T.O - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Buku PFPM (110910).pdf · T.O.T Modul Pelatihan...

339
T.O.T Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

Transcript of T.O - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Buku PFPM (110910).pdf · T.O.T Modul Pelatihan...

T.O.TModul Pelatihan Pelatih

Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak CiptaLingkup Hak CiptaPasal 2:

Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan 1. atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan PidanaPasal 72:

Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam 1. Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (5 milyar rupiah).Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum 2. suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

T.O.TModul Pelatihan Pelatih

Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

Penyunting: Ferry F. KarwurEka Simanjuntak

Dharmaputra PalekaheluFajar Sudarwo

Warno Hadi WinarnoImmanuel DjahiJerry F. LangkunYulius Ranimpi

Penerbit

The Institute for Good Governance and Regional Development(IGGRD)

T.O.T

Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Cetakan I, Mei 2010

Penyunting: Ferry F. KarwurEka Simanjuntak Dharmaputra PalekaheluFajar SudarwoWarno Hadi WinarnoImmanuel DjahiJerry F. LangkunYulius Ranimpi

Penata letak:Jerry F. Langkun

Desain Sampul:Yisar Andrianus

Penerbit:The Institute for Good Governance and Regional Development (IGGRD)

Jl. Cilandak Tengah II No.3ACilandak, Jakarta 12430 - IndonesiaPhone: 021-7695466, 75915687 Fax: 021-75908972

T.O.T Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Jakarta: ... xiii + 310 hal.; 19.5 cm x 26 cm ISSBN: .................

v

Kata Pengantar

Buku T.O.T. Pemberdayaan Masyarakat yang sedang Anda baca adalah hasil dari proses dalam pelatihan 647 tenaga Pelatih Fasilitator Pemberdayan Masyarakat yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD) melalui The Institute for Good Governance and Regional Development (IGGRD) dan British Council (BC)pada tahun 2009 – 2010. Buku ini dimulai dengan keinginan untuk menyiapkan tenaga pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat oleh Ditjen PMD dalam upaya penyiapan tenaga fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Pedesaan (PNPM-MP).

Kebutuhan di atas diikuti oleh serangkaian kegiatan dalam rangka penyiapan bahan belajar Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Desa. Serangkaian kegiatan tersebut adalah: (1) Pertemuan multipihak untuk merumuskan analisis kebutuhan (Training Need Analysis) pelatihan bagi Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat, (2) Perumusan awal tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh Pelatih dalam Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat, (3) Perumusan kurikulum dan bahan belajar oleh tim konsultan yang melibatkan pihak PMD, kepakaran yang ada di Balai PMD, Pusat-Pusat Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, (4) Penyiapan draft materi belajar berdasarkan kurikulum dan bahan ajar yang sudah ditetapkan, yang bersumber dari bahan sekunder dan bahan yang dengan khusus dikembangkan.

Draft materi belajar kemudian mengalami ujicoba dalam suatu pelatihan yang sesungguhnya kepada calon Pelatih di Jateng dan DIY yang berlangsung di Yayasan Bina Darma Salatiga. Hasil ujicoba tersebut memberikan masukkan kepada keseluruhan desain pelatihan 11 hari, alokasi waktu tiap sesi, metode belajar, dan sistem pendukung pelatihan, serta pemantapan desain dan teknikalitas dari sesi “peer teaching”. Pandangan-pandangan kepakaran Dr. Willi Toisuta dalam hal desain Peer Teaching bersifat mendasar, didalamnya termasuk alokasi waktu, sudut pengambilan video, detil video, serta tahapan playback multimedia dan feedback dari rekan sejawat yang berlangsung simultan.

Bahan hasil ujicoba terus mengalami perbaikan dan peningkatan relevansi. Masukkan yang cukup banyak datang dari sejumlah pelatihan yang dilaksanakan di 7 kota: Medan, Jakarta, Salatiga, Makassar, Manado, Malang, dan Kupang, dimana di setiap lokasi pelatihan, ada saja masukkan soal relevansi metode. Dalam hal ini, pengalaman Pelatih Utama maupun Pelatih Pakar dalam interaksi dengan peserta pelatihan merupakan rujukan penting.

Ada keterampilan-keterampilan elementer dari seorang pelatih fasilitator masyarakat yang berlaku umum untuk setiap fasilitaror. Akan tetapi, unik dari apa yang telah dikembangkan

vi

di sini ialah bahwa kemampuan elementer tersebut haruslah dirasuki oleh “Roh Penggiat” bagi Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat. “Roh Penggiat” itulah yang benar-benar secara otentik diperkembangkan dalam Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat. Dalam hal ini, titik tolaknya bukan kepada teori “asing” dan pengalaman praktikal pemberdayaan masyarakat selama ini dilakukan, tetapi lebih mendasar, ditarik dari sejarah pembebasan dan kemerdekaan Indonesia sebagai suatu Sejarah Pemberdayaan Rakyat dan Bangsa Indonesia. Disinilah pemikiran dasar dan strategis yang disumbangkan oleh Bapak Prabawa Eka Susanta dari Ditjen PMD dalam memberikan Roh Penggiat dari Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang terumuskan dalam buku T.O.T yang Anda baca.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih untuk banyak pihak yang terlibat dalam penyiapan materi ini: Pihak PMD Jakarta, Tim IGGRD, British Council, Para Konsultan, Mereka yang terlibat TNA, Para PU, Richard Gnagey yang telah men-share bahan ajar yang ia miliki. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada mereka yang telah memberikan akses sejumlah bahan ajar tanpa kami ketahui sumbernya tetapi relevan dalam pelatihan ini.

Salatiga, 31 Mei 2010.

Editor

vii

Daftar Isi

Kata Pengantar v

Panduan Penggunaan Modul x

Modul I PRADAYA 1

Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain 3Sikap Terhadap Diri Sendiri 9Kontrak Belajar 11Mempersiapkan Situasi Pelatihan 13Menetapkan Norma Kelompok 15Pre Test 19 Praktek Umpan Balik 20Umpan Balik Harian 22Bahan Bacaan Pokok Modul I 24

Modul II FASILITATOR MASYARAKAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA 33

Pengantar 35Memahami Nilai-Nilai Ke-Indonesia-An 36Mengembangkan Nilai-Nilai Ke-Indonesia-An 38Memahami Kembali Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat 40Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Indonesia 42 PeRan Dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat 44Bahan Bacaan Pokok Modul II 46

Modul III DASAR-DASAR PELATIHAN 75

Pendidikan Orang Dewasa 77 Aspek-Aspek Etika Pelatih dan Pelatihan 79Memahami Pembelajar 80

viii

Taksonomi Tujuan Instruksional 85Manajemen Stres 86Pengembangan Atmosphere Belajar 87Praktek Dinamika Kelompok 89Merancang Sesi Pelatihan 93Mengembangkan Agenda Pelatihan 95Merumuskan Rencana Sesi 96Menulis Rencana Sesi Sederhana 98Bahan Bacaan Pokok Modul III 99

Modul IV METODE DAN MEDIA PELATIHAN 145

Berbagi Metode Pelatihan 147Mempraktekkan Metode Pelatihan 148Memilih Metode Pelatihan 151Pemanfaatan Media Pembelajaran 154Bahan Bacaan Pokok Modul IV 156

Modul V MENYAMPAIKAN PELATIHAN 169

Karakteristik Pelatih Dan Gaya Pelatihan 171Membangun Hubungan/Interaksi 181Memperkenalkan Keterampilan Fasilitasi 182Praktek Kemampuan Menyimak 183Praktek Pengamatan 185Praktek Bertanya 188Memberikan dan Menerima Umpan Balik 190Praktek Parafrase 192Praktek Menguji 194Praktek Dialog 196Komunikasi Non Verbal 198Mengatur Perilaku yang Sulit 199Praktek Fasilitasi 200Menilai Keterampilan Fasilitasi 203

ix

Bahan Bacaan Pokok Modul V 206

Modul VI MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN 239

Analisis Perkembangan Belajar Peserta Pelatihan 241Monitoring Pelatihan 246Mengevaluasi Pelatihan 247Bahan Bacaan Pokok Modul VI 249

Modul VII PEER TEACHING 265

Peer Teaching 267

DAFTAR PUSTAKA 273

LAMPIRAN 2631. Kurikulum Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 2782. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan 2863. Lay Out Ruang Pelatihan 2944. Media Dan Kebutuhan Pelatihan Lain Yang Harus Disiapkan 2955. Kriteria Pelatih 2976. Syarat-Syarat Menjadi Peserta 2987. Team Management 2998. Daftar Pelatih Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 3009. Daftar Peserta Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 302

x

Daftar Istilah

Pelatih Utama = 1. Individu yang pakar dalam bidang community development, pendidikan orang dewasa, metode dan media, serta teknik melakukan fasilitasi dan memiliki pengalaman secara nasional dalam melatih fasilitator minimal 15 tahun.Pelatih Pakar (Master Trainer) = 2. Individu yang pakar dalam bidang-bidang tertentu yaitu bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pendidikan Orang Dewasa, Metode dan Media, dan Teknik Fasilitasi serta memiliki pengalaman melatih fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.Ceremonial3. = ceremony, acara resmi; suatu acara yang disusun secara runut dan diselenggarakan secara resmi.Pre test4. = Kegiatan untuk menjajagi ; kemampuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman bagi peserta pelatihanRehat Kopi = Istirahat 5. Ishoma = Istirahat, Sholat dan Makan6. Learner-centered7. = Pelatihan yang berpusat pada pembelajar Information-centered8. = Pelatihan yang berpusat pada materi Taksonomi = Pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh, 9. taksonomi dalam bidang botani mengelompokkan tumbuhan berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan ber-sel satu dan tumbuhan ber-sel banyak.Peer Teaching10. = Praktek MelatihFlip chart11. = Kertas lebar berfungsi sebagai pengganti papan tulisPost-it12. = Kertas pada bagian tertentu ada lemnya sehingga mudah ditempel di manapunMetaplan13. = Kertas yang dipotng-potong seukuran ¼ kertas HVSSharing14. = Tukar pengalamanMedia = Pendukung metode pembelajaran berbentuk; permainan, crita, sosio 15. drama, kasus, lagu-lagu, kuis, film, puisi, poster, foto, kartun, teka-teki,Sesi = sejumlah waktu untuk pokok/sub pokok bahasan tertentu16. Triads17. = Diskusi tiga orangDyads18. = Diskusi dua orangTime-line19. = Rentang Waktu

xi

Daftar Singkatan

TOT = 1. Training of TrainersLSM = Lembaga Swadaya Masyarakat2. PU = Pelatih Utama3. PK = Pelatih Pakar4. TM = 5. Training ManagerSS = 6. Supporting staffIGGRD = 7. The Institute for Good Governance and Regional DevelopmentBC8. = British CouncilPNPM = Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat9. DITJEN = Direktorat Jenderal10. PMD = Pemberdayaan Masyarakat dan Desa11. DEPDAGRI = Departemen Dalam Negeri12.

xii

Panduan Penggunaan Modul

Melakukan Analisis Kebutuhan Pelatihan1.

Modul ini diperuntukkan bagi pelatih fasillitator pemberdayaan masyarakat sehingga hal-hal mengenai prasyarat sebagai seorang pelatih sudah dilakukan pada saat calon peserta mengalami seleksi. Proses seleksi calon peserta memastikan bahwa peserta yang terpilih mengikuti pelatihan adalah peserta yang memenuhi persayaratan sebagaimana dijabarkan dalam Panduan Penyelenggaraan Pelatihan (lampiran 2). Jadi dalam analisa kebutuhan pelatihan ini yang diperlukan adalah mendapatkan informasi yang cukup tentang keragaman dan kedalaman peserta dalam hal: pengetahuan, sikap, keterampilan dan pengalamannya melakukan pelatihan, bukan melakukan analisa kebutuhan materi pelatihan.Modul dirancang untuk diterapkan dalam pelatihan secara berkesinambungan tidak terputus-putus mulai dari Modul I (satu) sampai dengan Modul VII (tujuh). Apabila proses fasilitasi dilakukan di luar kelas, muatan dan alurnya tidak boleh mengurangi dari tiap-tiap sesi yang sudah ada.

Menganilisis Kurikulum Pelatihan2.

Kurikulum yang tersedia merupakan panduan bagi penyelenggara dan semua komponen yang terlibat dalam pelatihan pelatih fasilitator pemberdayaan masyarakat. Kurikulum yang tersedia sudah disusun berdasarkan urutan (sequences) dan bobot materi yang disiapkan dalam modul, namun tidak tertutup kemungkinan kurikulum tersebut mengalami perubahan. Perubahan yang mungkin dilakukan adalah perubahan dalam hal pergeseran waktu istirahat dan waktu hari-hari besar, misalnya hari Jumat, Hari Minggu atau Hari Besar Nasional. Dalam hal pemberian jumlah waktu pada setiap pokok bahasan dalam panduan tersebut lebih baik tidak dikurangi sebab apabila dikurangi beban waktu dan bobot materi menjadi tidak seimbang dan mengacaukan sequences. Pembagian waktu pada tiap-tiap pokok bahasan pada dasarnya sudah memperhatikan masukkan dari para pengguna modul ini sebelumnya, masukkan dari para pakar, masukkan dari para praktisi dan sudah mengalami penyempurnaan berdasarkan masukkan tersebut.

Mempelajari Sistematika Modul3.

Sebelum menerapkan modul ini, para Pelatih Pakar disarankan mempelajari sistematika seluruh modul, yaitu Modul I sampai dengan Modul VII. Aspek-aspek yang harus dipelajari adalah:

xiii

Tujuan modul secara umum•

Tujuan setiap bagian modul•

Strategi penyampaian modul/proses fasilitasi•

Waktu yang disediakan •

Media dan materi pendukung•

Evaluasi capaian tiap-tiap bagian modul•

Mempelajari Struktur Setiap Pokok Bahasan4.

Struktur Pokok Bahasan secara umum terdiri dari: Tujuan akhir pokok bahasan, bahan-bahan pendukung, waktu yang tersedia dan langkah-langkah fasilitasi. Pengguna modul wajib mempelajari dan menerapkan struktur setiap pokok bahasan, tidak boleh memfasilitasi berdasarkan “feeling” sendiri. Struktur pokok bahasan harus diikuti untuk menjaga alur proses secara runut dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh peserta pelatihan dan pada akhirnya memudahkan Pelatih Pakar untuk mengevaluasi capaian hasil pada setiap Pokok Bahasan.

Menyiapkan Materi5.

Pada bagian modul ini disediakan materi (bahan bacaan pokok) yang wajib dijadikan acuan dalam melaksanakan pelatihan pelatih fasilitator pemberdayaan masyarakat, namun demikian sebagai seorang Pelatih Pakar tentunya tidak cukup dengan materi yang disediakan. Pengkayaan materi dari berbagai referancy (materi pendukung) dan nara sumber dari luar sangat disarankan, akan tetapi materi pendukung tersebut sifatnya mendukung materi pokok, bukan memasukkan materi yang berbeda sama sekali dengan tujuan dari tiap-tiap pokok bahasan.

Perhatian6.

Disarankan:

Sebaiknya tidak membagikan foto copy materi kepada peserta sebelum pokok bahasan tersebut difasilitasikan karena cara demikian akan mengganggu proses pelatihan. Materi dibagikan kepada peserta setelah pokok bahasan selesai difasilitasikan.

Dianjurkan:

Dianjurkan kepada Pelatih Pakar untuk memperkaya materi di luar materi pokok.

Diwajibkan:

Sebelum menerapkan modul ini para pengguna wajib membaca Panduan Penyelenggaraan Pelatihan PFPM.

xiv

MODUL I

P R A D A Y A

Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain

Sikap Terhadap Diri Sendiri

Kontrak Belajar

Mempersiapkan Situasi Pelatihan

Menetapkan Norma Kelompok

Pre Test

Praktek Umpan Balik

Umpan Balik Harian

3Modul I - Pradaya |

MENGENAL DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN

TujuanDi akhir sesi peserta diharapkan:

lebih mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri maupun peserta lain dalam • menjadi pelatih.dapat menjelaskan pentingnya mengenal diri sendiri dan orang lain dalam suatu • pelatihan.

BahanFlip chart, spidol kecil, selotip, angket profil kepribadian

Waktu60 menit

ProsesAktivitas 1:

Pelatih memulai dengan menjelaskan bahwa di awal suatu program pelatihan, peserta 1.harus saling memperkenalkan diri dan mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Fasilitator menekankan pentingnya seorang pelatih mengenal dirinya sendiri dan peserta pelatihan. Fasilitator menjelaskan proses perkenalan. Tulis pada 2. flip chart identitas diri (sebelumnya pelatih telah menyiapkan flip chart tentang dirinya), pertama-tama nama Anda dan asal tempat tinggal. Mintalah peserta berdiri dan berkeliling sambil memperkenalkan flip chart mereka kepada peserta lain. Carilah empat orang kawan baru dan tulis nama panggilan (nama yang biasanya dipakai oleh yang bersangkutan dalam berteman) dari orang tersebut.Lanjutkan dengan mengemukakan dalam 3. flip chart kekuatan dan kelemahan diri [sebagai pelatih] kemudian tempelkan flipchart tersebut pada bagian depan tubuh dengan selotip. Peserta diminta berdiri dan berkeliling sambil memperkenalkan/menerangkan flip chart mereka kepada 4 orang yang namanya telah Anda tulis sebelumya.Peserta diminta berkumpul kembali. Pelatih menjelaskan pentingnya merefleksikan 4.kelemahan kita sendiri dan menemukan hal-hal yang ingin kita perbaiki agar dapat mengambil manfaat lebih banyak dari pelatihan ini (Sebaiknya membaca terlebih dahulu ilustrasi “gentong yang retak”). Ulangi kembali proses tahapan ketiga (3) di atas kepada empat kawan baru yang lain.Mintalah peserta berkumpul lagi dan lakukan refleksi atas kedua kegiatan di atas: Apa yang 5.mereka pelajari tentang diri sendiri dan peserta lain? Mengapa kegiatan itu bermanfaat? Apakah hanya dapat dilakukan dalam situasi pelatihan untuk pelatih?

4

Aktivitas 2: Refleksi dan Sharing

Fasilitator pertama-tama menjelaskan kegiatan refleksi dan 1. sharing (atau berbagi), sebagai alat bantu untuk belajar tentang orang lain, pengalaman mereka, dan tentang kita sendiri. Refleksi dapat dilakukan terhadap:

identitas, pemikiran, nilai, norma• kualitas, kemampuan, kekuatan, kelemahan• pengalaman, pelajaran yang diperoleh•

Tekankan bahwa refleksi diri penting bagi perkembangan diri, dan merupakan suatu proses dimana orang berpikir untuk dirinya sendiri dan menggunakan pengalaman mereka untuk menyempurnakan gagasan-gagasan mereka. Ini akan mengarah pada perubahan diri; perasaan-perasaan baru, gagasan-gagasan baru, kemampuan baru, dsb.

2. Minta peserta untuk mengisi dan mendiskusikan angket profil kepribadian.3. Simpulkan sesi ini dengan menekankan bahwa selama pelatihan berjalan akan ada

banyak kesempatan untuk lebih saling mengenal dan mengenal diri sendiri dengan lebih baik juga.

Lembar Kerja

ANGKET PROFIL KEPRIBADIAN

Konteks:

Seorang pakar psikologi pernah berkata, “Sebagian besar dari kebahagiaan dalam hidup kita datang dari hubungan yang baik dengan orang lain. Sebagian besar dari penderitaan dalam hidup kita datang dari hubungan yang tidak baik.” Hubungan antar manusia dapat diibaratkan dengan penggunaan perkakas seorang tukang. Bila tukang ingin membuka sebuah sekrup bintang maka perlu digunakan obeng bintang. Bila ingin membuka baut maka diperlukan sebuah kunci pas. Demikian juga dengan hubungan antar manusia, setiap orang memiliki keunikan dan perlu didekati dengan cara yang unik pula. Selain prinsip relasi yang baik, kita juga perlu melihat konfigurasi psikologis dari seseorang. Konfigurasi ini dikenal dengan sebutan profil. Sebelum melihat profil orang lain, maka perlu terlebih dahulu melihat dan mempelajari profil diri sendiri.

Instruksi:

Anda akan dihadapkan dengan satu pasang pernyataan. Bacalah kedua pernyataan dengan cermat dan lingkari huruf yang berada di depan pernyataan yang menurut Anda menggambarkan kecenderungan Anda. Isilah dengan jujur dan apa adanya, sebab tidak ada jawaban yang benar atau salah. Isilah secara berurutan dan jangan dilompat-lompat.

5Modul I - Pradaya |

T : Saya mudah berkenalan dengan orang yang sebelumnya tidak saya kenal, baik dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam lingkungan sosial

A : Saya merasa segan dan agak sulit untuk memulai perkenalan dengan orang-orang yang sebelumnya tidak saya kenal

A : Jika berbicara, saya lebih senang to the point tanpa basa basiT : Jika berbicara, saya senang berbagi pengalaman dan hal-hal lain yang menarik

K : Saya lebih senang bekerja sesuai aturan dan petunjuk bakuD : Saya bekerja dan menyesuaikan peraturan dengan situasi dan kondisi lapangan

K : Jika berada dalam kelompok, saya lebih senang mendengar dan bicara hanya jika diminta

D : Jika berada dalam kelompok, saya lebih senang berbicara dan menyumbangkan pendapat/ide saya

A : Saya lebih senang membuat keputusan berdasarkan data, fakta dan bukti tertulis

T : Saya cenderung membuat keputusan berdasarkan pengalaman, perasaan (intuisi) dan hubungan yang baik

K : Dalam berkomunikasi, intonasi dan bahasa tubuh saya cenderung stabil (monoton)

D : Dalam berkomunikasi, intonasi dan bahasa tubuh saya sangat bervariasi

D : Saya lebih senang menggunakan pernyataan-pernyataan langsung, seperti “Kita harus….”, atau “Menurut Pak Eka mestinya….”

K : Saya lebih senang menggunakan pernyataan-pernyataan kualitatif, seperti “Menurut buku ABC….” Atau “Teori Maslow menyebutkan….”

T : Bila berbicara atau mendengar, ekspresi wajah dan respon saya mudah dibacaA : Bila berbicara atau mendengar, ekspresi wajah dan respon saya sukar dibaca

A : Saya cenderung tidak mengungkapkan hal-hal pribadi di muka umum, saya hanya mengungkapkannya secara pribadi kepada orang-orang yang dekat dengan saya

T : Saya tidak takut mengungkapkan hal-hal pribadi secara terbuka

A : Dibandingkan dengan orang lain, semangat dan atusiasme saya terlihat kurang T : Saya orang yang cenderung bersemangat dan antusias

6

D : Dalam situasi sosial, saya cenderung lebih dahulu memperkenalkan diri pada orang yang belum saya kenal

K : Dalam situasi sosial, saya lebih cenderung menunggu orang lain memperkenalkan dirinya kepada saya

T : Saya cenderung fleksibel terhadap orang-orang yang memanfaatkan waktu sayaA : Saya cenderung disiplin terhadap orang-orang yang memanfaatkan waktu saya

A : Dalam pertemuan, saya lebih cenderung mengikuti agenda pertemuan yang telah ditetapkan sebelumnya

T : Dalam pertemuan, saya cenderung tidak terpaku pada agenda, saya lebih senang mengikuti dinamika acara

D : Bersikap tegas adalah wajar dan alamiah bagi sayaK : Bersikap mengalah dan menahan diri adalah alami bagi saya

D : Saya lebih senang mengemukakan pendapat saya secara terbuka (blak-blakan)K : Saya lebih cenderung mengemukakan pendapat saya secara lebih halus dan

diplomatis

D : Saya cenderung mengambil keputusan secara cepat dan spontanK : Saya cenderung mengambil keputusan secara hati-hati dan banyak

pertimbangan

A : Saya lebih senang bekerja sendiri dan bebas, tanpa banyak pengawasan dan di luar kelompok

T : Saya lebih senang bekerja dalam kelompok dan selalu ada dalam kelompok kerja

K : Dalam menghadapi perubahan, saya cenderung untuk memberi respon dengan hati-hati dan perlahan-lahan

D : Dalam menghadapi perubahan, saya cenderung untuk memberi respon dengan cepat dan spontan

Jumlahkan huruf yang Anda lingkari:

D:…………………………………………

T:………………………………………….

K:………………………………………….

A:………………………………………….

7Modul I - Pradaya |

ANALISA PROFIL

Arti dari huruf-huruf D, T, K, A adalah:

D = DOMINANT = TERBUKAK = KALEMA = AKURAT

Dengan 4 (empat) parameter sifat di atas maka kita memperoleh empat kombinasi sifat yang dapat dianggap sebagai profil dasar kepribadian seseorang. Contoh berikut adalah skor peserta pelatih Iwan;

D T K A8 1 5 4

Berdasarkan skor di atas maka akan diperoleh psikografis sebagai berikut:

DOMINAN TERBUKA KALEM AKURAT1098 •765 •4 •321 •0

Buatlah psikografis (seperti contoh di atas) Anda. Lalu bentuk kelompok, setiap kelompok maksimal 5 orang. Berbagiceritalah mengenai profil kepribadian Anda dalam situasi kelompok. Ketika melakukan sharing profil, cobalah untuk bertanya kepada setiap anggota kelompok untuk mengetahui latar belakang atau konteks atau situasi yang melatarbelakangi profil kepribadian yang bersangkutan.

Pertanyaan-pertanyaan penuntun dalam kegiatan Sharing profil kepribadian

Innerview: memahami orang lain

Di mana anda dilahirkan dan dibesarkan?1.Pengalaman apa yang paling berkesan dari masa kecil 2.anda?Apa pengaruh masa kecil anda terhadap hidup anda 3.saat ini?Siapakah orang yang paling berjasa membina Anda? Mengapa?4.

Tips: dalam keadaan waktu terbatas, pilih pertanyaan

yang menurut Anda menjadi pertanyaan prioritas.

8

Seberapa pentingnya keluarga bagi Anda? Mengapa?5.Apa pendidikan terakhir Anda?6.Siapa yang mendukung pendidikan Anda?7.Apa prestasi yang paling Anda banggakan dari masa studi Anda?8.Sejauh mana pendidikan Anda berkaitan dengan pekerjaan Anda sekarang?9.Pelatihan-pelatihan apa saja yang pernah Anda ikuti?10.Dimana pertama kali Anda mempelajari program PMD?11.Bagimana situasi kerja di tempat Anda saat ini?12.Bagaimana kerjasama Anda dengan rekan sekerja?13.Hal apa yang paling menyenangkan dalam pekerjaan Anda saat ini? Mengapa?14.Hal-hal apa saja dalam pekerjaan Anda yang membuat Anda frustrasi?15.Apa falsafah hidup Anda? Bagaimana bisa seperti itu?16.Apa kiat Anda menghadapi kegagalan?17.Apa nasehat Anda untuk mereka yang ingin bekerja sebagai pelatih dan atau 18.fasilitator PMD?Hal-hal apa saja yang dapat membuat Anda bergembira dan bahagia dalam hidup Anda?19.

SARIPATI:

Dua hal yang paling berguna/bermanfaat yang saya peroleh dari sesi ini adalah:1.a. …………………………………………………………….b. …………………………………………………………….

Alasan saya berkata demikian adalah:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Ide-ide pada pokok (1) tersebut akan saya terapkan dengan cara:2.……………………………………………………….a. ………………………………………………………..b.

Hambatan yang mungkin muncul adalah:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Hal-hal yang akan saya lakukan untuk menghadapi hambatan-hambatan di atas adalah:3....................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Bahan Bacaan

Gentong Yang Retak• Peta Sifat-sifat Dasar•

9Modul I - Pradaya |

SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI

TujuanPeserta dapat menyimpulkan bahwa sikap terhadap diri sendiri dapat dipengaruhi oleh pemaknaan terhadap kegagalan dan kesuksesan yang pernah dilakukan.

BahanForm lembar kerja keberhasilan dan komitmen.

Waktu45 menit

ProsesPelatih menyampaikan materi dengan ceramah.1.Setelah menyampaikan materi, pelatih meminta peserta untuk mengisi 2 lembar kerja 2.di bawah (pengalaman berhasil dan komitmen untuk berhasil). Lembar kerja yang telah diisi peserta dikumpulkan, dan secara acak dibahas oleh 3.pelatih (berdasarkan ketersediaan waktu).

Lembar Kerja

Pengalaman Berhasil Sebagai Pelatih

Pengalaman Faktor Pribadi yang Menyebabkan Keberhasilan

10

Komitmen Untuk Berhasil Sebagai Pelatih

Proyek/Kegiatan yang Akan Dilakukan dengan Berhasil

Potensi Diri yang Akan Menyebakan Keberhasilan

Bahan Bacaan

Sikap Terhadap Diri Sendiri•

11Modul I - Pradaya |

KONTRAK BELAJAR

TujuanDi akhir sesi peserta diharapkan:

dapat menyampaikan harapan mereka masing-masing terkait keikutsertaan mereka • dalam Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyakarat.dapat menjabarkan kapan harapan itu dapat dicapai, atau mengapa tidak dapat dicapai.•

Diakhir pelatihan, peserta dan pelatih:melihat kembali harapan mereka dan menentukan mana dari harapan-harapan mereka • yang dapat atau tidak dapat tercapai.

BahanPost-it

Waktu 60 menit

Proses Pelatih menunjukkan agenda pelatihan dan menjelaskan bahwa agenda itu dibuat 1.berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu. Jelaskan pula bahwa setelah membaca agenda secara detail, mungkin peserta mempunyai harapan tertentu, atau hal-hal yang mereka harapkan dan tidak harapkan terjadi.Bagikan 2 lembar kertas 2. post-it kepada peserta, dan mintalah untuk menulis 2 hal yang diharapkan terjadi dan 2 hal yang tidak diharapkan terjadi. Tekankan bahwa yang ditulis harus spesifik dan ditulis dengan jelas.Setelah semua selesai, mintalah mereka maju ke depan dan menempelkan 3. post it mereka ke papan tulis. Sebelumnya papan tulis telah dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian untuk menempelkan sambil membaca apa yang ditulis oleh yang lain. Pelatih mengklasifikasi pandangan peserta, menyortir hal-hal berikut:4.

Mana harapan yang dapat dicapai, a. Mana harapan yang mungkin tercapai,b. Mana harapan yang mungkin tidak akan tercapai, c. Mana harapan yang akan tercapai hanya dengan komitment kuat peserta,d. Mana dari harapan peserta yang samasekali tidak akan tercapai.e.

Fasilitator menjelaskan pencapaian harapan (4) dengan hari atau sesi-sesi tertentu 5.dalam pelatihan.

12

Mengaitkan harapan dengan masing-masing sesi secara spesifik: Jika harapan dituliskan dengan baik dan spesifik, anda bisa menempelkannya pada alur agenda. Ini akan memberikan gambaran yang jelas kepada peserta tentang kapan harapan mereka akan tercapai, dan juga mengingatkan anda untuk merujuk pada harapan-harapan tertentu selama pelatihan berlangsung. Mendorong pembelajaran untuk diri sendiri: Ide lain yang dapat dilakukan adalah meminta peserta menempelkan harapan mereka pada gambar diri yang dibuat pada sesi “mengenal diri sendiri dan orang lain”. Gunanya untuk mendorong mereka agar fokus pada proses belajar mereka selama pelatihan dan memonitor proses itu.

Catatan

13Modul I - Pradaya |

MEMPERSIAPKAN SITUASI PELATIHAN

TujuanDi akhir sesi peserta diharapkan dapat:

menyimpulkan alur pelatihan dan metode yang digunakan• menerima peran pelatih dan peran mereka masing-masing• berpartisipasi terhadap isi dan metode pelatihan•

BahanAlur pelatihan yang ditulis/digambar pada • flip chart besarTujuan/Objektif/Hasil dari pelatihan yang dituliskan pada • flip chart (beberapa kalau perlu)Jadwal harian• Daftar hal-hal logistik•

Waktu

60 menit

Proses Jelaskan bahwa kita akan menyiapkan 1. setting dengan melihat tujuan, objektif, alur dan proses dari pelatihan. Kita akan mendiskusikan WHY (MENGAPA), WHAT (APA), HOW (BAGAIMANA), WHO (SIAPA) dan WHEN (KAPAN) dengan cara partisipatif.Pertama-tama jelaskan 2. MENGAPA dengan menempelkan flip chart bertuliskan tujuan dan objektif pelatihan, serta jelaskan bagaimana semuanya ditentukan. Biasanya, tujuan akan termasuk belajar tentang belajar atau mengajar. Jika ada pertanyaan, berikan klarifikasi kemudian tempelkan di tempat yang mudah dilihat sepanjang pelatihan berlangsung.Jelaskan bahwa 3. peserta pelatihan kemudian akan membicarakan APA dari pelatihan dan letakkan tumpukan flip chart yang berisikan alur pelatihan di tengah-tengah ruangan. Mintalah beberapa relawan untuk mengambil flip chart tersebut, kemudian mengurutkannya dengan berdiri menghadap peserta yang lain sambil membawa flip chart itu. Bersama dengan semua peserta, pelajari alur itu sambil memberikan klarifikasi dan kesempatan kepada orang untuk bertanya.Jelaskan sekarang peserta pelatihan akan melihat 4. BAGAIMANA pelatihan akan diselenggarakan. Mintalah agar mereka menebak berapa persen orang dewasa menggunakan apa yang mereka dengar (20%), apa yang mereka lihat dan dengar (40%), dan apa yang mereka alami (80%). Jelaskan bahwa metode yang digunakan akan menjadi metode yang diajarkan, yaitu metode partisipatif.

14

Jelaskan bahwa 5. SIAPA berhubungan erat dengan BAGAIMANA. Tanyakan kepada mereka, apa yang dilihat dari peran anda sebagai pelatih dan peran mereka sebagai peserta. Tekankan bahwa semua peserta yang datang kaya dengan pengalaman, dan proses belajar akan terjadi melalui sharing atau saling berbagi, misalnya dalam kerja kelompok kecil.Jelasakan 6. KAPAN pelatihan dilakukan dengan menempelkan dan mereview jadwal/agenda.Tambahkan pengumuman-pengumuman logistik seperti makanan, akomodasi, uang, 7.dan sebagainya.

Jika pelatihan ini adalah bagian dari program yang lebih panjang, jelaskan objektif dan alur dari seluruh program. Tambahkan aspek komitmen terhadap seluruh proses dari semua pihak (pelatih, peserta, dan penyelenggara)

Catatan

15Modul I - Pradaya |

MENETAPKAN NORMA KELOMPOK

TujuanDi akhir sesi peserta menerima dan mendukung norma belajar yang akan digunakan selama pelatihan berlangsung.

BahanFlip chart dengan usulan beberapa norma

Waktu30 menit

ProsesPelatih menjelaskan bahwa karena kebanyakan di antara peserta belum mengenal 1.dengan baik, sedangkan harus bekerja bersama untuk menyelesaikan pelatihan ini, maka adalah berguna mencari kesepakatan tentang bagaimana akan bekerja bersama. Jelaskan pula bahwa hal ini dapat dicapai dengan menyepakati beberapa aturan main atau norma belajar. Bagi peserta dalam kelompok dengan anggota 6 orang.Pelatih memberikan beberapa contoh, tetapi kelompok harus menambahnya. Tuliskan 2.setiap norma satu demi satu; dan tanyakan apakah norma yang dituliskan berguna dan apakah disetujui semua orang. Beberapa contoh:

Setiap orang berhak untuk mengerti• Setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik• Setiap orang harus mendapat kesempatan berpartisipasi• Setiap orang bertanggung-jawab untuk berpartisipasi• Kita saling membantu dalam belajar• Dilarang merokok dalam ruangan• dan sebagainya.•

Mintalah agar peserta berpikir sejenak tentang norma yang ingin mereka tambahkan, 3.lalu persilahkan mereka bertukar pikiran dengan yang lain dalam kelompok dimana mereka bisa merefleksikan pengalaman dari pelatihan yang lain.Tanyakan pada masing-masing kelompok agar memberikan usulan mereka. Jika yang 4.lain sepakat, dapat dituliskan pada daftar norma belajar.Jelaskan bahwa selama pelatihan berlangsung, setiap orang bisa saling mengingatkan 5.tentang norma belajar yang disepakati, dan dapat mengubah atau menambahkannya sesuai kebutuhan.

16

Lakukan refleksi kegiatan dengan bertanya apakah peserta pernah melakukan 6.ini sebelumnya, apa yang menjadi tujuan kegiatan ini, dan apakah mereka akan menggunakannya dalam pelatihan yang mereka selenggarakan. Norma yang telah disepakati, ditempel di dinding dalam ruang kelas selama 7.pelatihan berlangsung. Setiap peserta mempunyai tanggung jawab untuk senantiasa mengingatkan kepada peserta atau pelatih mengenai norma tersebut, jika mendapati terjadinya pelanggaran.

Penting sekali untuk menumbuhkan rasa memiliki peserta terhadap norma belajar. Jika peserta mengganggap itu sebagai peraturan yang dipaksakan, akibatnya tidak akan efektif. Sangat penting bahwa peserta merumuskan sendiri norma-norma mereka kemudian menyepakatinya secara kelompok. Tempelkan daftar norma itu di tempat yang mudah dilihat, dan jika ada masalah dalam dinamika kerja kelompok, tinjaulah kembali norma yang sudah ada atau mintakan usulan tambahan norma yang sesuai.

Catatan

17Modul I - Pradaya |

PRE TEST

TujuanPeserta dapat membuat penilaian terhadap diri sendiri terkait kompetensinya sebagai pelatih.

BahanBahan pre test sebanyak peserta

Waktu30 menit

ProsesPelatih menjelaskan tujuan 1. pre test dan serta bagaimana mengisi/mengerjakan soal-soal yang ada dalam pre test tersebut. Beri kesempatan peserta untuk mengajukan pertanyaan, jika ada hal yang belum jelas.Peserta mengerjakan.2.

Pelatih mengumpulkan hasil 3. pre test setelah semua peserta selesai mengisinya.Akhiri sesi dengan memberikan motivasi atau yel-yel yang dapat membangkitkan 4.semangat mereka.

Lembar Kerja

LEMBAR PRE TEST

Nama Peserta: Asal peserta :

Petunjuk

Berilah nilai berdasarkan 10 dimensi fasilitasi, dengan membubuhkan tanda centang pada kolom BAIK atau SEDANG atau KURANG. Nilai pada ke tiga kolom nilai tersebut bergerak dari nilai yang rendah (yaitu 1) sampai ke nilai yang tinggi (yaitu 6).

18

No Dimensi Baik Sedang Kurang Catatan6 5 4 3 2 1

1. Dalam membangun rapport, SAYA: Memberi respon dengan menyebut nama peserta, memberi dukungan dan motivasi agar tidak takut mencoba atau gagal, menjadikan peserta sebagai pembelajar yang aktif, bertindak dengan antusias, tidak meremehkan peserta

2. Dalam melakukan fasilitasi, SAYA: Menunjukkan keterbukaan, menunjukkan empati, mampu mendiagnosis masalah, memotivasi peserta secara verbal maupun non verbal, mampu menyelesaikan perbedaan pendapat

3. Dalam menyimak, SAYA: Menunjukkan adanya perhatian, menunjukkan empati, membantu peserta untuk mengembangkan kompetensi, memotivasi peserta untuk memecahkan masalah-masalahnya, mampu diam saat harus diam, tidak memotong pembicaraan/menyela, mendorong peserta untuk berbicara secepatnya

4. Dalam melakukan pengamatan, SAYA: Mampu memahami petunjuk non verbal peserta

5. Ketika bertanya, SAYA: Menunjukkan kemampuan mendengar, mampu mendorong keterlibatan peserta untuk mencari jawaban, mampu mendorong peserta yang pasif untuk aktif, mampu menggunakan jenis pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat,

6. Ketika memberi dan menerima umpan balik, SAYA:Tidak terburu-buru memberi umpan balik, tidak terkesan memberi pembelaan diri, menjernihkan persoalan dengan mengajukan pertanyaan sebelum memberi umpan balik, menyampaikan umpan balik dengan spesifik dan jelas, tidak bersifat personal judgement, mengucapkan terima kasih kepada peserta yang memberi umpan balik

19Modul I - Pradaya |

7. Dalam melakukan parafrase, menguji dan dialog, SAYA: Mengulang pernyataan atau pertanyaan peserta dengan tujuan memastikan pemahaman yang tepat/benar, mampu mengajukan pertanyaan untuk mendapat pemahaman, tidak melompat dari pertanyaan yang satu ke pertanyaan lain, tidak berasumsi, senantiasa mengajukan jenis pertanyaan terbuka, memberi kesempatan terhadap munculnya perspektif yang lain/berbeda

8. Ketika menyampaikan materi pelatihan; SAYA: Menyampaikan salam pembuka, menyampaikan tujuan instruksional, menyampaikan deskripsi materi pelatihan, menyampaikan garis besar alur proses dan metode, menyampaikan resume, menyampaikan pertanyaan diagnosis, menyampaikan petunjuk (clue) yang menghantar ke materi selanjutnya, menyampaikan salam penutup

9 Terkait dengan penguasaan materi, SAYA:Mampu menjawab pertanyaan peserta dengan percaya diri, tidak memberi kesan mempertahankan diri, tidak mengalihkan pertanyaan peserta ke hal lain yang tidak ada hubungannya, konsisten dengan penyampaian materi dari awal hingga akhir

10. Terkait dengan penguasaan dan pemanfaatan metode dan media pelatihan, SAYA: Menyampaikan tujuan instruksional, menjelaskan metode dan prosedur pelatihan, menggunakan media pembelajaran dengan efektif, melibatkan peserta dalam proses pembelajaran, memberikan kesempatan kepada peserta untuk praktek, mampu menjawab pertanyan peserta terkait perbedaan diantara metode-metode pelatihan yang ada

20

PRAKTEK UMPAN BALIK

TujuanDi akhir pelatihan:

peserta melakukan pengamatan dan memberikan penilaian terhadap perilaku peserta • yang lainmemutuskan untuk menerima masukan yang positif dan konstruktif dari peserta lain • terhadap perilaku mereka

BahanKartu-kartu masukan/umpan balik untuk semua peserta (disiapkan oleh support team). Ada dua jenis kartu: kartu pertama akan dituliskan hal-hal yang positif dan kartu yang ke dua adalah hal-hal yang terkait dengan kekurangan. Setiap peserta memperoleh dua kartu.

Waktu

10 menit untuk menjelaskan kegiatan pada awal pelatihan20 menit untuk mendiskusikannya pada hari terakhir

Proses

Perkenalan Pelatih menjelaskan tujuan kegiatan. Beritahukan ke peserta bahwa mereka akan 1. mendapat kartu bertuliskan nama seorang peserta lain (tunjukkan kartunya).

Jelaskan bahwa selama pelatihan b2. erlangsung, peserta harus mengamati rekannya tersebut dan menuliskan hal-hal positif dan kekurangan-kekurangan [sebagai pelatih fasilitator pemberdayaan masyarakat] yang mereka amati berdasarkan yang dilihat dan yang didengar.

Setelah tujuan dan instruksi sesi ini jelas, pelatih membagikan kartu-kartu itu (kocok 3. dulu) dan tekankan bahwa peserta tidak boleh saling menunjukkan kartunya kepada yang lain.

Katakan bahwa di akhir pelatihan kartu yang penuh berisikan umpan balik yang positif 4. itu akan dikumpulkan dan diberikan kepada pemilik nama kartu itu sebagai hadiah perpisahan. Peserta akan menerima kartu berisi pengamatan-pengamatan positif tentang mereka. Tetapi mereka tidak akan tahu siapa yang menulisnya.

21Modul I - Pradaya |

Pembagian di hari terakhirKumpulkan semua kartu pada awal hari terakhir. Bacalah sekilas tanpa 1.memperlihatkannya kepada yang lain untuk memastikan agar tidak ada umpan balik negatif yang dituliskan.Akhiri pelatihan dengan positif dengan membagikan kartu-kartu umpan balik sebagai 2.hadiah perpisahan untuk semua peserta. Katakan bahwa kartu itu sangat berharga dan sebaiknya disimpan dengan baik, sehingga pada saat-saat mereka merasa sedih atau patah semangat dan membutuhkan energi yang positif, mereka tinggal mengambil kartu itu dan membacanya.

Pada waktu kegiatan ini diperkenalkan, peserta harus betul-betul mengerti bahwa kegiatan ini BUKAN kesempatan untuk diam-diam menulis hal-hal yang negatif tentang orang yang diamatinya!

Catatan

22

UMPAN BALIK HARIAN

TujuanDi akhir sesi panitia dan peserta bersepakat proses umpan-balik harian sistem bergiliran

Bahan

-

Waktu30 menit

ProsesPelatih menjelaskan yang dimaksud dengan umpan balik harian (lihat 1. bahan bacaan pokok).Tanyakan pada peserta siapa saja yang pernah meminta umpan balik dari peserta 2.pelatihan yang mereka selenggarakan (catat nama-nama peserta itu sebagai anggota kelompok pertama). Tanyakan mengapa ini dilakukan dan bagaimana caranya.Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan melakukan kegiatan-kegiatan umpan balik 3.harian di akhir setiap hari selama pelatihan dilakukan. Gunanya untuk memonitor terus jalannya pelatihan, tetapi selain itu untuk memberikan kesempatan bagi peserta untuk bereksperimen dengan berbagai cara mengumpulkan, menganalisa, dan memberikan sharing umpan balik itu. Jelaskan dengan singkat proses pengumpulan, analisa, dan pemberiannya kembali keesokan harinya.Pelatih menjelaskan bahwa untuk pelatihan ini, peserta akan memberikan umpan 4.balik untuk memberikan kesempatan bagi mereka melatih keterampilan memantau proses belajar dalam lingkungan yang aman (tidak mengancam). Perkenalkan gagasan kelompok-kelompok umpan balik harian dan pelajari bersama peran dan tugas mereka (lihat bahan bacaan pokok). Jelaskan pula bahwa untuk besok hari dan sampai hari terakhir, Anda (pelatih) bersama 5.peserta akan menentukan kelompok umpan balik. Pelatih membagi dan membentuk kelompok umpan balik dengan jumlah anggota 5 6.orang. Juga tentukan jadwal (hari dan tanggal) bertugasnya.

23Modul I - Pradaya |

Selama pelatihan berjalan, berikan dorongan kepada kelompok umpan balik agar • meningkatkan keterampilan mereka dalam mengumpulkan, menganalisa dan menyampaikan umpan balik.Berikan pujian kepada kelompok kalau ada perkembangan menonjol dan dorong • mereka untuk menggunakan metode yang bervariasi tergantung dari kegiatan tiap hari, tingkat energi, dan keterbukaan kelompok.

Catatan

Bahan Bacaan

Umpan Balik Harian •

24

BAHAN BACAAN POKOK MODUL I

GENTONG YANG RETAK ”Jangan takut akan kekurangan-kekuranganmu!”

Alkisah seorang Pemikul Air yang mempunyai dua buah gentong besar, yang digantungkan pada sebatang bambu yang dipikulnya. Salah satu gentong itu retak. Gentong yang tidak retak selalu bekerja dengan baik dan membawa pulang segentong air penuh pada akhir perjalanan panjang dari sungai hingga rumah majikan si Pemikul Air, sedangkan gentong yang retak hanya berhasil membawa pulang setengah gentong air.

Selama dua tahun hal yang sama terjadi, dari hari ke hari, si Pemikul Air hanya bisa mengantarkan satu setengah gentong air ke rumah majikannya. Sudah tentu Gentong Sempurna sangat bangga atas keberhasilannya yang sempurna pula. Sedangkan Gentong Retak sangat malu karena kekurangannya, dan sedih karena hanya bisa memenuhi setengah dari tugasnya.

Setelah merasa gagal selama dua tahun, Gentong Retak itu berkata pada si Pemikul Air pada waktu berada di tepi sungai, “Saya sangat malu dan ingin minta maaf.” Si Pemikul bertanya, “Ada apa? Mengapa kamu malu?” “Karena,” kata si Gentong Retak, “selama dua tahun terakhir ini saya hanya bisa membawa setengah gentong air gara-gara retakan ini yang membuat air bocor keluar sepanjang jalan menuju rumah majikanmu.” Si Pemikul Air merasa kasihan pada Gentong Retak yang tua itu, dan dengan ramah mengatakan, “Nanti kalau kita kembali ke rumah Pak Majikan, perhatikan bunga-bunga indah sepanjang jalan menuju rumahnya.“

Memang betul, di sepanjang jalan menuju rumah Pak Majikan, Gentong Retak melihat bunga-bunga indah yang dihangatkan oleh sinar matahari, dan hatinya sedikit terhibur. Tetapi, ketika tiba di rumah Pak Majikan, ia kembali sedih karena lagi-lagi setengah isinya bocor sepanjang perjalanan. Gentong Retak meminta maaf lagi kepada Si Pemikul Air atas kegagalannya.

Si Pemikul Air berkata, “Apakah kamu perhatikan bahwa bunga-bunga itu hanya tumbuh pada sisi yang kamu lewati, tetapi tidak pada sisi yang dilewati Gentong Sempurna? Itu terjadi karena dari awal saya mengetahui kekurangan kamu, tetapi kemudian memanfaatkannya. Saya menanam biji bunga sepanjang sisi jalan yang kamu lewati, dan setiap hari, sepanjang kita berjalan dari sungai sampai rumah Pak Majikan, kamu telah menyirami mereka dengan air yang bocor itu. Selama dua tahun saya dapat menghiasi meja makan Pak Majikan dengan bunga-bunga yang indah itu. Tanpa kamu menjadi dirimu sendiri, Pak Majikan tidak akan bisa menikmati keindahan itu dalam rumahnya.” Kita semua mempunyai kekurangan yang unik. Kita semua adalah gentong-gentong yang retak. Jangan takut akan kekurangan-kekurangan itu.

Terimalah, dan percayalah bahwa kamu juga bisa menjadi pencipta keindahan. Dalam memahami kekurangan kita, kita juga menemukan kekuatan kita sendiri.

25Modul I - Pradaya |

PETA SIFAT-SIFAT DASAR

DOMINAN TERBUKA KALEM AKURAT

1 Hal yang diinginkan

Mengatur Mempengaruhi orang lain

Ketenangan Sistem yang baik

2 Ruang kerja Formal, prestisius, berstruktur

Menarik, penuh warna, sentuhan pribadi

Pribadi, santai, informal

Berstruktur, rapi, fungsional

3 Irama kerja Cepat dan tegas Cepat dan spontan Lambat dan santai Lambat dan sistematik

4 Penampilan Formal, konservatif Modis dan trendi Biasa dan santai Fungsonal, dinas5 Prioritas utama Tugas dan hasilnya Jadi pusat perhatian Keharmonisan

hubungan kerjaTugas dan prosesnya

6 Hal yang ditakutkan

Kehilangan kontrol Diabaikan Konfrontasi Bertindak salah, tidak akurat

7 Bila stress dan terpojok

Diktator dankeras kepala

Menyerang dan sarkastik

Diam dan kompromi Mundur dan menghindar

8 Mencari dan mengutamakan

Produktivitas Perhatian Persetujuan Akurasi

9 Pertimbangan membeli

Apa yang dihasilkannya? Berapa harganya?

terhadap peningkatan citra dan gengsi?

mempengaruhi lingkungan diri saya?

Apakah pembelian itu logis dan masuk akal?

10 Memperoleh rasa aman

Mengontrol Fleksibilitas Hubungan akrab Persiapan matang

11 Ingin mempertahankan

Sukses Status Hubungan baik Kredibilitas

12 Dukungan yang diharapkan dari orang lain

Sasaran Ide Dukungan Pelaksanaan tugas dengan sistematis

13 Strategi untuk diterima

Kompetisi, kepemimpinan dan kerja keras

HangatLincahMenarik

LoyalitasKompromiPenurutan

KetelitianKetuntasanKerapian

14 Mengharapkan orang lain

Tegas Lugas

Sedia mendengar Baik dan ‘manis’ Tepat dan persis

15 Posisi yang diinginkan

Saya mengatur Saya diperhatikan Saya disenangi Saya benar

16 Tidak suka pada Inefisiensi dan ketidak-tegasan

Rutinitas dan peraturan

Ketaksabaran dan ketaksensitifan

Kejutan dan ketidakpastian

17 Ukuran sukses pribadi

HasilRekorKeberhasilanKemajuan

Pengakuan PujianTepuk tangan

KecocokkanHubungan baikSilaturahmi

PresisiAkurasiLogika

18 Jika membuat keputusan

Cepat dan tegas Cepat dan spontan Memperkelom- pokbangkan perasaan orang lain

Berdasarkan data dan fakta

19 Volume dan intonasi suara

Keras dan tegas Keras, menyenangkan

Lembut dan memotivasi

Medium dan netral

26

SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI

Dalam kehidupan keseharian, kita sering menghadapi sejumlah pengalaman yang dapat membuat sikap kita lebih positif atau justru lebih negatif. Umumnya hal yang kita ingat biasanya berkaitan dengan hal-hal yang luar biasa, bisa baik ataupun buruk. Bila kita berhasil dalam salah satu aspek pekerjaan, maka sikap kita cenderung positif. Sebaliknya, sikap kita cenderung negatif jika salah satu aspek pekerjaan kita menemui kegagalan.

Kita cenderung menganggap biasa terhadap banyak hal yang kita selesaikan setiap hari. Misalnya, banyak di antara kita menempuh perjalanan puluhan kilometer tiap hari, dari dan ke tempat kerja. Bila kita ingat bagaimana pertama kali kita belajar menyetir mobil atau mengendarai sepeda motor, dengan penuh konsentrasi kita berusaha mengemudi atau mengontrol kendaraan yang berat tersebut agar tidak terjadi kecelakaan. Bandingkan dengan sekarang, ketika kita sudah lancar mengemudi atau mengendarai kendaraan tersebut? Bagaimana sikap kita? Itu adalah salah satu contoh dari sekian banyak keterampilan yang tidak lagi dianggap sebagai suatu keberhasilan. Coba pikirkan betapa banyaknya hal yang sekarang kita lakukan setiap hari, yang dahulu tampaknya sangat sulit untuk dilakukan.

Jadi, memang kita mengalami banyak keberhasilan yang pada saat sekarang menjadi terlihat biasa-biasa saja. Kita lalu mengatakan hal itu sebagai suatu yang rutin dan tidak memiliki daya tarik lagi. Lama kelamaan kita menganggap biasa terhadap semua keberhasilan kita. Hal ini mengakibatkan kita jarang mengalami suasana menikmati rasa harga diri dan sikap positif terhadap diri sendiri.

Satu cara untuk meningkatkan sikap positif terhadap diri sendiri adalah “merayakan” kesuksesan yang kita raih sehari-hari. Tekniknya ialah membuat catatan sukses harian yang berupa catatan dari semua kesuksesan yang telah kita raih setiap hari. Pada waktu tertentu kita dapat membaca kembali catatan tersebut agar kita dapat mengembangkan sikap yang tepat terhadap diri kita sendiri.

Pandangan Baru Terhadap Kesalahan

Kita dapat merubah sikap terhadap diri kita sendiri dengan cara merubah cara pandang kita terhadap hal-hal yang telah kita lakukan di masa lalu. Kita sadar bahwa keberhasilan ataupun kegagalan yang pernah menghampiri hidup kita seringkali memberi dampak kepada cara pandang kita. Agar dapat menempatkan kesalahan dalam perspektif yang benar dan tepat, maka kita terlebih dahulu harus tahu apa itu kesalahan dan bagaimana dampaknya terhadap sikap kita sekarang.

Kesalahan adalah sesuatu yang kita perbuat pada waktu lampau. Tidak pernah kita 1.mengatakan, “Saya sedang melakukan kesalahan” atau “Besok saya akan/ingin melakukan kesalahan.”Tanyakan pada diri anda, “Perlukah kita membiarkan perisitiwa-peristiwa tertentu di 2.masa lampau mempengaruhi sikap kita terhadap diri kita sendiri?”

27Modul I - Pradaya |

Contoh: Pelatihan pelatih yang sedianya akan diadakan dua minggu mendatang ternyata diubah waktu dan tempatnya. Kita harus memberitahu seseorang mengenai perubahan tersebut. Persoalannya orang tersebut berdomisili jauh dari tempat kita. Di kantor kita sedang digalakkan penghematan pemakaian telepon interlokal dan kita memutuskan untuk menyampaikan informasi tersebut via surat. Tapi, pada saat yang bersamaan kita tidak tahu bahwa orang tersebut telah dipindah-tugaskan ke kantor yang lain. Pada saat surat kita tiba segala sesuatunya telah terlambat.Apakah kita telah melakukan kesalahan?

Terhadap pengalaman kita di masa lampau, kita sering memberi penilaian. Yang perlu 3.kita perhatikan adalah bagaimana penilaian-penilaian tersebut berpengaruh atau tidak berpengaruh pada sikap kita terhadap diri kita sendiri.

Informasi tentang situasi tertentu tidak pernah sempurna. Artinya, tidak semua informasi kita miliki. Atas kesadaran itu, kita tetap harus membuat dan mengambil keputusan. Kita baru mengetahui bahwa ada alternatif lain yang terbaik setelah beberapa waktu kemudian. Untuk itu, kita harus meyakini bahwa pada saat keputusan diambil, kita sudah mendasarkan pada informasi yang saat itu kita ketahui adalah benar.

Kita tidak bisa merubah kejadian di masa lampau, tapi kita dapat membuat dan mengambil pelajaran yang konstruktif bagi perkembangan dan pertumbuhan diri kita di masa yang akan datang. Kegagalan dipandang bukan sebagai kesalahan tapi sebagai pelajaran.

Kita belajar dari kesalahan namun kita bertumbuh dari keberhasilan. Bertumbuh dan belajar tidak harus selalu sama. Walaupun kita dapat belajar dari kesalahan, kita dapat saja berhenti di sana dan tidak berjalan terus serta menerapkan apa yang kita pelajari.

Ringkasan

Peristiwa yang terjadi setiap hari sesungguhnya memberikan banyak alasan bagi kita 1.untuk merasa berhasil. Asalkan kita tidak menganggap biasa terhadap hal-hal yang biasa kita selesaikan setiap harinya. Lihatlah kegagalan sebagai pelajaran bukan sebagai kesalahan.2.

Peliharalah sikap mental yang mendatangkan ketenangan dan kegembiraan dengan 3.cara: penuhi benak kita dengan hal-hal yang membawa damai, keberanian, kesehatan, dan harapan. Jauhkan pikiran dari keinginan untuk membalas dendam terhadap musuh sekalipun. Lakukan sesuatu dengan motif tanpa pamrih. Hitung berkat-berkat anda, bukan kemalangan. Ciptakan kebahagiaan bagi orang lain.

28

UMPAN BALIK HARIAN

Apa itu Kelompok Umpan Balik Harian?1.

Kelompok umpan balik harian adalah kelompok yang terdiri dari 3 – 5 orang, yang tugasnya adalah bertanggung jawab atas umpan balik yang diperoleh dalam satu hari tertentu. Setiap hari kelompok umpan baliknya berbeda, supaya setiap orang mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan ini.

Apa yang harus dikerjakan kelompok umpan balik harian?2.

Kelompok ini bertanggung jawab untuk:Waspada sepanjang hari tentang bagaimana perasaan peserta, apa yang mereka • pikirkan, bagaimana mereka bereaksi, dan sebagainya.Memilih dan menyiapkan metode umpan balik.• Mengumpulkan umpan balik.• Menganalisa dan menyimpulkan umpan balik.•

Kapan dan bagaimana membuat persiapan?3.

Setelah Anda terpilih menjadi anggota kelompok umpan balik, semua anggota harus berkumpul dan menyepakati metode yang akan digunakan berdasarkan pengalaman kolektif anggota kelompok dan pilihan yang disukai (baca bahan bacaan dengan seksama untuk mendapat gagasan baru). Jika Anda membutuhkan bantuan dari yang lain, seperti pelatih maupun peserta, jangan ragu untuk memintanya. Buatlah rencana tentang siapa akan melakukan apa dan siapkan metode serta bahan yang mungkin diperlukan.

Apa yang dimaksud dengan umpan balik harian?4.

Mengakhiri setiap hari dengan kegiatan memberikan feedback atau umpan balik singkat memberikan kesempatan peserta untuk menilai perkembangan dari pelatihan yang sedang berlangsung, berdasarkan masukan dari semua yang hadir di situ. Kegiatan ini sering juga disebut review harian.

Untuk apa dilakukan?5.

Kegiatan umpan balik harian memungkinkan para peserta memperoleh gambaran tentang perasaan dan reaksi peserta yang lain, sekaligus hal-hal apa yang telah dipelajari dan/atau usulan dari peserta. Umpan balik harian memperkuat desain pelatihan dan meningkatkan rasa kepemilikan.

Bagaimana mendapatkan umpan balik?6.

Banyak cara untuk mendapatkan umpan balik, tingkat partisipasi, interaksi dan tingkat detil. Pilihannya tergantung pada tujuan, kelompok, waktu, dsb. Sebaiknya, umpan balik harian berlangsung paling sedikit selama 10 menit di akhir atau awal setiap hari. Tetapi bisa saja menjadi setengah jam, jika anda memilih melakukan umpan balik secara lisan atau kemudian mendiskusikan bagaimana sebaiknya memperbaiki pelatihan berdasarkan umpan balik yang diberikan.

29Modul I - Pradaya |

Doronglah peserta agar spesifik mengenai apa yang ingin diungkapkan, dan analitik tentang mengapa mereka mengungkapkan sesuatu. Pada awal pelatihan, mungkin peserta sangat tidak lazim dengan umpan balik harian, tetapi lama kelamaan mereka akan menjadi lebih terbiasa dalam merefleksikan apa yang dipelajari dan perasaan mereka, sehingga mereka juga akan menjadi lebih analitik. Karena itu, mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dijawab dalam memancing umpan balik, kemudian secara perlahan ajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih analitik.

Bagaimana menganalisis hasil umpan balik?7.

Cara paling mudah adalah menghitung jumlah tanggapan yang diperoleh terhadap beberapa aspek dari pelatihan hari itu, kemudian merangkum isi tanggapan-tanggapan tersebut. Dengan menghitung jumlah tanggapan, baik pelatih maupun peserta mendapat gambaran tentang aspek-aspek apa saja yang menarik perhatian peserta. Sedangkan rangkuman isi tanggapan menjelaskan alasannya.

Bagaimana menyampaikan kembali hasil umpan balik?8.

Pada awal hari berikutnya, sampaikan rangkuman dari tanggapan serta komentar yang diperoleh dari kegiatan umpan balik hari sebelumnya. Berikan kesempatan pada peserta untuk menanggapi. Kalau hasilnya termasuk usulan, penting bagi Anda untuk menjelaskan apabila para pelatih mengusulkan adanya perubahan berdasarkan umpan balik yang diterima, atau jika tidak, apa alasannya. Jangan menyebutkan komentar-komentar negatif atau memalukan yang secara khusus ditujukan pada perorangan. Jika ada beberapa komentar tentang seseorang, anda bisa membicarakannya secara pribadi dengan orang yang bersangkutan.

Beberapa gagasan untuk umpan balik:9.

Kata Kenangana. Minta agar peserta menuliskan kata-kata yang, misalnya:

paling menggambarkan apa yang telah dipelajari atau mencerminkan pengalaman •dalam pelatihan hingga saat itu. Kemudian bisa diikuti dengan pertanyaan: ”Mengapa Anda memilih kata-kata •itu?” atau ”Apakah Anda bisa menjelaskan kata-kata yang Anda pilih?’

Celengan atau Kotak Tabunganb. Siapkan sejumlah uang logam seharga 100 dan 500 rupiah, dan sebuah celengan atau kotak uang (yang bisa dibuka). Minta agar setiap peserta memilih satu uang logam yang mencerminkan tingkat kepuasan mereka pada hari itu kemudian dimasukkan kedalam celengan yang disediakan. Setiap peserta hanya boleh memilih satu koin saja. Kalau sangat puas, mereka harus memasukkan uang logam 500 rupiah, kalau kurang puas 100 rupiah.Menggunakan metafor sebagai ungkapan perasaan atau hal yang dipelajaric. Minta agar peserta membandingkan pelatihan dengan jenis-jenis makanan. Kemudian, mereka harus menuliskan makanan apa yang paling melambangkan pengalaman mereka mengikuti pelatihan sampai saat itu, disertai alasan mengapa makanan tersebut yang dipilih.

30

Menggunakan gambard. Minta agar peserta menggambarkan perasaan mereka tentang pelatihan hari itu, dan tanyakan mengapa gambar tersebut yang dibuat.Kartu umpan balike. Bagikan kartu metaplan atau post-it. Minta agar peserta menjawab dengan singkat pada metaplan atau post-it:

Apa yang paling menolong anda hari ini? kemudian Mengapa? atau•Apa yang paling bermanfaat, menarik, sulit... apa yang paling Anda sukai?•

Dapat juga ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:Apa yang paling tidak menolong, tidak bermanfaat... yang tidak Anda sukai?•

Diikuti denganApa yang perlu diperbaiki? atau Apa usulan Anda? •

Setelah kartu metaplan atau post it dikumpulkan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

Kalau waktu memungkinkan, kocok kartu itu, bagikan kembali, lalu minta agar 1. para peserta membaca kartu yang didapatnya; atauTempelkan kartu di depan dan mintalah peserta untuk mengelompokkannya. 2. Diskusikan setelah ditimkan; atauKumpulkan semua kartu, buatlah rangkuman setelah sesi selesai, kemudian 3. sampaikan hasil umpan balik keesokan paginya sebelum acara dimulai.

Melempar bolaf. Tuliskan beberapa pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dievaluasi pada selembar kertas. Remas-remas kertas itu dan buatlah menjadi sebuah bola. Peserta kemudian diminta membentuk lingkaran, kemudian saling melemparkan bola kertas tadi selama Anda berbalik memunggungi mereka. Setelah beberapa saat, baliklah kembali menghadap mereka sambil menyerukan ”Stop!” Yang sedang memegang bola kertas itu harus membukanya dan menjawab pertanyaan yang pertama. Kalau perlu, anda bisa meminta peserta yang lain untuk membantu atau menambahkan pendapat mereka. Ulangi sampai semua pertanyaan terjawab. Harap diingat bahwa karena cara ini sifatnya lebih langsung, pertanyaan yang diajukan jangan menyinggung perasaan atau hal-hal yang sensitif, tetapi berfokus pada apa yang telah mereka pelajari hari itu. Variasi untuk melenpar bolaGunakan musik untuk menandakan kapan bola mulai dilempar dan kapan harus berhenti.Menyelesaikan kalimatg. Tuliskan di kertas plano (atau siapkan fotokopi untuk setiap peserta) beberapa pernyataan yang belum selesai, yang berkaitan dengan aspek-aspek pelatihan yang ingin dievaluasi. Misalnya:- Menurut saya, pelatihan ini efektif karena...- Pelatihan ini bisa disempurnakan dengan...- Fasilitator bisa lebih efektif kalau...

31Modul I - Pradaya |

Setiap peserta diminta menjawab semua pernyataan atau memilih pernyataan mana saja yang ingin ditanggapi.Pengukur suasana hatih. Kertas plano dengan gambar muka senang, muka biasa, dan muka sedih. Jelaskan arti dari masing-masing simbol kepada peserta, dan tempelkan kertas plano tersebut dekat pintu keluar ruangan. Mintalah agar peserta memberi tanda pada simbol yang sesuai dengan perasaan mereka terhadap acara hari itu dengan spidol atau stiker.Sebagai variasi, dapat digunakan post-it yang bertuliskan komentar peserta untuk memberi klarifikasi atas pilihan mereka. Untuk membedakan tim-tim peserta dari wilayah atau institusi yang berbeda, bisa digunakan kertas warna; seringkali akan terlihat adanya perbedaan persepsi. Perlu diingat bahwa cara ini harus tetap anonim, sehingga pembagian tim jangan terlalu kecil.Variasi lainnya adalah dengan menggunakan pengukur suasana hati selama seluruh pelatihan berlangsung, dengan mengukur perasaan peserta pada akhir setiap sesi pagi dan sore.Duka dan Sukai. Atur peserta dalam lingkaran, sehingga semua bisa saling melihat. Secara bergantian, setiap peserta melengkapi kalimat: ”Saya tidak suka ketika...”Jawabannya bisa menyangkut apa saja yang terjadi hari itu. Peserta boleh memilih untuk tidak menjawab apa-apa, atau menjawab sebanyak mungkin pada gilirannya. Peserta yang lain tidak boleh memberikan tanggapan atau menilai apa yang telah dikatakan. Anda, sebagai pelatih, harus pertama memulai dengan berbicara sejujur yang Anda harapkan dari peserta yang lain. Setelah semua memberikan tanggapan, hal yang sama dilakukan untuk menjawab apa yang mereka sukai. Kalimat yang harus dilengkapi adalah: “Saya suka ketika...” Kegiatan ini berakhir dengan hal-hal apa saja yang disukai, dengan demikian dalam suasana positif.Human Continuumj.

Pada dinding yang panjang, tempelkan kertas bertuliskan ‘tidak belajar apa-apa’ pada •satu ujung, lalu ‘sangat mahir’ di ujung lainnya dan buatlah garis yang menghubungkan keduanya.Jelaskan makna dari • human continuum tersebut, dan mintalah agar mereka berpikir tentang posisi mereka pada awal pelatihan, dari segi pengetahuan, rasa percaya diri, dan keterampilan.Lalu mintalah mereka berdiri kemudian menempatkan diri mereka pada garis di •dinding itu. Setelah mereka diam, mintakan pendapat dari tiga atau empat orang tentang mengapa mereka memilih berdiri di tempat tertentu.Kemudian, minta agar peserta berpikir lagi tentang posisi mereka sekarang, diakhir •pelatihan. Lalu undang mereka untuk berdiri di posisi yang sesuai sepanjang garis di dinding.Sekali lagi mintakan pendapat dari beberapa peserta mengenai alasan mereka berdiri •di tempat tertentu.Mintakan pendapat tim tentang kegiatan evaluasi ini, dengan tidak lupa menekankan •betapa nyatanya penilaian diri mereka atas apa yang telah dicapai.

32

Pameran posterk. Siapkan beberapa kertas plano dengan judul aspek-aspek yang ingin dievaluasi (satu poster/plano satu judul). Tempelkan pada dinding, dan mintalah para peserta untuk berkeliling sambil menuliskan komentar mereka dengan spidol pada masing-masing poster.Fishbowll. /AquariumSebagian peserta diminta duduk dalam sebuah lingkaran dalam, dengan peserta lainnya di lingkaran luar. Berikan pertanyaan diskusi yang berkaitan dengan apa yang dipelajari hari itu. Misalnya: ”Sesi apa saja yang bermanfaat hari ini? Dan mengapa?” Hanya mereka yang duduk di lingkaran dalam yang boleh berbicara. Mereka yang duduk di luar hanya mendengarkan. Setelah beberapa menit, peserta bertukar tempat (yang di lingkaran dalam duduk di luar, dan sebaliknya). Anda boleh mengajukan pertanyaan yang berbeda. Jika timnya besar (lebih dari 15 orang), lakukan kegiatan ini dalam tiga ronde, tim yang pertama dulu, lalu tim kedua dan terakhir tim ketiga.Roda Monitoringm. Tetapkan delapan elemen yang ingin dimonitor. Tuliskan setiap elemen pada jari-jari roda tersebut, lalu fotokopi untuk semua peserta. Bagikan kepada peserta, sambil meminta mereka untuk memberikan evaluasi terhadap setiap aspek dengan membuat titik pada setiap jari-jari roda. (mendekat ke pusat roda artinya rendah, sedangkan lingkar luar roda artinya tinggi). Setelah selesai, hubungkan titik-titik tadi sehingga membentuk jaring-jaring. Tempelkan semua roda di dinding, dan kalau cukup waktu diskusikan hasil evaluasi tadi.Meninjau kembali dan Menyusun Tujuan Belajarn. Minta agar peserta secara individu atau bertim menyusun kartu-kartu yang bertuliskan tujuan-tujuan belajar, sesuai dengan manfaatnya, dan sebagainya.Skala berlawanano. Pilihlah beberapa aspek yang ingin dievaluasi, misalnya, tingkat kesulitan. Untuk setiap aspek, buatlah skala dengan nilai untuk setiap jawaban (misalnya, positif nilainya 5, negatif nilainya 1, dengan 2, 3 dan 4 di tengah-tengah). Supaya hasilnya lebih berarti, bisa ditambahkan dengan penjelasan mengapa, komentar atau usulan.Membagi kertasp. Ajak peserta untuk berpikir tentang apa yang mereka pelajari hari ini. Kemudian, mintalah mereka untuk merobek selembar kertas kosong sesuai dengan aspek-aspek apa saja dari pelatihan hari itu yang bermanfaat bagi mereka. Setiap bagian harus diberi judul, dan ukurannya mencerminkan besarnya manfaat yang diperoleh. Lalu, mereka harus menulis mengapa hal tersebut mereka anggap bermanfaat.

MODUL II

FASILITATOR MASYARAKAT DAN TANGGUNG JAWAB

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA

Pengantar

Memahami Nilai-Nilai ke-Indonesia-an

Mengembangkan Nilai-nilai ke-Indonesia-an

Memahami Kembali Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Indonesia

Peran dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat

35Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

PENGANTAR

TujuanMenyegarkan kembali persepsi peserta mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep dasar pemberdayaan masyarakat yang harus dijadikan dasar pijakan dan orientasi dalam mengelola program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Indonesia.

Bahan Flip chart, spidol kecil, spidol besar, selotip

Waktu30 menit

Proses

1. Pelatih mengantarkan sesi dengan menceritakan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan oleh pemerintah ataupun LSM di Indonesia.

2. Berikan contoh-contoh nyata baik contoh keberhasilan maupun kegagalan. Ajak peserta untuk menganalisis kenapa sebuah program bisa berhasil dan kenapa pula bisa gagal. Mintalah contoh-contoh dari peserta.

3. Ajaklah peserta menengok kembali konsep-konsep pemberdayaan yang diterapkan di wilayahnya, apakah konsep pemberdayaan dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai ke-Indonesia-an atau menerapkan konsep dari luar yang justru mematikan nilai-nilai ke-Indonesia-an?

4. Setelah peserta dapat menganalisis secara kritis dan obyektif sesi dilanjutkan ke sesi berikutnya, yaitu Memahami Nilai-nilai Ke-Indonesia-an

36

MEMAHAMI NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN

Tujuan

• Mengidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia sesuai dengan karakter dan jati dirinya.

• Menjelaskan dan menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang selama ini telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang sejarah kehidupan mereka.

Bahan Flip chart, spidol kecil, selotip, teks lagu Nasional dan lagu Daerah

Waktu90 menit

Proses

Menyanyikan lagu Nasional dan Daerah (10 menit)1. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana memasuki kegiatan belajar, sehingga para peserta mempunyai kesiapan untuk melaksanakan kegiatan belajar. Lebih dari itu kegiatan belajar ini juga dimaksudkan sebagai pintu masuk pada pembahasan mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an.Kegiatan belajar ini dilakukan dengan meminta salah satu peserta untuk memimpin menyanyikan salah satu lagu nasional, seperti lagu Dari Sabang Sampai Mereuke, Satu Nusa Satu Bangsa dan sejenisnya. Selesai menyanyikan lagu nasional dilanjutkan dengan meminta beberapa orang peserta yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia untuk menyanyikan lagu daerah masing-masing secara bergiliran.

Mempelajari Bahan Belajar (20 menit)2. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan nilai-nilai ke-Indonesiaan. Informasi dimaksud dapat diperoleh melalui membaca materi bacaan yang telah disediakan atau materi bacaan lain yang dimiliki oleh peserta. Untuk itu kepada masing-masing peserta diberikan kesempatan dan waktu untuk mempelajarinya.

Curah Pendapat (45 menit)3. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali pendapat dan pemahaman peserta tentang nilai-nilai ke-Indonesia-an. Untuk itu peserta diberi pertanyaan kunci:

37Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

“Nilai-nilai apa saja yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia sepanjang sejarah kehidupan mereka mulai dari jaman pra sejarah sampai sekarang? Dan apa bukti yang ada dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia dari nilai-nilai ke-Indonesia-an yang dijunjung tinggi tersebut? “

Dalam kegiatan ini akan lebih baik jika terdapat lebih banyak peserta yang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Setiap pendapat peserta direkap secara singkat inti pendapatnya di papan tulis atau kertas plano di depan kelas yang dapat dibaca oleh semua peserta. Kegiatan ini dilaksanakan sampai dapat diidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an beserta buktinya dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia dalam jumlah yang dipandang cukup. Jika peserta kesulitan menyampaikan pendapat, pemandu bisa membantu dengan memberikan “pernyataan atau pertanyaan perangsang”. Pendapat yang sudah disampaikan oleh peserta hendaknya tidak disampaikan lagi oleh peserta yang lain untuk menghindari duplikasi, memperoleh lebih banyak hasil identifikasi, serta menghemat waktu. Format Rekapitulasi hasil curah pendapat dapat dibuat sebagai berikut:

No Nilai-nilai ke-Indonesia-an Bukti dalam Kehidupan Nyata

1

2

dst

Penegasan (15 menit)4.

Kegiatan ini dimaksudkan memberikan ulasan dan penyimpulan terhadap hasil curah pendapat yang telah dilakukan. Ulasan disampaikan dengan memberikan penegasan dan penjelasan terhadap pendapat tertentu yang dipandang perlu mendapatkan perhatian, seperti pendapat yang kontroversial yang memancing perbedaan pendapat. Ulasan juga disampaikan terhadap pendapat yang kritis, unik, dan menarik.

Bahan Bacaan

Memahami Nilai-nilai ke-Indonesia-an•

38

MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN

Tujuan

• Menghubungkan nilai-nilai Ke-indonesia-an dengan nilai keberagaman• Menjelaskan dan menyimpulkan dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat• Memberikan penilaian terhadap program, kegiatan dan upaya-upaya pemberdayaan

masyarakat yang selama ini telah dilaksanakan sehingga dapat menemukan kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekuatan yang perlu dikembangkan lebih lanjut

• Menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan dalam melaksanakan tugas pemberdayaan masyarakat secara tepat dan benar

Bahan Flip chart, spidol kecil, selotip, contoh kasus.

Waktu120 menit

ProsesPembagian Kelompok (5 menit)1. Dalam kegiatan ini peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Jumlah kelompok dalam satu kelas dan jumlah anggota untuk setiap kelompok bisa disepekati bersama sesuai dengan kondisi kelas yang ada. Jumlah anggota kelompok hendaknya tidak terlalu sedikit, tetapi juga tidak terlalu banyak, paling banyak 5 orang setiap kelompok.

Diskusi Kasus (90 menit)2. a) Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mencari dua kasus dan

mendiskusikannya, yaitu: Peristiwa (kasus) nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat 1) Indonesia yang mengandung nilai-nilai ke-Indonesia-an yang positif untuk dikembangkan, serta analisis mengapa perlu dikembangkan, bagaimana cara mengembangkan, dan kendala apa yang akan dihadapi dam mengembangkan nilai tersebut.Peristiwa (kasus) nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia 2) yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an dan karenanya perlu dihindari disertai dengan analisis alasan mengapa perlu dihindari dan mengapa kasus atau peristiwa tersebut sampai terjadi.

Hasil diskusi kasus dalam kelompok dirumuskan tertulis secara singkat dan padat dalam format sebagai berikut:

39Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

Uraian Kasus Nilai Positif yang Dikembangkan

Nilai Negatif yang Harus Dihindari Analisis

b) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok secara bergantian. Setelah semua kelompok selesai menyampaikan hasil diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pemberian tanggapan dari dan oleh setiap kelompok terhadap hasil diskusi mereka. Jika jumlah kelompok terlalu banyak dan waktu yang tersedia tidak mencukupi, maka penyampaian hasil diskusi kelompok bisa dilakukan oleh beberapa kelompok saja dengan pemilihan kelompok secara acak. Jika jumlah kelompok cukup kecil dan waktu yang tersedia mencukupi, maka kesempatan pemberian tanggapan bisa diberikan langsung setelah setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya,

Penegasan (25 menit)3. Kegiatan ini dimaksudkan memberikan ulasan dan penyimpulan terhadap hasil diskusi kasus. Ulasan disampaikan dengan memberikan penegasan dan penjelasan terhadap pendapat yang dipandang perlu mendapatkan perhatian, seperti pendapat yang kontroversial dan memancing perbedaan pendapat. Ulasan juga disampaikan terhadap pendapat yang kritis, unik, dan menarik.

