Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator ...

278
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2014 Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di indonesia 363. 72 Ind k

Transcript of Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator ...

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBMi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2014

Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator

STBMSanitasi Total Berbasis Masyarakat

di indonesia

363. 72Indk

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBMii

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia._

Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2014

ISBN 978-602-235-523-6

1.Judul I. SANITATION – EDUCATION

II. SANITARY ENGINEERING III. WASTE MANAGEMENT

IV. ENVIRONMENT AND PUBLIC HEALTH

363. 72Indk

Pemerintah Indonesia melakukan upaya percepatan peningkatan akses terhadap sanitasi yang layak. Tahun 2005, pendekatan

Community-Led Total Sanitation (CLTS) diujicobakan di 6 kabupaten dan selanjutnya direplikasi pada

tahun 2006 dan 2007. Hasilnya, pada tahun 2007 ada 680 desa yang telah mendeklarasikan kondisi terbatas dari

praktek buang air besar sembarangan (BABS) atau biasa disebut Open Defecation Free (ODF). Ini memperlihatkan bahwa pendekatan subsidi dan penyediaan sarana fisik (hardware), yang sebelumnya dilakukan pemerintah, ternyata tidak mampu menjamin perubahan perilaku masyarakat maupun meningkatkan akses sanitasi.

Tahun 2009, pemerintah menekankan perhatian kepada aspek sanitasi dan higiene dengan memasukkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010 – 2014) prioritas 3 bidang kesehatan memprioritaskan upaya preventif dan promotif terpadu melalui peningkatan akses air minum 67% dan sanitasi 75% pada tahun 2014. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam pencapaian target MDG’s 2015.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan yang cukup efektif untuk mempercepat akses terhadap sanitasi yang layak melalui perubahan perilaku secara kolektif dan pemberdayaan masyarakat. Saat ini STBM dilaksanakan melalui berbagai program pembangunan sanitasi, diantaranya program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat (PAMSIMAS), PAM STBM, program Urban Sanitation and Rural Infrasructure (USRI), program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), dan program-program yang dilakukan oleh mitra seperti Water Sanitation Program-Bank Dunia, Wes UNICEF, IUWASH, High Five-USAID, Plan Internasional Indonesia, WVI, Simavi, USDP, YPCII, CD Bethesda, Yayasan Dian Desa dan lain-lain.

Kata Pengantar Direktur Jenderal PP & PL Kemenkes

Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBMiv

STBM yang mengutamakan pendekatan perubahan perilaku membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, baik sebagai fasilitator STBM, wirausaha sanitasi maupun tenaga pelatih yang akan menghasilkan SDM STBM baru di masa depan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya untuk menjaga kualitas pelatihan melalui proses akreditasi kurikulum dan modul pelatihan sebagai berikut :

1. Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator STBM2. Kurikulum dan Modul TOT Fasilitator STBM3. Kurikulum Pelatihan Wirausaha Sanitasi4. Kurikulum Pelatihan TOT Wirausaha Sanitasi

Diharapkan peserta latih nantinya akan memiliki keterampilan di bidang pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan perubahan perilaku dan mampu berkontribusi dalam percepatan pencapaian target MDG 7c dan pembangunan kesehatan nasional khususnya untuk memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat mandiri dan berkeadilan.

Terimakasih kami sampaikan kepada WSP-Bank Dunia, yang telah memfasilitasi penyusunan kurikulum dan modul STBM, serta tim penyusun yang telah berbagi pembelajaran dan pengalaman berharga hingga modul STBM terakreditasi.

Semoga modul ini bermanfaat.

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

Jakarta, 21 November 2013

Direktur Jenderal PP dan PL

Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBMv

DAFTAR ISI

Bagian 1 - Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) .......................................................... 1

Bagian 2 - Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) .......................................................... 25

Modul MD.1 - Kebijakan dan Strategi Nasional STBM ................................................ 27

Modul MI.1 - Konsep Dasar Pendekatan STBM......................................................... 39

Modul MI.2 - Pemberdayaan Masyarakat Dalam STBM ............................................ 63

Modul MI.3 - Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi STBM........................................... 73

Modul MI.4 - Pemicuan STBM di Komunitas .............................................................. 111

Modul MI.5 - Teknik Melatih ........................................................................................ 187

Modul MP.1 - Membangun Komitmen Belajar (BLC) ................................................... 243

Modul MP.2 - Rencana Tindak Lanjut (RTL) ................................................................ 255

Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBMvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Komponen Pokok STBM.................................................................................. 34

Gambar 2 Tupoksi STBM ................................................................................................. 37

Gambar 3 Tiga Pilar Utama PRA ...................................................................................... 49

Gambar 4 Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM ........................................................... 55

Gambar 5 Pendekatan Penilaian Partisipatif .................................................................... 94

Gambar 6 Jamban Individual ............................................................................................ 149

Gambar 7 Jamban Komunal ............................................................................................ 149

Gambar 8 Jenis Jamban .................................................................................................. 150

Gambar 9 Septik Tank dengan Ventilasi ........................................................................... 150

Gambar 10 Jamban Permanen........................................................................................... 150

Gambar 11 Desain Lantai Kamar Mandi............................................................................. 150

Gambar 12 Jamban yang Aman ......................................................................................... 151

Gambar 13 Contoh Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun yang Layak ................................... 154

Gambar 14 Pengelolaan Air Baku....................................................................................... 155

Gambar 15 Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga ........................................................ 156

Gambar 16 Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga ....................................................... 156

Gambar 17 Pengomposan Takakura, Sumber ICWMRIP ................................................... 159

Gambar 18 Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas ......................................... 161

Gambar 19 Bak Penangkap Lemak ................................................................................... 162

Gambar 20 Bio Filter, Sumber: Buku Opsi Teknologi Sanitasi ........................................... 162

Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBMvii

DAFTAR TABEL

Gambar 1 Komponen Pokok STBM.................................................................................. 34

Gambar 2 Tupoksi STBM ................................................................................................. 37

Gambar 3 Tiga Pilar Utama PRA ...................................................................................... 49

Gambar 4 Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM ........................................................... 55

Gambar 5 Pendekatan Penilaian Partisipatif .................................................................... 94

Gambar 6 Jamban Individual ............................................................................................ 149

Gambar 7 Jamban Komunal ............................................................................................ 149

Gambar 8 Jenis Jamban .................................................................................................. 150

Gambar 9 Septik Tank dengan Ventilasi ........................................................................... 150

Gambar 10 Jamban Permanen........................................................................................... 150

Gambar 11 Desain Lantai Kamar Mandi............................................................................. 150

Gambar 12 Jamban yang Aman ......................................................................................... 151

Gambar 13 Contoh Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun yang Layak ................................... 154

Gambar 14 Pengelolaan Air Baku....................................................................................... 155

Gambar 15 Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga ........................................................ 156

Gambar 16 Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga ....................................................... 156

Gambar 17 Pengomposan Takakura, Sumber ICWMRIP ................................................... 159

Gambar 18 Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas ......................................... 161

Gambar 19 Bak Penangkap Lemak ................................................................................... 162

Gambar 20 Bio Filter, Sumber: Buku Opsi Teknologi Sanitasi ........................................... 162

Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBMviii

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM11

Bagian 1 Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT)

Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

KU

RIK

ULU

M

PELATIHA

N U

NTU

K

PELATIH (TO

T) FA

SILITATOR

STBM

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM2

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3A. Latar Belakang.......................................................................................................... 3B. Filosofi Pelatihan ...................................................................................................... 4

BAB II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI ...................................................................... 5A. Peran ........................................................................................................................ 5B. Fungsi ....................................................................................................................... 5C. Kompetensi ............................................................................................................... 6

BAB III. TUJUAN PELATIHAN ................................................................................................ 6A. Tujuan Umum ........................................................................................................... 6B. Tujuan Khusus .......................................................................................................... 6

BAB IV. STRUKTUR PROGRAM ............................................................................................ 7BAB V. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN .............................................. 8BAB VI. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN .................................................................... 19BAB VII. PESERTA, PELATIH DAN PENGENDALI PELATIHAN ........................................... 22

A. Peserta ..................................................................................................................... 22B. Pelatih/Fasilitator/Instruktur ...................................................................................... 22C. Pengendali Pelatihan (Master of Training) ................................................................ 22D. Narasumber ............................................................................................................. 22

BAB VIII. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN ................................... 23A. Penyelenggara.......................................................................................................... 23B. Tempat Penyelenggaraan ......................................................................................... 23

BAB IX. EVALUASI .................................................................................................................. 23A. Evaluasi terhadap peserta melalui : ........................................................................ 23B. Evaluasi terhadap pelatih/fasilitator/narasumber ..................................................... 23C. Evaluasi terhadap penyelenggara pelatihan ........................................................... 24

BAB X. SERTIFIKAT................................................................................................................ 24

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM33

BAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM merupakan pendekatan dan paradigma baru pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan

nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Tahun 2014, Kepmenkes ini diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.3 Tahun 2014 tentang STBM. Adapun tujuan penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Diharapkan pada tahun 2025, Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, STBM membutuhkan sumber daya manusia terampil yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu komponen terpenting dalam penerapan STBM adalah adanya fasilitator-fasilitator yang berkualitas dan tersebar diseluruh pelosok nusantara. Hasil studi kerjasama antara Bappenas dan Bank Dunia (2012) menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, dibutuhkan 12.000 tenaga sanitasi profesional dan dalam jangka menengah diperlukan tambahan 18.000 tenaga sanitasi profesional. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya untuk meningkatkan kompetensi pelaksana STBM melalui pelatihan-pelatihan terakreditasi. Diharapkan dengan pelatihan-pelatihan tersebut, tenaga STBM, khususnya fasilitator STBM, memiliki keahlian dan kompetensi yang terstandar dan mumpuni.

Pendekatan STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitation (CTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak. Perubahan perilaku BAB merupakan pintu masuk perubahan perilaku santasi secara menyeluruh. Atas dasar pengalaman keberhasilan CLTS, pemerintah menyempurnakan pendekatan CLTS dengan aspek sanitasi lain yang saling berkaitan yang ditetapkan sebagai 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan (5) Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).

Pendekatan STBM terdiri dari tiga komponen yang harus dilaksanakan secara seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi, 2) peningkatan penyediaan akses sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan yang kondusif.

Dalam upaya penguatan kapasitas pelaksana program STBM, perlu disusun Buku Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Diharapkan

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM4

pelatihan tersebut mampu mencetak lebih banyak fasilitator STBM yang handal, yang mampu merencanakan dan melaksanakan program STBM untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat untuk mempraktikkan hidup bersih dan sehat, termasuk melakukan monitoring dan evaluasi program STBM secara partisipatif dengan masyarakat.

Kurikulum ini didesain dengan pendekatan “learner centered” yakni pendekatan yang menempatkan pembelajar sebagai pusat perhatian, sedangkan pelatih/fasilitator lebih berperan sebagai katalisator (catalyst), pembantu proses (process helper), dan penghubung sumber daya (resource linker). Mengingat adanya perbedaan gaya pengajaran dan budaya setempat, maka tujuan pembelajarannyapun diarahkan pada tumbuhnya proses penemuan sendiri (self-discovery), sehingga kompetensi yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam pelaksanaan tugas sebagai seorang fasilitator STBM.

Kebutuhan terhadap Pelatihan Fasilitator STBM ini masih belum diimbangi dengan ketersediaan jumlah tenaga pelatih yang mencukupi, mumpuni dan mampu memahami serta menyampaikan atau memfasilitasi materi sesuai kurikulum dan modul pelatihan yang telah ditetapkan. sehingga untuk mengakomodir kebutuhan ini maka perlu dilakukan suatu Pelatihan untuk Pelatih (Traning of Trainer / TOT) Fasilitator STBM ini. Sehubungan dengan hal itu, Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM ini menjadi begitu penting dan perlu segera dilaksanakan untuk mencetak fasilitator-fasilitator STBM yang handal, yang mampu mendorong percepatan pencapaian target sanitasi Indonesia yang berkelanjutan dan juga untuk meningkatkan keterampilan para fasilitator dalam hal melatih, serta untuk memberikan penyamaan persepsi diantara para fasilitator agar terdapat keseragaman materi yang akan disampaikan pada pelatihan Pelatihan fasilitator STBM sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Adapun penyelenggaraan pelatihan ini

mengacu pada kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM bagi pelaksana STBM.

B. Filosofi Pelatihan

Filosophi pelatihan untuk pelatih (TOF) Fasilitator STBM ini diselenggarakan dengan memperhatikan: 1. Prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi), dimana selama pelatihan peserta berhak

untuk:a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai pemberdayaan masyarakat,

perubahan perilaku, dan STBM. b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks pelatihan. c. Diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran.d. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan.

2. Berorientasi kepada peserta, di mana peserta berhak untuk: a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar tentang STBM. b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat menfasilitasi dengan berbagai metode,

melakukan umpan balik, dan menguasai materi STBM.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM55

c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual, auditorial maupun kinestetik (gerak).

d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing tentang STBM, saling berbagi antar peserta maupun fasilitator.

e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka. f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi tingkat kemampuannya.

3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuka. Mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi

yang diharapkan dalam mengelola program STBM.b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan

pada akhir pelatihan. 4. Melakukan experimentasi dengan menggunakan metode Experimental Learning Cycle (ELC)

yang memberikan petunjuk praktis tentang desain pembelajaran, dengan karakteristik: a. terkait dengan kehidupan nyata, b. mendorong peserta untuk dapat mengekspresikan perasaan dan opini berdasarkan

pengalaman dan pengetahuan mereka, dan c. menerapkan evaluasi terintegrasi dengan memberikan umpan balik kepada peserta latih

tentang kemajuan yang telah dicapai. 5. Berdasarkan azas manfaat artinya setelah menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan

dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai pelatih pada Pelatihan Fasilitator STBM

BAB II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSIPeserta yang telah menyelesaikan Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM bagi

pelaksana STBM mempunyai peran dan fungsi serta kompetensi sebagai berikut:

A. PeranSetelah mengikuti pelatihan ini, peserta berperan sebagai pelatih pada pelatihan fasilitator

STBM di wilayah kerjanya masing-masing.

B. FungsiDalam melaksanakan perannya peserta mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Menjelaskan konsep dasar STBM

2. Menjelaskan pemberdayaan masyarakat dalam STBM

3. Melakukan komunikasi, advokasi dan fasilitasi

4. Melakukan pemicuan STBM di komunitas

5. Melatih pada pelatihan fasilitator STBM

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM6

C. KompetensiUntuk melaksanakan peran dan fungsi tersebut, maka peserta memiliki kompetensi sebagai

berikut : 1. Menjelaskan Konsep Dasar STBM.2. Menerapkan Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM.3. Melakukan Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi.4. Melakukan Pemicuan STBM di Komunitas.5. Melatih pada Pelatihan Fasilitator STBM.

BAB III. TUJUAN PELATIHANA. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melatih dalam pelatihan fasilitator STBM di wilayah kerjanya masing-masing sesuai dengan peran dan fungsinya.

B. Tujuan KhususSetelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan Konsep Dasar STBM.

2. Menerapkan Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM.

3. Melakukan Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi.

4. Melakukan Pemicuan STBM di Komunitas.

5. Melatih pada Pelatihan Fasilitator STBM.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM77

BAB IV. STRUKTUR PROGRAMUntuk mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan tersebut, maka disusun materi

pelatihan dengan struktur program yang terdiri dari materi dasar, materi inti dan materi penunjang dengan jumlah keseluruhan jam pelajaran (JP) sebanyak 55 JP seperti yang tertera pada struktur program sebagai berikut :

No MATERIWAKTU

JMLT P PL

A

1

MATERI DASAR

Kebijakan dan Strategi Nasional STBM 2 0 0 2

Subtotal “A” : 2 0 0 2

B

1

2

3

4

5

MATERI INTI

Konsep Dasar STBM

Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM

Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi.

Pemicuan STBM di komunitas

Teknik Melatih

2

1

2

4

6

2

2

2

2

9

0

0

0

10

0

4

3

4

16

15

Subtotal “B” : 15 17 10 42

C

1

2

MATERI PENUNJANG

Membangun Komitmen Belajar (BLC)

Rencana Tindak Lanjut (RTL)

0

1

3

2

0

0

3

3

Subtotal “C” : 2 5 0 6

Total 18 22 10 50

Keterangan: T: Teori; P: Penugasan; PL: Praktik Lapangan

1 JP @45 menit

50 JP = 6 hari pelatihan

Untuk praktek micro teaching per orang 30 menit

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM8

BA

B V

. GA

RIS

-GA

RIS

BES

AR

PR

OG

RA

M P

EMB

ELA

JAR

AN

Nom

or

: MD

.1Ju

dul M

ater

i : K

ebija

kan

dan

Stra

tegi

Nas

iona

l STB

MW

aktu

: 2

JP

(T=

2jp;

P=

0 jp

; PL=

0 jp

)Tu

juan

Pem

bela

jara

n U

mum

: S

etel

ah m

engi

kuti

mat

eri i

ni, p

eser

ta m

ampu

mem

aham

i ara

h ke

bija

kan

dan

stra

tegi

nas

iona

l STB

M.

Tuj

ua

n P

em

be

laj

ar

an

K

hu

su

s (T

PK

)P

ok

ok

Ba

ha

sa

n d

an

S

ub

Po

ko

k B

ah

as

an

Me

tod

eM

ed

ia d

an

A

lat

Ba

ntu

Re

fer

en

si

Set

elah

men

giku

ti m

ater

i ini

pe

serta

mam

pu:

1.

Men

jela

skan

ara

h ke

bija

kan

dan

stra

tegi

pem

bang

unan

sa

nita

si In

done

sia,

1.

Ara

h ke

bija

kan

dan

stra

tegi

pem

bang

unan

sa

nita

si d

i Ind

ones

iaa.

A

rah

kebi

jaka

n da

n st

rate

gi n

asio

nal

pem

bang

unan

sa

nita

si,

b.

Ara

h ke

bija

kan

dan

stra

tegi

STB

M.

•C

TJ,

•C

urah

P

enda

pat

•B

ahan

taya

ng

(slid

e pp

t),•

LCD

pro

ject

or,

•K

ompu

ter /

lapt

op,

•M

odul

.

•B

appe

nas,

Keb

ijaka

n N

asio

nal P

emba

ngun

an A

ir M

inum

dan

S

anita

si, 2

003.

•S

etne

g R

I, U

ndan

g-U

ndan

g N

o.17

Tah

un 2

007

tent

ang

RP

JPN

200

5-20

25, J

akar

ta:2

005.

•D

epke

s R

I, K

epm

enke

s N

o. 8

52/2

008,

tent

ang

Stra

tegi

N

asio

nal S

TBM

, Jak

arta

: 200

8.

•D

epke

s R

I, S

trate

gi N

asio

nal S

TBM

, Jak

arta

: 200

8.•

Set

neg

RI,

Und

ang-

Und

ang

No.

36

Tahu

n 20

09 te

ntan

g K

eseh

atan

, Jak

arta

: 200

9.•

Kem

enke

s R

I, R

enst

ra 2

010-

2014

, Jak

arta

: 201

0.•

Kem

enke

s R

I, B

uku

Pro

fi P

rogr

am P

enye

hata

n Li

ngku

ngan

D

itjen

P2P

L, J

akar

ta: 2

013.

•K

emen

kes

RI,

Per

men

kes

No.

3/20

14 te

ntan

g S

TBM

•U

pdat

e S

TBM

, ww

w.s

tbm

-indo

nesi

a.or

g.

2.

Men

jela

skan

per

an d

an

stra

tegi

STB

M.

2. P

eran

dan

stra

tegi

STB

Ma.

P

eran

STB

M d

alam

pe

ncap

aian

RP

JPN

, R

PJM

N d

an M

DG

s tu

juan

7C

, b.

S

trate

gi S

TBM

,c.

P

emet

aan

pera

n da

n ta

nggu

ng ja

wab

pe

man

gku

kebi

jaka

n di

mas

ing-

mas

ing

tingk

atan

.

•C

TJ,

•C

urah

P

enda

pat.

Nom

or

: MI.1

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM99

Judu

l Mat

eri

: Kon

sep

Das

ar P

ende

kata

n S

TBM

Wak

tu

: 4JP

(T=2

jp; P

=2 jp

; PL=

0 jp

)Tu

juan

Pem

bela

jara

n U

mum

: S

etel

ah m

engi

kuti

mat

eri i

ni, p

eser

ta m

ampu

mem

aham

i kon

sep

dasa

r STB

M.

Tuj

ua

n

Pe

mb

ela

ja

ra

n

Kh

us

us

(TP

K)

Po

ko

k B

ah

as

an

da

n S

ub

Po

ko

k

Ba

ha

sa

nM

eto

de

Me

dia

da

n A

lat

Ba

ntu

Re

fer

en

si

Set

elah

men

giku

ti m

ater

i in

i pes

erta

mam

pu:

1.

Men

jela

skan

pe

nger

tian

STB

M,

1. P

enge

rtian

STB

Ma.

P

enge

rtian

STB

M,

b.

Tuju

an S

TBM

,c.

S

ejar

ah p

rogr

am p

emba

ngun

an

sani

tasi

,d.

K

onse

p S

TBM

.

•C

TJ,

•P

utar

film

,•

Tany

a ja

wab

,•

Cur

ah P

enda

pat,

•B

erm

ain

Per

an.

•B

ahan

taya

ng (s

lide

ppt,

film

),•

LCD

,•

Kom

pute

r/lap

top,

•Fl

ipch

art,

•S

pido

l,•

Met

a pl

an,

•K

ain

tem

pel,

•M

odul

,•

Pan

duan

Dis

kusi

, •

Pan

duan

Ber

mai

n P

eran

.

•K

ar, K

amar

, Wor

king

Pap

er 1

84,

Sub

sidy

or S

elf-R

espe

ct?

Tota

l C

omm

unity

San

itatio

n in

Ban

glad

esh,

In

stitu

te fo

r Dev

elop

men

t Stu

dies

, S

epte

mbe

r 200

3.

•K

elom

pok

Ker

ja A

ntar

Dep

arte

men

, P

roje

ct W

AS

PO

LA, F

ilm A

wak

enin

g C

hang

e, C

omm

unity

Led

Tot

al

San

itatio

n in

Indo

nesi

a, J

akar

ta:

2006

. •

Kem

enke

s R

I, Fi

lm S

TBM

, Jak

arta

: 20

09.

• K

emen

kes

RI,

Mod

ul H

igie

ne

San

itasi

Mak

anan

dan

Min

uman

, Dit.

P

L, J

akar

ta: 2

012.

•K

emen

kes

RI,

Mat

eri A

dvok

asi

STB

M, S

ekre

taria

t STB

M N

asio

nal,

Jaka

rta: 2

012.

•K

emen

kes

RI,

Buk

u S

isip

an S

TBM

: K

urik

ulum

dan

Mod

ul P

elat

ihan

Fa

silit

ator

Pem

berd

ayaa

n M

asya

raka

t di

Bid

ang

Kes

ehat

an, J

akar

ta: 2

013.

Upd

ate

STB

M,

ww

w.s

tbm

-indo

nesi

a.or

g.•

Sej

arah

San

itasi

, Ser

i AM

PL

23, w

ww

.am

pl.o

r.id.

2.

Men

jela

skan

ko

mpo

nen

STB

M,

2. T

iga

Kom

pone

n S

TBM

a.

Pen

ingk

atan

keb

utuh

an d

an p

erm

inta

an

sani

tasi

,b.

P

enin

gkat

an la

yana

n pe

nyed

iaan

sa

nita

si, d

anc.

P

enci

ptaa

n lin

gkun

gan

yang

kon

dusi

f.

•C

TJ,

•C

urah

Pen

dapa

t.

3.

Men

jela

skan

lim

a pi

lar

STB

M,

3. L

ima

Pila

r STB

M

a.

Pen

gerti

an,

b.

Pen

yele

ngga

ran

pela

ksan

aan

5 pi

lar

STB

M,

c.

Man

faat

pel

aksa

naan

5 p

ilar S

TBM

,d.

Tu

juan

pel

aksa

naan

5 p

ilar S

TBM

.

•C

TJ,

•C

urah

Pen

dapa

t.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM10

Tuj

ua

n

Pe

mb

ela

ja

ra

n

Kh

us

us

(TP

K)

Po

ko

k B

ah

as

an

da

n S

ub

Po

ko

k

Ba

ha

sa

nM

eto

de

Me

dia

da

n A

lat

Ba

ntu

Re

fer

en

si

4.

Men

jela

skan

pr

insi

p-pr

insi

p S

TBM

,

4. P

rinsi

p-P

rinsi

p S

TBM

a.

Tanp

a su

bsid

i,b.

M

asya

raka

t seb

agai

pem

impi

n,c.

Ti

dak

men

ggur

ui/ m

emak

sa,

Tota

litas

sel

uruh

kom

pone

n m

asya

raka

t.

• CTJ

,• C

urah

Pen

dapa

t,• D

isku

si.

5.

Men

jela

skan

ta

ngga

per

ubah

an

peril

aku.

5. T

angg

a P

erub

ahan

Per

ilaku

a.

Per

ilaku

BA

BS

,b.

P

erila

ku S

BS

,c.

P

erila

ku H

igie

nies

dan

San

iter,

d.

P

erila

ku S

anita

si T

otal

.

• CTJ

,• C

urah

Pen

dapa

t,• D

isku

si.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM1111

Nom

or

: MI.2

Judu

l Mat

eri

: Pem

berd

ayaa

n M

asya

raka

t da

lam

STB

MW

aktu

: 3

JP

(T=1

jp; P

=2 jp

; PL=

0 jp

)Tu

juan

Pem

bela

jara

n U

mum

: S

etel

ah m

engi

kuti

mat

eri i

ni, p

eser

ta m

ampu

men

erap

kan

pem

berd

ayaa

n m

asya

raka

t dal

am

STB

M.

Tuj

ua

n

Pe

mb

ela

ja

ra

n

Kh

us

us

(TP

K)

Po

ko

k B

ah

as

an

da

n S

ub

Po

ko

k

Ba

ha

sa

nM

eto

de

Me

dia

da

n A

lat

Ba

ntu

Re

fer

en

si

Set

elah

men

giku

ti m

ater

i in

i pes

erta

mam

pu:

1.

Men

jela

skan

pe

mbe

rday

aan

mas

yara

kat,

1. P

embe

rday

aan

Mas

yara

kat

a.

Pen

gerti

an p

embe

rday

aan

mas

yara

kat,

b.

Taha

pan

kegi

atan

pem

berd

ayaa

n m

asya

raka

t,c.

P

rinsi

p da

sar p

embe

rday

aan

mas

yara

kat.

•C

TJ,

•D

isku

si

kelo

mpo

k.

•B

ahan

taya

ng (s

lide

ppt),

•LC

D,

•K

ompu

ter/

lapt

op,

•Fl

ipch

art,

•S

pido

l•

Met

a pl

an,

•K

ain

tem

pel,

•P

andu

an D

isku

si

Kel

ompo

k,•

Pan

duan

Ber

mai

n P

eran

.

•D

epK

es R

I, P

usat

Pro

mke

s,

Keb

ijaka

n N

asio

nal P

rom

osi

Kes

ehat

an, J

akar

ta: 2

004.

•D

epK

es R

I, P

usat

Pro

mke

s,

Ped

oman

Pel

aksa

naan

Pro

mos

i K

eseh

atan

di D

aera

h, J

akar

ta: 2

005.

•To

tok

Mar

dika

nto,

Kon

sep-

Kon

sep

Pem

berd

ayaa

n M

asya

raka

t, S

urak

arta

, 201

0 •

Kem

enke

s R

I, B

uku

Sis

ipan

STB

M:

Kur

ikul

um d

an M

odul

Pel

atih

an

Fasi

litat

or P

embe

rday

aan

Mas

yara

kat

di B

idan

g K

eseh

atan

, Jak

arta

: 201

3.

2.

Men

erap

kan

parti

sipa

si

mas

yara

kat d

alam

S

TBM

.

2. P

artis

ipas

i Mas

yara

kat D

alam

STB

Ma.

P

enge

rtian

par

tisip

asi m

asya

raka

t da

lam

STB

M,

b.

Ting

kata

n pa

rtisi

pasi

mas

yara

kat d

i S

TBM

.

•C

TJ,

•D

isku

si

kelo

mpo

k,•

Ber

mai

n P

eran

.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM12

Nom

or

: MI.3

Judu

l Mat

eri

: Kom

unik

asi,

Adv

okas

i, da

n Fa

silit

asi S

TBM

Wak

tu

: 4 J

P (T

= 2

jp; P

= 2

jp; P

L= 0

jp)

Tuju

an P

embe

laja

ran

Um

um

: Set

elah

men

giku

ti m

ater

i ini

, pes

erta

mam

pu m

elak

ukan

kom

unik

asi,

advo

kasi

dan

fasi

litas

i STB

M.

Tuj

ua

n

Pe

mb

ela

ja

ra

n

Kh

us

us

(TP

K)

Po

ko

k B

ah

as

an

da

n S

ub

Po

ko

k

Ba

ha

sa

nM

eto

de

Me

dia

da

n A

lat

Ba

ntu

Re

fer

en

si

Set

elah

men

giku

ti m

ater

i in

i pes

erta

mam

pu:

1.

Mel

akuk

an

kom

unik

asi y

ang

efek

tif,

1. K

omun

ikas

ia.

P

enge

rtian

kom

unik

asi,

b.

Ben

tuk-

bent

uk k

omun

ikas

i,c.

M

emba

ngun

kom

unik

asi y

ang

efek

tif.

•C

TJ,

•D

isku

si

kelo

mpo

k,•

Ber

mai

n pe

ran,

•B

ahan

taya

ng (s

lide

ppt,)

•LC

D,

•K

ompu

ter/

lapt

op,

•Fl

ipch

art,

•S

pido

l,•

Met

a pl

an,

•S

kena

rio,

•K

ain

tem

pel,

•Le

mba

r dis

kusi

ke

lom

pok,

•P

andu

an B

erm

ain

Per

an.

•D

inke

s R

I, P

usat

Pro

mos

i Kes

ehat

an,

Mod

ul T

ekno

logi

Adv

okas

i Kes

ehat

an,

Jaka

rta: 2

002.

•K

emen

kes

RI,

Buk

u S

isip

an S

TBM

: K

urik

ulum

dan

Mod

ul P

elat

ihan

Fa

silit

ator

Pem

berd

ayaa

n M

asya

raka

t di

Bid

ang

Kes

ehat

an, J

akar

ta: 2

013.

2.

Mel

akuk

an

advo

kasi

, 2.

Adv

okas

ia.

P

enge

rtian

adv

okas

i, b.

La

ngka

h-la

ngka

h ad

voka

si S

TBM

,c.

C

ara

mel

akuk

an a

dvok

asi y

ang

efek

tif.

•C

TJ,

•B

erm

ain

pera

n.

3.

Men

erap

kan

prin

sip-

prin

sip

dasa

r fas

ilita

si,

3. P

rinsi

p-P

rinsi

p D

asar

Fas

ilita

sia.

P

rinsi

p da

sar f

asili

tasi

,b.

P

eran

dan

fung

si fa

silit

ator

,c.

P

erila

ku fa

silit

ator

dal

am S

TBM

,d.

Fa

silit

asi y

ang

haru

s di

laku

kan

dan

dihi

ndar

i da

lam

STB

M.

•C

TJ,

•D

isku

si

kelo

mpo

k.

4.

Men

erap

kan

tekn

ik-te

knik

fa

silit

asi.

4. T

ekni

k Fa

silit

asi

a.

Tekn

ik m

ende

ngar

,b.

Te

knik

ber

tany

a,c.

Te

knik

men

ghad

api s

ituas

i sul

it,d.

D

inam

ika

berta

nya,

e.

Cur

ah p

enda

pat.

•C

TJ,

•C

urah

Pen

dapa

t,•

Ber

mai

n pe

ran.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM1313

Nom

or

: MI.4

Judu

l Mat

eri

: Pem

icua

n S

TBM

di K

omun

itas

Wak

tu

: 16

JP (T

=4 jp

; P=2

jp; P

L=10

jp)

Tuju

an P

embe

laja

ran

Um

um

: Set

elah

men

giku

ti m

ater

i ini

, pes

erta

mam

pu m

elak

sana

kan

pem

icua

n S

TBM

di k

omun

itas.

Tuj

ua

n P

em

be

laj

ar

an

K

hu

su

s (T

PK

)P

ok

ok

Ba

ha

sa

n d

an

Su

b P

ok

ok

B

ah

as

an

Me

tod

eM

ed

ia d

an

Ala

t B

an

tuR

efe

re

ns

i

Set

elah

men

giku

ti m

ater

i ini

pes

erta

m

ampu

: 1.

M

emah

ami

kegi

atan

pr

a-pe

mic

uan,

1. K

egia

tan

Pra

-Pem

icua

na.

O

bser

vasi

keb

iasa

an P

HB

S m

asya

raka

t,b.

P

ersi

apan

pem

icua

n da

n m

enci

ptak

an

suas

ana

yang

kon

dusi

f seb

elum

pem

icua

n

•C

TJ,

•D

isku

si

kelo

mpo

k,•

Sim

ulas

i.

•B

ahan

taya

ng (s

lide

ppt,

Film

),•

LCD

,•

Kom

pute

r/ la

ptop

,•

Flip

char

t,•

Spi

dol,

•M

eta

plan

,•

Lem

bar d

isku

si

kelo

mpo

k,•

Tali,

•K

ain

tem

pel,

•A

lat-a

lat d

an b

ahan

un

tuk

pem

icua

n,•

Lem

bar o

bser

vasi

,•

Pan

duan

Pra

ktik

Ker

ja

Lapa

ng,

•P

edom

an s

imul

asi.

•W

SP,

Film

Mem

icu

Per

ubah

an M

enuj

u S

anita

si T

otal

di

Mah

aras

hta,

Indi

a, N

ew

Del

hi: 2

004.

•D

epke

s R

I, S

ekre

taria

t S

TBM

, Film

Pro

ses

Pem

icua

n di

Ken

ongo

, 20

05.

•D

epke

s R

I, S

ekre

taria

t S

TBM

, Film

Pem

icua

n di

M

uara

Eni

m, 2

006.

Kem

enke

s R

I, P

edom

an

Tekn

is L

apan

gan

STB

M,

Ditj

en P

P&

PL,

Jak

arta

: 20

13.

2.

Mel

akuk

an p

emic

uan,

2. P

emic

uan

a.

Ala

t-ala

t uta

ma

parti

sipa

si u

ntuk

pem

icua

n,b.

E

lem

en p

emic

uan

dan

fakt

or p

engh

amba

t pe

mic

uan,

c.

Lang

kah-

lang

kah

pem

icua

n,d.

P

rose

s P

emic

uan

Lim

a P

ilar S

TBM

e.

Kom

posi

si ti

m p

emic

u.

•C

TJ,

•D

isku

si

kelo

mpo

k,•

Ber

mai

n pe

ran,

Put

ar fi

lm,

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM14

Tuj

ua

n P

em

be

laj

ar

an

K

hu

su

s (T

PK

)P

ok

ok

Ba

ha

sa

n d

an

Su

b P

ok

ok

B

ah

as

an

Me

tod

eM

ed

ia d

an

Ala

t B

an

tuR

efe

re

ns

i

3.

Mel

akuk

an fa

silit

asi p

aska

pe

mic

uan,

3.

Fas

ilita

si P

aska

Pem

icua

na.

C

ara

mem

bang

un u

lang

kom

itmen

,b.

P

iliha

n te

knol

ogi s

anita

si u

ntuk

5 p

ilar

STB

M,

c.

Car

a m

emba

ngun

jeja

ring

laya

nan

peny

edia

an s

anita

si,

d.

Pen

dam

ping

an d

an m

onito

ring,

e.

Med

ia p

rom

osi u

ntuk

per

ubah

an

peril

aku

yang

ber

kela

njut

an.

•C

TJ,

•D

isku

si

kelo

mpo

k,•

Sim

ulas

i.

4.

Mel

akuk

an s

imul

asi p

emic

uan

STB

M d

i kom

unita

s,4.

Sim

ulas

i Pem

icua

n S

TBM

di K

omun

itas

a.

Pem

bent

ukan

kel

ompo

k da

n tim

pem

icu,

b.

P

enyi

apan

ala

t dan

bah

an,

c.

Pem

bagi

an p

eran

pad

a ke

lom

pok

Sim

ulas

i P

emic

uan

Kel

ompo

k.

•P

emili

han

kelo

mpo

k se

cara

pa

rtisi

patif

,•

Pen

ugas

an.

5.

Mam

pu m

empr

aktik

kan

pem

icua

n di

lapa

ngan

.5.

Pra

ktik

Pem

icua

n di

Lap

anga

n•

Pra

ktik

Ker

ja

Lapa

ng.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM1515

Nom

or

: MI.

5Ju

dul M

ater

i : T

ekni

k M

elat

ihW

aktu

: 1

5 JP

(T=

6jp;

P=9

jp; P

L=0

jp)

Tuju

an P

embe

laja

ran

Um

um

: Set

elah

men

giku

ti m

ater

i ini

, pes

erta

mam

pu m

elat

ih p

ada

pela

tihan

fasi

litat

or S

TBM

Tuj

ua

n

Pe

mb

ela

ja

ra

n

Kh

us

us

(TP

K)

Po

ko

k B

ah

as

an

da

n S

ub

Po

ko

k B

ah

as

an

Me

tod

eM

ed

ia d

an

Ala

t B

an

tuR

efe

re

ns

i

Set

elah

men

giku

ti m

ater

i in

i pes

erta

mam

pu :

1. M

enje

lask

an

mod

el p

ende

kata

n P

embe

laja

ran

oran

g de

was

a (P

OD

).

2. M

enyu

sun

satu

an

acar

a pe

mbe

laja

ran

(SA

P)

3. M

enci

ptak

an ik

lim

pem

bela

jara

n ya

ng

kond

usif

dala

m

sebu

ah p

rose

s pe

mbe

laja

ran

4. M

engg

unak

an te

knik

pr

esen

tasi

inte

rakt

if da

lam

pro

ses

pem

bela

jara

n .

1. M

odel

pen

deka

tan

Pem

bela

jara

n O

rang

Dew

asa

(PO

D).

a. P

erub

ahan

Par

adig

ma

Pen

didi

kan

b. P

edag

ogi d

an A

ndra

gogi

c. P

rinsi

p-pr

insi

p P

OD

d. R

uang

ling

kup

Pen

deka

tan

& tu

juan

PO

De.

Stra

tegi

PO

D

2. S

atua

n A

cara

Pem

bela

jara

n (S

AP

).a.

Pen

gerti

an S

AP

b. M

anfa

at S

AP

c. T

ujua

n S

AP

d. S

iste

mat

ika

SA

Pe.

Tek

nik

Pen

yusu

nan

SA

Pf.

Keg

iata

n P

embe

laja

ran

3. P

enci

ptaa

n ik

lim p

embe

laja

ran

yang

kon

dusi

f :a.

P

enge

lola

an k

elas

sec

ara

efek

tifb.

P

erke

mba

ngan

kel

ompo

kc.

K

ondi

si d

an s

ituas

i bel

ajar

yan

g be

rpus

at p

ada

pem

bela

jar

d.

Jurn

al p

embe

laja

ran

4. T

ekni

k pr

esen

tasi

inte

rakt

if da

lam

pro

ses

pem

bela

jara

n.a.

P

enge

rtian

dan

tuju

an p

rese

ntas

i int

erak

tifb.

M

engh

anta

r ses

i pem

bela

jara

nc.

M

eran

gkum

ses

i pem

bela

jara

nd.

Te

knik

tany

a ja

wab

efe

ktif

e.

Tekn

ik M

enge

lola

hub

unga

n in

tera

ktif

•C

urah

pen

dapa

t•

CTJ

•La

tihan

•D

isku

si K

elom

pok

•P

rakt

ik m

elat

ih

(mic

ro-te

achi

ng)

•K

ompu

ter,

•LC

D,

•P

apan

/ ker

tas

Flip

char

t,•

Spi

dol

•Le

mba

r lat

ihan

•P

andu

an d

isku

si

kelo

mpo

k•

Ped

oman

pra

ktik

m

elat

ih

(mic

ro-te

achi

ng)

•LA

N R

I, M

odul

W

idya

isw

ara,

Jak

arta

: 20

08.

•K

emen

kes

RI,

Mod

ul

Pel

atih

an u

ntuk

Pel

atih

P

rogr

am K

eseh

atan

, Ja

karta

: 200

9.

•W

SP

-EA

P,

Pen

yele

ngga

raan

P

elat

ihan

Wira

usah

a S

anita

si, J

akar

ta: 2

012.

•K

emen

kes

RI,

Buk

u S

isip

an S

TBM

: Kur

ikul

um

dan

Mod

ul P

elat

ihan

Fa

silit

ator

Pem

berd

ayaa

n M

asya

raka

t di B

idan

g K

eseh

atan

, Jak

arta

: 20

13.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM16

Tuj

ua

n

Pe

mb

ela

ja

ra

n

Kh

us

us

(TP

K)

Po

ko

k B

ah

as

an

da

n S

ub

Po

ko

k B

ah

as

an

Me

tod

eM

ed

ia d

an

Ala

t B

an

tuR

efe

re

ns

i

5. M

enen

tuka

n m

etod

e pe

mbe

laja

ran

yang

ses

uai

deng

an tu

juan

pe

mbe

laja

ran

6. M

engg

unak

an m

edia

da

n al

at b

antu

pe

mbe

laja

ran

yang

ses

uai

deng

an m

etod

e pe

mbe

laja

ran

dan

tuju

an

pem

bela

jara

n ya

ng

ingi

n di

capa

i.

7. M

elak

ukan

eva

luas

i ha

sil

p

embe

laja

ran

5.

Met

ode

pem

bela

jara

n :

a.

Pen

gerti

an d

an M

anfa

at m

etod

e pe

mbe

laja

ran

b.

Del

apan

Rag

am m

etod

e pe

mbe

laja

ran

c.

Keu

nggu

lan

dan

kele

mah

an m

asin

g-m

asin

g m

etod

e pe

mbe

laja

ran.

d.

Met

ode

pem

bela

jara

n ya

ng e

fekt

if

6.

Med

ia d

an a

lat b

antu

pem

bela

jara

na.

P

enge

rtian

med

ia d

an a

lat b

antu

pem

bela

jara

nb.

P

eran

an m

edia

dan

ala

t ban

tu

pem

bela

jara

n c.

K

riter

ia p

emili

han

med

ia d

an a

lat b

antu

pe

mbe

laja

ran

d.

Jeni

s-je

nis

med

ia d

an a

lat b

antu

pem

bela

jara

n.e.

K

arak

teris

tik m

edia

dan

ala

t ban

tu p

embe

laja

ran.

7.

Eva

luas

i has

il pe

mbe

laja

ran

a.

Pen

gerti

anb.

Tu

juan

c.

Prin

sip

eval

uasi

has

il pe

mbe

laja

ran

d.

Jeni

s-je

nis,

tuju

an d

an p

rose

s e

valu

asi h

asil

pem

bela

jara

ne.

B

entu

k, k

aida

h da

n in

stru

men

t ser

ta p

engu

kura

n ev

alua

si h

asil

pem

bela

jara

nf.

Nila

i has

il pe

mbe

laja

ran

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM1717

Nom

or

: MP.

1Ju

dul M

ater

i : M

emba

ngun

Kom

itmen

Bel

ajar

(BLC

)W

aktu

: 3

JP

(T=1

jp; P

=2 jp

; PL=

0 jp

)Tu

juan

Pem

bela

jara

n U

mum

: S

etel

ah m

engi

kuti

mat

eri i

ni, p

eser

ta m

ampu

mem

bang

un k

omitm

en b

elaj

ar d

alam

rang

ka

men

cipt

akan

iklim

pem

bela

jara

n ya

ng k

ondu

sif s

elam

a pr

oses

pel

atih

an b

erla

ngsu

ng.

Tuj

ua

n P

em

be

laj

ar

an

Kh

us

us

(TP

K)

Po

ko

k B

ah

as

an

da

n

Su

b P

ok

ok

Ba

ha

sa

nM

eto

de

Me

dia

da

n A

lat

Ba

ntu

Re

fer

en

si

Set

elah

men

giku

ti m

ater

i ini

pes

erta

mam

pu:

1.

Men

gena

l ses

ama

war

ga p

embe

laja

r pad

a pr

oses

pel

atih

an

1.

Per

kena

lan

•C

TJ

•C

urah

pen

dapa

t•

Bah

an ta

yang

(slid

e pp

t),•

Flip

char

t/ pa

pan

tulis

,•

Spi

dol,

•M

eta

plan

,•

Kai

n te

mpe

l,•

Jadw

al d

an a

lur

pela

tihan

,•

Nor

ma/

tata

terti

b st

anda

r pel

atih

an,

•P

andu

an p

erm

aina

n,•

Pet

unju

k ga

mes

.

•M

unir,

Bad

eral

, Din

amik

a K

elom

pok,

Pen

erap

anny

a D

alam

Lab

orat

oriu

m Il

mu

Per

ilaku

, Jak

arta

: 200

1.

•D

epke

s R

I, P

usdi

klat

K

eseh

atan

, Kum

pula

n G

ames

dan

Ene

rgiz

er,

Jaka

rta: 2

004.

•LA

N d

an P

usdi

klat

A

para

tur K

emen

kes

RI,

Buk

u P

andu

an D

inam

ika

Kel

ompo

k, J

akar

ta: 2

010.

2.

Men

yiap

kan

diri

untu

k be

laja

r ber

sam

a se

cara

ak

tif d

alam

sua

sana

yan

g ko

ndus

if 2.

P

enca

iran

(ice

brea

king

)•

Per

mai

nan

3.

Mer

umus

kan

hara

pan-

har

apan

yan

g in

gin

dica

pai b

ersa

ma

baik

dal

am p

rose

s pe

mbe

laja

ran

mau

pun

hasi

l yan

g in

gin

dica

pai d

i ak

hir p

elat

ihan

.

3.

Har

apan

-har

apan

dal

am

pros

es p

embe

laja

ran

dan

hasi

l yan

g in

gin

dica

pai

•C

TJ

•C

urah

pen

dapa

t•

Dis

kusi

kel

ompo

k

4.

Mer

umus

kan

kese

paka

tan

norm

a ke

las

yang

ha

rus

dian

ut o

leh

selu

ruh

war

ga p

embe

laja

r se

lam

a pe

latih

an b

erla

ngsu

ng

4.

Nor

ma

kela

s da

lam

pe

mbe

laja

ran

•C

TJ

•C

urah

pen

dapa

t•

Dis

kusi

kel

ompo

k

5.

Mer

umus

kan

kese

paka

tan

bers

ama

tent

ang

kont

rol k

olek

tif d

alam

pel

aksa

naan

nor

ma

kela

s5.

K

ontro

l kol

ektif

dal

am

pela

ksan

aan

norm

a ke

las

•C

TJ

•C

urah

pen

dapa

t•

Dis

kusi

kel

ompo

k

6.

Mem

bent

uk o

rgan

isas

i kel

as6.

O

rgan

isas

i kel

as•

Dis

kusi

kel

ompo

k

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM18

Nom

or

: MP.

2Ju

dul M

ater

i : R

enca

na T

inda

k La

njut

(RTL

) W

aktu

: 3

JP

T=1

jp; P

=2 jp

; PL=

0 jp

)Tu

juan

Pem

bela

jara

n U

mum

: S

etel

ah m

engi

kuti

mat

eri i

ni, p

eser

ta m

ampu

men

yusu

n re

ncan

a tin

dak

lanj

ut d

an

men

geva

luas

i pe

laks

anaa

n ke

giat

an S

TBM

.

Tuj

ua

n P

em

be

laj

ar

an

Kh

us

us

(TP

K)

Po

ko

k B

ah

as

an

da

n

Su

b P

ok

ok

Ba

ha

sa

nM

eto

de

Me

dia

da

n A

lat

Ba

ntu

Re

fer

en

si

Set

elah

men

giku

ti m

ater

i ini

pes

erta

mam

pu:

1.

Men

jela

skan

pen

gerti

an d

an ru

ang

lingk

up R

TL.

2.

Men

jela

skan

lang

kah-

lang

kah

peny

usun

an R

TL

3.

Mel

akuk

an e

valu

asi d

an p

enyu

suna

n R

TL

4.

Pel

aksa

naan

STB

M

1. R

TL:

a

. Pen

gerti

an R

TL

b

. Rua

ng li

ngku

p R

TL.

2. L

angk

ah-la

ngka

h pe

nyus

unan

R

TL.

3. E

valu

asi d

an R

TL

a. E

valu

asi P

elak

sana

an S

TBM

b.

Pen

yusu

nan

RTL

dan

gan

tt ch

art

•C

eram

ah T

anya

Ja

wab

•La

tihan

•D

isku

si k

elom

pok

•Fl

ipch

art,

•S

pido

l,•

Met

a pl

an,

•K

ain

tem

pel,

•LC

D,

•P

rese

ntas

i,•

Lem

bar/F

orm

at R

TL.

•K

emen

kes

RI,

Pus

dikl

at

Apa

ratu

r, R

enca

na

Tind

ak L

anju

t, K

urm

od

Sur

veill

ance

, Jak

arta

: 20

08.

•B

PP

SD

M K

eseh

atan

, R

enca

na T

inda

k La

njut

, M

odul

TO

T N

AP

ZA,

Jaka

rta: 2

009.

Kem

enke

s R

I, P

edom

an

Um

um P

enge

mba

ngan

D

esa

dan

Kel

urah

an

Sia

ga A

ktif,

Jak

arta

: 20

10.

•K

emen

kes

RI,

Sec

ond

Dec

entra

lized

Hea

lth

Ser

vice

s P

roje

ct, M

odel

P

elat

ihan

Pem

berd

ayaa

n M

asya

raka

t Bag

i Pet

ugas

P

uske

smas

, Jak

arta

: 20

10.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM1919

BAB VI. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN

Rincian rangkaian alur proses pelatihan sebagai berikut :

1. Pembukaan

Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut:

a. Pembacaan susunan acara pembukaan oleh pembawa acara.

b. Laporan ketua penyelenggara pelatihan dan penjelasan program pelatihan.

c. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya pelatihan TOT fasilitator STBM dan dukungannya terhadap program STBM, sekaligus membuka pelatihan dengan resmi serta penyematan tanda peserta pelatihan sebagai tanda pelatihan dimulai.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM20

d. Pembacaan doa agar pelatihan berjalan dengan lancar dan berhasil tanpa ada hambatan yang berarti.

2. Pelaksanaan Pre-Test

Pelaksanaan pre-test dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta terhadap materi yang akan diberikan pada proses pembelajaran.

3. Membangun Komitmen Belajar

Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya dan menciptakan komitmen terhadap norma-norma kelas yang disepakati bersama oleh seluruh peserta serta membentuk struktur kelas sebagai penghubung antara peserta, MOT, dan panitia penyelenggara, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan kondusif.

Kegiatannya antara lain:

a. Penjelasan oleh MOT tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan dalam materi membangun komitmen belajar.

b. Perkenalan antara peserta dan para fasilitator dan panitia penyelenggara pelatihan, dan juga perkenalan antar sesama peserta. Kegiatan perkenalan dilakukan dengan permainan, dimana seluruh peserta terlibat secara aktif.

c. Mengemukakan kebutuhan/harapan, kekhawatiran dan komitmen masing-masing peserta selama pelatihan.

d. Kesepakatan antara para fasilitator, penyelenggara pelatihan dan peserta dalam berinteraksi selama pelatihan berlangsung, meliputi: pengorganisasian kelas (pemilihan ketua kelas dan sekretaris), kenyamanan kelas, keamanan kelas, dan yang lainnya.

4. Pengisian wawasan

Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui oleh peserta dalam pelatihan ini, yaitu Kebijakan dan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

5. Pemberian pengetahuan dan keterampilan

Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada kompetensi keterampilan yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu metode ceramah tanya jawab, studi kasus, diskusi kelompok, bermain peran, tugas baca, simulasi, presentasi, pemutaran film dan latihan-latihan tentang konsep dasar dan fasilitasi dengan menggunakan kurikulum dan modul pelatihan fasilitator sanitasi total berbasis masyarakat.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM2121

6. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang

Tujuan dari Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini adalah agar peserta mampu menerapkan peran dan fungsinya sebagai pelatih fasilitator STBM di Indonesia.

7. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setiap hari dengan cara melakukan review terhadap kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Proses umpan balik juga dilakukan dari pelatih ke peserta berdasarkan penjajagan awal melalui pre-test, pemetaan kemampuan dan kapasitas peserta, penilaian penampilan peserta, juga melalui pengamatan langsung baik di kelas selama proses pembelajaran maupun selama mengikuti praktik kerja lapangan.

8. Microteaching

Setelah semua materi selesai dipaparkan dan praktik kerja lapangan telah dilaksanakan maka dilanjutkan dengan microteaching yang dilaksanakan secara perkelompok dengan masing-masing peserta menyiapkan materi Satuan Acara Pembelajaran (SAP) dan bahan paparan terkait materi yang telah disampaikan sebelumnya. Dan masing-masing peserta diberikan waktu selama kurang lebih 30 menit untuk pemaparan materinya dalam praktik microteaching (teknik melatih) dengan penilaian dilakukan oleh seorang widyaiswara dan faslitator pelatihan dimana hasil microteaching ini menentukan layak atau tidaknya seorang peserta menjadi fasilitator STBM.

9. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut dari hasil pelatihan berupa rencana peserta latih untuk mengintegrasikan pendekatan STBM ke dalam pekerjaannya masing-masing.

10. Post-Test

Post-test dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta dapat menyerap materi selama pelatihan. Selain post-test, dilakukan evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan yang telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan dan praktik lapangan, termasuk didalamnya pengamatan yang dilakukan oleh fasilitator terhadap peserta latih selama proses pelatihan.

11. Penutupan

Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan masukan dari peserta kepada penyelenggara dan pelatih untuk perbaikan pelatihan yang akan datang. Dalam penutupan dilakukan laporan hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan termasuk terhadap fasilitator, narasumber, peserta, sarana dan prasarana yang ada maupun kepada penyelenggara sendiri yang disampaikan oleh Ketua panitia penyelenggara. Selanjutnya pelatihan ditutup dengan resmi oleh pejabat yang berwenang, dengan ditandai pelepasan kartu tandu peserta oleh masing-masing peserta latih dan diakhiri dengan pembacaan doa semoga hasil dari pelatihan ini dapat bermanfaat sesuai dengan harapan dan tujuan pelatihan fasilitator STBM.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM22

BAB VII. PESERTA, PELATIH DAN PENGENDALI PELATIHANA. PesertaKriteria peserta :Peserta pelatihan untuk pelatih (TOT) Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini adalah: a. Aparatur Dinas Kesehatan Provinsi yang terkait dengan program STBM.b. Widyaiswara, diutamakan Widyaiswara yang memiliki minat di bidang STBM.c. Master Trainer (MT) / Pelatih Nasional STBM yang telah mengikuti pelatihan kepemimpinan

dan sejenisnya.d. Bersedia menyelesaikan seluruh rangkaian pelatihan.e. Berkomitmen sebagai pelatih pada pelatihan fasilitator STBM minimal 3 tahun ke depan.

Jumlah Peserta : Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal 30 orang.

B. Pelatih/Fasilitator/InstrukturPelatih adalah tim pelatih/fasilitator STBM dari Kementerian Kesehatan dan praktisi STBM dari berbagai instansi dan proyek pendukung STBM, dengan memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini yaitu : a. Memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman serta terlibat dalam kegiatan STBM, b. Memiliki pengalaman menjadi pelatih untuk STBM, c. Widyaiswara sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki, d. Pejabat struktural yang membidangi sanitasi dan penyehatan lingkungan.

C. Pengendali Pelatihan (Master of Training)Pengendali pelatihan adalah orang yang mengatur proses kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir pelaksanaan pelatihan.

Persyaratan:a. Mengetahui program STBM,b. Merancang kerangka acuan, c. Menguasai materi secara garis besar,d. Pernah mengikuti pelatihan MOT, ataue. Pernah mengikuti Training of Trainer (TOT).

D. Narasumber Narasumber berasal dari:a. Ditjen PP dan PL, Badan PPSDM Kementerian Kesehatan RI dan Master Trainer/Pelatih

Nasional STBM.b. Narasumber/pelatih dari mitra STBM.

Kriteria narasumber:a. Menguasai materi di bidangnya.b. Menguasai teknik melatih.c. Pernah mengikuti pelatihan fasilitator STBM.d. Pelaksana di salah satu program STBM

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM2323

BAB VIII. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAANA. PenyelenggaraPenyelenggara pelatihan untuk pelatih (TOT) fasilitator STBM di Indonesia adalah: 1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur, Badan PPSDM Kesehatan,2. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan,3. Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Badan PPSDM Kesehatan, 4. Balai Pelatihan Kesehatan Nasional, Badan PPSDM Kesehatan,5. Balai Pelatihan Kesehatan Daerah di tingkat Provinsi, atau6. Dinas atau lembaga / institusi yang sudah bekerja sama dengan Balai Pelatihan Kesehatan.

B. Tempat PenyelenggaraanPelatihan akan diselenggarakan pada tempat/lokasi program yang telah menggunakan pendekatan STBM di seluruh wilayah Republik Indonesia.

BAB IX. EVALUASIEvaluasi yang dilakukan dalam pelatihan ini meliputi :

A. Evaluasi terhadap peserta melalui : a. Menilai penyerapan materi pelatihan oleh peserta latih (pre dan post-test), b. Evaluasi penyusunan SAP, c. Evaluasi praktik melatih (microteaching).

B. Evaluasi terhadap pelatih/fasilitator/narasumber Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang menggambarkan tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan pelatih dalam menyampaikan pengetahuan dan atau keterampilan kepada peserta dengan baik, dapat dipahami dan diserap oleh peserta, meliputi: a. Penguasaan materi,b. Ketepatan waktu memulai dan mengakhiri pembelajaran,c. Sistematika penyajian materi,d. Penggunaan metode dan alat bantu pembelajaran,e. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta,f. Penggunaan bahasa dan volume suara,g. Pemberian motivasi belajar kepada peserta,h. Pencapaian Tujuan Pembelajaran (TPU/TPK),i. Kesempatan tanya jawab,j. Kemampuan menyajikan,k. Kerapihan berpakaian,l. Kerjasama antar Tim Pengajar.

Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM24

C. Evaluasi terhadap penyelenggara pelatihan Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Obyek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis, yang meliputi : a. Tujuan pelatihan, b. Relevansi program pelatihan dengan tugas, c. Manfaat setiap materi bagi pelaksanaan tugas peserta di tempat kerja, d. Manfaat pelatihan bagi peserta/instansi, e. Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan, f. Pelayanan sekretariat terhadap peserta, g. Pelayanan akomodasi dan lainnya, h. Pelayanan konsumsi, i. Pelayanan komunikasi dan informasi.

BAB X. SERTIFIKATBerdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 01/PER/M.PAN/2008 tanggal 28 Januari 2008 tentang Pedoman Penyusunan dan Pengangkatan Tenaga Fungsional dan Angka Kreditnya, maka bagi peserta yang telah menyelesaikan proses pelatihan selama 30 jp dengan kehadiran minimal 95 persen dan dinyatakan lulus berdasarkan hasil evaluasi pelatihan akan diberikan sertifikat dengan angka kredit 1 (satu).

Sertifikat akan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas nama Menteri Kesehatan dan oleh panitia penyelenggara. Sertifikat juga bisa diberikan oleh Lembaga yang berwenang menerbitkan sertifikat untuk pelatihan untuk pelatih Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM25

Bagian 2 Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

MO

DU

L

PELATIHA

N U

NTU

K

PELATIH (TO

T) FA

SILITATOR

STBM

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM26

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM27

Modul MD.1Kebijakan dan Strategi Nasional STBM

MD

.1 K

EBIJA

KA

N D

AN

STR

ATEGI N

ASIO

NA

L STB

M

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM28

MODUL MD.1 - KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL STBM .......................................... 27I. DESKRIPSI SINGKAT .............................................................................................. 29II. TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... 29

A. Tujuan Pembelajaran Umum ................................................................................. 29B. Tujuan Pembelajaran Khusus ................................................................................ 29

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................. 30A. Pokok Bahasan 1 - Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi di Indonesia . 30B. Pokok Bahasan 2 - Peran dan Strategi STBM....................................................... 30

IV. BAHAN BELAJAR .................................................................................................... 30V. METODE PEMBELAJARAN ..................................................................................... 30VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 30

A. Langkah 1: Pengkondisian (20 menit) ................................................................... 30B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (60 menit) ............................................... 30C. Langkah 3: Rangkuman (10 menit):....................................................................... 31

VII. URAIAN MATERI ...................................................................................................... 31A. POKOK BAHASAN 1 - KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIA .................................................................................... 31B. POKOK BAHASAN 2 - PERAN DAN STRATEGI STBM ....................................... 32

VIII. REFERENSI ............................................................................................................. 37

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM29

MODUL MD.1KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL STBM

I. DESKRIPSI SINGKATModul Kebijakan dan Strategi Nasional STBM ini disusun untuk membekali peserta agar dapat memahami kebijakan dan stategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dalam kaitannya dengan keberhasilan pembangunan kesehatan manusia Indonesia.

STBM merupakan pendekatan dan paradigma pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitation (CLTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di jamban yang saniter dan layak.

STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. . Pada tahun 2014, Kepmenkes tersebut diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2014 tentang STBM. Adapun tujuan penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Selanjutnya, pada tahun 2025, diharapkan seluruh masyarakat Indonesia telah memiliki akses sanitasi dasar yang layak dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kesehariannya, sebagaimana amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia 2005-2025.

Pendekatan STBM terdiri dari tiga strategi yang harus dilaksanakan secara seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi, 2) peningkatan penyediaan akses sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan yang kondusif. Penerapan STBM dilakukan dalam naungan 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).

II. TUJUAN PEMBELAJARANA. Tujuan Pembelajaran UmumSetelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan dan strategi nasional STBM.

B. Tujuan Pembelajaran KhususSetelah mengikuti materi ini peserta mampu : 1. Menjelaskan arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi Indonesia.2. Menjelaskan peran dan strategi STBM.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM30

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASANA. POKOK BAHASAN 1

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIAa. Arah kebijakan dan strategi nasional pembangunan sanitasi.b. Arah kebijakan dan strategi STBM.

B. POKOK BAHASAN 2 PERAN DAN STRATEGI STBM

a. Peran STBM dalam pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs tujuan 7C,b. Strategi STBM,c. Pemetaan peran dan tanggung jawab pemangku kebijakan di masing-masing tingkatan.

IV. BAHAN BELAJARBahan tayang (slide ppt), LCD projector, komputer / laptop, modul.

V. METODE PEMBELAJARANCeramah tanya jawab dan curah pendapat.

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARANJumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 2 jam pelajaran (T=2 jp, P=0jp, PL=0jp) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

A. Langkah 1: Pengkondisian (20 menit)a. Fasilitator memperkenalkan diri,

b. Perkenalan dan pencairan suasana,

c. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang digunakan,

d. Menggali pendapat peserta tentang kebijakan STBM dan mendiskusikannya. Proses pembelajaran menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secara aktif,

e. Berdasarkan pendapat peserta, fasilitator menjelaskan tentang kebijakan STBM.

B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (60 menit)1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:

• Arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi di Indonesia,

• Peran dan Strategi STBM.

2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta.

