Kuliah Farmakologi 1.ppt

104
FARMAKOLOGI I. Sejarah Obat Zaman Purba daun/akar tanaman→dicoba (empiris) →pengalaman →turun-temurun (tradisional). Racun untuk obat strichnin & kurare (racun panah suku indian & afrika) →relaksan otot. Nitrogen mustard (gas racun PD I) →sitostatika/anti kanker. Obat nabati Yg digunakan : rebusan/ekstrak →khasiat berbeda (asal tanaman, waktu panen, cara pembuatannya →kurang memuaskan.

Transcript of Kuliah Farmakologi 1.ppt

Page 1: Kuliah Farmakologi 1.ppt

FARMAKOLOGI

I. Sejarah Obat

Zaman Purba

daun/akar tanaman→dicoba (empiris) →pengalaman →turun-temurun (tradisional).

Racun untuk obat• strichnin & kurare (racun panah suku indian & afrika)

→relaksan otot.• Nitrogen mustard (gas racun PD I) →sitostatika/anti kanker.

Obat nabati• Yg digunakan : rebusan/ekstrak →khasiat berbeda (asal

tanaman, waktu panen, cara pembuatannya →kurang memuaskan.

Page 2: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Isolasi zat aktif dalam tanaman

mis : morfin dari Papaver somniferum.

digoksin dari Digitalis lanata.

vinkristin & vinblastin dari Vinea rosea.

Obat kimia sintetis (awal abad XX)

1. aspirin

2. sulfanilamid (1935)

3. penisillin (1940)

setelah tahun 1945 ilmu kimia, fisika, & farmasi/kedokteran berkembang pesat→±500 obat baru/th →perubahan di bidang farmakoterapi.

Page 3: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Farmakologi : farmakon (obat) ; logos (ilmu)

Adl ilmu yg mempelajari interaksi antara obat dengan system biologik (MH/organisme).

• perkembangan jaman → cabang - cabang ilmu tersendiri yg slg mendukung

• FARMAKOGNOSIpengetahuan & pengenalan obat yg berasal dari tanaman (mineral & hewan) & zat aktifnya.

• BIOFARMASImeneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapetiknya

• FARMAKOKINETIKmempelajari proses biologic yg dialami oleh obat /nasib obat pd manusia sehat / pasien (MH / organisme mempengaruhi obat)nasib obat dalam tubuh : A D M E

• FARMAKODINAMIK mempelajari efek yang terjadi pd manusia / respon yg terjadi terhadap pemberian obat (obat mempengaruhi organisme)

• TOKSIKOLOGIpengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh (termasuk farmakodinamik karena efek terapetik berhubungan dg efek toksik)

• FARMAKOTERAPImempelajari penggunaan obat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit/gejalanya.

Page 4: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Obat jadi :

sediaan / paduan bahan yg siap digunakan untuk mempengaruhi / menyelidiki sistem fisiologi / keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan & kontrasepsi.

(Permenkes no.917/menkes/per/X/tentang wajib daftar obat jadi).

Page 5: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Obat Generik : obat dengan nama resmi yg ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau INN (International Non-Proprietary Name) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.

• Obat Patent/Spesialite : obat jadi dengan nama dagang yg terdaftar atas nama si pembuat atau yg dikuasakannya & dijual dg bungkus asli dari pabrik yg memproduksinya.

• WHO → daftar obat dg nama resmi → official/generic name• Cont:

Nama kimia Nama generik Nama patent

Asam asetil salisilat

Asetaminofen

Asetosal

parasetamol

Aspilets (medifarma)

Aspirin (bayer)

Sanmol (sanbe)

Pamol (interbat)

Page 6: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Penggolongan obatI. Obat Bebas (OB)

- obat dijual bebas di pasaran- dapat dibeli tanpa resep dokter- pada kemasan & etiket OB ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam.- con: parasetamol tab/sir, contrexyn tab, adelisyn drop, dll.

II. Obat Bebas Terbatas (OBT)- obat yg sebenarnya termasuk dalam obat keras daftar “W” (“Waarschuwing” = peringatan).

- diperuntukkan bagi jenis penyakit yg pengobatannya dianggap telah dapat ditetapkan sendiri oleh rakyat & tidak begitu membahayakan (bila mengikuti aturan pakainya), dijual dipasaran/dibeli tanpa resep dokter, harus diserahkan dalam bungkusan aslinya (mencegah pemalsuan/penukaran), dg tanda peringatan.

- pada kemasan OBT tertera lingkaran biru bergaris tepi hitam.

- con : intunal F, CTM, Neozep F, dll.

Page 7: Kuliah Farmakologi 1.ppt

III. Obat Keras & Psikotropika

Obat Keras (Daftar G = “Gevaarlijk”)- Obat yg hanya boleh dibeli di apotek dg resep

dokter- Dapat diulang tanpa resep baru jika prescriber

mencantumkan “iter” pada resep asli.- Pada kemasan obat keras tertera huruf K dalam

lingkaran merah dengan garis tepi hitam. - Con : antibiotika, hormon, obat suntik (semua).

Page 8: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Psikotropika (UU RI no.5 th. 1997)- Adalah zat/obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,

yg berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yg menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental & perilaku.

• Cont. psikotropika :• Gol. I (26 zat), a.l. : Lisergida (LSD)• Gol. II (14 zat), a.l. : Amfetamin (Benzedrine)• Gol.III (9 zat), a.l. : Flunitrazepam (Rohypnol)• Gol. IV (60 zat), a.l. : Alprazolam (Xanax), Bromazepam

(Lexotan), Diazepam (Valisanbe, Valium), Fenobarbital (Luminal), Klobazam (Frisium), dll.

Page 9: Kuliah Farmakologi 1.ppt

IV. Narkotika (UU RI no.22 th.1997)- Adalah zat/obat yg berasal dari tanaman/bukan tanaman baik

sintetis maupun semi sintetis yg dapat menyebabkan penurunan/perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri & menimbulkan ketergantungan.

- Cont narkotika :- Gol. I (26 bahan), a.l. : Papaver Somniferum L., kokain,

heroin.- Gol. II (87 zat/sediaan), a.l. : metadon, morfina, petidina.- Gol. III (14 zat/sediaan), a.l. : etilmorfin, kodein.

Page 10: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Proses yg dialami obat

sebelum mencapai tempat kerjanya (target site) :

→ → → →

Tablet & zat aktif

-Tablet pecah-Granul pecah-Zat aktif lepas-Zat aktif melarut

ADMEObat + reseptor Di target site efek

1. Fase biofarmasi2.Fase farmakokinetik

A B

3.Fase Farmakodinamik

Page 11: Kuliah Farmakologi 1.ppt

A. Farmaceutical Availability (FA)• Kecepatan melarut (dissolution rate) & jumlah obat yg melarut

secara in vitro yg dibebaskan oleh obat dari tempat pemberiannya & tersedia untuk diabsorpsi.

• Untuk obat yg tahan asam lambung, urutan kecepatan melarut dari berbagai bentuk sediaan obat secara menurun, dg urutan sbb :

larutan, suspensi, serbuk, kapsul, tablet film coated, dragee, tablet enteric coated, tablet kerja panjang (retard, sustained released, zero order control/ZOC.

B. Bioavailabilitas (BA)• Persentase obat yg secara utuh diabsorpsi tubuh dari suatu

dosis tertentu yg diberikan & tersedia, untuk melakukan efek terapetiknya.

Page 12: Kuliah Farmakologi 1.ppt

1. FARMAKOKINETIK

- MH mempengaruhi obat

- Proses yg dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi.

- Eliminasi : metabolisme & ekskresi.

1.a. ABSORBSI

• proses penyerapan obat dari tempat pemberian ke sirkulasi darah sistemik.

Page 13: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Cara absorpsi obat/ mekanisme transport :1. difusi pasif / sederhana/ non ionik

• ciri – ciri :1. arah transport searah dg perbedaan kadar / gradient

kadar• C1 > C2• C1 = C2 = transport berhenti • yg dapat menembus membran obat bebas• Zat lipofil lebih mudah larut daripada zat hidrofil.• C1 & C2 = kadar obat yg dapat menembus membrane

2. a). keadaan setimbang tercapai jika kadar obat yg dapat menembus membrane di ke-2 sisi membrane sama.

2. b). Kecepatan transport tergantung konsentrasi obat.

Page 14: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Lanj…

3. kecepatan penetrasi / difusi untuk elektrolit lemah dipengaruhi oleh pH lingkungan.

HA→H(+) + A(-) HA : elektrolit lemah

α < 1 α : derajat ionisasi

4. kecepatan penetrasi / difusi dipengaruhi : – luas permukaan tempat difusi ( Φ ) = A– tebal membran (h)– koefisien partisi dari senyawa (kp) =

kelarutan obat dalam lemak : kelarutan obat dalam air– perbedaan kadar (C1 – C2)– koefisien difusi (D)

• kecepatan penetrasi = D x kp x A x (C1 – C2)

h

Page 15: Kuliah Farmakologi 1.ppt

2. Transport Aktif

a. melawan gradient kadarb. membutuhkan energic. membutuhkan protein carier di membran sel untuk

mengangkut zat hidrofil.d. Setelah melewati membran, obat dilepas kembalie. bersifat spesifik (jk ada senyawa serupa dg molekul

terjadi kompetisi)f. berjalan searah walaupun C1<C2, jalannya tetap dari C1 ke C2 krn

ada C (carier).g. Kecepatan transport tidak tergantung konsentrasi

obat.Contoh : glukosa, as. Amino, as. Lemak, vit. B1, B2, &

B12.

