KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM...

130
KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM (HULU) DAN DOWNSTREAM (HILIR) OUTLET INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) Dr. SAIFUL ANWAR MALANG SKRIPSI Oleh: SONIA PRILLY ISMI ARUM 135100907111009 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM...

Page 1: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM (HULU) DAN DOWNSTREAM

(HILIR) OUTLET INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

SKRIPSI

Oleh:

SONIA PRILLY ISMI ARUM

135100907111009

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Page 2: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,
Page 3: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

i

KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM (HULU) DAN DOWNSTREAM

(HILIR) OUTLET INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh: SONIA PRILLY ISMI ARUM

NIM 135100907111009

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Page 4: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

ii

Page 5: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

iii

Page 6: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan dengan nama Sonia

Prilly Ismi Arum di Malang pada 13 April 1995. Penulis merupakan putri pertama dari Bapak Priyo Pamudji dan Ibu Lilik Nuryanti. Penulis memulai pendidikan di TK Laboratorium UM pada tahun 1999, kemudian melanjutkan di SD Negeri Percobaan 1 Malang pada tahun 2001, lalu di SMP Negeri 1 Malang pada tahun 2007, dan di SMA Negeri 1 Malang pada tahun

2010. Penulis diterima di Universitas Brawijaya pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Program Minat dan Kemampuan (SPMK) dengan Program Studi Teknik Lingkungan.

Selama masa pendidikannya, penulis aktif sebagai asisten praktikum Laboratorium Lingkungan, Biologi Lingkungan, Teknologi Pengolahan Limbah, serta Perencanaan dan Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai koordinator asisten praktikum. Penulis juga menjadi anggota Tim Lingkungan (CARE) Himateta (2014/2015 dan 2015/2016). Selain itu, penulis juga pernah terlibat dalam kepanitiaan OPJ TEP 2014 sebagai anggota Sie Kesehatan, Himateta Cup 2014 sebagai Sie Kesehatan, CGC CARE Himateta 2015 sebagai koordinator Sie Konsumsi, CGC CARE Himateta 2016 sebagai Steering Commite, HSD Himateta 2015 sebagai anggota tim teknis dari CARE, dan KMTL Goes To School 2015 sebagai anggota Sie Humas.

Page 7: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

v

Teruntuk Ayah, Bunda, Adik, dan Saudara-saudaraku tercinta

serta Sahabat-sahabatku tersayang Yang selalu memberi dukungan pada setiap

langkah di hidupku Terima kasih telah selalu ada untukku

Kupersembahkan karya kecil ini untuk kalian…

Page 8: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Sonia Prilly Ismi Arum NIM : 135100907111009 Prodi/ Jurusan : Teknik Lingkungan/ TEP Fakultas : Teknologi Pertanian Judul Skripsi : Kualitas Air Sungai Brantas pada Titik

Upstream (Hulu) dan Downstream (Hilir) Outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang

Menyatakan bahwa,

TA dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut

di atas. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak

benar saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku.

Malang, 13 Februari 2017 Pembuat Pernyataan, Sonia Prilly Ismi Arum NIM 135100907111009

Page 9: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

vii

SONIA PRILLY ISMI ARUM. 135100907111009. Kualitas Air Sungai Brantas pada Titik Upstream (Hulu) dan Downstream (Hilir) Outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang. TA. Pembimbing: Dr. Ir. J. Bambang Rahadi W., MS. dan Dr. Eng. Evi Kurniati, STP., MT.

RINGKASAN

Sungai Brantas merupakan salah satu sungai utama di Jawa Timur dan Kota Malang merupakan salah satu kota yang dilewati Sungai Brantas. Badan air Sungai Brantas banyak menerima polutan, salah satunya adalah limbah cair rumah sakit. Limbah cair rumah sakit bersifat infeksius dikarenakan mengandung unsur mikroorganisme yang cukup berbahaya dan beberapa unsur lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas air sungai. Saat ini, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang (RSSA) telah mengolah limbah cairnya sebelum dibuang ke badan air Sungai Brantas. Penelitian terhadap badan air Sungai Brantas yang dialiri oleh effluent limbah cair RSUD Dr. Saiful Anwar Malang perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan kualitas air sungai sebelum dan sesudah adanya limbah rumah sakit, serta untuk mengetahui daya tampung beban pencemaran dan indeks pencemarannya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemantauan, pengelolaan kualitas, dan pengendalian pencemaran air Sungai Brantas.

Penelitian dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel air sungai pada titik-titik yang telah ditentukan. Titik T1 atau upstream adalah titik di sungai sebelum adanya masukan limbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang, dan titik T3 atau downstream adalah titik di sungai

setelah adanya masukan limbah rumah sakit. Jenis sampel yang digunakan adalah grab sample. Kemudian, sampel dilakukan pengujian pada parameter suhu, pH, TSS, BOD, COD, fosfat, ammonia, dan bakteri total koliform. Hasil

Page 10: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

viii

pengujian dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 untuk air kelas II pada air sungai dan PerGub Jatim No. 72 Tahun 2013 untuk air limbah rumah sakit. Selanjutnya, dilakukan perhitungan untuk daya tampung beban pencemaran dan indeks pencemaran air.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa kualitas air Sungai Brantas pada titik upstream dan downstream dari outlet IPAL

RSSA Malang telah memenuhi baku mutu pada parameter suhu (25,167 dan 25,167 0C) dan pH (8,167 dan 8,1), sedangkan untuk parameter TSS (86,7 dan 82,3 mg/L), BOD (19,2 dan 19,2 mg/L), COD (81 dan 43 mg/L), fosfat (0,363 dan 0,48 mg/L), dan bakteri total koliform (171666,667 dan 240000 Jml/100 mL) telah melebihi baku mutu. Kualitas hasil pengolahan limbah cair pada IPAL RSSA Malang telah memenuhi baku mutu pada semua parameter yaitu suhu (280C), pH (7,867), TSS (25,7 mg/L), BOD (14,97 mg/L), COD (74,89 mg/L), fosfat (0,107 mg/L), ammonia (0,011 mg/L), dan bakteri total koliform (250 Jml/100 mL).

Sungai Brantas pada titik downstream dari outlet IPAL

RSSA Malang sudah tidak memiliki daya tampung beban pencemaran untuk parameter TSS (86,583 mg/L), BOD (19,192 mg/L), COD (80,988 mg/L), fosfat (0,363 mg/L), dan bakteri total koliform (171338,045 Jml/100 mL), sedangkan untuk suhu (25,1720C) dan pH (8,166) masih tersedia. Sungai Brantas diindikasikan tercemar sedang dengan indeks pencemaran 6,671 (titik upstream) dan 7,139 (titik downstream). Hal ini menandakan bahwa sebelum adanya aliran dari IPAL RSSA Malang, badan air Sungai Brantas telah tercemar sedang dan adanya aliran tersebut tidak memberikan dampak signifikan terhadap perubahan kualitas air Sungai Brantas. Badan air Sungai Brantas pada lokasi penelitian tidak dapat digunakan sesuai peruntukkan pada air kelas II.

Kata kunci: limbah cair, pencemaran, sungai

Page 11: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

ix

SONIA PRILLY ISMI ARUM. 135100907111009. The Water Quality of Brantas River at Upstream and Downstream Point of RSUD Dr. Saiful Anwar Malang’s Wastewater Treatment Plant (WWTP) Outlet. TA. Supervisor: Dr. Ir. J. Bambang Rahadi W., MS. and Dr. Eng. Evi Kurniati, STP., MT.

SUMMARY

Brantas River is one of the major river in East Java and Malang City is one of the town that passed by Brantas River. Water body of Brantas River has received many pollutants, one of them is hospital wastewater. Hospital wastewater has infectious characteristic because it contains quite hazardous microorganisms and some other substances that can affect river water quality. Nowadays, RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang has been treating its wastewater before released into water body of Brantas River. The research about water body of Brantas River that passed by effluent of RSUD Dr. Saiful Anwar Malang needs to be done to know the difference of river water quality at before and after point of the existence of hospital wastewater, and to know its pollution load capacity and its pollution index. It can be done as effort for monitoring, managing of quality, and controlling of Brantas River’s water pollution.

This research was began by sampling of river water at the point that has determined. Point T1 or upstream is a point at river before the existence of hospital effluent, point T2 is outlet of RSSA Malang’s WWTP (Wastewater Treatment Plant), and point T3 or downstream is a point at river after the existence of hospital effluent. The type of this sample is grab sample. Then, the samples were tested on the parameters of temperature, pH, TSS, BOD, COD, phosphate, ammonia, and total coliform bacteria. The test results will be compared to the regulatory limit based on PP No. 82 Tahun 2001 for second water class and PerGub Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 for hospital effluent. And then, calculating of the pollution load capacity and pollution index.

Page 12: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

x

The result of research is water quality of Brantas River at upstream and downstream point of RSSA Malang’s WWTP outlet is in regulatory limit for temperature (25,167 and 25,167 0C) and pH (8,167 and 8,1) but it is over of regulatory limit for TSS (86,7 and 82,3 mg/L), BOD (19,2 and 19,2 mg/L), COD (81 and 43 mg/L), phosphate (0,363 and 0,48 mg/L), and total coliform bacteria (171666,667 and 240000 Jml/100 mL). The treated water quality of RSSA Malang’s WWTP is in regulatory limit for all parameters are temperature (280C), pH (7,867), TSS (25,7 mg/L), BOD (14,97 mg/L), COD (74,89 mg/L), phosphate (0,107 mg/L), ammonia (0,011 mg/L), and total coliform bacteria (250 Jml/100 mL).

Brantas river at downstream point of RSSA Malang’s WWTP has no pollution load capacity for TSS (86,583 mg/L), BOD (19,192 mg/L), COD (80,988 mg/L), phosphate (0,363 mg/L), and total coliform bacteria (171338,045 Jml/100 mL) but it has pollution load capacity for temperature (25,1720C) and pH (8,166). Brantas river is indicated a moderately polluted with pollution indexes are 6,671 (upstream point) and 7,139 (downstream point). It means that prior to the flow of RSSA Malang’s WWTP effluent, water body of Brantas River has polluted with medium scale and the existence of it does not give significant impact on water quality changes in Brantas River. Water body of Brantas River at research location can not be used according to the second water class utilization.

Keywords: pollution, river, wastewater

Page 13: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Kualitas Air Sungai Brantas pada Titik Upstream (Hulu) Dan Downstream (Hilir) Outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang” dengan baik. Proses pelaksanaan serta penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dukungan dan masukan dari beberapa pihak sehingga penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. J. Bambang Rahadi Widiatmono, MS. selaku

Ketua Jurusan Keteknikan Pertanian yang telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan penulisan skripsi dan selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan perbaikan dalam penyusunan skripsi ini,

2. Ibu Dr. Eng. Evi Kurniati, STP, MT. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini,

3. Bapak Dr. Ir. Ruslan Wirosoedarmo, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Siti Umi Ernawati, SKM, MM. selaku Kepala Instalasi Penyehatan Lingkungan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang telah memberikan pengarahan dan mempermudah proses penelitian,

5. Bapak Hariono Djuni Sasmito dan Bapak Sugiyanto, ST., selaku pembimbing lapang serta Bapak Yasin yang telah memberikan bimbingan dan membantu selama proses penelitian di IPL RSSA Malang,

6. Kedua orang tua dan adik yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan baik moral maupun materiil kepada penulis,

7. Teman- teman seperjuangan Teknik Lingkungan Universitas Brawijaya yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini dan khususnya teman-teman (Gala, Anas, Esta, Evtri, Caca, Fadlli, Dito, Tinuk, Wulan,

Page 14: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

xii

Hendar, dan Indah) yang telah membantu selama penelitian di lapangan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Harapan dari penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini.

Malang, Februari 2017

Penulis

Page 15: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... iii RIWAYAT HIDUP ....................................................................... iv LEMBAR PERUNTUKAN ........................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... vi RINGKASAN ............................................................................. vii SUMMARY .................................................................................. ix KATA PENGANTAR .................................................................. xi DAFTAR ISI .............................................................................. xiii DAFTAR TABEL ....................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................... 2 1.3 Tujuan ......................................................................... 3 1.4 Batasan Masalah ........................................................ 3 1.5 Manfaat ....................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 5

2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) ..................................... 5 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas ....................... 6 2.3 Pemantauan Kualitas Air .......................................... 7 2.4 Kelas Mutu Air ......................................................... 11 2.5 Pencemaran Air ...................................................... 12

2.5.1 Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran dengan Metode Neraca Massa ............................................................. 13 2.5.2 Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran ....................................... 15

2.6 Limbah Cair Rumah Sakit ....................................... 16

Page 16: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

xiv

BAB III METODE PENELITIAN .................................................21 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .............................21 3.2 Alat dan Bahan .........................................................22

3.2.1 Alat ...................................................................22 3.2.2 Bahan ...............................................................23

3.3 Metode ......................................................................23 3.4 Pelaksanaan .............................................................24

3.4.1 Pengumpulan Data ..........................................24 3.4.2 Pengukuran Debit Sungai................................26 3.4.3 Pengambilan Sampel ......................................28 3.4.4.Pengolahan Data .............................................30 3.4.5 Diagram Alir Penelitian ....................................33

3.5 Pengamatan dan Analisa Data .................................33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................35

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ...........................35 4.2 Pengolahan Limbah Cair di Instalasi Pengolahan

Air Limbah (IPAL) RSUD dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang ........................................................38

4.3 Kualitas Hasil Pengolahan IPAL RSSA Malang .......42 4.4 Kualitas Air Sungai Brantas Malang .........................54

4.4.1 Debit .................................................................55 4.4.2 Parameter Fisika ..............................................57 4.4.3 Parameter Kimia ..............................................60 4.4.4 Parameter Biologi ............................................67

4.5 Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Brantas ......................................................................69

4.6 Status Mutu Air Sungai Brantas dan Air Limbah ......80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................83

5.1 Kesimpulan .................................................................83 5.2 Saran ..........................................................................84

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................85 LAMPIRAN ................................................................................92

Page 17: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Nilai Indeks Pencemaran dengan Status Mutu Perairan ................................................. 16 Tabel 3.1 Hubungan Nilai Indeks Pencemaran dengan Status Mutu Perairan ................................................. 33 Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kualitas Olahan IPAL RSSA Malang ....................................................................... 43 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kualitas Air Sungai Brantas Malang ....................................................................... 55 Tabel 4.3 Debit Air Sungai Brantas ........................................... 55 Tabel 4.4 Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Brantas ....................................................................... 71 Tabel 4.5 Status Mutu Air ......................................................... 80

Page 18: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Kota Malang dan Lokasi RSUD dr. Saiful Anwar Malang ........................................................21 Gambar 3.2 Peta titik pengambilan sampel ..............................29 Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian ..........................................34 Gambar 4.1 Pemukiman di Sekitar Lokasi Penelitian ...............36 Gambar 4.2 Pemukiman di Lokasi Penelitian ...........................37 Gambar 4.3 Outlet IPAL RSSA Malang ....................................43 Gambar 4.4 Hasil Pengukuran Suhu Olahan IPAL RSSA Malang ...................................................................44 Gambar 4.5 Hasil Pengukuran pH Olahan IPAL RSSA Malang ...................................................................45 Gambar 4.6 Hasil Pengujian Konsentrasi TSS Olahan IPAL RSSA Malang ........................................................47 Gambar 4.7 Hasil Pengujian Konsentrasi BOD Olahan IPAL RSSA Malang ........................................................48 Gambar 4.8 Hasil Pengujian Konsentrasi COD Olahan IPAL RSSA Malang ........................................................49 Gambar 4.9 Hasil Pengujian Konsentrasi Fosfat Olahan IPAL RSSA Malang ...............................................51 Gambar 4.10 Hasil Pengujian Ammonia Olahan IPAL RSSA Malang .......................................................52 Gambar 4.11 Hasil Pengujian Konsentrasi Total Koliform Olahan IPAL RSSA Malang .................................53 Gambar 4.12 Hasil Pengukuran Debit Sungai ...........................56 Gambar 4.13 Hasil Pengukuran Suhu Air Sungai Brantas ........58 Gambar 4.14 Hasil Pengujian Konsentrasi TSS Air Sungai Brantas .................................................................59 Gambar 4.15 Hasil Pengukuran pH Air Sungai Brantas ............61 Gambar 4.16 Hasil Pengujian Konsentrasi BOD Air Sungai Brantas .................................................................62 Gambar 4.17 Hasil Pengujian Konsentrasi COD Air Sungai Brantas .................................................................64 Gambar 4.18 Hasil Pengujian Konsentrasi Ammonia Air Sungai Brantas .....................................................65

Page 19: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

xvii

Gambar 4.19 Hasil Pengujian Konsentrasi Fosfat Air Sungai Brantas ................................................................. 67 Gambar 4.20 Hasil Pengujian Konsentrasi Total Koliform Air Sungai Brantas .................................................... 68 Gambar 4.21 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter Suhu ..................................................................... 72 Gambar 4.22 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter pH ......................................................................... 73 Gambar 4.23 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter TSS ...................................................................... 74 Gambar 4.24 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter BOD ..................................................................... 75 Gambar 4.25 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter COD ..................................................................... 76 Gambar 4.26 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter Fosfat ................................................................... 77 Gambar 4.27 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter Ammonia .............................................................. 78 Gambar 4.28 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter Total Koliform ....................................................... 79 Gambar 4.29 Indeks Pencemaran Air di Lokasi Penelitian....... 81

Page 20: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit .....................91 Lampiran 2 Baku Mutu Air Sungai ...........................................93 Lampiran 3 Perhitungan Debit ..................................................96 Lampiran 4 Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Menggunakan Metode Neraca Massa ....................................................................97 Lampiran 5 Perhitungan Status Mutu Air Menggunakan Metode Indeks Pencemaran .................................99 Lampiran 6 Hasil Pengujian Kualitas Air ............................... 102 Lampiran 7 Dokumentasi IPAL RSSA Malang ...................... 104 Lampiran 8 Data Lapangan Saat Sampling .......................... 105 Lampiran 9 Data Jumlah Pasien ........................................... 106 Lampiran 10 Nota Dinas dan Izin Penelitian ........................... 107 Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian...................................... 108

Page 21: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dan perkembangan zaman yang terus berjalan diiriingi dengan peningkatan pencemar di lingkungan. Hal ini sejalan dengan adanya penurunan kualitas lingkungan, tak terkecuali penurunan kualitas air sungai akibat pencemar itu sendiri. Di sisi lain, air merupakan sumber daya yang harus dijaga kualitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa sekarang dan mendatang. Menurut Kepala Sesi Informasi Dispendukcapil Kota Malang, Sudarmanto, dalam Harian Online Surya Malang 30 Mei 2016, setiap bulan penduduk Kota Malang pasti mengalami pertumbuhan. Pertambahan penduduk yang terjadi ini sekitar 1,58 persen. Bertambahnya penduduk di Kota Malang ini banyak disebabkan karena adanya pendatang baru.