3. Fasilitator memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya sehingga antar peserta juga terjadi diskusi dan interaksi yang baik.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM31

C. Langkah 3: Rangkuman (10 menit):1. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan fasilitator memfasilitasi

pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain.

2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah disediakan.

3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan tercapainya TPU dan TPK sesi ini.

VII. URAIAN MATERIA. POKOK BAHASAN 1

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIA a. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Sanitasi

Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 menetapkan bahwa Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud. Selanjutnya dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) Tahun 2010-2014 yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia No. HK.03.01/160/1/2010 ditetapkan bahwa Visi Kemenkes adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Adapun Misi Kemenkes adalah 1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya bidang air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Berdasarkan hasil studi Indonesian Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, sebanyak 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar sembarangan. Lebih lanjut berdasarkan studi Basic Human Services di Indonesia, kurang dari 15% penduduk Indonesia yang mengetahui dan melakukan cuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu kritis. Kondisi ini berkontribusi terhadap tingginya angka diare yaitu 423 per seribu penduduk pada tahun 2006 dengan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.

Untuk memperbaiki capaian ini, perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Untuk itu, pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan perilaku higienis.

Pada tahun 2005, pemerintah melakukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitation (CLTS) atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 6 kabupaten. Pada tahun 2006, ujicoba ini telah

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM32

berhasil menciptakan 160 desa bebas buang air besar sembarangan (open defecation free-ODF), sehingga pada tahun 2006, pemerintah mencanangkan gerakan sanitasi total dan kampanye cuci tangan pakai sabun nasional. Pada tahun 2007, sebanyak 500 desa sudah ODF dan pada tahun 2008 pemerintah menetapkan kebijakan nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 852/MENKES/SK/IX/2008. Pada tahun 2014, Kepmenkes tersebut disesuaikan dan diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2014 tentang STBM

b. Arah Kebijakan dan Strategi STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Pendekatan STBM memiliki indikator outcome dan indikator output.

Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.

Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut:

1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (SBS).

2. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.

3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.

4. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.5. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.

B. POKOK BAHASAN 2 PERAN DAN STRATEGI STBM

a. Peran STBM Dalam Pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs Tujuan 7C

STBM adalah pendekatan yang digunakan dalam program nasional pembangunan sanitasi di Indonesia yang dipilih untuk: memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses sanitasi dasar yang layak dan berkesinambungan. Komitmen pemerintah tersebut tercantum dalam pencapaian target pembangunan milennium (Millenium Development Goal), khususnya target 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Komitmen pemerintah terkait sanitasi lainnya tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah sanitasi total untuk seluruh rakyat Indonesia pada tahun 2025.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM33

Kontribusi STBM dalam MDGs, terlihat pada tabel di bawah:

INDIKATOR Baseline1993

Capaian2010*)

Target MDGs2015

Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak (Kota & Desa)

Kota 50,58% 42,51% 75,29%

Desa 31,61% 45,85% 65,81%

Total 37,73% 44,19% 68,87%

Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak (Kota & Desa)

Kota 53,64% 72,78% 76,82%

Desa 11,10% 38,50% 55,55%

Total 24,81 55,54% 62,41%

*) BPS; Susenas

Goal 7Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup

Target

10Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015

Tabel 1: Tujuan MDG

b. Strategi STBM

Untuk mencapai kondisi sanitasi total, STBM memiliki 6 strategi, yaitu :

1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment)

Prinsip :

• Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnnya dalam meningkatkan perilaku higienis dan saniter.

Pokok Kegiatan :

• Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya secara berjenjang,

• Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah,

• Meningkatkan kemitraan antara pemerintah, pemerintah daerah, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan swasta.

2. Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation)Prinsip :

• Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya sanitasi total.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM34

Pokok Kegiatan :• Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan

pelaksanaan sosialisasi pengembangan kebutuhan• Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan

buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan perilaku komunitas,

• Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat.

• Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat.

• Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total.

3. Peningkatan penyediaan suplai (supply improvement)Prinsip :

• Meningkatkan kertersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Pokok Kegiatan :• Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana

sanitasi• Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga

keuangan dan pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi• Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan tinggi untuk

pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna.

Institusionalisasi

Peningkatanlingkungan

yang kondusif

Peningkatankebutuhan sanitasi

Peningkatanpenyediaan sanitasi

Gambar 1: Komponen Pokok STBM

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM35

Ketiga komponen sanitasi total tersebut menjadi landasan strategi pelaksanaan untuk pencapaian 5 (lima) pilar STBM, yaitu:

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS);2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS);3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT);4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT);5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).

c. Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kebijakan di Masing-Masing Tingkatan

STBM dilakukan di semua tingkatan dengan memperhatikan koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan, termasuk lintas program pembangunan air minum dan sanitasi, sehingga keterpaduan dalam persiapan dan pelaksanaan STBM dapat tercapai.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM36

Tahapan penyelenggaraan STBM terlihat pada bagan dibawah :

Tabel 2: Tahapan Penyelenggaraan STBM

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM37

Tugas dan fungsi pemangku kebijakan (stakeholder) dalam menfasilitasi penyelenggaraan STBM di setiap tingkatan, digambarkan pada bagan dibawah:

Tugas danFungsi Pusat

Tugas dan FungsiPropinsi

Tugas dan FungsiKabupaten

Tugas dan FungsiKecamatan

Tugas dan FungsiPuskesmas/Mitra di tingkat masyarakat

Gambar 2: Tupoksi STBM

VIII. REFERENSI1. Bappenas, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, Jakarta: 2003.

2. Setneg RI, Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, Jakarta: 2005.

3. Depkes RI, Kepmenkes No. 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Jakarta: 2008.

4. Depkes RI, Strategi Nasional STBM, Jakarta: 2008.

5. Setneg RI, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Jakarta: 2009.

6. Kepmenkes RI, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014, Jakarta: 2010.

7. Kepmenkes RI, Buku Profil Program Penyehatan Lingkungan Ditjen P2PL, Jakarta: 2013.

8. Kemenkes RI, Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, 2014.

9. Update terkait STBM, www.stbm-indonesia.org

a. Advokasi kebijakan program, koordinasi dan penyediaan bantuan teknis

b. Penyiapan NSPK, modul pelatihan, sistem monitoring dan evaluasi

a. Advokasi program, pendanaan dan koordinasib. Menyapkan panel pelatih master STBM propinsic. Pemantauan dan fasilitasi pembelajarand. Bekerjasama dengan lembaga riset pasar untuk

mengembangkan strategi pemasaran & komunikasi perubahan perilaku

a. Mengelola dan memantau programb. Advokasi dan komunikasi kepada Bupati/DPRD

untk pendanaan dan dukungan program. c. Mengorganisir pelatihan fasilitator CLTS

Memfasilitasi wirausaha sanitasi melayani konsumen warga ekonomi rendah.

d. Memfasilitasi wirausaha sanitasi

a. Memicu masyarakat & melakukan pendampingan tindak lanjut pasca pemicuan.

b. Memantauan , melaporkan data secara regular ke kabupaten, verifikasi ODF.

c. Melakukan fasilitasi kepada masyarakat dalam memilih teknologi sanitasi.

d. Melakukan fasilitasi di antara masyarakat yang dipicu dan wirausaha sanitasi

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM38

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM39

Modul MI.1Konsep Dasar Pendekatan STBM

MI.1

K

ON

SEP DA

SAR

PEN

DEK

ATAN

STBM

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM40

MODUL MI.1 - KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM ......................................................... 39I. DESKRIPSI SINGKAT .............................................................................................. 41II. TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... 41

A. Tujuan Pembelajaran Umum ................................................................................. 41B. Tujuan Pembelajaran Khusus ................................................................................ 41

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................. 41A. Pokok Bahasan 1: Pengertian STBM .................................................................... 41B. Pokok Bahasan 2: Tiga Komponen STBM ............................................................ 42C. Pokok Bahasan 3: Lima Pilar STBM ..................................................................... 42D. Pokok Bahasan 4: Prinsip-prinsip STBM .............................................................. 42E. Pokok Bahasan 5: Tangga Perubahan Perilaku .................................................... 42

IV. BAHAN BELAJAR .................................................................................................... 42V. METODE PEMBELAJARAN ..................................................................................... 42VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 42VII. URAIAN MATERI ..................................................................................................... 43

A. POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM ......................................................... 43B. POKOK BAHASAN 2: TIGA Strategi STBM .......................................................... 50C. POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM ............................................................ 52D. POKOK BAHASAN 4: PRINSIP-PRINSIP STBM .................................................. 52E. POKOK BAHASAN 5: TANGGA PERUBAHAN PERILAKU .................................. 54

VI. REFERENSI ............................................................................................................. 57VII. LAMPIRAN ............................................................................................................... 57

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM41

MODUL MI.1.KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM

I. DESKRIPSI SINGKATModul Konsep Dasar Pendekatan STBM ini disusun untuk membekali peserta agar memahami pengertian, komponen-komponen pokok, pilar-pilar, prinsip-prinsip dasar, dan tangga perubahan perilaku pada STBM secara lebih rinci dan mendalam.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, baru 55,60% penduduk Indonesia yang memiliki akses sanitasi yang layak, yang terbagi antara 72,54% di perkotaan dan 38,97% di perdesaan. Angka ini masih jauh dari target MDG yaitu 62,40% atau 76,82% di perkotaan dan 55.55% di perdesaan. Dari target RPJMN bidang kesehatan untuk mencapai 20.000 desa SBS pada tahun 2014, usaha keras masih sangat diperlukan.Berdasarkan data Kemenkes, hingga November 2013, baru 14.189 desa yang sudah Stop Buang Air Besar Sembarangan.

Oleh karena itu, pemahaman terkait konsep dasar pendekatan STBM menjadi sangat penting agar peserta pelatihan bisa memahami secara utuh, untuk selanjutnya dapat memfasilitasi penerapan STBM di masyarakat.

II. TUJUAN PEMBELAJARANA. Tujuan Pembelajaran UmumSetelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep dasar pendekatan STBM.

B. Tujuan Pembelajaran KhususSetelah mengikuti materi ini peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian STBM, 2. Menjelaskan strategi STBM, 3. Menjelaskan lima pilar STBM, 4. Menjelaskan prinsip-prinsip STBM, dan5. Menjelaskan tangga perubahan perilaku.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASANA. POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM

1. Pengertian STBM,2. Tujuan STBM,3. Sejarah program pembangunan sanitasi,4. Konsep STBM.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM42

B. POKOK BAHASAN 2: TIGA KOMPONEN STBM 1. Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi,2. Peningkatan layanan penyediaan sanitasi, dan3. Penciptaan lingkungan yang kondusif.

C. POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM 1. Pengertian,2. Penyelenggaraan pelaksanaan 5 pilar STBM,3. Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM,4. Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBM.

D. POKOK BAHASAN 4: PRINSIP-PRINSIP STBM 1. Tanpa subsidi,2. Masyarakat sebagai pemimpin,3. Tidak menggurui/memaksa,4. Totalitas seluruh komponen masyarakat.

E. POKOK BAHASAN 5: TANGGA PERUBAHAN PERILAKU1. Perilaku BABS,2. Perilaku SBS,3. Perilaku Higienis dan Saniter,4. Perilaku Sanitasi Total.

IV. BAHAN BELAJARBahan tayang (slide ppt, Film CLTS dan STBM), LCD, komputer / laptop, flipchart (lembar balik), spidol papan tulis, meta plan, kain tempel, panduan diskusi dan panduan bermain peran serta modul.

V. METODE PEMBELAJARANCeramah tanya jawab, putar film, curah pendapat, diskusi dan bermain peran.

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARANJumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 4 jam pelajaran (T=2 jp, P=2 jp, PL=0 jp) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

A. Langkah 1: Pengkondisian (30 menit)1. Penyegaran dan pencairan suasana,2. Fasilitator menggali harapan peserta tentang materi dan keterampilan yang ingin dicapai

melalui sesi ini,3. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang digunakan,

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM43

4. Fasilitator mengajak peserta untuk curah pendapat mengenai sejarah program sanitasi di Indonesia dan lahirnya STBM,

5. Berdasarkan pendapat peserta, pelatih menjelaskan tentang konsep dasar STBM.

B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (135 menit)1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:

• Pengertian STBM, • Tiga Strategi STBM,• Lima Pilar STBM,• Prinsip-prinsip STBM,• Tangga Perubahan Perilaku.

2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta.

3. Fasilitator memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya sehingga antar peserta juga terjadi diskusi dan interaksi yang baik.

4. Fasilitator menugaskan peserta untuk melakukan diskusi kelompok tentang: a. Pembelajaran Penerapan STBM (30 menit), b. Komponen STBM (30 menit), c. Kaitan Tiga Komponen STBM (15 menit).

C. Langkah 3: Rangkuman (15 menit):1. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan fasilitator memfasilitasi

pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain.2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah

disediakan. 3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan bahwa TPU dan TPK sesi telah

tercapai.

VII. URAIAN MATERI A. POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM

a. Pengertian STBMSTBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.Penyelenggara pelaksanaan pendekatan STBM adalah masyarakat, baik yang terdiri dari individu, rumah tangga maupun kelompok-kelompok masyarakat.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM44

Definisi Operasional STBM

• Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak buang air besar sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air minum dan makanan yang aman; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

• Sanitasi dalam dokumen ini meliputi kondisi sanitasi total di atas.

• Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan dan penanggungjawab dalam rangka menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, kesejahteraan, serta menjamin keberlanjutannya.

• ODF (Open Defecation Free) atau SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarang yang berpotensi menyebarkan penyakit.

• Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.

• Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.

• Sarana CTPS adalah sarana untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun yang dilengkapi dengan sarana air mengalir, sabun dan saluran pembuangan air limbah.

• Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) ) adalah melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip hygiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di rumah tangga.

• Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) adalah adalah melakukan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang, dan mendaur ulang.

• Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) adalah melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memnuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutusa mata rantai penularan penyakit.

• Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM45

• Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

• Peningkatan kebutuhan sanitasi adalah upaya sistematis untuk meningkatkan kebutuhan menuju perubahan perilaku yang higienis dan saniter.

• Peningkatan penyediaan sanitasi adalah meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi.

• Penciptaan lingkungan yang kondusif adalah menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya sanitasi total, yang tercipta melalui dukungan kelembagaan, regulasi, dan kemitraan antar pelaku STBM, termasuk didalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan, institusi keagamaan dan swasta.

• Sanitasi komunal adalah sarana sanitasi yang melayani lebih dari satu keluarga, biasanya sarana ini dibangun di daerah yang memiliki kepadatan tinggi dan keterbatasan lahan.

• Verifikasi adalah proses penilaian dan konfirmasi untuk mengukur pencapaian seperangkat indikator yang dijadikan standar.

• LSM/NGO adalah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.

• Natural leader merupakan anggota masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat, yang memotori gerakan STBM di masyarakat tersebut.

• Rencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan rencana yang disusun dan disepakati oleh masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator.

• Desa/kelurahan yang melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan intervensi pendekatan STBM dan dijadikan target antara karena untuk mencapai kondisi sanitasi total dibutuhkan pencapaian kelima pilar STBM. Ada 3 indikator desa/kelurahan yang melaksanakan STBM: (i) minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut; (ii) ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama, baik individu (natural leader) ataupun bentuk komite; (iii) sebagai respon dari aksi intervensi STBM, masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM, yang telah disepakati bersama; misal: mencapai status SBS.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM46

• Desa/Kelurahan ODF(Open Defecation Free) / SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat,yaitu, mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM

• Desa STBM, selain menyandang status ODF,100% rumah tangga memiliki dan menggunakan sarana jamban yang ditingkatkan dan telah terjadi perubahan perilaku untuk pilar lainnya seperti memiliki dan menggunakan sarana cuci tangan pakai sabun dan 100% rumah tangga mempraktikan penanganan yang aman untuk makanan dan air minum rumah tangga.

• Desa/kelurahan Sanitasi Total selain menyandang status Desa STBM/ ODF++, 100% rumah tangga melaksanakan praktik pembuangan sampah dan limbah cair domestik yang aman, yaitu desa/kelurahan yang telah mencapai perubahan perilaku kolektif terkait seluruh Pilar 1-5 STBM, artinya Kondisi Sanitasi Total.

b. Tujuan STBMTujuan pendekatan STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang meliputi 3 strategi yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung, peningkatan kebutuhan sanitasi, serta peningkatan penyediaan akses sanitasi.

c. Sejarah Program Pembangunan Sanitasi

Jauh sebelum Indonesia merdeka, program sanitasi sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan catatan pejabat VOC Dampier, pada tahun 1699 masyarakat Indonesia sudah terbiasa mandi ke sungai dan buang air besar di sungai dan di pinggir pantai, sedangkan pada masa itu, masyarakat di Eropa dan India masih menggunakan jalan-jalan kota atau air tergenang untuk BAB. Di tahun 1892, HCC Clockener Brouson mencatat bahwa orang Indonesia terbiasa mandi 3 kali sehari, menggunakan bak, menyabun, membilas dan mengeringkan badannya. Pada akhir tahun 1800an, pemerintah Belanda sudah membuat sambungan air ke rumah-rumah di kawasan komersial di Jakarta dan membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Bandung pada tahun 1916. Selanjutnya di tahun 1930, mantri hygiene Belanda, Dr. Heydrick melakukan kampanye untuk BAB di kakus. Dr. Heydrick sendiri dikenal sebagai mantri kakus. Di tahun 1936, didirikanlah sekolah mantri higiene di Banyumas. Siswa mendapatkan pendidikan 18 bulan sebelum mereka diterjunkan ke kampung-kampung untuk mempromosikan hidup sehat dan melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit.

Setelah merdeka, pemerintah mencanangkan program Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga (SAMIJAGA) melalui Inpres No. 5/1974. Untuk mendapatkan sumber daya manusia dalam melaksanakan program-program tersebut, Kementerian Kesehatan mendirikan sekolah-sekolah kesehatan lingkungan, yang sekarang dikenal dengan nama Politeknik Kesehatan (Poltekes). Periode 1970-1997, pemerintah melakukan beragam

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM47

program pembangunan sanitasi. Program-program tersebut umumnya dilakukan dengan pendekatan keproyekan, sehingga faktor keberlanjutannya sangat rendah. Hal ini secara tidak langsung menyebabkan rendahnya peningkatan akses sanitasi masyarakat. Hasil studi ISSDP mencatat hanya 53% dari masyarakat Indonesia yang BAB di jamban yang layak pada tahun 2007, sedangkan sisanya BAB di sembarang tempat. Lebih jauh hal ini berkorelasi dengan tingginya angka diare dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak bersih.

Dengan mempertimbangkan kebutuhan keberlanjutan program dan tingkat keberhasilan yang ingin dicapai, pemerintah melakukan perubahan pendekatan pembangunan sanitasi, dari keproyekan menjadi keprograman. Pada tahun 2008, pemerintah mencanangkan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Secara ringkas, perbedaan pendekatan pembangunan sanitasi sebelum dan saat ini terlihat pada tabel di bawah ini:

Program-Program Terdahulu(biasanya Target Oriented)

Kecenderungan Saat Ini

Perkembangan jumlah sarana Perubahan perilaku dan kesehatan

Subsidi Solidaritas sosial

Model-model sarana disarankan oleh pihak luar

Model-model sarana digagas dan dikembangkan oleh masyarakat

Sasaran utama adalah kepala keluarga Sasaran utama adalah masyarakat desa secara utuh

Top down (dari atas ke bawah) Bottom up (dari bawah ke atas)

Fokus pada: jumlah jamban Fokus pada: berhentinya BAB di sembarang tempat

Pendekatannya bersifat ‘blue print’ Pendekatannya lebih fleksibel.

Tabel 3: Kecenderungan Pelaksanaan Program Air dan Sanitasi di Indonesia

d. Konsep STBMKonsep STBM diadopsi dari konsep Community Led Total Sanitation (CLTS) yang telah disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan di Indonesia. Sebelum memahami konsep dan prinsip STBM, berikut dijelaskan secara singkat konsep CLTS.

CLTS adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan dan mulai berkembang pada tahun 2001. Pendekatan ini awalnya diujicobakan di beberapa komunitas di Bangladesh dan saat ini sudah diadopsi secara massal di negara tersebut. Salah satu negara bagian di India yaitu Provinsi Maharasthra telah mengadopsi

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM48

pendekatan CLTS ke dalam program pemerintah secara massal yang disebut dengan program Total Sanitation Campaign (TSC). Beberapa negara lain seperti Cambodia, Afrika, Nepal, dan Mongolia juga telah menerapkan CLTS.

Pendekatan ini berawal dari sebuah penilaian dampak partisipatif air bersih dan sanitasi yang telah dijalankan selama 10 tahun oleh Water Aid. Salah satu rekomendasi dari penilaian tersebut adalah perlunya mengembangkan sebuah strategi untuk secara perlahan-lahan mencabut subsidi pembangunan toilet. Ciri utama pendekatan ini adalah tidak adanya subsidi terhadap infrastruktur (jamban keluarga), dan tidak menetapkan model standar jamban yang nantinya akan dibangun oleh masyarakat.

Pada dasarnya CLTS adalah “pemberdayaan” dan “tidak membicarakan masalah subsidi”. Artinya, masyarakat yang dijadikan “guru” dengan tidak memberikan subsidi sama sekali. Gambaran tentang CLTS dapat diperoleh melalui VCD tentang implementasi CLTS di Propinsi Maharashtra di India dan pengembangan CLTS di Indonesia (Awakening).

Community lead (dipimpin oleh masyarakat) tidak hanya dalam sanitasi, tetapi dapat dalam hal lain seperti dalam pendidikan, pertanian, dan lain – lain, prinsip yang terpenting adalah:

• Inisiatif masyarakat,

• Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif adalah kunci utama,

• Solidaritas masyarakat (laki perempuan, kaya miskin) sangat terlihat dalam pendekatan ini,

• Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada ikut campur pihak luar, dan biasanya akan muncul “natural leader”.

Dasar dari CLTS adalah tiga pilar utama PRA, yaitu:

1. Attitude and Behaviour Change (perubahan perilaku dan kebiasaan)

2. Sharing (berbagi)

3. Method (metode)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM49

Perilaku dan kebiasaan

Proses Berbagi

Penerapan Metode

Profesional

Personal

Gambar 3: Tiga Pilar Utama PRA

Ketiganya merupakan pilar utama yang harus diperhatikan dalam pendekatan CLTS, namun dari ketiganya yang paling penting adalah “perubahan perilaku dan kebiasaan” (Attitude and Behavior Change)”, karena jika perilaku dan kebiasaan tidak berubah maka kita tidak akan pernah mencapai tahap “berbagi (sharing)” dan sangat sulit untuk menerapkan “metode” yang tepat.

Perubahan perilaku dan kebiasaan tersebut harus total, dimana didalamnya meliputi perilaku personal atau individual, perilaku institusional atau kelembagaan dan perilaku profesional atau yang berkaitan dengan profesi.

Salah satu perilaku dan kebiasaan yang harus berubah adalah perilaku fasilitator, diantaranya:

• Pandangan bahwa ada kelompok yang berada di tingkat atas (upper) dan kelompok yang berada di tingkat bawah (lower). Cara pandang “upper-lower” harus dirubah menjadi “pembelajaran bersama”, bahkan menempatkan masyarakat sebagai “guru” karena masyarakat sendiri yang paling tahu apa yang terjadi dalam masyarakat itu.

• Cara pikir bahwa kita datang bukan untuk “memberi” sesuatu tetapi “menolong” masyarakat untuk menemukan sesuatu.

• Bahasa tubuh (gesture); sangat berkaitan dengan pandangan upper lower. Bahasa tubuh yang menunjukkan bahwa seorang fasilitator mempunyai pengetahuan atau keterampilan yang lebih dibandingkan masyarakat, harus dihindari.

Ketika perilaku dan kebiasaan (termasuk cara berpikir dan bahasa tubuh) dari fasilitator telah berubah maka “sharing” akan segera dimulai. Masyarakat akan merasa bebas untuk mengatakan tentang apa yang terjadi di komunitasnya dan mereka mulai merencanakan untuk melakukan sesuatu. Setelah masyarakat dapat berbagi, maka metode mulai dapat diterapkan. Masyarakat secara bersama-sama melakukan analisa terhadap kondisi dan masalah masyarakat tersebut.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM50

Dalam CLTS fasilitator tidak memberikan solusi. Namun ketika metode telah diterapkan (proses pemicuan telah dilakukan) dan masyarakat sudah terpicu sehingga diantara mereka sudah ada keinginan untuk berubah tetapi masih ada kendala yang mereka rasakan misalnya kendala teknis, ekonomi, budaya, dan lain-lain maka fasilitator mulai memotivasi mereka untuk mecapai perubahan ke arah yang lebih baik, misalnya dengan cara memberikan alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut. Tentang usaha atau alternatif mana yang akan digunakan, semuanya harus dikembalikan kepada masyarakat tersebut.

Konsep-konsep inilah yang kemudian diadopsi oleh STBM dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di Indonesia. Konsep STBM menekankan pada upaya perubahan perilaku yang berkelanjutan untuk mencapai kondisi sanitasi total melalui pemberdayaan masyarakat.

B. POKOK BAHASAN 2: TIGA STRATEGI STBM

Pendekatan STBM merupakan interaksi yang saling terkait antara ketiga komponen pokok sanitasi, yang dilaksanakan secara terpadu, sebagai berikut:

a. Peningkatan Kebutuhan dan Permintaan SanitasiKomponen peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis untuk mendapatkan perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa:• Pemicuan perubahan perilaku;• Promosi dan kampanye perubahan perilaku higiene dan sanitasi secara langsung;• Penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi lainnya;• Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku;• Memfasilitasi terbentuknya komite/ tim kerja masyarakat;• Mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat/institusi.

b. Peningkatan Layanan Penyediaan Sanitasi

Peningkatan penyediaan sanitasi yang secara khusus diprioritaskan untuk meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi, yaitu:

• Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan terjangkau;

• Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi perdesaan dan;

• Mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku pasar sanitasi.

c. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif.

Komponen ini mencakup advokasi kepada para pemerintah, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan program pembangunan sanitasi perdesaan yang diharapkan akan menghasilkan :

• Komitmen pemerintah daerah untuk menyediakan sumber daya untuk melaksanakan program STBM yang dinyatakan dalam surat kepemintaan;

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM51

• Kebijakan daerah dan peraturan daerah mengenai program sanitasi seperti SK Bupati, Perda, RPJMP, Renstra, dan lain-lain;

• Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor sanitasi, menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah, koordinasi sumber daya dari pemerintah maupun non-pemerintah;

• Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM dan program peningkatan kapasitas;

• Adanya sistem pemantauan hasil kinerja program serta proses pengelolaan pembelajaran.

Komponen strategi peningkatan kebutuhan sanitasi dapat dilaksanakan terlebih dulu untuk memberikan gambaran kepada masyarakat sasaran tentang resiko hidup di lingkungan yang kumuh, seperti mudah tertular penyakit yang disebabkan oleh makanan dan minuman yang tidak higienis, lingkungan yang kotor dan bau, pencemaran sumber air terutama air tanah dan sungai, daya belajar anak menurun, dan kemiskinan. Salah satu metode yang dikembangkan untuk peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi adalah Community Led Total Sanitation (CLTS) yang mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan.

Peningkatan penyediaan akses sanitasi dilakukan untuk mendekatkan pelayanan jasa pembangunan sarana sanitasi dan memudahkan akses oleh masyarakat, menyediakan bebagai tipe sarana yang terjangkau oleh masyarakat dan opsi keuangan khususnya skema pembayaran sehingga masyarakat yang kurang mampu memiliki akses terhadap sarana sanitasi yang sehat. Pendekatan ini dapat dilakukan tidak hanya dengan melatih dan menciptakan para wirausaha sanitasi, namun juga memperkuat layanan melalui penyediaan berbagai variasi/opsi jenis sarana yang dibangun, sehingga dapat memenuhi harapan dan kemampuan segmen pasar. Infomasi yang rinci, akurat dan mudah dipahami oleh masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung promosi sarana sanitasi yang sehat yang dapat disediakan oleh wirausaha sanitasi dan hal ini dapat disebarluaskan melalui jejaring pemasaran untuk menjaring konsumen.

Kedua komponen tersebut dapat berinteraksi melalui mekanisme pasar bila mendapatkan dukungan dari pemerintah yang dituangkan dalam bentuk regulasi, kebijakan, penganggaran dan pendekatan yang dikembangan. Bentuk upaya tersebut adalah penciptaan lingkungan yang kondusif untuk mendukung kedua komponen berinteraksi. Ada beberapa indikator yang dapat menggambarkan lingkungan yang kondusif antara lain:

• Kebijakan, •Produk dan perangkat,• Kelembagaan, •Keuangan,• Metodologi pelaksanaan program, •Pelaksanaan dengan biaya yang efektif,• Kapasitas pelaksaan, •Monitoring dan evaluasi

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM52

C. POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM

a. Pengertian pilar – pilar dalam STBMLima Pilar STBM terdiri dari:

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)

Suatu kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit.

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah Tangga (PAMM-RT)

melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip hygiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di rumah tangga.

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT)

melakukan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang, dan mendaur ulang

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT)

melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memnuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutusa mata rantai penularan penyakit.

b. Penyelenggara pelaksanaan 5 pilar STBMPenyelenggara pelaksanaan 5 pilar STBM adalah masyarakat, baik yang terdiri dari individu, rumah tangga maupun kelompok-kelompok masyarakat.

c. Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBMAdanya lima pilar STBM akan membantu masyarakat untuk mencapai tingkat higiniene yang paripurna, sehingga akan menghindarkan mereka dari kesakitan dan kematian akibat sanitasi yang tidak sehat.

d. Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBMDibaginya pelaksanaan STBM di bawah naungan lima pilar akan mempermudah upaya mencapai tujuan akhir STBM, tidak hanya untuk meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik tetapi juga merubah dan mempertahankan keberlanjutan praktik-praktik budaya hidup bersih dan sehat. Sehingga dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM53

D. POKOK BAHASAN 4: PRINSIP-PRINSIP STBMPrinsip-prinsip STBM adalah:

a. Tanpa subsidi.

Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah atau pihak lain untuk menyediakan sarana sanitasi dasarnya.

Penyediaan sarana sanitasi dasar adalah tanggung jawab masyarakat. Sekiranya individu masyarakat belum mampu menyediakan sanitasi dasar, maka diharapkan adanya kepedulian dan kerjasama dengan anggota masyarakat lain untuk membantu mencarikan solusi.

b. Masyarakat sebagai pemimpin

Inisiatif pembangunan sarana sanitasi hendaknya berasal dari masyarakat. Fasilitator maupun wirausaha sanitasi hanya membantu memberikan masukan dan pilihan-pilihan solusi kepada masyarakat untuk meningkatkan akses dan kualitas higiene dan sanitasinya. Semua kegiatan maupun pembangunan sarana sanitasi dibuat oleh masyarakat. Sehingga ikut campur pihak luar tidak diharapkan dan tidak diperbolehkan. Dalam praktiknya, biasanya akan tercipta natural-natural leader di masyarakat.

c. Tidak menggurui/memaksa

STBM tidak boleh disampaikan kepada masyarakat dengan cara menggurui dan memaksa mereka untuk mempraktikkan budaya higiene dan sanitasi, apalagi dengan memaksa mereka membuat/ membeli jamban atau produk-produk STBM.

d. Totalitas seluruh komponen masyarakat

Seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan-perencanaan-pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan. Keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif adalah kunci keberhasilan STBM.

Secara lebih rinci, keempat prinsip diatas bisa dipahami dari perbedaan antara sistem kejar target/ protek dengan STBM yang dapat dilihat pada table di bawah:

Kriteria Sistem Kejar Target (Proyek)

STBM

Input dari luar masyarakat

Subsidi benda-benda untuk jamban

Pemberdayaan masyarakat

Model Model ditentukan Muncul inovasi lain dari masyarakat.

Cakupan Sebagian Menyeluruh

Indikator keberhasilan Menghitung jamban Tidak ada lagi kebiasaan BAB di sembarang tempat

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM54

Kriteria Sistem Kejar Target (Proyek)

STBM

Bahan yang digunakan Semen, porselen, batu bata, dan lain-lain

Bisa dimulai dengan bambu, kayu, dan lain-lain

Biaya Berkisar antara Rp. 500.000-1.000.000 per model

Relatif lebih murah

Pemanfaat Yang punya uang Masyarakat yang sangat miskin

Waktu yang dibutuhkan Seperti yang ditargetkan oleh proyek

Ditentukan oleh masyarakat

Motivasi utama Subsidi / bantuan Harga diri

Model penyebaran Oleh organisasi luar / formal Oleh masyarakat melalui hubungan persaudaraan, perkawanan dan lain-lain

Keberlanjutan Sulit untuk dipastikan Dipastikan oleh masyarakat

Sanksi bila melakukan BAB sembarangan

Tidak ada Disepakati oleh masyarakat. Contoh denda Rp. 1.000.000 di desa Jombe, kecamatan Turatea, kab. Jeneponto

Tipe monitoring Oleh proyek Oleh masyarakat (bisa harian, bulanan, mingguan)

Tabel 4: Perbedaan Pendekatan Proyek dan Pendekatan STBM

E. POKOK BAHASAN 5: TANGGA PERUBAHAN PERILAKUTangga perubahan perilaku higiene dan sanitasi masyarakat adalah tahap perkembangan perubahan perilaku dari kebiasaan awal yang masih buang air besar sembarangan, tidak berperilaku cuci tangan dengan benar, tidak mengelola sampah dan limbah cair rumah tangga berubah mempraktikkan perilaku higienis dan saniter dengan budaya sehari-hari hidup bersih dan sehat.

Bila budaya masyarakat sudah mempraktikkan perilaku hieginies dan saniter secara permanen maka sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan sehingga akan terjadi kondisi sanitasi total sesuai dengan tujuan dari pendekatan STBM ini.

Tangga perubahan perilaku (terlihat dalam gambar dibawah), belajar dari pengalaman global, diketahui perilaku higiene tidak dapat dipromosikan untuk seluruh rumah tangga secara bersamaan. Promosi perubahan perilaku kolektif harus berfokus pada satu atau dua perilaku yang berkaitan pada saat bersamaan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM55

• Adanya proses pemicuan• Adanya Komite/”Natural

leaders”• Adanya Rencana Aksi• Adanya pemantauan terus

menerus• Tersedianya supply

Tangga Perubahan Perilaku

Visi STBM

Diterbitkan oleh: Sekretariat STBM

OD

ODF

Improved +

PerilakuHygieneslainnya

SANITASI TOTAL

• 100 % masyarakat sudahberubah perilakunyadengan status ODF (terverifikasi).

• Adanya rencana untukmerubah perilakuHygienes lainnya.

• Adanya aturan darimasyarakat untukmenjaga status ODF

• Adanya pemantauan danverifikasi secara berkala

• Terjadinya peningkatankualitas sarana sanitasi.

• Terjadinya perubahanperilaku hygienes lainnyadi masyarakat.

• Adanya upaya pamasarandan promosi sanitasi.

• Adanya pemantauan danevaluasi

Masyarakatsudah

mempraktekkan perilakuHygienes

sanitasi secarapermanen

Gambar 4: Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM

a. Perilaku BABSPerilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan) adalah kebiasaan/praktik budaya sehari-hari masyarakat yang masih membuang kotoran/tinjanya di tempat terbuka dan tanpa ada pengelolaan tinja yang higienis.

Tempat terbuka untuk BABS biasanya dilakukan di kebun, semak-semak, hutan, sawah, sungai maupun di tempat-tempat masyarakat secara kolektif membuat jamban helikopter/ jamban plung lap (jamban yang dibuat tanpa ada lubang septik langsung dibuang ke tempat terbuka seperti sungai, rawa dll).

Kebiasaan BABS ini terjadi karena tidak adanya pengelolaan tinja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan baik untuk individu yang melakukan praktik BABS maupun komunitas lingkungan tempat hidupnya.

Kondisi masyarakat seperti ini perlu diubah melalui sebuah kegiatan perubahan perilaku secara kolektif dengan pendekatan STBM, yang bisa dilakukan dengan cara:

1. Diadakan pemicuan ke masyarakat yang difasilitasi oleh tenaga kesehatan atau masyarakat yang sudah terlatih menjadi fasilitator STBM.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM56

2. Dari pemicuan tersebut diharapkan munculnya natural leader atau komite yang dibentuk oleh komunitas masyarakat tersebut.

3. Komite yang terbentuk mempunyai rencana aksi yang sistematis dalam rangka menuju status SBS.

4. Adanya kegiatan pemantauan secara terus menerus yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dari masyarakat tersebut.

5. Tersedianya supply atau layanan pemenuhan akses sanitasi untuk masyarakat dengan kualitas sesuai dengan standar kesehatan dengan harga yang terjangkau.

b. Perilaku SBSPerilaku SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah kebiasaan/ praktik budaya sehari-hari masyarakat yang tidak lagi membuang kotoran/tinjanya di tempat yang terbuka dan sudah dilakukan pengelolaan tinjanya yang efektif untuk memutus rantai penularan penyakit.

Perilaku SBS ini biasanya diikuti dengan kemauan masyarakatnya yang mempunyai kemampuan untuk mendapatkan sarana akses sanitasi yang dimulai dari sarana jamban sehat paling sederhana sampai dengan tingkat sarana jamban yang sudah bagus sistem pengelolaannya seperti IPAL komunal maupun IPAL terpusat. Kemauan serta komitmen dari masyarakat ini dilakukan secara kolektif dan partisipatif dalam mengambil keputusannya.

Ketika masyarakat secara keseluruhan sudah berperilaku SBS maka dikatakan komunitas tersebut mencapai kondisi Desa/Kelurahan SBS/ODF dimana kondisi komunitas tersebut dengan kondisi sebagai berikut:

1. 100% masyarakat sudah berubah perilakunya dengan status SBS (sudah terverifikasi oleh tim verifikasi dari puskesmas setempat),

2. Adanya rencana untuk merubah perilaku higiene lainnya,3. Adanya aturan dari masyarakat untuk menjaga status SBS, dan4. Adanya pemantauan dan verifikasi secara berkala.

c. Perilaku Higienene dan SaniterPerilaku Higienene dan Saniter dalam dokumen ini diartikan sebagai kebiasaan/ praktik budaya sehari-hari masyarakat yang sudah tidak lagi BAB sembarangan dengan akses sarana sanitasi jamban yang sehat dan berperilaku higienis saniter lainnya yang merupakan bagian dari salah satu 4 pilar yang lainnya seperti berperilaku cuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dan mengelola limbah cair rumah tangga.

Ketika masyakat secara keseluruhan sudah berperilaku higienis dan saniter maka dikatakan komunitas tersebut mencapai kondisi Desa/Kelurahan STBM dimana kondisi komunitas tersebut dengan kondisi sebagai berikut:

1. 100% masyarakat sudah berubah perilakunya dengan status Desa/Kelurahan SBS (sudah terverifikasi oleh tim verifikasi dari puskesmas setempat),

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM57

2. Terjadi peningkatan kualitas sarana sanitasi yang ada,3. Terjadi perubahan perilaku higienis saniter lainnya di masyarakat,4. Adanya upaya pemasaran dan promosi sanitasi untuk pilar-pilar STBM yang lainnya, dan5. Adanya pemantauan dan evaluasi secara berkala.

d. Perilaku Sanitasi TotalPerilaku Sanitasi Total adalah kebiasaan/praktik budaya sehari-hari masyarakat yang sudah mempraktikkan perilaku higiene sanitasi secara permanen dimana kebiasaan ini meliputi (i) tidak buang air besar sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air minum dan makanan yang aman; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

Ketika masyarakat secara keseluruhan sudah berperilaku sanitasi total maka dikatakan komunitas tersebut mencapai kondisi Desa/Kelurahan STBM dengan Kondisi Sanitasi Total.

VI. REFERENSI1. Kar, Kamar, Working Paper184, Subsidy or Self-Respect Total Community Sanitation in

Bangladesh, Institute for Development Studies, September 2003.

2. Kelompok Kerja Antar Departemen, Project WASPOLA, Film Awakening Change Community Led Total Sanitation in Indonesia, Jakarta: 2006.

3. Kemenkes RI, Film STBM, Jakarta, 2009.

4. Kemenkes RI, Modul Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, Dit. PL, Jakarta: 2012.

5. Kemenekes RI, Materi Advokasi STBM, Sekretariat STBM Nasional, Jakarta: 2012.

6. Kemenkes RI, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta:enkes RI, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta:2013.

7. Update STBM, www.stbm-indonesia.org

8. Sejarah Sanitasi, Seri AMPL 23,www.ampl.or.id

VII. LAMPIRANLembar Penugasan

a. Pembelajaran Penerapan STBMDilakukan melalui Diskusi Kelompok. Maksimal waktu 30 menit. Langkah-langkah melakukan diskusi kelompok:

1. Pembelajaran/Refleksi

• Ajukan pertanyaan kepada peserta program/proyek apa saja yang memfasilitasi penerapan STBM yang sedang atau pernah dilaksanakan di kabupaten/wilayah kerja peserta.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM58

• Sepakatilah dengan peserta 3-4 program/proyek pelaksana STBM yang akan diambil pembelajarannya, dan juga 1-2 nara sumber yang memahami program /proyek tersebut.

• Minta peserta berbagi dalam 3-4 kelompok sesuai program/proyek yang akan didiskusikan. Aturlah agar jumlah peserta setiap kelompok seimbang.

• Minta setiap kelompok untuk menganalisa/mendiskusikan program/proyek yang menjadi pilihannya (selama 10 menit) dengan pokok-pokok kajian, sebagai berikut:

• Capaian ODF/SBS dibandingkan dengan target? dan kenapa capaiannya seperti itu?

• Kesinambungan program (replikasi atau penyebarluasan ke wilayah lain)? Dan kenapa kondisinya seperti itu?

• Minta kelompok menuliskan hasil diskusi pada kertas plano, dan jika sudah selesai menempelkannya di dinding atau kain rekat.

• Setelah seluruh kelompok menyelesaikan diskusinya, minta masing-masing kelompok mempresentasikan secara singkat hasil diskusinya selama 3 menit. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi, tetapi bukan pertanyaan diskusi.

• Dari hasil diskusi pleno, Pemandu memfasilitasi penyimpulan diskusi refleksi pelaksanaan STBM. Penyimpulan jangan terlalu difokuskan pada hasil diskusi yang membahas mengenai “kenapa”, karena akan dibahas pada diskusi selanjutnya.

Poin kunci untuk pemandu:Ada 2 kemungkinan hasil diskusi peserta tentang pembelajaran penerapan STBM:

1. Jawaban Pesimis, yaitu target ODF/SBS sulit tercapai dan penerapan STBM tidak berkesinambungan atau tidak di replikasi,

2. Jawaban Optimis, yaitu target ODF/SBS akan tercapai dan penerapan STBM berkesinambungan atau akan menyebar ke wilayah lain.

2. Diskusi Faktor Pendukung dan Penghambat

• Sebagai pengantar diskusi, pemandu mengangkat kembali hasil diskusi sebelumnya bahwa ada 2 kondisi berbeda yaitu a) optimis, target tercapai dan penerapan STBM berkesinambungan, dan b) pesimis, target sulit tercapai dan penerapan STBM tidak berkesinambungan.

• Pemandu meminta peserta kembali ke kelompok diskusi semula untuk mendiskusikan hal berikut selama 10 menit:

a. Apa yang menjadi faktor pendukung untuk kondisi yang optimis?

b. Apa yang menjadi faktor penghambat bagi kondisi yang pesimis?

• Minta kelompok menuliskan hasil diskusi pada kertas metaplan dengan warna yang berbeda untuk jawaban faktor pendukung dan faktor penghambat.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM59

• Sementara peserta berdiskusi, pemandu menyiapkan kain rekat dengan 2 kolom terpisah dengan judul ”faktor pendukung” dan ”faktor penghambat” dalam kertas metaplan panjang.

• Mintalah salah satu kelompok untuk menempelkan terlebih dahulu jawaban faktor pendukung. Kemudian kelompok lain menambahkan jika ada jawaban yang berbeda. Lakukan hal yang sama untuk jawaban faktor penghambat.

• Lakukan proses klarifikasi dan penyepakatan dengan peserta jika ada beberapa jawaban yang kurang pas atau tidak jelas.

3. Penutup

Dari hasil diskusi pleno, pemandu memfasilitasi penegasan (bukan penyimpulan) tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat.

b. Komponen STBMDilakukan melalui Diskusi Kelompok. Maksimal waktu 30 menit.

Langkah-langkah melakukan diskusi kelompok:

1. Pemandu menanyakan apakah peserta pernah mendengar mengenai komponen STBM. Mintalah 2-3 peserta untuk menjelaskan mengenai komponen STBM.

2. Tuliskan poin-poin kunci jawaban peserta ke dalam kertas plano.

Poin kunci untuk pemandu:• Pilih peserta yang sudah mengenal 3 komponen STBM• Giring diskusi untuk menyepakati 3 komponen STBM berikut: peningkatan

kebutuhan, penyediaan layanan, dan lingkungan yang kondusif.• Jika muncul komponen lain tanyakan pada peserta apakah komponen tersebut

berdiri sendiri atau bagian dari dari salah komponen tersebut.

3. Peserta diminta untuk kembali dalam kelompoknya untuk mendiskusikan hal berikut dengan menggunakan hasil diskusi tentang faktor pendukung dan penghambat:

• Kegiatan apa saja yang diperlukan untuk memunculkan faktor pendukung dan mengatasi faktor penghambat dalam pelaksanaan STBM?

4. Mintalah kelompok menulis kegiatan-kegiatan tersebut pada kertas metaplan.

5. Sementara peserta berdiskusi, pemandu menuliskan 3 komponen STBM (demand, supply, enabling) dalam kertas metaplan dan menempelkan pada kain rekat di 3 tempat berbeda yang berbentuk segitiga.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM60

ilustrasi:

6. Pemandu meminta kelompok untuk menempelkan kegiatan-kegiatan yang sudah diidentifikasi per komponen. Mulailah dengan komponen peningkatan kebutuhan, mintalah peserta untuk mengidentifikasi kegiatan mana yang masuk komponen peningkatan kebutuhan, ingatkan peserta mengenai pengertian peningkatan kebutuhan dari diskusi sebelumnya.

7. Lanjutkan proses diatas untuk komponen penyediaan dan lingkungan yang mendukung.

8. Lakukan klarifikasi agar tidak terjadi pengelompokan yang kurang tepat.

Poin kunci untuk pemandu:• Kegiatan peningkatan kebutuhan adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan

penumbuhan kebutuhan terhadap sanitasi (perubahan perilaku), misalnya: pemicuan, promosi kesehatan dan sanitasi, pendampingan tindak lanjut, dll.

• Kegiatan penyediaan layanan adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan peningkatan penyediaan layanan sanitasi (wirausaha sanitasi), misalnya: memfasilitasi pemilihan opsi teknologi jamban sehat, menciptakan wirausaha sanitasi, menghubungkan masyarakat dengan wirausaha sanitasi, dll.

• Kegiatan penciptaan lingkungan yang mendukung adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penciptaan dan penguatan lingkungan pendukung (dukungan dan keterlibatan para pelaku), misalnya: advokasi kebijakan dan pendanaan, peningkatan kapasitas (pelatihan, fasilitasi pembelajaran), pemantauan, dll.

9. Jika sebagian komponen memiliki kegiatan yang terbatas, pemandu dapat meminta peserta untuk menambahkan kegiatan dalam komponen tersebut, atau pemandu dapat juga menambahkan dengan terlebih dahulu meminta tanggapan dan konfirmasi peserta.

10. Dari hasil diskusi pleno, pemandu memfasilitasi penegasan (bukan penyimpulan) tentang kegiatan-kegiataan untuk 3 komponen STBM

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM61

c. Kaitan Tiga KomponenDilakukan melalui Diskusi Kelompok. Maksimal waktu 15 menit.

Langkah-langkah melakukan diskusi kelompok:

1. Pemandu memulai sesi belajar dengan menanyakan apakah kegiatan-kegiatan di masing-masing komponen dapat berdiri sendiri? Kenapa?

2. Mintalah 4-5 peserta untuk menanggapi dengan singkat (catatan untuk pemandu: jika ada peserta yang menjawab bisa, biarkan jangan ditanggapi dulu).

3. Ajaklah peserta untuk mengetes jawaban mereka dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: • Jika tim fasilitator melakukan pemicuan dengan baik dan masyarakat terpicu,

namun pada saat bersamaan Bupati meluncurkan program bantuan jamban. Apakah upaya pemicuan akan berhasil?

• Jika masyarakat sudah terpicu untuk berubah dan ingin segera membuat jamban sendiri, namun material untuk jamban sulit diperolah atau harganya sangat mahal. Apakah upaya perubahan perilaku tidak terhambat?

• Jika pemerintah daerah sudah termotivasi untuk untuk mendukung percepatan program STBM, namun kondisi wilayahnya sulit dan belum tersedia opsi teknologi jamban yang terjangkau. Apakah tujuan programnya akan berhasil?

4. Dari hasil curah pendapat dengan 3 pertanyaan diatas, pemandu menanyakan kembali, apakah peserta masih ragu bahwa 3 komponen STBM saling terkait dan tidak dapat dipisahkan?

5. Tegaskan kembali keterkaitan komponen STBM dengan membuat tulisan dalam kartu ke 3 komponen STBM dan menempelkan di kain tempel dalam bentuk segitiga besar.

6. Dari visualisasi ke 3 komponen tersebut, ajak peserta melakukan análisis bersama:1. Komponen mana saja sudah dan belum dilaksanakan?2. Mengapa itu terjadi?3. Bagaimana seharusnya?

7. Minta 2-3 peserta untuk memberikan tanggapannya.

8. Pemandu memfasilitasi penyimpulan dengan menegaskan kembali bahwa dalam penerapan STBM ketiga komponen harus diterapkan secara terintegrasi. Pemandu dapat memotivasi peserta untuk mulai dari sekarang menerapkan ke 3 komponen STBM secara lengkap.

9. Penutup. Pemandu memberikan salam penutup.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM62

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM63

Modul MI.2Pemberdayaan Masyarakat Dalam STBM

MI.2

PEM

BER

DAYA

AN

M

ASYA

RA

KAT

DA

LAM

STBM

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM64

MODUL MI.2 - PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM STBM .......................................... 63I. DESKRIPSI SINGKAT .............................................................................................. 65II. TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... 65

A. Tujuan Pembelajaran Umum ................................................................................. 65B. Tujuan Pembelajaran Khusus ................................................................................ 65

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................. 65A. Pokok Bahasan 1: Pemberdayaan Masyarakat ..................................................... 65B. Pokok Bahasan 2: Partisipasi Masyarakat dalam STBM ....................................... 66

IV. BAHAN BELAJAR .................................................................................................... 66V. METODE PEMBELAJARAN ..................................................................................... 66VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 66

A. Langkah 1: Pengkondisian (15 menit) ................................................................... 66B. Langkah 2; Pengkajian Pokok Bahasan (105 menit) ............................................. 66C. Langkah 3: Rangkuman (15 menit):....................................................................... 66

VII. URAIAN MATERI ..................................................................................................... 67A. POKOK BAHASAN 1: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT .................................... 67B. POKOK BAHASAN 2: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM STBM .................... 67

VIII. REFERENSI ............................................................................................................. 70IX. LAMPIRAN ............................................................................................................... 70

A. Pokok Bahasan 1: Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ......................................... 70B. Pokok Bahasan 2: Tingkat Partisipasi.................................................................... 70

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM65

MODUL MI.2PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM STBM

I. DESKRIPSI SINGKATMasyarakat merupakan pondasi paling utama dari pendekatan STBM. Suksesnya STBM hanya akan terjadi apabila masyarakat terpicu untuk mau, berdaya dan melakukan praktik-praktik hidup bersih dan sehat. Kegiatan STBM dimulai dari adanya pemahaman masyarakat atas permasalahan yang mereka hadapi, adanya inisiatif dan keputusan masyarakat untuk berubah, dan diikuti dengan pelaksanaan kegiatan secara bersama-sama menggunakan sumber daya yang mereka miliki.

Untuk memberdayakan masyakat, dibutuhkan fasilitator-fasilitator handal yang mampu membantu masyarakat menyadari permasalahan yang mereka hadapi, mencari solusi dan mewujudkan solusi yang mereka sepakati. Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, fasilitator hendaknya memiliki pemahaman dan kompetensi untuk melakukan promosi kesehatan, yaitu upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Modul pemberdayaan masyarakat dalam STBM disusun untuk memberikan pemahaman kepada para pihak yang menfasilitasi peyelenggaraan STBM untuk memahami secara utuh perannya sebagai fasilitator STBM.

II. TUJUAN PEMBELAJARANA. Tujuan Pembelajaran UmumSetelah mengikuti materi ini peserta mampu menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam STBM.

B. Tujuan Pembelajaran KhususSetelah mengikuti materi ini peserta mampu:

1. Menjelaskan pemberdayaan masyarakat, 2. Menerapkan partisipasi masyarakat dalam STBM.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASANA. POKOK BAHASAN 1: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

a. Pengertian pemberdayaan masyarakat,b. Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat,c. Prinsip dasar pemberdayaan masyarakat.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM66

B. POKOK BAHASAN 2: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM STBMa. Pengertian partisipasi masyarakat dalam STBM,b. Tingkatan partisipasi masyarakat di STBM.

IV. BAHAN BELAJARBahan tayang (slide ppt), LCD, komputer/laptop, flipchart (lembar balik), spidol, metaplan, kain tempel, panduan diskusi kelompok, panduan bermain peran.

V. METODE PEMBELAJARANCeramah tanya jawab, diskusi kelompok, dan bermain peran.

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARANJumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran (T=1 jp, P=2jp, PL=0jp) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

A. Langkah 1: Pengkondisian (15 menit)1. Penyegaran dan pencairan suasana,2. Fasilitator menggali harapan peserta tentang materi dan keterampilan yang ingin dicapai

melalui sesi ini,3. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang digunakan,4. Menggali pendapat peserta tentang pemberdayaan masyarakat dan mendiskusikannya.

Proses pembelajaran menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secara aktif, 5. Berdasarkan pendapat peserta, pelatih menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat

dalam STBM.

B. Langkah 2; Pengkajian Pokok Bahasan (105 menit)1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:

• Pemberdayaan masyarakat, • Partisipasi masyarakat dalam STBM.

2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta,

3. Fasilitator mengajak peserta untuk terlibat aktif dalam pembelajaran melalui diskusi kelompok dan simulasi,

4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi hasil diskusi kelompok dan simulasi yang dilakukan.

C. Langkah 3: Rangkuman (15 menit):1. Fasilitator merangkum sesi pembelajaran,2. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan fasilitator memfasilitasi

pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain,3. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah

disediakan, 4. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan TPU dan TPK sesi telah tercapai.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM67

VII. URAIAN MATERI A. POKOK BAHASAN 1: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

a. Pengertian Pemberdayaan MasyarakatIstilah “pemberdayaan masyarakat” sebagai terjemahan dari kata “empowerment” mulai ramai digunakan dalam bahasa sehari-hari di Indonesia bersama-sama dengan istilah “pengentasan kemiskinan” (poverty alleviation) sejak digulirkannya Program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Sejak itu, istilah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan merupakan “saudara kembar” yang selalu menjadi topik dan kata kunci dari upaya pembangunan.

Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal, terpinggirkan) untuk menyampaikan pendapat dan atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat (accountable) demi perbaikan kehidupannya.

Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat baik dalam arti :

1. Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan,2. Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan),3. Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan,4. Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran, dan

lain-lain.

Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam upaya pemberdayaan masyarakat yaitu (1) Enabling ; menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang (enabling). Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian maka dapat dikatakan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. (2) Empowering ; memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Pengkuatan ini meliputi langkah lebih nyata dan menyangkut penyediaaan potensi berbagai masukan serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat berdaya upaya berupa peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan, sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi dan informasi, serta peningkatan pranata, kerja keras, hemat, keterbukaan dan kebertanggungjawaban.

b. Tahapan Kegiatan Pemberdayaan MasyarakatAdapun tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu penyadaran, menunjukkan adanya masalah, membantu pemecahan masalah, memproduksi dan mempublikasi informasi, melakukan pengujian dan demonstrasi, menunjukkan pentingnya perubahan dan akhirnya melaksanakan pemberdayaan/penguatan kapasitas. Untuk dapat

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM68

memaksimalkan pemberdayaan masyarakat, diperlukan pendekatan-pendekatan berupa:

1. Pendekatan Mikro: berpusat pada tugas, pemberdayaan dilakukan terhadap penerima manfaat secara langsung berupa bimbingan, konseling, stress management dan crisis intervention.

2. Pendekatan Meso: dilakukan terhadap sekelompok penerima manfaat, pemberdayaan dengan menggunakan kelompok, berupa pelatihan dan pendidikan

3. Pendekatan Makro: berupa perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobi-lobi, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, dan lain-lain.

Selain pendekatan-pendekatan tersebut diatas, diperlukan juga strategi pemberdayaan masyarakat berupa pengembangan sumber daya manusia, pengembangan kelembagaan kelompok, pemupukan modal masyarakat (swasta), pengembangan usaha produktif dan penyedia tepat guna.

c. Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat. Ada beberapa prinsip dasar pemberdayaan masyarakat yang perlu dipahami. Dalam pemberdayaan masyarakat dikenal istilah pengorganisasian masyarakat (community organization) dan pengembangan masyarakat (community development). Keduanya berorientasi pada proses pemberdayaan masyarakat menuju tercapainya kemandirian melalui keterlibatan dan peran serta aktif dari keseluruhan anggota masyarakat. Lima prinsip dasar pemberdayaan masyarakat adalah:

1. Menumbuhkembangkan kemampuan, peran serta masyarakat dan semangat gotong royong.

2. Melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan, serta dalam operasi dan pemeliharaan. Berbasis masyarakat (community based), memberikan kesempatan mengemukakan pendapat, memilih dan menetapkan keputusan bagi dirinya (voice and choice), keterbukaan (openness), kemitraan (partnership), kemandirian (self reliance).

3. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk memaksimalkan sumber daya, khususnya dalam dana, baik yang berasal dari pemerintah, swasta maupun sumber lainnya seperti penyandang dana dan sponsor pembangunan sosial.

4. Fasilitator berperan sebagai pendorong dan pendamping masyarakat dalam mencari solusi permasalahan yang mereka hadapi.

B. POKOK BAHASAN 2: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM STBM

a. Pengertian Partisipasi Masyarakat Dalam STBMDalam pendekatan STBM dan pendekatan partisipatif lainnya, partisipasi atau keterlibatan masyarakat merupakan hal yang mutlak diperlukan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM69

`Beberapa hal terpenting dalam STBM adalah:• STBM adalah inisiatif masyarakat, • Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan bersama (kolektif)

adalah kunci utama, • Solidaritas masyarakat (laki-laki, perempuan, kaya, miskin, tua, muda) sangat penting

dan terlibat dalam pendekatan STBM, • Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada campur tangan pihak luar, dan biasanya akan

muncul “natural leader” di masyarakat.

b. Tingkatan Partisipasi Masyarakat di STBMTingkatan partisipasi masyarakat, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah sebagai berikut: • Masyarakat hanya menerima informasi; keterlibatan masyarakat hanya sampai

diberi informasi (misalnya melalui pengumuman) dan bagaimana informasi itu diberikan ditentukan oleh si pemberi informasi (pihak tertentu).

• Masyarakat mulai diajak untuk berunding; Pada level ini sudah ada komunikasi dua arah, dimana masyarakat mulai diajak untuk diskusi atau berunding. Dalam tahap ini meskipun sudah dilibatkan dalam suatu perundingan, pembuat keputusan adalah orang luar atau orang-orang tertentu.

• Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar; Pada tahapan ini masyarakat dilibatkan dalam memutuskan sebuah kegiatan/program, namaun dalam pelaksanaan, evaluasi, monitoring dan pengembangan masih dilakukan oleh pihak luar

• Masyarakat mendapatkan wewenang untuk mengatur sumber daya dan membuat keputusan; Pada tahapan ini masyarakat dilibatkan secara keseluruhan, yaitu mulai dari melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sampai pada tahap replikasi/pengembangan.

Dari keempat tingkatan partisipasi tersebut, yang diperlukan dalam STBM adalah tingkat partisipasi tertinggi dimana masyarakat tidak hanya diberi informasi, tidak hanya diajak berunding tetapi sudah terlibat dalam proses pembuatan keputusan dan bahkan sudah mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya masyarakat itu sendiri serta terhadap keputusan yang mereka buat.

Dalam prinsip community-led (dipimpin masyarakat) disebutkan bahwa “keputusan bersama dan aksi bersama” dari masyarakat itu merupakan kunci utama.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM70

VIII. REFERENSI1. DepKes RI, Pusat Promkes, Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, Jakarta: 2004.2. DepKes RI, Pusat Promkes, Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Jakarta:

2005.3. Totok Mardikanto, Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta: 2010.4. Kemenkes RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,

Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan: Buku Sisipan STBM, Jakarta: 2013.

IX. LAMPIRANPanduan Diskusi Kelompok

A. POKOK BAHASAN 1: PRINSIP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT1. Peserta di bagi ke dalam 3 kelompok.2. Setiap kelompok diminta berdiskusi mengenai:

a. Kelompok 1 : Pengertian Pemberdayaan Masyarakatb. Kelompok 2 : Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakatc. Kelompok 3 : Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat

3. Setelah 10 menit, tuliskan hasil diskusi ke dalam kertas flipchart. Beri kesempatan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasilnya.

4. Berdasarkan hasil diskusi kelompok, bahas dan sepakati rumusan masing-masing sub pokok bahasan.

B. POKOK BAHASAN 2: TINGKAT PARTISIPASI1. Minta masing-masing peserta menggambarkan contoh partisipasi masyarakat dari

pengalaman sendiri yang mereka pahami dalam bentuk gambar (masing-masing mengambil selembar kertas dan alat tulis/gambar).

2. Sementara mereka membuat gambar, fasilitator menyiapkan kartu-kartu yang bertuliskan tingkatan partisipasi yang terdiri dari 4 kriteria (tingkat terendah sampai dengan tertinggi):

Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan

pihak luar

Mendapatkan wewenang untuk mengatur sumber

daya dan membuat keputusan

Diajak Berunding

Menerima Informasi

3. Tempelkan keempat tingkatan kelompok tersebut pada dinding atau kain tempel. Tanpa memberikan tingkatan partisipasi

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM71

4. Saat peserta telah selesai menggambar, tempelkan gambar-gambar tersebut di kain tempel. Setelah itu minta mereka menjelaskan maksud dari gambar-gambar tersebut, lalu mereka diminta untuk mengelompokkan gambar mereka kedalam kelompok-kelompok tingkat partisipasi mana yang ada dalam keempat kelompok tersebut.

5. Minta peserta untuk membuat peringkat tingkat partisipasi dari yang terendah sampai tertinggi (dimulai dengan tingkat terendah dan tertinggi, baru kemudian yang ada diantaranya).

6. Tanyakan pada tingkat partisipasi mana yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan STBM. Fasilitasikan beberapa diskusi tentang hal tersebut sekitar 5-10 menit, kemudian minta peserta untuk memilih (voting) tentang tingkatan yang seharusnya ada. Akhiri dengan kesepatan dari hasil pilihan tersebut.

