- CR - Malaria
-
Upload
ayu-ssii-js -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
description
Transcript of - CR - Malaria
STATUS PENDERITA
Masuk RSAY : 19 April 2012
Pukul : 17.40 WIB
I. IDENTITAS PASIEN
- Nama penderita : Tn. N
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Umur : 35 Tahun
- Agama : Islam
- Suku : Jawa
- Status : Menikah
- Alamat : Nuban-Lampung Timur
II. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit
Keluhan utama : Demam Tinggi
Keluhan tambahan : Menggigil, merasa dingin, berkeringat
pada waktu siang hari,Pusing dan nyeri sendi.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD RSUD A. Yani pada tanggal 19 April 2012 dengan keluhan
demam tinggi. Demam tinggi dirasakan 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasakan tiba-tiba langsung tinggi, mendadak dan terus menerus. Dalam 7 hari,
demam terjadi setiap hari tanpa ada 1 hari yang bebas demam. Demam disertai
menggigil terutama pada pagi hari diatas jam 10.00 WIB. Saat demam pasien
merasakan pegal keseluruhan tubuhnya dan terutama rasa pegal ini dirasakan pada
sendi-sendi besar seperti sendi panggul, sendi gelang bahu dan tulang belakang.
Selain demam pasien juga mengeluhkan pusing pada kepalanya. Pusing ini dirasakan
seperti kepala diikat dan kepala terasa kaku. Pasien juga mengalami mual-mual dan
muntah. Mual-mual ini disertai nyeri ulu hati yang kadang timbul kadang juga
hilang. Pasien mengaku baru pulang tugas dinas dari pulau Bangka dan menetap ±
satu bulan. Pasien memiliki riwayat malaria satu tahun yang lalu juga setelah pulang
dari tugas dinas ke pulau bangka.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain selain penyakit yang dialami pasien
sekarang.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien tidak mengalami riwayat penyakit serupa.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis / E4V5M6
- HR : 120 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : 38,8 ºC
- Tekanan Darah : 100/70
- Status gizi : Cukup
Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh
- Pucat : (+)
- Sianosis : (-)
- Ikterus : (-)
Untuk orang yang aku cintai SHT 2
- Perdarahan : (-)
- Oedem umum : (-)
- Turgor : Cukup
- Pembesaran KGB generalisata : (-)
KEPALA : Normocephalik
- Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
- Mata : Tak cekung,edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis
(+/+), sklera ikterik (+/+), pupil isokor, diameter 2
mm, refleks cahaya +/+.
- Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)
- Mulut : Bibir kering, lidah tidak kotor, sianosis (-)
- Telinga : Simetris, liang lapang, serumen (-)
- Tenggorokan : Uvula ditengah, hiperemis (-)
LEHER
- Bentuk : Simetris
- Trakhea : Di tengah
- KGB : Tidak membesar
- JVP : Tidak meningkat
PARU-PARU
- Inspeksi : Pernapasan simetris kanan dan kiri
- Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri
- Auskultasi : Suara napas vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/-,wheezing -/-
JANTUNG
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Untuk orang yang aku cintai SHT 3
- Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
- Inspeksi : Perut datar, simetris, tidak tegang
- Palpasi : NT (+) epigastrium, nyeri tekan titik Mac Burney (-),
nyeri lepas (-), hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae, lien
teraba dengan pembesaran schufner 2.
- Perkusi : Pekak - timpani
- Auskultasi : Bising usus (+) normal.
GENITALIA
- Tidak dilakukan pemeriksaan
SISTEM UROGENITAL
- Tidak dilakukan pemeriksaan
EKSTREMITAS
- Superior : Oedem (-), sianosis (-), pucat (-)
- Inferior : Oedem (-), sianosis (-), pucat (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (20 April 2012)
1. Hematologi
WBC : 4300 (5.000-10.000/ uL)
HGB : 9,4 (14,8-18 g/dL)
HCT : 27,5 (41-54 %)
Untuk orang yang aku cintai SHT 4
MCV : 88 (80-92 Fl)
MCH : 8,8 (27-31 pg)
MCHC : 34,3 (32-36 g/dL)
PLT : 66000 (150-450 rb/uL)
GDS : 95 (<200)
2. Tes Parasitologi (Apus Darah Tepi)
Ditemukan parasit Plasmodium vivax stadium tropozoit.