Sungai Brantas merupakan salah satu sungai utama di Jawa Timur dan Kota Malang merupakan salah satu kota yang dilewati Sungai Brantas, selain itu Kota Malang juga masih merupakan daaerah hulu. Oleh sebab itu, sebagai upaya pemeliharaan DAS Brantas sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas air di daerah hulu. Di hulu DAS Brantas yaitu di Kota Batu sebagian lahannya digunakan untuk pertanian dan perkebunan serta kegiatan domestik lainnya sehingga dalam perjalanan ke bagian tengah dan hilir sungai telah tercemar oleh beberapa jenis polutan cair, bahkan padat. Laporan Kegiatan 2009 Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan tentang Pengelolaan Kualitas Air menunjukkan bahwa Sungai Brantas dimasukkan dalam status cemar berat dan sedang (mengacu pada status mutu air kelas II PP No 82/2001). Fakta ini diperkuat dengan data kajian Perum Jasa Tirta (PJT) I Malang yang

Page 22: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

2

menyimpulkan bahwa Kali Brantas bagian hulu (Malang sampai Tulungagung) ditinjau dari parameter BOD (biochemical oxygen demand) 10 dari 15 lokasi pemantauan belum memenuhi baku

mutu air sungai kelas II (Perum Jasa Tirta 1, 2011). Banyak sekali zat cair sebagai pencemar yang ada di

badan air, selain limbah domestik, industri, pertanian, dan peternakan, limbah cair buangan dari rumah sakit juga harus diperhatikan. Limbah cair rumah sakit bersifat infeksius dikarenakan mengandung unsur bakteri yang cukup berbahaya dan beberapa unsur lainnya yang dapat menurunkan kualitas air sungai. Saat ini, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang telah mengolah limbah cairnya sebelum dibuang ke badan air Sungai Brantas. Hasil pengolahan limbah cair tersebut sudah baik dan telah memenuhi baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan tetapi ada beberapa parameter yang masih belum memenuhi standar. Pembuangan limbah yang terus menerus secara otomatis dan berkala dengan debit yang cukup tinggi dan konstan sehingga badan air terus menerima beban pencemar dan mengalami perubahan kualitas air. Oleh sebab itu, penelitian terhadap badan air Sungai Brantas yang dialiri oleh effluent limbah cair RSUD Dr. Saiful Anwar Malang perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas air sungai berdasarkan daya tampung beban pencemarannya dan indeks pencemarannya untuk mengetahui status pencemarannya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemantauan, pengelolaan kualitas, dan pengendalian pencemaran air Sungai Brantas.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa rumusan masalah, diantaranya: a. Bagaimana perbedaan kualitas air Sungai Brantas pada titik

upstream (hulu) dan downstream (hilir) outlet Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang?

b. Bagaimana daya tampung beban pencemaran Sungai Brantas pada titik downstream (hilir) outlet Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah

Page 23: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

3

(RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang menggunakan baku mutu air kelas II?

c. Bagaimana status mutu air pada Sungai Brantas pada titik upstream (hulu) dan downstream (hilir) outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang?

1.3 Tujuan

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya: a. Untuk mengetahui perbedaan kualitas air Sungai Brantas

sebelum (titik upstream) dan sesudah (titik downstream) kontak dengan outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang.

b. Untuk mengidentifikasi daya tampung beban pencemaran Sungai Brantas pada titik downstream (hilir) outlet Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang menggunakan baku mutu air kelas II.

c. Untuk mengetahui status mutu air pada Sungai Brantas pada titik upstream (hulu) dan downstream (hilir) outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang menggunakan baku mutu air kelas II.

1.4 Batasan Masalah

Penyelesaian masalah pada penelitian ini didasarkan pada beberapa batasan, diantaranya: a. Penelitian hanya membahas dampak karena effluent limbah

cair rumah sakit pada badan air. b. Penelitian dibatasi pada kualitas air sungai dengan

parameter suhu, pH, TSS, BOD, COD, fosfat, ammonia, dan bakteri total koliform.

c. Penelitian tidak membahas tentang keberadaan dan keanekaragaman biota air.

Page 24: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

4

d. Penentuan kualitas air sungai didasarkan pada penentuan daya tampung beban pencemaran dan Metode Indeks Pencemaran.

e. Penelitian tidak membahas keterkaitan antar parameter.

1.5 Manfaat

Penelitian ini memberikan manfaat untuk beberapa pihak, yaitu: a. Memberikan informasi terkini terkait kondisi kualitas air

Sungai Brantas sehingga dapat memberikan rekomendasi pengelolaan bagi pihak- pihak terkait.

b. Mengetahui status pencemaran air Sungai Brantas sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian dampak dari pencemaran tersebut.

c. Memberikan informasi kepada beberapa pihak utamanya masyarakat sekitar tentang status mutu air yang dialiri limbah rumah sakit.

Page 25: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau laut (Manan, 1979). Daerah aliran sungai yang besar bisa mencakup bukit, lembah bahkan gunung-gunung dan terdiri dari gabungan daerah yang kecil-kecil. Wilayahnya bisa mencakup desa maupun kota-kota besar. Ekosistem daerah aliran sungai memiliki interaksi yang terjadi antara unsur-unsur mahluk hidup dan unsur fisik seperti interaksi antara vegetasi, tanah, air dan manusia. Interaksi tersebut menentukan erosi dan sedimentasi yang mempengaruhi aliran air.

Pola aliran sungai dapat menentukan corak suatu DAS. Pola aliran tersebut dipengaruhi oleh geomorfologi, topografi, dan bentuk wilayah. Berdasarkan pola alirannya, Daerah Aliran Sungai dapat dibagi menjadi beberapa corak, yaitu (Sosrodarsono dan Takeda, 1977): a. Corak bulu burung, yaitu daerah aliran sungai yang bentuk

aliran anak sungainya menyerupai ruas-ruas tulang dari bulu burung. Anak-anak sungai langsung mengalir ke sungai utama. Corak seperti ini resiko banjirnya relatif kecil karena air dari anak sungai tiba di sungai utama pada waktu yang berbeda-beda.

b. Corak radial atau disebut juga menyebar, yaitu daerah aliran sungai yang anak sungainya menyebar dan bertemu di titik-titik tertentu. Wilayahnya berbentuk kipas atau lingkaran dan memiliki resiko banjir yang cukup besar di titik-titik pertemuan anak sungai.

c. Corak pararel, yaitu daerah aliran sungai yang memiliki dua jalur sub daerah aliran sungai yang sejajar dan bergabung di

Page 26: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

6

bagian hilir dan memiliki resiko banjir yang cukup besar di titik hilir aliran sungai.

Menurut Baplan (2003), penggunaan daerah aliran sungai sebagai unit perencanaan pengelolaan sumber daya alam telah meningkatkan dan memperjelas peran daerah aliran sungai. Prinsip pengelolaan daerah aliran sungai didasarkan pada pengelolaan partisipatif yang melibatkan berbagai sektor dan sub sektor yang berminat untuk mendapatkan manfaat dari pengelolaan daerah aliran sungai. Pendekatan pengelolaan DAS harus holistis agar dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar faktor- faktor bio-fisik dan intensitas kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya dari hulu ke hilir, serta menilai dampak terhadap lingkungan secara lebih cepat dan mudah.

Menurut Wibowo (2006) dalam Nawir dan Murniati (2008), pengelolaan daerah hulu sangat penting karena berdampak terhadap keberlangsungan fungsi lingkungan yang menyokong kehidupan masyarakat di daerah hilir. Menurut Roy dan Arora (1972), dalam rencana pengelolaan DAS dibagi menjadi dua satuan pengelolaan. Pertama adalah satuan pengelolaan hulu mencakup seluruh daerah tadahan atau derah kepala sungai. Kedua adalah satuan pengelolaan hilir mencakup seluruh daerah penyaluran air atau derah bawahan.

2.2 Daerah Aliran Sungai Brantas (DAS) Brantas

Wilayah Sungai Brantas berada pada 110°30' BT sampai 112°55' BT dan 7°01' LS sampai 8°15' LS. Sungai Brantas mempunyai panjang ± 320 km dan memiliki luas cacthment area ± 14.103 km2 yang mencakup ± 25% luas Propinsi Jawa Timur atau ± 9% luas Pulau Jawa. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm/tahun sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan per tahun rata-rata 13,232 milyar m3, termanfaatkan sebesar 5-6 milyar m3/tahun. Wilayah Sungai Brantas terdiri dari DAS Brantas seluas 11.988 km2 dan lebih dari 100 DAS kecil yang mengalir ke pantai selatan Pulau Jawa antara lain DAS Kali Tengah, DAS Ringin Bandulan, DAS Kondang Merak dan DAS kecil lainnya dengan total luas sekitar 2115 km2 (BBWS Brantas, 2011).

Page 27: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

7

Wilayah Sungai Brantas merupakan Wilayah Sungai strategis nasional dan menjadi kewenangan Pemerintah Pusat berdasarkan Permen PU No. 11A Tahun 2006. Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas merupakan satu sungai terpanjang dan terpenting di Jawa Timur.. Induk sungai DAS Brantas ini yakni Sungai Brantas bermata air di Jurang Kuali, Cangar. Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu). Dari tempat tersebut, Sungai Brantas mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua menjadi Kali Mas ke arah Surabaya dan Kali Porong ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo (BAPPENAS, 2012).

Sumber bahan sedimen berupa pasir kasar dan halus berasal dari Gunung Anjasmoro dan Gunung Semeru yang masih aktif. Adanya budidaya tanaman sayuran di daerah tinggi dari kedua pegunungan tersebut dapat mempercepat laju erosi dan sedimentasi. Sepanjang aliran Sungai Brantas dan anak sungai-anak sungainya terdapat beberapa waduk dan bendungan serbaguna, seperti Waduk Selorejo di Pujon, Waduk Sengguruh dan Karangkates di dekat Malang, Waduk Wlingi Raya dan Waduk Kesamben di dekat Blitar, dan Waduk Widas di dekat Nganjuk (Fathurrohman, 2008).

Menurut BBWS Brantas (2011), pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup dan melibatkan semua pihak, baik sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, memerlukan manajemen pengelolaan dengan pendekatan “one river basin, one plan and one integrated management”. Integrated Water Resourches Management dapat dicapai melalui peningkatan koordinasi, pemberdayaan masyarakat dan membangun networking.

2.3 Pemantauan Kualitas Air

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air sehingga kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain.

Page 28: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

8

Menurut Siregar dan kawan-kawan (2004), pemantauan kualitas air adalah upaya mengendalikan tingkat pencemaran air yang cukup efektif. Pemantauan merupakan alat dalam mengukur keberhasilan sistem pengelolaan lingkungan. Tujuan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air adalah menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukkannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya dan menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air.

Ada empat bagian parameter yang dapat diuji untuk menentukan kualitas air, diantaranya (Siregar dan kawan-kawan, 2004): a. Parameter Fisik

Parameter fisik air meliputi warna, temperatur, konduktivitas, bau, rasa, kekeruhan, dan total solid.

b. Parameter Kimia Parameter kimia air meliputi pH, oksigen terlarut, Biological Oxygen Demand (BOD), sulfat, klorida, fluorida, kesadahan, besi dan mangan, timah hitam, tembaga, hydrogen sulfide, fosfat, serta nitrat dan nitrit.

c. Parameter Biologi Kontaminan-kontaminan biologis dalam air dapat menimbulkan berbagai penyakit dengan nama water borne disease seperti thypus, cholera, dysentrie, dan lain-lain. Parameter biologis air meliputi Fecal Coliform dan Coliform Total.

d. Parameter Radioaktif Radioaktivitas dalam air dapat berasal dari kebocoran instalasi nuklir. Zat radioaktif sangat berbahaya karena bersifat mutagenik.

Parameter dalam pemantauan kualitas air yang mencakup fisika, kimia, dan biologi adalah sebagai berikut:

Suhu

Suhu atau temperatur adalah suatu ukuran bagaimana dingin atau panasnya air (Siregar dan kawan-kawan, 2004). Suhu atau temperatur pada badan air penerima/ sungai dapat

Page 29: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

9

berubah karena perubahan musim, perubahan harian dan masukan berupa buangan air limbah yang panas dari industri. Suhu memperlihatkan kecenderungan aktivitas kimiawi dan biologis didalam air (Fardiaz, 1992).

pH

pH adalah suatu ukuran konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Pengukuran ini menandai besarnya kadar alkali atau kadar keasaman air (Siregar dan kawan-kawan, 2004). Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5-7,5. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan organisme di dalam air (Wardhana, 2004).

TSS

Total Suspended Solid (TSS) atau padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel- partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan- bahan organik tertentu, tanah liat, dan lainnya. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan, kotoran manusia, dan limbah industri (Fardiaz, 1992).

BOD

Proses penguraian bahan organik dikenal dengan istilah Biological Oxygen Demand (BOD). Biological Oxygen Demand

(BOD) adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Metcalf & Eddy, 1991). Menurut Siregar (2005), proses ini berlangsung melalui reaksi antara mikroorganisme, makanan, oksigen, dan cahaya lalu membentuk karbondioksida dan uap air.

Page 30: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

10

COD

Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia (Wardhana, 2004). Perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L (UNESCO,WHO/UNEP, 1992 dalam Warlina, 2004).

Fosfat

Pembentukan fosfat secara alami terjadi dalam batuan dan deposit mineral lainnya. Saat lapuk, batuan secara bertahap mengurai sebagian ion fosfat yang larut dalam air. Terdapat tiga bentuk fosfat yaitu orthofosfat, metafosfat (atau polyfosfat) dan fosfat organik terikat. Bentuk orto diproduksi oleh alam dan ditemukan di limbah, sedangkan bentuk poli digunakan dalam detergen. Bentuk poli dalam air akan berubah menjadi bentuk orto.

Kandungan fosfat yang tinggi dalam perairan menyebabkan eutrophikasi (suburnya algae dan organisme lainnya). Kesuburan tanaman air akan menghalangi kelancaran arus air dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut (Ginting, 2007). Berdasarkan kadar fosfor total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (Yoshimura dalam Liaw, 1969 dalam Effendi, 2003): a. Perairan dengan tingkat kesuburan rendah, yang memiliki

kadar fosfat total berkisar antara 0-0,02 mg/L. b. Perairan dengan tingkat kesuburan sedang, yang memiliki

kadar fosfat total 0,021-0,05 mg/L. c. Perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, yang memiliki

kadar fosfat total 0,051-0,1 mg/L.

Ammonia

Ammonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ammonia bebas disebut juga nitrogen ammonia yang

Page 31: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

11

dihasilkan dari pembusukan secara bakterial zat-zat organik. Kadar ammonia bebas yang tidak terionisasi (NH3) pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,02 mg/L. Jika kadar ammonia bebas lebih dari 0,02 mg/L maka perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan (Sawyer dan McCarty, 1978). Ammonia dalam air permukaan berasal dari air seni dan tinja , juga dari oksidasi zat organik secara mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air buangan industri dan penduduk. Kadar ammonia yang tinggi merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan pupuk pertanian (Sihaloho, 2009).

Bakteri

Bakteri Fecal Coliform adalah mikroorganisme yang tinggal di isi perut dari semua binatang yang berdarah panas dan di dalam tinja binatang. Bakteri Fecal Coliform merupakan indikator kehadiran mikroorganisme pembawa penyakit bagi organisme lain yang tinggal di lingkungan yang sama dengan bakteri Fecal Coliform. Pengukuran dinyatakan seperti banyaknya organisme per 100 mL sampel air (Siregar, 2004).

Bakteri Coliform total merupakan semua jenis bakteri aerobik, anaerobik fakultatif, dan rod-shape (bakteri batang) yang dapat memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 °C. Bakteri Coliform total terdiri dari Escherichia coli, Citrobacter, Klebsiella dan Enterobacter. Fecal coliform adalah anggota dari Coliform yang mampu memfermentasi laktosa pada suhu 44,5 °C dan merupakan bagian yang paling dominan (97 %) pada tinja manusia dan hewan (Effendi, 2003).

2.4 Kelas Mutu Air

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Page 32: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

12

Pengendalian Pencemaran Air menyebutkan bahwa klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu : a. Kelas Satu: Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk

air baku air minum dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

b. Kelas Dua: Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas Tiga: Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudayaan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

d. Kelas Empat: Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.5 Pencemaran Air

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air, yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Sedangkan, menurut Fardiaz (1992) polusi air adalah penyimpangan sifat- sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya.

Menurut Wardhana (2004), air lingkungan yang tercemar memiliki beberapa indikasi perubahan yang dapat diamati melalui hal- hal berikut ini: a. Adanya perubahan air. b. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen. c. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air. d. Timbulnya endapan, koloidal, dan bahan pelarut.

Page 33: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

13

e. Adanya mikroorganisme. f. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

Pencemaran air dapat disebabkan oleh beberapa sumber pencemar. Sumber utama pencemaran air adalah sumber pencemar air dari titik tetap (point sources) dan sumber pencemar air dari titik tidak tetap (non point sources). Contoh dari sumber point sources adalah pabrik, fasilitas pengolahan air limbah, sistem septic tank, dan sumber lain yang jelas membuang polutan ke sumber air. Sedangkan, sumber non point sources lebih sulit teridentifikasi karena tidak dapat ditelusuri kembali ke lokasi tertentu, contohnya adalah limpasan termasuk sedimen, pupuk, bahan kimia, limbah peternakan hewan, situs konstruksi, tambang, dan lindi dari landfill TPA bila masuk ke sumber air (Kjellstrom et al., 2000).

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, dalam penentuan status mutu air dapat dilakukan melalui Metode STORET atau Metode Indeks Pencemaran. Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukkan kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukkan bagi seluruh bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai. Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberikan masukan pada pengambilan keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukkan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar.

2.5.1 Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran dengan Metode Neraca Massa

Beban pencemaran sungai adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air sungai. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi tercemar. Masuknya limbah ke dalam air sungai akan menyebabkan konsentrasi oksigen berkurang. Penetapan daya tampung beban pencemaran

Page 34: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

14

merupakan pelaksanaan pengendalian pencemaran air berdasarkan pendekatan kualitas air. Beban pencemaran adalah bahan pencemar dikalikan kapasitas aliran air yang mengandung bahan pencemar, yaitu jumlah berat pencemar dalam satuan waktu tertentu, misalnya kg/hari (Djabu, 1991).

Beban pencemaran ini merupakan daya tampung beban pencemaran bagi air penerima yang telah ditetapkan peruntukannya. Sungai adalah salah satu sumber air permukaan yang rentan terhadap pencemaran. Pencemaran dapat disebabkan oleh limbah industri, domestik, pertanian, atau jenis limbah lainnya. Menurut Wiwoho (2005) pencemaran air dapat terjadi akibat adanya unsur atau zat lain yang masuk ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air menjadi turun. Unsur tersebut dapat berupa unsur non konservatif (tergradasi) dan unsur konservatif (unsur yang tidak tergradasi).