Page 16: Kuliah Farmakologi 1.ppt

3. Difusi Terfasilitasia. hampir sama dg transport aktifb. perlu carierc. arahnya searahd. sifat spesifike. perlu energif. tidak melawan gradient

4. Transport konvektif (transport yg mengikuti aliran medium)

a. mirip difusi pasif,molekul obat melalui pori – pori kecil (mis : dinding kapiler) mengikuti aliran membran

b. dipengaruhi oleh :– besarnya molekul – kecepatan aliran medium– muatan (ion bermuatan berlawanan dg di dinding pori

dapat melewatinya & mengikuti aliran).Con : air & zat hidrofil dg BM < 200 (alkohol).

Page 17: Kuliah Farmakologi 1.ppt

5. Transport pasangan ion

obat (+) R (-) → {obat} (+) {R} (-) → Netral difusi pasif.• pembentukan pasangan ion dapat terjadi antara obat

dg komponen membran (pori)→ transport konvektif

6. Pinositosis / fagositosis

~ senyawa yg larut dalam lipid dapat menembus membran dg baik→ engulting (ditelan)

~ vaksin polio aktif p.o ,melalui fagositosis.

Page 18: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Kecepatan absorpsi tergantung :

1. bentuk sediaan obat• bentuk cair / terlarut > bentuk padat = obat

cair / sirup / tetes >>> tablet / kapsul / serbuk.• Dissolution rate partikel sangat penting, makin halus

partikel, makin cepat larut & cepat diabsorpsi.

2. cara pemberian

pemberian secara injeksi i.v. > i.m. > s.c

Page 19: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Lanj…

3. sifat fisiko kimiawi obatPemberian obat p.o. diabsorpsi dari saluran lambung usus dg

fenomena sbb:1. molekul utuh/tak terionisasi (lipofil) → mudah diabsorpsi

daripada ion hidrofil.2. Lambung (pH = 2 / asam kuat)

a. Obat asam lemah (asetosal, barbiturat), sedikit terionisasi → absorpsi baik.

b. Obat basa lemah (amfetamin, alkaloid), banyak terionisasi → absorpsi sedikit.

3. Usus halus (pH = 6,6 – 7,6) = kebalikannyaa. Obat basa lemah → absorpsi baik.b. Obat asam kuat/basa kuat → mudah terionisasi →

absorpsi lambat.c. Zat lipofil mudah larut dalam cairan usus lebih mudah

diabsorpsi daripada zat sukar larut → perbedaan konsentrasi di ke-2 sisi membran tinggi.

Page 20: Kuliah Farmakologi 1.ppt

1.b. DISTRIBUSI

• Adalah penyebaran obat secara merata ke seluruh jaringan tubuh melalui peredaran darah menuju ke tempat kerjanya dalam sel (CIS).

Proses distribusi dipengaruhi oleh faktor :

1. Sifat fisika kimiawi

- makin lipofil, makin mudah menembus membran sel shg cepat terdistribusi ke CIS.

- hati-hati pd wanita hamil trimester 2 & 3 karena potensial menembus plasenta.

- obat lipofob terdistribusi hanya pd CES.

- con. Obat lipofil : sulfonamid, levodopa (dapat menembus CCS), streptomisin.

Page 21: Kuliah Farmakologi 1.ppt

2. Aliran darah ke dalam jaringan.

3. Ikatan obat – protein plasma.

- obat dalam darah diikat reversibel oleh protein plasma.

- hanya obat bebas yg aktif secara fisiologis.

- obat bersifat asam & lipofil, terikat kuat pd albumin.

- obat bersifat basa, terikat kuat pd globulin.

- setiap obat mempunyai perbandingan tetap antara jumlah molekul obat yg terikat protein plasma & yg bebas yg diukur in vitro melalui konsentrasi obat dalam darah, “persentase pengikatan (PP). Mis : warfarin (PP) = 99%.

- kompetisi ikatan obat – protein.

con : asetosal (PP=50-80%) diberikan bersamaan dg warfarin (antikoagulan), asetosal dapat mendesak warfarin dari ikatan proteinnya, hingga PP-nya menurun . Penurunan dari 99% ke 98% bermakna signifikan, yaitu kadar obat bebas (yg aktif) meningkat 2x lipat dari 1% menjadi 2% & mengakibatkan perdarahan yg tidak diinginkan.

Page 22: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Lanj…- Obat terikat protein menjadi tidak aktif karena tidak mengalami metabolisme

& ekskresi. Obat tersebut disimpan sbg :

a). Efek depot

Jika kadar obat bebas menurun, ikatan obat-protein pecah & obat bebas terlepas kembali, shg kadar obat bebas stabil.

b). Kumulasi

- obat tertentu mempunyai afinitas sangat besar terhadap jaringan tertentu, shg ikatan obat protein akan ditimbun pada jaringan

tersebut.

- hal tsb bermanfaat untuk :

b.1. mengobati organ yg bersangkutan

mis : glikosida digitalis dikumulasi selektif dalam otot jantung.

b.2. menilai / mengevaluasi ES & efek toksik

mis : logam (ion Ca, ion Mg, ion Fe) & tetrasiklin, dikumulasi pd tulang & gigi (menjadi kuning), shg tetrasiklin tidak boleh

diberikan pd anak < 8 tahun, ibu hamil / laktasi.

Page 23: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• untuk mengetahui seberapa luas obat terdistribusi dalam cairan badan digunakan parameter :

• Volume Distribusi (VD) = jumlah obat dalam badan kadar obat dalam plasma

• tetapi sulit & mahal → VD semu (perhitungan dosis berdasarkan kadar obat dalam darah/plasma), dapat diprediksikan seberapa banyak /jauh obat terdistribusi dalam badan, yaitu :– VD ≤ 5 L (4% BB) → hanya terdistribusi dalam plasma– VD ± 15 L (10 – 20 L) → obat terdistribusi ke CES– VD ± 30 L / > → obat terdistribusi ke CIS– VD ± 40 L → obat terdistribusi keseluruh tubuh– VD ± 100 L / > → obat terdistribusi ke jaringan sekunder

(jaringan yg secara normal tdk berkembang tp krn >>> lemak/obesitas mjd berkembang).

• Redistribusi : perpindahan obat dari tempat kerja ke darah / jaringan lain.• Obat mengalami redistribusi, efeknya menurun.

Page 24: Kuliah Farmakologi 1.ppt

1.c. METABOLISME / BIOTRANSFORMASI• adl proses perubahan struktur kimia obat yg terjadi dalam tubuh

dan dikatalisis oleh enzim.

• pada dasarnya obat merupakan senyawa asing tidak diinginkan tubuh ,tubuh berusaha merombak senyawa tsb menjadi metabolit yg lebih hidrofil agar mudah diekskresikan melalui ginjal.

• Obat →p.o. & rektal (sebagian) →diabsorpsi dari usus →sistem pembuluh porta (vena portae) →hati →biotransformasi →peredaran umum →jantung →seluruh tubuh →BA turun.

• obat →sublingual, intrapulmonal, transkutan, parenteral/injeksi, & rektal (sebagian) → peredaran umum →jantung →seluruh tubuh →penurunan BA tidak signifikan karena obat tidak mengalami biotransformasi di hepar.

Page 25: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Akibat Biotransformasi :

1. senyawa obat menjadi inaktif krn aktifitas metabolit << aktifitas senyawa induk (biotransformasi berperan dalam mengakhiri kerja obat).mis : parasetamol (analgetik-antipiretik),lama-lama dimetabolisme menjadi komponen-komponen→inaktif→tidak berefek.

2. senyawa obat / senyawa induk diubah menjadi senyawa lebih polar,metabolitnya mudah larut dalam air (cairan fisiologi) →mudah diekskresi melalui ginjal.

3. senyawa obat diubah menjadi kurang toksik.toksisitas metabolit << toksisitas senyawa indukdisebut juga “detoksikasi/detoksifikasi” (FPE hepar) = bio-inaktivasi.

Page 26: Kuliah Farmakologi 1.ppt

4. obat dimetabolisme ~ metabolitnya sama aktif ~ lebih aktif (bio-aktivasi)

~ lebih toksikcontoh:

• obat > aktif oleh biotransformasi• kortison & prednisone

(menjadi kortisol & prednisolon)• fenasetin & kloralhidrat

(menjadi parasetamol & trikloretanol)• pirimidon & levodopa

(menjadi fenobarbital & dopamine)

• metabolit dg aktivitas sama• CPZ = chlorpromazine• efedrin• senyawa-senyawa benzodiazepine

Page 27: Kuliah Farmakologi 1.ppt

5. Obat →calon obat / pro drug (metabolisme) → metabolit aktif (biotransformasi) → ekskresi.

• organ biotransformasi utama : hepar (FPE)cont : efedrin, isoprenalin, thiazinamium,nortriptilin, CPZ, reserpin, guanetidin, β-blockers (propranolol, alprenolol, oksprenolol, metoprolol),morfin, pentazosin, d-propoksifen, asetosal, parasetamol, fenilbutazon.