3. Test Widal
O H
S. typhi - -
S. paratyphi A - -
S. paratyphi B - -
S. paratyphi C - -
V. RESUME
Pasien datang ke UGD RSUD A. Yani pada tanggal 19 April 2012 dengan keluhan
demam tinggi. Demam tinggi dirasakan 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasakan tiba-tiba langsung tinggi, mendadak dan terus menerus. Dalam 7 hari,
demam terjadi setiap hari tanpa ada 1 hari yang bebas demam. Demam disertai
menggigil terutama pada pagi hari diatas jam 10.00 WIB. Saat demam pasien
merasakan pegal keseluruhan tubuhnya dan terutama rasa pegal ini dirasakan pada
sendi-sendi besar seperti sendi panggul, sendi gelang bahu dan tulang belakang.
Selain demam pasien juga mengeluhkan pusing pada kepalanya. Pusing ini dirasakan
seperti kepala diikat dan kepala terasa kaku. Pasien juga mengalami mual-mual dan
muntah. Mual-mual ini disertai nyeri ulu hati yang kadang timbul kadang juga
hilang. Pasien mengaku baru pulang tugas dinas dari pulau Bangka dan menetap ±
satu bulan. Pasien memiliki riwayat malaria satu tahun yang lalu juga setelah pulang
dari tugas dinas ke pulau bangka. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain selain
Untuk orang yang aku cintai SHT 5
penyakit yang dialami pasien sekarang. Di keluarga pasien tidak mengalami riwayat
penyakit serupa.
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 120 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Suhu : 38,8 o C
Status Lokalis :
Mata : Tak cekung,edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis
(+/+), sklera ikterik (+/+), pupil isokor, diameter 2
mm, refleks cahaya +/+.
Palpasi Abdomen : NT (+) epigastrium, nyeri tekan titik Mac Burney (-),
nyeri lepas (-), hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae, lien
teraba dengan pembesaran schufner 2.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Febris et causa Malaria Malaria Tertiana/vivax
VII. DIAGNOSIS BANDING
Demam Typhoid Malaria Falciparum/Tropika
Dengue Haemorrhagic Fever Malaria Quartana/malariae
Demam Dengue Malaria Ovale
Hepatitis
Untuk orang yang aku cintai SHT 6
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan Serologis (Rapid Test)
SGOT/SGPT
Test Kimia Darah
IX. PENGOBATAN
Non medikamentosa :
Rawat inap
Diet normal
IVFD RL gtt xxx/menit
Medikamentosa :
- Cefotaxim 2x1 gr vial IV
- Ranitidine 2x1 amp IV
- Ondansetron 2x1 amp IV
- Chloroquine 4x1 tablet
- Paracetamol 3x500mg PO
- Acitral Syrup 3xC1
- Gastrolan 1x1 PO
←
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungtionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Untuk orang yang aku cintai SHT 7
XI. FOLLOW UP
Keluhan Tgl 19-04-2012 Tgl 20-04-2012 Tgl 21-04-012
Demam 38,80C 38,20C 37,60CAnemia 9,4 9,4 9,4
Trombosit 66000 66000 66000Ikterik ( + ) ( + ) ( - )
Nyeri sendi ( + ) ( + ) ( + )Nyeri
Kepala( + ) ( + ) ( + )
Terapi - IVFD RL gtt xxx/menit
- Cefotaxim 2x1 gr vial IV
- Ranitidine 2x1 amp IV
- Ondansetron 2x1 amp IV
- Chloroquine 4x1 tablet
- Paracetamol 3x500mg PO
- Acitral Syrup 3xC1
- Gastrolan 1x1 PO
- IVFD RL gtt xx/menit
- Cefotaxim 2x1 gr vial IV
- Ranitidine 2x1 amp IV
- Chloroquine 4x1 tablet
- Paracetamol 3x500mg PO
- IVFD RL gtt xx/menit
- Cefotaxim 2x1 gr vial IV
- Ranitidine 2x1 amp IV
- Chloroquine 4x1 tablet
- Paracetamol 3x500mg PO
Untuk orang yang aku cintai SHT 8
Keluhan Tgl 22-04-2012 Tgl 23-04-2012
Demam 37,20C 37,60CAnemia 10,7 10,7
Trombosit 94000 94000Ikterik ( - ) ( - )
Nyeri sendi ( - ) ( - )Nyeri Kepala ( + ) ( - )Terapi - IVFD RL gtt
xx/menit- Cefotaxim 2x1 gr
vial IV- Ranitidine 2x1
amp IV- Chloroquine 4x1
tablet- Paracetamol
3x500mg PO
- IVFD RL gtt xx/menit
- Cefotaxim 2x1 gr vial IV
- Ranitidine 2x1 amp IV
- Chloroquine 4x1 tablet
- Paracetamol 3x500mg PO
- Pasien Pulang APS
Untuk orang yang aku cintai SHT 9
MALARIA
A. Definisi Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki endemisitas tinggi. 13 Malaria maupun penyakit yang menyerupai
malaria telah diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria
dikenal secara luas di daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai
