodosa, dan Sjögren’s syndrome.

7)Toksin. Seperti logam berat (arsen, merkuri, timah), antibiotik dan

agen kemoterapi, zat pelarut, dan overdosis piridoksin (B6)

8)Keganasan

9)Infeksi. Seperti Lyme disease, HIV, lepra

10)Penyakit keturunan. Seperti Charcor Marie Tooth disease,

porphyria, Denny Brown syndrome

11)Penyebab lainnya : kelainan SSP seperti stroke, TIA, tumor,

trauma, multiple sklerosis, infeksi, Guillain Barre syndrome

7

Page 8: L4 skenario B

d) bagan hubungan usia dan obesitas dengan hipestesi dan parestesi

Daya elastisitas vaskular ↓

↓ produksi NO dan ↑ produksi

angiotensin

↑vasokonstriksi dan ↓ vasodilatasi

Hiperkolesterolemia

Viskositas darah ↑

Jejas endotel vaskular

↑permeabilitas terhadap lipid, monosit, trombosit

Usia > 40 tahun Obesitas

Makrofag ke intima dan memfagosit lipid

Mengaktifkan PDGFProliferasi dan migrasi sel otot polos vaskular ke intima

Proliferasi dan sintesis matriks ekstraseluler

Sel otot polos, lipid dan hasil oksidai LDL yang difagosit

makrofag → sel buih

Aterosklerosis: arteriolosklerosis dan

arteriosklerosis

Penyempitan arteriol dan arteri

Suplai darah ke sel schwann dan neurilema ↓

Iskemia saraf perifer

↑produksi radikal bebas

Jejas dinding vaskular

Reaksi nonenzimatik lipid, glukosa, protein

↑glycation end products

Mengubah ekspresi genGangguan integritas neuron,

metabolisme neuron, dan transpor akson

Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta

transpor seluler saraf perifer

Mengubah fenotip seluler

Neuritis periferHipestesi dan parestesi

Neuritis perifer

Gangguan integritas neuron, metabolisme neuron, dan transpor akson

Iskemia saraf perifer

Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta transpor seluler saraf perifer

Gangguan metabolisme oksidatif dan sintesis, penyimpanan, dan pemrosesan

protein dalam neuron

↓kemampuan menerima, menyampaikan, dan meneruskan impuls

Gangguan pembentukan, pelepasan, re-uptake, dan penghancuran

neurotransmiter

↓permeabilitas neuron terhadap Na+/K+

Gangguan pembentukan energi, neurofibril, mikrofilamen, dan

mikrotubulus neuron

Potensial aksi tidak dapat terjadi Depolarisasi dan repolarisasi tak seimbang

Hipestesi dan parestesi

8

Page 9: L4 skenario B

e) bagan patofisiologi hipestesi dan parestesi

3. Merasa tidak enak badan dan nyeri terutama saat istirahat

9

Page 10: L4 skenario B

f) bagan patofisiologi jalur asendens nyeri

g) bagan jalur desenden nyeri

Nosiseptor

Nukleus propius

Neuron yang menghubungkan medula spinalis dengan nukleus

ventro-postero-lateral dan medial talamus sisi kontralateral

Dinamakan traktus spinotalamikus

Kornu posterior-substansi gelatinosa

Menyilang garis tengah di bawah substansia grisea

Komisura albaMenuju funikulus anterolateralis

kontralateral dan ke atas

Berkumpul di tepi funikulus anterolateralisJaras spinotalamikusPada tingkat

servikal: lateral dari tungkai, tengah dari torakal, dan medial dari brakio-servikal

Sebelah dorsolateral oliva inferior medula

oblongata

Antara lemniskus medialis dan brakium konjungtivum pons

Atas ujung dorsal lemniskus medialis

mesensefalon

Ganglion radiks posterior

Nukleus ventro-postero-lateral hipotalamus dan medial talamus

sisi kontralateral

Ke bawah girus pre dan post sentralis → formatio retikularis

dan girus post sentralis

Impuls nyeri dari kulit tungkai ke bagian superior somatosensorik, dari lengan ke

bagian tengah, dari kepala ke bagian inferior

Impuls mengganggu dan berkepanjangan, kerusakan jaringan, inflamasi → ion K, histamin, bradikinin, serotonin, PG, LT, TNF, substansi P