Panduan Bermain Peran1. Fasilitator membagi kelompok menjadi 3 kelompok.2. Setiap kelompok akan bermain peran dengan skenario yang sudah disiapkan.3. Setiap kelompok mempunyai waktu 10 menit untuk persiapan dan 10 menit untuk bermain

peran sementara peserta lain yang tidak sedang bermain peran memperhatikan kelompok yang sedang bermain peran.

4. Setelah semua kelompok bermain peran, tanyakan bagaimana perasaan peserta? Apakah kegiatan tersebut dapat membantu pemahaman peserta tentang pemberdayaan masyarakat dan juga tingkatan partisipasi masyarakat?

Skenario pertama:

Desa Suka Damai, terletak di kecamatan Pantang Mundur merupakan salah satu desa yang cukup jauh dari perkotaan. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai buruh tani, sebagian mempunyai ladang yang cukup jauh dari rumahnya. Di desa tersebut mengalir sungai yang setiap hari dipergunakan masyarakat untuk melakukan aktivitas mencuci pakaian, mandi dan juga BAB. Selain di sungai mereka juga terbiasa BAB di kebun/ladang. Setelah dilakukan pemicuan oleh fasilitator STBM, masyarakat desa Suka Damai berkeinginan untuk membangun jamban. Pak kepala desa mengundang tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, kader dan anggota masyarakat untuk melakukan pertemuan dengan agenda menyusun rencana kegiatan siapa saja yang sudah berminat untuk membangun jamban, kapan akan dilaksanakan, jenis jamban yang akan dibangun dan besarnya dana yang diperlukan serta bagaimana melaksanakan rencana tersebut.

Tugas: Sepakati bentuk partisipasi yang bisa diberikan oleh warga.

Skenario kedua:

Kelurahan Riuh Rendah terletak di Kecamatan Suka Senang. RW 10 merupakan RW terpadat dengan gang-gang sempit dan juga kumuh. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai buruh pabrik, pedagang dan penarik becak. Sebagian besar tidak mempunyai jamban, kalaupun ada

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM72

rumah yang mempunyai jamban pembuangannya disalurkan ke sungai yang mengalir di dekat permukiman RW 10. Hanya 15 rumah yang mempunyai jamban dengan tangki septik. Karena layanan pembuangan sampah dari pemerintah tidak sampai ke RW mereka dan belum ada petugas yang mengumpulkan sampah sehingga masyarakat membuang sampah di sungai bahkan ada yang membuang sampah begitu saja di pinggir jalan, sehingga lingkungan mereka terlihat sangat kotor. Setelah dilakukan pemicuan oleh fasilitator STBM, masyarakat tergerak untuk memperbaiki lingkungan mereka. Masyarakat berkeinginan untuk mempunyai jamban tetapi karena lahan terbatas mereka memutuskan untuk membangun jamban umum, hanya saja belum mendapatkan lahan. Masyarakat juga berkeinginan untuk membersihkan lingkungan dari sampah. Disepakati akan dibuat pertemuan untuk membahas rencana tersebut dipimpin oleh Pak RW. Pada pertemuan tersebut hadir juga Ketua RT 01 dan RT 02, tokoh agama, Ibu kader kesling, kader PKK dan masyarakat.

Tugas: Sepakati bentuk partisipasi yang bisa diberikan oleh warga.

Skenario ketiga:

Kelurahan Nyiur Melambai terletak di Kecamatan Pantai Indah. Sebagian besar masyarakatnya adalah Nelayan. Ada beberapa masyarakat mempunyai kapal ikan. Di Kelurahan Nyiur Melambai juga sudah ada Koperasi nelayan. Rumah mereka terletak di pinggir pantai bahkan ada sebagian yang rumahnya terletak diatas laut. Masyarakat mempunyai kebiasaan untuk BAB di pinggir pantai, sementara rumah di atas laut tinggal membuat lubang di lantai rumah yang dipergunakan untuk BAB dan juga untuk membuang sampah ke laut. Akibat pasang surut, sampah-sampah yang berasal dari rumah-rumah penduduk menumpuk di perumahan dekat laut dan kolong-kolong rumah di atas laut. Sehingga lingkungan menjadi kotor. Setelah dilakukan pemicuan oleh fasilitator STBM, masyarakat tergerak untuk melakukan perubahan dan berkeinginan untuk memperbaiki lingkungan mereka. Pak Lurah mengundang tokoh masyarakat, tokoh agama, pengurus koperasi, tokoh pemuda, kader dan masyarakat untuk membahas rencana tersebut.

Tugas: Sepakati bentuk partisipasi yang bisa diberikan oleh warga.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM73

Modul MI.3Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi STBM

MI.3

KO

MU

NIK

ASI,

AD

VOK

ASI D

AN

FA

SILITASI STB

M

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM74

MODUL MI.3 - KOMUNIKASI, ADVOKASI DAN FASILITASI STBM ....................................... 73I. DESKRIPSI SINGKAT .............................................................................................. 75II. TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... 75

A. Tujuan Pembelajaran Umum ................................................................................. 75B. Tujuan Pembelajaran Khusus ................................................................................ 75

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................. 75A. Pokok Bahasan 1: Komunikasi ............................................................................. 75B. Pokok Bahasan 2: Advokasi .................................................................................. 76C. Pokok Bahasan 3: Prinsip-Prinsip Dasar Fasilitasi ................................................ 76D. Pokok Bahasan 4: Teknik Fasilitasi ........................................................................ 76

IV. BAHAN BELAJAR .................................................................................................... 76V. METODE PEMBELAJARAN ..................................................................................... 76VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 76

A. Langkah 1: Pengkondisian (15 menit) ................................................................... 76B. Langkah 2: Pembahasan Pokok Bahasan (150 menit).......................................... 77C. Langkah 3: Rangkuman (15 menit):....................................................................... 77

VII. URAIAN MATERI ..................................................................................................... 77A. POKOK BAHASAN 1: KOMUNIKASI ................................................................... 77B. POKOK BAHASAN 2: ADVOKASI ......................................................................... 85C. POKOK BAHASAN 3: PRINSIP-PRINSIP DASAR FASILITASI ............................ 92D. POKOK BAHASAN 4: TEKNIK FASILITASI .......................................................... 96

VIII. REFERENSI ............................................................................................................. 105IX. LAMPIRAN ............................................................................................................... 105

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM75

MODUL MI-3KOMUNIKASI, ADVOKASI, DAN FASILITASI STBM

I. DESKRIPSI SINGKATKeberhasilan STBM ditentukan oleh perubahan perilaku masyarakat untuk menerapkan perilaku sanitasi yang sehat dan berkelanjutan, yang didukung oleh tiga komponen STBM, yaitu peningkatan kebutuhan, penyediaan layanan, dan lingkungan yang kondusif. Untuk itu diperlukan fasilitator-fasilitator yang terampil, khususnya dalam berkomunikasi, melakukan advokasi dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan masyarakat.

Komunikasi dapat diartikan sebagai proses pertukaran pendapat, pemikiran atau informasi, melalui ucapan, tulisan, maupun tanda-tanda yang dapat mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Fasilitasi adalah proses sadar untuk membantu sebuah kelompok sehingga dapat berhasil melaksanakan tugas mereka sambil tetap berhasil menjaga eksistensi kelompok tersebut.

Modul komunikasi, advokasi dan fasilitasi ini disusun untuk memberikan pemahaman dan keterampilan kepada para pelaksana STBM untuk memahami secara utuh perannya sebagai fasilitator STBM.

II. TUJUAN PEMBELAJARANA. Tujuan Pembelajaran UmumSetelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan komunikasi, advokasi dan fasilitasi STBM.

B. Tujuan Pembelajaran KhususSetelah mengikuti materi ini peserta mampu:

1. Melakukan komunikasi yang efektif,2. Melakukan advokasi, 3. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar fasilitasi,4. Melakukan teknik-teknik fasilitasi.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASANA. POKOK BAHASAN 1: KOMUNIKASI

a. Pengertian komunikasi,b. Bentuk-bentuk komunikasi,c. Membangun komunikasi yang efektif.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM76

B. POKOK BAHASAN 2: ADVOKASIa. Pengertian advokasi, b. Langkah-langkah advokasi STBM,c. Cara melakukan advokasi yang efektif.

C. POKOK BAHASAN 3: PRINSIP-PRINSIP DASAR FASILITASIa. Prinsip dasar fasilitasi, b. Peran dan fungsi fasilitator, c. Perilaku fasilitator dalam STBM,d. Fasilitasi yang harus dilakukan dan dihindari dalam STBM.

D. POKOK BAHASAN 4: TEKNIK FASILITASIa. Teknik mendengar, b. Teknik bertanya, c. Teknik menghadapi situasi sulit,d. Dinamika bertanya,e. Curah pendapat.

IV. BAHAN BELAJARBahan tayang (slide ppt), LCD, komputer / laptop, flipchart (lembar balik), spidol, metaplan, kain tempel, skenario, lembar diskusi kelompok dan panduan bermain peran.

V. METODE PEMBELAJARANCeramah tanya jawab, diskusi kelompok, curah pendapat dan bermain peran.

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARANJumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 4 jam pelajaran (T=2 jp, P=2 jp, PL=0 jp) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

A. Langkah 1: Pengkondisian (15 menit)1. Penyegaran dan pencairan suasana,2. Fasilitator menggali harapan peserta tentang materi dan keterampilan yang ingin dicapai

melalui sesi ini,3. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang digunakan,4. Menggali pendapat peserta tentang komunikasi, advokasi, dan fasilitasi, dan mendiskusikannya.

Proses pembelajaran menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secara aktif, 5. Berdasarkan pendapat peserta, pelatih menjelaskan tentang komunikasi, advokasi, dan

fasilitasi.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM77

B. Langkah 2: Pembahasan Pokok Bahasan (150 menit)1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:

• Komunikasi,

• Advokasi,

• Prinsip-prinsip dasar fasilitasi, dan

• Teknik fasilitasi.

2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta.

3. Fasilitator membagi peserta ke dalam 4 kelompok dan meminta mereka untuk bermain peran komunikasi, advokasi dan fasilitasi yang efektif.

4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi hasil diskusi kelompok dan simulasi yang dilakukan.

C. Langkah 3: Rangkuman (15 menit):1. Fasilitator merangkum sesi pembelajaran.2. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan fasilitator memfasilitasi

pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain.3. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah

disediakan. 4. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan TPU dan TPK sesi telah tercapai.

VII. URAIAN MATERI A. POKOK BAHASAN 1: KOMUNIKASI

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, pendapat, perasaan, atau berita kepada orang lain. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai proses pertukaran pendapat, pemikiran atau informasi melalui ucapan, tulisan maupun tanda-tanda.

Dengan demikian maka komunikasi dapat mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain.

b. Bentuk-Bentuk Komunikasi

1. Komunikasi Verbal

Yang dimaksud dengan verbal adalah lisan, dengan demikian komunikasi verbal adalah penyampaian suatu informasi secara lisan, yang biasa kita kenal dengan berbicara. Namun dalam praktik sehari-hari, informasi juga disampaikan melalui tulisan. Meskipun dalam bentuk tulisan tetapi bahasa yang dipakai adalah bahasa lisan, sehingga digolongkan ke dalam komunikasi verbal. Pengiriman SMS (Short Message Service) merupakan salah satu contoh. Bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan, yang menunjukkan hubungan personal yang tinggi. Penerima pesan juga dapat langsung memberikan umpan balik. Bahkan orang dapat bertransaksi melalui SMS, seolah-oleh berbicara satu sama lain.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM78

Contoh lainnya adalah media tulisan, seperti buletin, pamflet, leaflet, dan sebagainya yang juga bertutur menyampaikan maksud dan tujuannya.

2. Komunikasi Non Verbal

Selain melalui lisan atau tulisan, pesan dapat disampaikan melalui cara berpakaian, waktu, tempat, isyarat (gestures), gerak-gerik (movement), sesuatu barang, atau sesuatu yang dapat menunjukkan suasanan hati perasaan pada saat tertentu.

Contoh komunikasi non verbal:

a. Cara berpakaian

Orang yang sedang berkabung karena kematian seseorang, biasanya akan berpakaian hitam-hitam atau memasang tanda dengan kain hitam di lengan bajunya, dengan demikian kita menjadi tahu bahwa orang tersebut dalam suasana berkabung. Seseorang yang biasanya berpakaian biasa-biasa saja tiba-tiba berpakaian lengkap dengan jas atau dasi, ini tentu juga suatu informasi bahwa yang bersangkutan mungkin sedang dalam suasana yang lain misalnya akan dilantik menjadi pejabat, akan menghadiri pesta atau pertemuan yang penting dan sebagainya.

b. Waktu

Bunyi beduk atau lantunan suara azan di mesjid atau mushola, memberikan informasi bahwa waktu shalat telah tiba. Contoh lain adalah bunyi bel di sekolah yang menunjukkan bahwa waktu masuk kelas, istirahat atau pulang telah tiba.

c. Tempat

Pemimpin suatu pertemuan atau rapat biasanya duduk di depan atau di kepala meja. Ini menginformasikan bahwa yang bersangkutan adalah pemimpin rapat yang biasanya orang penting atau memiliki jabatan tertentu. Ruang kerja kepala Puskesmas tentunya akan berbeda dengan ruang kerja juru imunisasi demikian juga ruang kerja dan peralatannya.

d. Isyarat

Peserta di suatu seminar secara spontan bertepuk tangan dengan riuh setelah mendengarkan paparan seorang penyaji yang mempresentasikan materinya dengan baik dan menarik. Tepuk tangan tersebut merupakan isyarat bahwa peserta puas terhadap paparan penyaji tersebut. Sebaliknya, jika peserta mulai menguap, atau keluar masuk kelas, atau ada yang berbisik-bisik ketika fasilitator memberikan materi/kuliah, ini suatu isyarat bahwa materi, atau cara membawakan materi tersebut kurang berkenan di hati peserta. Contoh lain misalnya mengacungkan dua jari tanda victory (kemenangan), menggeleng tanda tidak tahu, raut wajah yang asam tanda tidak senang, murung tanda bersedih, tangan mengepal tanda marah, tatapan mata bisa bermacam arti dan sebagainya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM79

c. Membangun Komunikasi yang Efektif

1. Strategi Membangun Komunikasi yang Efektif

Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila pesan yang dikirim oleh komunikator (sender) dapat diterima dengan baik dalam arti kata menyenangkan, aktual, nyata oleh si penerima (komunikan), kemudian penerima menyampaikan kembali bahwa pesan telah diterima dengan baik dan benar. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik. Agar terjadi komunikasi yang efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengetahui siapa mitra bicara

Dalam berkomunikasi kita harus menyadari benar dengan siapa kita berbicara, apakah dengan camat, lurah, bidan desa, tokoh masyarakat, atau kader. Kenapa kita harus mengetahui dengan siapa kita bicara? Karena dengan mengetahui audience, kita harus cerdas dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan informasi buah pikiran kita. Kita harus memakai bahasa yang sesuai dan mudah dipahami oleh audience kita.

Selain itu pengetahuan mitra bicara kita juga harus diperhatikan. Informasi yang ingin kita sampaikan mungkin bukan merupakan hal yang baru bagi mitra kita, tetapi kalau penyampaiannya menggunakan istilah-istilah yang tidak dipahami oleh mitra kita, informasi atau gagasan yang kita sampaikan bisa saja tidak dipahami oleh mitra. Dengan memperhatikan mitra bicara kita akan dapat menyesuaikan diri dalam berkomunikasi dengannya.

b. Mengetahui apa tujuan komunikasi

Cara kita menyampaikan informasi sangat tergantung kepada tujuan kita berkomunikasi, misalnya:

- Fasilitator STBM ingin menyampaikan informasi mengenai pelatihan pembuatan jamban di wilayah kecamatan A. Jika tujuannya hanya menyampaikan informasi maka komunikasi dapat dilakukan dengan membuat pengumuman atau surat edaran.

- Sebagian besar masyarakat di desa A masih BAB sembarangan, sehingga angka diare di desa A tinggi. Untuk itu, fasilitator mengusulkan dilakukan pemicuan di masyarakat. Bila tujuannya seperti ini tentu pendekatannya bukan dengan surat tapi melalui advokasi.

- Masyarakat desa A yang sudah terpicu, ingin membuat jamban sehat, namun, mereka tidak memiliki cukup biaya untuk membayar biaya pembuatan jamban secara kontan. Mereka mampu membayar secara mencicil selama beberapa waktu. Untuk kasus seperti ini tentunya yang paling cocok adalah melalui negosiasi dengan penyedia jasa (wirausaha STBM).

- Mengetahui dalam konteks apa komunikasi dilakukan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM80

Dalam berkomunikasi maka kita perlu mempertimbangkan keadaan atau lingkungan saat kita berkomunikasi. Bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Bisa saja kita menggunakan bahasa dan informasi yang jelas dan tepat tetapi karena konteksnya tidak tepat, reaksi yang kita peroleh tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Misalnya penggunaan kata mendukung :

Kita harus mendukung pelaksanaan STBM di desa/kelurahan kita.

Pemuda itu mendukung nenek tua yang sakit itu.

Penggunaan kata mendukung pada kedua kalimat tersebut konteksnya berbeda satu sama lain.

c. Mengetahui kultur

Dalam berkomunikasi harus diingat peribahasa “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” artinya dalam berkomunikasi kita harus memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan budaya atau kebiasaan orang atau masyarakat setempat. Misalnya berbicara sambil menunjuk sesuatu dengan telunjuk kepada orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya di daerah Jawa Barat atau Jawa Tengah bisa dianggap kurang sopan atau kurang ajar walaupun mungkin di daerah lain itu biasa-biasa saja. Atau kalau di daerah Sumatera Utara orang bisa berbicara dengan intonasi dan suara yang keras, maka apakah orang non Sumatera Utara harus mengimbangi pula dengan nada yang keras? Dalam hal ini, misalnya orang Sunda kalau berbicara dengan orang Batak tidak perlu bertutur seperti orang Batak, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian maka tidak terjadi salah tafsir yang mengakibatkan kegagalan komunikasi.

d. Mengetahui bahasa

Dalam berkomunikasi seyogyanya kita memahami bahasa mitra kita. Hal ini tidak berarti kita harus memahami semua bahasa dari mitra bicara. Oleh karena ada kata-kata yang menurut etnis tertentu merupakan hal yang lumrah tapi menurut etnis lain merupakan hal yang tabu untuk dikatakan atau mempunyai arti yang berbeda. Misalnya ucapan ‘nangka tok’ menurut bahasa Sunda berarti ‘nangka saja’, tetapi untuk orang Jawa ini lain artinya. Begitu juga ‘gedang’ menurut orang Sunda artinya ‘pepaya’ tapi menurut orang Jawa artinya ‘pisang’. Bahasa asing juga perlu kita pahami manakala kita berkomunikasi dengan orang asing yang tidak bisa berbahasa Indonesia, misalnya ada turis asing yang tersasar ke kampung kita, kita ingin menolongnya tapi tidak mengerti bahasa asing misalnya bahasa Inggris, padahal si turis tidak menguasai Bahasa Indonesia, maka jelas komunikasi akan terhambat sebab komunikasi verbal tidak jalan. Selain itu untuk memperjelas pesan yang hendak disampaikan dalam berkomunikasi, gunakanlah kalimat-kalimat sederhana

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM81

yang mudah dipahami. Kalimat panjang dan kompleks seringkali mengaburkan arti dan makna pesan yang akan disampaikan. Misalnya kepala puskesmas, berbicara kepada para sanitarian dalam suatu rapat “Bapak Ibu Sanitarian sekalian dalam rangka mensukseskan STBM, maka semua sanitarian harus menyadari akan arti pentingnya pembangunan kesehatan dengan memberdayakan semua potensi yang ada dalam masyarakat, untuk itu maka Bapak Ibu Sanitarian harus berusaha sekuat tenaga untuk membuat masyarakat berdaya dan mendukung STBM”. Kalimat tersebut terlalu panjang dan kompleks. Padahal informasi yang perlu disampaikan adalah bahwa agar program sanitasi yang menggunakan pendekatan STBM dapat dilaksanakan dengan memberdayakan potensi yang ada di masyarakat.

2. Komunikasi Verbal yang Efektif

Komunikasi akan efektif bila pesan yang disampaikan pemberi pesan diterima oleh penerima pesan sesuai dengan maksud penyampai pesan dan menimbulkan saling pengertian. Dalam komunikasi verbal atau berbicara yang didengar adalah suara yang diucapkan melalui kata-kata yang keluar dari mulut. Suara-suara itu harus mempunyai makna sehingga maksud dari berbicara itu dapat dimengerti. Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila:

- Pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud oleh si pengirim.

- Pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang dikehendaki oleh pengirim.

- Tidak ada hambatan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim.

a. Ciri-ciri komunikasi verbal yang efektif

- Langsung (to the point, tidak ragu menyampaikan pesan).

- Asertif (tidak takut mengatakan apa yang diinginkan dan mengapa).

- Ramah dan bersahabat (congenial).

- Jelas (hal yang disampaikan mudah dimengerti).

- Terbuka (tidak ada pesan dan makna yang tersembunyi).

- Secara lisan (menggunakan kata-kata untuk menyampaikan gagasan dengan jelas).

- Dua arah (seimbang antara berbicara dan mendengarkan).

- Responsif (memperhatikan keperluan dan pandangan orang lain).

- Nyambung (menginterpretasi pesan dan kebutuhan orang lain dengan tepat).

- Jujur (mengungkapkan gagasan, perasaan, dan kebutuhan yang sesungguhnya).

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM82

b. Ciri-ciri komunikasi verbal yang tidak efektif

- Tidak langsung (bertele-tele).

- Tidak mengatakan.

- Pasif (malu-malu, tertutup).

- Antagonistis (marah-marah, agresif, atau bernada kebencian).

- Kriptis (pesan atau maksud yang sesungguhnya tidak pernah diungkapkan secara terbuka).

- Satu arah (lebih banyak berbicara daripada mendengarkan).

- Tidak responsif (sedikit/ tidak ada minat terhadap pandangan atau kebutuhan orang lain).

- Tidak nyambung (respon dan kebutuhan orang lain disalahartikan dan disalah interpretasikan).

- Tidak terus terang (perasaan, gagasan dan keputusan diungkapkan secara tidak jujur).

c. Keterampilan berbicara

Pada dasarnya keterampilan berbicara dapat dipelajari dan ditingkatkan dengan berlatih, agar mampu berbicara secara efektif maka dalam tiap komunikasi baik informal maupun formal, beberapa teknik dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan efektivitas berbicara sebagai berikut:

- Percaya diri.

- Ucapkan kata-kata dengan jelas dan perlahan-lahan.

- Bicara dengan wajar, seperi biasanya jangan terkesan sebagai penyair atau sedang deklamasi.

- Atur irama dan tekanan suara dan jangan monoton. Gunakan tekanan dan irama tertentu, untuk menampilkan poin-poin tertentu, tapi hindarkan kesan sebagai pemain drama.

- Tarik nafas dalam-dalam 2 atau 3 kali untuk mengurangi ketegangan. Mengatur nafas secara normal dan jangan terkesan seperti orang yang dikejar-kejar. Bila perlu menghentikan pembicaraan sejenak, selain untuk mengambil napas juga berfungsi menarik perhatian.

- Hindari sindrom: ehm, ah, au, barangkali, mungkin, anu, apa, dan lain-lain. Jika terpojok dan kehabisan bicara atau lupa cukup berhenti sejenak, cara ini menunjukkan bahwa seakan-akan kita sedang berpikir dan akan berdampak positif dibanding mengatakan mengatakan ’apa’, ’ya, eh ...’, ’apa ya, saya pikir...’, ’barangkali’, dan seterusnya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM83

- Membaca paragraf yang dianggap penting dari teks tulisan. Jangan merasa malu melakukan hal ini, karena pendengar akan berpikir bahwa kita hanya menekankan poin pembicaraan tertentu agar lebih lengkap.

- Siapkan air minum. Ini sangat membantu pembicara berhenti sejenak juga untuk membasahi kerongkongan.

3. Komunikasi Non-Verbal yang Efektif

Komunikasi non verbal adalah proses pertukaran pesan/makna melalui berbagai cara selain kata-kata, yaitu melalui bahasa tubuh, ekspresi muka, tatapan, sentuhan tampilan vokal suara (volume, intonasi, irama, dsb.), baju yang dipakai, penggunaan ruangan, dll. Wajah mengekspresikan bagaimana perasaan kita, tubuh mengekspresikan intensitas emosi. Misal kalau sedih wajah terlihat murung atau dengan tangan mengepal kalau sedang marah.

Dalam komunikasi pertukaran makna verbal dan non verbal saling melengkapi, saling mempengaruhi dan tidak terpisahkan satu sama lain. Komunikasi interpersonal selalu menyangkut pesan verbal dan non verbal. Suatu kata yang sama diekspresikan dengan berbeda emosi yang berbeda akan bermakna berbeda. Misal: ”sebaiknya Bapak tidak buang air besar di sungai lagi, tapi di rumah”, bila disampaikan dengan kata-kata yang lembut akan diterima berbeda jika disampaikan dengan dengan kata-kata yang sama tapi dengan volume suara yang keras dan tegas. Kualitas komunikasi verbal seringkali ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: intonasi suara, ekspresi raut wajah, gerakan tubuh (body language).

Sebuah hasil riset (Mechribian & Ferris) menunjukkan bahwa dalam komunikasi verbal, khususnya pada saat presentasi keberhasilan penyampaian informasi adalah sebagai berikut :

- 55 % ditentukan oleh bahasa tubuh (body language),

- 38 % ditentukan oleh isyarat dan kontak mata,

- 7 % ditentukan oleh kata-kata.

Beberapa contoh yang dapat dikembangkan, agar komunikasi non verbal dapat lebih efektif :

a. Cara berpakaian

Cara berpakaian mengkomunikasikan siapa dan apa status seseorang, baik dalam pekerjaan sehari-hari maupun dalam waktu tertentu. Dalam STBM, fasilitator yang bertugas untuk membantu masyarakat, hendaknya berpakaian seperti masyarakat. Fasilitator janganlah berpakaian yang berbeda, misalnya datang ke masyarakat dengan menggunakan jas atau pakaian dokter, karena masyarakat akan merasa sungkan untuk berdiskusi dengan fasilitator ataupun dengan anggota masyarakat lainnya di dekat fasilitator. Jangan pula fasilitator

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM84

datang dengan pakaian compang-camping seperti pengemis, karena masyarakat akan merasa fasilitator sebagai orang yang lebih rendah dari mereka dan tidak bisa menghargai fasilitator secara setara dengan mereka.

b. Waktu

Di dalam berkomunikasi manfaatkan waktu secara tepat, artinya manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya. Karena waktu adalah sesuatu yang sangat berarti. Misalnya, kalau fasilitator akan berdiskusi dengan masyarakat, maka pilihlah waktu ketika masyarakat sedang santai, misalnya di sore atau malam hari.

c. Tempat

Tempat sangat menentukan efektivitas komunikasi, misalnya kantor adalah tempat kerja, restoran adalah tempat makan, lapangan tenis adalah tempat olahraga. Namun demikian seringkali urusan kantor bisa diselesaikan di lapangan tenis atau bahkan di hotel atau restoran. Dalam dunia bisnis dikenal istilah entertain yaitu untuk melobi rekan bisnis, pertemuan diadakan di restoran atau di hotel sambil menjamu rekan bisnis. Dan hal ini ternyata banyak membawa hasil ketimbang pertemuan dilakukan secara formal di kantor. Demikian pula misalnya tim fasilitator STBM bertemu dengan masyarakat di sawah, di sela-sela waktu istirahat dapat berkomunikasi secara informal mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sanitasi masyarakat. Selanjutnya hasil pembicaraan tersebut ditindaklanjuti di puskesmas bersama sanitarian dan tim fasilitator kecamatan lainnya.

Selain hal-hal tersebut diatas, perlu juga dipahami fungsi-fungsi yang menunjukkan ke-non-verbal-an komunikasi, antara lain :

• Pengulangan (repetition) yaitu pengulangan pesan dari individu dilakukan dengan verbal.

• Penyangkalan (contradiction) yaitu penyangkalan pesan yang dilakukan terhadap seseorang. Misalnya mengangkat bahu menyatakan ”tidak tahu”, menggeleng kepala sama dengan ”tidak”, dan sebagainya. Namun penggunaannya juga harus memperhatikan budaya atau kebiasaan, misal, untuk orang India menggelengkan kepala bukan berarti tidak.

• Pengganti pesan (substitution) misal mendelik berarti marah.

• Melengkapi pesan verbal, misalnya mengatakan ”bagus” sambil mengacungkan ibu jari, dan sebagainya.

• Penekanan (accenting) menggarisbawahi pesan verbal misalnya berbicara dengan sangat pelan atau menekan kaki.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM85

B. POKOK BAHASAN 2: ADVOKASIa. Pengertian Advokasi

Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui macam-macam bentuk komunikasi persuasif (JHU, 1999).

Advocacy is a combination on individual and action to design to gain political commitment, policy support, social acceptance and system support for particular health goal programs (WHO, 1989).

Advokasi kesehatan dapat diartikan juga suatu rangkaian komunikasi strategis yang dirancang secara sistematis dan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu baik oleh individu maupun kelompok agar pembuat keputusan membuat suatu kebijakan publik yang menguntungkan masyarakat.

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Berbeda dengan bina suasana, advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dll. Stakeholders yang dimaksud bisa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya. Yang juga tidak boleh dilupakan adalah tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah.

Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.

Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:

1. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi,

2. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah,

3. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah,

4. Berdasarkan kepada fakta (evidence-based),

5. Dikemas secara menarik dan jelas,

6. Sesuai dengan waktu yang tersedia.

Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan yaitu dengan membentuk jejaring advokasi atau forum kerjasama.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM86

b. Langkah-Langkah Advokasi STBM

Mendefinisikan isu strategis

Untuk melakukan advokasi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan atau mendefinisikan isu-isu strategis di suatu wilayah. Penetapan isu ini sangat penting sebagai dasar untuk melakukan kebijakan.

Sebagai contoh, isu strategis di bidang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah sebagai berikut :

- Enam puluh persen penduduk Indonesia yang tinggal di perdesaan tidak mempunyai akses terhadap sanitasi yang layak dan menghadapi resiko kesehatan yang lebih tinggi, setiap tahun tercatat sekitar 121.100 kasus diare yang memakan korban lebih dari 50.000 jiwa akibat kondisi sanitasi yang buruk, biaya kesehatan per tahun akibat sanitasi yang buruk mencapai 31 triliun rupiah. Indonesia kehilangan 5 triliun per tahun akibat buruknya sanitasi dan kebersihan, dan air limbah yang tidak diolah menghasilkan 6 juta ton kotoran manusia per tahun yang dibuang langsung ke badan air, sehingga biaya pengolahan air bersih menjadi semakin mahal.

Setelah diterapkan isu-isu strategis, kemudian dilakukan inventarisasi pemangku kepentingan, dan kemudian ditetapkan kegiatan-kegiatan advokasi yang perlu dilakukan. Sebagai contoh, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

NO. ISU PEMANGKU KEPENTINGAN KEGIATAN ADVOKASI

1 Kurangnya pengetahuan dan kepedulian pada kondisi PHBS

Pemda, dinas kesehatan, dinas pendidikan dan kebudayaan, TP PKK, LSM, orsosmas, toga / toma, media massa.

• Peningkatan kebijakan dan pendanaan untuk mendukung kegiatan PHBS.

• Penelitian formatif mengenai perilaku masyarakat dan strategi perubahan perilaku masyarakat yang berkelanjutan.

• Peningkatan ekspos media massa tentang PHBS.

•Pengkajian peraturan-perundang-undangan terkait dengan penerapan PHBS.

2 Masyarakat tidak mampu dalam penyediaan jamban sehat

Pemda,dinas kesehatan, dinas pendidikan dan kebudayaan, TP PKK, LSM, orsosmas, toga/toma, media massa.

• Kajian mengenai jamban sehat (cost benefit analysis).

• Peningkatan ekspos media massa tentang cost benefit dan benchmarking penyediaan jamban sehat.

Tabel 5: Inventarisasi Pemangku Kepentingan dan Kegiatan Advokasi Kerangka Isu Pilihan

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM87

NO KRITERIA UNTUK MEMILIH ISUNILAI (P)

1 2 3

1 Isu yang mempengaruhi banyak orang

2 Isu yang mempengaruhi terhadap program kesehatan

3 Isu dengan misi/mandat organisasi

4 Isu dengan tujuan pembangunan berwawasan kesehatan

5 Isu dapat dipertanggung jawabkan dengan intervensi advokasi

6 Isu dapat memobilisasi para mitra/pemangku kepentingan

TOTAL NILAI

Tabel 6: Pemilihan Isu Advokasi

Menentukan Tujuan Advokasi

Tujuan adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan yang akan dicapai pada masa tertentu. Dalam menetapkan tujuan advokasi lebih diarahkan pada perubahan perilaku untuk meyakinkan para penentu kebijakan yang berkaitan dengan isu-isu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dalam menetapkan harus didahulukan dengan pertanyaan, ”Siapa yang diharapkan mencapai seberapa banyak dalam kondisi apa, berapa lama, dan dimana?”.

Jadi secara umum dapat dikatakan tujuan advokasi adalah :- Realistis, bukan angan-angan.- Jelas dan dapat diukur.- Isu yang akan disampaikan.- Siapa sasaran yang akan diadvokasi.- Seberapa banyak perubahan yang diharapkan.

Penetapan tujuan advokasi sebagai dasar untuk merancang pesan dan media advokasi dalam merancang evaluasi. Jika tujuan advokasi yang ditetapkan tidak jelas dan tidak operasional maka pelaksanaan advokasi menjadi tidak fokus. Berikut adalah salah satu contoh menetapkan tujuan mengenai pentingnya sanitasi yang layak untuk masyarakat.

Tujuan Umum:

Meningkatnya akses masyarakat perdesaan di Kabupaten Bojonegoro atas jamban yang layak dari 37% menjadi 100% pada tahun 2014.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM88

Mengembangkan Pesan Advokasi

Pesan adalah terjemahan tujuan advokasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran.

Mengembangkan pesan advokasi diperlukan kemampuan perpaduan antara ilmu pengetahuan dan seni. Pesan advokasi mengajukan fakta dan data akurat, juga diharuskan mampu untuk membangkitkan emosi dan kemampuan seni untuk mempengaruhi para penentu kebijakan.Efektivitas pesan (Seven C’s for Effective Communication)Suatu pesan advokasi dapat dikatakan efektif dan kreatif jika memenuhi tujuh kriteria sebagai berikut :- Command Attention

Kembangkan suatu isu atau ide yang merefleksikan desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide akan membingungkan penentu kebijakan, sehingga mudah dilupakan.

- Clarify the MessageBuatlah pesan advokasi yang mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi penentu kebijakan. Sebab bila diremehkan oleh mereka secara otomatis pesan tersebut sudah gagal.

- Create TrustPesan advokasi dapat dipercaya dengan menyajikan data dan fakta yang akurat.

- Communicate the BenefitTindakan yang dilakukan harus memberi keuntungan sehingga penentu kebijakan merasa termotivasi untuk menerapkan kebijakan yang baru.

- ConsistencyPesan advokasi harus konsisten. Artinya sampaikan suatu pesan utama di media apa saja secara terus-menerus, baik melalui pertemuan, tatap muka, atau pun melalui media.

- Cather to the Heart and HeadPesan advokasi harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak hanya memberikan alasan teknis, tetapi harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan yang nyata.

- Call to Action Pesan advokasi harus dapat mendorong penentu kebijakan untuk bertindak atau berbuat sesuatu. Kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dicanangkan oleh pemerintah, merupakan suatu tindakan nyata untuk meningkatkan akses masyarakat perdesaan terhadap jamban yang layak.

Pesan Advokasi- Merupakan pernyataan yang singkat, padat dan bersifat membujuk.- Berhubungan dengan tujuan Anda dan menyimpulkan apa yang ingin Anda capai.- Bertujuan untuk menciptakan aksi yang Anda inginkan untuk dilakukan oleh

pendengar pesan Anda.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM89

Gaya Pesan Advokasi- Seruan : Emosional vs Rasional- Seruan : Positif vs Negatif- Seruan : Masa vs Individu- Kesimpulan Tertutup vs Kesimpulan Terbuka

Pengemasan Pesan- Presentasi adalah kunci untuk menyampaikan pesan.- Sebuah presentasi yang berhasil adalah presentasi yang menarik, didukung oleh

fakta yang sahih dan tampilan yang menarik.- Pengemasan mencakup cetakan, materi audiovisual.- Dukungan kemasan dengan ilustrasi sederhana, grafik dan foto.

a. Pengemasan materi bagi kelompok sasaran berbeda.

b. Penggalangan sumberdaya termasuk dana.Kenali dan coba dapatkan sumber daya (uang, tenaga, keahlian, jejaring dan perlengkapan lainnya) untuk melaksanakan kampanye advokasi.

c. Mengembangkan rencana kerjaPelaksanaan rencana kegiatan advokasi sesuai dengan identifikasi kegiatan, tugas pokok, dan fungsi dari para pelaksana, jangka waktu, serta sumber daya, POA yang dibutuhkan.

c. Cara Melakukan Advokasi yang Efektif1. Analisa Pemangku Kepentingan Analisis pemangku kepentingan diperlukan karena sangat penting peranannya dalam

pengembangan rencana advokasi selanjutnya. Dalam analisis tersebut, setiap pemangku kepentingan potensial dijajagi siapa dan seberapa besar peranannya dalam isu yang akan diadvokasi.

Contoh Analisis Pemangku Kepentingan:

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM90

Pengambil KeputusanHal yang perlu diidentifikasi adalah:- Siapa, jumlah, lokasi dan jenis kelamin.- Pengetahuan tentang masalah atau isu advokasi.- Saluran untuk mencapai pengambil keputusan.- Seberapa jauh pengaruhnya terhadap isi advokasi.- Apakah mendukung atau menentang masalah/isu advokasi dan alasannya.

Sekutu/mitra/temanHal yang perlu diidentifikasi adalah :• Siapa, jumlah, lokasi dan jenis kelamin.• Pengetahuan tentang isu advokasi.• Jejaring kerja dan besarnya kelompok.• Kekuatan spesial seperti hubungan dengan media, kemampuan mobilisasi massa.• Pengalaman masa lalu di bidang advokasi.• Keinginan untuk membagi pengalaman keahlian dan sumber daya.• Harapan bergabung sebagai anggota sekutu.

Kelompok bertahan/menolak lawanHal yang perlu diidentifikasi adalah :• Siapa, jumlah, lokasi dan jenis kelamin.• Pengetahuan tentang masalah atau isu advokasi.• Alasan bertahan/menentang.• Bagaimana menjangkau kelompok oposisi.• Kepada siapa kelompok tersebut berkonsultasi dan melihat kelemahan dan

kekuatannya.

2. Strategi AdvokasiAdalah sebuah kombinasi dari pendekatan, teknik dan pesan-pesan yang diinginkan oleh para perencana untuk mencapai maksud dan tujuan advokasi.

Langkah-langkah kunci dalam merumuskan strategi advokasi:- Mengidentifikasi dan menganalisa isu advokasi.- Mengidentifikasi dan menganalisa pemangku kepentingan utama.- Merumuskan tujuan yang terukur.- Mengembangkan pesan-pesan utama advokasi.- Mengembangkan strategi (pendekatan, teknik-teknik, pesan-pesan, dll).- Mengembangkan rencana aksi advokasi.- Merencanakan pengawasan, pemantauan, dan penilaian.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM91

Rangkaian Perubahan Perilaku :Strategi Advokasi yang memungkinkan perubahan

3. PendekatanPendekatan merupakan kunci advokasi

- Melibatkan para pemimpin/pengambil keputusan,- Menjalin kemitraan,- Memobilisasi kelompok peduli.

a. Lobi Politik

Merupakan suatu teknik advokasi yang bertujuan untuk menyampaikan kebijakan publik melalui pertemuan, telepon resmi, surat, intervensi media, dll. Lobi politik seringkali diarahkan kepada sekelompok pemimpin politik.

Hal-hal yang harus diingat:

- Akan efektif bila terdapat kebutuhan bersama yang spesifik dari sistem legislatif.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM92

- Identifikasi anggota DPRD kunci yang anda ingin raih, jadikan mereka sebagai individu atau komite yang berhubungan dengan pokok persoalan.

- Bertindaklah secara terfokus, tetapkan hanya pada satu pokok persoalan untuk tiap-tiap komunikasi.

- Cari tahu posisi anggota DPRD dan latar belakangnya.

- Buatlah hubungan pribadi, jika Anda memiliki teman atau kolega yang akrab dengan anggota parlemen tersebut, beritahu dia mengenai hal ini.

- Sampaikan kebenaran, memberikan informasi yang salah akan berakibat sebaliknya.

- Melobi membutuhkan kesinambungan, kadang-kadang melebihi waktu yang telah ditentukan.

b. Petisi

• Merupakan pernyataan tertulis dan resmi untuk menyampaikan isu masalah yang sedang hangat diperbincangkan.

• Mewakili suatu pandangan kolektif dan tidak hanya individu dan kelompok tertentu.

• Merupakan pernyataan yang singkat dan jelas atas isu permasalahan dan tindakan apa yang perlu dilakukan diikuti dengan nama dan alamat dari sejumlah besar inividu yang mendukung petisi tersebut.

C. POKOK BAHASAN 3: PRINSIP-PRINSIP DASAR FASILITASIa. Prinsip Dasar Fasilitasi

Fasilitasi adalah proses sadar untuk membantu sebuah kelompok sehingga dapat berhasil melaksanakan tugas mereka sambil tetap berhasil menjaga eksistensi kelompok tersebut.

b. Peran dan Fungsi Fasilitator

Sesuai dengan semangat partisipatif, fasilitator mempunyai peran:

1. Sebagai Katalisator (Catalyst),

2. Sebagai Pemberi Bantuan dalam Proses (Process helper),

3. Sebagai Pengubung dengan Sumber Daya (Resource Linker),

4. Sebagai Pemandu Masyarakat untuk Menemukan Solusi,

5. Sebagai Pendamping dalam Proses Pemantauan dan Evaluasi.

c. Perilaku Fasilitator dalam STBM

Tugas seorang fasilitator dalam pendekatan STBM adalah memfasilitasi suatu proses pemicuan agar terjadi perubahan perilaku masyarakat atas inisiatif masyarakat sendiri.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM93

Atas dasar prinsip-prinsip dalam metode pemicuan STBM yaitu:

1. Tanpa subsidi kepada masyarakat,

2. Tidak menggurui, tidak memaksa dan tidak mempromosikan jamban,

3. Masyarakat sebagai pemimpin,

4. Totalitas; seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan – perencanaan – pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan.

5. Hindari formalitas (berpakaian seragam dinas dan membawa nama instansi atau lembaga).

Maka perilaku seorang fasilitator pemicu kepada masyarakat berdasarkan prinsip kesetaraan, tidak ada yang dianggap lebih tinggi (upper) atau dianggap lebih rendah (lower). Bahkan masyarakat sasaran adalah pihak yang lebih tahu tentang perilaku dan kebiasaan yang sudah mereka lakukan selama bertahun-tahun.

Untuk menggali dan mengidentifikasi bagaimana seharusnya sikap dan perilaku seorang fasilitator pemicu pada saaat proses pemicuan, lakukan curah pendapat dan diskusi secara partisipatif kepada semua peserta pelatihan. Tanyakan bagaimana sikap kita saat berhadapan dengan orang yang lebih banyak tahu dibanding diri kita. Hubungan antara seorang fasilitator dan masyarakat sasaran dapat diumpamakan seperti sikap antara seorang murid (diri fasilitator) terhadap guru (masyarakat sasaran). Jawaban peserta yang diharapkan muncul adalah bahwa perilaku seorang fasilitator haruslah:

• Penuh sopan santun dan hormat,

• Banyak bertanya untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan,

• Selalu mendengarkan apapun informasi yang disampaikan masyarakat,

• Bersikap kritis dan ingin menggali lebih dalam (misalnya tentang kenapa masyarakat berperilaku buruk, dan apa sebenarnya pendapat masyarakat terhadap perilaku buruknya),

• Sabar dan tidak terburu-buru dalam memfasilitasi proses,

• Tidak mengajari/tidak menggurui/tidak menyuruh ataupun manganjurkan sasaran harus berbuat ini dan itu,

• Tidak langsung menjawab terhadap pertanyaan masyarakat sasaran, tetapi mengembalikan mereka untuk mencoba menjawabnya (tidak memberikan solusi. Solusi ada pada masyarakat sendiri).

Dari berbagai informasi dan pendapat masyarakat, fasilitator kemudian meramu suatu pertanyaan tentang apa yang akan diperbuat masyarakat ke depan untuk keluar dari kondisi buruk/tidak nyaman seperti sekarang ini. Jawaban masyarakat akan menjadi komitmen mereka tentang apa yang akan mereka lakukan (berubah perilaku), kapan memulai dan bagaimana caranya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM94

Jika seorang calon fasilitator belum bersikap dan perilaku seperti diatas maka sangat penting untuk memulai perubahan sikap dan perilaku dari sisi diri sendiri (sebagai individu), juga dari sisi profesi dan dari sisi institusi. Jika perubahan sikap dan perilaku seorang fasilitator sudah terjadi maka dia akan bisa berbagi (sharing) informasi dengan masyarakat sasaran dan dapat berupaya untuk merubah perilaku masyarakat menggunakan metode pemicuan yang ada. Hal diatas menjadi 3 pilar utama dalam pendekatan penilaian secara partisipatif seperti tergambar dalam segitiga berikut:

Gambar 5: Pendekatan Penilaian Partisipatif

d. Fasilitasi yang Harus Dilakukan dan Dihindari dalam STBMDalam STBM, faktor penentu keberhasilan dan kegagalan (dapat diterapkan dan tidaknya) pendekatan ini sangat tergantung dari masyarakat. Meskipun bukan merupakan kesalahan fasilitator jika masyarakat “menolak” untuk mengimplementasikan pendekatan STBM dalam komunitas mereka, namun peran fasilitator sangat berpengaruh. Sehingga, ada beberapa hal yang harus dihindari oleh fasilitator dan beberapa hal yang sebaiknya dilakukan saat memfasilitasi masyarakat. misalnya:

JANGAN LAKUKAN LAKUKAN

Menawarkan subsidi Memicu kegiatan setempat.

Dari awal katakan bahwa tidak akan pernah ada subsidi dalam kegiatan ini. Jika masyarakat bersedia maka kegiatan bisa dilanjutkan tetapi jika mereka tidak bisa menerimanya, hentikan proses.

Mengajari Memfasilitasi

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM95

Menyuruh membuat jamban, sarana dan prasarana sanitasi, atau memperlihatkan contoh-contoh tipe jamban selama proses pemicuan

Memfasilitasi masyarakat untuk menganalisa kondisi mereka, yang memicu rasa jijik dan malu dan mendorong orang dari BAB di sembarang tempat menjadi BAB di tempat yang tetap dan tertutup.

Memberikan alat-alat atau petunjuk kepada orang perorangan

Melibatkan masyarakat dalam setiap pengadaan alat untuk proses fasilitasi.

Menjadi pemimpin, mendominasi proses diskusi. (selalu menunjukkan dan menyuruh masyarakat melakukan ini dan itu pada saat fasilitasi)

Fasilitator hanya menyampaikan “ pertanyaan sebagai pancingan” dan biarkan masyarakat yang berbicara/diskusi lebih banyak.

(masyarakat yang memimpin).

Memberitahukan apa yang baik dan apa yang buruk

Membiarkan mereka menyadarinya sendiri

Langsung memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan masyarakat

Kembalikan setiap pertanyaan dari masyarakat kepada masyarakat itu sendiri, misalnya: “jadi bagaimana sebaiknya menurut bapak/ibu?”

APA YANG DILAKUKAN (DO) DAN TIDAK DILAKUKAN (DON’T) UNTUK PELATIHAN DAN PERLUASAN KEGIATAN

Dilakukan• Identifikasi orang yang sudah dilatih dengan kinerja yang baik selama melakukan

pemicuan.• Pilih, latih dan dukung fasilitator yang baik kinerjanya.• Menegaskan bahwa semua pelatihan memanfaatkan pengalaman pembelajaran

pemicuan dan tindak lanjut yang segera dapat dilaksanakan.• Komitmen untuk bekerja penuh waktu (full time) bagi tenaga pelatih dan fasilitator.• Arahkan fasilitator untuk berkerja secara tim.• Mulai dengan situasi yang menyenangkan.• Cari dan bentuk jejaring dengan duta (champion).• Penyuluhan/kampanye.• Mendorong kompetisi dan rayakan bila ada yang sukses.• Perkuat inovasi dan pembelajaran.• Identifikasi dan dukung fasilitator masyarakat.• Monitor progress setelah pemicuan.• Kembangkan metode yang menjadikan STBM sebuah gerakan yang luas dan mandiri.• Pertimbangkan penggunaan STBM bagai pintu masuk untuk pengembangan strategi

program lain.

Mungkin yang Paling Penting dari Semua adalahPastikan bahwa semua pelatihan dilaksanakan sesuai prinsip STBM termasuk pemicuan masyarakat

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM96

Tidak Dilakukan

• Jangan mengorbankan kualitas untuk mempercepat perluasan kegiatan.• Jangan mengijinkan atau mendukung pelatihan bagi pelatih atau fasilitator dalam

kelas tanpa proses pemicuan dan tidak lanjut.• Jangan merekrut lembaga pelatihan atau lembaga lainnya yang tidak pernah

melakukan proses STBM di lapangan.• Jangan merekrut atau mendukung lembaga atau LSM yang menyalah-gunakan

metode STBM.

D. POKOK BAHASAN 4: TEKNIK FASILITASIa. Teknik Mendengar

Apakah bedanya mendengar dan ”mendengarkan”? Apakah bedanya menggambar dan ”menggambarkan”? Mendengar yang pertama adalah memasukkan suara ke telinga, sedangkan mendengar yang kedua (mendengarkan) adalah mengolah suara yang masuk ke telinga menjadi lebih bermakna. Menggambar yang pertama adalah kerja teknis tangan kita dengan pensil atau alat tulis di atas kertas, sedangkan menggambar yang kedua adalah menggambarkan bentuk yang bermakna.

Untuk mendengar secara lebih bermakna, kita dibantu sejumlah pertanyaan. Pertanyaan itu membuat kita lebih mengerti makna dari pernyataan atau ucapan dari si pembicara. Ketika si pembicara mengatakan ” Saya setuju bahwa”. Maka kita ajukan pertanyaan: ”Apa yang anda setuju tadi?”. Sehingga kita menjadi pendengar yang lebih baik, atau mendorong orang lain untuk mendengar secara lebih baik.

Apabila terdapat peserta yang berbicara berputar- putar dan nampak tidak yakin apakah penjelasannya ditangkap oleh pendengar sehingga mengulang-ulang dan menjadi bingung sendiri, triks paraphrasing diperlukan untuk membantu si pembicara memperjelas GAGASAN POKOK yang ingin disampaikannya. Itu juga berarti kita mendengarkan si pembicara secara lebih baik dan membantu pendengar untuk mendengarkan secara lebih baik.

Untuk peserta atau pembicara yang ’pelit’ bicara, atau peserta yang kesulitan menyampaikan gagasannya secara lengkap, triks ”drawing people out” diperlukan. Triksi ini dimaksudkan untuk meminta pembicara menjelaskan lagi pernyataannya dan atau mengklarifikasi, serta merumuskan kembali gagasan pokoknya. Triks ”mirroring” serupa tapi tidak sama dengan paraphrasing, karena menyampaikan kembali pembicaraan peserta tetapi dengan mengutip kembali kalimatnya secara lengkap. Jadi, fasilitator tidak menggunakan kalimatnya sendiri melainkan kalimat si peserta (si pembicara) seperti apa adanya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM97

Trik - Trik Mendengarkan

Berikut adalah 11 macam teknik mendengarkan yang sebaiknya dimiliki fasilitator:

Triks 1: Membahasakan Kembali (Paraphrasing) • Membahasakan kembali merupakan teknik yang paling penting untuk dipelajari.

Teknik ini merupakan dasar dari teknik lainnya. • Teknik ini bersifat menenangkan, membuat peserta paham bahwa ucapannya

dimengerti orang lain. • Terutama digunakan untuk menanggapi jawaban yang berbelit dan membingungkan.

Bagaimana Caranya?• Gunakan kalimat sendiri untuk membahasakan kembali jawaban warga. • Kalau jawabannya pendek, bahasakan kembali secara pendek pula, jika panjang,

bahasakan kembali dengan meringkasnya. • Awali dengan kalimat seperti, ”Tadi ibu mengatakan ............................................. ” • Sesudahnya perhatikan reaksi orang itu. Sertai dengan kata, misalnya : ”Apa itu

yang ibu maksud?”

Trik 2 : Menarik Keluar (Drawing People Out) • Karena jawaban warga kurang lengkap, fasilitator perlu menarik keluar gagasan

yang belum dikatakan. • Gunakan teknik ini bila warga mengalami kesulitan menjelaskan gagasan.

Bagaimana Caranya?• Dahului dengan teknik membahasakan kembali, ”tadi Bapak mengatakan .........” • Lanjutkan dengan pertanyaan terbuka, seperti, ”bisa lebih diperjelas?.” • Ada juga cara lain. Setelah peserta selesai bicara sambut dengan kata sambung

seperti, ”karena” atau ”jadi”.

Trik 3: Memantulkan (Mirroring) • Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang memantulkan kata-kata warga.

Tujuannya, meyakinkan warga bahwa fasilitator mendengarkan ucapannya. • Biasanya digunakan mempercepat diskusi yang lamban. Sesuai untuk memfasilitasi

proses curah pendapat. Bagaimana Caranya?

• Kalau warga mengatakan satu kalimat, pantulkan kata demi kata setepat-tepatnya. Tidak kurang tidak lebih. Jika lebih dari satu kalimat, pantulkan kata-kata yang penting.

• Gunakan kata-kata warga, bukan kata-kata fasilitator. • Kalau dia berkata-kata dengan menggebu-gebu, pantulkan dengan nada bicara

tenang. • Tujuan utamanya adalah membangun kepercayaan peserta.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM98

Trik- 4 : Mengumpulkan Gagasan (Gathering Ideas) • Adalah teknik mendata gagasan secara cepat. Hanya untuk mengumpulkan dan bukan

hendak mendiskusikannya. • Kumpulkan gagasan dengan memadukan teknik membahasakan kembali. Agar lebih

cepat, gunakan teknik memantulkan. Dengan memantulkan ucapan, warga merasa didengarkan dan mereka akan ikut menyampaikan gagasan secara singkat. Biasanya dalam 3 sampai 5 kata. Jadi, kita lebih mudah menuliskannya di papan tulis.

Bagaimana Caranya?• Awali dengan penjelasan tugas secara singkat. Lakukan curah pendapat.

Kumpulkan gagasan sebanyak-banyaknya. • Tuliskan gagsaan para peserta, apapun yang mereka katakan, dengan memakai

teknik memantulkan atau teknik membahasakan kembali. • Jika peserta telah merasa cukup, sudahi proses ini. Berikan penghargaan terhadap

semua pandangan peserta

Triks- 5 : Mengurutkan (stacking) • Adalah semacam teknik menyusun antrian bicara, ketika beberapa orang

bermaksud berbicara pada waktu bersamaan. • Dengan teknik ini, setiap orang akan mendengarkan tanpa gangguan dari orang yang

berebut kesempatan bicara. • Karena setiap orang tahu gilirannya, tugas fasilitator menjadi lebih ringan.

Bagaimana Caranya?• Fasilitator meminta mereka yang hendak bicara untuk mengacungkan tangan. • Fasilitator mengurutkan giliran yang akan bicara. • Fasilitator mempersilahkan peserta untuk bicara ketika tiba gilirannya. • Sesudah peserta terakhir selesai bicara, fasilitator memeriksa jika ada peserta lain

yang hendak bicara. Jika ada, fasilitator kembali melakukan teknik mengurutkan.

Triks-6 : Mengembalikan ke Jalurnya (Tracking) • Bayangkan bila ada lima orang yang ingin membicarakan berbagai akibat dari

penumpukan sampah. Empat orang ingin menghitung biaya pengadaan kereta pengangkut sampah. Tiga orang tertarik membahas pemanfaatan sampah menjadi pupuk organik.

• Biasanya orang menganggap bahwa apa yang ia anggap penting seharusnya terpilih menjadi topik diskusi. Pada keadaan ini, fasilitator bertugas mengembalikan diskusi ke jalurnya

• Teknik ini akan menenangkan orang yang bingung karena gagasannya tidak mendapatkan sambutan dari orang lain.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM99

Biasanya teknik ini membuat orang lebih memahami situasi diskusi. Jika ada yang mencoba menjelaskan bahwa saran dia penting, tunjukkan perhatian. Namun, jangan bersikap pilih kasih. Tanyakan juga pendapat orang yang lain.

Triks-7 : Menguatkan (Encouraging) • Adalah teknik mengajak orang ikut terlibat dalam diskusi, tanpa membuat mereka

tersiksa karena terpaksa menjadi pusat perhatian. • Dalam diskusi biasanya ada peserta yang hanya duduk dan diam. Diam bukan berarti

malas atau tidak mau tahu. Mereka merasa kurang terlibat. Dengan sedikit dorongan, temukan sesuatu yang menarik perhatian mereka.

• Teknik menguatkan terutama membantu selama tahap awal diskusi, pada saat para peserta masih menyesuaikan diri. Bagi peserta yang lebih terlibat, mereka tidak membutuhkan begitu banyak penguatan untuk berpartisipasi.

Bagaimana caranya?• ”Siapa lagi yang ingin menyumbangkan gagasan?”,• ”Sudah ada beberapa pendapat dari perempuan, sekarang mari kita dengar pendapat

dari laki-laki”.• ”Kita sudah mendengar pendapat ibu Tini tentang prinsip-prinsip umum memilih

kepala desa. Adakah yang ingin memberikan contoh tentang pelaksanaan prinsip tersebut?”.

• ”Apakah masalah ini dirasakan oleh semua yang hadir di sini?”.• ”Mari kita dengar pendapat dari teman-teman yang sementara ini belum berbicara”.

Triks 8 : Menyeimbangkan (Balancing) • Pendapat paling kuat dalam suatu diskusi seringkali datang dari orang yang

mengusulkan topik diskusi. Mungkin ada sebagian peserta yang mempunyai pendapat lain, tapi belum mau bicara.

• Teknik menyeimbangkan membantah anggapan umum bahwa ”diam berarti setuju”.Teknik menyeimbangkan gunanya untuk membantu orang yang tidak bicara karena merasa pendapatnya pasti tidak disetujui banyak orang.

• Dengan teknik menyeimbangkan, fasilitator sebenarnya menunjukkan bahwa dalam diskusi orang boleh menyatakan pendapat apapun.

Bagaimana Caranya?• ”Baiklah, sekarang kita mengetahui pendirian dari tiga orang. Adakah yang lain atau

memiliki pendirian yang berbeda”?• ”Ada yang mempunyai pendangan lain?”• ”Apakah klita semua setuju dengan ini?”.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM100

Triks 9 : Membuka Ruang (Making Space) • Teknik membuka ruang adalah teknik membuka kesempatan kepada peserta yang

pendiam untuk terlibat dalam diskusi. • Dalam setiap diskusi selalu ada yang bicara terus, ada yang jarang bicara. Pada

saat diskusi berlangsung cepat, orang pendiam dan yang berpikir lambat mungkin mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri.

• Ada orang yang tidak mau berperan banyak, karena tidak ingin dianggap ingin menang sendiri. Ada pula yang ikut dalam diskusi sambil meraba-raba apakah ia dapat diterima atau tidak. Banyak juga yang enggan bicara karena menganggap dirinya bodoh. Maka, fasilitator perlu membuka ruang partisipasi.

Bagaimana Caranya?• Amati peserta diskusi yang pendiam. Perhatikan gerak tubuh atau mimik mukanya,

apakah menunjukkan bahwa mereka ada hasrat untuk bicara? • Persilakan mereka untuk bicara.”Apakah ada yang hendak Ibu kemukakan?”.

”Apakah Bapak ingin menambahkan sesuatu?”. ”Kelihatannya Anda mau mengatakan sesuatu?”.

• Jika mereka mundur, perlakukan mereka dengan ramah dan segeralah beralih. Tak seorangpun suka dipermainkan. Setiap orang berhak memilih kapan ia berpartisipasi.

• Jika si pendiam tampaknya ingin bicara, jika perlu tahan orang lain, untuk bicara.

Triks - 10 : Diam Sejenak (Intentional Silence) • Adalah berhenti bicara selama beberapa detik. Menunggu sejenak agar si

pembicara menemukan apa yang ingin ia katakan. • Banyak orang membutuhkan keadaan tenang untuk untuk mengenali pemikiran

atau perasaannya. Kadang - kadang berhenti bicara beberapa detik sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin berisiko. Ada pula yang diam sejenak untuk menyusun pikirannya.

• Gunakan teknik ini jika peserta diskusi terlalu mudah berbicara. Teknik ini akan mengajak mereka untuk berpikir lebih mendalam.

Bagaimana Caranya?• Hening selama lima detik tampaknya begitu lama, Banyak orang tak sabar

dengan ”keheningan” tersebut. Jika fasilitator mampu melakukannya, orang lain pun akan mampu.

• Tetaplah tenang. Pelihara kontak mata pada pembicara. • Jangan berkata apapun. Bahkan tidak juga berdehem atau batuk-batuk kecil atau

menggaruk dan menggeleng-gelengkan kepala. Tetaplah tenang dan berikan perhatian.

• Jika perlu, angkat tangan untuk memberi isyarat kepada orang-orang agar tidak memecahkan keheningan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM101

Triks-11: Menemukan Kesamaan Pemikiran Dasar

• Teknik menemukan kesamaan pemikiran dasar terutama berguna ketika peserta diskusi terbelah oleh perbedaan pendapat. Teknik ini dapat memperjelas letak persamaan dan pertentangan pendapat yang terjadi dalam diskusi.

• Teknik ini dapat membangkitkan harapan. Membuat warga tersadar bahwa mereka saling bertentangan, mereka memiliki kesamaan tujuan. Untuk hal yang dasar mereka memiliki banyak kesamaan.

Bagaimana Caranya?

• Katakan bahwa kita akan merangkum hal-hal yang menjadi perbedaan dan persamaan di dalam kelompok diskusi.

• Ringkaskan perbedaan-perbedaan.

• Catat aspek-aspek dasar yang sama.

• Periksa catatan tersebut bersama peserta.

b. Teknik Bertanya

Agar proses fasilitasi berhasil, fasilitator harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Sebagai acuan dalam diskusi penting dilakukan untuk membuat daftar pertanyaan kunci supaya proses diskusi tidak melebar kemana-mana. Dalam pelaksanaan juga perlu diperhatikan karakteristik peserta supaya kita dapat mengatasi peserta-peserta yang ‘sulit’ (dominan, diam saja, ngobrol sendiri dan sebagainya).

Anggapan banyak pihak, keterampilan yang paling dibutuhkan untuk memfasilitasi adalah “pandai berbicara” padahal keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh seorang fasilitator adalah mendengarkan dan bertanya. Bertanya adalah keterampilan yang mutlak harus dikuasai oleh fasilitator, karena hakekat dari fasilitasi dan komunikasi partisipatif adalah menggali dengan pertanyaan-pengalaman peserta dan membantu proses agar peserta bisa menganalisa sendiri masalah-masalah yang dihadapi dan menemukan jalan pemecahannya. Tidak jarang ditemui, biasanya terjadi pada fasilitator pemula, fasilitator panik dan bukannya menggali pemahaman peserta akan tetapi malah menyimpulkan dan berceramah berdasarkan pengetahuannya dengan mengatasnamakan pengalaman belajar para peserta. Di lain pihak fasilitator juga seiringkali tidak sabar untuk “menunggu” peserta berpikir dan mendengarkan peserta dalam mengungkapkan isi pikirannya.

