Proposal TOT

23
BAB I PENDAHULUAN Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar, yang akan dialami oleh semua orang yang di karuniai umur panjang. Hanya lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu yang bersangkutan. Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang tua lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.(Ananta dan Anwar, 1994). Secara individu, pengaruh poses menua dapat menimbulkan berbagai masalah. Baik secara fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya. Salah satu kemunduran atau perubahan fisik yang terjadi pada lansia yaitu pada sistem muskuloskeletalnya dimana terjadi berkurangnya massa otot, kekakuan jaringan penghubung, dan osteoporosis. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot terutama otot ekstremitas bawah, ketahanan, koordinasi serta terbatasnya range of motion (ROM) (Miller, 2004). Kelemahan otot ekstremitas bawah dapat menyebabkan gangguan keseimbangan tubuh sehingga mengakibatkan kelembanan bergerak, langkah pendek-pendek, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan

description

training of trainer manajemen resiko jatuh

Transcript of Proposal TOT

Page 1: Proposal TOT

BAB I

PENDAHULUAN

Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar,

yang akan dialami oleh semua orang yang di karuniai umur panjang. Hanya lambat cepatnya

proses tersebut bergantung pada masing-masing individu yang bersangkutan. Saat ini,

diseluruh dunia jumlah orang tua lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata

60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.(Ananta dan Anwar,

1994). Secara individu, pengaruh poses menua dapat menimbulkan berbagai masalah. Baik

secara fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan semakin lanjut usia seseorang,

mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat

mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula

timbulnya gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya.

Salah satu kemunduran atau perubahan fisik yang terjadi pada lansia yaitu pada sistem

muskuloskeletalnya dimana terjadi berkurangnya massa otot, kekakuan jaringan penghubung,

dan osteoporosis. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot terutama otot

ekstremitas bawah, ketahanan, koordinasi serta terbatasnya range of motion (ROM) (Miller,

2004). Kelemahan otot ekstremitas bawah dapat menyebabkan gangguan keseimbangan

tubuh sehingga mengakibatkan kelembanan bergerak, langkah pendek-pendek, kaki tidak

dapat menapak dengan kuat dan terlambat menganstisipasi bila terpeleset atau tersandung.

Kondisi ini yang akan menimbulkan resiko terjadinya jatuh.

Perubahan yang terjadi pada lansia seperti penurunan penglihatan, pendengaran, dan

musculoskeletal juga dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan dan kelemahan otot

ekstremitas bawah yang merupakan salah satu penyebab jatuh pada lansia.

Berdasarkan studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4

Margaguna Jakarta Selatan, Perawat pengelola PSTW Budi Mulia 4 Jakarta mengatakan,

terdapat 3 ruangan atau kamar dari 8 kamar yang menjadi tempat tinggal atau kamar lansia

yang renta yang beresiko jatuh, ini dilihat dari keadaan fisik lansia yang lemah, penurunan

penglihatan, penurunan kekuatan otot dan ADL di bantu. Sedangkan dari 5 ruangan atau

kamar yang lain terdapat 10-20% lansia yang beresiko jatuh.

Menurut Ceranski (2006, dalam Ferendi 2008) salah satu latihan yang

direkomendasikan untuk meningkatkan keseimbangan tubuh lansia adalah dengan latihan

keseimbangan (balance exercise) yaitu aktivitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan

kesetabilan tubuh dengan meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah. Hal ini sesuai

Page 2: Proposal TOT

dengan beberapa hasil studi yang menyatakan bahwa aktivitas fisik atau latihan fisik dapat

meningkatkan keseimbangan tubuh untuk mencegah jatuh pada lansia (Wiramihardja 2005,

Dharmamika, 2005).

Pencegahan jatuh pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan latihan

keseimbangan fisik, yang sebelumnya diperiksa fungsi keseimbangan tubuhnya dengan

menggunakan penilaian Skala Berg (Berg Balance Scale). Penilaian ini dilakukan untuk

melihat bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan antara lain dari posisi

duduk, berpindah tempat, berputar, berdiri di atas satu kaki. Atas dasar pertimbangan inilah

kelompok kami tertarik untuk mengadakan staff Enhancement Program agar lansia yang

beresiko jatuh dapat di minimalisir dengan pengawasan.