Bahan Bacaan

Mengembangkan Nilai-Nilai ke-Indonesia-an•

40

MEMAHAMI KEMBALI KONSEP DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tujuan

• Peserta memahami konsep dasar pemberdayaan masyarakat• Peserta dapat menentukan konsep pengembangan masyarakat yang sesuai dengan visi,

misi dan prinsip yang sesuai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an

Bahan Flip chart, spidol kecil, selotip, bahan bacaan pokok, audio visual berupa rekaman kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada pada beberapa program pemberdayaan

Waktu120 menit

Proses

Penyampaian Informasi dengan Ceramah Bervariasi (30 menit)1. Kegiatan belajar diawali dengan penyampaian informasi melalui ceramah tentang konsep-konsep dasar pemberdayaan masyarakat. Untuk lebih menarik dan memudahkan pemahaman dalam menyampaikan ceramah didukung dengan media audio visual berupa rekaman kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada pada beberapa program pemberdayaan (dipersiapkan oleh support team). Ceramah juga bisa diselingi dengan tanya jawab singkat dan pendek, sehingga dapat membuat suasana lebih aktif dan dinamis. Selama penyampaian informasi, peserta diminta mencatat hal-hal yang dipandang penting dan menonjol.

Diskusi (75 menit)2. a) Setelah selesai penyampaian informasi mengenai konsep-konsep dasar

pemberdayaan masyarakat, peserta diminta untuk membuat beberapa kelompok dengan anggota maksimal 5 (lima) orang per kelompok.

b) Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mengidentifikasi contoh-contoh kasus pemberdayaan masyarakat yang kurang sesuai dengan visi, misi, prinsip, dan strategi pemberdayaan masyarakat yang seharusnya. Selanjutnya menganalisis mengapa hal tersebut bisa terjadi serta bagaimana jalan keluar untuk mengatasinya. Hasil diskusi kelompok dituangkan dalam format hasil diskusi kelompok sebagai berikut:

41Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

No Kasus Permasalahan Analisis Masalah Alternatif Pemecahan

c) Hasil diskusi dari setiap kelompok disampaikan secara bergiliran untuk mendapatkan tanggapan dan umpan balik dari peserta anggota kelompok lain.

Penegasan (15 menit)3. Pada akhir kegiatan diberikan penegasan untuk memberikan ulasan dan komentar terhadap hasil diskusi kelompok. Pemikiran-pemikiran kritis dan inovatif yang berkembang selama diskusi perlu digarisbawahi.

42

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF INDONESIA

Tujuan Pada akhir sesi peserta:• menemukenali model pengembangan masyarakat yang sesuai dengan jati diri ke-

Indonesia-an yang tidak meninggalkan budaya lokal dan tata nilai yang berlaku di Indonesia

• mampu menganalisis permasalahan pemberdayaan masyarakat di Indonesia dan solusi pemecahannya

Bahan Flip chart, spidol, selotip, lembar analisis.

Waktu75 menit

Proses

Pengantar (10 menit)1. Penyampaian pengantar dimaksudkan untuk mengingatkan kembali kepada peserta tentang perlunya pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat di Indonesia yang bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan jati diri masyarakat Indonesia, baik nilai-nilai sosial budaya, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia, serta jati diri ke-Indonesia-an. Perlu juga disampaikan bahwa dalam prakteknya masih dijumpai adanya kegiatan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang ditengarai tidak sejalan dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an sehingga berpotensi untuk menimbulkan permasalahan dan tidak bisa berjalan secara efektif.

Diskusi Identifikasi Kasus dan Analisis Masalah (45 menit)2. Kepada peserta diminta untuk membentuk kelompok berdasarkan pengalaman a) dan keterlibatannya dalam program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat tertentu. Setiap kelompok beranggotakan tidak lebih dari 5 orang. Kepada masing-masing kelompok diminta sukarela untuk mengidentifikasi b) beberapa kasus kegiatan pemberdayaan masyarakat yang pernah dialami dan/atau diketahui kurang atau tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan jati diri masyarakat Indonesia, kemudian menganalisis permasalahan yang ada dalam kasus tersebut dan merumuskan beberapa alternatif pemecahannya. Hasil diskusi dari masing-masing kelompok dituangkan dalam format sebagai berikut:

43Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

No Kasus Analisis Permasalahan Alternatif pemecahan

Hasil diskusi dari setiap kelompok disampaikan secara bergiliran untuk c) mendapatkan tanggapan dan umpan balik dari peserta anggota kelompok lain.

Penegasan (20 menit)3.

Pada akhir kegiatan diberikan penegasan untuk memberikan ulasan dan komentar terhadap hasil diskusi kelompok. Hal-hal yang dipandang kurang tepat diberikan koreksi dan penegasan secukupnya.

Bahan Bacaan

Pemberdayaan Masyarakat•

44

PERAN DAN FUNGSI PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tujuan

Peserta mengetahui peran dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat.

Bahan Flip chart, spidol, selotip.

Waktu60 menit

Proses

Pengantar dan Penyampaian Informasi (10 menit)1. Kegiatan belajar diawali dengan memberikan pengantar dan penyampaian informasi mengenai dilema yang sering dihadapi oleh para pelaku (pendamping) pemberdayaan masyarakat di lapangan. Dilema terjadi antara peran dan fungsi pendamping sebagai “sutradara” dan “aktor utama”, antara “motivator” dan “provokator”, antara “dinamisator” dan “operator”, antara “pendorong kemandirian” dan “pencipta ketergantungan”.

Tukar Pengalaman (30 menit)2. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali pengalaman mengenai pelaksanaan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat yang pernah dilakukan oleh para peserta. Kepada beberapa peserta diminta secara sukarela untuk menceritakan pengalamannya sebagai pendamping atau pelaku pemberdayaan masyarakat. Masing-masing peserta diberi waktu paling lama 5 menit sehingga akan terdapat paling tidak 7 peserta yang berkesempatan mengungkapkan pengalamannya.

Tanggapan dan Penegasan (20 menit)3. Kegiatan belajar diakhiri dengan pemberian tanggapan dan penegasan terhadap pengalaman yang telah diungkapkan oleh sejumlah peserta. Tanggapan dan penegasan dimaksudkan untuk memberikan ulasan apakah pengalaman yang telah mereka ungkapkan itu sudah sesuai dengan peran, fungsi, dan tugas pelaku pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya. Kalau belum sesuai mengapa dan bagaimana jalan pemecahannya. Hasil penegasan sebaiknya dituangkan dalam format sebagai berikut:

45Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

No Peran dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan

Tugas yang harus dilakukan

Bahan Bacaan

Peran dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat•

46

BAHAN BACAAN POKOK MODUL II

PENGANTAR

Upaya pemberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak melalui berbagai program, baik yang dikoordinasikan oleh pemerintah maupun dilakukan oleh lembaga atau organisasi kemasyarakatan, baik yang didanai oleh anggaran pemerintah, bantuan pihak lain, maupun yang didanai secara swadaya. Berbagai program pemberdayaan masyarakat tersebut dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat agar “bisa hidup lebih hidup”. Namun jika dilaksanakan tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan karakter ke-Indonesia-an yang telah ada dan tumbuh berkembang sepanjang sejarah kehidupan masyarakat Indonesia, justru akan menghilangkan identitas ke-Indonesia-an yang lama berakar, sehingga yang terjadi bukan lagi pemberdayaan melainkan justru “pemerdayaan” karena telah mencabut masyarakat dari akar budaya, karakter dan jati dirinya.

Karena itu dalam bagian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk melakukan refleksi diri, apakah program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada selama ini sudah betul-betul bertumpu pada nilai ke-Indonesia-an serta berdasarkan konsepsi dasar dari pemberdayaan masyarakat secara hakiki. Untuk itu perlu dilakukan penyegaran kembali persepsi mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep dasar tentang pemberdayaan masyarakat sehingga dapat dijadikan pijakan dalam mengambil sikap dan tindakan pemberdayaan masyarakat yang Indonesiawi sehingga dapat “meng-Indonesia-kan masyarakat Indonesia sesuai dengan harkat, martabat, dan jati diri ke-Indonesia-an.”

Tujuan Umum Pembelajaran

Secara umum tujuan pembelajaran dalam bagian ini adalah untuk menyegarkan kembali persepsi para pelaku pemberdayaan masyarakat (yang nantinya bertindak sebagai pelatih fasilitator pemberdayaan masyarakat di Indonesia, ed.) mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep dasar pemberdayaan masyarakat yang harus dijadikan dasar pijakan dan orientasi dalam mengelola program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat Indonesia.

Secara khusus dalam setiap kegiatan pembelajaran bertujuan agar para peserta pelatihan dapat:

Mengidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk 1. mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia sesuai dengan karakter dan jati dirinya. Menjelaskan dan menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang selama ini telah tumbuh dan 2. berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang sejarah kehidupan mereka.Menghubungkan nilai-nilai Ke-indonesia-an dengan nilai keberagaman.3. Menjelaskan dan menyimpulkan dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat.4. Memberikan penilaian terhadap program, kegiatan dan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat 5. yang selama ini telah dilaksanakan sehingga dapat menemukan kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekuatan yang perlu dikembangkan lebih lanjut.Menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan dalam melaksanakan tugas pemberdayaan 6. masyarakat secara tepat dan benar.

47Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

MEMAHAMI NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN

Pada prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memperkuat daya ketahanan masyarakat dengan memanfaatkan sumber potensi masyarakat itu sendiri yang telah lama mereka miliki. Salah satu sumber potensi itu diantaranya adalah nilai-nilai ke-Indonesia-an yang telah tertanam, tumbuh, dan berkembang sepanjang perjalanan hidup masyarakat yang berdiam di wilayah antara samudera Hindia dan Pasifik serta benua Asia dan Australia. Karena itu upaya pemberdayaan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari upaya menggali dan mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.

Memahami Hakekat Bangsa A.

Indonesia adalah identitas kebangsaan bagi suatu bangsa yang berdiam di wilayah nusantara. Karena itu sebelum memahami hakekat ke-Indonesia-an bangsa Indonesia terlebih dahulu perlu dipahami mengenai hakekat bangsa.

Menurut Ernest Renan bangsa adalah jiwa, suatu asas kerohanian yang timbul dari kejayaan bersama di masa lampau, sebagai hasil sejarah dan kehendak atau persetujuan bersama untuk hidup bersama di masa sekarang dan yang akan datang dengan kesediaan memberikan pengorbanan-pengorbanan. Dalam pandangan Renan, manusia bukan budak dari rasnya, bahasanya, agamanya atau tempat tinggalnya. Bangsa adalah suatu kesadaran moral (conscience morale). Jiwa, rasa, dan kehendak adalah faktor subyektif manusia dan tidak bisa diukur dengan faktor-faktor obyektif, seperti bahasa, agama, ras, dan budaya. Karena itu agama, bahasa, ras, dan juga budaya bukanlah unsur pembentuk melainkan hanya merupakan faktor pendorong suatu bangsa. Bangsa dan rasa kebangsaan juga tidak dapat dibatasi secara teritorial, sebab daerah suatu bangsa bukan merupakan sesuatu yang statis tetapi dapat berubah-ubah secara dinamis sesuai dengan jalannya sejarah dari bangsa yang bersangkutan.

Ada pula yang melihat, seperti Otto Bouer, bahwa bangsa adalah suatu masyarakat ketertiban yang muncul dari masyarakat yang senasib. Jadi bangsa itu terbentuk oleh adanya kesamaan perangai atau karakter yang timbul karena adanya kesamaan nasib atau pengalaman. Bangsa juga dapat terbentuk oleh adanya kesamaan kebudayaan (a.l. bahasa), kepercayaan, dan keturunan (ras), seperti pendapat P.J. Bouman. Terbentuknya suatu bangsa dalam pandangan Rudolf Kjellen, bermula dari adanya nafsu atau dorongan untuk mempertahankan hidup yang berlanjut dengan kesadaran dan tekad untuk bersatu dalam suatu persoonlijkheid (kepribadian) sehingga timbul kesadaran untuk mengurus dan menentukan nasibnya sendiri dalam bentuk keinginan untuk hidup bernegara sendiri (natioale state) yang merdeka dan berdaulat. Dengan demikian nafsu hidup suatu bangsa akan menjelma dalam bentuk hidup sebagai negara yang merupakan cita-cita perjuangannya. Dengan dimilikinya kesadaran kebangsaan (dalam bentuk bernegara yang berdaulat) maka suatu bangsa akan berusaha terus menerus untuk memiliki kebudayaan yang sama, juga satu bahasa dan aspek-aspek kehidupan lainnya. Dengan demikian, menurut Rudolf, di balik suatu bahasa terdapat suatu bangsa dan bahasa bukan saja merupakan sebab tetapi juga akibat dari kebangsaan.

48

Jan Romein melihat bangsa terbentuk oleh adanya suatu keinginan bersama dari suatu suku atau beberapa suku untuk mendirikan suatu negara nasional dimana semua penduduknya mempunyai hak dan kewajiban serta kedudukan yang sama. Karl Houshofer memandang bahwa bangsa itu terbentuk oleh adanya kesatuan antara “darah dan tanah”, artinya persatuan antara orang dan tempat, yaitu adanya kesamaan tanah air dengan batas-batas geografis tertentu dari sekelompok manusia yang berkehendak untuk hidup bersama.

Perbedaan sudut pandang dalam melihat proses terbentuknya suatu bangsa tersebut telah mengakibatkan perbedaan dalam melihat hakekat kebangsaan. Ada yang melihat dari sudut pandang politik, seperti Hans Kohn yang melihat paham kebangsaan sebagai suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Lothorp Stoddart melihat kebangsaan dari sudut pandang psikologis, yaitu suatu keadaan jiwa (state of mind), suatu kepercayaan yang dianut oleh sejumlah besar manusia perseorangan, sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan, yaitu rasa kebersamaan segolongan manusia sebagai suatu bangsa (a sense of belonging together). Louis I. Snyder melihat kebangsaan sebagai suatu hasil perpaduan dari faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual, sehingga kebangsaan adalah suatu keadaan pikiran, perasaan atau sentimen dari suatu kelompok manusia yang hidup dalam daerah geografis tertenu, mempunyai bahasa yang sama, memiliki kesusasteraan yang memuat cita-cita nasional yang bersangkutan, mempunyai ketaatan kepada adat istiadat yang sama, menghormati pahlawan-pahlawan yang sama dari kalangan mereka sendiri, dan terkadang juga mempunyai agama yang sama. RM Soebantardjo memaknai kebangsaan sebagai suatu perasaan cinta terhadap bangsa dan tanah airnya yang ditimbulkan oleh persamaan tradisi, sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, dan tempat tinggal, serta keinginan untuk mempertahankan dan memperkembangkan tradisi itu sebagai milik bersama dari anggota-anggota bangsa itu sebagai suatu bangsa.

Dari berbagai pandangan tersebut dapat memberikan pemahaman yang utuh dan komprehensif mengenai hakekat bangsa dan kebangsaan, yaitu sebagai suatu gejala psikologis yang berupa rasa kebersamaan dari sekelompok manusia yang sama-sama hidup dalam suatu wilayah (geografis) tertentu yang menimbulkan kesadaran untuk diakui keberadaannya sebagai suatu bangsa karena adanya keadaan yang sama dan tujuan yang sama pula di masa depan yang dibentuk oleh lingkungan kebudayaan melalui proses sejarah, sosial, ekonomi dan politik yang cukup panjang. Cara memandang hakekat bangsa dan kebangsaan (wawasan kebangsaan) yang demikian itulah yang harus dikembangkan, termasuk dalam memandang ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.

Menggali Nilai-Nilai ke-Indonesia-an B.

Adalah suatu keniscayaan, bahwa nilai-nilai ke-Indonesia-an bangsa Indonesia itu dibingkai, dibangun dan dikembangkan atas tiga pilar waktu; masa lalu, masa kini dan masa akan datang. Masa lalu, berkaitan dengan pengalaman-pengalaman sejarah kehidupan bersama, baik yang pahit maupun yang manis. Masa kini, berkaitan dengan kondisi nyata dan tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan bersama. Masa akan datang, berkaitan dengan cita-cita tentang kehidupan ideal yang hendak dan hanya bisa dicapai secara bersama-sama.

49Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

Karena itu penggalian dan pengembangan nilai-nilai ke-Indonesia-an akan lebih efektif jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan historis melalui penggalian nilai-nilai kehidupan dalam perjalanan sejarah masyarakat dan bangsa Indonesia sepanjang zaman, mulai dari zaman prasejarah sampai dengan perkembangan kondisi kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa identitas ke-Indonesia-an sebagai bangsa Indonesia yang kita kenal sekarang ini tidaklah terbentuk dalam proses yang singkat, melainkan terbentuk melalui proses yang amat panjang, yaitu sepanjang sejarah kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Walaupun konsep ke-Indonesia-an bangsa Indonesia baru terbentuk pada awal abad ke-20, tetapi kondisi yang demikian itu sudah terbentuk sejak awal terbentuknya masyarakat Indonesia, yaitu sejak jaman kedatangan manusia Indonesia ke kepulauan Indonesia pada jaman prasejarah, jaman terbentuknya pengaruh Hindu-Budha dan Islam serta pertemuan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa Barat pada jaman penjajahan.

Sejak proses migrasi manusia Indonesia dari luar wilayah Indonesia serta terbentuknya pemukiman di kawasan Nusantara dan pertemuan dengan bangsa-bangsa lain tersebut identitas masyarakat Indonesia mulai terbentuk yang ditandai dengan sistem kemasyarakatan, sistem religi dan kepercayaan, sistem pemerintahan kerajaan dan ketatanegaraan, serta sistem sosial budaya lainnya. Melalui pertemuan dengan bangsa-bangsa asing, baik secara politis, sosial budaya, dan ekonomi maka bangsa Indonesia pun mulai menyadari tentang pentingnya membentuk identitas ke-Indonesia-an pada awal abad ke-20. Kesadaran tersebut selanjutnya menjadi energi yang menggerakkan pergerakan nasional sampai dengan tercapainya kemerdekaan Negara RI. Kesadaran akan perlunya identitas ke-Indonesia-an itu pula yang harus terus dipertahankan dan dikembangkan di era global ini sesuai dengan tuntutan dan tantangan kehidupan sekarang agar bangsa Indonesia tetap dapat menjaga martabat dan harga diri sebagai bangsa.

Adalah suatu kebanggaan adanya fakta yang menunjukkan bahwa nenek moyang manusia Indonesia sudah ada sejak beribu-ribu tahun sebelum Masehi. Hal ini bisa dibuktikan dari penemuan berbagai fosil manusia purba dan bukti-bukti arkeologis di berbagai daerah Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan daerah-daerah lainnya. Bahkan diyakini pula bahwa nenek moyang suku asli Australia (Aborigin) berasal dari Indonesia, yaitu Homo wajakensis. Bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di kepulauan nusantara juga menunjukkan bahwa sejak awal manusia Indonesia selalu belajar untuk mengembangkan teknologi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kehidupan, mempunyai sistem religi dan kepercayaan yang kuat (bangsa yang relegius). Hampir semua bukti arkeologi yang ditemukan selalu berkaitan dengan produk teknologi dan alat atau tempat yang berkaitan dengan peribadatan. Selain itu juga menujukkan adanya pengembangan sistem kemasyarakatan dengan pembagian kerja dan gotong-royong, sistem pemerintahan yang “melindungi” dan pola hubungan dengan alam yang menjaga keharmonisan dan keseimbangan.

Sejarah penyebaran manusia Indonesia juga menujukkan bahwa manusia Indonesia yang tersebar ke seluruh pelosok nusantara merupakan “satu saudara” karena berasal dari ras yang sama yaitu ras Austronesia. Bahkan ras Austronesia ini juga merupakan nenek moyang bangsa-bangsa di daratan Asia. Dengan demikian sebetulnya orang Melayu, Indonesia, Cina, Korea, Thailand, Jepang adalah satu nenek moyang. Bukti-bukti arkeologis juga menunjukkan

50

besar kemungkinan pada masa ribuan tahun yang lalu antara semenanjung Malaka, pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau lainnya adalah satu daratan. Dengan demikian kesatuan bangsa Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan RI bukanlah hal baru.

Pola penyebaran atau migrasi nenek moyang bangsa Indonesia yang menjangkau hampir seluruh wilayah daratan Asia, bahkan sampai Madagaskar dengan kapal bercadiknya juga menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai wawasan global (manusia gaul secara internasional), manusia bahari yang unggul (pelaut ulung). Masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu dan Budha dari India, budaya muslim dari Timur Tengah, dan budaya Eropa, juga merupakan bukti lain bahwa sudah sejak lama masyarakat Indonesia bersifat terbuka, mempunyai komunikasi baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, budaya dan politik secara internasional. Namun keterbukaan itu tidak mengakibatkan masyarakat Indonesia kehilangan jati dirinya. Masyarakat Indonesia mampu mengolah dan mensintesakan hal-hal positif dari kebudayaan luar dengan kekayaan budaya sendiri sehingga menghasilkan suatu bentuk dan perilaku budaya baru yang khas.

Posisi geografis yang strategis dan sumber kekayaan alam yang melimpah adalah potensi yang menjadi daya tarik bagi bangsa-bangsa lain untuk datang berdagang ke tanah Nusantara. Potensi inilah yang harus dijaga, dipelihara, dan dikembangkan menjadi keunggulan bangsa Indonesia.

Sejarah perjalanan masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa nilai-nilai religius mempunyai andil yang amat besar dalam membentuk identitas ke-Indonesia-an yang ada sekarang. Kerajaan-kerajaan besar yang bercorak Hindu-Budha yang tersebar ke seluruh pelosok Nusantara, seperti Majapahit, Sriwijaya, Tarumanegara, Pajajaran, Kutai, juga kerajaan-kerajaan besar yang bercorak Islam seperti Samudera Pasai, Aceh, Demak, Mataram, Goa, Bone, merupakan bukti bahwa sejak dahulu negara yang ada di Indonesia adalah negara yang ber-Ketuhanan. Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berdasarkan atas nilai-nilai Ketuhanan. Masuknya Islam di Indonesia telah membentuk nilai-nilai kesetaraan, persamaan derajat, dan tradisi-tradisi peribadatan dalam kehidupan keseharian. Hal ini juga mewarnai secara mencolok terhadap identitas ke-Indonesia-an.

Penerimaan bangsa Indonesia terhadap kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang semula bermaksud berdagang juga merupakan bukti keterbukaan bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia juga bangsa pedagang, selain petani (agraris), maka kehadiran pedagang-pedagang Eropa disambut dengan terbuka. Namun karena pedagang-pedagang Eropa yang datang ke Nusantara itu ternyata bukan pedagang-pedagang yang “baik dan jujur”, melainkan pedagang-pedagang yang “culas, licik, dan serakah”, maka akhirnya banyak menimbulkan benturan dengan pedagang-pedagang lain dan kerajaan-kerajaan yang ada. Sistem monopoli yang diterapkan oleh pedagang Eropa telah menghancurkan sistem perdagangan dan perekonomian yang sudah ada sebelumnya. Apalagi disertai dengan keikutsertaan campur tangan para pedagang Eropa terhadap konflik-konflik kekuasaan yang ada di kerajaan-kerajaan saat itu. Tak terelakkan lambat laun akhirnya banga Indonesia pun terjajah, baik secara ekonomi maupun politik. Sebuah pelajaran yang amat berharga, bahwa sistem monopoli ekonomi, ketergantungan ekonomi pada negara lain baik melalui penanaman

51Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

modal maupun perdagangan yang tak berimbang cenderung menimbulkan campur tangan politik yang selanjutnya akan mengarah pada penjajahan. Disinilah pentingnya kemandirian ekonomi dan menciptakan sistem perdagangan yang berimbang tanpa monopoli sebagai upaya untuk menegakkan kedaulatan bangsa.

Adalah kenyataan sejarah bahwa kedatangan bangsa Eropa di satu sisi telah mengakibatkan penjajahan dan penderitaan yang berkepanjangan bagi bangsa Indonesia. Namun disisi lain telah menggugah kesadaran rasa kebangsaan Indonesia, memperkuat dan mengentalkan rasa solidaritas, kesetiakawanan, dan kebersamaan. Tatkala Portugis bermaksud menguasai Selat Malaka, maka Raja Demak, Raden Patah, menugaskan putranya Pati Unus yang kemudian bergelar Pangeran Sabrang Lor untuk membantu Kerajaan Samudera Pasai melawan Portugis. Kraeng Galengsong bangsawan dari Bugis juga bergabung dengan Untung Suropati untuk melawan Belanda di Jawa. Munculnya perlawanan di berbagai daerah yang silih berganti tak henti-hentinya selama ratusan tahun, meskipun secara sporadis, merupakan bukti mulai tumbuh suburnya benih-benih kebangsaan Indonesia. Perjuangan melawan penjajahan di berbagai pelosok Nusantara adalah prakondisi yang amat berarti bagi terbentuknya identitas kebangsaan Indonesia.

Sisi lain, penjajahan juga telah menjadi pelajaran yang amat berharga bagi bangsa Indonesia. Adanya kenyataan bahwa pengetahuan dan teknologi penjajah dari Eropa lebih baik telah menyadarkan bangsa Indonesia akan perlunya pendidikan dan penguasan ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih baik. Tak sedikit, meskipun tidak dapat dikategorikan banyak, bangsa Indonesia yang kemudian mulai menempuh pendidikan tinggi. Dan mereka inilah yang kemudian menjadi pelopor dan penggerak dalam menemukan, merumuskan dan mewujudkan bentuk identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.

Identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia kemudian mulai menemukan bentuknya pada awal abad ke-20. Het wonder is geschied! Insulinde – deschome slappster – is ontwaak. Keajaiban telah terjadi. Insulinde si cantik molek yang sedang tidur telah bangun. Itulah komentar van Deventer dalam keterkejutannya melihat kebangkitan bangsa-bangsa Timur (Asia), termasuk Indonesia yang mulai bangkit meramu dan menemukan identitas dirinya sebagai bangsa di awal abad ke-20. Perjuangan untuk mewujudkan identitas ke-Indonesia-an mulai memasuki babak baru. Melalui pergerakan yang bersifat nasional dan terorganisir secara modern. Dipelopori oleh Budi Utomo yang merupakan organisasi nasional modern yang pertama. Disusul dengan Sarekat Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam, Indische Partij, berbagai organisasi kepemudaan, organisasi sosial keagamaan, dan organisasi politik yang bertebaran di seluruh wilayah Nusantara. Tonggak-tonggak sejarah pergerakan nasional tersebut telah menggambarkan bentuk-bentuk kontribusi perjuangan dari berbagai elemen masyarakat dalam membentuk identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.

Suatu pelajaran yang amat berharga bahwa kebangkitan nasional itu dipelopori oleh kaum terpelajar. Budi Utomo pun pertama kali dipimpin oleh seorang pemuda mahasiswa kedokteran yang usianya belum genap 20 tahun. Berbagai bentuk organisasi yang bergerak di berbagai bidang, seperti Budi Utomo dan Taman Siswa yang bergerak dibidang pendidikan, Sarekat Dagang Islam dibidang ekonomi, persarikatan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dibidang keagamaan, dan organisasi-organiasi politik seperti Indische Partij dan

52

Partai Nasional Indonsia, juga memberikan pelajaran bahwa rasa kebangsaan itu harus digarap dari berbagai aspek kehidupan secara serentak dan simultan. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 juga memberikan pelajaran betapa strategisnya peranan pemuda dalam mengukuhkan identitas ke-Indonesia-an. Ditambah lagi dengan peristiwa Rengasdengklok yang dilakukan oleh para pemuda menjelang detik-detik kemerdekaan.

Cukup banyak nilai-nilai yang bermakna yang dapat digali dan dikembangkan dari peristiwa sepanjang sejarah pergerakan nasional sampai sekitar proklamasi kemerdekaan. Kepedulian akan nasib sesama, kesetiakawanan sosial, kebersamaan, toleransi, kerelaan berkorban, kebesaran tekad, dan kesabaran adalah nilai-nilai yang mendasari terbentuknya identitas ke-Indonesia-an. Beberapa nilai yang terkandung dalam berbagai peristiwa perjalanan hidup bangsa Indonesia tersebut perlu dijadikan pijakan dan cermin untuk bisa memantulkan identitas ke-Indonesia-an di masa kini dan mendatang.

Terbentuknya identitas ke-Indonesia-an yang berpuncak pada proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan RI, bukan berarti telah usainya proses “meng-Indonesia-nya” bangsa Indonesia. Proses itu masih terus berlanjut dan berkembang secara dinamis. Dinamika perkembangan masyarakat Indonesia dengan berbagai bentuk wujud perilaku sosialnya sejak awal kemerdekaan hingga sekarang merupakan romantika kehidupan berbangsa yang harus disikapi secara positif untuk dijadikan sebagai bahan pelajaran. Berbagai gejolak politik dan pemerintahan serta pasang surut kehidupan sosial ekonomi yang selama ini terjadi, mulai dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan, pembentukan dan pembubaran RIS, dinamika pemerintahan parlementer, perbedaan pendapat di tubuh Konstituante, Dekrit Presiden 5 juli 1959, berbagai gejolak politik (seperti PRRI, Permesta, DI/TII, G 30 S/PKI), peristiwa sekitar Supersemar, hegemoni Orde Baru, hiruk pikuk Reformasi, lepasnya Timor Timur, GAM dan bencana Tsunami, persoalan Papua, sampai dengan krisis multi dimensi (moneter, ekonomi, sosial dan politik) yang hingga kini belum berhenti, hendaknya dianggap sebuah ujian untuk semakin mengukuhkan dan memperkokoh identitas ke-Indonesia-an. Memang peristiwa-peristiwa itu mengandung sisi kelam yang pahit, tetapi tidak harus disikapi sebagai sebuah “kecelakaan” yang membekaskan luka dalam tak tersembuhkan.

Mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an haruslah dengan kearifan dan berorientasi ke masa depan tanpa harus melupakan masa lalu. Masa lalu adalah untuk pelajaran, bukan untuk melestarikan dendam. “Siapa yang melupakan masa lalu dia akan kehilangan pelajaran yang berharga, dan siapa yang terbuai oleh masa lalu akan ketinggalan pelajaran berikutnya”.

53Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN

Perjalanan panjang sejarah kehidupan bangsa Indonesia telah membentuk identitas ke-Indonesia-an sebagai bangsa yang merupakan jati diri dan ciri karakteristik yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas dan jati diri itu terbentuk dari kristalisasi nilai-nilai kehidupan yang dipandang baik dan dijadikan sebagai arah dan cita-cita dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas dan jarti diri itu terakumulasi dan terumuskan dalam sila-sila Pancasila yang dipandang sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan kemudian dijadikan sebagai dasar negara.

Karena itu nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila diyakini mengandung nilai-nilai yang tinggi dan berharga yang jika diamalkan akan menempatkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat dan berharga diri tinggi. Nilai martabat dan harga diri bangsa Indonesia ada dan melekat pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, mengembangkan harkat, martabat, dan harga diri sebagai bangsa Indonesia berarti menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila sebagai bingkai dalam mengembangkan dan memberdayakan kualitas hidup di segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Martabat dan harga diri bangsa Indonesia terletak pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nyata.

Persoalannya adalah apakah memang nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila itu telah teraktualisasikan dan menjadi kenyataan sehari-hari di setiap lokalitas masyarakat Indonesia. Apakah nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, demokrasi dan musyawarah, keadilan dan kesejahteraan sudah betul-betul teraktualisasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari? Hal inilah yang akan menjadi penanda seberapa jauh harkat, martabat, dan harga diri bangsa Indonesia itu berada. Kesetiaan masyarakat bangsa Indonesia dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila secara sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari, dan bukan sekedar kesetiaan dalam wacana atau kesetiaan secara politis belaka, akan menjadi penanda terhadap kesetiaan masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap jati diri ke-Indonesia-an mereka.

Ada dua tantangan utama dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dewasa ini, yaitu meluasnya globalisasi yang dapat melunturkan identitas ke-Indonesia-an dan merebaknya primodialisme yang dapat menghancurkan integritas ke-Indonesia-an. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang amat pesat telah melipat lingkaran bumi ini tinggal sebesar globe. Tak ada lagi kendala jarak, batas wilayah, dan waktu tempuh. Persinggungan budaya, sosial, ekonomi, dan politik praktis tak terhindari, sehingga tidak sedikit manusia Indonesia yang tidak lagi merasa terikat oleh batas-batas adimisnistrasi dan geografis negara Indonesia, bahkan sampai melepas identitas ke-Indonesia-annya dan mengidentifikasi dirinya sebagai warga dunia (kosmopolit).

Karena itu dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an perlu dilakukan identifikasi dan pembandingan struktur kebudayaan dan wujud perilaku sosial antara budaya Indonesia dan budaya dunia. Perlu dilakukan analisis dampak positif dan negatif akibat dari persinggungan budaya tersebut, sehingga dapat menumbuhkan kemampuan untuk memilih dan memilah serta mengambil sikap bagaimana seharusnya menyikapi era globalisasi. Sebab keanekaragaaman

54

struktur dan perilaku budaya global di satu sisi akan mendorong ke arah kemajuan namun di sisi lain bisa juga menimbulkan kerusakan. Sikap keterbukaan untuk menilai struktur dan perilaku budaya masyarakat Indonesia sendiri yang juga mengandung kelebihan dan kelemahan juga perlu dikembangkan. Beberapa contoh mengenai kearifan dan local genius dari bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan budaya luar perlu terus dipupuk dan dikembangkan. Sebab suatu keniscayaan yang tak bisa dihindari, bahwa globalisasi bisa menjadi obat kuat atau energy drink bagi kemajuan bangsa Indonesia, tetapi jika tidak selektif dan berlebihan justru akan menjadi racun yang merusak dan menghancurkan daya tahan tubuh dan identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.

Bersamaan dengan maraknya era globalisasi ternyata disertai pula dengan merebaknya gejala-gejala primordialisme. Beberapa fenomena di negara kita yang lebih mengedepankan dan menonjolkan unsur kedaerahan dengan dalih otonomi daerah, bahkan pemikiran untuk mem-federasi-kan kesaturan negara RI, juga isu-isu tuntutan kemerdekaan dari sebagian daerah seperti Aceh dan Papua adalah bukti dari merebaknya primordialisme itu. Konflik horisontal antar etnis yang pernah terjadi di Kalimantan atau antar pemeluk agama yang berbeda di Maluku dan Poso adalah ancaman nyata bagi disintegrasi bangsa. Karena itu, tidak bisa tidak, bahwa pengembangan nilai-nilai ke-Indonesia-an harus disertai dengan upaya memahami struktur dan perilaku budaya dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia sehingga dapat menumbuhkan sikap saling memahami, menghormati, dan menghargai antar pendukung budaya di masing-masing daerah. Beberapa ciri fisik dan bentuk perilaku masing-masing budaya daerah perlu diidentifikasi dan dibandingkan untuk menemukan kesamaan atau unsur-unsur positif yang perlu dibina dan perbedaan atau unsur-unsur negatif yang perlu dihindari.

Pemahaman dan penghayatan akan prinsip bhinneka tunggal ika secara benar dan tepat perlu mendapatkan penekanan. Bahwa identitas ke-Indonesia-an itu sebetulnya melekat pada identitas kedaerahan sehingga identitas kedaerahan itu sebetulnya menjadi bagian inti dan tak terpisahkan dari identitas ke-Indonesia-an. Ke-Indonesia-an memang memerlukan kesatuan, keterpaduan, dan kebersamaan, tetapi tidak dengan mengeliminasi dan menafikkan kedaerahan. Sebab roh dan nafas ke-Indonesia-an bersumber dan berada di daerah.

Merebaknya gejala primordialisme dalam sejarah perjalanan hidup bangsa Indonesia juga tidak bisa dilepaskaan dari kondisi stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan yang ada. Ketidakseimbangan pembangunan, kepincangan ekonomi, ketidakadilan sosial, kesenjangan kesejahteraan, sentralisasi politik dan pemerintahan, serta kerawanan keamanan dan pertahanan wilayah negara, adalah akar permasalahan yang menjadi biang keladi dari merebaknya gejala primordialisme. Sejarah perjalanan hidup kebangsaan Indonesia telah memberikan pelajaran bahwa kekecewaan daerah terhadap pemerintah pusat karena hegemoni pemerintah pusat terhadap daerah yang berlebihan akan menjadi bahaya laten primordialisme yang sewaktu-waktu muncul bergejolak. Ia bisa menjadi “bara dalam sekam”.

55Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan tidak dapat dilepaskan dari hadirnya paradigma baru pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development). Paradigma ini menuntut untuk menempatkan masyarakat atau rakyat sebagai pusat perhatian dan sasaran sekaligus pelaku utama dalam pembangunan. Untuk itu segala upaya pembangunan harus selalu diarahkan pada penciptaan kondisi dan kesempatan yang memungkinkan masyarakat dapat menikmati kehidupan yang lebih baik dan sekaligus memberi kesempatan yang lebih luas kepada mereka untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik yang mereka miliki.

Pendekatan ini muncul sebagai reaksi terhadap timbulnya berbagai kesenjangan, baik kesenjangan kemajuan antar daerah, kesenjangan kemajuan antar sektor, maupun kesenjangan kemajuan dan kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sebagai akibat dari pendekatan pembangunan yang bersifat top down dengan lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi. Karena itu pendekatan ini menempuh strategi dengan memberikan perhatian yang lebih banyak kepada lapisan masyarakat bawah yang masih tertinggal dengan memberikan kesempatan, fasilitas, dan perlindungan agar mereka dapat mengembangkan daya dan potensinya secara maskimal sehingga mampu bertahan dan mencapai tarap hidup yang lebih baik secara mandiri.

Makna Pemberdayaan Masyarakat1.

Pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau kemampuan. Berdaya adalah suatu kondisi atau keadaan yang mendukung adanya kekuatan atau kemampuan itu. Dalam kehidupan bermasyarakat, keberdayaan adalah suatu kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat sehingga memungkinkan masyarakat yang bersangkutan mampu bertahan dan mengembangkan diri secara dinamis. Keberdayaan ini meliputi keberdayaan di bidang ekonomi, sosial budaya dan politik, sehingga merupakan sumber ketahanan nasional dari suatu bangsa.

Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka dapat mengaktualisasikan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara manidiri. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan demikian pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian, baik di bidang ekonomi, sosial budaya dan politik.

Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu strategi dalam pembangunan nasional berorientasi pada pemberian kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk dapat ikut serta dalam proses pembangunan dengan mendapatkan kesempatan yang sama dan dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara proporsional. Pemberdayaan di bidang ekonomi, berarti menyangkut upaya peningkatan pendapatan dan tingkat kesejahteraan hidup yang bertumpu pada kekuatan ekonomi sendiri sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri secara mandiri. Dibidang sosial budaya, berarti menyangkut upaya peningkatan kehidupan sosial budaya yang berakar pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat sehingga mereka tidak tercerabut dari akar budaya yang telah melingkupi kehidupan mereka selama ini. Dibidang politik, berarti menyangkut upaya

56

peningkatan kemampuan dan pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil keputusan sendiri mulai dari proses perencanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi berbagai program pembangunan yang mereka laksanakan.

Dengan demikian konsep pemberdayaan bukan hanya menyangkut persoalan ekonomi, tetapi merupakan konsep yang menyangkut semua aspek kehidupan. Kesemua aspek kehidupan itu haruslah diberdayakan secara bersamaan dan integratif. Pemberdayaan ekonomi harus pula disertai dengan pemberdayaan sosial budaya dan politik. Begitu pula sebaliknya. Hal ini diyakini sebagai strategi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemampuan ekonomi serta ketahanan nasional. Namun keyakinan tersebut menuntut adanya penerjemahan dalam bentuk program-program dan kegiatan-kegiatan usaha yang nyata.

Visi dan Misi Pemberdayaan Masyarakat2.

Visi adalah gambaran tentang keadaan masa depan yang diinginkan yang ideal dan realistis. Sesuai dengan pengertian dan tujuan pemberdayaan sebagaimana dikemukakan di muka, maka visi dari pemberdayaan adalah terciptanya masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam bidang kehidupan sehingga mereka mampu memecahkan dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri tanpa tergantung dengan pihak lain. Dalam konteks pembangunan, kemandirian di sini berarti kewenangan untuk merencanakan, menetapkan, melaksanakan dan mengendalikan program-program pembangunan sesuai dengan esensi dan prioritas kebutuhan mereka. Kemandirian ini akan dapat menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap seluruh program-program pembangunan yang dilaksanakan, sehingga akan mengindikasikan adanya demokratisasi dalam pengelolaan pembangunan.

Dengan visi yang demikian itu maka yang menjadi misi dari pemberdayaan adalah mengembangkan dan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki oleh masyarakat secara maksimal, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya sosial. Dengan demikian diharapkan akan dapat meningkatkan ketahanan masyarakat, baik di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, sehingga mereka dapat mempertahankan hidup secara lebih baik. Katahanan yang dimaksudkan di sini bukanlah ketahanan yang bermakna pendekatan security, melainkan suatu dinamika kehidupan masyarakat yang mampu melakukan proses pengembangan dan peningkatan kualitas diri dan lingkungannya secara mandiri.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan Masyarakat 3.

Keberdayaan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukung sebagai prasyaratnya. Faktor-faktor pendukung yang merupakan prasyarat keberdayaan tersebut meliputi faktor pendidikan, kesehatan, penguasaan akses sumber-sumber kemajuan ekonomi, dan faktor sosial budaya. Keterpaduan dari berbagai faktor tersebut secara serasi akan membentuk suatu kekuatan yang memungkinkan suatu masyarakat yang dapat bertahan (survive) dan mengembangkan diri secara mandiri dalam berbagai kondisi untuk mencapai tujuan hidupnya.

57Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

Faktor Pendidikana.

Keberdayaan suatu masyarakat mensyaratkan adanya penguasaan tingkat pendidikan yang memadai atau dengan kata lain keberdayaan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan yang mereka miliki. Pendidikan memang merupakan penanda dari masyarakat modern. Melalui pendidikan masyarakat akan memperoleh informasi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai pola pikir rasional dan memiliki sikap serta ketrampilan yang profesional dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan sehari-hari. Karena itu masyarakat terdidik mempunyai kemungkinan lebih besar untuk lebih berdaya ketimbang masyarakat yang kurang berpendidikan.

Faktor pendidikan ini bisa dilihat secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif adalah seberapa tinggi tingkat pendidikan formal dan seberapa luas tingkat pendidikan formal tersebut dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Semakin banyak jumlah masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi maka akan semakin berdaya dalam menghadapi berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Sedang secara kualitatif dapat dilihat dari profesionalisme dan kesadaran masyarakat yang bersangkutan untuk berpartisipasi dalam program-program pembangunan. Faktor pendidikan memang tidak bisa hanya dilihat dari aspek kuantitas pemilikan tingkat pendidikan formal, tetapi juga harus dilihat dari kualitas ketrampilan dan sikap kesadaran masyarakat. Dengan demikian upaya pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah merupakan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan masyarakat, yakni dalam arti peningkatan wawasan dan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam rangka mengaktualisasikan segala potensi yang mereka miliki untuk dapat mencapai taraf hidup yang lebih baik.

Faktor Kesehatan b.

Masyarakat berdaya adalah masyarakat yang sehat dan masyarakat yang sakit adalah masyarakat yang tak berdaya. Keberdayaan masyarakat mensyaratkan adanya tingkat kesehatan tertentu yang memadai. Kesehatan adalah faktor yang penting dalam menumbuhkan keberdayaan. Kesehatan amat berpengaruh terhadap kualitas hidup secara keseluruhan, baik dari aspek ekonomis maupun pendidikan. Dari aspek ekonomi, kesehatan amat berpengaruh terhadap tingkat produktifitas, sedang dari aspek pendidikan kesehatan amat berpengaruh terhadap tingkat intelegensi. Tingkat kesehatan masyarakat dapat diukur dari tinggi rendahnya angka harapan hidup. Dan hal ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan kualitas layanan kesehatan yang ada di masyarakat yang bersangkutan.

Faktor Penguasaan Akses Sumber-Sumber Kemajuan Ekonomic.

Keberdayaan suatu masyarakat sangat erat kaitannya dengan masalah ekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi masyarakat maka akan semakin besar peluang mereka untuk berdaya, sebab diakui atau tidak ekonomi adalah sumber materi kehidupan yang nyata. Karena itu keberdayaan masyarakat juga mensyaratkan dan sangat dipengaruhi oleh penguasaan mereka terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti akses modal, penguasaan teknologi, akses lapangan kerja, akses pengembangan sumber daya manusia dan akses pasar. Bagi masyarakat golongan ekonomi lemah beberapa sumber kemajuan ekonomi di atas masih merupakan barang langka dan merupakan kendala utama bagi keberdayaan mereka.

58

Kecilnya modal, rendahnya penguasaan teknologi, sempitnya peluang dan kesempatan kerja, terbatasnya pengembangan sumber daya manusia dan tidak dikuasainya akses pasar, sering menjadi penyebab utama ketergantungan dan ketertinggalan masyarakat lapisan bawah. Padahal berbagai faktor tersebut merupakan prasyarat keberdayaan yang mutlak diperlukan.

Faktor Sosial Budayad.

Faktor lain yang tak kalah pentingnya dengan faktor pendidikan, kesehatan dan akses pada sumber-sumber kemajuan ekonomi adalah faktor sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Keberdayaan masyarakat memang tidak bisa dilepaskan dari faktor sosial budaya, bahkan bisa dikatakan bahwa kualitas keberdayaan suatu masyarakat pada hakekatnya merupakan cerminan dari kualitas sosial budaya mereka.

Faktor sosial budaya ini meliputi aspek tata nilai, kelembagaan dan pola hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat. Keberdayaan suatu masyarakat memang mensyaratkan adanya pemilikan tata nilai yang kondusif. Seringkali terjadi bahwa kendala keberdayaan itu bersumber dari adanya tata nilai sosial budaya masyarakat yang melahirkan sikap dan perilaku yang berlawanan dengan sikap dan tata nilai yang dipersyaratkan dalam keberdayaan. Sebagai contoh adalah sikap malas yang dilahirkan dari pandangan hidup yang nerima ing pandum (menerima nasib apa adanya), padahal keberdayaan mensyaratkan adanya etos kerja yang produktif. Contoh lain adalah sikap boros yang dilahirkan dari pandangan yang mementingkan hidup hari ini, padahal keberdayaan mensyaratkan adanya sikap hemat sebagai perwujudan dari pandangan hidup yang berorientasi ke masa depan. Masih banyak sikap dan tata nilai lainnya yang menjadi prasyarat keberdayaan, seperti tanggung jawab, terbuka terhadap perubahan, berorientasi pada prestasi dan sebagainya. Apakah sikap dan tata nilai yang demikian itu dipunyai dan berkembang dalam masyarakat? Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan mereka.

Disamping hal di atas faktor sosial budaya yang cukup berpengaruh adalah keberadaan lembaga masyarakat baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas berkaitan dengan jumlah lambaga informal yang ada dalam masyarakat. Banyaknya jumlah lembaga informal yang ada di masyarakat dapat menunjukkan tingkat keberdayaan yang tinggi. Secara kualitas berkaitan dengan berfungsi tidaknya lembaga masyarakat yang ada. Semakin berfungsi lembaga masyarakat yang ada menunjukkan semakin tingginya tingkat keberdayaan mereka.

Faktor sosial budaya lainnya yang juga menjadi prasyarat dan berpengaruh terhadap keberdayaan masyarakat adalah pola hubungan antar kelompok yang ada di dalamnya. Apakah pola hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat bersifat setara dan adil serta tidak ada ketergantungan atau sebaliknya. Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang di dalamnya terdapat pola hubungan antar kelompok yang setara, adil dan tidak ada ketergantungan dari suatu kelompok tertentu kepada kelompok yang lain.

Dengan demikian maka upaya pemberdayaan masyarakat dalam bentuk konkritnya akan selalu bertumpu pada konteks sosial budaya masyarakat setempat dalam bentuk pemanfaatan nilai dan institusi masyarakat setempat yang telah ada. Pandangan masyarakat terhadap alam lingkungan yang ada di sekitarnya adalah potensi sosial budaya yang

59Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

perlu diakomodasikan. Lambaga-lembaga adat, keagamaan dan sosial budaya lainnya, merupakan sarana dan wahana pemberdayaan yang harus didayagunakan secara maksimal. Sehingga upaya pemberdayaan masyarakat tidak akan mencabut masyarakat setempat dari akar sosial dan budaya mereka sendiri.

Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat 4.

Upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengembangkan potensi dan sumber daya yang mereka miliki haruslah diletakkan di atas beberapa prinsip berikut:

Prinsip Partisipatifa.

Pemberdayaan masyarakat harus mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran secara langsung agar dapat berjalan secara efektif, sesuai dengan kehendak, kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Disamping itu dengan pengikutsertaan tersebut diharapkan juga akan meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui pemberian pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan segala upaya peningkatan diri yang mereka lakukan. Ini berarti partisipasi yang dimaksudkan adalah partisipasi yang betul-betul menjadikan masyarakat sebagai aktor utama dalam pemberdayaan dirinya, dan bukan sekedar sebagai pemberi dukungan melalui mobilisasi terhadap program-program yang sebetulnya telah dirancang oleh pihak lain, termasuk oleh pemerintah.

Prinsip Terarah (targetted)b.

Pemberdayaan masyarakat haruslah dilakukan secara terarah (targetted), artinya ditujukan langsung secara jelas kepada mereka yang betul-betul membutuhkan dan dengan program yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Salah satu wujud penerapan prinsip ini adalah dengan memberikan prioritas kepada kelompok masyarakat yang paling membutuhkan sebagai sasaran program.

Prinsip Pemihakanc.

Pemberdayaan masyarakat juga menuntut adanya pemihakan secara nyata terhadap mereka yang perlu diberdayakan. Hal ini memang perlu dilakukan mengingat pemberdayaan pada prinsipnya adalah upaya emergency yang memerlukan tindakan dan perlakuan khusus. Pemihakan yang terarah kepada mereka yang perlu diberdayakan ini tidak berarti merupakan tindakan diskriminasi, melainkan semata-mata untuk memberikan perlindungan dan percepatan agar proses pemberdayaan berjalan secara efektif. Sebab proses pemberdayaan bagi mereka yang lemah tidak bisa dibiarkan berjalan secara alami tanpa disertai dengan rekayasa dan manipulasi secara terarah dan sistematis. Adalah keadilan suatu tindakan yang memihak dan melindungi mereka yang lemah dari persaingan yang tidak seimbang dan ketergantungan dari pihak yang lebih kuat. Perlindungan adalah upaya untuk menjamin suatu kepentingan dari pihak tertentu yang dipandang perlu mendapatkan pengamanan sebagai wujud dari pemihakan yang perlu dilakukan. Sebab kegiatan pembangunan akan banyak bersinggungan dengan berbagai kepentingan masyarakat yang tidak mustahil akan menimbulkan dilema. Padahal disamping berorientasi pada kepentingan dan pemanfaatan bagi masyarakat secara umum,

60

harus dapat dipastikan bahwa hal itu tidak akan mengesampingkan kepentingan kelompok masyarakat yang justru kurang beruntung. Kepentingan kelompok masyarakat yang kurang beruntung ini sering kurang mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga sering menimbulkan problem sosial tersendiri yang justru akan menghambat pencapaian tujuan program.

Prinsip Kemandirind.

Pemberdayaan masyarakat juga harus diarahkan untuk memampukan dan memandirikan masyarakat yang bersangkutan dan bukan untuk menciptakan ketergantungan. Prinsip kemandirian ini amat penting sebab tanpa ada kemandirian tidak mungkin terdapat keberdayaan. Seringkali terjadi bahwa upaya pemberdayaan dengan memberikan perlakuan, bantuan, ataupun pemihakan dan perlindungan kepada mereka yang lemah justru malah menciptakan ketergantungan dan menghilangkan kemandirian. Karena itu segala tindakan, bantuan, atau pun pemihakan dan perlindungan yang diberikan haruslah dalam konteks menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya potensi secara mandiri dan berkelanjutan.

Prinsip Desentralisasie.

Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan memberikan kewenangan dalam pengambilan keputusan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian kepada masyarakat melalui forum atau lembaga yang paling dekat dengan masyarakat. Prinsip ini amat penting agar rencana dan pelaksanaan pengelolaan pembangunan dapat betul-betul sesuai dengan potensi dan kebutuhan nyata masyarakat setempat.

Prinsip Keterbukaanf.

Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan penuh keterbukaan dengan menciptakan kondisi atau situasi yang memberikan kesempatan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun pengelolaan keuangan. Hal ini penting karena salah satu penyebab rendahnya pastisipasi masyarakat dalam pembangunan selama ini adalah kurangnya keterbukaan, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap para pelaku pembangunan. Melalui prinsip keterbukaan dimaksudkan akan terdapat kontrol dan pengawasan secara terbuka oleh masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan sehingga dapat dihindari terjadinya hal-hal yang merugikan pihak masyarakat atau penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan.

Prinsip Keswadayaang.

Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan menggunakan segala potensi yang dimiliki masyarakat sendiri dalam setiap kegiatan. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa dalam diri masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Disamping itu dengan prinsip tersebut juga akan dapat menumbuhkan partisipasi dan rasa memiliki masyarakat terhadap kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan. Potensi masyarakat tersebut dapat berupa bahan material, dana, maupun tenaga. Karena itu dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan, bahan material, dana,

61Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

atau tenaga masyarakat yang digunakan harus diperhitungkan sebagai bagian dari sumber pembiayaan kegiatan yang dikeluarkan oleh masyarakat secara swadaya.

Strategi dan Bentuk Pemberdayaan Masyarakat 5.

Ada beberapa strategi dan bentuk pemberdayaan masyarakat yang dipandang cukup efektif dan efisien untuk diterapkan dan dikembangkan. Strategi dan bentuk-bentuk pemberdayaan tersebut diantaranya adalah strategi: (a) penguatan kelompok masyarakat; (b) penguatan kelembagaan; (c) pendampingan; (d) pengembangan sumberdaya manusia (SDM); (e) pemberian stimulan; (f) industrialisasi pedesaan; (g) pengembangan usaha ekonomi rakyat; (h) Pengembangan Pola Kemitraan. Kedelapan strategi dan bentuk pemberdayaan tersebut merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan saling mempunyai keterkaitan yang erat satu sama lain. Karena itu kedelapan strategi tersebut merupakan satu paket yang mesti ada dalam setiap program pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam dan pemukiman.

Penguatan Kelompok Masyarakata.

Pendekatan kelompok adalah strategi pemberdayaan masyarakat yang dipandang masih relevan untuk masyarakat pedesaan, sebab masyarakat desa yang kebanyakan secara ekonomi, sosial budaya, dan politik dalam posisi yang relatif lemah akan sulit memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi secara sendiri-sendiri. Potensi-potensi yang mereka miliki secara individual meskipun kecil akan dapat menjadi potensi yang amat berarti manakala diakumulasikan menjadi kekuatan kelompok. Dan upaya pemberdayaan akan menjadi terlalu luas dan tidak efektif jika dilakukan secara individual. Karena itu penguatan kelompok adalah strategi yang paling efektif dan efisien dalam upaya pemberdayaan potensi dan kemampuan masyarakat. Dengan penguatan kelompok ini pula diharapkan masyarakat yang lemah akan mempunyai posisi tawar yang kuat dan seimbang jika harus berhubungan dengan kelompok atau anggota masyarakat yang lebih kuat.

Penguatan kelompok juga akan menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi diantara anggota masyarakat miskin yang senasib. Melalui pendekatan kelompok juga akan dapat kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Apalagi dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa yang memerlukan keterlibatan masyarakat secara keseluruhan. Kepentingan yang menjadi sasarannya pun juga merupakan kepentingan bersama masyarakat dan bukan merupakan kepentingan orang per orang secara individual.

Pendekatan ini bukan berarti menuntut adanya pembentukan kelompok baru dalam masyarakat. Tetapi akan lebih efektif jika memanfaatkan secara maksimal kelompok-kelompok yang telah ada dan berfungsi di masyarakat. Seperti kelompok tani, kelompok keagamaan, dan kelompok-kelompok kemasyarakatan lainnya. Implementasi pendekatan kelompok ini diantaranya dapat diwujudkan melalui:

Pemberian kesempatan setiap kelompok masyarakat yang ada untuk ikut mengelola 1) sumber daya alam yang selama ini telah mereka ambil manfaatnya secara lebih baik.Pemberian keterampilan teknis dan budidaya sesuai dengan potensi sosial budaya 2)

62

masyarakat setempat.Pemberian kepercayaan untuk ikut serta berpartisipasi secara aktif dalam pengamanan 3) dan pelestarian lingkungan hidup yang ada di sekitarnya.Pengembangan usaha bersama dalam pengelolaan sumber daya yang ada, baik dalam 4) bentuk koperasi maupun usaha ekonomi lainnnya.Pengembangan kelompok baru baik berdasarkan bidang kegiatan sosial maupun usaha 5) ekonomi produktif atau bidang-bidang lain.

Penguatan Kelembagaanb.

Selain strategi penguatan kelompok, penguatan kelembagaan juga merupakan strategi yang cukup efektif dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa. Lembaga-lembaga sosial yang ada di masyarakat pada prinsipnya merupakan media yang cukup efektif untuk mengelola masyarakat dalam melakukan serangkaian program dan kegiatan. Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa tidak bisa melepaskan diri dari keterlibatan lembaga-lembaga masyarakat setempat yang ada. Hal ini memang bukan diarahkan untuk membentuk lembaga baru, tetapi lebih dari sebagai upaya untuk memberdayakan dan menfungsikan lembaga yang ada agar berfungsi secara maksimal sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Lembaga-lembaga masyarakat yang ada bisa berupa lembaga adat, lembaga keagamaan, lembaga ekonomi, atau bahkan juga lembaga-lembaga semi pemerintah atau lembaga pemerintah yang ada di desa.

Strategi penguatan kelembagaan ini dimaksudkan agar mekanisme, proses, dan penetapan aturan-aturan kegiatan yang harus mereka lakukan mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan dilakukan secara terorganisir melalui institusi yang telah mereka miliki. Pengorganisasian ini penting karena akan dapat menumbuhkan manajemen program dan kegiatan dengan mekanisme yang jelas dan baku. Untuk itu mengfungsikan kembali lembaga-lembaga adat yang selama ini sudah hampir mati atau lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lainnya dengan memberikan berbagai input pembinaan dan pengembangan merupakan satu kesatuan dari program dan kegiatan.

Strategi penguatan kelembagaan ini juga dapat memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan proses belajar dalam mengorganisir kemampuan dan potensi yang mereka miliki agar dapat dikembangkan secara maksimal dalam upaya mengelola sumberdaya alam dan pemukiman desa. Proses belajar ini merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pembangunan pada umumnya, bahkan pada prinsipnya pembangunan itu merupakan proses sosial learning bagi masyarakat.

Penguatan kelembagaan juga akan meningkatkan kemampuan dan posisi tawar warga masyarakat dalam berinteraksi dengan pihak-pihak lain, baik dalam interaksi ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Selanjutnya juga dengan penguatan kelembagaan akan meningkatkan rasa percaya diri masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Dengan demikian sekaligus akan dapat melindungi masyarakat dari tindakan-tindakan pihak lain yang dapat merugikan kepentingan mereka.

Penguatan kelembagaan yang dimaksudkan di sini adalah penguatan kelembagaan baik bagi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berbasis adat, keagamaan, ekonomi,

63Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

maupun lembaga-lembaga semi pemerintahan atau bahkan lembaga pemerintahan yang ada di desa. Implementasi strategi penguatan kelembagaan ini diantaranya dapat diwujudkan melalui:

Identifikasi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di daerah lokasi sasaran 1) program.Pemberian kesempatan untuk ikut serta terlibat dan mempunyai wewenang dalam 2) pengembilan keputusan, baik dalam penggalian gagasan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, maupun evaluasi kegiatan.Pemberian kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan penyuluhan, pelatihan, dan 3) pengorganisasian terhadap masyarakat berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan, secara terarah dan terencana.Pemberian kesempatan untuk ikut serta merumuskan dan menetapkan mekanisme, 4) proses, dan aturan-aturan yang perlu ditaati oleh masyarakat sesuai dengan budaya, adat istiadat, dan keyakinan masyarakat setempat tanpa harus bertentangan dengan peraturan perundang-undangan formal yang berlaku.Pemberian kesempatan untuk ikut dalam berbagai pelatihan, seperti pelatihan 5) kepemimpinan, pengembangan organisasi dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam.

Pendampinganc.

Strategi pendampingan merupakan satrategi yang lazim dipakai dalam program-program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Hal ini didasari atas pemikiran bahwa masyarakat, terutama masyarakat desa, secara umum berada dalam kondisi yang lemah, baik secara ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Kondisi yang demikian itu seringkali menjadi salah satu kendala yang cukup serius bagi pelaksanaan program-program dan kegiatan pembangunan yang seharusnya melibatkan pihak masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif. Pendampingan adalah salah satu solusi yang diharapkan dapat mengatasi kendala tersebut.

Melalui pendampingan diharapkan akan dapat memberikan pembelajaran dan kesadaran kepada masyarakat untuk mengenali dirinya sendiri, menggali potensi dan kemampuan yang mereka miliki, mengidentifikasi berbagai kendala dan kelemahan yang menjadi penghambat, serta merumuskan rencana dan alternatif pemecahan masalah yang perlu mereka ambil. Dengan demikian tugas utama pendamping adalah menyelenggarakan dialog untuk menggali kebutuhan-kebutuhan masyarakat, menggali sumber-sumber potensi yang tersedia, mengidentifikasi spesifikasi masalah yang dapat dipecahkan, dan mengorganisir masyarakat untuk mengambil keputusan secara tepat. Ia harus dapat menempatkan kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dalam memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui pelatihan dan pendidikan pembangunan, yang merupakan proses pendidikan bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan komunitasnya secara demokratis. Sehingga ia akan lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi masyarakat ketimbang hanya sebagai penggerak sasaran program.

64

Dengan demikian tenaga pendamping yang diperlukan adalah tenaga yang bertindak sebagai interpriner yang telah terlatih, baik yang direkrut dari dalam maupun dari luar warga masyarakat setempat. Pilihan antara dari dalam dan luar masyarakat setempat masing- masing mempunyai kelemahan dan kelebihan bawaan yang harus menjadi bahan pertimbangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.

Strategi pendampingan merupakan pilihan strategi yang harus disertai batasan waktu tertentu. Artinya, bahwa pendampingan kepada masyarakat tidak bisa dilakukan secara terus menerus sepanjang masa, tetapi dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan ketersediaan sarana pendukung dan perkiraan kemampuan masyarakat untuk mandiri. Pendampingan memang tidak dimaksudkan untuk menciptakan ketergantungan, tetapi justru diharapkan dapat mempercepat proses kemandirian masyarakat. Karena itu pola dan strategi pendampingan yang dirancang harus mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam jangka waktu tertentu disamping mendukung secara langsung proses pencapaian tujuan kegiatan.

Pada prinsipnya strategi pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam bentuk tenaga pengembang yang mampu mendampingi masyarakat mengembangkan potensinya secara maksimal dalam mewujudkan kemandirian. Pendampingan ini bisa dilakukan oleh tenaga pendamping yang berasal dari dalam masyarakat sendiri maupun didatangkan dari luar komunitas masyarakat yang bersangkutan. Atau bisa juga dilakukan oleh aparat pemerintah yang memang khusus ditugaskan untuk itu, seperti tenaga penyuluh pertanian, juru penerang, penyuluh kesehatan, dan sebagainya. Implementasi strategi pendampingan ini dapat diwujudkan melalui:

Penyediaan tenaga pendamping yang betul-betul mempunyai keahlian dibidang 1) tertentu sekaligus mempunyai keahlian dibidang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Penyediaan fasilitas pendukung bagi pendamping yang memadai, seperti gaji yang 2) cukup untuk jangka waktu tertentu, sarana transportasi yang sesuai, pembekalan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan jaminan masa pasca kontrak yang memungkinkan dapat berkembang secara mandiri.Pola pendampingan yang digunakan sedapat mungkin merupakan pola pendampingan 3) purna waktu, sehingga upaya memfasilitasi masyarakat dapat dilaksanakan secara maksimal dan intensif. Konsekuensi dari pola pendampingan purna waktu ini adalah adanya keharusan bagi tenaga pendamping untuk bertempat tinggal dan hidup bersama-sama masyarakat di desa tempat tugasnya. Pemberian pembinaan kepada para tenaga pendamping dilakukan secara periodik 4) dan kontinyu dalam jangka waktu tertentu guna memberikan peluang bagi mereka untuk berkoordinasi dan membahas bersama persoalan-persoalan yang dihadapi di masyarakat.Pemberian tugas dan kewenangan kepada para tenaga pendamping purna waktu 5) untuk melakukan pengakaderan atau pembinaan guna mempersiapkan tenaga-tenaga pendamping mandiri yang berasal dari komunitas masyarakat itu sendiri sehingga tugas pendampingan tetap dapat dilanjutkan jika masa penugasan mereka selesai.

65Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

Pengembangan SDMd.

Pada prinsipnya proses pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan sumberdaya manusia dari berbagai aspek secara komprehensif dan integratif. Karena itu pengembangan sumberdaya manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pemberdayaan masyarakat. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan upaya untuk mengembangkan sumberdaya insani masyarakat, baik yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Hal ini merupakan suatu keharusan dalam setiap program pembangunan, sebab pada hakekatnya pembangunan itu adalah pembangunan untuk masyarakat yang dilakukan oleh dan dari masyarakat. Strategi pengembangan sumberdaya manusia ini merupakan strategi yang mengarah pada penciptaan prakondisi agar di kemudian hari masyarakat bisa membangun dirinya sendiri secara mandiri.

Konsekuensi dari penggunaan strategi pengembangan sumberdaya manusia ini menuntut adanya program-program kegiatan yang bersifat pendidikan dan latihan secara sistematis. Program dan kegiatan yang demikian itu membawa konsekuensi pula terhadap perlunya penyediaan dana dan sarana pendukung yang tidak sedikit, meskipun hasil dari kegiatan tersebut tidak akan dapat dinikmati secara langsung dalam waktu dekat. Pengembangan sumberdaya manusia memang merupakan investasi sosial berjangka panjang yang membutuhkan kesabaran. Apalagi yang menjadi sasarannya adalah masyarakat pedesaan dengan seperangkat kekurangan dan kelebihannya.

Pada prinsipnya strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan strategi yang mempunyai sentuhan secara langsung dengan upaya pemberdayaan masyarakat, sebab upaya pemberdayaan masyarakat itu pada hakekatnya adalah upaya pengembangan sumber daya manusia. Namun secara lebih khusus strategi pengembangan sumber daya manusia ini lebih dititik beratkan pada pengembangan sumber daya insani masyarakat, baik yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Implementasi strategi pengembangan sumber daya manusia ini dapat diwujudkan melalui:

Identifikasi individu ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai 1) keterampilan khusus. Pemberian pendidikan dan pelatihan secara sistematis mengenai keterampilan khusus 2) yang dibutuhkan sesuai dengan potensi alam yang ada disekitarnya. Pengiriman kader-kader pembangunan masyarakat atau generasi muda untuk 3) mengikuti pelatihan keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing keluar daerah komunitas mereka.Pemberian beasiswa kepada putra-putra desa yang berbakat untuk melanjutkan 4) pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terutama untuk pendidikan kejuruan yang dapat mendukung program pemberdayaan masyarakat yang sedang dilaksanakan.

Pemberian Stimulane.

Strategi lainnya dalam pemberdayaan masyarakat yang sampai kini masih cukup efektif adalah dengan pemberian stimulan. Stimulan yang diberikan biasanya berupa dana hibah, baik hibah murni maupun hibah bergulir (revolving fund). Dana stimulan ini dimaksudkan hanya sebagai entry point untuk menggali dan menggerakkan potensi-potensi yang

66

secara laten sebetulnya tersedia dalam masyarakat. Dengan demikian pemberian dana stimulan dimaksudkan bukan untuk menyediakan pembiayaan dari semua komponen program, melainkan hanya memberikan dana pendamping yang tidak dapat disediakan sendiri oleh masyarakat.

Karena itu strategi pemberian dana stimulan ini harus disertai dengan ketersediaan masyarakat untuk melakukan swadaya sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Bentuk swadaya itu bisa berupa, dana, tenaga, waktu, pemikiran, atau hal-hal lain yang mendukung pencapaian tujuan program kegiatan. Memang dalam praktek sering terjadi dilema. Disatu sisi jika salah pendekatan dan sosialisasi pemberian dana stimulan justru akan bisa menciptakan ketergantungan masyarakat tetapi disisi lain tanpa pemberian dana stimulan akan sulit melakukan motivasi dan menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat. Sebab secara umum masyarakat seringkali berpandangan pragmatis dan tidak mudah percaya atau tergerak hanya dengan motivasi verbal-educational yang manfaatnya terkadang tidak bisa dirasakan secara langsung dan nyata.

Dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa strategi pemberian stimulan ini bisa diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan dana untuk modal usaha ekonomi produktif yang harus dikembangkan secara bergulir. Dana bantuan stimulan juga dapat diwujudkan dalam bentuk bantuan untuk penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang secara langsung dan nyata menunjang peningkatan kualitas hidup masyarakat, seperti penyediaan sarana air bersih, irigasi, prasarana transportasi ekonomi, dan sebagainya.

Implementasi strategi pemberian stimulan ini dapat diwujudkan melalui:Identifikasi program-program kegiatan yang tidak dapat dibiayai sepenuhnya oleh 1) masyarakat sendiri dan memerlukan pemberian dana bantuan, baik yang secara hibah maupun pinjaman. Pemberian bantuan dana secara hibah untuk penyediaan prasarana fisik baik yang dapat 2) menunjang secara langsung usaha pengelolaan sumber daya alam yang ada di masyarakat sekitarnya maupun yang secara nyata menunjang peningkatan kualitas hidup masyarakat seperti air bersih, irigasi, transportasi, dan sebagainya.Pemberian bantuan dana pinjaman lunak atau yang bersifat hibah bergulir untuk 3) modal usaha ekonomi produktif dari upaya pengelolaan sumber daya alam yang ada di masyarakat sekitarnya.Penetapan perlunya penyertaan dana swadaya masyarakat dalam setiap kegiatan yang 4) diberikan stimulan bantuan dana sesuai dengan kemampuan masyarakat. Pemberian fasilitas dan kesempatan terhadap masyarakat untuk mengakses dengan 5) mudah kepada lembaga-lembaga dana dan keuangan terdekat.

Industrialisasi Perdesaanf.

Industrialisasi perdesaan merupakan orientasi program yang cukup relevan dalam rangka pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat perdesaan. Melalui industrialisasi pedesaan diharapkan sumber-sumber potensi alam yang ada di perdesaan dapat dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan

67Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

hidup masyarakat. Tujuan dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk meningkatkan keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri melalui fungsionalisasi industri pengolahan hasil pertanian yang mampu menghasilkan produk-produk bernilai tambah yang tinggi.

Arah dan sasaran dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk: mengembangkan pengolahan hasil pertanian rakyat di perdesaan; 1) mendorong peningkatan efisiensi dan produktifitas serta penganekaragaman produk 2) pertanian dengan investasi teknologi; mendorong investasi industri teknologi di perdesaan; 3) meningakatan kemampuan masyarakat untuk mengkaji teknologi industri yang akan 4) digunakan; mengembangkan komoditas unggulan daerah; 5) mengembangkan sistem manajemen industri yang akan dibangun dan menyiapkan 6) sumber daya yang diperlukan; mencegah fragmentasi tanah rakyat sebagai aset produksi.7)

Sedang strategi yang harus dikembangkan dalam industrialisasi perdesaan ini diantaranya adalah dengan:

peningkatan peluang pasar dan daya saing produk pertanian;1) pengembangan teknologi peralatan proses; 2) pemenuhan konsumsi dari hasil produksi sendiri dan menekan komoditas sejenis dari 3) luar daerah atau desa; membuka peluang pemasaran komoditas produk pertanian sendiri dengan nilai tambah 4) yang tinggi.

Pengembangan Usaha Ekonomi Rakyatg.

Pada umumnya jenis usaha ekonomi rakyat termasuk usaha “pasaran” yang kurang spesifik dan mudah dimasuki oleh semua orang, sehingga rawan persaingan. Padahal sebagian besar mereka kurang mempunyai kemampuan bersaing dengan baik. Akibatnya usaha ekonomi rakyat mudah terancam kemacetan dan tidak mempunyai umur yang panjang. Apalagi jika usaha ekonomi rakyat tersebut sudah dimasuki oleh para pengusaha kuat yang memproduk komoditas sejenis dengan menggunakan teknologi tinggi.

Karena itu ancaman terhadap produk substitusi hasil usaha ekonomi rakyat relatif tinggi, terutama ancaman dari komoditas sejenis dari hasil fabrikasi yang harganya reltif lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini mengakibatkan lebih kuatnya posisi tawar pembeli, karena produk yang dibeli bukan produk yang unik, tetapi produk yang mudah diperoleh di pasaran. Belum lagi jika terdapat ketergantungan terhadap pemasok input produksi, sehingga posisi tawar pemasok lebih kuat ketimbang produsen, terutama untuk pemasok input hasil olahan dengan skala besar.

Disamping itu, rendahnya daya saing produk usaha ekonomi rakyat itu juga disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ialah rendahnya akses kepada modal, rendahnya akses terhadap pasar, rendahnya kemampuan manajemen, rendahnya kualitas sumber daya manusia,

68

rendahnya penguasaan terhadap teknik produksi.Namun demikian, sebetulnya masih terdapat peluang yang cukup besar bagi

pengembangan usaha ekonomi rakyat. Kondisi pasar yang cenderung heterogen dapat memberikan banyak pilihan. Apalagi tuntutan pasar yang cenderung bervariasi, sehingga masih ada celah yang bisa digunakan untuk mengembangkan usaha ekonomi rakyat secara lebih fleksibel. Sifat usahanya yang biasanya mempunyai skala usaha yang kecil dan informal bisa menjadikan usaha ekonomi rakyat bergerak secara fleksibel dalam mengantisipasi pasar.

Untuk memperkuat posisi transaksi usaha ekonomi rakyat diperlukan beberapa prasyarat yang diantaranya adalah:

tidak adanya ancaman dari pendatang baru bagi komoditas yang sedang diproduksi; 1) produksi, distribusi, dan akses pasar harus mantap; 2) tingkat persaingan produk rendah; 3) posisi tawar pemasok input lebih rendah sehingga mengurangi ketergantungan produsen 4) pada pemasok; produk substitusi sejenis di pasaran tidak banyak, sehingga produsen bisa mempertahankan 5) mutu dengan harga yang bersaing.

Untuk memperkuat posisi usaha ekonomi rakyat maka perlu ditempuh berbagai usaha strategis yang diantaranya adalah:

menciptakan efisiensi biaya produksi, distribusi, dan pemasaran; 1) mempertahankan kualitas barang yang stabil dengan harga yang reltif murah; 2) menciptakan diferensiasi produk secara bervariasi; 3) memfokuskan pasar pada segmen tertentu, sehingga terhindar dari persaingan yang 4) frontal; berusaha untuk memperoleh perlindungan dari pemerintah melalui subsidi, pembinaan 5) manajemen dan teknologi produksi, regulasi, dan penetapan harga; mengembangkan model kemitraan usaha yang sederajat dan saling menguntungkan.6)

Pengembangan Pola Kemitraanh.

Kemitraan adalah hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih guna mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan usaha ekonomi rakyat kerjasama ini dilakukan sebagai upaya untuk saling meningkatkan dan memperkuat usaha yang sedang mereka lakukan. Hal ini perlu dilakukan karena dalam dunia usaha, tidak mungkin segala aktivitas dan keperluannya dapat dilakukan atau dipenuhi sendiri tanpa melibatkan pihak lain. Apalagi bagi usaha ekonomi rakyat yang biasanya dilakukan oleh kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan dan potensi terbatas, pola kemitraan ini menjadi salah satu alternatif strategi andalan yang diharapkan mampu mengembangkan usaha secara kuat dan mantap.

Ada tiga prinsip utama yang harus dipegang teguh dalam pola kemitraan ini. Pertama adalah prinsip saling membutuhkan. Kemitraan akan berjalan dengan baik manakala pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut berada dalam posisi yang saling membutuhkan.

69Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

Kemitraan tidak mungkin bisa berjalan secara seimbang manakala satu pihak merasa lebih membutuhkan dan pihak yang lain sebetulnya merasa tidak membutuhkan. Jelas kondisi yang demikian ini akan melahirkan posisi tawar yang tidak seimbang, dimana satu pihak mempunyai posisi tawar yang kuat sedang yang lain berada dalam posisi tawar yang lemah, sehingga akan menciptakan ketergantungan satu pihak kepada pihak yang lainnya.

Kedua adalah prinsip saling menguatkan. Jika kedua belah pihak yang menjalin kemitraan merasa saling membutuhkan dan mempunyai posisi tawar yang seimbang, maka masing-masing pihak akan selalu menjaga kelangsungan kemitraan dengan baik. Hal ini bisa menghindari adanya saling memanfaatkan dan saling mengeksploitasi secara sepihak. Pola kemitraan harus dapat menciptakan kondisi yang saling menguatkan. Kedua belah pihak harus merasa mendapatkan input yang dapat memperkuat usaha.

Prinsip ketiga adalah saling menguntungkan. Pola kemitraan yang dibuat antar pihak pengusaha ekonomi rakyat harus dapat saling menguntungkan. Jika ada salah satu pihak ada yang tidak memperoleh keuntungan maka tidak mungkin kemitraan akan bisa terjalin dengan baik. Suatu hal yang sering terjadi bahwa dalam pola kmitraan pihak yang lemah selalu saja berada posisi yang lemah dan kurang mendapatkan keuntungan yang seimbang. Sementara itu pihak yang kuat cenderung bersifat arogan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih.

Selanjutnya paling tidak ada 3 (tiga) prasyarat yang harus dipenuhi agar dapat tercipta kemitraan yang kuat dalam kegiatan usaha ekonomi rakyat. Ketiga prasyarat tersebut adalah:

komoditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut harus mempunyai 1) harga yang kompetitif, sehingga dapat menjaga kelangsungan usahanya dan menguntungkan pihak mitranya; komuditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut harus mempunyai 2) kualitas yang standar, konsisten setiap waktu, dan kompatibel dengan industri mitranya; delivery3) harus tepat waktu sehingga tidak mengganggu jadwal kerja pihak mitranya.Disamping beberapa prasyarat tersebut kemitraan dalam bidang usaha ekonomi

rakyat akan menghadapi dua tantangan utama, yaitu sempitnya wawasan dan sulitnya mengubah tradisi usaha dari para penguasaha ekonomi rakyat, dan sifat dari produk usaha ekonomi rakyat yang biasanya tradisional dan kurang kompetitif. Kedua tantangan tersebut seringkali menjadi penghambat bagi pengusaha ekonomi rakyat untuk menjalin kemitraan dengan para pihak pengusaha lain yang relatif lebih mapan. Para pihak pengusaha yang cukup mapan sering merasa was-was dan ragu-ragu untuk menjalin kemitraan dengan para pengusaha ekonomi rakyat jika kedua hal tersebut di atas tidak dapat diatasi.

Ada 4 (empat) pola yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam menjalin kemitraan dalam usaha ekonomi rakyat. Keempat pola tersebut adalah:

Pola Dagang; 1) yaitu pola kemitraan yang bersifat dagang biasa seperti penjual dan pembeli antara pihak-pihak yang bermitra. Hubungan dagang yang mereka lakukan dimaksudkan untuk mengembangkan usaha mereka, terutama bagi pengembangan usaha ekonomi rakyat.

