LP Syok+IABD RSSA
-
Upload
bayu-purnomo -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
description
Transcript of LP Syok+IABD RSSA
LAPORAN PENDAHULUAN SYOK KARDIOGENIK + INTRA AORTIC BALLOON PUMP (IABP)
Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Department Medikal Di Ruang 5 Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang
Oleh:BAYU PURNOMO
NIM. 135070209111025
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN REGULER BFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN SYOK KARDIOGENIK + IABP
Yang telah disahkan pada
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
(…..........................................................)
Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi
(…....................................................) (…....................................................)
Mengetahui,
Kepala Ruangan
(…..........................................................)
A. Definisi
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi
jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada
definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik
biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg,
atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau penurunan
pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60 kali per
menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas yang jelas antara
sindrom curah jantung rendah dengan syok kerdiogenik. (Rackley. 2005)
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal
jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot
jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah
jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung,otak,
ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok
kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terajdi
pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia. (Price, 2006)
B. Etiologi
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak
fungsi jantung atau akibat penurunan fungsi kontraktil jantung kronik. Secara praktis
syok kardiogenik timbul karena gangguan mekanik atau miopatik, bukan akibat
gangguan elektrik primer. (Purwadianto. 2007)
Syok kardiogenik diakibatkan oleh kerusakan bermakna pada miokardium
ventrikel kiri yang ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang mengakibatkan
gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan.
Penyebab dari syok kardiogenik dibagi dalam :
1. Gangguan ventrikular ejection
a. Infark miokard akut
b. Miokarditis akut
c. Komplikasi mekanik :
1) Regurgitasi mitral akut akibat ruptur atau disfungsi otot papilaris
2) Ruptur septum interventrikulorum
3) Ruptur free wall
4) Aneurisma ventrikel kiri
5) Stenosis aorta yang berat
6) Kardiomiopati
7) Kontusio miokard
2. Gangguan ventrikular filling
a. Tamponade jantung
b. Stenosis mitral
c. Miksoma pada atrium kiri
d. Trombus ball valve pada atrium
e. Infark ventrikel kanan
(Smeltzer, 2001)
C. Manifestasi Klinis
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang
mengakibatkan gangguan mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke
jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium
akut adalah hilangnya 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis
vocal di seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen miokardium (Braunwald.2010). Gambaran klinis gagal jantung kiri :
1. Sesak napas dyspnea on effert, paroxymal nocturnal dyspnea
2. Pernapasan cheyne stokes
3. Batuk-batuk
4. Sianosis
5. Suara serak
6. Ronchi basah, halus tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax
7. Kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop, tachycardia
8. BMR mungkin naik
9. Kelainan pada foto rontgen
D. Faktor predisposisi
Dari berbagai penelitian dilaporkan adanya faktor-faktor predisposisi timbulnya
syok kardiogenik yaitu :
1. Umur yang relative lebih tua pada syok kardiogenik : umumnya lebih dari 60
tahun
2. Telah terjadi payah jantung sebelumnya
3. Adanya infark lama dan baru
4. Lokasi pada dinding anterior lebih sering menimbulkan syok
5. IMA yang meluas secara progresif
6. Komplikasi mekanik IMA : septum sobek, insufisiensi mitral, disenergi ventrikel
7. Gangguan irama dan nyeri hebat
8. Faktor ekstramiokardial : obat-obatan penyebab hipotensi atau hipovolemia
(Scwartz. 2008)
E. Patofisiologi
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi
gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang
pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran
darah ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun,
yang pada gilirannya meningkatkan iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan
jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan. Tanda klasik syok
kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak
yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urin,
serta kulit yang dingin dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen
ke jantung.seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk
mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji
beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan.
Peningkatan tekananakhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left
Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk
berfungsi sebagai pompa yang efektif (Price. 2006).
F. Pemeriksaan Diagnostik
Electrocardiography (elektrokardiografi) Hasil/pembacaan electrocardiogram
menurut Braunwald (2010): Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal
ventrikel kiri (LV failure), gelombang Q (Q waves) dan/atau >2-mm ST elevation
pada multiple leads atau left bundle branch block biasanya tampak. Lebih dari
setengah (> 50%) dari semua infark yang berhubungan dengan syok adalah
anterior. Global ischemia karena severe left main stenosis biasanya disertai dengan
depresi ST berat (>3 mm) pada multiple leads.
Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada mulanya
atau menunjukkan tandatanda gagal jantung kongestif akut (acute congestive heart
failure), yaitu: a.Cephalization karena dilatasi pembuluh darah-pembuluh darah
pulmoner. b.Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic
pressures) meningkat, akumulasi cairan interstitial ditunjukkan secara radiografis
dengan adanya gambaran fluffy margins to vessels, peribronchial cuffing, serta garis
Curley A dan B. Dengan tekanan hidrostatik yang sangat tinggi, cairan dilepaskan
(exuded) ke alveoli, menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates (Kaligis. 2005).
Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin tampak pada
penderita syok kardiogenik:
1. Kardiomegali ringan
2. Edema paru (pulmonary edema)
3. Efusi pleura
4. Pulmonary vascular congestion
5. Ukuran jantung biasanya normal jika hasil syok kardiogenik berasal dari infark
miokard
Ekokardiografi Ini berguna untuk menunjukkan:
1. Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).
2. Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).
3. Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade.
Selain itu penting untuk menilai hipokinesis berat ventrikel difus atau
segemental (bila berasal dari infark miokard), efusi pericardial, katup mitral dan
aorta, rupture septum dan pintasan intrakardiak.
Kateterisasi jantung pada umumnya tidak perlu kecuali pada kasus tertentu
untuk mengetahui anatomi pembuluh darah koroner dan fungsi ventrikel kiri
untuk persiapan bedah pintas koroner atau angioplasty koroner transluminasi
perkutan. Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau
regurgitasi mitral akibat disfungsi atauy rupture otot papilaris.
Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit darah tetap diperlukan untuk
evaluasi secara keseluruhan meskipun tidak berguna di dalam membuat
diagnosis awal (initial diagnosis).
2. Pemeriksaan enzim jantung.
3. CBC and serum electrolyte panel.
4. Kadar kreatinin dan blood urea nitrogen (BUN).
5. Gas darah arteri.
6. Studi koagulasi.
Penemuan laboratorium (Laboratory findings) menurut (Braunwald. 2010):
Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.
Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya normal,
namun blood urea nitrogen (BUN) dan creatinine meningkat secara cepat
(rise progressively).
Hepatic transaminases jelas meningkat karena hipoperfusi hati (liver
hypoperfusion).
Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat menyebabkan
anion gap acidosis dan peningkatan (elevation) kadar asam laktat (lactic
acid level).
Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan hypoxemia
dan metabolic acidosis, dimana dapat dikompensasi oleh respiratory
alkalosis.
Petanda jantung (cardiac markers), creatine phosphokinase dan MB
fraction-nya, jelas meningkat, begitu juga troponins I dan T.
Faktor-faktor pencetus test diagnostik antara lain :
1. Electrocardiogram (ECG)
2. Sonogram
3. Scan jantung
4. Kateterisasi jantung
5. Roentgen dada
6. Enzim hepar
7. Elektrolit oksimetri nadi
8. AGD
9. Kreatinin
10. Albumin / transforin serum
11. HSD
G. Penatalaksanaan
Ada berbagai pendekatan pada penatalaksanaan syok kardiogenik. Setiap
disritmia mayor harus dikoreksi karena mungkin dapat menyebabkan atau berperan
pada terjadinya syok. Bila dari hasil pengukuran tekanan diduga atau terdeteksi
terjadi hipovolemia atau volume intravaskuler rendah. Pasien harus diberi infus IV
untuk menambah jumlah cairan dalam sistem sirkulasi. Bila terjadi hipoksia, berikan
oksigen, kadang dengan tekanan positif bila aliran biasa tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan jaringan.
Farmakoterapi. Terapi medis dipilih dan diarahkan sesuai dengan curah
jantung dan tekanan darah arteri rerata. Salah satu kelompok obat yang biasa
digunakan adalah katekolamin yang dapat meningkatkan tekanan darah dan curah
jantung. Namun demikian mereka cenderung meningkatkan beban kerja jantung
dengan meningkatkan kebutuhan oksigen.
Bahan vasoaktif seperti natrium nitroprusida dan nitrogliserin adalah obat yang
efektif untuk menurunkan tekanan darah sehingga kerja jantung menurun. Bahan-
bahan ini menyebabkan arteri dan vena mengalami dilatasi, sehingga menimbulkan
lebih banyak pintasan volume intravaskuler keperifer dan menyebabkan penurunan
preload dan afterload. Bahan vasoaktif ini biasanya diberikan bersama dopamin,
suatu vasopresor yang membantu memelihara tekanan darah yang adekuat.
Pompa Balon Intra Aorta. Terapi lain yang digunakan untuk menangani syok
kardiogenik meliputi penggunaan alat bantu sirkulasi. Sistem bantuan mekanis yang
paling sering digunakan adalah Pompa Balon Intra Aorta (IABP = Intra Aorta Baloon
Pump). IABP menggunakan counterpulsation internal untuk menguatkan kerja
pemompaan jantung dengan cara pengembangan dan pengempisan balon secara
teratur yang diletakkan di aorta descendens. Alat ini dihubungkan dengan kotak
pengontrol yang seirama dengan aktivitas elektrokardiogram. Pemantauan
hemodinamika juga sangat penting untuk menentukan position sirkulasi pasien
selama penggunaan IABP.