• organ biotransformasi yg lain☺paru –paru☺ginjal☺dinding usus (asetosal, salisilamid, lidokain)☺dalam darah (succinylcholine)☺dalam jaringan (catecholamine)

Page 28: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Jalur reaksi biotransformasi

1. Reaksi fase I / perombakan- reaksi oksidasi dg enzim oksidatif cytokrom P450 di hati.- reaksi reduksi.- reaksi hidrolisa- metabolit menjadi lebih polar/hidrofil, in aktif, aktif, kurang aktif.

2. Reaksi fase II / penggabungan / konjugasi- konjugasi molekul obat / metabolit fase I dg molekul endogen.- reaksi asetilasi dg asam asetat- reaksi sulfatasi dg asam sulfat- reaksi glukuronidasi dg asam glukuronat- metilasi dg gugus metil asam amino / metionin- metabolit lebih polar / hidrofil, in aktif (kecuali pro drug).

Page 29: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Faktor yg mempengaruhi kecepatan biotransformasi

1. Konsentrasi obat• Kecepatan biotransformasi bertambah bila konsentrasi obat

meningkat.• Jika konsentrasi obat berada pd titik tertinggi maka semua

molekul enzim yg mengkatalisis biotransformasi ditempati terus-menerus oleh molekul obat sehingga kecepatan biotransformasi menjadi konstan.

2. Fungsi hati• Gangguan fungsi hati, biotransformasi dapat menjadi lebih

cepat / lebih lambat sehingga efek obat lebih lemah / lebih kuat dari yg diharapkan.

Page 30: Kuliah Farmakologi 1.ppt

3. Usia

- Bayi baru lahir (neonati), semua enzim hati belum terbentuk sempurna → biotransformasi lebih lambat (terutama pembentukan glukuronida).

– adapula obat yg metabolismenya > cepat pada anak daripada orang dewasa, shg dosisnya dinaikkan seperlunya berdasarkan ukuran kadar plasma.

cont: fenitoin (antiepileptic), fenobarbital,karbamazepin, valproat, etosuksimid.

– lansia / geriatric

kemunduran pada banyak proses fisiologi (fungsi ginjal, filtrasi glomeruli, jumlah total air tubuh & albumin serum <<<, enzim hepatic <<<) shg menyebabkan terhambatnya biotransformasi shg berefek kumulasi & keracunan.

cont: digoxin, propranolol, fenilbutazon , kecuali fenitoin yg dimetabolisme lebih cepat shg efeknya singkat.

Page 31: Kuliah Farmakologi 1.ppt

4. variasi genetic

1. asetilasi (fs. II , reaksi pembentukan amida)- INH - prokainamid- sulfonamide - dapson

2. oksidasi (hidroxilasi) (fs. I)- debrisoquin / debrisokina

• asetilator : - cepat : orang kulit putih (Eskimo, jepang) -lambat : orang kulit hitam

• cont :• pemberian INH / isoniazid• toksisitas obat / INH pada fenotipe asetilator :• INH → neuropati perifer → asetilator lambat• INH → kerusakan hepar → asetilator cepat

Page 32: Kuliah Farmakologi 1.ppt

5. Penggunaan obat lain

- Induksi enzim : bila obat lipofil menstimulir pembentukan & aktifitas enzim hati/mikrosomal, maka biotransformasi & ekskresi obat lainnya dipercepat shg durasi & efeknya dipersingkat.

- Con : interaksi induktor (rifampisin, griseofulvin, terbinavin, fenobarbital, fenitoin, karbamazepin, pirimidon) vs pil anti hamil. Terjadi kegagalan pil KB shg kadar estrogen harian ditingkatkan >±50 mikrogram.

- Inhibisi enzim : obat yg dapat menghambat / menginaktifkan kerja enzim hati.

con. Inhibitor : simetidin, clotrimazol, mikonazol, ketokonazol, ekonazol, alkohol, eritromisin, jus grape fruit, flavonoid (dalam the, bawang putih, sayur, apel, anggur merah).

Page 33: Kuliah Farmakologi 1.ppt

1.d. EKSKRESI

• Adalah pengeluaran obat dari dalam tubuh dalam bentuk aktif / metabolit.

• Organ terpenting : ginjal, gangguan fungsi ginjal mk dosis dikurangi atau interval / waktu minum obat diperpanjang.

• ada beberapa cara lain :1. kulit , bersama keringat

ex: paraldehid, bromida2. paru – paru, melalui pernapasan

ex : alkohol, paraldehid, anastetika (kloroform, halotan, siklopropan)

3. empedu-obat dikeluarkan aktif oleh hati & empedu (fenolftalein = pencahar)- siklus entero hepatic : obat tiba di usus & empedu →absorpsi→ eksistensi obat panjang → durasi lama →induksi enzim → metabolit polar → ekskresi.

Page 34: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Lanj…

3. empedu

-obat dikeluarkan aktif oleh hati & empedu (fenolftalein = pencahar)

- siklus entero hepatic : obat tiba di usus & empedu →absorpsi→ eksistensi obat panjang → durasi lama →induksi enzim → metabolit polar → ekskresi.

4. ASI : penting untuk bayi → keracunan

cont : alkohol, obat tidur, nikotin/rokok, alkaloid lain

(pH ASI < 6,7 lebih rendah pH darah 7,4).

obat-obat dalam jumlah besar diekskresi melalui ASI

cont : penisilin (sensitisasi), kloramfenikol, INH, ergotamine,antikoagulan, antitiroid, karena system enzim neonatus belum sempurna.

5. usus : diresorpsi usus keluar dg tinja

cont: sulfasuksidin, neomisin, sediaan Fe

Page 35: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Lanj…

• mekanisme ekskresi pada ginjal :

1. filtrasi glomeruli (pasif)obat & metabolit larut dalam plasma melintasi dinding glomeruli secara pasif dengan ultrafiltrat.

2. transport aktif• tubuli mensekresi zat aktif tertentu (ion asam organis :

penicillin, vitamin C, asam salisilat, probenesid). sekresi dibantu enzim pengangkut → kompetisi

• ex : penisilin dg probenesid (obat encok) berkompetisi (enzim pengangkutnya) → ekskresi antibiotic lambat → efek antibiotic lama/panjang.

Page 36: Kuliah Farmakologi 1.ppt

1.e. konsentrasi Plasma

• Untuk menilai obat (baru) secara klinis, ditetapkan dosis & skema penakaran tepat, perlu keterangan farmakokinetik, khususnya : kadar obat di tempat kerja (target site) & dalam darah, perubahan kadar tersebut dalam waktu tertentu.

• Besarnya efek obat tergantung pd konsentrasinya di tempat kerja yg berhubungan erat dg konsentrasi plasma.

• Konsentrasi obat dalam plasma, nilainya lebih kurang sama dg konsentrasi dalam darah, dapat diukur dg alat modern dg keseksamaan 0,001 mg.

• Kurva konsentrasi – waktu, berguna pd pemberian obat yg dosis terapinya sempit/dosis terapi dekat dg dosis toksis (ex : digoksin), pd fungsi ginjal / hati terganggu shg eliminasi obat diperlambat, pd kasus keracunan (ex : barbital, salisilat).

Page 37: Kuliah Farmakologi 1.ppt

1.f. Waktu Paruh = Plasma Half Life = t½ (eliminasi)

• Adalah waktu yg dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat dalam tubuh menjadi separuhnya selama eliminasi (metabolisme & ekskresi).

• Kecepatan eliminasi obat & plasma t½ tergantung pd kecepatan biotransformasi & ekskresi.

• Fungsi organ eliminasi penting, karena pd kerusakan hati / ginjal t½ dapat meningkat 20 kali.

• Cara pemberian obat menentukan nilai t½ .• Plasma Half Life = t½ (eliminasi) merupakan ukuran lamanya

efek obat, maka t½ bersama kurva konsentrasi-waktu sebagai dasar untuk menentukan regimen dosis obat & frekuensi pemberian obat yg rasional (berapa kali sehari sekian mg).

• Obat dg t½ panjang (>24 jam), pemberiannya 1 dd (digoksin).• Obat dg t½ pendek & cepat dimetabolisme, regimennya 3 – 6

dd (oksitosin infus tetes kontinu).

Page 38: Kuliah Farmakologi 1.ppt

II. FARMAKODINAMIKA

• mempelajari efek yg terjadi pada manusia/respon yg terjadi terhadap pemberian obat (obat mempengaruhi organisme).

• ex : parasetamol → analgetik/antipiretik• Efek obat timbul karena interaksi antara molekul obat

dg reseptor pd sel organisme.• Hasil interaksi : perubahan biokimia & fisiologi pd

jaringan, organ / sistem organisme.• Obat pd umumnya memodifikasi fungsi tubuh yg

sudah ada, mis : stimulasi / depresi.• Obat tidak membuat fungsi / efek baru.• Interaksi obat-reseptor →hipotesis : gembok & anak

kunci.

Page 39: Kuliah Farmakologi 1.ppt

mekanisme kerja obat

1. secara fisis• ex : diuretic osmosis (manitol & sorbitol) & laksansia osmotik

(Mg & Na-sulfat).• Mekanisme kerja laksansia osmotik : diabsorpsi sangat

lambat oleh usus → proses osmosis → menarik air disekitarnya → volume isi usus >> besar → rangsangan mekanis pada dinding usus → peristaltik >> → feses keluar

2. secara kimiawi• ex : antasida lambung (Na-bikarbonat, Al & Mg-hidroksida)

mengikat kelebihan asam lambung melalui reaksi netralisasi kimiawi.