70

Pola Vendor2) ; yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk dimana salah satu pihak menjadi pemasok produk atau barang baku kepada pihak lain yang menjadi mitranya. Dalam pola ini kepastian pasok barang dari pemasok tidak terlalu mengikat.Pola Waralaba;3) yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk kerjasama antara pihak yang memiliki produk, preskripsi, brand image, dan kemampuan manajerial dengan pihak lain yang memiliki semangat bisnis sebagai mitranya.Pola Pembinaan4) ; yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk pemanfaatan nilai peduli dan kelebihan mitra usaha dalam relasi, akses pasar, dan kepercayaan lembaga keuangan untuk pengembangan usaha ekonomi rakyat yang dimiliki oleh pihak yang menjadi mitranya. Pemberdayaan masyarakat merupakan program yang bersifat multidimensi,

meskipun harus bertitik tolak dari suatu bentuk kegiatan tertentu. Berbagai prinsip, strategi, dan bentuk program dalam penerapannya di lapangan akan sangat tergantung dengan situasi dan kondisi obyektif yang ada. Keberhasilan dari program pemberdayaan masyarakat sangat tergantung dari komitmen, semangat, dan kesungguhan dari para pelaku pemberdayaan di lapangan.

71Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

PERAN DAN FUNGSI PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Salah satu ciri utama dari program pemberdayaan masyarakat adalah adanya pelaku pemberdayaan yang biasanya berfungsi sebagai pendamping masyarakat. Hal ini sebagai bentuk dari strategi pendampingan yang dikembangkan dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Pelaku pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu melakukan perubahan sosial. Mereka mempunyai tugas utama menyelenggarakan dialog dengan masyarakat untuk menggali kebutuhan nyata mereka, menggali sumber potensi yang tersedia, mendorong msyarakat untuk menemukan spesifikasi masalah yang harus dipecahkan, dan mengorganisir mereka untuk dapat mengambil tindakan yang tepat.

Dengan demikian, upaya yag dilakukan oleh para pelaku pemberdayaan masyarakat haruslah suatu usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dari masyarakat dalam memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui pelatihan dan pendidikan pembangunan. Apa yang dilakukan harus merupakan kegiatan yang berupa pendidikan untuk bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan masyarakat secara demokratis. Denagan demikian para pelaku pemberdayaan masyarakat sebetulnya harus lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi masyarakat ketimbang sebagai penggerak sasaran program.

Program-program kegiatan yang dicanangkan untuk memberdayakan masyarakat hendaknya bertolak dari konsep community dengan pendekatan societal; memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat yang ada. Apapun wujud kegiatan yang dilakukan hendaknya bermotifkan pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar pada suatu saat masyarakat yang didampinginya mampu berkembang berdasarkan kekuatan sendiri, upaya-upaya pembangunan yang ada digerakkan oleh masyarakat itu sendiri, baik tanpa bantuan maupun dengan bantuan pihak lain, seperti pendamping, sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help.

Mengapa pendidikan? Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup masyarkat (modernisasi) atau memberdayakan kehidupan masyarakat yang mengacu pada cara-cara berpikir, bersikap, dan berperilaku, maka aspek pendidikan merupakan titik strategis yang harus diperbaharui dan diperluas. Bukanlah menurut riwayatnya, lahirnya konsep pemberdayaan masyarakat itu merupakan perluasan dari program-program pendidikan masyrakat. Sehingga esensi dari pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan, adalah pendidikan masyarakat, yang meliputi pendidikan dasar, keaksaraan, keterampilan, penyuluhan perkoperasian, pertanian, dan sebagainya. Pemilihan terhadap program-program kegiatan yang bermotifkan pendidikan itu juga berdasarkan atas gagasan dasar konsep pemberdayaan masyarakat yang memandang perlunya inisiatif dan kemandirian masyarakat dalam proses pembangunan. Upaya untuk menumbuhkan inisiatif dan kemandirian dalam masyarakat tersebut pada prinsipnya merupakan suatu proses mendidik.

Ditugaskannya para pelaku pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat dimaksudkan untuk mendampingi dan membantu menumbuhkan inisiatif dan menemukan kemandirian masyarakat yang mereka dampingi. Pelaku pemberdayaan masyarakat bukanlah aktor yang

72

serba bisa dan pusat inisiatif dalam bertindak. Tetapi dia tak lebih sekedar penggerak, pendorong, dan pembelajar. Karena itu dia harus menerjemahkan keputusan-keputusan masyarakat kedalam aktifitas pembangunan yang nyata, sehingga menimbukan motivasi yang cukup kuat pada masyarakat untuk terlibat aktif didalamnya. Dengan demikian aktifitas yang mereka lakukan itu merupakan respon terhadap kebutuhan nyata yang mereka rasakan dan ungkapkan. Lebih dari itu pelaku pemberdayaan harus mampu membelajarkan masyarakat untuk menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan mereka ke dalam program kegiatan yang nyata. Memang kenyataannya masyarakat, terutama di pedesaaan masih memerlukan bantuan dari pihak lain untuk menentukan prioritas mana yang harus ditangani dan tindakan apa yang harus diambil.

Namun perlu diwaspadai bahwa penekanan pada aspek inisiatif, kemandirian, dan pemanfaatan potensi sendiri ini sangat tergantung dari tersedianya sumber potensi serta kultur dan struktur masyarakat itu sendiri yang menunjang. Padahal kenyataanya hal itu belum tentu dipunyai oleh masyarakat yang bersangkutan. Pengalaman yang ada amatlah sulit untuk bisa menumbuhkan inisiatif dan kemandirian pada masyarakat pedesaaan. Sulit menemukan adanya tindakan masyarakat, terutama di pedesaaan, yang betul-betul mandiri tanpa adanya intervensi dari pihak ketiga.

Karena itu orientasi, inisiatif, dan kemandirian bukanlah satu-satunya alternatif dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat. Sebab masyarakt bersifat komplek, mengandung banyak dimensi sehingga pemberdayaan masyarakat hendaknya juga mempunyai banyak tujuan. Beberapa pihak ada yang menentang model kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan. Sebab menurut mereka model tersebut sangat tergantung dari partisipasi masyarakat secara demokratis, dan inisiatif masyarakat sendiri. Padahal partisipasi dan inisiatif tersebut belum tentu dimiliki oleh masyarakat desa. Lebih tidak setuju lagi jika penekanan pada aspek kemandirian dan inisiatif ini sampai menyisihkan tujuan nyata yang bersifat material, seperti standar hidup, peningkatan pendapatan, perumahan, kesehatan, dan sebagainya. Karena itu disarankan agar pemberdayaan masyarakat lebih diarahkan pada tujuan yang lebih material, dapat diukur secara nyata, yang dapat meningkatkan produksi dan standar kehidupan. Namun orientasi ini menuntut adanya proyek dan gerakan fisik untuk memenuhi kebutuhan nyata. Adanya proyek dan gerakan fisik ini dimaksudkan hanya sebagai entry point untuk mewujudkan iklim dan suasana yang mandiri, sebagai alat motivasi dan pemancing inisiatif dan kemandirian yang selanjutnya diharapkan mereka dapat membangun masyarakat secara self-help

Dengan demikian maka progam kegiatan yang dicanangkan para pelaku pemberdayaan masyarakat haruslah mampu mengakomodasi kedua orientasi tersebut, yaitu aspek inisiatif dan kemandirian dengan aspek standar hidup yang nyata seperti peningkatan produksi, pendapatan, kesehatan dan sebagainya secara seimbang. Menekankan aspek yang satu dengan mengesampingkan aspek lainnya hanya akan menghasilkan kegagalan. Bahkan apapun yang dilakukan oleh pelaku pemberdayaan masyarakat dalam mendampingi masyarakat pedesaan hendaknya merupakan suatu usaha membelajarkan masyarakat dengan pendekatan yang terpadu. Bukankah pada prinsipnya pembangunan itu sebagai proses belajar? Meskipun pendidikan, dalam arti membelajarkan masyarakat, bukan merupakan suatu yang berdiri sendiri sebagai pusat proses dan gerakan, namun ia tetap meupakan komponen utama yang amat menunjang dan menambah kemungkinan dalam pencapaian tujuan pemberdayaan masyarakat.

73Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas utama para pelaku pemberdayaan masyarakat bukanlah hanya sekedar menggerakkan masyarakat dalam membangun desa secara fisik, meningkatkan produksi dan pendapatan, apalagi hanya mengurusi dana bantuan (hibah). Para pelaku pemberdayaan masyarakat harus dapat menggerakkan masyarakat untuk mampu membangun dirinya sendiri, mampu mengenali dan mengidentifikasi kebutuhannya sendiri dan menentukan prioritas permasalahan yang harus ditangani serta mengambil tindakan yang tepat. Tugas dan bidang garapan pelaku pemberdayaan masyarakat amatlah berat dan luas, tidak hanya sekedar berkutat mengelola perguliran dana bantuan dan proyek-proyek fisik yang jumlahnya hanya sekian ratus juta. Dia bukan saja bertugas mendampingi masyarakat tetapi juga sebagai mitra pemerintah, terutama pada tingkat desa dan kecamatan untuk membangun masyarakat. Amatlah keliru jika dia dipandang sebagai pesaing, mata-mata ataupun penghambat aparat birokrasi dalam mensukseskan program pembangunan. Dia memang sengaja ditempatkan sebagai agen of change, pelaku perubahan, bukan sebagai alat aparat birokrasi pemerintahan desa/kecamatan yang harus mengerjakan tugas rutin administrasi pemerintahan. Karena itu pulalah dia harus menyediakan seluruh waktunya setiap saat mendampingi masyarakat, ikut menyelami, menghayati, dan mengalami persoalan yang ada di masyarakat. Untuk itu dia harus bertempat tinggal di tengah masyarakat setempat setiap saat, tidak hanya sekedar berkunjung ke ketua Kelompok Masyarakat seminggu atau dua minggu sekali atau dua kali sedang selebihnya pulang ke tempat tinggal asalnya.

Selanjutnya pelaku pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan berhasil jika setelah selesai masa tugasnya, masyarakat yang pernah didampinginya telah mampu mengenali dan menemukan dirinya sendiri. Bersyukurlah jika akhirnya masyarakat mengusir para pelaku pemberdayaan sembari berkata “Silakan Anda pergi, kami sudah tidak butuh didamping lagi, kami sudah tahu apa yang harus kami perbuat dan lakukan”. Itulah tolak ukur dari keberhasilan pelaku pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya. Keberhasilan mereka bukan pada seberapa lancar dana bantuan dapat digulirkan, atau seberapa besar dana bantuan yang ada sudah berkembang berlipat dan disimpan di Bank. Bahkan juga bukan hanya berapa jumlah kambing/lembu yang dimiliki masyarakat yang didampinginya, atau berapa persen produksi dan pendapatannya meningkat.

Untuk bisa mengetahui keberhasilan para pelaku pemberdayaan masyarakat dibutuhkan waktu yang tidak cukup hanya setahun atau dua tahun. Memang ada tiga kemungkinan yang sejak dini harus sudah diantisipasi agar nantinya mereka dapat menerima secara lapang dada, apakah para pelaku pemberdayaan masyarakat itu nanti akan meninggalkan gading, meninggalkan belang atau hanya sekedar meninggalkan kenangan yang melintas.

74

MODUL III

DASAR-DASAR PELATIHAN

Pendidikan Orang Dewasa

Aspek-Aspek Etika Pelatih Dan Pelatihan

Memahami Pembelajar

Taksonomi Tujuan Instruksional

Manajemen Stres

Pengembangan Atmosphere Belajar

Praktek Dinamika Kelompok

Merancang Sesi Pelatihan

Mengembangkan Agenda Pelatihan

Merumuskan Rencana Sesi

Menulis Rencana Sesi Sederhana

77Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Tujuan

Peserta dapat mengidentifikasi prinsip dasar pembelajaran orang dewasa berdasarkan • pengalaman belajar sendiri sebagai orang dewasa.Peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa selama pelatihan • berlangsung.

BahanPowerpoint slide/flip chart yang berisikan prinsip-prinsip dasar pembelajaran orang dewasa

Waktu

120 menit

Proses Pelatih menjelaskan bahwa sesi ini akan fokus pada cara bagaimana orang dewasa 1.belajar. Hal ini akan tercapai melalui refleksi dan analisis terhadap pengalaman-pengalaman pembelajaran peserta yang terbaik.Ajaklah setiap peserta untuk berpikir ke masa lalu selama kira-kira 3 menit, kemudian 2.memilih satu peristiwa atau pengalaman belajar yang baik yang diingat sebagai pengalaman belajar. Kalau perlu, pelatih bisa memberikan contoh.Bagilah peserta dalam kelompok yang beranggotakan 6 orang. Setelah setiap peserta 3.memilih satu peristiwa, minta agar mereka menceritakannya di dalam kelompoknya. Masing-masing harus mengajukan pertanyaan:

Apa yang anda pelajari?• Bagaimana cara belajarnya?• Siapa yang membantu anda belajar? Apa hubungan anda dengan orang itu?• Dalam situasi seperti apa anda belajar hal itu?• Kenapa anda belajar hal itu?•

Sementara peserta berbagi pengalaman, pelatih menyiapkan tabel yang mempunyai 5 4.kolom: apa, bagaimana, siapa, dimana, kenapa.Setelah 20 menit, minta setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan dan 5.menuliskannya pada tabel di depan. Sesudah tabel diisi dengan beberapa contoh, pelatih menanyakan kepada peserta apakah mereka dapat simpulkan mengenai bagaimana, siapa, dimana, dan mengapa dari peristiwa-peristiwa pembelajaran peserta.Perkenalkan kesimpulan-kesimpulan tadi sebagai prinsip-prinsip dasar pembelajaran 6.orang dewasa: partisipatif/reflektif/pengalaman, penghormatan, lingkungan yang aman dan nyaman, kebutuhan langsung (gunakan powerpoint slide atau flip chart).

78

Tanyakan apakah para peserta bisa menghubungkan prinsip-prinsip itu dengan 7.pengalaman pribadi mereka. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

Menurut anda, apakah prinsip-prinsip itu hanya berlaku bagi pembelajaran • orang dewasa di tempat-tempat tertentu atau secara umum sama di seluruh dunia (universal)?Adakah prinsip-prinsip itu berhubungan dengan kearifan lokal (daerah asal • Anda)?

Beri tekanan pada pentingnya pengalaman — orang dewasa (dalam hal ini pelatih) 8.paling bagus belajarnya kalau apa yang mereka pelajari berkaitan langsung dengan pengalaman sehari-hari mereka, dan bahwa apa yang mereka temukan sendiri bisa dipergunakan. Sebagai pelatih, peserta harus berusaha sedapat mungkin untuk merancang dan memfasilitasi hal ini.

Bahan Bacaan

Andragogis versus Pedagogis•

79Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

ASPEK-ASPEK ETIKA PELATIH DAN PELATIHAN

Tujuan

Peserta menyakini batasan-batasan etika ketika berfungsi sebagai pelatih dalam suatu pelatihan

BahanSpidol dan flip chart

Waktu120 menit

ProsesPelatih meminta peserta untuk membagi diri dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri 1.dari 6 orang. Peserta mengusulkan teknik pembagian kelompok. Pelatih dapat memilih teknik yang paling kreatif, jika teknik yang diusulkan oleh peserta berjumlah banyak. Masing-masing kelompok diberi 2. flip chart dan spidol. Tugas kelompok adalah menginventarisir hal-hal apa saja yang BOLEH dan TIDAK BOLEH dilakukan oleh pelatih dalam suatu pelatihan.Masing-masing kelompok menempelkan 3. flip chart di papan tulis, membacakan hasil pekerjaan kelompoknya dan menyampaikan alasan/argumen-nya.Setelah semua kelompok memperoleh gilirannya, pelatih memberi kesimpulan dan 4.penguatan kognitif melalui pengalamannya sendiri maupun materi bacaan pokok yang telah tersedia. Selama pelatihan, hasil kerja kelompok dalam sesi ini tetap terpasang di dalam ruang 5.tempat pelatihan.

Bahan Bacaan

Aspek-Aspek Etika Pelatih dan Pelatihan•

80

MEMAHAMI PEMBELAJAR

TujuanPeserta dapat mengidentifikasi ragam masalah yang bersumber dari pembelajar yang dapat berdampak pada desain, pengembangan, dan penyampaian pelatihan

BahanMateri self-assessment digandakan sebanyak peserta (plus lembar koreksi), powerpoint profil gaya belajar, powerpoint kesan perseptual

Waktu

120 menit

ProsesPelatih minta agar peserta melakukan langkah 2 – 4 dalam proses ini1.Peserta mengisi 2. Diversity Awareness Inventory (latihan 1)Peserta mengisi instrumen kecenderungan gaya belajar (latihan 2) 3.Pelatih membagi peserta dalam kelompok yang beranggotakan 6 orang. 4.Setiap anggota kelompok menceritakan di dalam kelompoknya mengenai hasil kerja 5.poin 2 dan 3.Pelatih membahas masing-masing ga6. ya belajar dan hasil kerja peserta

Lembar KerjaPengantar

Setiap orang memiliki gaya pembelajaran yang khas. Perbedaan peserta pelatihan dalam hal usia, jenis kelamin, ras, etnis, gaya hidup, agama, bahasa, kecacatan jasmani, dan melek huruf berdampak pada bagaimana pelatih mendesain, mengembangkan, dan menyampaikan pelatihan. Tantangannya terletak pada bagaimana mempersatukan kebutuhan pribadi peserta yang seringkali nampak beragam. Berhadapan dengan pemahaman pembelajar saat ini, anda perlu dilengkapi dengan seperangkat petunjuk, teknik, dan perlengkapan, agar Anda sebagai agen perubahan dapat memberi pengaruh terhadap perilaku peserta pelatihan sekaligus dapat menciptakan suatu keadaan dengan menghormati dan menerima perbedaan. Prasangka dan ketidakpekaan Anda yang tidak disengaja dapat mengikis usaha Anda untuk menciptakan suatu lingkungan di mana dapat menilai individu dan mengembangkan pembelajaran.

Agar dapat mempertemukan kebutuhan peserta yang berbeda-beda, pertama ujilah sikap, keyakinan, dan perilaku Anda terhadap orang yang berbeda dengan Anda dengan melengkapi Diversity Awareness Inventory (Pengukuran Kesadaran Akan Perbedaan), yang bertujuan untuk membantu anda mengidentifikasi informasi yang diperlukan agar lebih terfokus pada upaya mengubah perilaku Anda.

81Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Latihan 1. Diversity Awareness Inventory

Instruksi: Pengukuran ini dibuat sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran anda terhadap sikap menghakimi, stereotip, dan kadangkala mendiskriminasi. Berilah jawaban untuk setiap pertanyaan berikut dengan memberikan tanda centang pada kolom yang sesuai.

No Apakah Saya.. Tidak Iya Kadang-kadang1. Mengakui bahwa saya memiliki prasangka dan

keberatsebelahan? -------- -------- --------2. Berusaha untuk mengenal orang lain dari

budaya dan ras yang berbeda dengan saya? -------- -------- --------3. Menerima bahwa orang lain tidak memiliki

andil dalam nilai-nilai, sudut pandang dan gaya hidup saya -------- -------- --------

4. Mencoba belajar mengenai budaya orang lain dengan membaca dan bertanya? -------- -------- --------

5. Mencoba untuk tidak mengadili orang lain dengan perilaku saya atau standar saya? -------- -------- --------

6. Membantu orang lain dari budaya yang berbeda untuk belajar tentang budaya saya? -------- -------- --------

7. Menghormati tradisi dan kebiasaan budaya lain? -------- -------- --------

8. Yakin bahwa saya memasukkan contoh, studi kasus, dan jenis aktivitas lainnya yang merefleksikan perbedaan dalam kelas saya? -------- -------- --------

9. Menciptakan suasana kelas dimana setiap peserta dapat bebas mengekspresikan diri mereka? -------- -------- --------

10. Membuat upaya khusus agar menjadi terbiasa dengan komunikasi verbal dan nonverbal dari budaya yang berbeda? -------- -------- --------

Latihan 2: Profil Gaya Belajar

Orang dewasa belajar melalui cara yang beragam. Ada yang lebih baik jika belajar dengan mendengarkan; atau mungkin dengan melihat atau lebih memilih untuk membaca petunjuk saja. Ada yang membutuhkan peragaan terlebih dahulu. Gaya belajar menunjuk kepada cara pembelajar mendekati dan menanggapi pengalaman belajar. Untuk mengetahui karakteristik dan kecenderungan gaya belajar Anda, isilah instrument di bawah ini:

Petunjuk: Dalam latihan ini, terdapat 12 item pernyataan. Setiap item berisikan suatu kondisi yang membutuhkan reaksi sikap. Masing-masing item memiliki empat (4) pilihan kecenderungan sikap, yang ditandai dengan poin a, b, c, dan d. Tugas Anda adalah memilih dan memberi nilai terhadap kecenderungan sikap dari yang paling mengambarkan diri Anda sampai yang paling sedikit menggambarkan diri Anda. Penilaian yang diberikan berdasarkan ketentuan berikut:

82

Angka 4 : Pernyataan yang paling menggambarkan sikap AndaAngka 3: Pernyataan yang agak menggambarkan sikap AndaAngka 2 untuk seterusnya, sampai dengan angka 1 untuk pernyataan yang paling sedikit menggambarkan sikap diri Anda.

Ketika mengatasi suatu masalah, saya lebih memilih untuk…1.mengambil pendekatan setahap demi setahapa. segera mengambil tindakanb. memikirkan dampaknya terhadap orang lainc. memastikan bahwa saya memiliki semua faktad.

Sebagai pembelajar, saya lebih memilih untuk…2.mendengarkan ceramaha. bekerja dalam kelompok-kelompok kecilb. membaca artikel dan melakukan penyelidikan terhadap suatu kasus (c. case studies)ikut mengambil bagian dalam permainan peran (d. role plays)

Ketika pelatih mengajukan pertanyaan dan saya mengetahui jawabannya, saya…3.membiarkan orang lain menjawab terlebih dahulua. segera memberikan jawabanb. memikirkan apakah jawaban saya akan diterima dengan baikc. memikirkan jawaban saya dengan hati-hati sebelum saya menjawab d.

Dalam diskusi kelompok, saya…4.mendorong orang lain untuk memberikan pendapatnyaa. menanyakan pendapat orang lainb. dengan cepat memberikan pendapatc. mendengarkan pendapat orang lain terlebih dahulu sebelum memberikan pendapatd.

Saya mengambil pelajaran terbaik dari suatu kegiatan ketika saya…5.dapat berinteraksi dengan orang laina. tetap tidak dilibatkanb. mengambil peran sebagai pemimpinc. dapat menghabiskan waktu sayad.

Selama ceramah berlangsung, saya memperhatikan pada…6.‘bagaimana-cara’ untuk melakukan sesuatua. hal-hal logisb. ide utamac. kisah-kisah dan cerita lucud.

Saya terkesan kepada pelatih dikarenakan…7.pengetahuan dan keahliannyaa. kepribadian dan penampilannyab. metode-metode yang digunakan dan kegiatannyac. kemampuannya dalam mengatur dan mengawasid.

83Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Saya lebih memilih suatu informasi disampaikan dengan cara berikut:8.model seperti grafik alira. pokok-pokok materib. penjelasan terperincic. disertai dengan contoh-contohd.

Saya dapat belajar dengan sebaik-baiknya ketika saya…9.melihat keterkaitan antara ide, peristiwa, dan situasia. berinteraksi dengan orang lainb. memperoleh kiat-kiat/tips praktisc. mengamati suatu peragaan atau videod.

Sebelum mengikuti program pelatihan, saya bertanya kepada diri sendiri: “Apakah saya 10.akan… ?”

memperoleh kiat-kiat praktis untuk membantu saya menjalankan tugasa. menerima banyak informasib. diharuskan mengambil bagianc. belajar tentang hal barud.

Setelah mengikuti pelatihan, saya…11. cenderung untuk memikirkan hal-hal yang telah saya pelajaria. khawatir (ragu?) untuk menerapkan hasil belajar saya dalam perilakub. memikirkan pengalaman sebagai suatu yang utuh (sebagai kesatuan)c. menceritakan kepada orang lain tentang hal-hal yang saya alamid.

Metode pelatihan yang paling tidak saya sukai adalah…12.mengambil bagian dalam kelompok-kelompok kecila. mendengarkan ceramahb. membaca dan menganalisis penyelidikan suatu kasusc. mengambil bagian dalam permainan perand.

84

Lembar Koreksi

Petunjuk: Pindahkan penilaian atas jawaban Anda pada baris yang sesuai, kemudian jumlahkan angka pada masing-masing kolom.

PERASA PENGAMAT PEMIKIR PELAKSANA1c ______ 1a______ 1d_____ 1b______

2b ______ 2a ______ 2c ______ 2d ______

3c ______ 3a ______ 3d ______ 3b ______

4a ______ 4d ______ 4b ______ 4c ______

5a ______ 5b ______ 5d ______ 5c ______

6d ______ 6c ______ 6b ______ 6a ______

7b ______ 7d ______ 7a ______ 7c ______

8a ______ 8d ______ 8c ______ 8b ______

9b ______ 9d ______ 9a ______ 9c ______

10d ______ 10c ______ 10b ______ 10a ______

11d ______ 11c ______ 11a ______ 11b ______

12c ______ 12a ______ 12d ______ 12b ______

Total ______ Total ______ Total ______ Total ______

Bahan Bacaan

Penjelasan Masing-Masing Gaya Belajar•

85Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL

TujuanPeserta dapat mengidentifikasi tiga kawasan tujuan instruksional • Peserta mampu membuat tujuan instruksional khususnya model Bloom •

BahanSpidol, flip chart, dan powerpoint slide (contoh yang benar dan yang salah tentang tujuan instruksional umum dan khusus)

Waktu120 menit

Proses

Pelatih memberikan penjelasan teoritik mengenai taksonomi tujuan instruksonal 1.berdasarkan materi bacaan yang telah tersedia. Pelatih dapat memanfaatkan powerpoint yang telah disiapkannya. Peserta selanjutnya melakukan latihan sebagai berikut:2.Dengan menggunakan ketentuan taksonomi tujuan instruksional kawasan kognitif menurut Bloom, rumuskan tujuan instruksional umum materi pelatihan yang Anda ampu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Tentukan tingkat kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta pelatihan pada • akhir pelatihan.Pilih kata kerja operasional yang sesuai untuk tingkat kompetensi tersebut. • Dalam satu rumusan tujuan umum, gunakan hanya satu kata kerja, kecuali bila target materi tersebut adalah dua atau lebih kemampuan utama yang tidak saling berhubungan, artinya yang satu tidak menjadi bagian dari kompetensi yang lain.Presentasikan dalam pleno atau dalam kelompok 10 orang.•

Bahan Bacaan

Taksonomi Tujuan Instruksional •

86

MANAJEMEN STRES

TujuanPeserta dapat:

Menjelaskan konsep • coping stressMengidentifikasi penyebab stres• Mengidentifikasi strategi penanganan stres•

BahanSpidol, flip chart, koran atau majalah bekas, gunting, lem

Waktu

120 menit

Proses

Pelatih membagi peserta dalam kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 6 1.orang.Setiap kelompok diberikan 1 eks koran/majalah bekas, 1 gunting, 2 lembar 2. flip chart, lem, dan 1 spidol.Tugas dari setiap kelompok adalah mencari berita ataupun gambar yang menunjukkan 3.kondisi stres. Berita ataupun gambar tersebut digunting dan ditempelkan pada flip chart.Setelah selesai, setiap kelompok menempelkan 4. flip chart tersebut di papan tulis dan menjelaskan gambar atau berita yang ditempelkan sekaligus alasan mengapa hal tersebut dikategorikan stres. Peserta juga menjelaskan apa yang menjadi penyebab stres dalam gambar atau berita tersebut serta apa saran kelompok untuk menyelesaikan kondisi tersebut.Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka, pelatih memperkuat 5.pemahaman tersebut dengan memberikan penjelasan berdasarkan materi bacaan pokok yang telah disiapkan.

Bahan Bacaan

Manajemen Stres•

87Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

PENGEMBANGAN ATMOSPHERE BELAJAR

TujuanPeserta pelatihan dapat menyebutkan tiga keuntungan kelompok yang dibentuk secara • acakPeserta mampu memilih, dengan sejumlah situasi tertentu, cara terbaik untuk •membentuk satu kelompokPeserta dapat menyebutkan paling kurang lima cara inovatif untuk membentuk • kelompok secara acak

BahanTransparansi dengan pertanyaan kuis• Lonceng atau sesuatu yang bisa diperlakukan sebagai lonceng• Perubahan susunan tempat duduk disesuaikan dengan kuis• Hadiah kecil untuk kelompok yang menang•

Waktu60 menit

ProsesDiawali dengan penjelasan pelatih bahwa bagian ini terdiri dari aspek: (1) cara kreatif 1.dalam membentuk kelompok, (2) melakukan praktek dinamika kelompok.Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan berefleksi tentang berbagai cara yang 2.digunakan untuk membagi kelompok kecil dalam suatu sesi pelatihan, dan pembagian kelompok dilakukan dengan tujuan tertentu. Tanyakan kepada mereka mengapa kelompok kecil berguna.Jelaskan bahwa peserta akan berbagi ide dan pengalaman dalam penggunaan metode 3.baru ini: pertunjukan kuis. Minta seseorang peserta untuk menjelaskan ide tentang suatu kuis, mungkin menghubungkannya dengan pertunjukan kuis televisi.Organisasikan juri untuk memberi nilai dan mengatur waktu.4.Pelatih membagi peserta menjadi enam kelompok dengan menggunakan cara kreatif 5.yang ada pada materi bahan bacaan pokok, tetapi pastikan bahwa kelompok-kelompok memiliki anggota yang seimbang dalam jumlah. Jelaskan aturannya:6.

Semua anggota tim harus bekerja sama tetapi hanya satu orang dari kelompok •yang benar-benar bisa memberikan jawaban (ini untuk mencegah teriakan yang terlalu banyak). Bila bukan juru bicara yang memberikan jawaban, maka kelompok tersebut mendapat pengurangan nilai sebesar 1.

88

Untuk beberapa pertanyaan, kelompok pertama yang bisa menjawab akan •mendapatkan 1 nilai kemenangan.Untuk pertanyaan yang lain, kelompok yang menjawab dengan benar maka •kelompok itu memenangkan nilai 3.

Bacalah pertanyaannya satu per satu.7.Hitunglah nilai dan berikan hadiah kepada kelompok terbaik.8.Rumuskan hal-hal penting yang menjadi pembelajaran utama.9.Pelatih melanjutkan aktivitas peserta ke sesi berikutnya10.Refleksikan ke dua aktivitas tersebut dengan mengaitkannya dengan upaya untuk 11.menjaga suasana pelatihan tetap kondusif.

Lembar Kerja

KUIS

Penjawab pertama memenangkan (1 nilai)

Jawaban yang benar memenangkan (3 nilai)

Sebutkan paling kurang tiga cara kreatif untuk membagi kelompok

Apakah keuntungan utama membagi kelompok secara acak?

Sebutkan dua keuntungan bekerja dalam kelompok yang kecil

Apakah kerugian membagi kelompok secara acak?

Apa yang dimaksud dengan membagi dalam kelompok kecil secara acak?

Dalam situasi apa Anda akan membagi kelompok secara acak?

Apa yang dimaksud dengan pra pembentukkan kelompok?

Dalam situasi apa Anda akan melakukan pra pembentukkan kelompok secara acak?

Membentuk kelompok bisa menyenangkan. Beri pernyataan (ya/tidak dan penjelasannya)

Tunjukkan satu cara inovatif pembentukkan kelompok secara acak

Apakah keuntungan utama pra pembentukkan kelompok sebelumnya?

Bahan Bacaan

Pembentukan Kelompok•

89Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

PRAKTEK DINAMIKA KELOMPOK

TujuanPeserta berpartisipasi secara praktis menghadapi berbagai situasi dan anggota kelompok yang sulit

BahanFoto kopi permainan-peran• Foto kopi materi bacaan•

Waktu75 menit

ProsesPerkenalkan sesi, dengan menjelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan 1.bagaimana cara menghadapi perilaku peserta yang sulit. Jelaskan bahwa peserta akan melakukannya dengan mempraktekkan situasi yang berbeda melalui permainan-peran. Jelaskan bahwa peserta akan dibagi ke dalam 3 kelompok berbeda, masing-masing 2.memainkan situasi kelas yang berbeda. Tiap anggota kelompok akan menerima lembaran perintah, yang tidak boleh diberitahukan kepada anggota lain kelompok. Dalam tiap kelompok akan ada satu ”pelatih” dan 9 peserta.Bagi peserta ke dalam 3 kelompok dan bagikan lembaran (pastikan bahwa peran 3.dominan dilakukan oleh orang yang dominan). Biarkan mereka mempersiapkan diri selama 5 menit untuk permainan peran. Sejumlah peserta tambahan bisa menjadi pengamat atau bisa ditambahkan sebagai peserta dengan menjadi diri sendiri.Mulai permainan peran pertama dan refleksikan setelahnya dengan cara berikut:4.

Undang “pelatih” untuk menjelaskan apa yang dipikirkan tentang permainan • peran yang baru saja dilakukan, dan tanyakan juga apa yang akan dilakukan lain kali apabila menjumpai masalah yang sama. Tanyakan pula kepada pengamat, bagaimana pendapatnya terhadap hal-hal yang disampaikan oleh pelatih barusan.Mintalah pendapat peserta, pertama minta masukan positif, lalu hal-hal lain •yang penting dan perlu dipertimbangkan, setelah itu minta saran atau tips untuk perbaikan.Tambahkan dengan umpan balik dan tips Anda sendiri jika perlu.•

Lanjutkan dengan permainan peran yang lain dengan cara yang sama dan dorong 5.pelatih untuk menggunakan poin belajar dari permainan peran sebelumnya. Pelatih mengakhiri sesi ini dengan merumuskan pengalaman utama yang telah 6.dipelajari

90

Permainan Peran 1: Memfasilitasi Satu Kesepakatan Konsensus

Pedoman Bagi Peran PelatihAnda adalah pelatih suatu pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Pada hari Sabtu ada kesempatan untuk mengorganisir program wisata selama satu hari karena libur. Selama 15 menit kemudian Anda akan memfasilitasi satu kesepakatan konsensus antara peserta tentang ke mana mereka akan pergi.

Pedoman Bagi Peran Dominator Anda adalah peserta suatu pelatihan yang akan berlansung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu-satunya hari libur selama kursus. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda tidak menyukai pelatih Anda, maka Anda akan mencoba mengambil alih kendali darinya dan memanipulasi kelompok agar setuju dengan pilihan Anda.

Pedoman Bagi Peran PerayuAnda adalah peserta suatu pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu-satunya hari libur selama kursus. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda memiliki minat khusus untuk berbelanja bagi keluarga Anda maka Anda sebisa mungkin akan berusaha memenuhi keinginan Anda.

Pedoman Bagi Peran Si JujurAnda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu-satunya hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda memiliki keluarga yang tinggal di dekat situ, Anda akan mengakui bahwa Anda akan pergi keluar mengunjungi keluarga Anda. Anda begitu bersemangat mengatakan kepada mereka apa yang akan Anda lakukan bersama dengan keluarga sehingga Anda selalu menyela diskusi.

Pedoman Bagi Peran InisiatorAnda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu satunya hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda mengenal tempatnya dengan baik, Anda bisa memberikan ide-ide baru dan saran-saran mengenai tempat-tempat yang bisa dikunjungi, apa yang bisa dibeli, aktifitas yang bisa dilakukan, pemandangan yang bisa dilihat dll.

Pedoman Bagi Peran PembangunAnda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu-satunya hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda tidak memiliki minat khusus tetapi hanya senang bersama-sama kawan-kawan selama hari libur, Anda akan mendukung dan membangun ide-ide dan saran-saran yang dikemukakan orang lain.

91Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Permainan Peran 2: Memfasilitasi satu debat

Pedoman Bagi Peran Pelatih Selama 15 menit kemudian Anda akan memfasilitasi satu debat apakah pertanian gilir-balik itu buruk atau baik. Adalah tanggung-jawab Anda untuk melibatkan peserta secara langsung, tetapi bukan perdebatan yang agresif. Tantangannya adalah untuk membuat peserta saling menyimak masing-masing argumen, dan untuk menantang mereka dengan pandangan ekstrim yang mungkin terjadi. Karena pada akhirnya Anda akan menunjukkan keseluruhan spektrum praktek pertanian gilir-balik, dari yang sangat lestari bisa sampai yang tidak lestari, tergantung pada banyak faktor luar.

Pedoman Bagi Peran Agresor Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai kelestarian pertanian gilir balik. Berdasarkan pengalaman yang luas dengan hasil negatif dari praktek pertanian gilir balik di wilayah Anda, maka Anda akan memastikan bahwa pengalaman Anda diakui oleh kelompok. Anda akan sangat menentang orang lain yang berbeda pemikiran.

Pedoman Bagi Peran the Topik Jumper

Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tidak begitu tertarik dengan topik ini, Anda akan terus-menerus mencoba untuk mengubah topik pembicaraan. Karena Anda bosan menyimak semua argumen, Anda akan sering menyela diskusi.

Pedoman Bagi peran Tukang Mundur Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tidak begitu tertarik dengan topik ini, Anda tidak akan berpartisipasi dalam diskusi. Anda akan menunjukkan ketidaktertarikan Anda dengan berbicara dengan teman sebelah Anda mengenai hal lain. Anda juga akan membaca majalah atau koran, atau tertidur atau apa pun yang bisa Anda pikirkan.

Pedoman Bagi Peran Pengacara Setan Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai kelestarian pertanian gilir balik. Anda memiliki banyak pengalaman dengan contoh kelestarian pertanian gilir balik di wilayah kerja Anda, terutama kelompok suku minoritas pegunungan. Jadi peran Anda adalah untuk menantang mereka di dalam kelompok yang berpikir bahwa pertanian gilir balik tidak bisa lestari.

Pedoman Bagi Peran Pemberi Opini Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tahu bahwa pertanian gilir balik adalah masalah yang kompleks, Anda tidak mengambil sikap dalam perdebatan ini. Peran Anda adalah membawa opini dan kepercayaan yang relevan mengenai masalah yang dimunculkan oleh orang lain selama diskusi.

92

Permainan peran 3: Menghindari konflik

Pedoman Bagi Peran Pelatih Selama 15 menit kemudian Anda akan bertanggung jawab untuk menyelesaikan ketegangan di dalam kelompok. Selama beberapa hari yang lalu Anda menyadari bahwa ketegangan terbentuk di antara anggota kelompok tertentu, tetapi Anda tidak tahu apa penyebab suasana menjadi buruk. Kini Anda harus menemukan apa yang terjadi sebelum ketegangan-ketegangan berkembang menjadi satu konflik sebenarnya.

Pedoman Bagi Peran Penentang (The Blocker) Anda menyesal harus ikut dalam pelatihan. Pelatihannya tidak hanya sangat berbeda dari yang Anda harapkan tetapi Anda benar-benar muak dengan peserta lain karena mereka tidak memiliki pengalaman dan mengajukan pertanyaan yang bodoh sepanjang waktu. Hal yang hanya Anda ingin lakukan adalah meyakinkan pelatih tentang pengalaman Anda sendiri dalam komunitas forestri di negara Anda.

Pedoman Bagi Peran Si Gengsi Anda adalah peserta kursus pelatihan paling senior dengan latar belakang pendidikan yang paling tinggi. Sejak awal Anda sangat terganggu dengan beberapa peserta lain yang tidak menghargai latar belakang Anda dan orang lain yang tidak menganggap serius pelatihan ini. Karenanya Anda membuat keputusan untuk berbicara dengan pelatih selama sesi selanjutnya untuk mengatakan padanya agar menjaga disiplin.

Pedoman Bagi Peran Si Play-Boy Anda ikut pelatihan untuk menikmati uang saku. Anda menganggap peserta lain terlalu serius dan membosankan. Karena Anda tidak tertarik dengan topiknya, Anda mencoba memeriahkan sesi dengan melucu dan bercerita.

Pedoman Bagi Peran Si Pecinta Damain Anda menyayangkan ketegangan yang terjadi di antara berbagai peserta. Menurut Anda susah berpartisipasi dalam suasana seperti itu. Anda tidak menyukai argumen atau ketidaksetujuan, jadi Anda mencoba menjaga perdamaian.

Pedoman Bagi Peran Tukang Kompromi Meskipun Anda sering tidak setuju dengan pandangan dan opini peserta lain, Anda bersedia berkompromi jika ketegangan-ketegangan meningkat terlalu tinggi atau jika kemajuan mengalami kemacetan. Dalam situasi tersebut Anda akan menyerah untuk menghindari konflik atau berusaha mencapai persetujuan.

Bahan Bacaan

Pembentukan Kelompok•

93Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

MERANCANG SESI PELATIHAN

Tujuan

Di akhir sesi para peserta dapat:menjelaskan pentingnya menyusun strategi pelatihan• menyebutkan lima jenis strategi pelatihan•

BahanFlip chart, spidol

Waktu60 menit

Proses

Pelatih memimpin curah pendapat singkat tentang arti strategi pelatihan. Pertama, 1.pusatkan perhatian pada kata strategi (atau cara bergerak dari A ke B), lalu tambahkan aspek pembelajaran. Gabungkan keduanya dalam satu definisi (lihat bahan bacaan pokok). Lalu, jelaskan bahwa strategi memberikan gambaran besar tentang bagaimana suatu 2.program pelatihan akan dilakukan. Terangkan bahwa setiap pelatihan dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Pelatih menjelaskan tugas yang harus dilakukan. Perkenalkan metode ‘jalan-jalan 3.mencari inspirasi’, bentuk kelompok dengan anggota 6 orang, lalu persilahkan mereka bekerja di luar selama 20 menit (tidak jauh dari lokasi pelatihan). Setelah masing-masing kelompok menempelkan 4. flip chart-nya, peserta saling membaca hasil dari kelompok-kelompok yang lain, sambil mengajukan pertanyaan klarifikasi dan menambahkan gagasan-gagasan baru. Buatlah rangkuman dari jenis-jenis strategi pelatihan yang ada serta alasan mengapa penyusunan strategi pelatihan penting. Refleksikan metode ‘jalan-jalan mencari inspirasi’. 5. Apakah metode ini efektif ? Apa kelebihan dan kekurangannya? Apakah Anda akan menggunakannya dilain waktu? Jelaskan bahwa metode ini sangat bermanfaat bagi kelompok-kelompok yang tidak terbiasa duduk dalam satu ruangan untuk waktu yang lama (petani, petugas lapangan, dan lain-lain.)

94

Lembar Kerja

Mendiskusikan strategi pelatihan sambil jalan-jalan mencari inspirasiSelama 20 menit mendatang anda boleh berjalan-jalan (tidak jauh dari lokasi pelatihan), 1.meluruskan kaki sambil membaca materi bacaan dan memikirkan beberapa hal berikut:

strategi-strategi pelatihan yang biasa peserta gunakan,• kelebihan dan kekurangan masing-masing strategi, • mengapa penting untuk mempunyai strategi pembelajaran yang tepat dalam • pengembangan masyarakat?

Setelah berjalan-jalan, buat ringkasan hasil diskusi anda pada 2. flip chart (1 atau 2 saja) untuk didiskusikan dengan kelompok-kelompok lain.

STRATEGI KEKUATAN KELEMAHAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

MENYUSUN STRATEGI YANG JELAS SANGAT PENTING KARENA…….

1.

2.

3.

Tempelkan 3. flip chart kelompok anda di ruang kelas.

Bahan Bacaan

Strategi Pelatihan•

95Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

MENGEMBANGKAN AGENDA PELATIHAN

TujuanPeserta dapat menjelaskan kebutuhan dan penggunaan agenda pelatih • Peserta mampu mengidentifikasi elemen-elemen yang selayaknya ada di dalam agenda • pelatihPeserta mampu memodifikasi agenda pelatihan mereka berdasarkan catatan informasi mereka•

BahanLembar latihan, beberapa contoh agenda pelatih, post-it

Waktu60 menit

ProsesPelatih memimpin curah pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan agenda 1.peserta, apa yang dimaksud dengan agenda pelatih, apa perbedaannya, dan mengapa perbedaan ini penting dicermati. Curah pendapat bisa dilakukan langsung dalam pleno atau bisa juga dilakukan dalam kelompok kecil.Pelatih menyimpulkan bahwa penyusunan agenda pelatih yang detail bisa diibaratkan 2.seperti membuat satu ‘master plan’ untuk pelatihan, yang di dalamnya cara pelatih mencapai tujuan pelatihan dalam waktu yang ditentukan. Tekankan bahwa untuk mencapai hal ini, pelatih harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya.Ringkaskan sesi ini dengan menanyakan “Apa yang harus dicapai oleh agenda pelatih 3.yang telah dirancang dengan baik?” (lihat bahan bacaan pokok).Pelatih memberikan contoh tentang bagaimana caranya mengembangkan agenda 4.pelatihan yang sekarang dilakukan ini, tahap demi tahap, dimulai dengan rencana besar dalam satu bulan atau satu minggu dan diakhiri dengan detail setiap hari yang dibagi menjadi beberapa sesi.Katakan bahwa langkah selanjutnya dalam merancang pelatihan peserta adalah 5.mengembangkan agenda pelatihan yang lebih detail untuk setiap hari. Jelaskan bahwa kadang-kadang lebih mudah untuk mulai dari yang kurang detil, misalnya dimulai dengan memikirkan tentang alur keseluruhan (termasuk ruang kelas, dan hari-hari di lapangan), menyusun topik-topik atau tujuan, dan lalu mulai melihat pada satu minggu, dan kemudian pada satu hari, dan kemudian pada jam.

Bahan Bacaan

Mengembangkan Agenda Pelatihan•

96

MERUMUSKAN RENCANA SESI

Tujuan

Pada akhir sesi ini peserta:Membuat daftar mengenai elemen suatu rencana sesi• Membedakan antara rencana sesi yang baik dan buruk dan menganalisis aspek-aspek • baik dan buruknya

BahanFotokopi daftar untuk memperkirakan, merancang dan menulis rencana sesi• Fotokop• i perbesaran dua contoh rencana sesi (yang baik dan buruk)

Waktu60 menit

Proses

Pelatih memperkenalkan arah dan prosedur sesi ini.1.

Mulailah dengan curah pendapat secara cepat mengenai:2.apakah sesi itu: bagian dari isi atau topik yang bisa dilaksanakan dalam waktu • tertentu, secara umum 1 sampai 2 jam dan kurang dari 3 jam, bisa bervariasi dalam hari yang sama.mengapa menulis rencana sesi dan untuk siapa: untuk merancang sesi, untuk • menjelaskan sesi, untuk mendapatkan tanggapan dan lain-lain, coba tulis untuk orang lain dengan sejelas mungkin.

Lanjutkan dengan curah pendapat secara cepat mengenai elemen suatu rencana sesi.3.

Minta dua peserta untuk tampil dan urutkan elemen-elemen dalam urutan yang benar 4.dengan bantuan dari kelompok. Hal ini akan menimbulkan diskusi kecil karena ada gaya yang berbeda.Sepakati elemen-elemen yang seharusnya menjadi bagian, dan elemen apa yang bisa 5.menjadi bagian.Tunjukkan contoh rencana sesi dan undang peserta untuk berkumpul untuk memilih 6.yang terbaik dan terburuk.Dalam diskusi pleno minta peserta untuk mengambil posisi (berdiri di depan rencana 7.sesi yang dianggap paling jelek) dan minta mereka menjelaskan pilihannya.Ulangi prosedur ini untuk pilihan terbaik. 8.

Tutup dengan mengatakan bahwa ada gaya yang berbeda dalam penulisan rencana 9.sesi. Jelaskan bahwa gaya bisa berbeda tetapi harus tetap sederhana dan jelas, dan hal

97Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

itu mungkin berkesan mudah tetapi dalam praktek sangat sulit, perlu banyak latihan dan mengulas. Jelaskan bahwa cara yang terbaik untuk memeriksa apakah Anda menulis satu rencana sesi yang baik adalah dengan memberikan kepada pelatih lain untuk dibaca dan tanyakan apakah dia bisa menjalankan sesi tersebut tanpa penjelasan tambahan.

Berusahalah untuk memilih satu gabungan rencana sesi. Hal ini akan membangkitkan satu diskusi yang baik dan melengkapi peserta dengan banyak ide untuk mengembangkan gaya mereka sendiri dalam merencanakan sesi.

Catatan

Bahan Bacaan

Daftar Periksa Untuk Penilaian Merancang dan Menulis Rencana Sesi•

98

MENULIS RENCANA SESI SEDERHANA

Tujuan

Membuat sistematisasi rencana sesi untuk pelatihan mereka sendiri

BahanFlip chart, post-it, fotokopi bahan bacaan pokok

Waktu60 menit

ProsesSegarkan ingatan peserta dengan menanyakan mengapa penting untuk menulis rencana 1.sesi. Jelaskan bahwa agak mudah untuk mengkritik rencana sesi yang ditulis oleh orang lain yang akan mereka laksanakan tetapi akan cukup sulit untuk menulis satu rencana sesi sendiri.Minta peserta untuk memilih satu sesi sederhana untuk kursus mereka sendiri dan 2.pertama hanya kembangkan tujuan pelatihan dan pilih metode yang sesuai dan tuliskan pada satu flip chart untuk dipamerkan.Pamerkan 3. flip chart dan minta umpan balik dari peserta. Pertajam tujuan dan perdebatkan pemilihan metode jika diperlukan. Undang peserta untuk kembali ke kelompok mereka dan kembangkan satu rencana 4.sesi penuh berdasarkan pada umpan balik yang mereka terima dan pasang lagi pada flip chart untuk dipamerkan. Pamerkan semua rencana sesi dan minta peserta untuk berkeliling dan menekankan 5.poin yang perlu dikembangkan dan poin-poin baik menggunakan post-it.Diskusikan umpan balik pada 6. post-it dan jika diperlukan tambahkan pengamatan Anda sendiri. Tutup dengan menanyakan apa yang peserta pelajari dengan menulis rencana sesi 7.mereka sendiri. Rumuskan poin-poin pembelajaran.

Bahan Bacaan

Menulis Rencana Sesi•

99Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

BAHAN BACAAN POKOK MODUL III

ANDRAGOGIS VERSUS PEDAGOGIS

Model pembelajaran pedagogis telah mendominasi dunia pendidikan dan pelatihan selama berabad-abad lamanya. Adapun anggapan yang mendasari model ini adalah:

Pengajar/pelatih/guru bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran, termasuk • apa dan bagaimana para pembelajar akan belajar. Pembelajar memiliki peran yang pasif dan pengajar aktif.Oleh karena pembelajar memiliki sedikit pengalaman, maka pengajar adalah sosok yang •ahli, guru, dan merupakan tanggung jawab bagi pengajar untuk memberikan ‘kekayaan’ pengetahuannya. Jumlah tersebut menjadi “limpahan informasi” melalui cara yang tradisional seperti ceramah, buku teks, buku pedoman, serta video yang menghadirkan para “ahli” lain untuk membagi pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Orang terdorong untuk belajar karena mereka “harus” melakukannya agar lulus ujian, naik •ke tingkat berikutnya, atau memperoleh sertifikasi.Pengetahuan adalah informasi yang terpusat. Pengajarlah yang menguasai dan memahami •secara benar materi, sehingga pembelajar mendapatkan informasi yang telah ditentukan dalam beberapa tingkatan pemahaman dna penguasaan. Secara luas, motivasi untuk belajar berasal dari luar. Pembelajar dipaksa oleh tekanan dari sosok •yang otoriter dan ketakutan terhadap akibat negatif. Pada intinya pengajar mengendalikan pembelajaran melalui penghargaan (rewards) dan disiplin (bisa juga berarti punishment).

Memahami bagaimana dan mengapa orang belajar

Selama tahun 1960, para pendidik bangsa Eropa menciptakan kata “andragogi” sebagai label terhadap peningkatan pokok pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan pembelajaran orang dewasa. Konsep tersebut dikenalkan dan dikembangkan di Amerika Serikat oleh Malcolm Knowles. Anggapan-anggapan berikut mendasari model pembelajaran andragogis, yang sekarang disebut Knowles sebagai model pembelajaran manusia (Knowles, 1990):

Anggapan Pertama1. Anggapan pertama berkaitan dengan adanya perubahan konsep diri yang semula bergantung penuh (kepada orang lain) menjadi pribadi yang semakin mampu mengatur dan mengarahkan dirinya sendiri. Pembelajar dewasa adalah pembelajar yang mengatur dirinya sendiri. Pembelajar dewasa seharusnya bertanggung jawab terhadap kehidupannya, termasuk merencanakan, melaksanakan, serta menilai sendiri kegiatan pembelajarannya. Pemahaman prinsip ini seringkali disalahartikan. Pengaturan diri oleh pembelajar tidak berarti bahwa pelatih melepaskan tanggungjawabnya terhadap rencana dan kegiatannya, akan tetapi sejak awal, pelatih perlu menyusun proses pelatihan sebagai upaya yang kolaboratif. Selama proses tersebut, sebaiknya antara pelatih dan peserta secara terus-menerus menjalin hubungan layaknya teman dengan menciptakan komunikasi dua arah.

100

Anggapan Kedua2.

Prinsip kedua berkaitan dengan peran pengalaman, suatu prinsip khusus bagi pembelajar dewasa. Menurut Knowles, setiap individu dewasa dihadapkan pada situasi pembelajaran yang menjadikan kekayaan pengalaman sebagai dasar awal pembelajaran dan dinilai sama baiknya dengan sumber asal/langsung sehingga layak untuk dibagikan kepada orang lain. Pengalaman-pengalaman tersebut mungkin baik ataupun buruk, tetapi pengalaman-pengalaman tersebut akan berpengaruh terhadap pembelajar ketika menentukan cara yang akan digunakan untuk memulai pengalaman belajar yang baru. Oleh karena manusia menjadikan pengalaman-pengalaman yang lampau sebagai dasar pembelajaran, maka informasi yang baru harus disesuaikan. Pelatih yang bijaksana akan cenderung untuk menyelidiki/mencari tahu hal apa sajakah yang telah diketahui oleh para peserta. Kemudian pelatih akan memadukan informasi yang dimiliki dengan pengalaman peserta (yaitu hal-hal yang telah diketahui peserta) dan menghindari untuk memperlakukan peserta seperti mereka tidak mengetahui apapun dan harus dididik layaknya anak kecil.

Anggapan Ketiga3.

Anggapan ketiga adalah bahwa orang dewasa dapat dianggap siap untuk belajar ketika mereka merasa perlu untuk mengetahui atau melakukan sesuatu. Orang dewasa mulai meninggalkan pendekatan yang terlalu teoritis atau abstrak. Mereka menginginkan agar pengalaman pembelajaran menjadi praksis dan realistis, lebih terpusat kepada masalah (problem-centered) dan bukan terpusat kepada subjek (subject-centered). Pelatih yang efektif akan membantu peserta untuk mengerti bahwa mempelajari keterampilan atau tugas tertentu akan membantu mereka menjadi semakin berhasil, yakni, bagaimana pembelajar dapat menjalankan tugasnya dengan lebih cepat, lebih mudah, dan lebih efisien.

Anggapan Keempat4.

Keempat, orang dewasa menghendaki adanya penerapan dalam dunia nyata dengan segera. Orang dewasa ingin pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki dapat memberi kontribusi dalam mengatasi/menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Mereka akan sangat termotivasi ketika pelaksaanan pelatihan berhubungan langsung atau terkait secara praksis dengan kehidupan konkret mereka. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu memiliki keterkaitan yang jelas terhadap kebutuhan orang dewasa dan bersifat segera.

Anggapan Kelima5.

Terakhir, orang dewasa termotivasi untuk belajar dikarenakan faktor internal dalam dirinya, seperti harga diri (self-esteem), hasrat untuk memperoleh pengakuan, adanya rasa ingin tahu, kecintaan terhadap pembelajaran yang sudah ada sejak lahir, keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup, ingin meningkatkan kepercayaan diri, atau memanfaatkan peluang untuk mengaktualisasikan diri.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Orang Dewasa

Beberapa prinsip tambahan mengenai bagaimana orang dewasa belajar:Orang dewasa harus mengakui adanya kebutuhan untuk belajar.•

101Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Orang dewasa ingin agar dapat menerapkan hal-hal yang telah dipelajari ke dalam • pekerjaannya.Orang dewasa perlu menggabungkan pengalaman terdahulu dengan materi yang baru.• Orang dewasa lebih memilih hal konkret daripada hal abstrak.• Orang dewasa membutuhkan beragam metode pelatihan.• Orang dewasa dapat belajar dengan lebih baik jika dalam suasana informal (penuh • keramahan), lingkungan yang nyaman.Orang dewasa ingin dapat mengatasi masalah-masalah realistis.• Orang dewasa lebih menghendaki metode belajar yang berkelanjutan atau • berkesinambungan.

Pedoman Pokok

Pelatihan orang dewasa tidak sama dengan mengajar anak kecil.•Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap •pembelajaran mereka.Orang dewasa menjadikan pengalaman yang telah dilalui sebagai dasar pembelajaran.•Orang dewasa berharap agar pelatihan memiliki kaitan langsung dengan mereka dan •menginginkan adanya penerapan dalam dunia nyata.Orang dewasa belajar melalui beragam cara.•

102

ASPEK-ASPEK ETIKA PELATIH DAN PELATIHAN

Pengantar

Dalam memberdayakan masyarakat, para fasilitator lebih sering berinteraksi dengan kelompok orang dewasa karena dianggap lebih matang dan lebih mandiri dengan sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang mereka peroleh selama proses pematangan tersebut. Kematangan dan kemandirian tersebut yang menempatkan orang-orang dewasa diperankan dan difungsikan sebagai motor perubahan di dalam masyarakat. Oleh karena itu, pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sebagai bagian dari strategi pemberdayaan masyarakat lebih sering diikuti oleh orang–orang dewasa. Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak masih membutuhkan lebih banyak pengetahuan dan pengalaman untuk membentuk dirinya sendiri menuju kedewasaan.

Tentu saja untuk menghadapi peserta pelatihan yang pada umumnya adalah orang dewasa dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan pendidikan dan pelatihan ala bangku sekolah, atau pendidikan tradisional. Pendidikan ala sekolah ini sering disebut dengan pendekatan pedagogis. Ironisnya, meskipun para fasilitator pemberdayaan masyarakat memahami benar perbedaan perkembangan psikologi dan sosial antara orang dewasa dan anak-anak, tetapi dalam praktek masih banyak “pendekatan pedagogis” diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa yang seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan “kematangan”, “konsep diri” peserta dan “pengalaman peserta”. Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan “Pendidikan Orang Dewasa” (Adult Education). Dengan bahasa yang lebih lugas, eksperiental dan operasional, andragogi juga didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:

Semua Orang Mempunyai Pengetahuana. Fasilitator harus meyakini bahwa semua warga belajar mempunyai pengetahuan sesuai dengan bidang masing-masing. Keyakinan tersebut mengharuskan seorang fasilitator tidak boleh memberlakukan warga belajar seperti gelas kosong. Dengan asumsi itu pula, fasilitator akan menghadapi pendapat warga belajar, dan akan memberi kesempatan warga belajar untuk saling bertukar pengalaman.

Warga Belajar Sebagai Sumber Belajarb. Pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang dimiliki oleh warga belajar dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Hal ini disebabkan oleh: Pertama, pada umumnya pengetahuan yang berasal dari warga belajar telah teruji dalam praktek. Kedua, informasi yang berasal dari teman dengan mudah dapat diterima. Ketiga, sesama warga belajar mempunyai waktu yang luas untuk menyampaikan informasi, dan dapat dilakukan dalam suasana formal maupun informal. Keempat, bagi warga belajar yang menjadi sumber belajar, juga mengalami proses belajar pada saat menyampaikan informasi.

Ada Kemampuan Orang Untuk Belajar Dan Berkembangc. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk belajar dan berkembang. Tetapi harus disadari bahwa kemampuan dan kecepatan belajar seseorang berbeda dengan yang lainnya.

103Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Dengan mengetahui kemampuan untuk belajar dari warga belajar, maka seorang fasilitator dapat menyediakan kemudahan agar warga belajar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kapasitasnya.

Warga Belajar Tidak Dapat Dipaksa Untuk Belajard. Bahan pelajaran hanya dapat diserap oleh warga belajar setingkat demi setingkat dan dengan keterlibatan warga belajar sendiri. Dengan asumsi ini maka seorang fasilitator harus menciptakan kondisi yang mendorong warga belajar untuk belajar. Dan menghilangkan hambatan yang ada.

Kelompok Merupakan Forum Belajar Yang Terbaike. Siklus belajar berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa salah satu proses belajar tersebut adalah mengolah bahan belajar. Proses ini akan dipercepat dan dipermudah dengan bantuan orang lain, seperti dalam kelompok. Sesama anggota kelompok dapat mendiskusikan dan menyimpulkan, sehingga setiap anggota kelompok saling membantu dalam proses belajar. Dengan berkelompok memberikan rasa aman kepada warga belajar karena kegagalan yang dialami akan ditanggung bersama oleh anggota kelompok. Sebaliknya dengan belajar dalam kelompok juga memberikan kesempatan untuk tampil dan mendapat perhatian lebih baik daripada belajar secara klasikal.

Implikasi Untuk Fasilitator

Asumsi-asumsi tersebut di atas mengharuskan seorang fasilitator pada latihan partisipatif berperan dalam menciptakan suasana, memberikan kesempatan dan menyediakan sarana untuk mempermudah proses belajar. Dengan peran seperti ini, maka pada latihan partisipatif tingkat perkembangan warga belajar tergantung dari warga belajar itu sendiri. Tujuan pendidikan bagi orang dewasa yaitu perubahan perilaku yang diawali dengan perubahan sikap dan penambahan pengetahuan serta keterampilan. Dengan demikian seorang fasilitator juga berperan sebagai seorang pembimbing dengan tugas-tugas sebagai berikut: a).Penyebar Pengetahuan: saat menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada warga belajar; b).Pelatih Keterampilan: saat memberikan tambahan keterampilan baru melalui latihan praktek dan mengajak warga belajar untuk belajar sambil mengerjakan; c). Perancang Pengalaman Belajar Kreatif: saat menciptakan situasi yang memungkinkan warga belajar untuk mendapat pengalaman baru, sehingga timbul kesempatan untuk berlaku lain daripada yang sudah terbiasa.Fungsi fasilitator sebagai pembimbing yang mampu menempatkan diri sejajar dengan warga belajar, membutuhkan beberapa sikap, seperti yang disampaikan oleh A.G. Lunandi berikut ini:a. Empati : Membiarkan diri sendiri mengalami atau menyatu dalam pengalaman

para warga belajar: “Menyetel” pada “gelombang pemancar” para warga belajar; mencoba melihat situasi sebagaimana warga belajar melihatnya; berada dan bersatu dengan warga belajar.

b. Kewajaran : Bersikap, bertindak dan berkata jujur, apa adanya, jangan berlebihan seolah ingin menempatkan lebih tinggi dari warga belajar. Demikian pula dalam berpenampilan (cara berpakaian) di depan kelas. Hindari memainkan — secara sadar maupun tak sadar — peran sebagai pengajar.

104

c. Respek : Mempunyai pandangan positif terhadap semua peserta. Gambaran negatif terhadap peserta akan mendorong fasilitator bersikap negatif pula yang tentu berdampak kurang baik pada proses dan hasil pelatihan.

d. Komitmen dan kehadiran: Menghadirkan diri secara penuh; siap menyertai kelompok dalam segala keadaan. Tindakan ini akan membangun keakraban dan keterbukaan antara peserta dan fasilitator. Peserta akan merasa aman dan nyaman dengan kehadiran peserta.

e. Mengakui kehadiran orang lain: Mengakui adanya orang lain; tidak menonjolkan diri; menunjukkan kepada mereka bahwa peserta sadar akan kehadirannya. Lakukan komunikasi verbal maupun nonverbal dengan mereka, bersedia mendengar, memberi kesempatan kepada peserta untuk “muncul”.

f. Membuka diri : Keterbukaan mempunyai dua segi: (1) menerima keterbukaan orang lain, tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan pengalaman peserta sendiri; setiap saat bersedia mengubah sikap dan pendapat dan konsep saya sendiri; tidak bersikap ngotot agar bermunculan kemungkinan-kemungkinan baru. (2) Secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain; mengenalkan diri kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana pandangan saya, suka dan duka saya; mau mengambil risiko melakukan kekeliruan.

Selain hal-hal yang dianjurkan untuk dilakukan fasilitator seperti di atas, juga perlu diperhatikan hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh fasilitator pelatihan bagi orang dewasa, yakni:

1. Tidak mengguruiMengingat bahwa warga belajar terdiri dari orang-orang dewasa yang mempunyai keahliannya sendiri, pengalamannya sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalam lingkungannya, maka sikap menggurui dapat dirasakan sebagai meremehkan.

2. Tidak menjadi “ahli”Artinya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan-akan fasilitator harus ahli dalam segala hal dan segala bidang. Bersikap menjadi “ahli” hanya akan memungkinkan proses komunikasi satu arah. Lemparkan pertanyaan seorang peserta kepada forum.

3. Tidak memutus bicaraPada waktu warga belajar bertanya, atau mengemukakan pandangannya, fasilitator tidak memutus hanya karena kebetulan ia merasa tak sabar. Jika dilakukan akan membuat warga belajar tersinggung, malu, atau lupa topik selanjutnya.

4. Tidak berdebat Apabila pertanyaan warga belajar telah dijawab fasilitator, dan penanya itu menyanggahnya kembali, maka bahaya terlibat dalam debat mulai terbuka. Bijaksana untuk fasilitator mengalihkannya menjadi diskusi umum dengan melontarkannya kepada seluruh kelompok.

5. Tidak diskriminatif Fasilitator harus berusaha untuk memberi perhatian kepada semua warga belajar secara merata, bukan hanya kepada satu atau dua warga belajar yang secara pribadi disukainya.

105Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Citra Diri Fasilitator

Pada pelatihan yang bersifat partisipatif (Participatory Training Methodology = PTM), pelatih adalah fasilitator dalam proses belajar peserta. Pelatih bukan hanya seorang yang ahli dari suatu bahan pelatihan, namun juga harus mampu rnenciptakan interaksi belajar. Fasilitator bukan “bos” atau “atasan” melainkan partner atau mitra yang berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Memfasilitasi bukan dengan cara “mengajar”, “menggurui” atau bahkan “memerintah”, melainkan dengan cara memberi contoh, merangsang, dan mendorong peserta untuk berfikir sendiri, untuk menyadari perasaan dan pengalaman masing-masing untuk menemukan jawaban sendiri. Dengan demikian akan diperoleh pelajaran yang paling bermanfaat dan berharga karena belajar dari pengalaman peserta sendiri.

Melihat peran dan tugas fasilitator seperti itu, maka wajarlah bila seorang fasilitator dituntut menjadi figur yang lengkap dan sempurna (meskipun tidak ada manusia yang sempurna). Figur fasilitator seperti yang diharapkan bukanlah diperoleh dari mempelajari suatu bahan pelatihan atau dari pendidikan yang tinggi. Figur fasilitator lebih banyak ditentukan oleh kepribadian yang dimiliki berkaitan dengan pengembangan diri sendiri sebagai fasilitator.

Dalam pelatihan yang bersifat konvensional, keahlian dan pengetahuan seorang pelatih tentang suatu bahan pelatihan sangat diutamakan. Oleh sebab itu pembinaan terhadap pelatih ditekankan pada aspek yang nampak, yaitu pengetahuan dan penguasaan bahan pelatihan. Pengembangan diri sendiri (self development) yang menyangkut pelatih tidak terlalu dipentingkan. Dalam konteks inilah pengembangan atau pembinaan diri sendiri seorang pelatih menjadi bagian yang paling utama dalam PTM.

Sikap yang diperlukan dalam pengernbangan atau pembinaan diri pelatih agar memenuhi citra diri fasilitator secara optimal antara lain: 1. Peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang lain.

Fasilitator dituntut peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang kepada peserta dsb. Ingat peserta rnengikuti pelatihan adalah karena mereka membutuhkan. Fasilitator perlu rnemahami diri sendiri dan peserta atau orang lain diharapkan untuk mernpunyai identitas diri masing-masing dan menerimanya. Tentu saja hal ini bukan berarti untuk saling rnenonjoikan egonya tetapi justru untuk saling menghargai dan menghormati sehingga terjadi proses saling belajar. Terbuka dan tidak membela diri. 2.Pengembangan diri sendiri fasilitatorakan berjalan baik bila ia mau terbuka untuk menerima masukan dan pengalaman baru yang berbeda dengan dirinya, bukan membela diri dan memaksakan pengalamnya sendiri kepada peserta, ingat bahwa peserta juga mempunyai pengalaman dan proses belajar dalam PTM adalah mutualisme. Percaya, tulus dan sungguh-sungguh. 3.Fasilitator harus yakin dan berfikir positif terhadap proses dan interaksi belajar yang terjadi. Segala intervensi fasilitator diberikan dengan sungguh sungguh dan tulus kepada peserta dalam interaksi belajar. lntervensi bukan dimaksudkan untuk menimbulkan dan membangun image atau kesan peserta terhadap pelatih melainkan diupayakan untuk penyadaran dan mencapai tujuan pelatihan.

106

Kesetaraan dan kemitraan. 4.Fasilitator bukan sebagai yang paling tahu, pintar, banyak pengalaman. Dalam PTM, fasilitator adalah sebagai mitra belajar dan kesetaraan dalam interaksi belajar dengan peserta. Fasilitator bukan mentransfer bahan belajar/bahan pelatihan kepada peserta, melainkan memfasilitasi dan bersama peserta untuk menemukan dan mengembangkan pengalaman.

Jack Mazirow mengatakan: ”Kesalahan fatal yang dilakukan oleh fasilitator adalah usaha untuk mengartikan dirinya sebagai pelaku tunggal bagi terjadinya perubahan perilaku dan berbuat seolah-olah tugas pokoknya adalah mengkomunikasikan gagasan-gagasan, merancang bentuk-bentuk kegiatan latihan (excercise) dalam rangka pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap tertentu yang menentukan perubahan-perubahan perilaku yang dimaksudkan serta melakukan survey untuk mendeteksi kebutuhan-kebutuhan bagi perubahan perubahan tertentu.” Apa yang dikatakan tersebut mengingatkan kepada fasilitator agar bisa berperan secara efektif dan benar.

Beberapa hal di atas adalah berkaitan dengan kepribadian fasilitator yang perlu diperhatikan dan menjadi penting dalam PTM. Kepribadian tersebut akan lebih banyak membentuk dan menentukan citra diri fasilitator dalam interaksi dan proses belajar, apakah ia akan menggurui dan mentransfer pengetahuan dan pengalamannya kepada peserta ataukah ia akan memfasilitasi interaksi dan proses belajar.

Fasilitator yang efektif dalam interaksi dan proses belajar akan mengupayakan dan memperlihatkan ciri-ciri antara lain:

Mendasarkan pengalaman dan latar belakang peserta, artinya pembahasan isi pelatihan 1.didasarkan pada pengalaman peserta. Bukan pengalaman fasilitator semata.Memadukan pengalaman antar peserta untuk mengembangkan pengalaman baru melalui 2.proses diskusi. Menerapkan swa-belajar 3. (self learning), artinya mengupayakan agar terjadi proses belajar yang efektif dengan cara belajar masing-masing. Mengarah pada penguasaan belajar (4. Mastery learning), artinya mengupayakan agar peserta dapat menemukan cara belajar yang efektif. Mengarah pada belajar pemahaman atau penghayatan (5. insightfull learning), artinya belajar untuk proses menyadari, memahami dan menghayati, bukan untuk menghafalkan. Mengembangkan perwujudan diri (6. self actualization), artinya mengupayakan peserta untuk mau dan mampu menentukan dan menemukan dirinya sendiri sesuai dengan potensinya.

Secara praktis, kepribadian fasilitator yang berhasil berkaitan dengan sifat-sifat fasilitator sebagai berikut:

Memiliki rasa humor yang akan digunakan untuk menghangatkan komunikasi.1.Memakai bahasa yang mudah dimengerti. 2.Menghadapi peserta dengan cara yang luwes supaya suasana menjadi hangat dan akrab. 3.Memberikan waktu secukupnya untuk berfikir dan menjawab. 4.Mengungkapkan perasaannya sendiri untuk memancing peserta lebih terbuka. 5.Memperhatikan apa yang dirasakan dalam tubuhnya sendiri. 6.

107Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Memperhatikan pesan-pesan nonverbal para peserta yang diungkapkan dalam bahasa tubuh. 7.Selalu berpikiran positif terhadap seluruh peserta.8.

Beberapa pantangan bagi pelatih atau fasifitator yang ingin berhasil antara lain:Jangan menilai pemikiran dan perasaan peserta. 1.Jangan ingin menolong peserta karena mereka akan menolong dirinya sendiri. 2.Jangan memakai kalimat-kalimat, seperti “3. sebaiknya kamu.........” atau “seharusnya kamu..........”. Jangan memaksa peserta untuk tindakan apapun. 4.Jangan memberikan jawaban atas masalah-masalah para peserta. Cobalah mendorong 5.peserta untuk menemukan jawaban atas masalah mereka sendiri.

Dalam andragogi, seorang fasilitator tidak diperbolehkan berperan sebagai transformer yang bertugas memindahkan semua pengetahuannya kepada para warga belajar. Tugas utama fasilitator adalah membantu warga belajar secara maksimal dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Keterampilan tersebut tentu saja hanya akan dapat dikembangkan dengan upaya sendiri dan melatih diri atau membiasakan diri, baik di dalam pelatihan maupun di luar pelatihan.

108

PENJELASAN MASING-MASING GAYA BELAJAR

Perasa. Orang yang perasa sangat berorientasi pada manusia. Mereka begitu ekspresif dan fokus kepada perasaan serta emosi. Mereka dapat menikmati pembelajaran yang penuh kasih sayang dan cenderung ke arah pengalaman pembelajaran yang dapat menggali sikap-sikap dan emosi manusia. Orang yang perasa dapat berkembang dengan cepat dalam lingkungan belajar yang terbuka, tidak terstruktur dan menghargai kesempatan untuk bekerja di dalam kelompok serta menyukai kegiatan-kegiatan yang memungkinkan bagi mereka untuk berbagi pendapat dan pengalamannya.

Pengamat. Pengamat senang mengamati dan mendengarkan. Mereka cenderung menjadi tidak ramah juga pendiam dan mereka akan menghabiskan waktunya sebelum bertindak atau ikut serta mengambil bagian di dalam kelas. Ketika mereka memutuskan untuk memberikan pendapat atau menjawab suatu pertanyaan, biasanya jawaban mereka tepat mengenai sasaran. Mereka menikmati pengalaman pembelajaran yang memberi kebebasan kepada mereka untuk memikirkan beragam ide juga pendapat.

Pemikir. Para pemikir mengandalkan logika dan penalaran. Mereka menyukai kesempatan untuk membagikan ide dan konsep yang dimiliki. Mereka lebih memilih kegiatan yang meminta mereka untuk melakukan analisis dan penilaian. Mereka akan menanyakan alasan dibalik kegiatan dan akan menentang pernyataan-pernyataan yang mereka anggap terlalu umum atau tidak berisi. Pemikir lebih memilih untuk bekerja secara mandiri dan menanyakan perlunya dilakukan bermain peran dan simulasi.

Pelaksana. Pelaksana senang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Mereka akan memimpin dalam kegiatan kelompok dan cenderung mendominasi diskusi. Mereka menyukai kesempatan untuk mempraktekkan hal-hal yang telah dipelajari, khususnya mengenai bagaimana mereka dapat menerapkan hal-hal tersebut dalam dunia nyata. Mereka menyukai informasi yang disampaikan secara jelas serta singkat dan mereka menjadi tidak sabar ketika diskusi semakin berlarut-larut.

Ingat bahwa tidak ada satu pun gaya belajar yang benar atau bahkan lebih baik daripada gaya belajar yang lain. Intinya adalah bahwa setiap orang belajar dengan cara yang berbeda. Agar menjadi efektif, pelatih harus merancang program mereka sehingga dapat mencakup perbedaan-perbedaan di antara gaya belajar. Kemungkinan besar, pelatih akan menggunakan gaya yang Ia sukai. Meskipun menggunakan gaya yang paling membuat seseorang merasa nyaman adalah hal yang wajar, para pelatih yang paling efektif akan belajar bagaimana caranya untuk menyesuaikan gaya mereka terhadap kebutuhan semua peserta.

Kesan Perseptual

Sebagai tambahan terhadap gaya belajar, pelatih yang efektif harus mampu mengerti kesan-kesan yang muncul ketika menggunakan perseptual yang berbeda-beda. Menurut M. B. James dan M. W. Galbraith (1985), pembelajar mungkin memilih salah satu dari keenam kesan perseptual (cara individu memperoleh dan mengolah informasi), tersebut:

109Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Visual Video; film; grafik; foto; peragaan; metode dan media yang digunakan dapat memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk memiliki pengalaman belajar melalui penglihatan (mata).

Cetak Teks/bacaan; kertas dan pena untuk menulis; adalah metode yang memungkinkan peserta untuk menyerap kata yang tertulis.

Pendengaran Ceramah; audiotape; metode yang memungkinkan peserta untuk mendengar dengan sungguh-sungguh dan memperoleh informasi melalui pendengaran (telinga).

Interaktif Diskusi kelompok; tanya-jawab; cara yang memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbicara dan saling bertukar pikiran, pendapat, jawaban dengan peserta lain dalam kelompok.

Taktil Kegiatan yang menggunakan tangan, model bangunan, merupakan metode yang meminta peserta untuk untuk memegang objek atau meletakkan benda bersama-sama.

Kinestetik Bermain peran; permainan fisik dan kegiatan yang yang melibatkan penggunaan keterampilan psikomotor dan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain.

Pembelajar dewasa lebih banyak masuk dalam kategori pembelajar dengan gaya visual daripada gaya yang lain.

Bagaimanapun juga, pelatihan yang bagus dirancang dengan memadukan keenam modalitas di atas. Untuk memastikan bahwa semua kebutuhan pesreta dapat dipenuhi. Kegiatan yang berubah-ubah dengan tujuan menciptakan pembelajaran multi-sensoris mungkin akan meningkatkan daya tarik bagi gaya setiap peserta. Pendekatan multi-sensoris tersebut juga membantu setiap peserta dalam memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan melalui cara yang lebih mereka sukai.

Pada sisi yang lain, pembelajaran yang disampaikan dengan cara yang dapat melengkapi/memenuhi modalitas/gaya pembelajar adalah yang paling disukai oleh peserta. Sebagai contoh, mari peserta cermati rancangan pelatihan untuk beberapa kelompok orang dalam menggunakan komputer pribadi. Pelatih memasukkan gambar-gambar pada layar komputer, menjelaskan apa yang sebaiknya dilihat oleh peserta ketika menemukan tanda tertentu. Pelatih juga mempraktekkan bagaimana cara melakukan fungsi tertentu dalam komputer (visual). Rancangan pelatihan tersebut menyediakan bahan-bahan cetak sebagai buku pedoman dan bahan untuk ujian/tugas mandiri. Dengan kata lain, berkaitan dengan penerapan (cetak). Untuk pengulangan dan penguatan, pelatih menyiapkan audiotape (pendengaran/aural). Selama sesi pelatihan, pelatih menyediakan banyak kesempatan bagi peserta untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan (interaktif). Tentu saja desain pelatihan tersebut menyediakan kesempatan bagi peserta untuk menggunakan komputer tersebut (merupakan aplikasi metode taktil). Terakhir, pelatih akan mengadakan kegiatan simulasi yang akan meminta peserta untuk membuat dokumen yang berkaitan dengan keadaan dunia kerja yang sesungguhnya seperti selebaran, laporan, grafik, dan lain-lain (kinestetik).

Pertimbangan lain yang tidak kalah penting adalah bahwa secara umum manusia belajar dengan melakukan, bukan dengan diberitahu bagaimana cara melakukan sesuatu.

110

Sebagai contoh, seseorang lebih cepat mempelajari bagaimana caranya bisa sampai ke suatu lokasi dengan mengendarai mobil, daripada mengamati cara untuk sampai ke lokasi dengan posisi dia sebagai penumpang.

Jadi semakin banyak kesempatan bagi seseorang untuk “mencoba” atau menerapkan suatu keterampilan, semakin besar kemungkinan dia mempelajari keterampilan tersebut.