Penentuan daya tampung beban pencemaran dapat ditentukan dengan cara menggunakan Metode Naraca Massa. Perhitungan Neraca Massa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi rata-rata aliran hilir (down stream) yang berasal dari sumber pencemar point sources dan non point sources, perhitungan ini dapat pula dipakai untuk menentukan persentase perubahan laju alir atau beban polutan. Beban pencemaran sungai dihitung berdasarkan besarnya konsentrasi masing-masing unsur pencemar dan debit air sungai. Perhitungan daya tampung beban pencemaran diperlukan untuk mengendalikan zat pencemar yang berasal dari berbagai sumber pencemar yang masuk ke dalam sumber air dengan mempertimbangkan kondisi intrinsik sumber air dan baku mutu air yang ditetapkan. Perhitungan daya tampung beban pencemaran sungai dapat dilakukan dengan Metode Neraca Massa berikut (KLH, 2003):

……………………………..….......(2.1)

Page 35: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

15

dimana: CR = Konsentrasi rata-rata aliran gabungan (mgL-1) Ci = Konsentrasi konstituen pada aliran ke-i (mgL-1) Qi = Debit aliran ke-i (m3s-1) Mi = Massa konstituen pada aliran ke-i (m3s-1)

2.5.2 Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran (IP)

Menurut KLH (2003), status mutu air adalah kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan terhadap baku mutu air yang ditetapkan. Banyak cara dalam melakukan penilaian status mutu air pada suatu sumber air, salah satunya Metode Indeks Pencemaran. Definisi dari Indeks Pencemaran adalah apabila Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang tercantum dalam baku mutu peruntukan air (j), dan Ci menyatakan kosentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari suatu badan air, maka Pij adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij. Tiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relatif yang diakibatkan oleh parameter kualitas air, nisbah ini tidak mempunyai satuan. Nilai Ci/Lij = 1,0 adalah nilai yang kritis, karena nilai ini diharapkan untuk dipenuhi bagi suatu Baku Mutu Peruntukan Air. Jika Ci/Lij > 1,0 untuk suatu parameter, maka konsentrasi parameter ini harus dikurangi atau disisihkan, kalau badan air tersebut digunakan untuk peruntukan (j). Jika parameter ini adalah parameter yang bermakna bagi peruntukan, maka pengolahan mutlak harus dilakukan bagi air itu.

Perhitungan Metode IP menggunakan berbagai parameter kualitas air maka pada penggunaannya dibutuhkan nilai rerata dari keseluruhan nailai Ci/Lij sebagai tolak ukur pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan bermakna jika salah satu nilai Ci/Lij bernilai >1. Jadi indeks ini harus mencakup nilai Ci/Lij yang maksimum. Sungai akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j) jika nilai (Ci/Lij)R atau (Ci/Lij)M adalah lebih besar dari 1,0. Jika nilai (Ci/Lij)M dan atau nilai (Ci/Lij)R makin

Page 36: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

16

besar, maka tingkat pencemaran suatu badan air akan semakin besar pula. Rumus Metode Indeks Pencemaran yaitu (KepmenLH, 2003):

√(

) (

)

.................................................(2.2)

dimana: Lij = Konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air (j) Ci = Konsentrasi parameter kualitas air di lapangan PIj = Indeks pencemaran bagi peruntukkan (j) (Ci/Lij)M = Nilai Ci/Lij maksimum (Ci/Lij)R = Nilai Ci/Lij rata-rata

Metode Indeks Pencemaran dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat tidaknya suatu perairan dipakai untuk peruntukan tertentu dengan nilai parameter-parameter tertentu. Hubungan antara nilai Indeks Pencemaran Dengan Mutu Perairan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Hubungan nilai Indeks Pencemaran dengan status mutu

perairan Nilai IP Status Mutu

0 ≤ IP ≤ 1.0 Kondisi Baik 1.0 ≤ IP ≤ 5.0 Cemar Ringan

5.0 ≤ IP ≤ 10.0 Cemar Sedang IP ≥ 10.0 Cemar Berat

Sumber: KLH No. 115 Tahun 2003

2.6 Limbah Cair Rumah Sakit

Menurut Kepmenkes (2004) limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. Menurut Said (2003), air limbah rumah sakit sendiri adalah

Page 37: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

17

seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi : limbah domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah, air limbah laboratorium, dan lain-lain.

Limbah merupakan air buangan. Namun, volume limbah cair besar karena kurang lebih 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan manusia sehari-hari akan dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor dan selanjutnya air limbah ini akhirnya mengalir ke sungai dan laut serta akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengelolaan termasuk pengolahan agar air buangan ini tidak menimbulkan masalah kesehatan manusia dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Limbah cair rumah sakit adalah seluruh buangan cair rumah sakit yang berasal dari hasil proses kegiatan rumah sakit. Secara umum, limbah cair rumah sakit dapat dibedakan sesuai kegiatan yang memproduksinya, yaitu (Djohan dan Halim, 2013): a. Limbah cair domestik

Limbah cair domestik merupakan air limbah yang berasal dari buangan aktivitas rumah tangga di rumah sakit, seperti mandi dan cuci. Limbah cair domestik tidak berkaitan dengan aktivitas medis.oleh sebab itu, limbah cair domestik berbeda dengan limbah cair klinis.

Limbah cair kamar mandi Limbah cair kamar mandi dikategorikan sebagai limbah cair rumah tangga. Parameter dalam limbah cair kamar mandi adalah Total Suspended Solid (TSS), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), nitrogen, fosfor, minyak dan lemak, serta bakteriologis.

Limbah cair dapur Limbah cair dapur pada umumnya hampir sama dengan limbah cair rumah tangga tetapi secara kuantitas jauh lebih besar. Limbah cair dari dapur mengandung BOD, COD, TSS, minyak dan lemak, nitrogen, serta fosfat. Selain itu, limbah cair dari dapur mengandung padatan berupa sisa makanan, sisa potongan sayur, dan lain-lain.

Page 38: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

18

Limbah cair laundry Limbah cair yang berasal dari laundry pada umumnya bersifat basa dengan kandungan zat padat total berkisar antara 800-1200 mg/L dan kandungan BOD berkisar antara 400-450 mg/L.

b. Limbah cair klinis Limbah cair klinis merupakan limbah cair dari kegiatan

klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah, dan lain-lain. Sebagian besar limbah cair klinis dihasilkan dari aktivitas medis. Limbah cair rumah sakit baik dari kegiatan domestik maupun klinis umumnya mengandung senyawa polutan organik yang tinggi. c. Limbah cair laboratorium

Limbah cair laboratorium berasal dari pencucian peralatan laboratorium dan bahan buangan hasil pemeriksaan seperti darah, urine, dan lain-lain. Limbah cair ini umumnya banyak mengandung berbagai senyawa kimia sebagai bahan pereaksi sewaktu pemeriksaan. Limbah cair laboratorium mengandung bahan antiseptik dan antibiotik sehingga bersifat toksik terhadap mikroorganisme, serta mengandung logam berat sehingga jika limbah cair tersebut dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis maka logam berat tersebut dapat mengganggu proses kerja dari pengolahan. Oleh karena itu, untuk limbah cair dari laboratorium diolah tersendiri secara fisik dan kimia, selanjutnya hasil olahannya dialirkan bersama limbah lainnya.

Menurut Djohan dan Halim (2013) rumah sakit merupakan penghasil limbah terbesar dibandingkan dengan sarana kesehatan lain seperti puskesmas, poliklinik laboratorium, dan balai pengobatan. Limbah cair dari aktivitas rumah sakit bersifat variatif dan umumnya bersifat infeksius, seperti limbah yang berasal dari penderita rawat inap antara lain Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, dan virus hepatitis. Sifat cair

dari limbah rumah sakit yaitu toksik, iritatif, korosif kumulatif dan karsinogenik, temperatur tinggi, berbau, berwarna, serta organik.

Berdasarkan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, pengelolaan limbah cair harus dikumpulkan dalam container sesuai dengan

Page 39: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

19

karakteristik bahan dan radiologi, volume, serta prosedur penanganan dan dan penyimpanannya. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancer, terpisah dengan saluran air hujan, serta perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan dan perlu dilakukan pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) setiap sebulan sekali untuk swapantau dan minimal tiga bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 40: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

20

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 41: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilakukan mulai Bulan November hingga Desember 2016. Penelitian ini mencakup dua tahapan yaitu tahap pengambilan sampel dan pengujian sampel. Pengambilan sampel dilaksanakan pada 7 Desember 2016 pukul 08.30 hingga 10.00 dan pengujian sampel dilaksanakan pada 7 hingga 14 Desember 2016. Lokasi pengambilan sampel berada di Sungai Brantas yang melintasi Jalan Jaksa Agung Suprapto Malang. Sedangkan, untuk pengujian sampel berada di dua lokasi yaitu Laboratorium Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang dan Laboratorium Perum Jasa Tirta I Malang. Peta Kota Malang dan letak RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Peta Kota Malang dan Lokasi RSUD Dr. Saiful Anwar

Malang

Page 42: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

22

Gambar 3.1 menjelaskan letak RSUD Dr. Saiful Anwar Malang (A) dan Sungai Brantas yang dialiri effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang (B) sebagai lokasi penelitian. RSUD Dr. Saiful Anwar Malang berlokasi pada 07097‟24” LS dan 112063‟15” BT.

3.2 Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer yang didapat langsung dari penelitian di lapangan dan data sekunder yang telah ada sebagai data penunjang. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagian 3.2.1 dan 3.2.2.

3.2.1 Alat

Alat- alat yang digunakan dalam penelitian di lapangan adalah: a. Current meter dan bola pingpong sebagai alat untuk

mengukur kecepatan aliran sungai. b. Stopwatch untuk mengukur waktu. c. Meteran atau roll meter untuk mengukur panjang dan lebar

sungai. d. Global Positioning System (GPS) untuk menentukan

koordinat titik pengambilan sampel. e. Tali rafia untuk membantu pengambilan sampel, pengukuran

kecepatan, dan pengukuran panjang. f. Tongkat atau patok untuk mengukur kedalaman sungai. g. Botol sampel sebagai wadah sampel air sungai. h. Ember atau gayung untuk membantu pengambilan sampel. i. Coolbox untuk mengawetkan sampel air sungai.

j. Thermometer untuk mengukur suhu sampel air sungai. k. pH meter untuk mengukur pH sampel air sungai. l. Kertas label untuk memberi keterangan pada botol sampel. m. Kamera untuk media dokumentasi penelitian.

Page 43: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

23

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sampel air Sungai Brantas sebagai obyek utama yang akan diteliti dalam penelitian ini dan data peta Sungai Brantas sebagai data penunjang dalam penelitian ini.

3.3 Metode

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel air yang telah diambil di lapangan kemudian dilakukan pengujian laboratorium. Hasil pengujian sampel kemudian dibandingkan dengan baku mutu lingkungan yang berlaku. Selain itu, dilakukan pengolahan data hasil pengujian dan analisa untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian yaitu berupa kualitas air Sungai Brantas akibat buangan limbah cari rumah sakit berdasarkan daya tampung beban pencemaran dan indeks pencemarannya.

Menurut Nawawi (2003) metode deskriptif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat. Menurut Frick (2008) metode deskriptif atau penguraian empiris adalah metode yang paling sering digunakan. Penelitian empiris berarti penelitian berdasarkan pengalaman. Metode deskriptif dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitaif.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat lampau. Penelitian deskriptif bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja tetapi bisa juga mendeskripsikan dalam tahapan- tahapan perkembangannya (Hamdi dan Bahruddin, 2014). Menurut Whitney (1960) dalam Hamdi dan Bahruddin (2014) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Saat sebuah fenomena digambarkan dengan memadai maka pertanyaan

Page 44: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

24

seputar hubungan, perbedaan, dan perkembangan bisa diajukan.

Penentuan metode didasarkan pada tujuan penelitian. Metode kuantitatif lebih cocok untuk penelitian dengan tujuan mencari hubungan sebab akibat, korelasi, evaluasi kegiatan atau program yang sifatnya obyektif, serta terukur dan terbatas. Metode kualitatif juga cocok untuk menjawab pertanyaan yang diambil dari teori yang sudah ada. Metode kuantitatif juga lebih tepat digunakan untuk mengambil data dari kegiatan survey, testing, eksperimen atau lewat kuisioner. Mutu metode kuantitatif ditentukan oleh akurasi instrumen atau alat ukur yang digunakan dimana bagi ilmu alam (science) alat ukurnya sudah standar dan validasi serta realibilitasnya dapat diuji coba di laboratorium; teori atau tinjauan pustaka menjadi dasar penentuan variabel, hipotesis, dan pembentukan instrumen penelitian, serta memperkokoh dan menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan di awal; maksud dan tujuan penelitian yang sempit dan terukur; serta analisis data dan penafsiran yang biasanya menggunakan statistika dalam analisa data; jangka waktunya biasanya relatif singkat; serta pola pelaporan yang sudah baku dan standar (Raco, 2010).

3.4 Pelaksanaan

3.4.1 Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dalam serangkaian kegiatan pengumpulan data. Data yg dikumpulkan dapat berupa data primer ataupun data sekunder. Pengumpulan data-data tersebut berfungsi sebagai penunjang analisa data dalam penelitian ini. a. Data primer, yaitu data yang didapat langsung dari obyek

yang diteliti. Pada penelitian ini data primer yang didapat berupa data pengujian sampel air sungai pada parameter suhu, pH, TSS, BOD, COD, fosfat, ammonia, dan bakteri total koliform.

b. Data sekunder, yaitu data yang didapat dari penelitian sebelumnya dan merupakan data terolah yang menunjang

Page 45: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

25

dan mendukung laporan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa peta aliran Sungai Brantas untuk peta titik pengambilan sampel dan data pendukung terkait aktivitas di lokasi penelitian.

Tahapan pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara- cara berikut: a. Studi literatur

Studi literatur merupakan langkah awal dalam tahap pengumpulan data. Studi literatur adalah metode pengumpulan data untuk pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Menurut Sugiyono (2005), hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Studi literatur dilakukan terkait topik penelitian yang dibahas. b. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2009) dalam Gumilar (2013) observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.

Tahap observasi, penelitian dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Pengamatan dilakukan terhadap kondisi lapang lokasi penelitian yang nyata dan aktual. Kondisi lapang yang dimaksud adalah kondisi sungai dan sekitarnya serta aktivitas yang ada di sekitar lokasi tersebut yang mempengaruhi kualitas air sungai. Pengukuran di lapangan terkait pencatatan data waktu, koordinat titik pengambilan sampel, data hidrolis atau penampang basah sungai (kedalaman dan lebar sungai), dan kecepatan aliran sungai. c. Pengambilan sampel secara langsung

Tahap pengambilan sampel secara langsung dilakukan untuk pengujian sampel air sungai terhadap beberapa parameter kualitas air sungai yaitu suhu, pH, TSS, BOD, COD,

Page 46: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

26

fosfat, ammonia, dan bakteri total koliform. Pengujian parameter suhu dan pH dilaksanakan langsung di lapangan, parameter TSS di Laboratorium Perum Jasa Tirta I Malang, sedangkan untuk parameter BOD, COD, fosfat, ammonia, dan bakteri total koliform dilakukan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang. Hasil pengujian pada parameter tersebut akan dianalisa menggunakan perhitungan daya tampung beban pencemaran dengan Metode Neraca Massa dan Metode Indeks Pencemaran untuk mengetahui kualitas air sungai.

Jenis sampel pada penelitian ini merupakan sampel sesaat (grab sample). Menurut SNI 6989.59: 2008 contoh sesaat atau grab sample merupakan air limbah yang diambil sesaat pada lokasi tertentu. Menurut Effendi (2003) grab sample atau sampel sesaat adalah sampel yang diambil secara langsung dari badan air yang sedang dipantau, sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada saat pengambilan sampel. d. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara bertatap muka secara langsung antara pewawancara dengan informan. Wawancara dilakukan jika data yang diperoleh melalui observasi kurang mendalam. Menurut Sugiyono (2005) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terkait limbah rumah sakit dan aktivitas di sekitar sungai yang mempengaruhi kualitas air sungai. Informan berasal dari warga sekitar Sungai Brantas dan pegawai Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang.

3.4.2 Pengukuran Debit Sungai

Penentuan debit sungai dapat dilaksanakan dengan cara pengukuran aliran dan cara analisis. Pelaksanaan pengukuran debit sungai dapat dilakukan secara langsung dan cara tidak langsung. Debit merupakan jumlah air yang

Page 47: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

27

mengalir di dalam saluran atau sungai per unit waktu. Debit sungai dinyatakan dalam m3/detik. Metode yang sering digunakan adalah metode profil sungai (cross sectional).

Metode ini menunjukkan bahwa debit adalah hasil perkalian antara luas penampang vertikal sungai (profil sungai) dengan kecepatan alir. Luas penampang diukur dengan meteran dan tongkat, sedangkan kecepatan aliran diukur dengan current meter atau dengan bantuan bola pingpong. Persamaan debit air ditunjukkan pada rumus berikut (Rahayu dkk, 2009):

Q= A x v………….…….……………………………….(3.1)

dimana: Q = debit air (m3/detik) A = luas penampang vertikal atau saluran air (m2) v = kecepatan aliran sungai atau arus (m/s)

Pengukuran debit sungai dapat dilakukan dalam dua tahapan, yaitu: a. Pengukuran luas penampang basah sungai

Pengukuran luas penampang sungai dilakukan dengan perhitungan metode aljabar pendekatan analisis yang dapat dilihat pada Persamaan 3.2 untuk sungai berbentuk trapesium.

A= [ ½ (a+b) ] x y …………………………..…………(3.2)

dimana: A = luas penampang basah (m2) a = lebar dasar sungai (m) b = lebar sungai (m) y = kedalaman sungai (m)

Pengukuran luas penampang basah sungai dilakukan melalui tahapan berikut ini:

Lebar sungai diukur dengan roll meter pada lokasi

pengambilan sampel.

Lebar sungai dibagi menjadi tiga segmen.

Page 48: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

28

Kedalaman sungai diukur menggunakan tongkat.

Perhitungan luas penampang basah sungai dilakukan menggunakan rumus yang berlaku.

b. Pengukuran kecepatan aliran Pengukuran kecepatan aliran menggunakan current meter

melalui tahapan berikut:

Pengukuran dilakukan pada tiap segmen yang telah dibagi.

Penggunaan current meter dilakukan hingga angka pada display kecepatan aliran menunjukkan hasil yang stabil.

Pengukuran kecepatan aliran menggunakan pelampung melalui tahapan berikut:

Pengukuran dilakukan pada tiap segmen yang telah dibagi.

Titik 0, A dan B ditentukan, beserta jaraknya.

Pelampung dilepaskan dari titik 0 ke A dahulu.

Setelah pelampung mencapai titik A, pengukuran waktu dilakukan hingga mencapai titik B.

Kecepatan didapat dari pembagian jarak dan waktu dari hasil pengukuran.

Pengukuran dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali per segmen dan dirata-rata.