Nyeri akut-neo lokasi, sifat, dan intensitas jelas, nyeri kronik-paleo lokasi samar berupa panas, pegal

Nyeri

Substansia grisea periakuaduktus (PAG) dan

substansia grisea periventrikel (PVG) mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi

akuaduktus sylvius

Neuron dari daerah pertama mengirim impuls ke nukleus rafe magnus (NRM) yang terletak di pons bawah dan medula atas dan nukleus

retikularis paragigantoselularis (PGL) di medula lateral

Impuls ditransmisikan dari nukleus kedua ke bawah

kolumna dorsalis ke suatu kompleks inhibitorik nyeri yang

terletak di kornu dorsalis

Menekan rasa nyeri

Medula rostroventral (RVM) mengandung neuron serotonergik

Pons dorsolateral mengandung norepinefrin

Bersinaps dengan neuron yang melepaskan GABA, serotonin,

atau asetilkolin

Bekerja pada kornu dorsalis untuk menghambat pelepasan neurostransmiter pronoseptif

10

Page 11: L4 skenario B

h) bagan teori nyeri

Teori nyeri

Teori spesifisitas

Reseptor somatosensorik adalah yang mengalami

spesialisasi untuk berespon secara optimal terhadap

satu atau lebih tipe stimulus tertentu

Teori pola atau penjumlahan

Penjumlahan input sensorik kulit di sel-sel tanduk dorsal menimbulkan pola khusus

impuls saraf yang memicu nyeri sehingga dapat terbentuk sirkuit

serat saraf dalam interneuron spinal setelah suatu cedera

sehingga nyeri dapat berlanjut tanpa stimulus

Teori kontrol gerbang

1. baik serat sensorik bermielin besar yang membawa informasi mengenai raba dan propriosepsi perifer (A alfa dan A beta) dan mengenai nyeri (A gamma dan C) menyatu di kornu dorsalis .

2. transmisi impuls saraf dari serat aferen ke sel transmisi (T) kornu dorsalis dimodifikasi oleh suatu mekanisme gerbang di substansi gelatinosa.

3. aktivitas di serat besar cenderung menghambat transmisi nyeri (menutup gerbang) dengan merangsang neuron inhibitorik sehingga input sel T berkurang dan aktivitas di serat kecil cenderung mempermudah transmisi nyeri (membuka gerbang) dengan menghambat neuron inhibitorik sehingga input sel T bertambah

4. melibatkan nukleus batang otak dan neuron serotonergik dan noradrenergik yang berproyeksi ke substansi gelatinosa di kornu dorsalis

5. bila keluaran sel T medula spinalis melebihi suatu ambang, input sensorik akan disaring dan aktivitas sensorik dan afektif yang berkelanjutan berlangsung di otak dimana otak dapat menyetel gerbang kembali sewaktu otak menganalisis dan bekerja berdasarkan input sensorik yang diterimanya

Teori endorfin-enkefalin

Met-enkefalin dan Leu-enkefalin ditemukan di hipotalamus, sistem limbik, PAG, dan RVm (serotonergik) dan kornu dorsalis, juga ditemukan di saluran GI dan kelenjar adrenal, yang mungkin menghambat pelepasan substansi P di kornu dorsal

Beta endorfin ditemukan di kelenjar hipofisis, hipotalamus, PAG, sedikit di medula dan medula spinalis

Dinorfin ditemukan di kelenjar hipofisis posterior

Berikatan dengan opioid di sistem limbik, otak tengah, medula spinalis, dan usus mengurangi nyeri nyeri dengan mencegah dibebaskannya berbagai neurotransmiter penghasil nyeri

11

Page 12: L4 skenario B

i) bagan patofisiologi nyeri terutama saat istirahat

4. Terapi massage

a. Definisi fisioterapi

Menurut Departemen Kesehatan Indonesia Fisioterapi adalah suatu pelayanan

kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya

mengembangkan, memelihara, dan memulihkangerak dan fungsi sepanjang

daur kehidupan dengan menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis,

gerak dan komunikasi

b. Fasilitas fisioterapi:

1)MWD (Micro Wave Diothermy).

2)SWD (Short Wave Diothermy).

3)Stimulasi Elektrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation / TENS,

Faradic)

4)Ultrasound Therapy.

5)Traksi Lumbal & Cervical.

6)Ultrasound Nebulizer & Suction.