Bercerita bukan mengajar atau melatih. Berapa kali Anda berkata kepada diri Anda sendiri, “Saya sudah mengatakan kepada dia bagaimana cara melakukannya, tapi mengapa dia masih saja keliru?” Hanya dengan mengatakan kepada orang lain bagaimana cara mengerjakan sesuatu tidak berarti bahwa dia memahami dan telah memiliki keterampilan untuk mengerjakannya.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan belajar seseorang

Psikologis. Beberapa orang lebih memilih “gambaran besar”, sedangkan orang lain menginginkan proses setahap demi setahap.Lingkungan. Suara, cahaya, suhu, dan susunan tempat duduk bisa berdampak terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, duduk di atas kursi yang keras untuk beberapa jam akan menimbulkan stres terhadap tubuh, serta mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi.Emosi. Motivasi peserta untuk mengikuti sesi pelatihan akan mempengaruhi proses pembelajaran. Mereka yang mengikuti sesi karena mereka menginginkannya lebih besar kemungkinannya untuk memperoleh pengalaman belajar yang positif daripada mereka yang mengikuti sesi karena diminta ikut oleh para supervisor atau atasannya.Sosiologis. Manusia adalah makhluk sosial. Meskipun beberapa orang dapat belajar dengan lebih baik ketika sendirian, penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang belajar dengan lebih baik dan memperoleh kepuasan yang lebih besar melalui pengalaman belajar yang melibatkan mereka dalam kelompok kecil atau berpasangan.Fisik. Kondisi fisik seseorang, termasuk pendengaran, melihat, kesehatan secara umum, dan tingkat energi, mempengaruhi kemampuan mereka dalam belajar. Sebagian besar orang memiliki energi yang lebih sedikit di sore hari. Pelatih sebaiknya mengingat hal ini ketika merancang dan mengembangkan program-pragram.Intelektual dan Pengalaman. Mereka yang mengikuti sesi pelatihan memiliki beragam latar belakang pendidikan, pengalaman hidup, kecerdasan, dan kemampuan. Itulah alasannya betapa pentingnya memiliki sebanyak mungkin informasi mengenai peserta sebelum mereka mengikuti sesi pelatihan.Usia. Salah satu isu yang sering muncul dalam pelatihan bagi pelatih (train-the-trainer) dan kursus melatih (coaching course) berhubungan dengan dampak usia terhadap proses pembelajaran. Para pelatih sering mengatakan bahwa pekerja yang berusia lebih tua biasanya lebih lambat dan lebih sulit untuk dilatih.

Pembelajar muda versus pembelajar tuapembelajar muda lebih efisien dalam menghafalkan informasi• pembelajar tua lebih mampu menilai dan menerapkan informasi.•

111Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Yang perlu diperhatikan adalah makna belajar yang dimiliki oleh pembelajar. Pembelajar dewasa adalah orang dewasa yang terus menerus belajar selama hidupnya. Orang dewasa memiliki potensi untuk melanjutkan pembelajarannya dan melakukan intropeksi diri secara mendalam ketika mereka berhadapan dengan kegagalan. Perlu diakui bahwa perubahan fisik turut mengambil bagian dalam proses pembelajaran. Sepanjang usia peserta, mungkin peserta mengalami kehilangan beberapa kemampuan untuk mendengar, tingkat energi yang makin menurun, dan waktu reaksi yang kian melambat. Faktor-faktor tersebut sebaiknya menjadi bahan pertimbangan; TAPI, faktor tersebut sebaiknya tidak dianggap sebagai bukti bahwa orang yang lebih tua lebih lambat atau memiliki kesulitan yang lebih besar dalam belajar.

Beban Kognisi

Diibaratkan seperti spon, otak peserta menyerap pengetahuan dan informasi. Saat spon tersebut penuh, maka air yang baru ditambahkan tidak akan terserap oleh spon itu. Sebagaimana spon yang telah penuh tersebut, seorang pembelajar dapat memiliki beban kognisi dalam memorinya. Tantangan bagi pelatih adalah agar menyampaikan informasi melalui cara yang tidak membuat peserta merasa terbebani.

Mencegah Beban Kognisi

Gunakan strategi berikut ketika merancang, mengembangkan, dan menyampaikan pelatihan Anda:

Gunakanlah metode ceramah seminimal mungkin• . Singkat informasi yang akan disampaikan dalam bentuk poin pembelajaran, daftar, bagan, grafik, dan bentuk visual lainnya.Buatlah agar sebagian besar pekerjaan dikerjakan oleh peserta• . Ketika peserta melaksanakan pekerjaannya, mereka menyalurkan informasi baru tersebut ke dalam ingatan jangka panjang, mirip seperti menyimpan data di dalam komputer. Sekarang memori yang bekerja bebas untuk menyerap potongan informasi berikutnya.Buatlah potongan isi atau informasi, dan salurkan atau komunikasikan hal itu secara bertahap •dengan disertai penambahan jumlah atau tingkat informasi. Gunakan beragam kegiatan untuk mengkomunikasikan materi.Rancanglah buku kerja dan materi pendamping lain yang menampilkan informasi dalam susunan •yang mudah diikuti dan mudah dipahami.

Penerapan Prinsip-prinsip Belajar

Orientasi tradisional atau pedagogis memperhatikan isi. Pelatih dirisaukan dengan “membungkus” (mengemas/menyajikan) materi sedapat mungkin melalui cara yang paling efisien. Sebaliknya, orientasi andragogis berfokus pada proses, memberikan perhatian terhadap faktor-faktor yang dapat mendukung maupun menghambat pembelajaran. Pertimbangkan pokok-pokok berikut ketika Anda membuat pengalaman belajar bagi peserta Anda:

Ciptakan iklim pembelajaran yang nyaman, tidak mengancam dan peserta diperlakukan •sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab.

112

Libatkan peserta dalam perencanaan pelatihan mereka melalui wawancara, komite •penasihat (advisory committees), dan kegiatan pendahuluan (up-front activities).Dorong peserta untuk terlibat dalam diagnosa diri dengan menggunakan kuesioner dan •alat ukur baik sebelum dan selama sesi.Berikan kesempatan kepada peserta untuk menentukan tujuan mereka dengan •mengumpulkan data mereka melalui kuesioner sebelum sesi dan kegiatan pengukuran diawal sesi.Berikan kesempatan kepada peserta untuk menilai pembelajaran yang mereka alami •dengan beragam kegiatan sepanjang program pelatihan.Bantulah peserta untuk memahami “gambaran besar” dengan menunjukkan bagaimana •program pelatihan tertentu memiliki keterkaitan terhadap sasaran usaha dan atau permasalahan mereka.Buatlah pembelajaran tersebut bersangkut-paut dengan peserta, yakni dengan •menunjukkan betapa pelatihan tersebut akan membantu mereka melalui pemberian contoh nyata dan kegiatan yang berhubungan dengan kerangka acuan yang dimiliki peserta.Gunakan pengalaman peserta sebagai contoh. Mintalah kepada peserta untuk memberikan •contoh berdasarkan situasi yang pernah mereka alami.Libatkan peserta secara aktif ke dalam proses pembelajaran dengan menggunakan kegiatan •yang terpusat pada pembelajar serta pengalaman terstruktur dan dengan menyediakan kesempatan yang banyak bagi peserta untuk menentukan isi (pembelajaran).

Masalah Perbedaan

Hal yang paling penting untuk diingat adalah bahwa Anda melatih individu yang sewaktu-waktu akan menjadi kelompok. Sebelum Anda sepakat dengan suatu desain khusus dan mempertimbangkannya, mari lihat beberapa masalah perbedaan.Walaupun banyak kategori perbedaan yang ada dalam sesi pelatihan, mari fokus pada perbedaan yang memberikan dampak terbesar terhadap suasana pelatihan.

Perbedaan Usia

Seperti diketahui bahwa kemampuan untuk belajar tidak berkurang seperti usia. Ada yang percaya bahwa seseorang yang telah berusia empat puluh tidak dapat belajar keterampilan yang baru. Empat puluh adalah sebuah angka yang dengan semena-mena memisahkan pekerja ”yang lebih muda” dari pekerja ”yang lebih tua”. Pelatih membuat pernyataan seperti, ”pekerja yang lebih tua tidak dapat menangkap dengan cepat” atau ”orang yang lebih tua tidak dapat beradaptasi dengan perubahan”. Banyak orang yang berusia di atas empat puluh membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajari kemampuan yang baru, terutama dikarenakan mereka harus meninggalkan terlebih dahulu cara yang biasa mereka lakukan. Pekerja yang lebih muda telah tumbuh bersama komputer dan video game, tentu saja, akan ditemukan lebih mudah dalam mempelajari sistem komputer yang baru dan program perangkat lunak daripada rekan kerja mereka yang lebih tua yang belajar dengan menggunakan mesik ketik dan kertas karbon.

113Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Salah satu penghalang terbesar bagi pekerja yang lebih tua dalam mempelajari keterampilan baru adalah menurunnya kepercayaan diri atau ketakutan untuk gagal, yang diciptakan, sebagian, oleh mitos masyarakat dan stereotip mengenai usia. Oleh karena itu tantangan pertama dari pelatih adalah untuk membangun kepercayaan diri peserta yang lebih tua dengan memberi mereka harapan. Pembelajaran langsung lebih penting untuk usia empat puluh tahun ke atas, sebaik menggunakan materi dan metode yang secara langsung berpusat pada pekerjaan mereka dan relevan dengan situasi kerja peserta. Karena orang yang lebih tua mengalami penurunan kemampuan pengelihatan dan pendengaran, pelatih harus memperhatikan pengaturan ruangan, pencahayaan, dan menggunakan hasil cetak alat bantu visual yang lebih besar dan begitu juga pada buku kerja peserta. Orang yang berusia empat puluh tahun dan di atasnya lebih tertarik menerima pelatihan yang relevan, terutamanya dapat diaplikasikan, dan bentuk yang lebih mudah diserap. Peserta di atas usia empat puluh tahun terburu-buru untuk belajar. Mereka sadar bahwa mereka harus melanjutkan dan, pada beberapa kasus, menangkap urutannya agar mampu bertahan menghadapi saat sekarang, tekanan yang tinggi, dan perubahan lingkungan kerja yang cepat.

Berhubungan Dengan Peserta Yang Lebih Muda

Banyak Pelatih berpikir bahwa peserta yang lebih muda memiliki rentang atensi yang pendek, kurang sopan, apatis, malas, dan berpikir mereka tahu segalanya. Yang sebenarnya adalah mereka bergairah, percaya diri, dan berorientasi pada pencapaian. Mereka dapat memproses data yang besar dalam satu waktu; mereka menginginkan informasi yang diberikan dalam bentuk yang ringkas seperti pernyataan pendek dan checklist. Karakteristik ini menciptakan tantangan yang berbeda sama seperti kesempatan bagi pelatih. Selama sesi pelatihan, peserta membutuhkan banyak kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dan memecahkan masalah dalam diskusi kelompok, simulasi, studi kasus dan juga keempat-empatnya. Mereka suka terhadap tantangan tetapi juga menerima umpan balik dengan segera dan bermakna. Mereka cepat merasa bosan dan, oleh karena itu, program harus dibuat dengan berbagai macam variasi dari pengalaman pembelajaran. Faktor hiburan tidak dapat diabaikan. Ingat: Mereka berharap kualitas materi yang tinggi, termasuk buku kerja peserta, video

dan alat bantu visual lainnya. Mereka juga berharap penggunaan teknologi yang lebih lagi didasarkan kesempatan dan pengalaman pembelajaran.

Karena mereka menyukai tantangan sama seperti suka untuk menantang, mereka akan bertanya dan menuntut bukti dari apa yang Anda katakan. Mereka tidak akan menerima kata-kata sebagai nilai normal hanya karena Anda pelatih. Bersiaplah dengan fakta-fakta atau gambar untuk mendukung pernyataan Anda dan jelaskan mengapa mereka belajar sebagian keterampilan atau informasi, fokuskan terutama pada tujuan dan hasil. Mereka tidak suka dikatakan apa yang harus mereka lakukan, maka berikan kesempatan bagi mereka untuk menemukan sendiri sesuatu dalam pengalaman yang terstruktur dan instrumen pemeriksaan diri (self-assessment instrument).

Untuk menemukan kebutuhan dari pendengar muda, buatlah pelatihan lebih relevan bagi pembelajar, berikan pembelajar kebebasan dan pilihan yang lebih, gunakan teknologi lebih lagi, dan buatlah pembelajaran yang menarik.

114

Contoh Sikap Peserta Yang Lebih Muda

Saya memimpin sesi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan untuk pengusaha muda di sebuah organisasi. Mereka baru lulus dari Universitas yang terkenal dengan lulusan ”terbaik, pintar, terpelajar, energik, bergairah”. Mereka datang dalam sesi dengan kepercayaan diri dan congkak yang merupakan gaya orang yang belum tahu. Mereka menyatakan di awal bahwa mereka pikir sesi ini membuang waktu karena mereka tahu bagaimana cara membuat keputusan dan memecahkan masalah. Daripada beragumen dengan mereka, saya meletakkan mereka ke dalam kelompok kecil dan memberikan mereka simulasi aktivitas yang lebih rumit dan mereka diminta menganalisis enam situasi problematik berikut solusinya. Mereka diberikan waktu lima belas menit untuk menyelesaikan setiap masalah dan kemudian menganjurkan rekomendasi solusi sehingga mereka dapat menilai kelompok mereka sebelum berpindah ke situasi selanjutnya. Tanpa terkecuali, semua lima kelompok yang ada dengan cepat menemukan solusi untuk masalah pertama dan menunggu dengan tidak sabar untuk jawaban yang benar. Sebagian besar dari mereka terkejut, apa yang mereka dapatkan itu salah. Anggaplah ini hanya suatu kebetulan yang menguntungkan, mereka memecahkan dengan cepat dan untuk masalah selanjutnya dan mereka kembali salah pada bagian tersebut. Mendapatkan pesan bahwa ini tidak semudah dan sesederhana apa yang mereka pikirkan di awal, mereka mulai bekerja keras dan mengambil waktu untuk melihat lebih mendalam dan lebih nyata. Saat mereka menyelesaikan masalah keempat, mereka tidak hanya kehabisan tenaga tetapi dengan rendah hati mereka sadar dan mengakui bahwa mereka tidak tahu banyak mengenai pemecahan masalah seperti yang mereka pikirkan. Peserta yang lebih muda belajar percaya diri dan mandiri dalam memecahkan masalah. Untuk digunakan pada lingkungan kerja, mereka membutuhkan untuk dilibatkan dalam mengalami pembelajaran yang dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan interpersonal dan kelompok.

Perbedaan Jenis Kelamin dan jender

Masalah jenis kelamin terus ada dalam organisasi/perusahaan/institusi. Sebagai seseorang yang dicontoh, Anda sebagai pelatih harus menunjukkan perilaku yang sesuai sepanjang waktu. Pastikan tugas yang akan ada dapat dibagikan pada kedua jenis kelamin yang ada, mencegah peserta dalam kejatuhan peraturan yang tradisional seperti wanita mencatat dan pria memimpin diskusi. Pelatih harus juga menghindari ucapan yang menyinggung jenis kelamin atau menggunakan contoh dan aktivitas yang lebih menunjuk pada satu jenis kelamin. Bantu memberi jembatan pada perbedaan jarak jenis kelamin dengan menyediakan kesempatan dengan meningkatkan kesadaran terhadap perspektif yang berbeda yang dibawa masing-masing jenis kelamin pada situasi yang sama. Kembangkan pertukaran perspektif selama aktivitas kelompok kecil, pastikan semua kelompok terdiri dari lak-laki dan perempuan. Selama diskusi umum, mintalah ide dan reaksi dari laki-laki dan perempuan.

Perbedaan budaya

Belajar membuat pengalaman dan latar belakang dari setiap peserta menjadi nilai tambah dalam pelatihan, dengan tanpa melihat topiknya. Anda memiliki tanggung jawab untuk memahami dan menemukan kebutuhan pembelajaran dimana pengalaman dan kerangka acuan yang ada

115Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

dapat saja berbeda dengan Anda. Ciptakan kesempatan bagi peserta dari latar belakang yang berbeda untuk saling belajar satu sama lain dengan cara bekerja bersama dalam pengalaman yang tersusun.

Mengakomodasi perbedaan Budaya

Perbedaan budaya termasuk etnis, ras, gender, usia, dan pilihan afiliasi. Saat merencanakan sesi pelatihan Anda, pastikan untuk mengingat masalah tersebut dalam pikiran. Material. Saat memilih metode dan materi, Anda harus yakin Anda memilih video, studi kasus, dan aktivitas lainnya dengan memasukkan dan mencerminkan keragaman peserta. Hilangkan penggunaan kata-kata khusus yang menunjuk pada satu jenis kelamin tertentu seperti Bapak Pimpinan, Ibu Ketua, Ibu Sekretaris. Sebagai gantinya, Anda bisa menghilangkan kata Bapak atau Ibu. Bermain peran dan studi kasus dapat merefleksikan keragaman budaya dengan pilihan nama dan situasi. Jika Anda menuliskannya sendiri, berhati-hati untuk membuat profil atau situasi yang mengilustrasikan dan mengabadikan stereotip. Sebagai contoh, dalam bermain peran atau studi kasus yang mengilustrasikan interaksi antara seorang fasilitator dan warga/masyarakat, pastikan bahwa fasilitator tidak selalu diidentifikasikan sebagai orang yang pintar dan warganya sebagai pihak yang terbelakang dan tidak tahu apa-apa.Perilaku Pelatih. Pikirkan suatu metode yang berbeda yang memungkinkan orang-orang dari berbagai macam budaya berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, sehingga Anda dapat mencegah kekeliruan komunikasi. Sebagai contoh, Anda dapat menginterpretasi anggukan kepala yang berarti peserta menyetujui yang Anda katakan. Pada beberapa budaya, bagaimanapun, menganggukkan kepala hanya mengindikasikan bahwa orang tersebut mendengarkan dan juga mendorong pembicara untuk melanjutkan.Pada budaya tertentu, orang-orang seringkali membuat penilaian yang negatif terhadap siapa yang tidak terlibat dalam kontak mata langsung. Sekali lagi, pada budaya yang lain kontak mata langsung berarti menantang atau tidak menghormati. Hal ini penting untuk tidak menginterpretasi perilaku peserta dengan dasar budaya Anda.Mempelajari mengenai peserta Anda termasuk mempelajari bagaimana melafalkan nama dan asal mereka dengan benar selama sesi.

Contoh Dari Pentingnya Menggunakan Nama

Saya belajar pentingnya menggunakan nama orang dengan cara yang tepat dan benar. Pembelajaran itu saya peroleh dalam sebuah sesi meningkatkan keterampilan untuk satu kelompok dari sebuah organisasi. Anggota dari kelompok tersebut berusia dua puluh tahunan dengan penyebaran laki-laki dan perempuan yang sama. Kelompok tersebut, memiliki perbedaan dalam latar belakang budaya dengan campuran dari beberapa daerah. Seorang peserta dari salah satu daerah di kawasan Indonesia Timur sangat tertarik dan sangat berpartisipasi. Dia berbicara dengan saya sepanjang waktu istirahat dan makan siang, dan tampak sekali ingin membangun pendekatan dengan saya. Pada saat sesi evaluasi, saya terkejut karena mendapatkan catatan dari peserta tersebut bahwa dia terluka karena saya tidak berusaha mencoba selama satu hari itu untuk menyebutkan namanya. Dalam budayanya, menyebutkan nama orang lain sangat penting, dan saya telah menunjukkan ketidakhormatan dengan tidak melakukan hal tersebut.

116

Untuk menghindari hal serupa, berusahalah untuk belajar mengenai budaya lain dengan berbicara kepada mereka dan tanyakan pada mereka pertanyaan mengenai tradisi mereka. Minta mereka untuk mengkoreksi pelafalan nama mereka dan kemudian berlatihlah untuk menyebutkan nama mereka. Baca artikel dan buku mengenai komunikasi antar budaya sehingga Anda dapat sedikit banyak terbiasa dengan budaya yang paling sering ada dalam sesi pelatihan Anda.Aktivitas. Ingat bahwa dalam banyak budaya, pendekatan pembelajaran sangat sederhana. Pelatih dihormati sebagai figur otoritas. Peserta menyangka memiliki peran yang pasif, dengan pelatih yang menyediakan materi dengan sangat terstruktur dan aturan yang kaku. Hasilnya, beberapa orang dapat saja merasa tidak nyaman dengan pendekatan pelatihan yang partisipatif dan interaktif. Peserta ini mungkin membutuhkan sedikit sentuhan dan dorongan untuk membantu meningkatkan level kenyamanan mereka selama proses pelatihan. Teknik pembelajaran yang kooperatif seperti meminta mereka mendiskusikan pertanyaan atau masalah dengan berpasangan atau kelompok kecil adalah cara yang efektif untuk melibatkan mereka yang tidak terbiasa dengan pembelajaran yang interaktif.

Sebagai seorang pelatih, Anda memiliki tanggung jawab untuk menciptakan suasana pelatihan dimana semua peserta dapat merasa bebas untuk mengungkapkan dan menjadi diri mereka. Mulai untuk menciptakan lingkungan ini saat Anda mendesain sebuah program, mempertimbangkan semua tipe perbedaan, termasuk perbedaan gaya belajar. Tidak hanya menghormati individu yang berbeda dalam sesi Anda, tetapi pastikan Anda menyertakan kedalam desain program Anda dengan variasi metode dan materi yang dapat mengatasi perbedaan tersebut.

Poin Kunci

Keragaman masalah berdampak pada desain, pengembangan, dan pelaksanaan • pelatihan.Pelatih bertanggung jawab untuk menciptakan suasana pembelajaran yang bebas resiko • dan bebas prasangka.Seorang pelatih yang efektif adalah orang yang sadar dan peka terhadap masalah • keberagaman.Metode hendaknya merefleksikan keragaman peserta.• Perilaku pelatih dapat berdampak pada reaksi peserta.•

Dilengkapi dengan pengetahuan prinsip pembelajaran dewasa, gaya pembelajaran, dan masalah keragaman, sebaik Anda memahami diri Anda sendiri sebagai pelatih, langkah Anda selanjutnya adalah untuk mengembangkan maksud khusus, yang adalah, hasil pembelajaran untuk program pelatihan Anda.

117Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL

Pendahuluan

Setiap kegiatan instruksional dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa perubahan tingkah laku pembelajar. Tanpa adanya tujuan instruksional yang jelas, pelatihan akan menjadi tanpa arah dan menjadi tidak efektif. Untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran yang diharapkan, pemahaman taksonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi para pelatih. Dengan pemahaman ini, pelatih dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas capaian tujuan instruksional materi pelatihan pada berbagai kawasan belajar: kognitif, afektif, dan psikomotor.

Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh, taksonomi bidang ilmu fisika menghasilkan pengelompokkan benda ke dalam benda cair, padat dan gas. Taksonomi dalam bidang botani mengelompokkan tumbuhan berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan ber-sel satu dan tumbuhan ber-sel banyak.Taksonomi tujuan instruksional diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan instruksional 1.sebag tujuan inatruksional berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan menentukan perilaku yang dianggap senagai bukti hasil belajar.Sebagai alat yang akan membantu pealtih dalam mendeskripsikan dan menyusun tes, 2.teknik penilaian dan evaluasi

Kawasan Tujuan Instruksional

Taksonomi tujuan instruksional membagi tujuan pendidikan dan instruksional ke dalam tiga kelompok, yaitu:

Kognitif1.Berorientasi kepada kemampuan “berpikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu “mengingat”, sampai dengan kemampuan memecahkan suatu masalah yang menuntut pembelajar untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Afektif2.Berhubungan dengan “perasaan”, “emosi”, “sistem nilai” dan “sikap hati” yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana yaitu “memperhatikan suatu fenomena” sampai dengan yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Psikomotor3.Berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.

118

Miskonsepsi tentang tujuan instruksional.

Pengelompokkan tujuan instruksional ke dalam tingkat-tingkat dan kawasan sangat membantu usaha untuk secara jelas dan spesifik menentukan hasil pelatihan yang diharapkan tercapai melalui proses instruksional. Tetapi di sisi lain pengelompokkan ini juga menyebabkan terjadinya salah konsep. Salah konsep tersebut yakni:

Pengelompokkan dan penyusunan tujuan ke dalam urutan dari yang sederhana sampai •yang kompleks juga dianggap menunjukkan urutan dari yang paling tidak diinginkan sampai dengan yang paling baik digunakan. Pandangan demikian salah karena dalam proses pelatihan, pembelajar perlu dapat mengingat fakta, rumus atau prinsip tertentu sebelum dia melakukan dan mempelajari kompetensi yang lebih tinggi. Taksonomi tujuan membantu pelatih untuk memilih tujuan instruksional dengan tingkat kompleksitas yang bervariasi.Pengelompokkan tujuan dalam satu kawasan sama sekali tidak ada hubungannya dengan •kawasan yang lain. Hal ini juga tidak benar karena ketika seseorang memikirkan suatu topik atau permasalahan, pada saat yang bersamaan ia mempunyai atau merasakan sikap hati tertentu terhadap obyek yang dipikirkan.

Dalam praktek, memang akan lebih memudahkan pelatih apabila tujuan instruksional dirumuskan dalam satu kawasan saja, tetapi perlu diingat bahawa perilaku atau kompetensi kawasan lain mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional tersebut.

Taksonomi tujuan kognitifI.

Menurut BLOOMA. Taksonomi Bloom sangat dikenala di Indonesia, bahkan tampaknya paling terkenal dibandingkan dengan taksonomi lainnya. Taksonomi Bloom mengelompokkan tujuan kognitif ke dalam enam kategori. Ke-enam kategori tersebut mencakup kompetensi keterampilan intelektual dari yang sederhana (tingkat pengetahuan) sampai tingkat yang paling kompleks (tingkat evaluasi). Ke-enam kategori ini diasumsikan bersifat hirarkis. Artinya tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai hanya jika tujuan pada level sebelumnya telah dikuasai.

Evaluation

Synthesis

Analysis

Application

Comprehension

Knowledge

Cognitivedomain

119Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Penjelasan:Pengetahuan1.

Pembelajar dituntut untuk mampu mengingat informasi yang telah diterima sebelumnya. Misalnya: fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah, dan sebagainya.

Contoh kata kerja yang mewakili kelompok ini: mengidentifikasi, memilih, menyebutkan nama, membuat daftar.Pemahaman2.

Berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan/informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini, pembelajar diharapkan untuk menterjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. Kata kerja dalam kelompok ini: membedakan, menjelaskan, menyimpulkan, merangkum, memperkirakan.Penerapan3.

Merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain atau yang baru. Kata kerja yang termasuk dalam kategori ini: menghitung, mengembangkan, menggunakan, memodifikasi, mentransfer.Analisis4.

Merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisah dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini pembelajar diharapkan untuk menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Contoh kata kerja dalam kategori ini: membuat diagram, membedakan, menghubungkan, menjabarkan ke dalam bagian-bagian.Sintesis5.

Dalam level ini pembelajar dituntut untuk mampu mengkombinasikan bagian atau elemen ke dalam satu kesatuan atau struktur yang lebih besar. Menulis satu essai adalah contoh dari sintesis. Pembelajar harus melihat berbagai aspek sosial, budaya dan ekonomi dalam kelompok etnik, misalnya sistem kekerabatan atau sistem keagamaan. Contoh kata kerja operasional: membuat kritik, membuat penilaian, membandingkan, membuat evaluasi.

Menurut GAGNEB.

Gagne mengelompokkan tujuan belajar ke dalam lima kategori kemampuan (kompetensi). Gagne mendasarkan teorinya pada teori belajar behaviorisme dan kognitivisme. Belajar terjadi dalam suatu kegiatan yang telah dikondisikan, melalui pemberian penguatan atas perilaku tertentu, menghubungkan satu respon dengan respon yang lain, dan membuat asosiasi verbal sederhana. Proses menghubungkan respond dan membuat asosiasi verbal ini

120

senantiasa muncul dan mempengaruhi proses belajar, dan akan membantu seseorang dalam mempelajari dan menggunakan kemampuan berpikir yang lebih kompleks.

Intelektual Skills

Cognitive Strategy

Verbal Information

Attitude

Motor Skills

Taksonomi menurut Gagne sebagai berikut:Informasi verbal1.

Kemampuan dalam kelompok ini merupakan kemampuan menyimpan informasi dalam ingatan, berupa nama, fakta atau informasi yang terorganisasi, dan mengeluarkannya kembali. Perilaku yang diharapkan adalah menyebutkan kembali informasi yang telah dipelajari.Kemampuan/keterampilan intelektual2.

Berupa keterampilan menggunakan simbol untuk berinteraksi, mengorganisir dan membentuk arti. Dua bentuk simbol yang paling dasar yaitu huruf dan angka yang dapat digunakan dalam berbagai cara. Misalnya membaca, menulis, membedakan, menggabungkan, mengelompokkan, menghitung, dan sebagainya. Di samping itu kemampuan untuk membedakan, membentuk konsep dan rumus, dan memecahkan suatu soal termasuk dalam kategori ini.Kemampuan intelektual ini dibagi menjadi tujuh macam, dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit:

Menghubungkan stimulus dan respona. Menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lainb. Membuat asosiasi verbalc. Membedakand. Mempelajari konsepe. Mempelajari prinsip/peraturan atau rumusf. Memecahkan masalahg.

Ketiga jenis kemampuan intelektual yang pertama merupakan kemampuan dasar yang diperoleh sejak kanak-kanak dan dianggap kurang berperan dalam proses belajar orang dewasa. Sedangkan empat keterampilan yang lain merupakan komponen yang penting bagi orang dewasa.MembedakanMerupakan kemampuan untuk membedakan benda atau konsep berdasarkan sifatnya.

121Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Contoh: kemampuan untuk membedakan urat nadi dengan arteri, atau membedakan konsep industrialisasi dengan modernisasi.Mempelajari konsepMerupakan kemampuan untuk mengelompokkan benda atau peristiwa yang mempunyai hubungan. Contoh: seseorang dapat menguasi konsep “robot” apabila ia telah mengetahui berbagai sifat robot. Dalam hal ini, Gagne membedakan dua jenis konsep. Konkret dan abstrak. Konsep konkret contohnya robot, mesin, tanggul dan sebagainya. Konsep abstrak, contohnya demokrasi, bursa saham, dan sebagainya. Mempelajari prinsip/aturan/rumus (rules)Peraturan atau rumus merupakan pernyataan yang menjelaskan hubungan satu konsep dengan yang lain. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk menerapkan hubungan antar konsep dalam suatu situasi atau kasus tertentu. Contoh: kemampuan menghitung korelasi sua set data dengan menggunakan rumus korelasiMemecahkan masalahUntuk dapat memecahkan masalah, pembelajar sebelumnya harus sudah mempelajari berbagai prinsip atau aturan. Dalam hal ini, pembelajar dapat membuat aturan atau prinsip baru untuk memecahkan suatu masalah.Gagne berpendapat bahwa keempat kemampuan inteletual di atas merupakan continuum dari kemampuan yang mudah sampai ke yang sukar, dan mempunyai hubungan yang hirarkis dan komulatif. Dalam hal ini untuk menguasai atau memiliki kemampuan intelektual yang kompleks seseorang harus menguasai kemampuan intelektual yang lebih sederhana, atau dengan kata lain suatu kemampuan intelektual yang sederhana menjadi prasyarat untuk kemampuan intelektual yang lebih kompleks.Berdasarkan pemikiran ini, suatu tugas dapat dianalisis secara rinci untuk menemukan kemampuan intelektual yang diperlukan. Hasil analisis ini disebut sebagai hirarki belajar, yang merupakan susunan tujuan belajar berupa kemampuan intelektual dalam suatu pola atau struktur yang menunjukkan hubungan prasyarat di antara kompetetensi yang ada.Struktur kognitif3.

Merupakan kemampuan atau strategi pribadi untuk berpikir, mengingat dan belajar. Kemampuan ini membantu pembelajar untuk mengatur atau mengontrol proses berpikir dalam dirinya sendiri. Beberapa contoh strategi kognitif adalah pemetaan konsep (concept mapping), metaphor, dan strategi untuk mengorganisasikan informasi.Motorik4.

Berhubungan dengan melakukan gerakan tubuh dengan lancaar dantepat. Kemampuan ini mencakup yang sedrhana seperti mengikat tali sepatu atau mengucapkan kalimat denga jelas dan benar, sampai dengan yang lebih kompleks. Ciri umum dari kemampuan ini adalah perlunya ketepatan dan kelancaran gerak, dan kemampuan ini akan semakin sempurna dengan latihan dan umpan balik.

122

Sikap5.

Apabila seorang pembelajar telah memiliki suatu kondisi mental yang mempengaruhi pemilihan perilakunya, maka ia telah memiliki suatu sikap tertentu terhadap perilaku tersebut. Sikap hati ini ditunjukkan melalui pilihan yang dibuat. Contoh: untuk mengisi waktu senggang seseorang mungkin memilih membaca, sedangkan yang lain berkunjung ke rumah kerabat. Ini menunjukkan sikap yang positif, baik terhadap membaca maupun pada berkunjung ke rumah kerabat.

Taksonomi MerrillC. Merrill mengembangkan apa yang disebut sebagai component display theory (CDT). Taksonomi ini lebih lengkap dari taksonomi yang dibuat Gagne. CDT lebih cocok untuk desain yang sifatnya mikro, misalnya untuk mengajarkan satu gagasan, satu konsep atau rumus. Contoh: organisasi dan manajemen, atau evaluasi hasil dan proses belajar. CDT mengklasifikasikan tujuan ke dalam dua dimensi yaitu tingkat perilaku dan jenis materi yang masing-masing dibagi lagi ke dalam aspek yang lebih spesifik.Kategori perilaku dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu:MengingatAdalah perilaku yang berhubungan dengan ingatan untuk dapat mengenali atau menyebutkan kembali informasi yang pernah diterima.MenggunakanMengharapkan pembelajar untuk menerapkan suatu abstraksi (prinsip, rumus) dalam suatu situasi yang spesifik.MenemukanAdalah perilaku yang menuntut pembelajar untuk menciptakan sesuatu atau membuat kesimpulan.Disamping kategori perilaku, pelatih juga perlu mempertimbangkan kategori jenis materi:FaktaBiasanya dihubungkan dengan informasi seperti nama orang, tanggal atau perisitiwa, nama temapt atau symbol yang digunakan untuk benda-benda atau konsep tertentu. Contoh: menyebutkan bagian-bagian mata.KonsepMerupakan kelompok benda, peristiwa atau symbol yang mempunyai karakterisitik yang sama, atau diidentifikasi menggunakan nama yang sama. Contoh: menjelaskan ciri-ciri yang membedakan system demokrasi dan otokrasi.ProsedurMerupakan susunan langkah-langkah yang diperukan untuk mencapai suatu tujuan, mengatasi suatu masalah atau menghasilkan suatu produk. Contoh: menyebutkan langkah-langkah untuk menyusun proposal penelitian.

123Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

PrinsipMerupakan penjelasan atau prediksi tentang hubungan sebab akibat atau hubungan korelasional. Contoh: menjelaskan keterkaitan antara perubahan suhu global dengan produksi pangan.Menurut CDT tujuan instruksional dapat diklasifikasikan ke dalam matrik perilaku-materi. Berikut beberapa contoh-contohnya:Mengingat Fakta

menyebutkan rumus kimia air•menyebutkan rumus luas lingkaran•

Mengingat Konsepmenyebutkan karakteristik hubungan industrial Pancasila•menjelaskan apa yang dimaksud dengan penguatan positif•

Menggunakan Konsepmengidentifikasi paragraph yang menjadi klimaks suatu ceritera•menganalisis suatu kasu hubungan karyawan dengan pemilik modal•

Menggunakan Prosedurmendemonstrasikan prosedur pembuatan telur asin•menyusun instrumen pelatihan dengan menggunakan prosedur yang sistematis•

Taksonomi Gerlach dan SullivanD.

Gerlach dan Sullivan mengembangkan sistem pengelompokkan tingkah laku yang dapat dilihat. Model yang dikembangkan terdiri dari enam kategori yang diurutkan dari yang mudah ke yang sukar, meskipun urutan ini tidak sepenuhnya dapat dianggap hirarkis.Berikut kategorinya:

Mengidentifikasi1.Menyebutkan2.Menjelaskan3.Membentuk4.Menyusun5.Mendemontrasikan6.

Taksonomi ini lebih bersifat check list untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran mencakup berbagai tingkah laku.

Taksonomi Tujuan PsikomotorII.

Taksonomi ini dikembangkan oleh Harrow. Harrow menyusun tujuan psikomotorik secara hirarkis dalam lima tingkat, mencakup tingkat meniru sebagai yang paling sederhana dan naturalisasi sebagai yang paling kompleks. Perilaku psikomotor menekankan pada keterampilan neuro-mascular yaitu keterampilan yang bersangkutan dengan gerakan otot.

124

Adapun penjelasan dari taksonomi psikomotor adalah:MeniruPada level ini, pembelajar diharapkan dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya. Pada tingkat ini, kalaupun pembelajar mampu melakukan peniruan, perilaku ini masih belum bersifat otomatis dan masih mungkin terjadi kekeliruan pada saat melakukannya. Contoh kata kerjanya: mengulangi, mengikuti, memegang, menggambar, mengucapkan.ManipulasiPembelajar diharapkan mampu melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Dalam hal ini perilaku masih dilakukan secara kaku dan tanpa koordinasi neuro-muscular yang baik. Pada dasarnya, tujuan tingkat ini sama dengan tingkat imitasi, bedanya adalah pembelajar tidak lagi melihat contoh tetapi hanya diberi instruksi secara verbal atau tertulis. Contoh kata kerja yang digunakan sama dengan untuk kemampuan meniru.Ketepatan gerakanPembelajar diharapkan melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat. Dalam melakukan hal tersebut kecil kemungkinan untuk membuat kesalahan karena pembelajar telah mahir melakukannya. Contoh kata sifat yang menunjukkan tingkat presisi ini adalah: dengan tepat, dengan lancar, tanpa kesalahan, dan sebagainya.ArtikulasiPada tingkat ini, diharapkan pembelajar menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat. Contoh kata sifat yang menunjukkan artikulasi: selaras, terkoordinasi, stabil, lancar, dan sebagainya.NaturalisasiPembelajar diharapkan mampu melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis. Pembelajar melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya. Contoh yang mudah adalah mengendari kendaraan bermotor. Contoh kata sifat yang menggamabarkan tingkat ini adalah: dengan otomatis, dengan sempurna, dengan lancar, dan sebagainya.

Taksonomi Tujuan AfektifIII.

Taksonomi yang paling terkenal dikembangkan oleh Krathwohl, dkk. Taksonomi tersebut mengembangkan lima tingkat perilaku. Dalam perumusan tujuan afektif dapat terjadi ketidakjelasan tingkat mana yang dimaksudkan, sebab pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi batas perilaku menjadi tidak begitu tegas dan terjadi tumpang tindih.Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Berikut penjelasan masing-masing tingkatan:

125Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

PengenalanDalam level ini, pembelajar diharapkan untuk mengenal, bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulus. Pembelajar bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja. Melihat perbedaan penggunaan warna, dalam mendesain pakaian atau cara pandang seorang terhadap suatu masalah termasuk dalam tujuan kelompok ini. Contoh kata kerja operasional: mendengarkan, menghadiri, melihat, memperhatikan.Pemberian responKeinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih daripada sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini, pembelajar diharapkan untuk menunjukkan perilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh atau memberikan tanggapan secara sukarela bila diminta. Kata kerja operasional: mengikuti, mendiskusikan, berlatih, berpartisipasi, mematuhi.Penghargaan terhadap nilaiPenghargaan terhadap suatu nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu benda, gagasan atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai (worth). Dalam hal ini pembelajar secara konsisten berperilaku sesutu nilai ubunganmeskipun tidak ada pihak lain yang meminta atau mengharuskan. Nilai ini dapat saja dipelajari dari orang lain. Kata kerja operasional: memilih, meyakinkan, bertindak, mengemukakan pendapat.PengorganisasianPengorganisasian menunjukkan saling keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang lain. Dalam hal ini pembelajar menjadi committed terhadap suatu sistem nilai. Pembelajar diharapkan untuk mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam satu sistem nilai, dan menentukan hubungan di antara nilai-nilai tersebut. Kata kerja operasional: memilih, memutuskan, memformalisasikan, membandingkan, membuat sistematisasi.Pengamalan

Pengamalan berhubungan dengan berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini pembelajar bukan saja telah mencapai perilaku-perilaku pada tingkat-tingkat yang lebih rendah, tetapi telah mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan. Filsafat hidup tersebut merupakan bagian dari karakter. Contoh kata kerja operasional: menunjukkan sikap, mendemontrasikan, menghindari

126

MANAJEMEN STRES

Salah satu aspek tersulit dalam peranannya sebagai pelatih adalah mengatasi ketegangan yang muncul sebagai konsekuensi dari pekerjaan itu. Anda mungkin stres, entah itu dikarenakan Anda orang baru yang sedang menjalani rangkaian pelatihan untuk pertama kalinya atau Anda adalah seorang asisten dari pelatih yang berpengalaman.

COPING with STRESS

Setiap orang mengalami stresa. Prinsip universal pertama yang harus diakui adalah semua orang, tidak tergantung dengan usia, pekerjaan atau pengalaman pasti mengalami stres. Tidak hanya semua orang di waktu yang sama atau tekanan lain karena syaraf tetapi penelitian mengindikasikan bahwa hal ini perlu sekali mereka alami. Level ketegangan yang rasional akan memompa adrenalin dan menyiapkan pikiran dan tubuh untuk menghadapi tantangan. Tekanan, pikiran, sebaiknya logis. Memahami apa penyebab stresb. Sekalipun telah dikatakan bahwa stres tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi langkah selanjutnya adalah memahami apa penyebab stres ini dan bagaimana hal ini dapat dikurangi ke level yang lebih normal. Respon stres peserta diaktifkan ketika peserta mengantisipasi beberapa bentuk ancaman yang mungkin akan peserta hadapi (contohnya: berbicara di depan kelompok peserta yang peserta segani). Hal ini akan membawa peserta pada sejumlah langkah-langkah lebih lanjut.Stres merupakan hal yang subjektifc. Stres merupakan masalah persepsi personal. Apa yang dilihat oleh satu orang sebagai potensi masalah, yang lain mungkin melihatnya sebagai sebuah tantangan. Ketika seseorang menunggu sebuah fungsi sosial sebagai suatu kesempatan untuk bertemu orang yang baru, yang lain mungkin akan melihatnya sebagai lautan kumpulan wajah permusuhan.Stres merupakan masalah fisiologis dan psikologisd. Pernah dikatakan bahwa stres merupakan masalah persepsi personal, Anda mungkin dimaklumi bila meyakini bahwa ini berarti semuanya bergantung pada pikiran. Pada kenyataan proses penafsiran mungkin pada pendiriannya, tetapi konsekuensinya secara fisiologis dan sangat nyata. Ketika respon stres aktif, tubuh akan mempersiapkan ancaman yang dirasakan dengan:

Mengeluarkan adrenalin ke dalam sistem. • Meningkatkan detak jantung.• Membuat pernafasan dangkal dan tersengal-sengal.• Pupil membesar.• Menegangkan otot.• Mengeluarkan gula dari liver.•

Semua yang tertera di atas adalah respon-respon fisiologis dan semua terjadi tanpa kesadaran.

127Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Stres merupakan ”masa depan” bukan sekarang e. Apa yang sangat sedikit orang sadari ketika memikirkan stress ialah segalanya tentang masa depan. Semua adalah ‘bagaimana jika...’. Stres merupakan ketakutan konstan mengenai hal apa yang akan terjadi. Dalam kenyataannnya ketakutan peserta seringkali tidak tepat dan tidak diperlukan karena, ketika situasi muncul peserta hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk memikirkan apa yang peserta rasakan. Peserta hanya memberikan respon secepat mungkin.

STRES DAN PELATIH

Apa jenis masalah yang biasa dihadapi oleh pelatih dan bagaimana mengatasinya?Jawaban yang akan terlihat ialah kebanyakan para pelatih kurang berkonsentrasi selama mempelajari materi ketimbang pada saat mereka mempersiapkan diri untuk tampil di depan kelompok dan menyampaikan materi dengan cara yang koheren dan efektif. Di bawah ini akan dikemukakan ketakutan-ketakutan biasa dihadapi dengan beberapa metode yang disarankan untuk menghilangan atau menguranginya.

Drying upa.

Ketakutan Drying up atau melupakan apa yang akan Anda katakan merupakan kecemasan universal.

EfekEfeknya membuat pikiran menjadi kosong dan menghilangkan pokok dari apa yang telah dibicarakan.Dalam prakteknya efek drying up jarang terlihat jelas pada kelompok seperti yang terjadi pada pelatih. Efek adrenalin pada jam biologis mempercepat semua hal yang dilakukan.

SolusiJaga catatan Anda supaya tetap jelas layaknya jala keselamatan• Tetap tenang• Berhenti, jeda, melihat catatan, atau• Ulangi kalimat terakhir Anda (seolah-olah penambahan keterangan lebih lanjut) • sementara Anda mencari tempat, atauMintalah kelompok bertanya, contoh. ‘Apakah sudah jelas?’, ‘Adakah seseorang yang • mau memberikan contoh untuk hal ini?’

Kurang Kredib. bilitas

Ketakutan Keyakinan bahwa semua orang lebih tahu daripada Anda. Seseorang akan menanyakan hal yang aneh atau kelompok akan memperhatikan Anda.

EfekMengurangi kepercayaan diri dan meningkatkan ketidaktegasan pelatih.

128

Cara terbaik untuk mengatasi hilangnya kredibilitas adalah memastikan bahwa tidak ada satu-satunya. Hal ini bukan berarti berpura-pura, tetapi mengambil langkah untuk memperbaiki pengetahuan sebelumnya yang tidak seimbang.

SolusiCarilah level pelatihan yang pernah diikuti peserta sebelum pelatihan ini.• Membaca keseluruhan pokok persoalan dan tidak hanya satu bab di depan.• Pikirkan pertanyaan yang mungkin akan muncul sebelumnya.• Pertanyaan tertentu akan timbul dalam setiap pelatihan.Memikirkan bagaimana Anda dapat tetap merespon pertanyaan yang mungkin tidak • Anda ketahui jawabannya. ”Pertanyaan yang bagus. Saya akan mencari jawabannya setelah pelatihan ini dan akan segera memberitahu Anda jika saya sudah menemukannya.”Berbicara kepada mereka yang sudah berpengalaman sebelum pelatihan dimulai atau • carilah pertolongan dari yang hadir pada saat itu. ”Joe, kamu sudah pernah menggunakan sistem yang baru ini; adakah masalah yang kamu temui?”

Menggumam ‘uhmm’ dan ‘ahh’c.

KetakutanKalaupun suara keluar, akan terdengar sebagai hal yang memalukan, terlebih jika terjadi pada saat hening.

EfekHasil ini dikarenakan pikiran sedang mencari kata selanjutnya dan bibir mencoba mengalihkan keheningan dengan mengeluarkan suara-suara yang tak bermakna atau ekspresi-ekspresi seperti: ok, kamu tahu itu, tepat, sebenarnya.

Solusi Memahami materi Anda sehingga berkurangnya kebutuhan untuk diam dalam keheningan.• Menerima bahwa jeda Anda terlihat lebih lama dibandingkan pada kelompok dan jangan • merasa akan dipermalukan oleh mereka.Ambil nafas pelan sebagai pengganti kata ‘Uhmm’•

Pengalihand.

KetakutanMembayangkan akan ada seseorang dalam kelompok yang akan mengganggu konsentrasi Anda. Kebanyakan kasus adalah di mana para teman atau manajer tergabung dalam kelompok pelatihan.

EfekMenjadi takut karena terlihat bodoh di depan orang banyak yang ingin Anda kesankan.

SolusiSolusinya tidak dengan menghindari kontak terhadap orang itu atau tidak berbicara • langsung dan mengabaikan sisa kelompok yang lain, tapi berusahalah bersikap

129Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

sebiasa mungkin.Ketika kehadiran mereka seolah terasa menghambatmu, bayangkan mereka seolah-• olah sedang duduk dalam kamar mandi atau hanya memakai kaos kaki pada satu pergelangan kaki mereka.

Switching offe.

KetakutanMengkhawatirkan kelompok akan merasa bosan atau tidak akan merespon

EfekMencemaskan bahwa kelompok akan kehilangan ketertarikan mereka dan menjadi malas.Memang sulit memikirkan hal tersebut, setiap orang dalam kelompok menginginkan Anda sukses. Tak seorangpun yang datang mengikuti pelatihan dengan harapan akan merasa bosan.

SolusiPikirkanlah kebutuhan kelompok terlebih dahulu• Sudahkah Anda memberikan istirahat yang cukup atau merubah cara dan gaya • penyampaian? Akankah alat peraga visual memberikan stimulasi dan klarifikasi yang lebih besar?• Adakah kesempatan yang lebih banyak lagi untuk berpartisipasi, umpan balik atau • berinteraksi?

Takut mempermalukan diri sendirif.

KetakutanMencemaskan bahwa Anda akan mempermalukan diri sendiri dan orang lain.

EfekMempermalukan diri sendiri dengan meliputi segalanya dengan menjalankan peralatan seperti membicarakan hal yang omong-kosong.

SolusiAmbilah langkah untuk mencari informasi sebanyak mungkin. Hal itu akan membangun rasa percaya diri dan menghilangkan elemen yang tidak diketahui. Pelajari di mana pelatihan tersebut dilaksanakan, siapa saja di dalamnya, apa saja peralatan yang ada dan apa yang ditampilkan. Peralatan teknis yang khusus memiliki kapasitas untuk membuat Anda menyerah disaat yang tidak tepat. Yakinlah bahwa Anda mengetahui bagaimana menggunakan peralatan tersebut, dan pikirkan juga apa yang akan Anda lakukan jika harus menggunakannya dengan cara yang tidak Anda sukai.

Kehilangan informasig.

KetakutanTerlalu fokus untuk menghafalkan materi dalam jumlah yang banyak.

130

EfekTidak jarang sejumlah informasi materi disampaikan dalam jumlah yang banyak kemudian peserta lupa atau hanya mengingat sebagian urutannya.Poin penting yang harus ditegaskan di sini ialah pelatihan tidak seperti skenario yang dimainkan dalam drama Shakespeare. Hanya Anda yang tahu apa yang akan dikatakan dan sekalipun jika Anda tiba-tiba melewati tiga halaman atau merubah urutan materi, tidak ada seorangpun yang akan bertanya apa yang terjadi.

SolusiKetika pokok persoalan kompleks, bagilah sesi-sesi kedalam unit yang lebih kecil dengan • ringkasan sementara untuk memperkuat pembelajaran dan pastikan tidak ada yang terlewati.Selalu dekatkan Anda dengan catatatn pribadi Anda. Sewaktu-waktu mengetahui masalah • tersebut datang, solusinya hanyalah mencegah kelupaan itu terjadi.

Orang-orang baruh.

KetakutanBertemu dengan ketakutan tetap terhadap orang-orang baru.

EfekJika bertemu dengan orang baru menjadi suatu ’ketakutan’ lebih dibandingkan kecemasan biasa, Anda tidak akan merasa nyaman menjalani serangkaian pelatihan pelatihan yang ada.Di samping itu, banyak pelatih merasa ragu-ragu bercampur takut sebelum bertemu dengan orang pada saat pelatihan.

SolusiSediakan waktu sebelum pelatihan untuk menemui orang-orang yang baru itu lebih awal, tanyakan nama dan latar belakang mereka — dan ingatlah. Jika ini Anda merasa cocok, berbincang-bincanglah dengan mereka pada saat break sebelum pelatihan dimulai tapi jika tidak, sedikitnya temui mereka secara langsung saat jeda dalam ruang pelatihan dan bantu mereka untuk berberes. Bertemu dan berbincang sebelum pelatihan akan membantu Anda membuktikan bahwa mereka hanya orang biasa dan akan membantu Anda menjalin rapport dari permulaan.

EFEK-EFEK FISIOLOGIS DARI STRES

Gemetar (a. shaking)

EfekTangan dan lutut gemetaran

SolusiHindari kecemasan atau mengulang-ngulang gerak tubuh.• Gunakan kartu indeks sebagai catatanmu — bukan kertas, yang akan terlihat ketika • Anda sedang merasa cemas.

131Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Berdebar-debarb.

EfekDisebabkan oleh detak jantung yang cepat dan nafas yang pendek.

SolusiPerlambat diri Anda sebelum mengambil nafas yang dalam dan hitung tiap satu dari tiga hitungan sebelum exhaling.

Pusing-pusingc.

EfekDapat disebabkan karena bergerak terlalu cepat atau berdiri terlalu lama pada satu tempat.

SolusiDuduklah, usahakan tetap menjaga oksigen di sepesertar dengan menekuk dan meluruskan kembali jari-jari kaki dalam sepatu Anda.

Bibir keringd.

EfekKekurangan air liur (saliva) dalam bibir untuk melumasi lidah.

SolusiSaran yang paling sering diberikan adalah meminum seteguk air. Hindari makanan yang manis atau mint yang bisa menghambat pernafasanmu.Gigit pinggiran lidah Anda. Ini akan mengurangi kelebihan saliva dan membantu untuk meminyaki bibir. Ini sebaiknya tidak diulangi terlalu keras atau terlalu sering atau akan menyebabkan lidah Anda pecah-pecah.

Bibir basahe.

EfekPengeluaran berlebih air liur (saliva) yang disebabkan oleh berbicara terlalu cepat dan tidak memberi kesempatan untuk menelan air liur tersebut.

SolusiPerlambat kecepatan bicara. Ambil nafas pelan ditiap akhir kalimat atau topik. Pada waktu jeda yang sesuai, tempatkan lidah Anda di belakang rahang gigi atas (seperti mengucap huruf ’T’ dan ’D’) dan hisap udara dengan gigi yang dikertakkan. Ini akan mengeringkan saliva yang berlebih yang menyebabkan ini menempel pada langit-langit bibir Anda.

132

PEMBENTUKAN KELOMPOK

Apa yang dimaksud pembentukan kelompok?Pembentukan kelompok adalah kegiatan untuk membagi peserta ke dalam kelompok yang lebih kecil. Ada dua cara utama untuk membaginya dalam kelompok yang lebih kecil. Satu cara adalah secara acak, mencampur kelompok untuk memastikan distribusi yang seimbang. Cara yang lainnya adalah membentuk kelompok berdasarkan tujuan tertentu. Pembagian ini bisa dihubungkan dengan latar belakang, seks, pengalaman, bahasa, dinamika kelompok, keterampilan komunikasi dan lain-lain.

Mengapa peduli?Jika kelompok dibagi secara berhati-hati, maka akan mendorong partisipasi bersama, meningkatkan komunikasi dan memaksimalkan efektifitasnya. Kegiatan pembentukan kelompok secara acak memastikan bahwa peserta yang datang dari daerah atau lembaga yang sama didistribusikan ke dalam kelompok kecil yang berbeda, untuk membuka kelompok dan merangsang sharing tentang pengalaman-pengalaman, pandangan-pandangan dan ide-ide yang berbeda.

Bagaimana kelompok kecil bisa dibentuk?Berdasarkan tujuan tertentu:Berdasarkan pada pengamatan, Anda bisa menyebarkan fasilitator berbakat, atau orang dengan pengalaman tentang topik tertentu, secara seimbang dalam kelompok-kelompok, atau Anda bisa memutuskan untuk mengumpulkan semua tukang bicara dalam satu kelompok. Kelompok pra-pemilihan juga berguna jika tugasnya berhubungan dengan latar belakang mereka, dari mana mereka datang, (jenis) organisasi tempat mereka bekerja, seks dan lain-lain. Sebagai seorang fasilitator Anda bisa menggunakan kegiatan pembagian kelompok sebagai kegiatan perangsang mood atau energi. Berikut ini adalah beberapa ide mengenai pembagian kelompok secara acak untuk kelompok yang bekerja dengan cara kreatif dan/atau berenergi.

Meningkatkan Partisipasi KelompokMetode pelatihan interaktif atau pelatihan yang berpusat pada pembelajar, tidak menjamin tingkat partisipasi yang setara bagi seluruh peserta pelatihan. Dalam waktu singkat, bisa jadi hanya empat atau lima orang yang bisa segera aktif dan menjadi dominan. Dan kalau ini terjadi, sulit untuk menghentikannya. Karenanya, penting sekali untuk memperhatikan struktur input dan masukan dari peserta, dalam tahap awal pelatihan. Banyak cara untuk melakukannya. Beberapa gagasan di antaranya adalah sebagai berikut:

Keterampilan dan Sikap Seorang Pelatih yang diperlukan: Membuat suasana yang nyaman dan aman.•Jadilah pendengar yang baik.•Jangan menghakimi input atau masukan orang lain.•Dorong peserta yang pemalu dengan cara yang tidak mengancam, seperti: (“Bisakah saya •mendengar dari yang lain …”; “Saya ingin mendengar masukan dari peserta yang duduk di sebelah kiri”; “Saya ingin tahu apa yang kalian pikir tentang ….”, dan sebagainya).

133Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Cegahlah peserta yang dominan, misalnya, “Anda sudah mendapat kesempatan, sekarang •lebih baik dengar peserta yang lain, apakah mereka ingin menambahkan sesuatu atau ada hal lain yang ingin disampaikan.”Perhatikan dinamika kelompok.•Jangan terburu-buru.•

Metode dan Trik

Luangkan waktu untuk berkenalan satu sama lain.•Gunakan • ice-breakers.Sepakati norma kelompok.•Tekankan bahwa setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik, tidak ada pertanyaan •yang bodoh atau buruk.Tekankan bahwa setiap orang punya hak untuk mengerti.•Dorong orang untuk merefleksikan tingkat dan tipe partisipasinya. •Bekerjalah dengan kelompok kecil, dan monitor dinamika di dalam kelompok kecil, •cobalah buktikan bahwa menggabungkan orang yang dominan dengan yang tidak dominan, adalah “benar”. Kadang kala, cara yang baik adalah menggabungkan semua orang yang dominan menjadi satu kelompok.Bentuklah kelompok yang lebih kecil, yang homogen. •Dorong kelompok untuk merefleksikan penampilan kelompoknya•

Selama kerja kelompok:Alokasikan waktu untuk mendiskusikan bagaimana seharusnya seorang fasilitator yang •baik, seperti: berorientasi pada proses bukan output; tidak berorientasi pada materi yang didiskusikan tapi mendukung pada proses dalam kelompok.Tunjuk peserta yang kira-kira bisa menjadi fasilitator dan bukannya pimpinan rapat.•Dorong peserta untuk bergiliran menjadi presenter atau orang yang menyampaikan hasil •diskusi kelompok.

Teknik Membentuk Kelompok

Call out (berhitung)Minta orang pertama untuk berhitung ‘satu’, orang kedua ‘dua’, orang ketiga ‘tiga’ dan 1. keempat ‘satu’ lagi (jika Anda ingin membentuk tiga kelompok) dan lanjutkan sampai setiap orang telah berhitung.Minta mereka yang nomor satu untuk bergabung dalam satu kelompok, semua yang 2. nomor dua bergabung dengan kelompok yang lain dan begitu selanjutnya.

Think about (berpikir tentang)Selain berhitung angka Anda bisa memikirkan satu angka dan kemudian berkumpul 1. dalam satu kelompok dengan peserta yang telah memikirkan angka yang sama.Periksa ukuran kelompok dan sesuaikan kembali jika perlu.2.

134

Hand shaker (menjabat tangan)Minta peserta untuk memikirkan satu angka seperti 1, 2, 3,… dan seterusnya. Angka 1. yang ditawarkan akan berhubungan dengan jumlah kelompok yang diperlukan.Jelaskan bahwa setiap orang akan mencari seorang mitra potensial dan berjabatan tangan 2. (menggoyang tangan) sejumlah angka yang mereka pikirkan. Jika terjadi hambatan karena angka yang dipikirkan berbeda maka mitra tersebut bukan anggota kelompok kita. Jika kedua mitra berjabatan tangan dengan jumlah yang sama maka mereka bermitra (satu kelompok) dan bisa melanjutkan mencari mitra yang lain.Hentikan setelah lima menit dan minta sisa peserta untuk untuk mencari kelompok 3. dengan nomor mereka.Periksa jumlah kelompok dan sesuaikan jika perlu.4.

Fruit shaker (pengocok buah)Pilih jenis buah sebanyak kelompok yang Anda perlukan.1. Minta peserta untuk memikirkan satu buah yang dipilih.2. Ambil kursi Anda sendiri dan jelaskan bahwa jika Anda menyebutkan satu buah, orang-3. orang yang telah memilih buah tersebut harus berpindah tempat duduk. Anda akan berusaha untuk mengambil alih salah satu tempat duduk Anda.Orang selanjutnya tanpa tempat duduk akan menyebutkan satu nama buah dan akan 4. berusaha untuk melakukan hal yang sama.Setelah beberapa putaran minta peserta dengan buah yang sama untuk berkumpul dalam 5. satu kelompok.Periksa jumlah anggota kelompok dan sesuaikan kembali jika perlu. Satu variasi lain 6. adalah permainan hutan, menggunakan nama-nama binatang sebagai ganti nama buah.

HutanPilih sejumlah binatang sebanyak kelompok yang Anda perlukan.1. Tuliskan nama-nama binatang tersebut pada secarik kertas, sehingga setiap peserta 2. memiliki satu daftar.Kelilingkan daftar nama binatang dalam secarik kertas ini, dan minta setiap orang untuk 3. mengambil satu dan dan membacanya (dalam hati) dan tidak menunjukkannya atau membicarakannya dengan orang lain.Minta peserta untuk bersuara seperti binatang dalam kertas dan kemudian berusaha 4. menemukan jenis mereka sendiri. Satu variasinya adalah bertingkah/berlaku seperti binatang. Variasi yang lain adalah untuk setiap binatang ada satu pemburu/penggembala yang dipilih untuk setiap kelompok binatang. Pemburu/penggembala hanya memberi perintah dari luar arena/ruangan. Peserta tersebut kemudian bertanggung jawab untuk menemukan dan mengumpulkan binatangnya.

Perahu tenggelam!Jelaskan kepada peserta bahwa mereka adalah penumpang kapal Titanic dan bahwa 1. mereka harus berkelompok secepat mungkin sejumlah angka yang disebutkan.Sebutkan: “Perahu mencari kelompok yang terdiri dari enam orang!”2.

135Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

Beberapa pengelompokan mungkin dilakukan sebelum memastikan jumlah yang 3. sebenarnya diperlukan.

Bagian dari keseluruhanSiapkan bagian potongan dari suatu gambar keseluruhan, contohnya potongan bagian-1. bagian berbeda dari satu pohon, seperti daun, bunga dan buah. Jumlah potongan harus sejumlah kelompok yang diperlukan. Bagikan potongan tersebut kepada peserta.2. Minta mereka untuk menuliskan nama mereka pada potongan tersebut.3. Minta peserta yang memegang bagian yang sama dari pohon untuk berkumpul bersama 4. (misalnya mereka yang membawa potongan bagian buah).

Variasi: siapkan potongan pohon sebanyak jumlah kelompok yang Anda perlukan contohnya buah, bunga, daun, bayangan dan lain-lain. Lakukan prosedur yang sama tetapi minta peserta yang membawa bagian dari pohon yang sama untuk berkumpul (misalnya bisa saja pohon mangga berkumpul di tengah dan seterusnya).

Bagian dari puzzlePilih sejumlah gambar, lukisan atau kartun (lebih baik yang berhubungan dengan 1. topiknya) sebanyak jumlah kelompok yang akan dibuat.Potong gambar menjadi empat atau enam bagian tergantung pada jumlah orang yang 2. diinginkan untuk setiap kelompok.Kocok potongan-potongan tersebut dan bagikan kepada semua peserta. Setiap orang 3. mengambil satu potongan.Katakan kepada peserta bahwa potongan tersebut adalah bagian dari beberapa 4. puzzle dan mereka harus mencari kelompoknya dengan mencari potongan yang hilang.Satu variasi adalah menggunakan cara ini untuk musim tertentu dalam satu tahun 5. contohnya menggunakan kartu valentin, natal atau ulang tahun.

Reuni keluargaSiapkan empat atau lima kelompok kartu dengan nama keluarga seperti Ibu Petani, 1. Bapak Petani, Saudara Perempuan Petani, dan Saudara Pria Petani. Pergunakan profesi yang lain seperti keluarga Guru, keluarga Bankir, keluarga Nelayan.Berikan setiap peserta sepotong kertas tertulis dengan nama-nama anggota keluarga, 2. dan sebutkan ‘Reuni Keluarga’. Pada saat pengumuman ini setiap orang harus berusaha membentuk satu kelompok keluarga dengan berusaha menemukan anggota ‘keluarga’ mereka yang lain.Setelah setiap keluarga terbentuk minta mereka untuk berlaku seperti halnya profesi 3. mereka dan minta kelompok lain untuk menebaknya.

Afinitas (membentuk pasangan)Berikan kepada setengah anggota kelompok, satu kata dengan afinitas dan separuh yang lainnya kata yang lain seperti: Garam dan Merica Ham dan Telur, Ying dan Yang, Lubang kunci dan Kunci, Petir dan Kilat, Sabun dan Air, Roti dan Mentega, Sendok dan Garpu, Pena dan Tinta, Sikat dan Sisir, Cahaya dan Kegelapan, Baik dan Buruk, Cangkir dan Piring,

136

Busur dan Panah, Pukul dan Lari, Siang dan Malam. Minta peserta untuk menemukan pasangan mereka.

Melengkapi Kutipan (membentuk pasangan)Berikan kepada setengah anggota kelompok bagian pertama dari suatu kutipan dan separuh yang lain bagian yang terakhir. Saran:Semanis gula Seasam cuka, Sekuat kulit sepatu Sekeras karang, Sekeras karang Setipis rel, Seringan bulu Secepat kilat, Sedingin es Setenang tikus, Selambat molasses Sesibuk lebah. Minta peserta untuk menemukan pasangan mereka.

137Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

STRATEGI PELATIHAN Suatu strategi pelatihan selalu didasarkan pada sejumlah asumsi. Jelaskan, bagaimana peserta bisa mencapai tujuan pelatihan, dengan menggunakan kegiatan atau metode yang sesuai dengan kelompok yang dilatih, dengan mempertimbangkan konteks dan sumberdaya yang tersedia. Dengan kata lain, suatu strategi pelatihan menentukan bagaimana peserta menyusun program pelatihan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan pelatihan yang sudah diidentifikasi.

Mengapa strategi pelatihan penting?

Seringkali peserta tidak merencanakan dengan baik bagaimana cara untuk mencapai tujuan pelatihan. Begitu keputusan diambil untuk melakukan pelatihan, biasanya waktu sudah mendesak sehingga penentuan topik, nara sumber, dan metode pelatihan menjadi tergesa-gesa. Akhirnya, seringkali metode pilihan jatuh pada ceramah karena dianggap metode ini satu-satunya yang bisa mencakup semua topik yang perlu dibahas. Dalam hal ini biasanya ada asumsi dasar bahwa memperkenalkan topik atau pokok masalah kepada peserta sudah cukup untuk mengubah perilaku mereka.Suatu strategi pelatihan penting karena:

Menjelaskan peserta memilih beberapa metode dan cara untuk mencapai tujuan-tujuan • tertentu.Menjelaskan mengapa peserta menekankan pada jenis-jenis kegiatan pelatihan tertentu dan • kegiatan pendukungnya.Menjelaskan bagaimana tujuan-tujuan tertentu dapat dicapai, dengan mempertimbangkan • kelompok sasaran, tersedianya sumberdaya, kondisi kerja, serta konteks sosial politik. Membuat asumsi-asumsi menjadi eksplisit, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran • dan perubahan.

Beberapa contoh strategi pelatihanBerikut adalah beberapa cara atau strategi yang dapat digunakan untuk merancang suatu program pelatihan. Seringkali dalam satu program digunakan kombinasi dari beberapa strategi di bawah ini:

Pelatihan internasional MagangPelatihan nasional Peserta sebagai co-fasilitatorBimbingan Pembelajaran jarak jauh melalui radioIn-service pelatihan Studi lapangPelatihan kelas televisi, kaset audio dan/atau videoPelatihan untuk pelatih Kunjungan silang dan program komputerPelatihan lapangPelatihan outdoor survival Membangun jaringanBelajar sendiri secara individu Peer feedbackPembelajaran untuk diri sendiri Pelatihan/pelatihan kelilingContract learning information market ApprenticeshipsPelatihan penulisan/lokatulis

138

Bagaimana cara menilai strategi pelatihan anda?

Apa asumsi-asumsi dasar yang ada?1.Apakah Anda yakin bahwa program pelatihan yang menggunakan strategi ini akan efektif 2.dalam konteks dan kondisi yang ada sekarang? Apakah akan membawa perubahan-perubahan yang diharapkan?Apakah strategi pelatihan yang dipilih akan mewujudkan program pelatihan yang efisien? 3.Apakah rencana yang digunakan dengan memakai input yang minimal akan mencapai perubahan yang diinginkan? Apakah programnya realistis dalam hal ketersediaan sumberdaya finansial, manusia, dan lainnya? Apakah strategi ini cocok dengan karakteristik dan kondisi calon peserta? 4.Apakah rencana ini fleksibel? Apakah tetap dapat diterapkan dalam situasi sumberdaya 5.terbatas?

139Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

MENGEMBANGKAN AGENDA PELATIH

Mengapa peduli?

Tujuan agenda pelatih adalah untuk membuat satu ‘rencana utama’ atau master plan. Agenda pelatih adalah alat yang sangat praktis karena Anda akan memiliki gambaran yang jelas, sehingga memungkinkan Anda untuk:

Memeriksa apakah pelatihan memiliki satu alur logis dalam periode minggu dan hari 1.Memeriksa apakah tujuan pelatihan tercapai dalam waktu yang disediakan2.Menilai variasi metode pelatihan 3.Menilai apakah pembagian waktu sesi-sesi cukup layak atau tidak4.Berbagi rancangan Anda dengan kelompok inti, menerima umpan balik dan 5.meningkatkannya Berbagi rancangan dengan co-pelatih dan narasumber, sehingga mereka bisa menyiapkan 6.diri dengan lebih baik.

Apakah agenda pelatih?

Agenda pelatih bisa dibuat sangat detail, dengan menyertakan tujuan dari setiap sesi, dan hanya digunakan untuk pelatih. Satu contoh agenda pelatih disertakan dalam materi bacaan ini. Peserta akan menerima agenda yang kurang detil. Agenda peserta berjalan paralel dengan agenda pelatih, tetapi terbatas kepada topik-topik umum dan perkiraan alokasi waktu agar memungkinkan fleksibilitas.Satu agenda pelatih yang dirancang baik harus:

Bertujuan untuk mencapai tujuan pelatihan atau sesuai dengan keperluan pelatihan yang • sudah teridentifikasi.Mengikuti satu siklus pembelajaran logis, baik dalam agenda keseluruhan maupun dalam • setiap sesi.Menggunakan satu variasi metode dan teknik pelatihan partisipatif.• Layak untuk dicapai, baik dari segi waktu maupun ketersediaan sumber daya.• Cukup fleksibel untuk mengakomodasi keperluan spesifik, atau perubahan yang • diperlukan berdasarkan umpan balik harian. Menyediakan cukup waktu untuk membuka dan menutup setiap hari, untuk mengingatkan, • untuk menyegarkan, untuk merumuskan, mengaitkan dan menyediakan kesempatan untuk umpan balik harian.

Semua informasi dari langkah-langkah sebelumnya harus dijadikan pertimbangan — siapa peserta saya, apa yang mereka perlukan, apakah tersedia sumber daya, dan lain-lain. Berdasarkan informasi ini satu agenda pelatih bisa dikembangkan.

Mengapa merancang satu agenda pelatih sangat menantang?Merancang harus menjadi tugas paling menantang dalam siklus pelatihan. Tetapi banyak pelatih tidak mengetahui di mana harus mulai, bagaimana berproses atau tidak merasa perlu untuk merancang pengalaman pembelajaran yang efektif.

140

Fase perancangan siklus pelatihan menantang, karena memerlukan:pengetahuan mengenai berbagai pilihan rancangan yang tersedia;• keterampilan dalam menggunakannya;• kreatifitas dalam memanipulasi berbagai pilihan untuk memperkuat keterlibatan peserta • dan membuat proses pembelajaran yang efektif untuk melihat gambaran keseluruhan sambil menangani detail setiap momen • pembelajaran kepercayaan diri yang memungkinkan Anda untuk kreatif dan berani mengambil risiko• fleksibilitas dan terbuka untuk melakukan perubahan jika terjadi sesuatu di luar rencana, • atau jika muncul satu kesempatan yang lebih baik pada saat pelatihan berlangsung.

Pembelajaran adalah pengalaman organik — bukannya satu pelatihan mekanis yang sulit untuk direncanakan. Seperti pohon, pembelajaran berakar di tempat-tempat yang paling asing dan kadang-kadang menghasilkan buah yang mengejutkan. Mungkin itulah sebabnya mengapa pelatihan itu menarik dan pada saat yang sama melelahkan — itulah mengapa fase perancangan sangat menantang.

Salah satu tugas dalam menyusun agenda pelatih adalah mengurutkan acara pembelajaran. Proses mengurutkan acara pembelajaran ini merupakan campuran dari berbagai komponen, dimana sebagian adalah logika, sebagian pengalaman, sebagian intuisi dan sebagian akal sehat yang baik. Mengurutkan, atau memutuskan apa yang muncul selanjutnya, merupakan kepedulian mikro maupun makro. Agenda pelatih adalah alat untuk bekerja dari makro turun ke tingkat mikro.

Bagaimana mengembangkan satu agenda pelatih?

Seperti yang disebutkan sebelumnya, ada banyak jalan pembelajaran dan karenanya ada banyak cara untuk mengurutkan agenda pembelajaran, yang belum tentu terbaik bagi setiap pembelajar. Setiap pembelajar mempunyai caranya sendiri-sendiri. Berikut ini adalah pendekatan yang disarankan;

Prioritaskan dan pilih 1. keperluan pelatihan. Suatu rancangan akan memiliki risiko tertinggi apabila program dirancang terlalu padat. Karenanya sangat penting untuk membedakan antara apa yang pembelajar:

Apa yang pembelajar harus pahami atau harus kuasai • Apa yang pembelajar bisa pahami atau kuasai• Apa yang pembelajar mampu pahami atau kuasai•

Segala sesuatu yang harus diketahui atau dikuasai oleh pembelajar harus disertakan dalam pelatihan Anda. Sedangkan untuk hal-hal yang bisa pembelajar pahami atau bisa kuasai, boleh disertakan beberapa saja. Sedangkan untuk hal-hal yang pembelajar mampu pahami atau mampu kuasai, boleh disertakan lebih sedikit lagi.Setelah memilih, Anda harus mulai 2. mengurutkan topik-topik berdasarkan waktu yang tersedia. Satu cara mengurutkan adalah dengan menemukan kerangka utama dari alur keseluruhan pelatihan Anda. Satu kerangka utama akan membantu Anda untuk merancang satu alur logis dan membantu Anda untuk mengaitkan sesi-sesi selama penerapannya. Selain itu,

141Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

bagi pembelajar, kerangka utama akan membantu untuk membangun pengetahuan dan keterampilan berdasarkan apa yang mereka pelajari dari hari ke hari. Pendekatan pengurutan yang biasa dilakukan adalah:

dari umum ke spesifik.• dari kongkrit ke abstrak.• dari yang diketahui ke yang tidak diketahui.• dari sederhana ke yang lebih kompleks.• mengikuti satu organisasi atau proses logis yang sudah ada; sebagai contoh adalah • siklus perencanaan projek.mengikuti aturan penampilan pekerjaan; sebagai contoh membuat satu pembibitan.•

Bagi topik-topik mengikuti alur umum berdasarkan waktu yang disediakan untuk pelatihan. 3.Sebagai contoh jika itu adalah pelatihan tiga minggu, bagi topik-topik selama tiga minggu dengan cara yang logis. Kemudian bagi topik-topik berdasarkan hari dalam setiap minggu, sampai akhirnya bagi topik-topik dalam setiap hari menjadi sesi-sesi.Tulis 4. waktu, topik-topik, tujuan dan bahan-bahan untuk setiap sesi dalam satu agenda pelatih.Ulas 5. dan lebih baik lagi diskusikan agenda pelatih pertama Anda untuk memastikan bahwa:

Programnya tidak berlebihan.• Mempertimbangkan hari dan minggu pelatihan: periode istirahat setelah makan • siang, hari keempat dalam minggu, perasaan Jumat sore dan lain-lain.Kesempatan untuk humor dan bergembira disertakan seperti • icebreakers, pembuka, kesenian, musik, teka-teki, permainan dan pergerakan.Aktifitas yang lebih ‘mengancam’ (permainan peran, • fish bowls, dan tipe-tipe energizers tertentu) jangan diletakkan di awal program.Dukungan bahan untuk setiap sesi, seperti lembar kerja, instrumen, dan kuis untuk • memeriksa pemahaman.

Mengembangkan satu agenda Pelatih LatihanLatihanLangkah pertama adalah menulis semua kebutuhan pelatihan atau topik-topik pelatihan pada 1.post-it terpisah. Anda bisa menggunakan post-it yang berbeda warnanya untuk membedakan berbagai tipe dari topik atau kebutuhan pelatihan. Prioritaskan dan pilih keperluan pelatihan Anda, dengan menggunakan alat berikut ini:

Harus dipahami atau dikuasai. • Bisa dipahami atau dikuasai.• Mampu dipahami atau dikuasai.•

Langkah berikutnya adalah mengembangkan satu alur keseluruhan atau kerangka utama, 2.dengan mengurutkan keperluan pelatihan. Banyak pelatih yang merancang alur pelatihan yang berbasis pada kepentingan pelatih. Sekarang coba balik, bayangkan dari sisi peserta pelatihan. Caranya dengan mengurutkan topik dari:

umum ke spesifik. • dari kongkrit ke abstrak. • dari yang diketahui ke yang tidak diketahui. •

142

dari sederhana ke yang lebih kompleks.• mengikuti satu organisasi atau proses logis yang sudah ada; sebagai contoh adalah • siklus perencanaan projek.mengikuti aturan penampilan pekerjaan; sebagai contoh membuat satu pembibitan.•

Selanjutnya, masukkan urutan topik yang sudah dirancang, ke dalam waktu pelatihan, 3.sesuaikan dengan jumlah hari, minggu atau bulan (termasuk pelatihan di dalam ruang kelas dan di lapangan). Mulailah dengan gambaran umum, lalu fokus pada satu minggu, lalu pada satu hari, dan terakhir, bagi topik per sesi. Cara termudah untuk melakukannya adalah dengan menggambar tabel jadwal pelatihan Anda di kertas flip chart, dan Anda menempelkan post-it dan bisa memindah-mindahkannya agar bisa menghasilkan urutan yang paling logis. Ketika melakukannya, mungkin Anda akan mengkaji ulang langkah pertama dan kedua, dan menanyakan kembali, apakah topik yang dipilih betul-betul penting? Apakah proses ini adalah proses yang terbaik? Apakah peserta membutuhkan waktu yang lebih lama?

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

Pagi

Siang

Setelah Anda puas dengan alur secara umum, maka sekarang waktunya untuk mengisi 4.setiap sesi dengan lebih detil. Tulislah waktu yang diperlukan, apa topiknya, apa tujuannya, dan bahan-bahan yang diperlukan untuk setiap sesi. Anda bisa menggunakan format pada halaman selanjutnya.Tulis alur agenda Anda pada flipchart agar bisa dibahas oleh anggota tim fasilitator yang lain, 5.atau oleh reviewer yang Anda undang.

Agenda Pelatih

Hari: _______________

Waktu Sesi/Topik Metode Tujuan Bahan

143Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |

DAFTAR PERIKSA UNTUK PENILAIAN MERANCANG DAN MENULIS RENCANA SESI

Apakah logis dan konsisten?

Apakah tujuan sesi mungkin dicapai dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu?• Apakah topik mencakup apa yang disebutkan dalam tujuan?• Apakah metode terpilih sesuai dengan tujuan yang disebutkan dalam pengertian • pengetahuan, keterampilan dan sikap? Pemilihan topik: kualitas versus kuantitas.•

Apakah akrab bagi pembelajar? Apakah akrab bagi pelatih?