• zat-zat khelasi (chelator), mengikat ion-ion logam berat (Cu, Hg, Pb, Zn) pada molekulnya dg ikatan kimiawi khusus → membentuk kompleks shg tidak toksik &mudah diekskresi. mis : EDTA (Na-edetat) & penisilamin

Page 40: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Lanj…

3.mengganggu proses metabolisme• ex : probenesid (obat encok) menyaingi penisilin dan

derivatnya pada sekresi tubular → ekskresi penisilin lambat → efek diperpanjang.

• Antibiotik mengganggu pembentukan dinding sel, sintesa protein / metabolisme DNA/RNA bakteri.

4. kompetisi• untuk reseptor spesifik & enzim

Page 41: Kuliah Farmakologi 1.ppt

RESEPTOR• Adalah molekul (protein) di permukaan / di dalam sitoplasma

sel yg mengenal & mengikat molekul spesifik, menghasilkan efek khusus pada sel.

• Hubungan dosis & respon

- Obat + Reseptor ↔OR→efek

- ikatan obat dg reseptor →ikatn ion, hidrogen, hidrofobik, van der Walls, kovalen, atau campuran →reversibel.

- semakin besar dosis obat →semakin besar efeknya pd tubuh.

- efek maksimal (bahkan stagnan) bila semua reseptor sudah diduduki oleh molekul obat.

Page 42: Kuliah Farmakologi 1.ppt

AGONIS

• Suatu obat yg efeknya menyerupai senyawa endogen.• Obat yg bisa “pas” menduduki reseptor & mengaktifkan

reseptor tsb shg menghasilkan efek farmakologis.• Ex : salbutamol →agonis β2

petidin →agonis opioid

dopamin →agonis dopamin

Page 43: Kuliah Farmakologi 1.ppt

ANTAGONIS

• Obat yg struktur kimianya mirip dg suatu hormon, yg mampu menduduki sebuah reseptor yg sama tapi tidak mampu mengaktifkan reseptor tsb shg tidak menimbulkan efek farmakologis & menghalangi ikatan reseptor dg agonisnya secara kompetitif shg kerja agonis terhambat.

• Con :• Beta-blockers (propranolol, metoprolol) →menghambat

reseptor beta pd saraf simpatik/adrenergik.• antihistaminika →memblokir reseptor H1• Simetidin/ranitidin(H2-antagonis) →memblokir reseptor H2 (di

lambung).• Allopurinol (enzim blockers) →merebut tempat xantin di enzim

xantinoksidase shg sintesa xantin/asam urat dihambat.

Page 44: Kuliah Farmakologi 1.ppt

EFEK TERAPEUTIS

1. Terapi Kausal : penyebab penyakit ditiadakan (pemusnahan kuman, virus, parasit). Ex : antibiotika, fungisida, dll.

2. Terapi Simptomatis : gejala penyakit diobati & diringankan, penyebab yg lebih mendalam tidak dipengaruhi (mis : kerusakan organ / saraf). Ex : analgetika, antihipertensi.

3. Terapi Substitusi : obat menggantikan zat lazim yg dibuaut oleh organ tubuh yg sakit. Ex : insulin (DM), karena produksi insulin oleh sel β pd pankreas berkurang.

• Efek terapeutis obat tergantung faktor :1. Cara & bentuk pemberian obat2. Sifat fisiko kimiawi (A,D,M,E)3. Kondisi fisiologi pasien (fungsi hati, ginjal, usus, peredaran

darah)4. Faktor individual (ras, kelamin, luas permukaan tubuh).

Page 45: Kuliah Farmakologi 1.ppt

PLASEBO

• Pengobatan dg sugesti/kepercayaan terhadap tenaga kesehatan & obat yg diberikan.

• Obat plasebo tidak mempunyai kegiatan farmakologis, hanya untuk menyenangkan/menenangkan pasien yg menurut diagnosa dokter tidak ada kelainan organis atau untuk menguatkan moral pasien yg tidak dapat disembuhkan lagi.

• Zat in aktif dalam plasebo : laktosa + kinin + pewarna.• Efek nyata plasebo pd obat tidur, analgetik, obat asma, obat

kuat.

Page 46: Kuliah Farmakologi 1.ppt

PERMASALAHAN OBAT(EFEK OBAT YG TAK DIINGINKAN =

ADVERSE DRUG REACTION)

Reaksi obat yg tidak diinginkan

• setiap efek yg tidak dikehendaki yg merugikan / membahayakan pasien (adverse reaction) dari suatu pengobatan.

Page 47: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Istilah penting yg perlu diketahui :

1.Efek Samping• efek suatu obat yg tidak diinginkan untuk tujuan

terapi dg dosis yg dianjurkan. obat yg ideal adalah yg bekerja cepat, selektif, untuk tempat tertentu & hanya berkhasiat terhadap penyakit tertentu tanpa aktivitas lain. pada suatu saat ES dapat sebagai efek utama.

• Con : a. Asetosal, ES : mengencerkan darah (merintangi

penggumpalan trombosit), bermanfaat untuk prevensi sekunder infark otak / jantung.

b. Promethazin (antihistamin), ES : efek sedatif, dikembangkan sbg psikofarmaka gol. Klorpromazin.

Page 48: Kuliah Farmakologi 1.ppt

2. Efek Tambahan / Sekunder

• efek tidak langsung akibat efek utama obat. cont : penggunaan antibitika (A.B) spectrum luas / fungistatik mengganggu bakteri usus yg memproduksi vitamin, tjd defisiensi vitamin, diberi vit. B komplek.

3.Idiosinkrasi

• efek abnormal dari obat terhadap seseorang, disebabkan kelainan faktor genetik pada pasien yg bersangkutan. ex : pengobatan malaria dg primaquin / pentaquin (pada orang kulit hitam afrika) menyebabkan anemia hemolitik.

Page 49: Kuliah Farmakologi 1.ppt

4. ALERGI

• Reaksi khusus antara antigen dari obat dg antibodi tubuh.• Umumnya timbul pada dosis sangat kecil & tidak dapat

dikurangi dg menurunkan dosis.• Contoh zat alergen : penisillin topikal, makromolekul (protein

asing), heparin, vaksin, anestesi lokal (prokain), obat dg struktur kimia sama dapat terjadi alergi silang, mis : derv. Penisilin & derv. Sefalosporin.

• Gejala alergi : urtikaria & rash (kulit),

hebat : -demam, serangan asma, shock anafilaktik.

-steven johnson syndrome (erythema bernanah ganas, demam, fotosensibilisasi, mortalitas tinggi).

-anemia aplastis (kloramfenikol).

Page 50: Kuliah Farmakologi 1.ppt

5.Fotosensitisasi• sangat peka terhadap cahaya akibat penggunaan

obat secara local / p.o.• ex : tetrasiklin & derivatnya (p.o.)

6.Efek toksik• bila obat digunakan dalam dosis yg tinggi

menunjukkan gejala toksik. bila dosis dikurangi, efek toksik berkurang. (pembahasan toksikologi)

7.Efek teratogen• efek obat pada dosis terapetik untuk ibu dapat

mengakibatkan cacat pada janin. • Con : talidomid →focomelia

tetrasiklin →mengganggu pertumbuhan tulang & gigi.

Page 51: Kuliah Farmakologi 1.ppt

8. Toleransi• peristiwa dimana dosis obat harus dinaikkan terus-menerus

untuk mencapai efek yg sama.

a). toleransi bawaan (primer), terdapat pada sebagian orang / binatang

b). toleransi sekunder / perolehan = habituasi = kebiasaanhabituasi (menurut WHO) : suatu gejala ketergantungan

psikologik terhadap suatu obat dg ciri-ciri :• keinginan untuk selalu menggunakan obat• tak ada / sedikit kecenderungan untuk menaikkan dosis• menimbulkan beberapa ketergantungan psikis• sesuatu efek yg merugikan (individu)• bila dihentikan gangguan emosiex : merokok (nikotin)c). toleransi silang• timbul karena obat-obat mempunyai struktur kimia serupa /

derivatnya. ex : fenobarbital & butobarbital

Page 52: Kuliah Farmakologi 1.ppt

9. Adiksi• pemberian obat yg menyebabkan toleransi,jika dihentikan

mendadak menimbulkan sindrom gejala putus obat (withdrawal syndrome)

• menurut WHO ketergantungan rohaniah & jasmaniah terhadap suatu obat, ciri-ciri :• adanya dorongan untuk selalu menggunakan obat tsb• adanya kecenderungan kenaikan dosis• timbul ketergantungan rohaniah & diikuti ketergantungan

badaniah• menimbulkan kerugian terhadap masyarakat / individu sendiri• penghentian penggunaan obat tsb menimbulkan efek hebat

secara jasmani & rohani (abstinensi)ex : abuse narkotika (morfin, kokain, ganja)

Page 53: Kuliah Farmakologi 1.ppt

10. Tachifilaksis• peristiwa berkurangnya respon terhadap aksi obat pada

pengulangan dalam dosis yg sama. Respon mula-mula tidak dapat diperoleh meskipun dosisnya diperbesar.

• ex : efdrin (TM) untuk glaucoma

11. Kumulasi• fenomena pengumpulan obat dalam badan sebagai hasil

pengulangan penggunaan obat & diabsorpsi lebih cepat dibanding ekskresinya. adanya akumulasi obat , pada pengulangan dg dosis terapi dapat terjadi efek toksik.