3.4.3 Pengambilan Sampel

Tahap pengambilan sampel pada penelitian ini dimulai dengan penentuan titik-titik pengambilan sampel air sungai, terdapat tiga titik pengambilan sampel air sungai. T1 sebagai hulu (upstream) yaitu titik sebelum kontak dengan effluent limbah cair rumah sakit, T2 sebagai outlet atau tempat keluarnya effluent limbah cair rumah sakit yang sudah terolah, dan T3 sebagai hilir (downstream) yaitu titik sesudah kontak dengan effluent limbah cair rumah sakit. Setiap titik diambil tiga sampel pada segmen yang berbeda tetapi diperkirakan paling mewakili kondisi air sungai, yaitu pada pinggir kanan, tengah, dan pinggir kiri sungai. Setiap sampel diambil sebanyak 1000 mL untuk pengujian fisika-kimia dan sebanyak 250 mL untuk pengujian biologi. Penentuan titik T1, T2, dan T3 didasarkan pada kondisi aliran sungai agar sampel yang diambil

Page 49: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

29

representatif dan keterjangkauan lokasi pengambilan sampel oleh peneliti. Jarak titik T1 terhadap outlet IPAL RSUD Dr. Saiful Anwar Malang sebesar 15 meter dan jarak titik T3 terhadap outlet IPAL RSUD Dr. Saiful Anwar Malang sebesar 10 meter. Arah aliran sungai berasal dari T1 menuju T3. Peta titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Peta Titik Pengambilan Sampel

Waktu pengambilan sampel dilaksanakan pukul 08.30-10.00 dimana waktu tersebut adalah waktu dimana aktivitas di rumah sakit cukup padat sehingga akan didapatkan debit maksimum pada outlet IPAL. Pengambilan sampel adalah hal

yang sangat penting sehingga harus dilakukan dengan benar. Sampel yang diambil harus mewakili keseluruhan kondisi (representatif) sungai maupun outlet IPAL. Sampel yang telah diambil kemudian dilakukan pengawetan sampel dalam coolbox

sebelum dibawa ke laboratorium untuk pengujian. Tujuan

Page 50: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

30

pewadahan sampel dalam coolbox adalah agar sampel air sungai yang diambil tidak mengalami perubahan kondisi baik secara fisika, kimia, ataupun biologi. Sebelum sampel dimasukkan dalam coolbox hendaknya sampel diberi label agar tidak tertukar dengan sampel lain, karena bila hal ini terjadi maka akibatnya sangat fatal.

3.4.4 Pengolahan Data

3.4.4.1 Daya Tampung Beban Pencemaran dengan Neraca Massa

Penentuan daya tampung beban pencemaran dapat ditentukan dengan menggunakan Metode Naraca Massa. Perhitungan Neraca Massa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi rata-rata aliran hilir (down stream) yang berasal dari sumber pencemar point sources dan non point sources. Perhitungan ini dapat pula dipakai untuk menentukan persentase perubahan laju alir atau beban polutan.

Beban pencemaran sungai dihitung berdasarkan besarnya konsentrasi masing-masing unsur pencemar dan debit air sungai. Perhitungan daya tampung beban pencemaran diperlukan untuk mengendalikan zat pencemar yang berasal dari berbagai sumber pencemar yang masuk ke dalam sumber air dengan mempertimbangkan kondisi intrinsik sumber air dan baku mutu air yang ditetapkan. Perhitungan daya tampung beban pencemaran sungai dapat dilakukan dengan Metode Neraca Massa berikut (KLH, 2003):

…………………………...………….(3.3)

dimana: CR = Konsentrasi rata-rata aliran gabungan (mgL-1) Ci = Konsentrasi konstituen pada aliran ke-i (mgL-1) Qi = Debit aliran ke-i (m3s-1) Mi = Massa konstituen pada aliran ke-i (m3s-1)

Page 51: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

31

3.4.4.2 Metode Indeks Pencemaran

Definisi dari Indeks Pencemaran adalah apabila Lij menyatakan kosentrasi parameter kualitas air yang tercantum dalam baku mutu peruntukan air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari suatu badan air, maka PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij. Penggunaan Metode IP oleh berbagai parameter kualitas air, maka pada penggunaannya dibutuhkan nilai rerata dari keseluruhan nilai Ci/Lij sebagai tolak ukur pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan bermakna jika salah satu nilai Ci/Lij bernilai >1. Jadi indeks ini harus mencakup nilai Ci/Lij yang maksimum. Sungai akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j) jika nilai (Ci/Lij)R atau (Ci/Lij)M adalah lebih besar dari 1,0. Jika nilai (Ci/Lij)M dan atau nilai (Ci/Lij)R makin besar maka tingkat pencemaran suatu badan air akan semakin besar pula. Penentuan nilai Indeks Pencemaran dapat dilakukan dengan cara berikut (KepmenLH, 2003): a. Dipilih parameter yang akan digunakan, dengan syarat

parameter yang akan digunakan tidak memiliki rentang nilai. Parameter tersebut dapat mengindikasikan kondisi yang baik jika nilainya rendah. Bila memiliki rentang, seperti pH, maka dilakukan perhitungan:

Untuk Ci < Lij rata-rata

Untuk Ci > Lij rata-rata

b. Dihitung nilai konsentrasi parameter kualitas air hasil analisis

(Ci) dibagi konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan (Lij) dalam baku mutu air. Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1.0; seperti C1/L1j = 0.95, C1/L1j = 1.06 atau perbedaan sangat besar; seperti

Page 52: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

32

C3/L3j = 7.0, C4/L4j = 10.6, hal ini menyebabkan kerusakan badan air sulit ditentukan. Untuk mengatasi hal tersebut :

Jika nilai lebih kecil dari 1.0, nilai yang digunakan adalah nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran.

Jika nilai lebih besar dari 1.0, nilai yang digunakan adalah nilai (Ci/Lij)baru: (Ci/Lij)baru = 1,0 + PLog(Ci/Lij)hasil pengukuran.

P merupakan konstanta dan nilainya ditentukan bebas serta disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan/atau persyaratan yang dikehendaki untuk peruntukan, umumnya nilai P yang digunakan adalah 5.

c. Ditentukan nilai rata-rata (Ci/Lij)R dan nilai maksimum (Ci/Lij)M dari keseluruhan nilai (Ci/Lij).

d. Ditentukan nilai Indeks Pencemaran menggunakan rumus:

√(

) (

)

…………….…………………….(3.4)

dimana: Lij = Konsentrasi parameter kualitas air yang dicantum- kan dalam baku mutu peruntukan air (j) Ci = Konsentrasi parameter kualitas air di lapangan PIj = Indeks pencemaran bagi peruntukkan (j) (Ci/Lij)M = Nilai, Ci/Lij maksimum (Ci/Lij)R = Nilai, Ci/Lij rata-rata

Metode Indeks Pencemaran dapat langsung

menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat tidaknya suatu perairan dipakai untuk peruntukan tertentu dengan nilai parameter-parameter tertentu. Hubungan antara nilai Indeks Pencemaran dengan mutu perairan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Page 53: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

33

Tabel 3.1 Hubungan nilai Indeks Pencemaran dengan status mutu perairan

Nilai IP Status Mutu

0 ≤ IP ≤ 1.0 Kondisi Baik 1.0 ≤ IP ≤ 5.0 Cemar Ringan

5.0 ≤ IP ≤ 10.0 Cemar Sedang IP ≥ 10.0 Cemar Berat

Sumber: KLH No. 115 Tahun 2003

3.4.5 Diagram Alir Penelitian

Seluruh tahapan dalam penelitian ini diringkas dalam diagram alir penelitian pada Gambar 3.3.

3.5 Pengamatan dan Analisa Data

Data yang berupa hasil pengujian laboratorium dan data yang diambil dari pengukuran lapangan kemudian dilakukan analisa perhitungan menggunakan Metode Neraca Massa untuk mengetahui daya tampung beban pencemaran sungai setelah dialiri effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSUD Dr.

Saiful Anwar Malang dan Metode Indeks Pencemaran untuk mengetahui status mutu air Sungai Brantas dan air limbah. Tahapan analisis dilakukan secara deskriptif melalui langkah berikut ini: a. Data pengujian dirata-rata lalu dilakukan perhitungan dan

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. b. Data pengujian dan perhitungan dibandingkan dengan baku

mutu lingkungan yang berlaku. Analisa pengujian sampel hulu (upstream) dan hilir (downstream) badan air Sungai Brantas dibandingkan dengan baku mutu peruntukkan air kelas II pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, sedangkan untuk analisa pengujian sampel outlet limbah

cair rumah sakit dibandingkan dengan baku mutu air limbah rumah sakit pada Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013.

Page 54: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

34

c. Analisa daya tampung beban pencemaran dilakukan pada titik T3 saja karena telah menerima dan kontak dengan pencemar dari effluent limbah cair rumah sakit. Analisa

indeks pencemaran dilakukan pada titik T1, T2, dan T3 untuk mengetahui perubahan yang terjadi antara sebelum dan sesudah aliran effluent limbah cair rumah sakit.

Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian

Page 55: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Sungai Brantas merupakan salah satu sungai yang terpanjang dan terpenting di Jawa Timur, serta terbesar kedua di Pulau Jawa setelah Sungai Bengawan Solo. Lokasi Wilayah Sungai Brantas berada pada 110o30‟ BT sampai 112o55‟ BT dan 7o01‟ LS sampai 8o15‟ LS. Panjang Sungai Brantas kurang lebih 320 kilometer dengan luas wilayah sungai kurang lebih 14.103 kilometer persegi. Luasan tersebut mencakup 9% luas Pulau Jawa atau kurang lebih 25% luas Provinsi Jawa Timur. Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu) dimana lokasi tersebut menjadi titik pantau nol karena kualitasnya yang baik dan debitnya stabil. Aliran mata air ini mengarah ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto. Potensi yang dimiliki oleh Wilayah Sungai Brantas cukup besar. Oleh sebab itu, sebagian besar penggunaan lahan digunakan untuk pengembangan pada sektor industri, perdagangan jasa, pariwisata, pertanian, dan perkebunan. Selain itu, sebagian Wilayah Sungai Brantas diperuntukkan sebagai kawasan lindung karena topografinya yang variatif. Pemanfaatan sebagai kawasan lindung merupakan salah satu cara untuk menjaga keseimbangan lingkungan akibat adanya penurunan kualitas lingkungan karena semakin meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitasnya. Pengembangan kawasan lindung juga merupakan salah satu upaya meningkatkan fungsi pelestarian DAS Brantas Hulu.

Jumlah penduduk dan aktivitasnya yang terus meningkat menjadikan kualitas air Sungai Brantas mengalami penurunan, dimana aliran Sungai Brantas ini banyak melewati kota-kota besar. Hal ini menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan air bersih dan air baku, berkembangnya industri, semakin banyak pemukiman di tepi sungai, terjadinya banjir karena adanya

Page 56: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

36

gangguan aliran air, serta pendangkalan dan berkurangnya lebar sungai akibat erosi dan sedimentasi. Kualitas air Sungai Brantas sangat dipengaruhi oleh sumber pencemar yang masuk ke aliran sungai. Sebagian besar sumber pencemar Sungai Brantas adalah limbah industri, domestik, dan pertanian.

Sungai Brantas yang dijadikan sebagai lokasi penelitian ini adalah Sungai Brantas yang alirannya melalui Jalan Jaksa Agung Suprapto, Kelurahan Celaket, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Aliran di lokasi ini merupakan salah satu aliran utama Sungai Brantas yang melintas dari Kota Batu ke Jembatan Pendem hingga Jembatan Sukarno Hatta yang selanjutnya melewati jembatan Hotel Kartika Graha yang lokasinya berdekatan dengan Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang dan selanjutnya air mengarah ke Kampung Jodipan. Sebagian besar wilayah yang dialiri Sungai Brantas di sekitar lokasi penelitian adalah pemukiman penduduk. Selain itu, juga adanya bangunan hotel sebelum aliran yang ditentukan sebagai lokasi penelitian. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Pemukiman di Sekitar Lokasi Peneltian

Page 57: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

37

Keterangan: A: Pemukiman warga B: RSUD Dr. Saiful Anwar Malang C: Sungai Brantas

Gambar 4.2 Pemukiman di Lokasi Penelitian

Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2010 Tentang Penetapan Kelas Air pada Air Sungai, air sungai di lokasi ini dapat dikategorikan sebagai air kelas II yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut sehingga dalam analisanya baku mutu air kelas II untuk air Sungai Brantas yang dipergunakan sebagai acuan. Lokasi penelitian mengambil tiga titik pemantauan, yaitu:

Page 58: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

38

a. T1 berada pada titik upstream (hulu), yaitu adalah titik dimana aliran sungai belum mendapatkan aliran air dari hasil pengolahan IPAL RSSA Malang. Titik T1 adalah titik yang telah menerima beban pencemar selain olahan IPAL RSSA Malang. Sumber pencemar sebelum titik T1 sebagian besar merupakan limbah domestik yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan limbah perhotelan. Titik T1 memiliki koordinat 07o58‟25” LS dan 112o37‟50,6” BT.

b. T2 berada pada outlet IPAL RSSA Malang, yaitu titik dimana hasil pengolahan dari IPAL RSSA Malang dilepaskan melalui bak outlet secara otomatis. Titik T2 memiliki

koordinat 07o58‟20” LS dan 112o37‟41” BT. c. T3 berada pada downstream (hilir), yaitu titik dimana aliran

sungai telah menerima hasil pengolahan dari IPAL RSSA Malang sebagai sumber pencemar, selain sumber pencemar pada titik T1. Titik T3 memiliki koordinat 07o58‟28” LS dan 112o37‟50,8” BT.

Selain Sungai Brantas, penelitian ini juga membahas obyek penelitian dari hasil pengolahan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang yang berlokasi di Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 02 Malang. Seluruh limbah cair di RSSA Malang diolah secara terintegrasi melalui IPAL sebelum dibuang ke badan air. Effluent

yang keluar dari IPAL RSSA Malang selalu dilakukan pengujian sebagai upaya pemantauan kualitas.

4.2 Pengolahan Limbah Cair di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang

Pengolahan dan pengelolaan limbah cair merupakan salah satu tugas pokok yang paling penting dalam pengelolaan kesehatan lingkungan Rumah Sakit dari Instalasi Penyehatan Lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang berasal dari berbagai ruang perawatan dan ruang pelayanan seperti Instalasi Gawat Darurat (IGD), Ruang Radiologi, Instalasi Laundry dan Sterilisasi Sentral (ILSS), Laboratorium Sentral, Laboratorium Patologi Anatomi, Instalasi Gizi, Kamar Operasi, Instalasi

Page 59: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

39

Farmasi, Instalasi Rawat Inap dan Rawat Jalan, Kamar Bersalin, Ruang Jenazah, dan ruangan- ruangan lainnya serta WC umum. Limbah cair yang dihasilkan oleh tiap sumber di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang memiliki karakteristik yang berbeda.

Karakteristik limbah cair Rumah Sakit berdasarkan sumbernya adalah sebagai berikut: a. Air limbah yang berasal dari ruang perawatan dan ruang

pelayanan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan limbah cair perkotaan (domestik) tetapi bersifat infeksius.

b. Limbah cair dari dapur dan Instalasi Gizi menghasilkan minyak dan lemak yang cukup tinggi dengan tingkat kekentalan yang tinggi sehingga sulit diuraikan dan dapat menghambat saluran IPAL. Oleh sebab itu, harus masuk ke bak penangkap minyak dan lemak dahulu sebelum air limbah masuk ke IPAL.

c. Air limbah yang berasal dari Instalasi Laundry dan Sterilisasi Sentral (ILSS) mengandung kadar fosfat yang cukup tinggi dengan pH relatif basa. Selain itu, limbah laundry juga mengandung ABS.

d. Aktivitas laboratorium dapat menghasilkan limbah logam berat dan juga menghasilkan zat kimia berbahaya lainnya yang bersifat asam ataupun basa sehingga limbah cair semacam ini harus diolah terlebih dahulu oleh unit yang menghasilkannya sebelum masuk ke IPAL atau diserahkan kepada pihak ketiga untuk mengolahnya.

e. Antiseptik atau desinfektan dapat dihasilkan dari proses pencucian peralatan medis dan antibiotik berasal dari aktivitas medis di ruangan. Kedua zat tersebut memiliki fungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme tertentu.

Proses pengolahan limbah cair di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang adalah sebagai berikut: a. Bak Pre Treatment Basin (PTB)

Bak PTB merupakan bak awal penampungan limbah cair setelah limbah cair keluar dari outputnya di sumbernya. PTB berada pada tiap ruangan, terutama pada ruangan beresiko tinggi seperti Kamar Operasi, Instalasi Gizi, Instalasi

Page 60: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

40

Laundry dan Sterilisasi Sentral, dan Ruang Rawat Inap serta ruangan lainnya. Proses pengolahan limbah pada bak PTB terjadi secara anaerob dan pada bak tertutup. Proses pada bak PTB berlangsung minimal 1 x 24 jam. Mekanisme pengolahan bak PTB didesain seperti mekanisme pengolahan pada septic tank.

b. Bak Lift Station

Bak lift station merupakan tempat awal berkumpulnya semua limbah cair Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang. Sebelum air limbah berkumpul pada bak lift station, terdapat proses screening untuk menyaring

partikel kasar yang terbawa dalam saluran menggunakan auto rake screen.

c. Bak Buffer Basin Bak buffer basin berfungsi untuk menghomogenkan air

limbah agar seluruh jenis limbah bercampur dan homogen sehingga limbah yang pekat dapat lebih encer.

d. Bak Aerasi atau Fluidized Bed Biofilm Reactor (FBBR) Bak aerasi ditujukan untuk proses aerasi yang merupakan proses pengolahan secara biologis dengan pendegradasian bahan organik oleh mikroorganisme. Limbah diurai menggunakan mikroorganisme yang ada pada lumpur aktif dimana mikroorganisme tersebut juga mendapat makanan dari lumpur.

e. Bak Sedimentasi Bak sedimentasi merupakan bak untuk berlangsungnya proses pengendapan. Proses yang terjadi pada tahap ini adalah lumpur yang masih aktif akan mengendap dan lumpur yang sudah tidak aktif akan mengapung dan akan masuk ke bak penampung lumpur.

f. Bak Air Terolah Bak air terolah merupakan tempat berkumpulnya air limbah yang sudah terolah dan telah melalui beberapa proses. Air yang sudah terolah akan ditampung sebelum keluar menuju badan air.

Page 61: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

41

g. Bak Indikator Air yang terolah akan diuji pada hewan uji seperti ikan nila sebagai hewan indikator. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air yang telah diolah.

h. Bak Klorinasi Setelah melalui beberapa tahapan pengolahan, sebelum air terolah dibuang ke lingkungan (sungai) maka air terolah harus didesinfeksi menggunakan desinfektan. Jenis desinfektan yang digunakan yaitu klorin. Klorin ditambahkan dalam bentuk cair dengan dosis tertentu.

i. Bak Outlet

Bak outlet merupakan tempat berkumpulnya seluruh air olahan IPAL yang siap dibuang ke lingkungan. Bak outlet akan mengalirkan air terolah menuju saluran ke badan air.

Beberapa ketentuan pada pengolahan air limbah yang diolah pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang yaitu: a. Air limbah yang bersumber dari WC umum, kamar mandi,

ruang rawat dan ruang tidak beresiko tinggi langsung masuk ke IPAL. Namun, sebelumnya akan melewati bak kontrol. Untuk limbah dapur/ Instalasi Gizi dan Instalasi Laundry dan Sterilisasi Sentral (ILSS), setelah melewati bak kontrol akan ditampung pada bak PTB. Untuk limbah dari dapur dan Instalasi Gizi, setelah melewati bak kontrol akan melewati bak penangkap minyak dan lemak.

b. Limbah berasal dari poli rawat jalan, IGD, ICU, ruang rawat inap, radiologi, laboratorium, ruang operasi dan ruang lainnya dengan resiko tinggi, air limbah masuk ke PTB lalu langsung ke saluran IPAL.

Setelah melewati beberapa tahapan, air terolah dari pengolahan limbah diharapkan dan harus memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan sebelum dibuang ke badan air Sungai Brantas. Dokumentasi IPAL RSSA Malang dapat dilihat pada Lampiran 7.