Apakah rencana sesi...meningkatkan minat? menjelaskan arahberhubungan dengan pengalaman

pesertamemperkuat motivasi? mendorong inisiatif dan otonomi

peserta? memungkinkan pelibatan dan interaksi peserta yang sesuai?

Memperkuat latihan, praktek, atau pengalaman?

memperkuat keragaman kegiatan menunjukkan isi dengan tahapan bertingkat?

Memungkinkan untuk perbedaan individual?

memicu penerapan lebih luas? memperkuat umpan balik? Memperkuat pengulangan? memperkuat pengawasan pembelajaran

individual? Diikuti dengan tindakan atau kaitan

dengan sesi lain?

Apakah tata letaknya menarik? Apakah mudah dibaca? Apakah prosedurnya jelas?Apakah memberi semua informasi yang

diperlukan untuk melaksanakan sesinya?

Apakah fleksibel? Bisakah dengan mudah diadaptasi? Bisakah dipergunakan lagi? Bisakah diperbaiki? Apakah memungkinkan untuk inisiatif

pelatih? Apakah memberi petunjuk dan peringatan

tentang fasilitasi? Bisakah dipergunakan dengan kelompok

peserta yang berbeda? Apakah sesuai untuk ukuran kelompok

yang berbeda? Apakah layak secara ekonomis? Apakah sesuai untuk semua pelatih tanpa

mempertimbangkan pengalaman? Apakah cepat?

144

MENULIS RENCANA SESI

Apakah rencana sesi itu?Secara singkat, satu rencana sesi harus berisi semua yang diperlukan untuk menjalankan satu sesi.

Kenapa peduli?Karena Anda akan segera melaksanakannya, hal ini adalah usaha sebenarnya untuk menulis rencana sesi (yang baik). Karenanya sangat baik untuk mewujudkan rencana sesi Anda sebagai batu pembangun pelatihan Anda. Selama Anda hanya mengajar Anda tidak memerlukan rencana sesi, transparansi saja cukup. Tetapi, jika Anda ingin menjalankan acara pelatihan partisipatori maka Anda benar-benar memerlukannya karena persiapan dan pelaksanaan menjadi jauh lebih kompleks. Rencana sesi membantu Anda untuk:

memeriksa apakah sesi mengikuti satu alur logis tertentu.• memeriksa kelayakan waktu.• terhindar dari kelupaan untuk mempersiapkan segala sesuatu. • terhindar dari kelupaan untuk melakukan atau mengatakan sesuatu selama sesi.• memberitahu sesi Anda kepada pelatih atau narasumber lain. • mendapat umpan balik. • mengembangkan sesi Anda. • mendokumentasikan pelatihan Anda.•

Apa yang ditulis?Satu rencana sesi bisa berisi banyak elemen, berikut ini adalah hal-hal yang paling penting:

Tujuan. Satu rencana sesi harus memberi tujuan sesi. Hal ini bisa membantu pelatih • untuk menjalankan sesi dan mengevaluasi akibatnya.Waktu. Indikasi waktu lamanya sesi diperlukan untuk merencanakan agenda pelatihan.• Bahan-bahan. Catatan mengenai persiapan, ruang dan bahan-bahan yang diperlukan • membuat pelatih sadar tentang apa dan bagaimana harus dipersiapkan.Akitifitas atau langkah-langkah. Instruksi, petunjuk, pertanyaan dan latihan sederhana • bisa digambarkan di sini. Harus juga berisi jawaban dan informasi lengkap mengenai pertanyaan atau subjek yang sepertinya akan muncul selama pelatihan. Instruksi mengenai bagaimana bahan lain yang ditampilkan harus juga disertakan, seperti alat bantu visual dan lembar latihan.Alat bantu visual, lembar latihan dan materi bacaan. Bahan apa pun yang diperlukan • untuk menjalankan sesi, seperti transparansi untuk presentasi, lembar kerja untuk latihan, studi kasus dan materi bacaan harus disertakan.

MODUL IV

METODE DAN MEDIA PELATIHAN

Berbagi Metode Pelatihan

Praktek Metode Pelatihan

Memilih Metode Pelatihan

Pemanfaatan Media Pembelajaran

147Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |

BERBAGI METODE PELATIHAN

TujuanPada akhir sesi ini, peserta:

dapat mengemukakan berbagai metode pelatihan yang mereka kenal dengan teknik • ”bola salju”dapat memilih beberapa metode yang ingin dipraktekkan•

BahanPost-it, selotip/double tip

Waktu240 menit (dibagi dalam 2 sesi)

ProsesPelatih menjelaskan bahwa selama sesi ini peserta akan berbagi tentang semua 1.metode pelatihan yang mereka ketahui dan memilih beberapa diantaranya untuk mereka praktekkan nantinya. Dengan teknik “snowballing” (bola salju) peserta berbagi pengalaman mengenai “menggunakan berbagai metode pelatihan”.Undang setiap peserta untuk menulis sebanyak mungkin metode pelatihan yang dapat 2.mereka ingat pada papan tulis.Minta peserta untuk berpasangan, menjelaskan tentang apa yang mereka tulis dan jika 3.diperlukan saling menjelaskan tentang metode ini sebelum menuliskannya pada post-it yang terpisah.Mintalah peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang. Mereka 4.diminta untuk menyiapkan sebuah daftar metode.Akhirnya minta mereka membentuk kelompok 10 orang, kemudian minta mereka 5.untuk menyepakati sebuah daftar yang tersusun serta memilih tiga metode yang mereka suka untuk dipraktekkan (metode yang akan mereka coba sebagai seorang pelatih).Minta kepada setiap kelompok untuk memperagakan hasilnya dan memeriksa daftar 6.mereka dan membandingkan serta mendiskusikan perbedaannya diantara kelompok.Peserta memilih metode yang akan dipraktekan, dan membentuk 4 kelompok yang 7.terdiri dari 3 orang (trio) yang akan memfasilitasi sebuah kegiatan selama 30 menit (pada sesi praktek) dengan menggunakan satu dari metode pelatihan yang terpilih.Bentuk kelompok, biarkan mereka menyiapkan diri sekurangnya selama satu jam.8.Pelatih merefleksikan metode bola salju: keuntungan, kerugian, tujuan, kapan saat 9.penggunaannya?

148

MEMPRAKTEKKAN METODE PELATIHAN

TujuanPeserta mempraktekkan penggunaan metode pelatihan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya

BahanKebutuhan praktek peserta (ingatkan kepada peserta untuk menyiapkan segala sesuatu • yang mereka butuhkan sendiri). Foto kopi lembar pengamatan•

WaktuUntuk tiap trio 30 menit praktek dan 15 menit refleksi.Total waktu untuk sesi praktek adalah 240 menit (dibagi dalam 2 sesi)

Proses

Perkenalkan tujuan dan prosedur sesi.1.

Sebelum trio pertama memulai dengan kegiatan mereka, jelaskan peran peserta lain, 2.bahwa mereka pada saat yang sama sebagai pengamat dan perkenalkan hal-hal penting yang harus mereka amati/ingat. Bagikan lembar pengamatan.Setelah praktek, minta peserta, pelatih dan pengamat untuk mengingat dan menuliskan 3.pengalaman-pengalaman dan pengamatan mereka.Jelaskan bahwa refleksi akan berfokus pada penampilan trio. Refleksi mengenai metode 4.yang digunakan akan dilakukan kemudian pada sesi akhir. Refleksikan praktek dengan cara berikut:

Undang pelatih trio untuk mengungkapkan apa yang mereka pikir saat berlangsung, • tanyakan apa yang akan mereka rubah di waktu selanjutnya. Cocokkan perasaan ini satu per satu dengan pengamatan dari pengamat.Pertama undang peserta untuk memberikan umpan balik positif dan kemudian • minta ide-ide untuk pengembangan.Tambahkan umpan balik Anda sendiri jika perlu.•

Lanjutkan dengan kelompok yang lain dengan cara yang sama dan dorong mereka 5.untuk menggunakan hal-hal penting pembelajaran dari trio sebelumnya.Tanyakan kepada tiap trio apakah mereka merasa yakin untuk menggunakan metode 6.yang dipraktekkan dalam setting pelatihan sebenarnya selanjutnya. Jika tidak, mengapa? Pelatih merumuskan hal-hal penting dari pembelajaran. 7.

149Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |

Panduan Praktek Metode Pelatihan

Tujuan:

Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempraktekkan suatu metode •pelatihan. Mempraktekkan dan mengamati metode dan keterampilan pelatihan baru•Menggabungkan pemahaman peserta tentang pembelajaran orang dewasa dan prinsip •pelatihan.Menerima umpan balik dari sesama peserta dan pelatih.•

Praktek:

Tiap tiga orang akan diberi waktu selama 30 menit untuk memfasilitasi aktivitas mereka. Anda akan bertindak sebagai satu tim sebagai berikut:

Orang pertama akan memperkenalkan kegiatan tersebut.1.Orang kedua akan melaksanakan kegiatan tersebut.2.Dan orang ketiga akan “memproses” kegiatan tersebut, melalui hal seperti refleksi, 3.analisis, ringkasan dan kesimpulan.

Persiapan:

Persiapan yang dilakukan oleh setiap kelompok sebagai berikut:Persiapkan satu topik yang sesuai dengan metodenya. 1.Putuskan siapa yang akan memperkenalkan, melaksanakan dan memproses kegiatan.2.Siapkan bagian fasilitasi, siapkan semua pengaturan dan bahan-bahan yang diperlukan 3.untuk melaksanakan kegiatan.Cobalah berlatih sebelum mempraktekkan dan periksa apakah Anda berlaku sebagai 4.satu tim, mengelola waktu dengan baik dan lain-lain.Lakukan!5.

150

Lembar Kerja

PRAKTEK METODE PELATIHAN

Sebagai pengamat, lakukan pengamatan secara seksama dengan menggunakan tabel berikut:

Apakah pelatih...(beri centang jika jawabannya “YA”) Bagaimana pelatih melakukannya

Saran pengembangan

………Memperkenalkan tujuan sesi ini

………Menjelaskan metode dan prosedur sesi

………Melibatkan peserta dalam pembelajaran

………Menggunakan alat bantu visual

………Memberikan kesempatan peserta untuk praktek

………Memotivasi peserta

………Melibatkan peserta selama analisis dan refleksi kegiatan

………Merumuskan kegiatan

Untuk peserta. Jawab pertanyaan berikut:1. Apa yang membantu Anda untuk belajar?2. Apa yang membatasi Anda dalam belajar?3. Apa yang bisa membantu Anda untuk belajar lebih baik?

Untuk trio pelatihan. Jawab pertanyaan berikut:1. Bagaimana pikiran Anda tentang jalannya kegiatan?2. Apakah yang berlangsung berbeda dari yang diharapkan?3. Apa yang lebih sulit dari yang diperkirakan?4. Untuk di masa datang, hal berbeda apa yang akan dilakukan?

151Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |

MEMILIH METODE PELATIHAN

TujuanPada akhir sesi peserta:

Dapat menjelaskan mengapa metode pelatihan harus dipilih dengan hati-hati agar • sesuai dengan tujuan dari satu sesi dan sesuai dengan profil pembelajar.Dapat menjelaskan bahwa banyak metode yang cocok untuk meningkatkan kesadaran • atau pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang bisa mengembangkan keterampilan atau merubah sikap.Mampu memilih metode pelatihan yang tepat sesuai dengan tujuan, kelompok sasaran • yang berbeda, serta situasi yang spesifik.

BahanPotongan lembar kerja

Waktu240 menit (dibagi dalam 2 sesi)

Proses

Pelatih menjelaskan bahwa dalam latihan yang akan dilakukan, peserta akan mempraktekkan 1.cara memilih metode pelatihan.Lakukan curah pendapat cepat dengan peserta mengenai apa yang mereka 2. pikirkan dan apa yang harus dipertimbangkan ketika memilih metode pelatihan.Jika perlu perkenalkan, jelaskan istilah kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap.3.

Bentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang anggota, bagikan potongan kertas dengan 4.metode pelatihan yang berbeda dan tujuan-tujuan yang berbeda menurut ranah belajar (kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap).Rumuskan tujuan dan sasaran pelatihan, tentukan pembatas-pembatas pelatihan, pilih 5.metode pelatihan yang sesuai. Berikan alasan mengapa anda memilih metode tersebut. Dalam diskusi, cegah diskusi yang terlalu panjang mengenai detil, tetapi pastikan bahwa pola keseluruhan mencerminkan bahwa banyak metode cocok untuk tujuan-tujuan peningkatan kesadaran dan pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang efektif untuk meningkatkan keterampilan atau mengubah sikap. Refleksikan metode yang mereka gunakan dan konsekuensi keluaran apa yang diharapkan dari aktifitas pelatihan mereka.Pelatih mendiskusikan hasilnya dan memberi penguatan terhadap proses yang telah 6.berlangsung dengan menggunakan bahan bacaan pokok yang telah tersedia.

152

Lembar Latihan

Pemilihan Metode Pelatihan

Tergantung pada tujuan, kelompok sasaran, dan situasi spesifik.

Gunting menjadi potongan terpisah:

KESADARAN PETANI

PENGETAHUAN FASILITATOR LAPANGAN

KETERAMPILAN PEMERINTAH

SIKAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KOMPLEKSITAS ISI TOPIK KONTROVERSIAL

RUANG KECIL LEBIH DARI 30 PESERTA

WAKTU HANYA 1 JAM PELATIH TIDAK BERPENGALAMAN

KULIAH ENERGIZERS

153Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |

DEMONSTRASI KUNJUNGAN LAPANGAN

KELOMPOK DISKUSI KECIL LATIHAN INDIVIDUAL

KELOMPOK DISKUSI BESAR KUIS

STUDI KASUS BERCERITA

SIMULASIPAMERAN

CURAH PENDAPAT PENGAMATAN

PERMAINAN PERAN UMPAN BALIK PERSONAL

PENUGASAN/LATIHAN MENGGAMBAR

BOLA SALJU VIDEO

Bahan Bacaan

Pemilihan Metofe Pelatihan•

154

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN

TujuanPada akhir sesi peserta:

Dapat mengindentifikasi lima kelebihan dan kekurangan dari media yang dipilih• Mengidentifikasi lima hal yang boleh dilakukan dan jangan dilakukan dalam • menggunakan media yang dipilih.

BahanContoh penggunaan media yang tepat dan kurang/tidak tepat dalam konteks pelatihan atau non pelatihan (dapat berupa rekaman audo visual, disiapkan support team), flip chart

Waktu240 menit (dibagi dalam 2 sesi)

ProsesPelatih memperkenalkan tujuan dan prosedur sesi ini.1.Lalu, perkenalkan latihan 2. snowballing. Minta peserta untuk berpasangan dan mendaftar kelebihan dan kekurangan penggunaan satu media yang dipilih. Pada akhirnya kelompok-kelompok tersebut akan bergabung bersama sehingga pada akhirnya ada satu daftar akhir tentang kelebihan dan kekurangan.Periksa daftar tersebut bersama peserta dan tambahlah jika diperlukan.3.Minta peserta untuk berefleksi mengenai pengalaman mereka menggunakan medium 4.tertentu tersebut atau refleksikan bagaimana orang lain telah menggunakannya. Mulai putaran pertama snowballing, kali ini mengenai hal yang harus dan jangan dilakukan dalam menggunakan medium yang sama, tetapi sekarang berakhir dengan dua kelompok.Pajanglah kedua daftar tersebut dan carilah kesamaan dan perbedaannya.5.Tambahkan hal yang harus dan jangan dari Anda sendiri jika perlu. 6.Akhiri dengan daftar final hal yang harus dan jangan.7.

Sesi ini bisa digunakan untuk setiap medium pelatihan. Media yang paling • umum adalah flip chart dan transparansi. Oleh karena itu lebih baik untuk menanyai peserta tentang media mana yang ingin mereka pelajari lebih lanjut dan adaptasikan sesi dan materi bacaan untuk media tertentu tersebut Untuk lebih kreatif, pelatih dapat menggunakan alternatif proses di bawah • ini untuk menggantikan proses di atas.

Catatan untuk pelatih

155Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |

Alternati Proses:

Alternatif A1. . Bagilah kelompok menjadi dua. Dengan menggunakan permainan peran, satu kelompok harus menampilkan satu contoh yang salah dari medium pelatihan dan yang lain harus menampilkan satu contoh yang baik. Peserta yang lain menulis sebanyak mungkin aspek baik dan buruk dari kedua permainan sepanjang yang bisa mereka pikirkan.Alternatif B2. . Bagilah kelompok menjadi sebanyak media yang ingin Anda bicarakan. Minta setiap kelompok untuk melakukan latihan pemetaan pikiran.Alternatif C3. . Organisasikan suatu perlombaan untuk membuat tranparansi yang paling kreatifdan jelas mengenai topik yang sama, satu kelompok menggunakan komputer dan yang lain menggunakan tangan. Ide dari latihan ini adalah untuk menunjukkan bahwa transparansi yang dibuat dengan peralatan teknologi tinggi, hasilnya juga bisa sebaik atau sama dengan yang dibuat dengan tangan.Alternatif D4. . Minta setiap orang untuk menuliskan masalah apa pun yang mereka hadapi ketika menggunakan media tertentu, pada kartu-kartu yang berbeda. Letakkan semua kartu dalam satu kotak dan minta tiap peserta mengambil satu dan berusaha memberikan saran bagaimana cara menangani maslah tersebut (kelompok bisa menambahkan saran ini bila perlu).

Bahan Bacaan

Penilaian Ingatan dalam Pembelajaran Visual•

156

BAHAN BACAAN POKOK MODUL IV

PEMILIHAN METODE PELATIHAN

Tidak ada cetak biru untuk memilih metode pelatihan.

Tidak ada petunjuk yang jelas dalam menentukan metode pelatihan. Memilih metode yang akan digunakan adalah proses kreatif dan analitis yang harus mempertimbangkan berbagai masalah. Setiap pelatih memiliki metode personal yang digemarinya, tergantung pada minat, gaya dan pengalaman personal. Bagaimanapun kita, sebagai pelatih, harus mencoba memilih satu metode pelatihan yang tepat tidak hanya berdasarkan minat sendiri tetapi terutama dari sudut pandang peserta.Berikut ini beberapa petunjuk yang bisa Anda gunakan ketika memilih satu metode.

Kebutuhan terhadap berbagai metode pelatihan.Orang memiliki gaya pembelajaran mereka sendiri. Beberapa orang cenderung untuk menyimak dan menganalisis, yang lain lebih menyukai pengamatan atau pengalaman dan praktek. Untuk mendukung semua perbedaan cara pembelajaran gaya tersebut, sebagai pelatih harus menggunakan berbagai metode pelatihan.

Petunjuk untuk memilih metode pelatihanPertimbangkan hal berikut ini dalam memilih metode pelatihan:

Apakah tujuan pembelajaran?• Tujuan pembelajaran bisa berhubungan dengan peningkatan kesadaran, pemahaman, penguasaan keterampilan, perubahan sikap.Perubahan sikap adalah tantangan untuk pelatih, mereka berubah sangat lambat dan agak tidak pasti. Perubahan sikap lebih banyak muncul dari bagaimana sesuatu dilakukan daripada apa yang dikatakan. Perubahan sikap kebanyakan cenderung muncul dalam interaksi kelompok dengan anggotanya.Berapa banyak pengalaman yang dimiliki peserta yang berhubungan dengan topiknya?• Jika mereka memiliki pengalaman, maka Anda harus mempertimbangkannya, dan memberi mereka kesempatan untuk mengingat dan berbagi. Kita bisa menggunakan studi kasus, permainan peran, simulasi, curah pendapat dan lain-lain. sebagai cara untuk berbagi pengalaman.Bagaimanakah profil peserta?• Berapa umur, seks, latar belakang pendidikan dan sosial mereka? Bagaimana mereka biasa belajar? Apakah mereka pernah mengikuti program pelatihan ebelumnya?Bagaimana pengalaman Anda sendiri?• Apakah kekuatan dan kelemahan Anda? Sebagai seorang pelatih, Anda harus merasa nyaman menggunakan metode pelatihan.Seperti apakah • situasi praktisnya?Anda harus memeriksa, ketersediaan waktu, bahan-bahan, sumber daya, fasilitas, dan tempat.

157Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |

Metode Pelatihan Berdasarkan Tipe Penggunaan

Ringkasan berikut ini akan memberi Anda beberapa petunjuk tentang berbagai tipe penerapan sejumlah metode pelatihan.

METODE PELATIHAN PENERAPANKULIAH Memindahkan pengetahuan dari pelatih kepada peserta•

Jumlah peserta yang banyak•Memperkenalkan topik dan teori yang baru dan kompleks•Memperkenalkan modul-modul dan tujuan pelatihan•

DISKUSI TERSTRUKTUR Mempertukarkan opini-opini dan ide-ide•Pemecahan masalah, Perencanaan•Strategi perumusan•Masalah-masalah kontroversial•

DISKUSI KELOMPOK KECIL

Berbagi pengalaman•Mempertukarkan ide-ide dan opini-opini•Pemecahan masalah, Perencanaan•

CURAH PENDAPAT Mengumpulkan ide-ide, pengalaman-pengalaman masa lalu•Pemecahan masalah•Berpikir kreatif/inovatif•Menyediakan waktu jeda yang menyegarkan dan membentuk •minat kelompok

STUDI KASUS Pemecahan masalah•Pengambilan keputusan•Analisis situasi kompleks•

DEMONSTRASI Pembelajaran satu keterampilan•Operasi perangkat lunak, mesin-mesin dan instrumen•

KUNJUNGAN LAPANGAN

Mengaitkan teori dengan praktek•Mempraktekkan keterampilan•Pengamatan dan refleksi•

PERMAINAN PERAN Pelatihan untuk menghadapi situasi yang saling bertentangan •dan menegangkanMengajar keterampilan interpersonal, keterampilan komunikasi •dan negosiasiMembawa dimensi kemanusiaan dari suatu studi kasus•Memperkuat pola perilaku empatis•

PERMAINAN (GAMES) Masalah pengelolaan, Pengambilan keputusan•Pembangunan tim•

SIMULASI Konsep pengelolaan, Pengambilan keputusan•Pembangunan Tim•Perencanaan jangka pendek dan panjang•

ICE BREAKERS Saling mengenal•Mendorong interaksi•

ENERGIZERS Membangkitkan semangat, membangunkan peserta yang •mengantuk dan bosanMerangsang berpikir kreatif, memecah kebuntuan berpikir•Menantang asumsi dasar•Melengkapi konsep baru•Pembentukan kelompok, Pembangunan tim•Bergembira•

158

PENILAIAN INGATAN DALAM PEMBELAJARAN VISUAL

Dikarenakan ingatan jangka pendek hilang dalam beberapa detik, presenter, pendidik, dan pelatih harus menemukan cara untuk “mengatur” informasi agar muncul dalam ingatan jangka panjang. Salah satu cara untuk melakukan hal tersebut adalah dengan menggunakan alat bantu visual. Alat bantu visual memainkan peranan penting dalam membantu peserta mempertahankan informasi.

Peneliti Edgar Dale mengembangkan apa yang sekarang dikenal sebagai ”Pengalaman Dale Cone — Dale’s Cone of Experience (Walters, 1993). Penelitiannya menyimpulkan bahwa orang akan mengingat:

20% dari apa yang mereka dengar•30% dari apa yang mereka lihat•50% dari apa yang mereka lihat dan dengar•80% dari apa yang mereka dengar, lihat, dan lakukan.•

Mengapa Menggunakan Alat Bantu Visual?A. Tujuan utama dari alat bantu visual adalah untuk mempertinggi nilai pelatihan, dan meningkatkan ingatan. Kata kuncinya adalah alat bantu. Tampilan visual tidak dapat menggantikan posisi dari kata-kata yang dikatakan.

Untuk Menangkap PerhatianTampilan visual membantu menangkap dan menjaga perhatian peserta. Alat bantu visual dapat sangat sederhana dan sedikit banyak kuno, atau dapat cerdik dan dramatis. Semuanya tergantung pada pilihan pribadi, biaya, ketersediaan sumber, jenis presentasi, besar ruangan dan pengaturannya, peserta, dan tujuannya.

Untuk Menekankan Hal-Hal TertentuTampilan visual dapat juga dibuat untuk menekankan hal-hal tertentu. Dengan kata kunci atau grafik, pesan dapat disampaikan secara visual dan verbal. Seperti yang telah dikemukakan di depan, cara seperti ini dapat membuat pesan yang tersimpan meningkat dari 20% menjadi 50%.

Untuk Mengorganisasikan InformasiAlat bantu visual membantu pelatih untuk mengorganisasikan materinya. Ingatlah, bagaimanapun, alat bantu visual tidak mengatur sesi pelatihan. Pelatih sebaiknya siap dengan membangun pelatihan dan materi pelatihan, dan alat bantu visual ditempatkan sebagai stategi untuk membuat kerangka yang meningkatkan nilai pelatihan. Sebagai sebuah alat untuk mengorganisir, tampilan visual juga suatu cara bagi pelatih untuk memandu peserta. Jika pelatih menggunakan tampilan visual untuk mempresentasikan hal tertentu, peserta akan lebih mungkin untuk mengikuti jalannya pelatihan. Sebagai hasilnya, pelatih tampak lebih profesional, lebih siap, dan akan meningkatkan kompetensinya juga.

159Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |

Untuk Meningkatkan Pemahaman

Penggunaan alat bantu visual dapat meningkatkan pemahaman. Mereka dapat mengilustrasikan apa yang dikatakan melalui grafik, tabel, gambar atau kata kunci. Hal ini bernilai jika pelatih menjelaskan konsep atau sesuatu yang sulit dipahami. Anda dapat menyederhanakan informasi tersebut dengan menyaring hal tersebut menjadi lebih mudah dimengerti. Sebagai contoh, pelatih ingin menyajikan sebuah presentasi yang berisi banyak sekali gambar atau statistik. Informasi ini akan lebih menarik dan bermakna, jika dipresentasikan dengan tabel dan chart, daripada dalam baris-baris dan kolom-kolom angka.

Untuk Mendukung Pesan Yang Disampaikan

Alat bantu visual mendukung pesan dengan merangsang kepekaan peserta. Kemudahan untuk menggunakan perangkat komputer yang memiliki hubungan memungkinkan pelatih untuk menyampaikan pesan dengan warna-warna yang menarik, gambar, isyarat, dan suara.

Untuk Menekankan Poin Kunci

Walaupun berbagai macam tehnik verbal dapat digunakan untuk menekankan poin kunci, banyak peserta tidak dapat mencapai apa yang ditekankan oleh pelatih. Sebagai contoh, pelatih dapat berkata seperti, ”Poin penting pertama adalah...” atau ”Saya tidak cukup menekankan pentingnya ...” atau ”Sekarang setelah kita mengetahui penyebabnya, mari lihat akibatnya.” Ingatlah bahwa sebagian besar orang bukan pendengar yang baik dan banyak orang memproses informasi dengan gaya yang berbeda-beda, meletakkan poin kunci pada tampilan visual akan membantu memberi penekanan jika pelatih menginginkan hal tersebut. Tidak akan ada keraguan mengenai informasi penting yang ditampilkan secara visual.

Panduan Menggunakan Alat Bantu VisualB.

Alat bantu visual yang biasanya digunakan adalah tampilan slide PowerPoint. Komputer pada umumnya memiliki tampilan slide untuk transparansi dengan tampilan 35 mm. Perlengkapan yang dibutuhkan adalah sebuah komputer dan sebuah proyektor LCD. Fleksibilitas media ini memungkinkan anda untuk memodifikasi informasi pada saat itu juga untuk merefleksikan perkembangan berita terakhir atau masukan dari peserta. Sayangnya, dengan kemampuan ini pelatih sering terlalu bergantung pada media ini dan menjadi lebih pasif dalam menyampaikan pelatihan.

Alat bantu visual lainnya adalah flip-chart dan transparansi (sebagaimana yang telah dijelaskan di bagian depan materi ini). Tanpa melihat alat bantu visual yang anda gunakan, petunjuk berikut akan membantu anda untuk menciptakan tampilan visual sehingga dapat mendapatkan hasil yang anda inginkan.

Batasi Penggunaannya1.

Pertama-tama, jangan menggunakan terlalu banyak tampilan visual. Dapat dikatakan bahwa satu layar, slide, atau transparansi bukan apa-apa dalam pelatihan jika dibandingkan dengan yang lainnya. Ingatlah bahwa tampilan visual adalah alat bantu, bukan inti dari presentasi.

160

Buatlah Sederhana2.

Tidak ada yang lebih mengganggu selain melihat tampilan atau transparansi yang dibuat dalam satu halaman yang dipenuhi dengan teks tanpa garis batasan informasi. Cantumkan hanya satu ide untuk setiap tampilan dan jangan lebih dari satu ilustrasi. Sebaiknya hanya ada enam atau tujuh kata per garis dan enam atau tujuh baris untuk tiap tampilan. Jika anda memiliki banyak data yang harus ditampilkan, bagilah hal tersebut menjadi beberapa tampilan. Beberapa pelatih yang memiliki banyak sekali ketersediaan pilihan bahkan juga perangkat lunak komputer yang memadai cenderung keluar jalur dikarenakan terlalu banyak membuat, seperti menambahkan animasi dan efek suara, kedua hal ini akan mengganggu. Ingatlah bahwa semakin sedikit maka akan semakin efektif.Buatlah Untuk Mudah Dibaca 3.

Setiap tampilan seharusnya tampak jelas bagi penonton. Gunakan jenis huruf yang tidak lebih kecil dari dua puluh empat dan ukuran yang lebih besar untuk judul. Gunakan jenis huruf sans serif seperti Arial atau Helvetica. Gunakan juga kombinasi huruf besar dan huruf kecil.Gunakan Warna4.

Penggunaan warna akan lebih efektif dibandingkan warna hitam dan putih untuk beberapa alasan. Pertama, hal tersebut dapat memberikan dampak kognitif yang baik. Orang-orang mudah mengingat warna. Sebagai hasilnya, sebuah tampilan warna yang lebih menarik, lebih berdampak, dan membuat kesan yang lebih besar. Dengan ketersediaan alat cetak warna dan teknologi lainnya, menggunakan warna menjadi sangat mudah.Pertimbangan penting lainnya adalah peserta mengharapkan adanya warna. Mengapa film hitam-putih berubah menjadi ”berwarna”? Hal ini dikarenakan orang-orang telah meninggalkan hitam dan putih.

Menggunakan Alat Bantu VisualC.

Alat Bantu Keuntungan Kekurangan Digunakan Saat

Papan Tulis Kapur

SpontanMudah digunakanMurahDapat dihapusPerhatian-Lebih bisa didapatkanMemecah ceramah yang membosakan

LambatSementaraKemungkinan terbaca kecilTerbatas dengan kapurMembelakangi penontonBerasosiasi dengan hari-hari di sekolahBerantakan

Pertemuan informal, kecilMembangun ide-ide secara spontanSesi bertukar pikiran

161Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |

Flip-chart SpontanMembantu persiapanTampak berbedaPermanenMudah untuk digunakanDapat dibawa-bawaMemudahkan anda saat menjelaskan serangkaian ide MurahBerwarna (tergantung pada warna yang dijual di pasar)

KeterikatanUkurannya besar sekaliTerbatas untuk menulisTidak fleksibel dalam ukuran atau rangkaianMahal jika disiapkan secara profesionalPelatih cenderung menuliskan dalam ukuran kecil untuk menempatkan semua ide pada satu halamanKertas mudah sobek

Kelompok kecilCeramah secara spontanBertukar pikiranDaftar, langkah-langkah prosedural

Tampilan Power-Point

Berkualitas TinggiFotografisSangat mudah dibawaMudah untuk digunakanDapat disesuaikan dengan setiap ukuran kelompokDengan remote control, pelatih dapat berpindah-pindah

Ruangan gelapDapat tampak seperti ”dikandang”Tampilan menjadi pusat perhatian, bukan pembicara

Program yang berulang dimana detail fotografis dan profesional tampak penting

Overhead Projector (OHP)

Cepat, mudah menyiapkan transparansi (banyak salinannya)Lampu hidupPembicara berhadapan dengan penontonSemua ukuran kelompokSecara langsung atau disiapkan terlebih dahuluSangat fleksibelKualitasnya dapat dipilihMurahTepat untuk menjelaskan ilustrasiMudah diperbarui

Proyektor dapat menghalangi pandangan kecuali jika ditempatkan secara hati-hatiKurang mudah dibawa 35 mmPersiapan transparansi sangat sederhana sehingga orang cenderung menggunakan hal ini jika terlalu sibukKecenderungan untuk digunakan berlebihanFokus Overhead Projector kadangkala sulit diatur

Presentasi keuangan dan tehnikPresentasi kelompok penjualanSeminar, pelatihan dimana pembicara ingin membangun pendekatan

Video ProfesionalGenerator diskusi yang bagusSegera mendapatkan umpan balikSemua ukuran kelompokEfektif untuk menunjukkan agar tidak melakukan sesuatuSangat efektif untuk pelatihan yang berpusat pada pembelajarMelihat dan mendengar digunakan dalam pembelajaran”Ahli” yang ditampilkan dapat menguatkan apa yang dikatakan pelatih

Ruangan gelapMahalDigunakan sebagai pengganti untuk pelajaran atau presentasi

Pendukung untuk program pelatihanTampilan umpan balik terhadap performansi pesertaMenciptakan suasana atau perasaan seperti pembukaan presentasi pembicara.

162

Gunakan warna-warna yang kuat sebagai latar belakang. Medium biru bagus sebagai latar belakang dengan teks yang berwarna putih, kuning cerah, atau merah muda. Jangan gunakan merah tua, hijau tua atau biru tua. Warna-warna tersebut tidak memproyeksikan dengan baik.

Ingatlah, bagaimanapun, banyak orang yang buta warna. Sekitar 20 persen manusia tidak dapat membedakan spektrum warna, karenanya objek atau teks yang berwarna ditampilkan dengan warna yang teduh seperti abu-abu, hitam, dan putih, variasikan hanya dengan mengatur tingkat keterangan atau kegelapannya. Semakin anda dapat menciptakan pembedaan di antara warna-warna, semakin mudah bagi orang yang buta warna untuk melihat.

Gunakan itu, kemudian hilangkan ituKarena tampilan visual adalah sebuah alat bantu, maka ini dapat dilihat hanya saat hal tersebut relevan dengan apa tujuan pembuatannya. Saat Anda selesai dengan tampilan Anda, tekan tombol ”B” pada komputer Anda untuk pindah ke halaman yang kosong. (Jika Anda menggunakan remote, hal ini memungkinkan untuk menciptakan layar kosong dengan baik) Jika tidak, peserta akan terus terfokus pada alat bantu visual dan akan memberikan sedikit atau tidak sama sekali perhatian pada apa yang Anda katakan. Orang-orang mudah dikacaukan, maka jangan berikan mereka sesuatu yang dapat mengalihkan mereka dari pesan penting yang Anda sampaikan.

Lakukan Sebuah LatihanTampilan yang terlihat baik pada komputer Anda dapat terlihat tidak sebaik itu saat di proyeksikan. Uji tampilan presentasi Anda dalam ruangan yang agak gelap dengan proyektor yang akan Anda gunakan pada ruangan yang sebenarnya. Apa yang Anda lihat pada layar komputer anda tidak seperti apa yang akan Anda lihat dalam ruangan yang agak gelap, sebagai contoh, warna-warna yang ada bisa saja pudar.

Alat Bantu Visual Lainnya Yang Biasanya DigunakanD.

Flip-Chart Pad1. dan Kuda-kuda

Flip-chart ini memiliki dua penggunaan yang berbeda: (1) halaman yang telah disiapkan (2) halaman kosong untuk menangkap informasi yang didapatkan secara spontan selama sesi berlangsung. Mari mulai dengan halaman yang telah disiapkan.

Petunjuk untuk menggunakan flip-chart. Halaman yang telah disiapkan digunakan sama seperti tampilan atau transparansi, tetapi mereka cenderung mengkomunikasikan pendekatan atau suasana yang tidak formal. Kelebihan dari halaman yang telah disiapkan adalah anda memiliki cukup waktu untuk memastikan apakah cetakan yang anda buat rapi dan dapat dibaca. Hal ini penting jika anda memiliki masalah dalam menulis sehingga dapat terbaca. Kelebihan lain waktu anda yang berharga selama sesi tidak terhabiskan di kuda-kuda; anda dapat menunjukkan informasi dengan cepat dan seterusnya. Bentuk lain dari alat bantu visual, halaman yang ganda sebagai catatan bagi presenter.

163Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |

Halaman kosong digunakan untuk menampilkan atau menangkap informasi yang ada selama sesi, pertimbangkanlah apa yang penting dan yang tidak untuk dilakukan. Pertama, jika anda meminta masukan dari peserta dan Anda menangkap respon mereka, tuliskan dengan tepat apa yang mereka katakan. Jangan menerjemahkan informasi tersebut kedalam bahasa Anda sendiri.

Bagaimana jika orang yang memberikan respon mengalami kesulitan saat menyampaikan responnya secara singkat dan jelas? Dua pendekatan yang berbeda dapat digunakan: (1) Setelah mendengarkan dengan seksama terhadap respon orang tersebut, minta orang tersebut untuk menyimpulkan apa yang ia sampaikan dalam beberapa kata sehingga Anda dapat mencantumkannya dalam flip-chart atau (2) jika orang tersebut tidak memungkinkan untuk menyimpulkan apa yang ia sampaikan, para frase-kan apa yang Anda dengar dan mintalah ijin untuk menuliskan interpretasi Anda. Dalam sesi satu hari penuh atau setengah hari, ide yang baik untuk melepaskan halaman tersebut dan mengikatkan mereka pada dinding. Sebelum melakukan hal tersebut, bagaimanapun, berikan penjelasan singkat judul pada bagian atas setiap lembar yang ada. Untuk menghemat waktu, potong satu inci pita penutup menjadi dua atau tiga inci potongan sebelum sesi dimulai. Hal ini memungkinkan anda untuk menampilkan lembar-lembar tersebut dengan cepat.

Tergantung pada dinding yang akan ditutupi, anda sebaiknya menggunakan paku payung (push pins). Jika anda tidak diijinkan untuk menggunakan pita atau peniti, alternatif yang aman adalah dengan menggunakan magnet—bantalan kuda-kuda yang terlepas dapat digunakan untuk melekatkan pada permukaan dinding dan dapat ditempatkan kembali pada dinding. Lembar ini dapat dihapus dan digunakan kembali selama anda menggunakan pena yang dapat dihapus. Jangan menulis pada lembar setelah hal tersebut ditampilkan, banyak pena yang memiliki kemungkinan membanjiri! Pastikan menggunakan tinta yang dapat dicuci untuk kasus ini.

Petunjuk Untuk Menulis Pada Flip-Chart. Metode apapun yang anda pilih, petunjuk berikut ini akan membantu anda untuk menciptakan gambaran diri anda yang lebih cemerlang dan profesional kepada peserta:

Gunakan • flip-chart dalam kelompok yang relatif kecil atau tidak lebih dari dua puluh lima atau tiga puluh peserta.Cetaklah dengan menggunakan huruf balok yang tingginya dua atau tiga inci •sehingga setiap orang di dalam ruangan dapat melihat informasi tersebut.Jangan meletakkan lebih dari enam baris informasi pada sebuah halaman.•Jangan memenuhi halaman pada bagian bawah. Orang-orang akan duduk; penglihatan •vertikal mereka akan terbatasi.Jangan berbicara dengan menghadap kuda-kuda saat anda menulis.•Tunggu setidaknya dua puluh sampai tiga puluh detik setelah anda selesai menulis. •Sekali lagi, berikan orang-orang kesempatan untuk menangkap informasi yang diberikan.

164

Pertimbangkan untuk menggunakan dua atau lebih kuda-kuda di bagian depan ruang •untuk melanjutkan, ide-ide yang mengalir tanpa bisa disela atau jika anda tidak dapat menampilkan halaman tersebut di dinding.Jika memungkinkan, pilih bantalan kuda-kuda dengan kertas yang berwarna •putih dengan melubangi bagian atas lembaran agar mudah untuk disobek. Jangan menggunakan kertas flip-chart yang berwarna gelap; hal tersebut membuat Anda kelihatan tidak profesional. Gunakan pena warna yang lebar sehingga tidak membanjiri kertas.•Tinggalkan kertas kosong di sisi Anda, penting sekali untuk anda menyiapkan •beberapa halaman sebelum waktu yang ditetapkan. Kecuali jika kertas tersebut buram, menulis pada halaman ini dibawah halaman yang kosong akan menunjukkan hal ini.Perhatikan dampak dari warna. Gunakan biru, hijau, cokelat, dan hitam untuk •menambahkan variasi dan ketertarikan. Simpan warna merah untuk menekankan. Juga, jangan menggunkan warna merah dan hijau pada halaman yang sama. Seseorang yang mengalami buta warna tidak akan dapat membedakan kedua warna ini.Gunakan warna yang berbeda untuk membuat garis sehingga menjadi lebih mudah •untuk dibaca.Gunakan warna secara sistematis: satu warna untuk halaman atas, satu untuk poin •utama, yang lainnya untuk sub poin. Jika anda tidak menulis, letakkan pena anda.•

Overhead Projector2. (OHP) dan Transparansi

Transparansi baik digunakan untuk ukuran penonton yang sedang dan kecil. Mereka mudah untuk dibuat dan digunakan, tetapi sama seperti alat bantu visual lainnya, mereka dapat disalahgunakan.Menyiapkan Transparansi. Terdapat beberapa cara untuk membuat transparansi-sebuah metode untuk setiap buku saku. Dengan harga yang murah, anda dapat membeli sebuah kotak transparansi dan menuliskan dengan pena berwarna yang tepat pada acetate.

Sebagai langkah awal, belilah sekotak transparansi yang jelas atau berwarna yang dibuat khusus untuk printer laser atau mesin fotocopy. Jika menggunakan laser printer, hasilkan teks dari komputer anda, kirimlah transparansi anda kedalam printer anda. Jika anda memiliki meteri yang telah anda cetak dan ingin memindahkan kedalam transparansi, pindahkan transparansi kedalam kertas yang kemudian anda copy.

Beberapa orang lebih suka memilih kertas yang berwarna. Dalam kasus seperti ini, anda membutuhkan printer berwarna untuk komputer anda agar menghasilkan dokumen tersebut.

Petunjuk Untuk Menggunakan Transparansi. Sebagai tambahan kepada petunjuk dasar untuk semua alat bantu visual dalam hal tipe ukuran, kemudahan, dan penggunaan warna, transparansi menampilkan beberapa kelebihan unik sebagai pertimbangan penting.

165Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |

Kreativitas. Transparansi memberikan kreativitas dengan menggunakan sedikit imajinasi. Sebagai tambahan untuk tipe yang berbeda dari film sebelumnya, anda dapat menciptakan sebuah transparansi yang ”aktif ” untuk menghasilkan dampak yang berlapis. Sebagai contoh, Anda dapat menciptakan sebuah transparansi dengan kata-kata kunci dan kemudian potong film menjadi beberapa bagian sehingga Anda bisa mendapatkan beberapa ”transparansi mini”. Kemudian Anda dapat menciptakan efek menggantung dengan meletakkan setiap kata pada proyektor seperti yang Anda umumkan atau tunjukkan.Membingkai. Keahlian dari transparansi adalah membingkai. Membingkai suatu transparansi tidak mementingkan keterangan, kekakuan, buatlah hal tersebut mudah untuk ditangani dan tampilkan tutur kata yang baik. Sekali lagi, pilihan ini, tergantung pada biaya dan kesukaan pribadi. Salah satu cara adalah dengan membeli sekotak bingkai karton dimana anda menempeli transparansi dengan pita transparan.

Pilihan lainnya untuk membeli Instaframe, bingkai plastik dengan disisipkan kaca. Letakkan bingkai tersebut pada overhead proyektor (OHP) dan letakkan transparansi individu diatasnya dan ambillah seperti saat Anda menggunakannya. Hal ini memungkinkan anda untuk menyimpan transparansi Anda apapun yang Anda pilih — dalam sebuah kotak, map, buku catatan, amplop — tanpa membeli bingkai lainnya.

Pilihan bingkai yang ketiga adalah untuk membeli dari perusahaan 3M Company FlipFrame, sebuah bingkai transparansi yang dapat anda gunakan dengan menyisipkan transparansi. Bingkai ini dapat digantungkan tertutup dengan bentuk ”terbalik” sepanjang bingkai transparansi dan menyediakan ruang untuk catatan sehingga semua orang tidak dapat melihat. FlipFrame memiliki lubang di sepanjang tepi kirinya sehingga anda dapat meletakkanya dalam map buku agar dapat terorganisir dan terlindungi. Kontrol. Kita tidak menginginkan dalam sesi overhead projector yang digunankan mengalami gangguan dikarenakan pelatih tidak mengontrol alat ini sebelum digunakan. Sebagai contoh, peserta seharusnya tidak pernah melihat layar yang kosong dengan lampu yang menyala. Letakkan transparansi pada bagian dasar dan hidupkan proyektor. Matikan proyektor sebelum anda mengganti transparansi.

Beberapa orang percaya bahwa proses menghidupkan dan mematikan layar untuk transparansi yang banyak akan mengganggu peserta dan pelatih. Ada cara untuk mengatasi gangguan dan ketidaknyamanan ini. Potonglah secarik kertas yang berat berbentuk persegi atau karton sesuai dengan ukuran lensa pada lubang bidik; sertakan juga dengan pita perekat diatas bagian luar lensa. Sebagai ganti mematikan proyektor diantara pergantian transparansi, anda dapat dengan mudah menurunkan penutup tersebut, menciptakan layar yang hitam. (Catatan: mematikan dan menghidupkan proyektor dengan lebih cepat seringkali lebih mengacaukan).

Persamaannya, anda dapat meletakkan selembar kertas atau karton diatas dasar proyektor untuk menutupi cahayanya. Sebuah remote dapat dibeli dari sebuah toko elektronik sehingga memungkinkan proyektor dihidupkan dan dimatikan dari jarak beberapa kaki. Hal ini sangat efektif saat anda akan berbicara yang panjang sebelum anda menunjukkan transparansi selanjutnya atau jika anda berpindah bersama penonton dan

166

tidak ingin memecahkan suasana dengan kembali ke depan ruangan untuk mematikan protektor.

Aspek lain dari kontrol termasuk cara anda menggunkan overhead projector. Tujuan dari overhead projector adalah untuk membantu anda menunjukkan tampilan visual selagi anda berinteraksi dengan peserta. Anda dapat menarik perhatian pada hal-hal khusus di transparansi tanpa membelakangi penonton.

Perhatian kelompok dapat diarahkan dalam beberapa cara dengan menggunakan transparansi. Salah satu cara adalah dengan menutupi transparansi dengan selembar kertas; seperti saat anda membuat poin-poin, jangan tutupi setiap kata atau garis pada transparansi. Dengan cara ini peserta akan membaca hanya apa yang inginkan mereka baca dan kapan mereka membaca. Cara lain adalah dengan menggunakan tongkat penunjuk atau pena untuk mengarahkan perhatian peserta pada kata kunci di transparansi. Banyak standar atau cara menarik masuk pointer, tetapi anda dapat membuat hal tersebut lebih menarik dengan membeli tongkat penunjuk khusus, seperti salah satunya dijual oleh Creative Pelatihan Techniques atau yang tersedia di toko baru.

Tetap ada metode untuk mengarahkan perhatian pada informasi-informasi khusus pada transparansi yaitu dengan menggunakan pena transparansi untuk membuat garis atau melingkari poin kunci. Satu kata atau saran: jangan pernah melakukan hal tersebut di atas layar! Lengan anda akan membuat sebuah bayangan pada layar, yang tidak hanya mengganggu, tetapi juga menghalangi pandangan penuh ke layar. Alasan lain untuk tidak membuat poin diatas layar adalah karena hal itu menyebabkan anda membelakangi kelompok, ambil manfaat dari mengelola kontak langsung dengan kelompok. Alasan terakhir untuk tidak membuat poin diatas layar adalah menghindari kerusakan layar dengan tongkat penunjuk anda.

Saran kecil terakhir mengenai penggunaan suatu overhead projector untuk memantulkan cahaya dekat dengan layar untuk membuat ketajaman kontras dan membuat penonton lebih mudah untuk melihat.

Video dan Video Klip3.

Video klip dapat digunakan dalam banyak cara sama seperti demonstrasi atau naskah bermain peran. Seperti media dan metode lain, anda memiliki beberapa pilihan. Gunakan bagian kecil dari sebuah film atau siaran televisi untuk mengilustrasikan tujuan. Hal ini sangat efektif, tetapi pastikan anda telah mendapatkan ijin. Hukum untuk hak cipta janganlah Anda langgar. Bagaimanapun, terdapat perpustakaan hak cipta-video klip bebas untuk digunakan dalam presentasi. Juga, klip berita dan acara lainnya yang tergambar dalam film biasanya ada pada daerah publik.

Salah satu cara mengatasi biaya dan perjanjian tidak menyenangkan dengan materi hak cipta adalah dengan membuat sendiri video klip anda. Kualitasnya tergantung pada seberapa besar uang yang rela atau mungkin untuk anda keluarkan. Gunakan video kamera atau bayarlah videogarpher profesional untuk membantu memproduksi video, ingatlah bahwa biaya terbesar adalah pada proses mengedit.

167Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |

Anda dapat menuliskan sendiri naskah anda dan menggunakan teman anda, rekan kerja anda, atau siswa sekolah acting dari sekolah atau universitas lokal untuk mengilustrasikan tujuan, kemampuan, atau konsep dalam sketsa yang pendek. Ini adalah kesempatan yang baik bagi aktor yang berobsesi dan belum berpengalaman untuk menggali pengalaman dan penampilan.

168

MODUL V

MENYAMPAIKAN PELATIHAN

Karakteristik Pelatih Dan Gaya Pelatihan

Membangun Hubungan/Interaksi

Memperkenalkan Ketrampilan Fasilitasi

Praktek Kemampuan Menyimak

Praktek Pengamatan

Praktek Bertanya

Memberikan dan Menerima Umpan Balik

Praktek Parafrase

Praktek Menguji

Praktek Dialog

Komunikasi Non Verbal

Mengatur Perilaku yang Sulit

Praktek Fasilitasi

Menilai Keterampilan Fasilitasi

171Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

KARAKTERISTIK PELATIH DAN GAYA PELATIHAN

Tujuan

Pada bagian ini, peserta dapat:Mengidentifikasi pilihan gaya pelatihannya• Mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan fleksibilitas gaya pelatihan• Membedakan antara pelatihan yang berpusat pada pembelajar (• learner-centered) dan pelatihan yang berpusat pada materi (information-centered)

BahanLembar latihan (ada 4 latihan).

Waktu120 menit

Proses

Pelatih membagi peserta ke dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 anggota. 1.Khusus untuk latihan-3, peserta berpasangan (dengan anggota dalam kelompok tersebut). Peserta mengerjakan terlebih dahulu semua latihan (ada 4 latihan). Pelatih memandu 2.latihan tersebut. Jika pindah ke latihan berikutnya, pastikan semua peserta sudah siap untuk itu.Oleh setiap peserta, hasil latihan di3. share di dalam kelompoknya.Pelatih membantu melakukan penstrukturan pengalaman berdasarkan pengalaman 4.peserta yang dikaitkan dengan bahan bacaan.

Lembar Kerja

Latihan-1:

Karakteristik dan Kompetensi Pelatih

Ingat kembali pengalaman pembelajaran Anda yang terbaik dan terburuk sepanjang hidup Anda (sekolah dasar, sekolah lanjutan, perguruan tinggi, organisasi-organisasi, lingkungan kerja). Untuk setiap pengalaman, jelaskan dengan singkat garis besarnya dan daftarlah faktor-faktor apa saja yang membuat pengalaman tersebut baik atau buruk.

172

Deskripsi pengalaman yang baik:

Faktor-faktor yang membuat hal tersebut baik:

Deskripsi pengalaman yang buruk:

Faktor-faktor yang membuat hal tersebut buruk:

Bayangkan bagaimana perasaan dan reaksi Anda untuk pengalaman yang baik maupun yang buruk. Seberapa efektif pengalaman pembelajaran tersebut? Seberapa jauh kontribusi pelatihan atau pengalaman pembelajaran tersebut terhadap kesuksesan Anda?

Latihan-2:

Apakah Anda Pelatih yang Baik?

Agar efektif, pelatih harus memiliki kompetensi yang sempurna dalam area-area berikut ini:Pertama dan terutama, pelatih yang profesional harus memliki sebuah tujuan usaha. • Mereka harus memperhatikan diri mereka dengan meningkatkan pencapaian dan fokus terhadap hasil usaha.Pelatih yang profesional juga harus mampu untuk mengenali dan mengakui saat pelatihan • tidak sesuai dalam menyelesaikan suatu masalah.Pelatih harus mampu menyesuaikan kemampuan interpersonalnya dan mampu • beradaptasi terhadap berbagai variasi orang, budaya, dan situasi.Pelatih yang profesional menghabiskan keseluruhan hidupnya untuk mengasah • kepekaannya dan menyempurnakan kemampuannya, mempelajari kemampuan baru, dan mereka selalu mengikuti perkembangan terbaru dari tren, konsep, dan aplikasi dalam lapangan.

Sepanjang tahun-tahun terakhir, penelitian dalam bidang pendidikan telah mengidentifikasi karakteristik-karakteristik atau sifat-sifat yang berpengaruh terhadap kesuksesan guru-guru. Hal tersebut dapat digunakan pula untuk mengetahui sifat-sifat pelatih yang baik. Cheklist di bawah ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik yang Anda tampilkan saat Anda berperan sebagai pelatih. Berilah tanda centang untuk bagian yang menggambarkan diri Anda.

173Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Ciri-Ciri pelatih yang efektif

_____ Pengetahuan mengenai subjek_____ Keaslian (apa adanya)_____ Mampu mengorganisir dengan baik_____ Berorientasi pada tujuan_____ Berkepala dingin; tenang_____ Berpenampilan profesional (fisik)_____ Kemampuan untuk menghubungkan

materi dengan situasi partisipan_____ Pendengar yang baik_____ Fleksibel; spontan_____ Bersikap positif_____ Terpercaya_____ Mampu untuk menghubungkan orang

lain dari setiap tingkatan_____ Pembimbing dan konselor

_____ Mampu berbicara dengan jelas_____ Memiliki rasa empati; memahami_____ Memiliki selera humor_____ Menggunakan variasi dari beberapa

metode_____ Hangat; dapat didekati_____ Bijaksana_____ Memiliki kualitas suara yang baik_____ Bersemangat_____ Memiliki konsep diri yang positif_____ Jujur dan terbuka_____ Berpusat pada partisipan_____ Respek terhadap partisipan_____ Memiliki kestabilan emosi_____ Mampu melakukan diagnosa_____ Objektif

Latihan-3: (dilakukan secara berpasangan di dalam kelompok terkait)

Mengidentifikasi Gaya Pelatihan Anda

Untuk meningkatkan kepekaan terhadap gaya pelatihan Anda, lengkapilah instrumen pengukuran di bawah ini. Anda akan mengevaluasi diri anda sendiri sebagai ”pelatih” dan kemudian menggolongkan pernyataan-pernyataan tersebut dengan memasukkan apa yang anda pikir akan Anda lakukan. Setelah Anda selesai, lalu minta pasangan Anda untuk mengevaluasi Anda dengan melengkapi pengukuran tersebut (Anda-pun menilai pasangan Anda), dan kemudian bandingkan hasilnya.

Instruksi: Setiap item dari 20 item yang ada berisi empat pernyataan mengenai bagaimana pelatih bertindak atau cara mereka dalam bertindak.

Urutkan setiap kumpulan pernyataan untuk menggambarkan tingkat kesesuaian masing-masing pernyataan dalam menggambarkan gaya pelatih saat membawakan materi. Berikan angka empat (4) untuk pernyataan yang paling menggambarkan karakteristik atau paling mendeskripsikan pelatih; berikan angka tiga (3) untuk pernyataan deskriptif selanjutnya; nilai dua (2) untuk pernyataan deskriptif selanjutnya; dan angka satu (1) untuk pernyataan yang paling tidak menggambarkan pelatih. Catatlah jawaban Anda terhadap masing-masing pernyataan dilembar yang telah tersedia

174

Untuk beberapa item, Anda mungkin berpikir bahwa semua pernyataan sangat menggambarkan atau tidak sesuai sama sekali. Untuk mendapatkan umpan balik yang lebih akurat, pastikan diri Anda memberi nilai setiap pernyataan tersebut sebaik mungkin.

”Saat Melatih Orang Dewasa, Saya/Orang Ini Lebih Suka Untuk ... ”

1.------

a. Memberikan keleluasaan latihan atau diskusi pada bagian tertentu yang diminati pembelajar

------ b. Menilai efektifitas pelatih dari seberapa baik persiapan materi yang tercakup

------ c. Duduk bersama dengan pembelajar yang dilatih mereka.

------d. Menjadikan dirinya sebagai panutan dan mendorong pembelajar untuk bersaing

dengan pelatih

2.------

a. Mengakhiri sesi pelatihan dengan menyarikan pelajaran penting dan menyarankan kepada pembelajar cara untuk mengaplikasikannya dalam pekerjaan.

------ b. Mengatur ruangan agar dapat pembelajar lebih disiplin dan terkontrol.

------c. Menggunakan waktu khusus untuk menginformasikan pembelajar apa yang

mereka harapkan untuk dilakukan

------d. Memusatkan perhatian pembelajar lebih pada diri mereka sendiri dan

pencapaian mereka daripada kepada pelatih

3.------

a. Meningkatkan keterlibatan dengan ide orang lain untuk mendukung usaha pembelajar ketika mengaplikasikan keterampilan baru

------b. Membiarkan kelompok ”mengatasi” pembelajar yang sulit atau menyelesaikan

sendiri masalah yang ada.

------c. Mengevaluasi pembelajar dengan memberikan tugas untuk mengetahui ingatan

mereka mengenai materi yang disampaikan.------ d. Berhati-hati memimpin dan mengontrol diskusi kelompok.

4. ------ a. Memberikan fokus pada presentasi yang menarik

------ b. Menghindari dampak penurunan dengan tidak mengabaikan beberapa materi utama

------c. Menunjukkan kemauan untuk belajar dari pembelajar dengan mengakui

kesalahan atau kekurangtahuan.

------d. Mengumpulkan informasi latar belakang dan mengatur tingkatan isi materi dari

setiap kelompok.

5.------

a. Menyertakan pembelajar dalam desain aktivitas untuk merangsang pemikiran kritis dan reflektif.

------b. Mengkomunikasikan harapan-harapan positif untuk pembelajar yang lambat

melalui umpan balik dan dorongan semangat, dalam rangka membantu pengembangan mereka.

------c. Memotivasi pembelajar melalui percakapan yang antusias, cerita-cerita lucu, dan

video hiburan atau yang dapat menginspirasi.------ d. Mengatur ketepatan waktu dalam jadwal

Learners

Instruktur

SIAPAKAH?

175Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

6.------

a. Sesekali menggunakan perlengkapan multimedia untuk mendukung aktivitas pembelajaran.

------ b. Mempresentasikan materi dengan urutan yang logis.

------c. Membiarkan pembelajar untuk terlibat atau menentukan prioritas materi dan

tujuan.

------d. Memastikan bahwa pembelajar melaksanakan dan mengikuti kemampuan

pembelajaran yang diinstruksikan.

7.------

a. Secara keseluruhan memenuhi semua area pembelajaran dengan membagi waktu yang terjadwal.

------b. Mengubah materi atau metode pelatihan berdasarkan umpan balik mengenai

perubahan kinerja pembelajar setelah pelatihan.

------ c. Mengatur suatu langkah presentasi yang konsisten sepanjang program.

------d. Menunjukkan perhatian dan ketertarikan terhadap pribadi pembelajar dan

masalahnya.

8. ------ a. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan ”kesukaan” pembelajar terhadap pelatih.

------ b. Membiarkan pembelajar membuat kesalahan dan belajar dari sesi pengalaman.

------c. Menyingkapkan pada pembelajar untuk menerima materi secara tradisional dan

prosedur yang benar.

------d. Bertanya kepada pembelajar dengan pertanyaan yang didesain untuk memandu

mereka menemukan sendiri poin kunci.

9.------

a. Secara berkala menilai bahasa tubuh pembelajar dan kondisi emosional serta kesesuaian aktivitas atau kesesuaian jadwal.

------b. Menggali materi yang berkaitan dengan masalah yang kontroversial sebagai

pengalaman pembelajaran yang potensial.

------ c. Merencanakan dan menyusun materi pelatihan dengan sangat terperinci.

------d. Memulai program dengan menginformasikan peserta mengenai pengalaman

atau kualifikasi pelatih dan tujuan pelatih untuk program tersebut.

10.------

a. Mengutip suatu bibliografi sebagai sumber utama materi diskusi untuk perkembangan pribadi pembelajar lebih lanjut.

------

b. Menggunakan posisi sebagai pelatih untuk mengatasi dengan cepat masalah ”pembelajar yang sulit” (orang yang suka memonopoli, berbicara hanya pada satu sisi, penembak jitu, dsb).

------c. Menggunakan pakaian tidak formal (kasual) untuk meningkatkan lingkungan

pembelajaran yang tidak formal.

------d. Menghindari membuang-buang waktu dengan cara menjawab pertanyaan

pembelajar dengan cepat dan kemudian melanjutkan.

176

11.------

a. Mengarahkan perhatian pembelajar terutama kepada pelatih dan apa yang akan dikatakan atau diperagakan.

------ b. Seringkali mengalihkan pertanyaan peserta kepada peserta lain untuk dijawab.

------c. Memberikan materi pelajaran mandiri (self study) untuk menghidupkan minat

peserta dan formasi harapan pelatihan.

------ d. Secara konsisten menyampaikan materi yang sama kepada setiap kelompok.

12. ------ a. Mengatur ruangan untuk mendukung aktivitas kelompok dan diskusi.

------ b. Selalu berdiri di depan kelas selama pelatihan.

------ c. Menjelaskan pada pembelajar suatu ikhtisar materi pelatihan.

------d. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan pada seberapa pandai pembelajar

menampilkan keterampilan baru atau mengaplikasikan konsep baru pada pekerjaan.

13.------

a. Membangun gambaran profesional dengan mengatur sebuah jarak antara pelatih dan pembelajar.

------b. Membantu pembelajar memotivasi dirinya dengan mengembangkan

keterampilan baru melalui keterlibatan dan partisipasi.

------ c. Mengarahkan aktivitas pembelajar dari dekat.

------d. Membiarkan pembelajar untuk menganalisis materi dan menuliskan kesimpulan

mereka sendiri.

14.------

a. Mengakhiri sesi pelatihan dengan membantu pembelajar membuat rencana aksi untuk mengaplikasikan materi pelatihan kedalam masalah yang nyata.

------ b. Mengkritik pembelajar yang lambat untuk membantu mengembangkan mereka.

------c. Menghindari kontroversi sebagai sesuatu yang berpotensi merusak atau

mematikan.------ d. Melatih pembelajar dengan keterampilan baru mereka.

15. ------ a. Menyediakan catatan terperinci untuk diambil pembelajar.

------b. Mendorong pembelajar untuk menghadapi tantangan dengan materi pelatihan

yang ketinggalan jaman atau konsep yang diragukan pada pekerjaan.

------c. Mengatur aktivitas sehingga dapat menstimulasi dan menahan minat

pembelajar.

------d. Menggunakan media (video, slide, overhead, dsb) secara ekstensif untuk

meningkatkan profesionalitas saat presentasi.

16.------

a. Menggunakan suatu ikhitisiar pembukaan untuk menginformasikan peserta mengenai materi yang akan disajikan.

------b. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan peningkatan keperacayaan diri dan

penghargaan diri (self-esteem) pembelajar. ------ c. Menggunakan pakaian formal untuk membangun suasana yang lebih serius.

------d. Meningkatkan kreativitas dalam menampilkan dan mengaplikasikan konsep

pelatihan.

177Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

17.------

a. Mengubah materi atau metode pelatihan berdasarkan keahlian terbaru pada pokok pembelajaran.

------

b. Memulai suatu program dengan meminta pembelajar mengenalkan dirinya kepada yang lain dan mengkomunikasikan pembelajar apa yang mereka harapkan.

------c. Menyesuaikan jadwal waktu selama program dalam menanggapi ketertarikan

dan perhatian pembelajar.

------d. Meningkatkan kredibilitas terhadap pembelajar dengan menjawab semua

pertanyaan dengan cepat dan akurat

18.------

a. Menghindari kemungkinan pertanyaan yang memalukan dan melindungi materi dengan menjaga kerahasiaan isi materi.

------b. Menyoroti poin kunci dengan terperinci, berbicara dari catatan yang telah

dibuat dengan hati-hati. ------ c. Mengubah cara penyajian materi secara bergantian dan kreatif.

------d. Mengevaluasi pelatih berdasarkan kemampuannya untuk menyampaikan tujuan

khusus.

19.------

a. Mempertahankan keahlian dan kredibilitas pelatih saat ditanya oleh peserta mengenai masalah dalam materi.

------ b. Menekankan adanya keterbukaan, komunikasi dua arah.

------c. Menggunakan struktur program untuk menanggapi kebutuhan khusus

kelompok.

------d. Mengarahkan dan menyesuaikan kualitas materi pelatihan dengan kemampuan

pembelajar yang ”rata-rata/sedang”

20.------

a. Mendengarkan dan mengamati dengan penuh perhatian saat kelompok mendiskusikan masalah atau aplikasi masalah.

------b. Memastikan bahwa pembelajar mendapatkan kesimpulan yang tepat dan

menerima poin kunci atau konsep yang telah dipresentasikan.

------ c. Menggali alasan pertanyaan pembelajar untuk mengetahui perhatian individual

------d. Meraih kepercayaan dengan menggunakan gerakan tubuh yang efektif, sikap,

dan vokal yang dinamis saat memberi pelatihan.

Instructional Style Diagnosis Inventory

Lembar PenilaianLangkah 1. Instruksi: Pindahkan pilihan jawaban dari ISDI ke tabel penilaian di bawah ini.

Perhatikan huruf-huruf di dalam tabel berikut tidak berurutan secara alfabetisLangkah 2. Jumlahkan tiap jawaban pada masing-masing kolom dan tuliskan pada bagian

bawah dari tiap kolom.Langkah 3. Kurangi total jawaban A dengan C. Langkah 4. Kurangi total jawaban B dengan D.

178

Tabel Penilaian

A C B D1 - - - -2 - - - -3 - - - -4 - - - -5 - - - -6 - - - -7 - - - -8 - - - -9 - - - -10 - - - -11 - - - -12 - - - -13 - - - -14 - - - -15 - - - -16 - - - -17 - - - -18 - - - -19 - - - -20 - - - -

Total ------ ------ ------ ------Langkah 5. Letakkan hasil langkah 3 pada garis vertikal dan hasil langkah 4 pada garis

horisontal.Langkah 6. Tarik garis yang menghubungkan dua titik di garis vertikal dan horisontal. Titik

temu dua garis tersebut adalah gaya pelatihan anda.

I

PENJUAL

IV

PELATIH

II

PROFESOR

III

PENGHIBUR

(menekankan isi materi belajar) (menekankan pembelajaran)

179Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Latihan 4

Perilaku Yang Berpusat pada Pembelajar versus Berpusat pada Informasi

Instruksi: Untuk setiap item berikut, indikasikan apakah mendeskripsikan perilaku yang berpusat pada pembelajar (LC) atau yang berpusat pada informasi (IC).

1. ----------Tugas dari pelatih adalah mempresentasikan materi dengan jelas, logis, dan terorganisir dengan baik

2. ----------Pada awal sesi pelatihan, pelatih dengan jelas mengidentifikasi maksud sesi atau pelatihan.

3. ----------Pelatih mendorong peserta untuk bertanya saat mereka membutuhkan klarifikasi

4. ---------- Alat bantu visual digunakan secara minimal

5. ----------Pelatih menggunakan test untuk mengetahui seberapa baik peserta mengingat materi.

6. ----------Pelatih memulai sesi dengan meninjau ulang kebiasaan mendasar untuk dipecahkan

7. ----------Faktor terpenting untuk dipertimbangkan saat mengevaluasi rangkaian program pelatihan adalah jumlah materi

8. ---------- Pelatih terbaik adalah seseorang yang melibatkan peserta

9. ----------Ruangan diatur dengan gaya kelas dengan peserta duduk dalam garis, semua menatap pelatih.

10. ---------- Pelatih yang baik ahli dalam bidang pelajaran mereka

11. ----------Pengalaman dan pengetahuan materi lebih penting daripada kemampuan untuk melibatkan peserta dalam pembelajaran

12. ----------Pelatih menanyakan pada peserta apa yang ingin mereka ketahui dan pelajari

13. ----------Pelatih membangun banyak kesempatan untuk mencoba keterampilan dan ide baru mereka

14. ---------- Pelatih menetapkan dirinya sebagai ahli atau otoritas materi

15. ---------- Peran pelatih adalah untuk memfasilitasi proses pembelajaran

16. ----------Pelatih sering meletakkan peserta kedalam kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan atau memecahkan masalah

17. ---------- Pelatih memilih variasi metode atau pendekatan pelatihan

18. ----------Peran terutama peserta adalah untuk menerima informasi dari pelatih atau orang yang ahli pada bidangnya

180

Kunci Jawaban

1. IC 7. IC 13. LC2. IC 8. LC 14. IC3. LC 9. IC 15. LC4. IC 10. IC 16. LC5. IC 11. IC 17. LC6. IC 12. LC 18. IC

Gunakan daftar perilaku berikut sebagai pengingat untuk menciptakan pelatihan yang berpusat pada peserta:

Mengelola program dan perilaku dengan cara seakan-akan ”memiliki” pelatihan.• Ciptakan kesempatan-kesempatan bagi peserta untuk menemukan sesuatu secara • sendiri.Menetapkan harapan-harapan, baik oleh peserta maupun pelatih jauh di awal program.• Ciptakan suasana pembelajaran yang mendukung; dimana orang merasa bebas dari resiko, • mengajukan pertanyaan, mencoba ide-ide baru dan cara untuk melakukan sesuatu.Memperhatikan proses komunikasi, termasuk bahasa tubuh anda sebaik anda • memperhatikan bahasa tubuh peserta.Pertahankan tingkat energi anda selama sesi. Ini dapat berpengaruh pada peserta.• Terima ide-ide yang mungkin tidak anda setujui dan terima kenyataan bahwa beberapa • orang mungkin tidak akan setuju dengan itu.Tunjukkan penghargaan terhadap seluruh peserta, termasuk pada peserta yang sulit.• Jangan takut untuk mengakui apa yang tidak anda ketahui, berjanjilah untuk menemukan • informasi dan kemudian informasi tersebut kepada peserta.Gunakan penguatan postif selama sesi.• Pandanglah setiap pengalaman pelatihan sebagai kesempatan untuk mempelajari sesuatu • dari pesertaBuatlah pengalaman pembelajaran yang dapat menyenangkan.• Carilah umpan balik dari kelompok tentang perilaku anda sehingga sebagai seorang • pelatih anda bisa semakin tumbuh dan berkembang.

Poin Kunci

Pelatih menetapkan keberhasilan atau kegagalan program pelatihan.• Pelatih yang efektif adalah seseorang yang belajar bagaimana kelenturan gaya mereka • berdasarkan kebutuhan peserta.Pelatihan yang efektif berpusat pada peserta daripada berpusat pada informasi.•

Bahan Bacaan

Interpretasi • Instructional Style Diagnosis Inventory

181Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

MEMBANGUN HUBUNGAN/INTERAKSI

Tujuan

Pesserta dapat:menyebutkan faktor-faktor yang dapat menghambat terbinanya relasi yang baik antar • pelatih dengan peserta.menyimpulkan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk membina dan mempertahankan • relasi yang baik antar pelatih dengan peserta.

Bahan-

Waktu30 menit

ProsesPelatih meminta peserta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghambat 1. terciptanya hubungan yang baik antar pelatih dengan peserta dalam sebuah pelatihan. Pelatih meminta peserta untuk mengidentifikasi teknik menciptakan dan membina 2. hubungan yang baik antar pelatih dengan peserta dalam konteks pelatihan.Pelatih menyimpulkan pendapat peserta dengan memberi penguatan atas pengalaman 3. peserta dan penstrukturan pengalaman peserta dengan pedoman bahan bacaan.

Bahan Bacaan

Membangun Hubungan Saling Percaya (• Rapport) antara Peserta-Pelatih dalam Pelatihan

182

MEMPERKENALKAN KETERAMPILAN FASILITASI

TujuanPada akhir sesi peserta:

dapat menjelaskan mengapa keterampilan fasilitasi penting dalam pelatihan partisipatif•

Bahan

Flip chart, spidol

Waktu90 menit

Proses

Pelatih memperkenalkan sesi dengan menanyakan beberapa contoh keterampilan 1.fasilitasi.Pelatih membagi peserta ke dalam kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 6 2.orang. Kelompok berdiskusi untuk menginventarisir teknik-teknik fasilitasi yang biasanya 3.digunakan dalam pelatihan.Hasil kerja kelompok dipresentasikan.4.

Pelatih mengukuhkan dan merumuskan teknik-teknik fasilitasi.5.

Bahan Bacaan

Fasilitasi dalam Pelatihan•

183Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

PRAKTEK KEMAMPUAN MENYIMAK

TujuanPada akhir sesi peserta:

dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan menyimak• dapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit dengan mendaftar beberapa hambatan • dalam menyimakmengidentifikasi hal-hal yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh seorang pelatih • selama menyimak

Bahan

Flip charts

Waktu60 menit

Proses

Pelatih memperkenalkan tujuan sesi. Selanjutnya menjelaskan bahwa menyimak adalah 1.keterampilan fasilitasi yang paling mendasar untuk setiap peserta (sebagai pelatih) karena semua keterampilan fasilitasi lain tidak bisa dilakukan tanpa menyimak.Minta peserta jangan menulis apa pun selama menyelesaikan teka-teki berikut. Pelatih 2.membacakan teka-teki dengan suara yang keras (jangan bagikan):

Anda seorang sopir bis. Pada pemberhentian berikutnya 12 orang naik. Pada pemberhentian berikutnya 3 orang turun dan 5 naik. Pada pemberhentian ketiga 1 turun dan 6 naik. Pada pemberhentian keempat 5 naik 8 turun. Pada pemberhentian kelima 9 turun dan 3 naik. Pada pemberhentian keenam 3 turun dan 7 naik. Siapakah nama sopir bisnya?

Jawab: nama Anda!Refleksikan apa yang terjadi menggunakan pertanyaan berikut:3.

mengapa kebanyakan orang tidak tahu jawabannya? • (melewatkan bagian awal, tidak konsentrasi, asumsi mengenai masalahnya).Apakah perbedaan antara mendengar dan menyimak• ?Bagaimana kaitannya dengan menyimak sebagai seorang pelatih? • (menyimak masukan dan opini peserta tanpa mengadili, membandingkan, mengambil poin-poin utama, elemen-elemen umum, merumuskan dan lain-lain.)

Jelaskan dengan singkat beberapa hambatan untuk menyimak (lihat bahan bacaan 4.pokok) yang perlu kita perhatikan untuk meningkatkan keterampilan menyimak.

184

Minta peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang dan tuliskan apa 5.yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menyimak sebagai pelatih pada flip chart seperti berikut ini;

Seorang pelatih yang baik akan…. Seorang pelatih yang baik tidak akan ….Tempel 6. flip charts dan minta semua orang berkeliling dan membaca.

Aktifitas ini bisa digunakan sebagai ilustrasi pendek yang menyegarkan mengenai fakta bahwa menyimak secara aktif tidak segampang seperti yang dibayangkan. Hal ini menunjukkan betapa gampangnya untuk tenggelam dalam detil dan melewatkan poin-poin kritis. Mereka akan benar-benar mempraktekkan keterampilan menyimak mereka selama melakukan latihan fasilitasi yang lain.

Bahan Bacaan

Menyimak•

185Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

PRAKTEK PENGAMATAN

Tujuan Pada akhir sesi peserta dapat menjelaskan alasan mengapa pengamatan menjadi faktor yang penting bagi seorang pelatih

BahanKartu-kartu yang menyebutkan/menunjukkan perbedaan perilaku atau perasaan seperti sedih, senang, frustrasi, dan lain-lain (disiapkan oleh support team)

Waktu60 menit

ProsesPelatih memulai sesi dengan melakukan 1. latihan pemanasan bersama peserta, berikut ini:

Minta seorang peserta yang mengenakan jam non-digital.• Minta orang tersebut untuk melepas jamnya dan masukkan ke dalam kantong • Anda.Katakan kepada orang tersebut bahwa Anda akan menguji kemampuan • pengamatannya.Peserta dibagi ke dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 anggota.• Pelatih meminta seluruh kelompok untuk ikut bermain dengan orang yang jamnya • Anda gunakan, dengan cara menutup jam mereka sendiri.Katakan kepada peserta seolah-olah jamnya hilang dan Anda telah menemukan. • Tetapi, sebelum Anda mengembalikan, Anda ingin memastikan bahwa jam tersebut memang miliknya. Beberapa pertanyaan disertakan:

Apa mereknya? –Apa warna permukaannya? –Apakah ada sesuatu yang tercetak dipermukaannya? –Apakah hurufnya Roman atau Arabi? –Berapa angka yang ditunjukkan? –Apakah itu jam bekas? –

Ingatkan kelompok untuk menjawab pertanyaan yang sama untuk jam mereka, yang sudah mereka tutup. Dengan mudah disimpulkan bahwa kebanyakan orang tidak gampang menjelaskan • tentang jam mereka sendiri bahkan meskipun mereka melihatnya berkali-kali dalam sehari.

186

Ucapkan terima kasih kepada sukarelawan dan tanyakan kepada peserta: 2. “kenapa kita kurang mengamati (Tekanan waktu? Kurangnya kepedulian? Menerima sesuatu apa adanya?). Apakah mereka mengenal orang yang mengamati dengan sangat baik (fotografer, seniman, pelukis, dan lain-lain, orang yang memerlukan keterampilan mengamati dengan baik untuk profesi mereka)? Apakah nilai pengamatan bagi seorang pelatih? Apa hal yang penting untuk diamati sebagai seorang pelatih?Praktek mengamati3. . Pelatih menjelaskan bahwa mengamati bahasa tubuh bisa menjelaskan banyak hal tentang apa yang terjadi. Kadang-kadang bahasa tubuh lebih baik dari bahasa percakapan. Jelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan pengamatan bahasa tubuh masing-masing. Bagikan kartu kepada kelompok dan katakan kepada mereka satu dari anggota kelompok memainkan peran (non-verbal) yang ada di kartu dan anggota kelompok lain harus menggunakan keterampilan pengamatan mereka untuk menebak apakah perasaan atau perilakunya.Pelatih merumuskan beberapa poin belajar dan jelaskan bahwa mereka bisa 4. mempraktekkan keterampilan pengamatan mereka hampir secara terus menerus selama pelatihan ini.

Bahan Bacaan

Praktek Mengamati•

187Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Lembar Latihan

Mempraktekkan Mengamati

Perbesar halaman pada kertas tebal A5 dan potong gambar wajah menjadi kartu-kartu yang terpisah.

188

PRAKTEK BERTANYA

TujuanPada akhir sesi peserta:

mampu membedakan antara pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.• mampu menggunakan jenis-jenis pertanyaan dengan tepat yang sesuai dengan konsep • pembelajaran orang dewasa.