penyebab utama berkurangnya penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal
sejak tahun 1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse
Laxeran tahun 1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883 Marchiafava
menggunakan metilen biru sehingga morfologi parasit ini lebih mudah dipelajari.
Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan
Binagmi pada tahun 1898 dan kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick Manson
dapat dibuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penular malaria (Depkes, 1995
dan Hiswani, 2004).
B. Agent Penyakit Malaria
Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae, dan order
Coccidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:
Untuk orang yang aku cintai SHT 10
1. Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria falciparum atau malaria
tertiana yang maligna (ganas) atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria
tropika yang menyebabkan demam setiap hari.
2. P. Vivax, menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana
benigna (jinak).
3. P. Malariae, menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.
4. P. Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan
Pasifik Barat, menyebabkan malaria ovale (Hiswani, 2004 dan Soegijanto,
2006).
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium.
Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling
banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara P. falciparum dengan P. vivax
atau P. malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun
hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah yang
tinggi angka penularannya.17 Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan
nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14
hari untukP. vivax dan P. ovale, dan 7-30 hari untuk P. malariae. Masa inkubasi
ini dapat memanjang antara 8-10 bulan terutama pada beberapa strain P. vivax di
daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasi tergantung
pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2
bulan.
C. Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan
eritrosit maka akan menyebabkan anemia. Beratnya anemia tidak sebanding
dengan parasitemia, hal ini menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang
Untuk orang yang aku cintai SHT 11
mengandung parasit. Diduga terdapat toksin malaria yang menyebabkan
gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa
sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan anemia mungkin karena
terbentuknya antibodi terhadap eritrosit (Rampengan, 2000).
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga
mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering
terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi.
Pada malaria kronis terjadi hiperplasi dari retikulum disertai peningkatan
makrofag(Rampengan, 2000).
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit
ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit
mengalami perubahan struktur dan biomolekuler sel untuk mempertahankan
kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme transpor membran
sel, penurunan deformabilitas, pembentukan knob, ekspresi varian non antigen di
permukaan sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan rosetting, peranan sitokin dan NO
(Nitrik Oksida) (Harijanto, 2006).
Sitoadherensi adalah peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi
P.falsiparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu
eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga
terbentuk roset. Sitoadherensi menyebabkan eritrosit matur tidak beredar
kembali dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam
jaringan mikrovaskuler disebut eritrosit matur yang mengalami sekuestrasi.
Hanya P.falsiparum yang mengalami sekuestrasi, karena pada plasmodium
lainnya seluruh siklus terjadi pada pembuluh darah perifer. Sekuestrasi terjadi
pada organ-organ vital dan hampir semua jaringan dalm tubuh. Sekustrasi
tertinggi terdapat di otak, diikuti dengan hepar dan ginjal, paru, jantung dan usus.