Page 62: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

42

4.3 Kualitas Hasil Pengolahan IPAL RSSA Malang

Limbah cair dari berbagai sumber di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang telah terkelola dengan baik. Hasil pengolahan pada beberapa parameter sudah memenuhi baku mutu yang berlaku tetapi terkadang hasilnya masih mengalami fluktuasi kualitas. Fluktuasi kualitas yang terjadi dikarenakan karakteristik atau kondisi limbah cair yang masuk pada inlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berbeda-beda tergantung pada aktivitas yang terjadi pada waktu tersebut. Aktivitas yang berlangsung berasal dari kegiatan medis ataupun non medis. Kegiatan medis terkait dengan aktivitas di ruang inap, ruang rawat jalan, kamar operasi, laboratorium, dan farmasi. Sebagian besar kegiatan medis merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pasien secara langsung seperti pemeriksaan penyakit, pengujian darah atau organ tubuh lainnya, kegiatan pembedahan, serta pemberian obat-obatan. Data jumlah pasien saat penelitian dapat dilihat pada Lampiran 9. Sedangkan, Kegiatan non medis terkait dengan aktivitas domestik di perkantoran, toilet, instalasi gizi, laundry, dan sterilisasi sentral. Kegiatan non medis sebagian besar terjadi pada kegiatan pengunjung pasien, pegawai, ataupun tenaga medis yang bertugas. Hasil pengujian kualitas outlet IPAL RSSA Malang pada Rabu, 7 Desember 2016 pukul 09.00 WIB dapat dilihat pada Tabel 4.1. Jenis sampel pada penelitian ini adalah grab sample atau sampel sesaat. Sifat dari jenis sampel ini salah satunya adalah hanya menggambarkan kualitas air saat itu saja. Gambar outlet IPAL RSSA Malang dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Tabel 4.1 menunjukkan kualitas olahan IPAL RSSA Malang pada parameter suhu, pH, TSS, BOD, COD, fosfat, ammonia, dan total koliform. Hasil kualitas outlet IPAL RSSA

Malang pada semua parameter telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Perbandingan hasil pengujian setiap parameter dengan baku mutunya dapat dilihat pada Gambar 4.4 hingga Gambar 4.11. Sedangkan, debit yang dihasilkan pada outlet

IPAL RSSA Malang sebesar 0,009 m3/s. Debit tersebut diperkirakan merupakan debit maksimum dari pelepasan outlet

Page 63: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

43

IPAL RSSA. Pelepasan hasil pengolahan IPAL RSSA Malang ke badan air Sungai Brantas secara kontinyu melalui sistem otomatis pada IPAL.

Tabel 4.1 Hasil pengujian kualitas olahan IPAL RSSA Malang

Parameter Satuan Hasil Uji Baku Mutu

Suhu 0C 28 30

Ph - 7,867 6-9 TSS mg/L 25,7 30 BOD mg/L 14,97 30 COD mg/L 74,89 80 Fosfat mg/L 0,107 2 Amonia mg/L 0,011 0,1 Total Koliform Jml/100 mL 250 10000 Debit m

3/s 0,009 -

Sumber: Hasil Pengujian dan Perhitungan, 2016

Gambar 4.3 Aliran Outlet IPAL RSSA Malang ke Badan Air Sungai

Brantas

Page 64: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

44

a. Suhu

Suhu adalah parameter yang menunjukkan panas atau dinginnya suatu perairan. Suhu sangat mempengaruhi proses-proses yang terjadi dalam air. Suhu air buangan biasanya lebih tinggi daripada suhu badan air. Menurut Fardiaz (1992) kenaikan suhu air akan menimbulkan jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu, dan jika batas suhu yang mematikan terlampaui maka ikan dan hewan air lainnya akan mati. Hasil pengukuran suhu pada outlet IPAL RSSA Malang dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Hasil Pengukuran Suhu Olahan IPAL RSSA Malang

Parameter suhu untuk outlet IPAL RSSA Malang memiliki

nilai 28 0C. Angka tersebut telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Industri dan atau Kegiatan Usaha Lainnya untuk limbah rumah sakit. Baku mutu yang disyaratkan untuk air limbah rumah sakit adalah 30 0C. Suhu pada air limbah umumnya lebih tinggi daripada suhu air minum dan air lokal. Menurut Fardiaz (1992), hasil oksidasi bahan organik, sintesis sel, dan oksidasi sel dengan bantuan enzim akan menghasilkan energi panas.

2727.5

2828.5

2929.5

3030.5

Outlet IPAL

Su

hu

(0C

)

Lokasi Pemantauan

Suhu (˚C)

Baku Mutu Suhu (˚C)

Page 65: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

45

Suhu air limbah sangat bergantung dari proses-proses yang dilaluinya serta kandungan limbah yang masuk pada inlet. Hal ini sesuai yang diungkapkan Yusuf (2001) bahwa suhu air limbah dipengaruhi oleh proses yang dialami pada sumbernya serta proses aerobik dan anaerobik yang berlangsung di dalam limbah itu sendiri. Selain itu, suhu juga amat sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekelilingnya sehingga suhu pada IPAL menyesuaikan suhu sekitarnya. Menurut Effendi (2003), suhu pada air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran serta kedalaman badan air.

b. pH (Derajat Keasaman)

Menurut Effendi (2003), derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH sama dengan 7 adalah netral, pH kurang dari tujuh adalah asam, dan pH lebih dari 7 adalah basa. Menurut Sugiharto (1987) kadar pH yang baik adalah kadar pH dimana masih memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan baik. pH yang baik untuk air limbah adalah netral atau pH 7. Hasil pengukuran pH pada outlet IPAL RSSA Malang dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Hasil Pengukuran pH Olahan IPAL RSSA Malang

0

2

4

6

8

10

Outlet IPAL

Ko

nse

ntr

as

i p

H

Lokasi Pemantauan

KonsentrasipH

Baku MutupH Bawah

Baku MutupH Atas

Page 66: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

46

Hasil olahan dari IPAL RSSA Malang memiliki nilai pH sebesar 7,867. Angka tersebut telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan pada PerGub Jatim No. 72 Tahun 2013. Berdasarkan peraturan tersebut, batas nilai pH yang disyaratkan untuk limbah rumah sakit berkisar 6 hingga 9. pH sangat berkaitan dengan kandungan bahan kimia yang ada pada limbah. Nilai pH pada effluent IPAL bersifat basa mendekati pH netral (7) dengan selisih 0,867. Inlet pada IPAL menerima berbagai beban zat kimia dari banyak unit di rumah sakit. Penghasil bahan kimia sebagian besar berasal dari aktivitas laboratorium dikarenakan banyak pengujian yang dilakukan menggunakan reagen kimia, selain itu juga dari instalasi laundry yang banyak menggunakan sabun atau detergen sebagai bahan pencuci yang cenderung memiliki pH basa. Menurut Fardiaz (1992) dan Manahan (1994) bahwa bahan pembentuk deterjen memiliki peranan penting dalam proses pembersihan kotoran. Bahan pembentuk berfungsi mengikat ion magnesium dalam jumlah besar sehingga sifat air menjadi alkali (basa).

c. TSS (Total Suspended Solid)

Menurut Fardiaz (1992) Total Suspended Solid (TSS) adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung. Menurut Fardiaz (1992), padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air. Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air, buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. Hasil pengujian TSS pada outlet IPAL RSSA Malang dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Konsentrasi TSS pada oulet IPAL RSSA Malang memiliki kandungan sebesar 25,7 mg/L. Berdasarkan PerGub Jatim No. 72 Tahun 2013, baku mutu air limbah rumah sakit untuk parameter TSS adalah 30 mg/L sehingga hasil pengolahan pada IPAL RSSA Malang untuk parameter TSS sudah bagus karena nilainya di bawah baku mutu. Namun, selisih dari hasil

Page 67: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

47

pengujian ke baku mutu cukup dekat yaitu 4,3 mg/L sehingga harus diwaspadai. Konsentrasi TSS sangat dipengaruhi oleh banyaknya padatan yang tersuspensi dalam air. Padatan-padatan yang tersuspensi dapat berupa lumpur, bahan organik, ataupun zat-zat lain yang secara tidak sengaja masuk ke IPAL. Menurut Saeni (1989) dan Mahida (1986), padatan tersuspensi yang ada pada limbah domestik diduga berasal dari hasil penguraian bahan organik yang pada umumnya berasal dari sisa makanan, mikroorganisme, ion-ion, partikel-partikel tanah (lumpur) dan dari bahan kimia lainnya yang digunakan di dalam rumah tangga, berupa bahan kimia anorganik seperti ion-ion dan bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 μm.

Gambar 4.6 Hasil Pengujian Konsentrasi TSS Olahan IPAL RSSA

Malang

d. BOD (Biological Oxygen Demand) Biological Oxygen Demand adalah ukuran jumlah zat

organik yang dapat dioksidasi oleh bakteri aerob atau jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah tertentu zat organik dalam keadaan aerob. Menurut Mahida (1981) BOD

23

24

25

26

27

28

29

30

31

Outlet IPALKo

ns

en

tra

si

TS

S (

mg

/L)

Lokasi Pemantauan

KonsentrasiTSS (mg/L)

Baku MutuTSS (mg/L)

Page 68: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

48

akan semakin tinggi jika derajat pengotoran limbah semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting untuk menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang telah tercemar. Nilai BOD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air limbah yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah sebesar 30 ppm. Hasil pengujian BOD pada outlet IPAL RSSA Malang dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Hasil Pengujian Konsentrasi BOD Olahan IPAL RSSA Malang

Konsentrasi BOD pada outlet IPAL RSSA Malang memiliki kandungan yang cukup baik karena nilainya masih di bawah baku mutu yang disyaratkan yaitu 14,97 mg/L. Menurut PerGub Jatim No. 72 Tahun 2013, baku mutu limbah cair rumah sakit untuk parameter BOD adalah 30 mg/L. Selisih hasil pengujian dan baku mutunya sebesar 15,03 mg/L, angka ini terbilang cukup besar sehingga kualitasnya dapat dikatakan baik. Konsentrasi BOD sangat erat kaitannya dengan degradasi bahan organik oleh mikroba. Menurut Davis dan Cornwell (1991) parameter BOD merupakan gambaran yang

0

5

10

15

20

25

30

35

Outlet IPAL

Ko

ns

en

tra

si

BO

D

(mg

/L)

Lokasi Pemantauan

KonsentrasiBOD (mg/L)

Baku MutuBOD (mg/L)

Page 69: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

49

menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20oC selama 5 hari, dalam keadaan tanpa cahaya. BOD hanya menggambarkan bahan organik yang dapat didekomposisi secara biologis (biodegradable). Hal ini menandakan bahwa proses degradasi bahan organik yang berlangsung cukup tinggi.

e. COD (Chemical Oxygen Demand)

Menurut Effendi (2003), parameter COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar dididegradasi secara biologis menjadi CO2 dan H2O. Konsentrasi COD yang semakin tinggi mengindikasikan tingkat pencemaran yang semakin tinggi pula. Hasil pengujian COD pada outlet IPAL RSSA Malang dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Hasil Pengujian Konsentrasi COD Olahan IPAL RSSA

Malang

72737475767778798081

Outlet IPAL

Ko

ns

en

tra

si

CO

D (

mg

/L)

Lokasi Pemantauan

KonsentrasiCOD (mg/L)

Baku MutuCOD (mg/L)

Page 70: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

50

Konsentrasi COD pada hasil pengolahan IPAL RSSA Malang yang akan dibuang ke lingkungan cukup tinggi walaupun masih di bawah baku mutu yang disyaratkan. Kandungan COD pada outlet IPAL RSSA Malang sebesar 74,89 mg/L, nilai tersebut mendekati baku mutu yang disyaratkan. Menurut PerGub Jatim No. 72 Tahun 2013, baku mutu limbah cair rumah sakit untuk parameter COD adalah 80 mg/L. Selisih antara baku mutu dan hasil pengujian adalah 5,11 mg/L, hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian di titik ini cukup dekat dengan baku mutu sehingga perlu diperhatikan. COD menggambarkan kebutuhan oksigen dalam mengurai bahan organik baik yang degradable ataupun non degradable. Tingginya angka COD menunjukkan bahan organik juga tinggi. Menurut Metcalf dan Eddy (2002) COD terkait dengan adanya unsur dalam air limbah domestik yang tidak dapat terdegradasi secara biokimiawi. COD diduga meningkat seiring peningkatan penggunaan bahan yang tidak dapat terdegradasi secara biokimiawi seperti deterjen dan phenol.

f. Fosfat

Menurut Peavy (1986), fosfat berasal dari deterjen dalam limbah cair dan pestisida serta insektisida dari lahan pertanian. Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Hasil Pengujian fosfat pada outlet IPAL RSSA Malang dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Fosfat adalah salah satu senyawa yang cukup banyak dihasilkan dari limbah laundry di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Fosfat banyak dihasilkan dari pencucian linen oleh detergen dan sabun yang kemudian mengalir pada saluran IPAL RSSA Malang. Konsentrasi fosfat pada outlet IPAL RSSA Malang sebesar 0,107 mg/L. Konsentrasi fosfat sudah bagus karena hasilnya jauh di bawah baku mutu yang disyaratkan pada PerGub Jatim No. 72 Tahun 2013.

Page 71: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

51

Gambar 4.9 Hasil Pengujian Konsentrasi Fosfat Olahan IPAL RSSA Malang

Baku mutu limbah cair rumah sakit untuk parameter fosfat sebesar 2 mg/L. Jadi, selisih yang didapat antara hasil pengujian dan baku mutunya sebesar 1,893 mg/L. Kandungan fosfat dalam air dapat ditemukan dalam bentuk ortofosfat, polifosfat, ataupun fosfat organik. Keberadaan fosfat pada outlet IPAL RSSA Malang dipengaruhi oleh adanya masukan dari Instalasi Laundry yang mempunyai porsi konsumsi detergen cukup banyak. Menurut Sawyer dkk. (1994) bahan pembentuk mencemari perairan akibat adanya fosfat dalam bahan pembentuk sehingga dengan semakin melimpahnya penggunaan deterjen, diperkirakan akan meningkatkan fosfat yang masuk ke perairan.

g. Ammonia

Ammonia dapat terjadi dengan adanya reduksi nitrat (denitrifikasi) oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob dan tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas mikroba pada kondisi anaerob (Sawyer, 2003). Menurut Ginting (2007) ammonia merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4 pada pH rendah. Ammonia dalam air limbah terbentuk karena adanya proses kimia secara alami. Hasil pengujian ammonia pada outlet IPAL RSSA Malang dapat dilihat pada Gambar 4.10.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Outlet IPAL

Ko

ns

en

tra

si

Fo

sfa

t (m

g/L

)

Lokasi Pemantauan

KonsentrasiFosfat (mg/L)

Baku MutuFosfat (mg/L)

Page 72: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

52

Gambar 4.10 Hasil Pengujian Konsentrasi Ammonia Olahan IPAL RSSA Malang

Ammonia adalah salah satu senyawa yang dapat dihasilkan dari aktivitas laboratorium dan aktivitas pembuangan kotoran manusia (tinja) di RSSA Malang. Konsentrasi ammonia pada hasil pengolahan IPAL RSSA Malang sebesar 0,011 mg/L. Angka tersebut masih di bawah baku mutu yang disyaratkan pada PerGub Jatim No. 72 Tahun 2013 yaitu 0,1 mg/L. Selisih yang didapatkan sebesar 0,089 mg/L. Oleh sebab itu, meskipun kadar ammonia di outlet masih di bawah baku mutu akan tetapi perlu mendapat perhatian khusus agar konsentrasinya stabil di bawah baku mutu. Ammonia dalam air dapat ditemukan dalam bentuk NH4 atau NH3-N atau ammonia bebas.

h. Bakteri Total Koliform

Bakteri total koliform merupakan semua jenis bakteri aerobik, anaerobik fakultatif, dan rod-shape (bakteri batang) yang dapat memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 °C. Bakteri total koliform terdiri dari Escherichia coli, Citrobacter, Klebsiella dan Enterobacter (Effendi, 2003). Bakteri total koliform merupakan total bakteri faecal dan non faecal. Hasil pengujian bakteri total koliform dapat dilihat pada Gambar 4.11.

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

Outlet IPAL

Ko

ns

en

tra

si

Am

on

ia

(mg

/L)

Lokasi Pemantauan

KonsentrasiAmonia (mg/L)

Baku MutuAmonia (mg/L)

Page 73: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

53

Limbah cair rumah sakit identik dengan karateristiknya yang infeksius. Menurut Pruss et al. (2005) limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen (bakteri, virus, parasit, atau jamur) serta organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan. Limbah cair rumah sakit dikhawatirkan mengandung banyak mikroorganisme dari penyakit ataupun kotoran manusia. Adanya pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke badan air tidak menjamin bebas kandungan mikroorganisme.

Gambar 4.11 Hasil Pengujian Konsentrasi Total Koliform Olahan IPAL

RSSA Malang

Gambar 4.11 menunjukkan bahwa kandungan total

koliform pada olahan IPAL RSSA Malang sangat rendah. Konsentrasi total koliform sebesar 250 jumlah/100 mL, sedangkan baku mutu yang disyaratkan pada PerGub Jatim No. 72 Tahun 2013 yaitu 10000 jumlah/ 100 mL. Selisih yang didapat cukup besar yaitu 9750 jumlah/100 mL, hal ini menunjukkan bahwa hasil pengolahan sudah sangat bagus.

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Outlet IPAL

Ko

ns

en

tra

si

To

tal

Ko

lifo

rm (

Jm

l/1

00

mL

)

Lokasi Pemantauan

KonsentrasiTotal Koliform(Jml/100 mL)

Baku MutuTotal Koliform(Jml/100 mL)

Page 74: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

54

Sumber bakteri total koliform dapat berupa faecal coli dan non faecal coli. Bakteri-bakteri tersebut diduga berasal dari feses manusia, kotoran bekas penyakit, dan hasil pencucian barang yang telah terkontaminasi mikroorganisme. Rendahnya konsentrasi total bakteri menandakan bahwa pengolahan limbah dan penggunaan proses klorinasi telah efektif untuk mematikan mikroba dalam air limbah. Klorinasi merupakan proses pembubuhan klor dalam air limbah. Menurut Sururi dkk (2008), Saefuddin (2007), dan Giyatmi (2003), klor (Cl) dari kaporit berfungsi sebagai oksidator limbah organik dan anorganik, serta sebagai desinfektan yang efektif membunuh mikroorganisme patogen, seperti Escherichia coli, Legionella, Streptococcus, Bacillus, Clostridium, Amoeba, dan harganya terjangkau.