BahanFoto kopi lembar latihan

Waktu120 menit

ProsesPelatih memperkenalkan sesi dengan mengatakan bahwa mengajukan pertanyaan 1.adalah alat fasilitasi yang sangat berguna dalam lingkungan pelatihan partisipatif. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan mengapa sebagai pelatih perlu 2.mengajukan pertanyaan. Diskusi dilakukan dalam kelompok (dengan 6 anggota) selama sekitar lima menit. Kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.3.Pelatih menginventarisir jawaban dalam pleno dengan mencatat di papan tulis dan 4.menambahkan jawaban jika perlu (lihat bahan bacaan pokok).Pelatih mengajukan pertanyaan mengenai perbedaan antara pertanyaan tertutup dan 5.terbuka, dan ajak peserta memberikan contoh untuk keduanya.Pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur dalam menggunakan Triads atau Dyads 6.untuk mempraktekkan:

Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan • seorang pengamat; setelah pertama mempraktekkan, perannya digilir sehingga setiap orang dapat melakukan ketiga peran tersebut.Dyads: Prinsipnya sama tetapi berpasangan tanpa pengamat.•

Pelatih membagikan lembar latihan dan ajak peserta untuk mulai mempraktekkan 7.dalam triads atau dyads. Monitor waktunya sementara peserta praktek tersebut. Pastikan peserta bertukar peran dalam waktu tersebut. Pelatih menjelaskan bahwa ada beberapa tipe pertanyaan selain dari pertanyaan 8.terbuka dan tertutup. Tanyakan jika peserta bisa memikirkan tipe pertanyaan lain untuk digunakan bagi kepentingan pelatihan. Diskusikan beberapa keuntungan dan kerugian pertanyaan tipe lain dan berikan contoh (lihat bahan bacaan pokok).Rumuskan poin-poin pelajaran utama dan bagikan bahan bacaan pokok.9.

189Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Jika peserta terbiasa dengan pertanyaan terbuka dan tertutup, Anda hanya mengingatkan mereka tentang perbedaannya dan mereka berpikir tentang pertanyaan yang lebih tepat dalam satu lingkungan pelatihan. Pilihan yang lain adalah sesi Pertanyaan tentang pertanyaan.

Catatan

Lembar Latihan

Pertanyaan Terbuka dan Tertutup

Diskusikan hasil kerja pasangan Anda dalam organisasinya:1. Ronde 1 – Pergunakan hanya pertanyaan tertutup.•Ronde 2 – Pergunakan hanya pertanyaan terbuka.•

Setelah 5 menit ganti peran dan ulangi prosedurnya.2. Refleksikan pada latihan dengan mengajukan kepada Anda sendiri pertanyaan berikut:3.

Apa yang terjadi jika Anda mengajukan pertanyaan tertutup?•Apa yang terjadi jika Anda mengajukan pertanyaan terbuka?•Apakah perbedaan kualitas percakapan Anda jika menggunakan kedua tipe •pertanyaan tersebut?

Bahan Bacaan

Menggunakan Pertanyaan•

190

MEMBERIKAN DAN MENERIMA UMPAN BALIK

TujuanPada akhir sesi peserta:

dapat menjelaskan tujuan umpan balik• dapat menjelaskan perbedaan antara umpan balik yang baik & buruk• dapat menunjukkan keterampilan dalam memberi dan menerima umpan balik•

BahanFoto kopi lembar latihan, flip charts, spidol

Waktu60 menit

ProsesPelatih memulai sesi dengan menanyakan kepada peserta bagaimana mereka 1. menggambarkan umpan balik dan apa tujuan umpan balik itu. Jelaskan dengan singkat apa umpan balik itu. Gunakan jawaban peserta untuk menjelaskan mengapa teknik ini berguna dalam konteks pelatihan (lihat bahan bacaan pokok). Katakan kepada peserta bahwa ada satu 2. trick untuk menjelaskan kegunaan umpan balik. Perkenalkan prinsip Johari’s Window tahap demi tahap:

Pertama gambarkan empat kuadran dan jelaskan masing-masingnya dengan • menyebutkan satu contoh yang mengandung beberapa contoh yang baik dan buruk dan jelaskan mengapa contoh tersebut baik atau buruk, jelaskan bahwa kita bisa mengembangkan lebih jauh jika kita bisa membuat ‘kotak bebas’ lebih besar. Tanyakan bagaimana kita bisa membuat kotak tertutup lebih kecil dengan • memperbesar kotak bebas (sharing), berikan satu contoh. Tanyakan bagaimana kita bisa membuat kotak buta lebih besar dengan • memperbesar kotak bebas (umpan balik), berikan satu contoh.

Pelatih mendampingi proses diskusi yang bertujuan untuk merumuskan tujuan umpan 3. balik dalam lingkup pelatihan. Dalam diskusi tersebut adakan juga curah pendapat mengenai apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam umpan balik yang konstruktif dan tuliskan.Bagikan materi sosio-drama dan biarkan peserta bekerja dalam kelompok yang terdiri 4. dari 6 anggota untuk mendiskusikan bacaan sosio-drama tersebut.Hasil diskusi oleh setiap kelompoknya ditempelkan dan dipresentasikan (secara 5. ringkas) di depan kelas.Mintalah kepada peserta untuk memberikan contoh memberi dan menerima umpan 6. balik yang tepat dalam konteks pelatihan dan prinsip pembelajaran orang dewasa.

191Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Lembar Kerja

Sosio-drama Mempraktekkan Umpan Balik

Sosio-drama: Agus dan Pram

Agus dan Pram adalah dua peserta Pelatihan Pelatih. Agus memfasilitasi satu sesi pelatihan untuk mempraktekkan keterampilannya sebagai seorang pelatih. Setelah sesi, peserta lain diundang untuk memberi Agus umpan balik. Pram senang utuk berbagi pengamatannya dan mengatakan kepada Agus:

“Agus, Anda sering terlalu gugup di depan kelas, Anda mestinya lebih percaya diri di depan kelas.”

Sosio-drama: Wawan dan Didik

Wawan dan Didik adalah dua peserta dari Pelatihan Pelatih. Selama berlatih dalam kelompok kecil, Wawan merasa terganggu oleh Didik dan mengatakan kepadanya:

“Didik, Anda sangat dominan, Anda mestinya lebih partisipatif!”

Sosio-drama: Jalal dan Arif

Jalal adalah pelatih dari Pelatihan Pelatih, yang mengalami kesulitan karena memiliki banyak sekali peserta yang berpartisipasi dalam diskusi. Arif, yang terus-menerus bicara, sangat mengganggunya. Setelah satu interupsi lain oleh Arif dia berkata kepadanya:

“Arif, diamlah, Anda terlalu cerewet! Anda mestinya memberi peserta lain kesempatan untuk mengatakan sesuatu.”

Bahan Bacaan

Umpan Balik - Belajar Satu Sama Lain•

192

PRAKTEK PARAFRASE

TujuanPada akhir sesi peserta:

Dapat menjelaskan pengertian parafrase • Dapat menjelaskan kapan parafrase itu bisa berguna• Berlatih menggunakan parafrase selama pelatihan berlangsung•

Bahan -

Waktu60 menit

Proses

Pelatih meminta peserta, jika mereka bisa mendefinisikan 1. apa parafrase itu. Tuliskan istilah dan definisinya.Gali ide-ide peserta 2. saat mereka berpikir bahwa hal ini bisa berguna untuk teknik fasilitasi.Pelatih menjelaskan kepada peserta bagaimana pengungkapan dengan cara lain dan 3.berikan beberapa contoh.Pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur menggunakan triads atau dyads untuk 4.mempraktekkan

Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan • seorang penyimak; setelah mempraktekkan pertama kali, perannya digilir yang memungkinkan setiap orang untuk bertindak dalam tiga peran tersebut.Dyads: prinsip yang sama tetapi dalam pasangan tanpa pengamat.•

Praktek5. . Biarkan peserta untuk mengalami kegunaan parafrase dengan mempraktekkan parafrase dalam triads atau dyads masing-masing selama 5 menit. Monitor waktunya sementara peserta masing-masing melakukan parafrase, pastikan mereka bertukar peran dalam waktu tersebut.Refleksi6. . Ajak peserta untuk merefleksikan praktek yang baru saja dilakukan, dengan menanyakan pertanyaan berikut:

Bagaimana tanggapan Anda sebagai seorang peserta ketika mendengar kembali kata-kata • Anda sendiri?Bagaimana cara Anda sebagai pelatih mengungkapkan dengan kata lain?•

193Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Apa yang menyulitkan? Apa yang bisa membantu?• Apa keuntungan dari parafrase untuk pembicara, penyimak dan pelatih secara bersama-• sama

Bahan Bacaan

Parafrase•

194

PRAKTEK MENGUJI

TujuanPada akhir sesi peserta:

dapat menjelaskan apakah menguji itu• dapat menjelaskan mengapa menguji itu penting dalam suatu lingkup pelatihan• dapat menjelaskan perbedaan antara diskusi dan dialog•

BahanFoto kopi teka-teki pada flip chart atau transparansi (supaya lebih kreatif, perlu disediakan berbagai teka-teki)

Waktu60 menit

Proses

Pelatih melakukan curah pendapat dengan peserta mengenai apakah menguji itu. 1.Jelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan menguji dengan melakukan aktifitas yang menyenangkan.Minta peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang untuk melakukan 2.kegiatan yang merangsang pemikiran.Pelatih memberikan kepada kelompok masalah untuk dipecahkan – satu teka-teki. 3.Penyelesainnya akan diberikan kepada satu orang untuk tiap kelompok dan kelompok harus menemukan jawaban dengan bertanya kepada orang tersebut dengan pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”.Pajang teka-tekinya di tempat yang bisa dilihat setiap orang selama permainan ini. 4.Minta seseorang yang pernah memainkan permainan ini sebelumnya sebagai seorang pengamat dalam kelompoknya.Teka-teki:

”Seseorang diketemukan tewas di padang pasir. Disampingnya terletak sebuah bungkusan. Jika dia membuka bungkusan tersebut dia tidak akan mati. Apakah isi bungkusan itu?”

Jawaban: sebuah parasut!Minta kepada tiap kelompok saat mendapatkan jawaban agar menyimpannya untuk 5.kelompok sendiri, tetapi minta untuk melambaikan tangan (pelatih mungkin juga menghentikan permainan begitu satu kelompok mendapatkan jawaban, menyediakan waktu yang cukup untuk setiap orang dalam berusaha memecahkan teka-teki dengan baik, sekitar 10 menit).

195Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Begitu teka-teki telah dipecahkan refleksikan apa yang terjadi dengan bertanya:6.Apa yang membantu Anda untuk menguji dengan baik (menyimak dengan aktif, • mengembangkan ide-ide, berpikir kreatif, memperjelas informasi, menganalisis masalah dengan hati-hati)Apa yang menghindarkan Anda untuk menguji dengan baik? (tidak menyimak • dengan baik, meloncat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain, kurang berpikir kreatif, berasumsi)Bagaimana hal ini berkaitan dengan pelatihan? Kenapa menguji adalah satu • keterampilan penting untuk seorang pelatih (untuk menggali peserta, untuk memecahkan masalah-masalah, untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan opini peserta, untuk memfasilitasi dialog)?

Ringkaskan pelajaran pentingnya dan bagikan bahan bacaan pokok.7.

Lembar Kerja

Teka-teki:

Seseorang diketemukan tewas di padang pasir. Di sampingnya terletak sebuah bungkusan. Jika dia membuka bungkusan tersebut dia tidak akan mati. Apakah isi bungkusan itu?Jawaban: sebuah parasut!

Minta kepada tiap kelompok saat mendapatkan jawaban agar menyimpannya untuk 1. kelompok sendiri, tetapi minta untuk melambaikan tangan (pelatih pakar mungkin juga menghentikan permainan begitu satu kelompok mendapatkan jawaban, menyediakan waktu yang cukup untuk setiap orang dalam berusaha memecahkan teka-teki dengan baik, sekitar 10 menit).Begitu teka-teki telah dipecahkan refleksikan apa yang terjadi dengan bertanya:2.

Apa yang membantu Anda untuk menguji dengan baik (menyimak dengan aktif, • mengembangkan ide-ide, berpikir kreatif , memperjelas informasi, menganalisis masalah dengan hati-hati)Apa yang menghindarkan Anda untuk menguji dengan baik? (tidak menyimak dengan • baik, meloncat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain, kurang berpikir kreatif, berasumsi)Bagaimana hal ini berkaitan dengan pelatihan? Kenapa menguji adalah satu • keterampilan penting untuk seorang pelatih (untuk menggali peserta, untuk memecahkan masalah-masalah, untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan opini peserta, untuk memfasilitasi dialog)

Ringkaskan pelajaran pentingnya dan bagikan materi bacaan.3.

Bahan Bacaan

Menguji•

196

PRAKTEK DIALOG

TujuanPada akhir sesi peserta:

Dapat menjelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi.• Dapat menjelaskan pentingnya menciptakan dialog dalam pelatihan.• Dapat berlatih menciptakan dialog selama pelatihan berlangsung.•

BahanLembar pengamatan

Waktu60 menit

Proses

Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan dialog. Jalankan curah 1.pendapat dengan cepat mengenai perbedaan antara diskusi dan dialog.Diskusikan bagaimana peserta bisa memfasilitasi dialog.2.

Lalu pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur menggunakan triads untuk 3.mempraktekkan.Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan seorang 4.penyimak; setelah mempraktekkan pertama kali, perannya digilir yang memungkinkan setiap orang untuk bertindak dalam tiga peran tersebut.Bagi kelompok dalam triads dan bagikan foto kopi lembar pengamatan.5.

Biarkan peserta untuk mempraktekkan dialog dalam triads masing-masing selama lima 6.menit agar mencapai satu konsensus mengenai satu masalah penting (pilih sesuatu yang sesuai). Monitor waktunya sementara peserta mempraktekkan dialog, pastikan mereka menggilir peran dalam waktu tersebut.Ajak peserta untuk refleksikan latihan dengan mengajukan pertanyaan berikut: 7.

Kapan Anda melewatkan kesempatan dan mengapa? • Mengapa membuatnya sulit? Apa yang bisa membantu?• Apa manfaat menciptakan dialog dalam suatu pelatihan?•

197Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Lembar Kerja

Lembar Pengamatan Penilaian Dialog Latihan

PengantarMenguji pemahaman adalah hal penting dalam dialog. Ambillah peran pengamat dan perkirakan apakah kelompok Anda menguji dengan efektif. Jangan abaikan contoh penguji yang menuju pemahaman yang baik. Juga carilah kesempatan yang terlewat untuk menguji. Sebagai contoh cara pandang seseorang tidak benar-benar dipahami dan pertanyaan yang mungkin membantu menjernihkan situasi justru tidak ditanyakan.

Contoh Menguji

1

2

3

4

5

Contoh kesempatan yang terlewat

1

2

3

4

5

Bahan Bacaan

Menciptakan Dialog•

198

KOMUNIKASI NON VERBAL

TujuanPeserta mendiskusikan pemahaman mereka mengenai pentingnya pengetahuan dan keterampilan dalam komunikasi non verbal.

BahanGambar atau rekaman audio visual dalam konteks pelatihan atau umum yang menunjukkan perilaku komunikasi non verbal (disiapkan support team), flip charts, spidol.

Waktu90 menit

Proses

Pelatih memulai sesi dengan ceramah tentang komunikasi non verbal.1. Pelatih menayangkan rekaman audio visual (siapkan terlebih dulu dengan konteks 2. pelatihan atau umum yang menunjukkan perilaku non verbal)Lakukan tanya jawab dan catat jawaban-jawaban peserta di papan tulis/3. flip charts. Bagi peserta ke dalam kelompok-kelompok dengan anggota per kelompok 5 – 6 orang. 4. Mintalah agar masing-masing kelompok berdiskusi tentang:• Pelajaran apa yang dapat dipetik dari tayangan tersebut• Pada momentum apa komunikasi non verbal digunakan• Apa manfaat komunikasi non verbal dalam pelatihanSetelah kurang lebih 20 menit mintalah masing-masing kelompok mempresentasikan 5. hasilnya.Pelatih mencatat hasil diskusi kelompok untuk menegaskan apa yang dimaksud 6. komunikasi non verbal dan apa manfaatnya seorang pelatih harus memahami komunikasi non verbal.

Bahan Bacaan

Pentingnya Komunikasi Non Verbal •

199Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

MENGATUR PERILAKU YANG SULIT

TujuanPeserta dapat:

mengidentifikasi beberapa karakter dan perilaku khusus yang biasanya muncul dalam • konteks pelatihanmengidentifikasi dan meyakini bebarapa saran untuk menangani perilaku khusus yang • dapat muncul dalam konteks pelatihan

BahanRekaman audio visual dalam konteks pelatihan atau yang lain (disiapkan oleh support team) yang menampilkan perilaku yang sulit, flip charts, spidol

Waktu90 menit

Proses

Pelatih mengajak peserta untuk membagikan/menceritakan pengalaman mereka terkait 1.dengan peran mereka sebagai pelatih yang terkait dengan materi pada sesi ini.Inventarisir perilaku yang sulit dalam konteks pelatihan versi peserta.2.

Tanyakan dan inventarisir jawaban peserta mengenai solusi yang mereka tempuh untuk 3.mengatasi perilaku yang sulit.Simpulkan dan kuatkan pemahaman peserta dengan memberikan penjelasan tambahan 4.berdasarkan pengalaman pelatih dan atau materi bacaan yang tersedia (dibantu bahan media yang sudah disediakan).

Bahan Bacaan

Menghadapi Perilaku yang Sulit•

200

PRAKTEK FASILITASI

TujuanPada akhir sesi peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan lancar

BahanLembar kerja latihan dan lembar pengamatan

Waktu240 menit (di bagi dalam 2 sesi)

ProsesPelatih memperkenalkan sesi ini dengan mengatakan bahwa ini adalah kesempatan bagi 1.peserta untuk mempraktekkan semua ketrampilan pelatihan dan fasilitasi mereka dalam satu lingkungan yang aman.Bagikan latihan dan berikan peserta kesempatan untuk membaca isinya. Dorong 2.peserta agar mencoba sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya (menggunakan media atau metode pelatihan baru).Pelatih membuat jadwal tentang siapa, kapan akan memfasilitasi, sehingga peserta tahu 3.kapan mereka harus bersiap.Berikan waktu paling kurang satu jam untuk persiapan (Hal ini bisa dijadwalkan di 4.waktu malam hari).Sebelum peserta pertama mulai, ingatkan mereka tentang semua tujuan latihan ini. 5.Jelaskan bahwa peserta juga akan menjadi pengamat. Bagikan lembar pengamatan dan perjelas setiap pertanyaan.Undang peserta pertama ke depan.6.Setelah mempraktekkan, minta peserta yang menjadi pelatih untuk mengingat dan 7.menulis pengalaman dan pengamatan mereka (peserta lain).Mulai merefleksikan dengan mengundang peserta yang menjadi ‘pelatih’ untuk 8.memberikan umpan balik tentang bagaimana pikirannya saat berlangsung latihan. Cocokkan perasaan tersebut dengan pengamatan peserta lain. Tanyakan kepada peserta yang menjadi ‘pelatih’ tadi, apa yang akan dia rubah di lain waktu.Lanjutkan dengan peserta lain dengan cara yang sama dan dorong mereka untuk 9.menggunakan poin belajar dari praktek sebelumnya.Minta mereka masing-masing untuk mencatat poin belajar utama mereka dan hal-hal 10.yang akan mereka kerjakan lebih lanjut.Ringkaskan poin belajar utamanya.11.

201Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Lembar Kerja

Persiapan Untuk Mempraktekkan Fasilitasi

PendahuluanTujuan latihan fasilitasi adalah untuk membantu Anda agar lebih efektif menjalani peran Anda sebagai seorang pelatih. Latihan ini akan memberi Anda kesempatan mempraktekkan berbagai hal yang disebut di bawah ini, sambil mencoba keluar dari situasi lingkungan yang aman:

mempraktekkan keterampilan fasilitasi baru (seperti menyimak, mengamati, bertanya, • parafrase) membuat keterampilan yang sudah ada menjadi lebih baik • mempelajari diri Anda sendiri sebagai seorang Pelatih• melihat pengaruh keterampilan Anda terhadap orang lain• menerima umpan balik dari kelompok inti dan Pelatih Anda• belajar dari mengamati praktek yang dilakukan orang lain.•

PersiapanSemakin baik Anda menyiapkannya dan menganggapnya sebagai sesi pelatihan yang sebenarnya, maka akan semakin banyak yang Anda pelajari. Saatnya bagi Anda, menjadi seorang pelatih; Anda akan menjalankan pelatihan. Anda akan memiliki 15 sampai 20 menit untuk mempraktekkannya.

Siapkan aktifitas Anda sebagai berikut:Pilih 1. topik Anda. Subyeknya bisa apa pun Anda yang Anda inginkan, tetapi ingat, Anda hanya memiliki waktu 15 menit.Identifikasikan 2. peserta Anda.Anda bisa memutuskan peserta Anda hanyalah peserta pelatihan, tetapi Anda bisa juga memutuskan bahwa mereka adalah petani, pekerja penyuluhan atau apa pun. Pastikan untuk menjelaskan kepada peserta, siapakah peserta sesi Anda, apapun yang Anda inginkan. Kembangkan 3. tujuan belajar. Tulis tujuan belajar dan jelaskan kepada peserta sejak awal.

Pilih satu metode:Pilih satu metode yang ingin coba untuk pertama kali atau satu metode yang ingin 1.Anda alami lebih jauh. Metodenya harus sesuai dengan topik, tujuan, waktu dan pesertanya.Sumber daya/2. Media. Persiapkan untuk menggunakan paling kurang satu alat penunjang (flip charts, overhead projector, whiteboard), lebih baik satu yang tidak biasa Anda gunakan.Tulis rencana 3. sesi Anda.Kalau perlu lakukan uji coba dulu dengan beberapa kawan, dan lakukan penyesuian 4.yang diperlukan.Lakukan!5.

202

Lembar Pengamatan

Tujuan Apakah sesi ini jelas untuk Anda?

Prosedur, metode Apakah metode dan prosedur jelas untuk Anda?

Suasana pelatihan Apakah Anda tertarik dengan topik ini?

Apakah Anda merasa nyaman dengan pelatih dan peserta lainnya

Teknik fasilitasi Apakah pelatih menggunakan pertanyaan untuk mengembangkan diskusi?

Apakah Anda didorong untuk mengajukan pertanyaan?

Apakah pelatih menggunakan parafrase dan perumusan?

Apakah pelatih memberi arah yang cukup jelas

Apakah pelatih mengganggu Anda dengan ekspresi atau gerakan muka?

Partisipasi Apakah Anda merasa terlibat?

Apakah Anda memiliki kesempatan untuk berpartisipasi aktif ?

Pengalaman Apakah Anda memiliki kesempatan untuk bereaksi terhadap satu pengalaman (dulu atau sekarang)?

Apakah Anda memiliki kesempatan untuk merefleksikan dan menarik kesimpulan berdasarkan pada satu diskusi atau aktivitas?

Dinamika kelompok Apakah pelatih mendorong partisipasi dari setiap orang?

Apakah pelatih menangani saat sulit dalam kebingungan, kekacauan, perlawanan atau konflik dengan baik?

Timing Apakah pelatih mengatur waktu dengan baik, meluangkan cukup waktu untuk berproses dan menutup aktivitas?

Apa yang membantu Anda untuk belajar?1.

Apa yang menghambat Anda untuk belajar?2.

Apa yang dilakukan pelatih dengan baik?3.

Apa yang bisa dikembangkan pelatih?4.

203Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

MENILAI KETERAMPILAN FASILITASI

Tujuan

Pada akhir sesi peserta membuat evaluasi antar peserta mengenai keterampilan fasilitasi yang telah dipraktekkan

BahanLembar penilaian diri, lembar daftar tindakan

Waktu120 menit

Proses

Pelatih memperkenalkan atau menyegarkan ide bahwa peserta akan bisa belajar banyak 1.apablia menyadari kelemahan dan kekuatan masing-masing. Jelaskan bahwa pada sesi ini peserta akan saling menilai keterampilan fasilitasi. Tekankan bahwa ini bukan ujian tetapi alat agar peserta bisa lebih fokus dalam belajar dan bertindak.Bagikan lembar penilaian dan minta tiap peserta untuk melengkapinya sendiri.2.

Pada waktu peserta mengisi lembaran, bagikan daftar tindakan. Jelaskan bahwa 3.lembaran ini akan membantu mereka untuk berpikir dan menyiapkan cara meningkatkan keterampilan fasilitasi mereka di masa depan. Lakukan curah pendapat secara cepat tentang situasi dan peristiwa yang memungkinkan untuk mempraktekkan fasilitasi (tidak hanya selama pelatihan tetapi juga dalam pertemuan, lokakarya, kelompok kerja kecil, bekerja dengan sejawat, dan lain-lain).Minta peserta untuk memamerkan rencana tindakan mereka, dan ’lihat milik orang 4.lain’. Dorong peserta untuk mengambil ide-ide baik dari orang lain. Selain itu, ingatkan 5.peserta agar melaksanakan rencana tindak lanjutnya, misalnya dengan mengirim kartu pos atau email yang berisi catatan rencana tindak lanjut yang telah disusun ketika pelatihan berlangsung.

CATATAN

Penilaian ini bisa dilakukan pada waktu yang berbeda tergantung pada tujuannya dan tingkat pengalaman serta keterbukaan peserta:

Penilaian bisa dilakukan sebelum mempraktekkan keterampilan fasilitasi. Ini dilakukan • agar peserta bisa lebih memusatkan perhatiannya pada materi pelatihan.Penilaian bisa dilakukan setelah mempraktekkan keterampilan fasilitasi agar bisa segera •

204

disusun rencana tindak lanjut pelatihan. Hal ini biasanya dilakukan pada kelompok yang kurang berpengalamanPenilaian bisa dilakukan baik sebelum maupun setelah praktek fasilitasi, yang bertujuan • untuk menilai kemajuan belajar.

Lembar Kerja

Lembar Penilaian Diri

PenjelasanDalam tabel di bawah ini terdapat berbagai keterampilan fasilitasi yang telah disebutkan dibagian sebelumnya. Bacalah tiap keterampilan dan refleksikan seberapa banyak Anda menguasai keterampilan fasilitasi tersebut. Urutkan sendiri dari 1 (=jelek) sampai 5 (=sangat terampil). Kemudian urutkan sendiri bagaimana yang Anda harapkan, dengan tetap mengingat tipe aktifitas yang akan Anda miliki untuk memfasilitasi.

Penilaian1 = jelek2 = agak jelek3 = lumayan4 = trampil5 = sangat trampil

No Keterampilan Nilai sekarang

Nilai harapan

1 Menyimak dengan penuh perhatian

2 Mengamati bahasa tubuh dan interaksi kelompok

3 Mengajukan dan menjawab pertanyaan

4 Parafrase

5 Memfasilitasi sebuah diskusi terbuka

6 Merumuskan hasil diskusi

7 Mendiagnosis: tanda-tanda masalah-masalah dan bertindak dengan tepat

8 Memberi umpan balik yang konstruktif kepada peserta

9 Memberi umpan balik konstruktif kepada individual

10 Menggali dan merumuskan poin belajar

11 Terbuka untuk menerima umpan balik

12 Mendorong peserta yang pendiam untuk berbicara

205Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

13 Mendorong orang yang dominan untuk mendengarkan orang lain

14 Menangani penolakan

15 Menangani satu kelompok dalam situasi konflik

16 Membantu satu kelompok yang ada dalam suatu kebuntuan

17 Mendorong pembangunan tim

18 Menantang dan tidak setuju tapi bersikap tidak kasar

Daftar Tindakan Bekerja dengan Keterampilan Fasilitasi

Penjelasan:Lengkapi daftar tindakan ini, dengan menggunakan hasil dari lembar penilaian diri. Coba tuliskan paling kurang tiga aktifitas yang akan Anda lakukan dan Anda ingin ketahui ketika melakukannya. Cobalah se-spesifik mungkin. Semakin spesifik Anda tuliskan aktifitas Anda, semakin besar peluang Anda akan benar-benar mengingatnya ketika diperlukan.Anda bisa meminta bantuan orang lain dalam kelompok, atau manajer Anda, atau sejawat Anda, atau teman Anda untuk mengingatkan Anda. Jika orang tersebut ada dalam sesi pelatihan ini, dapatkan janji mereka sekarang.

No Keterampilan fasilitasi yang Anda ingin kerjakan?

Kapan hal ini mungkin terjadi?

Siapa yang bisa membantu Anda?

Sudah dilakuan

206

BAHAN BACAAN POKOK MODUL V

INTERPRETASI INSTRUCTIONAL STYLE DIAGNOSIS INVENTORY

Komponen Gaya Pelatihan ISDI menetapkan gaya pelatihan sebagai hasil interaktif dari dua dimensi: apakah fokus perhatian pelatih dan siapakah yang menjadi fokus perhatian saat pelatih memberikan pelatihan. Setiap dimensi memiliki dua rangkaian fungsi yang diperhatikan.Dimensi apakah (garis horizontal) mewakili kemungkinan yang sama antara:

Memberi perhatian kepada kualitas isi dan kerapian ulasan presentasi (terwakili pada 1.kolom total D); danMemberi perhatian kepada pembelajaran nyata yang dilakukan oleh pembelajar yang 2.fokus pada isi materi (terwakili pada total kolom B)

Dimensi siapakah (garis vertikal) mewakili kemungkinan yang sama antara:Perhatian pada pelatih dan bagaimana menyampaikan dengan bahasa yang baik, mengesankan, 1.atau menghibur saat menyampaikan pelatihan (terwakili pada total kolom A); danPerhatian pada pembelajar dan bagaimana keefektifan atau kepositifan mereka ketika 2.menerima, mempraktekkan, mendiskusikan, atau mengaplikasikan keterampilan baru (terwakili pada total kolom C).

APAKAH? SIAPAKAH?

Kategori DFokus pada kualitas

isi materi dan kerapihan alur presentasi

Kategori BFokus pada pembelajaran nyata yang dilakukan pembelajar yang

fokus pada isi materi

Kategori CFokus pada pembelajar dan sejauh mana

efektif/positifnya mereka menerima/mendiskusikan/mempraktekkan

ketrampilan yang baru

Kategori AFokus pada pelatih dan

bagaimana menyampaikan dengan bahasa yang baik

dan menghibur

Harap diingat bahwa tidak ada model gaya yang sempurna. Bagaimanapun, untuk sebagian besar pelatih, hal yang realistis untuk mengharapkan bahwa keseimbangan dari dua hal yang terkait akan mempengaruhi satu bidang lainnya. Hal yang sama dapat dikatakan untuk dimensi siapakah.

207Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Menginterpretasi Nilai AndaTitik yang Anda miliki pada grafik yang didapatkan dari nilai Anda dimana dua dimensi yang berpotongan mewakili gaya pelatihan Anda secara keseluruhan.Untuk menginterpretasi hasil, Anda harus mempertimbangkan tiga hal:

Perbandingan kekuatan dari keempat kolom total individu.1.Posisi untuk setiap nilai dua dimensi, dan2.Peraga dan jarak dari titik tengah dimana nilai dua dimensi berpotongan.3.

Sebagai contoh, apakah total keempat kolom tinggi dan rendahnya berdekatan satu dengan yang lain? Hal ini mengindikasikan Anda cenderung memiliki keseimbangan dalam setiap gaya pelatihan yang setara atau beberapa aspek akan lebih besar sesuai dengan tingkat kebutuhan. Hal ini berpengaruh langsung pada posisi nilai dimensi, yang menjadi pertimbangan selanjutnya. Jika nilai suatu dimensi mengarah jauh pada satu ekstrim, atau yang lainnya, hal ini mengindikasikan tingkat tertinggi yang dihasilkan antara dua rangkaian penekanan yang ada. Nilai dimensi yang dekat ketengah merepresentasikan tingkat keseimbangan, dengan tanpa melihat penekanan individu.

Perpotongan dari nilai dua dimensi menunjukkan gaya pelatihan Anda secara keseluruhan, hasil dari upaya Anda untuk menerima keseimbangan dengan menekankan materi, pembelajaran, penyampaian, dan penyambutan yang hangat. Selanjutnya titik dari bagian tengah grafik, menunjukkan kecenderungan gaya pelatihan Anda pada satu ekstrim. Semakin dekat dengan titik tengah, semakin ”seimbang” kecenderungannya.

Deskripsi GayaBerikut adalah deskripsi singkat untuk tipe perilaku, sikap, kecenderungan, dan kesukaan yang terkategori untuk setiap gaya pelatihan dari empat gaya yang ada.

Gaya Penjuala. Seseorang dengan gaya ”penjual” terutama menekankan pada isi dan bagaimana hal tersebut dapat diterima dan dimengerti secara positif. Pembelajaran adalah tanggung jawab peserta, dan itu dapat terjadi atau tidak terjadi sebagai hasil. Karena menyampaikan materi dan menciptakan sikap yang baik merupakan tujuan utama, maka pelatih ”penjual” cenderung memusatkan perhatiannya pada pembelajar dan penerimaan pembelajar terhadap pesan/materi.

Mereka membangun suasana penerimaan dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman, menyemangati pembelajar, menjawab pertanyaan, memvariasikan program, dan sebagainya. Mereka cenderung untuk menggunakan metode ceramah atau presentasi dengan menggunakan media yang telah disiapkan, diselingi dengan diskusi untuk mempertahankan minat dan perhatian. Catatan diberikan untuk mendukung ingatan terhadap materi.

Tugas rumah, tugas sebelum sesi, dan rangkuman materi pelatihan digunakan secara luas untuk mengkomunikasikan atau menguatkan isi. Kegagalan atau tidak lulus ujian lebih ditujukan pada nilai ingatan tanpa menghentikan pembelajar.

208

Gaya ”penjual” umumnya ada pada sekolah negeri dan mungkin lebih sesuai untuk mengembangkan latar belakang pendidikan secara umum daripada membangun keterampilan khusus. Hal ini juga sesuai untuk situasi dimana menyediakan teknik, konsep, atau hasil lebih penting daripada membuat peserta lebih pandai. Hal ini tidak sesuai saat pembelajar berharap untuk tampil lebih baik atau berbeda sebagai hasil dari pelatihan.

Gaya Profesorb. Gaya ”profesor” cenderung menekankan mengenai segala sesuatu mengenai gambaran dirinya, teknik yang digunakannya, dan kelembutan dalam berbicara, serta menciptakan kesan yang sesuai. Mereka lebih suka memiliki lampu sorot dalam diri mereka, karena perhatian pembelajar berpusat pada mereka. Suasana pada sesi mereka cenderung formal, dan menekankan keterpisahan antara presenter dengan penonton.

Tipe ”profesor”, pada saat yang sama, memperhatikan kecukupan materi yang akan mereka sampaikan. Presentasi mereka biasanya diteliti dengan baik, menggunakan catatan kaki dan referensi, terencana dan terorganisir dengan terperinci, dan terlatih dengan baik. Waktu adalah faktor yang penting karena merefleksikan gambaran mereka sebagai presenter (ketepatan waktu adalah mengesankan) dan dengan kemampuan mereka untuk menyampaikan semua materi yang penting.

Mereka lebih suka metode mengajar ceramah, yang menjadikan mereka menjadi pusat perhatian, untuk mengontrol waktu, dan untuk menyampaikan materi yang mereka percayai penting. Hal ini berkecenderungan untuk menggunakan secara berlebihan, atau tidak semestinya, media seperti video, slide, atau overhead karena mereka ingin merasa memiliki kemampuan yang mengesankan, menghibur, dan menyampaikan sejumlah besar informasi dalam rentang waktu yang singkat.

Jenis situasi yang sesuai untuk gaya ”profesor” adalah dalam membuat pidato, pembicaraan sehabis makan malam, menyampaikan suatu laporan, dan mempresentasikan atau menjual ide kepada pembuat keputusan. Gaya ini biasanya tidak efektif untuk mengembangkan keterampilan nyata atau perubahan perilaku seperti yang diharapkan peserta. Ini akan lebih sesuai untuk tujuan mengubah sikap; bagaimanapun, perubahan yang dihasilkan oleh metode ini memiliki jangka waktu yang singkat kecuali jika diberi penguatan terus menerus.

Gaya Penghiburc. Pelatih yang menggunakan gaya ”penghibur” berpusat pada hasil pelatihan tetapi juga merasakan bahwa orang akan belajar lebih baik dari pelatih yang mereka sukai, hormati, atau kagumi. Mereka memiliki perhatian yang sama banyaknya dengan ”profesor” mengenai gambaran diri. Mereka sangat memperhatikan kredibilitas mereka dan apakah pembelajar merasa nyaman dengan keahlian mereka.

”Penghibur” memperhatikan mengenai keterlibatan dalam pelatihan, tetapi lebih kepada mereka sendiri daripada kepada pembelajar. Dengan begitu, metodenya seperti menonton sebuah permainan peran (pelatih) yang memperagakan teknik

209Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

yang sesuai, lebih disukai daripada pembelajaran mandiri atau aktivitas pembelajaran kelompok. Saat metode lebih berpartisipasi digunakan, pelatih cenderung untuk menjalankan kontrol tertutup dan membuat diri mereka menjadi bagian dalam proses pembelajaran.

Karena pelatih ini secara umum percaya bahwa pembelajar butuh untuk “inspirasi” jika mereka akan tampil beda, sesi biasanya didesain untuk memotivasi lebih lagi atau menghibur. Hal ini dapat efektif tetapi dapat berpotensi membatasi dengan hanya menerima pembelajaran yang bergantung pada pelatih. Jika ini terjadi, pembelajar dapat mengalami penurunan motivasi saat mencoba menerapkan keterampilan baru dalam bekerja, karena pelatih yang dinamis tidak ada disana.

Fakta bahwa mereka mempengaruhi pembelajar secara pribadi seringkali lebih penting bagi pelatih daripada perubahan spesifik yang terjadi atau masukan yang diberikan. Kemudian, materi yang spesifik bukan masalah yang penting.

Gaya ini mungkin paling sesuai untuk seminar perkembangan pribadi, pertemuan penjualan, dan program yang bertujuan untuk ”mengisi ulang baterai pembelajar”.

Dalam kasus terburuk, gaya ”penghibur” dapat disamakan seperti pertunjukkan tukang obat yang membuat Anda linglung dan mengambil uang anda sebelum anda berubah penilaian terhadap produknya.

Gaya Pelatihd. Intruktur yang berorientasi pada pembelajaran dan pada pembelajar cenderung memiliki titik terang yang menarik sehingga perhatian pembelajar dapat terfokus pada mereka sepanjang waktu. Pelatih ini melihat peran mereka lebih sebagai fasilitator dalam pengalaman pembelajaran menyampaikan informasi. Mereka melihat nilai dalam pelatihan hanya sejauh keberadaan pembelajar untuk menampilkan cara baru.

Yang menjadi fokus utama aktivitas pelatih adalah pengembangan keterampilan, membangun kepercayaan, dan aplikasinya, daripada mengingat informasi. Pembelajar dievaluasi, tetapi hanya dengan pengamatan terhadap performa mereka atau perilaku yang berubah daripada menggunakan tes tertulis. Tingkatan biasanya diabaikan, karena sebagian besar instruksi bertujuan untuk meningkatkan keterampilan setiap orang atau meningkatkan tingkatan daripada menetapkan siapa yang paling pandai.

Di sini kurang diperhatikan penyampaian dengan budi bahasa yang halus karena ”pelatih” menghabiskan lebih banyak waktu untuk ”menyampaikan”. Dan juga, karena menciptakan suasana informal, dimana sedikit tekanan terhadap pelatih mengenai penampilan, motivasi, dan hiburan. Menggunakan perbandingan yang tinggi dalam aktivitas pembelajaran mandiri dan pembelajaran kelompok menjadikan pembelajar memotivasi dan menghibur diri mereka sendiri. Tanggung jawab untuk menampilkan ini, akibatnya, bergeser dari pelatih kepada mereka.

Jarak antara pelatih dan pembelajar ditekankan. Jenis filosofi yang berlaku adalah pelatih yang baik adalah seseorang yang memiliki harapan yang tinggi, memandu, dan melatih pembelajar, serta menemukan jalan sehingga mereka dapat tampil.

210

Pelatih memiliki sebuah pesan, namun pesan tersebut ditentukan lebih kepada kebutuhan khusus pembelajar dan mengurangi apa yang pelatih pikirkan. Daripada memaksa pembelajar untuk memahami dan menerima ide baru, ”pelatih” menggunakan pertanyaan, diskusi, belajar mandiri, kerja kelompok, dan teknik keterlibatan lainnya untuk memimpin pembelajar pada kesimpulan, tetapi mereka mengijinkan pembelajar membuat komitmen mereka sendiri.

Gaya ”pelatih” cenderung lebih efektif dalam situasi pelatihan yang dapat dipercaya dimana membangun keterampilan dan perubahan perilaku menjadi perhatian utama. Masalah yang potensial dengan gaya ini adalah kecenderungan untuk mengabaikan batasan waktu, melompati masalah isi yang penting, hilang kontrol dalam kelas, mematikan pembelajar yang terbiasa menggunakan gaya pelatihan tradisional, atau dipengaruhi berlebihan oleh persepsi peserta terhadap kebutuhan mereka.

Lembar Acuan CepatBerikut ini adalah ikhtisar dari pengukuran gaya pelatihan dengan menggunakan Instructional Styles Diagnostic Inventory.

Panduan Acuan Cepat ISDI

PENJUAL PELATIH

Penjual adalah: Berorientasi pada tugas Pelatih adalah: Berorientasi pada pembelajar

Mereka melihat diri mereka sebagai: Pemberi tugas/pembujuk

Mereka melihat diri mereka sebagai:Fasilitator/pemandu

Penjual lebih mengutamakan: Produk/materi

Pelatih lebih mengutamakan: Hasil dan penampilan

Mereka bekerja keras untuk: Mengarahkan, agresif, bergairah, meyakinkan

Mereka bekerja keras untuk: Mengarahkan, menerima, empatik, mendukung

Program yang disusun: Tidak formal tetapi tidak fleksibel

Program yang disusun: Tidak formal dan fleksibel

Memimpin sesi yang: Informatif, produktif, efisien, lengkap, persuasif

Memimpin sesi yang: Melibatkan, meningkatkan, membangun, mengembangkan

Pembelajar dievaluasi dengan: Hasil Tes

Pembelajar dievaluasi dengan: Membandingkan perilaku atau hasil dari penampilan

211Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

PROFESOR PENGHIBUR

Profesor adalah: Berorientasi pada pelatih

Penghibur adalah: Berorientasi pada hubungan

Mereka melihat diri mereka sebagai: Presenter/ahli

Mereka melihat diri mereka sebagai: Model peran/bintang

Proffesor lebih mengutamakan: Proses/penyampaian

Penghibur lebih mengutamakan: Reaksi/perasaan

Mereka bekerja keras untuk: Mengesankan, sopan, profesional, menjauhkan diri

Mereka bekerja keras untuk: Dinamis, hidup, berkharisma, santai, sumber inspirasi

Program yang disusun: Formal dan tidak fleksibel

Program yang disusun: Formal tapi fleksibel

Memimpin sesi yang: terstruktur, terkontrol, terorganisir, teratur

Memimpin sesi yang: Memotivasi, disukai, menyenangkan, menghibur

Pembelajar dievaluasi dengan: Tes Subjektif dan penilaian Pelatih

Pembelajar dievaluasi dengan: Pemeriksaan mengenai perasaan dan pendapat mereka

Meningkatkan EfektifitasSeperti yang disebutkan dalam deskripsi dari gaya pada bagian interpretasi Instructional Style Diagnosis Inventory, ”pelatih” mungkin adalah gaya yang paling sesuai untuk situasi pelatihan yang sebenarnya. Gaya ”pelatih” mendukung dan menguatkan pendekatan pembelajaran kooperatif untuk pelatihan orang dewasa.

Ingatlah, bagaimanapun, gaya ”pelatih” tidak sesuai untuk setiap pembelajar. Tantangannya adalah untuk meningkatkan fleksibilitas gaya dan belajar untuk memeriksa gaya atau pendekatan apakah yang paling sesuai untuk situasi, kelompok, atau pembelajar tertentu. Fleksibilitas adalah kunci keberhasilan, yaitu, mengubah dan mengadaptasikan seluruh program pelatihan sehingga Anda berhadapan dengan tantangan baru dari peserta. Pelatih dalam masalah ketika mereka tidak dapat atau tidak mau beradaptasi dengan gaya dan kebutuhan peserta.

Pembelajaran Berpusat Pada Pembelajar versus Pembelajaran Berpusat Pada Informasi

Untuk lebih memahami perbedaan antara pembelajaran yang berpusat pada pembelajar dan pembelajaran yang berpusat pada informasi, pelajari tabel di bawah ini. Perhatikan bahwa, dengan pelatihan yang berpusat pada pembelajar, fokus utama adalah apakah pembelajar atau peserta mampu untuk membawa jauh pengalaman pembelajaran. Pembelajar secara aktif terlibat dalam proses dan, tentu saja lebih mengingat informasi serta lebih mampu untuk mengaplikasikannya dalam pekerjaan.

212

Pembelajaran Berpusat Pada Pembelajar versus

Pembelajaran Berpusat Pada Informasi

Berpusat Pada Pembelajar Berpusat Pada Informasi

Tujuan Untuk meningkatkan pencapaian peserta

Untuk meliput materi; menyampaikan materi

Mendasari Tujuan

Menemukan kebutuhan peserta untuk diketahui dan dilakukan

Untuk menentukan pelatih sebagai ahli

Peran Pelatih Fasilitator; pelatih Pemberi informasi; pemberi ceramah

Metode Pelatih menanyakan pertanyaan; tidak lebih dari 50 persen berbicara

Pelatih berceramah, menjelaskan, memperagakan; lebih bayak berbicara sedangkan peserta mendengarkan dan menonton

Peran Peserta Peserta aktif selama proses pembelajaran; belajar sambil bekerja

Pembelajar pasif; menyerap informasi

Bagaimana umpan balik didapatkan

Kesempatan untuk mengaplikasikan keterampilan selama bermain peran, studi kasus, simulasi, dan pengalaman lainya yang terstruktur

Menanyakan pada peserta apakah mereka memiliki pertanyaan; menanyakan pertanyaan partisipatisif mengenai apa yang pelatih katakan

Tujuan umpan balik

Untuk melihat apakah peserta dapat mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari; untuk melihat apalah mereka butuh lebih banyak latihan atau menginstruksikan kembali

Untuk melihat apakah peserta memahami informasi; untuk menguji ingatan mereka

Mengenali Perilaku Berpusat Pada PembelajarUntuk mengetes pemahaman Anda tentang perilaku yang berpusat pada pembelajar versus perilaku yang berpusat pada informasi, lengkapi aktivitas pada daftar pertanyaan di bawah ini. Anda juga dapat menggunakan tanda centang sebagai pengingat apa yang anda butuhkan untuk membuat sesi pelatihan Anda berpusat pada pembelajar (Lihat Modul V - Karakteristik Pelatih dan Gaya Pelatihan pada latihan 4).

Elemen Kunci dari Gaya PelatihanSetelah Anda mengerjakan keseluruhan teks ini, Anda akan tertantang untuk menguji dan mungkin memodifikasi keyakinan Anda dan berlatih. Setelah Anda memutuskan untuk membuat beberapa tantangan pada pemikiran atau perilaku Anda sekarang, sadari bahwa itu tidak mudah. Faktanya, hal tersebut dapat menyakitkan. Saat mengubah cara Anda melatih (atau rencana Anda untuk melatih) tampak seperti pekerjaan yang terlalu banyak, tanyakan pada diri Anda:

213Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

MEMBANGUN HUBUNGAN SALING PERCAYA (RAPPORT) ANTARA PESERTA-PELATIH DALAM PELATIHAN

Satu hal yang esensial dalam kesuksesan training adalah kemampuan membangun rapport atau pengertian. Hal yang sederhana adalah menyetujui dulu apa yang ingin dicapai. Alasan bahwa sekalipun ini merupakan ‘training kelompok’ ini tidak seperti ‘belajar kelompok’.Ada beberapa poin yang berguna yang disediakan untuk membantu anda membangun rapport.

Pendekatan Pribadi

Tidak ada seorang pun yang akan menyukai jika mereka dikatakan sebagai individu yang tidak memiliki identitas. Ketika anda memberi respon dengan menyebutkan nama pembelajar, maka mereka akan merasa dihargai. Artinya, cara merespon seperti itu akan menambah harga diri mereka dalam kelompok sehingga mendorong orang lain berpartisipasi.

Mendorong-Menguatkan

Mendorong atau memotivasi dalam training merupakan hal yang wajib. Pembelajar akan mencoba segala macam pendekatan tanpa rasa takut atau gagal. Pendekatan yang harus dibangun adalah menguatkan kepercayaan terhadap aspek-aspek yang mendorong pembelajar untuk belajar. Ini dapat dicapai dengan menekankan apa yang harus mereka lakukan daripada berdiam dalam sebuah kesalahan.

Melibatkan Orang Lain

Manfaat dari mendorong orang lain adalah menjadikan pembelajar sebagai pihak yang aktif dalam proses belajar. Hal ini didasarkan karena kebanyakan orang merasa mereka belajar dengan pengalaman. Partisipasi ini juga menjadi salah satu cara yang baik untuk mengembangkan rapport antara kelompok dan antara pelatih serta pembelajar.

Metode yang baik untuk mencapai keterlibatan adalah mendesain kesempatan agar pembelajar mengikuti program pelatihan dan menunjukannya secara jelas melalui pelatihan dan kontribusi dalam kelompok. Dalam beberapa kasus, apresiasi dari pelatih diberikan pada pembelajar tidak hanya dalam perkataan melainkan juga dengan perbuatan. Di bawah ini dipaparkan sejumlah tanda positif ataupun negatif yang dapat ditangkap oleh pembelajar dari seorang pelatih.

214

TANDA POSITIF TANDA NEGATIFSenyumMenganggukKontak mata yang baikSuara setuju – ah, ah

YaOkBagus

Tipe frase termasuk:Itu benarBaikAda ideBagaimana bisa..?

Kontak mata yang burukKelihatan bosanKelihatan menggangguMenarik jari-jariJalan dengan menyeret kakiMelihat jamMembelakangi pembicara

Tipe frase termasuk:Jelas sekaliAyo kita sepakat sekarangKita tidak dapat lanjut sekarangLebih baik bergerak sekarangKita mengejar waktu

Menjadi AntusiasRapport jarang terjadi secara langsung dan otomatis, seperti layaknya menghormati, hal tersebut harus diupayakan. Usaha dan antusias yang anda tunjukkan dan diimbangi dengan minat dan motivasi, akan menjadikan pembelajar tertarik. Henry Ford menyatakan antusiasme sebagai prasyarat untuk maju disegala bidang.

Kreatifitas Memahami

Orang harus merespon apa yang Anda katakan dan harus memahami apa yang Anda katakan. Ini artinya bahasa yang digunakan harus alami dan semua anggota kelompok dapat memahaminya.

Jangan menggunakan kata yang rumit. Prinsip untuk pelatih adalah berkata dengan - KISS atau keep it short and simple.Jangan bicara dengan tinggi hati. Pelatih hendaknya tidak menimbulkan kesan bahwa -pembelajar adalah pihak yang tidak tahu.Jangan menggunakan istilah teknik. Setiap subjek memiliki istilah sendiri dan tidak -seperti bagian yang mungkin Anda harapkan. Secara umum jargon dan istilah teknik dihindari.Menjadikan perasaan pembelajar menjadi positif dan termotivasi-

Menyatulah Dengan Kelompok

Posisi dari seorang pelatih sangat mudah untuk mengatur dirinya sendiri sebagai seorang yang berpengalaman. Hindari frase seperti ‘kamu’ atau ‘mereka’ yang mengindikasikan bahwa Anda tidak menghormati mereka sebagai kelompok. Gunakan ‘kami’ untuk mengatasi masalah ini.

215Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

FASILITASI DALAM PELATIHAN

Mengapa keterampilan fasilitasi dalam pelatihan partisipatif sangat penting?Pelatihan partisipatif yang efektif didasarkan pada masukan dari semua peserta. Ini artinya bahwa kesuksesan suatu pelatihan lebih tergantung kepada kemampuan pelatih untuk memperkirakan dinamika kelompok, kemampuan untuk melakukan perubahan pada saat-saat menjelang pelatihan dimulai, kemampuan untuk mengambil resiko dan memberi tantangan kepada peserta, kemampuan untuk memahami gaya komunikasi peserta untuk memaksimalkan penggunaan metode fasilitasi yang inovatif. Dengan kata lain, Anda memerlukan keterampilan fasilitasi yang luar biasa, sehingga proses sharing dan proses belajar yang efektif bisa berlangsung.

Apakah fasilitasi itu dan apa yang perlu difasilitasi?Fasilitasi bisa digambarkan sebagai satu proses yang secara sadar dilakukan untuk membantu satu kelompok agar sukses mencapai tujuan dan fungsinya sebagai satu kelompok. Proses-proses yang perlu difasilitasi adalah:

Proses belajar• Proses-proses partisipasi, • sharing dan dinamika kelompok

Bagaimana fasilitasi membantu terjadinya proses sharing yang efektif dan proses pemahaman bersama?

Dalam suatu pelatihan, biasanya banyak ide dan pengalaman yang dilontarkan atau diceritakan. Namun, seringkali hanya beberapa yang mendapat perhatian sementara yang lainnya hilang seolah-olah tidak pernah dikatakan. Prinsipnya adalah: satu ide yang diekspresikan dengan gaya komunikasi yang bisa diterima akan ditanggapi secara lebih serius oleh lebih banyak orang. Ide-ide yang diekspresikan secara buruk atau mengancam akan lebih sulit didengar peserta. Sebagai contoh, banyak peserta tidak sabar dengan peserta yang sangat pemalu atau gugup dan bicara dalam kalimat terpatah-patah, atau yang tidak menguasai bahasa dengan baik.Tidak jarang dijumpai, ada kelompok pelatihan yang pesertanya benar-benar ingin menyuarakan opini, berbagi pandangannya, saling mendengarkan pengalaman dan memunculkan ide-ide baru yang menarik. Namun, hal itu dibatasi oleh kemampuan menerima gaya komunikasi yang berbeda, sehingga ruang lingkup dan kekayaan informasi, pengetahuan dan pengalaman hasil sharing-nya menjadi terbatas.Dalam contoh dan ilustrasi berikut digambarkan bahwa walaupun ada ide-ide yang hilang, akan lebih banyak ide-ide yang dibagi (di-share) apabila kita memperluas batas gaya komunikasi yang bisa diterima. Dengan menggunakan teknik fasilitasi yang baik, seorang fasilitator bisa menjadi pendukung untuk kelompok seperti itu.Sebagai contoh:

Ketika seseorang mengulang-ulang perkataanya sepanjang waktu, seorang fasilitator bisa • meringkaskan perkataannya untuk membantunya berpikir.

216

Seorang fasilitator bisa membantu mereka yang bicara dalam kalimat terpatah-patah • dengan memperlambatnya dan menggali gagasan yang ingin disampaikan.Seorang fasilitator bisa mengulang satu ide dari seorang peserta yang malu agar menjadi • perhatian semua orang.Seorang fasilitator bisa melakukan interupsi dengan tegas dan baik apabila ada topik yang • berbeda dengan topik yang sedang didiskusikan. Namun fasilitator menjanjikan kepada pembicara bahwa pada akhir diskusi, fasilitator akan meminta kelompok memutuskan apa yang harus dilakukan dengan topik baru tersebut.

Bagaimana fasilitasi membantu proses partisipasi dan dinamika kelompok?Proses untuk menemukan apa yang terjadi dalam satu kelompok disebut mendiagnosis. Itu adalah suatu keterampilan penting bagi seorang fasilitator. Seorang fasilitator hanya bisa menghindari atau menghilangkan masalah jika dia bisa mendiagnosis apa yang terjadi. Dalam diagnosis terkandung pemahaman tentang penyebab masalah yang diperoleh setelah mencari petunjuk:

dari dalam kelompok, misalnya pola komunikasi, • bahasa tubuh.di luar kelompok, misalnya sejarah, hubungan masa lalu antara anggota, hierarki.•

Beberapa contoh yang bisa diungkap di sini adalah:

MASALAH KEMUNGKINAN PENYEBAB

Setiap orang tidak berpartisipasi atau menunjukkan ketertarikan dan sebagian diam.

Tugas tidak jelas untuk setiap orang.

Beberapa peserta merasa tidak aman.

Beberapa peserta mendominasi berdasarkan pendidikan, kelas atau seks.

Peserta tetap pada pandangan yang saling bertentangan, menghambat proses atau pengambilan keputusan.

Adanya nilai-nilai yang berbeda jauh lebih penting ketimbang tugas kelompok.Adanya perbedaan/konflik antara individual yang ada sebelum keberadaan kelompok.

Beberapa peserta mengabaikan atau tidak memperdulikan kontribusi dari peserta lain

Peserta tidak sensitif terhadap kebutuhan dan masukan dari yang lain.

Peserta terlalu mementingkan diri sendiri.

Kelompok tidak bisa mengambil keputusan, atau tidak ingin melaksanakan keputusan

Peserta tidak memiliki cukup informasi atau keterampilan untuk memecahkan masalah.Keputusan mengancam peserta.Takut salah.

Bagaimana fasilitasi mendukung proses belajar yang efektif ?

Ketika kita memfasilitasi proses-proses partisipasi, sharing dan dinamika kelompok maka fokus fasilitator terletak pada bagaimana dan prosesnya. Sedangkan untuk memfasilitasi proses belajar, fokusnya terletak pada apa-nya.

217Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Ketika presentasi Perjelas tujuanKelompok, struktur dan kecepatan sesuai dengan apa yang perlu dipelajari.Sebanyak mungkin gambarlah.Hubungkan dengan apa yang sudah peserta ketahui.Hubungkan dengan realitas kerja peserta.

Ketika mendorong sharing Cari kesamaan dan perbedaan.Tetap pada jalur.Ikuti seluruh diskusi.Rumuskan poin-poin penting.Tantang dengan pemikiran hitam putih.Dapatkan nilai-nilai belajar.

Ketika mendorong pertemuan Perkuat eksplorasi dan eksperimentasi.Perkuat untuk mencoba sesuatu yang baruDampingi

Ketika mendorong penerapan Kejelasan tugasMengawasi kemajuan

Beberapa sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi fasilitator yang efektif:

Keterbukaan: kemampuan untuk mengundang dialog, menerima umpan balik, dan siap untuk • menguji nilai-nilai Anda termasuk opini, serta kesiapan untuk merubahnya, jika perlu.Sensitif/empati: kemampuan mengambil pesan implisit; untuk melihat masalah melalui mata • peserta; untuk memahami perasaan, ide-ide dan nilai-nilai mereka; untuk fokus pada peran daripada sekedar hanya pada kepribadian atau kompetensi.Keterampilan komunikasi dasar: kemampuan menyimak dan mengamati secara aktif, • bertanya, menguji, menciptakan dialog, mengungkapkan dengan cara lain, memberi umpan balik.Mendiagnosis: kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan memilih cara dan waktu • intervensi yang tepat.Mendukung dan mendorong peserta: kemampuan untuk memberikan dukungan, apreasiasi • dan kepedulian baik secara verbal maupun non-verbal.Menantang: kemampuan untuk berlawanan, untuk tidak setuju, untuk menghentikan satu • proses tanpa bersikap kasar.Mengelola konflik: kemampuan untuk menyelesaikan konflik melalui negosiasi dan • mediasi.Memodelkan: kemampuan untuk menyertakan diri sebagai model dalam kelompok, • menanggapi dengan spontan, tanpa menjadi idealis, bersikap sebagai pakar.

218

MENYIMAK

Menyimak secara baik adalah lebih sulit daripada yang kita pikir.Menyimak sepertinya mudah dilakukan. Tetapi dalam realitas, kita berpikir sedang menyimak, tetapi ternyata kita hanya mendengar apa yang mau kita dengar! Hal ini bukan proses sadar; hal ini hampir alamiah. Untuk menyimak dengan hati-hati dan secara kreatif, kita harus dapat memilih aspek-aspek positif, masalah-masalah, kesulitan-kesulitan dan menangkap ketegangan-ketegangan yang terjadi. Ini adalah keterampilan paling mendasar untuk fasilitasi. Karenanya kita selayaknya mencoba untuk memahami apa yang bisa menghambat tindakan menyimak. Daftar di bawah ini disebut hambatan untuk menyimak yang mungkin mengganggu tindakan menyimak yang sesuai dan suportif. Memahaminya akan membantu untuk mengatasinya.

Hambatan menyimakMenyimak hidup-mati• Kebiasaan menyimak yang tidak baik ini muncul dari fakta bahwa kebanyakan orang berpikir sekitar empat kali lebih cepat dibanding rata-rata orang bisa bicara. Jadi pendengar memiliki kira-kira 3/4 menit ‘waktu berpikir tersisa’ untuk tiap menit kegiatan menyimak. Kadang mereka menggunakan waktu ekstra ini untuk berpikir tentang hal-hal pribadinya daripada untuk menyimak dan merumuskan apa yang harus pembicara katakan. Hal ini bisa diatasi dengan memperhatikan ucapan, bahasa tubuh seperti gesturs, keraguan, dan lain-lain.Menyimak Bendera Merah• Untuk beberapa orang, kata-kata tertentu bisa bermakna ”bendera merah bagi banteng”. Ketika mereka mendengarnya, mereka menjadi marah dan menghentikan tindakan menyimak. Istilah ini mungkin ada dalam setiap kelompok peserta, tetapi beberapa lebih universal seperti istilah suku terasing, hitam, kapitalis, komunis dan lain-lain. Beberapa kata-kata sangat ‘bermuatan’ sehingga pembicara langsung tidak didengar. Pendengar kehilangan kontak dengannya dan gagal untuk mengembangkan pemahaman terhadap orang tersebut.Menyimak dengan kuping terbuka – pikiran tertutup• Kadang-kadang ‘pendengar’ memutuskan dengan cepat bahwa baik subjek atau pembicara bosan, dan apa yang sedang dikatakan tidak masuk di akal. Sering mereka mengambil kesimpulan bahwa mereka bisa meramalkan apa yang diketahui pembicara atau apa yang akan dikatakan; jadi mereka menyimpulkan bahwa percuma menyimak karena mereka tidak akan mendengar sesuatu yang baru jika mereka melakukannya.Menyimak dengan berkaca-kaca• Kadang-kadang ‘pendengar’ melihat orang dengan tajam, dan kesannya sedang menyimak meskipun pikiran mereka mungkin menuju pada hal lain atau jauh di sana. Mereka tenggelam di dalam kenyamanan pikiran mereka sendiri. Mata Mereka berkaca-kaca, dan sering muka mereka menampilkan wajah sedang bermimpi atau dengan pikiran yang kosong. Jika kita perhatikan banyak peserta terlihat dengan

219Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

mata berkaca-kaca dalam sesi, kita harus menemukan saat yang tepat untuk berisitirahat atau merubah irama.Terlalu serius menyimak• Ketika menyimak ide-ide yang terlalu kompleks dan rumit, kita sering terlalu memaksa diri untuk mengikuti diskusi dan benar-benar berusaha untuk memahaminya. Menyimak dan memahami apa yang dikatakan orang, mungkin membuat kita menemukan bahwa topik dan pembicaranya cukup menarik. Apabila ada satu orang atau beberapa orang yang tidak memahami, maka kelompok lain bisa diminta untuk menjelaskan atau jika mungkin, dengan memberi contoh.Menyimak “don’t-rock-the-boat” (jangan mengguncang sampan)• Orang tidak suka kalau ide-ide, prasangka, cara pandang favorit mereka dirusak; banyak yang tidak suka opini mereka ditentang. Jadi jika seorang pembicara mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang mereka pikir atau percayai, mereka mungkin secara tidak sadar menghentikan menyimak atau bahkan bersikap bertahan. Bahkan jika hal ini dilakukan dengan sadar, maka lebih baik kita berusaha menyimak dan menemukan pikiran pembicara, dengan tujuan mendapatkan sisi lain dari permasalahan. Dengan demikian kerja pemahaman dan tanggapan secara konstruktif bisa dilakukan kemudian.

Hal yang dilakukan dan jangan dilakukan dalam Menyimak

Yang dilakukan Yang jangan dilakukan

Tunjukkan perhatian √Pahami √Ungkapkan empati √Singkirkan masalah jika ada √Simak penyebab masalah √Bantu pembicara untuk √mengembangkan kompetensi dan motivasi untuk memecahkan masalah-masalahnyaTanamkan kemampuan untuk diam √ketika diam diperlukan.

Membuat pembicara terburu-buru √Menentang √Menyela √Menilai dengan cepat sejak awal √Memberikan saran kecuali jika diminta √orang lainLangsung menyimpulkan √Membiarkan emosi pembicara terlalu √langsung mempengaruhi kita.

220

PRAKTEK MENGAMATI

Apakah mengamati itu?Mengamati adalah kemampuan untuk;

melihat apa yang terjadi tanpa menilai• memahami petunjuk non-verbal• memonitor kerja kelompok secara objektif.•

Kenapa harus dipedulikan?Dalam satu kelompok orang berinteraksi dengan berbagai cara yang berbeda, mereka berinteraksi tidak hanya melalui apa yang sudah dikatakan tetapi juga melalui bagaimana sesuatu dikatakan; penggunaan ekspresi suara, muka, sikap, gestures dan yang sejenisnya. Komunikasi non-verbal (berkomunikasi selain dengan berbicara) bisa mengirimkan pesan yang kuat. Pengamatan yang baik akan membantu Anda untuk:

Memperkirakan perasaan• Memonitor dinamika kelompok• Memonitor partisipasi kedua belah pihak•

Karenanya sangat penting sebagai seorang pelatih untuk memperhatikan tipe komunikasi non-verbal ini dan mengembangkan keterampilan dalam mengamati mereka. Anda dapat melakukan hal ini dengan cepat, dan tanpa seseorang pun memperhatikan.

Apa yang diamati?

Tugas mengamati adalah memperhatikanSiapa mengatakan apa?• Siapa melakukan apa?• Siapa yang duduk di sebelah siapa? • Apakah selalu seperti itu? • Siapa menghindari siapa?• Bagaimana tingkat umum energi? • Apakah tingkat keseluruhan perhatian?• Dan lain-lain.•

221Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Menggunakan Pertanyaan

Kenapa mengajukan pertanyaan sebagai seorang pelatih?

Ada keterampilan yang bisa diuji yang bisa membantu seorang pelatih untuk melakukan sesi pelatihan yang lebih efektif. Pertama, jadilah seorang pendengar yang baik. Kemudian menjadi ahli dalam seni menggunakan pertanyaan yang tepat dengan cara yang tepat pada waktu yang tepat.

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan. Anda bisa langsung memberikan jawabannya, jika Anda merasa memiliki semua jawaban dan ingin mengesankan setiap orang dengan pengetahuan Anda. Atau, Anda bisa mendorong partisipasi peserta dan memberi mereka kesempatan untuk merefleksikan, berpikir, menemukan dan belajar sendiri.

Alasan Contoh

1. Meraih keterlibatan peserta. ”Bagaimana perasaan Anda tentang...?”

2. Merasakan pikiran/ide atau opini peserta.

”Apa ide anda tentang...?”, ”Bagaimana menurut Anda?”

3. Melibatkan orang non-partisipatif. ”Jack, apa yang Anda pikirkan?”

4. Kenali kontributor penting . ”Ali, itu ide yang menarik, tolong jelaskan lebih lanjut kepada kami...”

5. Mengelola waktu kelas. ”Ok, kita sudah menggunakan sedikit waktu untuk menjawab pertanyaan itu. Bagaimana jika kita teruskan?”

6. Meraih pemahaman dengan menggali pertanyaan dari kedua belah pihak tentang suatu hal.

”Itu salah satu cara pandang. Coba kita lihat dari sisi pandang yang lain. Apa yang akan terjadi jika Anda...”

222

Tipe-tipe pertanyaan:

Tipe-tipe Kegunaan ImplikasiPertanyaan Umum:Ditujukan kepada kelompok secara keseluruhan, mungkin ditulis pada overhead atau flip chart.

Merangsang proses berpikir setiap orang. Berguna untuk memulai satu diskusi. Mengatur kecenderungan.

Pertanyaan yang tidak diajukan kepada seseorang secara khusus, mungkin tidak dijawab. Pertanyaan yang salah bisa membelokkan proses. Mungkin tidak berguna, kecuali ada waktu berpikir yang cukup.

Pertanyaan Langsung:Ditujukan kepada seseorang dengan menyebut nama, atau sebuah subkelompok.

Cara yang baik untuk dijawab.Berguna untuk melibatkan peserta yang pendiam dan pemalu.Bisa mengurangi monopoli diskusi oleh peserta yang lebihdominan.Bisa menyerap kemampuan khusus seseorang dalam kelompok, contohnya. rimbawan, spesialis jender.Bisa digunakan untuk mengaitkan pada satu poin yang hilang karena ada komentar orang lain yang tidak relevan.

Bisa membuat malu peserta yang tidak siap. Lebih efektif jika diikuti dengan satu pertanyaan umum untuk mengembalikan fokus kepada kelompok sebagai kesatuan.

Pertanyaan Terbuka:Mulai dengan siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana, mengapa. Pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan hanya mengatakan ya, atau tidak.

Untuk mendapatkan umpan balik yang kongkrit atau informasi.Akan membuat peserta berpikir.Kualitas diskusi akan berkembang ketika detil baru ditemukan.Baik untuk menganalisis situasi masalah (Kenapa ini terjadi? Apa yang perlu dilakukan agar berubah?).

Pertanyaan seperti itu lebih sulit untuk dijawab. Pertanyaan yang dimulai dengan mengapa, mungkin dianggap mengancam. Jika pelatih tidak bisa mengembangkan tanggapan, kegunaannya berkurang.

Pertanyaan Faktual:Diajukan untuk mendapatkan informasi faktual.

Untuk menjernihkan “kekaburan” faktual.Untuk mengalihkan dari asumsiatau jeneralisasi.Berguna pada tahap awal diskusi.

Beberapa peserta yang mengetahui faktanya mungkin memonopoli diskusi.

Pertanyaan yang Dipantulkan:Pelatih melemparkan pertanyaan kembali kepada kelompok atas pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Pastikan bahwa jawaban ada di peserta.Bisa memicu perdebatan di antara peserta.

Mungkin memberikan kesan bahwa pelatih tidak memilikipengetahuan. Bisa dianggapsebagai taktik menghindar.

Pertanyaan Mengarah:Jawaban yang diharapkan terkandung dalam pertanyaan.

Berguna untuk mengarahkan diskusi yang telah melantur.Berguna untuk kontrol fasilitasi dan mengendalikan.

Bisa manipulatif.Poin penting bisa hilang karena niat pelatih untuk mempertahankan kontrol.

223Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

UMPAN BALIK – BELAJAR SATU SAMA LAIN

Apakah umpan balik itu?Umpan balik personal memberi informasi tentang perilaku dan penampilan. Umpan balik bisa sering dipertukarkan dalam satu situasi pelatihan, dari pelatih kepada peserta, sebaliknya atau antara peserta.

Apakah tujuan umpan balik?Umpan balik adalah satu cara membantu orang lain agar dia paham akibat perilakunya terhadap orang lain. Umpan balik membantu seseorang untuk menjaga perilakunya “sesuai sasaran” dan pada gilirannya akan meningkatkan penampilannya.

Bagaimana umpan balik bekerja?Membiasakan diri dengan JOHARI’s-Window akan membantu untuk memahami akibat dari umpan balik. Lihat pada gambar berikut. Gambar tersebut berbentuk jendela dengan empat daun. Yang disebut JOHARI’s window setelah orang menggunakannya. Jendela adalah satu model yang bisa menunjukkan bagaimana komunikasi bekerja dan membantu kita untuk memahami bagaimana kita bisa menumbuhkan pengetahuan-diri dan bagaimana kita bisa membangun kepercayaan yang lebih dalam dalam kelompok dan komunitas dengan membagikan umpan balik.

askknown by self

unknown by self

known by others

unknown by others

open/free area

hidden area

blind area

unknown area

1 2

3 4

other’s observationself-disclosure/exposure

feed

back

solic

itatio

n

shared disco- very

self-

disc

losu

re

tell

Jendela mewakili individu pribadi secara keseluruhan. Keempat daun jendela bisa digambarkan sebagai berikut:

224

Bebas/Free: Bagian diri Anda yang diketahui oleh Anda dan orang lain. Ini adalah wilayah berbagi bersama (mutual sharing).

Tersembunyi/Hidden: Bagian diri Anda yang diketahui oleh Anda, tetapi tidak diketahui orang lain. Kadangkala dengan lebih banyak berbagi akan bisa menjernihkan suasana, membangun kepercayaan dan membuat kelompok bekerja lebih mudah.

Buta/Blind: Bagian diri Anda yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh Anda. Nada suara Anda, satu bakat yang tidak Anda perhatikan mungkin berada dalam area ini.

Misteri/Unknown: Bagian diri Anda yang tidak diketahui oleh Anda sendiri dan orang lain. Disini terletak bakat dan kemampuan yang belum Anda ketahui dan orang lain ketahui. Tetapi mereka bagian diri Anda dan mungkin satu hari akan terungkap.

Umpan Balik: Cara dimana orang lain membukakan wilayah buta Anda, dengan membiarkan orang lain menyampaikan apa yang Anda tidak ketahui dan lihat tapi diketahui dan dilihat oleh orang lain.

Sharing: Cara membuka diri Anda lebih banyak kepada orang lain.

Pengungkapan: Sebuah pengalaman ketika bagian wilayah misterius diri Anda sendiri tiba-tiba terungkap. Pengungkapan muncul secara spontan; tidak bisa direncanakan.

Dalam kata lain, cara kita melihat diri sendiri, adalah sebagian dari hasil yang orang lain telah sampaikan kepada kita; bagaimana mereka melihat kita. Kadang-kadang bahkan bisa dilihat sebaliknya yaitu cara kita merasakan atau berperilaku, bisa tergantung pada apa yang kita pikir orang lain lihat dalam diri kita. Contohnya:

“Saya tidak memahami apa yang guru katakan, tetapi jika saya minta kepadanya untuk menjelaskan kepada saya lagi, dia akan berpikir bahwa saya sangat bodoh. Maka lebih baik saya diam.”

Dalam banyak kasus akan sangat membantu untuk mendengar dari orang lain bagaimana mereka sebenarnya melihat saya, dan hal ini bisa dilakukan melalui umpan balik.

Bagaimana memberi umpan balik?Umpan balik hanya akan efektif jika kriteria tertentu digunakan. Berikut beberapa petunjuk untuk memberi umpan balik konstruktif.

225Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

KRITERIA CONTOH BAIK CONTOH BURUK

Spesifik, tidak umum. Anda terlalu cerewet! Ketika kita sedang memutuskan suatu hal, Anda terlalu banyak berbicara sehingga saya berhenti menyimak.

Deskriptif, tidak menilai

Anda hanya mau mengganggu saya!

Saya merasa terganggu, karena Anda menyela saya sepanjang waktu!

Penerima bukan pemberi

Saya katakan pada Anda.. Jika Anda siap saya akan memberi Anda beberapa umpan balik mengenai…

Fokus pada perilaku bukan orang

Anda sombong! Anda sering mengangkat alis, ketika saya berbicara. Ini menyulitkan bagi saya untuk terus berbicara.

Fokus pada hal positif bukan negatif

Anda tidak cukup tersenyum

Anda memiliki senyuman yang hangat, Anda bisa melalukannya lebih sering, hal itu membuat saya senang untuk bekerja dengan Anda.

Minta jangan paksa Pasti Anda ingin mengetahui...

Tolong, katakan apa yang telah Anda lihat dari pekerjaan saya ….Apakah semua orang paham apa yang saya jelaskan ?

Waktu yang baik Minggu lalu.... Secara umum jangan menunda umpan balik. Hal itu akan lebih berguna jika dilakukan setelah pengamatan. Orang kemudian bisa menghubungkannya dengan situasi spesifik

Singkatnya coba katakan umpan balik Anda sebagai berikut:Ketika… (menyebutkan perilaku spesifik)…saya…. (menjelaskan perasaan Anda)….Karenanya…. (memberitahu akibat perilaku)….

Bagaimana cara menerima umpan balik?Umpan balik dapat memberi gambaran kepada Anda bagaimana orang lain melihat tindakan Anda dan memberi Anda pilihan untuk merubah perilaku Anda. Bahkan sekalipun Anda “tidak setuju’ dengan umpan balik tersebut, Anda juga perlu untuk mendengar dan memahaminya dengan jelas. Memberi umpan balik kepada orang lain kadangkala sulit. Karenanya menjadi penting untuk memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan orang mudah menerima umpan balik.

226

Dalam bagian berikut, ada hal-hal yang bisa membantu Anda untuk memahami cara menerima umpan balik yang positif.Konsentrasi, Amati dan Simak Anda tidak perlu melakukan apa pun dengan umpan balik. Yang perlu Anda lakukan, hanyalah memperhatikan orang yang memberi Anda umpan balik.

PeriksaTunggu sampai umpan balik diberikan, kemudian katakan dengan kata lain poin pentingnya.

Jadi, apa yang Anda katakan adalah bahwa…

JernihkanAjukan pertanyaan untuk memperjelas atau minta contoh.

Kapan dan bagaimana saya membuat Anda marah?

Jangan membela diriBanyak di antara kita yang memiliki kesulitan dalam mendengar hal negatif tentang diri kita sendiri. Biasanya kita merasa tidak nyaman sehingga kita berusaha mempertahankan diri, antara lain dengan memberi tanggapan yang cepat. Sayangnya, kalau hal itu kita lakukan, berarti kita akan kehilangan kesempatan yang bernilai untuk pengembangan diri.

Itu karena…Saya berpikir bahwa kebanyakan orang…Ya. Tetapi…Anda salah paham…Anda siapa ? Mengapa Anda berani berkomentar seperti itu ?

Katakan batas AndaJika orang yang memberi umpan balik terlalu banyak memberi saran-saran, petunjuk, atau kritik, yang membingungkan, maka Anda bisa mengatakan bahwa itu cukup.

Saya sudah cukup mendengar, terima kasih atas semua umpan balik yang membantu. Konsentrasi, Amati dan Simak

227Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

PARAFRASE

Apakah parafrase itu?Parafrase dalam pelatihan adalah tindakan pelatih mengulang apa yang dikatakan peserta pelatihan, menggunakan kata-kata sang pelatih sendiri.

Kenapa menggunakan parafrase?

Keuntungan bagi pelatiha. Teknik ini memaksa Anda, sebagai seorang pelatih, untuk menyimak dengan hati-hati, karena Anda tahu bahwa ketika peserta selesai berbicara, Anda perlu mengulang apa yang telah dikatakan. Sebagai tambahan, Anda memiliki kesempatan untuk menemukan, apakah Anda benar-benar memahami apa yang dikatakan peserta.Keuntungan Bagi Pembicarab. Parafrase memiliki efek menenangkan dan menjernihkan. Parafrase meyakinkan pembicara bahwa ide-idenya layak untuk disimak. Dan meyakinkan pembicara bahwa orang lain mendengar ide-idenya. Dengan kata-kata lain, parafrase mendorong orang saling-mendengarkan dan saling berkomunikasi.Keuntungan Bagi Pendengarc. Mereka memiliki kesempatan kedua untuk memahami apa yang dijelaskan oleh pembicara.

Kapan menggunakan parafrase?

Ketika seorang peserta membuat pernyataan yang sangat panjang, rumit dan membingungkan, atau ketika seorang peserta memiliki masalah-masalah dalam mengungkapkan pemikirannya sendiri secara jelas.

Bagaimana menggunakan parafrase?

Tekniknya menggunakan model empat-langkah berikut:Simak dengan hati-hatia. Pergunakan kata-kata Anda sendiri untuk mengatakan apa yang kira-kira dikatakan b. peserta, dimulai dengan, sebagai contoh:

‘”Dalam kata-kata lain …” • atau”Apakah yang Anda maksud adalah…” • atau”Kedengarnya yang Anda katakan adalah…”•

Periksa dengan mengatakan sesuatu seperti:c. ”Apakah benar begitu?” atau • ”Apakah saya bisa menangkapnya”•

Jika tidak, terus minta penjelasan sampai Anda memahami apa yang dimaksudkannya. d. Catatan: Jika pernyataan pembicara dalam satu atau dua kalimat, pergunakan kira-kira jumlah kata-kata yang sama ketika Anda mem-parafrase-kannya. Jika pernyataan pembicara dalam kalimat yang sangat panjang, ringkaskan.

228

MENGUJI

Apakah menguji itu?

Menguji adalah mengajukan pertanyaan berikut ini untuk mendapatkan pemahaman, seperti:Bisa Anda jelaskan lebih?•Bisakah Anda meletakkan dengan cara yang lain?•Tolong jelaskan lebih lanjut hal tersebut.•Tetapi mengapa, bagaimana, siapa, kapan, di mana?•Apa pun yang lain?•

Menguji lebih seperti mengupas lapisan bawang, dan tujuannya adalah menuju inti bawang tersebut.