• ketr : no. 4,8,9,10,11efek-efek yg tidak dikehendaki pada pengulangan / perpanjangan penggunaan obat

12. resistensi bakteri• suatu keadaan dimana kemoterapetik untuk penyakit infeksi

kuman tidak bekerja lagi terhadap kuman tertentu yg memiliki daya tahan kuat & resisten thd obat tsb.

Page 54: Kuliah Farmakologi 1.ppt

13. kombinasi obat• penggunaan 2 obat / > sbg campuran / bersama-sama

pada waktu bersamaan dapat menimbulkan efek sbb :

13.1. Antagonisme• Efek obat I dikurangi/ditiadakan oleh obat II khasiat

farmakologinya berlawanan. Ex : adrenalin vs histamin.

• Adrenalin :- sbg bronkodilator pd asma

- untuk terapi shock (memperkuat kerja jantung & melawan hipotensi).

• Histamin :- kontraksi otot polos bronchi

- vasodilatasi semua pembuluh shg TD turun.

Page 55: Kuliah Farmakologi 1.ppt

13.1.a. Antagonisme kompetitif reversibel

Persaingan reversibel antara 2 obat untuk menduduki reseptor yg sama. Ex : morfin, metadon vs nalokson, nalorfin pd reseptor opioid.

13.2.b. Antagonisme kompetitif ireversibel

Persaingan ireversibel antara beberapa logam berat (Cu, Hg, Pb, Zn) pada molekul obat yg sama.Ex : zat chelasi (penisilamin / dimetilsistein) berikatan dg logam berat pd keracunan logam berat.

Page 56: Kuliah Farmakologi 1.ppt

13.3.Sinergisme• Kerja sama antara 2 obat yg menghasilkan efek sbb :

13.3.a. adisi (sumasi / penambahan)• ex : asetosal & parasetamol ; trisulfa (sulfadiazine,

sulfamerazin, sulfametazin)• campuran obat / obat yg diberikan bersama menimbulkan efek

yg merupakan jumlah dari efek @ obat secara terpisah pada px.

13.3.b. Potensiasi (peningkatan potensi)• Kombinasi ke-2 obat saling memperkuat shg menghasilkan

efek yg melebihi jumlah obat a + obat b.• Ex : - estrogen + progesteron (kombinasi dg efek sama).

- kotrimoksazol (sulfametoksazol & trimetoprim)

- tiamin/piridoksin dg NSAIDs (kombinasi dg efek beda).

Page 57: Kuliah Farmakologi 1.ppt

14. Interaksi obat• Pemberian ≥2 obat pd pasien menimbulkan interaksi obat

dalam tubuhnya.• Efek @ obat saling mengganggu &/ timbul ES yg tidak

diinginkan.

• Cara – cara interaksi obat

14.1. interaksi kimiawi• Obat berinteraksi dg obat lain secara kimiawi.• Ex : - fenitoin vs Ca²+.

- tetrasiklin vs logam valensi dua (Ca²+, Mg²+, Al²+, Fe²+).

14.2. kompetisi dg protein plasma• Ex : analgetik (salisilat, fenilbutazon, indometasin) dapat

mendesak ikatan warfarin dg protein plasma →perdarahan.

Page 58: Kuliah Farmakologi 1.ppt

14.3. Inhibisi enzim• Bila obat (A) mengganggu / menghambat fungsi hati/enzim hati,

shg eliminasi obat (B) diperlambat akibatnya efek obat B meningkat / toksik.

• Con :

Obat A Obat B

Allopurinol Merkaptopurin (sitostatika)

Disulfiram,

Sulfonilurea / tolbutamida,

metronidazol

Alkohol

cimetidin Teofilin, karbamazepin,fenitoin, zat-zat kumarin, nifedipin, diltiazem, verapamil, diazepam

Page 59: Kuliah Farmakologi 1.ppt

14.4. induksi enzim• Obat (A) memacu pembentukan enzim hati sehingga

mempercepat eliminasi obat (B) & menyebabkan efek obat (B) berkurang.

• Con:

Obat A Obat B

Gol. Barbiturat (fenobarbital)

Antiepileptika (fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, felbamat)

Antikoagulansia

Antidepresan trisiklis (amitriptilin, imipramin)

Kortikosteroid

Fenobarbital

Fenitoin

Primidon

Karbamazepin

Rifampisin

Estrogen (dalam pil KB)

Page 60: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Interaksi Obat dg Makanan

• Mempengaruhi farmakokinetika obat.

A. Absorpsi

- obat diikat/diadsorpsi oleh makanan shg absorpsinya di usus <<< akibatnya efeknya <<<.

- ex :

1. makanan kaya serat vs levastatin (penghambat kolesterolsintetase).

2. sayuran kaya vit. K (bayam, brokoli) vs antikoagulansia, maka vit. K menurunkan efek antikoagulansia.

3. tetrasiklin vs susu/makanan banyak mengandung Ca terjadi ikatan khelat shg absorpsi tetrasiklin turun.

Page 61: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Lanj…

B. Biotransformasi

• Makanan menghalangi biotransformasi obat shg kadar obat dalam plasma meningkat, mengakibatkan efek toksik.

• Ex.1: antidepresiva MAO inhibitors (fenelzin, moclobemida) vs makanan banyak mengandung amin / tiramin (keju, avokad, anggur, bir, produk ragi, hati ayam, coklat), menyebabkan senyawa amin dalam makanan tidak bisa diuraikan lagi oleh monoaminoksidase karena sudah dihambat oleh MAO inhibitors shg kadar amin dalam plasma meningkat & akibatnya terjadi hipertensi hebat.

• Ex.2. : antagonis Ca (amlodipin, nifedipin) vs grapefruit juice, minuman tsb menghambat enzim sitokrom P450 pd dinding usus shg BA antagonis Ca meningkat & menyebabkan hipotensi hebat, takikardi, dll.

Page 62: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Lanj…

C. Ekskresi• Makanan kaya protein (daging, telur, ikan), roti, cake dapat

menurunkan pH urin (urin menjadi asam) shg mengurangi reabsorpsi tubular obat basa lemah (mis : morfin) yg mengakibatkan ekskresinya diperpanjang.

• Obat-obat yg meningkatkan kebutuhan terhadap vitamin tertentu :

1. pil KB, INH, penisilamin, hidralazin →meningkatkan kebutuhan piridoksin / vit. B6.

2. salisilat & tetrasiklin →menaikkan kebutuhan vit. C

3. parafin (laxadin) →menurunkan absorpsi vit. Larut lemak shg kebutuhannnya meningkat.

Page 63: Kuliah Farmakologi 1.ppt

15. Kontra Indikasi • Kondisi patologis dimana obat tidak boleh digunakan.

ex : gangguan fungsi hati (parasetamol, ketokonazol).

gangguan fungsi ginjal (gentamisin).

16. inkompatibilitas farmakologis• terjadi diluar tubuh / sebelum obat diberikan• dua obat / > dicampur dalam satu wadah / obat suntik dalam cairan infuse• ditandai perubahan fisika kimia (yg tak terlihat)

ex : * penisilin dinonaktifkan oleh aminoglikosid

* gentamicin diinaktivasi oleh karbenisilin

* amfoterisin B mengendap dalam larutan fisiolagis (NaCl)/ larutan ringer (RL).

• kadangkala ada manfaatnya : heparin / antikoagulan (asam) dihambat dg

pemberian protamin (basa) = antidot spesifik terhadap overdosis heparin.

Page 64: Kuliah Farmakologi 1.ppt

BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO)• Faktor yg mempengaruhi pemilihan BSO1. Faktor obat

- rasa obat pahit, amis, tidak enak →kapsul, emulsi, dragee.- obat dirusak asam lambung (terutama jika diberikan p.o)→tablet salut enterik, parenteral, suppositoria, tablet sublingual, tablet buccal.

2. Faktor penderita- bayi & anak →sirup, pulveres (p.o)- tidak sadar/pingsan, tidak kooperatif/gila →parenteral, rektal (suppositoria, enema).- tingkat ekonomi →harga tablet/kapsul berbeda dg sirup.

3. Faktor penyakit- gawat/emergency →parenteral, aerosol, nebulizer.- letak penyakit →mis : mata (TT, ZM), telinga (TT).- penyakit kronis & frekuensi pemakaian yg sering →mis: peny. Jantung (SR, oros, CR).

Page 65: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Fungsi BSO dari sisi biofarmasetika

1. Melindungi agar zat aktif tidak rusak oleh udara, kelembaban/cahaya →tablet salut.

2. Melindungi zat aktif tidak dirusak asam lambung jk digunakan per oral →tablet salut enterik, tab.sub lingual, tab.buccal.

3. Menutupi / menghilangkan rasa pahit, rasa & bau yg tidak enak dari obat →kapsul, tablet salut, sirup.

4. membuat serbuk yg tidak larut / tdk stabil dalam larutan dibuat serbuk yg tidak larut & terdispersi dalam air (suspensi).

5. mencampur cairan seperti minyak agar terdispersi dalam larutan air menjadi emulsi, melindungi rasa & bau tak enak dari minyak (emulsi minyak ikan).

6. Memudahkan penggunaan obat untuk pengobatan setempat shg diperoleh efek maksimal di tempat yg diobati →TM/ZM, TT, tetes hidung, salep/cream untuk kulit.

Page 66: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Lanj…

7. Agar obat mudah masuk dalam lubang badan, yaitu :

- rektum →suppositoria, enema.

- vaginal →insert/suppositoria vaginal, douche

- mata →TM,ZM, dll.