Page 3: Proposal TOT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jatuh

1. Definisi jatuh

Menurut Reuben (1996 dalam Darmojo & Martono, 2004) jatuh adalah suatu

kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang

mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang

lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

2. Faktor resiko jatuh

Menurut Kane (1994 dalam Darmojo & Martono, 2004) faktor resiko jatuh

pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :

a. Faktor intrisik

Kondisi fisik dan neuropsikiatrik

Penurunan visus dan pendengaran

Perubahan neuromuscular, gaya berjalan, dan reflek postural karena proses

menua

b. Faktor ekstrinsik

Obat-obatan yang diminum

Alat-alat bantu berjalan

Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya)

Selain itu adapun penilaian klinis dan tatalaksana bagi usia lanjut yang beresiko

jatuh menurut Rahayu dan Karjono (2011) yaitu:

Penilaian dan faktor resiko Tatalaksana

Lingkungan saat jatuh sebelumnya Perubahan lingkungan dan aktivitas

untuk mengurangi kemungkinan jatuh

berulang

Konsumsi obat-obatan:

- Obat-obat berisiko tinggi:

benzodiazepin, neuroleptik,

antidepresi, antikonvulsi, atau

antiaritmia kelas IA.

Review dan kurangi konsumsi obat-

obatan

Page 4: Proposal TOT

- Konsumsi 4 macam obat atau lebih.

Penglihatan

- Visus <20/60 kacamata multifokal

- Penurunan persepsi kedalaman

- (depth perception)

- Penurunan sensitivitas terhadap

kontras

- Katarak

Penerangan yang tidak menyilaukan,

hindari pemakaian saat berjalan, rujuk ke

dokter spesialis mata.

Tekanan darah postural (setelah >5 menit

dalam posisi berbaring, segera setelah

berdiri, dan 2 menit setelah berdiri)

tekanan sistolik turun >20 mmHg (atau

>20%), dengan atau tanpa gejala, segera

atau setelah 2 menit berdiri.

Diagnosis dan tatalaksana penyebab

dasar jika memungkinkan, review dan

kurangi obat-obatan, modifikasi dari

restriksi garam, hidrasi adekuat, strategi

kompensasi (elevasi bagian kepala

tempat tidur, bangkit perlahan, atau

latihan dorsofleksi), stoking kompresi,

terapi farmakologis jika strategi di atas

gagal.

Keseimbangan dan gaya berjalan

- Laporan pasien atau observasi adanya

- ketidakstabilan

- Gangguan pada penilaian singkat.

Diagnosis dan tatalaksana penyebab

dasar jika memungkinkan, kurangi obat-

obatan yang mengganggu keseimbangan,

intervensi lingkungan, rujuk ke

rehabilitasi medik untuk alat bantu dan

latihan keseimbangan dan gaya berjalan.

Pemeriksaan neurologis

- Gangguan proprioseptif

- Gangguan kognitif

- Penurunan kekuatan otot.

Diagnosis dan tatalaksana penyebab

dasar jika memungkinkan, tingkatkan

input proprioseptif (dengan alat bantu

atau alas kaki yang sesuai, berhak rendah

dan bersol tipis), kurangi obat-obatan

yang mengganggu fungsi kognitif,

kewaspadaan pendamping mengenai

adanya defisit kognitif, kurangi faktor

risiko lingkungan, rujuk ke rehabiltasi

medik untuk latihan gaya berjalan,

Page 5: Proposal TOT

keseimbangan, dan kekuatan.

Pemeriksaan muskuloskeletal,

pemeriksaan tungkai (sendi dan lingkup

gerak sendi) dan pemeriksaan kaki.

Diagnosis dan tatalaksana penyebab

dasar jika memungkinkan, rujuk ke

rehabilitasi medik untuk latihan kekuatan,

lingkup gerak sendi, gaya bejalan dan

keseimbangan serta untuk alat bantu,

gunakan alas kaki yang sesuai, rujuk ke

podiatris.

Pemeriksaan kardiovaskular

- Sinkop

- Aritmia (jika telah diketahui adanya

penyakit kardiovaskular, terdapat

EKG yang abnormal, dan sinkop).

Rujuk ke dokter spesialis jantung,

pemijatan sinus karotis (pada kasus

sinkop).

Evaluasi terhadap bahaya di rumah

setelah dipulangkan dari rumah sakit.

Rapikan karpet yang terlipat dan gunakan

lampu malam hari, lantai kamar mandi

yang tidak licin, pegangan tangga, serta

intervensi lain yang diperlukan.

3. Penyebab jatuh pada lansia

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor

antara lain:

a. Kecelakaan

Kecelakaan merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus jatuh pada

lansia).

Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung

Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat

proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di

rumah tertabrak, lalu jatuh.

b. Nyeri kepala

c. Hipotensi orthostatic

Hipovolemia/ curah jantung rendah

Disfungsi otonom

Penurunan kembalinya darah vena ke jantung

Page 6: Proposal TOT

Terlalu lama berbaring

Pengaruh obat-obat hipotensi

Hipotensi sesudah makan

d. Obat-obatan

Obat-obatan yang dapat menyebabkan jatuh yaitu Diuretik/ antidepresan,

Antidepresan trisiklik, Sedativa, Antipsikotik, Obat-obat hipoglikemik, dan

alkohol

e. Proses penyakit yang spesifik

Penyakit-penyakit yang spesifik seperti aritmia, stenosis aorta, sinkope sinus

carotis, stroke, serangan kejang, parkinson, spondilosis, penyakit cerebellum

f. Idiopatik (tak jelas sebabnya)

g. Sinkope

Kehilangan kesadaran secara tiba-tiba dapat disebabkan oleh penurunan darah ke

otak secara tiba-tiba .

4. Faktor penyebab jatuh pada lansia

a. Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan lansia

Faktor-faktor yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia yaitu

(Darmojo & Martono, 2004). :

1) alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil atau

tergeletak di bawah.

2) tempat tidur atau WC yang rendah/ jongkok.

3) tempat berpegangan yang tidak kuat/ tidak mudah dipegang, lantai yang tidak

datar baik ada trapnya atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik,

keset yang tebal/ menekuk pinggirnya, benda-benda alas lantai yang licin atau

mudah tergeser, lantai yang licin atau basah, penerangan yang tidak baik

(kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat,

maupun cara penggunaannya.

b. Faktor situasional yang mempresipitasi jatuh

Faktor situasional yang mungkin mempresitasi jatuh antara lain ( Darmojo &

Martono, 2004):

1) Aktivitas

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti

berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali (5%),

jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki

Page 7: Proposal TOT

gunung atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan

banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau

terpapar bahaya yang lebih banyak. Selain itu jatuh juga dapat terjadi pada

saat lansia berjalan tanpa menggunakan alat bantu berjalan. Jatuh juga sering

terjadi pada lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika tiba-tiba dia ingin

pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.

2) Lingkungan

Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan

kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik tangga

selain itu jatuh terjadi karena tersandung/ menabrak benda perlengkapan

rumah tangga, lantai yang licin, lantai yang tidak rata, dan penerangan ruang

yang kurang serta menyilaukan.

3) Penyakit akut

Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering

menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas akut pada penderita penyakit paru

obstruksif menahun, nyeri dada tiba-tiba pada penderita penyakit jantung

sistemik.

5. Komplikasi akibat jatuh

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti di bawah ini : (1)

Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya

jaringan otot, robeknya arteri/vena. (2) Patah tulang. (3) Hematoma. (4) Disabilitas/

kecacatan. (5) Kematian.

6. Pencegahan jatuh

Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila

sudah terjadi jatuh pasti akan terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.

Ada tiga usaha untuk pencegahan jatuh yaitu (Darmojo & Martono, 2004) :

a. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor

intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik,

muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari/ menyebabkan

jatuh.

Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus

dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup terang tetapi tidak menyilaukan.

Keset kaki sebaiknya tidak tebal/ menekuk pinggirnya. Lantai rumah datar, tidak

Page 8: Proposal TOT

licin dan bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan rumah tangga

yang sudah tidak aman (lapuk dan dapat bergeser sendiri) sebaiknya diganti selain

itu peralatan rumah tangga sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggu jalan/ tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin dan

sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC

sebaiknya menggunakan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding. Serta

memfasilitasi lansia saat buang air besar seperti menyediakan gayung dan

menyediakan air dan pada saat berpergian sebaiknya ditemani.

Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik atau penurunan

kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan dengan penjelasan yang

komprehensif pada lansia dan keluarganya tentang resiko terjadinya jatuh akibat

minum obat tersebut.

Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau

walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman, dan tidak mudah

bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.

b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam

melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat

diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Apabila goyangan badan

pada saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh

rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat,

apakah penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah

penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot

ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu

harus dikoreksi bila terdapat kelainan/ penurunan.

c. Mengatur/ mengatasi faktor situasional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut/ eksaserbasi akut penyakit yang

diderita lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia secara

periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan

mengusahakan perbaikan lingkungan seperti yang disebutkan diatas. Faktor

situasional berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan

lansia. Aktifitas fisik yang dilakukan lansia tidak boleh melampaui batasan yang

diperbolehkan bagi lansia dan harus sesuai dengan hasil pemeriksaan kondisi

fisik. Apabila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik maka dianjurkan

Page 9: Proposal TOT

lansia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau beresiko tinggi

terjadinya jatuh.