Kenapa dan kapan menggunakan menguji sebagai seorang pelatih?

Menguji bisa digunakan untuk keperluan yang berbeda seperti:Untuk menggali peserta,•Untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan/atau opini,•Untuk membangun dialog,•Untuk memecahkan masalah-masalah.•

Bagaimana cara menguji dengan baik

LAKUKAN JANGAN LAKUKAN

Aktif menyimak.

Kembangkan pertanyaan selanjutnya dari jawaban sebelum.

Perjelas informasi.

Pisahkan masalah atau poin utama.

Menilai selama menyimak.

Melompat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain.

Membuat asumsi.

Kehilangan arah karena terhambat detil atau menyimpang.

229Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

MENCIPTAKAN DIALOG

Apakah dialog itu?

Dialog adalah aliran informasi yang sangat bebas di mana peserta ikut bertanggung jawab.

Apakah perbedaan antara dialog dan diskusi?

Istilah dialog dan diskusi seringkali digunakan dimana saja, tergantung dari konteks atau situasi penggunaannya. Selama pelatihan ini, kita mendefinisikan diskusi dan dialog sebagai berikut:

DISKUSI DIALOG

Berdasarkan kompetisi•Bertanggung-jawab untuk •mempengaruhi opini yang lainPikiran tertutup•Bicara •Pernyataan•Opini yang pasti •Mencari penyelesaian•

Berdasarkan berpikir bersama•Bertanggung-jawab untuk memahami •perspektif yang lainPikiran terbuka•Menyimak•Pertanyaan terbuka•Menguji•Mencari penyelesaian terbaik•

Kenapa dialog penting dalam pelatihan?

Dialog adalah perlu untuk:Menciptakan satu lingkungan saling percaya•Sharing•Menyelesaikan masalah secara efektif•Mencapai konsensus•

Bagaimana menciptakan dialog?

Perjelas tujuan 1. sharing (jika diperlukan jelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi)Uji dan dukung pengujian oleh peserta dengan informasi dan pemahaman2.

Tantang ide-ide atau asumsi yang mapan.3.

230

PENTINGNYA KOMUNIKASI NON-VERBAL

Pembelajaran terbaik adalah ketika seseorang mempunyai kebutuhan dan meyakini bahwa pelatih, mempunyai pengetahuan yang mereka butuhkan. Ini berarti bahwa setiap anggota kelompok memiliki ketetapan mengenai apa yang harusnya dikatakan. Masalahnya adalah tidak semua dikomunikasikan hanya secara verbal. Walaupun kita berbicara dengan suara kita, namun kita berkomunikasi melalui seluruh tubuh kita. Jika kelompok tersebut bertujuan untuk menerima apa yang Anda sampaikan kepada mereka, maka yang pertama adalah mereka harus mempercayai bahwa Anda adalah seorang pelatih. Orang akan menilai secara tepat sebuah pesan berdasarkan penempatan kepercayaan yang diberikan kepada si penyampai pesan. Ini berarti sejak pertama kali pertemuan dengan anggota kelompok, mereka akan menilai Anda untuk melihat seberapa besar validitas yang dapat mereka tempatkan terhadap apa yang Anda katakan, sebesar apa otoritas Anda akan menentukan besarnya keyakinan mereka terhadap diri Anda. Inilah poin yang mesti dibangun untuk kepuasan mereka yaitu dapat membuat mereka rileks dan mendengarkan isi pesan yang Anda sampaikan. Ini tidak berarti bahwa kredibilitas hanya ditentukan oleh peran kekuatan non-verbal tetapi memainkan peran penting dalam menciptakan pengertian kelompok.

Seorang behavioris Albert Mehrabian menemukan bahwa 55% dari dampak pesan yang disampaikan dibangun oleh elemen non-verbal. Intonasi berpengaruh 30% namun hanya 7% pengertian dari kata-kata yang disampaikan itu sendiri. Terang saja bahwa gerak tubuh, gaya, dan ekspresi dapat mempengaruhi secara signifikan khususnya:

Mempengaruhi penerimaan pesan.1.Mempengaruhi pemahaman terhadap pesan.2.

Penerimaan Pesan

Tingkah laku Trainer harus bersahabat, berotoritas, dapat didekati dan terpercaya.

Senyuma.

Cara yang paling sederhana dan efektif untuk menunjukan bahwa anda seorang yang ramah dan dapat didekati adalah dengan tersenyum. Hal ini sangat natural, bukan terkekeh-kekeh karena gugup juga bukan menyeringai atau meringis.

Berjabat tanganb.

Jabat tangan biasa diartikan sebagai cara untuk menghilangkan jarak. Jabat tangan jangan dipandang sebagai kesempatan untuk meremukkan tulang jari. Juga bukan seperti ketika memegang kain basah atau bukan sebagai sarana untuk menunjukan kekuatan.

Posturc.

Cara berdiri kita juga dapat menunjukan indikasi apa yang sedang kita rasakan. Penampilan

231Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Anda menunjukan kontrol diri Anda. Anda harus terlihat mempunya otoritas namun tidak militeristik. Ini berarti jika Anda tinggi maka terlalu memikirkan tinggi badan. Jangan gugup juga lembek seperti jeli dalam piring.

Cara bertindakd.

Menjadi orang yang punya keyakinan tidak berarti menjadi sombong. Jangan sampai ada yang Anda katakan atau lakukan yang membuat kelompok merasa terhalangi, dipermalukan atau dilindungi.

Penampilane.

Sering disebut bahwa kesan pertama adalah kesan terakhir dan tidak akan ada kesempatan kedua untuk menciptakan kesan pertama. Seorang partisipan umumnya memiliki opini mengenai apa yang akan mereka harapkan untuk dilihat. Penampilan Anda merupakan bagian integral dari harapan ini.

Jika anda menginginkan kelompok senang dan merasa nilai-nilai yang sama dengan yang Anda bagikan, maka penting untuk memakai cara berpakaian yang sama. Sebagai contoh, jika Anda memakai pakaian yang sangat kasual, jeans dengan jumper ketika yang lainnya memakai pakaian formal, ini akan menurunkan kredibilitas dan berarti Anda akan bekerja dua kali lipat lebih keras untuk mengatasi reaksi ini.

Pemahaman Pesan

Kejelasan pesan yang dikomunikasikan dan yang diterima oleh orang lain secara signifikan dipengaruhi oleh non-verbal yang tersampaikan dalam proses presentasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penolakan adalah:

Mata• Lengan dan tangan • Kaki, lutut dan tubuh•

Mataa.

Mata merupakan jalur komunikasi yang sangat penting. Dalam percakapan normal, terjadi kontak mata 25 -30% pada waktu tersebut, kedipan mata terjadi setiap 3 – 10 detik. Selama percakapan, maka kontak mata akan berkurang dan jumlah kedipan menurun.Kemampuan mendengar sebanding dengan kontak mata yang dilakukan. Ini berarti asumsi bahwa jika seseorang menatap kita ketika berbicara maka informasi tersebut ditujukan bagi kita. Sebaliknya jika kontak mata kemana-mana maka kita akan menolak pembicara dan tidak bersepakat dengan apa yang disampaikan.Ini sering ditemui dalam sesi training ketika pertanyaan ditujukan pada kekompok dan kontak mata terhadap keseluruhan kelompok. Hasilnya adalah respon yang lama atau sama sekali tidak direspon. Jika pertanyaan yang sama diajukan dengan menatap secara individual maka orang tersebut akan merasa perlu untuk menjawab atau memahami hal tersebut.

232

Efeknya adalah ketika terjadi kontak mata dengan kelompok secara memadai maka penyerapan dan keterlibatanpun berkurang. Jika sedemikian penting, mengapa banyak orang masih mengalami kesulitan? Jelas bahwa kemampuan perasaan kita mendeteksi secara instingtif menolak kontak mata karena orang lain dapat melihat kegugupan maupun kecemasan kita. Keengganan untuk melakukan kontak mata juga dapat diartikan sebagai ketakutan. Di sisi lain, kurangnya kontak mata oleh kelompok juga menunjukan kurangnya kepercayaan, kecenderungan untuk menutupi perasaan, juga kebohongan. Solusinya yaitu mengusahakan untuk menatap orang-orang dalam kelompok atau paling tidak membuat mereka percaya pada Anda.

Lengan dan Tanganb.

Mungkin hal yang paling sulit bagi trainer adalah mengatur gerak tangan ketika melakukan presentasi. Dalam percakapan biasa, gerak tangan mungkin tidak begitu penting, namun dalam melakukan presentasi kadang dapat secara indpenden bergerak. Dimasukan ke dalam saku atau menjelajahi mulut dan gerakan lain yang tidak diharapkan.Mengapa? Karena ada rasa gugup. Ketegangan akibat gugup menghasilkan energi ke sistem untuk mencoba mencari sesuatu yang dapat dimainkan.

Gerakan tangan yang harus dihindaric.

Grooming

Tidak ada yang salah salah ketika memastikan apakah dasi sudah cukup lurus atau rambut tertata dengan baik, namun jika hal tersebut terus menerus dilakukan maka akan mengganggu.Fiddling (memain-mainkan)

Yang termasuk dalam permainan disini adalah kancing, jam, cincin, spidol, penjepit kertas dan sebagainya. Untuk menghindari melakukannya maka sebaiknya membatasi pemakaian hal-hal tersebut.Wringing (Meremas-remas)

Meremas-remaskan tangan merupakan hal yang biasa dimaknai permintaan maaf kepada audiens (tergantung seberapa sering hal tersebut dilakukan).Scratching (Pelemasan)

Gerakan tangan yang paling mendapatkan respon dari pendengar adalah ketika pembicara melakukan stretching dan diikuti dengan suasana santai oleh audiens.

Kapan harus menggunalan gerakan tangand.

Gerakan tangan harus dapat digunakan untuk membantu pemahaman kelompok. Harus memiliki tujuan yang jelas juga harus natural dan hati-hati. Banyak pembicara yang yakin jika menghasilkan gerakan tangan yang sesuai maka mereka akan lebih mudah diterima.

233Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Fungsi gerakan tangan adalah:Reinforcement (Penguatan)

Gerakan tangan baik untuk dilakukan ketika dalam tujuan untuk menguatkan apa yang dikatakan. Hal ini turut mendukung apa yang dikatakan dengan menggerakan tangan juga dapat menjadi visualisasi.Emphasis (Penekanan)

Mengacungkan jari, membunyikan meja, melakukan gerakan karate di udara dapat menjadi tanda penekanan. Jika tidak terlalu berlebihan maka hal ini dapat membantu mengkomunikasikan hal-hal yang penting bagi kelompok.

Kaki dan tubuhe.

Jika anda berdiri dihadapan kelompok dan sikap mereka akan dipengaruhi kuat oleh cara Anda berdiri.Sulit untuk menciptakan kesan yang baik ketika Anda berdiri dengan menyilangkan kaki. Yang paling baik adalah berdiri dengan tegak lurus. Tidak hanya kontak mata yang baik dan mengusai seluruh ruangan tetapi juga menghindari jarak seperti ketika Anda hanya duduk. Bisa juga Anda duduk diatas meja. Ini dapat menciptakan situasi yang tidak terlalu formal namun tidak mengganggu proyeksi suara.Berdiri tegak lurus harus terlihat santai dan nyaman. Jangan seperti tentara. Berpindah-pindah tempat dapat menstimulasi juga membuat perhatian audiens lebih terfokus. Contoh-contoh distraksi yang sering terjadi:

Berjalan kedepan dan kebelakang• Berayun• Menekankan poin penting dengan jinjit (berdiri dengan ujung telapak kaki)• Menampilkan tarian sederhana• Berdiri pada setengah bagian sepatu •

Untuk gerakan yang dapat diterima, harus natural. Jangan berjalan dengan langkah cepat, menyambar, terhuyung-huyung atau berayun.

234

MENGHADAPI PERILAKU YANG SULIT

Sering dibicarakan, dan memang benar, bahwa pelatihan kelompok berlangsung dengan keadaan yang baik, jika pesertanya orang-orang yang tidak susah diatur. Hanya saja pelatihan tidak mungkin berlangsung tanpa kehadiran mereka yang sulit diatur. Situasi ini mengakibatkan dilema buat pelatih dalam mengembangkan kemampuan untuk bisa bersepakat dengan orang yang berbeda kepribadiannya.

Adalah penting untuk menekankan bahwa bukan individunya yang rumit, melainkan hanya perilakunya. Kemampuan pelatih dalam pelatihan akan dikenal melalui perbedaan perilaku dan bagaimana mengaturnya agar menjadi kelompok yang dinamis dengan tepat. Berikut disampaikan beberapa karakter:

The talking terrora.

KarakterTalking terror berbicara tak berhenti. Mereka sangat menjengkelkan dan berbicara sangat banyak serta memonopoli dan mendominasi kelompok dalam setiap diskusi. Mereka sering membicarakan sesuatu yang terjadi pada diri mereka.

SebabSekalipun hasilnya akan berubah-ubah, kasus yang ditimbulkan adalah ketidaknyamanan. Mereka sering berupaya menonjolkan diri mereka sendiri ketimbang pelatih atau peserta yang lain. Konsekuensinya, mereka menghabiskan waktu untuk mencoba menunjukkan kepada kelompok bahwa mereka berhak mendapatkan penghargaan. Atau mungkin mereka mencari persetujuan yang mereka tunjukan lewat antusiasme di dalam diskusi (keinginan yang amat besar). Mereka mungkin hanya ingin diperhatikan oleh kelompok sebagai seorang yang baik dalam memberikan perhatian dan penerimaan (tukang oceh).

Frase favorit”Saya percaya apa yang saya katakan benar…”, ”Saya selalu melakukannya…”

PenangananMelihat kesempatan untuk melakukan intervensi. Mungkin dengan melakukan istirahat 1.sebentar. Setuju dengan pembicara (beberapa pembicara akan menginginkan untuk diberi usulan) lalu, membuat sesuatu menjadi jelas dengan mengalihkan perhatian mereka ke tempat lain. Contoh: ”Ya, Ali, itu akan sangat berguna. Apakah yang lain ada yang mengetahui cara untuk mencapai hal ini?” menggunakan kata ‘yang lain’ akan menjadi baik, sebagai cara untuk menghindari menggunakan nama orang.Cek kembali pemahaman Anda. Contoh: ”Tunggu sebentar Ary — apa yang Anda 2.katakan tentang X, Y, Z; dapatkah orang lain mengetahui maksudnya?”Sangat baik ketika selama istirahat Anda bicara kepada seseorang dan menjelaskan 3.bahwa Anda sangat senang ketika dia mau berpartisipasi tetapi Anda membutuhkan anggota kelompok yang lain untuk berdiskusi.

235Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

Meminta pembicara untuk melakukan dengan cara lain. Meminta mereka untuk 4.mencatat semua ide-ide dalam kelompok dengan membuat flip chart dan mencari assisten sebgai operator teknik untuk mengobservasi sehingga merupakan tujuannya.

The great griperb.

KarakterSekalipun pemikiran kritis sangat mendorong dalam pelatihan, masalahnya adalah mereka dalam setiap diskusi mengambil kesempatan untuk memberi komplain tentang kelompok. Jika dibiarkan maka mereka akan menjadi ‘orang yang menjengkelkan’, cara mereka ini dapat merusak rasa antusias kelompok.

SebabGreat gripers meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka berhak melakukan apa yang mau mereka lakukan.

Frase favorit”Masalahnya adalah…”, ”Semuanya baik, tapi…”

PenangananHal yang perlu diperhatikan dengan Great Gripers adalah Anda larut mengikuti diskusi dengan topik favorit mereka daripada tetap pada masalah yang ingin Anda bahas. Oleh karena itu, jangan terpikat!

Ijinkan mereka berkata satu kali. Biarkan mereka jelaskan. ”Andi, saya melihat bahwa 1.Anda merasa percaya betul dengan hal ini. Seharusnya kita bisa ambil waktu sekitar tiga menit untuk mendiskusikan hal ini dan kemudian kita sepakati hal ini setelah pelatihan.”Minta mereka untuk menyampaikan langkah apa yang akan mereka ambil atas 2.permasalahan yang sedang dihadapi. Ini akan menjadi solusi sederhana, yang mana menjadi sebab kenapa mereka tidak melakukan itu? ”Dewa, Anda telah menjelaskan masalah itu pada kami. Apa yang akan kamu lakukan dan pemecahan masalah yang bagaimana yang akan Anda buat?” Ambil beberapa langka positif untuk istirahat. ”Saya dapat memahami apa yang 3.mengganggu kamu, Ira, ayo kita makan bersama dulu.”

Doubting Delegatec.

KarakterDoubting delegate merupakan jenis dari grater griper. Perbedaan utama adalah great griper hanya membahas satu atau dua bagian yang sensitif, doubting delegate menghasilkan semua yang bersifat sinisme.

236

SebabDoubting delegate selalu menganggap dirinya senior. Itulah sebabnya sikap mereka menjadi produktif dan mencoba beberapa ide cemerlang tetapi gagal. Ini terjadi karena ide tersebut tidak diberi pilihan lain serta sedikit menerima ide dari orang lain. Akhirnya pada orang lain akan muncul perasaan skeptis (tua atau muda).

Frase favorit”Semuanya tidak pernah kerja.”, “Kami sudah mencoba sebelumnya.”

PenangananMenerima langkah demi langkah. Pertama nyatakan persetujuan jika ide atau proses kerja ditentukan oleh waktu dan upaya pembelajaran. Langkah kedua memberi saran kepada doubting delegate untuk menerima saran atau pendapat selama pelatihan dan setelah itu akan dievaluasi.Jika doubting delegate tidak yakin akan proses tersebut minta mereka menjelaskan lebih lanjut kenapa mereka percaya dan menerima satu pilihan saja. Kemudian kembali ke langkah kedua.

The Pot Plantd.

KarakterPlot plant dikenal dengan sangat sedikitnya kontribusi mereka dalam kelompok dan terlihat modis, dan terkesan sebagai ”warna tambahan” pada kelompok.

SebabSedikit alasan kenapa pot plant lebih memilih diam dalam kelompok, antara lain mereka berpikir bahwa yang mereka katakan adalah sebuah kebodohan yang akan membuat mereka terlihat ”aneh”, mungkin juga mereka sangat susah untuk menyampaikan pemikiran karena merasa tidak merasa nyaman sehingga hanya ingin duduk dan diam.

Frase favorit“Maaf ”

PenangananPendekatan yang akan Anda ambil tergantung dari alasan yang Anda rasakan terhadap pot plant ketika mereka sedikit terlibat dalam diskusi. Jika Anda enggan dan merasa tidak nyaman, bangun kepercayaan mereka sebelum memberikan pertanyaan kepada mereka yang Anda tahu mampu menjawab.Ketika tidak ada keterlibatan dan kurangnya motivasi, itu dapat terjadi karena pot plant tidak suka dengan topik. Ambil waktu untuk tunjukan dampaknya (Anda mungkin dapat memberikan beberapa rangsangan dengan pendekatan training).Jika dasarnya mereka tidak bisa mengeluarkan ide dan diam, ini dapat dilakukan dengan menyediakan pertanyaan menyusun kata-kata sehingga respon tersebut membutuhkan

237Modul V - Menyampaikan Pelatihan |

penjelasan yang jelas. Contoh: ”Adam, apakah kamu dapat menemukan bahwa pertanyaan tertutup dapat membantu mengatasi perasaan malu?”Untuk pilihan seperti ini mendengarkan akan lebih baik daripada berbicara, pelatih dapat terlibat meskipun tidak secara langsung sehingga peserta dapat menjadi aktif.

Pelawak (humoris)e.

KarakterDalam setiap kesempatan mereka selalu melemparkan senyum kepada semua orang dan selalu membuat gembira dengan ejekan ataupun sindiran. Selera humor seperti ini harus ditangani secara sungguh-sungguh. Akan membantu jika membongkar sesuatu yang menjadi halangan, kelompok yang rileks dan bersahabat.

SebabDalam faktor ini mereka memilih untuk menjadi ‘bos’ dan mau diterima oleh kelompok.

Frase favorit“Ini mengingatkan ku…”, ”Saya mengetahui orang ini…”

PenangananSangat sulit untuk mengontrol pelawak antara menjadi lembut dan senang serta terlalu menurut.

Ketika mereka mencoba untuk memberikan cerita lucu dan humor jelaskan bahwa akan 1.ada waktu yang cukup untuk membicarakan hal tersebut, mungkin pada kesempatan makan siang atau istirahat dengan menggunakan anekdot tetapi waktu pelatihan sangat terbatas. ”Maaf, Martin, saya tahu bahwa kami sangat senang mendengarkan apa yang terjadi padamu, tapi sayang sekali waktu kami sangat terbatas sekarang. Mungkin kita bisa minum bersama dan membicarakan hal itu setelah sesi ini.”Gunakan pandangan atau tatapan mata yang tajam untuk mengecilkan hati mereka 2.agar tidak membuat sesuatu yang tidak penting.

238

MODUL VI

MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN

Analisis Perkembangan Belajar Peserta Pelatihan

Monitoring Pelatihan

Mengevluasi Pelatihan

241Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

ANALISIS PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN

TujuanPada akhir sesi peserta:

Dapat menjelaskan alur dan logika dari siklus pembelajaran berdasar pengalaman.• Mengenali fase-fase siklus pembelajaran berdasar pengalaman dalam perancangan sesi•

BahanTransparansi atau • flip charts tentang masalah komputer dan siklus pembelajaran berdasar pengalaman.Flip charts• dengan 4 contoh sesi terpilih; masing-masing menunjukkan kejelasan suatu alur sesi yang dimulai pada titik masuk yang berbeda dari siklus pembelajaran berdasar pengalaman.

Waktu120 menit

Proses

Pelatih memberikan penjelasan mengenai kaitan materi ini dengan prinsip pembelajaran 1.orang dewasa. Ingatkan mereka bahwa untuk semua orang dewasa, pembelajaran berdasar pengalaman dan pembelajaran dengan melakukan adalah aspek yang sangat penting dalam pembelajaran. Jelaskan bahwa walaupun prinsip-prinsip mengenai pembelajaran bisa sama untuk setiap orang, kita juga memiliki kecenderungan tertentu tentang bagaimana cara belajar yang diinginkan.Pelatih menunjukkan kasus komputer (lihat transparansi/2. powerpoint) dan buat daftar sekilas tentang tanggapan dan jelaskan bahwa setiap orang memiliki satu gaya yang lebih diminati dalam belajar memecahkan masalah. Beberapa orang suka mulai dengan coba-coba, yang lainnya lebih suka berefleksi, berpikir atau menerapkan.Jelaskan bahwa pembelajaran dapat digambarkan sebagai satu proses bekerja melalui 3.berbagai langkah yang ada di dalam siklus pembelajaran berdasar pengalaman. Jelaskan bahwa hal itu adalah alat bantu yang sangat berguna bagi pelatih untuk merancang sesi mereka.Tampilkan contoh rancangan sesi, dan minta pada peserta, secara berkelompok 4.(beranggota 6 orang ), untuk menggambar siklus pembelajaran, dengan menunjukkan di manakah sesi awal dan akhir dari siklus tersebut.Minta pada peserta untuk menjelaskan bagaimana seharusnya pelatih bisa menggunakan 5.siklus tersebut dalam merancang suatu sesi pelatihan.

242

Jelaskan bahwa mungkin saja melatih topik yang sama dengan empat cara berbeda sesuai 6.dengan gaya pembelajaran yang berbeda. Bagikan latihan dan minta peserta, secara berkelompok, mendefinisikan di mana setiap kasus dimulai dalam siklus pembelajaran (kasus 1: instruksi, kasus 2: refleksi, kasus 3: pembelajaran mandiri, kasus 4: belajar dengan melakukan).Ringkaskan, dan sampaikan dua konsekuensi penting yang diperoleh dari latihan yang 7.baru dilakukan tersebut.

Lembar Kerja

Over head/powerpoint slide 1

Bagaimana cara memecahkan Masalah Komputer ini?

Suatu hari, ketika Anda sedang menggunakan komputer, tiba-tiba komputer Anda rusak. Apa yang pertama-tama akan Anda lakukan untuk memecahkan masalah ini?

Mencari dalam manual dan berusaha menemukan pemecahan masalah.1.Menjalankan 2. help program dan mempelajari dari demostrasi yang diperlihatkan, bagaimana pemecahannya.Tetap mencoba memencet berbagai tombol dengan harapan bahwa masalah bisa 3.terpecahkan. Duduk sejenak dan berusaha mengingat kembali cara yang pernah Anda lakukan ketika 4.menemui masalah yang sama.

Over head/powerpoint slide 2

Siklus Belajar dari Pengalaman

PRAKTEK

PENGALAMAN

REFLEKSI

KESIMPULAN

243Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

Pengalaman: Terbuka terhadap pengalaman baru. Menghubungkan dengan pengalaman orang lain di masa lalu dan sekarang

Refleksi: Berpikir, Bermeditasi, Mempertimbangkan, Menemukan, Mencerna informasi, Berpikir keras, Memperjelas, Memahami, Menguras otak

Kesimpulan: Mengeneralisasi, Berpikir, Menganalisa, Mengidentifikasi isu kunci atau hal-hal penting, Meletakkan semua hal dalam satu kerangka, Membentuk konsep atau ide baru.

Praktek: Belajar sambil mencoba, menerapkan, uji coba (trial and error), bereksperimen.

Berikut ini adalah contoh empat sesi, yang semuanya memperkenalkan pendekatan penyelesaian konflik yang mendukung gaya pembelajaran yang berbeda. Tentukan gaya pembelajaran mana yang bisa digunakan untuk setiap contoh.

Kasus 1-InstruksiPelatih menjelaskan karakteristik dari tiga pendekatan yang berbeda dalam penyelesaian 1.konflik.Peserta mendapat tiga studi kasus mengenai penyelesaian konflik dan diminta untuk 2.mengidentifikasi pendekatan apa yang dipergunakan dalam setiap kasus.Peserta bertukar pengalaman mengenai penyelesaian konflik yang mereka lakukan dalam 3.pekerjaan mereka sendiri.Peserta merefleksikan bagaimana mereka menghubungkannya dengan tiga pendekatan 4.yang telah diperkenalkan.

Kasus 2-RefleksiPeserta melakukan curah pendapat berdasarkan pengalaman mereka mengenai apa yang 1.penting dalam penyelesaian konflik.Dalam kelompok kecil peserta merefleksikan hasil curah pendapat dan menganalisis untuk 2.membedakan tiga pendekatan yang terdapat dalam hasil curah pendapat tersebut.Dalam pleno, hasilnya didiskusikan dan tiga pendekatan tersebut didiskusikan dan diberi 3.nama.Peserta kemudian menonton video mengenai konflik dan mengidentifikasikan pendekatan 4.yang mana yang tepat untuk memecahkan masalah tertentu.

Kasus 3-Pembelajaran mandiriUntuk pekerjaan rumah, peserta membaca sebuah artikel mengenai tiga pendekatan 1.penyelesaian konflik.Pada hari selanjutnya pelatih memandu satu diskusi pleno untuk merumuskan ketiga 2.pendekatan tersebut.

244

Hal tersebut diikuti dengan satu latihan pendek mengenai tiga studi kasus penyelesaian 3.masalah dan peserta diminta untuk mengidentifikasikan pendekatan mana yang dipakai dalam setiap studi kasus.Peserta bertukar pengalaman mengenai penyelesaian konflik dalam pekerjannya4.

Kasus 4-Belajar dengan melakukanPelatih memulai satu permainan simulasi, yang menciptakan konflik dalam kelompok, yang 1.harus mereka pecahkan.Peserta mencoba cara yang berbeda utuk menyelesaikan masalah.2.Setelah simulasi berakhir, pelatih membantu kelompok untuk merefleksikan pengalaman 3.melalui satu diskusi pleno .Pada akhir refleksi, pendekatan-pendekatan yang berbeda diidentifikasikan.4.

Over head/powerpoint slide 3

Siklus Pembelajar dari Pengalaman

PRAKTEK

PENGALAMAN

REFLEKSI

KESIMPULAN

Seorang pembelajar, supaya efektif, memerlukan empat kemampuan yang berbeda:Dia harus mampu melibatkan diri secara penuh, terbuka dan tanpa bisa ke dalam 1.pengalaman baru.Dia harus mampu berefleksi dan mengamati pengalaman tersebut dari berbagai 2.perspektif.Dia harus mampu menciptakan konsep yang mengintegrasikan pengalamannya ke dalam 3.teori logis.Dia harus mampu menggunakan teori tersebut untuk membuat keputusan dan 4.memecahkan masalah.

245Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

Dengan kata lain, pembelajaran bisa dilihat sebagai satu proses ketika seseorang mengalami sesuatu secara langsung, merefleksikan pengalaman sebagai sesuatu yang baru atau berhubungan dengan pengalaman yang lain, dan menggunakan konsep dalam tindakan yang berurutan sebagai satu petunjuk perilaku. Di luar keempat langkah tersebut orang menurunkan satu rangkaian baru pengalaman yang menuju pada pengulangan siklus pembelajaran.

Bahan Bacaan

Gaya Pembelajaran•

246

MONITORING PELATIHAN

TujuanPada akhir sesi peserta:

menyimpulkan bahwa monitoring adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari• dapat menjelaskan tiga alasan untuk monitoring harian dalam satu lingkungan • pelatihandapat memilih metode monitoring yang tepat•

Bahan -

Waktu120 menit

ProsesPelatih menjelaskan tujuan dan prosedur sesi.1.Pelatih membagi peserta menjadi enam kelompok dan menjelaskan bahwa peserta 2.memiliki waktu lima menit untuk menuliskan sebanyak mungkin hal yang mereka pantau dalam kehidupan sehari-hari.Bahaslah bersama peserta daftar tersebut dengan cepat dan rumuskan dengan 3.mengatakan bahwa monitoring adalah bagian dari kehidupan.Kaitkan hal tersebut dengan satu 4. setting pelatihan. Ajak peserta untuk mencurahkan pendapat mengenai mengapa, kapan dan apa yang dilakukan dalam monitoring harian dalam satu setting pelatihan:

Mengapa melakukannya? (untuk memeriksa apakah pelatihan berjalan seperti yang •direncanakan, untuk mencapai tujuan, dan untuk meningkatkan rasa memiliki di antara peserta)Mengapa melakukannya setiap hari, dan tidak hanya setiap minggu atau pada akhir •suatu pelatihan? Apa yang Anda lakukan dengan hasilnya? Tekankan kenyataan bahwa jika Anda •memutuskan untuk memantau setiap hari, Anda juga perlu memasukkannya ke dalam program pada awal dan akhir dari setiap hari dan memiliki fleksibilitas mengenai apa yang dilatihkan dan bagaimana melatihkannya selama melaksanakannya.

Pelatih merefleksikan cara melakukan 5. monitoring harian selama pelatihan dan merumuskan metode dan pendekatan berbeda yang dipergunakan (contohnya apakah hal itu dilakukan sendirian, dalam kelompok kecil atau sebagai satu kelompok pleno; apakah monitoring ditulis, dijelaskan secara langsung, apakah dilakukan secara interaktif atau dilaksanakan oleh pelatih atau peserta, dan lain-lain)

247Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

MENGEVALUASI PELATIHAN

TujuanPada akhir sesi peserta:

dapat menjelaskan tujuan-tujuan dan tingkat-tingkat yang berbeda dari suatu evaluasi • pelatihandapat menyebutkan lima cara yang tidak konvensional untuk mengevaluasi kegitan • pelatihanmemformalisasika• n satu rencana evaluasi untuk pelatihan mereka sendiri

Bahankertas • flip chart dengan tabel untuk latihan kelompoksebuah bola yang ringan untuk digilirkan (contohnya gumpalan kertas)•

Waktu120 menit

Proses

Lakukan curah pendapat dengan cepat mengenai apa yang biasanya dievaluasi 1.peserta dalam pelatihan mereka, kapan dan bagaimana mereka melakukannya. Pelatih merumuskan hasil curah pendapat. Pelatih menjelaskan bahwa tujuan dari sesi ini adalah untuk memperluas pikiran 2.peserta mengenai apa, kapan dan bagaimana suatu pelatihan bisa dievaluasi. Tipe latihan evaluasi akan bergantung pada tipe dan tujuan dari sesi pelatihan. Lakukan diskusi mengenai tujuan suatu pelatihan secara umum dengan menanyakan: 3.Kapan tanggung jawab kita sebagai pelatih berakhir — ketika peserta pulang atau setelah mereka kembali ke pekerjaan mereka? Apakah menjadi tujuan kita untuk merubah orang yang sudah dilatih, apakah untuk meningkatkan kemampuan kerja mereka, apakah untuk memperkuat organisasi? Pelatih menjelaskan berbagai tingkat evaluasi satu demi satu, mulai dari tingkat yang 4.paling bawah dan berikan satu contoh untuk setiap tingkat (lihat materi tingkat evaluasi di Bahan Bacaan Pokok).Undang peserta dalam kelompok mereka untuk menyiapkan satu rencana evaluasi 5.pelatihan mereka sendiri dengan mengisi satu tabel dengan tiga kolom (kapan/tingkat, bagaimana dan siapa) pada satu flip chart. Pelatih mengajak peserta untuk berpikir mengenai cara untuk mengevaluasi beberapa tingkat yang lebih tinggi yang biasanya tidak mereka cakup.

248

Peserta memajang hasil kerja kelompok mereka (bisa di papan tulis atau dinding bagian 6.dalam dari ruang kelas pelatihan) dan diskusikan hasilnya. Pelatih mengakhiri sesi ini dengan mengatakan bahwa Ia akan mengevaluasi apa yang 7.sudah dipelajari peserta selama sesi ini dengan menggilir satu bola berkeliling. Setiap peserta yang menerima bolanya bisa menyebutkan sesuatu yang telah mereka pelajari selama sesi ini.

Bahan Bacaan

Mengevaluasi Pelatihan•

249Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

BAHAN BACAAN POKOK MODUL VI

GAYA PEMBELAJARAN

Apakah gaya pembelajaran itu?

Tidak bisa disangkal bahwa pembelajaran adalah pengalaman yang sangat individual. Baik pengalaman pembelajaran dan hasil dari pengalaman pembelajaran, sangat tergantung pada karakteristik minat pembelajar. Dengan mengikuti siklus pembelajaran berdasar pengalaman sangat mungkin untuk mengidentifikasi empat prinsip gaya pembelajaran.Sebuah uraian ringkas mengenai berbagai tipe pembelajar disajikan di bawah ini.

AKTIFIS:• PENDEKATAN BELAJAR SAMBIL MELAKUKAN

REFLEKTOR:•

PRAGMATIS:• PENDEKATAN INSTRUKSI

TEORITIS:• PENDEKATAN BELAJAR MANDIRI

PRAKTEK PENGALAMAN

KESIMPULAN REFLEKSI

250

AKTIFIS

Unggul dalam melakukan sesuatu.• Pengalaman baru, kesempatan baru • dan masalah baru (permainan, bermain peran, dan lain-lain).Berada di panggung (memimpin • pertemuan, dan lain-lain).Mengembangkan ide tanpa • memperhatikan hambatan-hambatan praktisnya, pengambil resiko.Cenderung menyelesaikan masalah • dengan uji coba (trial and error).

REFLEKTOR

Unggul dalam kemampuan imajinatif.• Senang memperhatikan atau berpikir • tentang aktifitas. Diberi kesempatan berpikir sebelum • bertindak. Investigasi dan riset.• Mengulas situasi .• Mencapai keputusan sendiri tanpa • tekanan.

PRAGMATIS

Unggul dalam praktek penerapan ide.• Umpan balik dari praktisi yang berhasil.• Kesempatan untuk menerapkan akan • memberi solusi terbaik bagi satu masalah tertentu.

TEORITIS

Unggul dalam menciptakan model • teoritis.Menguji metodologi dan asumsi.• Tidak begitu memperhatikan kegunaan • praktis dari teori.

Dua komentar perlu dibuat mengenai generalisasi gaya pembelajaran. Meskipun setiap orang memiliki kecenderungan gaya pembelajaran tertentu, pilihan dalam satu situasi tertentu mungkin berbeda, tergantung pada tugas dan topiknya. Contohnya seseorang yang sedang mempelajari program komputer mungkin cenderung melakukan trial and error, padahal biasanya dia merasa lebih nyaman bekerja berdasarkan pengalaman sendiri ketika mengikuti sesi pelatihan tentang keterampilan presentasi. Yang kedua, hampir semua orang telah dididik dengan pendekatan instruksi selama bertahun-tahun di sekolah.

Mengapa kita harus menyadari adanya perbedaan gaya pembelajaran dalam perancangan pelatihan?Memahami gaya-gaya pembelajaran ini, termasuk memahami konsekuensinya dalam memilih dan merencanakan metode latihan, akan membantu kita untuk membuat pelatihan menjadi lebih efisien. Dalam setiap latihan, peserta akan mewakili campuran dari gaya pembelajaran tersebut. Sebagai seorang pelatih penting untuk menggunakan ke-4 pendekatan tersebut selama training. Jika Anda tidak sadar mengenai variasi pendekatan tersebut maka kemungkinan besar Anda akan menonjolkan gaya pembelajaran yang lebih Anda sukai.

251Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

Bagaimana kita dapat menggunakan pengetahuan tentang gaya pembelajaran ini untuk merancang pelatihan?

Ragamkan pendekatan dan metode pembelajaran selama merancang latihan Anda, •perhitungkan semua gaya pembelajaran.Coba rancang sesi yang sama dengan menggunakan pendekatan yang berbeda agar Anda •bisa tertantang untuk berpikir lebih kreatif.Coba lalui ke-4 tahap siklus pembelajaran untuk setiap topik baru.•

Bagaimana memilih metode mengajar dengan memperhatikan berbagai gaya pembelajaran

AktifisPaling baik belajar dengan menggunakan metode seperti:

Diskusi kelompok √Projek √Permainan peran √Simulasi √

ReflektorPaling baik belajar dalam suatu situasi dimana dia bisa menjadi pengamat atau reflektor:

Curah pendapat mengenai √pengalaman sendiriMerefleksi simulasi atau permainan √peran

PragmatisPaling baik belajar dari contoh khusus dan keterlibatan seperti:

Latihan √

TeoritisPaling baik dengan belajar mandiri seperti:

Pekerjaan rumah √Menganalisis studi kasus √

252

Mengevaluasi Pelatihan

Apakah evaluasi pelatihan itu?Evaluasi pelatihan adalah pengumpulan informasi kualitatif dan kuantitatif secara sistematis yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelatihan.

Mengapa suatu pelatihan harus dievaluasi?1.

Pandangan yang paling umum mengenai evaluasi adalah bahwa ini adalah tahap terakhir dari siklus desain pelatihan. Meskipun demikian, evaluasi pada akhir suatu latihan harus menjadi satu bagian integral dari siklus agar kita bisa memainkan satu peran kunci dalam kontrol kualitas dengan menyediakan umpan balik mengenai:

Efektifitas dan pendekatan dan metode yang digunakan.•Pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh pelatih dan peserta.•Apakah kebutuhan awalnya yang telah diidentifikasikan pada tiap tingkatan, semisal •desa, organisasional dan individual; telah dipenuhi.Apa yang harus dievaluasi dan kapan harus dilakukan?•

Kebanyakan latihan evaluasi terutama mengukur kepuasan dan kegembiraan peserta. Meskipun demikian, evaluasi pada akhir pelatihan harus benar-benar mengukur tujuan pembelajaran yang spesifik. Dengan kata lain, evaluasi harus mengukur perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap daripada sekedar kepuasan atau kegembiraan peserta.

Kebanyakan kegiatan pelatihan hanya dievaluasi pada akhir program pelatihan. Kita juga harus mengevaluasi apa yang terjadi setelah pelatihan diselesaikan.

Tingkat-tingkat evaluasi pelatihan berikut ini bisa diidentifikasikan, dihubungkan dengan rantai sebab dan akibat:

Beberapa Ide Mengenai Tipe Informasi Apa yang Dikumpulkan dan Pada Tingkat yang Mana dan Bagaimana

Tingkat/kapan Apa Bagaimana

Selama pelatihan Kegembiraan•Umpan balik mengenai •topik dan metode tertentuMengukur hasil atau •perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap

Monitoring harian atau •kegiatan umpan balikPengamatan•Penugasan kelompok •atau individual

Pada akhir pelatihan Relevansi tujuan •pembelajaran keseluruhanUmpan balik mengenai •seluruh topik dan metode

Konvensional kuisioner •dengan pertanyaan terbuka dan/atau tertutupMetode yang lebih •kreatif

253Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

Di tempat kerja setelah pelatihan

Relevansi pengalaman •pelatihanPengukuran penggunaan •pembelajaran Pengukuran perubahan •perilaku Penerapan rencana aksi •individual

Wawancara•Pengamatan•Kuisioner•

Efektivitas organisasional Pengukuran dalam •perubahan organisasionalPenerapan rencana atau •projek tindakan kolektif

Wawancara dengan •pemberi kerja (juga melalui telepon, email dll.)

Dampak pada masyarakat Pengukuran sejauh •mana kebutuhan yang telah diidentifikasi oleh masyarakat desa telah dipenuhi

Wawancara dengan •penduduk desa

Langkah-langkah dalam perencanaan evaluasi:Putuskan mengapa, dan untuk siapa, pelatihan harus dievaluasi.1.

Perjelas apa yang dievaluasi; dalam tingkat dan komponen apa pada tiap tingkat.2.

Putuskan informasi apa yang harus dikumpulkan dan dari siapa - peserta, narasumber, 3.pemberi kerja, penduduk desa dll.Pilih metode-metode dan teknik-teknik evaluasi yang paling sesuai dengan tujuan dan 4.situasi Anda.Kembangkan dan laksanakan kegiatan evaluasi.5.

Gabungkan dan analisis data Penjajakan Kebutuhan Pelatihan, Monitoring harian, 6.Rencana Aksi Peserta, Evaluasi Peserta, Umpan Balik dari pelatih termasuk pengamatan pelatih, umpan balik dari pemberi kerja, umpan balik dari penduduk desa dll.Lakukan tindakan berdasarkan hasil, seperti memperbaiki kegiatan pelatihan, 7.mengembangkan kegiatan atau pendekatan baru, dan mengembangkan kegiatan lanjutan dan dukungan yang diperlukan.

Ide-ide berikut dapat melengkapi pendekatan yang lebih formal untuk evaluasi seperti kuesioner. Seperti halnya desain penelitian yang baik dilengkapi dengan metode-metode yang berbeda untuk mengkaji dan membuktikan suatu situasi, evaluasi pelatihan yang baik harus dilengkapi dengan beragam teknik-teknik penjajakan.

Pendekatan-pendekatan alternatif untuk mengevaluasi berikut ini hanya sedikit menggunakan tulisan dan lebih banyak menggunakan ungkapan kreatif. Banyak juga yang menggunakan beberapa bentuk kesenian agar memungkinkan bagi individual dan kelompok

254

untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan mereka. Pendekatan semacam itu menghasilkan data, yang kompleks, subtil, ekspresif dan menggugah. Dalam evaluasi yang konvesional, biasanya kelompok dan individu sering menjawab satu pertanyaan langsung dan mungkin hanya mengatakan apa yang ingin didengar oleh pelatih. Semakin tidak langsung pendekatan yang digunakan, melalui ungkapan kreatif, maka akan menghasilkan informasi yang lebih kaya, lebih dalam, lebih jujur dan lengkap.

Kolase Evaluasi. Menggunakan koran, majalah, lukisan, dan/atau obyekobyek, 1.kelompok-kelompok menciptakan kolase untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan mereka mengenai satu pertanyaan evaluasi, yang diajukan pelatih. Contohnya: Apa yang paling berguna mengenai pelatihan yang telah Anda capai?Metafor untuk menggambarkan pembelajaran dan/atau perubahan. Kelompok-2.kelompok atau individual bisa memilih satu objek (baik dari objek yang disediakan, atau satu gambar dari imajinasi mereka sendiri) dan menggunakan objek ini sebagai metafor untuk menggambarkan aspek tertentu untuk dievaluasi. Contohnya, peserta bisa diminta untuk memilih satu tanaman dan menjelaskan bagaimana pengalaman mereka dalam kursus pelatihan seperti tanaman tersebut. Mereka boleh berbicara bagaimana tanaman berbunga, atau mungkin menjelaskan tentang bagaimana tanaman mati karena pemupukan yang tidak cukup. Pelatih kemudian bisa mengajukan pertanyaan berhubungan dengan apa yang dikatakan peserta.Pencapaian rentang-waktu (3. time-line). Rentang-waktu mungkin membantu menunjukkan bagaimana pembelajaran bisa diibaratkan seperti sekoci yang timbul tenggelam (dan mengapa) dengan berlalunya waktu. Individual bisa menciptakan satu rentang-waktu yang menunjukkan kegiatan yang penting, terutama dalam pengertian apa yang dipelajari selama kursus pelatihan. Mereka bisa saja melengkapi rentang waktu ini dengan simbol-simbol. Rentang-waktu harus naik, turun, menurun dan berbelok, untuk menggambarkan perubahan yang terjadi.Menandai bagian diri yang telah berubah. Minta peserta untuk membuat gambar sederhana 4.seseorang pada satu atau dua flipchart, kemudian tandai bagian dirinya yang telah berubah (contohnya, mungkin jika mereka lebih menyimak sekarang mereka bisa menggambar kuping yang lebih lebar, berwarna cerah, dll). Mungkin mereka memiliki pemahaman baru mengenai sesuatu atau telah belajar satu konsep baru. Karena itu mereka akan menonjolkan atau menandai otak dan mendaftar atau mengatakan perubahan apa saja yang telah terjadi.Menggunakan berbagai bentuk ungkapan kreatif (lukisan, musik, tarian, drama, 5.permainan peran, kolase, objek temuan, wayang). Minta peserta untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan ide-ide mereka mengenai satu pertanyaan menggunakan bentuk-bentuk biasa dan yang bisa diterima secara kultural dari ungkapan kreatif. Fasilitator harus memutuskan sebelumnya apakah kelompok akan membuat kolase, atau mengembangkan dan menampilkan satu drama dll. Satu pertanyaan yang mungkin dijawab menggunakan ungkapan kreatif adalah: Bagaimana pelatihan telah mempengaruhi Anda?

255Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

Model Empat-Tingkatan dalam Evaluasi

Model yang paling terkenal untuk mengevaluasi program pelatihan dikenalkan pada tahun 1959 oleh Donald Kirkpatrick. Model ini dianggap sebagai model terbaik oleh praktisi pelatihan. Meskipun keempat tingkatan model tersebut (reaksi, pembelajaran, perilaku, hasil) merupakan hal yang penting, Anda boleh memilih untuk tidak mengevaluasi dengan keempat tingkatan tersebut. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat sangat banyak organisasi yang mengevaluasi reaksi. Persentase yang cukup tinggi untuk mengevaluasi pembelajaran. Evaluasi terhadap perilaku mengikuti di belakang kedua tingkatan tersebut; evaluasi terhadap hasil menempati persentase yang terakhir.

Organisasi di masa sekarang sangatlah sadar akan biaya, dan kebutuhan untuk mengukur keefektifan suatu pelatihan akan terus meningkat. Sebaiknya Anda membuat pendekatan yang komprehensif (menyeluruh) dalam melakukan evaluasi, Anda akan mampu membuat rekomendasi yang tepat atau menjawab dengan yakin ketika seseorang meminta kepada Anda untuk membuktikan bahwa pelatihan tersebut memberikan hasil. Berikut ringkasan dari model evaluasi tersebut:

Mengukur Hasil Pelatihan

Apa Siapa Kapan Bagaimana MengapaTingkat 1 Reaksi: Apakah

mereka menyukainya?

Peserta Akhir dari program

“Lembaran Senyum”

Menentukan tingkat kepuasan pelanggan; dapat mengindikasikan kebutuhan untuk memperbaiki/merevisi

Tingkat 2 Pembelajaran: Pengetahuan atau keterampilan apakah yang mereka kuasai?

Peserta; pelatih

Selama, sebelum/sesudah program

Pre-test/post-test; pengaplikasian keterampilan melalui permaian peran, studi kasus, latihan

Mengidentifikasi apakah pelatih telah berhasil dalam menyampaikan isi pelatihan dan mencapai tujuan program

Tingkat 3 Perilaku: Bagaimana mereka menampilkan yang berbeda?

Peserta; atasan; bawahan; kelompok

3 sampai 6 bulan setelah program selesai

Survei; wawancara; observasi; penilaian kinerja

Menetukan tingkat sejauh mana peserta menyalurkan apa yang telah mereka pelajari dalam sesi kedalam situasi kerja yang nyata

Tingkat 4 Hasil: Apa dampak bagi jajaran bawah?

Peserta; kontrol kelompok

Setelah memenuhi kelanjutan tingkat 3

Analisis biaya/keuntungan; pekerjaan sesuai jalur; data operasional

Menentukan apakah keuntungan lebih banyak daripada biaya; memastikan tingkat kontribusi program terhadap tujuan perusahaan

256

Tingkatan I: Reaksi

Tingkatan I berhubungan dengan reaksi peserta. Evaluasi pada tingkatan I seringkali dihubungkan dengan hal-hal seperti “lembaran senyum”, menyiratkan bahwa reaksi peserta didasarkan pada seberapa besar perasaan senang yang mereka miliki selama mengikuti sesi. Untuk alasan tersebut, seringkali pelatih tidak mengikutsertakan evaluasi pada Tingkatan I karena membuang-buang waktu.

Sebaliknya, Tingkatan I adalah langkah pertama yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu program pelatihan. Reaksi para peserta dapat membantu Anda menentukan keefektifan dari suatu kegiatan dan bagaimana program tersebut dapat ditingkatkan. “Jika mereka (peserta) tidak bereaksi seperti yang diharapkan, mereka tidak akan terdorong untuk belajar”.

Apa yang Tidak Bisa Diukur Oleh Tingkatan I1. .

Salah satu permasalahan yang ada dan menimbulkan kecaman pada evaluasi Tingkatan I adalah karena terlalu subjektif dan seringkali menjadi sesuatu yang tidak lebih dari sekedar ajang popularitas. Sebelum membuat lembar evaluasi (akhir sesi) untuk peserta, perlu diketahui beberapa hal yang tidak bisa dilakukan dan diharap untuk dilakukan: (1) tingkatan ini tidak mengukur pembelajaran atau kemampuan untuk menerapkan pembelajaran ke dalam suatu pekerjaan; (2) tingkatan I juga tidak bisa mengukur perubahan di dalam bersikap atau keyakinannya; (3) karena ini hanya berhubungan dengan persepsi dan reaksi peserta, alat ukur Tingakan I tidak memiliki jalur untuk mengukur dampak institusi; (4) juga, meskipun seringkali ditanyakan, peserta tidak dapat mengukur pengetahuan pelatih.

Menetapkan Apa yang Diukur2. .

Sebelum merancang alat ukur Tingkatan I, Anda perlu memiliki kejelasan tentang hal apa yang ingin Anda ketahui, kenapa Anda ingin mengetahuinya, dan apa yang akan Anda lakukan dengan informasi tersebut. Jangan menanyakan informasi tentang sesuatu yang tidak bisa Anda ubah atau tidak memiliki kaitan dengan analisa atau pelaporan.

Merancang Lembar Evaluasi (akhir sesi)3. .

Kategori. Pertama putuskan apa yang ingin Anda ukur dan buatlah pertanyaan atau item tanggapan yang ditujukan atau dimasukkan ke dalam kategori, bisa jadi banyak kategori, atau paling tidak kategori-kategori berikut ini:

Isi Materi• Peralatan• Metode pembelajaran• Pelatih• Suasana• Logistik•

Juga merupakan ide yang bagus untuk menyediakan kesempatan kepada responden untuk memberikan saran seperti bagaimana program tersebut bisa ditingkatkan dan juga mengungkapkan semua pendapat mereka terhadap sesi.

257Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

Format (Bentuk). Untuk meniadakan kecenderungan orang merespon dengan cara yang sama terhadap item yang ada pada kuesioner atau survei, gunakan beragam format jawaban. Pilihlah paling tidak empat bentuk dari pilihan berikut:

Pertanyaan dengan dua pilihan jawaban dengan ruang untuk menjelaskan atau menanggapi.• Dalam pilihan ini akan memasukkan tanggapan seperti “ya” atau “tidak” dan “setuju” atau “tidak setuju”. Contoh: Apakah pelatihan ini sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan? Ya Tidak Kenapa Ya atau Kenapa Tidak?Jawaban Singkat.• Item-item ini ditulis seperti pertanyaan tertutup dan meminta responden untuk menuliskan jawaban singkat daripada hanya memberikan tanda ‘contreng/centang’ dalam kotak. Contoh: Bagian mana sajakah dari pelatihan tersebut yang paling berharga/ menguntungkan bagi Anda? Mengapa?Melengkapi Kalimat• . Dengan menggunakan item ini, peserta diminta untuk melengkapi suatu kalimat. Contoh: Hal yang ingin saya ketahui lebih dalam adalah...Rating• . Peserta diminta untuk menanggapi pertanyaan atau kalimat dengan menggunakan beberapa tipe skala atau rating seperti skala Likert. Skala Likert mengukur dua hal yakni ‘arah’ (positif atau negatif) dan ‘intensitas’ (sangat positif ke sangat negatif) dari pendapat atau sikap individu. Contoh: Sesi hari ini menyenangkan dan memuaskan bagi saya.

1 2 3 4 5 6 7 8 Sangat Tidak Setuju Netral Sangat Setuju

Rangking.• Item ini meminta responden untuk menunjukkan proritas atau pemilihan. Contoh: Urutkanlah setiap topik berdasarkan pentingnya atau keterkitannya dengan pekerjaan Anda: 1 = paling penting dan 5 = paling tidak penting.Daftar (contreng).• Sebuah daftar menyediakan “daftar cucian” di mana peserta bisa memilih kata-kata yang bisa menunjukkan reaksi mereka. Contoh: Periksa (dan berikan tanda contreng) yang menggambarkan reaksi Anda terhadap sesi hari ini:_____ Lebih dari yang saya harapkan_____ Sesuai dengan harapan Anda_____ Sedikit tidak sesuai dengan yang saya harapkan

Sebuah pertanyaan juga bisa ditambahkan berkaitan dengan dampak sesi terhadap peserta, yang dirancang untuk memunculkan tanggapan yang lebih dalam dan lebih pribadi, sebagai contoh: “Bayangkan seorang rekan kerja Anda (atau teman Anda) sedang memikirkan tentang mengikuti program ini. dia bertanya kepada Anda: “Apakah Anda mau ikut program ini?”. Bagaimana Anda akan merespon?”

Panduan Membuat Evaluasi4. .

Membuat evaluasi lebih sulit daripada yang mungkin Anda bayangkan. Gunakan panduan berikut ini:

Jaga agar bentuknya ringkas. Sebaiknya peserta bisa melengkapi evaluasi secara singkat.•

258

Ciptakan keseimbangan diantara beragam informasi yang sudah Anda kumpulkan. • Sebagai contoh, jangan tanyakan lima pertanyaan tentang pelatih dan hanya dua pertanyaan mengenai isi materi.Dapatkan reaksi peserta dengan segera. Pastikan peserta telah melengkapi evaluasi • sebelum mereka meninggalkan ruangan. Ini akan meyakinkan Anda bahwa ada 100% respon. Juga akan mencegah munculnya tanggapan “mentalitas menggerombol”, kemungkinan adanya beberapa orang berkumpul bersama untuk berdiskusi di kelas baik sebelum melengkapi evaluasi ataupun saat mereka melengkapi evaluasi.

Wawancara5. .

Sebagai tambahan untuk kuesioner akhir-sesi. Anda bisa menggunakan wawancara untuk meningkatkan reliabilitas data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner. Teknik pengumpulan data ini sangat fleksibel, memungkinkan pewawancara untuk bertanya lebih lanjut guna mendapatkan jawaban yang lebih spesifik dan memperjelas pertanyaan seperti yang dibutuhkan. Teknik ini juga memungkinkan pewawancara untuk mencatat jawaban-jawaban spontan dan, oleh karena itu, pewawancara bisa mendapatkan gambaran lengkap dari reaksi peserta. Pewawancara bisa memperdalam reaksi-reaksi yang sedikit terkumpul melalui kuesioner.

Rencanakan durasi selama tiga puluh menit untuk tiap wawancara. Anda tidak akan mampu mewawancarai setiap peserta, jadi pilihlah peserta secara acak. Ini penting untuk dilakukan untuk menjaga agar wawancara berlansung dalam waktu seminggu sesudah sesi sehingga pengalaman yang diperoleh masih segar dalam ingatan peserta. Dengan wawancara satu-per-satu, lebih jauh anda bisa memperdalam latar belakang reaksi peserta dan meminta saran perbaikan dari mereka. Dengan merekam wawancara tersebut dan mengetiknya, maka akan memungkinkan bagi Anda untuk menganalisa atau menterjemahkan tanggapan-tanggapan tersebut secara lebih utuh, atau untuk memudahkan Anda bisa membuat catatan selama wawancara berlangsung.

Ketika mengembangkan pertanyaan wawancara, jangan meniru pertanyaan yang ada pada lembar. Lebih baik, ajukan pertanyaan spesifik tentang metode yang digunakan atau cakupan materi. Sebagai contoh, di bawah ini ada beberapa pertanyaan berkaitan dengan metode yang digunakan dalam sesi pelatihan tentang kepemimpinan:

Perasaan seperti apa yang Anda miliki tentang metode yang digunakan dalam program?• Apa yang Anda sukai dari mempelajari perlombaan?• Apa yang tidak Anda sukai dari rancangan • jigsaw?Apa yang tidak Anda sukai dari mempelajari perlombaan?•

Tingkatan 2: Pembelajaran

Evaluasi tingkatan 2 berhubungan dengan apa yang sebenarnya peserta pelajari selama sesi pelatihan. Tiga teknik yang paling tepat untuk digunakan dalam evaluasi pembelajaran adalah tes, observasi, dan wawancara. Tes adalah metode yang paling sering digunakan.

259Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

Tingkat 2 Metode Evaluasi1.

Metode Kelebihan KekuranganTes:

Tes ObyektifPilihan GandaMencocokkanBenar-SalahMengisi (Isilah)

Tes SubjektifEsaiJawaban Singkat

Mudah untuk dinilaiMurah untuk digunakan

Mudah untuk ditulisMurah untuk diciptakan

Sulit untuk ditulisMembutuhkan waktu untuk menullis

Menghabiskan waktu saat penilaian

Mahal untuk penilaian

Observasi/pengamatan:Mengamati perilaku dalam kelasKeterampilan yang ditampilkan dalam latihan keterampilan dan aktivitas pembelajaran

Dilakukan langsung

Memberi kemungkinan untuk pelatihan dan umpan balik saat itu juga

Subjektif, terbuka bagi interpretasiTidak tersedia waktu yang cukup untuk mengamati perilaku semua peserta

Interview/wawancara:Wawancara individu dilakukan secara singkat setelah pelatihanSampel acak peserta (Random sampling)

Dapat mengumpulkan informasi yang lebih detailUmpan balik segera

Menghabiskan banyak waktu; mahalHarus terstruktur dengan ketat untuk memperoleh jawaban yang dapat dinilai

Tes. 2.

Sebaiknya sederhana. Banyak pelatih memberikan dua tes yaitu pre-test dan post-test guna mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang apa yang telah dipelajari oleh peserta.Tipe-tipe Tes. Pertama tentukan apakah Anda ingin membentuk item-item subjektif (jawaban singkat atau esai) atau objektif (pilihan ganda atau benar-salah) atau bahkan menggabungkan keduanya. Ketika menyusun item tes, pertimbangkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes-nya begitu pula dengan validitas dan reliabilitas masing-masing item. Pastikan bahwa tes tersebut mengukur pembelajaran seperti yang disebutkan dalam tujuan pembelajaran. Ketika suatu item mengukur apa yang seharusnya diukur, maka tes itu memiliki validitas. Setiap item tes juga harus reliabel, yaitu, memberikan hasil yang tetap dari penerapan yang satu ke penerapan lainnya.

Pastikan bahwa tes-nya bermakna. Daripada menanyakan informasi yang sederhana melalui ingatan yang berdasar pada fakta, lebih baik ajukan pertanyaan yang meminta peserta menerapkannya atau memaknai apa yang telah mereka pelajari melalui sesi tersebut.

260

Bentuk Pertanyaan. Semua pertanyaan pilihan ganda terdiri dari akar pertanyaan dan jawaban. Akar pertanyaannya menampilkan permasalahan, pengajuan pertanyaan, atau berbentuk pernyataan yang tidak lengkap. Tanggapan-tanggapan terdiri atas kemungkinan jawaban, dan semuanya harus masuk akal. Semakin banyak item, semakin baik reliabilitas tes-nya. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

Jawaban Benar• . Bentuk jawaban benar meminta satu jawaban yang benar atas pertanyaan yang sederhana. Bentuk ini digunakan terutama untuk menguji ingatan terhadap fakta-fakta. Tipe pertanyaan ini sesuai untuk menguji pengetahuan yang dihasilkan, misalnya.Jawaban Terbaik. • Dengan menggunakan tipe pertanyaan ini, perlu ada lebih dari satu pilihan jawaban yang benar. Beberapa di antara semua pilihan mungkin agak benar. Karena jawaban terbaik memerlukan tingkatan berpikir yang lebih tinggi, responden harus menilai pilihan-pilihan yang ada dan membuat kesimpulan. Tipe pertanyaan ini bisa menimbulkan banyak permasalahan. Karena jawabannya terbuka dengan pemaknaan, item tes bisa dengan sangat mudah diperdebatkan, dan mungkin Anda menemukan diri Anda sendiri sedang berdebat dengan diri Anda pribadi atau kelompok dan yang paling sering adalah untuk menghargai jawaban lain.Kombinasi Tanggapan.• Pertanyaan ini merupakan pertanyaan paling rumit dan menghabiskan waktu baik bagi pembuat tes dan mereka yang mengerjakan tes. Pilihan-pilihannya, satu atau lebih yang mungkin benar, diberi nomor. Daftar pilihan berikutnya berisi jawaban yang mungkin benar. Tipe pertanyaan ini mengukur keterampilan kognitif secara kompleks dan kemampuan untuk menganalisa dan menilai. Belajar berpikir keras manakala menuliskan item-itemnya. Karena kompleksitas tersebut, responden mungkin akan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memikirkan item-itemnya.

Panduan Menulis Tes. Dalam kebanyakan kasus, mungkin Anda akan memilih untuk membuat pertanyaan pilihan ganda. Pertanyaan tersebut mudah untuk diselesaikan, tapi tidak membutuhkan kemudahan dalam menuliskan. Untuk membantu Anda menyusun tes pilihan ganda, yang akan memberikan informasi berharga tentang penguasaan peserta terhadap materi pembelajaran, pertimbangkan panduan berikut ini:

Hindari penggunaan “semua yang di atas” dan “tidak satu pun di atas” dalam pilihan • jawaban.Pastikan ‘batang’ (bagian penting dalam pertanyaan) terdiri dari banyak informasi dan • menegaskan permasalahannya, tempatkan lembar isian di dekat akhir pertanyaan.Pelihara konsistensi susunan kata atau struktur yang sejajar pada akar pertanyaan dan • pilihan jawaban.Cobalah untuk membuat pilihan jawaban yang sama panjang.• Hindari ambiguitas dan kesulitan dalam pembacaan pertanyaan dengan menggunakan • penulisan pertanyaan yang lebih positif daripada yang negatif. Jaga agar akar kalimat tetap sederhana dan terbatas untuk satu ide.• Gunakan bahasa percakapan ketika mengkalimatkan item dan pilihan-pilihannya.• Susun pertanyaan dalam urutan yang logis.• Jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar dalam suatu pertanyaan.•

261Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

Untuk mengukur ingatan tentang informasi yang telah dipelajari dalam program, berikan tes yang lain beberapa bulan setelah pelatihan.

Observasi. 3.

Pelatih dapat melihat peserta melatih dan menerapkan keterampilan, alat-alat, dan teknik-teknik yang mereka miliki selama sesi. Selama pelatih mengamati perilaku peserta dalam melatih keterampilan, memainkan peran, simulasi, studi kasus, dan kegiatan lainnya, dia bisa mendapatkan ide bagus tentang apa saja yang sesungguhnya telah dipelajari oleh peserta.

Wawancara. 4.

Sesaat setelah pelatihan, wawancarai peserta dan tanyakan kepada mereka tentang hal apa sajakah yang mereka pelajaru di dalam sesi. Lakukan wawancara dalam waktu seminggu sesudah pelatihan.

Tingkatan 3: Perilaku

Pertanyaan penting yang dijawab oleh Tingkatan 3 adalah, “bagaimana suatu pelatihan berpengaruh kepada perilaku peserta?”

Keberhasilan suatu program pelatihan ditentukan oleh apa yang peserta lakukan terhadap informasi atau keterampilan ketika kembali ke pekerjaannya. Evaluasi tingkatan 3 akan memakan waktu serta biaya (mahal). Selain itu juga memerlukan pengorganisasian yang bagus, kertampilan-keterampilan lanjutan, dan proses.

Tujuan Evaluasi Tingkatan 3.1.

Gunakan evaluasi lanjutan untuk tujuan berikut:Mengukur hasil yang tetap dari pelatihan• Menentukan pada area mana sajakah para peserta menunjukkan peningkatan terbesar • dan terkecilBandingkan tanggapan yang ada pada program lanjutan dengan yang ada pada akhir • program

Panduan Lanjutan. 2.

Gunakan panduan berikut ini untuk evaluasi lanjutan:Persiapkan peserta. Pada akhir sesi pelatihan, katakan kepada peserta bahwa Anda akan • mengadakan evaluasi lanjutan dan tipe evaluasi yang akan digunakan.Jika pelatihan tidak berjalan efektif, cari tahu sebabnya. Doronglah peserta untuk • mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak mengalami peningkatan dan faktor apa sajakah yang menjadi halangan bagi kemajuan mereka. Terkadang ada faktor-faktor yang menghambat atau mencegah penerapan pengetahuan • dan keterampilan yang baru ke dalam suatu pekerjaan. Hambatan-hambatan tersebut mungkin termasuk keadaan lingkungan yang menyedihkan, perlengkapan yang sangat tidak memadai, supervisor, keberadaan kebijakan dan prosedur yang ada, bahkan juga iklim organisasi.

262

Sampaikan evaluasi lanjutan kepada manajer peserta atau supervisor. Mereka seharusnya • tahu tentang hasil program dan informasi lanjutan serta sebaiknya dilibatkan dalam pelatihan peserta dan pelatihan penerapan.

Observasi. 3.

Pelatih atau calon pengamat tentunya bisa mengamati pekerja saat mereka kembali bekerja. Amati dengan hati-hati selama mereka melakukan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan rutinnya. Untuk membantu proses tersebut dan memastikan konsistensi dalam pengumpulan data, buatlah daftar perilaku-perilaku yang diharapkan dan kemudian amati apakah para pekerja menunjukkan perilaku tersebut atau tidak.

Sebagai contoh, jika Anda mengamati seseorang yang baru saja mengikuti program layanan konsumen, daftar perilaku dalam layanan konsumen yang Anda miliki mungkin terlihat seperti ini:

____ Senyuman.____ Menyapa pelanggan dengan “Selamat pagi” atau “Selamat siang”.____ Penggunaan nama pelanggan.____ Bertanya “Bolehkah saya membantu Anda?”.____ Menawarkan bantuan tambahan.____ Memberikan pilihan-pilihan kepada pelanggan.____ Mengatakan apa yang bisa kami lakukan, bukannya apa yang tidak bisa kami

lakukan.

Wawancara. 4.

Sebaiknya kita tidak hanya mewawancarai mereka yang mengikuti pelatihan, tetapi juga sebaiknya mewawancarai mereka yang dekat atau masih memiliki kedekatan hubungan dengan peserta program. Mungkin juga apabila yang diwawancarai adalah rekan kerja, bawahan, atau masyarakat. Pertanyaan wawancara sebaiknya disusun secara hati-hati dan dirancang untuk memusatkan perhatian pada penerapan yang spesifik serta perubahan perilaku.

Survei. 5.

Survei akan lebih efisien (dan lebih mahal daripada wawancara) untuk menemukan apakah peserta benar-benar menerapkan hal-hal yang telah dipelajari. Sekali lagi, jangan membatasi sumber informasi Anda. Orang lain yang berinteraksi dengan mereka yang ikut serta dala pelatihan seringkali merupakan sumber umpan balik dan lebih reliabel. Anda akan merasa ingin mengetahui tidak hanya apakah peserta memanfaatkan pelatihan dalam melakukan pekerjaannya tetapi juga bagaimana mereka menggunakan hal yang diperoleh dalam pelatihan untuk menunjukkan adanya peningkatan.

Tanpa menghiraukan metode evaluasi yang Anda gunakan, pastikan bahwa Anda memiliki cukup waktu untuk menghadirkan perubahan perilaku. Lamanya waktu tergantung kepada programnya, tapi antara tiga sampai enam bulan sebaiknya Anda memberi cukup kesempatan kepada peserta untuk menerapkan hal apa sajakah yang sudah mereka pelajari dan mengembangkan perilaku baru mereka.

263Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |

Tingkatan 4: Hasil

Evaluasi Tingkatan 4 menentukan dampak pelatihan terhadap institusi. Sewajarnya, evaluasi tersebut menunjukkan bagaimana pelatihan mampu memberikan kontribusi terhadap penyelesaian tujuan istitusi dan memperlihatkan hasil berkenaan dengan tujuannya. Jika suatu institusi memilih untuk melakukan evaluasi Tingkatan 4, wilayah pengukurannya harus sama dengan area yang diidentifikasi dalam pengukuran kebutuhan.

Evaluasi Tingkatan 4 akan sulit dan memakan waktu. Juga bisa sangat mahal. Hal ini sulit untuk diukur dikarenakan oleh banyaknya variabel yang bisa datang ke dalam permainan setelah peserta selesai mengikuti sesi. Untuk alasan-alasan tersebut, evaluasi Tingkatan 4 tidak sesuai untuk semua pelatihan. Dari pokok dasar yang praktis, pertimbangkan penggunaan Tingkatan 4 untuk program-program yang dekat dan berharga bagi manajemen yang lebih tinggi dan telah mengidentifikasi program tersebut sebagai prioritas.

264

MODUL VII

PEER TEACHING

Peer Teaching

267Modul VII - Peer Teaching |

PEER TEACHING

TujuanPeserta dapat mempraktekkan pengetahuan, keterampilan dan sikap melatih, yang telah • ia pelajari selama mengikuti proses pelatihanPeserta dapat saling menilai dan memberikan masukkan berdasarkan dimensi yang • telah ditetapkan sebagai parameter penilaian dalam praktek pelatihan

BahanKertas plano, • flip charts untuk persiapan presentasi peserta, spidol, selotipBahan-bahan tertentu (yang telah mempertimbangkan ketersediaan setempat) • sesuai dengan metode yang akan dipakai peserta dalam peer teaching. Hal ini dilakukan pada hari-hari sebelum pelaksanaan peer teaching.

Waktu300 menit (diluar penjelasan sesi terakhir sehari sebelumnya)Alokasi:

30-60 Menit:• Penjelasan awal yang dilakukan sehari sebelum sesi peer teaching mengenai tujuan, prosedur, pembagian kelompok, proses-proses yang akan dilalui dalam peer teaching. Kegiatan ini dilakukan pada jam terakhir hari sebelumnya.10-12 menit• presentasi untuk masing-masing peserta. Total waktu 10 orang membutuhkan: 120 menit.10-15 menit• playback dan feedback untuk tiap peserta (tidak semua video harus ditunjukkan, tergantung kebutuhan; hal-hal penting nanti diarahkan oleh pelatih atau peserta lain yang sekiranya penting. Total waktu untuk 10 peserta: 150 menitMasukkan dan diskusi dalam kelompok • peer teaching (diarahkan oleh pelatih dalam peer teaching): 30 menit.Diskusi Pleno: • 30 menit.

Proses Persiapan masing-masing pihak dalam 1. peer teaching (lihat tugas masing-masing pihak) Penjelasan dan penugasan oleh pelatih2. Pelaksanaan 3. peer teaching.Umpan balik dan sesi putar-ulang (4. Feedback dan playback session).Catatan penutup pelatih dan 5. plan of action.

268

Tugas Peserta Dalam Sesi Peer Teaching

Mempersiapkan materi, alat dan bahan yang diperlukan untuk • presentasi, sehari sebelumnya. Selama fase persiapan, pelajari kembali prinsip-prinsip dasar POD, teknik fasilitasi, keterampilan-keterampilan fasilitasi; dan menerapkannya dalam menetapkan tujuan sesi pelatihan, perancangan metode, pemilihan media, serta keterampilan melatih.Peserta membuat rencana tertulis tentang tujuan sesi pelatihan, • perancangan metode, pemilihan media; dan menyerahkannya kepada pelatih.Pada gilirannya, setiap peserta memberikan presentasi masing-masing • sekitar 10 menitMendengarkan dan merespons sesi • playback dan umpan-balik “observer dan evaluator” (5 menit) Terlibat aktif dalam pembahasan pleno dan rangkuman pelatih.•

Tugas Observer

Membaca dengan teliti setiap sikap dan keterampilan yang seharusnya • dikuasai oleh seorang pelatih yang baik.Membaca lembar observasi.• Mencermati semua gerak-gerik “presenter” dan melakukan • penilaian selama teman sejawat, secara satu per satu, memberi dan mempresentesikan sesi latihannya.Mengisi lembar observasi dan memberi masukkan kepada “presenter” • hasil obeservasinya dalam sesi feedback.Mengembalikan lembar observasi kepada pelatih•

TugasTime Keeper (selama Peer Teaching)

Karena setiap peserta dalam • peer teaching akan mempresentasikan teknik fasilitasi yang ia kembangkan sendiri; ada anggota peer teaching yang dimintai sebagai time keeper.Mempelajari alokasi waktu setiap peserta sebagai presenter dalam • peer teachingMengatur saat mulai dan berakhirnya sesi presentasi.• Mengingatkan (tapi tidak mengganggu si presenter secara mencolok) • sisa waktu tersedia.

269Modul VII - Peer Teaching |

Lembar Kerja

LEMBAR OBSERVASI PEER TEACHING

Nama Observee:

Nama Observer:

Petunjuk: Berilah nilai kepada peserta yang anda amati berdasarkan 10 dimensi fasilitasi, dengan membubuhkan tanda centang pada kolom BAIK atau SEDANG atau KURANG. Nilai pada ke tiga kolom nilai tersebut bergerak dari nilai yang rendah (yaitu 1) sampai ke nilai yang tinggi (yaitu 6).

No DIMENSI BAIK SEDANG KURANG CATATAN

OBSERVER6 5 4 3 2 11. MEMBANGUN RAPPORT

Memberi respon dengan menyebut nama peserta, memberi dukungan dan motivasi agar tidak takut mencoba atau gagal, menjadikan peserta sebagai pembelajar yang akitf, bertindak dengan antusias, tidak meremehkan peserta

2. KETERAMPILAN DASAR FASILITASIMenunjukkan keterbukaan, menunjukkan empati, mampu mendiagnosis masalah, memotivasi peserta secara verbal maupun non verbal, mampu menyelesaikan perbedaan pendapat

3. MENYIMAKMenunjukkan adanya perhatian, menunjukkan empati, membantu peserta untuk mengembangkan kompetensi, memotivasi peserta untuk memecahkan masalah-masalahnya, mampu diam saat harus diam, tidak memotong pembicaraan/menyela, mendorong peserta untuk berbicara secepatnya

4. PENGAMATANMampu memahami petunjuk non verbal peserta

270

5. BERTANYAMenunjukkan kemampuan mendengar, mampu mendorong keterlibatan peserta untuk mencari jawaban, mampu mendorong peserta yang pasif untuk aktif, mampu menggunakan jenis pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat

6. MEMBERI DAN MENERIMA UMPAN BALIKTidak terburu-buru memberi umpan balik, tidak terkesan memberi pembelaan diri, menjernihkan persoalan dengan mengajukan pertanyaan sebelum memberi umpan balik, menyampaikan umpan balik dengan spesifik dan jelas, tidak bersifat personal judgement, mengucapkan terima kasih kepada peserta yang memberi umpan balik

7. PARAFRASE, MENGUJI DAN DIALOGMengulang pernyataan atau pertanyaan peserta dengan tujuan memastikan pemahaman yang tepat/benar, mampu mengajukan pertanyaan untuk mendapat pemahaman, tidak melompat dari pertanyaan yang satu ke pertanyaan lain, tidak berasumsi, senantiasa mengajukan jenis pertanyaan terbuka, memberi kesempatan terhadap munculnya perspektif yang lain/berbeda

8. Sistematika PenyajianMenyampaikan salam pembuka, menyampaikan tujuan instruksional, menyampaikan deskripsi materi pelatihan, menyampaikan garis besar alur proses dan metode, menyampaikan resume, menyampaikan pertanyaan diagnosis, menyampaikan clue yang menghantar ke materi selanjutnya, menyampaikan salam penutup

271Modul VII - Peer Teaching |

9 Penguasaan MateriMampu menjawab pertanyaan peserta dengan percaya diri, tidak memberi kesan mempertahankan diri, tidak mengalihkan pertanyaan peserta ke hal lain yang tidak ada hubungannya, konsisten dengan penyampaian materi dari awal hingga akhir

10. Penguasaan dan Pemanfaatan Metode dan Media Pelatihan Menyampaikan tujuan instruksional, menjelaskan metode dan prosedur pelatihan, menggunakan media pembelajaran dengan efektif, melibatkan peserta dalam proses pembelajaran, memberikan kesempatan kepada peserta untuk praktek, mampu menjawab pertanyan peserta terkait perbedaan diantara metode-metode pelatihan yang ada

272

273

DAFTAR PUSTAKA

Davis, E. 2005. The Training Managers: A Handbook. Terjemahan. PT. Gramedia: Jakarta

Leigh, D. 2006. The Group Trainer’s Handbook: designing and delivering training for groups, 3rd edition. Kogan Page:London-Philadelphia

Lawson, K. 2006. The Trainer’s Handbook. 2nd Ed. Pfeiffer: San Francisco

Bray, T. 2006. The Training Design Manual : the complete practical guide to creating effective and successful training programmes. Kogan Page: London-Philadelphia

Hart, L.B. dan Waisman, C.S. 2003. 50 Activities for Developing Leaders. Volume II. HRD Press: USA

Ife, J. dan Tesoriero, F. 2008. Community Development. Terjemahan. Edisi ke-3. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Levin, P. 2005. Succesful Teamwork. Open University Press: New York

Yayasan Indonesia Sejahtera. 1994. Bermain Menghayati dan Belajar. YIS: Solo

274

275

LAMPIRAN

1. Kurikulum Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

2. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan

3. Lay Out Ruang Pelatihan

4. Media dan Kebutuhan Pelatihan Lain yang Harus Disiapkan

5. Kriteria Pelatih

6. Syarat-Syarat Menjadi Peserta

7. Team Management

8. Daftar Pelatih Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

9. Daftar Peserta Pelatihan Pelatih

276

277

278 Lampiran 1.

Kurikulum Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

Hari/tgl.

Waktu Pokok/Sub Pokok Bahasan Tujuan Pokok/Sub Pokok Bahasan Metode dan Media Fasilitator

ITgl…

08.00 – 08.30 Pembukaan Acara Pelatihan dibuka secara resmi Ceremonial PejabatPusat/Setempat

08.30 – 09.30 PengantarMengenal diri sendiri dan orang lain

Lebih mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri • maupun peserta lain dalam menjadi pelatih.Dapat menjelaskan pentingnya mengenal diri sendiri dan • orang lain dalam suatu pelatihan

CeramahIni DirikuGentong RetakAngket Profil Kepribadian

09.30 – 10.15 Sikap Terhadap Diri Sendiri Peserta dapat menyimpulkan bahwa sikap terhadap diri sendiri dapat dipengaruhi oleh pemaknaan kita terhadap kegagalan dan kesuksesan yang kita lakukan.