8. Mengatur pelepasan obat yg teliti, tepat, aman shg diperoleh efek yg lama & teratur (tab/kaps SR, CR, Oros).

9. agar obat dapat segera masuk dalam peredaran darah / jaringan badan (injeksi i.v. ; i.m.)

10. memperoleh aksi obat yg optimal dalam saluran pernapasan (inhalasi / aerosol)

11. membuat sediaan obat yg berupa larutan, dimana obatnya larut dalam zat pembawa yg dinginkan.

Page 67: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Klasifikasi BSO berdasarkan konsistensinya

1. BSO Padat

pulvis, pulveres, tablet, tab.salut (gula, film,enteric), tab.lepas lambat, tab. Effervescent, tab.sublingual. Tab. Bukal, tab. Kunyah, tab. Hisap, kapsul, tab. Vaginal, suppositoria, ovula, pil, implan.

2. BSO Semi Padat

salep, cream, jel, pasta, oculenta, linimenta, sabun.

3. BSO Cair

larutan, eliksir, sirup, suspensi, emulsi, obat tetes, infusa, kolutorium, gargarisma, lotio, enema, vaginal douche, vaksin, imunoserum, infus i.v., injeksi, inhalasi, aerosol.

Page 68: Kuliah Farmakologi 1.ppt

BSO PADAT1. PULVIS (serbuk tidak terbagi)• Campuran homogen & kering bahan obat yg dihaluskan,

untuk pemakaian dalam/p.o.• Con : lacto-b, smecta.

2. PULVERES (puyer, serbuk yg terbagi)• serbuk yg dibagi dalam bobot sama (300-500 mg),

dibungkus menggunakan bahan pengemas yg cocok untuk sekali minum, digunakan untuk obat dalam / p.o.

• Kelebihan : berupa unit dose (sekali minum), dosis untuk bayi/anak > tepat, disolusi > cepat dibanding tab/kaps, mudah diberikan untuk bayi/anak.

• Kekurangan : rasa obat tidak enak/pahit, dapat merangsang mukosa mulut/sal.GI.

Page 69: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Lanj…• Hal-hal yg diperhatikan pada pembuatan pulveres :

1. Assesment resep (prinsip 6T, 1W : tepat pasien, dignosa, obat, indikasi, dosis & waspada ES).

2. Hitung kembali dosis obat (umur, BB, BSA)

3. Jika ada interaksi obat, hubungi prescriber.

4. Obat yg seharusnya tidak boleh digerus :

- sediaan lepas lambat (SR, CR, Oros).

- tablet salut, terutama salut enterik.

- obat dg IT sempit.

5. Mortir & stemper untuk menggerus obat dalam (p.o) tidak boleh untuk meracik obat luar.

6. Jika obat yg dicampur lebih dari 2, gerus satu-persatu, obat yg jumlahnya lebih sedikit gerus dulu.

7. Selalu menjaga kebersihan.

Page 70: Kuliah Farmakologi 1.ppt

3. pulvis adspersorius (serbuk tabur) : serbuk bebas dari butiran kasar , untuk penggunaan luar (diracik = pulvis). cont : serbuk luka (nebacetin powder, enbatic), deodorant tabur (MBK, harum sari), anti gatal (herocyn, purol, caladin powder), douche powder, insufflation.

4. TABLET (compressi)

sediaan padat, mengandung 1jenis obat/>, dg / tanpa zat tambahan.

5. Tablet Salut Gula (sugar coated tablet) = “dragee”• Tablet yg disalut dg larutan gula, untuk estetika & identifikasi

zat penyalut bagian luar diberi warna.• tujuan : - menutupi rasa & bau yg tidak enak

- melindungi zat aktif yg mudah rusak oleh udara, lembab, cahaya.

Page 71: Kuliah Farmakologi 1.ppt

6. tablet salut selaput (film coated tablet)• tablet disalut dg lapisan yg dibuat dg cara pengendapan zat

penyalut dari pelarut yg cocok. lapisan selaput umumnya tidak lebih dari 10% berat tablet.

• tujuan : - menutupi rasa &bau yg tidak enak.- melindungi zat aktif yg mudah rusak oleh udara, lembab, cahaya.

7. tablet salut enteric (enteric coated tablet) = lepas tunda

• tablet disalut dg zat penyalut yg relatif tidak larut dalam asam lambung, tapi larut & hancur dalam lingkungan basa (usus halus).

• alasan tablet dibuat salut enteric :– obat rusak / inaktif oleh asam lambung– obat mengiritasi mukosa lambung– obat dikehendaki berefek di usus

• Tujuan : menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.

Page 72: Kuliah Farmakologi 1.ppt

8. Tablet lepas lambat• Tujuan : tablet dibuat sedemikian untuk melepaskan obatnya

secara perlahan sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.

• Tipe kerja : controlled-release, delayed-release, sustained- release, sustained-action, prolonged-release, prolonged-action, timed-release, slow-release, extended-release, extended-action.

• Ex : Isoptin SR.

9. Tablet effervescent• Tablet berbuih yg dibuat dg cara kompresi granul yg

mengandung garam effervescent (Na-bikarbonat & asam organik : sitrat, tartrat) atau bahan lain yg mampu melepaskan gas CO2 ketika bercampur dg air.

Page 73: Kuliah Farmakologi 1.ppt

10. Tablet vaginal / vaginal insert /

suppositoria vaginal• Tablet yg dimasukkan dalam vagina dg alat penyisip khusus, di

dalam vagina obat dilepaskan & berefek lokal. • Ex : flagystatin tablet vaginal.

11. Tablet sublingual & tablet bukal• Tablet sublingual : tablet yg disisipkan di bawah lidah.• Tablet bukal : tablet yg disisipkan diantara gusi & pipi.• Keduanya tablet oral yg larut dalam kantung pipi/bawah lidah

untuk diabsorpsi melalui mukosa oral.• Tujuan : - menghindari absorpsi obat dirusak oleh cairan

lambung

- memperbesar absorpsi obat ( absorpsi mukosa oral >>> saluran pencernaan).

Page 74: Kuliah Farmakologi 1.ppt

12. Tablet hisap / Lozenges• Adalah tablet yg dapat melarut / hancur perlahan dalam mulut.

Dibuat dg bahan dasar beraroma dan manis.• Tujuan : untuk pengobatan iritasi lokal / infeksi mulut /

tenggorokan, dapat juga mengandung bahan aktif untuk absorpsi sistemik setelah ditelan.

• Sinonim : - pastiles (lozenges dg zat tambahan gelatin & gliserin / tablet hisap tuang)

- Troches (tablet hisap kempa).

13. Tablet Kunyah• Penggunaannya harus dikunyah, memberikan residu dg rasa

enak dalam rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit/tidak enak.

• Biasanya digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, multivitamin, antasida, antibiotika tertentu.

Page 75: Kuliah Farmakologi 1.ppt

14. KAPSUL • Adalah sediaan padat yg terdiri dari obat dalam cangkang

keras/lunak yg dapat melarut.• Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dg/tanpa zat tambahan

lain. • Kapsul cangkang keras diisi : serbuk, butiran/granul, bahan

semi padat/cairan, kapsul, tablet kecil.• Kapsul cangkang lunak diisi : cairan, suspensi, pasta.

15. PIL / PILLULAE• Sediaan padat berupa massa bulat, mengandung satu / >

bahan obat, untuk pemakaian oral, berat ≤ 60 mg (granul),≥ 300 mg (boli).

16. OVULA• sediaan padat yg digunakan melalui vagina , umumnya

berbentuk telur , dapat melarut, melunak / meleleh pada suhu tubuh. Ex : Vagistin ovula.

Page 76: Kuliah Farmakologi 1.ppt

17. SUPPOSITORIA• Bentuk sediaan padat yg digunakan dg cara dimasukkan

melalui lubang / celah pd tubuh (rektum, vagina, saluran urin), umumnya berbentuk terpedo, dapat melarut, melunak / meleleh pd suhu tubuh, memberikan efek lokal / sistemik.

16. IMPLAN / PELLET• tablet dg d = 2 – 3 mm, bentuk kecil, silindris, steril, panjang 8

mm, berisi obat dg kemurnian tinggi (dg atau tanpa bahan eksipien), dibuat secara pengempaan atau pencetakan, pemakaian secara implantasi dalam jaringan tubuh (s.c / dg bantuan injektor khusus / sayatan bedah), untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama, digunakan untuk pemberian hormon (testosteron / estradiol).

• Ex : Implanon

Page 77: Kuliah Farmakologi 1.ppt

BSO SEMI PADAT

1. salep / unguentasediaan setengah padat yg mudah dioleskan & digunakan sebagai obat luar, untuk pemakain topikal pd kulit / selaput lendir).

2. krim / cremores• sediaan setengah padat, berupa emulsi, mengandung 1 / >

bahan obat terlarut / terdispersi dalam bahan dasar yg sesuai , digunakan sebagai emolien / untuk pemakain luar pd kulit.

3. jelly / gel• salep yg lebih halus, umumnya cair, mengandung sedikit lilin /

tanpa lilin, digunakan pada membran mukosa, sebagai pelicin / dasar salep campuran sederhana minyak & lemak dg titik lebur rendah.

Page 78: Kuliah Farmakologi 1.ppt

4. pasta

1. sediaan berupa massa lembek , untuk pemakaian luar, digunakan sebagai antiseptic / pelindung kulit, cara pakai : dioleskan lebih dulu pada kain kasa.