4.4 Kualitas Air Sungai Brantas Malang

Kualitas air sungai merupakan suatu ukuran baik atau buruknya kondisi suatu badan air sungai yang ditentukan oleh beberapa atau banyak parameter. Parameter yang digunakan dalam penentuan kualitas air diharapkan merupakan parameter yang dapat mewakili dan menentukan kualitas sungai secara tepat. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Kualitas air dapat dilakukan dengan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisika, dan biologi. Hasil pengujian kualitas air Sungai Brantas dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada beberapa parameter dari hasil pengujian pada titik T1 dan T3 Sungai Brantas telah melebihi baku mutu yang ditetapkan pada PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu baku mutu air kelas II. Adanya beberapa parameter yang melebihi baku mutu membuat adanya pencemaran pada air. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada parameter suhu dan pH masih di bawah baku mutu, tetapi parameter lain telah melebihi baku mutunya. Grafik kualitas air Sungai Brantas pada titik T1 dan T3 dapat dilihat pada Gambar 4.12 hingga 4.20

Page 75: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

55

Tabel 4.2 Hasil pengujian kualitas air Sungai Brantas

Parameter Satuan Upstream

(T1) Downstream

(T3) Baku Mutu

Suhu 0C 25,167 25,167 Deviasi 3

pH - 8,167 8,1 6-9 TSS mg/L 86,7 82,3 50 BOD mg/L 19,2 19,2 3 COD mg/L 81 43 25 Fosfat mg/L 0.363 0,48 0,2 Amonia mg/L 0,013 0,010 - Total Koliform

Jml/100 mL

171666,667 240000 5000

Sumber: Hasil Pengujian Lab. Kesling RSSA Malang, 2016

4.4.1 DEBIT

Debit adalah volume air yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Metode yang umum diterapkan adalah metode profil sungai (cross section). Debit atau laju aliran merupakan salah satu parameter yang menentukan kuantitas atau jumlah air sungai yang mengaliri suatu titik. Debit aliran dalam suatu perairan dapat mempengaruhi kualitasnya karena debit menentukan persebaran polutan yang masuk ke badan air sungai. Debit air Sungai Brantas pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Debit air Sungai Brantas

Lokasi Pemantauan Debit (m3/s)

Upstream (T1) 4,464 m3/s

Outlet IPAL (T2) 0,009 m3/s

Downstream (T3) 5,853 m3/s

Sumber: Hasil Pengukuran dan Perhitungan, 2016

Tabel 4.3 menunjukkan hasil perolehan data debit di titik upstream dan downstream dari outlet IPAL RSSA Malang.

Page 76: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

56

Perhitungan debit menggunakan metode cross sectional yaitu perhitungan debit berdasarkan hasil perkalian antara luas penampang vertikal sungai (profil sungai) dengan kecepatan aliran air. Berdasarkan pengukuran di lapang dan perhitungan, data debit aliran Sungai Brantas dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Hasil Pengukuran Debit Sungai

Debit pada titik upstream (T1) sebesar 4,463 m3/s dengan

luas penampang sebesar 5,463 m2 dan debit pada titik downstream (T3) sebesar 5,852 m3/s dengan luas penampang sebesar 10,473 m2. Debit pada T1 dan T3 mengalami peningkatan sebesar 1,389 m3/s. Peningkatan debit aliran disebabkan karena pada titik T3 memiliki lebar dan kedalaman yang lebih besar sehingga luas penampangnya juga lebih besar dibandingkan luas penampang pada titik T1 dengan selisih 5,01 m2 dan pada titik T3 sudah menerima masukan air dari aliran outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah Dr, Saiful Anwar Malang sebesar 0,009 m3/s, selain itu juga dipengaruhi oleh kecepatan aliran di titik tersebut.

4.463

0.009

5.852

0.000

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

Upstream(T1)

Outlet IPAL(T2)

Downstream(T3)

Deb

it (

m3/s

)

Lokasi Pengukuran

Page 77: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

57

Hal lain yang mempengaruhi kenaikan debit di titik T3 adalah adanya kemungkinan masukan dari limpasan permukaan (run off) dan air tanah dari infiltrasi melalui akar tanaman di sekitar

lokasi penelitian. Perubahan atau fluktuasi debit mempengaruhi persebaran polutan yang masuk ke badan air. Selain itu, debit juga menentukan nilai daya tampung beban pencemaran pada badan air sungai melalui metode neraca massa. Menurut Asdak (1995), data debit adalah informasi yang penting bagi pengelola sumber daya air. Data debit dapat diperlukan untuk menentukan perubahan-perubahan dalam suatu sistem DAS.

4.4.2 PARAMETER FISIKA

Parameter fisika merupakan salah satu parameter yang menentukan kualitas air sungai secara fisik. Penentuan kualitas pada parameter fisika dapat menggunakan alat ataupun melalui uji organoleptik dengan penginderaan manusia. Parameter fisika yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui kualitas air Sungai Brantas adalah suhu dan Total Suspended Solid (TSS).

a. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut , letak tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut organisme akuatik seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk keperluan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003). Pengukuran suhu secara langsung dilakukan di lapangan

Page 78: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

58

menggunakan termometer. Hasil pengukuran suhu dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Hasil pengukuran suhu air Sungai Brantas pada titik T1 dan T3 relatif stabil. Suhu pada titik T1 dan T3 memiliki nilai yang sama yaitu 25,167 0C. Suhu perairan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, pada baku mutu air kelas II untuk parameter suhu memiliki rentang deviasi tiga dari suhu normal lingkungannya atau kondisi alamiahnya. Deviasi tiga berarti dari suhu normal lingkungannya ditambah atau dikurangi tiga angka. Suhu normal lingkungan pada nilai 25 maka rentang baku mutunya antara 220C hingga 280C.

Gambar 4.13 Hasil Pengukuran Suhu Air Sungai Brantas

Suhu badan air Sungai Brantas pada titik T1 dan T3 memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Adanya aliran dari outlet IPAL RSSA Malang sebesar 280C tidak memberikan dampak pada perubahan kualitas air di T3 walaupun selisihnya 2,833. Hal ini dikarenakan selama perjalanan dari outlet IPAL ke badan air, air olahan limbah telah mengalami penurunan atau perubahan suhu akibat adanya aerasi alami dan penyesuaian

0

5

10

15

20

25

30

Upstream(T1)

Outlet IPAL(T2)

Downstream(T3)

Su

hu

(0

C)

Lokasi Pemantauan

Suhu (˚C)

Baku Mutu Suhu (˚C)

Page 79: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

59

dengan suhu lingkungan sekitar. Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005) perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi pada suatu perairan. Perubahan tersebut mempengaruhi aktivitas mikrobial, solubilitas gas, dan viskositas. Pola suhu ekosistem air dipengaruhi faktor intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya, ketinggian geografis, faktor kanopi dari pepohonan, serta faktor-faktor akibat aktivitas manusia (Barus, 2004).

b. TSS (Total Suspended Solid)

Suspended Solid merupakan jumlah padatan yang

tersuspensi dalam air. Konsentrasi TSS dalam air mempengaruhi warna dan kekeruhan air sungai. Hal ini juga dapat mempengaruhi penyinaran matahari atau cahaya ke dalam air, dimana cahaya juga dibutuhkan biota air dalam melangsungkan hidupnya. Grafik konsentrasi TSS pada titik T1 dan T3 dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14 Hasil Pengujian Konsentrasi TSS Air Sungai Brantas

0

20

40

60

80

100

Upstream(T1)

Outlet IPAL(T2)

Downstream(T3)K

on

se

ntr

as

i T

SS

(m

g/L

)

Lokasi Pemantauan

KonsentrasiTSS (mg/L)

Baku MutuTSS (mg/L)

Page 80: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

60

Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, baku mutu air kelas II untuk parameter Total Suspended Solid (TSS) adalah 50 mg/L. Konsentrasi TSS pada titik T1 dan T3 badan air Sungai Brantas sebesar 86,7 mg/L dan 82,3 mg/L, angka tersebut melebihi baku mutu yang ditetapkan. Selisih yang didapat antara baku mutu dengan hasil pengujian di titik T1 dan T3 sebesar 36,7 mg/L dan 32,3 mg/L, hal ini menunjukkan TSS cukup tinggi. Salah satu yang mempengaruhinya adalah saat ini adalah musim penghujan sehingga erosi akibat air hujan cukup tinggi dan hasil erosinya terbawa aliran air hingga ke tengah dan hilir. Penurunan konsetrasi TSS yang terjadi pada titik T1 dan T3 diakibatkan oleh adanya pengenceran akibat kenaikan volume air pada T3 karena kenaikan debit akibat luas penampang sungai yang semakin besar dibanding titik T1. Selain itu, juga diduga diakibatkan aliran air yang cukup tenang sehingga degradasi padatan yang rendah dan adanya padatan suspensi yang mengalami proses sedimentasi. Adanya penurunan konsentrasi TSS juga menunjukkan bahwa adanya masukan dari outlet IPAL RSSA Malang sebesar 25,7 mg/L

tidak berpengaruh untuk parameter TSS.

4.4.3 PARAMETER KIMIA

Parameter kimia merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas air sungai secara kimia. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan kualitas air secara kimiawi yaitu pH, Biologycal Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), fosfat, dan amonia. Parameter pH dilakukan pengukuran secara langsung di lapangan menggunakan pH meter sedangkan parameter BOD, COD, fosfat, dan amonia dilakukan pengujian laboratorium untuk mengetahui konsentrasinya dalam air.

a. pH

pH merupakan parameter kimia untuk menentukan derajat keasaman dan kebasaan suatu perairan. pH air yang normal adalah pada rentang 6,5-7,5. Air bersifat asam bila memiliki pH di bawah batas normal dan bersifat basa bila memiliki pH di atas

Page 81: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

61

batas normal. Keberadaan air limbah akan mengubah pH normal air lalu akan mengganggu kehidupan organisme di dalam air. Nilai pH pada air Sungai Brantas di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Hasil pengukuran di Sungai Brantas pada titik T1 dan T3 menunjukkan bahwa pH air sungai cenderung basa. pH di titik T1 dan T3 relatif stabil dengan nilai 8,167 dan 8,1. Nilai pH yang cenderung basa dapat dipengaruhi oleh masukan dari limbah domestik yang berupa sisa pencucian sabun dan detergen pada kegiatan rumah tangga. Sabun dan detergen merupakan salah satu zat kimia yang bersifat basa.

Gambar 4.15 Hasil Pengukuran pH Air Sungai Brantas

Gambar 4.15 menunjukkan bahwa pH air Sungai Brantas

sebelum dan sesudah adanya masukan olahan limbah cair dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang dengan pH sebesar 7,867 yang cenderung mendekati netral, mengalami penurunan yang tidak terlalu berarti sebesar 0,067. Kisaran pH antara T1 dan T3 masih pada angka 8,1. Nilai pH air Sungai Brantas pada titik T1

0123456789

Upstream(T1)

Outlet IPAL(T2)

Downstream(T3)

pH

Lokasi Pemantauan

pH

Baku Mutu pH

Page 82: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

62

dan T3 memenuhi standar baku mutu berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air pada kelas II yaitu antara 6 hingga 9. Adanya penurunan pada titik T3 dikarenakan adanya pengenceran akibat kenaikan volume air sehingga pH dapat berubah. Kisaran pH pada titik T1 dan T3 tergolong baik, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Effendi (2003) nilai pH yang baik memungkinkan organisme untuk hidup dan tumbuh, serta kehidupan biologis yang berjalan baik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7-8,5.

b. BOD

Biologycal Oxygen Demand (BOD) adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisikan bahan organik dalam kondisi aerobik (Metcalf dan Eddy, 1991). BOD merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam menentukan kualitas suatu perairan. BOD dapat menentukan tingkat pencemaran dari suatu perairan berdasarkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk melakukan proses degradasi bahan organik dalam suatu perairan. Konsentrasi BOD badan air Sungai Brantas dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Hasil Pengujian Konsentrasi BOD Air Sungai Brantas

0

5

10

15

20

25

Upstream(T1)

Outlet IPAL(T2)

Downstream(T3)

Ko

ns

en

tra

si

BO

D

(mg

/L)

Lokasi Pemantauan

KonsentrasiBOD (mg/L)

Baku MutuBOD (mg/L)

Page 83: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

63

Gambar 4.16 menunjukkan bahwa konsetrasi BOD pada titik T1 dan T3 adalah sama yaitu sebesar 19,2 mg/L. Konsetrasi BOD pada kedua titik tersebut sangat tinggi jika dibandingkan dengan baku mutunya sebesar 3 mg/L. Selisih nilai BOD pada titik yang dipantau dengan baku mutunya sebesar 16,2 mg/L, hal ini menunjukkan hasil pengujian cukup jauh dengan baku mutunya. Tingginya nilai BOD menandakan bahwa bahan organik yang didegradasi oleh mikroba juga cukup banyak. Sebelum adanya masukan dari outlet IPAL RSSA Malang, kondisi sungai sudah cukup tercemar sehingga masukan dari outlet IPAL RSSA Malang sebesar 14,97 mg/L tidak terlalu

berpengaruh, hal ini diduga karena hasil pengolahan IPAL telah mengalami perubahan atau penurunan konsentrasi selama perjalanan ke badan air akibat adanya terjunan setelah outlet IPAL dan aerasi alami pada gorong-gorong. Hal ini ditunjukkan dengan nilai BOD yang sama pada titik T1 dan T3. Nilai BOD dapat menjadi acuan sebagai gambaran kadar bahan organik yang dapat terdekomposisi (Effendi, 2003). Masukan bahan organik yang cukup tinggi pada aliran Sungai Brantas didapat dari limbah domestik.

c. COD

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar dididegradasi secara biologis menjadi CO2 dan H2O (Effendi, 2003). COD juga merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas sungai. COD menyangkut kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk melakukan proses atau reaksi kimia dalam perairan. Hasil pengukuran COD dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Berdasarkan hasil pengukuran COD badan air Sungai Brantas pada Gambar 4.17 menunjukkan bahwa pada titik T1 dan T3 sudah melampaui dan tidak sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air pada Kelas II. Konsentrasi COD di T1 sebesar 81 mg/L dan di T3 sebesar 43 mg/L. Selisih konsetrasi

Page 84: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

64

COD dengan baku mutu pada T1 sebesar 56 mg/L dan T3 sebesar 18 mg/L.

Gambar 4.17 Hasil Pengujian Konsentrasi COD Air Sungai Brantas

Kondisi perairan Sungai Brantas sebelum menerima

masukan dari outlet IPAL RSSA Malang sudah tercemar berdasarkan parameter COD. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum masuk ke aliran titik T1, air sungai sudah menerima beban pencemar yang mengandung COD cukup tinggi padahal di sekitar lokasi pemantauan tidak terlihat adanya industri atau sumber pencemar yang memungkinkan membuang limbah dengan kadar COD yang cukup tinggi. Tingginya konsentrasi COD di T1 diduga adanya masukan dari limbah domestik dengan COD tinggi akibat tingginya kadar minyak dan lemak serta detergen atau bahan organik lainnya yang tidak dapat didegradasi secara biologis. Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa konsentrasi COD pada titik T1 dan T3 mengalami penurunan, padahal seharusnya ada kenaikan karena menerima masukan dari titik T2, hal ini dapat disebabkan oleh adanya peningkatan debit aliran yang juga meningkatkan volume air sehingga adanya pengenceran. Selain itu, adanya masukan dari IPAL RSSA Malang dengan COD

0

20

40

60

80

100

Upstream(T1)

Outlet IPAL(T2)

Downstream(T3)

Ko

nse

ntr

as

i C

OD

(m

g/L

)

Lokasi Pemantauan

KonsentrasiCOD (mg/L)

Baku MutuCOD (mg/L)

Page 85: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

65

yang cukup tinggi walaupun masih di bawah baku mutu dimungkinkan telah mengalami aerasi alami sehingga ketika sampai di badan air telah mengalami penurunan konsentrasi COD.

d. Ammonia

Ammonia adalah salah satu jenis senyawa kimia yang keberadaannya mungkin ada di badan air sungai meskipun sangat kecil. Menurut Sawyer (2003), amonia dapat terjadi dengan adanya reduksi nitrat (denitrifikasi) oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob dan tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas mikroba pada kondisi anaerob. Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme juga banyak mengeluarkan ammonia. Sumber ammonia terdapat juga dalam mineral tanah yang masuk ke badan air melalui erosi tanah. Hasil pengujian ammonia dapat dilihat pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18 Hasil Pengujian Konsentrasi Ammonia Air Sungai Brantas

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

0.012

0.014

Upstream(T1)

Outlet IPAL(T2)

Downstream(T3)

Ko

ns

en

tra

si

Am

on

ia

(mg

/L)

Lokasi Pemantauan

Page 86: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

66

Gambar 4.18 menunjukkan hasil pengujian konsentrasi ammonia pada titik T1 dan T3 menunjukkan jumlah yang sangat kecil. Konsentrasi ammonia di T1 sebesar 0,013 mg/L dan di T3 sebesar 0,010 mg/L. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, baku mutu ammonia untuk air kelas II tidak ada. Baku mutu untuk parameter ammonia hanya dipersyaratkan untuk air kelas I saja. Konsentrasi ammonia pada titik T1 dan T3 memiliki selisih sebesar 0,003 mg/L. Angka ini terbilang sangat kecil sehingga konsentrasi ammonia pada titik T1 dan T3 cukup stabil tetapi mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya aliran dari outlet IPAL RSSA

Malang dengan kandungan ammonia sebesar 0,011 mg/L tidak berpengaruh terhadap keberadaan ammonia karena sebelum adanya kontak dengan aliran outlet IPAL RSSA Malang, aliran sungai telah mengandung ammonia. Penurunan konsentrasi ammonia pada T1 dan T3 disebabkan karena adanya kenaikan debit pada T3 sehingga terjadi pengenceran.

e. Fosfat

Fosfat adalah salah satu senyawa kimia yang cukup sering ditemui di perairan sungai. Fosfor dalam perairan ditemukan dalam bentuk senyawa anorganik terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat. Fosfat sering ditemukan dalam limbah detergen atau sabun. Menurut Effendi (2003), sumber alami fosfor di perairan adalah pelapukan bahan mineral dan dekomposisi bahan organik. Sumber antropogenik fosfor adalah limbah industri dan domestik, yakni berasal dari detergen. Limpasan dari daerah pertanian yang mengandung pupuk juga memberikan kontribusi cukup besar bagi keadaan fosfor. Hasil pengujian fosfat dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19 menunjukkan bahwa konsentrasi fosfat pada aliran Sungai Brantas pada titik T1 dan T3 telah melebihi baku mutu air kelas II yang disyaratkan pada PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air. Konsentrasi fosfat di T1 sebesar 0,363 mg/L dan T3 sebesar 0,48 mg/L. Konsentrasi fosfat mengalami kenaikan sebesar 0,117 mg/L dari T1 ke T3. Kenaikan konsentrasi fosfat dikarenakan adanya masukan dari

Page 87: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

67

aliran outlet IPAL RSSA Malang ke badan air Sungai Brantas di titik T3 sebesar 0,107 mg/L, hal ini menunjukkan bahwa aliran outlet IPAL RSSA Malang memiliki pengaruh terhadap

konsentrasi fosfat di titik T3 Sungai Brantas. Tingginya kadar fosfat sehingga melebih baku mutunya karena masukan ke badan air Sungai Brantas yang sebagian besar limbah domestik mengandung kadar fosfat yang cukup tinggi karena adanya pencucian dengan detergen dan sabun karena fosfat dapat dijumpai pada kandungan detergen.