7)Exercises Therapy dengan alat-alat penunjang, seperti: Parallel Bar, Tangga,

Walker

8)Terapi manipulasi dan massage

9)Hydrotherapy.

c. Kondisi-kondisi yang dapat ditangani, seperti:

Neuritis perifer

Gangguan integritas neuron, metabolisme neuron, dan transpor akson

Iskemia saraf perifer

Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta transpor seluler saraf perifer

Gangguan metabolisme oksidatif dan sintesis, penyimpanan, dan pemrosesan

protein dalam neuron

↑kemampuan menerima, menyampaikan, dan meneruskan impuls

nyeri terutama saat istirahat

Gangguan pembentukan dan pelepasan neurotransmiter inhibitif nyeri

Saat istirahat, sensitisasi terutama pada serat saraf kecil dan saraf simpatis kurang

aktif → neurotransmiter inhibitif nyeri↓

Gangguan pembentukan energi, neurofibril, mikrofilamen, dan

mikrotubulus neuron

Gangguan permeabilitas neuron terhadap Na+/K+ → potensial aksi terganggu

Depolarisasi dan repolarisasi tak seimbang

Hiperalgesia saat istirahat

12

Page 13: L4 skenario B

1)Pada tumbuh kembang anak, antara lain:

Cerebral Palsy, Down Syndrome.

Dystropy Muscular Progressive (DMP),

Infeksi saluran nafas (batuk, pilek, asthma, dan lain-lain).

Cacat bayi pasca lahir.

2)Pada usia lanjut (Geriatry):

Nyeri pinggang / punggung.

Nyeri tengkuk dan bahu.

Nyeri pinggul, lutut & kaki serta tangan (Rheumatik).

Keterbatasan fungsi gerak sendi dan Limited Activity Daily Living.

3)Pada olahraga, antara lain:

Tennis Elbow, Golfers Elbow.

Thoracic Outlet Compression Syndrome (TOCS).

Cedera Otot Ligament, Dislokasi Sendi, dan lain-lain.

4)Pada kesehatan wanita, antara lain:

Infertilitas seperti Adnexitis.

Nyeri pinggang pasca menstruasi.

Senam Hamil.

5)Pada pelayanan medis, seperti:

Penyakit paru.

Penyakit jantung.

Stroke.

Trauma capitis.

Parkinson.

Guillian Barre Syndrom (GBS).

Facial Paralysis

6)Pasca operasi orthopaedic.

d. Definisi massage

Merupakan istilah yang digunakan untuk menandakan kelompok manipulasi

jaringan tubuh yang terbaik dilakukan dengan tangan yang ditujukan untuk

mendapatkan efek pada saraf, otot dan sistem sirkulasi. ( Milland.E.Knapp )

13

Page 14: L4 skenario B

e. Indikasi massage

1) Setelah olah raga

2) Kasus oedema pasca trauma.

3)Kasus yang memerlukan relaksasi otot : setelah olah raga, spasme otot,

artritis.

4) Kasus perlengketan jaringan.

5) Kasus yang memerlukan perbaikan sirkulasi darah.

f. Kontraindikasi massage

1) Penyakit yang penyebarannya melalui kulit.

2) Daerah pendarahan.

3) Peradangan akut

4) Daerah dengan gangguan sensasi.

5) Penyakit dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.

6) Penyakit gangguan sirkulasi : aritmia cordis, plebitis/tromboplebitis,

arteriosclerosis berat, varicose vein berat.

g. Efek massage

1) Efek mekanik: membantu meningkatkan aliran darah, mencegah, atau

membatasi terjadinya perlengketan jaringan, dan memberi efek

penguluran.

2) Efek fisiologis: membantu meningkatkan proses metabolisme tubuh,

mencegah venostatis

h. Tata urutan massage

1) Diawali dengan Effleurage

2) Petrissage

3) Selingan dengan effleurage pada pergantian teknik.

4) Friction.

5) Diakhiri dengan effleurage.

i. Teknik dasar massage

1) Effleurage yaitu gosokan pada kulit tanpa terjadi gerakan otot bagian

dalam. Tangan dibuat sedemikian rupa sehingga gerakannya tetap dan

tekanan yang diberikan searah dengan aliran darah balik. Fungsinya : (1)

Sebagai pembuka (meratakan medium), selingan pergantian teknik, dan

14

Page 15: L4 skenario B

penutup. (2) Dapat mendeteksi daerah nyeri. (3) Memberi efek penguluran

pasif pada otot.