Agar peserta bisa mengungkapkan isi pikirannya, dan fasilitator konsentrasi mendengarkan yang diungkapkan peserta maka kita perlu dibantu oleh beberapa pertanyaan. Pertanyaan itu akan membuat peserta lain dan kita lebih mengerti makna yang ingin diungkapkan oleh si pembicara.

Teknik bertanya dalam proses fasilitasi sebenarnya sederhana, yang paling penting harus tetap mencerminkan komunikasi yang dialogis dan multi arah sehingga proses diskusi bukan hanya

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM102

milik fasilitator akan tetapi milik para peserta diskusi. Artinya fasilitator harus memberikan ruang kepada peserta untuk mengungkapkan pendapat dan pengalamannya.

Secara teknis sebaiknya diperhatikan agar:

1) Setiap pertanyaan yang diajukan tidak panjang lebar–singkat dan jelas, jika perlu ulangi sampai peserta merasa jelas, terutama jika pertanyaan tersebut hanya ditujukan pada peserta tertentu.

2) Usahakan jangan sampai peserta “gelagapan” atau malah gugup menjawabnya, maka hindari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tendensius apalagi dengan gaya bertanya yang menghakimi.

3) Tidak terjadi debat kusir apabila ada pertanyaan dari peserta dilempar kepada peserta lainnya.

Contoh jenis-jenis pertanyaan yang paling sering digunakan :

Pertanyaan Ingatan

• Dimana Anda mengalami?

• Kapan hal itu terjadi?

• Apakah kejadian seperti itu pernah terjadi pada diri Anda?

• Dengan pengalaman ini, apakah bisa dikatikan dengan pengalaman Anda sebelumnya?

Pertanyaan Pengamatan

• Apa yang sedang terjadi?

• Apakah Anda melihatnya?

Pertanyaan Analitis

• Mengapa perbedaan itu terjadi?

• Bagaimana akibat kegiatan ini terhadap perilaku kelompok?

Pertanyaan Hipotetik (Memancing Praduga)

• Apa yang akan terjadi jika….?

• Kemungkinan apa akibat seandainya….?

Pertanyaan Pembanding

• Siapakah yang dalam hal ini yang benar?

• Mana yang Anda anggap paling tepat antara…. dan ….?

Pertanyaan Proyektif (Mengungkap ke Depan)

• Coba bayangkan seandainya Anda menghadapi situasi seperti itu, apa yang akan Anda lakukan?

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM103

Apapun bentuk dan jenis pertanyaannya, semuanya mengacu pada pertanyaan pokok, APA, SIAPA, DIMANA, MENGAPA, KAPAN dan BAGAIMANA. Bila dihubungkan dengan tahapan dalam alur belajar pengalaman berstruktur, maka kunci–kunci pertanyaan yang biasa dipakai adalah:

Mengungkapkan;

1) Mengungkapkan fakta biasanya memakai kata tanya : APA, SIAPA, DIMANA dan KAPAN

2) Mengungkapkan fakta atau pendapat (opini) bisanya memakai kata kunci BAGAIMANA ;

3) Mengungkapkan apa yang nyata-nyata terjadi dan dialami peserta memakai kata kunci APA, SIAPA, DIMANA dan KAPAN selain itu juga jenis-jenis ’pertanyaan ingatan’ dan ’pengamatan’ banyak digunakan dalam tahap ini.

Menganalisa dan kesimpulan menggunakan kata kunci BAGAIMANA dan MENGAPA. Jenis pertanyaan ’analitik’, hipotetik’ dan ’pembanding’ juga lebih banyak digunakan. Jenis pertanyaan ’proyektif lebih tepat digunakan pada tahap kesimpulan.

c. Teknik Menghadapi Situasi Sulit

• Cek perasaan semua peserta/seluruh kelompok: lemparkan pertanyaan kepada seluruh kelompok untuk memperoleh pendapat kelompok tentang masalah yang muncul: “Bagaimana menurut yang lain?”

• Pusatkan kembali perhatian “Ok Lin, saya rasa itu masalah yang berbeda dengan apa yang sedang kita bahas–boleh disimpan dulu untuk kemudian kita diskusikan?

• Gunakan bahasa tubuh. Berdirilah dan berjalan menuju tengah-tengah ruangan, ajak peserta untuk terlibat dengan kontak mata dan mencondongkan badan ke depan.

• Gunakan humor yang sepantasnya; kalau digunakan dengan pantas, humor akan mengurangi ketegangan. Tetapi, kalau bercanda jangan membuat orang lain ditertawakan.

• Ingatkan akan norma kelompok, ”Satu hal yang kita sepakati pada awal pertemuan adalah jangan ada diskusi swasta. Bisakah kita mentaati norma ini?”

• Alihkan perhatian, “Bisa minta waktu 2 menit lagi sebelum kita lanjutkan ke kesimpulan?”

• Jangan mengabaikan atau menghindar. Memang sulit untuk menghadapi resistensi ketika kita mendeteksinya. Tetapi, mengabaikan atau menghindar dari resistensi yang ada akan mengacaukan proses-proses selanjutnya. Bukan tidak mungkin akan menghentikan (membubarkan) proses itu sama sekali.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM104

d. Dinamika Bertanya

Metode ini kita terapkan untuk melakukan pendalaman materi. Sesuai dengan prinsip, bahwa orang dewasa adalah orang yang telah memiliki berbagai pengalaman, proses tanya jawab tidak berarti pertanyaan dari peserta harus kita jawab. Kita bisa memberikan kesempatan kepada peserta yang bersangkutan untuk menggali pengalamannya sendiri, atau memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk memberikan jawaban.

Biasanya metode ini digunakan setelah kita menyampaikan materi (seperti ceramah, demonstrasi, atau penugasan).

Langkah Umum Penggunaan Metode

Jika proses diawali dengan pertanyaan dari peserta belajar:

• Persilakan peserta untuk bertanya tentang topik yang disampaikan.

• Ketika sebuah pertanyaan diajukan, persilakan peserta yang lain untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut berdasarkan pengalaman mereka.

• Pada saat tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan yang sedang dipertanyakan, tidak melebar ke mana-mana.

• Simpulkan jawaban-jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukan.

Jika proses diawali dengan pertanyaan dari fasilitator:

• Persiapkan beberapa pertanyaan kunci untuk memperdalam pemahaman materi yang akan disampaikan.

• Ajukan pertanyaan kunci tersebut dan minta peserta untuk menanggapinya.

• Pada saat tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan yang sedang dipertanyakan, tidak melebar kemana-mana.

• Simpulkan jawaban- jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukkan.

e. Curah Pendapat

Metode curah pendapat (asah otak/brainstorming) adalah suatu cara yang cocok untuk menghasilkan ide-ide baru. Asah otak memungkinkan warga belajar saling bekerjasama mengumpulkan ide-ide untuk memecahkan masalah mereka.

Metode ini umumnya kita gunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemecahan masalah tertentu, atau kegiatan-kegiatan lain yang membutuhkan munculnya gagasan-gagasan baru.

Ada dua tahap pengorganisasian dan peraturan dari kegiatan asah otak :

• Tahap pertama adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide. Ide tersebut bisa ditulis di atas lembaran kertas dan memperkenalkannya di atas papan atau

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM105

menuliskannya secara langsung dalam sebuah bagan-bagan. Warga dilarang berkomentar selama tahap ini.

• Tahap kedua adalah mengevaluasi ide-ide yang dihasilkan selama tahap pertama. Kemudian, warga belajar diminta mengelompokan ide-ide yang sama, lalu memberikan tanda pada setiap kelompok dalam sebuah prioritas (ada kelompok ide dengan prioritas paling penting, kedua terpenting, dan seterusnya)

Langkah Umum Penggunaan Metode

• Identifikasi dan tulis masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta di papan tulis atau lembaran kertas,

• Mintalah peserta untuk memikirkan masalah-masalah tersebut selama beberapa menit,

• Mintalah ide-ide/gagasan seketika peserta (tanpa perlu dipikirkan terlebih dahulu) terhadap pemecahan masalah tersebut,

• Mintalah warga belajar untuk memberi tanggapan atau mendebat ide-ide yang dilontarkan tersebut,

• Tunjuklah seseorang untuk menulis ide-ide tersebut di papan tulis,

• Hentikan kegiatan brainstorming pada beberapa titik permasalahan dan mintalah warga belajar untuk menjelaskan setiap ide tersebut,

• Kelompokkan ide-ide tersebut, lalu tentukan tingkat prioritasnya, dan

• Diskusikan dan garisbawahi ide-ide yang telah disetujui bersama.

VIII. REFERENSI1. Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, Modul Teknologi Advokasi Kesehatan, Jakarta: 2002.

2. Kemenkes RI, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta: 2013.

IX. LAMPIRANLEMBAR KERJA

a. Simulasi (Games) Perubahan Perilaku:

1. Minta peserta untuk membagi dalam 3 kelompok kecil, dan masing-masing kelompok membahas sekurang-kurangnya 5 point siapa yang dianggap upper dan lower (1 kelompok membahas personal, 1 kelompok membahas institusional dan yang lainnya membahas dari segi profesional).

2. Setelah diskusi dalam kelompok kecil, minta masing-masing mempresentasikan dan kelompok lain memanggapi atau memberi masukan.

3. Kembangkanlah diskusi tentang mengapa seseorang atau sesuatu dianggap “upper” dan yang lainnya dianggap “lower”.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM106

4. Di akhir diskusi sepakati bahwa dalam pendekatan STBM cara pandang tersebut harus diubah sehingga tidak ada pendapat siapa upper dan siapa lower (tidak ada yang memposisikan dirinya sebagai upper dan tidak ada pula pihak lain yang dipandang sebagai lower).

5. Setelah diskusi pleno 1 selesai, minta kelompok yang sama untuk membuat skenario melalui bahasa tubuh (gesture), masing-masing kelompok menggambarkan kegiatan yang top – down, partisipatif dan bersahabat.

6. Minta masing-masing kelompok untuk menampilkan skenarionya (hanya melalui bahasa tubuh) dan kelompok lain menjadi pengamat.

7. Di setiap akhir penampilan kelompok, tanyakan kepada kelompok pengamat apa yang menjadi karakteristik dari bahasa tubuh yang ditampilkan.

8. Pada diskusi pleno, tanyakan kepada peserta bahasa tubuh yang bagaimana yang sesuai untuk pendekatan STBM (didasarkan pada pemahaman bahwa tidak ada yang dianggap upper dan lower).

b. Panduan Role-play Guru

Anda mempunyai 10 menit untuk mempersiapkan role-play sepanjang 7 menit. Salah satu anggota kelompok akan memainkan peran seorang guru, sementara yang lainnya menjadi peserta. Sebagai persiapan, perhatikan beberapa ciri seorang guru sebagai berikut.

Seorang guru adalah seseorang yang:1. Memberitahu peserta apa yang perlu mereka ketahui,2. Harus menjadi (atau pura-pura menjadi) seorang ahli yang bisa menjawab apa saja,3. Datang dengan kuliah yang disiapkan sebelumnya, dan menyampaikan fakta serta gagasan,4. Mempunyai fokus pada materi teoritis dan teori-teori,5. Tidak tertarik akan pengetahuan atau latar belakang peserta, 6. Mendominasi materi dan proses,7. Hanya mengijinkan pertanyaan sesekali saja,8. Menguji pengetahuan dan keterampilan.

Selamat berpentas!

c. Panduan Role-Play Fasilitator

Kelompok anda mempunyai 10 menit untuk mempersiapkan role-play sepanjang 7 menit. Salah satu anggota kelompok akan memainkan peran seorang fasilitator, sementara yang lainnya menjadi peserta. Sebagai persiapan, perhatikan beberapa ciri seorang fasilitator sebagai berikut.

Seorang fasilitator adalah seorang yang:1. Mendukung peserta dalam berbagi dan belajar sendiri,2. Memobilisasi pengetahuan yang sudah dimiliki peserta,3. Tertarik akan pengalaman dan masalah peserta,

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM107

4. Tidak mendominasi materi atau proses, tetapi menjamin partisipasi yang setara,5. Hanya melakukan intervensi kalau peserta mengalami kesulitan,6. Membantu peserta untuk merangkum, menyimpulkan dan mengambil keputusan, 7. Tidak menguasai hasilnya.

Selamat berpentasi!

d. Diskusi “Strategi/Cara dan Materi Advokasi”

Peserta berbagi ke dalam beberapa kelompok beranggota 5-7 orang setiap kelompok.

Setiap kelompok berdiskusi selama 10 menit menjawab tugas berikut ini:

Siapkanlah suatu konsep advokasi yang memuat materi dan strategi/cara advokasinya untuk suatu kabupaten yang memiliki banyak permasalahan sanitasi dan belum ada dukungan kebijakan yang memadai dari pemerintah dan DPRD setempat serta juga masyarakatnya.

e. Mempraktikkan Kemampuan MenyimakPengantar Menyimak adalah ketrampilan fasilitasi yang paling mendasar untuk setiap fasilitator karena semua keterampilan fasilitasi lain tidak bisa dilakukan tanpa menyimak.

Tujuan :Pada akhir praktik, peserta:

Dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan menyimak,Dapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit dengan mendaftar beberapa hambatan

dalam menyimak,Dapat mendaftar apa yang dilakukan dan tidak dilakukan selama menyimak sebagai

seorang fasilitator.

Langkah-langkah :1. Bentuk kelompok menjadi 5.2. Minta peserta dalam setiap kelompok jangan menulis apa pun selama menyelesaikan

teka-teki yang Anda akan bacakan berikut. Bacakan keras-keras (jangan dibagikan):

Anda seorang sopir bis. Pada pemberhentian berikutnya 12 orang naik. Pada pemberhentian berikutnya 3 orang turun dan 5 naik. Pada pemberhentian ketiga 1 turun dan 6 naik. Pada pemberhentian keempat 5 naik 8 turun. Pada pemberhentian kelima 9 turun dan 3 naik. Pada pemberhentian keenam 3 turun dan 7 naik. Siapa kah sopir bisnya?

Jawab: nama Anda!

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM108

3. Minta setiap kelompok (5 kelompok) untuk mendiskusikan apa yang terjadi. Gunakan pertanyaan panduan berikut:

• Kenapa kebanyakan orang tidak tahu jawabannya (melewatkan bagian awal, asumsi mengenai masalahnya)?

• Apakah perbedaan antara mendengar dan menyimak?

• Bagaimana kaitannya dengan menyimak sebagai seorang pelatih? (menyimak masukan dan opini peserta tanpa mengadili, membandingkan, mengambil poin-poin utama, elemen-elemen umum, merumuskan dll.)

4. Minta setiap kelompok menuliskan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menyimak sebagai fasilitator pada flipchart seperti berikut ini;

seorang fasilitator yang baik akan....

Seorang fasilitator yang baik tidak akan.....

5. Bantu kelompok untuk melakukan sharing dengan meminta menempel hasilnya (kertas flipcharts) dan minta semua orang berkeliling untuk membaca

Komentar :

Aktifitas ini bisa digunakan sebagai ilustrasi pendek yang menyegarkan mengenai fakta bahwa menyimak secara aktif tidak segampang seperti yang dibayangkan. Hal ini menunjukkan betapa gampangnya untuk tenggelam dalam detail dan melewatkan poin-poin kritis.

f. Mengembangkan dan Menggunakan Pertanyaan Berenergi

Pengantar

Ada keterampilan yang bisa diuji dan bisa membantu seorang fasilitator untuk melakukan sesi pelatihan atau pemicuan yang lebih efektif. Jadilah seorang pendengar yang baik kemudian menjadi ahli dalam seni menggunakan pertanyaan yang tepat dengan cara yang tepat pada waktu yang tepat. Beberapa cara yang bisa Anda lakukan, Anda bisa mendorong partisipasi peserta dan memberi mereka kesempatan untuk merefleksikan, berpikir, menemukan dan belajar sendiri. Mengajukan pertanyaan adalah alat fasilitasi yang sangat berguna dalam lingkungan pelatihan partisipatif dan pemicuan STBM. Fasilitator harus bisa mengajukan pertanyaan yang tepat dengan cara yang tepat pula.

Diskusikan dalam kelompok selama 20 menit:1. Mengapa kita sebagai fasilitator perlu mengajukan pertanyaan. 2. Apa perbedaan antara pertanyaan tertutup dan terbuka, berikan contoh keduanya.

3. Buat 1 contoh pertanyaan yang mampu menjawab alasan seperti tabel berikut:

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM109

Alasan untuk: Buatkan 1 contoh kalimat pertanyaan yang tepat

1) Meraih keterlibatan peserta

2) Merasakan pikiran, ide-ide atau opini peserta

3) Melibatkan orang yang non-partisipatif

4) Mengenali kontributor penting

5) Mengelola waktu kelas

6) Meraih pemahaman dengan menggali pertanyaan dari kedua belah pihak tentang suatu hal.

4. Diskusikan pertanyaan yang tepat untuk memicu berbagai elemen pemicuan

Elemen Pemicuan Daftar minimal 3 contoh pertanyaan dari setiap elemen pemicuan

1. Memicu Rasa Malu

2. Memicu Rasa Jijik

3. Memicu Rasa Takut Berdosa (aspek Agama)

4. Memicu Takut Sakit

5. Privacy (terutama dengan kelompok perempuan)

6. Jawaban kelompok ditulis di kertas plano untuk dipresentasikan setelah diskusi selesai.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM110

g. Diskusi kelompok ”Bentuk Intervensi Dalam Menghadapi Situasi Sulit”

Selama 10 menit diskusikan dalam kelompok apa bentuk intervensi yang memungkinkan untuk menghadapi berbagai tipe dan kesulitan orang yang difasilitasi.

Tipe pada umumnya Kemungkinan Intervensi yang tepat

1. Pendiam atau pemalu

2. Marah terhadap tugas atau mengecewakan orang

3. Agresif

4. Terlalu dominan

5. Motivasi rendah atau malas

6. Pelawak

7. Penyendiri

Setelah selesai diskusi pleno, bagikan tulisan “Tips untuk menyeimbangkan dinamika dan mengelola anggota kelompok yang sulit” terlampir.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM111

Modul MI.4Pemicuan STBM di Komunitas

MI.4

PEMIC

UA

N STB

MD

I KO

MU

NITA

S

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM112

MODUL MI.4 - PEMICUAN STBM DI KOMUNITAS ................................................................ 111I. DESKRIPSI SINGKAT .............................................................................................. 113II. TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... 113

A. Tujuan Pembelajaran Umum ................................................................................. 113B. Tujuan Pembelajaran Khusus ................................................................................ 113

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................. 113A. Pokok Bahasan 1: Pra Pemicuan .......................................................................... 113B. Pokok Bahasan 2: Pemicuan ................................................................................. 113C. Pokok Bahasan 3: Paska Pemicuan ...................................................................... 113D. Pokok Bahasan 4: Simulasi Pemicuan STBM di Komunitas ................................. 114E. Pokok Bahasan 5: Praktik Pemicuan di Lapangan. ............................................... 114

IV. BAHAN BELAJAR .................................................................................................... 114V. METODE PEMBELAJARAN ..................................................................................... 114VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 114

A. Langkah 1: Pengkondisian (15 menit) ................................................................... 114B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (1050 menit) ........................................... 114C. Langkah 3 : Rangkuman (15 menit)....................................................................... 115

VII. URAIAN MATERI ..................................................................................................... 115A. POKOK BAHASAN 1: PRA PEMICUAN ................................................................ 115B. POKOK BAHASAN 2: PEMICUAN ........................................................................ 117C. POKOK BAHASAN 3: PASKA PEMICUAN ........................................................... 145D. POKOK BAHASAN 4: SIMULASI PEMICUAN STBM DI KOMUNITAS ................ 175E. POKOK BAHASAN 5: PRAKTIK PEMICUAN DI LAPANGAN ............................... 177

IV. REFERENSI ............................................................................................................. 177V. LAMPIRAN ............................................................................................................... 177

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM113

MODUL MI-4PEMICUAN STBM DI KOMUNITAS

I. DESKRIPSI SINGKATModul ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menerapkan pendekatan STBM ketika memfasilitasi proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam melakukan pemicuan STBM di komunitas.

Dalam materi ini dibahas bagaimana melakukan prapemicuan, pemicuan, fasilitasi paska pemicuan, simulasi pemicuan STBM di komunitas dan mempraktikkan pemicuan di lapangan untuk pilar 1 (Stop Buang Air Besar Sembarangan/SBS).

Metode ini dapat digunakan untuk melakukan pemicuan pada pilar-pilar lainnya.

II. TUJUAN PEMBELAJARANA. Tujuan Pembelajaran UmumSetelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan pemicuan STBM di komunitas.

B. Tujuan Pembelajaran KhususSetelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Melakukan pra pemicuan,2. Melakukan pemicuan, 3. Melakukan fasilitasi paska pemicuan4. Melakukan simulasi pemicuan STBM di komunitas5. Mampu mempraktikkan pemicuan di lapangan.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASANA. POKOK BAHASAN 1: PRA PEMICUAN

a. Observasi kebiasaan PHBS masyarakat,b. Persiapan pemicuan dan menciptakan suasana yang kondusif sebelum pemicuan.c. Persiapan teknis dan logistic.

B. POKOK BAHASAN 2: PEMICUANa. Alat-alat utama partisipasi untuk pemicuan,b. Memahami elemen pemicuan dan faktor penghambat pemicuan,c. Langkah-langkah pemicuan,d. Memahami apa yang boleh dan tidak boleh dalam pemicuan,e. Komposisi tim pemicu.

C. POKOK BAHASAN 3: PASKA PEMICUANa. Membangun ulang komitmen,b. Pilihan teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM,c. Membangun jejaring layanan penyediaan sanitasi,

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM114

d. Pendampingan dan monitoring,e. Menggali media promosi untuk perubahan perilaku yang berkelanjutan.

D. POKOK BAHASAN 4: SIMULASI PEMICUAN STBM DI KOMUNITASa. Pembentukan kelompok dan tim pemicu,b. Penyiapan alat dan bahan,c. Pembagian peran pada kelompok Simulasi Pemicuan Kelompok.

E. POKOK BAHASAN 5: PRAKTIK PEMICUAN DI LAPANGAN.

IV. BAHAN BELAJARBahan tayang (slide ppt, film), LCD, komputer/laptop, flipchart (lembar balik), spidol, metaplan, lembar diskusi kelompok, tali, kain tempel, Alat-alat dan bahan untuk pemicuan, lembar observasi, pedoman simulasi, dan panduan praktik kerja lapang.

V. METODE PEMBELAJARANCeramah tanya jawab, diskusi kelompok, simulasi, bermain peran, putar film, pemilihan kelompok secara partisipatif, penugasan, dan praktik kerja lapang.

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARANJumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 16 jam pelajaran (T=4 jp, P=2 jp, PL=10 jp) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

A. Langkah 1: Pengkondisian (15 menit)1. Energizer penyegaran dan pencairan suasana,2. Fasilitator menggali harapan peserta tentang materi dan keterampilan yang ingin dicapai

melalui sesi ini,3. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang digunakan,4. Menggali pendapat peserta tentang pemicuan STBM di komunitas, dan mendiskusikannya.

Proses pembelajaran menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secara aktif,

B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (1050 menit)1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:

• Pra pemicuan,• Pemicuan, • Paska pemicuan,• Simulasi pemicuan STBM di komunitas,• Praktik pemicuan di lapangan.

2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta.

3. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan diskusi kelompok, simulasi, dan curah pendapat.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM115

4. Membagi peserta ke dalam 4 kelompok dan meminta mereka untuk bermain peran terkait pemicuan STBM di masyarakat.

5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi hasil diskusi kelompok dan simulasi yang dilakukan.

C. Langkah 3 : Rangkuman (15 menit)1. Fasilitator merangkum sesi pembelajaran.2. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan fasilitator memfasilitasi

pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain.3. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah

disediakan. 4. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan tercapainya TPU dan TPK sesi.

VII. URAIAN MATERI PengantarPemicuan adalah kegiatan bersama masyarakat untuk memfasilitasi masyarakat melakukan analisa terkait perilaku mereka dalam melakukan buang air besar.

Maksud pemicuan adalah masyarakat secara bersama-sama bisa menyadari bahaya kebiasaan buang air besar sembarangan dan merasa jijik melakukan kebiasaan BABS, meskipun mereka hanya melakukan BABS satu hari saja, dan sudah tiap hari.

Tujuannya adalah agar masyarakat mau berubah perilakunya dari buang air besar sembarangan menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak.

Sering kali dalam pemicuan, masyarakat berkomentar mengenai sulitnya mengubah kebiasaan BABS karena beberapa alasan klise seperti: kita ini orang miskin dan tidak mampu untuk membangun jamban. Apakah Anda bisa membantu untuk membangun jamban? kami akan berhenti melakukan BABS secepatnya dan kami akan segera membangun lubang dll. Oleh karena itu pemicuan dilakukan bersama-sama sekelompok masyarakat agar masyarakat yang sudah terpicu dapat dengan cepat mengambil keputusan secara kolektif untuk menghentikan kebiasaan BABS.

Kegiatan pemicuan dilakukan secara bertahap, yang terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu kegiatan pra-pemicuan, saat pemicuan dan pasca pemicuan. Penjelasan lebih detail akan dijabarkan pada pokok bahasan berikut.

A. POKOK BAHASAN 1: PRA PEMICUAN

a. Observasi PHBS Masyarakat

Sebelum melakukan pemicuan di masyarakat, peserta hendaklah sudah memiliki informasi dan data-data dasar terkait perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM116

Untuk itu peserta pelatihan sebaiknya sudah melakukan observasi (peninjauan) maupun diskusi dengan masyarakat di lokasi pemicuan untuk mendapatkan informasi. Beberapa informasi yang perlu dicari adalah:

• Jumlah KK / kependudukan dibedakan atas kaya, sedang, miskin.• Pendidikan dan pekerjaan masyarakat setempat.• Kondisi geografis. • Kepemilikan jamban: cemplung terbuka, cemplung tertutup, leher angsa.• Ada tidaknya aliran sungai, kolam, rawa.• Tradisi/ budaya : karakter, tokoh masyarakat.• Sarana dan prasarana yang ada di masyarkat seperti sekolah, madrasah, masjid,

gereja dll.• Ada tidaknya program sanitasi 3 tahun terakhir (proyek/pemberian subsidi jamban).

b. Persiapan Pemicuan dan Menciptakan Suasana yang Kondusif Sebelum Pemicuan

Persiapan pemicuan dan menciptakan suasana yang kondusif sebelum pemicuan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses pemicuan. Persiapan ini dilakukan dengan kunjungan kepada pemerintah setempat yang akan digunakan sebagai lokasi pemicuan dan dijelaskan secara rinci kegiatan yang akan dilaksanakan selama proses pemicuan STBM termasuk proses pemberdayaan masyarakat yang akan dilaksanakan di lapangan.

Kordinasi yang perlu dilakukan dengan pemerintah setempat lokasi pemicuan:- Penting dan perlunya kegiatan pemicuan STBM ini dilakukan berdasarkan hasil data dan fakta

observasi PHBS yang dilakukan sebelumnya.- Pemilihan prioritas lokasi pemicuan berdasarkan data dan masukan dari pemerintah setempat.- Dukungan dari tokoh-tokoh utama yang ada di masyarakat, misalkan tokoh agama dan tokoh

adat.- Penyusunan rencana jadwal dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Komponen yang perlu diketahui oleh pemerintah setempat antara lain:• Tanggal kunjungan lapangan dan jumlah peserta.• Kegiatan di lapangan yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui perubahan perilaku

secara kolektif, keluaran yang diharapkan setelah praktik, produk yang akan diserah kepada pemerintah daerah untuk ditindak lanjuti.

• Peran dan tanggung jawab pemerintah daerah pada waktu kegiatan dan tindak lanjutnya.• Logistik yang disediakan.

c. Persiapan Teknis dan Logistik

Sebelum kita melakukan kegiatan pemicuan STBM di komunitas/masyarakat kita memerlukan beberapa peralatan dan logistik yang akan digunakan untuk mendukung proses partisipatif masyarakat. Persiapan teknis dan logistik ini menjadi bagian penting yang akan mendukung proses analisa partisipatif yang membantu masyarakat untuk mengenal kondisi wilayahnya beserta

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM117

dengan permasalahan dan potensi yang ada sehingga diharapkan bisa membantu masyarakat untuk menemukan solusi secara kolektif dari mereka sendiri.

Persiapan teknis dan logistik ini rinciannya tergantung dari lokasi dan rencana proses pemicuan yang dilakukan oleh tim fasilitator sehingga tidak ada standar baku yang harus disiapkan, misalnya bagaimana teknis pemberangkatan tim pemicu, teknis masuk sebelum pemicuannya dan proses pemicuannya. Bisa jadi proses pemicuan dilakukan pada saat ada kegiatan posyandu, PKK, temu warga dll.

Dalam pemicuan di masyarakat langkah-langkah pemicuan sebenarnya tidak dibakukan, namun pemetaan sosial mesti dilakukan pertama sekali. Lokasi pemetaan sosial sebaiknya dilakukan di lahan (halaman) terbuka. Hasilnya kemudian harus dipindahkan ke kertas plano.

Pemicuan bisa dilakukan di ruang terbuka maupun tertutup, asal bisa mengoptimalkan rasa jijik, takut penyakit, berdosa, dll., yang bisa memicu masyarakat untuk berubah. Beberapa kegiatan bisa dilakukan pada proses pemicuan. Untuk pemicuan pilar 1 STBM, Stop Buang Air Besar Sembarangan, tim pemicu bisa mengajak masyarakat melakukan kegiatan mencari tinja, menghitung tinja, dan demonstrasi air yang terkena tinja. Untuk pilar 2 STBM, Cuci Tangan Pakai Sabun, tim pemicu bisa mengajak masyarakat bermain alur penularan penyakit (diagram F) dan simulasi cuci tangan pakai sabun. Tim pemicu bisa menyesuaikan kegiatan sesuai dengan tujuan pemicuan yang akan dilakukan, baik untuk pilar 1,2,3,4, ataupun 5.

Sebelum melakukan pemicuan, tim pemicu perlu mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti tepung, dedak, botol air mineral, puzzle simulasi diagram F, sabun, ember, kertas metaplan, spidol, kertas potong, lem, dll.

Peserta perlu mendiskusikan lebih detail dengan anggota kelompok mengenai alat yang diperlukan sesuai dengan kondisi dan rencana proses melakukan pemicuan di masyarakat.

B. POKOK BAHASAN 2: PEMICUANa. Alat-Alat Utama Partisipasi Untuk Pemicuan

Dasar utama pemicuan adalah bagaimana masyarakat memahami alur penularan penyakit yang disebabkan kondisi lingkungan yang tidak sehat, sehingga masyarakat menjadi tahu dengan sendirinya, terkait perilaku dan kondisi lingkungannya selama ini. Dengan mengetahui kondisi tersebut, masyarakat diharapkan mempunyai komitmen secara kolektif untuk berubah perilakunya dan mempunyai kemauan untuk membangun akses sanitasi secara mandiri dan bersama-sama.

Alat-alat utama partisipasi untuk pemicuan digunakan sebagai sarana untuk memfasilitasi masyarakat dalam menganalisa kondisinya. Ada beberapa alat yang diperlukan, seperti:

Pemetaan, yang bertujuan untuk mengetahui/melihat peta wilayah BAB masyarakat serta sebagai alat monitoring (paska pemicuan, setelah ada mobilisasi masyarakat),

Transect Walk, bertujuan untuk melihat dan mengetahui lokasi yang paling sering dijadikan tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat berjalan ke lokasi BAB sembarangan dan

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM118

berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik. Lebih jauh, diharapkan orang yang biasa BAB di tempat tersebut akan terpicu rasa malunya,

Alur Kontaminasi (Oral Fecal); mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.

Alur penularan penyakit (diagram F) :

Gambar 6: Alur Penularan Penyakit (Diagram F)

Penjelasan Tanda: Alur Penularan Penyakit--- (garis merah): penghambat

Laporan WHO tahun 2009 menyebutkan bahwa sekitar 1,1 juta anak usia di bawah lima tahun meninggal karena diare. Sementara UNICEF memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal karena diare. Kematian diare pada balita di negara-negara berkembang mencapai 1,5 juta jiwa. Data di Indonesia menunjukkan diare adalah pembunuh balita kedua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Di Indonesia setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare.

Penyebab utama diare adalah bakteri Eschericia coli selanjutnya disingkat menjadi E.coli. E. coli adalah tipe bakteri fecal coliform yang biasanya terdapat pada alat pencernaan binatang dan manusia. Adanya E.coli di dalam air adalah indikasi kuat adanya kontaminasi adanya kotoran manusia dan hewan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM119

Diagram penyebaran kuman diare biasa di sebut Diagram F. Diagram ini pertama ditemukan oleh E.G. Wagner dan J.N. Lanoix pada tahun 1958. Diagram F menggambarkan bagaimana bakteri E.coli yang ada di dalam kotoran manusia dan hewan bisa masuk ke perut melalui beberapa cara, antara lain melalui tangan (fingers), air (fluid), dan lalat (flies).

Lalat sering hinggap di kotoran manusia dan hewan. Pada saat hinggap di makanan, lalat menempelkan kotoran manusia dan hewan ke makanan dan minuman yang tidak ditutup dengan baik, yang bisa menyebabkan diare. Makanan dan minuman yang tidak ditutup rapat, juga bisa terkena udara yang mengandung kuman penyakin dan bisa menyebabkan diare.

Kotoran manusia yang berserakan ataupun tidak dibuang ke saluran yang benar, dapat mencemari air. Jika langsung diminum, air tersebut bisa berbahaya.

Sehabis buang air besar/ buang air kecil, tangan kita juga bisa mengandung kuman penyakit diare, yang bisa masuk ke tubuh kita jika kita tidak membersihkan tangan. Perilaku buang air besar sembarangan merupakan perilaku yang dapat membantu penyebaran bakteri E. Coli. Saat turun hujan, E. Coli dapat terbawa ke sumber-sumber air misalnya ke sungai, danau, dan air bawah tanah. Jika sumber-sumber air ini tidak diolah dengan baik, maka E. Coli akan masuk ke dalam makanan dan minuman kita. Kuman penyakit yang terdapat dalam tinja, tidak sengaja masuk ke dalam mulut.

Bagaimana kita bisa mencegah penyakit diare tersebut?

1. Pembuatan jamban sehat, sehingga lalat tidak dapat menyentuh kotoran manusia.2. Pengelolaan air minum mulai dari sumber sampai siap untuk diminum.3. Mengolah makanan dengan benar serta menutup makanan. 4. Mencuci tangan menggunakan sabun pada waktu-waktu penting.

Simulasi air yang telah terkontaminasi; mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.

Diskusi Kelompok (FGD); bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan. Pembahasannya meliputi:

1. FGD untuk menghitung jumlah tinja dari masyarakat yang BAB di sembarang tempat selama 1 hari, 1 bulan, dan dalam 1 tahunnya.

2. FGD tentang privacy, agama, kemiskinan, dan lain-lain

Adapun alat yang digunakan dalam proses monitoring, diantaranya:

Pemetaan dan skoring pemetaan, untuk melihat akses masyarakat terhadap tempat-tempat BAB (dengan cara membandingkan antara akses sebelum pemicuan dan akses yang terlihat paska pemicuan dan tindak lanjut masyarakat).

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM120

Rating Scale atau Convinient, yang bertujuan untuk:

melihat dan mengetahui apa yang dirasakan masyarakat (bandingkan antara yang dirasakan dulu ketika BAB di sembarang tempat dengan yang dirasakan sekarang ketika sudah BAB di tempat yang tetap dan tertutup).

mengetahui apa yang masyarakat rasakan dengan sarana sanitasi yang dipunyai sekarang, dan hal lain yang ingin mereka lakukan Hal ini berkaitan dengan tangga sanitasi di masyarakat.

Langkah kerja dari masing-masing alat tersebut dapat dilihat (untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan lapangan) dalam lampiran “PANDUAN FASILITASI DI TINGKAT KOMUNITAS”

b. Elemen Pemicuan dan Faktor Penghambat Pemicuan.

Dalam pemicuan di masyarakat terdapat beberapa faktor yang harus dipicu sehingga target utama yang diharapkan dari pendekatan STBM, salah satunya, yaitu: merubah perilaku sanitasi dari masyarakat yang masih melakukan kebiasaan BAB di sembarang tempat dapat tercapai.

Secara umum faktor-faktor yang harus dipicu untuk menumbuhkan perubahan perilaku sanitasi dalam suatu komunitas, diantaranya:o Perasaan jijik,o Perasaan malu dan kaitannya dengan privacy seseorang,o Perasaan takut sakit,o Perasaan takut berdosa,o Perasaan tidak mampu dan kaitannya dengan kemiskinan.Berikut ini adalah elemen-elemen yang harus dipicu, dan alat – alat PRA yang digunakan untuk pemicuan faktor-faktor tersebut.

Hal – hal yang harus dipicu Alat yang digunakan

Rasa jijik • Transect walk• Demo air yang mengandung tinja, untuk digunakan cuci muka,

kumur-kumur, sikat gigi, cuci piring, cuci pakaian, cuci makanan / beras, wudlu, dll

Rasa malu • Transect walk (mengelaborasi pelaku BAB sembarangan)• FGD (terutama untuk perempuan)

Takut sakit FGD:• Perhitungan jumlah tinja• Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan didukung data

puskesmas• Alur kontaminasi

Aspek agama Mengutip hadits atau pendapat-pendapat para ahli agama yang relevan dengan perilaku manusia yang dilarang karena merugikan manusia itu sendiri.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM121

Privacy FGD (terutama dengan perempuan)

Kemiskinan Membandingkan kondisi di desa/dusun yang bersangkutan dengan masyarakat “termiskin” seperti di Bangladesh atau India.

Tabel 5: Elemen Pemicuan

Dalam memicu elemen-elemen di atas, dalam suatu komunitas biasanya ada juga faktor-faktor penghambat pemicuan. Salah satunya adalah bahwa masyarakat sudah terbiasa dengan subsidi, sementara dalam pendekatan STBM tidak ada unsur subsidi sama sekali. Berikut adalah beberapa hal yang biasanya menjadi penghambat pemicuan di masyarakat, dengan alternatif solusi untuk mengurangi atau mengatasi faktor penghambat tersebut.

Hal-hal yang Menjadi Penghambat Pemicuan di Masyarakat Solusi

Kebiasaan dengan subsidi / bantuan Jelaskan dari awal bahwa kita tidak punya apa-apa, kita tidak membawa bantuan

Faktor gengsi; malu untuk membangun jamban yang sangat sederhana (ingin jamban permanen)

Gali model-model jamban menurut masyarakat dan jangan memberikan 1 pilihan model jamban

Tidak ada tokoh panutan Munculkan natural leader, jangan mengajari dan biarkan masyarakat mengerjakannya sendiri.

Tabel 6: Faktor Penghambat Pemicuan

c. Langkah-langkah pemicuan

1. Perkenalan dan penyampaian tujuan

Perkenalkan terlebih dahulu anggota tim fasilitator dan sampaikan tujuan bahwa tim ingin “melihat” kondisi sanitasi dari kampung tersebut. Jelaskan dari awal bahwa kedatangan tim bukan untuk memberikan penyuluhan apalagi memberikan bantuan. Tim hanya ingin melihat dan mempelajari bagaimana kehidupan masyarakat, bagaimana masyarakat mendapat air bersih, bagaimana masyarakat melakukan kebiasaan buang air besar, dan lain-lain. Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka mau menerima tim dengan maksud dan tujuan yang telah disampaikan

2. Bina suasana

Untuk menghilangkan “jarak” antara fasilitator dan masyarakat sehingga proses fasilitasi berjalan lancar, sebaiknya lakukan pencairan suasana. Pada saat itu temukan istilah setempat untuk “tinja” (misalnya tai, dll) dan BAB (ngising, naeng, dll)

3. Analisa partisipatif dan pemicuan

Memulai proses pemicuan di masyarakat, yang diawali dengan analisa partisipatif misalnya melalui pembuatan peta desa/dusun/kampung yang akan menggambarkan wilayah BAB masyarakatnya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM122

PemetaanTujuan:

Mengetahui/ melihat peta wilayah BAB masyarakat, Sebagai alat monitoring (pasca pemicuan, setelah ada mobilisasi masyarakat).

Alat yang diperlukan:

Tanah lapang atau halaman, Bubuk putih untuk membuat batas desa, Potongan-potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk, Bubuk kuning untuk menggambarkan kotoran, Spidol, Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana sanitasi, Bahan tersebut bisa digantikan dengan bahan lokal seperti daun, batu, ranting, kayu.Proses:

Ajak masyarakat untuk membuat outline desa/ dusun/ kampong, seperti batas desa/dusun/kampong, jalan, sungai, dll.

Siapkan potongan-potongan kertas dan minta masyarakat untuk mengambilnya, menuliskan nama kepala keluarga masing-masing dan menempatkannya sebagai rumah, kemudian peserta berdiri di atas rumah masing-masing.

Minta mereka untuk menyebutkan tempat BAB di luar rumahnya, baik itu di tempat terbuka maupun “numpang di tetangga”, tunjukkan tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning. Beri tanda (garis akses) dari masing-masing KK ke tempat BABnya.

Tanyakan pula dimana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat seperti malam hari, saat hujan atau saat terserang penyakit perut.

Pendalaman/ Analisa Partisipatif dari Kegiatan Pemetaan

Tanyakan berapa kira-kira jumlah “tinja” yang dihasilkan oleh setiap orang setiap harinya. Sepakati jumlah rata-ratanya.

Minta masyarakat untuk menulis jumlah anggota keluarga di atas kertas yang berisi nama KK dan berapa jumlah total “tinja” yang dihasilkan oleh 1 keluarga/rumah setiap harinya.

Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih BAB di sembarang tempat) yang paling banyak menghasilkan tinja. (Beri tepuk tangan).

Pada penduduk yang BAB di sungai, tanyakan ke mana arah aliran airnya. Pada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan dimana mereka mandi. Picu

masyarakat bahwa bapak/ibu telah mandi dengan air yang ada tinjanya. Ajak masyarakat menghitung jumlah “tinja” dari masyarakat yang masih BAB di

sembarang tempat per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak “tinja” yang ada di desa/ dusun tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan BAB sembarangan tempat berlangsung?

Tanyakan kemana kira-kira “perginya” tinja-tinja tersebut.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM123

Di akhir kegiatan, tanyakan: kira-kira kemana besok mereka akan BAB? Apakah mereka akan melakukan hal yang sama?

Catatan:

Untuk kepentingan masyarakat dalam memonitor kondisi wilayahnya sendiri, peta di atas lahan “harus” disalin ke dalam kertas flipchart,

Jika tempat tidak memungkinkan, pemetaan bisa dilakukan dengan menggunakan kertas yang cukup besar.

Transect WalkTujuan

Melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB, dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa BAB di tempat tersebut, diharapkan akan terpicu rasa malunya.

Proses :

Ajak masyarakat untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang sering dijadikan tempat BAB (didasarkan pada hasil pemetaan),

Lakukan analisa partisipatf di tempat tersebut, Tanya siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa yang hari ini telah BAB

di tempat tersebut.Jika diantara masyarakat ada yang ikut transect walk ada yang biasa melakukan BAB

di tempat tersebut, tanyakan: o Bagaimana perasaannya, o Berapa lama kebiasaan itu berlangsung, o Apakah besok akan melakukan hal yang sama?

Jika diatara masyarakat yang ikut transect tidak ada satupun yang biasa melakukan BAB di tempat tersebut, tanyakan pula bagaimana perasaannya melihat wilayah tersebut. Tanyakan hal yang sama pada warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat yang sering dipakai BAB tersebut.

Jika ada anak kecil yang ikut dalam transect atau berada tidak jauh dengan tempat BAB itu, tanyakan apakah mereka senang dengan keadaan itu? Jika anak-anak kecil menyatakan tidak suka, ajak anak-anak itu untuk menghentikan kebiasaan itu, yang bisa dituangkan dalam nyanyian, slogan, puisi, dan bentuk-bentuk kesenian (lokal) lainnya.

Catatan:

Jika masyarakat sudah terpicu tetapi belum total (yang mau berubah baru sebagian), natural leader dan anggota masyarakat lainnya dapat melakukan kembali transect walk dengan membawa “peta”. Transect walk ini dilakukan dengan mengunjungi rumah-rumah dan menanyakan kepada mereka kapan mereka mau berubah seperti masyarakat lainnya yang sudah mulai berubah? Minta waktu yang detil, misalnya tanggal berapa. Tandai rumah masing-masing dengan tanggal sesuai kesiapan mereka.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM124

Alur Kontaminasi (Oral Fecal)Tujuan

Mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.

Alat yang digunakan:

Gambar tinja dan gambar mulut, Potongan-potongan kertas, Spidol. Proses

Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka yakin bahwa tinja bisa masuk ke dalam mulut?

Tanyakan bagaimana tinja bisa “dimakan oleh kita”? melalui apa saja? Minta masyarakat untuk menggambarkan atau menuliskan hal-hal yang menjadi perantara tinja sampai ke mulut.

Analisa hasilnya bersama-sama dengan masyarakat dan kembangkan diskusi (misalnya FGD untuk memicu rasa takut sakit).

Simulasi Air yang Telah TerkontaminasiSimulasi dengan menggunakan air ini dapat dilakukan pada saat transect, saat pemertaan atau pada saat diskusi kelompok lainnya/

Tujuan

Mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap air yang biasa mereka gunakan sehari-hari.

Alat yang digunakan

Ember yang diisi air (air mentah/sungai atau air masak/minum), Polutan air (tinja). Proses

Dengan disaksikan oleh seluruh peserta, ambil 1 ember air sungai dan minta salah seorang untuk menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumur-kumur, cuci pakaian dan lain-lain yang biasa dilakukan warga disungai,

Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, dan minta salah seorang peserta untuk melakukan hal yang dilakukan sebelumnya.

Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa alasannya? Apa bedanya dengan kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu? Apa yang akan dilakukan masyarakat di kemudian hari?

Peragaam ini bisa ditambhakan dengan hal-hal lain seperti mencampur sedikit kotoran ke dalam gelas dan minta mereka untuk meminumnya, meminta masyarakat untuk mencuci beras, sikat gigi atau berwudlu dengan air sungai yang telah dicampur dengan kotoran, dll.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM125

Bila peragaan ini dilakukan pada saat transect ke wilayah sungai, untuk menunjukkan bahwa air telah terkontaminasi tidak perlu memasukkan kotoran ke dalam air dalam ember, melainkan bisa langsung mengambil air yang di sekitar air tersebut terdapat tinja.

Kegiatan-kegiatan pemicuan tersebut dilakukan dengan cara simulasi dan dilanjutkan dengan:

Diskusi Kelompok (FGD) Tujuan

Bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan.

Banyak hal yang harus dipicu yang dapat dilakukan melalui diskusi dengan masyarakat, diantaranya:

FGD untuk memicu rasa “malu” dan hal-hal yang bersifat “pibadi”

Tanyakan seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di tempat terbuka dan alasan mengapa mereka melakukannya

Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat terbuka yang tidak terlindung dan kegiatan uang dilakukan dapat dilihat oleh setiap orang?

Bagaimana perasaan laki-laki ketika istrinya, anaknya atau ibunya melakukan BAB di tempat terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun juga yang kebetulan melihatnya secara sengaja atau tidak sengaja?

Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat terbuka) padahal ia sedang mendapatkan rutinitas bulanan. Apa yang dirasakan?

Apa yang akan dilakukan besok hari? Apakah tetap akan melakukan kebiasaan yang sama?

Catatan:

Dalam kebiasaan BAB di sembarang tempat, perempuan adalah pihak yang paling terbebani (kehilangan privacy0, jadi perempuan termasuk kelompok yang paling kompeten untuk dipicu.

FGD untuk memicu rasa “jijik” dan “takut sakit”

Ajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah “tinja di kampungnya”, dan kemana perginya sejumlah tinja tersebut,

Jika dalam diagram alur terdapat pendapat masyarakat bahwa lalat adalah salah satu media penghantar kotoran ke mulut, lakukan probing tentang lalat. Misalnya: jumlah dan anatomi kaki lalat, bagaimana lalat hinggap di kotoran dan terbang kemana saja dengan membawa kotoran di kaki-kakinya, bagaimana memastikan bahwa rumah-rumah dan makanan-makan di dalam kampong itu dijamin bebas dari lalat, dsb.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM126

Ajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian tanyakan rumah mana saja yang pernah terkena diare (2-3 tahun yang lalu), berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat, adakah anggota keluarga (terutama anak kecil) yang meninggal karena diare, bagaimana perasaan bapak/ibu atau anggota keluarga lainnya.

Apa yang dilakukan kemudian?

FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan

(Contohnya dalam komunitas yang beragama Islam)

Bisa dengan mengutip hadist atau pendapat para alim ulama yang relevan dengan larangan atau dampak buruk dari melakukan BAB sembarangan, seperti yang dilakukan oleh salah seorang fasilitator di Sumbawa, yang intinya kurang lebih: “bahwa ada 3 kelompok yang karena perbuatannya termasuk orang-orang yang terkutuk, yaitu orang yang biasa membuang air (besar) di air yang mengalir (sungai/kolam), di jalan dan di bawah pohon (tempat berteduh)”,

Bisa dengan mengajak untuk mengingat hokum berwudlu, yaitu untuk menghilangkan “najis”. Tanyakan air apa yang selama ini digunakan masyarakat untuk wudlu? Apakah benar-benar bebas dari najis?

Apa yang akan dilakukan kemudian?

FGD Menyangkut Kemiskinan

FGD ini biasanya berlangsung ketika masyarakt sudah terpicu dan ingin berubah, namun terhambat dengan tidak adana uang untuk membangun jamban.

Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu dana besar, fasilitator bisa menanyakan apakah benar jamban itu mahal? Bagaimana dengan bentuk ini (berikan alternatif yang paling sederhana).

Apabila masyarakat tetap beralasan mereka cukup miskin untuk bisa membangun jamban (meskipun dengan bentuk yang paling sederhana), fasilitator bisa mengambil perbandingan dengan masyarakat yang “jauh lebih miskin” daripada masyarakat Indonesia, misalnya Bangladesh. Bagaimana masyarakat miskin di Bangladesh berupaya untuk merubah kebiasaan BAB di sembarang tempat.

Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan kepada mereka: tanggung jawab siapa masalah BAB ini? Apakah untuk BAB saja kita harus menunggu diurus oleh pemerintah dan pihak luar lainnya?

CATATAN PENTING SAAT PEMICUAN

Di setiap akhir fasilitasi (FGD) tanyakan kepada mereka

“Bagaimana perasaan Ibu/Bapak terhadap kondisi ini?”

“Apakah Bapak/Ibu ingin terus berapa dalam kondisi seperti ini?”

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM127

Fasilitator menyampaikan kesimpulan atas analisa yang telah dilakukan oleh masyarakat. Jika masyarakat masih senang dengan kondisi sanitasi mereka, artinya tidak mau berubah dengan berbagai macam alasan, fasilitator bisa menyampaikan:

Terima kasih telah memberikan kesempatan melakukan analisa tentang sanitasi di desa bapak/ibu, silahkan bapak/ibu meneruskan kebiasaan ini, dan ibu/bapak adalah satu-satunya kelompok masyarakat yang masih senang untuk membiarkan masyarakatnya saling mengkonsumsi kotoran.

Dengan senang hati kami akan menyampaikan hasil analisa Bapak/Ibu ini kepada bapak Camat/Bupati, dst. Bahwa di wilayah kerja mereka masih terdapat masyarakat yang mau bertahan dengan kondisi seperti ini.

4. Tindak lanjut oleh masyarakat

Jika masyarakat sudah terpicu dan kelihatan ingin berubah, maka saat itu juga susun rencana tindak lanjut oleh masyarakat. Semangati masyarakat bahwa mereka dapat 100% terbebas dari kebiasaan BAB di sembarang tempat.

5. Monitoring

Lebih kepada “memberikan energi” bagi masyarakat yang sedang dalam masa perubahan di bidang sanitasinya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM128

d. Proses Pemicuan Lima Pilar STBM

Pemicuan bisa dilakukan untuk semua pilar STBM. Proses pemicuan akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.

ALA

T/EL

EMEN

STO

P B

AB

SC

TPS

PAM

-RT

SAM

PAH

LIM

BA

H

Pem

etaa

n++

++++

Tran

sect

Wal

k++

++++

Ora

l fec

al (

diag

ram

F)

++++

++++

++

Hitu

ng v

olum

e Ti

nja

++--

----

--

Hitu

ng v

olum

e sa

mpa

h--

----

++--

Hitu

ng V

olum

e Li

mba

h--

----

--++

Focu

s G

roup

Dis

cutio

n++

++++

++++

Sim

ulas

i/dem

o a

ir +

tinja

++--

----

--

Sim

ulas

i /cu

ci ta

ngan

++

Sim

ulas

i

ELE

ME

N P

EM

ICU

AN

Ras

a Ji

jik, R

asa

Mal

u, T

akut

Dos

a/ra

sa b

ersa

lah/

taku

t m

asuk

ner

aka,

Tak

ut

saki

t, H

arga

diri

, P

rivas

i, R

asa

aman

, R

asa

geng

si, F

akto

r ek

onom

i, R

asa

taku

t/m

istis

, Per

umpa

maa

n sp

t hew

an (k

ucin

g,

anjin

g, b

abi d

ll)

Taku

t Sak

it, J

ijik,

Aga

ma,

Gay

a hi

dup,

R

asa

mal

u.

Taku

t sak

it, J

ijik,

G

engs

i, E

kono

mis

, H

emat

, Dos

a te

rhad

ap k

elua

rga,

Air

Hid

up

Taku

t sak

it, J

ijik,

N

ajis

,Bau

, Ban

jir,

Kec

elak

aan,

P

ence

mar

an, P

erda

Nila

i eko

nom

iK

eind

ahan

Taku

t sak

it, J

ijik,

K

otor

, Naj

is, B

au,

Aga

ma,

Dos

a,To

koh

mas

yara

kat/

kete

lada

nan

Pec

emar

an

lingk

unga

n, k

umuh

, ny

aman

, Per

selis

ihan

.

Has

il ya

ng d

ihar

apka

nO

DF

= 10

0 %

m

asya

raka

t aks

es

ke w

c

100

% m

asya

raka

t C

TPS

, den

gan

bena

r da

n pa

da s

aat y

ang

tepa

t

100

% m

asya

raka

t m

enge

lola

air

(...)

dan

mel

akuk

an 5

ku

nci k

eam

anan

pa

ngan

100

% m

asya

raka

t m

enge

lola

sam

pah

ditin

gkat

kel

uarg

a/

lingk

unga

nK

awas

an B

ebas

S

ampa

h.

100

% K

K m

enge

lola

lim

bah

seca

ra a

man

.A

da re

sapa

n at

au

dial

irkan

.

FECAL ORAL YANG DIGUNAKAN SATU UNTUK SEMUA PADA TAHAP AWAL KEMUDIAN UNTUK SELANJUTNYA PENEKANAN PADA BLOKING YANG DIKEHENDAKI.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM129

LEM

BA

R P

RO

SES

UN

TUK

FA

SILI

TATO

R S

TBM

KO

MPO

NEN

1 (S

TOP

BA

BS)

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

1.Pe

rken

alan

dan

pe

nyam

paia

n tu

juan

.

Aga

r mas

yara

kat d

enga

n fa

silit

ator

sal

ing

men

gena

l,

Aga

r mas

yara

kat m

enge

tahu

i mak

sud

keda

tang

an fa

silit

ator

.

Aga

r mas

yara

kat m

enge

tahu

i bah

wa

fasi

litat

or

tidak

mem

baw

a ba

ntua

n ap

apun

.

1.

Fasi

litat

or m

enya

mpa

ikan

mak

sud

dan

tuju

an.

2.

Fasi

lato

r mel

akuk

an b

ina

suas

ana/

ice

brea

king

yan

g se

suai

den

gan

situ

asi k

ondi

si.

15 m

enit

-

2.Pe

ncai

ran

suas

ana

Aga

r mas

yara

kat m

eras

a se

nang

men

giku

ti ac

ara

perte

mua

n

Aga

r mas

yara

kat t

idak

mer

asa

rend

ah d

iri

terh

adap

fasi

litat

or

Aga

r tid

ak a

da k

ekak

uan

suas

ana

acar

a pe

rtem

uan

1.

Aja

k m

asya

raka

t mel

akuk

an p

erm

a-in

an/g

ame

yang

m

enim

bulk

an ra

sa lu

cu d

an m

embu

at g

embi

ra.

2.

Ata

u aj

ak m

asya

raka

t ber

nyan

yi a

tau

mem

buat

joke

/le

luco

n.

15 m

enit

Ses

uai

kebu

tuha

n

3.K

esep

akat

an

istil

ah ti

nja,

B

AB

& J

amba

n

Aga

r ada

kes

epak

atn

istil

ah ti

nja,

BA

B &

Jam

ban

anta

ra m

asya

raka

t den

gan

fasi

litat

or.

Aga

r ist

ilah

tinja

, BA

B &

Jam

ban

yang

dig

unak

an

betu

l-bet

ul is

tilah

seh

ari-h

ari d

an c

ende

rung

ba

hasa

kas

ar s

ehin

gga

efek

tif d

ipak

ai s

ebag

ai

baha

sa p

emic

u.

1.

Tany

akan

keb

iasa

an m

asya

raka

t set

iap

bang

un p

agi.

2.

Gal

i int

ilah

tinja

, BA

B &

jam

ban

yang

dip

akai

seh

ari-

hari

mas

yara

kat s

etem

pat.

3.

Sep

akat

i ist

ilah

istil

ah te

rseb

ut y

ang

akan

dip

akai

se

lam

a pe

rtem

uan

berla

ngsu

ng.

1.

Min

ta b

eber

apa

suka

rela

wan

unt

uk m

eng-

gam

bark

an

bata

s de

sa/d

usun

/RW

.2.

M

inta

suk

arel

awan

men

ggam

bark

an te

mpa

t-tem

pat

yang

mun

gkin

dip

akai

seb

agai

BA

BS

.3.

M

inta

suk

arel

awan

men

anda

i pos

isi m

elak

ukan

pe

rtem

uan.

4.

Min

ta k

epad

a se

mua

pes

erta

/mas

ya-r

akat

yan

g ha

dir

men

anda

i rum

ah-n

ya m

asin

g-m

asin

g de

ngan

ben

da

sesu

ai k

esep

akat

an.

10 m

enit

-

4.Pe

met

aan

Dig

unak

an u

ntuk

ala

t P.R

.A.

Dig

unak

an u

ntuk

men

geta

hui t

empa

t-tem

pat

mas

yara

kat b

iasa

BA

BS

.

Dig

unak

an s

ebag

ai a

lat b

antu

pem

icua

n

Dig

unak

an s

ebag

ai a

lat m

onito

ring

25 m

enit

Bah

an

sete

mpa

t

5.Pe

mic

uan

deng

an F

GD

:

a.El

emen

Ras

a M

alu

Men

imbu

lkan

rasa

mal

u m

elak

ukan

BA

BS

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mer

ubah

ke

bias

aan

BA

BS

-nya

den

gan

mel

aksa

naka

n S

top

BA

BS

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mem

bang

un &

m

engg

unak

an ja

mba

n se

baga

i tem

pat B

AB

.

Bua

t pos

isi m

asya

raka

t mel

ingk

ar s

atu

lapi

s.

Tany

a ke

pada

pes

erta

per

tem

uan

: sia

pa y

ang

pagi

in

i tad

i BA

B d

i sun

gai/s

awah

/keb

un d

ll ?

(Jan

gan

sebu

t : ti

dak

dija

mba

n ).

Min

ta u

ntuk

tunj

uk ta

ngan

.

15 m

enit

-

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM130

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

Yang

tunj

uk ta

ngan

pis

ahka

n/m

inta

maj

u sa

tu

lang

kah

dari

lingk

aran

(dip

isah

kan

dari

lingk

aran

di

hara

pkan

sud

ah m

uncu

l ras

a m

alu)

Gal

i Ras

a M

alu

mer

eka

deng

an p

er-ta

nyaa

n-pe

rtany

aan

yang

ada

kai

tann

ya d

enga

n ra

sa m

alu.

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n m

alu,

tany

akan

: A

paka

h m

au s

eper

ti in

i ter

us ?

Bila

mer

eka

men

yata

kan

mau

ber

-uba

h, b

erik

an

rew

ard/

pujia

n.

Yang

men

yata

kan

mau

ber

ubah

itul

ah m

asya

raka

t ya

ng te

rpic

u.

b.El

emen

Ras

a Ji

jik

Men

imbu

lkan

rasa

jijik

terh

adap

tinj

a ya

ng d

ibua

ng

sem

bara

ngan

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mer

ubah

ke

bias

aan

BA

BS

-nya

den

gan

mel

aksa

naka

n S

top

BA

BS

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mem

bang

un &

m

engg

unak

an ja

mba

n se

baga

i tem

pat B

AB

.

Kal

au b

elum

ada

yan

g te

rpic

u de

ngan

ele

men

rasa

m

alu,

lanj

utka

n de

ngan

ele

men

rasa

jijik

.

Tany

akan

ber

apa

angg

ota

kelu

arga

dan

ber

apa

kali

setia

p ha

ri B

AB

.

Min

ta m

erek

a m

embu

at tu

mpu

kan

baha

n m

enye

rupa

i tin

ja (y

ang

suda

h di

siap

kan)

sej

umla

h an

ggot

a ke

luar

gany

a.

Min

ta m

erek

a un

tuk

mel

ihat

vis

ualis

asi t

umpu

kan

tinja

dan

tany

akan

per

asaa

n m

erek

a

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n jij

ik, t

anya

kan

: Apa

kah

mau

sep

erti

ini t

erus

?

Bila

mer

eka

men

yata

kan

mau

ber

-uba

h, b

erik

an

rew

ard/

pujia

n.

Yang

men

yata

kan

mau

ber

ubah

itul

ah m

asya

raka

t ya

ng te

rpic

u.

Bila

bel

um te

rpic

u ju

ga, k

ita a

jak

men

ghitu

ng ju

mla

h tin

ja y

ang

diha

silk

an p

erha

ri/bu

lan

dan

tahu

n.

15 m

enit

Visu

alis

asi

tinja

c.El

emen

Ras

a Ta

kut S

akit

Men

imbu

lkan

rasa

taku

t sak

it ka

rena

tahu

bah

wa

tinja

yan

g di

buan

g se

mba

rang

an b

isa

term

akan

da

n m

enga

kiba

tkan

sak

it.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mer

ubah

ke

bias

aan

BA

BS

-nya

den

gan

mel

aksa

naka

n S

top

BA

BS

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mem

bang

un &

m

engg

unak

an ja

mba

n se

baga

i tem

pat B

AB

.

Kal

au b

elum

ada

yan

g te

rpic

u de

ngan

ele

men

rasa

m

alu

dan

jijik

lanj

utka

n de

ngan

ele

men

rasa

taku

t sa

kit.