Balon dikembangkan selama diastole ventrikel dan dikempiskan selama
sistole dengan kecepatan yang sama dengan frekuensi jantung. IABP akan
menguatkan diastole,yang mengakibatkan peningkatan perfusi arteria koronaria
jantung. IABP dikempiskan selama sistole, yang akan mengurangi beban kerja
ventrikel.
Penatalaksanaan yang lain :
1. Istirahat
2. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
3. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi
jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan
vena, dan volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema.
Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea,
ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan
ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya
akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini
(denyut normal dan premature saling bergantian), dan takikardia atria proksimal.
4. Pemberian diuretik, yaitu untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak menganggu
istirahat pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien
dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretik. Pasien juga
harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya
tanda-tanda dehidrasi.
5. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati
depresi pernapasan.
6. Pemberian oksigen.
7. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan
pengobatan utama untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel.
(Purwadianto. 2007)
IABP (Intra-aortic Ballon Pump) merupakan suatu alat mekanik yang
memiliki fungsi meningkatkan perfusi oksigen myocard dan pada saat yang sama
juga akan meningkatkan cardiac output. Peningkatan cardiac output ini akan
meningkatkan aliran darah koroner yang membawa oksigen menuju myocard.
IABP pertama kali dikenalkan oleh Dr. Adrian kantrowitz tahun 1960an yang
bertujuan meningkatkan perfusi koroner. Alat ini dikembangkan untuk bedah
jantung oleh dr. David bregman pada 1976.
Indikasi
1. Sulit weaning dari mesin pintas jantung paru
2. Syok kardiogenik
3. Gagal jantung
4. Infark myocard akut
5. Refractory unstable angina
6. Cardiac surgery
7. Cardiomyopathies
8. Refractory LV failure
9. Sepsis
Pompa
Pompa pada IABP terbuat dari bahan polyethylene yang dimasukkan ke
aorta melalui arteri femoralis. Pompa tersedia dengan ukuran 2.5-50 cc. Balon
diarahkan menuju aorta descending, sekitar 2 cm arteri subclavian kiri.
Pada saat diastolik, dimana katub aorta tertutup, balon akan inflamasi
(mengembang) sehingga meningkatkan perfusi ke koroner. Pada saat sistolik,
balon akan mengempis (deflasi), darah yang diejeksikan ventrikel kiri akan
meningkatkan cardiac output sekitar 40%. Sehingga dengan adanya bantuan
ejeksi dari balon, maka balon menurunkan beban kerja ventrikel kiri dengan
menurunkan afterload juga kebutuhan oksigen myocard. Balon mengembang
dengan helium. Inflamasi balon dapat dipicu oleh EKG, tekanan darah (Krishna,
2009)
H. Komplikasi Syok Kardiogenik
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmi
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia miokardium
2. Risiko menurunnya curah jantung bd perubahan frekuenasi, irama,
konduksilektrikal
3. Risiko pola nafas tidak efektif bd pengembangan paru tidak optimal, kelebihan
cairan di paru.
4. Risiko terhadap kelebihan volume cairan bd menurunnya perfusi organ.
5. Intoleransi aktivitas bd ketidakseimbanmgan antara suplai oksigen miokard
dengan kebutuhan.
6. Cemas bd rasa takut akan kematian, ancaman atau perubahan kesehatan.
7. Kurang Pengetahuan tentang sifat dasar penyakit dan metode untuk
menghindari komplikasi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan
DS:- Laporan secara verbal DO:- Posisi untuk menahan
nyeri - Tingkah laku berhati-
hati- Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)- Terfokus pada diri
sendiri - Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) - Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)- Respon autonom
(seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)- Perubahan autonomic
dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif
NOC : Pain Level, pain control, comfort levelSetelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
Tidak mengalami gangguan tidur
NIC : Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
Tingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
(contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Risiko Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
DO/DS:- Aritmia, takikardia,
bradikardia- Palpitasi, oedem- Kelelahan- Peningkatan/penurunan
JVP- Distensi vena jugularis- Kulit dingin dan lembab- Penurunan denyut nadi
perifer- Oliguria, kaplari refill
lambat- Nafas pendek/ sesak
nafas- Perubahan warna kulit- Batuk, bunyi jantung
S3/S4- Kecemasan
NOC : Cardiac Pump
effectiveness Circulation Status Vital Sign Status Tissue perfusion:
periferSetelah dilakukan asuhan selama………penurunan kardiak output klien teratasi dengan kriteria hasil: Tanda Vital dalam
rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran
AGD dalam batas normal
Tidak ada distensi vena leher
Warna kulit normal
NIC :Evaluasi adanya nyeri dada Catat adanya disritmia jantungCatat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putputMonitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantungMonitor balance cairanMonitor respon pasien terhadap
efek pengobatan antiaritmiaAtur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahanMonitor toleransi aktivitas pasienMonitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneuAnjurkan untuk menurunkan stress Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas Monitor jumlah, bunyi dan irama
jantung Monitor frekuensi dan irama
pernapasan Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
Sediakan informasi untuk mengurangi stress
Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung
Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus perifer
Minimalkan stress lingkungan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Risiko Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan : - Hiperventilasi - Penurunan
energi/kelelahan - Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal - Kelelahan otot
pernafasan - Hipoventilasi sindrom - Nyeri - Kecemasan - Disfungsi
Neuromuskuler - Obesitas- Injuri tulang belakang
DS:- Dyspnea- Nafas pendek DO: -Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi -Penurunan pertukaran udara per menit -Menggunakan otot
NOC: Respirat
ory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Vital sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil: Mendemonstrasika
n batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten
NIC: Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan Berikan bronkodilator :
-…………………..…………………….
