ktrk CR

17
CASE REPORT KATARAK SENILIS MATURE OD + KATARAK SENILIS IMMATURE OS Oleh: Selvi Pratiwi NPM. 0618011086 Preceptor : dr. Paulus Dwi Mahdi, Sp. M SMF PENYAKIT MATA RSUD ABDUL MOLOEK BANDAR LAMPUNG 2011

Transcript of ktrk CR

CASE REPORTKATARAK SENILIS MATURE OD + KATARAK SENILIS IMMATURE OS

Oleh: Selvi Pratiwi NPM. 0618011086

Preceptor : dr. Paulus Dwi Mahdi, Sp. M

SMF PENYAKIT MATA RSUD ABDUL MOLOEK BANDAR LAMPUNG 2011

STATUS PASIEN

I.

IDENTITAS a. Nama b. Umur c. Jenis Kelamin d. Pekerjaan e. Alamat f. MR g. Masuk RSAM : Ny. Y : 61 : Perempuan : Tidak Bekerja : Tanjung Karang, Bandar Lampung : 018393 : 25 Agustus 2011

II.

ANAMNESA Keluhan Utama Keluhan Tambahan : penglihatan kabur, terutama pada mata kanan : penglihatan seperti melihat asap

a. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RSAM dengan keluhan pandangan kabur terutama pada mata kanan sejak 7 tahun yang lalu. Pasien mengaku penglihatannya seperti melihat asap. Keluhan ini dirasakan makin lama makin bertambah. Awalnya pasien masih dapat melihat dengan menggunakan kacamata, namun semakin lama pandangannya semakin kabur dan hanya dapat melihat cahaya saja. Pada mata kiri, rasa kabur masih dapat diatasi dengan menggunakan kacamata.

b. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengaku belum pernah mengalami sakit mata sebelumnya. Namun pasien menderita darah tinggi sejak 30 tahun yang lalu dan kencing manis sejak 12 tahun yang lalu.

c. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit darah tinggi dan diabetes melitus pada keluarga disangkal.

III.

PEMERIKSAAN FISIK 25 Agustus 2011 (pre operasi) a. Status Present Keadaan Umum Kesadaran Tekanan Darah Nadi Pernafasan Suhu : tampak sakit sedang : composmentis : 190/100 mmHg : 82 x/menit : 17 x/menit : 36,5 oC

b. Status Generalis Kepala Bentuk Mata Hidung Telinga Mulut : normocephalic : status oftalmologis : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

Thoraks Jantung Paru : dalam batas normal : dalam batas normal

Abdomen Hepar Lien : tidak teraba : tidak teraba : tidak ada kelainan

Ekstremitas

c. Status Oftalmologis

DEXTRA 1/ (bs) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Normal Normal Normal Normal Normal Anemis Anemis Tenang Normal, anikterik Jernih, arcus senilis (+) Sedang Gambaran kripta baik Bulat, refleks cahaya (+) Keruh Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Visus Koreksi Skiaskopi Sensus coloris Bulbus oculi Supercilia Parese/Paralyse Palpebra Superior Palpebra Inferior Conjungtiva Palpebralis Conjungtiva Fornices Conjungtiva Bulbi Sclera Cornea Camera Oculi Anterior Iris Pupil Lensa Fundus Refleks Corpus Vitreum Tensio Oculi System Canalis Lakrimalis

SINSTRA 2/60 (bs) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Normal Normal Normal Normal Normal Anemis Anemis Tenang Normal, anikterik Jernih, arcus senilis (+) Sedang Gambaran kripta baik Bulat, refleks cahaya (+) Keruh Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

26 Agustus 2011 (post operasi) a. Status Present Keadaan Umum Kesadaran Tekanan Darah Nadi Pernafasan Suhu : tampak sakit sedang : composmentis : 150/80 mmHg : 78 x/menit : 22 x/menit : 36,7 oC

b. Status Generalis Kepala Bentuk Mata Hidung Telinga Mulut : normocephalic : status oftalmologis : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

Thoraks Jantung Paru : dalam batas normal : dalam batas normal

Abdomen Hepar Lien : tidak teraba : tidak teraba : tidak ada kelainan

Ekstremitas

c. Status Oftalmologis

DEXTRA 3/60 (bs) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Pseudoafakia Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Visus Koreksi Skiaskopi Sensus coloris Bulbus oculi Supercilia Parese/Paralyse Palpebra Superior Palpebra Inferior Conjungtiva Palpebralis Conjungtiva Fornices Conjungtiva Bulbi Sclera Cornea Camera Oculi Anterior Iris Pupil Lensa Fundus Refleks Corpus Vitreum Tensio Oculi System Canalis Lakrimalis

SINSTRA 2/60 (bs) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Normal Normal Normal Normal Normal Anemis Anemis Tenang Normal, anikterik Jernih, arcus senilis (+) Sedang Gambaran kripta baik Bulat, refleks cahaya (+) Keruh Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV.