Sim

ulas

ikan

air

min

um y

ang

terc

emar

tinj

a at

au g

ali

peng

etah

uan

mas

yara

kat b

agai

man

a tin

ja s

eseo

rang

bi

sa m

asuk

kem

ulut

.

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a se

tela

h m

elih

at

pera

gaan

tinj

a bi

sa m

asuk

mul

ut.

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n jij

ik a

tau

taku

t sak

it

tany

akan

: A

paka

h m

au s

eper

ti in

i ter

us ?

15 m

enit

Dia

gram

F,

Met

a pl

an &

ala

t tu

lis,

Flip

Cha

rt

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM131

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

Bila

mer

eka

men

yata

kan

mau

ber

-uba

h, b

erik

an

rew

ard/

pujia

n.

Yang

men

yata

kan

mau

ber

ubah

itul

ah m

asya

raka

t ya

ng te

rpic

u.

Bila

bel

um te

rpic

u ju

ga, g

unak

an e

lem

en s

elan

jutn

ya.

d.El

emen

Ras

a Ta

kut D

osa

Men

imbu

lkan

rasa

taku

t dos

a ka

rena

tahu

bah

wa

tinja

yan

g di

buan

g se

m-b

aran

gan

bisa

mem

buat

na

jis a

lat i

bada

h at

au o

rang

lain

yan

g m

au

berib

adah

.

Men

imbu

lkan

rasa

taku

t dos

a ka

rena

tahu

bah

wa

tinja

yan

g di

buan

g se

m-b

aran

gan

bisa

mem

buat

or

ang

lain

jatu

h sa

kit.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mer

ubah

ke

bias

aan

BA

BS

-nya

den

gan

mel

aksa

naka

n S

top

BA

BS

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mem

bang

un &

m

engg

unak

an ja

mba

n se

baga

i tem

pat B

AB

.

Kal

au b

elum

ada

yan

g te

rpic

u de

ngan

ele

men

rasa

m

alu,

jiji

k da

n ra

sa ta

kut s

akit

lanj

utka

n de

ngan

el

emen

rasa

taku

t dos

a.

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a ka

lau

tau

bahw

a tin

ja m

erek

a b

isa

mas

uk m

ulut

ora

ng la

in d

an

men

imbu

lkan

sak

it at

au

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a ka

lau

tau

bahw

a tin

ja

mer

eka

bis

a m

embu

at ib

adah

ora

ng la

in ti

dak

dite

rima

Tuha

n ka

rena

ala

t iba

dah

atau

bad

anny

a tid

ak s

uci k

aren

a te

rken

an n

ajis

nya

? at

au

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a ka

lau

tau

bahw

a tin

ja m

erek

a b

isa

mas

uk m

ulut

ora

ng la

in d

an

men

imbu

lkan

sak

it.

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n ta

kut d

osa

tany

akan

: A

paka

h m

au s

eper

ti in

i ter

us ?

Bila

mer

eka

men

yata

kan

mau

ber

-uba

h, b

erik

an

rew

ard/

pujia

n.

Yang

men

yata

kan

mau

ber

ubah

itul

ah m

asya

raka

t ya

ng te

rpic

u.

Bila

bel

um te

rpic

u ju

ga, g

unak

an e

lem

en s

elan

jutn

ya

atau

gun

akan

had

ist a

tau

ayat

dar

i Kita

b S

uci.

15 m

enit

-

e.El

emen

Ras

a H

arga

Dir

i

Men

imbu

lkan

rasa

jatu

h ha

rga

diri

kare

na m

asih

be

rper

ilaku

BA

BS

.

Men

umbu

hkan

keb

angg

aan

kare

na te

lah

mem

puny

ai ja

mba

n da

n te

lah

mel

aksa

naka

n S

top

BA

BS

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mer

ubah

ke

bias

aan

BA

BS

-nya

den

gan

mel

aksa

naka

n S

top

BA

BS

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mem

bang

un &

m

engg

unak

an ja

mba

n se

baga

i tem

pat B

AB

.

Kal

au b

elum

ada

yan

g te

rpic

u de

ngan

ele

men

-el

emen

dia

tas

lanj

ut-k

an d

enga

n el

emen

rasa

har

ga

diri.

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a ka

lau

ada

tam

u ya

ng

sang

at d

ihor

mat

inya

mau

num

pang

BA

B d

an

tern

yata

ngg

ak p

unya

jam

ban

atau

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a ka

lau

tau

bahw

a ba

nyak

or

ang

yang

lebi

h m

iski

n da

rinya

sud

ah m

au b

erub

ah

atau

sud

ah p

unya

jam

ban

? at

au

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a ka

lau

tau

bahw

a di

rinya

tid

ak le

bih

baik

dar

i kuc

ing

dala

m h

al B

AB

.

15 m

enit

-

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM132

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n ja

tuh

harg

a di

ri/ge

ngsi

ta

nyak

an :

Apa

kah

mau

sep

erti

ini t

erus

?

Bila

mer

eka

men

yata

kan

mau

ber

-uba

h, b

erik

an

rew

ard/

pujia

n.

Yang

men

yata

kan

mau

ber

ubah

itul

ah m

asya

raka

t ya

ng te

rpic

u.

Bila

bel

um te

rpic

u ju

ga, g

unak

an e

lem

en s

elan

jutn

ya

atau

gun

akan

had

ist a

tau

ayat

dar

i Kita

b S

uci.

f.El

emen

lain

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mer

ubah

ke

bias

aan

BA

BS

-nya

den

gan

mel

aksa

naka

n S

top

BA

BS

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mem

bang

un &

m

engg

unak

an ja

mba

n se

baga

i tem

pat B

AB

.

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a de

ngan

men

ggun

akan

el

emen

-ele

men

pem

icu

lain

yan

g se

suai

den

gan

situ

asi d

an k

ondi

si s

etem

pat.

5.Tr

anse

ct W

alk

Men

imbu

lkan

rasa

mal

u/jij

ik/ta

kut s

akit/

taku

t dos

a/ja

tuh

harg

a di

ri

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mer

ubah

ke

bias

aan

BA

BS

-nya

den

gan

mel

aksa

naka

n S

top

BA

BS

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

mem

bang

un &

m

engg

unak

an ja

mba

n se

baga

i tem

pat B

AB

.

Tran

sect

Wal

k ad

alah

keg

iata

n m

enga

jak

pese

rta

perte

mua

n un

tuk

men

elus

uri d

esa/

dusu

n/ka

mpu

ng

untu

k m

elih

at d

iman

a m

asya

raka

t bia

sa m

elak

ukan

B

AB

.

Tran

sect

bis

a di

laku

kan

sebe

lum

pem

etaa

n, a

tau

sesu

dah

pem

etaa

n da

n tid

ak a

da y

ang

terp

icu

(set

elah

ada

pem

icua

n) a

tau

tidak

usa

h di

la-k

ukan

bi

la d

enga

n pe

met

aan

dan

elem

en p

emic

unya

sud

ah

berh

asil

ada

yang

terp

icu.

Dite

mpa

t yan

g ad

a tu

mpu

kan

tinja

laku

kan

FGD

de

ngan

ele

men

-ele

-men

pem

icua

n.

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n m

au b

erub

ah, b

erik

an

rew

ard/

pujia

n.

30 m

enit

-

6.Ke

sepa

kata

n

Mem

bang

un k

omitm

en d

ari m

asya

ra-k

at y

ang

mau

ber

ubah

: kap

an a

kan

mer

ealis

asik

an

kein

gina

nnya

unt

uk b

erub

ah.

Mem

buat

kes

epak

atan

keb

erad

aan

Kom

ite

Mas

yara

kat y

ang

akan

mem

pelo

pori

pem

bang

unan

jam

ban

di k

omun

itasn

ya.

Min

ta k

epad

a m

asya

raka

t yan

g te

rpic

u un

tuk

men

ulis

kan

kom

itmen

/ kes

angg

upan

mer

eka

untu

k m

ulai

mem

bang

un ja

mba

n

Min

ta k

epad

a m

asya

raka

t yan

g te

rpic

u : k

apan

has

il ka

rya

mer

eka

bisa

dili

hat o

leh

......

.... ?

Fasi

litas

i mas

yara

kat y

ang

terp

icu

dala

m m

enyu

sun

Stru

ktur

Org

anis

asi K

omite

Mas

yara

kat.

30 m

enit

Flip

Cha

rt &

ala

t tul

is

7.RT

L

Mem

fasi

litas

i mas

yara

kat y

ang

terp

icu

untu

k m

embu

at R

enca

na T

inda

k La

njut

unt

uk

mer

ealis

asik

an K

omitm

en m

erek

a

Min

ta k

epad

a K

omite

unt

uk m

embu

-at R

enca

na

Tind

ak L

anju

t dal

am ra

ngka

unt

uk m

erea

lisas

ikan

ko

mit-

men

mer

eka

untu

k m

ewuj

udka

n O

DF.

30 m

enit

Flip

Cha

rt &

ala

t tul

is

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM133

LEM

BA

R P

RO

SE

S U

NTU

K F

AS

ILIT

ATO

R S

TBM

(CTP

S)

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

1.Pe

rken

alan

Sal

ing

men

gena

l (an

tar m

asya

raka

t den

gan

fasi

litat

or),

Mas

yara

kat/

Pes

erta

per

tem

uan

mer

asa

sena

ng, t

anpa

be

ban

men

giku

ti or

ient

asi.M

aksu

d da

n tu

juan

dik

etah

ui

oleh

mas

yara

kat.

1.

Fasi

litat

or m

enya

mpa

ikan

mak

sud

dan

tuju

an.

2.

Fasi

lato

r mel

akuk

an b

ina

suas

ana/

ice

brea

king

ya

ng s

esua

i den

gan

situ

asi k

ondi

si.

15 m

enit

2A

lur P

enya

kit

Unt

uk m

enge

tahu

i pen

yeba

b pe

nyak

it, c

ara

penu

lara

n,

penc

egah

an.

1.

Fasi

litat

or m

enan

yaka

n be

bera

pa p

enya

kit

yang

ser

ing

mun

cul.

2.

Mas

yara

kat d

imin

ta m

enul

iska

n di

ker

tas

met

a pl

an.

3.

Pili

h sa

lah

satu

pen

yaki

t yan

g be

rkai

tan

deng

an s

anita

si (c

onto

h di

are)

4.

Bua

t alu

r pen

yaki

t ter

sebu

t5.

Fa

silit

ator

men

anya

kan

baga

iman

a ca

ra p

ence

gaha

nnya

dan

mas

yara

kat

men

ulis

kann

ya.

oK

erta

s m

eta

plan

Spi

dol

Stik

y cl

oth

3D

emo

cuci

ta

ngan

pak

ai

sabu

n

Mem

beri

penj

elas

an p

entin

gnya

cuc

i tan

gan

paka

i sa

bun

1.

Min

ta k

esed

iaan

dua

ora

ng (

si A

dan

B) d

ari

mas

yara

kat

2.

Si A

pra

ktik

ctp

s ya

ng b

enar

3.

Si B

pra

ktik

ctp

s ya

ng ti

dak

bena

r4.

Fs

ilita

tor m

emin

ta m

asya

raka

t unt

uk m

enila

i da

n m

embe

rikan

tang

gapa

n5.

Fa

silit

ator

men

yim

pulk

an p

erila

ku C

TPS

yan

g be

nar

Aqu

a bo

tol

Lem

dar

i te

pung

ka

nji

Bet

adin

Em

ber

Sab

unTi

su

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM134

LEM

BA

R P

RO

SE

S U

NTU

K F

AS

ILIT

ATO

R S

TBM

(PA

M R

T/A

IR)

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

1.Pe

rken

alan

Sal

ing

men

gena

l (a

ntar

mas

yara

kat

deng

an fa

silit

ator

), M

asya

raka

t/ P

eser

ta

perte

mua

n m

eras

a se

nang

, tan

pa b

eban

m

engi

kuti

orie

ntas

i.M

aksu

d da

n tu

juan

di

keta

hui o

leh

mas

yara

kat.

1.

Fasi

litat

or m

enya

mpa

ikan

mak

sud

dan

tuju

an

Not

e: S

ampa

ikan

aka

n be

laja

r men

gena

i upa

ya w

arga

dis

ini d

alam

men

yedi

akan

air

min

um

di ru

mah

tang

ga K

aren

a m

au b

elaj

ar m

aka

kam

i sek

elom

pok

tidak

mem

baw

a ba

ntua

n 2.

P

erke

nala

n di

mul

ai d

ari l

ead

fasi

litat

or d

ilanj

utka

n an

ggot

a ke

lom

pok.

Cuk

up s

ebut

kan

nam

a da

n ko

ta a

sal (

jang

an s

ebut

kan

asal

ins

tans

i kar

ena

akan

mem

bang

un g

ap a

nata

r fa

silit

ator

den

gan

mas

yara

kat)

3.

Fasi

lato

r mel

akuk

an b

ina

suas

ana/

ice

brea

king

yan

g se

suai

den

gan

situ

asi k

ondi

si.

15 m

enit

Pem

etaa

nFo

kus

disa

mpi

ng w

c/su

mbe

r air:

Pem

etaa

n ru

mah

, tem

pat b

uang

air

besa

r, m

etod

e m

enda

patk

an a

ir m

inum

di R

T (g

ali m

ulai

da

ri pe

ngol

ahan

, wad

ah p

enyi

mpa

nann

ya d

an p

erila

ku p

enng

anan

nya)

Lanj

utka

n de

ngan

sim

ulas

i air

min

um y

ang

terk

onta

min

asi

15 m

enit

Tran

sect

Dia

gram

5 F

dim

aink

an o

leh

mas

yara

kat

Mas

yara

kat d

iaja

k un

tuk

men

yusu

ri lo

kasi

tem

pat B

AB

(upa

yaka

n ca

ri ya

ng m

asih

dite

mpa

t te

rbuk

a/se

mba

rang

an)

Laku

kan

sim

ulas

i min

um a

ir, la

lat,

tinja

.

15 m

enit

Alu

r kon

tam

inas

iP

eser

ta m

enyu

sun

alur

kon

tam

inas

iP

eser

ta m

embu

at b

lock

ing

kont

amin

asi

Pes

erta

men

yajik

an d

an m

enyi

mpu

lkan

20 m

enit

FGD

Gal

i inf

orm

asi m

enge

nai u

paya

pen

yedi

aaan

air

min

um d

i rum

ah m

asin

g-m

asin

g pe

serta

(p

engo

laha

n, p

enyi

mpa

nan

dan

peril

aku

pena

ngan

anny

a) --

- gr

and

tour

Tand

ai/in

gat b

eber

apa

pese

rta y

ang

belu

m m

elak

ukan

upa

ya p

enge

lola

an a

ir m

inum

dan

gal

i m

enuj

u 3

kom

pone

n PA

M R

T --

min

i tou

rLe

mpa

rkan

kep

ada

pese

rta y

ang

tela

h m

elak

ukan

upa

ya 3

kom

pone

n PA

M R

T La

kuka

n si

mul

asi m

inum

air

yang

terk

onta

min

asi

Taku

t Sak

it

Kes

epak

atan

Dila

kuka

n pe

nyed

iaan

air

min

um d

i rum

ah ta

ngga

mas

ing-

mas

ing

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM135

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

RTL

Mem

perb

aiki

car

a pe

ngel

olaa

n ai

r min

um d

i rum

ah ta

ngga

mas

ing-

mas

ing

HA

SIL

Per

ubah

an s

ikap

pen

geta

huan

per

ilaku

dal

am p

enge

lola

an a

ir m

inum

RT.

10

0 %

mas

yara

kat m

enge

lola

air

min

um d

an m

elak

ukan

5 k

unci

kea

man

an p

anga

n .

Tota

l saf

e dr

inki

ng w

ater

.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM136

LEM

BA

R P

RO

SE

S U

NTU

K F

AS

ILIT

ATO

R S

TBM

(PA

MR

T/P

EN

GE

LOLA

AN

MA

KA

NA

N D

I RU

MA

H T

AN

GG

A)

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

1.Pe

rken

alan

Sal

ing

men

gena

l (an

tar m

asya

raka

t de

ngan

fasi

litat

or),

Mas

yara

kat/

Pes

erta

per

tem

uan

mer

asa

sena

ng,

tanp

a be

ban

men

giku

ti or

ient

asi.

Mak

sud

dan

tuju

an d

iket

ahui

ole

h m

asya

raka

t.

1.

Fasi

litat

or m

enya

mpa

ikan

mak

sud

dan

tuju

an.

2.

Fasi

lato

r mel

akuk

an b

ina

suas

ana/

ice

brea

king

yan

g se

suai

den

gan

situ

asi k

ondi

si.

15 m

enit

Pem

etaa

n.

Dim

ana

Sum

ber a

irnya

Dim

ana

kelu

arga

BA

B

Dim

ana

kelu

arga

mem

buan

g sa

mpa

h

Dim

ana

kelu

arga

mem

buan

g lim

bahn

ya?

Dim

ana

kelu

arga

mem

asak

mak

anan

Sia

pa y

ang

mem

iliki

tudu

ng s

aji?

30 m

enit

Pem

utar

anFi

lmFa

silit

ator

Mem

utar

film

tent

ang

”mak

anan

yan

g di

hing

gapi

lala

t”5

men

it M

edia

au

diov

isua

l

Dia

garm

a F

Pes

erta

dim

inta

unt

uk m

embu

at a

lur k

onta

min

asi m

akan

an d

enga

n ga

mba

r-ga

mba

r dia

gara

m li

ma

F.

5 m

enit

Gam

bar

Alu

r

FGD

Taku

t Sak

it, R

osa

Jijik

•Fa

silit

ator

mel

akuk

an s

imul

asi d

enga

n m

enaw

arka

n m

akan

an y

ang

diw

adah

i pad

a te

mpa

t yan

g ko

tor

•Fa

silit

ator

mel

akuk

an s

imul

asi m

encu

ci b

uah

yang

lang

sung

dim

akan

m

engg

unak

an a

ir ya

ng k

otor

•Fa

silit

ator

men

anya

kan

Bag

aim

ana

kelu

arga

mel

akuk

an C

ara

Pen

gelo

laan

M

akan

an Y

ang

Bai

k di

Rum

ahny

a a

l :

Men

jaga

Keb

ersi

han

- C

TPS

seb

elum

men

gola

h pa

ngan

dan

ses

erin

g m

ungk

in

- C

TPS

dar

i toi

let

- M

encu

ci p

eral

atan

mas

ak d

an m

akan

-

Men

jaga

dap

ur te

tap

bers

ih (d

ari s

eran

gga,

ham

a da

n bi

nata

ng)

Pis

ahka

n m

akan

an m

enta

h de

ngan

yan

g m

atan

g -

Mem

isah

kan

dagi

ng, i

kan

, pan

gan

dari

laut

den

gan

pang

an la

in

- M

engg

unak

an p

eral

atan

(pis

au, t

alen

an) t

erpi

sah

untu

k pa

ngan

m

enta

h -

Sim

pan

pang

an p

ada

wad

ah u

ntuk

men

ghin

dari

kont

ak p

anga

n m

enta

h da

n m

atan

g.

20 m

enit

Pos

ter

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM137

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

Mas

akla

h de

ngan

ben

ar

- M

asak

a pa

ngan

(dag

ing,

telu

r, ik

an, u

ngga

s, d

an p

anga

n ha

sil l

aut)

- R

ebus

pan

gan

sepe

rti s

up s

ampa

i men

didi

h, k

alau

dag

ing

usah

akan

ai

rnya

ben

ing

tidak

mer

ah m

uda)

- M

emas

akan

kem

bali

pang

an (

sisa

) den

gan

bena

r.

Jaga

lah

Pan

gan

Pad

a S

uhu

Yang

Am

an

- Ja

ngan

mem

biar

kan

pang

an m

atan

g pa

da s

uhu

kam

ar le

bih

dari

dua

jam

-

Sim

pan

sem

ua p

anga

n ya

ng c

epat

rusa

k da

lam

lem

ari e

s -

Saj

ikan

mak

anan

den

gan

suhu

yan

g ha

ngat

- Ja

ngan

men

yim

pan

mak

anan

di l

emar

i es

terla

lu la

ma

- M

akan

an y

ang

suda

h be

ku h

arus

dip

anas

kan

kem

bali.

Gun

akan

air

dan

baha

n ba

ku y

ang

aman

-

Gun

akan

air

yang

am

an a

tau

beri

perla

kuan

aga

r air

aman

-

Pili

h pa

ngan

yan

g se

gar d

an b

erm

utu

- P

ilih

pang

an y

ang

aman

-

Cuc

i bua

h da

n sa

yur y

ang

dim

akan

men

tah

- Ja

ngan

men

gkon

sum

si p

anga

n ka

dalu

war

sa

Kes

epak

atan

- Fa

silit

ator

mem

fasi

litas

i pes

erta

unt

uk m

embu

at k

esep

akat

an b

ahw

a se

luru

h ko

mun

itas

di d

esa

tsb

akan

men

erap

kan

CP

MB

(Car

a P

enge

lola

an M

akan

an Y

ang

Bai

k ) d

enga

n m

ener

apka

n 5

kun

ci k

eman

an

pang

an

10 m

enit

Ker

tas

flano

spid

ol

RTL

- B

uat R

TL d

enga

n m

asya

raka

t sbb

: -

kapa

n ko

mun

itas

akan

mei

mul

ai m

enge

lola

mak

anan

mak

anan

den

gan

CP

MB

yai

tu m

ener

apka

n 5

kunc

i ke

man

an p

anga

n (C

PM

B) C

ara

Pen

gelo

laan

Mak

anan

yan

g B

aik

- S

iapa

yan

g ak

an m

emon

itorin

g

10 m

enit

Ker

tas

flano

sp

idol

Mer

ubah

per

ilaku

mas

yara

kat u

ntuk

men

jaga

keb

ersi

han

mak

anan

& m

inum

an (

Tot

al

Food

Saf

ety

)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM138

LEM

BA

R P

RO

SES

UN

TUK

FA

SILI

TATO

RST

BM

( LI

MB

AH

)

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

1.Pe

rken

alan

•S

alin

g m

enge

nal (

ant

ar

mas

yara

kat d

enga

n fa

silit

ator

), •

Mak

sud

dan

tuju

an

dike

tahu

i ole

h m

asya

raka

t.

1.

Fasi

litat

or m

empe

rken

alka

n di

ri da

n m

enco

ba m

enge

nal b

eber

apa

angg

ota

mas

yara

kat y

ang

hadi

r2.

Fa

silit

ator

men

yam

paik

an m

aksu

d da

n tu

juan

.

5 m

enit

2B

ina

suas

ana

Mas

yara

kat/p

eser

ta m

eras

a se

nang

, tan

pa b

eban

dal

am

men

giku

ti pe

rtem

uan

Fasi

litat

or m

elak

ukan

bin

a su

asan

a/ic

e br

eaki

ng y

ang

sesu

ai d

enga

n si

tuas

i kon

disi

10 m

enit

3Id

entifi

kasi

lim

bah

cair

rum

ah

tang

ga,

Pem

etaa

an

Hitu

ng

Volu

me

limba

h ca

ir

Men

gaja

k m

asya

raka

t m

enge

nali

perm

asal

ahan

pe

ngel

olaa

n lim

bah

cairn

ya

send

iri

•Fa

silit

ator

men

yam

paik

an p

erta

nyaa

n ap

a sa

ja y

ang

men

jadi

air

limba

h di

rum

ah?

•K

etik

a m

asya

raka

t tel

ah m

enya

mpa

ikan

wuj

ud li

mba

h ca

ir ya

ng d

ihas

ilkan

, fas

ilita

tor

men

ulis

kan

pada

ker

tas

met

apla

n da

n m

enem

pelk

an p

ada

kain

tem

pel.

•Fa

silit

ator

mem

inta

pes

erta

mem

bagi

kel

ompo

k se

suai

den

gan

wuj

ud li

mba

h ya

ng

disa

mpa

ikan

, ke

mud

ian

dim

inta

unt

uk m

engg

amba

rkan

bag

aim

ana

air

limba

h itu

di

salu

rkan

?•

Fasi

litat

or m

enan

yaka

n ap

akah

nila

i pos

itif d

an n

egat

if da

ri ad

anya

lim

bah

cair

dari

setia

p je

nis

peny

alur

an?

Aju

kan

perta

nyaa

n ku

nci:

Bag

aim

ana

pera

saan

kita

kal

au m

elih

at li

ngku

ngan

kita

de

ngan

lim

bah

cair

sepe

rti te

rgam

bark

an d

alam

bag

an id

entifi

kasi

?•

Fasi

litat

or m

enan

yaka

n be

rapa

ban

yak

limba

h ca

ir ya

ng d

ihas

ilkan

set

iap

harin

ya?

25 m

enit

•K

erta

s fli

pcha

rt•

Spi

dol

•K

erta

s m

etap

lan

3P

emic

uan:

AA

lur

kont

amin

asi

Men

gaja

k m

asya

raka

t unt

uk

mel

ihat

bag

aim

ana

koto

ran

man

usia

dap

at d

imak

an o

leh

man

usia

yan

g la

inny

a

•Ta

nyak

an k

epad

a m

asya

raka

t ap

akah

mer

eka

yaki

n ba

hwa

tinja

bis

a m

asuk

ke

dala

m m

ulut

? •

Tany

akan

bag

aim

ana

limba

h ca

ir m

asuk

ke

tubu

h ki

ta?

mel

alui

apa

saj

a? M

inta

m

asya

raka

t un

tuk

men

ggam

bark

an h

al –

hal

yan

g m

enja

di p

eran

tara

lim

bah

cair

sam

pai k

e m

ulut

.•

Ana

lisis

has

ilnya

ber

sam

a–sa

ma

deng

an m

asya

raka

t da

n ke

mba

ngka

n di

skus

i (m

isal

nya

FGD

)

10 m

enit

•G

amba

r tin

ja d

an

gam

bar

mul

ut•

Pot

onga

n ke

rtas

•S

pido

l

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM139

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

CFG

DB

ersa

ma

deng

an m

asya

raka

t, m

endi

skus

ikan

kon

disi

yan

g ad

a da

n m

enga

nalis

isny

a, s

ehin

gga

diha

rapk

an d

enga

n se

ndiri

nya

mas

yara

kat d

apat

mer

umus

kan

yang

seb

aikn

ya d

ilaku

kan

atau

tid

ak d

ilaku

kan

•A

jak

sem

ua p

eser

ta u

ntuk

ber

jala

n-ja

lan

men

gelil

ingi

kam

pung

mer

eka.

Tuj

uan

perja

lana

n ad

alah

lok

asi-l

okas

i di

man

a m

asya

raka

t m

embu

ang

limba

h ca

ir tid

ak

pada

tem

patn

ya•

Jika

men

emuk

an lo

kasi

pem

buan

gan

limba

h ca

ir, a

juka

n pe

rtany

aan:

sia

pa y

ang

buan

g lim

bah

cair

di s

ini?

•B

agai

man

a pe

rasa

an k

ita d

enga

n m

elih

at k

ondi

si li

ngku

ngan

yan

g se

perti

ini?

20 m

enit

Pen

elus

uran

W

ilaya

h •

Unt

uk m

elih

at d

an

men

geta

hui t

empa

t yan

g pa

ling

serin

g d

ijadi

kan

tem

pat b

uang

lim

bah

cair.

Den

gan

men

gaja

k m

asya

raka

t ber

jala

n ke

san

a da

n be

rdis

kusi

di

tem

pat t

erse

but,

diha

rapk

an m

asya

raka

t ak

an m

eras

a jij

ik, b

au, d

sb•

Mem

icu

rasa

mal

u ba

gi

yang

mem

buan

g lim

bah

cair

tidak

pad

a te

mpa

tnya

.

•Fa

silit

ator

ber

tany

a: A

paka

h ba

pak/

ibu

mau

teru

s da

lam

kon

disi

sep

erti

ini?

•A

pa y

ang

akan

dila

kuka

n?•

Apa

kah

kita

sep

akat

unt

uk m

elak

ukan

tind

akan

ters

ebut

?

5 m

enit

Kes

epak

atan

•Fa

silit

ator

m

enga

jak

mas

yara

kat

untu

k m

enul

iska

n re

ncan

anya

da

lam

ra

ngka

m

ewuj

udka

n ke

sepa

kata

n5

men

it •

kerta

s fli

pcha

rt•

spid

ol

RTL

•Fa

silit

ator

m

enga

jak

mas

yara

kat

untu

k m

enul

iska

n re

ncan

anya

da

lam

ra

ngka

m

ewuj

udka

n ke

sepa

kata

n5

men

it •

kerta

s fli

pcha

rt•

spid

ol

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM140

LEM

BA

R P

RO

SES

UN

TUK

FA

SILI

TATO

RST

BM

KO

MPO

NEN

4 (

PEN

GEL

OLA

AN

SA

MPA

H R

UM

AH

TA

NG

GA

)

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

1.Pe

rken

alan

da

n pe

nyam

paia

n tu

juan

.

Aga

r mas

yara

kat d

enga

n fa

silit

ator

sa

ling

men

gena

l,

Aga

r mas

yara

kat m

enge

tahu

i mak

sud

keda

tang

an fa

silit

ator

.

Aga

r mas

yara

kat m

enge

tahu

i bah

wa

fasi

litat

or ti

dak

mem

baw

a ba

ntua

n ap

apun

.

1.

Fasi

litat

or m

enya

mpa

ikan

mak

sud

dan

tuju

an.

2.

Fasi

lato

r mel

akuk

an b

ina

suas

ana/

ice

brea

king

yan

g se

suai

de

ngan

situ

asi k

ondi

si.

15 m

enit

-

2.Pe

ncai

ran

suas

ana

Aga

r mas

yara

kat m

eras

a se

nang

m

engi

kuti

acar

a pe

rtem

uan

Aga

r mas

yara

kat t

idak

mer

asa

rend

ah d

iri te

rhad

ap fa

silit

ator

Aga

r tid

ak a

da k

ekak

uan

suas

ana

acar

a pe

rtem

uan

1.

Aja

k m

asya

raka

t mel

akuk

an p

erm

a-in

an/g

ame

yang

men

imbu

lkan

ra

sa lu

cu d

an m

embu

at g

embi

ra.

2.

Ata

u aj

ak m

asya

raka

t ber

nyan

yi a

tau

mem

buat

joke

/lelu

con.

15 m

enit

Ses

uai

kebu

tuha

n

3.Pe

met

aan

Dig

unak

an u

ntuk

ala

t P.R

.A.

Dig

unak

an u

ntuk

men

geta

hui t

empa

t-te

mpa

t mas

y. b

iasa

Bua

ng S

ampa

h.

Dig

unak

an s

bg a

lat b

antu

pem

icua

n

Dig

unak

an s

bg a

lat m

onito

ring

1.

Min

ta b

brp

suka

rela

wan

unt

uk m

eng-

gam

bark

an b

atas

des

a/du

sun/

RW

.2.

M

inta

suk

arel

awan

men

ggam

bark

an te

mpa

t-tem

pat y

ang

mun

gkin

di

paka

i seb

agai

tem

pat b

uang

sam

pah.

3.

Min

ta s

ukar

elaw

an m

enan

dai p

osis

i mel

akuk

an p

erte

mua

n.4.

M

inta

kep

ada

sem

ua p

eser

ta/m

asya

-rak

at y

ang

hadi

r men

anda

i ru

mah

-nya

mas

ing-

mas

ing

deng

an b

enda

ses

uai k

esep

akat

an.

25 m

enit

Bah

an

sete

mpa

t

4.Pe

mic

uan

deng

an F

GD

:

a.El

emen

Ras

a M

alu

Men

imbu

lkan

rasa

mal

u m

elak

ukan

bu

ang

sam

pah

sem

bara

ngan

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

erub

ah k

ebia

saan

bua

ng s

ampa

h se

mba

rang

an.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

enge

lola

sam

pah

yang

mem

enuh

i sy

arat

kes

ehat

an.

Bua

t pos

isi m

asya

raka

t mel

ingk

ar s

atu

lapi

s.

Tany

a ke

pada

pes

erta

per

tem

uan

: sia

pa y

ang

pagi

ini t

adi b

uang

sa

mpa

h di

sun

gai/s

awah

/keb

un d

ll ?

Min

ta u

ntuk

tunj

uk ta

ngan

.

Yang

tunj

uk ta

ngan

pis

ahka

n/m

inta

maj

u sa

tu la

ngka

h da

ri lin

gkar

an (d

ipis

ahka

n da

ri lin

gkar

an d

ihar

ap-k

an s

udah

mun

cul

rasa

mal

u)

Gal

i Ras

a M

alu

mer

eka

deng

an p

er-ta

nyaa

n-pe

rtany

aan

yang

ada

ka

itann

ya d

enga

n ra

sa m

alu.

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n m

alu,

tany

akan

: A

paka

h m

au s

eper

ti in

i ter

us ?

15 m

enit

-

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM141

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

Bila

mer

eka

men

yata

kan

mau

ber

-uba

h, b

erik

an re

war

d/pu

jian.

Yang

men

yata

kan

mau

ber

ubah

itul

ah m

asya

raka

t yan

g te

rpic

u.

b.El

emen

Ras

a Ji

jik

Men

imbu

lkan

rasa

jijik

terh

adap

sam

-pa

h ya

ng d

ibua

ng s

emba

rang

an.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

erub

ah k

ebia

saan

bua

ng s

ampa

h se

mba

rang

an.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

enge

lola

sam

pah

yang

mem

enuh

i sy

arat

kes

ehat

an.

Kal

au b

elum

ada

yan

g te

rpic

u de

ngan

ele

men

rasa

mal

u, la

njut

kan

deng

an e

lem

en ra

sa ji

jik.

Tany

akan

ber

apa

angg

ota

kelu

arga

dan

ber

apa

kali

setia

p ha

ri m

embu

ang

sam

pah

Min

ta m

erek

a m

embu

at tu

mpu

kan

baha

n m

enye

rupa

i sam

pah

(yan

g su

dah

disi

apka

n) s

ejum

lah

bera

pa k

ali k

elua

rga

mer

eka

buan

g sa

mpa

h.

Min

ta m

erek

a un

tuk

mel

ihat

vis

uali-

sasi

sam

pah

bers

erak

an d

an

tany

akan

per

asaa

n m

erek

a

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n jij

ik, t

anya

kan

: Apa

kah

mau

sep

erti

ini

teru

s ?

Bila

mer

eka

men

yata

kan

mau

ber

-uba

h, b

erik

an re

war

d/pu

jian.

Yang

men

yata

kan

mau

ber

ubah

itul

ah m

asya

raka

t yan

g te

rpic

u.

Bila

bel

um te

rpic

u ju

ga, k

ita a

jak

men

ghitu

ng ju

mla

h sa

mpa

h ya

ng

diha

silk

an p

erha

ri/bu

lan

dan

tahu

n.

15 m

enit

Visu

alis

asi

sam

pah

c.El

emen

Ras

a Ta

kut S

akit

Men

imbu

lkan

rasa

taku

t sak

it ka

rena

ta

hu b

ahw

a sa

mpa

h ya

ng d

ibua

ng

sem

bara

ngan

bis

a te

rmak

an d

an

men

gaki

batk

an s

akit.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

erub

ah k

ebia

saan

bua

ng s

ampa

h se

mba

rang

an.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

enge

lola

sam

pah

yang

mem

enuh

i sy

arat

kes

ehat

an.

Kal

au b

elum

ada

yan

g te

rpic

u de

ngan

ele

men

rasa

mal

u da

n jij

ik

lanj

utka

n de

ngan

ele

men

rasa

taku

t sak

it.

Sim

ulas

ikan

air

min

um y

ang

terc

e-m

ar k

otor

an d

ari s

ampa

h at

au

gali

peng

etah

uan

mas

yara

kat b

agai

ma-

na k

otor

an d

isam

pah

sese

oran

g bi

sa m

asuk

kem

ulut

.

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a se

tela

h m

elih

at p

erag

aan

koto

ran

disa

mpa

h bi

sa m

asuk

mul

ut.

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n jij

ik a

tau

taku

t sak

it ta

nyak

an :

Apa

kah

mau

sep

erti

ini t

erus

?

Bila

mer

eka

men

yata

kan

mau

ber

ubah

, ber

ikan

rew

ard/

pujia

n.

Yang

men

yata

kan

mau

ber

ubah

itul

ah m

asya

raka

t yan

g te

rpic

u.

Bila

bel

um te

rpic

u ju

ga, g

unak

an e

lem

en s

elan

jutn

ya.

15 m

enit

Dia

gram

F,

Met

a pl

an

& a

lat t

ulis

,Fl

ip C

hart

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM142

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

d.El

emen

Ras

a Ta

kut D

osa

Men

imbu

lkan

rasa

taku

t dos

a ka

rena

ta

hu b

ahw

a sa

mpa

h ya

ng d

ibua

ng

sem

bara

ngan

bis

a m

embu

at n

ajis

al

at ib

adah

ata

u or

ang

lain

yan

g m

au

berib

adah

.

Men

imbu

lkan

rasa

taku

t dos

a ka

rena

ta

hu b

ahw

a sa

mpa

h ya

ng d

ibua

ng

sem

bara

ngan

bis

a m

embu

at o

rang

lain

ja

tuh

saki

t.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

erub

ah k

ebia

saan

bua

ng s

ampa

h se

mba

rang

an.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

enge

lola

sam

pah

yang

mem

enuh

i sy

arat

kes

ehat

an.

Kal

au b

elum

ada

yan

g te

rpic

u de

ngan

ele

men

rasa

mal

u, j

ijik

dan

ra

sa ta

kut s

akit

lanj

utka

n de

ngan

ele

men

rasa

taku

t dos

a.

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a ka

lau

tau

bahw

a sa

mpa

h ya

ng m

erek

a bu

ang

bibi

t pen

yaki

t yan

g di

baw

anya

bis

a m

asuk

mul

ut o

rang

lain

da

n m

enim

bulk

an s

akit

atau

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a ka

lau

tau

bahw

a sa

mpa

h ya

ng m

erek

a bu

ang

(mis

alny

a ke

sun

gai)

bis

a m

embu

at ib

adah

ora

ng la

in ti

dak

dite

rima

Tuha

n ka

rena

ala

t iba

dah

atau

bad

anny

a tid

ak s

uci k

aren

a te

rken

an n

ajis

dar

i sam

pah

? at

au

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a ka

lau

tau

bahw

a bi

bit p

enya

kit y

ang

ada

disa

mpa

h ya

ng m

erek

a bu

ang

sem

bara

ngan

bis

a m

asuk

mul

ut

oran

g la

in d

an m

enim

bulk

an s

akit.

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n ta

kut d

osa

tany

akan

: A

paka

h m

au

sepe

rti in

i ter

us ?

Bila

mer

eka

men

yata

kan

mau

ber

-uba

h, b

erik

an re

war

d/pu

jian.

Yang

men

yata

kan

mau

ber

ubah

itul

ah m

asya

raka

t yan

g te

rpic

u.

Bila

bel

um te

rpic

u ju

ga, g

unak

an e

lem

en s

elan

jutn

ya a

tau

guna

kan

hadi

st a

tau

ayat

dar

i Kita

b S

uci.

15 m

enit

Visu

alis

asi

sam

pah

e.El

emen

Ras

a H

arga

Diri

Men

imbu

lkan

rasa

jatu

h ha

rga

diri

kare

na m

asih

ber

peril

aku

buan

g sa

mpa

h se

mba

rang

an.

Men

umbu

hkan

keb

angg

aan

kare

na

tela

h m

enge

lola

sam

pah

deng

an

baik

seh

ingg

a tid

ak m

enim

bulk

an

efek

neg

atif

bahk

an m

enda

patk

an

peni

ngka

tan

nila

i eko

nom

is..

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

erub

ah k

ebia

saan

bua

ng s

ampa

h se

mba

rang

an.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

enge

lola

sam

pah

yang

mem

enuh

i sy

arat

kes

ehat

an.

Kal

au b

elum

ada

yan

g te

rpic

u de

ngan

ele

men

-ele

men

dia

tas

lanj

ut-k

an d

enga

n el

emen

rasa

har

ga d

iri.

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a ka

lau

ada

tam

u ya

ng s

anga

t di

horm

atin

ya ta

u di

seki

tar r

umah

nya

bany

ak s

ampa

h be

rser

akan

. at

au

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a ka

lau

tau

bahw

a ba

nyak

ora

ng y

ang

lebi

h m

iski

n da

rinya

sud

ah m

au b

erub

ah a

tau

suda

h m

enge

lola

sa

mpa

hnya

den

gan

baik

/mem

enuh

i sya

rat k

eseh

atan

? a

tau

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n ja

tuh

harg

a di

ri/ge

ngsi

tan

yaka

n :

Apa

kah

mau

sep

erti

ini t

erus

?

Bila

mer

eka

men

yata

kan

mau

ber

-uba

h, b

erik

an re

war

d/pu

jian.

Yang

men

yata

kan

mau

ber

ubah

itul

ah m

asya

raka

t yan

g te

rpic

u.

Bila

bel

um te

rpic

u ju

ga, g

unak

an e

lem

en s

elan

jutn

ya a

tau

guna

kan

hadi

st a

tau

ayat

dar

i Kita

b S

uci.

15 m

enit

-

f.El

emen

Nila

i Ta

mba

h da

ri sa

mpa

h

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

erub

ah k

ebia

saan

bua

ng s

ampa

h se

mba

rang

an.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

enge

lola

sam

pah

yang

mem

enuh

i sy

arat

kes

ehat

an d

an m

embe

rikan

nila

i ek

onom

i den

gan

3 R

.

Tany

akan

apa

kah

mas

yara

kat t

au b

ahw

a ad

a ke

giat

an

peng

elol

aan

sam

pah

yang

bis

a m

enda

tang

kan

keun

tung

an s

ecar

a ek

onom

i ?

Tany

akan

apa

kah

ada

yang

sud

ah k

enal

den

gan

3 R

dan

apa

m

anfa

at y

ang

dida

patk

anny

a.

15 m

enit

Bar

ang

hasi

l R

euse

&

Rec

ycle

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM143

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

g.El

emen

lain

.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

erub

ah k

ebia

saan

bua

ng s

ampa

h se

mba

rang

an.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

enge

lola

sam

pah

yang

mem

enuh

i sy

arat

kes

ehat

an d

an m

embe

rikan

nila

i ek

onom

i den

gan

3 R

.

Tany

akan

per

asaa

n m

erek

a de

ngan

men

ggun

akan

ele

men

-ele

men

pe

mic

u la

in y

ang

sesu

ai d

enga

n si

tuas

i dan

kon

disi

set

empa

t.-

5.Tr

anse

ct

Wal

k

Men

imbu

lkan

rasa

mal

u/jij

ik/ta

kut s

akit/

taku

t dos

a/ja

tuh

harg

a di

ri

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

erub

ah k

ebia

saan

bua

ng s

ampa

h se

mba

rang

an.

Men

imbu

lkan

kei

ngin

an k

uat u

ntuk

m

enge

lola

sam

pah

yang

mem

enuh

i sy

arat

kes

ehat

an d

an m

embe

rikan

nila

i ek

onom

i den

gan

3 R

.

Tran

sect

Wal

k ad

alah

keg

iata

n m

enga

jak

pese

rta p

erte

mua

n un

tuk

men

elus

uri d

esa/

dusu

n/ka

mpu

ng u

ntuk

mel

ihat

dim

ana

mas

yara

kat b

iasa

mel

akuk

an b

uang

sam

pah

sem

bara

ngan

.

Tran

sect

bis

a di

laku

kan

sebe

lum

pem

etaa

n, a

tau

sesu

dah

pem

etaa

n da

n tid

ak a

da y

ang

terp

icu

(set

elah

ada

pem

icua

n)

atau

tida

k us

ah d

ila-k

ukan

bila

den

gan

pem

etaa

n da

n el

emen

pe

mic

unya

sud

ah b

erha

sil a

da y

ang

terp

icu.

Dite

mpa

t yan

g ad

a tu

mpu

kan

sam

-pah

laku

kan

FGD

den

gan

elem

en-e

lem

en p

emic

uan.

Bila

ada

yan

g m

enya

taka

n m

au b

erub

ah, b

erik

an re

war

d/pu

jian.

30 m

enit

-

6.K

esep

akat

an

Mem

bang

un k

omitm

en d

ari m

asya

ra-

kat y

ang

mau

ber

ubah

: ka

pan

akan

m

erea

lisas

ikan

kei

ngin

anny

a un

tuk

beru

bah.

Mem

buat

kes

epak

atan

keb

erad

aan

Kom

ite M

asya

raka

t yan

g ak

an

mem

pelo

pori

Pen

gelo

laan

Sam

pah

Rum

ah T

angg

a B

erba

sis

Mas

yara

kat

deng

an 3

R (

Red

uce,

Reu

se &

R

ecyc

le )

di k

omun

itasn

ya.

Min

ta k

epad

a m

asya

raka

t yan

g te

rpic

u un

tuk

men

ulis

kan

kom

itmen

/ kes

angg

upan

mer

eka

untu

k m

ulai

mel

aksa

naka

n 3

R

dan

mem

bent

uk P

SR

T-B

M

Min

ta k

epad

a m

asya

raka

t yan

g te

rpic

u : k

apan

has

il ka

rya

mer

eka

bisa

dili

hat o

leh

......

.... ?

Fasi

litas

i mas

yara

kat y

ang

terp

icu

dala

m m

enyu

sun

Stru

ktur

O

rgan

isas

i PS

RT-

BM

30 m

enit

Flip

Cha

rt &

ala

t tul

is

7.R

TL

Mem

fasi

litas

i mas

yara

kat y

ang

terp

icu

untu

k m

embu

at R

enca

na T

inda

k La

njut

unt

uk m

erea

lisas

ikan

Kom

itmen

m

erek

a m

embe

ntuk

PS

RT-

BM

.

Min

ta k

epad

a K

omite

PS

RT-

BM

unt

uk m

embu

at R

enca

na T

inda

k La

njut

dal

am ra

ngka

unt

uk m

erea

lisas

ikan

kom

itmen

mer

eka

untu

k m

ewuj

udka

n K

awas

an B

ebas

Sam

pah

(KB

S).

30 m

enit

Flip

Cha

rt &

ala

t tul

is

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM144

LEM

BA

R P

RO

SES

UN

TUK

FA

SILI

TATO

RST

BM

,(KO

MPO

NEN

5 L

IMB

AH

)

NO

KEG

IATA

NTU

JUA

NPR

OSE

SW

AK

TU

(DU

RA

SI)

BA

HA

N

ALA

T

1.Pe

rken

alan

•S

alin

g m

enge

nal (

ant

ar m

asya

raka

t de

ngan

fasi

litat

or),

•M

aksu

d da

n tu

juan

dik

etah

ui o

leh

mas

yara

kat.

3.

Fasi

litat

or m

empe

rken

alka

n di

ri da

n m

enco

ba m

enge

nal b

eber

apa

angg

ota

mas

yara

kat y

ang

hadi

r4.

Fa

silit

ator

men

yam

paik

an m

aksu

d da

n tu

juan

.

5 m

enit

2B

ina

suas

ana

Mas

yara

kat/p

eser

ta m

eras

a se

nang

, tan

pa

beba

n da

lam

men

giku

ti pe

rtem

uan

Fasi

litat

or m

elak

ukan

bin

a su

asan

a/ic

e br

eaki

ng y

ang

sesu

ai d

enga

n si

tuas

i kon

disi

10 m

enit

2Id

entifi

kasi

lim

bah

cair

rum

ah ta

ngga

, P

emet

aaan

H

itung

Vol

ume

limba

h ca

ir

Men

gaja

k m

asya

raka

t men

gena

li pe

rmas

alah

an p

enge

lola

an li

mba

h ca

irnya

se

ndiri

•Fa

silit

ator

men

yam

paik

an p

erta

nyaa

n ap

a sa

ja y

ang

men

jadi

air

limba

h di

rum

ah?

•K

etik

a m

asya

raka

t te

lah

men

yam

paik

an w

ujud

lim

bah

cair

yang

di

hasi

lkan

, fa

silit

ator

m

enul

iska

n pa

da

kerta

s m

etap

lan

dan

men

empe

lkan

pad

a st

icky

clo

th•

Fasi

litat

or m

emin

ta p

eser

ta m

emba

gi k

elom

pok

sesu

ai d

enga

n w

ujud

lim

bah

yang

di

sam

paik

an,

kem

udia

n di

min

ta

untu

k m

engg

amba

rkan

bag

aim

ana

air l

imba

h itu

dis

alur

kan?

•Fa

silit

ator

men

anya

kan

apak

ah n

ilai p

ositi

f dan

neg

atif

dari

adan

ya

limba

h ca

ir da

ri se

tiap

jeni

s pe

nyal

uran

?

•A

juka

n pe

rtany

aan

kunc

i: B

agai

man

a pe

rasa

an k

ita k

alau

mel

ihat

lin

gkun

gan

kita

den

gan

limba

h ca

ir se

perti

ter

gam

bark

an d

alam

ba

gan

iden

tifika

si?

•Fa

silit

ator

men

anya

kan

bera

pa b

anya

k lim

bah

cair

yang

dih

asilk

an

setia

p ha

rinya

?

25 m

enit

•K

erta

s fli

pcha

rt•

Spi

dol

•K

erta

s m

etap

lan

3P

emic

uan:

aA

lur

kont

amin

asi

Men

gaja

k m

asya

raka

t unt

uk m

elih

at

baga

iman

a ko

tora

n m

anus

ia d

apat

dim

akan

ol

eh m

anus

ia y

ang

lain

nya

•Ta

nyak

an k

epad

a m

asya

raka

t ap

akah

mer

eka

yaki

n ba

hwa

tinja

bi

sa m

asuk

ke

dala

m m

ulut

? •

Tany

akan

bag

aim

ana

limba

h ca

ir m

asuk

ke

tubu

h ki

ta?

mel

alui

ap

a sa

ja?

Min

ta m

asya

raka

t unt

uk m

engg

amba

rkan

hal

– h

al y

ang

men

jadi

per

anta

ra li

mba

h ca

ir sa

mpa

i ke

mul

ut.

•A

nalis

is

hasi

lnya

be

rsam

a–sa

ma

deng

an

mas

yara

kat

dan

kem

bang

kan

disk

usi (

mis

alny

a FG

D)

10 m

enit

•G

amba

r tin

ja d

an

gam

bar

mul

ut•

Pot

onga

n ke

rtas

•S

pido

l

Tab

el 9

: Lem

bar P

rose

s P

emic

uan

STB

M

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM145

e. Komposisi tim pemicu

Komposisi tim pemicu yang biasanya digunakan dalam memfasilitasi STBM di komunitas, sebagai berikut:

Lead facilitator : fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses fasilitasi, biasanya 1 orang

Co – facilitator : membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi

Content recorder: perekam proses, bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan dokumentasi/pelaporan program

Process facilitator : penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol agar proses sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi.

Environment Setter : penata suasana, menjaga suasana ‘serius’ proses fasilitasi, misalnya dengan: mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa mengajak mereka terlibat dalam kampanye STBM, misalnya dengan: menyanyi bersama, meneriakkan slogan, dsb.), mengajak berdiskusi terpisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses, dsb.

C. POKOK BAHASAN 3: PASKA PEMICUAN

a. Membangun Ulang Komitmen

Membangun ulang komitmen masyarakat ini dimaksudkan untuk meningkatnya motivasi masyarakat untuk melaksanakan rencana kegiatan yang mereka susun pada saat memberikan komitmen mereka di kegiatan pemicuan sebelumnya. Hasil akhir dari tahap ini adalah disepakatinya komitmen semua pihak untuk keberhasilan pencapaian rencana kegiatan masyarakat.

Membangun komitmen ini diawali dengan mempersilahkan kepada wakil masyarakat untuk mempresentasikan kondisi sanitasi di komunitasnya dan rencana mereka ke depan. Selanjutnya kita melakukan penegasan-penegasan untuk meningkatkan motivasi masyarakat, misalnya: mengajak peserta memberi tepuk tangan, menegaskan tentang tanggal bebas dari BAB terbuka untuk setiap komunitas, menunjukkan para natural leader yang akan memotori gerakan masyarakat, dll.

Pada akhir kegiatan berikanlah penegasan-penegasan untuk membangun komitmen bersama semua pihak dalam upaya pencapaian bebas dari BAB terbuka di tingkat yang lebih luas.

Hasil komitmen yang telah disepakati bersama dengan masyarakat, diserahkan oleh perwakilan kelompok masyarkat kepada pejabat yang berwenang di daerah untuk dilakukan tindak lanjut sesuai dengan rencana. Diharapkan pemerintah daerah dapat menindaklanjuti sesuai proses yang telah terjadi dan dapat menghasilkan keluaran yang diharapkan oleh masyarakat.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM146

b. Pilihan Teknologi Sanitasi Untuk 5 Pilar STBM

Pencapaian Desa/Kelurahan STBM dengan kondisi sanitasi total yang mencakup 5 pilar STBM akan diikuti dengan pencapaian akses sarana dan prasarana sanitasi di masyarakat. Pencapaian sarana sanitasi ini akan ada di masyarakat mulai teknologi yang paling sederhana hingga teknologi yang canggih dan terkelola dengan baik. Pilihan teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM ini berprinsip harus sesuai dengan standar kesehatan, mudah dan terjangkau oleh masyarakat.

Dalam pemilihan opsi teknologi yang ada, masyarakat harus memahami tangga sanitasi. Tangga sanitasi ini akan membantu masyarakat untuk mempraktikkan kebiasan pola hidup bersih dan sehat, dengan bantuan alat yang sederhana hingga alat yang lebih canggih dan permanen. Sebagai contoh, untuk pilar 1, masyarakat naik dari kebiasaan awal yang masih BAB sembarangan hingga mencapai kondisi berperilaku higienis dan saniter dengan BAB di jamban yang sehat dan permanen. Untuk pilar 2, masyarakat berubah perilakunya dari tidak mencuci tangan hingga mencuci tangan pakai air dan sabun, dan naik lagi misalnya dengan melakukannya di wastafel yang permanen. Begitupun dengan pilar-pilar lainnya, yang menunjukkan adanya perubahan dan peningkatan perilaku menjadi lebih baik.

c. Tangga Sanitasi Untuk 5 Pilar STBM

Sanitation Ladder atau tangga sanitasi merupakan tahap perkembangan sarana sanitasi yang digunakan masyarakat, dari sarana yang sangat sederhana sampai sarana sanitasi yang sangat layak dilihat dari aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya.

Dalam STBM, masyarakat tidak diminta atau disuruh untuk membuat sarana sanitasi tetapi hanya mengubah perilaku sanitasi mereka. Namun pada tahap selanjutnya ketika masyarakat sudah mau merubah kebiasaan BAB nya, sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan.

Seringkali pemikiran masyarakat akan sarana sanitasi adalah sebuah bangunan yang kokoh, permanen, dan membutuhkan biaya yang besar untuk membuatnya. Pemikiran ini sedikit banyak menghambat animo masyarakat untuk membangun sarana sanitasi, seperti jamban, karena alasan ekonomi dan lainnya sehingga kebiasaan masyarakat untuk buang air besar pada tempat yang tidak seharusnya tetap berlanjut.

Pada prinsipnya sebuah jamban yang saniter dan layak terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan letak konstruksi dan kegunaannya. Pertama adalah bangunan bawah tanah yang berfungsi sebagai tempat pembuangan tinja. Fungsi bangunan bawah tanah adalah untuk melokalisir tinja dan mengubahnya menjadi lumpur stabil. Kedua adalah bangunan di permukaan tanah (landasan). Bangunan di permukaan ini erat kaitannya dengan keamanan saat orang tersebut membuang hajat. Terminologi aman disini dapat diartikan aman dari terperosok kepada lubang kotoran, aman saat membuang hajat (malam hari/saat hujan/ aman digunakan oleh orang jompo). Ketiga adalah bangunan dinding. Bangunan atau dinding penghalang erat kaitannya dengan faktor kenyamanan, psikologis dan estetika.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM147

Definisi jamban sehat (improved latrine) mengacu kepada definisi dalam Joint Monitoring Program (JMP), dengan batasan sebagai berikut:

Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang memenuhi syarat :

Tidak mengkontaminasi badan air.Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja.Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau

serangga vektor lainnya termasuk binatang.Menjaga buangan tidak menimbulkan bau. Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna.

d. Tangga Perubahan Perilaku Pilar-Pilar STBM

Kondisi perilaku masyarakat yang menjadi sasaran intervesi pelaksanaan STBM tentunya berbeda satu dengan yang lainnya. Sasaran perubahan perilaku dalam STBM ada 5 pilar perilaku yaitu :

• Menghentikan kebiasaan BAB sembarangan,• Membiasakan cucitangan pakai sabun dengan air yang mengalir,• Mengelola air minum dan makanan secara aman,• Mengelola sampah rumah tangga secara aman,• Mengelola air limbah cair denga aman.

Pencapaian masyarakat pada status sanitasi total adalah “pada kondisi masyarakat yang telah mencapai 5 pillar STBM. Status sanitasi total tentunya tidak dicapai sekaligus, tapi memerlukan tahapan proses. Tangga perubahan perilaku STBM berikut dapat menggambarkan proses pencapaian tahapan status untuk mencapai suatu komunitas masyarakat yang telah bersanitasi total.

e. Desa/Kelurahan mencapai status ODF/Stop BABS

Parameter desa/kelurahan dikatakan telah mencapai status ODF/SBS adalah

• Semua masyarakat BAB hanya di jamban yang sehat dan buang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat ( termasuk di sekolah),

• Tidak terlihat tinja/kotoran manusia di lingkungan sekitar,• Ada penerapan sangsi, peraturan upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadiaan

BAB di sembarang tempat,• Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat oleh masyarakat untuk mencapai 100% KK

mempunyai jamban sehat,• Ada upaya strategi yang jelas untuk mencapai Sanitasi Total.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM148

f. Desa/kelurahan Mencapai Status Sanitasi TotalIndikator untuk mencapai Sanitasi Total sebagai berikut :

No. Pilar STBM Indikator Keberhasilan terkait dengan perilaku

Indikator Keberhasilan terkait dengan akses

Indikator Keberhasilan

1 Stop Buang Air Besar Sembarangan

Jumlah dan persentase penduduk tidak buang air besar sembarangan

• Jumlah dan persentase rumah tangga menggunakan jamban sehat

• Jumlah desa/kelurahan di kabupaten /kota yang mencapai Stop BABS/ODF, dievaluasi setiap tahun setelah deklarasi ODF

100%

2 Cuci Tangan Pakai Sabun

Setiap anggota keluarga cuci tangan pakai sabun pada waktu kritis

• Jumlah dan persentase rumah tangga memiliki dan menggunakan saran untuk melakukan CTPS

• Setiap institusi pendidikan dan kesehatan mempunyai sarana untuk melakukan CTPS

100%

3 Pengelolaan Air Minum/ Makanan yang aman ( PAMM RT )

• Jumlah dan persentase rumah tangga yang melakukan pengelolaan aitr dengan aman

• Jumlah dan persentase rumah tangga yang melakukan pengelolaan makanan dengan aman

• Jumlah dan persentase rumah tangga yang mempunyai sarana untuk melakukan pengeloaan air minum dengan aman,

• Jumlah dan persentase rumah tangga yang memiliki sarana untuk melakukan pengeloaan makanan dengan aman

100%

4 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Setiap rumah tangga melakukan pengelolaan sampah dengan aman

Setiap rumah tangga dapat melakukan akses terhadap sarana pengelolaan sampah

100%

5 Pengelolaan limba cair rimah tangga

Jumlah dan prosentase rumah tangga yang mengelola limbah cait dengan aman

Jumlah dan prosentase rumah tangga yang mempunyai saran pengelolaa limbah cair yang aman

100%

Tabel 7: Indikator Sanitasi Total

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM149

Opsi Teknologi untuk 5 Pilar STBMa. Jamban SehatUntuk pilar I STBM: Stop Buang Air Besar Sembarangan, jenis produk STBM yang bisa ditawarkan ke masyarakat adalah jamban sehat.

Jamban sehat memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Tidak mencemari air (badan air, air tanah),2. Tidak mencemari tanah permukaan (air resapan),3. Bebas dari serangga,4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan,5. Aman digunakan oleh pemakainya,6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya,7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan.

Berikut deskripsi singkat terkait dengan kriteria diatas:

1. Jamban individual yang tidak mencemari badan air dan air tanah memiliki lobang septiktank yang dipadatkan dengan plester atau di cor semen dan pasir.

Gambar 6: Jamban Individual

2. Jamban komunal atau jamban individu di daerah padat permukiman, agar tidak mencemari badan air dan air tanah haruslah memiliki dinding septiktank komunal yang kedap air atau memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal.

Gambar 7: Jamban Komunal

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM150

3. Jamban yang bebas dari serangga memiliki lobang jamban yang tertutup atau berupa jamban leher angsa. Lobang jamban yang terbuka akan memudahkan lalat masuk ke lobang tersebut, sebagai contoh “jamban cubluk” haruslah dibuatkan tutup dari kayu atau benda lain agar serangga atau lalat tidak dapat menembusnya.

Gambar 8: Jenis Jamban 4. Agar jamban tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan, untuk jamban cemplung harus

dibuatkan tutup dari kayu atau benda lain sehingga bau tidak kemana-mana. Septiktank harus dibuatkan lobang buangan atau ventilasi udara ke atas minimal 2 meter untuk membuang bau. Namun, akan lebih baik jika menggunakan kloset leher angsa karena pada permukaan selalu tertutup rapat oleh air. Ruang jamban harus bersih dari genangan air dan tidak licin. Untuk itu perlu dibersihkan secara rutin.

Gambar 9: Septik Tank dengan Ventilasi5. Jamban yang aman digunakan sebaiknya memiliki septiktank pada tanah yang tidak mudah

longsor, jambannya aman dari hujan dan panas.

Gambar 10: Jamban Permanen Gambar 11: Desain Lantai Kamar Mandi

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM151

Jamban hendaknya mudah dibersihkan, dimana lantai kamar mandi berada pada posisi miring 1 derajat mengarah ke saluran pembuangan air supaya kamar mandi selalu bersih dan kering.

Disana juga dilarang membuang sampah, seperti plastik, puntung rokok atau benda lainnya karena bisa menghambat saluran pembuangan.

6. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan sehingga jamban sebaiknya memiliki dinding yang lebih tinggi dari manusia dan memiliki pintu. Sebaiknya jamban

7. juga memiliki atap agar penggunanya aman dari hujan dan panas.

11. 12. 13.

Gambar 12: Jamban yang Aman

b. Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun

Kriteria sarana cuci yangan yang memenuhi syarat kesehatan adalah:

1. Adanya air bersih yang dapat dialirkan, 2. Adanya sabun, dan3. Adanya penampungan atau saluran air limbah yang aman.

Sarana cuci tangan tidak perlu terdiri dari keran dan wastafel yang mewah atau mahal. Sarana CTPS yang sederhana dan yang tepat guna yaitu dibuat dari bahan/material yang dapat diperoleh dengan mudah, misalnya: dapat dibuat dari ruas bambu, tempat-tempat bekas seperti botol plastik besar, jerigen, gentong, kaleng besar dan lain sebagainya, yang dibolongi sehingga air dapat mengalir dan ditutup kembali.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM152

Contoh-contoh sarana CTPS yang memenuhi persyaratan minimum adalah antara lain:

Sarana CTPS sederhana dari ruas bambu yang dilubangi dan dilengkapi penyumbat dan ember. Sabun dapat dimasukan jala plastik dan digantung. Foto WSP.