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2Bersihkan mulut, hidung dan secret
trakeaPertahankan jalan nafas yang
patenObservasi adanya tanda tanda
hipoventilasiMonitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasiMonitor vital signInformasikan pada pasien dan
pernafasan tambahan -Orthopnea -Pernafasan pursed-lip -Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama -Penurunan kapasitas vital-Respirasi: < 11 – 24 x /mnt
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk efektifMonitor pola nafas
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Risiko Kelebihan Volume CairanBerhubungan dengan : - Mekanisme
pengaturan melemah
- Asupan cairan berlebihan
DO/DS : - Berat badan
meningkat pada waktu yang singkat
- Asupan berlebihan dibanding output
- Distensi vena jugularis
- Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), , pleural effusion
- Oliguria, azotemia - Perubahan status
mental, kegelisahan, kecemasan
NOC : Electrolit and acid
base balance Fluid balance Hydration
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Kelebihan volume cairan teratasi dengan kriteria: Terbebas dari
edema, efusi, anaskara
Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
Terbebas dari distensi vena jugularis,
Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign DBN
Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau bingung
NIC : Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat Pasang urin kateter jika
diperlukan Monitor hasil lab yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Monitor vital sign Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
Kaji lokasi dan luas edema Monitor masukan makanan /
cairan Monitor status nutrisi Berikan diuretik sesuai interuksi Kolaborasi pemberian obat:
.................................... Monitor berat badan Monitor elektrolit Monitor tanda dan gejala dari
odema
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan : Tirah Baring atau
imobilisasi Kelemahan
menyeluruh Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen dengan kebutuhan
Gaya hidup yang
dipertahankan.
DS: Melaporkan secara
verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
DO :
Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
Perubahan ECG : aritmia, iskemia
NOC : Self Care : ADLs Toleransi aktivitas Konservasi eneergiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
NIC : Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber
energi yang adekuat Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Kecemasan berhubungan denganFaktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi
DO/DS:- Insomnia- Kontak mata kurang- Kurang istirahat- Berfokus pada diri
sendiri- Iritabilitas- Takut- Nyeri perut- Penurunan TD dan
denyut nadi- Diare, mual, kelelahan- Gangguan tidur- Gemetar- Anoreksia, mulut kering- Peningkatan TD,
denyut nadi, RR- Kesulitan bernafas- Bingung- Bloking dalam
pembicaraan- Sulit berkonsentrasi
NOC :- Kontrol kecemasan- Koping Setelah dilakukan asuhan selama ……………klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: Klien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) Gunakan pendekatan yang
menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anti cemas:........
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Kurang PengetahuanBerhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
DS: Menyatakan secara verbal adanya masalahDO: ketidakakuratan
mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai
NOC: Kowlwdge : disease
process Kowledge : health
BehaviorSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
NIC : Kaji tingkat pengetahuan pasien
dan keluarga Jelaskan patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Braunwald H 2010. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam vol 3. edisi 15. EGC Jakarta.
Cheitlin MD, Mclory MB,. 2006. Clinical Cardiology. 8th ed. California: Prentise Hall
International Inc.
Kaligis RWM. Buku Ajar Kardiologi. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.
Jakarta. 2005.
Krishna, Murli, Kai. 2009. Principles of ingtra-aortic ballon pump counterpulsation
Continuing Education in Anasthesia, Critical care and pain j Vol. 9
Price SA. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC.
Jakarta.
Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan Praktis.
Binarupa Aksara. Jakarta. 2007.
Rackley CE. 2005. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Scwartz, Shires, Spencer. 2008. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 7. EGC.
Jakarta.
Trisnohadi HB. Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedoteran
Universitas Indonesia. 2006.