Resume Pasien Ny. Y, perempuan, 61 tahun, mengeluh penglihatan kedua matanya kabur terutama pada mata kanan. Keluhan ini dirasakan sejak 7 tahun yang lalu dan semakin lama semakin bertambah. Pasien mengaku penglihatannya seperti melihat asap dan mengaku tidak pernah mengalami sakit mata sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : 25 Agustus 2011 Pre Operasi DEXTRA 1/ (bs) Jernih, arcus senilis (+) Keruh Visus Cornea Lensa SINISTRA 2/60 (bs) Jernih, arcus senilis (+) Keruh

26 Agustus 2011 Post Operasi DEXTRA 1/ (bs) Tidak dilakukan Pseudoafakia Visus Cornea Lensa SINISTRA 2/60 (bs) Jernih, arcus senilis (+) Keruh

Keadaan lain dalam batas normal.

V.

DIAGNOSA BANDING - glaukoma - katarak diabetes

VI.

DIAGNOSA KERJA - katarak senilis mature OD + katarak senilis imature OS

VII.

ANJURAN PEMERIKSAAN - Biometri - Tonometri - Slitlamp

VIII.

PENATALAKSANAAN Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) + pemasangan Intra Okular Lens (IOL) dengan anestesi lokal. Medikamentosa post op: Amoxicillin 500 mg 3x1 Asam Mefenamat 500 mg 3x1 Gentamisin ED gtt 2 tiap jam

Anjuran untuk pasien setelah operasi Menjaga kebersihan mata kanan, yaitu dengan menutup dengan kasa steril yang diganti setiap harinya. Mengikuti instruksi perawatan mata post-op katarak selama satu bulan (mata tidak boleh basah, mandi hanya bagian leher ke bawah, mata tidak boleh terbentur dan diucek-ucek, tidak boleh miring ke arah mata yang sakit, tidak boleh mengedan, mengangkat beban >5 kg, perbanyak makan buah dan sayur).

IX.

PROGNOSA - Quo ad vitam : ad bonam

- Quo ad fungtionam : dubia ad malam

FOLLOW UP Tanggal 25 Agustus 2011 Pre Operasi Katarak Matur OD Perjalanan Penyakit S : pandangan mata kabur sejak 7 tahun yang lalu O : TD : 190/100 mmHg N : 82 x/menit P : 17 x/menit S : 36,5 oC Status Oftalmologis (OD) VOD : 1/ (bs) Kornea : jernih, arcus senilis (+) Lensa : keruh, shadow tes (-) Iris : kripta baik Pupil : bulat, sentral, refleks cahaya (+) Status Oftalmologis (OS) VOS : 2/60 (bs) Kornea : jernih, arcus senilis (+) Lensa : keruh, shadow test (+) Iris : kripta baik Pupil : bulat, sentral, refleks cahaya (+) D/ Katarak Matur OD ad Katarak Immatur OS 26 Agustus 2011 Post Operasi Katarak Matur OD O : TD N P S : 150/80 mmHg : 78 x/menit : 22 x/menit : 36,7 oC - Amoxicillin 500 mg 3 x sehari - Asam mefenamat 500 mg 3 x sehari Gentamisin - Gentamisin ED gtt 2 OD tiap jam - Alletrol ED gtt 2 OD tiap jam Instruksi Dokter Instruksi terapi post operasi katarak matur OD: - Amoxicillin 500 mg 3 x sehari - Asam mefenamat 500 mg 3 x sehari

Status Oftalmologis (OD) VOD : 3/60 Status Oftalmologis (OS) VOS : 2/60 (bs) Kornea : jernih, arcus senilis (+) Lensa : keruh, shadow test (+) Iris : kripta baik Pupil : bulat, sentral, refleks cahaya (+) D/ Katarak Immatur OS

PEMERIKSAAN LABORATORIUM I. Hematologi Pemeriksaan Hemoglobin LED Leukosit Hitung Jenis Basofil Eosinophil Batang Segmen Limfosit Monosit 0 0 1 68 25 6 2 10 0-3% 1-3% 2-6% 50-70% 20-40% 2-8% 1-7 menit 9-15 menit Hasil 13,0 100 8400 Normal/Satuan Wn. 12-16,0 gr/dl Wn. 0-20 mm/jam 4500-10700 / ul

Masa Perdarahan Masa Pembekuan

II.

Kimia Darah Pemeriksaan Ureum Kreatinin Gula Darah Sewaktu 25 Agustus 2011 26 Agustus 2011 (Pre op) 234 150 70-200 mg/dl Hasil 24 1,0 Nilai Normal 10-40 mg/dl Wn. 0,7-1,3 mg/dl

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Katarak merupakan suatu keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, ataupun terjadi karena kedua-duanya.

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun.

Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak juga dapat berhubungan dengan proses penyakit intraokular lainnya.