Kiri dan bawah: penyimpanan air menggunakan potongan paralon sisa dilengkapi dengan penutup dibagian bawah. Paralon dilubangi dan dilengkapi penutup lubang.

Sarana CTPS ini digantung dekat sarana air bersih dan dilengkapi dengan penampung limbah air. Sabun dimasukkan ke dalam jala plastik dan digantung. Foto: WSP

Sarana CTPS ini ditemukan di restaurant di Yogyakarta, dibuat dari tempat air tradisionil dari keramik .

Sumber foto ESP- USAID Sarana CTPS di sekolah. Sumber foto: ESP- USAID

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM153

Sarana CTPS dibuat untuk acara gerakan CTPS serempak pada hari-hari perayaan khusus. Suplai air adalah melalui selang yang disambung ke truk air. Sumber: Hari CTPS Sedunia 15 Oktober 2008/ Unilever

Sarana CTPS (CARE) dibuat dari jerigen dileng-kapi stand dan penampungan air limbah untuk acara gerakan CTPS serempak pada hari-hari perayaan khusus. Sumber: PP&PL,Departemen Kesehatan

Sarana CTPS yang dibuat khusus dengan ukuran tinggi untuk anak-anak sekolah. Sumber foto: WSLIC-2

Sarana CTPS dari gentong plastik ditemukan di Posyandu Subang Cijambe. Foto: ESP-USAID

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM154

Tippy-tap – contoh dari Kenya.

Tippy-tap atau “keran miring” dikembang-kan di tempat-tempat yang sulit air seperti Amerika Selatan dan Afrika dengan menggunaan bahan bekas (botol atau jerigen platik). Lihat sketsa Tippy-tap untuk rincian cara membuatnya. Sumber: www.kwaho.org/t-tipitap.html

Sarana CTPS disekolah di Sambak, Magelang dibuat dari bambu, diisi ulang dengan air bersih pakai ember.

Sumber: ESP- USAID

Sarana CTPS sederhana menggunakan botol “gallon” dan ember yang dilubangi untuk mengalirkan air, dilengkapi sumbat dan ember penampungan air limbah. Sumber: Muhammdiyah, Jakarta.

Sarana CTPS menggunakan bak sampah platik dilengkapi keran dan stand kerangka besi ditemukan di sekolah di Jawa Panggung Rejo.

Gambar 13: Contoh Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun yang Layak

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM155

c. Sarana Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah TanggaHal penting untuk dilakukan :- Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan siap santap.- Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga.- Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap dan mengolah

makan siap santap.- Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air minum.- Secara periodik meminta petugas untuk melakukan pemeriksaan air guna pengujian

laboratorium.

(1) Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga• Pengolahan air Baku

Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal :

1. Pengendapan dengan gravitasi alami.2. Penyaringan dengan kain.3. Pengendapan dengan bahan kimia/tawas.

Gambar 14: Pengelolaan Air Baku

• Pengolahan Air Minum Rumah TanggaPengolahan air minum di rumah tangga merupakan kegiatan mengolah air untuk kebutuhan sehari-hari keluarga. Masyarakat dapat melakukan dengan cara :1. Mengolah air minum2. Menyimpan air minum yang aman.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM156

1. Bagaimana Mengolah Air Minum yang Saniter?Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit, selain itu wadah air harus bersih dan tertutup, air yang tidak dikelola dengan standar Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (PAMRT) dapat menimbulkan penyakit.

Gambar 15: Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga

(a). Filtrasi/ Penyaringan- Biosan Filter- Keramik Filter

(b). Khlorinasi- Khlorine Cair- Khlorine tablet

(c). Penggumpalan dan Disinfeksi- SODIS (Solar Water Disinfektion)- Merebus

Gambar 16: Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM157

2. Wadah Penyimpanan Air Minum :- Wadah yang aman adalah bertutup, berleher sempit dan lebih baik juga dilengkapi

dengan keran.- Air minum sebaiknya di simpan di wadah pengolahannya- Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu

tertutup.- Jangan minum air langsung dari mulut/wadah keran, gunakan gelas yang bersih

dan kering.- Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit

terjangkau oleh binatang.- Wadah air minum sebaiknya dicuci setiah tiga hari atau saat air habis. Gunakan

air yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.

(2) Pengelolaan Makanan Rumah TanggaMakanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan. Berbicara tentang higiene sanitasi makanan ada 4 (empat) aspek yang saling berpengaruh satu sama lain yaitu tempat/bangunan, peralatan, orang/penjamah makanan dan bahan makanan, sedangkan prinsip higiene sanitasi makanan adalah :

1. Pemilihan bahan makananPemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk,tidak rusak/berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas. Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merk, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluarsa.

2. Penyimpanan bahan makanan Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM158

3. Pengolahan makananEmpat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :• Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis

higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewan lainnya.

• Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacad, tidak retak, tidak gompel dan mudah dibersihkan.

• Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas Perlakukan makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

• Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat

4. Penyimpanan makanan matangPenyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.

5. Pengangkutan makananDalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus memperhatikan beberapa hal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara pengangkutan, lama pengangkutan dan petugas pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.

6. Penyajian makananMakanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji biologis atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan :• Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan

5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.

• Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda – tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM159

• Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah baku.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung protein tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.

(3) Sarana Pengelolaan Sampah di Rumah TanggaPengelolaan sampah dapat dilakukan di skala rumah tangga dan skala komunitas. Prinsip pengelolaan sampah adalah Pilah-Pilih-Kumpul-Jual. Prinsip ini memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energy, kompos, pupuk, ataupun untuk bahan baku industri, dsb.

Pengomposan Takakura (Skala Rumah Tangga)

Gambar 17: Pengomposan Takakura, Sumber ICWMRIP

Pengomposan ini diperkenalkan oleh Mr. Koji Takakura dari Jepang. Langkah-langkah membuat kompos Tatakura: a) Sampah sisa sayur/nasi, sebelum dimasukkan ke dalam keranjang/komposter perlu

dicacah terlebih dahulu, b) Masukkan sisa makanan yang akan dikompos ke dalam keranjang, dan usahakan

sampah yang dimasukkan adalah sampah baru, c) Tekan-tekan atau masukkan sampah ke dalam materi kompos dalam keranjang

atau aduk-aduk sehingga materi sampah tertutup oleh komps dalam keranjang. Tutup dengan bantal sekam hingga rapat untuk mencegah lalat atau binatang lain masuk.

d) Tutup dengan kain hitam.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM160

Selain kompos, kita juga bisa mendaur ulang kertas. Berikut alat-alat dan langkah-langkah daur ulang kertas yang bisa dilakukan di skala rumah tangga:

Alat-Alat:

1. Blender, 2. Sceen (Cetak saring), 3. Rekel (dapat dibeli di toko kertas), 4. Papan kayu yang dilapisi kain tipis (disebut sebagai kain hero), 5. Bak besar.

Bahan-Bahan:

1. Kertas bekas (sewarna dan sejenis lebih baik), 2. Lem kertas, 3. Air.

Langkah Pembuatan:

1. Kertas bekas dipotong kecil-kecil dengan ukuran sekitar 3 x 3 cm. Potongan kertas direndam di dalam bak air selama sekitar tiga jam (tergantung jenis kertasnya). Kertas dilunakkan dengan blender hingga halus hasilnya dan menyerupai bubur kertas (pulp). Masukkan bubur kertas (pulp) ke dalam bak besar lagi. Bubur kertas dan lem kemudian dimasukkan ke dalam bak besar berisi air. Perbandingan antara air, bubur kertas dan lem adalah: 15 liter air : liter bubur kertas :

2 sendok makan lem. Masukkan karakteristik yang dipilih ke dalam bak, lalu aduk hingga merata dengan campuran pulp dan lem.

3. Masukkan screen ke dalam bak. Angkat screen hingga pulp tinggal di atas screen.

4. Basahi papan yang telah dilapisi dengan kain hero. Tempelkan screen ke papan lalu dirakel sehingga airnya turun. Angkat screen hingga kertas menempel di papan.

5. Ulangi langkah berkali-kali hingga papan dipenuhi oleh kertas secara merata, jemur papan di tempat panas hingga kertas menjadi kering.

6. Setelah kering, cabut kertas dengan perlahan-lahan.

Pengolahan Sampah Mandiri Berbasis Komunitas

1. Mengurangi sampah mulai dari sumbernya - Mengurangi sampah liar,- Mengurangi sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

2. Pemilahan sampah; antara sampah basah dan sampah kering 3. Mengolah sampah;

- Sampah basah diolah menjadi kompos, - Sampah kering dijual kepada pemulung atau dijadikan bahan daur ulang.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM161

Berikut adalah beberapa kegiatan pengelolaan sampah berbasis komunitas: Pengomposan Skala Kawasan

Pemanfaatan Plastik Kemasan

Pemilahan & Pengomposan dengan Komposter

Gambar 18: Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM162

(4) Sarana Pengelolaan Limbah CairLimbah cair rumah tangga dapat dibedakan menjadi black water dan grey water.

Black water dihasilkan dari WC sebagai buangan seperti urin, tinja, air guyuran, dan materi pembersih lainnya yang dibuang ke toilet, seperti kain lap, pembalut, dll.

Grey water dihasilkan dari air bekas mandi, mencuci pakaian, dan buangan cair dari dapur. Air seperti ini bisa mencapai 60% dari air yang dihasilkan rumah tangga.

Contoh sarana pengelolaan limbah cair adalah bak perangkap lemak. Lemak dan minyak bisa merusak sistem pengolahan, sehingga lemak dan minyak tidak boleh dimasukkan ke dalam tempat cuci (sink). Perangkap lemak adalah metode sederhana yang dipakai dalam sistem pengolahan grey water skala kecil.

Gambar 19: Bak Penangkap Lemak

Contoh lain adalah filter anaerobik, yaitu bak kedap air yang terbuat dari beton, fiberglas, PVC atau plastik, untuk penampungan dan pengolahan black water dan grey water. Ini adalah tangki pengendapan, dan proses anaerobic membantu mengurangi padatan serta material organik.

Gambar 20: Bio Filter, Sumber: Buku Opsi Teknologi Sanitasi

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM163

Catatan:

Contoh-contoh yang disampaikan diatas hanya sebagian dari jenis pilihan produk dan jasa sanitasi yang ada. Masih banyak sarana lain yang tersedia. Wirausaha STBM dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat di wilayah kerjanya.

c. Membangun Jejaring layanan penyediaan sanitasiSetelah masyarakat terpicu dan mau berubah, secara otomatis masyarakat akan membutuhkan sarana sanitasi yang higiene dan layak. Perlu dicatat bahwa tidak semua masyarakat memiliki akses dan kemampuan keuangan untuk menyediakan sarana sanitasi yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, setelah dilakukan pemicuan, wirausaha STBM diundang untuk menyediakan opsi-opsi pilihan sarana sanitasi yang dibutuhkan masyarakat dengan proses pembiayaan yang juga sesuai dengan kemampuan masyarakat.

Disamping itu perlunya membangun jejaring layanan penyediaan sanitasi untuk mensinergikan potensi-potensi yang ada di masyarakat dalam percepatan pencapaian rencana yang sudah disusun oleh masyarakat, hal ini bisa juga dilakukan dan dibantu oleh wirausaha STBM yang ada dan muncul di masyarakat, jika belum muncul para wirausahawan di bidang sanitasi hal ini bisa diawali dan difasilitasi oleh dinas kesehatan setempat yang sudah mendapatkan ketrampilan terkait wirausaha STBM.

Keberadaan wirausaha STBM akan mendekatkan suplai sanitasi kepada masyarakat dan mempermudah perwujudan niat mereka untuk merubah perilaku.

d. Pendampingan dan MonitoringPendampingan dilaksanakan untuk memperkuat keyakinan masyarakat tentang komitmen yang telah dibangun melalui perubahan perilaku secara kolektif yang diaplikasikan dengan upaya individu dalam upaya mewujudkannya. Disamping itu, dalam keadaan tertentu masyarakat membutuhkan mitra untuk melakukan dialog dalam upaya mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Pada saat itu diperlukan pendampingan untuk melakukan dialog dan mewujudkan komitmen masyarakat. Oleh karena itu, fasilitator datang kembali untuk mendampingi masyarakat melakukan monitoring terhadap progress dari rencana tindak lanjut yang mereka buat.

Pendampingan dilakukan berdasarkan komitmen dengan masyarakat dan disesuaikan dengan proses alur pemberdayaan. Alur dan Proses pendampingan masyarakat sebagai contoh untuk perubahan perilaku menghilangkan Buang Air Besar Sembarangan (BABS):

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM164

Tabel 8: Alur dan Proses Pendampingan Masyarakat

Proses pemicuan juga perlu diitegrasikan dengan perilaku cuci tangan pakai sabun. Terutama ditujukan pada ibu-ibu dan anak-anak sekolah sebagai kelompok sasaran sehingga kedua kelompok tersebut dapat berinteraksi melalui kegiatan di sekolah dan di lingkungan rumah. Pentahapan pendampingan dapat dilaksanakan sebagai berikut :

Tabel 9: Tahapan Pendampingan Pilar 1 dan Pilar 2

Keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan apakah mempengaruhi perubahan yang diinginkan atau tidak, tidak akan terjadi apabila kita tidak melakukan monitoring. Informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses dan pendekatan kegiatan, dan bahan perencanaan ke depan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM165

Monitoring dan evaluasi program STBM melalui Sistem Informasi Monitoring dilaksanakan secara umum melalui tahapan, yaitu pengumpulan data dan informasi, pengolahan dan analisis data dan informasi, dan pelaporan dan pemberian umpan-balik. Tahapan ini terjadi di masing-masing tingkatan.

Monitoring program STBM sedapat mungkin dapat dilakukan secara mandiri dan partisipatori oleh masyarakat sendiri, dan diharapkan peran aktif dari natural leader yang muncul dan organisasi masyarakat seperti PKK, kelompok dasa wisma, dan lainnya. Namun demikian tetap diharapkan peran aktif dari petugas PUSKESMAS/ sanitarian sebagai fasilitator dan katalisator di tingkat kecamatan/desa dalam mengelola data dan informasi hasil monitoring kegiatan kesehatan lingkungan ini. Bila di tingkat kabupaten terdapat proyek terkait STBM sedang berjalan, fungsi monitoring ini akan diperkuat dengan memanfaatkan sumber daya tenaga konsultan/fasilitator di tingkat kabupaten untuk melakukan alih pengetahuan dan pembinaan, baik terhadap para petugas PUSKESMAS/sanitarian maupun langsung kepada masyarakat (natural leader/ organisasi masyarakat yang berperan aktif). Adapun gambaran sederhana dari pelaksanaan monitoring program STBM seperti pada tabel 13 berikut.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM166

Fasi

litat

orN

atur

al le

ader

/ K

omite

Sta

f Pu s

kesm

asD

inas

K

eseh

atan

K

abup

aten

/ Kot

a

DIn

as

Kes

ehat

an

Pro

vins

i

Kem

ente

rian

Kes

ehat

an

Mel

alui

pem

icua

n m

asya

raka

t ata

upun

se

cara

khu

sus

ada

upay

a un

tuk

mel

akuk

an

peng

umpu

lan

data

da

sar S

TBM

ole

h ka

bupa

ten/

kot

a

Mem

anta

u pe

rkem

bang

an

pem

icua

n di

m

asya

raka

tP

erm

inta

an v

erifi

kasi

S

TBM

Men

gkom

pila

si

upda

te p

rogr

ess

pem

icua

nM

emve

rifika

si k

laim

S

TBM

dan

m

elap

orka

n ha

sil

verifi

kasi

Feed

back

tem

uan

Men

girim

lapo

ran

pem

anta

uan

via

SM

S

Kon

solid

asi d

ata

mel

alui

SM

S

gate

way

Ana

lisis

dat

a:

perb

aika

n ke

giat

an

dan

pere

ncan

aan

ked e

pan

Feed

back

kep

ada

staf

pus

kesm

asD

isse

min

asi k

epad

a lin

tas

pro g

ram

te

rkai

t dan

sek

tor

AM

PL

Wor

ksho

p re

view

pe

mbe

laja

ran

tahu

nan

dan

anal

isis

ko

mpa

ratif

pe

ncap

aian

has

il an

tar k

abup

aten

/ko

taD

isse

min

asi k

epad

a lin

tas

prog

ram

te

rkai

t dan

sek

tor

AM

PL

Eva

luas

i tah

unan

ko

mpe

titif

mel

alui

m

edia

mas

sa

(con

toh

JPIP

)

Rak

orna

s S

TBM

: re

view

tahu

nan

dan

a nal

isis

kom

para

tif

penc

apai

an h

asil

anta

r pro

pins

i.

Dis

sem

inas

i kep

ada

linta

s pr

ogra

m

terk

ait d

an s

ekto

r A

MP

L

Des

a/ K

elur

ahan

Keca

mat

anKa

bupa

ten/

Ko

taPr

ovin

siPu

sat

Ting

kata

n

Pela

ku

pem

anta

uan

Aksi

yan

g di

laku

kan

Pela

pora

n

Dat

a da

sar

STB

M (m

isal

m

elal

ui p

eta

sosi

al),

beris

i ak

ses

sani

tasi

di

mas

yara

kat

Men

cata

t ke

maj

uan

dan

mem

perb

ahar

ui

dala

m p

eta

sosi

al

terh

adap

pe

ruba

han

yang

te

rjadi

Pel

apor

an

bula

nan.

Verifi

kasi

STB

M.

Pel

apor

an

bula

nan.

Pel

apor

an

tahu

nan

Bah

an u

ntuk

pu

blik

asi

Peni

laia

n ki

nerja

per

tahu

n (B

ench

mar

king

) pr

ogra

m s

anita

si

kabu

pate

n/ko

ta

Kon

solid

asi u

ntuk

pe

ncap

aian

MD

G.

Peni

laia

n ki

nerja

pe

r tah

un

(Ben

chm

arki

ng)

prog

ram

san

itasi

pr

opin

si.

12

34

56

Taha

p

Tabel 10 : Alur pikir tata laksana monitoring dan pelaporan dari masyarakat hingga tingkat pusat

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM167

Peran dan fungsi pelaku dalam pelaksanaan STBM, terlihat sebagai berikut:

Pelaku Peran Penanggung Jawab

Pusat Melakukan pemantauan rutin terhadap pencapaian kinerja kabupaten/provinsi terhadap program sanitasi yang berjalan,

Memberikan umpan balik terhadap hasil analisis data dan informasi monitoring tersebut,

Melakukan sharing informasi antar kabupaten/ provinsi,

Melakukan verifikasi dan sertifikasi terhadap provinsi dan kabupaten yang telah mencapai ODF, hingga Sanitasi Total (5 pilar).

Staf Kemenkes yang membidangi Program STBM

Provinsi Melakukan pemantauan rutin terhadap pencapaian kinerja kabupaten terhadap program sanitasi yang berjalan,

Menganalisis data dan informasi hasil monitoring, dan memberikan umpan balik terhadap hasil analisis data dan informasi monitoring tersebut,

Melakukan sharing informasi antar kabupaten, Melakukan verifikasi dan sertifikasi terhadap

kabupaten yang telah mencapai ODF, hingga Sanitasi Total (5 pilar).

Staf Dinkes yang membidangi Program STBM

Kabupaten Merekam/ entry data dan informasi hasil monitoring kedalam database,

Melakukan pemantauan rutin terhadap indikator-indikator tertentu yang harus dilakukan oleh tim kabupaten1,

Menganalisis data dan informasi hasil monitoring, Memberikan umpan balik terhadap hasil analisis data

dan informasi monitoring, Melakukan verifikasi dan sertifikasi terhadap

kecamatan yang telah mencapai ODF, hingga Sanitasi Total (5 pilar).

Staf Dinkes yang membidangi Program STBM

Resource Agency (RA)

Melakukan bimbingan kepada pelaku di kabupaten, kecamatan dan masyarakat dalam pelaksanaan monitoring keluaran program STBM,

Membantu kecamatan dalam melakukan pengumpulan data dan informasi monitoring di tingkat masyarakat,

Membantu kabupaten dalam menganalisis data dan informasi hasil monitoring,

Memonitor keefektifan kegiatan Program melalui sistem monitoring rutin.

Fasilitator Kabupaten

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM168

Kecamatan Melakukan pengumpulan data dan informasi monitoring di tingkat masyarakat,

Melakukan verifikasi dan sertifikasi hasil monitoring yang dilakukan oleh masyarakat, sebelum dikirimkan ke kabupaten untuk direkam/ di-entri dalam database,.

Melakukan verifikasi dan sertifikasi terhadap komunitas yang telah mencapai ODF, hingga Sanitasi Total (5 pilar).

Petugas PUSKESMAS/ Sanitarian

Masyarakat Melakukan monitoring mandiri terhadap hasil perkembangan kegiatan Program STBM.

Natural leader/ Organisasi Masyarakat

Tabel 11: Peran dan Fungsi Pelaku dalam pelaksanaan Monitoring Program STBM

1) Pelaksanaan monitoring di tingkat masyarakat/ desa

Pelaksanaan monitoring di tingkat masyarakat akan lebih bertumpu kepada indikator monitoring yang mudah dilihat dan dirasakan secara langsung oleh masyarakat itu sendiri, antara lain terkait:

1. Pengumpulan data dasar terkait indikator 5 pilar perubahan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu: a) data akses awal jumlah masyarakat yang memiliki dan menggunakan jamban sehat, memiliki dan menggunakan jamban tidak sehat, jumlah masyarakat yang masih numpang ke jamban tetangga atau umum dibedakan menurut jenis jamban sehat dan tidak sehat, dan terakhir masih BAB di sembarang tempat; b) data akses awal jumlah keluarga (termasuk anggota keluarga di dalamnya) yang telah terbiasa cuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu kritis; c) data akses awal jumlah keluarga yang telah mengelola air minumnya dengan aman; d) data akses awal jumlah keluarga yang telah mengelola sampahnya dengan aman; e) data akses awal jumlah keluarga yang telah mengelola limbah cair rumah tangganya dengan aman.

2. Proses pemicuan perubahan perilaku Buang Air Besar masyarakat.

Indikator yang direkam antara lain: a) peningkatan akses masyarakat kepada penggunaan sarana jamban sehat; b) kebersihan lingkungan sekitar rumah keluarga; c) peningkatan perubahan perilaku pilar lainnya.

3. Pendataan tukang yang terkait dengan jasa dan layanan sanitasi.

Pendataan ini bertujuan untuk menjaring informasi jumlah tukang yang beredar di desa bersangkutan yang memiliki pengalaman dan/ atau ketrampilan membangun/ memperbaiki sarana jamban.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM169

Berikut dibawah ini disajikan beberapa model pelaksanaan monitoring yang dapat dilakukan di tingkat masyarakat.

Pelaku Cara Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan

Monitoring perkembangan perubahan perilaku BAB dan pembuangan kotoran anak batita

Masyarakat Persiapan:

• Pihak kabupaten/ kecamatan/ desa menyediakan kertas spot berwarna (merah, kuning, hijau), dengan yang mudah terlihat dari jarak pandang cukup jauh, misal: bentuk bulat dengan diameter 15 cm; bentuk bujursangkar dengan ukuran 15 cm X 15 cm.

• Menginformasikan penggunaan kertas berwarna kepada masyarakat setelah proses pemicuan awal atau saat monitoring lanjutan. Kertas merah (jamban numpang), kuning (jamban blm sehat), hijau (jamban sehat).

Setiap saat ada perubahan perilaku yang terjadi pada komunitas tersebut.

• Untuk aspek PHBS lain, seperti cuci tangan, pengelolaan dan penyimpanan air minum dan makanan, pengelolaan limbah RT dapat mengikuti pola monitoring mandiri untuk perilaku BAB di jamban. Untuk efektivitas monitoring dapat menggunakan “kartu sehat”

Pelaksanaan Monitoring:• Masyarakat yang telah berupaya berubah perilaku

untuk tidak BAB di sembarang tempat (termasuk membuang kotoran anak batita tidak sembarangan), menempelkan tanda kertas spot di depan rumah mereka pada tempat yang tampak dari pandangan orang yang berdiri di depan atau melalui rumah tersebut. Warna yang ditempel sesuai kondisi perkembangan upaya perubahan perilaku mereka.

• Pada kertas tersebut dapat dituliskan tanggal mereka melakukan perubahan tersebut.

• Apabila pada keluarga tertentu ada peningkatan perubahan perilaku dengan ditandai perubahan warna kertas spot yang ditempel. Tempel warna baru diatas warna lama, sehingga informasi warna awal masih ada.

• Natural leader atau komite secara berkala memperbaharui informasi tersebut dalam peta masyarakat (tanpa mengganggu informasi baseline)

Tabel 12: Model Pelaksanaan Monitoring di Masyarakat

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM170

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa monitoring di tingkat masyarakat ini menggunakan pendekatan partisipatori dan mengangkat peran aktif masyarakat untuk melakukan monitoring mandiri. Oleh karena itu, penting sekali bahwa selama proses kegiatan STBM, fasilitator kabupaten membantu meningkatkan kapasitas masyarakat untuk melakukan monitoring mandiri melalui on the job training.

2) Pelaksanaan monitoring di tingkat puskesmas/ kecamatan

Pelaksanaan monitoring di tingkat puskesmas/ kecamatan akan lebih bertumpu kepada mengumpulkan perkembangan informasi di tingkat desa dan menjaring indikator monitoring yang terjadi di tingkat puskemas/ kecamatan, antara lain sebagai berikut:

Pelaku Cara Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan

1. Perekaman monitoring perkembangan perubahan perilaku BAB dan pembuangan kotoran anak batita (kemajuan pemicuan), perilaku cuci tangan pakai sabun, serta pilar lainnya

Fasilitator pemicu (Kecamatan/ Puskesmas)

Persiapan:

• Pihak kecamatan/ puskesmas menyiapkan dan memahami pengisian format monitoring perkembangan perubahan perilaku pilar-pilar STBM (pilar 1 hingga pilar 5).

Contoh Pelaksanaan monitoring:

• Mengacu kepada peta sosial masyarakat, informasi perkembangan hasil pemicuan (akses masyarakat kepada jamban) dipindahkan kedalam format LB-1.

• Melakukan kunjungan ke rumah tangga yang telah melakukan perubahan (berdasarkan perkembangan data pada peta sosial) untuk mengamati kondisi dan pemeliharaan jamban dan lingkungan sekitarnya (lihat panduan transect walk).

Penting: Monitoring perkembangan perubahan perilaku masyarakat terkait kebiasaan BAB, sekaligus sebagai kegiatan verifikasi ODF per rumah tangga, yang digunakan sebagai dasar verifikasi status ODF suatu komunitas.

Perekaman data dasar (baseline) di awal dan kemajuan hasil pemicuan dilakukan bulanan (misal: minggu ke-empat setiap bulannya)

2. Monitoring status ODF yang dicapai suatu komunitas (Verifikasi ODF)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM171

Pelaku Cara Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan

Tim kecamatan bersama masyarakat.

Persiapan:

− Masyarakat melalui natural leader atau komite menginformasikan pihak Puskesmas untuk dilakukan verifikasi status ke-ODF-an mereka (akan lebih baik bila penginformasian dilakukan melalui surat pernyataan yang diketahui oleh kepala desa).

− Tim kabupaten menyiapkan stiker atau papan ODF.

Pelaksanaan monitoring:

− Tim kecamatan melakukan pengecekan informasi total masyarakat yang sudah berubah perilakunya. Dengan alat bantu peta sosial dan ceklist jamban, tim mengunjungi rumah masyarakat dan mencocokkan warna kertas spot (kaitkan dengan proses monitoring no.1).Rekaman hasil verifikasi dicantumkan dalam format LB-2.

− Tim melakukan penilaian terhadap total akses masyarakat. Hasilnya diinformasikan kepada masyarakat. Bila telah mencapai 100% akses, tim dapat menempelkan stiker atau menempatkan papan ODF dengan diisi tanggal kapan mereka mencapai ODF dan verifikasi dilakukan.

Sebaiknya dilakukan begitu menerima informasi dari masyarakat bersangkutan

3. Monitoring status Desa STBM yang dicapai suatu komunitas (Verifikasi Desa STBM)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM172

Pelaku Cara Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan

Tim kecamatan bersama masyarakat.

Persiapan:

− Masyarakat melalui natural leader atau komite menginformasikan pihak Puskesmas untuk dilakukan verifikasi status ke-STBM-an mereka (akan lebih baik bila penginformasian dilakukan melalui surat pernyataan yang diketahui oleh kepala desa).

− Tim kabupaten menyiapkan stiker atau papan pencapaian Desa STBM.

Pelaksanaan monitoring:

− Tim kecamatan melakukan pengecekan informasi total masyarakat yang sudah berubah perilakunya. Dengan alat bantu peta sosial dan ceklist capaian 5 pilar STBM, tim mengunjungi rumah masyarakat dan mencocokkan warna kertas spot (kaitkan dengan proses monitoring no.1).Rekaman hasil verifikasi dicantumkan dalam format rekam pilar-1 sampai pilar-5 STBM.

− Tim melakukan penilaian terhadap total akses masyarakat. Hasilnya diinformasikan kepada masyarakat. Bila telah mencapai 100% akses kelima pilar STBM, tim dapat menempelkan stiker atau menempatkan papan Desa STBM dengan diisi tanggal kapan mereka mencapai status tersebut dan verifikasi dilakukan.

Begitu menerima informasi dari masyarakat bersangkutan

4. Investasi jamban oleh masyarakat

Fasilitator pemicu (Kecamatan/ Puskesmas)

Persiapan:

Menyiapkan dan memahami cara pengisian format LB-3.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM173

Pelaku Cara Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan:

• Kegiatan ini dapat dilaksanakan saat fasilitator pemicu memperbaharui (updating) informasi kemajuan pemicuan.

• Pada saat kunjungan ke rumah tangga, dapat menanyakan kepada keluarga bersangkutan perkiraan biaya untuk membangun jamban. (untuk membantu dapat melakukan perkiraan bahan yang digunakan dan tenaga yang dikeluarkan)

5. Pendataan tukang terkait jasa dan layanan sanitasi

Fasilitator pemicu bekerja sama dengan natural leader (NL)/ komite

Persiapan:

Menyiapkan dan memahami cara pengisian format LT-3.

Pelaksanaan:

• Pendataan awal tentang tukang yang ada di komunitas/ desa tersebut sebagai data dasar, dilakukan selang 1 – 2 minggu setelah pemicuan awal,

• Pembaharuan pendataan tukang dilakukan setiap 3 bulan, baik ada pengurangan (karena pindah atau bekerja diluar) atau penambahan jumlah tukang.

6. Monitoring mandiri terhadap dampak yang dirasakan

Masyarakat bekerja sama dengan pihak puskesmas/ kecamatan/ kabupaten

Persiapan:

• Masyarakat membuat tulisan gambaran kondisi masyarakat sebelum intervensi (pemicuan awal) dilakukan

Minimal 6 bulan setelah ODF

Pelaksanaan monitoring:

• Masyarakat membuat tulisan perubahan kondisi masyarakat yang dirasakan setelah intervensi (pemicuan awal) dilakukan.

• Hasil tulisan masyarakat ini dapat didokumentasi secara elektornik dan dipublikasi dalam media daerah lokal hingga situs AMPL.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM174

Pelaku Cara Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan

Tim kecamatan Persiapan:

• Membuat pemberitahuan kepada setiap desa agar mempersiapkan hasil capaian kegiatan program sanitasi di masing-masing wilayah

Pelaksanaan monitoring:

• Kegiatan review dan sharing hasil capaian program sanitasi dapat dilakukan melalui forum komunikasi tingkat kecamatan

• Kegiatan review dan sharing ini dapat diikutkan/ dititipkan dalam kegiatan rutin di tingkat kecamatan yang meng-agenda-kan pertemuan kemajuan desa

Berkala per triwulan

(pada pertemuan regular yang ada di kecamatan)

7. Pendataan toko dan produsen produk sanitasi

Tim puskesmas/ kecamatan

Persiapan:

• Menyiapkan dan memahami cara pengisian format pendataan toko dan produsen produk sanitasi

Pendataan dilakukan secara berkala per triwulan

Pelaksanaan:

• Tim mengidentifikasi dan memetakan toko bangunan dan produsen produk sanitasi yang ada di wilayah kerja Puskesmas/ kecamatan bersangkutan

• Tim membagi tugas kunjungan ke toko bangunan dan/atau produsen produk sanitasi

• Petugas mewawancarai pemiliki toko dan/atau produsen produk sanitasi dan mengisi informasi yang dijaring sesuai dengan format LT-2A dan 2B.

8. Pendataan kegiatan peningkatan kapasitas (capacity building)

Tim Puskesmas/ kecamatan

Persiapan:

• Menyiapkan dan memahami cara pengisian format pendataan kegiatan peningkatan kapasitas (format LT-5)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM175

Pelaku Cara Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan

9. Monitoring institusionalisasi sistem monitoring

Tim Puskesmas/ kecamatan

• Pihak Puskesmas/ kecamatan mencatat dan mengkompilasi data komunitas yang menggunakan peta sosial atau instrumen lainnya dalam memonitor pencapaian ODF dan perilaku cuci tangan pakai sabun oleh seluruh masyarakat

Tabel 13: Model Pelaksanaan Monitoring di Tingkat Puskesmas

e. Menggali media promosi untuk perubahan perilaku yang berkelanjutanPerubahan perilaku perlu terus dipromosikan agar masyarakat tetap mempraktikkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat. Biasanya setelah masyarakat terbiasa, masyarakat akan otomatis berubah ke perilaku yang lebih baik tersebut, namun dalam jangka panjang jika perubahan perilaku tidak terus dipromosikan, maka sangat mungkin sekali masyarakat akan lupa dan kembali ke praktik budaya hidup yang tidak sehat.

Promosi bisa dilakukan melalui berbagai cara seperti melalui iklan, penyebaran media komunikasi, ataupun melalui kegiatan-kegiatan formal dan informal di masyarakat.

D. POKOK BAHASAN 4: SIMULASI PEMICUAN STBM DI KOMUNITAS

a. Pembentukan Kelompok dan Tim Pemicu

Sebelum melakukan simulasi pemicuan perlu disusun kelompok-kelompok praktik lapang yang komposisinya mencakup seluruh komponen tim. Komposisi tim pemicu terdiri dari:

o Lead facilitator : fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses fasilitasi, biasanya 1 orang.

o Co – facilitator : membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi.

o Content recorder : perekam proses, bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan dokumentasi /pelaporan program.

o Process facilitator : penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol agar proses sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi.

o Environment Setter : penata suasana, menjaga suasana ‘serius’ proses fasilitasi, misalnya dengan: mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa mengajak mereka terlibat dalam kampanye STBM, misalnya dengan: menyanyi bersama, meneriakkan slogan, dsb.), mengajak berdiskusi terpisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses, dsb.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM176

Peserta akan dibagi menjadi kelompok kecil (catatan: untuk kepentingan praktik kerja lapang idealnya anggota kelompok tidak lebih dari 6 orang). Setiap kelompok diharapkan merupakan gabungan dari individu-individu yang mewakili berbagai komponen yang ada (berdasarkan bidang keahlian, unsur instansi atau lokasi kerja, dan seterusnya), sehingga diharapkan semua kelompok memikili kapasitas yang berimbang.

Proses pembentukan/pembagian kelompok dilakukan dengan cara membentuk barisan memanjang ke belakang sesuai jumlah kelompok yang disepakati. Penting untuk membagi peserta berdasar komposisi (gender) dan unsur peserta. Misalnya, peserta dari bidang kesehatan mengambil tempat dahulu untuk berbaris di kelompok yang berbeda, selanjutnya dari unsur teknis, bidang perenanaan, dan selanjutnya. Perhatikanlah pula aspek gender, sehingga tidak terjadi sebaran tidak merata jenis kelamin tertentu.

Tulislah di papan tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok.

b. Penyiapan Alat dan Bahan.Peralatan dan bahan yang dibutuhkan pada saat pemicuan:• Bahan-bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial,• Kertas potong (metaplan),• Kertas plano,• Spidol besar dan kecil,• Ember berisi air bersih,• Air mineral dalam kemasan gelas (2 gelas),• Bubuk kuning untuk penanda tinja/kotoran manusia,• Bubuk putih untuk penanda batas desa/wilayah,• Bubuk biru/warna lainnya untuk penanda sungai, kebun atau wilayah-wilayah penting lainnya.

c. Pembagian Peran Pada Kelompok Simulasi Pemicuan KelompokKelompok yang sudah membentuk tim pemicu menyusun strategi dan skenario proses pemicuan yang akan dilakukan pada saat praktik lapang.

Masing-masing peserta memerankan sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam tim. Skenario dibuat berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan berdasarkan informasi yang didapatkan dari petugas kesehatan atau dari tokoh pemerintah setempat yang sebelumnya sudah dilakukan kordinasi.

Setelah skenario dan strategi tersusun, masing-masing kelompok melakukan simulasi praktik pemicuan dengan dua kelompok yang berpasangan. Satu kelompok berperan sebagai tim pemicu kelompok yang lain berperan sebagai masyarakat jika sudah selesai bisa bergantian untuk bertukar peran dengan kelompok lainnya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM177

E. POKOK BAHASAN 5: PRAKTIK PEMICUAN DI LAPANGAN

Praktik pemicuan di lapangan

Praktik pemicuan di lapangan ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menerapkan pendekatan STBM, sehingga kegiatan ini banyak dilakukan dalam diskusi dan praktik di kelompok. Sesi praktik lapang ini diawali dengan persiapan lapang, praktik lapang itu sendiri, refleksi dan review proses dan hasil dari kegiatan praktik lapang tersebut dalam bentuk laporan tertulis

IV. REFERENSI1. WSP, Film Memicu Perubahan Menuju Sanitasi Total di Maharashta, India, New Delhi: 2004.2. Depkes RI, Sekretariat STBM, Film Proses Pemicuan di Kenongo, 2005.3. Depkes RI, Sekretariat STBM, Film Pemicuan di Muara Enim, 2006. 4. Kemenkes RI, Pedoman Teknis Lapangan STBM, Ditjen PP&PL, Jakarta: 2013.

V. LAMPIRANLEMBAR KERJAa. Panduan Persiapan Lapang

Persiapan lapang menjadi bagian yang terpisahkan dengan pesiapan penyelenggaran pelatihan. Panitia/pelatih melakukan kunjungan kepada pemerintah daerah yang akan digunakan sebagai lokasi praktik kerja lapangan dan dijelaskan secara rinci kegiatan yang akan dilaksanakan selama kunjungan lapangan termasuk proses pemberdayaan masyarakat.

Komponen yang perlu diketahui oleh pemerintah daerah antara lain :• Tanggal kunjungan lapangan dan jumlah peserta,• Kegiatan di lapangan yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui perubahan perilaku

secara kolektif, keluaran yang diharapkan setelah praktik, dan produk yang akan diserah kepada pemerintah daerah untuk ditindaklanjuti.

• Peran dan tanggung jawab pemerintah daerah pada waktu kegiatan dan tindak lanjutnya,• Logistik yang disediakan.

b. Panduan Pembentukan Kelompok

1. Jelaskanlah kepada peserta, bahwa akan dilaksanakan Praktik Kerja Lapang Fasilitasi STBM di masyarakat. Peserta akan dibagi menjadi kelompok kecil (catatan: untuk kepentingan praktik kerja lapang idealnya anggota kelompok tidak lebih dari 6 orang) Setiap kelompok diharapkan merupakan gabungan dari individu-individu yang mewakili berbagai komponen yang ada (berdasarkan bidang keahlian, unsur instansi atau lokasi kerja, dan seterusnya), sehingga diharapkan semua kelompok memiliki kapasitas yang berimbang.

2. Laksanakanlah proses pembentukan/ pembagian kelompok, dengan cara membentuk barisan memanjang ke belakang sesuai jumlah kelompok yang disepakati. Penting untuk

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM178

membagi peserta berdasarkan komposisi (gender) dan unsur peserta. Misal, peserta dari bidang kesehatan mengambil tempat dahulu untuk berbaris di kelompok yang berbeda, selanjutnya dari unsur teknis, bidang perencanaan, dan selanjutnya. Perhatikanlah pula aspek gender, sehingga tidak terjadi sebaran tidak merata jenis kelamin tertentu.

3. Tulislah di papan tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok.

c. Panduan Praktik Lapang Dan Simulasi Kelompok

TUJUAN:1. Tersusunnya panduan praktik lapang,2. Peserta siap memfasilitasi proses STBM di masyarakat.

WAKTU:Maksimum 90 menit

METODE:SimulasiPenugasan dan pendampingan.

MATERI: Komposisi tim dalam memfasilitasi STBM di komunitasPanduan Fasilitasi STBM di Komunitas

ALAT BANTU:Bahan-bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial:Kertas potong (metaplan), Kertas plano, Spidol besar dan kecil, Flagband,Ember berisi air bersih, Air mineral dalam kemasan gelas (2 gelas),Video camera.

PROSES: 1. Jelaskanlah bahwa peserta akan melaksanakan praktik kerja lapang. Oleh karena itu setiap

kelompok harus mempersiapkan diri (menyusun panduan dan berlatih bila perlu). Berikanlah gambaran tentang komposisi tim fasilitasi yang biasanya digunakan dalam memfasilitasi STBM di komunitas, sebagai berikut:o Lead facilitator : fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses fasilitasi,

biasanya 1 orang,o Co – facilitator : membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses sesuai

dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi,

o Content recorder : perekam proses, bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan dokumentasi/pelaporan program,

o Process facilitator : penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol agar proses

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM179

sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi,

o Environment Setter : penata suasana, menjaga suasana ‘serius’ proses fasilitasi, misalnya dengan: mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa mengajak mereka terlibat dalam kampanye STBM, misalnya dengan: menyanyi bersama, meneriakkan slogan, dsb.), mengajak berdiskusi terpisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses, dsb.

2. Panitia menjelaskan lokasi praktik lapang dan gambaran awal jika tersedia, rencana keberangkatan (waktu, perlengkapan yang harus dibawa, kendaraan, alur perjalanan, dll.),

3. Berikanlah penugasan kepada setiap kelompok untuk mempersiapkan diri dan dampingilah sesuai dengan keperluan. Berpakaian yang bersahaja guna menghidari kesan upper-lower, bia perlu berpakaian seperti yang dikenakan oleh masyarakat yang akan dikunjungi.

4. Bila masih ada cukup waktu, lakukan bermain peran fasilitasi STBM di masyarakat. Minta salah satu kelompok untuk menjadi tim fasilitator dan peserta lainnya sebagai masyarakat (10 – 15 orang).

d.

CATATAN PENTING » Dalam fasilitasi sebenarnya, urutan tidaklah dibakukan, namun pemetaan sosial semestinya

dilakukan pertama, » Lokasi pemetaan sosial sebaiknya di lahan terbuka (halaman), namun hasilnya harus

segera dipindahkan ke kertas plano, » Lokasi pemicuan dengan alat-alat seperti alur kontaminasi, menghitung tinja, dll.

tidaklah harus di ruang pertemuan tertutup, tetapi sebaiknya di lokasi-lokasi yang bisa mengoptimalkan rasa jijik, takut penyakit, berdosa, dll.

Panduan Pemicuan Di Masyarakat

TUJUAN:1. Masyarakat memahami permasalahan sanitasi di komunitasnya dan berkomitmen untuk

memecahkannya secara swadaya,2. Tersusunnya rencana kegiatan masyarakat dalam rangka pemecahan masalah sanitasi di

komunitasnya,3. Terpilihnya panitia lokal komunitas yang mengkoordinir kegiatan masyarakat.

WAKTU:4 jam di masyarakat

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM180

METODE:Praktik Lapang:1. Pemetaan2. Transect walk3. Fokus group discussion untuk melakukan pemicuan dan rencana tindak lanjut untuk

mendukung individu yang telah terpicu.4. Alur kontaminasi

Pemantauan:Observasi dan asistensi terhadap praktik fasilitasi yang dilakukan peserta.

MATERI: - Buku catatan - Spidol- Alat dokumentasi seperti kamera - Kertas flipchart

ALAT BANTU:- Tali rafia/plastik- Bubuk/tepung berwarna : 3-4 warna

PROSES: Karena kegiatan praktik kerja lapang yang dilakukan peserta ini merupakan kegiatan riil (bukan simulasi), maka kesalahan proses dan hasil sedapat mungkin diminimalisir. Fungsi pelatih yang melakukan observasi dan asistensi adalah menjamin agar proses dan hasil fasilitasi yang dilakukan peserta benar dan optimal. Langkah-langkah yang bisa ditempuh perlu disepakati dengan para peserta yang memfasilitasi di tingkat komunitas, agar proses dan hasil sesuai yang diharapkan namun eksistensi peserta sebagai fasilitator haruslah dijaga (apalagi akan terus memfasilitasi komunitas tersebut). Bila memungkinkan, setiap kelompok sebaiknya didampingi oleh 1-2 fasilitator yang hanya berkonsentrasi untuk kelompok tersebut.

CATATAN PENTING » Ingatkanlah, bahwa perwakilan masyarakat (6 orang per dusun atau total 12 orang per

desa, dengan perimbangan laki-laki dan perempuan) diundang dan akan dijemput (jam 09.00 pagi) untuk menyampaikan pengalamannya (kondisi sanitasi hingga saat ini) dan rencana ke depan kepada seluruh peserta pelatihan di tempat penyelenggaraan pelatihan, sekaligus makan siang bersama. Wakil masyarakat akan diantar kembali ke dusun/desa sekitar jam 14.00 dari tempat pelatihan.

» Untuk itu, peta lapangan dan rencana kegiatan sebaiknya disalin ke kertas (plano) sebagai bahan presentasi masyarakat.

» Hal ini bisa disesuaikan dengan rencana pelatihan yang akan dilaksanakan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM181

e. Panduan Kompilasi Temuan Dan Pelaporan

TUJUAN:1. Tersusunnya item-item pembelajaran dari praktik lapang setiap kelompok,2. Tersusunnya laporan proses dan hasil praktik lapang setiap kelompok.

WAKTU:Maksimum 60 menit

METODE:Diskusi kelompok

MATERI: Hasil praktik lapang.

ALAT BANTU:Kertas plano dan peralatan lain sesuai kreatifitas peserta

PROSES: 1. Jelaskanlah, bahwa esok hari sebelum bertemu dengan masyarakat akan dilakukan

refleksi temuan praktik lapang. Untuk itu setiap kelompok perlu menyusun laporan yang menggambarkan proses dan hasil serta pembelajaran yang diperoleh dari praktik lapang tersebut. Berikan penegasan, bahwa peserta boleh berkreasi dalam menyajikan laporannya. Untuk membantu dalam memetik pembelajaran, berikanlah penjelasan tentang analisis yang bisa membantu menemukan pembelajaran dimaksud, misalnya: analisa SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman).

2. Persilahkanlah masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya. Fasilitaor pendamping di lapang setiap kelompok, tetaplah mendampingi agar tugas benar-

benar terselesaikan dengan baik.

CATATAN PENTING » Fasilitator pendamping dalam penyusunan laporan sebaiknya adalah fasilitator yang

mendampingi dalam praktik lapang.

f. Panduan Refleksi Temuan Praktik Kerja Lapang

TUJUAN:1. Ditemukannya item-item pembelajaran yang perlu diperhatikan dalam proses memfasilitasi

STBM selanjutnya,2. Ditemukannya item-item pembelajaran yang spesifik lokal yang perlu dikembangkan dalam

rangka optimalisasi STBM.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM182

WAKTU:Maksimum 60 menit

METODE:Presentasi kelompokDiskusi pleno

MATERI: Laporan praktik lapang masing-masing kelompok

ALAT BANTU:Sesuai keperluan presentasi

PROSES: 1. Jelaskanlah tujuan dari session ini dan tegaskanlah bahwa waktu yang tersedia untuk setiap

kelompok hanya sekitar 15 menit (5 menit presentasi dan 10 menit untuk diskusi penajaman)2. Berikanlah kesempatan kepada kelompok yang ingin memulai presentasi dan tanya jawab

pendalaman khususnya tentang pembelajaran yang diperoleh (total 25 menit), lanjutkan sampai seluruh kelompok mempresentasikan laporannya.

3. Diskusikanlah secara pleno tentang pembelajaran bersama yang diperoleh, khususnya tentang ‘apa yang seharusnya dilakukan’, ‘apa yang seharusnya dihindari’ serta ‘apa yang spesifik bisa dikembangkan di daerah setempat’.

g. Pleno Dengan Masyarakat

PENGANTARDalam rangka memastikan rencana individu/ rumah tangga terkonsolidasi di tingkat RT dan Kelurahan/ Desa, serta Kelurahan/Desa memiliki rencana yang jelas tentang target STBM dalam perubahan perilaku yang lebih luas, maka dipandang perlu melakukan pleno masyarakat.Pleno menjadi ajang kompetisi dan pemicuan ulang antar RT, sehingga akan melahirkan komitmen kongkrit dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan di tingkat kelurahan/desa secara bersama-sama (collective action).

TUJUAN : • Memicu kembali antar RT untuk memastikan target perubahan perilaku yang lebih luas dan kongkrit.

• Mengkonsolidasikan RTL antar RT sehingga menghasilkan RTL di tingkat Kelurahan.

• Meningkatnya motivasi masyarakat dan RT untuk melaksanakan rencana kegiatan yang mereka susun.

WAKTU : Maksimum 120 menit

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM183

METODE : • Presentasi masyarakat

• Sharing pengalaman

• Diskusi pleno

• Feedback progresif.

ALAT/TOOLS/

MEDIA

: 3. Semua visual hasil pemicuan ditempel di dinding.

4. Matriks kompetisi antar kelompok (benchmark).

INDIKATOR

PENCAPAIAN

TUJUAN

: Rencana kongkrit dari masing-masing komunitas dalam mewujudkan ODF

PERSIAPAN

PENTING

FASILITATOR

:

5. Ruangan sudah disetting sedemikian rupa untuk dinamisnya proses pleno

6. Matriks kompetisi antar komunitas sudah disiapkan sebelumnya

7. Audio (sound system)dipastikan sudah berfungsi

PESERTAPeserta pleno dari setiap RT yang dipicu sebanyak 4 orang yang terdiri dari unsure:

1. Natural Leader (Kampium) 3 orang2. Ketua RT atau tokoh formal 1 orang

Peserta adalah mereka-mereka yang kita sebut tamu istimewa, karena mereka adalah pilihan dan leader alami yang diharapkan akan menjadi pemicu lanjutan. Peserta dari Natural Leader atau kampium umumnya mereka yang terpicu lebih awal atau memiliki semangat belajar dan kerelawanan yang kuat. Nama-nya sangat tergantung siapa yang terpicu lebih awal dan muncul tanda-tanda sebagai relawan untuk menjadi leader alami.

Sedangkan peserta dari unsure RT atau tokoh formal, secara otomatis harus diinformasikan oleh Peserta Latih. Peserta dari setiap RT diundang secara lisan oleh Tim Pemicu.

Peserta lainnya adalah perwakilan Dinas Kesehatan Kota Depok dan Unsur Puskemas yang diundang oleh Panitia.

PEMANDU/FASILITATORPleno dipandu atau difasilitasi oleh peserta latih yang dipilih pada saat pelatihan di kelas (sebelum ke lapangan) dan disebut Tim Pemandu. Fasilitator adalah dalam bentuk tim yang terdiri dari:

1. Pembawa Acara/MC (menghantar acara menyambut tamu istimewa dari RT).2. Pemandu Utama, yang akan memandu/memfasilitasi proses pleno dan pemicuan ulang3. Pemandu Pendamping, mendampingi pemandu Utama dalam menjalankan perannya4. Pencatat

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM184

Proses:

No Langkah Output

PERSIAPAN

1. Tim Pemandu menata ruangan tempat pertemuan. Ruangan harus dipastikan menarik dan dinamis untuk proses pleno.

Ruangan siap digunakan

2. Tim Pemandu berbagi tugas dan memastikan bahwa rencana pleno benar-benar siap.

Tugas dihapami dengan baik.

3. Perwakilan Tim Pemandu memastikan bahwa pleno akan dimulai jika semua perwakilan RT sudah tiba. Sementara menunggu lengkap, perwakilan RT yang sudah hadir belum diperkenankan masuk ke dalam ruangan, tetapi diajak ngobrol di luar ruangan.

Peserta perwakilan RT berkumpul.

4. Tim pemicu (kelompok lapangan) memastikan kelengkapan bahan presentasi setiap wakil komunitas.

Hasil visual lengkap dan siap dipresentasikan.

PELAKSANAAN PLENO

1. Rombongan peserta dari perwakilan RT diminta masuk ke dalam ruangan secara beriringan oleh MC.

2. MC meminta masing-masing tim pemicu (5 kelompok lapangan) untuk menyambut wakil komunitas dan mengajak masuk ke ruang kelas diiringi dengan musik yang bersemangat dan tepuk tangan dari semua yang hadir. MC mempersilahkan mereka foto bersama fasilitator pemicu yang datang ke wilayahnya secara bergantian (pastikan semua wakil masyarakat dapat foto bersama).

Penghargaan untuk wakil komunitas.

3. MC mengucapkan selamat datang dan menjelaskan tujuan mereka diundang dan membangun komitmen bahwa semua akan menghargai siapapun yang melakukan presentasi.

Pemahaman tujuan pertemuan oleh komunitas.

4. MC menyerahkan kegiatan pleno kepada Pemandu Utama dan Pemandu Pendamping untuk memandu proses pleno.

Pemandu Utama mulai berperan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM185

No Langkah Output

5. Pemandu utama memfasilitasi/memoderasi masing-masing komunitas RT untuk mempresentasikan hasil diskusi dan RTL pasca pemicuan sementara Pemandu lainnya memasang bagan/matriks untuk bahan penilaian (lihat lampiran di bawah).

Komitmen dan rencana pasca pemicuan.

6. Pencatat/Pemandu Pendamping mengisi matriks selama presentasi setiap RT.

Matriks terisi (sementara).

7. Pemandu Utama memicu kembali komunitas yang belum berkomitmen ODF dan mendorong percepatan bagi komunitas yang sudah mempunyai komitmen.

Pemandu Pendamping/Pencatat bisa merubah nilai/bagan/grafik jika warga RT menyatakan perubahannya dalam pemicuan.

Pemantapan komitmen baru untuk ODF secepatnya dan tidak berharap subsidi.

Kemungkinan setiap matriks akan berubah nilai/ grafiknya.

8. Pemandu Utama meminta komunitas yang mau berubah lebih cepat, maju kedepan kelas untuk diberi applaus dan selamat serta foto bersama sebagai reward. Tanyakan “siapa lagi yang mau menyusul?”.

Reward untuk kampiun

RTL dan PENUTUPAN

9. Pemandu Utama meminta komunitas didampingi tim pemicu memperbaiki strategi dan menyusun rencana tindak lanjut-nya.

Strategi dan RTL pasca pemicuan (pleno).

10. MC memberikan salam, ucapan terima kasih, dan memberikan applaus diiringi musik yang bersemangat.

Semangat mendorong perubahan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM186

Lampiran: Matriks Aspek Benchmark antar RT (Harus Divisualisasikan ketika pleno)

Aspek Kategori

RW – 2 (Kelurahan Pasir Putih)

RW – 6 (Kel. Pasir Putih)

RT – 2 RT – 4 RT – 5 RT – 2 RT – 4

1. Mengharap Bantuan dari pihak Luar (Subsidi)

Jika masih ada yang mengharap

nilai-nya 0 dan sebaliknya.

2. Jumah warga yang terpicu

Semakin banyak yang terpicu

semakin tinggi nilainya (%).

3. Adanya Tim Komite

Semakin lengkap nama dan struktur tim-nya semakin besar nilainya.

4. Rencana tindak lanjut dan strategi

Semakin lengkap/ detail RTL-nya semakin tinggi nilainya.

5. Target ODF

Semakin jelas, lebih dekat dari sisi waktu dan semakin terukur, maka semakin tinggi nilainya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM187

Modul MI.5TEKNIK MELATIH

MI.5

TEK

NIK

MELATIH

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM188

MODUL MI.5 - TEKNIK MELATIH ........................................................................................... 187I. DESKRIPSI SINGKAT .............................................................................................. 189II. TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... 189

A. Tujuan Pembelajaran Umum : ............................................................................... 189B. Tujuan Pembelajaran Khusus : .............................................................................. 189

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ................................................................ 190A. Pokok Bahasan 1: Model pendekatan pembelajaran orang dewasa (POD) ......... 190B. Pokok Bahasan 2: Satuan Acara Pembelajaran (SAP) ......................................... 190C. Pokok Bahasan 3: Penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif ........................ 190D. Pokok Bahasan 4: Teknik presentasi interaktif dalam proses pembelajaran ......... 190E. Pokok Bahasan 5: Metode pembelajaran .............................................................. 190F. Pokok Bahasan 6: Media dan alat bantu pembelajaran ........................................ 191G. Pokok Bahasan 7: Evaluasi hasil pembelajaran .................................................... 191

IV. BAHAN BELAJAR .................................................................................................... 191V. METODE PEMBELAJARAN ..................................................................................... 191VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 191VII. URAIAN MATERI ...................................................................................................... 194

A. POKOK BAHASAN 1 : MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (POD) ...................................................................................... 194B. POKOK BAHASAN 2 : SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) ...................... 205C. POKOK BAHASAN 3 : PENCIPTAAN IKLIM PEMBELAJARAN YANG KONDUSIF ............................................................................................................ 208D. POKOK BAHASAN 4: TEKNIK PRESENTASI INTERAKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN .................................................................................. 213E. POKOK BAHASAN 5: METODE PEMBELAJARAN .............................................. 217F. POKOK BAHASAN 6: MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN ................... 225D. POKOK BAHASAN 7: EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN................................. 232

VIII RANGKUMAN .......................................................................................................... 235IX. REFERENSI ............................................................................................................. 236X. LAMPIRAN ............................................................................................................... 236

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM189

MODUL MI-5TEKNIK MELATIH

I. DESKRIPSI SINGKATModul ini bertujuan membekali fasilitator dengan beberapa keterampilan dasar mengajar dan proses pembelajaran. Bagi para calon fasilitator modul ini tentunya akan memberikan pengalaman mengajar yang nyata dan memberikan latihan dengan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah, serta dapat mengembangkan dengan baik keterampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugasnya sebagai tenaga fasilitator pada pelatihan selanjutnya.

Didalam praktik melatih (micro teaching) ini diperlukan beberapa pemahaman tentang materi model pendekatan pembelajaran orang dewasa (POD), pembuatan satuan acara pembelajaran (SAP), iklim pembelajaran yang kondusif dalam sebuah proses pembelajaran, pemahaman tentang metode dan media alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran serta teknik presentasi interaktif itu sendiri sebagai bahan dalam melakukan teknik melatih.

Diharapkan dengan mempelajari modul ini dengan seksama akan dapat menghantarkan para pembacanya untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang lebih baik lagi dalam melakukan kegiatan pelatihan dan memberikan tambahan wawasan yang lebih luas bagi para fasilitator.

II. TUJUAN PEMBELAJARANA. Tujuan Pembelajaran Umum :Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melatih pada pelatihan Fasilitator STBM

B. Tujuan Pembelajaran Khusus :Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :

1. Menjelaskan model pendekatan Pembelajaran orang dewasa (POD).

2. Menyusun satuan acara pembelajaran (SAP).

3. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dalam sebuah proses pembelajaran.

4. Menggunakan teknik presentasi interaktif dalam proses pembelajaran.

5. Menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuanpembelajaran.

6. Menggunakan media dan alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan metode pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

7. Melakukan evaluasi hasil pembelajaran.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM190

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASANDalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut :

A. POKOK BAHASAN 1: MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (POD)a. Perubahan paradigma pendidikanb. Pedagogi dan Andragogic. Prinsip-prinsip PODd. Ruang lingkup Pendekatan & tujuan PODe. Strategi POD

B. POKOK BAHASAN 2: SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)a. Pengertian SAPb. Manfaat SAPc. Tujuan SAPd. Sistematika SAPe. Teknik Penyusunan SAPf. Kegiatan Pembelajaran

C. POKOK BAHASAN 3: PENCIPTAAN IKLIM PEMBELAJARAN YANG KONDUSIF a. Pengelolaan kelas secara efektifb. Perkembangan kelompokc. Kondisi dan situasi belajar yang berpusat pada pembelajard. Jurnal pembelajaran

D. POKOK BAHASAN 4: TEKNIK PRESENTASI INTERAKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARANa. Pengertian dan tujuan presentasi interaktifb. Menghantar sesi pembelajaranc. Merangkum sesi pembelajarand. Teknik tanya jawab efektife. Teknik Mengelola hubungan interaktif

E. POKOK BAHASAN 5: METODE PEMBELAJARANa. Pengertian dan Manfaat metode pembelajaranb. Ragam metode pembelajaranc. Keunggulan dan kelemahan masing-masing metode pembelajaran.d. Metode pembelajaran yang efektif

F. POKOK BAHASAN 6: MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARANa. Pengertian media dan alat bantu pembelajaranb. Peranan media dan alat bantu pembelajaran c. Kriteria pemilihan media dan alat bantu pembelajaran d. Jenis-jenis media dan alat bantu pembelajaran.e. Karakteristik media dan alat bantu pembelajaran.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM191

G. POKOK BAHASAN 7: EVALUASI HASIL PEMBELAJARANa. Pengertianb. Tujuanc. Prinsip evaluasi hasil pembelajarand. Jenis-jenis, tujuan dan proses evaluasi hasil pembelajarane. Bentuk, kaidah dan instrument serta pengukuran evaluasi hasil pembelajaranf. Nilai hasil pembelajaran

IV. BAHAN BELAJARFlipchart (lembar balik), meta plan, kain tempel lembar diskusi/simulasi, spidol papan tulis, alat-alat pemicuan, lembar diskusi, lembar latihan, pedoman praktik melatih (micro teaching)

V. METODE PEMBELAJARANCurah pendapat, Ceramah Tanya Jawab, Diskusi kelompok, Latihan dan praktik melatih (micro teaching).

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARANJumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 15 jam pelajaran (T=6 jp, P=1 jp, PL=8 jp) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :

Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran (30 menit)1. Kegiatan Fasilitator

a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelasb. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah dan

hangat. c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan

memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.

d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang apa yang dimaksud dengan microteaching / teknik melatih dengan metode curah pendapat (brainstorming).

e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang materi teknik melatih yang akan disampaikan dengan menggunakan bahan tayang.

2. Kegiatan Pesertaa. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukanb. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitatorc. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap pentingd. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas dan

perlu diklarifikasi.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM192

Langkah 2 : Review pokok bahasan (210 menit)

1. Kegiatan Fasilitator

a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang singkat

b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang masih belum jelas.

c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta

2. Kegiatan Peserta

a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.

b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang diberikan.

c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan. (70 menit)

1. Kegiatan Fasilitator

a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (4 kelompok) dan setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.

b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.

c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk dipresentasikan.

d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.

2. Kegiatan Peserta

a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas kepada fasilitator.

c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas flipchart untuk dipresentasikan.

Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan (20 menit) 1. Kegiatan Fasilitator

a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.

b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM193

c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.

d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti jawabannya

e. Merangkum hasil diskusi

2. Kegiatan Peserta

a. Mengikuti proses penyajian kelas

b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator

c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing – masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.

Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar (10 menit)1. Kegiatan Fasilitator

a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan sesuai topik pokok bahasan secara acak kepada peserta.

b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.

c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses pembelajaran tentang POD, SAP dan metode, media dan alat bantu pembelajaran, penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif, teknik presentasi interaktif serta evaluasi proses pembelajaran.

d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau membuat kesimpulan dengan mengajak peserta secara bersama-sama.

2. Kegiatan Peserta

a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.

b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran teknik melatih.

Langkah 6 : Praktik Melatih (microteaching) (360 menit)1. Kegiatan Fasilitator

a. Mempersiapkan peserta untuk kegiatan praktik melatih.

b. Mempersiapkan kelas untuk praktik melatih berikut sarana dan prasarana.

c. Mempersiapkan lembar penilaian peserta.

c. Menyampaikan tata cara praktik melatih kepada peserta.

d. Menilai pembuatan SAP yang telah dibuat oleh peserta dan penampilan peserta dalam teknik melatih sesuai dengan pedoman praktik melatih yang sudah ada.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM194

2. Kegiatan Peserta

a. Mempersiapkan bahan SAP dan paparan untuk presentasi.

b. Mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan paparannya.

c. Mempresentasikan bahan paparannya dengan bekal teknik melatih yang sudah didapat sebelumnya.

VII. URAIAN MATERIA. POKOK BAHASAN 1 : MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN ORANG

DEWASA (POD)

a. Perubahan Paradigma PendidikanSalah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya.

Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan strategi membelajarkan orang dewasa yang notabene tidak menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri.

Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak kecil, maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah. Perlu dipahami apa pendorong hagi orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaminya, apa yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya (Lunandi, 1987).

Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa. Berkembangnya pemahaman kondisi psikologi orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal dengan nama andragogi. Andragogi

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM195

sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang luas dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar. Secara singkat teori ini memberikan dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh sebab itu, pendidikan atau usaha pembelajaran orang dewasa memerlukan pendekatan khusus dan harus memiliki pegangan yang kuat akan konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman orang dewasa sebagai siswa.

Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.

Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah adanya pandangan yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan. Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam teknologi, mobilisasi penduduk, perubahan sistem ekonomi, dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti ini, maka pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 21 tahun akan menjadi usang ketika ia berumur 40 tahun. Apabila demikian halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern (Arif, 1994). Oleh karena itu, bagaimana caranya untuk mengkaji berbagai aspek yang mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang dewasa sebagai salah satu altematif pemecahan masalah kependidikan, sebab pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan hanya sekedar sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses pendidikan sepanjang hayat (long life education).

b. Pedagogi dan AndragogiMalcolm Knowles (1970) menguraikan perbedaan antara anak-anak (pedagogi) dan orang dewasa (andragogi) sebagai kerangka model pendekatan pendidikan, perbedaan antara kedua pendekatan ini bukan hanya sebatas objek pesertanya tetapi juga dalam hal seni bagaimana mendidik. Pedagogi yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak, dimana sepenuhnya peserta didik menjadi objek yang dalam hal ini guru menggurui, guru memilih apa yang akan dipelajari, guru mengevaluasi dan muid tunduk pada pilihan guru. Sedangkan andragogi yang juga berasal dari bahas Yunani yang berarti ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa belajar, diman fungsi guru hanya sebagai fasilitator dan bukan menggurui.

Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif (lebih cepat dan melekat pada ingatannya), bilamana pembimbing (fasilitator, pengajar, penatar, instruktur,

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM196

dan sejenisnya) tidak terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar individu orang dewasa itu mampu menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Seorang pembimbing yang baik harus berupaya untuk banyak mendengarkan dan menerima gagasan seseorang, kemudian menilai dan menjawab pertanyaan yang diajukan mereka.

Orang dewasa pada hakekatnya adalah makhluk yang kreatif bilamana seseorang mampu menggerakkan/menggali potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam upaya ini, diperlukan keterampilan dan kiat khusus yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut. Di samping itu, orang dewasa dapat dibelajarkan lebih aktif apabila mereka merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat mereka merasa berharga dan memiliki harga diri di depan sesama temannya. Artinya, orang dewasa akan belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati, dan akan lebih senang kalau ia boleh sumbang saran pemikiran dan mengemukakan ide pikirannya, daripada pembimbing melulu menjejalkan teori dan gagasannya sendiri kepada mereka.

Oleh karena sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernh terwujud.

Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).

Keterbukaan seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan fisik mereka. Di samping itu, harus dihindari segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau dipermalukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai alternatif kebebasan mengemukakan ide/ gagasan dapat diciptakan.

Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM197

diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil.

Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar. Pada akhimya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok yang dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dan orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.

Usaha-usaha ke arah penerapan teori andragogi dalam kegiatan pendidikan orang dewasa telah dicobakan oleh beberapa ahli, berdasarkan empat asumsi dasar orang dewasa yaitu: konsep diri, akumulasi pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar.

Asumsi dasar tersebut dijabarkan dalam proses perencanaan kegiatan pendidikan dengan langkah-langkah sehagai berikut: 1. Menciptakan suatu struktur untuk perencanaan bersama. Secara ideal struktur

semacam ini seharusnya melibatkan semua pihak yang akan terkenai kegiatan pendidikan yang direncanakan, yaitu termasuk para peserta kegiatan belajar atau siswa, pengajar atau fasilitator, wakil-wakil lembaga dan masyarakat.

2. Menciptakan iklim belajar yang mendukung untuk orang dewasa belajar. Adalah sangat penting menciptakan iklim kerjasama yang menghargai antara fasilitator dan siswa. Suatu iklim belajar orang dewasa dapat dikembangkan dengan pengaturan lingkungan fisik yang memberikan kenyamanan dan interaksi yang mudah, misalnya mengatur kursi atau meja secara melingkar, bukan berbaris-baris ke belakang. Fasilitator lebih bersifat membantu bukan menghakimi.

3. Mendiagnosa sendiri kebutuhan belajarnya. Diagnosa kebutuhan harus melibatkan semua pihak, dan hasilnya adalah kebutuhan bersama.

4. Memformulasikan tujuan. Agar secara operasional dapat dikerjakan maka perumusan tujuan itu hendaknya dikerjakan bersama-sama dalam deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatas.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM198

5. Mengembangkan model umum, ini merupakan aspek seni dan perencanaan program, dimana harus disusun secara harmonis kegiatan belajar dengan membuat kelompok-kelompok belajar baik kelompok besar maupun kelompok kecil.

6. Perencanaan evaluasi, seperti halnya dalam diagnosa kebutuhan, dalam evaluasi harus sejalan dengan prinsip-prinsip orang dewasa, yaitu sebagai pribadi dan dapat mengarahkan diri sendiri. Maka evaluasi lebih bersifat evaluasi sendiri atau evaluasi bersama.

Aplikasi yang diuraikan di atas sebenarnya lebih bersifat prinsip-prinsip atau rambu-rambu sebagai kendali tindakan membelajarkan orang dewasa. Oleh karena itu, keberhasilannya akan lebih banyak bergantung pada setiap pelaksanaan dan tentunya juga tergantung kondisi yang dihadapi. Tapi, implikasi pengembangan teknologi atau pendekatan andragogi dapat dikaitkan terhadap penyusunan kurikulum atau cara mengajar terhadap pembelajar. Namun, karena keterikatan pada sistem lembaga yang biasanya berlangsung, maka penyusunan program atau kurikulum akan banyak lebih dikembangkan dengan menggunakan pendekatan andragogi ini.

c. Prinsip-prinsip PODPendidikan orang dewasa dapat. diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun nonformal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang dewasa mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu mengembangankan pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan teknologi secara bebas, seimbang dan berkesinambungan.

Dalam hal ini, terlihat adanya tekanan rangkap bagi perwujudan yang ingin dikembangankan dalam aktivitas kegiatan di lapangan, pertama untuk mewujudkan pencapaian perkembangan setiap individu, dan kedua untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu yang bersangkutan. Begitu pula pula, bahwa pendidikan orang dewasa mencakup segala aspek pengalaman belajar yang diperlukan oleh orang dewasa baik pria maupun wanita, sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuannya masing-masing.

Dengan demikian hal tersebut dapat berdampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran orang dewasa yang tampak pada adanya perubahan perilaku ke arah pemenuhan pencapaian kemampuan / keterampilan yang memadai. Di sini, setiap individu yang berhadapan dengan individu lain akan dapat belajar hersama dengan penuh keyakinan. Perubahan perilaku dalam hal kerjasama dalam berbagai kegiatan,

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM199

merupakan hasil dari adanya perubahan setelah adanya proses belajar, yakni proses perubahan sikap yang tadinya tidak percaya diri menjadi peruhahan kepercayaan diri secara penuh dengan menambah pengetahuan atau keterampilannya. Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan (penambahan) pengetahuan atau keterampilan serta adanya perubahan sikap mental yang sangat jelas, dalam hal pendidikan orang dewasa tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan, tetapi harus dibekali juga dengan rasa percaya yang kuat dalam pribadinya. Pertambahan pengetahuan saja tanpa kepercayaan diri yang kuat, niscaya mampu melahirkan perubahan ke arah positif berupa adanya pembaharuan baik fisik maupun mental secara nyata, menyeluruh dan berkesinambungan.

Perubahan perilaku bagi orang dewasa terjadi melalui adanya proses pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan dirinya sebagai individu, dan dalam hal ini sangat memungkinkan adanya partisipasi dalam kehidupan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan bagi orang lain, disebabkan produktivitas yang lebih meningkat. Bagi orang dewasa pemenuhan kebutuhannya sangat mendasar, sehingga setelah kebutuhan itu terpenuhi ia dapat beralih kearah usaha pemenuhan kebutuhan lain yang lebih diperlukannya sebagai penyempurnaan hidupnya.

Setiap individu wajib terpenuhi kebutuhannya yang paling dasar (sandang dan pangan), sebelum ia mampu merasakan kebutuhan yang lebih tinggi sebagai penyempurnaan kebutuhan dasar tadi, yakni kebutuhan keamanan, penghargaan, harga diri, dan aktualisasi dirinya. Bilamana kebutuhan paling dasar yakni kebutuhan fisik berupa sandang, pangan, dan papan belum terpenuhi, maka setiap individu belum membutuhkan atau merasakan apa yang dinamakan sebagai harga diri. Setelah kebutuhan dasar itu terpenuhi, maka setiap individu perlu merasa aman jauh dari rasa takut, kecemasan, dan kekhawatiran akan keselamatan dirinya, sebab ketidakamanan hanya akan melahirkan kecemasan yang berkepanjangan. Kemudian kalau rasa aman telah terpenuhi, maka setiap individu butuh penghargaan terhadap hak azasi dirinya yang diakui oleh setiap individu di luar dirinya. Jika kesemuanya itu terpenuhi barulah individu itu merasakan mempunyai harga diri.

Dalam kaitan ini, tentunya pendidikan orang dewasa yang memiliki harga diri dan dirinya membutuhkan pengakuan, dan itu akan sangat berpengaruh dalam proses belajarnya. Secara psikologis, dengan mengetahui kebutuhan orang dewasa sebagai peserta kegiatan pendidikan/pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan kondisi belajar yang harus disediakan, isi materi apa yang harus diberikan, strategi, teknik serta metode apa yang cocok digunakan.

Menurut Lunandi(1987) yang terpenting dalam pendidikan orang dewasa adalah: Apa yang dipelajari pembelajar, bukan apa yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir yang dinilai adalah apa yang diperoleh orang dewasa dari pertemuan pendidikan/pelatihan, bukan apa yang dilakukan pengajar, fasilitator atau penceramah dalam pertemuannya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM200

d. Ruang lingkup Pendekatan & tujuan PODPertumbuhan orang dewasa dimulai pertengahan masa remaja (adolescence) sampai dewasa, di mana setiap individu tidak hanya memiliki kecenderungan tumbuh kearah menggerakkan diri sendiri tetapi secara aktual dia menginginkan orang lain memandang dirinya sebagai pribadi yang mandiri yang memiliki identitas diri. Dengan begitu orang dewasa tidak menginginkan orang memandangnya apalagi memperlakukan dirinya seperti anak-anak. Dia mengharapkan pengakuan orang lain akan otonomi dirinya, dan dijamin ketentramannya untuk menjaga identitas dirinya dengan penolakan dan ketidaksenangan akan usaha orang lain untuk menekan, memaksa, dan memanipulasi tingkah laku yang ditujukan terhadap dirinya. Tidak seperti anak-anak yang beberapa tingkatan masih menjadi objek pengawasan, pengendalian orang lain yaitu pengawasan dan pengendalian orang dewasa yang berada di sekeliling dirinya.

Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi menjadi obyek sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya dengan keinginan memegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapi tujuan kegiatan belajar alau pendidikan orang dewasa tentunya lehih mengarah kepada pencapaian pemantapan identitas dirinya sendiri untuk menjadi dirinya sendiri menurut Rogers dalam Knowles (1979), kegiatan belajar bertujuan menghantarkan individu untuk menjadi pribadi atau menemukan jati dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan merupakan process of becoming a person. Bukan proses pembentukan atau process of being shaped yaitu proses pengendalian dan manipulasi untuk sesuai dengan orang lain; atau kalau meminjam istilah Maslow (1966), belajar merupakan proses untuk mencapai aktualiasi diri (self-actualization).

Seperti telah dikemukakan diatas bahwa dalam diri orang dewasa sebagai siswa yang sudah tumbuh kematangan konsep dirinya timbul kebutuhan psikologi yang mendalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi utuh yang mengarahkan dirinya sendiri. Namun tidak hanya orang dewasa tetapi juga pemuda atau remaja juga memiliki kebutuhan semacam itu. Sesuai teori Peaget (1959) mengenai perkembangan psikologi dari kurang lebih 12 tahun ke atas individu sudah dapat berfikir dalam bentuk dewasa yaitu dalam istilah dia sudah mencapai perkembangan pikir formal operation. Dalam tingkatan perkembangan ini individu sudah dapat memecahkan segala persoalan secara logik, berfikir secara ilmiah, dapat memecahkan masalah-masalah verbal yang kompleks atau secara singkat sudah tercapai kematangan struktur kognitifnya. Dalam periode ini individu mulai mengembangkan pengertian akan diri (self) atau identitas (identity) yang dapat dikonsepsikan terpisah dari dunia luar di sekitarnya. Berbeda dengan anak-anak, di sini remaja (adolescence) tidak hanya dapat mengerti keadaan benda-benda di dekatnya tetapi juga kemungkinan keadaan benda-benda itu di duga. Dalam masalah nilai-nilai remaja mulai mempertanyakan dan membanding-bandingkan nilai-nilai yang diharapkan selalu dibandingkan dengan nilai yang aktual.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM201

Secara singkat dapat dikatakan remaja adalah tingkatan kehidupan dimana proses semacam itu terjadi, dan ini berjalan terus sampai mencapai kematangan.

Dengan begitu jelaslah kiranya bahwa pemuda (tidak hanya orang dewasa) memiliki kemampuan memikirkan dirinya sendiri, dan menyadari bahwa terdapat keadaan yang bertentangan antara nilai-nilai yang dianut dan tingkah laku orang lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan sejak pertengahan masa remaja individu mengembangkan apa yang dikatakan “pengertian diri” (sense of identity).

Selanjutnya, Knowles (1970) mengembangkan konsep andragogi atas empat asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi. Keempat asumsi pokok itu adalah sebagai berikut. Asumsi Pertama, seseorang tumbuh dan matang konsep dirinya bergerak dan ketergantungan total menuju ke arah pengarahan diri sendiri. Atau secara singkat dapat dikatakan pada anak-anak konsep dirinya masih tergantung, sedang pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian konsep dirinya inilah orang dewasa membutuhkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang dapat mengarahkan diri sendiri. Apabila dia menghadapi situasi dimana dia tidak memungkinkan dirinya menjadi self directing maka akan timbul reaksi tidak senang atau menolak.

Asumsi kedua, sebagaimana individu tumbuh matang akan mengumpulkan sejumlah besar pengalaman dimana hal ini menyebabkan dirinya menjadi sumber belajar yang kaya, dan pada waktu yang sama memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru. Oleh karena itu, dalam teknologi andragogi terjadi penurunan penggunaan teknik transmital seperti yang dipakai dalam pendidikan tradisional dan lebih mengembangkan teknik pengalaman (experimental-technique). Maka penggunaan teknik diskusi, kerja laboratori, simulasi, pengalaman lapangan, dan lainnya lebih banyak dipakai.

Asumsi ketiga, bahwa pendidikan itu secara langsung atau tidak langsung, secara implisit atau eksplisit, pasti memainkan peranan besar dalam mempersiapkan anak dan orang dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya di tengah masayarakat. Karena itu, sekolah dan pendidikan menjadi sarana ampuh untuk melakukan proses integrasi maupun disintegrasi sosial di tengah masyarakat (Kartini Kartono, 1992). Sejalan dengan itu, kita berasumsi bahwa setiap individu menjadi matang, maka kesiapan untuk belajar kurang ditentukan oleh paksaan akademik dan perkembangan biologisnya, tetapi lebih ditentukan oleh tuntutan-tuntutan tugas perkembangan untuk melakukan peranan sosialnya. Dengan perkataan lain, orang dewasa belajar sesuatu karena membutuhkan tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi peranannya apakah sebagai pekerja, orang tua, pimpinan suatu organisasi, dan lain-lain. Kesiapan belajar mereka bukan semata-mata karena paksaan akademik, tetapi karena kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran sosialnya. Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi masalah hidupnya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM202

e. Strategi PODProses belajar manusia berlangsung hingga akhir hayat (long life education). Namun, ada korelasi negatif antara perubahan usia dengan kemampuan belajar orang dewasa. Artinya, setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan. Menurut Vemer dan Davidson dalam Lunandi (1987) ada enam faktor yang secara psikologis dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program pendidikan:

1. Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia empat puluh tahun titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai 23 cm.

2. Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan atau titik terjauh yang dapat dilihat secara jelas mulai berkurang, yakni makin pendek. Kedua faktor ini perlu diperhatikan dalam pengadaan dan penggunaan bahan dan alat pendidikan.

3. Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan dalam suatu situasi belajar. Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100 Watt cahaya maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 Watt, dan pada usia 70 tahun seterang 300 Watt baru cukup untuk dapat melihat dengan jelas.

4. Makin bertambah usia, persepsi kontras warna cenderung ke arah merah dari pada spektrum. Hal ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga cahaya yang masuk agak terasing. Akibatnya ialah kurang dapat dibedakannya warna-warna lembut. Untuk jelasnya perlu digunakan warna-warna cerah yang kontras untuk alat-alat peraga.

5. Pendengaran atau kemampuan menerima suara mengurang dengan bertambahnya usia. Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam hidupnya. Pria cenderung lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita. Hanya 11 persen dari orang berusia 20 tahun yang mengalami kurang pendengaran. Sampai 51 persen dari orang yang berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurang pendengaran.

6. Perbedaan bunyi atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin mengurang dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, bicara orang lain yang terlalu cepat makin sukar ditangkapnya, dan bunyi sampingan dan suara di latar belakangnya

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM203

bagai menyatu dengan bicara orang. Makin sukar pula membedakan bunyi konsonan seperti t, g, b, c, dan d.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang dewasa dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu, maka perlu diperhatikan hal-hal tersebut di bawah ini: a. Terciptanya proses belajar adalah suatu proses pengalaman yang ingin

diwujudkan oleh setiap individu orang dewasa. Proses pembelajaran orang dewasa berkewajiban memotivasi/mendorong untuk mencari pengetahuan yang lebih tinggi.

b. Setiap individu orang dewasa dapat belajar secara efektif bila setiap individu mampu menemukan makna pribadi bagi dirinya dan memandang makna yang baik itu berhubungan dengan keperluan pribadinya.

c. Kadangkala proses pembelajaran orang dewasa kurang kondusif, hal ini dikarenakan belajar hanya diorientasikan terhadap perubahan tingkah laku, sedang perubahan perilaku saja tidak cukup, kalau perubahan itu tidak mampu menghargai budaya bangsa yang luhur yang harus dipelihara, di samping metode berpikir tradisional yang sukar diubah.

d. Proses pembelajaran orang dewasa merupakan hal yang unik dan khusus serta bersifat individual. Setiap individu orang dewasa memiliki kiat dan strategi sendiri untuk mempelajari dan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran tersebut. Dengan adanya peluang untuk mengamati kiat dan strategi individu lain dalam belajar, diharapkan hal itu dapat memperbaiki dan menyempurnakan caranya sendiri dalam belajar, sebagai upaya koreksi yang lebih efeklif.

e. Faktor pengalaman masa lampau sangat berpengaruh pada setiap tindakan yang akan dilakukan, sehingga pengalaman yang baik perlu digali dan ditumbuhkembangkan ke arah yang lebih bermanfaat.

f. Pengembangan intelektualitas seseorang melalui suatu proses pengalaman secara bertahap dapat diperluas. Pemaksimalan hasil belajaran dapat dicapai apabila setiap individu dapat memperluas jangkauan pola berpikirnya

Di satu sisi, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses evolusi. Artinya penerimaan ilmu tidak dapat dipaksakan sekaligus begitu saja, tetapi dapat dilakukan secara bertahap melalui suatu urutan proses tertentu. Dalam kegiatan pendidikan, umumnya pendidik menentukan secara jauh mengenai materi pengetahuan dan keterampilan yang akan dipresentasikan. Mereka mengatur isi (materi) ke dalam unit-unit, kemudian memilih alat yang paling efisien untuk menyampaikan unit-unit dari materi tersebut, misalnya ceramah, membaca, pekerjaan laboratorium, pemutaran film, mendengarkan kaset dan lain-lain. Selanjutnya mengembangkan suatu rencana untuk menyampaikan unit-unit isi ini dalam suatu bentuk urutan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM204

Dalam andragogi, pendidik atau fasilitator mempersiapkan secara jauh satu perangkat prosedur untuk melibatkan siswa, untuk selanjutnya dalam prosesnya melibatkan elemen-elemen sebagai berikut :

a) Menciptakan iklim yang mendukung belajar, b) Menciptakan mekanisme untuk perencanaan bersama, c) Mendiagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar, d) Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar, e) Merencanakan pola pengalaman helajar, f) Melakukan pengalaman belajar ini dengan teknik-teknik dan materi yang memadai,

dan g) Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosa kembali kebutuhan-kebutuhan belajar.

Dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk memberhasilkan pembelajaran semacam ini, apapun metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yakni agar peserta dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruan besar bilamana dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode hanya karena faktor pertimbangannya sendiri yakni menggunakan metode yang dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan karena keinginannya dikagumi oleh peserta di kelas itu ataupun mungkin ada kecenderungannya hanya menguasai satu metode tertentu saja.

Dalam penetapan pemilihan metode seharusnya fasilitator mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin dicapai, yang dalam hal ini mengacu pada garis besar program pengajaran yang dibagi dalam dua jenis:

1. Rancangan proses untuk mendorong orang dewasa mampu menata dan mengisi pengalaman baru dengan memmedomani masa lampau yang pernah dialami, misalnya dengan latihan keterampilan, melalui tanya jawab, wawancara, konsultasi, latihan kepekaan, dan lain-lain, sehingga mampu memberi wawasan baru pada masing-masing individu untuk dapat memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya.

2. Proses pembelajaran yang dirancang untuk tujuan meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman baru, keterampilan baru, untuk mendorong masing-masing individu orang dewasa dapat meraih semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang diinginkannya, apa yang menjadi kebutuhannya, keterampilan yang diperlukannya, misalnya belajar menggunakan program komputer yang dibutuhkan di tempat ia bekerja.

3. Sejalan dengan itu, orang dewasa belajar lebih efektif apabila ia dapat mendengarkan dan berbicara. Lebih baik lagi kalau di samping itu ia dapat melihat pula, dan makin efektif lagi kalau dapat juga mengerjakan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM205

Fungsi bicara hanya sedikit terjadi pada waktu tanya jawab. Untuk metode diskusi bicara dan mendengarkan adalah seimbang. Dalam pendidikan dengan cara demonstrasi, peserta sekaligus mendengar, melihat dan berbicara. Pada saat latihan praktis peserta dapat mendengar, berbicara, melihat dan mengerjakan sekaligus, sehingga dapat diperkirakan akan menjadi paling efektif

B. POKOK BAHASAN 2 : SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)a. Pengertian SAP

SAP atau disebut juga satuan acara pembelajaran, ada pula yang menyebutnya dengan Satpel atau satuan pelajaran atau kurikulum mikro. SAP merupakan pedoman / panduan yang memberi arah kepada fasilitator dalam menyajikan materi pembelajaran kepada para peserta, dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan metode dan alat bantu yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. SAP adalah rumusan pokok dan sub-pokok bahasan yg disusun secara rinci utk kegiatan belajar-mengajar perpertemuan atau beberapa pertemuan (S Nasution, 1991)

Ada berbagai pengertian tentang SAP tersebut, antara lain :a) SAP merupakan suatu uraian rinci tentang langkah-langkah proses transfer suatu

mata ajaran atau materi latihan untuk bidang kemampuan tertentu, yang akan dipaparkan atau dilatihkan kepada peserta, dalam kegiatan pembelajaran.

b) SAP merupakan rencana pelaksanaan proses pembelajaran mata diklat yang dibuat oleh fasilitator. Dengan tersedianya SAP, fasilitator akan memperoleh arah dalam materi diklatnya.

c) SAP adalah proses merancang kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah yang tertata, tepat dan logis guna mencapai tujuan pembelajaran.

b. Manfaat SAP Manfaat penyusunan SAP dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan

oleh setiap fasilitator antara lain :

a) Menjadi instrumen pengendalian dan pembinaan terhadap fasilitator dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b) Fasilitator dan peserta dapat mengetahui proses pembelajaran yang akan berlangsung dan metode-metode untuk mencapai tujuan materi tersebut.

c. Tujuan SAPSebagai pedoman dan arah bagi fasilitator dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM206

d. Sistematika SAPKomponen –komponen suatu SAP adalah sebagai berikut :

a) Mata diklat (materi) : diisi dengan pokok / sub pokok bahasanb) Tujuan materi : di ambil dari tujuan pembelajaran umum (TPU)

dan tujuan pembelajaran khusus (TPK).c) Sasaran latihnya : sebutkan kriteria / siapa pesertanya.d) Waktu : dalam menit atau jam pelajaran (JP).e) Tempat : Kelas / Lab. / tempat lain (mis : bangsal RS).f) Metode yg digunakan : cara pembelajaran yang akan digunakan.g) Alat bantu : alat / instrumen yang akan digunakan.h) Slide / transparant : bahan yang akan dipaparkan/ ditayangkan.i) Lembar tugas : petunjuk penugasan.j) Kegiatan pembelajaran : pembukan, pelaksanaan (inti)/penyajian, penutup.k) Daftar Rujukan : buku yang digunakan sebagai referensi/

kepustakaanl) Evaluasi : nilai evaluasi.

e. Teknik Penyusunan SAPDalam melakukan penyusunan SAP beberapa komponen penting yang perlu dipahami yaitu :

a) Tujuan pembelajaran ; umum maupun khusus.b) Metode pembelajaranc) Alat bantu pembelajaran.d) Kegiatan pembelajaran.e) Instrument evaluasi formatif (setelah materi selesai).

Adapun komponen-komponen yang lain seperti ; pokok bahasan / sub pokok bahasan, waktu dan tempat bukan tidak penting akan tetapi cara penulisannya lebih bervariasi tergantung tujuan dan kebutuhan peserta.

Tujuan pembelajaran umum (TPU) : Menggambarkan kompetensi atau kemampuan / kecakapan umum / ketrampilan tertentu yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran satu mata diklat / materi.

Rumusan TPU yang baik harus memenuhi kriteria antara lain sebagai berikut :1. Merupakan kompetensi umum dari suatu kemampuan tertentu (TPU merupakan

gabungan dari beberapa kompetensi khusus).2. Terdiri dari kata kerja operasional (= hasilnya dapat diukur dan diamati) yang diikuti

kata benda (objek = keterangan dari perilaku yang akan dicapai), sehingga rumusan TPU menjadi rasional.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM207

Tujuan pembelajaran khusus (TPK) :

Merupakan penjabaran lebih lanjut dari TPU yang harus dicapai atau dikuasai oleh peserta setelah menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran.1. Rumusan TPK memerlukan kriteria, bahwa kompetensi yang harus dicapai harus

berorientasi pada peserta dan dapat diukur. Mengingat yang menjadi subjek aktif proses diklat adalah peserta.

2. Rumusan TPK harus mengandung komponen A, B, C dan D yang berarti (A=audience [peserta] harus dapat mengerjakan atau berpenampilan seperti yang dinyatakan dalam TPK, B=behaviour [perilaku] peserta setelah selesai kegiatan pembelajaran, C=condition [persyaratan] yang harus dipenuhi pada saat peserta menampilkan perilaku setelah selesai kegiatan pembelajaran, D=degree [tingkat keberhasilan] peserta setelah selesai kegiatan pembelajaran).

Contoh TPK :Peserta latih (Audience) dapat melakukan pengobatan (Behaviour) pasien HIV AIDS (Condition) sesuai dengan standar pengobatan yang ada (Degree).

Metode pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan dalam suatu pelatihan sangat tergantung dari tujuan kompetensi yang ingin dicapai. Walaupun hampir sama tujuannya, tetapi dengan audience yang berbeda mungkin metode yang dipilih tidak persis sama.

Dalam setiap kegiatan pelatihan mungkin akan bervariasi metodenya, selain materi dan peserta juga sangat tergantung pada waktu, alat yang tersedia, lokasi pembelajaran, fasilitator dan sebagainya.

Alat bantu pembelajaranMemilih alat bantu pembelajaran sangat tergantung pada tujuan diklat yang akan dicapai. Pada dasarnya ada 2 macam alat bantu pembelajaran yaitu : yang bersifat umum dan khusus.

1. Alat bantu pembelajaran umum : seperti papan tulis (white board) beserta kelengkapannya.

2. Alat bantu pembelajaran khusus : seperti alat peraga tertentu atau disebut teaching / training aids (Sebaiknya ditulis secara spesifik seperti contohnya : dildo, model jantung, phantom., instrumen kesehatan seperti tensimeter, alat KB kondom dll) merupakan alat yang mendukung peningkatan pemahaman, kemampuan dan memperlancar kegiatan pembelajaran.

3. Pemilihan alat bantu pembelajaran, didasarkan atau sesuai tujuan dari metode pembelajaran yang akan dilaksanakan.

4. Alat bantu pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran HARUS ditulis secara jelas dan rinci, agar tidak menimbulkan kesulitan pada saat kegiatan berlangsung.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM208

f. Kegiatan Pembelajaran Penyusunan kegiatan pembelajaran harus berfokus kepada peserta yang diposisikan sebagai subyek, diikuti dengan bentuk kegiatan yang harus dilakukannya (behaviour).

Setiap langkah kegiatan pembelajaran harus ditulis secara berurutan (sequencing) mulai dari awal s/d akhir, juga disesuaikan dengan pokok dan sub pokok bahasan yang tertera dalam GBPP.

C. POKOK BAHASAN 3 : PENCIPTAAN IKLIM PEMBELAJARAN YANG KONDUSIF

a. Pengelolaan Kelas secara efektif

Pengelolaan kelas merupakan suatu seni proses mengorganisasikan segala sumber daya kelas yang diarahkan agar dapat tercipta suatu kondisi yang menunjang terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. (Sudarwan Danim, 2002). Konsep pengelolaan kelas modern mengisyarakatkan bahwa semua sumber daya yang terdapat dikelas selalu dalam keadaan yang dapat menimbulkan perhatian, motivasi dan suasana yang menyenangkan para pembelajar. Hal ini seiring dengan konsep “Quantum Learning” (Bobbi de Porter & Mike Hemacki, 1992) yang menyatakan bahwa semua sumber daya dikelas dapat “berbicara” sehingga menimbulkan rasa, memotivasi karena dapat menstimulir pembelajar.

Untuk itu seluruh sumber daya di kelas yang terlibat dalam proses pembelajaran diupayakan agar senantiasa menimbulkan perasaan nyaman dan menyenangkan pembelajar. Keberadaan pembelajar yang hadir dan diterima seutuhnya dalam proses pembelajaran akan melibatkan seluruh unsur individu yang terdiri dari intelektualitas, kondisi fisik, maupun mentalnya yang sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang berbeda disekitarnya.

Keterampilan mengelola kelas merupakan seni yang harus dikuasai oleh fasilitator karena hal ini merupakan bagiab dari tugasnya dalam menciptakan iklimpembelajaran yang kondusif. Untuk itu diperlukan kreatifitas dalam menciptakan proses pembelajaran yang nyaman, aman dan juga menyenangkan

Kegagalan mengelola kelas dengan baik biasanya akan memunculkan indikator yang segera tampak yakni ritme proses pembelajaran melemah karena keterlibatan pembelajar berada pada titik yang terendah. Masalah ini dapat terjadi karena berbagai sebab antara lain oleh : Manusia (pembelajar, pelatih/fasilitator atau panitia), sarana (misalnya : media pembelajaran dan fasilitas fisik lainnya) dan organisasi (misalnya : perubahan jadwal, pergantian fasilitator dsbnya).

Masalah pengelolaan kelas yang disebabkan oleh pembelajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu masalh individual dan masalah kelompok. Menurut R.Dreikurs

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM209

dan P. Cassel menyatakan bahwa kegagalan mengelola kelas akan memunculkan masalah kelas secara individual yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

i. Memancing perhatian, misalnya dengan melucu, bercanda atau membuat keributan disaat proses pembelajaran sedang berlangsung.

ii. Konfrontasi atau mencari kuasa, dengan manifestasinya seperti melawan, membantah, menentang dan bertindak emosional pada hal-hal yang sepele.

iii. Menyakiti / mengejek orang lain yang lebih rendah, lemah atau kurang pengetahuan / pengalamannya ketika ia berbuat kekeliruan.

iv. Memboikot, beraksi seperti menyerah atau tidak berdaya, pasif, apatis, acuh tak acuh atau bahkan menolak sama sekali untuk melakukan apapun.

Sedangkan masalah kelompok dalam pengelolaan kelas menurut LV Johnson dan MA Bany mengklasifikasikannya sebagai berikut :

i. Kelas kurang kompak, timbul klik-klik dalam kelas yang bernuansa negatif

ii. Kelas sukar diatur, melakukan berbagai cara yang menunjukkan pemberontakkan.

iii. Kelas bereaksi negatif ketika salah seorang anggotanya/kelompok lain berlaku disiplin dan serius dalam mengikuti proses pembelajaran.

iv. Kelas mendukung anggota kelas yang melanggar norma kelompok.

v. Kelas mudah sekali dialihkan perhatiannya.

vi. Semangat kerja rendah, lamban dan bermalas-malasan.

vii. Kelas sulit menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang dilakukan oleh pengendali pelatihan, misalnya perubahan jadwal, pergantian fasilitator dsb nya.

Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah tersebut diatas maka perlu dilakukan pengelolaan keas seperti berikut yakni :

i. Menciptakan iklim kelas yang baik berupa tindakan positif untukpreventif.

ii. Memacu motivasi pembelajar

iii. Memberi umpan balik postif kepada pembelajar.

b. Perkembangan kelompok

Pengelompokan orang dapat terjadi karena disengaja ataupun karena tanpa disengaja. Pengelompokan orang yang disengaja biasanya menggunakan kriteria tertentu yang sudah dirancang sebelumnya, tetapi pengelompokan yang tidak disengaja biasanya berkaitan dengan adanya kesamaan tujuan tertentu yang dirasakan oleh anggotanya.

Dalam kegiatan diklat sering terjadi keduanya, kelompok formal biasanya dilakukan pengelompokannya oleh fasilitator dengan menggunakan kriteria / variabel tertentu

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM210

sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, sedangkan kelompok non formal biasanya terjadi karena adanya kesamaan tertentu misalnya : merasa satu suku, merasa pernah bersama-sama dalam satu diklat terdahulu,merasa ada kesamaan hobi dan kesamaan lainnya.

Semua jenis kelompok hampir dipastikan mengalami tahapan ini dkarenakan adanya sifat manusia yang ingin selalu berkembang melalui berbagai kesempatan. Dalam kaitan ini tugas fasilitator adalah memfasilitasi terbentuknya kelompok menjadi tim efektif yang berguna untuk turut berperan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

Kelompok yang dinamis selalu terjadi siklus perkembangan dalam empat tahapan sebagai berikut :

1) Tahap Forming

Pada tahap ini setiap anggota kelompok berhubungan secara formal, masing-masing masih saling mengobservasi dan melempar ide / pendapat ke forum kelompok. Ide / pendapat terus bermunculan. Fasilitator / pelatih pada tahap ini berperan dalam memberikan rangsangan agar pada tahapini seluruh anggota kelompok berperan serta dan memunculkan ide /pendapat yang bervariasi.

2) Tahap Storming

Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin ”memanas” karena ide / pendapat yang dilemparkan mendapat tanggapan yang saling mempertahankan ide / pendapatnya masing-masing. Fasilitator / pelatih pada saat tahapan ini memberikan rangsangan pada individu yang kurang terlibat menanggapi atau mempertahankannya, dan hendaknya para fasilitator / pelatih secara samar (tidak terbuka) berusaha mempertahankan keutuhan kelompok.

3) Tahap Norming

Tahap selanjutnya suasana tegang sudah mulai reda karena kelompok sudah setuju dengan klarifikasi yang dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing anggota kelompok mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide /pendapat orang lain demi kepentingan kelompok./ Tahapan inilah sebenarnya telah terbentuk “norma” baru yang telah disepakati oleh kelompok. Fasilitator / pelatih pada tahapan ini harus mampu membulatkan ide/ pendapat yang telah disepakati kelompok menjadi ide / pendapat kelompok.

4) Tahap Performing

Pada tahapan ini kelompok telah menjadi “kompak”, diliputi suasana kerja sama yang harmonis sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama untuk menyelesaikan tugas sebaik-baiknya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM211

Peranan fasilitator / pelatih pada tahapan ini adalah memacu kelompok agar masing-masing idividu berperan serta dalam setiap proses kerja kelompok dengan tetap pada jalur norma yang telah disepakati bersama.

c. Kondisi dan situasi belajar yang berpusat pada pembelajar

Salah satu komponen penting dalam upaya penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif adalah rancangan pembelajaran yang menempatkan pembelajar sebagai pusat perhatiannya (learner centered) desain pembelajaran seperti ini menempatkan pembelajar pada posisi utama yang harus dilayani atau difasilitasi dan diarahkan untuk memenuhi harapan / keinginan dan kebutuhan belajarnya, bukan untuk mengajarkan apa yang diketahui fasilitator ataupun keahlian apa yang diberikan oleh si penyaji untuk memecahkan suatu masalah.

Untuk dapat memenuhi desain pembelajaran seperti tersebut diatas maka seorang pelatih / fasilitator harus mampu menciptakan kondisi-kondisi tertentu dan situasi belajar yang berpusat pada pembelajar.

1) Kondisi belajar yang berpusat pada pembelajar

Seluruh sumber daya pembelajaran harus dikondisikan agarpembelajar untuk senantiasa dapat meresponnya dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan menuju kompetensi seperti yang diharapkan pada tujuan pembelajaran, salah satu contohnya adalah dengan penyiapan bahan belajar (learning material) yang disesuaikan dengan karakteristik pembelajar, sehingga dapat memotivasi dan memberikan respon dalam bentuk keterlibatan aktif pada proses pembelajaran. Oleh karena itu bahan pembelajaran dan contoh yang ditampilkan diupayakan sebanyak mungkin identik atau menyerupai dengan tugas kesehariannya.

2) Situasi belajar yang berpusat pada pembelajar

Fasilitator harus dapat mengendalikan diri agar tidak terjebak pada situasi belajar searah dalam arti pembelajar menjadi objek fasilitator / pelatih yang sedang berorasi, dengan cara mengambil posisi pasif.

Belajar terakselerasi dapat memberikan kebebasan belajar yang dapat membantu menuju pencarian makna untuk menemukan sendiri (self discovery) apa-apamyang sesuai dengan kebutuhannya.

Collin Rose dan Malcom J. Nicholl (1997) merumuskan enam tahapan pembelajaran terakselerasi dalam kata “MASTER” sebagai berikut ;Motivation, memberikan dorongan sikap belajar yang positif dengan membuat

suasana pembelajaran yang menyenangkan tanpa tekanan meskipun terdapat gaya belajar yang berbeda-beda.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM212

Acquiring, memperoleh informasi yang terkait fakta yang relevan dengan kepentigan pembelajar serta jika diperlukan dapat memanipulasinya dengan cara mengkombinasikannya dengan fakta lainnya.

Searching, selalu mencari kebermaknaan agar dapat memahami setiaptopik bahasan dan menjadikannya berarti dalam kehidupannya (personal meaning).

Trigger, menyulut memori sehingga materi, pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam “long term memory” dapat digali kembali dan berasosiasi dengan yang baru diterima.

Exhibiting, memaparkan apa yang telah diketahui kepada forum kelas untuk berbagi pengalaman dengan sesama sejawat.

Reflecting, merefleksikan kembali tentang apa-apa yang telah didapat pada proses pembelajaran terdahulu dan bagaimana mempelajarinya.

Dengan menggunakan “MASTER” pelatih / fasilitator dapat mengarahkan pembelajar agar dapat menggabungkan seluruh potensi yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang optimal dalam suasana yang bebas tanpa merasa disuruh, apa lagi dipaksa.

d. Jurnal pembelajaran

Jurnal pembelajaran merupakan sebuah refleksi berupa proses pembelajaran, dan pengalaman belajar yang muncul setelah sehari berproses. Isi jurnal dapat berupa hal-hal sebagai berikut :

1) Apa saja materi yang telah dipelajari sepanjang hari.

2) Bagaimana proses pembelajaran yang telah terjadi.

3) Bagaimana perasaan yang muncul setelah mendapat pengalaman pembelajaran pada kurun waktu sehari.

4) Apa manfaat yang telah dirasakan oleh pembelajar terhadap pembahasan materi, proses pembelajaran dan pengalaman belajar yang telah dialami.

Pembuatan jurnal pembelajaran merupakan salah satu unsur penunjang dalam penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif, karena melalui jurnal pembelajaran, pembelajar secara individual dapat mengekspresikan / merefleksikan perasaan dan tanggapannya terhadap materi, proses dan pengalaman belajar yang telah didapat hari demi hari.

Demikian juga bagi fasilitator jurnal pembelajaran berguna sebagai cermin umpan balik tentang respon pembelajar baik secara individual mauun rata-rata kelas terhadap materi, proses dan pengalaman belajar yang telah dialami.

Manfaat jurnal pembelajaran bagi pembelajar yaitu :1) Pembelajar tanpa sadar telah melakukan review tentang substansi materi yang

ia tangkap pada proses pembelajaran setiap harinya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM213

2) Berani mengungkapkan apa yang dilihat, dirasakan dan didapatkan secara tulus demi kemajuan bersama.

3) Ikut bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran sesi-sesi berikutnya.4) Dapat mengukur seberapa jauh dirinya telah mendapatkan manfaat dan

keterlibatan diri pada setiap pembahasan materi pembelajaran.5) Dengan membandingkan jurnal yang dibuatnya setiap hari maka dapat diketahui

tingkat perkembangan pembelajaran yang dialaminya.Manfaat jurnal pembelajaran bagi fasilitator :

1) Mengukur seberapa jauh materi bahasan telah dapat diserap dengan benar oleh pembelajar secara rerata kelas.

2) Mengetahui efektivitas metode, media dan alat bantu serta sumber daya pembelajaran lainnya yang telah dipergunakan.

3) Mengetahui tingkat atensi pembelajar terhadap setiap materi yang dipelajari.4) Mengetahui kualitas interaksi sesama pembelajar dan pembelajar dengan

fasilitator.

D. POKOK BAHASAN 4: TEKNIK PRESENTASI INTERAKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN

a. Pengertian dan tujuan presentasi interaktif

Presentasi interaktif terdiri dari 2 (dua) kata yaitu presentasi dan interaktif. Presentasi yang berarti pemaparan atau penyajian, sedangkan interaktif mengandung arti saling mempengaruhi secara timbal balik (mutually).

Jadi presentasi interaktif mempunyai makna suatu penyajian timbal balik / bergantian antara pelatih / fasilitator (penyaji) dengan pembelajar yang saling merespon pembelajaran dalam suatu topik bahasan. Dalam kaitan ini pembelajar dapat merespon ditengah-tengah paparan penyaji dan penyaji dapat mengembangkan respon pembelajar sepanjang masih dalam koridor pokok bahasan dan hal ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai tuntas.

Dengan kata lain penyajian (stimulus) yang dilakukan oleh pelatih / fasilitator telah memperoleh respon

dari pembelajar dan respon pembelajar ini (sebagai stimulus) mengundang respon pelatih/fasilitator. Dengan demikian dalampresentasi interaktif yang terjadi sebenarnya adalah interaksi stimulus-rspon yang terjadi diantara pelatih/fasilitator dan

pembelajar dengan saling menyajikan dan saling membelajarkan.

~ KATA-KATA BIJAK ~

Pembelajar akan belajar dari apa yang

kita sampaikanSementara kita perlu belajar dari apa yang

mereka tanyakan

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM214

Yang perlu diperhatikan oleh fasilitator / peatih dalam menggunakan pendekatan presentasi interaktif adalah :

1) Waktu 2) Jangan keluar dari pokok bahasan3) Tidakmendominasi 4) Menangkap dan membulatkan masukan/tanggapan.

b. Menghantar sesi pembelajaran

Beberapa menit pertama setiapsesi penyajian merupakan waktu yang kritis, sepertiyang dikatakan oleh Andreas Harefa : “Lima menit pertama dari presentasi anda dapat menentukan keberhasilan ratusan menit berikutnya dari presentasi anda”. Hal ini mudah dipahami karena pada menit-menit pertama kemungkinan beberapa pembelajar berfikir berbagai hal yang tidak ada kaitannya dengan materi pembelajaran, atau sebaliknya mereka berharap yang berlebihan terhadap materi yang akan dibahas.

Oleh karena itu untuk menjajaginya pelatih / fasilitator harus mampu :1) Menangkap minat seluruh kelompok pembelajar dan menyiapkan informasi agar

pembelajar dapat berproses secara optimal.

2) Membuat pembelajar menyadariharapan pelatih / fasilitator tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai bersama, sehingga dapat diciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

Untuk mewujudkan keadaan tersebut, langkah awal yang harus dilakukan pelatih / fasilitator sebagai prakondisi menghantar sesi adalah hal-hal sebagai berikut :

1) Mereview tujuan sesi.

2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan

3) Menghubungkan pokok bahasan dengan materi sebelumnya, pengalaman nyata penyaji, pengalaman kerja pembelajar atau berbagi pengalaman.

4) Menggunakan alat bantu yang sesuai / tepat.

Bila kelas masih belum kondusif maka ada baiknya jika hal-hal berikut ini dilakukan untuk merebut atensi pembelajar yaitu :

1) Mengajukan pertanyaan “retorikal” (tidak perlu jawaban) yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas.

2) Memberikan definisi yang tidak “ghalib” (tidak biasa) terhadap salah satu ungkapan yang terkandung dalam topik bahasan.

3) Mengutip pndapat orang bijak yang dapat menegaskan topik bahasan.

4) Memebrikan pertanyaan misterius dengan tujuan agar pembelajar penasaran dan mengikutinya untuk menemukan jawabannya.

5) Kemukakan hal-hal yang endukung ide tyang terkandung dalam pokok bahasan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM215

c. Merangkum sesi pembelajaran

Rangkuman digunakan untuk menguatkan isi penyajian dan menyediakan ruang bagi pembelajar untuk meninjau ulang butir-butir inti penyajian. Pada umumnya rangkuman dibuat pada setiap akhir presentasi. Apabila pokok bahasannya kompleks atau terputus oleh waktu istirahat maka rangkuman perlu dibuat secara periodik per pokok bahasan untuk meyakinkan bahwa pembelajar telah dapat menangkap materi yang disajikan dengan benar.

Syarat membuat rangkuman :

1) Singkat, rangkuman tidak terlalu banyak sehingga memudahkan setiap pembelajar mengingatnya.

2) Menggambarkan kesatuan butir-butir inti, rangkuman hendaknya dibuat secara kronologis berupa butir-butir inti sesuai dengan sekuens pembahasan.

3) Melibatkan pembelajar, rangkuman sebaiknya dilakukan oleh pembelajar secara curah pendapat yang dipandu oleh pelatih/fasilitator dengan maksud disamping untuk memperekat daya ingat juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat penyerapannya.

Beberapa teknik merangkum yang dapat digunakan antara lain :

1) Meminta pembelajar bertanya

2) Bertanya kepada pembelajar

3) Melaksanakan latihan atau tes tertulis

4) Tanya jawab silang antar kelompok pembelajar.

d. Teknik tanya jawab efektif

Inti dari keberhasilan presentasi interaktif terletak pada dinamika proses pembelajaran yang tercipta, kualitas dinamika proses pembelajaran terletak pada ketepatan dan keserasian hubungan stimulus-respon (fasilitator/pelatih – pembelajar) yang terjadi. Sedangkan kualitas interaksi stimulus-respon yang terjadi sangat ditentukan oleh kualitas kesediaan pelatih/fasilitator pada momentum tanya jawab. Dan momentum tanya jawab akan produktif bila pelatih/fasilitator menguasai teknik tanya jawab dengan baik.

Agar kegiatan tanya jawab menjadi momentum produktif maka pelatih/fasilitator perlu mempunyai kemampuan dalam hal-hal sebagai berikut ;

1) Menyusun dan mengajukan pertanyaan; dengan menguasai prinsip-prinsip umum yaitu Clarity, Simplicity, Challenging, Specific

2) Menentukan jenis pertanyaan ; pertanyaan tertutup, pertanyaan menduga-duga, pertanyaan mengarahkan, pertanyaan terbuka, pertanyaan hipotetik,

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM216

pertanyaan menyelidik, pertanyaan ingatan, pertanyaan pengamatan, pertanyaan analisis, pertanyaan perbandingan, pertanyaan proyektif. Apapun jenis pertanyaan yang akan dipakai sebaiknya pergunakan kata tanya : APA, SIAPA, DIMANA, KAPAN, BAGAIMANA dan MENGAPA dengan panduan :

Untuk mengungkap fakta pergunakan :Apa, Siapa, Kapan dan Dimana, Sedangkan untukmengungkap ide, pendapat atau gagasan yang berhubungan dengan proses,kerangka pikir dan fakta lain pergunakan :Mengapa dan Bagaimana.

3) Teknik bertanya; overhead question, target question

4) Teknik menanggapi pertanyaan

5) Teknik menghadapi situasi sulit

e. Teknik Mengelola hubungan interaktif

Pelatih/fasilitator bukanlah satu-satunya orang yang harus melakukan komunikasi karena dalam proses pembelajaran dengan pola interaktif pelatih/fasilitator harus dapat memfasilitasi komunikasi interaktifyang efektif.interaktif yang dimaksud adalah keadaan yang memungkinkan terjadinya interaksi antar sumber belajar. Secara nyata interaksi yang terjadi adalah terciptanya stimulus-respon antara pelatih / fasilitator dengan pembelajar, antar pembelajar dan antar pembelajar / fasilitator dengan sarana pembelajaran.

Berikut ini beberapa strategi untuk mengelola hubungan interaktif yang berguna bagi pelatih / fasilitator agar dapat mempertahankan suasana kondusif sampai akhir sesi, yakni :

1) Menyesuaikan diri dengan pembelajar yang menjadi pendengar yaitu :

a. Pergunakan bahasa yang mudah dipahami.

b. Berbicaralah secara efektif.

c. Gaya dan penampilan harus tetap dijaga

2) Mendengar secara efektif yaitu :

a. Temukan beberapa are minat pembicara ketika komunikasi itu terjadi

b. Nilailah isinya, bukan pada cara menyampaikannya.

c. Tahanlah keinginan untuk menjawab sebelum paham betul apa yang diutarakan oleh lawan bicara.

d. Dengarkan dan temukan ide (isu inti) yang diutarakanoleh lawan bicara.

e. Ajukanpertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu pemahaman dan memperdalam mengenai apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh lawan bicara.

f. Bersikaplah toleran pada gangguan yang ada pada saat pembicara mengutarakan ide/pendapatnya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM217

g. Bukalah pikiran dengan mempertimbangkan perbedaan sudut pandang walaupun tajam adanya.

h. Usahakan agar tidak dengan segera melakukan evaluasi tentang apa yang sedang dikatakan,kecuali jika lawan bicara telah mengutarakan kesimpulan akhir.

3) Menyadari apa yang sedang terjadi ketika proses pembelajaran sedang berlangsung; contohnya : pembelajar terlihat resah, suasana kelas menjadi hening, ekspresi wajah gerak tubuh dan suara fasilitator/pelatih

E. POKOK BAHASAN 5: METODE PEMBELAJARAN

a. Pengertian dan manfaat metode pembelajaran

Metode pembelajaran diklat didiskripsikan sebagai suatu rencana untuk penyajian yang sistematis berdasarkan pendekatan yang telah dipilih. Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.

Terdapat empat strategi dasar dalam pemilihan metode pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan yaitu :

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para fasilitator dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh fasilitator dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari setiap metode pembelajaran, memiliki satu „ranah pembelajaran‟ yang paling menonjol meskipun juga mengandung ranah pembelajaran lainnya. Ranah pembelajaran

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM218

tersebut ada 3 (tga), yaitu: Ranah kognitif atau ranah perubahan pengetahuan(P); Ranah afektif atau ranah perubahan sikap-perilaku (S);dan Ranah psikomotorik atau ranah perubahan / peningkatan keterampilan (K).

Hubungan Metode Pembelajaran Diklat dengan Ranah Pembelajaran

Metode Pembelajaran Diklat

Ranah Pembelajaran

Pengetahuan (P) kognitif

Sikap-nilai (S), afektif

Keterampilan(K), psikomotorik

1. Diskusi kelas

2. Curah pendapat

3. Diskusi kelompok

4. Ceramah

5. Penugasan

6. Bermain peran (roleplay)

7. Drama / sandiwara

8. Simulasi

9. Studi kasus

10. Kunjungan Silang

11. Permainan (games)

12. Praktik Laboratorium

13. Praktik Lapangan

14. Demonstrasi

b. Ragam metode pembelajaran Berikut ini pemaparan berbagai jenis metode yang ada yaitu :

• CERAMAHMetode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, diskusi, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud di sini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM219

• DISKUSI KELAS Metode ini bertujuan untuk tukar-menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman di antara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya.Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan dan lain-lain.

• CURAH PENDAPAT

Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat, ide/ gagasan orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

• BERMAIN PERAN (ROLEPLAY)Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk „menghadirkan‟ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu „pertunjukan peran‟ di dalam kelas / pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, untuk selanjutnya memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam „pertunjukan‟, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

• SIMULASISimulasi digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan mental/ fisik/ teknis peserta diklat. Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik didalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktik penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan). Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM220

kelompok, dsb.). Dalamc ontoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saatmelakukan suatu kegiatan / tugas yang benar-benar akan dilakukannya.

• SANDIWARAMetode sandiwara seperti memindahkan „sepenggal cerita‟ yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembang kan diskusi dan analisis peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, ranah penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.

• DEMONSTRASIDemonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan sekaligus memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktik yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses. Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktik oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktik adalah membuat perubahan pada ranah keterampilan.

• PRAKTIK LAPANGANMetode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di „lapangan‟, yang dapat berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat.

Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuan nya. Sifat metode praktik adalah pengembangan keterampilan.

• PERMAINAN (GAMES)Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah„pemecah es‟. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan pikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai. Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM221

secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-halyang sulit atau berat. Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu „aksi‟ atau kejadian Suasana Saat Permainan yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah ranah sikap-nilai.

c. Keunggulan dan kelemahan masing-masing metode pembelajaran

1) Ceramah Kelebihan :

a. Mencakup banyak pendengar.b. Mendorong diskusi dalam kelompok c. Memerlukan sedikit peralatan d. Penyaji bisa tepat waktu

Kekurangan :a. Tidak mendorong peserta mengingat materib. Penilaian terbatas pada kemampuan audienc. Partisipasi pendengar terbatas d. Tidak ada keseimbangan berpikir antar pembicara

2) Diskusi Kelas Kelebihan :

a. Anggota kelompok berpartisipasi aktif b. Mengembangkan tanggung jawab peserta c. Mengukur konsep & ide dari peserta d. Mengembangkan percaya diri e. Mendorong cara berpikir yang terbuka f. Memperoleh banyak informasi

Kekurangan :a. Memerlukan waktu yang relatif lama b. Keterealisasian kurang (lebih banyak bertukar pendapat) c. Memerlukan persiapan matang (bahan) d. Tidak cocok jika ada yang terlalu dominan dan ada yang terlalu minor

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM222

3) Curah PendapatKelebihan :

a. Merangsang partisipasi aktif b. Menghasilkan reaksi rantai pendapat c. Tidak menyita waktu d. Dapat dipakai dalam kelompok besar maupun kecil e. Memerlukan pengalaman yang cukupf. Tidak perlu figur pimpinan yang terlalu dominan

Kekurangan :a. Mudah terpancing emosi b. Kesulitan dalam menyatukan pendapat

4) Bermain peran (roleplay)Kelebihan :

a. Mendorong keterlibatan yang mendalam b. Membangkitkan pengertian, prasangka, dan persepsi c. Memusatkan perhatian pada aspek tertentu yang dikehendaki

Kekurangan :a. Keengganan untuk memerankan sesuatu b. Kurang realistis c. Dianggap dialog biasa

5) SimulasiKelebihan :

a. Menyenangkan peserta didik b. Eksperimen dilakukan tanpa memerlukan lingkungan sebenarnya c. Mengurangi hal-hal yang abstrak d. Tidak memerlukan pengarahan yang rumit e. Menimbulkan interaksi aktif antar peserta f. Menumbuhkan cara berpikir kritis g. Memperbanyak kesiapan dan penguasaan keterampilan h. Mampu menambah kepercayaan diri

Kekurangan :a. Peserta harus siap mental b. Lebih mementingkan proses pengertian dan kurang memperhatikan

pembentukan sikap c. Tidak memberikan kesempatan berpikir kreatif d. Peran fasilitator dalam membangun suasana sangat penting.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM223

6) SandiwaraKelebihan :

a. Lebih mengena pada sasaran b. Dapat dikemas dengan menarik sehingga peserta tidak bosan c. Menimbulkan pengertian, prasangka, persepsi, dan imajinasi yang

lengkapKekurangan :

a. Butuh waktu persiapan yang panjang b. Memerlukan biaya yang relatif besar c. Sulit menemukan ide cerita yang cocok dengan materi yang akan

disampaikan d. Peserta kurang aktif karena sudah disetting dari awal

7) DemonstrasiKelebihan :

a. Lebih menimbulkan minat b. Menjelaskan sesuatu yang sifatnya masih abstrak c. Penyampaian materi lebih jelas dan terarah

Kekurangan :a. Membutuhkan persiapan yang matang b. Memerlukan biaya yang relatif mahal c. Hanya cocok diterapkan untuk kelompok kecil d. Perlu persiapan yang panjang.

8) Praktik Lapangan Kelebihan :

a. Menyenangkan peserta didik b. Mengurangi hal-hal yang abstrak c. Tidak memerlukan pengarahan yang rumit d. Menimbulkan interaksi aktif antar peserta e. Menumbuhkan cara berpikir kritis f. Memperbanyak kesiapan dan penguasaan keterampilan g. Mampu menambah kepercayaan diri

Kekurangan :a. Peserta harus siap mental b. Lebih mementingkan proses pengertian dan kurang memperhatikan

pembentukan sikapc. Tidak memberikan kesempatan berpikir kreatifd. Peran fasilitator dalam membangun suasana sangat penting

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM224

9) Permainan (games)Kelebihan :

a. Menarik dalam penyajiannya b. Mendorong keterlibatan yang mendalam c. Membangkitkan pengertian, prasangka, dan persepsi d. Memusatkan perhatian pada aspek tertentu yang dikehendaki

Kekurangan :a. Menyita banyak waktu b. Materi kurang dapat disampaikan dengan lugas c. Keengganan untuk memerankan sesuatu d. Kurang realistis e. Dianggap dialog biasa f. Cenderung memperhatikan peran orang lain, sehingga kurang menghayati

peran sendiri.

d. Metode pembelajaran yang efektif

Dave Meier (2001) menjelaskan dalam “the accelerated learning” bahwa :1) Keterlibatan total pembelajar dalam meningkatkan pembelajaran.2) Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasif melainkan menciptakan

pengetahuan secara aktif3) Kerjasama diantara pembelajar sangat membantu meningkatkan hasil belajar4) Belajar berpusat aktivitas sering berhasil daripada belajar berpusat presentasi.5) Belajar berpusat aktivitas dapat dirancang dalamwaktu yang jauh lebih singkat

dari pada waktu yang diperlukan untuk merancang pengajaran dengan presentasi.

Accelerated Learning atau pemercepatan belajar merupakan filosofi pembelajaran atau kehidupan yang mengupayakan mekanisasi dan memanusiakan kembali proses belajarserta menjadikannya pengalaman seluruh tubuh, seluruh pikiran dan seluruh pribadi.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Pengajar / fasilitator : (pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, kepribadian, tanggung jawab dan responsif)

2) Peserta pelatihan : (tingkat intelektual, latar belakang pendidikan, umur, pengalaman kerja, lingkungan sosial dan budaya)

3) Tujuan pembelajaran : (pengetahuan, sikap dan ketrampilan)4) Bidang pelatihan

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM225

5) Waktu dan peralatan : (lama persiapan, jangka waktu pelatihan, kapan pelaksanaannya, fasilitas sarana prasarana)

6) Prinsip-prinsip pembelajaran (tingkat motivasi, keterlibatan aktif peserta, pendekatan perorangan, pengaturan urutan dan struktur, umpan balik dn pengalihan)

F. POKOK BAHASAN 6: MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN

a. Pengertian media dan alat bantu pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran antara lain:

a) Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologipembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

b) Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, dan video.

c) Sedangkan menurut National Education Associaton (1969) mengungkap kan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta diklat sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta diklat.

Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada awalnya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Dari uraian tersebut maka jenis dari media pembelajaran bisa dikelompokkan menjadi:a) Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komikb) Media Audio: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM226

c) Projected still media: slide; over head projector (OHP), LCD projector, dan sejenisnya

d) Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.

Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audio, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh: dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.

b. Peranan media dan alat bantu pembelajaran Yang termasuk perangkat media adalah material, equipment, hardware, dan software. Istilah material berkaitan erat dengan istilah equipment dan istilah hardware berhubungan dengan istilah software. Material (bahan media) adalah sesuatu yang dapat dipakai untuk menyimpan pesan yang akan disampaikan kepada audience dengan menggunakan peralatan tertentu atau wujud bendanya sendiri, seperti transparansi untuk perangkat overhead, film, filmstrip, dan film slide, gambar, grafik, dan bahan cetak.

Sedangkan equipment (peralatan) ialah sesuatu yang dipakai untuk memindahkan atau menyampaikan sesuatu yang disimpan oleh material kepada audience, misalnya proyektor film slide, video tape recorder, papan tempel, papan flanel, dan sebagainya. Istilah hardware dan software tidak hanya dipakai dalam dunia komputer, tetapi juga untuk semua jenis media pembelajaran. Contoh, isi pesan yang disimpan dalam transparansi OHP, kaset audio, kaset video, film slide.