Lembar kerja Keberhasilan dan Komitmen untuk Berhasil

10.15 – 10.30 Istirahat10.30 – 11.30 Kontrak Belajar Dapat menyampaikan harapan mereka masing-masing •

terkait keikutsertaan mereka dalam Pelatihan Pelatih Pemberdayaan Masyakarat.Dapat menjabarkan kapan harapan itu dapat dicapai, atau • mengapa tidak dapat dicapai.

Kumpulan harapan dan kekhawatiran

11.30 – 12.30 Mempersiapakn Situasi Pelatihan Di akhir sesi peserta diharapkan dapat:menyimpulkan alur pelatihan dan metode yang digunakan• menerima peran pelatih dan peran mereka masing-masing• berpartisipasi terhadap isi dan metode pelatihan•

Alur PelatihanAgenda PelatihanDaftar Logistik

12.30 -13.30 Ishoma13.30 – 14.00 Menetapkan Norma Kelompok Peserta menerima dan mendukung norma belajar yang akan

digunakan selama pelatihan berlangsung.Dokumen Kesepakatan Peserta

14.00 – 14.30 Pre Test Peserta dapat membuat penilaian terhadap diri sendiri terkait kompetensinya sebagai pelatih

Lembar Pre Test …

279

Lam

piran |

14.30 – 15.00 Praktek Umpan Balik Di akhir pelatihan:peserta mampu melakukan pengamatan dan memberikan • penilaian terhadap perilaku peserta yang lainmemutuskan untuk menerima masukan yang positif dan • konstruktif dari peserta lain terhadap perilaku mereka sendiri.

Buku catatan kawan kita

15.00 – 15.30 Istirahat15.30 – 16.00 Umpan Balik Harian Panitia dan peserta bersepakat proses umpan-balik harian

sistem bergiliran Kelompok kerja Review harian

IITgl.

08.00 – 10.00 Memahami Nilai-Nilai Ke-Indonesia-an

Pada akhir sesi peserta mampu:mengingat kembali tentang nilai-nilai Ke-Indonesia-an• mengidentifikasi nilai-nilai yang perlu dikembangkan• menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang tumbuh dan • berkembang di masyarakat

Menyanyikan lagu wajib dan lagu daerahCurah pendapatDiskusi kelompok

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Mengembangkan Nilai-Nilai Ke-

Indonesia-anPeserta mampu:

menghubungkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dengan nilai • keragamandasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat • memberikan penilaian terhadap program pemberdayaan • masyarakatmenjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan • masyarakat

Studi kasusDiskusi kelompokPleno

12.15 – 13.15 Ishoma13.15 – 15.15 Memahami Kembali Konsep Dasar

Pemberdayaan MasyarakatPeserta memahami konsep dasar pemberdayaan masyarakat• Peserta mampu menentukan konsep dasar pengembangan • masyarakat yang sesuai dengan jati diri ke-Indonesia-an

CeramahDiskusi kelompok

15.15 – 15.45 Istirahat15.45 – 17.00 Pemberdayaan Masyarakat dalam

Perspektif IndonesiaPeserta menemukenali model pemberdayaan masyarakat• Peserta mampu menganalisa permasalahan program • pemberdayaan masyarakat

CeramahDiskusi kelompok

17.00 – 18.00 Peran dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat

Peserta mengetahui peran dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat

CeramahSumbang saran

280 III.

Tgl…08.00 – 10.00 Pendidikan Orang Dewasa Peserta dapat mengidentifikasi prinsip dasar pembelajaran •

orang dewasa berdasarkan pengalaman belajar sendiri sebagai orang dewasaPeserta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran • orang dewasa selama pelatihan berlangsung

CeramahCurah pendapatDiskusi kelompok

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Aspek-Aspek Etika Pelatih dan

PelatihanPeserta meyakini batasan-batasan etika ketika berfungsi sebagai pelatih dalam suatu pelatihan

Diskusi kelompokPresentasi

12.15 – 13.15 Ishoma13.15 – 15.15 Memahami Pembelajar Peserta dapat mengidentifikasi ragam masalah yang

bersumber dari pembelajar yang dapat berdampak pada desain, pengembangan, dan penyampaian pelatihan

CeramahPenugasan

15.15 – 115.45 Istirahat15.45 – 17.45 Taksonomi Tujuan Instruksional Peserta dapat mengidentifikasi tiga kawasan tujuan •

instruksional Peserta mampu membuat tujuan instruksional khususnya • model Bloom

CeramahPresentasi

IVTgl…

08.00 – 10.00 Manajemen Stres Menjelaskan konsep coping stress• Mengidentifikasi penyebab stres• Mengidentifikasi strategi penanganan stres•

Kliping …

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 11.15 Pengembangan Atmosphere Belajar Peserta pelatihan dapat menyebutkan tiga keuntungan •

kelompok yang dibentuk secara acakPeserta mampu memilih, dengan sejumlah situasi tertentu, •cara terbaik untuk membentuk satu kelompokPeserta dapat menyebutkan paling kurang lima cara •inovatif untuk membentuk kelompok secara acak

CeramahPermainan kuis

11.15 – 12.30 Praktek Dinamika Kelompok Peserta berpartisipasi secara praktis menghadapi berbagai situasi dan anggota kelompok yang sulit

Bermain peran …

12.30 – 13.30 Ishoma13.30 – 14.30 Merancang Sesi Pelatihan Menjelaskan pentingnya menyusun strategi pelatihan•

Menyebutkan lima jenis strategi pelatihan• Curah pendapatDiskusi kelompok

281

Lam

piran |

14.30 – 15.30 Mengembangkan Agenda Pelatihan Peserta dapat menjelaskan kebutuhan dan penggunaan • agenda pelatih Peserta mampu mengidentifikasi elemen-elemen yang • selayaknya ada dalam agenda pelatihPeserta mampu memodifikasi agenda pelatihan mereka • berdasarkan catatan informasi mereka

CeramahCurah pendapatPenugasan

15.30 – 16.00 Istirahat16.00 – 15.00 Merumuskan Rencana Sesi Mampu membuat daftar mengenai elemen suatu rencana •

sesiMampu membedakan antara rencana sesi yang baik dan • buruk dan menganalisis aspek-aspek baik dan buruknya

Curah pendapatDiskusi pleno

16.00 – 18.00 Menulis Rencana Sesi Sederhana Membuat sistematisasi rencana sesi untuk pelatihan mereka sendiri

CeramahPenugasan

V.Tgl…

08.00 – 10.00 Berbagai Metode Pelatihan I Peserta dapat mengemukakan berbagai metode pelatihan yang mereka kenal dengan teknik ”bola salju”.

Bola salju …

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Berbagai Metode Pelatihan II Peserta dapat memilih beberapa metode yang ingin

dipraktekkan.Curah pendapatPenugasan

12.15 – 13.15 Ishoma13.15 – 15.15 Praktek Metode Pelatihan I Memberikan kesempatan kepada peserta untuk •

mempraktekkan suatu metode pelatihan. Mempraktekkan dan mengamati metode dan keterampilan • pelatihan baru.

CeramahPraktek

15.15 – 15.45 Istirahat15.45 – 17.45 Praktek Metode Pelatihan II Menggabungkan pemahaman peserta tentang pembelajaran •

orang dewasa dan prinsip pelatihan.Menerima umpan balik dari sesama peserta dan pelatih.•

CeramahPraktek

282 VI.

Tgl…08.00 – 10.00 Memilih Metode Pelatihan I Dapat menjelaskan mengapa metode pelatihan harus •

dipilih dengan hati-hati. Dapat menjelaskan bahwa banyak metode yang cocok • untuk meningkatkan kesadaran atau pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang bisa mengembangkan keterampilan atau merubah sikap.

Curah pendapatPraktek

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Memilih Metode Pelatihan II Mampu memilih metode pelatihan yang tepat sesuai dengan

tujuan, kelompok sasaran yang berbeda, serta situasi yang spesifik

PraktekCeramah

12.15 – 13.15 Ishoma13.15 – 15.15 Pemanfaatan Media Pembelajaran I Peserta dapat mengindentifikasi lima kelebihan dan

kekurangan dari media yang dipilih.Ceramah Demonstrasi

15.15 – 15.45 Istirahat15.45 – 17.45 Pemanfaatan Media Pembelajaran II Peserta mampu mengidentifikasi lima hal yang boleh

dilakukan dan jangan dilakukan dalam menggunakan media yang dipilih

DemonstrasiCeramah

VIITgl…

08.00 – 10.00 Karakteristik Pelatih dan Gaya Pelatihan I

Pada bagian ini, peserta dapat:mengidentifikasi pilihan gaya pelatihannya• mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan fleksibilitas • gaya pelatihan

CeramahDiskusi kelompokPenugasan

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Karakteristik Pelatih dan Gaya

Pelatihan IIPeserta mampu membedakan antara pelatihan yang berpusat pada pembelajar (learner-centered) dan pelatihan yang berpusat pada materi (information-centered)

CeramahDiskusi kelompokPenugasan

12.15 – 13.15 Ishoma13.15 – 13.45 Membangun Hubungan/Interaksi Pesserta dapat:

menyebutkan faktor-faktor yang dapat menghambat • terbinanya relasi yang baik antar pelatih dengan pesertamenyimpulkan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk • membina dan mempertahankan relasi yang baik antar pelatih dengan peserta.

Curah pendapat …

283

Lam

piran |

13.45 – 15.00 Memperkenalkan Ketrampilan Fasilitasi

Peserta dapat menjelaskan mengapa keterampilan fasilitasi penting dalam pelatihan partisipatif

CeramahDiskusi kelompok

15.00 – 15.30 Istirahat15.30 – 16.30 Praktek Kemampuan Menyimak Pada akhir sesi peserta:

dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan • menyimakdapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit • mengidentifikasi hal–hal yang dilakukan dan tidak • dilakukan oleh seorang pelatih selama menyimak

CeramahMain teka-teki

16.30 – 17.30 Praktek Pengamatan Pada akhir sesi peserta dapat menjelaskan alasan mengapa pengamatan menjadi faktor yang penting bagi seorang pelatih

Sulap Jam TanganPraktek pengamatan

VIII.Tgl.

08.00 – 10.00 Praktek Bertanya Peserta mampu membedakan antara pertanyaan terbuka • dan pertanyaan tertutup.Peserta mampu menggunakan jenis-jenis pertanyaan dengan tepat • yang sesuai dengan konsep pembelajaran orang dewasa.

Diskusi kelompokPraktek bertanya

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 11.45 Memberikan dan Menerima Umpan

BalikPada akhir sesi peserta:

dapat menjelaskan tujuan umpan balik• dapat menjelaskan perbedaan antara umpan balik yang baik • dan burukdapat menunjukkan keterampilan dalam memberi dan • menerima umpan balik

Curah pendapatSosio drama

11.45 – 12.45 Praktek Parafrase Pada akhir sesi peserta:dapat menjelaskan pengetian parafrase • dapat menjelaskan kapan parafrase itu bisa berguna• berlatih menggunakan parafrase selama pelatihan • berlangsung

Curah pendapatPraktek

12.45 – 13.45 Ishoma13.45 – 14.45 Praktek Menguji Pada akhir sesi peserta:

dapat menjelaskan apakah menguji itu• dapat menjelaskan • mengapa menguji itu penting dalam suatu lingkup pelatihandapat menjelaskan perbedaan antara diskusi dan dialog•

CeramahCurah pendapatTeka-teki

284 14.45 – 15.45 Praktek Dialog Pada akhir sesi peserta:

dapat menjelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi.• dapat menjelaskan pentingnya menciptakan dialog dalam pelatihan• dapat berlatih menciptakan dialog selama pelatihan berlangsung•

Curah pendapatPraktek

15.45 – 16.15 Istirahat16.15 – 17.45 Komunikasi Non Verbal Peserta paham pentingnya pengetahuan dan keterampilan

dalam komunikasi non verbalTayangan video peristiwa

IX.Tgl…

08.00 – 09.30 Mengatur Perilaku yang sulit Mengidentifikasi beberapa karakter dan perilaku khusus • yang biasanya muncul dalam konteks pelatihan.Mengidentifikasi dan meyakini beberapa saran untuk • menangani perilaku khusus yang dapat muncul dalam konteks pelatihan.

Tayangan video peristiwa

...

09.30 – 10.00 Istirahat10.00 – 12.00 Praktek Fasilitasi I Peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan

lancarPraktek fasilitasi …

12.00 – 13.00 Ishoma13.00 – 15.00 Praktek Fasilitasi II Peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan

lancarPraktek fasilitasiPenugasan

15.30 – 16.00 Istirahat16.00 – 18.00 Menilai Keterampilan Fasilitasi I Peserta mampu membuat evaluasi antar peserta mengenai

keterampilan fasilitasi yang telah dipraktekkanPraktekPenugasan

X.Tgl…

08.00 – 10.00 Analisa Perkembangan Belajar Pada akhir sesi peserta:dapat menjelaskan alur logika dari siklus pembelajaran • berdasarkan pengalamanmengenali fase-fase siklus pembelajaran berdasarkan • pengalaman dalam perancangan sesi

Studi KasusDiskusi Kelompok

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Monitoring Pelatihan Pada akhir sesi peserta:

dapat menyimpulkan bahwa monitoring adalah bagian dari • kehidupan sehari-haridapat menjelaskan tiga alasan untuk monitoring harian • dalam satu lingkungan pelatihandapat memilih metode monitoring yang tepat•

CeramahDiskusi kelompokCurah pendapat

285

Lam

piran |

12.15 – 13.15 Ishoma13.15 – 15.15 Mengevaluasi Pelatihan Pada akhir sesi peserta:

dapat menjelaskan tujuan-tujuan dan tingkat-tingkat yang • berbeda dari suatu evaluasi pelatihandapat menyebutkan lima cara yang tidak konvensional • untuk mengevaluasi kegiatana pelatihandapat mengformalisasikan satu rencana evaluasi untuk • pelatihan mereka sendiri

Curah pendapatLempar Bola

15.15 – 15.45 Istirahat

XI.Tgl...

08.00 – 09.30 Penjelasan Peer Teaching Semua komponen pendukung peer teaching sudah siap operasionalPeserta siap melakuan Peer teaching

Ceramah …

10.45 – 12.30 Peer Teaching 8 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi …12.30 – 13.30 Ishoma13.30 – 15.30 Peer Teaching 16 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi …15.30 – 16.00 Istirahat16.00 – 17.30 Peer Teaching 6 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi …17.30 – 19.30 Ishoma19.30 – 20.00 Playback dan Feedback Peserta dapat masukan dari peer teaching yang telah

dipraktekkanPleno …

20.00 – 20.00 Penguatan Komitmen Masing-masing peserta mendapat raport pribadiSemua peserta mendapat peneguhan dan pencerahan

Pleno …

20.00 – 20.15 Penutupan Pelatihan dapat ditutup secara resmi Ceremonial Pejabat Pusat/Setempat

20.15… SAYONARA

286 Lampiran 2.

Panduan Penyelenggaraan Pelatihan

Pra PelatihanA.

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan1 Penyiapan Tempat

(Ruang) Pelatihan dan Penginapan (Akomodasi)

Training manajer Menghubungi dan memastikan tempat pelatihan setelah berkoordinasi dengan staf 1. British Council (BC) yang bertugas, sesuai dengan jadwal dan ketentuan penentuan tempat pelatihan yang diberlakukan BC. Sedapat mungkin pelatihan tidak dilakukan di hotel atau maksimal hotel bintang tiga dan bukan di tengah kota.

Memastikan keberadaan tempat pelatihan yang sesuai dengan ketentuan, antara lain: 2.

Luas minimal 8 m x 10 m, tidak bau dan sirkulasi udara baik. (a) Layout kursi+meja pelatihan ”bentuk U” (b) Jumlah kursi+meja yang mencukupi dengan jumlah peserta(c) Ketersediaan tempat bagi PU, Fasilitator, serta Petugas Dokumentasi Proses(d) Ketersediaan (e) sound system yang berfungsi dengan baikKetersediaan (f) white board, papan flip chart, LCD Projector, dan alat tulis-menulis yang dibutuhkan.Ketersediaan tiga ruang yang dibutuhkan untuk pelaksanaan (g) Peer Teaching.Jika membutuhkan, ketersediaan alat pendingin ((h) AC atau Kipas Angin) yang berfungsi dengan baik

2 Penginapan: Training manajer Memastikan ketersediaan tempat penginapan yang mencukupi untuk menampung peserta 1. pelatihan (maksimum dua orang per kamar), serta kenyamanan tempat pelatihan.

Memastikan sistem penyewaan tempat pelatihan dan akomodasi antara pemilik tempat dengan 3. BC sudah disepakati

287

Lam

piran |

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan3 Peserta Training manajer Menghubungi pihak 1. The Institute of Good Governance and Regional Development (IGGRD) untuk

mengkonfirmasikan jumlah peserta yang terlibat dari unsur PMD, PT dan NGO.Mengidentifikasikan peserta pelatihan yang memenuhi syarat, khususnya dari PT dan 2. NGO. Adapun prasyarat calon peserta dapat dilihat pada website PFPM.Mengkonfirmasikan calon peserta dari PT dan 3. NGO yang memenuhi syarat kepada pihak IGGRD untuk mendapatkan persetujuan.Mengirimkan undangan kepada calon peserta dari PT dan 4. NGO yang sudah disetujui. Dalam undangan tersebut terlampir: ToR, jadwal pelatihan, format CV, format karya tulis dan Form Kesanggupan kehadiran. Surat undangan dibuat dan di tanda-tangani oleh TM dengan format surat dari IGGRD.Menerima kiriman dokumen dari peserta utusan PT dan 5. NGO, yakni: CV, Karya Tulis dan Kesanggupan Kehadiran. Penerimaan dokumen peserta paling lambat 1 minggu sebelum pelaksanaan pelatihan.Menginformasikan nama peserta dari PT dan 6. NGO yang memenuhi syarat untuk mengikuti pelatihan kepada IGGRD.

4 Koordinasi dengan Penanggung Jawab Umum (PU) dan Fasilitator

Training manajer Menerima nama PU dan Fasilitator yang bertugas dari pihak IGGRD, serta jadwal dan 1. pembagian tugas dari fasilitator yang terlibat.Mengkonfirmasikan kepastian PU untuk memfasilitasi pelatihan, jadwal pelatihan, tempat 2. pelatihan, serta informasi lainnya yang relevan.Jika PU berhalangan pada sebagian atau seluruh proses pelatihan, TM melakukan koordinasi dengan IGGRD guna mendapatkan penggantinya.Mengkonfirmasikan kepastian Fasilitator untuk memfasilitasi pelatihan sesuai dengan jadwal 3. yang telah ditetapkan. Jika Fasilitator berhalangan pada sesion yang harus difasilitasi, TM melakukan koordinasi dengan IGGRD guna mendapatkan penggantinya.Meminta informasi awal yang dibutuhkan oleh Fasilitator berkaitan dengan kebutuhan materi, 4. media dan perangkat pendukung pembelajaran lainnya

5 Penyiapan Konsumsi Training manajer Memastikan kesiapan pelayanan konsumsi kepada peserta, antara lain mencakup jumlah yang 1. dibutuhkan dan jenis makanan.Memastikan kebersihan dan kenyamanan tempat makan selama proses pelatihan berlangsung2.

288 No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan6 Penyiapan ATK, Seminar

Kit dan P3KTraining manajer Konfirmasikan dengan pihak 1. IGGRD berkaitan dengan pengiriman ATK, Seminar Kit, P3K,

bahan habis pakai yang dibutuhkan dan Spanduk, terutama berkaitan dengan alamat TM, jenis dan jumlah barang yang dikirim. Penyiapan fasilitas penunjang pelatihan, antara lain: Laptop, 2. LCD, Handycam, Printer, TV untuk peer teaching.

7 Keuangan dan administrasi:

Training manajer Melakukan pembelian ATK dan Bahan Habis Pakai jika yang dipersiapkan oleh 1. BC mengalami kekurangan. Menerima pengiriman 2. fresh money dari BC sebagai biaya talangan awal, yakni untuk pembiayaan:

Transportasi lokal untuk mobilisasi TM dalam melakukan persiapan pelatihan(a) Biaya komunikasi dalam melakukan koordinasi dengan PU, Fasilitator, (b) IGGRD dan BC.Foto copy(c) tambahan materi pelatihan dan dokumen administrasi lainnya.Pembelian ATK jika yang dipersiapkan oleh (d) BC mengalami kekurangan.

Adapun besar biaya talangan awal per pelatihan sebesar Rp 1.000.000,-Semua pembelian harus disertai bukti pembelian (kwitansi), yang akan dipertanggungjawabkan pada akhir pelatihan kepada staf BC/IGGRD.Meminta pengiriman Form Konfirmasi Kehadiran, Form Registrasi Ulang, Form Absensi, 3. Form Evaluasi Peserta dan Amplop ber perangko Pengiriman Bukti Perjalanan Peserta kepada IGGRD.

8 Pertemuan Koordinasi dengan PU dan Fasilitator

Training manajer Sehari sebelum tanggal pelaksanaan pelatihan, TM memfasilitasi pertemuan koordinasi antara 1. PU, seluruh Fasilitator yang terlibat, Konsultan PFPM (jika hadir), TM dan SS. Pertemuan menyangkut:

Pemantapan jadwal pelatihan dan fasilitator yang bertugas.a. Review materi oleh PU guna membahani fasilitator.b. Mengidentifikasi ulang media dan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk setiap topik c. agar dipersiapkan oleh TM dan SS.Melakukan pengecekan final terhadap persiapan pelaksanaan pelatihan, antara lain: tempat d. pelatihan, peserta pelatihan, kesiapan materi dan administrasi, dan berbagai hal yang relevan.

Pertemuan dilaksanakan di tempat pelatihan dan dipimpin oleh PU.2.

289

Lam

piran |

Pelaksanaan PelatihanB.

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan1 Koordinasi dengan PU

dan FasilitatorTraining manajer Menghubungi PU guna membantu/memfasilitasi kedatangan PU, berkaitan dengan transportasi 1.

ke tempat pelatihan, penginapan, serta berbagai hal lainnya yang relevan (jika dibutuhkan).Menghubungi Fasilitasilitator guna membantu/memfasilitasi kedatangan Fasilitator, berkaitan 2.dengan transportasi ke tempat pelatihan, penginapan, serta berbagai hal lainnya yang relevan (jika dibutuhkan).Memfasilitasi seluruh kebutuhan PU dan Fasilitator dalam rangka mendukung proses pelatihan, 3.antara lain: kebutuhan media pelatihan, ATK yang dibutuhkan, dan kebutuhan lainnya yang relevan.Melakukan evaluasi harian antara PU, Fasilitator, TM dan SS di akhir kegiatan hari tersebut, 4.berkaitan dengan keseluruhan proses pelatihan, serta persiapan pelaksanaan pelatihan hari berikutnya.Jika pada saat pelatihan Fasilitator berhalangan hadir (sakit atau alasan lain), materi difasilitasi oleh PU.5.Jika pada saat pelatihan PU berhalangan hadir, TM segera melaporkan kepada 6. IGGRD guna mendapatkan pengganti. Pelatihan tetap berjalan, difasilitasi oleh Fasilitator.

2 Koordinasi dengan Peserta

Training manajer Melakukan registrasi peserta pada saat kedatangan dengan menggunakan form baku yang telah 1.dipersiapkan oleh IGGRD.Pada saat registrasi, peserta diinformasikan no kamar penginapan, berbagai aturan yang berlaku 2.di penginapan dan tempat pelatihan, serta membagikan Jadwal Pelatihan, CD Materi Pelatihan, dan Seminar Kit. Pembagian kamar peserta dilakukan oleh TM. Memfasilitasi kebutuhan peserta dalam rangka mendukung kenyamanan peserta dalam 3.mengikuti pelatihan, antara lain: kebutuhan akan obat-obatan jika sakit ringan, pengantaran ke rumah sakit jika sakit cukup berat, pengaturan sistem pencucian pakaian, serta kebutuhan lainnya yang relevan. Mengumpulkan 4. CV peserta yang belum lengkap.

3 Koordinasi dengan Bagian Keuangan

Training manajer Membantu petugas keuangan 1. BC/IGGRD dalam proses pertanggung-jawaban biaya perjalan peserta.Pada akhir pelatihan melakukan pertanggung-jawaban penggunaan dana talangan awal oleh TM 2.kepada petugas keuangan BC/IGGRD.

4 Koordinasi antara PU, SS dan Pelatih dilakukan setiap hari (malam)

Training manajer Evaluasi kegiatan hari itu1.Rencana kegiatan hari esok2.

290 No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan5 Dukungan dalam

Proses PelatihanTraining manajer Mengontrol kenyamanan dan kebersihan ruang pelatihan1.

Mengontrol kenyamanan dan kebersihan penginapan2.Mengontrol penggunaan sarana pendukung pelatihan seperti: 3. sound system, LCD, alat tulis menulis, dan lain-lain.Melengkapi kebutuhan media pelatihan seperti kertas flip chart, spidol, kertas plano, selotip, dan 4.lain-lain.Memasang spanduk Pelatihan, yakni di ruang pelatihan5.Memfasilitasi acara pembukaan, yakni terdiri dari:6.

Kata pembukaan oleh TM(a) Doa pembukaan (oleh salah satu peserta)(b) Penjelasan tentang PFPM oleh Konsultan (jika hadir) atau PU(c) Pembukaan oleh Tamu PMD (jika hadir) atau Konsultas (jika hadir) atau PU.(d) Kata penutup oleh TM, sekaligus menyerahkan seluruh proses pelatihan selanjutnya kepada PU(e)

Melakukan Dokumentasi Proses per sesi.7.Menjalankan Absensi Peserta, Fasilitator dan PU untuk setiap sesi.8.Bersama SS bertugas untuk merekam proses 9. Peer Teaching dengan menggunakan kamera video.Pada saat sesi 10. Peer Teaching, membagikan form oberservasi peer teaching. Pada akhir sesi peer teaching, mengumpulkan dan merekap seluruh hasil oberservasi untuk diserahkan kepada Fasilitator yang bertugas.Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil Review Harian yang dilakukan oleh peserta yang 11.bertugas.Memfasilitasi acara penutupan:12.

Kata pembuka oleh TM(a) Refleksi dari PU, Fasilitator dan beberapa Wakil Peserta(b) Post Test(c) Penutupan oleh Wakil PMD (jika hadir), Konsultan (jika hadir) atau PU.(d) Doa Penutup oleh salah satu peserta(e) Kata penutup oleh TM(f)

Membuat dokumentasi foto, yakni mencakup13.Moment Pembukaan(a) Moment Proses Pelatihan (foto setiap fasilitator yang bertugas dan PU, suasana diskusi (b) peserta dalam kelompok, saat permainan, presentasi oleh peserta, Praktek Peer Teaching, dan lain-lain)Moment Penutupan(c)

291

Lam

piran |

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan6 Pada hari terakhir

pelatihan melakukanTraining manajer Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil evaluasi materi pelatihan dan evaluasi program 1.

pelatihan.Membagikan amplop berperangko yang akan digunakan peserta pelatihan untuk mengirimkan 2.boarding pas, tiket dan atau bukti-bukti lainnya yang diperlukan kepada IGGRD.

Evaluasi PelatihanC.

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan1 Penyusunan laporan pelatihan oleh TM sesuai

dengan format yang telah ditetapkan oleh IGGRD.

Training manajer

2 Mengirimkan hasil evaluasi materi dan evaluasi program pelatihan kepada IGGRD.

Training manajer

3 Mengirimkan daftar peserta yang berhak untuk mendapatkan sertifikat kepada IGGRD.

Training manajer

4 Mengirimkan dokumen CV seluruh peserta ke IGGRD.

Training manajer

292 Prosedur AdministrasiD.

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan

1 Pendaftaran:Pendaftaran peserta dilakukan pada:1 hari sebelum kegiatan training dimulai

Peserta wajib menyerahkan CV, surat tugas, dan • kelengkapan administrasi lain yang diminta.Pada saat pendaftaran peserta akan mendapatkan • training kit dan material ToT dalam bentuk softcopy. Untuk itu disarankan kepada peserta untuk membawa sarana Laptop. Bagi peserta yang tidak membawa Laptop, panitia akan menyiapkan hard copy material

Training Manajer• Supporting Staff•

Pendaftaran tidak dapat diwakilkan oleh orang lain.• Peserta wajib mengikuti pelatihan sejak hari pertama hingga • hari terakhirSetelah Pelatihan dimulai, peserta tidak boleh digantikan oleh • orang lain untuk sementara maupun hingga akhir pelatihan

2 Absensi:Pengisian absensi dilakukan pada setiap kali sesi pelatihan dimulai (untuk seluruh sesi)

Supporting Staff• Absensi tidak boleh dititip pada peserta lain• Peserta yang memiliki jumlah absen lebih dari 10 % kehadiran • sesi, dianggap tidak lulus

3 Sertifikat:Peserta yang dianggap telah memenuhi syarat • kelulusan pelatihan, akan diberikan sertifikat tanda telah mengikuti proses pelatihan untuk pesertaSertifikat HANYA akan diberikan kepada peserta • yang mengikuti ToT secara penuh dan TELAH mengirimkan kembali semua bukti-bukti tiket, boarding pass, airport tax, dandokumen lainnya yang ditentukan oleh Training • Manager pada saat ToT

Training Manajer• Supporting Staff•

Blanko sertifikat diperoleh dari panitia/penyelenggara• Blangko sertifikat tidak dapat diberikan kepada orang lain • atau peserta yang dianggap tidak lulus.Blanko yang salah, harus dikembalikan kepada Training • Manager/Supporting Staff untuk mendapatkan blanko pengganti

293

Lam

piran |

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan

4 PelaporanPelaporan terdiri dari laporan kegiatan dan laporan • administrasi/keuangan sesuai kebutuhan

Training Manajer• Supporting Staff•

Laporan kegiatan terdiri dari:Tempat dan waktu pelaksanaan.• Daftar nama dan data seluruh peserta, nara sumber, master • trainer dan pelatih utama.Dokumentasi Proses sejak awal hingga akhir pelatihan. (kaset-• kaset rekaman tape recorder dan rekaman video)Daftar hadir (absensi) seluruh peserta, nara sumber, master • trainer, pendamping dan seluruh tim teknis pelaksanaDaftar peserta yang lulus dan yang tidak lulus• Seluruh hasil evaluasi• Rekomendasi dari peserta, nara sumber, master trainer dan • pelatih utamaHarus disertai dengan foto kegiatan• Diserahkan kepada direktur proyek paling lambat 1 minggu • setelah kegiatan pelatihan berakhir

Laporan keuangan (telah dijelaskan di bagian prosedur keuangan)

5 InventarisSeluruh peralatan dan bahan yang tersisa di • serahkan kembali kepada Training ManajerSeluruh hasil dokumentasi baik rekaman kaset, • video dan foto, juga diserahkan kepada Training Manajer

Training Manajer• Supporting Staff•

Seluruh pelengkapan dan peralatan yang disewa dari pihak • ketiga dikembalikan kepada pihak ketiga

294

Lampiran 3.

Lay Out Ruang Pelatihan

Kursi peserta dengan konfigurasi “U”

Kursi tinggi untuk roleplay

Layar Infocus

Spanduk Pelatihan

Meja observer “panitia”

Kursi peserta yang memiliki papan untuk menulis atau jika tidak ada letakkan meja di belakang kursi

Flip chart

Flip chart Flip chart

Flip chart

NotebookProjector

Listrik

Listrik

Tertutup dari sinar matahari

Whiteboard

295Lampiran |

Lampiran 4.

Media dan Kebutuhan Pelatihan Lain yang Harus Disiapkan

No Nama Jumlah Keterangan

I.12

34567

Sarana dan Prasarana:Ruang Minimal 80 - 100 M² (untuk 11 hari) Ruang peer taching, kapasitas min.10 org. Min.1 hariKursi dan meja moving Meja observer dalam ruangan Papan pengumuman (parasut 2 x 3 M) Sound System Spanduk

1 unit2 unit

40 unit1 unit2 lembarmike min: 3 unit2 unit

II. 123456789101112131415161718192021222324

Media:TVWhite board Sumber listrikPapan flipchart Laptop LCDRol KabelPapan White BoardFlipp chartSpidol marker kecil permanen Spidol marker besar permanen Spidol white boardPenghapus White BoardLem Semprot Tri M Lakban Kertas 2 inch Meta plan 10x25 cmKertas A4Tali RafiaKertas Emas Karton Manila Lem Fox yang kecilGunting Stepler Isi Stepler

1 unit1 unit

5 unit1 unit1 unit4 buah1 buah500 lbr/11 hari/kelas2 lsn/11 hari/kelas 1/2 lsn/11 hari/kelas1 lusin/kelas

1 buah1 lusinmasing-masing 200 lbr1 rim 1 Gulung besar2 pak (isi 20 lembar)masing-masing 4 lbr1 buah3 Buah1 unit1 kotak

hitambiru dan hitam

hijau,merah,putih,biru,kuning

Kuning, hijau, merah

296

No Nama Jumlah Keterangan

252627282930313233

CD Kosong Post It yang besarPrinter Tinta PrinterHandycam 11 hariVoice operated recorder (VOR), 11 hari Baterai Balon Bola tenis

35 pcs2 buah1 unit2 hitam, 1 warna1 unit1 unit22 pc A3 Alkaline10 Pak1 Buah

III1234567

Training Kit:TasBlock Note Sedang Bolpoint standar JadwalModulTata tertib dan aturan penginapanName tag

1 pc1 pc

297Lampiran |

Lampiran 5.

Kriteria Pelatih

Dalam Pelatihan Pelatih (TOT) ini, Pelatih dibagi dalam 2 jenis: (1) Pelatih Utama dan (2) Pelatih Pakar (Master Trainer).

Pelatih Utama adalah individu yang terpilih melalui penyeleksian dengan beberapa kriteria A. yang telah disepakati oleh Panitia selanjutnya ditunjuk oleh Panitia sebagai Pelatih Utama (Quality Control) dalam pelaksanaan Pelatihan.Kriteria Pelatih Utama:

Diutamakan yang berpendidikan minimal S21. Memiliki pengalaman secara nasional dalam melatih fasilitator minimal 15 tahun2. Pelatih Utama adalah orang yang pakar dalam bidang community development, 3. pendidikan orang dewasa, metode dan media, serta teknik melakukan fasilitasi.Memiliki dedikasi yang tinggi dalam dunia pelatihan.4.

Pelatih Pakar adalah individu yang terpilih melalui penyeleksian dengan beberapa Kriteria B. yang telah di sepakati oleh Panitia selanjutnya ditunjuk oleh Panitia sebagai Pelatih (Trainer) dalam pelaksanaan Pelatihan. Master Trainer ini adalah mereka yang pakar dalam bidang-bidang tertentu yaitu; bidang Pemberdayaan Masyarakat, bidang Pendidikan orang dewasa, Metode dan Media, serta bidang teknik fasilitasi.

Kriteria Pelatih Pakar:Pakar Pendidikan Androgogi1. Diutamakan berpendidikan minimal S2 ilmu Pendidikan atau sejenisnya, atau S1 2. dengan pengalaman yang cukup sebagai praktisi pendidikan orang dewasa.Praktisi Pendidikan Orang Dewasa,3. Memiliki pengalaman melatih fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.4.

Pelatih Senior Bidang Pemberdayaan MasyarakatBerpendidikan minimal Sarjana S11. Memiliki pengalaman sebagai fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.2. Memiliki pengalaman yang luas dalam bidang manajemen program pemberdayaan 3. masyarakatMemiliki Pengalaman melatih fasilitator lapangan minimal 10 tahun.4.

Pakar di bidang Metode dan MediaBerpendidikan minimal Sarjana S11. Memiliki pengalaman sebagai fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.2. Memiliki pengalaman yang luas dalam bidang manajemen program pemberdayaan 3. masyarakatMemiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan media pendidikan 4. Memiliki dan menyerahkan media pelatihan penyampaian pembelajaran yang telah digunakan selama minimal 5 kali.

298

Lampiran 6.

Syarat-Syarat Menjadi Peserta

Peserta TOT harus memenuhi kriteria berikut:Berpendidikan minimal Sarjana sederajat1. Berpengalaman kerja di masyarakat selama minimal 3 tahun sebagai fasilitator umum 2. maupun fasilitator teknis (bukan sebagai administratur dan supervisor proyek).Memiliki motivasi yang baik dan kematangan emosional dalam kegiatan mendidik, 3. melatih dan mengajar, serta memiliki track-record yang baik sebagai fasilitator masyarakat yang diperkuat oleh rekomendasi pihak berkompeten.Menyerahkan CV (4. curriculum vitae) dan karya tulis yang berisikan pengalaman sebagai fasilitator.Diutamakan yang berdomisili di tempat pemberdayaan (tinggal bersama masyarakat).5.

299Lampiran |

Lampiran 7.

Team Management

No Nama Lembaga1 Eko Sri Harjanta Ditjen PMD, Depdagri 2 Bito Wikantosa Ditjen PMD, Depdagri 3 Prabawa Eka Susanta Ditjen PMD, Depdagri

4 Moch. Yasir Sani Sekretariat PNPM MP Satker Pembinaan PNPM Mandiri Perdesaan

5 Soenoe Wijayanti National Management Consultant

6 Eka T.P. Simanjuntak IGGRD Project Director 7 Ferry F. Karwur UKSW Kons. Kurikulum dan Pendidikan8 Rizal Hikmat UI Kons. Jaminan kualitas dan Dbase9 Fajar Sudarwo IRE Yogya Kons. ToT10 Totok Mardikanto UNS Solo Kons. Standarisasi/Sertifikasi11 Sumardja IPB Bogor Kons. Standarisasi/Sertifikasi12 Dharmaputra Palekahelu UKSW Kons. Management Pelatihan13 Esrom Aritonang IGGRD Asst. Kons. TOT14 Bonar Siahaan IGGRD Asst. Kons. Manajemen Pelatihan15 Julius Ranimpi UKSW Asst. Kons. Kur dan Pendidikan16 Mohammad Dipati Database Master17 Hendro Stevens WII Database Developer18 Johan tambotoh WII Database Developer19 Grace Palayukan IGGRD Administrasi Keuangan 20 Ari Sutanti BC Kontrak & Team Keuangan 21 Bayu BC Kontrak & Team Keuangan 22 Audrie BC Kontrak & Team Keuangan 23 Jerry Langkun WII Entry Data24 Jolly Lengkono WII Entry Data25 Merry Karwur WII Entry Data26 Julyandrie N. Bawu. WII Entry Data27 Olva Ngelo IGGRD Logistic28 Imanuel Djahi IGGRD Koordinator Adm. Pelatihan

300

Lampiran 8.

Daftar Pelatih Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

A. Pelatih Utama

No Nama Lembaga/Instansi1 Chamiyatus Sidqiyah Individu2 Abraham Raubun PDT Ditjen PMD Jakarta3 Sugeng Tri Handoko Yayasan Mitra Sejati4 Heru Sukarsono Yayasan Mitra Sejati 5 Sarmauli Hutajulu LSM Letare6 Ester Ritonga Yayasan Cinta Kasih Medan 7 Vien Sartika Dewi Universitas 8 May Januar KL2SS9 Dyah Ismoyowati UGM Jogjakarta10 Edy Triyanto YIS Solo 11 Semuel Lusi Yayasan Bina Darma Salatiga12 Veronika Kumurur UNSRAT Manado 13 Nico Gara GMIM Minahasa14 Sri Sudaryanti UNIBRAW Malang15 Warno Hadi Winarno LSM Dialog16 Albertina de Queljoe Yayasan Alfa Omega Kupang

B. Nara Sumber

No Nama Lembaga/Instansi

1 Prabawa Eka Susanta Ditjen PMD Jakarta

2 Andy Syahrir Kube SATKER PNPM

3 Ferry Karwur F.I.K. UKSW

4 Rosyid Al Atok Univeristas Negeri Malang

301Lampiran |

C. Pelatih Pakar (Master Trainer)

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Husni Thamrin SPTR Jabar/PNPM MP 38 Ashfar Amas PNPM MP2 Sansan T. Umarna NMC/PNPM MP 39 Wahyuddin Kessa KL2SS3 Simon Gaol Ditjen PMD Jakarta 40 Bachtiar A. Saleh LSM4 Edy Triyanto YIS Solo 41 Vien Sartika Dewi UNHAS5 Henny Dalimunthe UNJ Jakarta 42 Fajar Sudarwo IRE JOGJA6 Karta Sasmita UNJ Jakarta 43 Aloysius Lande7 Anna Gurning Ditjen PMD Jakarta 44 Intan Nugraheni F-Kab Pekalongan/PNPM

MP8 Suudi Noor NMC 45 Daniel Nuhamara UKSW Salatiga 9 Heru Sukarsono Yayasan Mitra Sejati 46 Eko Priyono S Balai PMD Jogjakarta 10 Daddy Darmawan UNJ Jakarta 47 Effendi Balai PMD Jogjakarta 11 Sampoerno UKSW Salatiga 48 Stefanus Subagya SPTR Jogja/PNPM MP12 Peppy Permadi Fas Kab Kuningan-Jabar 49 Samuel Lusi Yayasan Bina Darma Salatiga13 Susilo PNPM PISEW 50 Jeffrie Lempas Yayasan Bina Darma Salatiga14 Zubriyanto Sofyan Fas T Kab Cirebon-Jabar 51 Mantini Soufyan 15 Safwan NMC PNPM MP 52 Nick T.Wiratmoko Yayasan Percik Salatiga16 Joseph Lucky PNPM DTK/P2DTK 53 Yuwono PNPM MP17 Zulfikar APPMI Jakarta 54 Loegtyatmadji PNPM MP18 Moch Y. Sani Sekr. PNPM MP 55 Dwi A. Henawati Konsultan/Individu 19 Chammiyatus Sidqiyah Individu 56 Dyah Ernawati Konsultan/Individu 20 Haris Shantanu Sekr. PNPM MP 57 Philep Morse Regar FISIP UNSRAT21 Fahrul Rizal SPTR Kalbar 58 Cyrus T. Lalompoh FIP UNIMA22 Eppy Lugiarti Ditjen PMD Jakarta 59 Budi Astawa SPTR Sulut23 Sri Emiyanti Unv. Sumatera Utara 60 Heskiel Harikedua F-Kab/PNPM MP24 Binsar Panjaitan Fas T Kab Simalungun 61 Amilin A. Bulungo PNPM MP25 Riana Uli SPTR Propinsi Riau 62 John Lahade UKSW Salatiga26 Marzuki SPTR Propinsi Aceh 63 Endang Sri

Suryandari Balai PMD

27 Dimpos Manalu Konsultan/Individu 64 Dewa Ketut Alit Balai PMD28 Paul Simanjuntak LSM 65 Deddy T. Setiawan PNPM MP29 Maman Natawijaya LSM 66 Achmad Saladin PNPM MP30 Benget Silitonga LSM Letare 67 I Wayan Suartika SPTR Bali/PNPM MP31 Sesvil SPTR Sumatera Utara 68 May Januar KL2SS32 Feriyanto Sitohang LSM 69 Soleman Dethan Yayasan Alfa Omega Kupang33 Delphius Ginting LSM 70 Edonajov Ratu Edo Individu34 Muslich Ismail LSM 71 Johnny A. Riwu Faperta UNDANA35 Tria Amelia LSM MP 72 James Ballo PLAN Internasional 36 Nurgani PNPM MP 73 Okky Juser Laisnima Yayasan Pancaran Kasih 37 Nurhamzah PNPM MP 74 Paskalis Nai Driya Media Kupang

302

Lampiran 9.

Daftar Peserta Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

Try Out (Kelompok Pelatihan 3): SALATIGA - Yayasan Bina Darma , 6 - 17 Desember 2009

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Unang Sunardiman, SH Balai PMD - Yogyakarta 16 Adib Akrom, SH PNPM MP2 Heni Setyowati, SH Balai PMD - Yogyakarta 17 Marso, Ir PNPM MP3 Wasis Prayitno, S.Sos Balai PMD - Yogyakarta 18 Nurhasim, S.Pd. PNPM MP4 Jeffrie Lempas YBD - Salatiga 19 Tri Supriyono, ST PNPM MP5 Muchsoni, S.Sos PNPM MP 20 Sri Kadarini, ST PNPM MP6 Yuwono, Ir PNPM MP 21 Karnadi Ismono, S.Sos PNPM MP7 Supardi, Ir, MM PNPM MP 22 Hagus Bintarto, Ir, MM PNPM MP8 Ali Mahmudi, Ir PNPM MP 23 Saiful Huda,SP PNPM MP9 Edi Prabowo, Ir PNPM MP 24 Sidik Nur Istiadi PNPM MP10 Puji Harjono, S.Pd., M.Si. PNPM MP 25 Stefanus Subagyo PNPM MP11 Loegtyatmadji T.N, ST PNPM MP 26 Natalia Ratna Yulianti UKSW - Salatiga12 Iwan Mohamad Fauzi, Ir PNPM MP 27 T.A. Gutama, Drs. UNS - Surakarta13 Suwandi, Ir PNPM MP 28 Didi Nurhadi, ST, M.Si. PADMA – Yogyakarta14 Ismulyati PNPM MP 29 Priyono Hadi Mulyono,ST PNPM MP15 Harun Arif Satriawan PNPM MP

Kelompok Pelatihan 1: Medan - LPPM Medan, 11 - 22 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instans No Nama Lembaga/Instans1 Alyuwaini F-KAB Aceh Besar 16 Edo Rudi Rumdiarto FT-KAB Batubara2 Abdussamad FT-KAB Pidie Jaya 17 Erni Novitri FASKEU Kab. Langkat 3 Irhamuddin F-KAB Aceh Besar 18 Sunardi F-KAB Pakpak Barat4 Zulfahmi F-KAB Aceh Barat 19 Asafati Gea F-KAB Nias (R2PN)5 Ridwan F-KAB Pidie 20 Ahmad Fanani Lubis F-KAB Mandailing Natal6 Heppy FMS Aceh 21 Moh. Hatta Emas SPTR Kepulauan Riau7 Ramli Ibrahim

AmplaihSI Aceh 22 Sehat Walafiat S FT-KAB Bintan

8 Syafril FT-KAB Labuhan Batu 23 Alief Setia Budi FT-KAB Lingga9 Richard Gordon

GultomFT-KAB Samosir 24 Alfian Novis Naros FT-KAB Pasaman Barat

10 Azmi FT-KAB Padang Lawas 25 Ira Julita FT-KAB Solok11 Bernard Panjaitan FASKEU Batubara 26 Yenni Suryani SPTR Sumatera Barat12 Afwan Hasibuan F-KAB Tapanuli Selatan 27 Suriyadi FT-KAB Indragiri Hilir13 Setiawati Simanjuntak F-KAB Humbang

Hasundutan28 Irsyad F-KAB Siak

14 Sesvil SPTR Sumatera Utara 29 Sahala Oloan FT-KAB Bengkalis15 Mulyadi Siagian F-KAB Nias Selatan 30 Ansori Yusra FT-KAB Kuantan Senggigi

303Lampiran |

Kelompok Pelatihan 2: JAKARTA - Wisma Kinasih, 11 - 22 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Alfian T FT - KAB Tanjabtim 16 Irma Friyanti FASKEU Purwakarta2 Yodi Elva FT - KAB Kerinci 17 Nunung Nurhasanah F-KAB Ciamis3 Welman FT - KAB Lebong 18 Tri Wahyuningsih FT - KAB Subang 4 Supar F-KAB Kaur 19 Rospita Sihombing FASKEU Subang5 Suparman SPTR Prov. Bengkulu 20 Noverly Imanuel FT - KAB Cianjur6 Bulkin FT - KAB OKU Selatan 21 Agus Pramudijono FASKEU Cirebon7 Abdul Hakim F-KAB OKU Timur 22 Sutarjo FASKEU Majalengka8 Hery Purnomo SPTR Prov. Sum. Selatan 23 Nihaya F-KAB Kayong Utara9 Amir Machmud Hasan SPTR Lampung 24 Wiryo FT - KAB Sanggau10 Yulius Swardana FT - KAB Tulang Bawang 25 Diana Rosdiana FT - KAB Sekadau11 Yuni Pancawati F-KAB Lampung Utara 26 Nazarudin FT - KAB Bulungan 12 Nugroho Purwanto SPTR Banten 27 Syafruddin FT - KAB Nunukan13 Iskandar Mailan FT - KAB Lebak 28 Titis Kiswo Endah FT - KAB Hulu Sungai

Selatan14 Dedi Rustandi F-KAB Sukabumi 29 Irwan Azhari F-KAB Barito Kuala15 Basuki Rahmad FT - KAB Tasikmalaya 30 Arifin Siahaan FASKEU Tanah Bumbu

Kelompok Pelatihan 4: MALANG - Regent Park Hotel, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Dedid Hendro Priyono FT-KAB Pasuruan 18 Adi Wahyono Bethel FT-Kab Sumbawa 2 Iswahyuningsih BALAI BESAR PMD 19 Asrullah FT_KAB Dompu3 Sugita FT-KAB Blitar 20 Baiq Ekayuliana F-KAB Dompu 4 Suharni BALAI BESAR PMD 21 Baiq Nurhayati F-KAB Lombok Barat5 Wiwik Dwikorawati F-KAB Banyuwangi 22 H. Husnul Aziz FT_KAB Lombok Barat6 Bernadetta Diniari W BALAI BESAR PMD 23 Haerul Anwar F-KAB Lombok Utara 7 Mei Wulandari BALAI BESAR PMD 24 Hidayat FASKEU Dompu 8 A. A. Sri Oka Ari Putri FT-KAB Tabanan 25 Moh. Yusnan FT-KAB Mataram 9 I Dewa G. Mahendra FT Gianyar 26 Lin Wahyulia FT-KAB Mataram 10 I Gusti Ngurah Anom Putra F_KAB Tabanan 27 Nurgina Wahyuni FASKEU Loteng11 I Ketut Pasek Sujana F.Kec Nusa Penida 28 Radiatur Rahmah FASKEU Bima 12 I Made Joni Karyawan FT. Kec. Bebandem 29 Sitti Masita FASKEU Bima 13 I Wayan Dharmabudi F-KAB Badung 30 Miranda Miting PMD Jakarta14 Nyoman Gede Adi Praja FT. Kec Bangli 31 Yayuk Amelia PMD Jakarta15 Ni Luh Nyoman Titiek

YeniatiF-Kab Klungkung 32 Arman

MuhammadiahFASKEU Majene

16 Putu Sumber Artana FK. Kec Karangasem 33 Muh. Yushar F-KAB Pasangkayu 17 Made Ari Jaya Sena FASKEU Gianyar 34 Tasbih Thaha F-KAB Mamasa

304

Kelompok Pelatihan 5: KUPANG - Hotel Sylvia, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Ahmad Karno Djaba Fas Kab Ende 19 Theresia E. Risa FT Wae-Rii2 Adolfince Nubatonis Fas Kab TTU 20 Iyang Suhaedi Sp.Tr Kupang3 Taufik Hidayat Fas Kab Rote Ndau 21 Dozi Amrozi FMS Kupang4 Bambang Sutiyono FT Manggarai 22 Dafid Taopan PNPM DTK/P2DTK

Kupang5 Kandidatus Angge Fas Kab Nagakeo 23 Herman J. Banoet PNPM DTK/P2DTK

Kupang6 Vinsensius Lalo FT Sabu Raijua 24 Ismail Imran Ngaba PNPM DTK/P2DTK

Flores Timur7 Hendrik Paji Faskab Sumba Timur 25 Marconi Gorang Mau PNPM DTK/P2DTK Alor8 Ngadha Siwe Matilda FT Ngada 26 Tessa Mardhana PNPM DTK/P2DTK Belu9 Samsul Gole Faskab Manggarai Barat 27 Benyamin Leu PNPM DTK/P2DTK TTS10 Primus DN. Babys Faskab Timur Tengah

Selatan28 Rudi Hananto PNPM DTK/P2DTK

Lembata11 Yohanes Tukan Faskab Flores Timur 29 R. Janviery Jeudianto T. PDT Ditjen PMD Jakarta12 Anthonius Silvester Faskab Alor 30 Maria Prima Nahak, SH LSM Kupang13 Getreda H. D. Abora Faskab Lembata 31 Denimars Sailana LSM Kupang14 Bongo Benyamin Faskab Sumba Barat 32 Conny Tiluata LSM Kupang15 Gregorius Gar Faskab Manggarai Timur 33 Beatri Leo Dima LSM Kupang16 Adelti Gunda Baya Faskeu Manggarai Barat 34 Yabes Kobi LSM TTS17 Frans Dimoe Djami Faskeu Sumba Tengah 35 Maria Bano UNDANA18 Afliana M. Erna Faskeu Manggarai

Kelompok Pelatihan 6: MAKASSAR - Hotel Celebes, 11 - 22 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Ali Bas F-KAB Gowa 15 Syahrir Ganie ASST. F-KAB Kolaka Utara2 M. Nasir FT-KAB Pangkep 16 Sugiarto F-KAB Kolaka Utara3 Irnawati Amir F-KAB Bantaeng 17 Andi Nur Amri F-KAB Wakatobi4 Abd. Rahim FT-KAB Barru 18 Lucky J. Supusepa PNPM-DTK/P2DTK5 Fatmawati FASKEU Kab. Wajo 19 Kornelis Lh. F-KAB Maluku Tenggara Barat6 M. Amal Alba F-KAB Luwu 20 Abd. Rahman FASKEU Konawe Selatan7 Thati M. Batti FASKEU Enrekang 21 Sitti Syukrah PNPM-DTK/P2DTK8 Ziadah Hr. F-KAB Luwu Timur 22 M. Amir Lantara FT-KAB Maluku Tenggara9 Abdul Rauf FT-KAB Jeneponto 23 Husen Ahmad SP2M Prov. Sul. Barat10 Eko Purwanto FT-KAB Kolaka 24 Andi Wahyudin FT-KAB Mamasa11 L. Syahruddin K. FT-KAB Muna 25 Astrid Siahaja FT-KAB Mamuju Utara12 Farida Hamra SPTR Prov. Sul. Tenggara 26 Nasruddin SPTR Prov. Sul. Barat13 Salim Umi FASKEU Kab. Wakatobi 27 Sudirman F-KAB Polman14 Sumardi FT-KAB Konawe Utara 28 Sriaty FASKEU Kab. Mamuju

305Lampiran |

Kelompok Pelatihan 7: MANADO - Bapelkes Manado, 15 - 25 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Maxi Wowiling FASKEU Bolaang

Mongondow16 I Wayan Arjaya FT-KAB Banggai

Kepulauan 2 Voula E. Sakul FMS Sulawesi Utara 17 Muh. Annas F-KAB 3 Noch N. Turangan FT-KAB Minahasa Selatan 18 Lucky Mesach

SondakhP2DTK

4 Syamsu Loko Tawoeda FT-KAB Kepulauan Talaud 19 Hassan Mohammad F-KAB Gorontalo 5 Drs. Christian F. J.

LumintangF-KAB Bolmong Utara 20 Fone Suoth F-KAB Boalemo

6 Arthur Andries Noch Rogi

F-KAB Minahasa 21 Husin Rusu Ahmad F-KAB Pohuwato

7 Junita Juliana Karel F-KAB Siau Tagulandang 22 Agustina S. Rombe FT-KAB Pohuwato8 Paultje E Sangian F-KAB Kep. Talaud 23 Max C. J. Hidete FT-KAB Gorontalo9 Norma Lyke Longdong SPTR Sulawesi Tengah 24 Yulfi Tajawi FT-KAB Gorontalo Utara10 Ansar F-KAB Banggai Kepulauan 25 Bakran Kolosai F-KAB Tolinggula Gorut11 Darmin F-KAB Tojo Una-Una 26 Freddy Maramis FT-KAB Halmahera Selatan12 Yuliana F-KAB Sigi 27 Faris Hi. Abdulbar FT-KAB Halmahera Utara 13 Bambang Triawan FT-KAB Banggai 28 Nakir Muliadi FT-KAB Halmahera Timur14 Suratnan FT-KAB Buol 29 Muhajir Hi Ali F-KAB Halmahera Selatan15 Sukwan FT-KAB Parigi Mautong 30 Rahmatiah M. Tayeb F-KEC OBI Halmahera

Selatan

Kelompok Pelatihan 8: MAKASSAR - Hotel Grand Wisata, 5 - 15 February 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Jumeathy Mallkua PKK Respek 17 Obeth Rumar P-KAB Supiori2 Yosefina Regina Suwae PKK Respek 18 Dwi Rahmanto P-KAB Keuangan3 Fitriyani Makkarateng PPK 19 Denny Wospakrik PPK4 Telly Persulessy PPK Sarmi 20 Gani Bulo FMS Papua Barat5 Aplena Sawek PK Respek 21 Priyo Pramono PT. Prov. Papua Barat6 Johanes Fofied P-KAB 22 Supar P-KAB Keuangan7 Yosepus Sayori P-KAB Keuangan 23 Sepi Firdaus PK RESPEK8 Nur Roziqin PT 24 Lukas Rumadas PK RESPEK9 Slamet Suharto P-KAB Keuangan 25 Erikson Sitompul P-KAB Keuangan10 Aris Mandila P-KAB Respek 26 Ruddy PT-KAB 11 Imerto P-KAB Teknik 27 Karubium A.M. PK12 Jeheskier Bukorploper PKP Kepulauan Yapen 28 Marthinus Jitmau PK13 Ismail PT-KAB 29 Sutrisno P-KAB Raja Ampat14 Melsje Thenu P-KAB Nabire 30 Ismail Sulaiman PPK15 Adriani Nipi P-KAB Keuangan 31 E. Xaverius A. PK16 Paul Anderson Sudumuru PK

306

Kelompok Pelatihan 9: MEDAN - Hotel Ina Darma Deli, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi

1 Muhammad Ismail PNPM MP - DEPUTI I KORPROV 16 Agustian SP2M

2 Atini FASKEU Aceh Tengah 17 Jusniati F-KAB Pelalawan3 Mahdi FASKEU Aceh Timur 18 Nurdiana F-KAB Hulu

4 A. Basyir Ajalil F-KAB Pidie Jaya 19 Mudiarti F-KAB Kuantan Senggigi

5 Tahsin Tanjung FT-KAB Langkat 20 Imral Martunus F-KAB Anambas6 Royot Sianturi FT-KAB Nias 21 Yunarlis. Ar FMS7 Benri Simanjorang FT-KAB Toba Samosir 22 Suyanto P2DTK Nias Selatan8 Jamaluddin FASKEU Tapanuli Tengah 23 Ardabili P2DTK Aceh9 Parulian Harahap FASKEU Nias 24 Azali Fuazi P2DTK Aceh10 Legiman F-KAB Asahan 25 Sepminboy P2DTK Aceh11 Sudi Martua Rangkuti F-KAB Padang Lawas 26 M. Saifal Adjie P2DTK Aceh12 Abdul latief FASKEU Dharmasraya 27 Ferizal P2DTK Aceh

13 Aidil Hasril FASKEU Pasaman Barat 28 M. Rezeki Sitorus P2DTK Sumatera Utara

14 Yendi Syofyan FT-KAB Lima Puluh 29 Hj. Netty Herawati BSC.Sip.Msi Ditjen PMD - PNS

15 Yani Ira Nofa FT-KAB Riau 30 Ir. Sondang Hutagalung M.Si Ditjen PMD - PNS

Kelompok Pelatihan 10: MEDAN - Hotel Ina Darma Deli, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Fernand Yose FASKEU Padang Pariaman 16 Fa'aso F-KAB Nias Selatan 2 Asmon Rialdi FASKEU Tanah Datar 17 Donald Sigalingging FT-KAB Tapanuli Utara3 Feri Irawan F-KAB Mentawai 18 A. hamid F-KAB Aceh Tamiang4 Hardi Wilson F-KAB Solok Selatan 19 Syarial Fardi F-KAB Aceh Barat

Daya5 Erizon F-KAB Sawah Lunto 20 Saiful Akbar FT-KAB Bener Meria6 Darfison FASKEU Pasaman 21 Karyadi Chandra P2DTK NAD7 Fazly Umar P FT-KAB Pesisir Selatan 22 Nuzurwan P2DTK NAD8 Fauzan Mesra FT-KAB Padang Pariaman 23 Adrianto FASKEU Inhu9 Desri Z Siregar FASKEU Samosir 24 Minsarwedi Situmeang FMS 10 Titi Karsita Lingga P2DTK Nias 25 Zulkani F-KAB Riau 11 Darman FASKEU Tapanuli Selatan 26 Didik Heru S FASKEU Kampar12 Budi Agustina Sinaga F-KAB Simalungun 27 Alfiandri F-KAB Natuna13 Faisal Arsofyano FT-KAB Dairi 28 Zaenal Abidin Ditjen PMD - PNS14 Samsono FT-KAB Karo 29 Dewi Ditjen PMD - PNS15 Mulkan Ilzan FT-KAB Deli Serdang

307Lampiran |

Kelompok Pelatihan 11: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 11 - 22 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Yulian Yusma F-KAB Bungo 17 Erning Yuniarso F-KAB Karawang 2 M. Nur Rizal F-KAB Bengkulu Utara 18 Iim Khotimah F-KAB Majalengka 3 Abdul Haris Effendi F-KAB Bengkulu Tengah 19 Tri Hastuti .S FASKEU Bandung 4 Libra Firdaus FMS Prov. Sum. Selatan 20 Atty Ismayanti FASKEU Sumedang5 Ardianto SP2M Prov. Sum. Selatan 21 Irham ST F-KAB Rejang Lebong6 Alex Gatmir FASKEU OKU Selatan 22 Fakhrul Rizal SPTR SPTR7 Sudirman Hafidz FT-KAB Banyuasin 23 Iwan Supardi FT-KAB Landak8 Zulkarnain F-KAB Waykanan 24 Imanul Huda F-KAB Ketapang9 Nasrulah FT-KAB Lampung Selatan 25 Erna Suryani FMS Prov. Kal. Barat10 Umrah Fathoni FT-KAB Lampung Barat 26 Eko Hari Purwanto FT-KAB Paser 11 Chandra Christalisana FT-KAB Tangerang 27 M. R. Imam Subarkah F-KAB Kartanegara 12 Edi Sasongko FMS Prov. Banteng 28 Zaynah Amini F-KAB Tapin13 Ucu Mujiono FASKEU Bogor 29 M. Henderi Brianadi FT-KAB Balangan 14 Ade Masyhudi FASKEU Bekasi 30 Sumarni Heman SPTR Prov. Kal. Selatan 15 Pudji Wiriaatmadja FT-KAB Sumedang 31 Rahmania Lufitasari PNS 16 Dedi Laksana FT-KAB Garut 32 Rieke Rakhmawati PNS

Kelompok Pelatihan 12: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 11 - 22 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi

1 Eva Sari Kemala FT-KAB Bangka Tengah 14 Erika Amsyah FT-KAB Kubu Raya

2 Joni Suhendri SP2M Prov. Jambi 15 Syaifurrachman FT-KAB Banjar

3 M. Taufik Usman FASKEU Jambi 16 Agus Nugroho F-KAB Panajem Paser Utara

4 Khoirun Nisak FMS Prov. Bengkulu 17 Kurnaini Praptoto SPTR Prov. Kal. Timur

5 Suryadi F-KAB Bengkulu Selatang 18 Syahrul Hakim FMS Prov. Banten

6 Syamsunir SP2M Prov. Bengkulu 19 Bambang P. Rahardjo FT-KAB Bandung

7 Adenan Gani F-KAB Sumatera Selatang 20 Jati Nohanto FT-KAB Purwakarta

8 Dwi Hartadi FASKEU Prov. Sum. Selatan 21 Arsyad Abdullah P2DTK Jakarta

9 Bambang Hargo Irawan

FMS Prov. Lampung 22 Wawan Priatna P2DTK Jakarta

10 Kundrat F-KAB Lampung Timur 23 Widodo Agustanto P2DTK Jakarta

11 Hendy F-KAB Way Kanan 24 Dedy Arie K. DITJEN PMD

12 Abang Amirullah FT-KAB Bengkayang 25 Mekri Yulianto DITJEN PMD

13 Rahmat Hidayat FT-KAB Pontianak 26 Moch. Arian I.G DITJEN PMD

308

Kelompok Pelatihan 13: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 15 - 25 Februari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Andy Medrianto FT Bangka Tengah 15 Siti Rohana F-KAB Bogor2 Aprilmi F-KAB Bungo 16 Asep Ahmad Sopiyudin F-KAB Indramayu3 Mohammad Nasir F-KAB Tanjung Jabung

Barat17 Apip Ruskandar

PartawisastraF-KAB Bandung

4 Albertus Agus Wahyudi FASKEU Tanggamus 18 Aan Yuhanah FASKEU Karawang5 Niron Norbert Sitinjak FK Lampung 19 Jajat Zakariya FASKEU Ciamis6 Rahmatullah F-KAB Kaur 20 Abdal Matin FASKEU Garut7 Abdul Gani F-KAB Seluma 21 Ir. Agus Salim F-KAB Cianjur8 Engkom Komariah FASKEU Tanggerang 22 Hairul Adnan F-KAB Hulu Sungai

Selatang9 Erna Setriana F-KAB Garut 23 Siti Norhaidaniah F-KAB Balangan 10 Salimugni Ichsan Sumitra FT-KAB Ciamis 24 Hamdan F-KAB Landak11 Yuti Indrawati FASKEU Kuningan 25 Suhartian F-KAB Pontianak 12 Rudy Rosdiana F-KAB Bandung Barat 26 Herru Heryanto P2DTK LAMPUNG13 Muliadiy Bonar Ucok FASKEU Pandeglang 27 Nurlita Hayati PDT JAKARTA 14 Ir. Dedi Kusnadi F-KAB Purwakarta

Kelompok Pelatihan 14: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 14 - 25 Februari2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Kriswanthoro Bayu Triyoga,

SP.F-KAB Pemalang 17 Hendri Agus Supriyanto,

SE.ASST. F-KAB Kendal

2 Ir. Herry Tripriono FT-KAB Klateng 18 Sulistyo Adi F-KAB Brebes3 Ngatino Hadi, SE. FASKEU Sragen 19 Jodelin Muninggar, dr. Dosen FIK-UKSW4 Siti Aisyah FASKEU Banjar

Negara 20 Ernis Sanja Bernia, A.Md. Balai PMD-Yogyakarta

5 Triono, Ir. F-KAB Tegal 21 R. Rachmawati, SIP. Balai PMD-Yogyakarta6 Nurcahyo, Ir. F-KAB Banyumas 22 Sulistiyarini, A.Md. Balai PMD-Yogyakarta7 M. Mujadid, S.Tp. F-KAB Purbalingga 23 Agung Wijanarko PMD Jakarta8 Apriyanto Kornia Adi, S.Tp. F-KEC Karangnongko,

Klaten24 Aurora Josephine Julianti,

S.SosPMD Jakarta

9 EP. Utomo, Ir. FT-KAB Wonosobo 25 Agustine Ekasintha FT-KAB Waringin Barat10 Bambang Irianto, Ir. FT-KAB Temanggung 26 Farid Wahyulie FT-KAB Waringin Timur11 Ninis Senirah, Ir. FT-KAB Semarang 27 Puryani FT-KAB Barito Utara 12 Nur Suhartoyo, Ir. FT-KAB Kendal 28 Rohana Yakup FASKEU Kota KOTIM13 Danuri Setyawan, S.Pt. PNS Jogjakarta 29 Ros Siana F-KAB Barito Utara 14 Havik Martoyo FASKEU Magelang 30 Yulian A. Siram F-KAB kota Gunung Mas15 Agus Maharia Yudhantara,

Ir.FT-KAB Pekalongan 31 Nursaluddin DTK Katingan

16 Suwito Utomo, Ir FT-KAB Boyolali

309Lampiran |

Kelompok Pelatihan 15: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Afif Nur Hamidah FT-KAB Gresik 17 I Putu Sutarka SP2M Bali 2 Agung Tri HT FT-KAB Pamekasan 18 I Wayan Merta Jiwa F-KAB Jembrana3 Agus Edi Irianto FT-KAB Banyuwangi 19 I Wayan Rigunawan FMS Bali4 Alif Riwidya FT-KAB Sumenep 20 I Wayan Sukanurija FT-KAB Badung5 Anis Yudyawati ASST. SPTR Jawa

Timur21 Ketut Hermawan FASKEU Buleleng

6 Arif Suhardiman FASKEU kediri 22 Putu Panji Arta FT-KAB Buleleng7 I Made Tangkas Wirawan F-KAB Karangasem 23 Rademan SPTR Kalimantan

Tengah8 Kunang Dana Saputra F-KAB Tulungagung 24 Susilo Kusribowo FMS Kalimantan Tengah 9 Moefid Magfoedin SP2M Jawa Timur 25 Gamal M. Tayeb F-KAB Murung Jaya10 Mokhamad Hendri Putro F-KAB Madiun 26 Abdul Hakim Languha P2DTK Kalteng11 Purwono Raharjo FT-KAB Jombang 27 Antonius Ambar

BawonoPDT Jakarta

12 Sukoco FT-KAB Probolinggo 28 Hengki F. Mattan LSM SRMI13 Gerson Djodi Trio

JatmikoLSM Banyuwangi 29 Markus Iwan LSM SRMI

14 Asteria Heny Widayati FT-KAB Gunung Kidul 30 Didik Yulianto MCFS Jawa Tengah15 Hiltudi Wienda

SetyamaharaniFT-KAB Gunung Kidul 31 Ricky A. Nggili Bina Darma TC Salatiga

16 Serafin Maria Sri Cahyaningsih

FT-KAB Gunung Kidul

Kelompok Pelatihan 16: MALANG - Regent Park Hotel, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Choiriyah Puji Lestari FASKEU Mojokerto 14 I Gusti Putu Sarjana F-KAB Bangli2 Choirul Anam FT-KAB Lamongan 15 I Made Adi Parmadi F-KAB3 Eko Dermawan F-KAB Bondowoso 16 I Wayan Kartika FT-KAB4 Erastus Dana Susanta F-KAB Ponorogo 17 I Ketut Suardana FT KAB Bangli5 Fatchur Rochman FT-KAB Tulungagung 18 Ketut Suketama F-KAB Buleleng6 Ferdy Mulyawan PDT 19 Lukman Taufik SPTR Nusa Tenggara

Barat7 Hannatun Ikhtiyariyah FASKEU 20 M. Marjan Nur FASKEU Sumbawa Barat8 Hari Nugroho F-KAB Nganjuk 21 M. Mawardi FT-KAB Lombok Utara9 Khoirul Anam FT-KAB Ngawi 22 Nanang Legowo F-KAB Lombok Tengah10 Moh. Thamrin Bey FASKEU 23 Supardi FASKEU Lombok Timur11 Nur Mahmudi F-KAB Jombang 24 Rahmiati A. Tamma FT-KAB Polewali Mandar12 Prima Parisade FASKEU 25 Deddy Purwantoro SPTR Maluku Utara 13 Ratna Paramita FT-KAB Bangkalan

310

Kelompok Pelatihan 17: MAKASSAR - Hotel Grand Wisata, 15 - 25 Februari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Andi Apriyani FT-KEC Cendrana Maros 16 Sri Meiriany Rusly YLP2EM Sulawesi Selatan2 Andi Ratna F-KEC

Bontamanai Selayar17 Judy Rahardjo YLK Sulawesi Selatan

3 Dafid F-KAB 18 A. Awaluddin F-KAB Mamasa4 Rahmatiah FASKEU Takajar 19 Haris FASKEU Polewali Mandar5 Abdul Halik FT-KAB Gowa 20 Muhammad Tamrin F-KAB Majene 6 Zulkifli F-KAB Enrekang 21 Nasrahyanti F-KAB Mamuju7 Ammas B. Sima F-KAB Sopeng 22 Anshari FASKEU Sulawesi Barat8 Hasbir Hawid F-KAB 23 Laudi Ari F-KAB Muna9 Muhammad Allim F-KAB 24 Zuhairin Z. F-KAB Bombana10 Rusniah Romai F-KAB Sidrap 25 Seblun Tiwery F-KAB

Seram Bagian Barat11 Abdul Wahidul

KahharFT-KAB Gowa 26 Sidik Purnomo P2DTK Maluku

12 Andi Mabbiritta FT-KAB 27 Ibrahim F-KAB Lumajang13 Mardiana M. F-KEC Lamsi Timur 28 Agam Budiono FT-KAB Pacitan14 Nur Taqwa FT-KAB Luwu Timur 29 Zamroni F-KAB Situbondo15 Nurbayah F-KEC 30 Ir. Adnand Setiono FT-KAB Jember

Kelompok Pelatihan 18: MANADO - Hotel Santika, 14 - 25 Februari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 M.Lubis Lancara FT-KAB Poso 16 Sony Susanto FASKEU 2 Syarifuddin PNPM DTK/P2DTK 17 Siswan Ahudulu F-KEC Atinggola3 Hadisusanto PNPM DTK/P2DTK 18 Erris Kusmiran F-KEC Batudaa4 Hasbin PNPM DTK/P2DTK 19 Risno Ibrahim FASKEU Gorontalo5 Heandly Mangkali PNPM DTK/P2DTK 20 Sukirman Zainuddin FT-KAB Halmahera Utara 6 Abdul Razak PNPM DTK/P2DTK 21 Gledis Sangian FT-KAB

Halmahera Tengah7 Carol Sumilat F-KEC Tombulu Minahasa 22 Salim Ahmad F-KAB Kepulauan8 Maxi Alouw F-KAB Bolaang

Mongondow23 Julianus Sadja F-KAB Halmahera Timur

9 Feronica Longdong FT-KEC Likupang 24 Siti M. R. Adam F-KEC Kayoa Selatan10 Meyti J.Lumolos FASKEU Minahasa 25 Nadar Sj.Albaar PNPM DTK/P2DTK11 Ramon D.Lakadjo F-KAB Bolaang

Mongondow26 Mochammad Nauvall PNPM DTK/P2DTK

12 Moody B.Bella FASKEU Minahasa Selatan 27 Alwi Yudin PNPM DTK/P2DTK13 Riske Keintjem FT-KAB Minahasa Utara 28 Davy Gessal PNPM DTK/P2DTK14 Juldus Paus UNIMA 29 Yusman Jabir PNPM DTK/P2DTK15 Reiny H.M.Pesoth UNSRAT 30 Moch.Anwar Haryono F-KAB Magetan

311Lampiran |

Kelompok Pelatihan 19: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 5 - 15 February 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Abdul Hadi PT-KEC Jaya Wijaya,

Kab. Wamena17 Zulkarnain PT-KAB Palembang

2 Elsina Burdam P-KEU Nabire 18 Jeffri Kareth P-KAB Sorong Selatan3 Antonius Noe F-KAB Asmat 19 Petrus Sabubun F-KAB Manokwari4 Avilla Joan Pangkali P-KAB Jayapura 20 Yuddy Sahetapy PK Fak-Fak Timur5 Dikson Manolang P-KAB Pegunungan Bintang 21 Yuliana Palulun F-KAB Teluk Bintuni 6 Hari Untoro MCFS 22 Sodikin F-KAB Teluk Wondama7 Hilarius Gedi P-KEU Jayapura 23 Dwi hadi Prayitno PT 8 Ignatius Bhoka FT-KAB Keerom 24 Pradnya Kusala SMIS PAPUA9 Marnes T. Allo P-KAB Puncak, Nabire 25 Susiyanto

YitnosumartoKoord. Pemb. Teknik

10 Nani Rahayu P-KAB 26 Hageng Priyono F-KAB 11 Paryono P-KAB Jayapura 27 Panudi F-KAB Kendal 12 Rudolf Merahabia ASST. SP2M 28 Pratomo Adi FT-KAB Demak13 Samnai Rifai P-KAB Paniai 29 Riyanto Sigit FT-KAB Purworejo14 Santi E. Situmorang P-KAB Jayapura 30 Suyana F-KAB Karanganyar 15 Yance L T Renyaan P-KAB Merauke 31 Idee Sasongko FT-KAB Jogjakarta 16 Josep Jeujanan P-KAB Mambramo

Kelompok Pelatihan 20 JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 15 - 25 February 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Winardi Dwi Jadmiko F-KAB Bangka Barat 14 Uun Untamiharja F-KAB Tasikmalaya2 Romulo Marpaung F-KAB Bangka Barat 15 Achmad Yusuf F-KAB Subang3 Syamsul Bahri F-KAB Sarolangun 16 Hadian Supriatna, SP F-KAB Sumedang4 Abdullah Sadjad F-KAB Tebo 17 Nunu Sanusi FASKEU Tasikmalaya5 Nofil Ardi FASKEU Lampung

Selatang18 Risfandi LSM Telapak BOGOR

6 Fartigo Farydhan F-KAB Waykanan 19 Ali Hayat F-KAB Melawi 7 Yessy Octaria FT-KAB Kalinda 20 Yanuardi F-KAB Kalimantan Barat 8 Ony Wahyudi F-KAB Rejanglebong 21 Yusril FT-KAB Tapin9 Taufik Nurwawi F-KAB Kepahyang 22 Fakhrian Noor FASKEU Balangan 10 Nurahwati FASKEU OKU Timur 23 Dwi Astuti PDT JAKARTA 11 Dwi Rahmanto F-Kec. Malimpin Lebak 24 Saptarining Wulan PNPM PISEW12 Endrawan Kanthi

WibowoFT-KAB Majalengka 25 Tulus Wahyu Sejati P2DTK LAMPUNG

13 Daud M. C. Noya FT-KAB Indramayu 26 Mulkan P2DTK BENGKULU

312

Kelompok Pelatihan 21: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Malla Rantelino Ditjen PMD 14 Helena Rosely FASKEU Manokwari2 Prawoto Sulistiyo Ditjen PMD 15 Anike Way PD Manokwari3 Arif Suprapto Ditjen PMD 16 Andry Tanaty F-KAB Biak 4 Kuncoro Sriwibowo PISEW JAKARTA 17 Jacobus Bob Nebore F-KAB Sorong5 Eko Suyanto NMC JAKARTA 18 Adi Purwanto SP2M Prov. Jambi 6 Abu Muchsin SPTR Jawa Tengah 19 Adriyanto SP2M Prov. Kal. Barat7 Karnisius Aji Manek FASKEU NTT 20 Anas M. Polem DEPUTY KORPROV 8 Rato Gregorius FT-KAB Nagakeo 21 Eman Hermawan ASST. SPTR Jawa Barat9 Muhammad Yusuf ASST. SPTR Sulsel 22 Akhmadi Hafid FT. Kec Kuningan10 Suwardi Abubakar ASST. FMS Sulsel 23 FX Ario Bagus S FASKEU Pekalongan 11 Bobi Rizal FT-KAB Buton 24 Sularso FT Lamandau12 Yasir Arafat F-KAB Konawe 25 Edhie Djatmiko SPTR Maluku13 Yosep Mosa F-KAB Waropen 26 A. Sony Nopian SPTR Maluku

Kelompok Pelatihan: 22 JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi1 Ali Suparno FT Bengkulu Utara 14 Noor Wina Amas, SP FK. Sumuturu2 Junardi Sumartin F-KAB Bengkulu Tengah 15 Danial F-KAB Kolaka3 Umar FT Serang 16 A.S. Christinawati SP2M4 Tanjung Tua

SimanjuntakF-KAB Banten 17 Djoni Absalon Adu ASST. SPTR NTT

5 Christian Watimuri FASKEU Sorong Selatan 18 Fadhlan Khudori SP2M6 Rahman Adam F-KAB Papua Barat 19 Syaifuddin SPTR Jambi 7 Wolof Sayori PD MANOKWARI 20 Roni Budi Sulistyo ASST. SPTR Semarang8 Mevy Charles

Dominggus AnggiFASKEU NTT 21 Fajar Fermi Taruna Ditjen PMD Jakarta

9 Petrus Lopo FK. Molo Utara 22 Dadang Septiyanto Ditjen PMD Jakarta 10 Dadang Agus Tri

SetiawanFT NTT 23 Yulfisar, S.H. PDT

11 Murtodo, SH F-KAB Jawa Tengah 24 S. Liefyany N PDT12 Joko Wahyudi F-KAB Jawa Tengah 25 Sigit Priyanto PISEW JAKARTA13 Susilo FT Jawa Tengah 26 Endang Yusnita SFMS Kalimantan Barat

313Lampiran |

314

315Lampiran |

316

317Lampiran |

318

319Lampiran |

320

321Lampiran |

322

323Lampiran |