B. Klasifikasi Katarak Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan dalam: 1. Katarak kongenital, yaitu katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah satu tahun 2. Katarak juvenil, yaitu katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun 3. Katarak senilis, yaitu katarak setelah usia 50 tahun. Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sstemik maka hal ini biasanya terdapat pada hampir emua katarak senil, katarak herediter dan kongenital. Secara klinik, katarak senil dibagi menjadi katarak insipien, katarak intumesen, katarak immatur, katarak matur, dan katarak hipermatur. 1. Katarak insipien Merupakan stadium awal dari katarak senil yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan di mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji

menuju korteks anterior dan posterior (katrak kortikal). Vakuol mulai terlihat di korteks, yang terlihat bila pupil dilebarkan yang disebut spokes of wheel. 2. Katarak Intumesen Pada stadium ini kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. 3. Katarak Imatur Pada stadium ini sebagian lensa keruh dan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur, volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. 4. Katarak Matur Pada stadium ini kekeruhan telah mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali ke ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali dan tidak terdapat bayangan iris pada shadow test atau disebut shadow tes negatif. 5. Katarak Hipermatur Merupakan katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonulla zinii menjadi kendor. Bila proses katarak berlanjut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan

nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut disebut sebagai katarak Morgagni.

Katarak juga dapat disebabkan oleh kelainan sistemik, salah satunya adalah diabetes melitus. Katarak pada pasien diabetes melitus dapat terjadi dalam 3 bentuk: 1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan lensa akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali. 2. Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam, dapat terlihat bentuk snow flake atau bentuk piring subkapsular. 3. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan biokimia sama dengan katarak pasien non diabetik.

C. Gejala Katarak Gejala umum pada katarak diantaranya adalah: Pandangan kabur Penglihatan seperti melihat asap atau berkabut Peka terhadap sinar atau cahaya Kadang terdapat monocular diplopia yang tidak dapat dikoreksi menggunakan kacamata Kesulitan membaca pada tempat dengan cahaya redup Penglihatan menurun di malam hari Sering mengganti kacamata namun penglihatan tetap bertambah buruk

D. Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah tajam penglihatan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan menurunnya tajam

penglihatan, sinar celah (slit lamp), tonometri, dan juga pemeriksaan prabedah lainnya sperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat terjadi penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum. Sebelum melakukan penanaman lensa intraokular, kekuatan lensa diukur dengan menggunakan biometri.

E. Diagnosa Banding Katarak merupakan penyakit mata yang dapat menurunkan penglihatan tanpa disertai mata merah, oleh karena itu diagnosa banding yang dapat ditegakkan adalah: 1. Katarak Diabetes Pada katarak diabetes proses kekeruhan lensa terjadi lebih dini dan terjadi katarak serentak pada kedua mata sedangkan katarak senil tidak.

F. Pengobatan Katarak Katarak tidak dapat diobati dengan obat tetes atau minum. Sampai saat ini penanganan yang terbaik adalah melalui tindakan operasi dengan mengambil lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa buatan. Pelaksanaan operasi disesuaikan dengan kebutuhan penderita, sampai dengan batas terganggunya penglihatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

G. Teknik Operasi Katarak 1. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) Merupakan tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.

2. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus. Pada EKIK tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan EKIK tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

3. Fakoemulsifikasi Merupakan teknik ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus dan korteks lensa menggunakan getaran-getaran ultrasonik kemudian dilakukan irigasi dan aspirasi untuk mengeluarkannya melalui insisi limbus yang kecil (2-5mm), sehingga mempermudah penyembuhan pasca operasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau dimasukkan lensa intraokular, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intraokular fleksibel yang dapat dilipat sehingga dapat dimasukkan melalui insisi kecil seperti itu.

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS) Merupakan teknik operasi katarak yang umu digunakan di negara berkembang. Teknik ini biasanya menghasilkan visual yang lebih baik dari operasi katarak lainnya. SICS adalah teknik dengan irisan yang kecil menggunakan lensa intraocular yang bisa dilipat (foldable) atau yang tidak bisa dilipat. Irisan tersebut biasanya hanya memerlukan satu jahitan.

Keuntungan : Insisi kecil 5,5 mm tanpa jahitan

Dapat menggunakan lensa implan yang kaku sehingga lebih murah Dapat dilakukan dengan cepat (6 menit) Lebih murah Sukses pada 99% kasus Kerugian : Insisi lebih besar bila dibandingkan dengan fakoemulsifikasi

Setelah dilakukan operasi, perlu dilakukan perawatan pasca operasi untuk mendapatkan hasil operasi yang baik. Pada teknik operasi dengan insisi kecil, masa penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari operasi itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari, tetapikalu matanya terasa nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien melihat dengan cukup baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen (biasanya disediakan 6-8 minggu setelah operasi). H. Prognosa Prognosa fungsi vital baik tetapi fungsional mengarah ke buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S. 2009. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI Vaughan, Daniel G. Dkk. 2000. Oftalmologi Umum Edisi 14. Jakarta : Widya Medika Crick dan Khaw.2003. A Textbook of Clinical Ophtalmology 3rd Edition. World Scientific