2) Petrisage yaitu suatu manipulasi pada otot, dimana dilakukan dengan

mengangkat dan memeras otot secara pelan dan hati-hati. KNEADING

yaitu manipulasi otot dengan cara menekan, dan memeras otot. Fungsi

petrisage : (1) Membebaskan otot dari penumpukan sisa metabolisme. (2)

Melancarkan aliran darah vena. (3) Membebaskan perlengketan jaringan.

3) Friction yaitu manipulasi pada otot dengan gerakan putar/lingkaran pada

satu titik dengan menggunakan palmar jari-jari, ibu jari, dan bagian distal

ulnar pergelangan tangan.. Teknik friction tidak menggerakkan kulit,

tetapi menggerakkan jaringan di bawah kulit. Fungsinya : (1)

Membebaskan perlengketan antar kulit dengan jaringan di bawahnya. (2)

Bisa diaplikasikan pada ligamen, tendon, jaringan intra kapsuler, dan

jaringan parut.

4) Vibrasi yaitu manipulasi pada otot dengan gerakan ritmik dari lengan

bawah. Vibrasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan elektrikal

vibrasi, karena durasi dan ketahannya sangat panjang daripada tangan.

Fungsinya : (1) Memberi efek penenangan ( relaksasi ).

5) Tapotement yaitu manipulasi yang dilakukan dengan tangan yang

melibatkan pergelangan dan jari-jari yang rileks dan digerakkan dengan

cepat bergantian kanan-kiri. Terdiri dari : (1) Tapping (2) Hiking (3)

Cupping (4) Bitting (5) Slipping. Fungsinya : peningkatan tonus otot.

5. Nyeri semakin kuat dan hiperestesi

15

Page 16: L4 skenario B

6. Penegakan diagnosis

a. Anamnesis

1) Identitas pasien: Mr.K, 50 tahun, BB 75 kg, TB 155 cm

2) Keluhan utama: hipoestesi dan paraestesi

Sejak kapan: sejak 2 minggu yang lalu setelah menghadiri pesta

makan malam.

Lokasi, penyebaran gejala dan tanda

dari- dan ke- bagian tubuh tertentu: pada ekstremitas

Perubahan gejala dan tanda sejak

pertama kali timbul hingga sekarang: Dia merasa lebih baik

setelah mendapat terapi pijat dari fisioterapi sejak seminggu

yang lalu tetapi 2 hari terakhir nyeri terasa lebih kuat dan

hiperestesi

Yang mencetuskan, yang memperberat

dan yang memperingan gejala dan tanda misalnya aktivitas,

istirahat, makan, minum, suhu, sentuhan halus dan kasar,

gerakan, getaran, dan sikap tertentu: hipoestesi dan paraestesi

setelah menghadiri pesta makan malam, kadang-kadang terasa

nyeri ketika dia sedang istirahat

3) Keluhan tambahan: merasa tidak enak badan dan kadang-

kadang terasa nyeri ketika dia sedang istirahat, pucat, lemah,

mudah lelah terutama pada ekstremitas, perubahan anatomi dan

fisiologi kulit, mata, telinga, hidung, dan mulut (gigi, gusi,

lidah, palatum, nasofaring, dan orofaring), polidipsi, polifagi,

Neuritis perifer meluas Gangguan integritas neuron, metabolisme

neuron, dan transpor akson

Trauma mekanik yang disengaja pada saraf

perifer dan pada vaskular yang menyebabkan

iskemia meluas perlahan

Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta transpor seluler saraf perifer