B. Penilaian risiko jatuh

Terdapat berbagai instrumen penilaian mobilitas fungsional terhadap risiko jatuh.

Kriteria gold standard untuk instrumen penilaian mutu risiko selayaknya mengacu pada

terpenuhinya hal-hal berikut ini (Rahayu dan Karjono, 2011):

Telah divalidasi pada studi prospektif.

Menggunakan analisis spesifisitas dan sensitifitas.

Teruji pada lebih dari satu populasi.

Menunjukkan validitas face yang baik.

Menunjukkan inter-rater reliability yang baik.

Kepatuhan yang baik oleh staf.

Kejelasan dan kemudahan menghitung skor

Sebuah studi melakukan evaluasi sistematik dari 34 penelitian yang telah diterbitkan

yang menguji validitas dan reliabilitas instrumen penilaian risiko jatuh pada usia lanjut di

masyarakat, perawatan rumah, perawatan kronik, dan perawatan akut di rumah sakit.

Terdapat 38 instrumen yang digunakan dan terdapat 6 instrumen dari 4 penelitian yang

memenuhi kriteria tersebutsalah satunya yaitu The Fall-Risk Assessment )Rahayu dan

Karjono, 2011). Berikut ini diperlihatkan instrumen penilaian risiko jatuh bagi usia lanjut

di ruang rawat akut rumah sakit yaitu The Fall Risk Assessment

The Fall-Risk Assessment/ Penilaian Risiko Jatuh Pasien Geriatri

No

.

Tingkat Resiko Skor Nilai skor

1 Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak,

berayun)

4

2 Pusing/pingsan pada posisi tegak 3

3 Kebingungan setiap saat 3

4 Nokturia/inkontinensia 3

5 Kebingungan intermitten 2

6 Kelemahan umum 2

7 Obat-obat berisiko tinggi (diuretik, narkotik, sedatif,

anti psikotik, laksatif, vasodilator, antiaritmia,

2

Page 10: Proposal TOT

antihipertensi, obat hipoglikemik, antidepresan,

neuroleptik, NSAID)

8 Riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan sebelemunya 2

9 Osteoporosis 1

10 Gangguan pendengaran atau penglihatan 1

11 Usia 70 tahun ke atas 1

jumlah

Cara melakukan skoring: jumlahkan semua angka di belakang faktor risiko yang ada

pada pasien. Tingkat risiko dan tindakan yang disarankan ditentukan sebagai berikut:

Tingkat risiko rendah: skor 1-3. Nilai kembali risiko jatuh tiap 12 jam. Berikan

edukasi. Tingkat risiko tinggi: >4. Pakaikan gelang risiko jatuh. Komunikasikan risiko

jatuh pada tim interdisiplin, pada pasien dan keluarga. Tempatkan pasien dekat nurse

station. Monitor kebutuhan pasien secara berkala (minimal tiap 2 jam). Pegangan tangan

mudah dijangkau. Gunakan alas kaki yang tidak licin. Gunakan walker untuk bantuan

berjalan. Konsul ke farmasi untuk melihat kemungkinan interaksi obat serta ke

rehabilitasi medik untuk aktivitas harian.

Page 11: Proposal TOT

BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN

A. Pengorganisasian

Nama Kegiatan : Staff Inhancement

Pokok Bahasan : Manajemen Resiko Jatuh

Sub Pokok Bahasan : Manajemen Resiko Jatuh Pada Lansia di PSTW

Sasaran :Perwakilan Staf penanggung jawab ruang Merpati, ruang

Kutilang, ruang Cendrawasih, ruang Anggrek, ruang Mawar,

ruang Melati, ruang Kenanga, ruang Cempaka.

Hari, Tanggal : Senin, 11 Februari 2013

Waktu : 09.00 - 11.00 (120 menit)

Tempat : R.Aula Utama Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi

Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

B. Tujuan Kegiatan

1. Meningkatkan pengetahuan staff tentang manajemen resiko jatuh

a. Meningkatkan pengetahuan staff tentang pengkajian lansia yang beresiko jatuh

b. Meningkatkan pengetahuan staff tentang manajemen lingkungan yang dapat

menyebabkan resiko jatuh

2. Meningkatkan kemampuan staff tentang cara mencegah resiko jatuh

a. Meningkatkan kemampuan staff tentang cara mencegah resiko jatuh di kamar

tidur lansia

b. Meningkatkan kemampuan staff tentang cara mencegah resiko jatuh di

wilayah PSTW (masjid, teras, taman dan kamar mandi)

C. Klien

1. Karakteristik/ kriteria

a. Klien dapat diajak bekerjasama atau kooperatif

b. Klien yang tidak mengalami gangguan verbal

c. Klien tidak mengalami gangguan fisik, masalah mobilisasi, pendengaran dan

penglihatan

d. Klien yang renta dan tidak renta

2. Proses Seleksi

Page 12: Proposal TOT

a. Klien merupakan staf ruangan di panti sosial tresna werda yang memiliki

waktu luang untuk mengikuti staff inhancement

b. Tidak ada pemilihan, staff inhancement diwajibkan, setidaknya 1 staf ruangan

harus datang mewakili ruangan kelolannya.