Untuk orang yang aku cintai SHT 12
Sekuestrasi ini memegang peranan utama dalam patofisiologi malaria berat
(Harijanto, 2006).
Rosseting adalah suatu fenomena perlekatan antara satu buah eritrosit yang
mengandung merozoit matang yang di selubungi oleh sekitar 10 atau lebih
eritrosit non parasit sehingga berbentuk seperti bunga. Salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya rosseting adalah golongan darah dimana terdapatnya
antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada
permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi parasit. Rosseting menyebabkan
obstruksi aliran darah lokal atau dalam jaringan sehingga mempermudah
terjadinya sitoadherensi (Harijanto, 2006).
Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit dan makrofag setelah mendapat
stimulasi dari toksin malaria. Sitokin ini antara lain TNF alfa (TNF α),
interleukin 1 (IL-1), IL-6, IL3, lymphotoxin (LT) dan interferon gamma (INF γ).
Dari beberapa penelitian dibuktikan bahwa penderita malaria serebral yang
meninggal atau dengan komplikasi berat seperti hipoglikemia mempunyai kadar
TNFα yang tinggi. Demikian juga malaria tanpa komplikasi kadar TNFα, IL-1,
IL-6 lebih rendah dari malaria serebral. Walaupun demikian hasil ini tidak
konsisten karena juga dijumpai penderita malaria yang mati dengan TNF normal
atau rendah atau pada malaria serebral yang hidup dengan sitokin yang tinggi.
Oleh karenanya diduga adanya peran dari neurotransmiter yang lain sebagai free
radical dalam kaskade ini seperti NO sebagai faktor yang penting dalam
patogenesa malaria berat (Harijanto, 2006).
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah mulitifaktorial dan
berhubungan dengan hal-hal berikut:
1. Penghancuran eritrosit
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tapi juga
terhadap eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan
Untuk orang yang aku cintai SHT 13
anemia dan anoksia jaringan. Pada hemolisis intravaskuler yang berat dapat
terjadi hemoglobinuria (black water fever) dan dapat menyebabkan gagal
ginjal (Pribadi, 2000).
2. Mediator endotoksin-makrofag
Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag
yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin
mungkin berasal dari saluran pencernaan dan parasit malaria sendiri dapat
melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin yang
ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit
malaria. TNF dan sitokin lainnya menimbulkan demam, hipoglikemia dan
sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (Pribadi, 2000).
3. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi
Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut P.falciparum dapat
membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan
tersebut mengandung antigen dan bereaksi dengan antibodi malaria dan
berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung P.falciparum
terhadap endotelium kapiler darah alat dalam, sehingga skizogoni
berlangsung di sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada
endotelium dan membentuk gumpalan yang membendung kapiler yang
bocor dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan (Pribadi, 2000).
D. Gejala Malaria
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam
dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas
sama sekali dari demam.Gejala klinis malaria antara lain sebagai berikut
(Rahayu, 2007).
1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
2. Nafsu makan menurun.
3. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
Untuk orang yang aku cintai SHT 14
4. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
Plasmodium falciparum.
5. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
6. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan
kesadaran.
7. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang
menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah
(anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah
malaria.
Malaria menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu: (Soedarto, 1992).
1. Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium: stadium kedinginan, stadium
panas, dan stadium berkeringat
2. Splenomegali
3. Anemia yang disertai malaise
4. Serangan malaria biasanya berlangsung selama 6-10 jam dan terdiri dari tiga
tingkatan, yaitu: (Ahmadi, 2008).
a. Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.
Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan
segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi
lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan
pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi
kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b. Stadium Demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa
kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti
terbakar, sakit kepala dan muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat lagi.
Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan dapat meningkat
sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
Untuk orang yang aku cintai SHT 15
Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah matang dan
masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah.
c. Stadium Berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai
tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-
kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur
nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada
gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita,
tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat
biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium
falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk
trofozoit dan skizon) untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti
otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada
organ-organ tubuh tersebut. Gejala berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai
tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria
ini. Kadang–kadang gejalanya mirip kolera atau disentri. Black water fever yang
merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang
menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black
water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan
warna empedu, black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita
infeksi P. falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat (Rahayu,
2007).
Secara klasik demam terjadi setiap dua hari untuk parasit tertiana (P. falciparum,
P. vivax, dan P. ovale) dan setiap tiga hari untuk parasit quartan (P. malariae).
Untuk orang yang aku cintai SHT 16
CDC (2004) dalam Sembel (2009) mengemukakan bahwa karakteristik parasit
malaria dapat mempengaruhi adanya malaria dan dampaknya terhadap populasi
manusia. P. falciparum lebih menonjol di Afrika bagian selatan Sahara dengan
jumlah penderita yang lebih banyak, demikian juga yang meninggal
dibandingkan dengan daerah-daerah tempat parasit yang lain lebih menonjol. P.
vivaxdan P. ovale memiliki tingkatan hynozoites yang dapat tetap dorman dalam
sel hati untuk jangka waktu tertentu (bulan atau tahun) sebelum direaktivasi dan
menginvasi darah. P. falciparum dan P. vivax kemungkinan mampu
mengembangkan ketahanannya terhadap obat antimalaria (Chin, 2000).
E. Penularan Malaria
Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium melalui
gigitan nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari satu daerah
dengan daerah lainnya. Terdapat lebih dari 15 spesies nyamuk Anopheles yang
dilaporkan merupakan vektor malaria di Indonesia. Penularan malaria dapat juga
terjadi dengan masuknya parasit bentuk aseksual (tropozoit) melalui transfusi
darah, suntikan atau melalui plasenta (malaria congenital).Dikenal adanya
berbagai cara penularan malaria:
1. Penularan secara alamiah (natural infection)(Achmadi, 2008).
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang infektif.
Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap
bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan
berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit orang
sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain.
2. Penularan yang tidak alamiah (Soedarto, 1992).
a. Malaria bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita
malaria. Disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga
tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.
Untuk orang yang aku cintai SHT 17
b. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat
bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
c. Secara oral (melalui mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam
(P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah
manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala
klinis. Kecuali bagi simpanse di Afrika yang dapat terinfeksi oleh
penyakit malaria, belum diketahui ada hewan lain yang dapat menjadi
sumber bagi plasmodium yang biasanya menyerang manusia.
Vektor malaria yang dominan terhadap penularan malaria di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Wilayah Indonesia Timur, yaitu Papua, Maluku, dan Maluku Utara, di
wilayah pantai adalah An. subpictus, An. farauti, An. koliensis dan An.
punctulatus sedangkan di wilayah pegunungan adalah An. farauti.
2. Wilayah Indonesia Tengah, yaitu Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, NTT
dan NTB, vektor yang berperan di daerah pantainya adalah An. subpictus,
An. barbirostris. Khusus di NTB adalah An. subpictus dan An. sundaicus.
Sedangkan di wilayah pegunungan adalah An. barbirostris, An. flavirostris,
An letifer. Khusus wilayah Kalimantan, selain Anopheles tersebut di atas
juga An. balabacencis.
3. Untuk daerah pantai di wilayah Sumatera, An. sundaicus; daerah
pegunungan An. leucosphyrus, An. balabacencis, An. sinensis, dan An.
maculatus.
4. Wilayah Pulau Jawa. Vektor yang berperan di daerah pantai adalah An.
sundaicus dan An. subpictus dan di pegunungan adalah An. maculatus, An.
balabacencis dan An. Aconitus (Achmadi, 2008).
Untuk orang yang aku cintai SHT 18
F. Determinan Malaria
Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki : Host (umumnya
manusia), Agent (penyebab penyakit) dan Environment (lingkungan) Soedarto,
1992).