Gangguan metabolisme oksidatif dan sintesis, penyimpanan, dan pemrosesan

protein dalam neuron

↑kemampuan menerima, menyampaikan, dan meneruskan impuls

nyeri dan raba

Gangguan pembentukan dan pelepasan neurotransmiter inhibitif nyeri

Sensitisasi terutama pada serat saraf kecil dan saraf simpatis kurang aktif →

neurotransmiter inhibitif nyeri↓

Gangguan pembentukan energi, neurofibril, mikrofilamen, dan

mikrotubulus neuron

Gangguan permeabilitas neuron terhadap Na+/K+ → potensial aksi terganggu

Depolarisasi dan repolarisasi tak seimbang

Hiperalgesia dan hiperestesi

16

Page 17: L4 skenario B

poliuri, luka sembuh lama, sering diare, sensai getar tiba-tiba,

gangguan motorik, pengosongan lambung lambat, pusing

ketika terjadi perubahan posisi, tidak menyadari reaksi

hipoglikemi, sakit kepala hingga leher, palpitasi, sesak napas,

nyeri tiba-tiba yang menjalar dari toraks hingga ke lengan kiri,

nyeri pada ekstremitas dari kecil menjadi besar, edema

ekstremitas bawah,

4) Riwayat penyakit dahulu (gejala dan tanda): pemaparan toksin

logam, defisiensi gizi seperti vitamin B12 dan asam folat, DM,

hipertensi, penyalahgunaan alkohol, merokok, sangat jarang

melakukan perubahan posisi baik saat berbaring maupun

duduk, stres tinggi, tromboflebitis, limfangitits, insufisiensi

arterial dan duktus limfatikus, vena varikosa

5) Riwayat penyakit sekarang (gejala dan tanda)

6) Riwayat penyakit keluarga (gejala dan tanda)

7) Riwayap pengobatan terhadap gejala dan tanda sekarang

maupun pengobatan sistemik sekarang dan dahulu

8) Riwayat pekerjaan

b. Pemeriksaan Fisik

1) Umum : kesadaran, vital sign

2) Khusus : neurologis

Tes Lhermitte: Bila terdapat nyeri radikular akibat kompresi di

foramen intervetrebale servikal, maka nyeri itu dapat diprovokasi

dengan jalan kompresi pada kepala dalam berbagai posisi (miring

kanan, miring kiri, tengadah, menunduk)

Tes distraksi: Bila terdapat nyeri radikular akibat kompresi di

foramen intervetrebale servikal, maka ia dapat mereda atau lenyap

dengan mengangkat (distraksi kepala)

c. Pemeriksaan sensoris

1) Pemeriksaan raba: Memeriksa dengan bahan- bahan seperti kapas, kertas

atau perabaan ujung-ujung jari pemeriksa.

2) Pemeriksaan nyeri: Pemeriksaan dilakukan dengan menekan

menggunakan jarum

17

Page 18: L4 skenario B

3) Pemeriksaan getar: Menggetarkan garputala128 Hz/dtk atau 256 Hz/dtk

kemudian meletakkannya pada daerah dngan tulang yng menonjol seperti

pergelangan tangan, pergelangan kaki, ruas-ruas jari tangan dan kaki, siku,

bagian lateral klavikula, lutut, tibia, panggul, processus spinosus,

vertebrae. Kemudian membandingkan kanan dan kiri.

4) Pemeriksaan Suhu: Diperiksa dengan botol berisi air panas dan dingin,

yang panas berisi air 40-50 C sedangkan yang dingin air 10-20 C. Dengan

mata tertutup pasien diminta merasakan dan membedakan suhu botol

tersebut setelah disentuh di bagian badannya.

5) Pemeriksaan rasa gerak: Diperiksa dengan menggerakan jempol atau jari

pasien, apakah pasien merasakan gerakannya.

d. Pemeriksaan Lanjutan

1) Laboratorium: RBC, trombosit, leukosit, ESR, HbA1c, gula darah post

prandial dan puasa, kolesterol, LDL, HDL, trigliserid, vitamin B12, asam

folat, Fe

2) Radiologi:

CT SCAN:. Pemeriksaan ini dapat memberikan visualisasi yang baik

komponen tulang servikal dan sangat membantu bila ada fraktur akut

MRI: Pemeriksaan ini sudah menjadi metode pilihan untuk

daerah servikal.

3) Elektromiografi (EMG): Pemeriksaan EMG membantu mengetahui

apakah suatu gangguan bersifat neurogenik atau tidak, karena pasien

dengan spasme otot, artritis juga mempunyai gejala yang sama. Selain itu

juga untuk menentukan level dari iritasi/kompresi radiks, membedakan

lesi radiks dan lesi saraf perifer, membedakan adanya iritasi atau

kompresi.