3. Jumlah Klien

Jumlah Klien dalam staff inhancement ini adalah sejumlah minimal 8 orang

a. 1 orang dari ruang Kutilang

b. 1 orang dari ruang Merpati

c. 1 orang dari ruang Cendrawasih

d. 1 orang dari ruang Anggrek

e. 1 orang dari ruang Melati

f. 1 orang dari ruang Mawar

g. 1 orang dari ruang Cempaka

h. 1 orang dari ruang Kenanga

D. Perencanaan

1. Waktu

a. Hari/ tanggal : Senin, 11 Februari 2013

b. Waktu : Pukul 09.00 – 11.00 WIB (120 menit)

Alokasi waktu : Persiapan dan pengarahan 10 menit

Materi dan demonstrasi 60 menit

Istirahat 10 menit

Re-demonstrasi 30 menit

Penutup 10 menit

c. Tempat : Ruang Aula PSTW Budi Mulia 4

Margaguna

2. Tim Terapis

a. Leader :

Uraian Tugas :

Menyiapkan proposal kegiatan staff inhancement, menyampaikan tujuan, dan

peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum kegiatan dimulai.

Menjelasakan permainan, mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam

kelompok dan memperkenalkan dirinya. Mampu memimpin kegiatan staff

Page 13: Proposal TOT

inhancement dengan baik dan tertib serta menetralisir bila ada masalah yang

timbul selama kegiatan.

b. Co Leader :

Uraian Tugas :

Menyampaikan informasi dan fasilitator ke leader tentang aktifitas klien.

Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.

c. Fasilitator :

Uraian Tugas :

Memfasilitasi peserta yang kurang aktif, berperan sebagai role model bagi

peserta selama kegiatan berlangsung, mempertahankan kehadiran peserta.

Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, membantu leader

memfasilitasi anggota peserta staff inhancement.

d. Observer :

Uraian Tugas :

Mengobservasi jalannya atau proses kegiatan, mencatat perilaku verbal dan

non verbal klien selama kegiatan berlangsung.

3. Metode dan Media

a. Metode yang digunakan antara lain

1) Tanya jawab

2) Ceramah

3) Demonstrasi dan re-demonstrasi

b. Media

1) LCD

2) Laptop

3) Hand-out

4) Instrumen atau format manajemen resiko jatuh

4. Setting Tempat

a. Fase orientasi

Page 14: Proposal TOT

b. Fase demonstrasi

c. Fase re-demonstrasi

Page 15: Proposal TOT

B. Proses Pelaksanaan

No Tahapan dan

waktu

Kegiatan pengajar Kegiatan mahasiswa

Kegiatan awal/

pembukaan (10

menit).

Kegiatan inti (50

menit).

Memberi salam.

Menjelaskan tujuan

dan materi yang akan

diberikan.

Evaluasi awal

tentang materi

sebelumnya

Menjelaskan

pengertian dan data

kejadian jatuh di

Menjawab salam.

Memperhatikan dan

mendengarkan.

Menjawab

Memperhatikan dan

mendengarkan.

Page 16: Proposal TOT

PSTW

Menanyakan apa ada

yang kurang/belum

dipahami

Demontrasi

pengkajian dan

manajemen resiko

jatuh pada lansia di

PSTW

Bertanya dan

mendengarkan.

Memperhatikan dan

mendengarkan

Istirahat selama 10 menit

Selama 30 menit Re-demonstrasi

pengkajian dan

manajemen resiko

jatuh pada lansia di

PSTW

Dipraktekan oleh 2

staf dan yang lainnya

memperhatikan

3. Penutup (10

menit)

Merangkum

Mempersilahkan jika

ada yang ingin

bertanya

Mengucapkan terima

kasih atas perhatian

yang diberikan

mahasiswa.

Mengucapkan salam

penutup.

Mendengarkan.

Memperhatikan dan

mendengarkan.

Menjawab

Menjawab salam.