1. Faktor Host
Penyakit malaria mempunyai keunikan karena ada 2 macam host yakni
manusia sebagai host intermediate (dimana siklus aseksual parasit terjadi)
dan nyamuk anopheles betina sebagai host definitive (tempat siklus seksual
parasit berlangsung).
a. Manusia (Host Intermediate)
Faktor-faktor yang berpengaruh pada manusia ialah:
- Kekebalan / Imunitas.
- Umur dan Jenis Kelamin.
- Status Gizi.
b. Nyamuk (Host Definitive
- Perilaku nyamuk.
- Umur nyamuk (longevity).
- Kerentanan nyamuk terhadap infeksi.
- Frekuensi menggigit manusia.
-Siklus gonotrofik Waktu yang diperlukan untuk matangnya telur
sebagai indikator untuk mengukur interval menggigit nyamuk pada
objek yang digigit (manusia).
2. Faktor Agent
Untuk orang yang aku cintai SHT 19
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan
ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit
malaria yaitu:
a. Plasmodium vivax
b. Plasmodium malariae
c. Plasmodium ovale
d. Plasmodium falciparum.
3. Faktor Environment
a. Lingkungan fisik meliputi :
- Suhu udara, sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus
sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai
batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik.
- Kelembaban udara, kelembaban yang rendah memperpendek umur
nyamuk.
- Hujan, hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar
kemungkinan berkembangbiakan anopheles.
- Angin, jarak terbang nyamuk dapat diperpendek arau diperpanjang
tergantung kepada arah angin.
- Sinar matahari, pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan
larva nyamuk berbeda-beda.
- Arus air, An. barbirostris menyukai tempat perindukan denga air
yang statsi atau mengalir sedikit, sedangkan An. minimus menyukai
aliran air cukup deras.
b. Lingkungan kimiawi, dari lingkungan ini yang baru diketahui
pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan.
c. Lingkungan biologik, tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai
jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva
nyamuk karena dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau
melindungi dari serangan makhluk hidup lain.
Untuk orang yang aku cintai SHT 20
d. Lingkungan sosial budaya, kebiasaan untuk berada di luar rumah
sampai larut malam, di mana vektornya lebih bersifat eksofilik (lebih
suka hinggap/ istirahat di luar rumah) dan eksofagik (lebih suka
menggigit di luar rumah) akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk,
penggunaan kelambu, kawat kasa dan repellent akan mempengaruhi
angka kesakitan malaria dan pembukaan lahan dapat menimbulkan
tempat perindukan buatan manusia sendiri (man made breeding places).
G. Diagnosis dan Penatalaksanaan
Diagnosis malaria yang cepat dan tepat merupakan hal yang sangat diperlukan
dalam penatalaksanaan kasus malaria. Hal tersebut terutama berhubungan
dengan infeksiny yang dapat menyebabkan malaria berat ataupun malaria dengan
komplikasi. Bagi seorang dokter umum anamnesis adanya riwayat bepergian ke
daerah endemis malaria selama lebih kurang 2 minggu sebelum timbul gejala
klinis dapat sangat membantu dalam diagnosis. Gejala klinis yang khas antara
lain demam tinggi yang dapat disertai gangguan kesadaran, ikterik, gangguan
berkemih, muntah-muntah hebat, pembesaran limpa dan trias Malaria dapat
terjadi pada seseorang yang baru pertama terinfeksi malaria. Bagi orang yang
bertempat tinggal di daerah endemis biasanya penderita sudah mempunyai
kekebalan walaupun tidak spesifik sehingga gejalanya hanya berupa demam,
sakit kepala, lemah, kadang menggigil dan sebagainya (Harijanto, 2009).
Meskipun anamnesis dan pemeriksaan fisis sangat mendorong kearah malaria,
diagnosis pasti tetap harus ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium. Bila
pada hapusan darah dan laboratorium terdapat plasmodium dan antibody
terhadap malaria maka diagnosis pasti malaria dapat ditegakkan. Bila pada
hapusan darah dan laboratorium negative, maka pemeriksaan perlu dilakukan
berulang-ulang. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan yang sangat sensitive
dan spesifik untuk deteksi Plasmodium seperti melalui Moleculer Assay, ELISA
Untuk orang yang aku cintai SHT 21
dan PCR. Pemeriksaan PCR sangat berguna pada kasus-kasus dengan derajat
parasitemia yang rendah (Harijanto, 2009 dan Hofman, 1994).