Gambar 4.19 Hasil Pengujian Konsentrasi Fosfat Air Sungai Brantas

4.4.4 PARAMETER BIOLOGI

Parameter biologi merupakan salah satu parameter yang sangat penting dalam pemantauan kualitas air sungai namun kadang kurang diperhatikan bila dibandingkan dengan parameter fisika dan kimia. Parameter biologi sangat penting

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

Upstream(T1)

Outlet IPAL(T2)

Downstream(T3)

Ko

ns

en

tra

si

Fo

sfa

t (m

g/L

)

Lokasi Pemantauan

KonsentrasiFosfat (mg/L)

Baku MutuFosfat (mg/L)

Page 88: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

68

karena menyangkut keberadaan makhluk hidup seperti mikroorganisme dalam suatu perairan. Makhluk hidup yang ada dalam perairan dapat berupa makhluk hidup yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan atau bersifat pathogen. Salah satunya adalah mikroorganisme. Penelitian ini membahas parameter biologi hanya sebatas jumlah total koliform saja, tidak membahas identifikasi mikroba faecal coli ataupun non faecal coli. Hasil pengujian bakteri total koliform dapat dilihat pada Gambar 4.20.

Gambar 4.20 Hasil Pengujian Konsentrasi Total Koliform Air Sungai

Brantas

Gambar 4.20 menunjukkan bahwa konsentrasi total koliform di titik T1 dan T3 Sungai Brantas melebihi baku mutu yang ditetapkan untuk air kelas II pada PP No. 82 Tahun 2001 dan angka berdasarkan pengukurannya sangat jauh dari baku mutu. Jumlah bakteri di T1 sebesar 171666,667 dan T3 sebesar 240000. Konsentrasi total koliform pada titik T1 memiliki selisih sebesar 166666,667 Jumlah/ 100 mL dan pada T3 sebesar 235000 Jumlah/100 mL terhadap baku mutunya. Hal ini

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

Upstream(T1)

Outet IPAL(T2)

Downstream(T3)

Ko

ns

en

tra

si

To

tal K

oli

form

(J

ml/1

00

mL

)

Lokasi Pemantauan

KonsentrasiTotal Koliform(Jml/100 mL)

Baku MutuTotal Koliform(Jml/100 mL)

Page 89: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

69

menunjukkan bahwa sebelum adanya kontak dengan aliran outlet IPAL RSSA Malang, badan air Sungai Brantas sudah memiliki kandungan total koliform yang sangat tinggi atau telah tercemar dan setelah adanya kontak dengan aliran outlet IPAL RSSA Malang konsentrasinya meningkat. Adanya aliran outlet IPAL RSSA Malang dengan total koliform yang sangat rendah sedikit berpengaruh terhadap badan air Sungai Brantas di titik T3. Selisih yang didapat dari konsentrasi total koliform pada titik T1 dan T3 adalah 68333,333 Jumlah/ 100 mL, sebagai angka kenaikannya. Kenaikan ini juga disebabkan oleh adanya masukan bakteri yang telah berkembang biak dari aliran sebelumnya dan adanya limbah domestik karena feses atau sumber lain.

Keberadaan total koliform yang sangat tinggi sebelum kontak dengan aliran outlet IPAL RSSA Malang menunjukkan

bahwa masukan beban pencemar dari sumber lain terhadap total koliform sangat tinggi. Sebelum aliran titik T1, badan air Sungai Brantas telah menerima banyak masukan dari limbah domestik di sekitarnya. Limbah domestik didapat dari aliran sepanjang Sungai Brantas sebelum titik T1 dimana adanya perkampungan yang cukup padat di sepanjang aliran dari hulu Sungai Brantas sehingga diduga sebelum aliran di lokasi penelitian, menerima bakteri dari feses yang diperkirakan feses langsung dibuang ke sungai karena tidak adanya septic tank.

4.5 Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Brantas

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi tercemar. Daya tampung beban pencemaran merupakan salah satu indikator tercemarnya suatu perairan. Indikasi tercemarnya suatu perairan adalah daya tampung beban pencemaran sungainya telah melampaui baku mutu yang ditetapkan. Tingkat pencemaran suatu sungai dapat mempengaruhi daya tampung sungai, semakin tinggi tingkat pencemaran maka dapat mengurangi daya tampung sungai bahkan melebihi daya

Page 90: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

70

tampung sungai sesuai parameternya yang telah ditentukan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui daya tampung beban pencemaran sungai adalah metode neraca massa. Perhitungan Neraca Massa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi rata-rata aliran hilir (downstream) yang berasal dari sumber pencemar point sources dan non point sources. Pedoman perhitungan daya

tampung beban pencemaran terdapat pada KepMenLH No. 110 tahun 2003. Perhitungan daya tampung beban pencemaran akan dibandingkan dengan baku mutu kelas airnya sehingga akan diketahui apakah lokasi tersebut masih bisa menerima beban pencemaran untuk suatu parameter pada peruntukkan tertentu atau tidak.

Aliran Sungai Brantas yang dialiri oleh hasil olahan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dapat dikategorikan dalam peruntukkan air kelas II. Air kelas II merupakan air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut. Penelitian ini membahas daya tampung beban pencemaran pada titik pemantauan T3 dimana titik tersebut merupakan titik yang telah mengalami kontak dengan hasil pengolahan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Daya tampung beban pencemaran pada titik T3 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa daya tampung beban pencemaran pada titik T3* sudah melampaui baku mutu untuk air kelas II berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 pada parameter TSS, BOD, COD, fosfat, dan total koliform. Sedangkan, parameter suhu dan pH masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Selain itu, hasil pengujian parameter fosfat dan bakteri total koliform di T3 telah melebihi nilai daya tampung beban pencemarannya. Nilai daya tampung beban pencemaran di titik T3* yang cukup tinggi dan melebihi baku mutu yang ditetapkan pada beberapa parameter disebabkan oleh adanya indikasi bahwa di titik T1 sudah tercemar dan daya tampung beban pencemarannya juga sudah cukup tinggi.

Page 91: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

71

Tabel 4.4 Daya tampung beban pencemaran air Sungai Brantas

Parameter Satuan Upstream

(T1)

Outlet IPAL (T2)

Down-stream

(T3)

Daya Tampung

Beban Pencemaran

(T3*)

Baku Mutu Air Kelas

II (*)

Suhu 0C 25,167 28 25,167 25,172 Deviasi 3

pH - 8,167 7,867 8,1 8,166 6-9 TSS mg/L 86,7 25,7 82,3 86,583 50 BOD mg/L 19,2 14.97 19,2 19,192 3 COD mg/L 81 74,89 43 80,988 25 Fosfat mg/L 0.363 0,107 0,48 0,363 0,2 Amonia mg/L 0,013 0,011 0,010 0,013 - Total Koliform Jml/100 mL 171666,667 250 240000 171338,045 5000

Sumber: Hasil Pengujian dan Perhitungan, 2016 (T3*) : Perhitungan CR di T3 menggunakan Metode Neraca Massa (*) : Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001

Page 92: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

72

Adanya aliran dari T2 juga mempengaruhi daya tampung beban pencemaran di T3*. Perhitungan daya tampung beban pencemaran pada titik T3* dipengaruhi oleh kualitas air pada titik-titik sebelumnya, utamanya T1. Adanya kandungan yang cukup tinggi pada parameter TSS, BOD, COD, fosfat, dan total koliform sebelum titik T3 (di T1) menyebabkan daya tampung di titik dan pada parameter tersebut menjadi tinggi. Grafik daya tampung beban pencemaran pada titik T3* dapat dilihat pada Gambar 4.21 hingga Gambar 4.28.

`

Gambar 4.21 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter Suhu

Gambar 4.21 menunjukkan bahwa daya tampung beban pencemaran pada parameter suhu sebesar 25,172. Baku mutu air kelas II menurut PP No. 82 Tahun 2001 adalah deviasi 3. Arti dari deviasi 3 adalah baku mutu untuk parameter suhu didapat dari kurang atau lebih tiga angka dari suhu lingkungannya atau kondisi alamiahnya sehingga kisaran angkanya 220C hingga 280C, hal ini dikarenakan suhu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya sehingga ketika adanya masukan pada badan air dari limbah maka suhu limbah tersebut akan

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

T1 T2 T3 T3*

Su

hu

Lokasi Pemantauan

Suhu

Baku Mutu

Page 93: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

73

menyesuaikan kondisi lingkungan dimana ia berada. Daya tampung beban pencemaran untuk parameter suhu pada titik T3* dapat dikatakan aman karena nilainya masih memenuhi baku mutunya. Titik T3 masih memiliki daya tampung menerima beban pencemar untuk suhu, hal ini dikarenakan pada titik tersebut telah menerima beban pencemar dengan suhu yang tidak melebihi baku mutunya. Berdasarkan pengujian di titik T1 dan T2, parameter suhu masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan sehingga dalam perhitungan daya tampung beban pencemarannya juga didapatkan nilai yang memenuhi baku mutunya.

Gambar 4.22 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter pH

Gambar 4.22 menunjukkan bahwa daya tampung beban pencemaran pada titik T3* berada pada rentang baku mutu yang ditetapkan pada PP No. 82 Tahun 2001. Nilai daya tampung beban pencemaran di titik T3* sebesar 8,166 dengan baku mutu pH antara 6 hingga 9. Titik ini masih memiliki daya tampung beban pencemaran untuk pH, hal ini menandakan bahwa titik tersebut telah menerima beban pencemaran dengan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

T1 T2 T3 T3*

pH

Lokasi Pemantauan

pH

Baku Mutu

Page 94: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

74

pH yang tidak melebihi baku mutunya. Adanya masukan di sepanjang aliran sebelum T3, baik limbah rumah sakit maupun limbah domestik sangat mempengaruhi nilai pH. Nilai pH sangat dipengaruhi oleh kandungan serta proses kimiawi dalam air. Kandungan pH pada titik T1 dan T2 telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan sehingga pada perhitungan daya tampung beban pencemaran di titik T3* nilainya juga memenuhi baku mutu. Titik T3 masih mampu menerima beban pencemar dengan kandungan pH dari sumber pencemar.

Gambar 4.23 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter TSS

Gambar 4.23 menunjukkan daya tampung beban pencemaran di titik T3* pada parameter TSS. Berdasarkan gambar tersebut didapat bahwa daya tampung beban pencemaran untuk parameter TSS sebesar 86,583 mg/L, angka tersebut telah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Menurut PP No. 82 Tahun 2001 bahwa baku mutu air kelas II pada parameter TSS adalah 50 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

T1 T2 T3 T3*

TS

S (

mg

/L)

Lokasi Pemantauan

TSS (mg/L)

Baku Mutu (mg/L)

Page 95: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

75

pada titik tersebut sudah tidak dapat menerima beban pencemar untuk parameter TSS. Selisih baku mutu dan hasil daya tampung beban pencemaran TSS di titik T3* sebesar 36,583 mg/L, hal ini menyatakan bahwa konsentrasi TSS di titik tersebut telah cukup jauh dengan angka yang diperbolehkan. Titik T3 telah banyak menerima beban TSS yang cukup tinggi. Hal-hal yang mempengaruhi tingginya konsentrasi TSS diduga karena banyaknya padatan yang tersuspensi dalam air akibat air hujan. Curah hujan yang cukup tinggi beberapa hari terakhir sebelum adanya sampling, membuat sungai menerima

masukan dari hasil erosi di hulu sehingga semakin menuju daerah tengah dan hilir TSS semakin tinggi.

Gambar 4.24 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter BOD

Gambar 4.24 menunjukkan daya tampung beban pencemaran untuk konsentrasi BOD di titik T3* sebesar 19,192 mg/L. Angka tersebut jauh di atas baku mutu yang ditetapkan dengan kata lain daya tampung beban pencemaran parameter BOD di titik T3* telah melampaui baku mutu air kelas II.

0

5

10

15

20

25

T1 T2 T3 T3*

BO

D (

mg

/L)

Lokasi Pemantauan

BOD (mg/L)

Baku Mutu(mg/L)

Page 96: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

76

Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, baku mutu air kelas II untuk parameter BOD adalah 3 mg/L, hal ini menandakan bahwa sudah tidak ada daya tampung pencemar untuk BOD. Titik T3 sudah tidak mampu menerima kandungan BOD dari sumber pencemar baik point sources ataupun non point sources. Selisih antara baku mutu dan daya tampungnya adalah

16,192 mg/L, hal ini menunjukkan bahwa masukan BOD pada titik tersebut cukup tinggi. Tingginya nilai BOD menandakan tingginya pula jumlah bahan organik dalam air. Kandungan BOD yang tinggi di titik T1 dan adanya masukan BOD dari T2 menyebabkan tingginya daya tampung BOD di T3*. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penguraian bahan organik di titik T1 dan T2 cukup tinggi.

Gambar 4.25 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter COD

Gambar 4.25 menunjukkan daya tampung beban pencemaran untuk parameter COD di titik T3* adalah 80,988 mg/L. Angka tersebut telah melampaui baku mutu yang ditetapkan. Menurut PP No. 82 Tahun 2001, baku mutu air kelas

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

T1 T2 T3 T3*

CO

D (

mg

/L)

Lokasi Pemantauan

COD (mg/L)

Baku Mutu (mg/L)

Page 97: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

77

II untuk parameter COD adalah 25 mg/L, hal ini menunjukkan bahwa di titik T3 sudah tidak bisa menerima beban pencemar untuk parameter COD lagi. Selisih yang didapat dari hasil perhitungan daya tampung beban pencemaran di titik T3* dan baku mutunya adalah 55,988 mg/L, angka ini terbilang cukup besar, hal ini menandakan bahwa adanya masukan di badan air mengandung COD yang tinggi sehingga daya tampung beban pencemarannya melebihi baku mutu yang ditetapkan. Kandungan COD yang tinggi pada titik T1 dan adanya masukan T2 menyebabkan daya tampung beban pencemaran COD di T3* melampaui baku mutunya.

Gambar 4.26 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter Fosfat

Gambar 4.26 menunjukkan bahwa daya tampung beban

pencemaran di T3* untuk fosfat sebesar 0,363 mg/L. Angka tersebut telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Baku mutu air kelas II untuk parameter fosfat sebesar 0,2 mg/L. Selisih daya tampung beban pencemaran dan baku mutunya sebesar 0,163 mg/L, hal ini menandakan bahwa di titik tersebut sudah tidak mampu

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

T1 T2 T3 T3*

Fo

sfa

t (m

g/L

)

Lokasi Pemantauan

Fosfat (mg/L)

Baku Mutu(mg/L)

Page 98: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

78

menerima beban pencemaran untuk parameter fosfat. Masukan ke badan air pada titik tersebut mengandung fosfat yang cukup tinggi sehingga daya tampung beban pencemarannya melebihi baku mutu yang ditetapkan. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengujian fosfat di titik T1 yang melebihi baku mutunya.

Gambar 4.27 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter Ammonia

Gambar 4.27 menunjukkan daya tampung beban

pencemaran di titik T3* untuk parameter ammonia. Daya tampung beban pencemarannya sebesar 0,013 mg/L, angka ini terbilang cukup kecil. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, baku mutu air kelas II untuk parameter ammonia tidak ada, hanya tersedia untuk air kelas I saja sehingga hasilnya tidak dapat dibandingkan. Baku mutu ammonia untuk air kelas I adalah 0,5 mg/L, jika dibandingkan maka angka daya tampung beban pencemarannya jauh di bawah baku mutu. Keberadaan ammonia di perairan sangat kecil sehingga jarang ditemukan, berbeda dengan keberadaannya bila pada air limbah.

00.0020.0040.0060.0080.01

0.0120.014

T1 T2 T3 T3*

Am

on

ia (

mg

/L)

Lokasi Pemantauan

Page 99: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

79

Gambar 4.28 Daya Tampung Beban Pencemaran Parameter Total Koliform

Gambar 4.28 menunjukkan bahwa daya tampung beban pencemaran untuk parameter bakteri Total Koliform di titik T3* sebesar 171338,045 Jumlah/100 mL telah melebihi baku mutu air kelas II untuk total koliform berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yaitu 5000 Jumlah/100 mL. Nilai daya tampung beban pencemarannya sudah melampaui baku mutu yang ditetapkan, hal ini menandakan bahwa pada titik tersebut tidak dapat menerima masukan dengan kandungan bakteri total koliform. Selisih angka yang didapat sangat jauh yaitu 166338,045 Jumlah/100 mL. Masukan pada titik tersebut mengandung bakteri total koliform yang sangat tinggi sehingga daya tampung beban pencemarannyapun juga melebihi baku mutu yang disyaratkan. Aliran dari titik T1 sudah mengandung total koliform yang sangat tinggi dan jauh melebihi baku mutunya, selain itu adanya aliran dari T2 juga mengandung total koliform yang

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

T1 T2 T3 T3*To

tal K

oli

form

(J

ml/

10

0 m

L)

Lokasi Pemantauan

Total Koliform(Jml/100 mL)

Baku Mutu

Page 100: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

80

rendah dan memenuhi baku mutunya. Hal-hal tersebut mempengaruhi daya tampung bakteri total koliform di titik T3*.

4.6 Status Mutu Air Sungai dan Air Limbah

Status mutu air adalah status yang menunjukkan tercemar atau tidak tercemarnya suatu perairan. Kondisi perairan yang tercemar dapat ditentukan pada level tercemar ringan, sedang, atau berat. Menurut KLH (2003), status mutu air adalah kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan terhadap baku mutu air yang ditetapkan. Status mutu air menggunakan Metode Indeks Pencemaran dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Status Mutu Air

Lokasi Nilai Indeks Pencemaran

Status Mutu Air

Upstream (T1) 6.671 Tercemar Sedang Outlet IPAL (T2) 0.991 Kondisi Baik Downstream (T3) 7.139 Tercemar Sedang

Sumber: Hasil Perhitungan, 2016

Tabel 4.5 menunjukkan nilai indeks pencemaran yang didapat melalui hasil perhitungan dari data hasil pengujian yang telah dilakukan pada titik T1, T2, dan T3 pada parameter suhu, pH, TSS, BOD, COD, fosfat, dan total koliform. Titik T1 dan T3 memiliki status mutu air yang sama yaitu tercemar sedang. Status mutu air yang tercemar sedang pada titik T1 dan T3 disebabkan karena pada parameter TSS, BOD, COD, fosfat, dan bakteri total koliform telah melampaui baku mutunya. Sedangkan, titik T2 memiliki status mutu air dengan kondisi baik karena telah memenuhi baku mutunya pada semua parameter. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa aliran sungai di sekitar lokasi penelitian baik sebelum ataupun sesudah mendapatkan masukan dari

Page 101: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

81

outlet IPAL RSSA Malang dapat dikatakan telah tercemar pada skala sedang. Sumber pencemar di lokasi penelitian yang paling besar berupa limbah domestik yang berasal dari kegiatan rumah tangga. Hal ini dibuktikan bahwa di sekitar lokasi penelitian, baik sebelum ataupun sesudah lokasi penelitian merupakan pemukiman padat penduduk, utamanya di sekitar bantaran atau sempadan sungai yang membuang limbahnya langsung ke aliran Sungai Brantas, baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah cair dapat berasal dari grey water ataupun black water. Limbah padat dapat berasal dari

buangan sampah organik ataupun non organik yang langsung dibuang ke sungai. Grafik indeks pencemaran di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.29.