2. Sediaan semi padat yg mengandung 1 / > bahan obat, untuk pemakaian topikal (kulit luar). Perbedaan dg salep : persentase bahan padat pd pasta > besar shg pasta > kaku dp salep.

ex : pasta Zink oksida.

5. oculenta = salep mata• salep steril untuk pengobatan mata , menggunakan dasar salep

yg cocok.

6. linimenta• sediaan yg dipakai dg dioles & digosok dg penekanan agar

bahan obat menembus kulit.

Page 79: Kuliah Farmakologi 1.ppt

7. Sabun• Sediaan setengah padat yg diperoleh melalui reaksi

saponifikasi (reaksi penyabunan alkali dg asam lemak rantai panjang).

• Konsistensi sabun tergantung dari alkali yg digunakan : KOH (lunak), NaOH (keras).

BSO CAIR

1. Potio : bentuk sediaan cair yg diminum.2. Lotio : bentuk sediaan cair untuk pemakaian luar.

Page 80: Kuliah Farmakologi 1.ppt

1. LARUTAN / SOLUTIONS• Sediaan cair yg mengandung bahan kimia terlarut.• Zat padat + cairan, dipanaskan 37°C menjadi larutan.• Pelarut : air suling, kecuali disebutkan lain.• Zat pelarut larutan :

- air suling

- spiritus, untuk melarutkan : champora, iodium, mentholum.

- aether : champhora

- minyak lemak : champora, mentholum, bromoform.

- parafin liquidum : champhora, mentholum, ephedrin.

- glycerium : phenolum, borax.• Penyimpanan larutan : untuk larutan yg mudah

terurai/berreaksi karena cahaya harus disimpan dalam botol gelap/coklat.

• Wadah / kemasan : harus mudah dikosongkan, volume boleh > 1 liter.

Page 81: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• (Lanj..) Larutan dapat digunakan sbg :1. Obat dalam (larutan oral) : eliksir, sirup.2. Obat luar : larutan topikal, larutan irigasi.3. Dimasukkan dalam rongga tubuh : larutan otik, larutan nasal,

larutan inhalasi, larutan ophtalmik, larutan parenteral, larutan dialisis peritonial.

2. ELIKSIRlarutan yg mempunyai rasa & bau sedap, selain mengandung obat juga zat tambahan seperti : gula (sirup gula, sorbitol, gliserin, sakarin), zat warna, zat pewangi, zat pengawet; untuk obat dalam; pelarut utama : etanol (5 – 10%) untuk mempertinggi kelarutan obat.

3. SIRUPsediaan cair berupa larutan , mengandung sakarosa dg kadar tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66,0%.ex : sirup simpleks (sirup bukan obat)

Page 82: Kuliah Farmakologi 1.ppt

4. SUSPENSI• sediaan yg mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus

& tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.• Syarat suspensi :

- zat yg terdispersi halus tidak boleh cepat mengendap.

- suspensi tidak boleh terlalu kental, shg mudah dikocok, endapan cepat terdispersi kembali & mudah dituang.

- mengandung suspending agent sbg stabilisator.• Suspensi digunakan sbg :

- suspensi oral, con : amoxicilin dry sirup.

- suspensi tetes telinga (bagian luar).

- suspensi steril untuk injeksi, con : suspensi kortison asetat steril, ampisilin steril untuk suspensi.

Page 83: Kuliah Farmakologi 1.ppt

5. EMULSI• sediaan yg mengandung bahan obat cair / larutan obat,

terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi / surfaktan yg cocok.

6. OBAT TETES / GUTTAE• sediaan cair berupa larutan suspensi / emulsi, untuk obat

dalam / luar, digunakan dg cara meneteskan menggunakan penetes yg menghasilkan tetesan setara dg tetesan yg dihasilkan penetes baku yg disebutkan FI.

7. GUTTAE (tanpa penjelasan lanjut), untuk obat dalam, digunakan dg cara meneteskan obat ke dalam makanan / minuman.

8. GUTTAE ORIS / TTS MULUT• obat tetes untuk mulut dg cara mengencerkan lebih dulu dg air,

untuk dikumur-kumur, bukan untuk ditelan.

Page 84: Kuliah Farmakologi 1.ppt

9. guttae auriculars / tetes telinga• obat tetes untuk telinga dipakai dg meneteskan obat ke dalam

telinga

10. guttae nasals / tetes hidung• dipakai dg cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung

11. guttae opthalmicae / tetes mata• sediaan steril berupa larutan / suspensi, digunakan untuk

mata dg cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar bola mata & kelopak mata.

12. INFUSA• sediaan cair yg dibuat dg cara menyari/mengekstraksi

simplisia nabati dg air pada T=90°C selama 15 menit.

13. KOLUTORIUM / obat cuci mulut• larutan pekat dalam air yg mengandung bahan deodorant,

antiseptic, analgetik local / astringen.

Page 85: Kuliah Farmakologi 1.ppt

14. gargarisma = gargle = obat kumur• sediaan berupa larutan, dalam pekat yg harus diencerkan

sebelum digunakan,sebagai pengobatan / pencegahan infeksi tenggorokan,

• tujuan : obat yg terkandung di dalamnya dapat langsung terkena selaput lendir sepanjang tenggorokan & tidak dimaksudkan agar obat tersebut menjadi pelindung selaput tenggorokan.

15. Lotio / Losio• Preparat cair untuk penggunaan luar pd kulit, sebagai

pelindung / obat, dapat digunakan secara merata & cepat pd permukaan kulit yg luas, setelah dipakai di kulit cepat kering & meninggalkan lapisan tipis dari komponen obatnya pd permukaan kulit.

Page 86: Kuliah Farmakologi 1.ppt

16. ENEMA• sediaan larutan yg dimasukkan dalam rectum dan usus besar

dan akan merangsang pengeluaran feses, volume enema

500 – 1500 ml.• Sediaan larutan yg dimasukkan ke dalam rektum untuk

memperoleh efek lokal / absorpsi sistemik dari obatnya.

17. VAGINAL DOUCHE• larutan dalam air yg disemprotkan ke dalam vagina (dg alat

khusus), sebagai antiseptic / pembersih.

18. INFUS I.V. / infundibilia• sediaan steril berupa larutan / emulsi, bebas pirogen, isotonis

terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam larutan / volume relatif banyak.

Page 87: Kuliah Farmakologi 1.ppt

19. VAKSIN• sediaan mengandung antigen dapat berupa kuman mati,

kuman inaktif / kuman hidup yg dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak potensi antigennya, untuk kekebalan aktif & khas terhadap infeksi kuman / toksinnya.

20. IMUNOSERUM• sediaan cair / kering beku,mengandung immunoglobulin khas

dari pemurnian serum hewan yg telah dikebalkan, khasiat : menetralkan toksin kuman / bisa ular / mengikat kuman / virus / antigen lain yg sama dg yg digunakan pada pembuatannya.

21. WATER FOR INJECTION• air yg disuling 2x, untuk melarutkan sediaan injeksi yg berupa

serbuk.

22. INJEKSI• Sediaan steril yg disuntikkan dg cara merobek jaringan ke

dalam kulit / melalui selaput lendir.

Page 88: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Sediaan steril (mnrt F.I.), untuk parenteral dapat berupa :

1. Larutan / emulsi yg dapat langsung diinjeksikan.

Con : injeksi aminofilin.

2. Serbuk steril / cairan pekat yg tidak mengandung dapar, pengencer / bahan tambahan lain shg harus diencerkan dulu dg pelarut yg sesuai persyaratan injeksi.

Con : ampicillin Na-steril.

3. Sediaan spt.no.2. mengandung 1 / > dapar, pengencer & bahan tambahan lain shg dapat langsung digunakan.

con : siklofosfamid untuk injeksi.

4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yg sesuai, tidak disuntikkan i.v. atau ke dalam saluran spinal.

ex : suspensi kortison asetat steril.

5. Sediaan serbuk steril yg harus disuspensikan lebih dulu dg bahan pembawa yg sesuai untuk injeksi.

con : ampicillin steril untuk suspensi.

Page 89: Kuliah Farmakologi 1.ppt

23. INHALASI• sediaan obat / larutan / suspensi terdiri dari 1 / > bahan obat yg

diberikan melalui saluran nafas hidung (mulut), disedot dg memakai alat semprot mekanik, untuk memperoleh efek lokal / sistemik. Sediaan obat biasanya dalam bentuk butiran kabut yg sangat halus & seragam shg dapat mencapai bronkioli. Ex : ventolin nebules

24. AEROSOL• sediaan yg mengandung 1 / > zat berkhasiat dalam wadah

bertekanan, berisi propelan / campuran yg cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, dapat untuk obat luar / untuk obat dalam. jika untuk obat dalam / inhalasi aerosol dilengkapi dg pengatur dosis.ex : kenalog spray (untuk obat luar, anti-inflamasi topikal).

25. Bentuk sediaan lainnya : PLESTERbahan yg digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yg dapat melekat pd kulit & menempel pd pembalut. Tujuan : melindungi & menyangga / memberikan daya perekat & daya maserasi & memberikan pengobatan jika melekat pd kulit. ex : plester estraderm TTS 50. TTS = transdermal terapeutic system

Page 90: Kuliah Farmakologi 1.ppt

RUTE / CARA PEMBERIAN OBAT

• Pemilihan rute / cara pemberian obat tergantung pada :

1. Tujuan terapi / efek yg diinginkan

a. efek lokal : topikal, intravaginal, rektal, intranasal, intraokuler, inhalasi / intrapulmonal.

b. efek sistemik : oral, sublingual, bukal, parenteral, implantasi s.c., rektal.