Pengobatan terhadap malaria saat ini sudah tidak bisa lagi dengan obat dosis
tunggal. WHO menganjurkan pengobatan kombinasi dalam pengobatan malaria
saat ini. Sekarang ini pengobatan malaria adalah menggunakan kombinasi
artemeter + lumefrantrin (coartem@) dengan sediaan 120 mg lumefrantrin dan
20 mg artemeter dengan dosis2x4 tablet/hari selama 3 hari. Obat lain adalah
kombinasi antara atovakon dan proguanil (malarone@) dengan sediaan atovakon
1000 mg/hari dan proguanil 400mg/hari untuk orang dewasa selama 3 hari.
Untuk pencegahan dapat digunakan dosis atovakon 250 mg dan proguanil 100
mg tiap hari (Nasroudin, 2009 dan Syafrudin, 2005).
H. Prognosis
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada
malaria berat, mortalitas tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS,
kecepatan diagnosa dan penanganan yang tepat. Walaupun demikian, mortalitas
penderita malaria berat di dunia masih cukup tinggi beravasriasi dari 15%-60%
tergantung fasilitas pemberi pelayanan. Makin banyak jumlah komplikasi akan
diikuti dengan peningkatan mortalitas, misalnya penderita dengan malaria
serebral dengan hipoglikemia, peningkatan kreatinin, dan penongkatan bilirubin
mortalitasnya lebih tinggi daripada malaria serebral saja.
Untuk orang yang aku cintai SHT 22
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI,1995. Malaria Epidemiologi 1. Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular dan Lingkungan Pemukiman, Jakarta.
Hiswani, 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. http://www.library.usu.ac.id
Soegijanto, Soegeng, 2006. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia. Cetakan I. Airlangga, Surabaya.
Sarumpaet, Sori Muda, Richard Tarigan, 2006. Faktor Risiko Kejadian Malaria di Kawasan Ekositem Leuser Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Info Kesehatan Masyarakat, Juni 2007, Volume 11 No. 1 :55.
Soedarto, 1992. Entomologi Kedokteran. Cetakan I. EGC, Jakarta. Achmadi, Umar Fahmi, 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Universitas
Indonesia, Jakarta. Rahayu, Dwi Sri, 2007. Malaria. http://www.riau.go.id
Chin, James, 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. http://www.digilib.litbang.depkes.go.id
Soedarto, 2003. Zoonosis Kedokteran. Cetakan I. Universitas Airlangga, Surabaya.
Untuk orang yang aku cintai SHT 23
Yulius, 2007. Karakteristik Penderita Malaria yang Dirawat Di Puskesmas Rawat Inap Kijang Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Tahun 2005-2006. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
Askling, dkk. Malaria Risk in Travelers. Emerging Infectious Diseases (serial on the Internet) 2005 March. http://www.cdc.gov Syafrudin D, Asih PB, Casey GJ, dkk. Moleculer Epidemiology of Plasmodium
Falsiparum Resistance to Antimalaria Drugs in Indonesia. 2005; 72 : 174-82
Hofman SL. Diagnosis, Treatment and Prevontion of Malaria. Medical Clinic of North America 1994(6); 76 : 1327-60
Nasroudin, Hadi W, Erwin AT, dkk. Penyakit infeksi di Indonesia. Editor: Nasroudin, Hadi W, Erwin AT, dkk. Fakultas Kedokteran Airlangga:Surabaya; 2009
Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA. Malaria Dari Molekuler ke Klinis. Edisi ke-
2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2009 : 1-250
Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2006: hal.1754-1760.
Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis Dan Penanganan. Jakarta:EGC, 2000;hal.249-260
Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W 9editor). Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2000, Hal.171-97.
Untuk orang yang aku cintai SHT 24