Gambar 4.29 Indeks Pencemaran Air di Lokasi Penelitian

Gambar 4.29 menunjukkan grafik indeks pencemaran pada titik T1, T2, dan T3. Titik T1 dan T3 menggunakan baku mutu air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, sedangkan titik T2 menggunakan baku mutu air limbah rumah sakit berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa

0

1

2

3

4

5

6

7

8

T1 T2 T3

Ind

ek

s P

en

ce

ma

ran

Lokasi Pemantauan

Page 102: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

82

Timur No. 72 Tahun 2013. Indeks pencemaran pada titik T1 sebesar 6,671 dengan status tercemar sedang. Titik T2 memiliki indeks pencemaran sebesar 0,991 dengan status kondisi baik. Sedangkan, indeks pencemaran pada titik T3 sebesar 7,139 dengan status tercemar sedang. Titik T1 dan T3 memiliki status mutu air yang sama yaitu tercemar sedang tetapi nilai indeksnya berbeda. Indeks pencemaran dari titik T1 dan T3 mengalami kenaikan sebesar 0,468. Selisih tersebut sangat kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya masukan dari aliran outlet IPAL RSSA Malang tidak terlalu berpengaruh terhadap status mutu air Sungai Brantas atau dapat dikatakan bahwa beban pencemaran dari outlet IPAL RSSA Malang tidak terlalu berpengaruh terhadap penurunan kualitas air Sungai Brantas.

Badan air memiliki suatu kemampuan untuk mengatasi pencemaran dalam dirinya secara alami, yaitu kemampuan pemulihan diri (self purification). Kemampuan pemulihan diri pada setiap sungai tidak sama karena bergantung pada karakteristik hidrologis sungainya serta beban limbah yang masuk ke sungai. Menurut Lehler dalam Miller (1975) sungai yang menerima bahan pencemar mampu memulihkan diri (self purification) dengan cepat, terutama terhadap limbah penyebab penurunan kadar oksigen (oxygen demanding wastes) dan

limbah panas. Kemampuan sungai dalam memulihkan diri dari pencemaran tergantung pada ukuran sungai dan laju aliran air sungai dan volume serta frekuensi limbah yang masuk. Karakteristik self purification dapat diketahui dengan

menggunakan parameter-parameter seperti BOD, COD dan DO, hal ini berkaitan dengan kandungan oksigen yang terlarut dan yang dibutuhkan untuk proses biologis dan kimia dalam air. Kadar BOD dan DO digunakan untuk mengetahui kapan air bekerja untuk memurnikan diri secara alami.

Page 103: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini terdiri dari beberapa poin, yaitu: d. Kualitas air Sungai Brantas pada titik upstream dan

downstream dari outlet IPAL RSUD Dr. Saiful Anwar Malang telah memenuhi baku mutu air kelas II berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 pada parameter suhu (25,167 dan 25,167 0C) dan pH (8,167 dan 8,1), sedangkan untuk parameter TSS (86,7 dan 82,3 mg/L), BOD (19,2 dan 19,2 mg/L), COD (81 dan 43 mg/L), fosfat (0,363 dan 0,48 mg/L), dan bakteri total koliform (171666,667 dan 240000 Jml/100 mL) telah melebihi baku mutu.

e. Kualitas hasil pengolahan limbah cair pada IPAL RSUD Dr. Saiful Anwar Malang telah memenuhi baku mutu berdasarkan PerGub Jatim No. 72 Tahun 2013 pada semua parameter yaitu suhu (280C), pH (7,867), TSS (25,7 mg/L), BOD (14,97 mg/L), COD (74,89 mg/L), fosfat (0,107 mg/L), ammonia (0,011 mg/L), dan bakteri total koliform (250 Jml/100 mL).

f. Daya tampung beban pencemaran Sungai Brantas pada titik downstream dari outlet IPAL RSUD Dr. Saiful Anwar Malang telah melampaui baku mutu dan sudah tidak memiliki daya tampung lagi untuk parameter TSS (86,583 mg/L), BOD (19,192 mg/L), COD (80,988 mg/L), fosfat (0,363 mg/L), dan bakteri total koliform (171338,045 Jml/100 mL), sedangkan untuk suhu (25,1720C) dan pH (8,166) masih tersedia

Page 104: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

84

karena nilainya memenuhi baku mutu yang disyaratkan pada PP No. 82 Tahun 2001 untuk air kelas II.

g. Status mutu air Sungai Brantas pada titik upstream dan downstream dari outlet IPAL RSUD Dr. Saiful Anwar Malang adalah tercemar sedang dengan indeks pencemaran 6,671 dan 7,139, hal ini menandakan bahwa adanya effluent IPAL

rumah sakit tidak memberikan dampak signifikan terhadap perubahan kualitas air Sungai Brantas di lokasi penelitian.

h. Badan air Sungai Brantas pada lokasi penelitian tidak dapat digunakan sesuai peruntukkan pada air kelas II.

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini terdiri dari beberapa poin, yaitu: a. Untuk penelitian selanjutnya, perlu adanya evaluasi status

mutu air Sungai Brantas dengan metode lain seperti metode STORET dan metode biomonitoring menggunakan makroinvertebrata, serta sebaiknya parameter yang dipantau lebih banyak dan lengkap lagi sehingga hasil evaluasinya lebih representatif.

b. Untuk pemantauan effluent IPAL RSSA Malang sebaiknya pada titik outlet di IPAL dan titik outlet di badan air.

c. Perlu adanya upaya pemulihan kualitas air sungai dari pengelola Sungai Brantas agar dapat digunakan sesuai peruntukannya.

d. Untuk pihak rumah sakit, sebaiknya perlu adanya pengkajian terhadap evaluasi kinerja IPAL sehingga dapat diketahui efisiensi dan efektivitasnya agar effluent yang

dihasilkan selalu memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan untuk semua parameter secara stabil.

e. Untuk pemerintah, sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pengawasan pengelolaan limbah kepada industri dan fasilitas pelayanan kesehatan tetapi juga kepada masyarakat yang menghasilkan limbah domestik cukup besar dalam menyumbang pencemaran ke badan air.

f. Untuk masyarakat, sebaiknya lebih menjaga kebersihan lingkungan sekitar termasuk sungai agar tercipta sanitasi yang baik.

Page 105: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

85

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

BAPPENAS. 2012. Analisa Perubahan Penggunaan Lahan di

Ekosistem DAS Dalam Menunjang Ketahanan Air dan Ketahanan Pangan (Studi Kasus DAS BRANTAS). Jakarta: Direktorat Kehutanan dan

Konservasi Sumber Daya Air. Baplan. 2003. Kebijakan Penyusunan Master Plan Rehabilitasi

Hutan dan Lahan. Jakarta: Badan Planologi

Kehutanan Departemen Kehutanan. Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang

Ekosistem Air Daratan. Medan: USU Press.

BBWS BRANTAS. 2011. Balai Besar Wilayah Sungai Brantas.

Surabaya: Kementerian Pekerjaan Umum. Boyd, CE. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Fond.

Alabama: Auburn University Agricultural Experimenta.

Budi, Sudi Setyo. 2006. Penurunan Fosfat dengan

Penambahan Kapur, Tawas, dan Zeolit pada Limbah Cair. Diakses pada tanggal 30 September 2016 pukul 19.11 WIB. <http://eprints.undip.ac.id/18012/SudiSetyoBudi.pdf>.

Page 106: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

86

Davis, M. L.dan Cornwell, D. A. 1991. Introduction to

Environmental Engineering Second Edition. New York: Mc-Graw-Hill, Inc.

Djabu, U. 1991. Pedoman Bidang Studi Pembangunan Tinja

dan Air Limbah pada Institusi Pendidikan Sanitasi Kesejahteraan Lingkungan. Jakarta: Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga Kerja Kesehatan.

Djohan, Agustinus Johanes dan Halim, Devy. 2013.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius. Fathurrohman, Deden. 2008. Masalah Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai (DAS) Brantas di Jawa Timur: Solusi dan Model Kolaborasi. Jurnal AGRITEK. Vol. 16 No.5: 678-952.

Frick, Heinz. Pedoman Karya Ilmiah. Yogyakarta: Kanisius. Ginting, P. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran

Industri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Giyatmi. 2003. Efektivitas Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit

Dokter Sardjito Yogyakarta terhadap Pencemaran Radioaktif. Pasca Sarjana Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta. Gumilar, Guruh Rahmat. 2013. Kontribusi Pelatihan

Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha

Page 107: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

87

Bagi peserta Pelatihan Persiapan Purna Bhakti di Lembaga LP2ES Bandung. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia. Hamdi, Asep Saepul dan Bahruddin, E. 2014. Metode Penelitian

Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Penerbit Deepublish. Kepmenkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Kepmenkes RI.

Kjellstrom, J. Brehm, dan Meijering. 2000. Air and Water

Pollution: Burder and Strategies for Control. Disease Control for Developing Countries. Berlin: DCP.

KLH. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 110 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air.

KLH. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

Kodoatie, R. J. dan Sjarief, R. 2005. Pengelolaan

Sumberdaya Air Terpadu. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mahida, U.N. 1981. Water Pollution and Disspossal of Waste

Water on Land. New York: Mc Graw Hill. Publishing Company Limited.

Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah

Industri. Jakarta: Rajawali Press.

Page 108: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

88

Manahan, S.E. 1994. Environmental Chemistry. 6th Edition. Lewis Publisher.

Manan, S. 1979. Pengaruh Hutan dan Manajemen Daerah

Aliran Sungai. Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Metcalf and Eddy. 1991. Wastewater Engineering; Treatment,

Disposal, Reuse. New York: McGraw-Hill, Inc. Metcalf dan Eddy. 2002. Wastewater Engineering, Treatment

and Reuse. Volume 1. 4th Edition. Revised by George Tchobanoglous, Franklin L. Burton and H. David Stensel. New York: Mc Graw Hill Higher

Education. Nawawi, Hadari. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: UGM Press. Nawir, A. A. dan Murniati Rumboko, L. 2008. Rehabilitasi Hutan

di Indonesia: Akan Kemanakah Arahnya Setelah Lebih dari Tiga Dasawarsa. Bogor: CIFOR.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat "Prisip-

prinsip Dasar". Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2010 Tentang

Penetapan Kelas Air pada Sungai. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang

Baku Mutu Air Limbah bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001

Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Page 109: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

89

Pruss, A., Giroult, E., Rushbrook, P. 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif (Jenis,

Karakteristik dan Keunggulannya). Cikarang:

Grasindo. Rahayu, S., Widodo, Rudy H., Noordwijk, Meine V., Suryadi, I.,

Verbist, Bruno. 2009. Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre- Southeast Asia Regional Office. 104 p.

Roy, K. dan Arora, D. R. 1973. Technology of Agricultural Land

Development and Water Management. New Delhi: Satya Prakashan. Tech. India Publ.

Saefuddin, 2007. Instalasi Pengolah Air Limbah Bojongsoang.

Program Studi Ilmu Mikrobiologi. ITB. Bandung. Said. 2003. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit. Makalah

Lokakarya. Jakarta. Sawyer, C.N. and P.L. McCarty. 1978. Chemistry for Sanitary

Engineers 3th Ed. Tokyo: McGraw-Hill Book

Company. Sawyer, C.N., McCarty, P.L., dan Parkin, G. 1994. Chemistry for

Environtmental Engineering. Singapore: McGraw-

Hill International Edition. Sawyer, L.B. 2003. Sawyer’s Internal Auditing : The Practice of

Modern Internal Auditing. The Institute of Internal

Auditors. Sihaloho, Wira Susi. 2009. Analisa Kandungan Ammonia dari

Limbah Cair Inlet dan Outlet dari Beberapa

Page 110: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

90

Industri Kelapa Sawit. Karya Ilmiah. Program Studi D3 Kimia Analisis FMIPA USU. Medan.

Siregar, Masbah R.T., Djajadiningrat, A., Hiskia, Syamsi, D.,

Idayanti, N., dan Widyarani. 2004. Road Map Teknologi Pemantauan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Pengolahan Limbah. Jakarta: LIPI Press.

Siregar, Sakti A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah.

Yogyakarta: Kanisius. Sosrodarsono, S. dan T. Takeda. 1982. Hidrologi Untuk

Pengairan. Bandung: Pradnya Paramita.

Standar Nasional Indonesia (SNI 6889.59:2008) Tentang

Metode Pengambilan Contoh Air Limbah. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah.

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:

ALFABETA. ________ 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:

Alfabeta. Sururi, R. M., Rachmawati, S.Dj., dan Sholichah, M. 2008.

Perbandingan Efektifitas Klor dan Ozon sebagai Desinfektan pada Sampel Air dari Unit Filtrasi Instalasi PDAM Kota Bandung. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008. Universitas Lampung.

Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan.

Yogyakarta: Andi Offset.

Page 111: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

91

Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air : Sumber, Dampak dan Penanggulangannya. Makalah Pengantar Ke falsafah Sains. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Wiwoho. 2005. Model Identifikasi Daya Tampung Beban

Cemaran Sungai dengan QUAL2E. Tesis. UNDIP.

Semarang. Yusuf, G. 2001. Kemampuan Tanaman Air Pada Proses

Bioremediasi Limbah Rumah Tangga Dalam Skala Kecil Dengan Sistem Simulasi. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Page 112: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

92

LAMPIRAN 1 BAKU MUTU AIR LIMBAH RUMAH SAKIT (Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013)

Page 113: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

93

Page 114: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

94

LAMPIRAN 2 BAKU MUTU AIR SUNGAI

(Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001)

Page 115: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

95

Page 116: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

96

Page 117: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

97

LAMPIRAN 3 PERHITUNGAN DEBIT 1. T1 (UPSTREAM)

Segmen Luas (m2) Kecepatan rata-

rata (m/s) Debit (m

3/s)

1 2,1854 0,87 1,898786

2 2,0516 0,87 1,776715

3 1,2265 0,64 0,787959

TOTAL 5,464 0,79 4,463

2. DOWNSTREAM

Segmen Luas (m2) Kecepatan rata-

rata (m/s) Debit (m

3/s)

1 4,34545 0,68 2,9487844

2 3,55325 0,53 1,880473

3 2,57465 0,4 1,0231898

TOTAL 10,473 0,54 5,852

Lebar sungai = 6,7 m

Lebar per segmen = 2,23 m

No. Titik Kedalaman (m)

1 H0 1,02

2 H1 0,94

3 H2 0,9

4 H3 0,2

Lebar sungai = 7 m

Lebar per segmen = 2,33 m

No. Titik Kedalaman (m)

1 H0 1,98

2 H1 1,75

3 H2 1,3

4 H3 0,91

Page 118: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

98

PERHITUNGAN DEBIT OUTLET IPAL RSSA MALANG Pengulangan Debit (m

3/s)

1 0.0082553

2 0.0085128

3 0.0089518

RATA-RATA 0.009

LAMPIRAN 4 PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN

MENGGUNAKAN METODE NERACA MASSA

T1 (Upstream) T2 (Outlet IPAL)

T3 (Downstream)

DEBIT (m3/s) 4,463 0,009 5,852

SUHU (0C) 25,167 28 25,167

pH 8,167 7,867 8,1

TSS (mg/L) 86,7 25,7 82,3

BOD (mg/L) 19,2 14,97 19,2

COD (mg/L) 81 74,89 43

FOSFAT (mg/L)

0,363 0,107 0,480

TOTAL KOLIFORM (Jumlah/100

mL)

171666,667 250 240000

1. CR SUHU

2. CR PH

Page 119: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

99

3. CR TSS

4. CR BOD

5. CR COD

6. FOSFAT

7. TOTAL KOLIFORM

Page 120: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

100

LAMPIRAN 5 PERHITUNGAN STATUS MUTU AIR MENGGUNAKAN METODE INDEKS PENCEMARAN

1. T1 (Upstream)

NO. PARAMETER Ci Lix Ci/Lix Ci/Lix Baru

1. PH 8.166667 6-9 0.444445 0.44444467

2. TSS 86.7 50 1.734 2.19524547

3. BOD 19.2 3 6.4 5.03089987

4. COD 81 25 3.24 3.55272505

5. FOSFAT 0.363333 0.2 1.816665 2.29637425

6. TOTAL KOLIFORM

171666.6667 5000 34.33333 8.67857985

(Ci/Lix)R 3.69971152

(Ci/Lix)M 8.67857985

Pij 6.67104241 (CEMAR

SEDANG)

Page 121: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

101

2. T2 (Outlet) NO. PARAMETER Ci Lix Ci/Lix Ci/Lix Baru

1. SUHU 28 30 0.933333 0.93333333

2. PH 7.866667 6-9 0.244445 0.24444467

3. SISA KLOR 0.05 - - -

4. TSS 25.7 30 0.856667 0.85666667

5. BOD 14,97 30 0.499 0.499

6. COD 74,89 80 0.936125 0.936125

7. FOSFAT 0.106667 2 0.053334 0.0533335

8. AMONIA 0.01142674 0.1 0.114267 0.1142674

9. TOTAL KOLIFORM 250 10000 0.025 0.025

(Ci/Lix)R 0.45777132

(Ci/Lix)M 0.936125

Pij 0.99050861 (KONDISI

BAIK)

Page 122: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

102

3. T3 (Downstream)

NO. PARAMETER Ci Lix Ci/Lix Ci/Lix Baru

1. PH 8.1 6-9 0.4 0.4

2. TSS 82.3 50 1.646 2.08214915

3. BOD 19.2 3 6.4 5.03089987

4. COD 43 25 1.72 2.17764223

5. FOSFAT 0.48 0.2 2.4 2.90105621

6. TOTAL KOLIFORM 240000 5000 48 9.40620619

(Ci/Lix)R 3.66632561

(Ci/Lix)M 9.40620619

Pij 7.13858033 (CEMAR

SEDANG)

Page 123: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

103

LAMPIRAN 6 HASIL PENGUJIAN KUALITAS AIR

Page 124: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

104

Page 125: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

105

LAMPIRAN 7 DOKUMENTASI IPAL RSSA MALANG

IPAL RSSA Malang Bak Aerasi

Ambang Pelimpah Bak

Ambang Pelimpah Bak Sedimentasi

Bak Buffer Basin Bak Klorinasi

Page 126: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

106

LAMPIRAN 8 DATA LAPANGAN SAAT SAMPLING

Page 127: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

107

LAMPIRAN 9 DATA JUMLAH PASIEN

Tanggal Inst. Rawat

Jalan Inst. Gawat

Darurat Rawat Inap

5 Des. 2017

1390 orang 88 orang 107 orang

6 Des. 2017

1311 orang 86 orang 132 orang

7 Des. 2017

1310 orang 64 orang 119 orang

Operasi Laboratorium

Rata-rata 53 orang/hari Rata-rata 1243 orang/hari

Page 128: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

108

LAMPIRAN 10 NOTA DINAS dan IZIN PENELITIAN

Page 129: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

109

LAMPIRAN 11 DOKUMENTASI PENELITIAN

Pengukuran Lebar Sungai Pengukuran Kecepatan

Pengambilan Sampel Sampel Air

Page 130: KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS PADA TITIK UPSTREAM …repository.ub.ac.id/151329/1/Sonia%20Prilly%20Ismi%C2%A0Arum.pdflimbah rumah sakit, titik T2 adalah outlet dari IPAL RSSA Malang,

110

Pengujian BOD Pengukuran Debit Outlet

Pengukuran Suhu Pengujian Fosfat dan Ammonia