6. Diagnosis banding

18

Page 19: L4 skenario B

Gejala dan tanda Gangguan protopatik

karena

hiperkolesterolemia

Neuropati diabetik Sindrom

brown-

squard

Sindrom

anteri spinal

anterior

Lokasi lesi terutama saraf perifer perifer dan sentral sentral sentral

Hipoestesi dan

parestesi

++

pada ekstremitas

++

juga terjadi

kelemahan otot, dapat

terjadi pada daerah

mana saja

++ ++

Hiperalgesia

seperti rasa

terbakar, tersengat

listrik

++

ketika istirahat

++

ketika istirahat,

malam hari

normal hipoalgesia

Sensasi getar tiba-

tiba, gangguan

diskriminasi raba

dan sikap

- ++ ++ ++

Gangguan motorik - - ++ -

7. Diagnosis kerja

Mr. K, 50 tahun mengalami gangguan jalur protopatik

a. Definisi

Adanya gangguan penjalaran sensorik berupa gangguan penyampaian

impuls (suhu, nyeri, raba)

b. Etiologi: obesitas, DM, trauma, malignancy

c. Manifestasi klinis: hipoestesi, parestesi, hyperestesi

8. Tatalaksana

a. Kausatif: perbaikan asupan nutrisi seperti diet rendah kalori, diet rendah

protein dan rendah lemak

b. Simtomatik

1) Pain management

Kompres lembab panas

Analgesik: obat anti inflamasi non steroid

Sedatif: Tricyclic antidepressants seperti Amitriptyline 10-25

mg/d PO hs, tingkatkan dosis menjadi 30-100 mg PO qhs

setelah beberapa minggu jika diperlukan

Relaksan otot

Melakukan terapi fisik ringan setelah mengalami perbaikan

19

Page 20: L4 skenario B

c. Kuratif: bedah

Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi

nyeri dan mengubah defisit neurologik.

Macam :

1) Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus

intervertebral

2) Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural

pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi

kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan

menghilangkan kompresi medula dan radiks

3) Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.

4) Disektomi dengan peleburan.

d. Pencegahan

1) Mencegah aktivitas yang berat

2) Diet dan Menjaga berat badan

3) Berolahraga seperti senam, berenang dan berjalan

4) Melatih postur tubuh yang baik

9. Komplikasi

a. Anestesi yang meluas, sehingga luka bertambah parah dan infeksi

mudah terjadi

b. Deformitas tangan dan kaki

c. Kecepatan konduksi motorik turun

d. Sensasi getar, respon posisi/sikap, diskriminasi raba abnormal

e. Hilangnya rekleks tendon dalam, kelemahan otot, atrofi otot dan saraf

f. DM, hipertensi, tromboflebitis, insufisiensi arterial, vena varikosa

10. Prognosis

Dubia et malam

11. Kompetensi Dokter Umum

3A

20

Page 21: L4 skenario B

Daftar Pustaka

Dorland, W. A. Newman.. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC.

Untuk gambar-gambar dari Mendoza, E.John dkk. 2008. Clinical Neuroanatomy: a

Neurobehavioral approach. Springer ebook

Lumbantobing, SM. Neurologi Klinik pemeriksaan fisik dan mental. 2008. Jakarta:

FK UI

Mardjono, Mahar dan Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. 2008. Jakarta: Dian

Rakyat

Price, Sylvia A dan Wilson. Patofisiologi. 2005. ed 6. EGC:Jakarta

Guyton dan hall. Fisiologi kedokteran ed.11. 2007. Jakarta: EGC

Robbins. 2007. Buku ajar patologi. Vol. 2. ed.7. Jakarta:EGC

Glynn, Mc dan Burnside. Diagnosis Fisik.1995.Jakarta:EGC

Goetz CG, Pappert EJ. Textbook of Clinical Neurology. Philadelphia: WB Saunders

Co; 1999

Meijer JW, van Sonderen E, Blaauwwiekel EE, et al. Diabetic neuropathy

examination: a hierarchical scoring system to diagnose distal polyneuropathy in

diabetes. Diabetes Care. Jun 2000; 23(6):750-3.

Comi G, Corbo M. Metabolic neuropathies. Curr Opin Neurol. Oct 1998; 11(5):523-

9. 

Dick PJ, Thomas PK, eds. Peripheral Neuropathy. 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders

Co; 1993.

http://www.gadingpluit-hospital.com

http://diabetes.niddk.nih.gov/DM/pubs/neuropathies/

http://www.apparelyzed.com/paralysis.html

21