Software adalah isi pesan yang disimpan dalam material, sedangkan hardware adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang telah dituangkan ke dalam material untuk dikirim kepada audience.

Contoh : OHP, proyektor film, video tape recorder, proyektor slide, proyektor filmstrip.

Setelah kita mengetahui begitu banyaknya media pembelajaran diklat memang agak sulit menentukan kelemahan masing masing media dan keuntungannya tetapi setidaknya sedikit banyak kita dapat mengetahui hubungan antar media pembelajaran tersebut. Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM227

Tabel : Hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran

No. Jenis Media 1 2 3 4 5 6

1 Gambar Diam S T S S R R

2 Gambar Hidup S T T T S S

3 Televisi S S T S R S

4 Obyek Tiga Dimensi R T R R R R

5 Rekaman Audio S R R S R S

6 Programmed Instruction S S S T R S

7 Demonstrasi R S R T S S

8 Buku teks tercetak S R S S R S

Keterangan :R = Rendah 3 = Belajar prinsip, konsep dan aturanS = Sedang 4 = Prosedur belajarT = Tinggi 5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik1 = Belajar Informasi faktual 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi2 = Belajar pengenalan visual

c. Kriteria pemilihan media dan alat bantu pembelajaran

Kriteria Penggunaan Media Pembelajaran Diklat Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara peserta didik, pengajar, dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.

Bentuk-bentuk stimulus bisa digunakan sebagai media, diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia; realita; gambar bergerak atau tidak; tulisan dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu peserta didik mempelajari bahasa asing. Namun demikian tidaklah mudah mendapatkan kelima bentuk itu dalam satu waktu atau tempat.

Teknologi komputer adalah sebuah penemuan yang memungkinkan menghadirkan beberapa atau semua bentuk stimulus di atas sehingga pembelajaran bahasa asing akan lebih optimal. Namun demikian masalah yang timbul tidak semudah yang dibayangkan. Pengajar adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merealisasikan kelima bentuk stimulus tersebut dalam bentuk pembelajaran. Namun kebanyakan pengajar

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM228

tidak mempunyai kemampuan untuk menghadirkan kelima stimulus itu dengan program komputer sedangkan pemrogram komputer tidak menguasai pembelajaran bahasa.

Jalan keluarnya adalah merealisasikan stimulus-stimulus itu dalam program komputer dengan menggunakan piranti lunak yang mudah dipelajari sehingga dengan demikian para pengajar akan dengan mudah merealisasikan ide-ide pengajarannya. Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi peserta didik. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada peserta didik. Selain itu media juga harus merangsang peserta didik mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan peserta didik dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta diklat untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.

Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Hubbard, 1983). Kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu. Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional.Thorn mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif (Thorn, 1995).

Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga peserta didik bahasa tidak perlu belajar komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran peserta didik atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus mengintegrasikan aspek dan keterampilan bahasa yang harus dipelajari. Untuk menarik minat peserta didik program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu.

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh: bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM229

samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

Alat bantú pembelajaran (instructional aids) berperan sebagai perlengkapan yang digunakan oleh pengajar dalam memperjelas materi yang disampaikan, oleh karena itu disebut juga alat bantú mengajar (teaching aids), yang bertujuan agar dapat mempermudah dan mempercepat proses penyampaian pesan / materi pembelajarannya kepada peserta latih. Adapun pesan yang disampaikan tidak sepenuhnya termuat didalamnya, karena hanya berperan sebagai alat bantú yang menyalurkan media yang berisi pesan, oleh karena itu alat bantú tidak mampu menimbulkan efek interaktif tanpa ditunjang oleh fasilitator. Dan fasilitatornyapun harus memiliki ketrampilan yang mumpuni dalam mengoperasionalisasikan alat bantu tersebut.

Fungsi yang diharapkan dari alat bantú pembelajaran adalah :

1. Sebagai alat untuk merangsang indera yang dikehendaki oleh fasilitator sesuai dengan tingkatan domain yang ingin dicapai dalam tujuan pembelajaran.

2. Mengurangi efek distorsi persepsi, pemahaman, dan komunikasi yang sedang ditangkap oleh peserta latih.

3. Menghasilkan daya lekat yang relatif lebih lama pada memori peserta latih.

4. Meningkatkan minat / gairah pembelajar dalam mengikuti proses pembelajaran terutama sesi dengan durasi yang lama.

Ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan alat bantú pembelajaran ini akan menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien karena disamping dapat merangsangindera penglihatan juga indera yang lainpun ikut dirangsangnya pula dan hal ini akan berefek secara kumulatif.

d. Jenis-jenis media dan alat bantu pembelajaran.

Media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan pemakaian dan karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut :

a) Wilbur Schramm,

Menurut Schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal, dan media sederhana. Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya liputan, yaitu:

• liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan fax

• iputan terbatas pada ruangan, seperti film, video, slide, poster, audio tape

• media untuk belajar individual, seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dam telepon.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM230

b) Gagne,

Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok, yaitu : 1. benda untuk didemonstrasikan, 2. komunikasi lisan, 3. media cetak, 4. gambar diam, 5. gambar bergerak, 6. film bersuara, dan 7. mesin belajar.

Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut hierarki belajar yang dikembangkan, yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik.

c) Allen,

Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yaitu : 1) visual diam, 6) pelajaran terprogram, 2) film, 7) demonstrasi, 3) televisi, 8) buku teks cetak, dan4) obyek tiga dimensi, 9) sajian lisan.5) rekaman,

Di samping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah untuk tujuan belajar yang lain.

Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain :

1. info faktual, 2. pengenalan visual, 3. prinsip dan konsep, 4. prosedur, 5. keterampilan, dan 6. sikap.

Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar; ada tinggi, sedang, dan rendah.

d) Gerlach dan Ely

Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan kelompok, yaitu :

1) benda sebenarnya, 2) presentasi verbal,

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM231

3) presentasi grafis, 4) gambar diam, 5) gambar bergerak, 6) rekaman suara, 7) pengajaran terprogram, dan 8) simulasi.e) Ibrahim.

Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu :

1) media tanpa proyeksi dua dimensi; 2) media tanpa proyeksi tiga dimensi; 3) media audio; 4) media proyeksi; 5) televisi, video, komputer.

Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan mempermudah para pengajar/fasilitator atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik peserta didik, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran

e. Karakteristik media dan alat bantu pembelajaran.

Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

a) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda- beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial;

b) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena :

(1) obyek terlalu besar;

(2) obyek terlalu kecil;

(3) obyek yang bergerak terlalu lambat;

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM232

(4) obyek yang bergerak terlalu cepat;

(5) obyek yang terlalu kompleks;

(6) obyek yang bunyinya terlalu halus;

(7) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.

Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik;

c) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya ;

d) Media menghasilkan keseragaman pengamatan;

e) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkret, dan realistis;

f) Media membangkitkan keinginan dan minat baru;

g) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar;

h) Media memberikan pengalaman yang integral / menyeluruh dari yang kongkret sampai dengan abstrak.

G. POKOK BAHASAN 7: EVALUASI HASIL PEMBELAJARANa. Pengertian

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses pengambilan keputusan untuk memberikan nilai dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasilbelajar dengan menggunakan instrumen tes ataupun non tes./

b. TujuanTujuan dari evaluasi pembelajaran adalah :

1) Mengetahui tingkat kebehasilan pencapaian TPU dan TPK

2) Umpan balik perbaikan proses pembelajaran.

3) Pedoman penentuan “passing grade” dan posisi peringkat.

4) Dasar untuk menyusun laporan kemajuan pembelajaran.

c. Prinsip evaluasi hasil pembelajaranPrinsip-prinsip dalam evaluasi hasilpembelajaran :

1) Harus jelas kemampuan mana yang dinilai.

2) Penilaian merupakan bagian integral dari seluruh rangkaian proses pembelajaran dalam sebuah diklat.

3) Mengukur seluruh domain kognitif, afektif dan psikomotor sesuai dengan hasil analisis TPK.

4) Alat pengukuran yang digunakan harus sesuai dengan apa yang harus diukur. (mengukur apa yang harus diukur)

5) Pengukuran harus diikuti dengan tindak lanjut.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM233

d. Jenis-jenis, tujuan dan proses evaluasi hasil pembelajaranJenis-jenis :

1) Pre dan post test

2) Formative test

3) Sumative test

Tujuan :

1) Pre dan post test : untuk mengetahui hasilpembelajaran secara rata-rata kelas dan hasilnya dapat dianggap sebagai hasil penyelenggaraan pelatihan.

2) Formatve test : untuk mengetahui tingkat perkembangan dan daya serap yang dapat dilihat melalui butir-butir soal yang dapat dijawab dengan benar.

3) Sumative test : untuk menentukan kelulusan bagi setiap individu peserta diklat yang ber STTPL (Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan).

Proses :

1) Pre dan post test : menghitung prosentase rata-rata kenaikan nilai yang didapat melalui tes sebelum dan sesudah pembelajaran, bila perlu lakukan t-test, dengan anggapan selisih kenaikan nilai yang didapat adalah sebagai hasil pembelajaran pada diklat yang diselenggarakan. Perakitan soal disusun secara komprehensif yang mewakili materi-materi yang telah dipelajari (dangkal tetapi luas).

2) Formative test : dilakukan ditengah-tengah diklat yang pelaksanaannya lebih dari 3 (tiga) minggu), perakitan soal memenuhi seluruh TPK pada materi inti dengan tingkat kesulitan bervariasi dari 30% mudah, 50% sedang dan 20% sulit. Memeriksa nilai rata-rata, tertinggi, terendah, modus dan lakukan “difficulty index” untuk mengetahui tingkat kesulitan soal, bila hasilnya negatif maka perlu meninjau ulang berbagai aspek yang dianggap dapat memengaruhi proses pembelajaran, antara lain :metode, alat bantu, fasilitator, lingkungan pembelajaran dan lain-lain. Serta lakukan “remedial” khususnya pada materi / TPK yang terlemah.

3) Sumative test : dilakukan pada akhir sebuah diklat, dengan perakitan soal memenuhi seluruh TPU / TPK pada meteri dasar 15 , materi inti 70% dan materi penunjang 15% yang disusun dengan tingkat kesulitan bervariasi dari yang mudah 20%, sedang 50% dan sulit 30%. Penentuan batas kelulusan menggunakan PAP / CRT (Criterion Referenced Test) menetapkan batas kelulusan. Butir-butir soal harus mempunyai daya saring / daya pembeda dan jika lulus melewati saringan ujian ini berarti yang bersangkutan memang memenuhi kualifikasi seperti yang diharapkan oleh tujuan pelatihan dan berhak mendapatkan STTPL.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM234

e. Bentuk, kaidah dan instrument serta pengukuran evaluasi hasil pembelajaran • Prosedur penyusunan instrumen penilaian pembelajaran :

Syarat Penilaian :1) Validitas (menilai apa yang seharusnya dinilai)2) Reliabilitas (kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun penilaian itu digunakan

kan mendapatkan hasil yang relatif sama)3) Pengukuran evaluasi hasil pembelajaran

a. Pengukuran domain kognitifMengukur “apa yang diketahui”, bukan apa yang dirasakan / dikerjakanJenjang domain kognitif terdiri dari :

1) Pengetahuan2) Pemahaman3) Penerapan4) Analisa5) Sintesis 6) Penilaian

Metode pengukuran dengan tes lisan dan tertulis, dengan alat ukur :soal, kuesioner, checklist, angket dan lembar panduan.

b. Pengukuran domain afektifMengukur “apa yang dirasakan”, bukan apa yang diketahui.Jenjang domain afektif terdiri dari :

1) Receiving2) Responding3) Valuing4) Organization5) Character

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM235

Metode pengukuran dengan observasi langsung/partisipatif,wawancara dan angket dengan alat ukur : check list, lembar lisan, lembar panduan dan studi kasus.

c. Pengukuran domain psikomotorik.Jenjang domain psikomotorik :

1) Gerakan – gerakan refleks2) Gerakan fundamental dasar3) Kemampuan peceptual / mengamati4) Kemampuan fisik / jasmani5) Gerakan-gerakan terampil6) Komunikasi non diskursif / atau tingkat meniru sampai dengan tingkat

naturalisasi.

f. Nilai hasil pembelajaranNilai hasil pembelajaran ditentukan berdasarkan :

1) Tingkat kesukaran (Difficulty Index)

Untuk mengetahui derajat kesukaran pada setiap butir soal

2) Tingkat daya pembeda

Untuk mengetahui tingkat daya beda pada setiap butir soal sehingga dapat membedakan yang pandai dan kurang pandai.

VIII. RANGKUMANPengajaran mikro (microteaching) bertujuan membekali fasilitator beberapa keterampilan dasar mengajar dan pembelajaran. Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa.Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau real-isasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.

Disamping itu juga perlu diperhatikan penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif dalam menghantar setiap sesi pembeljaran sehingga fasilitator dan peserta dapat berinteraksi dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai, yang disertai dengan penggunaan teknik presentasi yang interaktf dalam proses pembelajaran mulai dari membuka, menghantarkan dan menutup sesi pembelajaran.

Adapun pembuatan SAP merupakan pedoman / panduan yang memberi arah kepada fasilitator dalam menyajikan materi pembelajaran kepada para peserta, dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan metode dan alat bantu yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM236

Media dan alat bantu pembelajaran juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, dan semua itu dapat dipraktikan pada saat melakukan teknik melatih sehingga terlihat keterkaitan satu dengan yang lainnya, termasuk juga didalamnya membuat evaluasi proses pembelajaran terhadap peserta.

IX. REFERENSI1. Abbat, F.R, Teaching for better learning, A guide for teachers of primary helath care staff, 2nd

edition, WHO, Geneva, 1992

2. Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, 2013

3. Buku Panduan, Pengembangan dan Penggunaan Modul Pelatihan Wirausaha Sanitasi, WSP-EAP Indonesia, 2012.

4. Modul pelatihan Training of trainer’s (TOT), Pusdiklat aparatur Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, 2011

5. Modul pelatihan untuk pelatih program Kesehatan, 2009

6. Modul pelatihan widyaiswara, LAN RI, 2008.

7. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi, WSP-EAP, 2012

8. Pramudijono Agus Hekso, modul metode dan media diklat, diklat teknis substantif dasar pengelolaan diklat golongan III, departemen keuangan Republik Indonesia, Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Keuangan Umum, Jakarta, 2009

X. LAMPIRANa. Lembar penilaian praktik mengajar di kelas (Micro Teaching) Pelatihan untuk Pelatih

Wirausaha STBM

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM237

LEMBAR PENILAIAN

Praktik MENGAJAR DI KELAS (MICRO TEACHING)

PELATIHAN UNTUK PELATIH FASILITATOR STBM

Nama Peserta Praktik :

Materi Pembelajaran :

Pokok Bahasan :

Sub Pokok Bahasan :

Waktu :

PETUNJUK PENILAIAN

1. Obyek penilaian adalah aktifitas /kegiatan praktik melatih di kelas, untuk itu amatilah secara seksama seluruh komponen kegiatan berjumlah....butir seperti yang tercantum pada halaman 2 (dua). Sedangkan untuk memberikan nilai pada setiap butir obyek penilaian dapat digunakan panduan pada halaman 4, 5 dan 6.

2. Berilah nilai pada kolom hasil pengamatan dengan ketentuan:

[ √ ] Jika komponen kegiatan yang dilakukan/ dimunculkan sesuai dengan kaidah yang tercantum pada panduan dan dilakukan secara baik dan benar (efektif dan efisien), maka dapat diberikan nilai 8, 9 atau 10

[ x ] Jika komponen kegiatan yang dilakukan / dimunculkan sesuai dengan kaidah yang tercantum pada panduan tetapi dilakukan dengan kurang baik atau kurang benar (kurang efektif/efisien), atau kegiatan yang dilakukan/ dimunculkan kurang sesuai dengan kaidah yang tercantum pada panduan, maka dapat diberikan nilai 5, 6 atau 7

[ O ] Jika komponen kegiatan tidak dilakukan/ dimunculkan sama sekali, maka dapat diberikan nilai 2, 3 atau 4

3. Berikan catatan khusus berupa kritik dan saran jika Anda temukan hal-hal yang kurang sesuai dengan kaidah kediklatan yang baik dan benar sesuai dengan panduan. Tetapi berikan pujian jika Anda temukan hal-hal yang sudah baik sesuai panduan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM238

LEMBAR PENILAIAN

NO Praktik MELATIHHASIL OBSERVASI

[ V ] [ X ] [ O ]

A PEMBUKAAN1. Pengucapan salam dan perkenalan pengkondisian situasi dan

lingkungan

2. Keterkaitan dengan materi sebelumnya, penyampaian TPU/TPK dan Apersepsi

B PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN1. Presentasi interaktif:

a. Menghantarkan sesi pembelajaranb. Mengelola hubungan interaktifc. Teknik bertanya efektif• Cara/kaidah pertanyaan• Kesesuaian pertanyaan dengan tujuan/moment• Cara menanggapi jawaban• Cara menanggapi pertanyaan.

2. Penentuan metoda pembelajaran yang sesuai/efektif untuk mencapai tujuan

3. Pemilihan media dan alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan metoda pembelajaran

4. Penguasaan substansi materi

5. Ketepatan alokasi waktu

C PENGAKHIRAN :1. Merangkum sesi pembelajaran/ evaluasi/ pencapaian TPU/

TPK

2. Kesesuaian penyimpulan pokok bahasan dengan TPU/TPK dan pemberian pesan tindak lanjut

3. Pengucapan terima kasih dan salam perpisahan

JUMLAH:

Jumlah Kumulatif : [v] + [x] + [o] =

10

CATATAN [kritik, saran,perbaikan dan pujian] : ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

PENILAI

(……………………….)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM239

b. Panduan Penilaian Micro Teaching

PANDUAN PENILAIAN

PRAKTIK MENGAJAR DI KELAS

(MICRO TEACHING)

A. PEMBUKAAN

1. Pengucapan salam perjumpaan dan perkenalan (singkat, wajar, proporsional tapi berkesan) dan pengkondisian situasi dan lingkungan ( kesesuaian lay out ruangan untuk memeriksa kesepian, ekspresi wajah bersahabat dll).

2. Keterkaitan dengan materi sebelumnya dengan TPU/TPK dan Apersepsi: Menyajikan judul materi (tulisan atau gambar/ grafis affirmasi) dan meminta pembelajaran untuk mempersepsikan/menebak kira-kira apa yang akan “kita bahas” bersama, kemudian dilakukan klarifikasi oleh kelas

B. PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Presentasi Interktif

a. Menghantar sesi pembelajaran:

Menangkap minat keseluruhan kelompok pembelajaran dan membuat pembelajar menyadari harapan pelatih/fasilitator dengan cara:

Mereview tujuan sesi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sesuai dengan situasi kondisi pekerjaan pembelajaran di unit kerjanya

Menghubungkan pokok bahasan dengan: materi sebelumnya, pengalaman nyata di tempat kerja penyaji, pengalaman kerja pembelajar, berbagi pengalaman antar pembelajaran

• Jika menginginkan agar suasana lebih “hidup” dapat dilakukan: (salah satu)

Mengajukan pertanyaan yang bersifat retorikal

Membuat definisi/pengertian/sinonim yang tidak “ghaib”

Mengutip pendapat orang bijak

Memberikan pertanyaan “misterius”

Mengemukakan ide yang mendukung pokok bahasan dengan : analogi ilmiah fakta statistik, kesaksian pakar, pengalaman tragis/dramatis

• Mengelola hubungan interaktif :

Menyesuaikan diri dengan pembelajar sebagai pendengar : bahasa yang digunakan, berbicara efektif, gaya penampilan

Mendengarkan secara efektif: memberi perhatian khusus pada penanya

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM240

Menyadari apa yang sedang terjadi ketika proses pembelajaran sedang berlangsung: keadaan tiap individu, suasana kelas, sarana, lingkungan dll.

Ekspresi wajah ramah, gerak tubuh dinamis tapi wajar, volume suara, intonasi, kecepatan berbicara.

a. Sistematika penyajian

b. Penggunaan Bahasa, Volume suara, Bahasa tubuh dan sikap terhadap peserta

c. Pemberian motivasi belajar kepada peserta

d. Teknik bertanya Efektif

Cara/kaidah pertanyaan: dirumuskan secara jelas, bersifat sederhana, bersifat menantang, bersifat khusus

Kesesuaian pertanyaan dengan tujuan/moment: pertanyaan yang dianjurkan mempunyai tujuan tertentu dan sesuai dengan momentumnya

Cara menanggapi jawaban :

• Untuk pertanyaan yang dijawab sekali benar

• Untuk pertanyaan yang dijawab kurang benar

• Untuk pertanyaan yang dijawab berkali-kali baru benar

• Untuk pertanyaan yang sasarannya tidak mau menjawab

Cara menanggapi pertanyaan : Seluruh pertanyaan dari pembelajar dilempar ke forum dan dibimbing untuk menemukanjawabannya

2. Pemilihan metoda pembelajaran :

Beragam metoda yang digunakan sesuai dengan dinamika kelas

Kesesuaian setiap metoda yang digunakan dengan TPK

Pengembangan/kreatifitas metoda yang digunakan

3. Pemilihan media & Alat Bantu Pembelajaran (APB) :

Beragam media & APB yang digunakan sesuai dengan dinamika kelas

Kesesuaian setiap media & APB yang digunakan dengan TPK

Pengembangan/kreatifitas media & APB yang digunakan

4. Penguasaan substansi materi bahasan:

Pembahasan diarahkan pada materi inti, aplikasi dan penunjang secara proporsi sesuai TPU/TPK :

Harus dikuasai sepenuhnya (materi inti yang sesuai dengan TPU/TPK)

Perlu dikuasai (materi aplikasi yang berkaitan dengan TPU/TPK)

Baik untuk diketahui (materi penunjang yang mendukung TPU/TPK)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM241

5. Ketetapan alokasi waktu: Penggunaan waktu secara efektif dengan proporsi:

>75% digunakan untuk membahas materi yang harus dibahas sesuai TPU/TPK

<15% digunakan untuk membahas materi yang perlu dibahas sesuai TPU/TPK

<10% digunakan untuk membahas materi yang baik untuk dibahas sesuai TPU/TPK

C. PENGAKHIRAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Merangkum sesi pembelajaran:

Syarat : Singkat, menggambarkan satu kesatuan butir-butir inti dan melibatkan sebagian besar pembelajar.

Teknik yang digunakan: (salah satu)

Meminta pembelajar bertanya dan jawaban dilemparkan ke forum dengan metoda curah pendapat

Bertanya kepada pembelajar dimulai dengan butir pertanyaan mudah kemudian menuju butir yang sulit

Latihan tes tertulis (semacam post test) hasil test dibahas ulang di forum kelas

Tanya jawab saling-silang antar kelompok sesuai dengan jumlah pokok bahasan/sub pokok bahasan. Kelompok A membuat pertanyaan untuk dijawab oleh kelompok B dan sebaliknya.

2. Penyimpulan pokok bahasan kesesuaian dengan TPU/TPK dan pemberian pesan tindak lanjut

Menanyangkan kembali slide/ transparent yang memuat TPU/TPK dan pembelajar diminta untuk menilai tingkat ketercapaiannya. Pesan tindak lanjut (jika ada)

3. Pengucapan terima kasih dan salam perpisahan:

Ucapan terima kasih karena telah sama-sama berhasil mencapai TPU/TPK dengan sukses

Ucapan maaf kalau ada yang kurang berkenan

Salam perpisahan, berpamitan

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM242

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM243

Modul MP.1Membangun Komitmen Belajar (BLC)

MP.1

M

EMB

AN

GU

N

KO

MITM

EN B

ELAJA

R

(BLC

)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM244

MODUL MP.1 - MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (BLC) ................................................ 243I. DESKRIPSI SINGKAT .............................................................................................. 245II. TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... 245III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................. 246IV. BAHAN BELAJAR .................................................................................................... 246V. METODE PEMBELAJARAN ..................................................................................... 246VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 246VII. URAIAN MATERI ...................................................................................................... 249

A. POKOK BAHASAN 1 : PERKENALAN ................................................................. 249B. POKOK BAHASAN 2 : PENCAIRAN ..................................................................... 249C. POKOK BAHASAN 3 : HARAPAN-HARAPAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL YANG INGIN DICAPAI ....................................... 250D. POKOK BAHASAN 4 : NORMA KELAS DALAM PEMBELAJARAN .................... 251E. POKOK BAHASAN 5 : KONTROL KOLEKTIF DALAM PELAKSANAAN NORMA KELAS ..................................................................................................... 251F. POKOK BAHASAN 6 : ORGANISASI KELAS ....................................................... 252

VIII. RANGKUMAN .......................................................................................................... 252IX. REFERENSI ............................................................................................................ 252X. LAMPIRAN ............................................................................................................. 252

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM245

MODUL MP.1.MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (BLC)

I. DESKRIPSI SINGKATDalam suatu pelatihan terutama pelatihan dalam kelas (in class training), akan bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal sebelumnya, dan berasal dari tempat yang berbeda, dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan/ pengetahuan, pengalaman, serta sikap dan perilaku yang berbeda pula. Apabila hal ini tidak diantisipasi sejak awal pelatihan, kemungkinan besar akan dapat mengganggu kesiapan peserta dalam memasuki proses pelatihan yang bisa berakibat pada terganggunya kelancaran dari proses pembelajaran selanjutnya.

Membangun komitmen Belajar (BLC) merupakan salah satu metode atau proses untuk mencairkan kebekuan tersebut. BLC juga mengajak peserta mampu mengemukakan harapan harapan mereka dalam pelatihan ini, serta merumuskan nilai-nilai dan norma yang kemudian disepakati bersama untuk dipatuhi selama proses pembelajaran. Membuat kontol kolektif dan struktur organisasi kelas. Jadi inti dari BLC juga adalah terbangunnya komitmen dari semua peserta untuk berperan serta dalam mencapai harapan dan tujuan pelatihan, serta mentaati norma yang dibangun berdasarkan perbauran nilai-nilai yang dianut dan disepakati.

II. TUJUAN PEMBELAJARANA. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membangun komitmen belajar dalam rangka menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif selama proses pelatihan berlangsung.

B. Tujuan Pembelajaran KhususSetelah mengikuti materi ini peserta mampu:

1. Mengenal sesama warga pembelajar pada proses pelatihan.

2. Menyiapkan diri untuk belajar bersama secara aktif dalam suasana yang kondusif.

3. Merumuskan harapan- harapan yang ingin dicapai bersama baik dalam proses pembelajaran maupun hasil yang ingin dicapai di akhir pelatihan.

4. Merumuskan kesepakatan norma kelas yang harus dianut oleh seluruh warga pembelajar selama pelatihan berlangsung selama pelatihan berlangsung.

5. Merumuskan kesepakatan bersama tentang kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas

6. Membentuk organisasi kelas.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM246

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASANDalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut :

1. Pokok Bahasan 1 : Perkenalan 2. Pokok Bahasan 2 : Pencairan 3. Pokok Bahasan 3 : Harapan-harapan dalam proses pembelajaran dan hasil

yang ingin dicapai4. Pokok bahasan 4.: Norma kelas dalam pembelajaran5. Pokok bahasan 5 : Kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas6. Pokok bahasan 6 : Organisasi kelas

IV. BAHAN BELAJAR1. Modul BLC,2. Flipchart,3. Spidol, 4. Meta plan, 5. Kain tempel, 6. Jadwal dan alur pelatihan, 7. Panduan permainan, 8. Papan tulis.9. Norma / tata tertib standar pelatihan.

V. METODE PEMBELAJARANCTJ, curah pendapat, diskusi kelompok dan permainan.

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARANJumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran (T=1 jp, P=2 jp, PL=0jp) @45 menit. Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif dan mempermudah proses pembelajaran serta kegiatan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :

Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran (15 menit)

1. Kegiatan Fasilitator• Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas.• Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah

dan hangat. • Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan

memperkenalkan diri. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM247

• Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang building learning commitment (blc) dengan metode curah pendapat (brainstorming).

• Menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam BLC dan menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus dari BLC.

• Menyampaikan alur proses pelatihan.yang akan dilalui selama pelatihan.

2. Kegiatan Peserta• Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan.• Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.• Memperkenalkan diri dan asal institusinya.

Langkah 2 : Review kegiatan BLC (20 menit)1. Kegiatan Fasilitator

a. Menjelaskan petunjuk kegiatan-kegiatan (games) yang akan dimainkan.b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang

masih belum jelas.c. Memberikan jawaban / menjelaskan lebih detil jika ada pertanyaan yang

diajukan oleh peserta.

2. Kegiatan Pesertaa. Mendengar, mencatat dan mempersiapkan diri mengikuti games yang akan

dimainkan.b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila masih ada yang belum

dipahami.c. Melakukan tugas yang diberikan oleh fasilitator.

Langkah 3 : Pendalaman kegiatan BLC. (60 menit)1. Kegiatan Fasilitator

a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (4 kelompok) dan setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok, yaitu membahas harapan, kekhawatiran dan solusi nya di masing-masing kelompok.

b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk

dipresentasikan. d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.

2. Kegiatan Pesertaa. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang masih belum jelas

kepada fasilitator.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM248

c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan masalah yang ditugaskan oleh fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas flipchart untuk dipresentasikan.

Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil diskusi kelompok (30 menit)

1. Kegiatan Fasilitator

a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.

b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)

c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.

d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti jawabannya

d. Merangkum hasil diskusi.

e. Meminta perwakilan kelas untuk menunjuk seorang ketua kelas dan sekretarisnya,yang akan memimpin proses membuat komitmen pembelajaran melalui norma-norma kelas yang disepakati bersama-sama beserta pembuatan kontrol kolekifnya.

2. Kegiatan Peserta

a. Mengikuti proses penyajian kelas.

b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator.

c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing–masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.

d. Ketua dan sekretaris kelas secara bersama dengan peserta membuat kesepakatan (norma) kelas sebagai bentuk komitmen pembelajaran beserta kontrol kolektif yang disepakati bersama.

Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil BLC (10 menit)

1. Kegiatan Fasilitator

a. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan membangun komitmen pembelajaran.

b. Menyimpulkan dan memperjelas norma-norma kelas yang sudah disepakati bersama peserta..

c. Mengakhiri kegiatan BLC dengan mengucapkan salam dan permohonan maaf serta memberikan apresiasi dengan ucapan terima kasih kepada peserta.

2. Kegiatan Peserta

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM249

a. Bersama fasilitator merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan membangun komitmen pembelajaran.

b. Mendengar dan menyepakati hasil dari norma kelas yang telah dibuat.

c. Membalas salam fasilitator.

VII. URAIAN MATERIA. POKOK BAHASAN 1 : PERKENALAN

Pada awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan suasana kebekuan (freezing), karena belum tentu pelatihan yang diikuti merupakan pilihan prioritas dalam kehidupannya. Mungkin saja kehadirannya di pelatihan karena terpaksa, tidak ada pilihan lain, harus menuruti ketentuan / persyaratan. Mungkin juga terjadi, pada saat pertama hadir sudah memiliki anggapan merasa sudah tahu semua yang akan dipelajari atau membayangkan kejenuhan yang akan dihadapi. Untuk mengantisipasi semua itu, perlu dilakukan suatu proses pencairan(unfreezing).

Proses BLC adalah proses melalui tahapan dari mulai saling mengenal antar pribadi, mengidentifikasi dan merumuskan harapan dari pelatihan ini, sampai terbentuknya norma kelas yang disepakati bersama serta kontrol kolektifnya. Pada proses BLC setiap peserta harus berpartisipasi aktif dan dinamis. Keberhasilan atau ketidakberhasilan proses BLC akan berpengaruh pada proses pembelajaran selanjutnya.

Pada tahap perkenalan fasilitator memperkenalkan diri dan asal usul institusinya dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian mengajak peserta untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam memandu peserta untuk proses perkenalan dengan menggunakan metode yaitu : dalam 5 menit pertama setiap peserta diminta berkenalan dengan peserta lain sebanyak-banyaknya. Meminta peserta yang berkenalan dengan jumlah peserta terbanyak, dan dengan jumlah peserta paling sedikit untuk memperkenalkan teman-temannya. Meminta peserta yang belum disebut namanya untuk memperkenalkan diri, sehingga seluruh peserta saling berkenalan, diikuti juga oleh panitia untuk memperkenalkan dirinya.

B. POKOK BAHASAN 2 : PENCAIRANFasilitator menyiapkan kursi sejumlah peserta dan disusun melingkar. Fasilitator meminta semua peserta duduk di kursi dan satu diantaranya duduk di tengah lingkaran. Peserta yang duduk di tengah lingkaran diminta memberi aba-aba, agar peserta yang disebut identitasnya pindah duduk, misalnya dengan menyeru: ”Semua peserta berbaju merah pindah” Pada keadaan tersebut akan terjadi pertukaran tempat duduk dan saling berebut antar peserta. Hal tersebut menggambarkan suasana “storming”, atau seperti “badai” yang merupakan tahap awal dari suatu pembentukan kelompok.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM250

Ulangi lagi, setiap peserta yang duduk di tengah lingkaran untuk menyerukan identitas yang berbeda, misalnya peserta yang berkaca mata atau yang berbaju batik dan lain-lain. Lakukan permainan tersebut selama 10 – 15 menit, tergantung situasi dan kondisi.

Fasilitator memandu peserta untuk merefleksikan perasaannya dalam permainan tersebut serta pengalaman belajar apa yang diperolehnya. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta, agar terjadi proses yang dinamis.

C. POKOK BAHASAN 3 : HARAPAN-HARAPAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL YANG INGIN DICAPAI

Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5 – 6 orang, kemudian menjelaskan tugas kelompok tersebut. Masing-masing kelompok akan menentukan harapan terhadap pelatihan ini serta kekhawatiran dalam mencapai harapan tersebut. Juga didiskusikan bagaimana solusi (pemecahan masalah) untuk mencapai harapan tersebut serta menghilangkan kekhawatiran yang akan terjadi selama pelatihan. Mula-mula secara individu, kemudian hasil setiap individu dibahas dan dilakukan kesepakatan sehingga menjadi harapan kelompok.

Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dan peserta dari kelompok lainnya diminta untuk memberikan tanggapan dan masukan bila ada. Fasilitator memandu peserta untuk membahas harapan dan kekhawatiran dari setiap kelompok tersebut sehingga menjadi harapan kelas yang disepakati bersama. Berdasarkan hasil pemaparan diskusi seluruh kelompok maka disepakati bersama fasilitator untuk menentukan ketua kelas dan sekretaris yang akan memandu peserta secara bersama-sama untuk merumuskan norma-norma kelas yang akan disepakati bersama. Peserta difasilitasi sedemikian rupa agar semua berperan aktif dan memberikan komitmennya untuk metaati norma kelas tersebut.

Komitmen merupakan keterikatan, keterpanggilan seseorang terhadap apa yang dijanjikan atau yang menjadi tujuan dirinya atau kelompoknya yang telah disepakati dan terdorong berupaya sekuat tenaga untuk mengaktualisasinya dengan berbagai macam cara yang baik, efektif dan efisien. Komitmen belajar/pembelajaran, adalah keterpanggilan seseorang/ kelompok/ kelas (peserta pelatihan) untuk berupaya dengan penuh kesungguhan mengaktualisasikan apa yang menjadi tujuan pelatihan/pembelajaran. Keadaan ini sangat menguntungkan dalam mencapai keberhasilan individu/ kelompok/ kelas, karena dalam diri setiap orang yang memiliki komitmen tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk memberikan yang terbaik kepada individu lain, kelompok dan kelas secara keseluruhan.

Dengan membangun komitmen belajar maka para peserta akan berupaya untuk mencapai harapan yang diinginkannya dalam setiap proses pembelajaran. Dalam hal ini harapan peserta adalah kehendak/ keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu. Dalam pelatihan berarti keinginan untuk memperoleh atau mencapai tujuan yang diinginkan

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM251

sebagai hasil proses pembelajaran. Dalam menetukan harapan harus realistis dan rasional sehingga kemungkinan untuk mencapainya menjadi besar. Harapan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah. Harapan juga harus menimbulkan tantangan atau dorongan untuk mencapainya, dan bukan sesuatu yang diucapkan secara asal-asalan. Dengan demikian dinamika pembelajaran akan terus terpelihara sampai proses pembelajaran berakhir.

D. POKOK BAHASAN 4 : NORMA KELAS DALAM PEMBELAJARANDalam sesi BLC, lebih banyak menggunakan metode games/ permainan, penugasan individu dan diskusi kelompok, yang pada intinya adalah untuk mendapatkan komitmen belajar, harapan, norma kelas dan kontrol kolektif. Proses BLC sendiri adalah proses melalui tahapan dari mulai saling mengenal antar pribadi, mengidentifikasi dan merumuskan harapan dari pelatihan ini, sampai terbentuknya norma kelas yang disepakati bersama serta kontrol kolektifnya. Pada proses BLC setiap peserta harus berpartisipasi aktif dan dinamis. Keberhasilan atau ketidak berhasilan proses BLC akan berpengaruh pada proses pembelajaran selanjutnya.

Pada kesempatan ini juga fasilitator akan merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam kegiatan membangun komitmen belajar, sehingga dengan demikian para peserta dengan sendirinya sadar akan peran dan tanggung jawabnya dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan pada pelatihan tersebut.

Norma kelas merupakan nilai yang diyakini oleh suatu kelompok atau masyarakat, kemudian menjadi kebiasaan serta dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari hari kelompok/ masyarakat tersebut. Norma adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan, instruksi, perilaku yang seharusnya dipatuhi oleh suatu kelompok. Norma dalam suatu pelatihan,adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan, instruksi, perilaku yang diterima oleh kelompok pelatihan, untuk dipatuhi oleh semua anggota kelompok (peserta, pelatih/ fasilitator dan panitia).

E. POKOK BAHASAN 5 : KONTROL KOLEKTIF DALAM PELAKSANAAN NORMA KELASKetua kelas dan sekretaris beserta fasilitator memandu brainstorming tentang sanksi apa yang harus diberlakukan bagi orang yang tidak mematuhi atau melanggar norma yang telah disepakati agar komitmen yang dibangun menjadi lebih kuat. Tuliskan hasil brainstorming di papan flipchart agar bisa dibaca oleh semua peserta. Peserta difasilitasi sedemikian rupa sehingga aktif dalam melakukan brainstorming, sehingga dapat dirumuskan sanksi yang disepakati kelas. Kontrol kolektif merupakan kesepakatan bersama tentang memelihara agar kesepakatan terhadap norma kelas ditaati. Biasanya ditentukan dalam bentuk sanksi apa yang harus diberlakukan apabila norma tidak ditaati atau dilanggar.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM252

F. POKOK BAHASAN 6 : ORGANISASI KELASDengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung terwujudnya saling percaya, saling kerja sama, saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga tercipta suasana/ lingkungan pembelajaran yang kondusif.

Fasilitator memandu peserta membuat rangkuma

n dari semua proses dan hasil pembelajaran selama sesi ini. Fasilitator memberi ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan BLC. Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran sambil berpegangan tangan, dan mengucapkan ikrar bersama untuk mencapai harapan kelas dan mematuhi norma yang telah disepakati. Dan untuk mengakhiri sesi diminta kepada peserta secara bersama-sama untuk bertepuk tangan. Fasilitator mengucapkan salam dan mengajak semua peserta saling bersalaman.

VIII. RANGKUMANDengan melakukan building learning commitment (BLC) yang didahului dengan proses perkenalan dan dilanjutkan proses pencairan (unfreezing / ice breaking) maka akan didapatkan komitmen peserta dalam melaksanakan proses pembelajaran selanjutnya dengan baik berdasarkan dari norma-norma kelas yang dibuat oleh peserta sendiri. Adapun untuk keberhasilan proses BLC ini diperlukan adanya partisipasi aktif dari seluruh peserta pelatihan.

IX. REFERENSI • Munir, Baderal, Dinamika Kelompok, Penerapannya Dalam Laboratorium Ilmu

Perilaku, Jakarta: 2001.• Depkes RI,Pusdiklat Kesehatan, Kumpulan Games dan Energizer,Jakarta: 2004.• LAN dan Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI, Buku Panduan Dinamika Kelompok,

Jakarta: 2010.

X. LAMPIRAN LEMBAR KERJA

a. Permainan untuk Perkenalan dan Pencairan Suasana

Perkenalan dan Pencairan Suasana

(Masuk kedalam dinamika kelompok untuk perkenalan)

Untuk memfasilitasi proses perkenalan dan pencairan suasana, fasilitator dapat melakukan kegiatan interaktif melalui berbagai cara, seperti pada contoh berikut:

Deskripsi singkat:

Perkenalan merupakan proses yang sangat penting dalam suasana pelatihan untuk menciptakan suasana akrab dan dinamika positif. Fasilitator harus menyiapkan suasana

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM253

agar para peserta, termasuk fasilitator, dapat saling mengenal satu sama lain. Proses perkenalan yang dinamis dapat mencairkan suasana, menciptakan kondisi belajar yang mendukung dimana para peserta dapat dengan leluasa mengungkapkan gagasan, ide dan pengalamannya, serta berbagi untuk memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dan masalah kesehatan secara umum. Proses belajar akan lebih kaya dengan pembuktian yang ada di masyarakat.

Metode: Permainan Kreatif

Waktu: 20 menit

Tujuano Mencairkan situasi kaku dan saling mengenal antar peserta sehingga mudah untuk

bekerjasama,o Terjadinya interaksi antar individu dalam kelompok secara lebih mendalam dan

dinamis,o Terbentuknya sikap kesetiakawanan, keterbukaan dan kebersamaan antar seluruh

peserta.

Alat Bantu (tergantung kepada permainan yang digunakan). Misalnya: a. Spidol,b. Kertas Plano,c. Kertas metaplan,d. Bola Plastik/bola yang terbuat dari kertas Koran,

Langkah-langkah:Acara perkenalan bisa dilakukan dengan beberapa cara, berikut ini 2 alternatif yang bisa digunakan:

• Alternatif 1: Bagilah seluruh partisipan (peserta, fasilitator dan panitia) menjadi beberapa kelompok (5-6 kelompok). Pada setiap kelompok, setiap individu memperkenalkan dirinya kepada anggota kelompok lainnya (nama lengkap, nama panggilan dan lembaga asalnya serta bisa ditambahkan hal-hal lain seperti: tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, hobi, bintang film yang disukai, dll.). Perkenalan bisa dilanjutkan ke tingkat pleno, misalnya dengan cara meminta kesediaan perwakilan kelompok untuk memperkenalkan seluruh anggota kelompoknya. Jika seluruh anggota kelompok telah diperkenalkan, cobalah bersama dengan seluruh partisipan untuk menghafal bersama nama seluruh partisipan pelatihan. Puncak acara perkenalan dapat dilakukan dengan menanyakan: siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Untuk itu, mintalah kepada partisipan yang mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan kemampuannya menghafal nama partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per satu.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM254

• Alternatif 2: Mintalah partisipan berpasang-pasangan. Disarankan untuk berpasangan dengan partisipan lain yang belum/ kurang dikenal dan saling memperkenalkan diri (nama lengkap, nama panggilan, lembaga asal, tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, dsb.). Setelah setiap pasangan selesai saling memperkenalkan diri, mintalah mereka untuk memperkenalkan ke tingkat pleno dengan cara setiap orang memperkenalkan secara rinci tentang pasangannya. Jika seluruh pasangan telah diperkenalkan, cobalah bersama dengan seluruh partisipan untuk menghafal bersama nama seluruh partisipan pelatihan. Puncak acara perkenalan dapat dilakukan dengan menanyakan: siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Untuk itu, mintalah kepada partisipan yang mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan kemampuannya menghafal nama partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per satu.Pencairan suasana ditujukan untuk membangun hubungan antar partisipan yang kondusif (suasana kesetaraan: tidak kaku, tidak formal, tidak ada sekat-sekat) untuk mencapai tujuan pelatihan dalam tingkat optimal. Pada akhir session ini, pastikanlah bahwa seluruh partisipan sudah saling mengenal dan memiliki hubungan yang akrab.

CATATAN:Ada kemungkinan beberapa partisipan tidak mau terlibat dalam perkenalan dan pencairan suasana ini. Ajaklah mereka secara persuasif (dengan melibatkan partisipan lainnya) agar mereka mau terlibat. Jangan paksa mereka, tetapi jangan pula membatalkan proses karena beberapa individu tidak bersedia terlibat. Untuk mempercepat perkenalan, peserta diminta menulis nama panggilan dan asal instansi pada secarik kertas dengan spidol dan ditempelkan pada dada sebelah kiri.

Untuk membangun komitmen belajar, langkah-langkah kegiatan pembelajaran dapat juga dikombinasikan dengan langkah-langkah yang biasa digunakan dalam pelatihan-pelatihan STBM. Khusus langkah 4 (30 menit), dapat dilakukan dengan cara:

1. Fasilitator membuat gambar telapak tangan raksasa di lantai,2. Fasilitator menanyakan kepada peserta berapa besar tingkat

pemahamannya terhadap materi,3. Fasilitator meminta para peserta menempatkan dirinya pada salah satu

jari yang dipilih sesuai penilaian terhadap diri sendiri terkait materi yang ditanya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM255

Modul MP.2Rencana Tindak Lanjut (RTL)

MP.2

REN

CA

NA TIN

DA

K

LAN

JUT (R

TL)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM256

MODUL MP.2 - RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) ............................................................... 255I. DESKRIPSI SINGKAT .............................................................................................. 257II. TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... 257III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................. 257IV. BAHAN BELAJAR .................................................................................................... 257V. METODE PEMBELAJARAN ..................................................................................... 258VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 258VII. URAIAN MATERI ...................................................................................................... 258

A. POKOK BAHASAN 1 : RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) .................................. 258B. POKOK BAHASAN 2. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RTL ...................... 260C. POKOK BAHASAN 3 : PENYUSUNAN RTL DAN GANTT CHART UNTUK KEGIATAN YANG AKAN DILAKUKAN ..................................................... 262

a. Penyusunan RTL ............................................................................................ 262b. Gantt Chart ..................................................................................................... 263

D. POKOK BAHASAN 4 : EVALUASI PELAKSANAAN STBM .................................. 264VIII. REFERENSI ............................................................................................................. 264IX. LAMPIRAN ............................................................................................................... 265TIM PENYUSUN KURMOD WIRAUSAHA STBM .............................................................. 266

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM257

MODUL MP-2RENCANA TINDAK LANJUT

I. DESKRIPSI SINGKATRencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan suatu dokumen tentang rencana yang akan dilakukan setelah mengikuti suatu kegiatan atau merupakan tindak lanjut dari kegiatan tersebut. Dalam suatu pelatihan, RTL merupakan dokumen rencana yang memuat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan setelah peserta kembali ketempat tugas untuk menerapkan hasil pelatihan.Modul RTL ini disusun dalam rangka untuk membekali para fasilitator STBM agar mampu memahami rincian kegiatan dan dapat menyusun RTL yang akan dilaksanakan di tempat tugasnya masing-masing.

II. TUJUAN PEMBELAJARANA. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut proses belajar mengajar dan mengevaluasi kegiatan STBM.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Menjelaskan RTL,2. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan RTL,3. Menyusun RTL dan Gantt Chart untuk kegiatan yang akan dilakukan,4. Melakukan evaluasi pelaksanaan STBM.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASANA. Pokok Bahasan 1 : RTL

1. Pengertian2. Ruang Lingkup

B. Pokok Bahasan 2 : Langkah-langkah penyusunan RTLC. Pokok Bahasan 3 : Penyusunan RTL dan bagan Gantt (Gantt Chart)D. Pokok Bahasan 4 : Evaluasi pelaksanaan STBM

IV. BAHAN BELAJAR• Flipchart • Presentasi power point• Spidol • Lembar/Format RTL. • Meta plan• Kain tempel• LCD

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM258

V. METODE PEMBELAJARAN• Ceramah Tanya Jawab• Latihan• Diskusi kelompok

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARANJumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3 jam pelajaran (T: 0 jp; P: 3 jp; PL: 0) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

A. Langkah 1 : Pengkondisian (15 menit)1. Fasilitator memperkenalkan diri,2. Fasilitator menyampaikan tujuan umum dan tujuan khusus,3. Menggali pendapat peserta tentang pengertian dan ruang lingkup dan langkah-

langkah RTL,4. Berdasarkan pendapat peserta, fasilitator menjelaskan pentingnya RTL,5. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal

yang kurang jelas dan fasilitator menjawab pertanyaan peserta tersebut.

B. Langkah 2: Penyampaian materi dan penyusunan RTL (30 menit)1. Peserta dibagi kelompok berdasarkan tempat kerja,2. Masing-masing kelompok menyusun RTL,

C. Langkah 3: Penyajian RTL (45 menit) 1. Fasilitator memilih wakil kelompok untuk menyajikan RTLnya, diupayakan

seluruh kelompok mendapatkan kesempatan untuk menyajikan RTLnya secara bergantian,

2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta lainnya untuk menanggapi penyajian RTL yang disajikan,

3. Fasilitator menyampaikan simpulani tentang RTL yang telah disusun peserta,4. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan TPU dan TPK sesi

telah tercapai. 5. Fasilitator memberikan apresiasi pada peserta.

VII. URAIAN MATERIA. POKOK BAHASAN 1 : RENCANA TINDAK LANJUT

Proses diklat merupakan suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan. Kegiatan tersebut dimulai dengan Analisis Kebutuhan Pelatihan, Penentuan Tujuan Pelatihan, Rancang Bangun Program Pelatihan, Pelaksanaan Pelatihan serta Evaluasi Pelatihan. Oleh karena itu seorang pengelola (fasilitator) pelatihan dituntut memiliki kompetensi dalam bidang tersebut. Disamping itu pengelola pelatihan dituntut selalu mengembangkan

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM259

organisasinya agar mencapai visi dan misi organisasi secara optimal. Untuk itu maka wawasan dan pengetahuan serta ketrampilan dalam bidang membuat perencanaan tindak lanjut perlu mendapat prioritas. Hal ini dimaksudkan agar peserta memahami dengan jelas arah dan tujuan pelatihan yang telah dijalaninya.

a. Pengertian Rencana Tindak Lanjut Rencana tindak lanjut (RTL) merupakan suatu dokumen yang menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, setibanya peserta di wilayah kerja masing -masing dengan memperhitungkan hal-hal yang telah ditetapkan berdasarkan potensi dan sumber daya yang ada.

RTL merupakan sebuah rencana kerja yang dibuat secara individual oleh peserta diklat yang berisi tentang rencana kerja yang menjadi tugas dan wewenangnya. Rencana ini dibuat setelah peserta pelatihan mengikuti seluruh mata diklat yang telah diberikan.

b. Ruang Lingkup Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Penyusunan Rencana Tindak Lanjut ini dimaksudkan untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah diberikan dalam pelatihan ini dengan pengalaman peserta latih. Perpaduan antara teori dan pengalaman ini merupakan salah satu metode untuk lebih meningkatkan tingkat pemahaman peserta diklat akan teori-teori yang telah diberikan selama pelatihan, sehingga tujuan pembelajaran khusus akan tercapai secara maksimal

Rencana tindak lanjut sangat diperlukan bagi Peserta pelatihan, Widyaiswara dan penyelenggara Diklat. Hal ini disebabkan Rencana Tindak Lanjut merupakan sebuah rencana kerja yang dibuat oleh individual yang berisi tentang rencana unit organisasi diklat yang menjadi tugas dan wewenangnya.

Didalam membuat rencana tindak lanjut perlu mengacu pada struktur / sistematika rencana tindak lanjut tertentu seperti yang telah disepakati dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu RTL memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Terarah

Setiap kegiatan yang dicantumkan dalam RTL hendaknya terarah untuk mencapai tujuan.

• Jelas

Isi rencana mudah dimengerti dan ada pembagian tugas yang jelas antara orang-orang yang terlibat didalam masing-masing kegiatan.

• Fleksibel

Mudah disesuaikan dengan perkembangan situasi. Oleh karena itu RTL mempunyai kurun waktu relatif singkat.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM260

Tujuan RTL adalah agar peserta latih / institusi memiliki acuan dalam menindak lanjuti suatu kegiatan pelatihan.

Ruang lingkup Rencana Tindak lanjut (RTL) sebaiknya minimal :• Menetapkan kegiatan apa saja yang akan dilakukan,• Menetapkan tujuan setiap kegiatan yang ingin dicapai,• Menetapkan sasaran dari setiap kegiatan,• Menetapkan metode yang akan digunakan pada setiap kegiatan,• Menetapkan waktu dan tempat penyelenggaraan,• Menetapkan siapa pelaksana atau penanggung jawab dari setiap

kegiatan,• Menetapkan besar biaya dan sumbernya.

B. POKOK BAHASAN 2. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RTL. Berdasarkan hasil analisis kemudian disusun RTL dengan langkah-langkah sebagai berikut :

• Identifikasi dan buat perumusan yang jelas dari semua kegiatan yang akan dilaksanakan (apa/what). Pada saat menentukan kegiatan hendaknya mereview modul Pelatihan Fasilitator STBM.

• Tentukan apa tujuan dari masing-masing kegiatan yang telah ditentukan.• Tentukan sasaran dari masing-masing kegiatan yang telah ditentukan.• Tetapkan cara atau metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan setiap

kegiatan (bagaimana/how).• Perkirakan waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan (kapan/when), dan

tentukan lokasi yang akan digunakan dalam melakukan kegiatan (tempat/where).• Perkirakan besar dan sumber biaya yang diperlukan pada setiap kegiatan. (How

much)• Tetapkan siapa mengerjakan apa pada setiap kegiatan dan bertanggung jawab

kepada siapa (siapa/who).

Oleh karena itu dalam menyusun RTL harus mencakup unsur-unsur sebagai berikut:1. Kegiatan yaitu uraian kegiatan yang akan dilakukan, didapat melalui identifikasi kegiatan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar hal ini terealisasi maka di identifikasi kegiatan kegiatan apa yang diperlukan.

2. Tujuan adalah membuat ketetapan ketetapan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang

direncanakan pada unsur nomor 1. Penetapan tujuan yang baik adalah di rumuskan secara konkrit dan terukur.

3. Sasaran yaitu seseorang atau kelompok tertentu yang menjadi target kegiatan yang

direncanakan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM261

4. Cara Metode yaitu cara yang akan dilakukan dalam melakukan kegiatan agar tujuan yang telah

ditentukan dapat tercapai.

5. Waktu dan Tempat Dalam penentuan waktu sebaiknya menunjukkan kapan suatu kegiatan dimulai

sampai kapan berakhir. Apabila dimungkinkan sudah dilengkapi dengan tanggal pelaksanaan. Hal ini untuk mempermudah dalam persiapan kegiatan yang akan dilaksanakan, serta dalam melakukan evaluasi. Sedangkan dalam menetapkan tempat, seyogyanya menunjukkan lokasi atau alamat kegiatan akan dilaksanakan

6. Biaya Agar RTL dapat dilaksanakan perlu direncanakan anggaran yang dibutuhkan untuk

kegiatan tersebut.Akan tetapi perencanaan anggaran harus realistis untuk kegiatan yang benar-benar membutuhkan dana, artinya tidak mengada-ada. Perhatikan/pertimbangkan juga kegiatan yang memerlukan dana tetapi dapat digabung pelaksanaannya dengan kegiatan lain yang dananya telah tersedia. Rencana anggaran adalah uraian tentang biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, mulai dari awal sampai selesai.

7. Pelaksana / penanggung jawab yaitu personal / tim yang akan melaksanakan kegiatan yang direncanakan. Hal ini penting

karena personal/tim yang terlibat dalam kegiatan tersebut mengetahui dan melaksanakan kewajiban.

8. Indikator Keberhasilan merupakan bentuk kegiatan/sesuatu yang menjadi tolok ukur dari keberhasilan dari

pelaksanaan kegiatan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM262

C. POKOK BAHASAN 3 : PENYUSUNAN RTL DAN GANTT CHART UNTUK KEGIATAN YANG AKAN DILAKUKAN

a. Penyusunan RTL

Dalam menyusun RTL dapat menggunakan format isian sebagai berikut:

Format Isian Rencana Tindak Lanjut

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN CARA/METODE

WAKTU & TEMPAT BIAYA

PELAKSANA/PENANGGUNG

JAWAB

INDIKATORKEBERHASILAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1.

2.

3.

4.

5.

6.

dst

Penjelasan cara pengisian :Kolom 1 : Kolom nomorPada kolom ini dicantumkan nomor kegiatan secara berurutan, mulai dari nomor 1, 2, 3 dan seterusnya sesuai dengan jumlah kegiatan yang direncanakan bedasarkan hasil identifikasi kegiatan.

Kolom 2 : Kolom kegiatanPada kolom ini dicantumkan rincian kegiatan yang akan dilakukan, mulai dari persiapan, sampai seluruh pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan selesai.

Kolom 3 : Kolom tujuanPada kolom ini dicantumkan tujuan dari setiap kegiatan, yaitu hasil yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Kolom 4 : Kolom sasaranPada kolom ini diisi dengan apa/ siapa yang menjadi sasaran atau target dari setiap kegiatan, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM263

Kolom 5 : Kolom cara/ metodePada kolom ini dicantumkan cara-cara/ metode/ teknik pelaksanaan setiap kegiatan.

Kolom 6 : Kolom waktu dan tempatKolom ini diisi dengan tanggal, bulan, tahun serta jam pelaksanaan kegiatan, kapan dimulai dan sampai kapan berakhir, serta dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.

Kolom 7 : Kolom pelaksana/ penanggungjawabKolom ini diisi dengan nama pelaksana atau anggota tim yang ditugaskan melaksanakan kegiatan sesuai dengan keahliannya.

Kolom 8 : Kolom indikator keberhasilanKolom ini mencantumkan tentang apa yang menjadi tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan.

b. Gantt Chart

Gantt chart adalah suatu alat yang bernilai khususnya untuk kegiatan-kegiatan dengan jumlah anggota tim yang sedikit, kegiatan yang mendekati penyelesaian dan beberapa kendala kegiatan.

Karakteristik Gantt Chart

Gantt chart secara luas dikenal sebagai alat fundamental dan mudah diterapkan oleh para manajer kegiatan untuk memungkinkan seseorang melihat dengan mudah waktu dimulai dan selesainya tugas-tugas dan sub- sub tugas dari suatu kegiatan.

Semakin banyak tugas-tugas dalam kegiatan dan semakin penting urutan antara tugas-tugas maka semakin besar kecenderungan dan keinginan untuk memodifikasi gantt chart.

Gantt chart membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan “what if” saat melihat kesempatan-kesempatan untuk membuat perubahan terlebih dahulu terhadap kebutuhan.

Keuntungan menggunakan Gantt chart :

• Sederhana, mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat bermanfaat sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan proyek.

• Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan sesungguhnya pada saat pelaporan

• Bila digabungkan dengan metoda lain dapat dipakai pada saat pelaporan

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM264

Kelemahan Gantt Chart :

• Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan kegiatan.

• Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan/pembaharuan bila diperlukan, karena pada umumnya ini berarti membuat bagan balok baru.

D. POKOK BAHASAN 4 : EVALUASI PELAKSANAAN STBM

Pelaksanaan kegiatan STBM oleh para pelaksana STBM harus dilakukan evaluasi untuk melihat seberapa jauh kegiatan tersebut memiliki dampak yang berarti bagi kesehatan masyarakat khususnya dibidang sanitasi.

Pelaksanaan evaluasi kegiatan STBM perlu dilakukan dalam waktu 6 bulan sekali untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

VIII. REFERENSI1. Kemenkes RI, Pusdiklat Aparatur, Rencana Tindak Lanjut, Kurmod Surveillance, Jakarta:

2008. 2. BPPSDM Kesehatan, Rencana Tindak Lanjut, Modul TOT NAPZA, Jakarta: 2009. 3. Kemenkes RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta:

2010, 4. Kemenkes RI, Second Decentralized Health Services Project, Model Pelatihan Pemberdayaan

Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta: 2010.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM265

IX. LAMPIRANLEMBAR KERJA

a. Pedoman Penyusunan RTL Peserta dibagi kelompok menurut asal tempat tugas masing-masing

Masing-masing kelompok menyusun RTL, yang mencakup aspek:a. Jenis kegiatanb. Tujuanc. Sasaran (orang dan lokasi)d. Cara / metodee. Waktu dan tempatf. Sumber danag. Penanggung Jawabh. Indikator keberhasilan

Penyusunan RTL dapat menggunakan format sebagai berikut:

Format Isian Rencana Tindak Lanjut

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN CARA/METODE

WAKTU & TEMPAT

SUMBERDANA / BIAYA

PELAKSANA/PENANGGUNG

JAWAB

INDIKATORKEBERHASILAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1.

2.

3.

4.

5.

6.

dst

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM266

TIM PENYUSUNKURMOD FASILITATOR STBM

Kementerian KesehatanDirektorat Penyehatan Lingkungan, Ditjen PP dan PL :

F. Eko Saputro, SKM, MKM - Kasubdit PASD

SitiNurAyu -KasieStandarisasiPASD

KristinDarundiyah -KasieBimbingandanEvaluasiPASD

YulitaSuprihatin,SKM,M.Kes -StafPASD(KoordinatorSekretariatSTBMNasional)

Nugroho -StafPASD

IndahHidayat -StafPASD

ZakiahDiana -StafPASD

DewiMulyani -StafPASD

Sekretariat STBM Nasional

CaturAdiNugroho -AsistenStafAhliBidangCapacityBuilding

ParamitaDau -AsistenStafAhliBidangKnowlwdgeManagement

RaniRahmafuri -SekretarisBilingual

Rahma -AsistenStafBidangPengembanganMediaEdukasi

Air dan Sanitasi

Badan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dra.OosfatimahRosyati,M.Kes -Kabid.II,Pusdiklatnakes

EkaJusufSingka,Dr,M.Sc, -Kabid.III,PusdiklatAparatur

VermonaMarbun,SKP,MKM -KasubbitPelatihan,Pusdiklatnakes

HaryatiRahman,SKM -StafSubbitPelatihan,Pusdiklatnakes

Mujayanto,SKM,MKM -StafSubbitPelatihan,Pusdiklatnakes

Yan Bani Luza Prima Wangsa, Dr, MKM - Widyaiswara BBPK Ciloto

Ramini, SKM, M.Kes - Widayaiswara, Bapelkes Cikarang

Mitra STBM

INyomanOka -WaterandSanitationProgram,BankDunia

RahmiKasri -WaterandSanitationProgram,BankDunia

RoniePrasetyo -WaterandSanitationProgram,BankDunia

Ontoseno Mahartodjo Oepojo - WASH, UNICEF

Lilik Trimaya - WASH, UNICEF

Nur Apriatman - Waspola

Yusmaidi - SHAW, SIMAVI

AsepM.Mulyana -HighFive

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM267

Andre K - IUWASH

Kuwat Karyadi - IUWASH

TethyTafuli -PLANIndonesia

HerniSuwartini -USDP

Sujono - HAKLI

MitaSirait -WorldVisionInternational

MargarethaSiregar -WorldVisionInternational

Agustini -YayasanPembangunanCintaInsanIndonesia(YPCII)

Purwadidi -YayasanPembangunanCintaInsanIndonesia(YPCII)

Informasi lebih lanjut hubungi :Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan LingkunganDirektorat Penyehatan Lingkungan

Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta - 10560Telp. (021) 424 7608 Ext. 127

Fax. (021) 424 5778

ISBN 978 - 602 - 235 - 523 - 6

978 602 235 523 6