2. Sifat obat

a. obat merangsang mukosa mulut / mudah rusak oleh asam lambung / obat menjadi inaktif oleh asam lambung &

sal. G.I. →sublingual (ISDN), parenteral (inj. Insulin), rektal (aminofilin rektal).

Page 91: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Lanj…

2. b. obat tidak diabsorpsi oleh usus (mis : streptomisin) → parenteral (injeksi i.m.).

3. Kondisi pasien & penyakit

- pasien tidak sadar/tidak kooperatif →parenteral / rektal.

- pasien kondisi gawat →parenteral (i.v.).

- pasien sulit / tidak mampu menelan →hindari p.o.

- penyakit kronis yg memerlukan efek obat cepat →sublingual pd serangan angina.

Ctt : pemilihan BSO & rute / cara pemberian sebaiknya didiskusikan dg pasien/keluarganya shg dapat meningkatkan compliance / ketaatan pasien. Dg demikian tujuan terapi dapat dicapai.

Page 92: Kuliah Farmakologi 1.ppt

Klasifikasi Rute / Cara Pemberian Obat Berdasarkan Tujuan Terapi / Efek Yg Diinginkan

I. EFEK SISTEMIKA. ORAL• Disebut juga cara interal (intran = usus, melibatkan usus).• Tempat pemberian : mulut• Tempat absorpsi : mukosa usus (duodenum)• Keuntungan pemberian oral :

• mudah dilakukan oleh pasien sendiri• relative aman & murah

– aman, jika toksis obat dapat :– dimuntahkan langsung– digunakan emetic / carbo adsorben– murah– pasien dapat melakukan sendiri– tanpa alat khusus

• Efektif / praktis

Page 93: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Lanj..• Kerugian pemberian p.o. :

- absorpsi obat tidak teratur & tidak maksimal. mis : tetrasiklin & digoksin ±80%.

- setelah diabsorpsi, obat melalui hati & mengalami FPE shg BA rendah.

- tidak efektif untuk pasien : muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif / gila.

- obat dapat merangsang mukosa mulut (mis : aminofilin), dpt diberikan d.c.

- obat dapat diuraikan oleh asam lambung shg inaktif (mis : benzilpenisilin, insulin, oksitosin, hormon steroid).

Page 94: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Perkecualian :

jika pemberian p.o. ditujukan untuk efek lokal di usus, maka obat tidak boleh diabsorpsi oleh pembuluh darah disepanjang saluran G.I. (con : obat cacing, antibiotika untuk pengobatan infeksi lambung – usus / digunakan sebelum pembedahan, yakni : streptomisin, kanamisin, neomisin, beberapa sulfonamid, & zat-zat kontras rontgen untuk foto lambung-usus).

• BSO yg bisa diberikan oral / p.o :

tablet, kapsul, larutan, sirup, eliksir, suspensi, gel, serbuk.

Page 95: Kuliah Farmakologi 1.ppt

B. SUBLINGUAL• Tempat pemberian : obat diletakkan di bawah lidah.• BSO : tablet, troches / lozenges

C. BUKKAL• Tempat pemberian : obat diselipkan diantara gusi & pipi.• BSO : tablet, troches / lozenges (tablet hisap).

• Keuntungan B & C :a. efek cepat & sempurna karena obat langsung masuk ke

peredaran darah besar tanpa melalui hati.b. untuk menghindari kerusakan obat dari saluran cerna• Kerugian B & C :

jika digunakan terus-menerus, kurang praktis karena merangsang mukosa mulut.

• no.B & C absorpsi obat melalui membran mukosa mulut (obat sedikit sekali diabsorpsi melalui saluran cerna), memberi efek sistemik.

Page 96: Kuliah Farmakologi 1.ppt

D. PARENTERAL• Artinya pemberian obat yg tidak melibatkan usus/sal. GI.• Tempat pemberian : selain melalui saluran GI

(melalui injeksi).

Macam-macam cara pemberian parenteral / injeksi :

Istilah rute pemberian Tempat pemberian Tempat absorpsi

Intravena Vena Langsung masuk ke pemb. Vena

Intraarteri Arteri Langsung masuk ke pemb. Arteri

Intrakardiak Jantung Langsung masuk ke pemb. Jantung

Intraspinal / intrathecal Tulang gelakang / punggung

Kapiler vena pd dinding ruang sub-arachnoid

Intraosseous Tulang Langsung masuk ke pemb. Tulang

Intraarticular Sendi Langsung masuk ke pemb. Sendi

Intrasinovial Area cairan sendi Langsung masuk ke pemb.cairan sendi

Intrakutan/intradermal Di dalam kulit Kapiler kecil kulit scr inbibisi

Subkutan/hipodermal Di bawah kulit Idem

intramuskular Otot Langsung masuk ke pemb. Otot

intraperitonial Rongga perut Langsung masuk ke pemb. Rongga perut

Page 97: Kuliah Farmakologi 1.ppt

– keuntungan pemberian parenteral :

• menghindari obat dirusak / menjadi inaktif dalam saluran G.I

• bila obat sedikit diabsorpsi dalam sal. G.I hingga obat tidak cukup untuk meninggalkan respon

• dikehendaki efek obat yg cepat, kuat, & sempurna dalam keadaan gawat

• diperoleh kadar obat yg sudah ditentukan (i.v), karena sedikit sekali dosis obat yg berkurang

• dapat diberikan pada pasien yg sulit menelan / tidak suka diberi obat melalui oral.

Page 98: Kuliah Farmakologi 1.ppt

– kerugian pemberian parenteral :

• efek toksiknya sukar dinetralkan bila terjadi kesalahan pemberian obat

• karena dikehendaki steril, sediaan injeksi lebih mahal• pasien tidak dapat memakai sendiri, perlu bantuan

tenaga ahli & peralatan khusus (tidak ekonomis)• dibutuhkan cara aseptis, timbul rasa nyeri• ada bahaya penularan hepatitis serum

– BSO : larutan, suspensi

Page 99: Kuliah Farmakologi 1.ppt

II. EFEK LOKAL

A. Topikal / Epikutan / Transdermal• Tempat pemberian : permukaan kulit• Keuntungan : memberi efek lokal, aksinya lama

pada tempat yg sakit, sedikit diasorpsi• jika terjadi absorpsi dapat melalui :

* transeluler : menembus sel

* difusi : masuk melalui celah sel

* kelenjar minyak• BSO : ointment, krim, pasta, plester, serbuk, aerosol, lotion,

sediaan transdermal (transdermal patches, discs, solution).

Page 100: Kuliah Farmakologi 1.ppt

B. Konjungtival• Tempat pemberian : konjungtiva / selaput mata• Cara pemberian : dioleskan pd membran mukosa

mata, efek lokal.• BSO : contact lens insert, ointment.

C. Intraokular• Tempat pemberian : mata• Cara pemberian : diteteskan pd membran mukosa

mata, efek lokal.• BSO : suspensi, larutan.

D. Intra nasal• Tempat pemberian : hidung• Cara pemberian : diteteskan pd lubang hidung, efek

lokal.• BSO : larutan, semprot, inhalan, salep.

Page 101: Kuliah Farmakologi 1.ppt

E. Aural / intraselulaer• Tempat pemberian : telinga• Cara pemberian : diteteskan pd lubang telinga, efek

lokal.• BSO : suspensi, larutan.

F. Vaginal • Tempat pemberian : vagina• Cara pemberian : dimasukkan ke dalam lubang

vagina, efek lokal• BSO : larutan, ointment, busa emulsi, gel,

tablet, insert, suppositoria.

G.Rektal • Tempat pemberian : rektum / anus• Tujuan : memperoleh efek lokal

(antihemoroid) & sistemik (asma).• BSO : larutan, ointment, suppositoria,

enema.

Page 102: Kuliah Farmakologi 1.ppt

• Keuntungan pemberian rektal :– rectum & colon menyerap banyak obat perrektal (untuk efek

sistemik) menghindari kerusakan obat / obat menjadi tidak aktif karena pengaruh lingkungan perut & usus.

– mudah diberikan untuk pasien muntah, sulit menelan, tidak sadar

– obat yg diabsorpsi melalui rectal beredar dalam darah tidak melalui hati sehingga tidak mengalami detoksikasi / biotransformasi yg mengakibatkan obat terhindar dari tidak aktif.

– kerugian :• tidak menyenangkan• absorpsi obatnya tidak teratur dan sukar ditentukan

Page 103: Kuliah Farmakologi 1.ppt

H. Uretral• Tempat pemberian : uretra• Cara pemberian : dimasukkan ke dalam saluran

kencing, efek lokal.• BSO : larutan, suppositoria.

11. Intrarespiratori• Tempat pemberian : paru-paru• Cara pemberian : disemprotkan dg kanister / inhalasi

gas/cairan masuk paru-paru, efek lokal.

• BSO : aerosol• keuntungan :

• absorpsi cepat ,terhindar dari FPE di hati, pd penyakit paru – paru (asma bronchial),obat dapat diberikan langsung pada bronkus.

• kerugian : • diperlukan alat & metoda khusus yg sulit dikerjakan,

sukar mengatur dosis, obatnya mengiritasi epitel paru-paru

Page 104: Kuliah Farmakologi 1.ppt

TERIMA KASIH